neonatal resusitasi

13
Pada masa transisi dari janin ke neonatus beberapa bayi membutuhkan tindakan resusitasi. Sekitar 10% dari bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir dan sekiranya 1% dari bayi baru lahir tersebut memerlukan resusitasi yang ekstensif (lengkap) untuk kelangsungan hidupnya. 1-6 Sedangkan menurut Wall, dkk., dari sekitar 130-136 juta kelahiran di dunia, diperkirakan sekitar 5-10% kelahiran memerlukan intervensi saat lahir berupa stimulasi taktil atau pembersihan jalan nafas, sekitar 3-6% memerlukan langkah awal dan bantuan ventilasi, dan sekitar 1% membutuhkan resusitasi lanjut berupa intubasi, kompresi dada, dan obat-obatan. 7,8 Menurut World Health Organization (WHO) asfiksia perinatal merupakan masalah yang menyebabkan tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus, diperkirakan insidensinya sekitar 4-9 juta kasus dari 130 juta kelahiran. Satu juta diantaranya meninggal, satu juta lainnya mengalami palsi serebral, epilepsi, retardasi mental dan defek sensoris. 8,9 Sekitar 50% dari seluruh kelahiran di dunia terjadi di rumah yang dimana seringkali terjadi tanpa bantuan tenaga kesehatan profesional. Padahal resusitasi neonatus dan perawatan pasca resusitasi oleh dokter dan tenaga kesehatan profesional sangat diperlukan untuk menentukan prognosis dari bayi. Intervensi dini dan pencegahan komplikasi merupakan prinsip dasar di resusitasi neonatus. 5,7

Upload: aduyahud

Post on 14-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

nn

TRANSCRIPT

Page 1: Neonatal Resusitasi

Pada masa transisi dari janin ke neonatus beberapa bayi membutuhkan tindakan

resusitasi. Sekitar 10% dari bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat

lahir dan sekiranya 1% dari bayi baru lahir tersebut memerlukan resusitasi yang ekstensif

(lengkap) untuk kelangsungan hidupnya. 1-6 Sedangkan menurut Wall, dkk., dari sekitar 130-136

juta kelahiran di dunia, diperkirakan sekitar 5-10% kelahiran memerlukan intervensi saat lahir

berupa stimulasi taktil atau pembersihan jalan nafas, sekitar 3-6% memerlukan langkah awal dan

bantuan ventilasi, dan sekitar 1% membutuhkan resusitasi lanjut berupa intubasi, kompresi dada,

dan obat-obatan.7,8

Menurut World Health Organization (WHO) asfiksia perinatal merupakan masalah yang

menyebabkan tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus, diperkirakan

insidensinya sekitar 4-9 juta kasus dari 130 juta kelahiran. Satu juta diantaranya meninggal, satu

juta lainnya mengalami palsi serebral, epilepsi, retardasi mental dan defek sensoris.8,9 Sekitar

50% dari seluruh kelahiran di dunia terjadi di rumah yang dimana seringkali terjadi tanpa

bantuan tenaga kesehatan profesional. Padahal resusitasi neonatus dan perawatan pasca resusitasi

oleh dokter dan tenaga kesehatan profesional sangat diperlukan untuk menentukan prognosis dari

bayi. Intervensi dini dan pencegahan komplikasi merupakan prinsip dasar di resusitasi

neonatus.5,7

Asfiksia terjadi apabila terdapat kegagalan pertukaran gas di organ. Terdapat lima hal yang

menyebabkan terjadinya asfiksia pada saat persalinan:10

1. Interupsi aliran darah umbilicus

2. Kegagalan pertukaran darah melalui plasenta (misalnya solutio plasenta)

3. Perfusi plasenta sisi maternal yang inadekuat (misalnya hipotensi maternal yang berat)

4. Kondisi janin yang tidak dapat mentoleransi hipoksia intermiten dan transien yang terjadi

pada persalinan normal (misalnya pada janin yang anemia atau IUGR).

5. Gagal mengembangkan paru dan memulai ventilasi dan perfusi paru yang seharusnya

terjadi saat proses kelahiran.

Pada tingkat seluler, konsekuensi dari terjadinya penurunan aliran oksigen adalah terjadinya

glikolisis anaerob, penurunan senyawa fosfat yang berenergi tinggi (misalnya ATP dan

fosfokreatin), asidosis intraseluler, dan akumulasi natrium dan kalsium di intraseluler.

Page 2: Neonatal Resusitasi

Konsekuensi yang kedua adalah terbentuknya radikal bebas, peningkatan glutamate

ekstraseluler, akumulasi kalsium intraseluler, dan diproduksinya nitrit oksida, yang

menyebabkan kematian mitokondria sel.11,12,13

Resusitasi secara harfiah adalah pengembalian kembali ke kehidupan. Resusitasi neonatus adalah

usaha untuk mengakhiri asfiksia dengan memberikan oksigenasi yang adekuat.11 Sedangkan

menurut Lee, dkk resusitasi neonates adalah serangkaian intervensi saat kelahiran untuk

mengadakan usaha nafas dan sirkulasi yang adekuat.12

Menurut ILCOR dan AAP, untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan resusitasi pada bayi

baru lahir diantaranya adalah dengan menjawab empat pertanyaan berikut:

1. Apakah bayi bernafas?

2. Apakah bayi cukup bulan?

3. Apakah air ketuban jernih?

4. Apakah tonus otot baik?

Apabila terdapat jawaban tidak pada salah satu pertanyaan di atas, maka perlu dipertimbangkan

dilakukan resusitasi.2,3,8

Neonatus aterm yang cairan ketubannya jernih dan bersih dari mekonium, langsung bernafas,

menangis, dan tonus ototnya baik memerlukan perawatan rutin, seperti mengeringkan,

menghangatkan, dan membersihkan jalan nafas dengan balon penghisap atau kateter penghisap.

Sebaliknya, neonatus yang tidak memenuhi kriteria di atas memerlukan langkah-langkah

resusitasi. Nilai Apgar dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi.

Bayi yang tidak memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau lebih tindakan

secara berurutan di bawah ini:

1. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan napas jika

diperlukan, mengeringkan, merangsang)

2. Ventilasi

3. Kompresi dada

4. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume

Page 3: Neonatal Resusitasi

Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah awal, menilai

kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke langkah berikut didasarkan pada

penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah

ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan

pada tiga hal yaitu frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status oksigenasi. 

Setelah publikasi tahun 2005, telah diidentifikasi beberapa kontroversi dan pada tahun 2010

dibuat kesepakatan. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:

1. Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital yaitu

frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai oksigenasi

karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.

2. Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara dibanding

dengan oksigen 100%. 

3. Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen) , dan

pengaturan konsentrasi dipandu berdasarkan oksimetri.

4. Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan trakea

secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada bayi dalam

keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).

5. Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui adanya

penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.

6. Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati

cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik sedang

atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.

7. Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit.

Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.

8. Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak

membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu untuk

penjepitan talipusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.

Page 4: Neonatal Resusitasi

LANGKAH AWAL

Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah

pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk membuka

jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan stimulasi napas.

Membersihkan jalan napas:

a. Jika cairan amnion jernih. 

Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya dilakukan

bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP. 

b. Jika terdapat mekonium. 

Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin pada bayi

dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian

(RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan perubahan praktek yang saat ini

dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal pada bayi dengan

pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau

tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia

persisten.

MENILAI KEBUTUHAN OKSIGEN DAN PEMBERIAN OKSIGEN

Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting karena adanya bukti

bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi. Persentil oksigen

berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma. 

Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika:

1. Resusitasi diantisipasi\

2. VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas

3. Sianosis menetap

4. Oksigen tambahan diberikan.

Pemberian oksigen tambahan

Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara atau oksigen

campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk mencapai SpO2

sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan udara kamar. Jika

bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik resusitasi dengan oksigen

Page 5: Neonatal Resusitasi

konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga didapatkan frekuensi

denyut jantung normal. 

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang dari 100 per

menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.

Pernapasan awal dan bantuan ventilasi

Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit untuk mencapai

dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit. Penilaian ventilasi awal

yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung. 

Tekanan akhir ekspirasi

Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) pada

bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir. Penggunaan CPAP ini baru

diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada cukup bukti

untuk mendukung atau tidak mendukung penggunaan CPAP di ruang bersalin.

Alat untuk ventilasi

Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak Mengembang Sendiri

(balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator. Laryngeal Mask Airway

(LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif untuk bayi >2000 gram atau

≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dan

intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti untuk digunakan

pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau untuk pemberian obat

melalui trakea.

Pemasangan intubasi endotrakeal

Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah:

1. Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.

2. Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.

3. Jika dilakukan kompresi dada.

4. Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir amat

sangat rendah.

Page 6: Neonatal Resusitasi

KOMPRESI DADA

Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit setelah

ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio kompresi:ventilasi tetap

3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara periodik dan

kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih dari 60 per

menit. 

MEDIKASI

Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika frekuensi denyut

jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat dengan oksigen

100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume atau ke duanya dapat

dilakukan. 

Epinefrin

Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis intrvena 0,01 – 0,03

mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat dipertimbangkan sambil menunggu akses vena

didapat, tetapi efektifitas cara ini belum dievaluasi. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk

neonatus ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL). 

Pengembang volume

Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan darah dan frekuensi

denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap upaya resusitasi lain. Kristaloid

isotonik atau darah dapat diberikan di ruang bersalin. Dosis 10 mL/kg, dapat diulangi. 

Perawatan pasca resusitasi

Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal, mempunyai risiko

untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan sirkulasi adekuat tercapai, bayi

harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi gangguan.

Nalokson

Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di ruang bersalin untuk

bayi dengan depresi napas. 

Glukosa

Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya

perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah kejadian hipoksik iskemik. Pemberian glukosa

Page 7: Neonatal Resusitasi

intravena harus dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan menghindari

hipoglikemia.

Hipotermia untuk terapi

Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur kehamilan 36 minggu

atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan berat. Hasil penelitian ini

menunjukkan mortalitas dan gangguan perkembangan neurologik yang lebih rendah pada bayi

yang diberi terapi hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan

cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang memadai.

PENGHENTIAN RESUSITASI

Di dalam persalinan, ada kondisi dimana tidak dilakukan resusitasi, antara lain bayi dengan masa

gestasi kurang dari 23 minggu, bayi dengan berat lahir kurang dari 400 gram, anencephaly, dan

bayi yang dipastikan menderita trisomi 13 dan 18. Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika

tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan

melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.

Page 8: Neonatal Resusitasi

REFERENSI

1. Perlman JM. Wyllie J, Kattwinkle J, Atkins DL, Chameides L, Goldsmith JP, et al.

Neonatal Resuscitation: 2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation

and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendations.

Pediatrics. 2010;126:1320-43.

2. The International Liaison Comitee on Resuscitation (ILCOR) Consensus on Science With

Treatment Recommendation for Pediatric and Neonatal Patients: Neonatal Resuscitation.

Pediatrics. 2006; 117: e978-88.

3. American Heart Association, American Academy of Pediatrics. American Heart

Association (AHA) Guidelines For Cardiopulmonary Resucitation and Emergency

Cardiovascular Care (ECC) of Pediatric and Neonatal Patients: Neonatal Rescucitation

Guideline. Pediatrics. 2006;117:e1029-38.

4. American Academy of Pediatric/American Heart Assosciation. Buku Panduan Resusitasi

Neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia; 2006.

5. University of Saskatchewan. Neonatal Post-Rescucitation Stabilization and Preparation

for Transport. 2006;1-8.

6. Kattwinkle J, Perlman JM, Azis K, Colby G, Fairchild K, Gallagher J, et al. Special

Report-Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for

Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;

122:S909-19.

7. Wall SN, Lee AC, Niermeyer S, English M, Keenan W, Carlo W, et al. Neonatal

resuscitation in low-resource setting: What, who, and how to overcome challenges to

scale up? International Journal of Gynaecology and Obstetric. 2009;107:547-64.

8. Vento M, Saugstad OD. Resuscitation of the term and preterm infant. Seminars in fetal

and neonatal medicine. 2010:216-222.

9. Wyllie J, et al. Part 11: Neonatal Resuscitation. 2010 International Consensus on

Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with

Treatment Recommendations. Resuscitation 2010;81S:e260-e287.

Page 9: Neonatal Resusitasi

10. Kattwinkel J et al. Special Report Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart

Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care. Pediatrics 2010;126:e1400-e1413.

11. O’Donnell CPF, Stenson BJ. Respiratory strategies for preterm infants at birth. Seminars

in Fetal and Neonatal Medicine. 2008(13); 401-9.

12. Lee AC, Cousens S, Wall SN, Niermeyer S, Darmstadt GL, Carlo WA, et al. Neonatal

resuscitation and immediate newborn assessment and stimulation for the prevention of

neonatal deaths:a systematic review, meta-analysis and Delphi estimation of mortality

effect. BMC public health. 2011;11:1-19.