naskah publikasi hubungan antara kualitas pelayanan jasa ... fileyang positif antara kualitas...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN JASA
DENGAN KEPUASAN PADA NASABAH
Oleh :
ALFIN MAWAHIB
HARYANTO FADHOLAN ROSYID
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN JASA
DENGAN KEPUASAN KONSUMEN PADA NASABAH
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Skripsi
(Haryanto Fadholan Rosyid, Drs., MA)
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN JASA
DENGAN KEPUASAN KONSUMEN PADA NASABAH
Alfin Mawahib Haryanto Fadholan Rosyid
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kualitas pelayanan jasa dengan
kepuasan pada nasabah. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kualitas pelayanan jasa dengan kepuasan nasabah. Semakin tinggi kualitas pelayanan jasa maka semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Sebaliknya semakin rendah kualitas pelayanan jasa maka semakin rendah pula kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
Subjek penelitian ini adalah konsumen yang terdaftar sebagai nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Sleman sebanyak 60 orang responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dalam kepuasan konsumen dari Zeithaml dan Bitner (2000), yang berjumlah 29 aitem. Dan skala kualitas pelayanan jasa yang diadaptasi peneliti dari Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Aritonang, 2005) yang berjumlah 43 aitem.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan program statistic uji korelasi Product Moment dari Pearson yang diproses dengan menggunakan program komputer SPSS 13.0 for Windows. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0.429 dengan p = 0.001 (p<0,05) yang artinya ada hubungan positif yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa dengan kepuasan pada nasabah. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata Kunci : Kualitas Pelayanan Jasa, Kepuasan Konsumen.
PENGANTAR
Seiring dengan perkembangan ekonomi yang cukup pesat, dikenal
adanya berbagai bidang usaha atau perusahaan yang salah satunya adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Jenis usaha ini bertugas
memberikan pelayanan kepada pihak yang memerlukan berbagai jasa, yaitu
usaha perbankan.
Jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan (Suyatno, Marala,
Abdullah, Aponno, Ananda, & Chalik, 2007). Pertama, sebagai penyedia
mekanisme dan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. Untuk ini, bank
menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang
paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat
pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan
cara barter yang menyita waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah
dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank
meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif.
Bila peran ini dapat berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat.
Tanpa adanya arus dana ini, perputaran uang tidak akan bergerak karena bisnis
tidak dapat dibangun dikarenakan banyak orang yang tidak memiliki dana
pinjaman.
Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia membuat kegiatan bisnis terutama perbankan di Indonesia dalam jangka
pendek menjadi terbatas ruang lingkupnya. Aktivitas dalam dunia perbankan,
dengan sasaran para konglomerat besar dan perusahaan besar, maupun pasar
menengah untuk sementara waktu menjadi sulit untuk dilaksanakan karena adanya
penurunan aktivitas ekonominya. Dalam kondisi moneter yang tidak menentu
seperti ini, kekuatan dan kesehatan bank-bank yang masih bertahan diuji. Sebuah
bank yang dapat bertahan dan berkembang serta merengkuh para nasabah bukan
karena produk yang menguntungkan melainkan karena kualitas pelayanan yang
diberikan kepada nasabahnya.
Persaingan perbankan sudah semakin ketat dari tahun ke tahun. Setiap
bank di Indonesia sudah sangat sadar akan pentingnya kepuasan pelanggan.
Bukan hanya bank-bank asing, tetapi bank-bank BUMN seperti Mandiri, BNI,
dan BRI telah berlomba-lomba menciptakan program peningkatan kepuasan
pelanggan. Terlebih lagi, pelanggan yang sudah tidak puas dengan bank tertentu,
dengan mudah untuk pindah ke bank lain (Irawan, 2003).
Begitu juga dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya
disingkat BRI) yang dikenal sebagai salah satu lembaga keuangan dengan segmen
pasar ritel mikro (terutama kalangan pelaku usaha kecil dan mikro di daerah
pedesaan) yang terbesar dan tersukses menuntut BRI untuk selalu memperhatikan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen
dengan cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada yang
dilakukan oleh pesaing. Dengan demikian, hanya perusahaan yang berkualitas
yang dapat bersaing dan menguasai pasar.
Dengan kantor cabang berjumlah lebih dari 3.885 unit dan tersebar
diseluruh Indonesia, lebih dari 30 juta nasabah penabung (dengan rata-rata
tabungan 108 dolar AS) dan 3,1 juta nasabah pembiayaan dari kalangan pelaku
usaha kecil (rata-rata pembiayaan 540 dolar AS) maka perbankan BRI termasuk
ke dalam lima besar bank komersial di Indonesia (Hendri dalam Republika, 2008).
Jasa pelayanan yang diberikan dengan baik merupakan strategi
keuntungan karena akan dapat menghasilkan lebih banyak pelanggan yang baru.
Jasa pelayanan dapat membangun kultur organisasi yang baik dimana manusia
yang terlibat di dalamnya dapat mengembangkan potensi mereka, serta jasa
merupakan komponen kunci untuk mendorong suksesnya suatu perusahaan
disamping memaksimalkan manfaat dan meminimalkan beban bukan harga untuk
konsumen (Berry, Parasuraman, Zeitmahl dalam Sitaniapessy, 2006).
Suatu produk atau jasa harus memiliki daya saing agar menarik pelanggan,
sebab bisnis tidak dapat berlangsung tanpa adanya pelanggan. Suatu produk hanya
memiliki daya saing bila keunggulan produk tersebut terletak pada keunikan serta
kualitas pelayanan jasa tersebut kepada pelanggan. Agar dapat bersaing suatu
produk harus memiliki keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis
(Rangkuti dalam Sitaniapessy, 2006). Keunikan serta kualitas pelayanannya harus
disesuaikan dengan manfaat yang dibutuhkan oleh pelanggan atau dengan kata
lain manfaat suatu produk tergantung pada seberapa jauh produk tersebut
memenuhi nilai-nilai yang dibutuhkan oleh pelanggan. Suksesnya suatu industri
jasa tergantung pada sejauh mana perusahaan mampu mengelola tiga aspek
penting yaitu janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada
pelanggan, kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi
janji tersebut serta kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut
kepada pelanggan.
Dalam konteks teori consumer behavior, kepuasan lebih banyak
didefenisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Dengan demikian kepuasan dapat diartikan
sebagai hasil dari penilaian (persepsi) konsumen bahwa produk atau pelayanan
telah memberikan tingkat kenikmatan di mana tingkat pemenuhan ini bisa lebih
atau kurang. Tingkat kenikmatan yang dimaksud disini adalah kesesuaian antara
apa yang dirasakan oleh konsumen dari pengalaman konsumsinya dengan apa
yang diharapkannya. Dari pengertian tersebut yang terpenting adalah persepsi,
bukan kondisi aktual. Dengan demikian, bisa terjadi bahwa secara aktual, suatu
produk atau jasa mempunyai potensi untuk memenuhi harapan pelanggan tetapi
ternyata hasil dari persepsi pelanggan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh
produsen. Ini bisa terjadi karena adanya gap antara apa yang dipersepsikan oleh
produsen (perusahaan) dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan (Palilati,
2004).
Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan
value dari produsen atau penyedia jasa (Palilati, 2004). Value ini bisa berasal dari
produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Kalau pelanggan
mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas, maka kepuasan terjadi
kalau pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas. Kalau value bagi
pelanggan adalah kenyamanan maka kepuasan akan datang apabila pelayanan
yang diperoleh benar-benar nyaman. Kalau value dari pelanggan adalah harga
yang murah maka pelanggan akan puas kepada produsen yang memberikan harga
yang paling kompetitif.
Dari sini tampak jelas bahwa produsen selaku pihak yang memberikan
produk atau jasa, dituntut untuk mampu memahami siapa konsumennya, apa yang
konsumen inginkan seperti penyajian produk atau jasa dengan harga yang
kompetitif, informasi yang mudah untuk dipahami, pelayanan yang cepat dan
tidak bertele-tele; setiap keluhan yang disampaikan dapat diperdengarkan dan
ditindaklanjuti, diterima dan diperlakukan tanpa penilaian tertentu, dan
sebagainya. Sehingga apa yang produsen sajikan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan konsumennya. Dengan kata lain produsen dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada para konsumennya.
Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif maka setiap perusahaan
dituntut untuk mampu memuaskan konsumennya (Barsky dalam Suhartanto,
2001). Sehingga strategi yang didasarkan pada komitmen manajemen untuk
meningkatkan kualitas pelayanan untuk memuaskan pelanggan secara terus-
menerus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, baik yang menghasilkan barang
nyata maupun jasa. Hal ini dilakukan karena adanya kenyataan bahwa konsumen
yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan mencari
penyedia barang atau jasa dari perusahaan lain yang mampu memuaskan
kebutuhannya.
Berlawanan dengan hal tersebut di atas, ternyata ada beberapa
permasalahan yang dialami oleh nasabah BRI Cabang Sleman, yang pada
akhirnya akan memberikan dampak pada tingkat kepuasan pada nasabah.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu nasabah yaitu
Wisnu Tri Wijayanto ditemukan bahwa permasalahan yang sering terjadi adalah
lamanya waktu menunggu nasabah sebelum melakukan transaksi. Hal tersebut
tentu saja akan merugikan bank itu sendiri. Dalam bahasa ekonomi, waktu adalah
“scarce resource” karena itu waktu sama dengan uang yang harus digunakan
secara bijak (Irawan, 2002). Itulah sebabnya, pelanggan akan tidak puas apabila
waktunya terbuang percuma karena sudah kehilangan kesempatan lain untuk
memperoleh sumber ekonomi. Pelanggan akan siap mengorbankan atau
membayar pelayanan yang lebih mahal untuk setiap waktu yang dapat dihemat.
Perlu diingat bahwa harga suatu waktu adalah berbeda antara setiap pelanggan
dengan pelanggan lainnya. Ada kelompok pelanggan yang lebih menghargai
waktu dan ada yang kurang menghargai waktu. Untuk pelanggan kelompok atas
misalnya, akan mempunyai toleransi yang lebih kecil dalam hal menunggu suatu
pelayanan. Sebaliknya, pelanggan kelompok bawah akan lebih toleran.
Selain itu pengalaman dari beberapa nasabah yang seringkali mengeluhkan
kualitas layanan yang diberikan oleh para pegawai bank, yang kebanyakan tidak
ramah dan seringkali membuat nasabah bingung dengan keterangan-keterangan
yang diberikannya adalah salah satu contoh pentingnya kualitas pelayanan bagi
suatu bank.
Hal-hal seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi karena tentunya bank itu
akan rugi sendiri. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa kepuasan nasabah
merupakan kunci sukses suatu bank, dan hal itu hanya dapat diperoleh salah
satunya dengan memberikan pelayanan yang baik.
Kualitas barang atau jasa ditentukan oleh konsumen, sehingga kepuasan
konsumen hanya dapat dicapai dengan memberikan kualitas yang baik.
Mempunyai konsumen yang puas merupakan hal yang penting bagi industri
perbankan karena karakteristik "high-contact service" serta tingkat kompetisi
yang tinggi pada industri ini. Konsumen yang puas dapat mendorong adanya
pembelian ulang dan publisitas (Gunderson dan Olsson dalam Suhartanto, 2001)
yang pada akhirnya dapat membuat konsumen menjadi setia (loyal).
Bisnis perbankan dapat bertahan karena kepercayaan; bank sangat
tergantung pada kepercayaan masyarakat. Nasabah benar-benar memiliki
kebebasan untuk pindah ke bank lain begitu merasa tidak suka pada satu bank.
Mobilitas nasabah tinggi, tanpa ada yang melarang. Karena itu, fungsi pelayanan
berperan penting. Pelayanan yang memuaskan akan menjadi tali pengikat yang
kuat dalam kemitraan. Selain itu, saat ini manajemen BRI sedang berusaha
meningkatkan kualitas pelayanannya dengan memaksimalkan kompetensi sumber
daya manusia yang ada untuk menciptakan kepuasan kepada pelanggannya.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang masalah “Apakah ada hubungan antara kualitas pelayanan jasa
dengan kepuasan konsumen pada nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk Cabang Sleman”.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh nasabah Bank BRI Cabang Sleman
yang bersedia ikut berpartisipasi. Diantaranya terdiri dari mahasiswa, pegawai
negeri maupun swasta, ibu rumah tangga, pelajar, dan lain-lain. Dalam penelitian
ini peneliti mengambil sampel sebanyak 60 responden. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah angket (kuesioner), dimana metode ini didasarkan pada
pendapat Hadi (2002) bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya, apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya, serta interpretasi subyek tentang pertanyaan yang diajukan adalah sama
dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan menggunakan metode skala pada variabel bebasnya (kualitas
pelayanan jasa) dan skala variabel tergantung (kepuasan konsumen).
1. Skala Kepuasan Konsumen
Skala kepuasan konsumen mencakup 29 aitem. Skala ini disusun oleh
peneliti berdasar pengembangan dari aspek-aspek kepuasan pelanggan yang
dikemukakan oleh Zeithaml dan Bitner (2000). Aspek-aspek kepuasan konsumen,
terdiri dari, product and service feature, consumer emotions, attribution for
services success and failure, dan perception of equity or fairness.
2. Skala Kualitas Pelayanan Jasa
Skala kualitas pelayanan jasa mencakup 43 aitem. Skala kualitas
pelayanan jasa yang disusun dalam penelitian ini mengacu pada aspek-aspek dari
teori Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Aritonang, 2005). Aspek-aspek kualitas
pelayanan jasa, terdiri dari, tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan
empathy.
Skala model yang digunakan sebagai pola dasar pengukuran skala
kepuasan konsumen adalah model skala Likert dengan kategori lima pilihan
jawaban yang tersedia untuk masing-masing aitem yang bergerak dari Sangat
Memuaskan (SM) sampai Sangat Tidak Memuaskan (STM). Sementara pada
skala kualitas pelayanan jasa adalah model skala Likert dengan kategori lima
pilihan jawaban yang tersedia untuk masing-masing aitem yang bergerak dari
Sangat Setuju (SS) sampai Sangat Tidak Setuju (STS). Penyebaran alat ini
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu aitem Favorable dan aitem
Unfavorable.
C. Metode Analisis Data
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, diuji dengan menggunakan
analisis statistik. Analisis ini digunakan dengan alasan bahwa analisis statistik
dapat mewujudkan kesimpulan penelitian dalam memperhitungkan faktor
kesalahan sehingga yang diajukan dapat diperoleh secara meyakinkan (Hadi,
2000).
Statistik yang bekerja dengan angka bersifat obyektif dan universal dalam
arti dapat digunakan pada semua bentuk penelitian (Hadi, 2000). Metode analisis
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi product-moment
dari Pearson yang dilakukan dengan program komputer SPSS (Statistical
Programme for Social Science) 13.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah nasabah BRI Cabang Sleman. Jumlah
subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 60 responden. Setelah
pengambilan data terhadap subjek penelitian dilakukan secara keseluruhan, dapat
diketahui tentang karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis
kelaminnya.
B. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya
hasil subjek penelitian mengenai kualitas pelayanan jasa dan kepuasan konsumen
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
a. Skala Kepuasan Konsumen
Skala kepuasan konsumen terdiri dari 29 aitem, dengan skor minimal 1
dan skor maksimal 5. Rentang skor minimum dan maksimumnya antara 29x1
sampai dengan 29x5, yaitu 29 – 145. Standar deviasinya adalah 19.3,
sedangkan mean hipotetiknya adalah 87. Subjek yang memiliki tingkat
kepuasan pada kategori sangat tinggi sebanyak 7 subjek (11,7%), kategori
tinggi sebanyak 17 subjek (28,3%), kategori sedang sebanyak 36 subjek
(60%), kategori rendah 0 subjek (0%), dan kategori sangat rendah 0 subjek
(0%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa tidak terdapat subjek
dengan tingkat kepuasan dengan kategori rendah ke bawah. Kepuasan yang
dimiliki nasabah BRI Cabang Sleman termasuk dalam kategori sedang ke
atas. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 60% dalam kategori sedang, 28,3
% dalam kategori tinggi, dan 11,7% dalam kategori sangat tinggi.
b. Skala Kualitas Pelayanan Jasa
Skala kualitas pelayanan jasa terdiri dari 43 aitem, dengan skor minimal 1
dan skor maksimal 5. Rentang skor minimum dan maksimumnya antara 43x1
sampai dengan 43x5, yaitu 43 – 215. Standar deviasinya adalah 28,7,
sedangkan mean hipotetiknya adalah 129. Subjek yang memiliki tingkat
kualitas pelayanan jasa pada kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek
(21,7%), kategori tinggi sebanyak 35 subjek (58,3%), kategori sedang
sebanyak 12 subjek (20%), kategori rendah 0 subjek (0%), dan kategori
sangat rendah 0 subjek (0%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa
tidak terdapat subjek dengan tingkat kualitas pelayanan dengan kategori
rendah ke bawah. Tingkat kualitas pelayanan jasa termasuk dalam kategori
tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 58,3% dalam kategori tinggi,
21,7% dalam kategori sangat tinggi, dan 20% dalam kategori sedang.
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Hasil pengolahan data kepuasan konsumen diperoleh koefisien K-SZ =
1.109 dengan p = 0.171 (p > 0.05) dan data kualitas pelayanan jasa
diperoleh koefisien K-SZ = 0.836 dengan p = 0.487 (p>0.05). Hasil uji
normalitas tersebut menunjukkan bahwa data kepuasan konsumen dan
kualitas pelayanan jasa terdistribusi atau tersebar dengan normal.
b. Uji linieritas
Hasil pengolahan data diperoleh F = 25.143 dengan p = 0.000 (p<0.01).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kualitas pelayanan
jasa dengan kepuasan konsumen bersifat linier atau mengikuti garis lurus.
2. Uji Hipotesis
Hasil pengolahan data kualitas pelayanan jasa dengan kepuasan konsumen
diperoleh koefisien korelasi r = 0.429 dengan p = 0.001 (p<0.05). Angka
korelasi yang positif menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara
dua variabel. Dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara kualitas pelayanan jasa dengan
kepuasan konsumen pada nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Cabang Sleman. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang
dikemukakan oleh peneliti diterima.
Untuk mengetahui sumbangan efektif yang diberikan variabel bebas yaitu
kualitas pelayanan jasa terhadap variabel tergantung yaitu kepuasan
konsumen maka dilakukan uji regresi. Dilihat dari koefisien determinasi hasil
pengolahan data kualitas pelayanan jasa diperoleh R square = 0.184 atau
18.4%, artinya sebanyak 18.4% model regresi dari fungsi kepuasan konsumen
dapat dijelaskan oleh faktor-faktor kualitas pelayanan jasa. Sisanya 81.6%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan
positif antara kualitas pelayanan jasa dengan kepuasan pada nasabah. Setelah
melalui beberapa proses pengolahan data diperoleh hasil yang mendukung hasil
hipotesis tersebut. Mula-mula melalui deskripsi data penelitian dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata skor kepuasan konsumen (mean empirik = 100.18) lebih
tinggi dari rata-rata skor hipotetiknya (mean hipotetik = 87). Data tersebut
menunjukkan bahwa nasabah memiliki kepuasan lebih besar dari rata-rata yang
diperkirakan. Secara lebih spesifik, kepuasan yang dirasakan oleh nasabah
sebagian besar berada pada tingkatan sedang (60%), sebanyak 28,3% pada
tingkatan tinggi, dan sebanyak 11,7% pada tingkatan sangat tinggi. Untuk kualitas
pelayanan jasa sendiri, nasabah memiliki rata-rata skor (mean empirik = 160.31)
yang lebih tinggi dari rata-rata skor hipotetik (mean hipotetik = 129). Itu
menunjukkan bahwa persepsi mengenai kualitas pelayanan jasa nasabah berada di
atas rata-rata yang diperkirakan. Lebih dari setengah (58,3%) dari nasabah
memiliki persepsi kualitas pelayanan jasa yang tinggi dan 21,7% dalam kategori
sangat tinggi. Tidak ada yang memiliki skor kualitas pelayanan jasa sangat rendah
(0%) dan hanya 20% dalam kategori sedang, dimana nasabah dalam kategori ini
menunjukkan skor kualitas pelayanan jasa tingkatan rendah.
Hasil analisis dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa hipotesis tentang adanya hubungan positif antara kualitas
pelayanan jasa dengan kepuasan konsumen pada nasabah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Sleman terbukti melalui tingginya nilai koefisien
korelasi yang diperoleh (r = 0.429 dan p = 0.001). Artinya semakin tinggi kualitas
pelayanan jasa maka semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh
pelanggan. Dan sebaliknya semakin rendah kualitas pelayanan jasa maka semakin
rendah pula kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan. Sehingga dapat dilihat
bahwa kualitas pelayanan jasa memang berhubungan dengan kepuasan konsumen.
Tingginya kepuasan nasabah BRI diiringi dengan tingginya kualitas pelayanan
jasa yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Irawan (2002) yang
mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
konsumen adalah faktor kualitas jasa.
Meskipun penelitian ini memberikan gambaran terhadap kepuasan
konsumen perbankan, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang harus
diperhatikan seksama dalam memahami penelitian ini. Penelitian ini difokuskan
terhadap hubungan antara kualitas pelayanan jasa dengan kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen yang diteliti dalam penelitian ini terbatas hanya pada satu
tempat, sehingga peneliti tidak melakukan uji perbandingan kepuasan kosumen
lebih dari satu tempat penelitian. Pada kenyataannya, industri perbankan
mempunyai berbagai tipe dengan karakteristik yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Sehingga, penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal
generalisasi temuannya. Oleh karena itu disarankan penelitian-penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan indikator variabel.
KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kualitas
pelayanan jasa dengan kepuasan pada nasabah, dengan koefisien korelasi (r) =
0.429 dan taraf signifikansi (p) = 0.001 (p<0,05). Semakin tinggi kualitas
pelayanan jasa maka semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh nasabah.
Sebaliknya, semakin rendah kualitas pelayanan jasa maka semakin rendah pula
kepuasan yang dirasakan oleh nasabah.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh,
maka dengan ini peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
a. Meningkatkan pelayanan yang tepat waktu dan kemudahan dalam proses
transaksi.
b. Meningkatkan kecepatan pegawai dalam menanggapi permintaan
nasabah, selalu bersedia membantu kesulitan nasabah, menyelesaikan
keluhan nasabah dengan tepat, memberikan informasi dengan jelas sesuai
dengan kebutuhan nasabah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggali informasi lebih
dalam lagi tentang kepuasan nasabah seperti pemilihan variabel yaitu
loyalitas nasabah, brand equity, dan sebagainya serta tidak terbatas pada satu
tempat penelitian saja sehingga dapat dilakukan uji perbandingan antara satu
tempat penelitian dengan tempat lainnya. Sedangkan bagi yang tertarik pada
penelitian yang berorientasi pada kualitas pelayanan jasa, disarankan untuk
memperhatikan faktor-faktor lain dari kepuasan seperti perilaku nasabah, niat
pembelian ulang, dan lain-lain. Selain itu, disarankan juga untuk
menyempurnakan alat ukur yang telah digunakan oleh peneliti (kepuasan
pada nasabah) agar lebih baik lagi sehingga hasil penelitian dapat lebih baik
dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang R, Lerbin R. 2005. Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Atmawati, Rustika & M. Wahyuddin. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Matahari Departement Store Di Solo Grand Mall. Jurnal Manajerial, Vol. 11, No. 7, 1-12.
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Doelhadi, E.M. Agus Subekti. 2006. Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan: Perspektif Psikologi Konsumen. Jurnal Insan, Vol. 8, No. 1, Edisi April, 55-61.
Gerson, Richard F. 2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PPM.
Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Hendri, D. 2008. BRI dan Paradigma Baru Microfinance. http://www.republika.co.id. 2/2/08.
Irawan, H. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Irawan, H. 2003. Indonesian Customer Satisfaction: Membedah Strategi Kepuasan Pelanggan Merek Pemenang ICSA. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi millennium 1. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Palitati, A. 2004. Pengaruh Tingkat Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan Di Wilayah Etnik Bugis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 1, No. 2, Edisi Maret, 65-74.
Parasuraman, VA. Zeithaml & Leonard L. 1996. The Behavioral Consequences of Service Quality. Journal Of Marketing, Vol.60, 31-46.
Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiarto, E. 1999. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sitaniapessy, RH dan Sitaniapessy, HAP. 2006. Kualitas Jasa Pelayanan Dalam Upaya Peningkatan Kepuasan Konsumen. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 1, Jilid 11, 14-20.
Soelasih, Y. 2004. Analisis Persepsi Terhadap Kualitas Jasa Layanan Produk Tabungan Bank X. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 3, Jilid 9, 156-167.
Suhartanto, D. 2001. Kepuasan Pelanggan: Pengaruhnya Terhadap Perilaku Konsumen Di Industri Perhotelan. Jurnal Manajemen Usahawan, No. 7, Edisi Juli, 42-47.
Suyatno, T., Marala, D.T., Abdullah, A., Aponno, J.T., Ananda, T.Y., Chalik, H.A. 2007. Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Schiffman, LG & Kanuk, LL. 2002. Consumer Behavior 5th Edition. Prentice Hall International Editions.
Tjiptono, F. 1996. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, F & Anastasia D. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset
Wisnalmawati, 2005. Pengaruh Persepsi Dimensi Kualitas Layanan Terhadap Niat Pembelian Ulang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 3, Jilid 10, 153-165.
Zeithaml, VA. & Mary Jo B. 2000. Services Marketing: Integrating Customer Focus Across The Firm 2nd Edition. USA: McGraw-Hill.
Kedaulatan Rakyat. 5 Juni 2008. Pikiran Pembaca.
, Tentang Kami. http://www.bri.co.id. 25/7/08.
, Suara Konsumen: Tulisan Bebas Seputar Bank BRI. http://wwwPintuNet.com. 19/7/08.