narasi riset aksi partisipatif

65
Narasi Riset Aksi Partisipatif BOLO: GAMBAR LINGKUNGAN SEHAT YANG TAK TERAWAT A. Bentang Alam Bolo Bolo, sebuah Desa di kecamatan Kare Kabupaten Madiun tepatnya dilereng gunung Wilis dengan ketinggian 600 m. dari permukaan laut. Curah hujan yang mencapai 1980 mm pertahun membuat daerah Bolo bersuhu dingin 1 terlebih jika musim dingin tiba. Untuk sampai ke wilayah Bolo harus melalui akses jalan yang berkelok- kelok karena desa ini terletak dilereng bukit, kondisi jalannyapun baru sebagian yang sudah diaspal sedangkan sebagian lain masih berbatu (makadam). Posisinya yang terletak dilereng gunung membuat desa Bolo banyak tersedia sumber mata air jernih. Untuk tersalurnya air kerumah warga, dahulu pengairan dilakukan dengan cara menyambung bambu dan ditampung dalam sebuah penampungan berbetuk lumbung. 2 Pada Tahun 1970 telah dibangun beberapa penampungan air yang berbentuk bak penampungan permanent untuk mempermudah para penduduk pada tahun 2008-2009. Bak penampungan diperbanyak melalui iuran wajib sebanyak Rp.300.000/KK hingga sekarang tempat penampungan air yang ada 1 Pendataan profil desa/kelurahan tahun 2009 . 2 Lumbung: bentuknya seperti gentong. 15

Upload: siti-rahmawati

Post on 21-Feb-2016

47 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Hasil Penelitian KKN PAR (Partisipation of Action Researchdi Desa Bolo-Jawa Timur

TRANSCRIPT

Page 1: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Narasi Riset Aksi PartisipatifBOLO: GAMBAR LINGKUNGAN SEHAT

YANG TAK TERAWAT

A. Bentang Alam BoloBolo, sebuah Desa di kecamatan Kare Kabupaten Madiun

tepatnya dilereng gunung Wilis dengan ketinggian 600 m. dari permukaan laut. Curah hujan yang mencapai 1980 mm pertahun membuat daerah Bolo bersuhu dingin1 terlebih jika musim dingin tiba. Untuk sampai ke wilayah Bolo harus melalui akses jalan yang berkelok-kelok karena desa ini terletak dilereng bukit, kondisi jalannyapun baru sebagian yang sudah diaspal sedangkan sebagian lain masih berbatu (makadam).

Posisinya yang terletak dilereng gunung membuat desa Bolo banyak tersedia sumber mata air jernih. Untuk tersalurnya air kerumah warga, dahulu pengairan dilakukan dengan cara menyambung bambu dan ditampung dalam sebuah penampungan berbetuk lumbung. 2 Pada Tahun 1970 telah dibangun beberapa penampungan air yang berbentuk bak penampungan permanent untuk mempermudah para penduduk pada tahun 2008-2009. Bak penampungan diperbanyak melalui iuran wajib sebanyak Rp.300.000/KK hingga sekarang tempat penampungan air yang ada berjumlah 10 bak yang terletak di pinggir-pinggir jalan Desa.

Selain itu, dengan persedian air yang cukup dan kondisi alam yang terletak dilereng gunung penduduk desa Bolo masih mengandalkan perekonomiannya dari sektor pertanian jangka panjang yang bisa dipanen satu tahun sekali. Seperti cengkeh, ketela dan durian. Untuk memberikan suplai air pada tanaman,

1 Pendataan profil desa/kelurahan tahun 2009 .2 Lumbung: bentuknya seperti gentong.

15

Page 2: Narasi Riset Aksi Partisipatif

terdapat pula kali-kali kecil yang mempermudah petani dalam mengairi sawah-sawah mereka. kondisi alam yang sangat kaya akan air, menjadikan tanaman yang ditanam menjadi subur dan dapat dipanen dengan hasil yang memuaskan.

Gambar 1Peta Posisi Desa Bolo

16

Page 3: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Secara geografis, desa bolo terletak ditengah-tengah desa yang ada di kecamatan Kare, yaitu sebelah utara berbatasan dengan desa Kuwiran sebelah selatan desa Bodag, sebelah barat berbatasan dengan desa Kresek dan sebelah timur berbatasan dengan desa Kepel. Desa bolo terbagi atas 3 dusun yaitu dusun Bolo dengan Jumlah penduduk 575 jiwa dan 7 RT, dusun Kembang Kuning 485 jiwa dari 6 RT dan dusun Jajar berjumlah 575 jiwa dari 7 RT. Sehingga Secara keseluruhan Jumlah penduduk desa Bolo mencapai 1635 jiwa dengan 702 KK yang mendiami 20 RT.

Di desa ini terdapat banyak masjid dan musholla. Dari hasil pemetaan terdapat 3 buah masjid, 7 buah musholla dan 2 buah gereja yang masih aktif dan digunakan sebagai tempat beribadah. Namun untuk pedidikan hanya terdapat 2 gedung SD dan juga 1 buah gedung SMP. 1 gedung SD barada di dusun Kembang Kuning dan 1 lagi berada di Jajar sehingga mayoritas anak-anak yang ada di dusun Bolo harus berjalan ke dusun Kembang Kuning yang berjarak 2,5 km. Sedangkan untuk pusat perdagangan (pasar), warga harus ke pasar Dungus yang terletak di Desa sebelah dengan jarak tempuh 14 km dari desa Bolo.B. Sejarah Desa Bolo

Konon berdirinya desa ini diawali oleh tiga saudara yang di percaya memiliki kesaktian yang bernama Bambang Sari, lancur sari dan juga grambyang sari. Mereka dapat di katakan sebagai pembabat alas. Dengan kesaktian dan kemampuan yang mereka miliki mampu membuat desa ini yang dahulunya sebuah hutan (alas) menjadi sebuah tempat pemukiman. Bolo sendiri berasal dari kata teman. Ditengah-tengah situasi yang penuh dengan peperangan pada masa Majapahit ada dua buah kubu yang

17

Page 4: Narasi Riset Aksi Partisipatif

bermusuhan sejak lama. Suatu hari dua kubu tersebut bertemu secara tidak sengaja di desa ini dan secara tidak sengaja pula merea adalah family. Saking terkejutnya, salah satu dari mereka berteriak “lho… iki lek bolo dewe” (lho... ini kan saudara sendiri). Karena itulah Desa ini disebut Desa Bolo. Inilah yang menjadi kepercayaan oleh warga sebagai sejarah (asal mula) nama desa mereka. Sedangkan, tempat bertemunya mereka dinamakan dusun Bolo. Di desa Bolo juga terdapat dusun Kembang Kuning dan Jajar. Munculnya nama nama Kembang Kuning disebabkan oleh banyaknya bunga kantil berwarna kuning hingga mudah di ingat oleh pendatang, dan akhirnya dinamakan dusun Kembang Kuning. Dinamakan dengan dusun Jajar karena jaman dulu saat peperangan dua kubu yang bertempur selalu sejajar, tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.

Gambar 2

C. Pola Pertanian MasyarakatDari segi pertanian kebanyakan tanaman yang tumbuh di

desa Bolo adalah tanaman jangka panjang karena lokasi desa Bolo yang berada Di daerah pegunungan tidak memungkinkan untuk mengandalkan tanaman-tanaman jangka pendek. Selain itu untuk memetik hasil tanaman (panen) dilakukan hanya sekali

18

Foto 1: KEMBANG KUNING, salah satu bukti sejarah yang banyak tumbuh di dusun Kembang Kuning

Page 5: Narasi Riset Aksi Partisipatif

setahun bahkan paling sering dua kali dalam setahun. Dilihat dari musim panenya, tanaman musiman di desa ini adalah : padi, ubi cengkeh dan durian.

Para petani berpengang pada pedoman Panca Usaha Tani yakni: lahan, air, benih, pupuk, pencegahan hama.

Mengetahui musim adalah salah satu kunci para petani di Desa Bolo dalam menyesuaikan lahan pertanianya. Bulan November hingga Februari merupakan musim hujan atau dalam kalender jawa disebut saben dino di mana hujan turun secara terus menerus. Pada bulan inilah para petani banyak yang menanam padi dan juga ketela. Untuk jenis padi yang ditanam biasanya padi jangka 4 dan 6 bulan, sehingga panenya pun relatif lama dan hanya terjadi dua kali. Hal ini disebabkan karena cuaca yang sangat dingin memperlambat proses penuaan padi.

Pada bulan Maret sampai Juli juga termasuk musim hujan namun curah hujanya sudah menurun. Masyarakat membagi kedalam dua bagian yaitu: Maret dan April adalah musim mengkerak selanjutnya pada bulan Mei sampai Juli disebut bediding kembang randu.3 Biasanya padi yang ditanam pada bulan November telah siap dipanen pada bulan Maret. sedangkan yang ditanam pada bulan April, dimusim bediding merupakan masa berbunga.

Terakhir, pada bulan Agustus sampai Oktober merupakan Musim kemarau, keadaan tanah menjadi mengeras sehingga tanaman yang membutuhkan banyak suplai air harus mendapatkan perawatan yang intens. Masyarakat desa Bolo menyebut musim terakhir ini dengan musim Atus. Pada bulan

3 Selain itu musim bediding membuat Desa Bolo sangat dingin bahkan masyarakat memahami bahwa pada masa ini kutub Selatan menjadi Es.

19

Page 6: Narasi Riset Aksi Partisipatif

inilah padi yang telah berbunga dan juga tanaman lain banyak yang dipanen.

Padi yang telah dipanen kemudian diselep sendiri oleh pemilik gabah menggunakan mesin keliling. Kemudian gabah yang telah menjadi beras ini sebagian dijual dan sebagian (sisa dari penjualan) digunakan untuk kebutuhan pangan. Namun, rata-rata hasil panen padi di desa Bolo hanya mencapai kurang dari 1 ton karena sawah petani tidak begitu luas sehingga kebanyakan mereka hanya memanfaatkan hasil panen untuk kebutuhan pangan sendiri.

Gambar 3

Untuk tanaman cengkeh biasanya dipanen sekali dalm setahun, yakni bulan Juli sampai September. Cengkeh mulai ditanam pada bulan April dimana pada bulan penanaman tersebut curah hujan sangat rendah. Hal ini sesuai dengan kebutuhan cengkeh yang harus ditanam dengan tingkat kelembapan yang cukup.

Proses penanaman cengkeh ini diawali dengan Mencangkul tanah dengan kedalaman 60 cm. Kemudian diberi pupuk kandang dan diamkan selama 20 hari. Lalu ditutup dengan tanah, setelah itu baru ditanami bibit cengkeh. Kemudian

20

Foto 2: POLA PERTANIAN. Padi yang baru ditanam

Page 7: Narasi Riset Aksi Partisipatif

cengkeh yang telah ditanam mengalami masa perawatan ekstra pada bulan Februari dan Maret.

Bentuk pengolahan cengkeh ada yang diolah sendiri namun ada pula dengan bentuk gadai, dimana seseorang yang sedang membutuhkan uang meminjam kepada orang lain dengan jaminan cengkeh selama jangka waktu tertentu hingga ia (peminjam) dapat mengembalikan uang tersebut. Setelah cengkeh dipanen biasanya didistribusikan melalui pengepul. Untuk cengkeh kering 50.000/kg sedangkan untuk cengkeh basah 16.000/kg. Namun karena kebutuhan petani itu terus menerus meningkat sehingga lebih banyak diantara mereka yang menjual dalam keadaan basah.

Gambar 4

Hasil pertanian lainnya adalah ketela. Musim panen ketela pada bulan Agustus dan September. Sebagaimana tanaman cengkeh, panen ketela dilakukan hanya sekali setahun. Cara penanaman ketela tidak serumit penanaman cengkeh. Penanaman ketela hanya membutuhkan batang sepanjang 10 cm yang ujungya dilancipkan, setelah itu baru ditancapakan pada tanah yang sudah digemburkan. Jika telah mencapai masa panen warga biasanya mendistribusikan dengan cara borongan,

21

Foto 3: HASIL PERTANIAN. Cengkeh yang sudah dikeringkan

Page 8: Narasi Riset Aksi Partisipatif

yaitu penjualan ketela saat masih dalam tanah. Karena itu ketela tidak perlu dipanen langsung oleh pemiliknya sebab telah dibeli oleh pemborong. Satu lahan kecil kebun ketela menghasilkan Rp.700.000. Jika lebih luas lagi seperti milik Bapak Suroto (71 tahun) yang mencapai ½ hektar bisa menghasilkan Rp.7.000.000. Dari seluruh hasil penjualan ketela milik Bapak Suroto, buruh tanam hanya mendapatkan ¼ bagian. Untuk ketela sisa yang tidak dipanen oleh pemborong biasanya menjadi hak milik penjual. Istilahnya adalah “turahan” atau sisa dari penjualan.

Untuk pohon Durian, musim berbunga pada bulan Agustus dan September. Bisa dipanen pada bulan Februari dan Maret. Biasanya setelah durian mencapai umur untuk dijual pemiliknya akan menjual dengan cara Ijon (sebelum matang dan masih ada dipohonya) dengan harga yang disesuaikan dengan bentuk dan kualitas buahnya jika buahnya bagus biasanya dijual dengan harga Rp. 10.000/ buah.

Gambar 5

Karena banyaknya para petani dengan hasil pertanian yang bermacam-macam maka di desa Bolo sekarang ini banyak dibentuklkelompok-kelompok tani seperti KOPWANT (kelompok

22

Foto 5: HASIL PERTANIAN. Pohon durian yang mulai berbunga

Page 9: Narasi Riset Aksi Partisipatif

wanita tani) dan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Menurut keterangan Ibu Sumiati (44 tahun) tugas dari KOPWANT selain bertani seperti biasanya adalah memproduksi hasil pertanian menjadi industri kecil-kecilan yang dipasarkan kepada masyarakat setempat (industry lokal). Sedangkan untuk GAPOKTAN menurut Bapak Sutrisno (52 tahun) bergerak dalam bidang koperasi. Koprasi ini bertujuan menyalurkan bantuan dari pemerintah dalam bentuk simpan pinjam. Dengan modal awal 100.000.000 yang telah disumbangkan oleh pemerintah Madiun, GAPOKTAN mampu menyediakan bibit dan pupuk untuk petani. Ketika petani membutuhkan bibit dan pupuk mereka bisa membeli di GAPOKTAN atau meminjamnya. Petani juga bisa meminjam dana untuk modal bertani dengan batas maksimal 1.000.000 dalam jangka waktu 6 bulan dengan jaminan

Gambar 6

Kelompok-kelompok tani desa Bolo biasanya juga bekerja sama dengan PT. melalui sistem kontrak. Misalnya PT. Gudang Garam mengontrak tanah petani cengkeh, bibit serta pupuk ditanggung oleh PT. Gudang Garam dengan konsekuensi hasil pertaniannya secara otomatis didistribusikan pada PT. Gudang Garam. Namun kebanyakan petani menjual hasil pertanianya

23

Foto 5: KELOMPOK TANI. GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) dan pos penyuluhan pertanian

Page 10: Narasi Riset Aksi Partisipatif

sendiri tanpa bekerjasama dengan PT. Begitu pula halnya dalam pembelian pupuk, mereka biasanya membeli sendiri melalui GAPOKTAN. Dengan adanya kelompok-kelompok tersebut petani sangat terbantu dalam mengelola hasil pertanian mereka.

Untuk masalah pengendalian hama, petani di Desa Bolo telah diberikan penyuluhan oleh SLPH (Sekolah Lapang Pengendali Hama). Penyuluhan sendiri biasanya dilakukan di pos penyuluhan desa. Pos ini juga berfungsi memberikan informasi dari dinas pertanian seperti pengadaan bibit baru dan cara penanamannya.

D. Keberagamaan Masyarakat Desa BoloSecara umum masyarakat Desa Bolo mayoritas muslim. Dari

keseluruhan penduduk, 98 % memeluk ajaran agama Islam. Hal itu terbukti dengan adanya bangunan atau tempat peribadatan seperti masjid dan musholla. Sedangkan 2% dari penduduk Desa Bolo memeluk agama Kristen. Namun meskipun demikian penduduk yang beragama Islam ini 60% merupakan Islam abangan. Sedangkan 20% adalah kelompok muslim kejawen yang patuh terhadap tradisi-tradisi kejawen. Adapula Islam yang taat hanya berjumlah 18%. Menurut salah seorang warga Asep (45 tahun) bahwa perbedaan tingkat kaeagamaan tidak menjadi masalah bagi masyarakat karena hal ini adalah keyakinan yang kembali pada kesadaran masing-masing individu.

Masyarakat yang beragama Islam di Desa Bolo menunjukan eksistensinya dengan membuat kelompok-kelompok yaitu khsusnya para wanita membentuk kelompok muslimat yang memilki kegiatan rutin sepert yasinan, terbangan (hadrah) dan

24

Page 11: Narasi Riset Aksi Partisipatif

tahlilan bersama setiap hari jum’at legi dan kliwon. Selain itu adapula kelompok arisan bapak-bapak dan ibu-ibu. Kegiatan arisan ini dilaksanakan setiap malam jum’at, salah seorang warga Agus (21 tahun) menjelaskan bahwa kelompok arisan dibentuk sebagai sebuah media untuk menarik minat para masyarakat agar selalu bersilaturahmi dan menjalakan ajaran-ajaran Islam, karena pada hakikatnya yang dilaksanakan bukan hanya arisan tetapi juga kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutinan kelompok muslimat seperti yasinan atau tahlilan.

Gambar 7

E. Adat Istiadat dan Mitos Masyarakat Desa bolo sangat kental dengan adanya tradisi atau adat

istiadat dan mitos-mitos. Tradisi ini dikenal dengan nama Jopo atau Pujonggo Topo4 yang selama ini di unggul-uanggulkan oleh

4 Jopo atau pujonggo Topo merupakan sejarah yang menceritakan arwah-arwah leluhur serta ritual-ritual yang harus dilakukan untuk

25

Foto 6: RUTINITAS MASYARAKAT. Arisan bapak-bapak dan muslimatan

Page 12: Narasi Riset Aksi Partisipatif

masyarakat. Tradisi ini bertujuan untuk memprediksi keselamatan, rejeki, jodoh serta kematian. Selain itu, masyarakat Desa Bolo rata-rata masih menganut ilmu kejawen yang mempercayai punden-punden sebagai sesuatu yang keramat. Warga sering berdatangan menggunakan sesajen ke punden dengan berbagai tujuan seperti minta harta yang melimpah dan sebagainya. Namun, seiring dengan perkembangan jaman sedikit demi sedikit tradisi ini mulai luntur tetapi dengan dalil untuk persoalan dan kebutuhan keluarga sebagian masyarakat masih berhubungan dengan punden- punden yang berada di masing-masing dusun di desa Bolo.

Selain itu, Desa Bolo juga mempunyai tradisi dan adat istiadat yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh warga diantaranya:a) Tingkepan

Tingkepan merupakan tradisi yang biasa dilaksanakan oleh warga ketika umur kandungan seorang wanita berusia 7 bulan. Menurut warga Desa Bolo Tingkepan bertujuan untuk meminta keselamatan agar bayi yang ada dalam kandungan dilindungi serta memperoleh rejeki yang banyak ketika terlahir kedunia. Tingkepan ini dilaksanakan ketika umur kandungan berusia 7 Bulan seiring dengan sempurnanya penciptaan manusia seperti yang dijelaskan dalam agama. Tingkepan ini pertama-tama dilakukan dengan acara siraman (mandi), kemudian setelah itu dilanjutkan dengan memecahkan kelapa oleh suami (calon ayah). setelah itu suami-Istri ini menjual rujak legi dan para warga yang hadir dalam acara tersebut wajib membeli dengan kreweng (pecahan genteng yang telah disediakan).

menghormati leluhur.

26

Page 13: Narasi Riset Aksi Partisipatif

b) KuninganKuningan adalah tradisi unik yang di lakukan oleh

sebagian besar warga desa bolo. Tradisi ini tidak berhubungan dengan manusia tapi menyangkut hewan yakni sapi, sapi di desa bolo sangat di hormati dengan adanya adat atau tradisi yang di sebut dengan tradisi kuningan.

Jika manusia mempunyai hari ulang tahun sebagai penanda bertambahnya umur, maka sapi juga bisa memiliki. Di desa Bolo, sapi juga mempunyai hari ulang tahun seperti manusia. Hanya saja perbedaannya terletak pada pengulangannya. Bila manusia merayakannya setiap tahun, maka sapi di Desa Bolo setiap 7 bulan. Mbah Surajan (60 tahun) menjelaskan bahwa pada saat tasyakkuran diwajibkan adanya tumpengan yang berwarna kuning. Dari sinilah tradisi masyarakat ini kemudian disebut dengan istlah kuningan5.

Gambar 8

c) GundenganTradisi gundengan ini hampir sama dengan tradisi

kuningan. Yaitu tradisi yang tidak menyangkut manusia tapi 5 Tradisi kuningan ini juga merupakan media untuk meminta do’a agar hewan yang diternakan menjadi sehat.

27

Foto 7: TRADISI MASYARAKAT. Sapi yang baru berulang tahun

Page 14: Narasi Riset Aksi Partisipatif

menyangkut hewan yakni kebo. Gundengan sama persis dengan kuningan. Gundengan juga merupakan tradisi masyarakat Bolo untuk merayakan ulang tahun kebo. Ulang tahunnya pun sama dengan sapi, diadakan 7 bulan sekali. Tujuannya juga sama dengan kuningan, sebagai media untuk mendoakan agar hewan yang bersangkutan menjadi sehat.

d) MegenganMegengan adalah adat istiadat yang di lakukan oleh

masyarakat Desa Bolo sebelum melaksanakan ibadah puasa. Tujuannya adalah untuk meminta keselamatan kepada allah SWT agar dalam menjalankan ibadah puasa diberi kekuatan dan kesehatan. Megengan ini dilakukan dengan menyediakan makanan yang bermacam-macam bagi warga yang mendapatkan bagian. Warga akan melakukan Megengan secara bergilir dari rumah kerumah.Ada beberapa jenis yang disediakan dalam tradisi

megengan. Seperti Besean yaitu nasi yang dilengkapi dengan lauk pauk serta diberi Serundeng (kelapa parut yang ditumis kering). Besean menurut warga sekitar Bolo berfungsi sebagai media mengirim doa kepada para sesepuh sebelum menyambut bulan puasa. Selain besean, ada pula kue apem yang merupakan sesuatu yang dianggap penting sehingga apem harus selalu ada dalam tradisi megengan. Sedangkan makanan yang lain dari kedua jenis tersebut hanya sebagai pelengkap dalam megengan.

F. Potensi wisata Alam Desa Bolo

28

Page 15: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Seperti halnya wilayah-wilayah lain, desa Bolo juga memiliki potensi wisata alam yang tidak kalah menarik. Satu-satunya wisata alam yang dimiliki desa Bolo adalah Goa Suci. Wisata alam ini berada di dusun Jajar.

Gambar 9

Goa Suci adalah wisata alam yang memadukan keindahan air terjun dan gua. Namun sayangnya, hambatan timbul karena akses ke gua ini sangat sulit. Untuk bisa mencapainya, pengunjung harus naik turun. Satu lagi, untuk menuju gua ini, tidak bisa menggunakan kendaraan, melainkan jalan kaki.

MENYINGKAP TABIR MASALAH

Ditengah-tengah kehidupan manusia (Individu) tentu memiliki cara hidup masing-masing (way of life) untuk menggapai impian hidupnya. Dari indivdu-individu yang selalu berinterkasi antara satu sama lain dan mengemukakan gagasan-gagasan hingga membentuk sekelompok masyarakat. Dari kelompok-kelompok inilah terbentuk masyarakat social yang membutuhkan penataan lebih lanjut demi menciptakan kenyamanan dan kesejahteraan sosial.

29

Foto 10: Goa Suci. Air terjun yang terlihat dari dalam gua.

Page 16: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Terciptanya keadaan yang teratur menunjukan masyarakat yang peduli akan kepentingan antara satu sama lain. Apabila di tengah-tengah keteraturan tersebut timbul masalah, itu merupakan hal yang lazim adanya. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat Desa Bolo, dengan keteraturan-keteraturan yang ada dan sumber daya alam yang melimpah terdapat beberapa hal yang masih perlu dibenahi bersama agar tidak kerusakannya tidak semakin parah.

Pembenahan ini dianggap penting karena sebagian masyarakat cenderung vakum dan hanya menerima akibat-akibat yang ada. Mereka cenderung menanamkan nilai pasrah dengan apa yang terjadi selama ini. Tidak terbersit keinginan dalam diri untuk melangkah maju meninggalkan belakang menyambut sinar harapan.

Adapun permasalahan-permasalahan yang ada pada masyarakat Desa Bolo antara lain :A. Penyakit Yang Tidak Ada Obatnya

Kesehatan adalah kunci kesejahteraan hidup masyarakat. Masyarakat akan terkendala dalam melakukan segala aktifitas apabila kesehatan yang menjadi penggerak kini terganggu. Tidak sehat tidak ada aktifitas, begitu kiranya cara menggambarkan pentingnya kesehatan.

Bersih Pangkal Sehat itulah slogan kesehatan yang paling dikenal oleh kebanyakan orang. Desa Bolo yang kaya akan sumber daya alam ternyata tidak menjamin masyarakatnya hidup dalam keadaan sejahtera tanpa masalah. Dan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah kesehatan. Tak terhitung jumlahnya berapa warga yang terserang penyakit, mulai dari cikungunya, demam berdarah sampai kanker yang

30

Page 17: Narasi Riset Aksi Partisipatif

berujung pada kematian. Tidak hanya manusia, hewan ternak juga mulai terserang penyakit dan berakhir dengan kematian.

Sebenarnya PUSKESMAS (pusat kesehatan masyarakat) telah dibangun di Desa Bolo sejak tahun 2008. Namun keberadaan PUSKESMAS tersebut tidak berpengaruh bagi kesehatan masyarakat DESA BOLO karena sebagian masyarakat belum mengetahui fungsi PUSKESMAS itu sendiri. Sebagian lagi takut untuk megunjungi dan sebagian lagi tidak mau untuk mengeluarkan biaya.

Masyarakat lebih memilih mendiamkan penyakitnya sampai penyakit yang mendera mereka sembuh dengan sendirinya. Baru jika penyakit itu tak kunjung sembuh mereka akan membawanya langsung ke rumah sakit yang ada di kota. Bila harus memeriksakannya ke PUSKESMAS, mending uangnya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Di lain pihak masyarakat ada yang mempercayai penyakit yang mereka idap berasal dari makhluk halus. Untuk mengobati penyakitnya, mereka cukup menaruh sesembahan di punden yang dianggap keramat oleh mereka.

Akibatnya, para petani yang harus menghidupi keluarganya kini terbaring atau hanya duduk dirumah-rumah mereka menunggu kapan bisa melangkah dan bergerak lagi kembali ke sawah seperti semula. Seharusnya dalam sehari mereka mampu mengumpulkan rupiah untuk melanjutkan hidup, sekarang mereka harus mengeluarkan rupiah untuk bertahan hidup. Suatu keadaan yang berbalik 180 derajat. Keadaan ini berimbas pada seluruh lingkup kehidupan petani. Anak kecil yang biasanya menghabiskan waktu untuk mengenyam pendidikan dan bermain, kini harus menggantikan posisi ayahnya. Mencari pakan

31

Page 18: Narasi Riset Aksi Partisipatif

ternak, pergi ke sawah sekaligus menjadi perawat bagi sang ayah.

Gambar 10

Desa Bolo sebenarnya mempunyai beberapa pusat kesehatan yang dibangun mengikuti munculnya PUSKESMAS. Pusat-pusat kesehatan tersebut terbagi di tiap-tiap dusun. Dusun Kembang Kuning: PUSKESMAS, POSYANDU dan POSYANDU LANSIA, Dusun Bolo: POSYANDU dan Dusun Jajar: POSYANDU. Namun dari beberapa pusat kesehatan yang ada di Bolo, hanya beberapa yang masih aktif.

Satu-satunya PUSKESMAS yang ada di Bolo dan masih aktif ternyata kurang optimal dari segi fungsinya. Pusat kesehatan ini hanya bertumpu pada satu tenaga medis saja, seorang bidan. Akibatnya, PUSKESMAS kadang buka dan kadang tidak. Bukanya pun menyesuaikan dengan jadwal ibu bidan. PUSKESMAS buka mulai jam 08.00-13.00 jika ibu bidan tidak berhalangan. Namun apabila ibu bidan berhalangan atau mempunyai kepentingan, PUSKESMAS hanya buka mulai dari jam 08.00-10.00 bahkan tidak sama sekali. Hal ini disebabkan karena ibu bidan yang

32

Foto 8: PENYAKIT ANEH. Seorang warga yang sudah satu minggu kakinya membengkak.

Page 19: Narasi Riset Aksi Partisipatif

menangani Desa Bolo masih berstatus mahasiswi sehingga disamping berprofesi sebagai pahlawan kesehatan dia juga memiliki kesibukan sebagai mahasiswi.

Bermula dari PUSKESMAS pula Desa Bolo mempunyai organisasi kesehatan desa yang beranggotakan para tokoh-tokoh desa. Organisasi ini dibuat untuk menangani masalah kesehatan dan membantu bidan di POSYANDU. Organisasi ini diambil 5 orang dari tiap dusun. Namun lagi-lagi organisasi yang diharapkan mampu mengurangi masalah kesehatan di desa tidak berjalan. Karena anggota organisasi yang ada diangkat tanpa sepengetahuan anggota. Mereka hanya ditunjuk oleh ketua tanpa mengetahui tugas-tugasnya di samping mereka tidak kompeten dalam hal kesehatan.

Genaplah sudah penderitaan masyarakat Bolo. Daerah yang seharusnya sehat bila dilihat dari demografi dan topografisnya malah berbalik menjadi daerah rawan penyakit. Tokoh-tokoh organisasi yang diharapakan bisa menyuarakan pentinganya arti sehat malah terancam karena mereka sama-sama tidak mengerti dengan arti kesehatan.

Di samping itu semua menurut pak Paldi (48) dan ibu Rusmini(40) perhatian masyarakat desa Bolo terhadap kebersihan lingkungan sekitar sangat kurang, jangankan unuk membersihakan bak penampungan air membersihkan sekitar rumah pun sangat jarang dilakukan. Setiap pagi warga sibuk ke kebun masing-masing dan kembali saat menjelang petang. Sampah berserakan dimana-mana dan mereka akan membakar sampah tersebut jika mereka mau mengerjakanya.

Selain dari masalah sampah, masalah lain diutarakan oleh Sriono(53), beliau menjelaskan bahwa jarak rumah dan kandang-kandang yang terlalu dekat sangat mengganggu, sebab baunya

33

Page 20: Narasi Riset Aksi Partisipatif

menyebar kemana-mana. Kotoran hewan hanya dibiarkan saja, warga akan membersihkannya bila persedian pupuk pabrik habis dan mereka akan menggunakan kotoran hewan tersebut sebagai pupuk organik.

Tentu ini adalah masalah yang sangat besar dan butuh penyelesaian. Masyarakat Bolo tidak bisa dibiarkan terus menerus mengabaikan kesehatan diri mereka. Harus ada tindakan nyata untuk menyudahi penderitaan ini. Warga butuh sehat, mempunyaai harapan untuk menyambut masa depan dengan senyum penuh semangat. Untuk itu, dibutuhkan pihak yang bisa mewujudkan mimpi masyarakat yakni tinggal di lingkungan sehat tanpa ada satupun penyakit yang menghampiri. Untuk lebih jelasnya berikut Pohon masalah mengenai masalah kesehatan di Desa Bolo.

Gambar 11POHON MASALAH

34

Kehidupan hewan ternak

terancam

Penghasilan masyarakat

tidak menentu

Mutu kesehatan

masyarakat menurun

Tidak ada penambahan tenaga medis dari pemerinta

h

Kurangnya

koordinasi antar

pengurus Kurang sosialisasi dari ketua pelaksana

pd anggota

Tidak ada motor

penggerak yang diambil

dari kelompok

masyarakat

Tidak ada ketegasan dari

pihak pemerintah

desa

KURANGNYA KESEHATAN

LINGKUNGAN

Pusat kesehatan

masyarakat tidak

berfungsi secara optimal

Kurangnya tenaga

medis

Organisasi kes. Desa yang ada

tidak berfungsi

Pengurus

kurang pro aktif

Pengurus kurang paham dengan tugas

masing- masing

Program kesehatan desa tidak berjalan

Masyarakat kurang

berpartisipasi

Kehidupan hewan ternak

terancam

Penghasilan masyarakat

tidak menentu

Mutu kesehatan

masyarakat menurun

Tidak ada penambahan tenaga medis dari pemerinta

h

Kurangnya

koordinasi antar

pengurus Kurang sosialisasi dari ketua pelaksana

pd anggota

Tidak ada motor

penggerak yang diambil

dari kelompok

masyarakat

Tidak ada ketegasan dari

pihak pemerintah

desa

KURANGNYA KESEHATAN

LINGKUNGAN

Pusat kesehatan

masyarakat tidak

berfungsi secara optimal

Kurangnya tenaga

medis

Organisasi kes. Desa yang ada

tidak berfungsi

Pengurus

kurang pro aktif

Pengurus kurang paham dengan tugas

masing- masing

Program kesehatan desa tidak berjalan

Masyarakat kurang

berpartisipasi

Page 21: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Pohon masalah tersebut diatas merupakan hasil diskusi pengkajian masalah bersama masyarakat yang di dampingi oleh kelompok KKN PAR menghasilkan temuan pokok ‘’Masalah Utama” yang membelenggu masyarakat namun kurang dipedulikan yaitu kesehatan. Kurangnya kesehatan lingkungan desa Bolo salah satunya disebabkan karena pusat kesehatan masyarakat desa kurang berfungsi secara optimal. Hal tersebut

35

Page 22: Narasi Riset Aksi Partisipatif

disebabkan kurangnya tenaga medis yang menangani kesehatan. Semenjak ditariknya satu tenaga medis oleh pemerintah kecamatan, pusat kesehatan desa hanya bertumpu pada seorang bidan yang menangani segala bentuk permasalahan kesehatan.

Tidak hanya itu, kurangnya kesehatan lingkungan desa Bolo juga disebabkan oleh program kesehatan dari pemerintah tidak berjalan. Program kesehatan yang direncanakan pemerintah di desa Bolo selama ini hanya menjadi sebuah program tanpa adanya aksi. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya antusiasme dan partisipasi masyarakat terhadap program pemerintah tersebut. Tidak ada motor penggerak yang diambil dari kelompok masyarakat dan tidak adanya ketegasan dari pihak pemerintah desalah yang menjadi penyebabnya.

Penyebab terakhir kurangnya kesehatan lingkungan desa Bolo adalah organisasi kesehatan desa yang ada tidak berfungsi. Terjadinya hal tersebut karena, pertama pengurus kurang paham dengan tugas masing-masing ditambah tidak adanya sosialisasi dari ketua pelaksana kepada anggota. Kedua, pengurus kurang proaktif sehingga kordinasi antara pengurus tidak ada.

Dampak kurangnya kesehatan lingkungan hampir mencakup setiap inci bagian kehidupan masyarakat desa Bolo seperti:

1. Bidang kesehatanDesa Bolo adalah desa sehat yang jauh dari polusi. Hal itu

bisa terlihat dari alamnya yang hijau dan letaknya yang menempati lereng gunung Wilis. Akan tetapi, akibat kurangnya kesehatan lingkungan penyakit yang seharusnya tidak ada kini mulai menyerang warga.

2. Bidang ekonomi

36

Page 23: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Masyarakat desa Bolo adalah masyarakat yang 99% menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Rata-rata, mereka menghabiskan 60% waktu dalam sehari di sawah. Secara keseluruhan, penghasilan rata-rata masyarakat antara Rp. 800 sampai Rp 8.000. Akan tetapi, karena banyaknya warga yang terserang penyakit penghasilan mereka tidak menentu. Bahkan dalam sehari mereka tidak mendapatkan penghasilan sepeserpun.

3. Bidang peternakanHampir keseluruhan masyarakat desa Bolo mempunyai

hewan ternak. Hewan ternak tersebut merupakan harta terbesar karena sewaktu-waktu bisa dijual jika ada kebutuhan mendadak. Akan tetapi, kehidupan hewan ternak yang dimiliki masyarakat mulai terancam karena banyaknya penyakit yang menyerang hingga menyebabkan kematian.

B. Akses Jalan Yang Sulit Dan CuramSecara umum pembangunan jalan di Desa bolo dirintis sejak

Tahun 1967 dan masih berupa makadam.6 Pembangunan jalan ini dipelopiri oleh kepala desa kelima. Periode selanjutnya pada tahun 1974 jalan yang dulunya berupa makadam mulai diperbaharui dengan jalan beraspal namun setelah itu tidak ada lagi perkembangan. Hingga sekarang jalan yang diaspal hanya terdapat di Dusun Kembang Kuning saja. Sedangkan untuk Dusun Jajar dan Dusun Bolo masih berbentuk makadam. Padahal dua daerah ini merupakan penghasil pertanian terbanyak. Hal ini berdampak pada sulitnya memasarkan hasil pertanian bagi masyarakat.

Gambar 12

6 Jalan bebatuan dan belum diaspal.

37

Page 24: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Selain itu, kesulitan juga dirasakan saat hendak pergi ke dusun lain. Masyarakat yang umumnya berekonomi rendah harus mengandalkan kekuatan kaki agar bisa bepergian untuk menjenguk saudara atau ketika diundang oleh masyarakat dusun lain. Sebenarnya sebagian warga ada yang memiliki sepeda ontel, namun karena jalan yang harus mereka hadapi berbatu dan curam, mereka lebih memilih jalan kaki demi keselamatan jiwa. Sebut saja Bapak-Bapak sekretaris desa ini harus rela berjalan kaki dari Dusun Jajar ke kantor desa di Dusun Kembang Kuning yang jaraknya lumayan jauh 4 km. akibat sepeda ontel yang ia miliki tidak bisa digunakan.

Jarak yang jauh dari pasar dan jalan yang tidak bisa dikompromi membuat kebanyakan masyarakat berpenghasilan sedikit ini enggan pergi ke pasar. Disamping dua alasan tersebut, masyarakat juga belum mempunyai kendaraan yang bisa mengangkut mereka kemana-mana. Jangankan memiliki kendaraan, untuk ongkos ojek pun mereka tak punya.

Masyarakat Desa Bolo berharap beberapa tahun ke depan desa mereka sudah memiliki jalan yang layak. Meski curam, asalkan jalannya enak untuk dilalui itu sudah cukup membahagiakan. Dengan demikian, harapan untuk maju dan sejahtera bisa terwujud.

38

Foto 9: MAKADAM. Jalan yang sulit untuk dilalui.

Page 25: Narasi Riset Aksi Partisipatif

C. Hasil Pertanian Yang Kurang Menguntungkan Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman jangka panajang

tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat Desa Bolo. Meski panen hanya dilakukan sekali dalam setahun namun hasilnya melimpah ruah. Dengan hasil panen yang banyak harusnya masyarakat desa Bolo merasa lebih sejahtera dan mempunyai keuntungan lebih, akan tetapi pada kenyataanya hasil panen hanya bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan tak jarang kurang. Seperti Sunarti Handayani (29 tahun) dan Ratno (47 tahun), dalam 1 hari biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan harian adalah Rp 7.000/hari yang digunakan untuk membeli lauk dan bumbu-bumbu. Untuk alat pembersih ibu dan bapak dengan 3 orang anggota keluarga ini menghabiskan 1 buah sabun mandi dalam satu minggu, 2 buah sabun cuci dan 1 buah pasta gigi. Jika sabun harganya Rp. 1.500, sabun cuci Rp. 1.000 dan pasta gigi Rp. 3.500 maka kalau dijumlah, pengeluaran Ibu Sunarti sebasar Rp. 55.000 dalam seminggu. Jika dikalkulasi dalam sebulan biaya yang harus mereka keluarkan adalah sebesar Rp. 220.000. Sedangkan penghasilan yang mereka miliki hanya 130.000/bulan dari hasil toko kecil-kecilan ditambah dengan hasil penjualan cengkeh yang hanya berkisar Rp. 16.000/kg untuk cengkeh basah dan hanya Rp. 46.000/kg cengkeh kering.

Dengan pengeluaran yang begitu banyak dan pemasukan yang hanya sedikit tentu masih banyak ruginya. Namun anehnya warga tidak pernah mengeluh sebab mereka tidak pernah menghitung untung ruginya. Yang penting bagi mereka bagaimana bisa bertahan hidup sehari-hari.

39

Page 26: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Sebenarnya bagi para petani cengkeh, ketela, kebutuhan-kebutuhan itu mungkin saja terpenuhi tanpa harus mengalami kerugian. Namun dalam mendistribusikan hasil pertanian, mereka sudah tergantung pada distributor yang biasanya membeli hasil panen mereka meskipun dengan harga yang relatif murah.

Selain itu juga sebenarnya ada kelompok-kelompok tani seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) yang dapat menampung masalah-masalah pertanian masyarakat, namun kenyataanya dari musyawarah bersama masyarakat untuk mengetahui besarnya pengaruh kelompok masyarakat diketahui bahwa Meski mayoritas penduduk desa Bolo berfrofesi sebagai petani, GAPOKTAN atau Gabungan Kelompok Tani tidak memiliki pengaruh besar terhadap pertanian mereka. Ini terbukti dengan diketahuinya bahwa tidak ada tindakan konkrit dari GAPOKTAN kepada para petani. Termasuk tidak adanya program pemberdayaan petani seperti pelatihan atau semacamnya. Selain itu, petani tetap kesulitan mendapatkan pupuk sehingga pupuk yang tadinya bersubsidi menjadi tidak bersubsidi lagi karena jalur distribusinya yang semakin panjang.

Secara umum diagram alur perputaran pendistribusian hasil pertanian sebagai berikut :

Gambar 13

40

Page 27: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Diagram Alur Distribusi Hasil Pertanian

Secara garis besar terdapat dua macam bentuk jenis hasil pertanian yang didistribusikan. Dilihat dari diagram alur, secara umum masyarakat desa Bolo berprofesi sebagai petani terutama petani cengkeh dan ketela yang musim panennya relatif lama hanya bisa dilakukan satu tahun sekali.

Untuk ketela, pada waktu panen petani tidak perlu susah-susah memasarkan hasil kebunnya karena para pemborong sudah mengetahui kapan waktu musim panen tiba dan siapa pemilik kebun ketela tersebut. Dengan sendirinya pemborong akan mendatangi petani dan memborong ketela milik petani. Petani tidak perlu repot menimbang berat ketela yang dihasilkan

41

MASYARAKATBOLO

Petani Cengke

h

Petani ketela

Gudang/Pabrik di Ponorogo

Pengepul

Tengkulak

Agen

Pemborong

Page 28: Narasi Riset Aksi Partisipatif

kebunnya karena pemborong akan membeli ketela petani saat masih dalam tanah. Mengenai harga, petani memasrahkan harga ketela milik mereka pada pemborong, sebab pemborong lebih tahu harga dan kualitas ketela. Pada saat inilah pemborong bisa mendapatkan harga di bawah standar yang relative sangat murah. Selanjutnya, hasil ketela yang telah dibeli oleh pemborong akan dijual ke pabrik yang ada di Ponorogo. Tentunya harga yang ditawarkan pemborong pada pihak pabrik lebih tinggi dari harga ketika ia membelinya dari petani.

Sedangkan untuk pendistribusian cengkeh alurnya lebih panjang dengan melewati beberapa komponen pasar sebelum sampai ke pabrik atau gudang cengkeh. Tidak semua petani cengkeh memiliki lahan yang luas untuk ditanami pohon. Itu sebabnya banyak petani cengkeh yang memilih memanen hasil kebun cengkehnya sendiri tanpa menggunakan jasa orang lain. Disamping karena cengkeh yang dimiliki petani tidak banyak, menggunakan jasa orang lain akan membutuhkan biaya tambahan. Selain itu jarak tempuh dari rumah keladang cengkeh dan ketempat penjualan cengkeh yang relative jauh juga menjadi bahan pertimbangan bagi petani. Karena badan sudah lelah bekerja seharian dan hasil kebunnya tidak banyak seperti ketela yang mencapai satuan kwintal bahkan ton petani lebih memilih hasil kebun cengkehnya dijual ke tengkulak yang menerima dalam jumlah banyak atau sedikit dengan harga lebih murah dari harga dipasaran. Beruntung bagi petani yang rumahnya dekat dengan pengepul. Mereka akan menjual cengkehnya ke pengepul dengan harga yang lebih tinggi daripada menjualnya ke tengkulak.

Pemborong sendiri lebih banyak mengambil atau membeli cengkeh dari pengepul yang datang dan menjual pada mereka.

42

Page 29: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Jarak yang harus ditempuh oleh pengepul menuju ketempat pemborong sekitar tiga kilo dengan medan naik turun gunung dan berbelok-belok. Kadang pemborong sendiri datang langsung ke ladang patani cengkeh dan membeli/memborong cengkeh-cengkeh yang belum dipetik. Masalah harga menurut Romli (48 tahun) “jika dibandingkan dengan menjual cengkeh ke pengepul hasilnya sama karena kita (petani) tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk memetik cengkeh dan uang yang didapat bisa langsung diberikan dengan tunai,” jelas beliau.

Hampir seluruh hasil pertanian di Desa Bolo terutama cengkeh dan ketela dibawa ke Gudang atau pabrik di Ponorogo. Belum ada usaha dari masyarakat sekitar untuk mengolah dan memasarkan sendiri hasil pertaniannya. Namun masyarakat petani Desa Bolo tetap merasa nyaman dan menerima keadan seperti ini.

D. Tingkat Pendidikan RendahMaju tidaknya sebuah masyarakat bisa dilihat dari tingkat

pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka maju pula masyarakatnya. Karena dengan pendidikkan, sumber daya manusia akan bertambah. Begitu pula sebaliknya, jika tingkat pendidikan suatu masyarakat rendah maka sulit untuk mengalami kemajuan.

Dalam bidang pendidikan, masyarakat desa Bolo juga masih jauh ketinggalan. Artinya, sejauh ini warga dusun Dringo mayoritas adalah lulusan SD. Hal itu berdampak langsung dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang notabene adalah penerus dari tonggak pembangunan desa Bolo.

Rata-rata masyarakat desa Bolo hanya lulusan sekolah dasar (SD). Beberapa diantaranya lulusan SMP, lulusan SMA dan

43

Page 30: Narasi Riset Aksi Partisipatif

belum mengecap bangku pendidikan. Apabila diprosentasikan, lulusan SD 70%, SMP 10%, SMA 5% dan sisanya sebanyak 15% belum pernah merasakan dunia pendidikan.

Tahun 2010 seiring bertambahnya jumlah penduduk yang melahirkan generasi, kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai tumbuh dan berkembang dimasyarakat. Terbukti atas inisiatif masyarakat sendiri pada tahun ini telah berdiri Lembaga pendidikan baru yaitu PAUD (Pendidikan AnakUsia Dini) dan pembangunan gedung sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di dusun Kembang Kuning desa Bolo.

Namun demikian perlu diketahui pula bahwa kesadaran yang baru tumbuh mengenai pentingya pendidikan bagi generasi-generasi penerus bangsa yang ada didesa Bolo, tentu memiliki penyebab internal dari para pengurus desa.

dari hasil diskusi dengan masyarakat tentang kelompok-kelompok berpengaruh di desa dengan menggunakan diagram venn menghasilkan 7 kelompok berpengaruh di masyarakat. 7 kelompok tersebut adalah; muslimat, PKK, kelompok arisan, KOPWAN ,KARANG TARUNA, GAPOKTAN dan Setia Hati.

Gambar 14Dominasi Minoritas Kelompok Masyarakat

44

Page 31: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Seperti yang terdapat dalam diagram, diketahui bahwa Kelompok muslimat adalah kelompok terdekat yang kegiatannya bisa merangkul seluruh lapisan masyarakat. Porsi kedekatan mereka dengan masyarakat memiliki nilai terbesar. Kegiatan mereka lebih condong dalam bidang agama agar suasana religi di desa lebih tampak. Kegiatan yang sering dilakukan adalah yasinan dan rebana.

Selain itu, PKK menempati posisi ke dua dalam gambar. Untuk posisi yang ketiga yang berpengaruh yang mempunyai dampak ke masyarakat adalah kelompok arisan. Kelompok ini secara umum dibagi menjadi dua yaitu kelompok arisan bapak-bapak/pemuda dan kelompok arisan ibu-ibu/wanita. Hampir setiap dua minggu sekali dan tanggal-tanggal tertentu mereka berkumpul bersama di rumah masyarakat tertentu yang menjadi tempat pertemuan.

Kemudian KOPWANT(Kelompok Wanita Tani) adalah sebuah perkumpulan bagi para wanita yang berprofesi sebagai petani. Karena sebagian besar masyarakat desa Bolo berprofesi sebagai petani yang di dominasi oleh wanita baik diladang sendiri ataupun ladang orang lain maka berdirilah KOPWAN yang memberi naugan bagi mereka petani wanita.

Selain KOPWANT ada juga GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) yang berfungsi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat khusunya para petani.

Selanjutnya Karang taruna, karang Taruna sudah ada dan berdiri sejak lama di desa Bolo, namun dari segi kedekatannya, karang Taruna hanya menempati peringkat kelima dari diagaram

45

Page 32: Narasi Riset Aksi Partisipatif

diatas. Tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok ini sehingga lebih terlihat kevakumannya daripada keaktifannya. Ini disebabkan karena orang-orang yang ada didalamnya itu-itu saja dan tidak ada regenerasi baru untuk meneruskan kepengurusan Karang Taruna. Sehingga ide-ide segar yang diharapkan bisa mempunyai dampak langsung kemasyarakat belum bisa terjadi.

Porsi terakhir kedekatan kelompok dengan masyarakat dimiliki SHT atau Setia Hati Terate. Meski dulunya kelompok ini adalah kelompok terbanyak anggotanya karena setiap laki-laki desa pasti mengikuti kelompok ini, hal itu tidak lantas membuat kelompok ini memiliki pengaruh besar kepada masyarakat. Alasan kenapa kelompok ini kurang begitu dekat dengan masyarakat karena pemuda di desa Bolo berkurang. Mereka para pemuda banyak yang merantau keluar kota atau luar pulau bahkan sampai keluar negeri. Semakin berkurang jumlah anggotanya, maka semakin berkurang pula pengaruh kelompok ini.

Dari pemaparan dominasi minoritas masyarakat diatas, dapat dipahami bahwa kelompok-kelompok karang taruna yang notabene adalah wadah bagi para generasi mudah malah merupakan organisasi yang jauh dari masyarakat, inilah salah satu penyebab tingkat pendidikan di Desa Bolo rendah, dengan tidak adanya wadah yang dapat mensosialisasikan bahkan menampung permasalahan generasi pemudah desa khususnya mengenai pendidikan maka solusi untuk masalah pendidikan pun tidak ada, bahkan masyarakat awam yang tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah masalah tetap melestarikan ketidak pedulian mereka terhadap pendidikan yang berdampak buruk bagi anak-anak pelanjut generasi desa Bolo.

MENGGALI HARAPAN MENUJU MASA DEPAN

46

Page 33: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Desa Bolo dengan berbagai macam permasalahnnya secara tidak langsung telah melumpuhkan kehidupan masyarakat dalam segala hal. Masalah-masalah itu terdiri dari berbagai aspek yang tidak diketahui kapan akan berakhir tanpa menggali pokok dari akar masalah tersebut. Apabila dibiarkan maka akan muncul tunas masalah baru.

Dalam hal ini, tim KKN PAR sebagai pendamping akan menjelaskan beberapa prolog aksi yang dilakukan untuk menggali masalah-masalah dan akar masalah yang selama ini menjadi parasit dalam kehidupan masyarakat desa Bolo.

Mengacu pada gambar pohon masalah di BAB III, maka harapan masyarakat untuk mengatasi kurangnya kesehatan lingkungan terlihat pada gambar pohon harapan berikut :

47

Page 34: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Gambar 15POHON HARAPAN

48

Kehidupan hewan ternak

tidak terancam

Penghasilan masyarakat meningkat

Mutu kesehatan

masyarakat meningkat

Ada penambahan tenaga medis dari pemerinta

h

Koordinasi antar

pengurus meningka

t Sosialisasi dari ketua pelaksana

pd anggota

lebih sering

Ada motor penggerak

yang diambil dari

kelompok masyarakat

Ada ketegasan dari pihak

pemerintah desa

MENINGKATNYA KESEHATAN LINGKUNGAN

Pusat kesehatan

masyarakat berfungsi

secara optimal

Tenaga medis

tercukupi

Organisasi kes. Desa yang ada berfungsi

Pengurus pro aktif

Pengurus paham dengan tugas

masing- masing

Program kesehatan

desa berjalan

Masyarakat berpartisip

asi

Page 35: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Bertambahnya kesehatan lingkungan bisa terwujud apabila pusat kesehatan masyarakat berfungsi secara optimal, organisasi kesehatan yang ada berfungsi dan program kesehatan desa berjalan. Pusat kesehatan masyarakat bisa dikategorikan berfungsi secara optimal apabila tenaga medisnya tercukupi, tidak hanya mengandalkan satu orang. Itu semua akan tercapai jika ada penambahan tenaga medis dari pemerintah.

Setiap desa di Indonesia sebenarnya memilki organisasi kesehatan begitu juga halnya dengan desa Bolo. Akan tetapi, organisasi yang ada di desa Bolo tidak berfungsi. Harapannya, organisasi kesehatan di desa Bolo bisa berjalan demi meningkatnya kesehatan lingkungan desa. Untuk mewujudkan langkah tersebut dibutuhkan pengurus yang proaktif dan pengurus yang paham dengan tugas-tugasnya masing-masing. Pengurus yang proaktif bisa diwujudkan apabila ada kordinasi antar pengurus. Sedangkan pengurus bisa paham dengan tugas masing-masing jika ada sosialisasi mengenai tugas masing-masing pengurus dari ketua pelaksana pada anggota organisasi kesehatan desa.

Terakhir, untuk meningkatkan kesehatan lingkungan desa Bolo adalah program kesehatan desa yang sebelumnya tidak berjalan harus berjalan. Hal ini bisa terwujud dengan adanya partisipasi masyarakat. Agar masyarakat bisa berpartisipasi, perlu adanya motor penggerak yang diambil dari masyarakat sendiri, tidak mengandalkan perangkata desa dan diperlukan

49

Page 36: Narasi Riset Aksi Partisipatif

adanya ketegasan dari pihak pemerintah desa terhadap warga yang tidak menjalankan program tersebut.

Dampak positif apabila kesehatan lingkungan desa meningkat adalah: mutu kesehatan masyarakat meningkat, penghasilan masyarakat meningkat dan kehidupan hewan ternak tidak terancam. Masyarakat bisa braktifitas tanpa adanya kendala kesehatan yang mengganggu. Sehingga tercipta desa yang masyarakatnya sehat dan sejahtera.

A. Musyawarah Tentang Organisasi Kesehatan Desa

Setelah resmi dan disetujui oleh semua pihak yang bersangkutan, akhirnya musyawarah diputuskan dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2010. Musyawarah yang dilaksanakan pada hari Selasa itu dihadiri oleh 20 orang yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dan bertempat di posko KKN sesuai permintaan masyarakat.

Ternyata masalah yang dihadapi warga desa Bolo tidak hanya datang dari satu sisi melainkan dari berbagai sisi. Semua diketahui saat musyawarah berjalan sekitar tiga puluh menitan. Semua warga ikut aktif menyumbangkan pendapatnya saat memasuki wilayah masalah di desa. Namun, dari berbagai masalah yang ada warga lebih menginginkan masalah kesehatan diselesaikan pertama kali karena akhir-akhir ini banyak warga yang terserang penyakit.

Pembahasan langsung memasuki wilayah penyebab utama berkurangnya kesehatan lingkungan di desa Bolo. Seperti terlihat dalam pohon masalah, ada tiga penyebab utama kurangnya

50

Page 37: Narasi Riset Aksi Partisipatif

kesehatan lingkungan sehingga warga memilih program kesehatan desa yang tidak berjalan untuk diselesaikan.

Dari beberapa pendapat yang diutarakan masyarakat, sebagaian besar masyarakat belum mengerti bahkan belum mengetahui tentang program kesehatan yang ada di desa. Bagaiamana bentuk dan juga kinerjanya. Mereka baru mengerti setelah ada musyawarah bersama.

Masalah pertama, organisasi yang dibentuk untuk menaungi masalah kesehatan di desa ternyata dibentuk bukan berdasar hasil musyawarah bersama, melainkan oleh satu pihak saja sehingga tidak ada satu pun dari pengurus organisasi paham dengan tugas masing-masing. Bahkan salah satu pengurus, Priatun (39 tahun) mengaku kalau dirinya baru tahu termasuk salah satu pengurus saat musyawarah ini berlangsung.

Masalah kedua, tidak ada sosialisasi dari ketua organisasi kepada pengurus sehingga rasa tanggung jawab pengurus terhadap tugasnya tidak ada. Hal ini menyebabkan pengurus lebih banyak diam jika ada masalah kesehatan karena tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Padahal, menurut salah satu pengurus, sebenarnya mereka mau melakukan apa saja demi kemajuan desa, tapi karena mereka tidak tahu dengan tugasnya mereka lebih baik diam daripada melakukan kesalahan.

Masalah ketiga, anggota dari organisasi ini lebih didominasi oleh perangkat desa. Selain memiliki kesibukan untuk mengurusi masalah kesehatan, mereka juga harus mengurus masalah lain sesuai posisi mereka di desa. Ditambah para pengurus yang rata-rata petani juga harus mencari pakan untuk ternak mereka.

51

Page 38: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Akibatnya, para pengurus tidak bisa proaktif satu dengan yang lainnya disebabkan oleh waktu yang tidak memadai. Ujung-ujung berdampak pada organisasi kesehatan terbengkalai dan tidak berjalan.

Masalah keempat, organisasi ini tidak mempunyai tempat tetap untuk dijadikan basecamp atau kantor yang bisa melayani masyarakat selama 24 jam. Jadi, sewaktu-waktu jika masyarakat membutuhkan pertolongan, mereka tidak tahu harus ke tempat siapa. Bila kejadiannya seperti itu, masyarakat biasanya langsung ke rumah sakit di kota yang jaraknya jauh dari desa dan membutuhkan waktu lama.

Musyawarah ini berakhir dengan kesepakatan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan segera. Namun masalah waktu belum bisa ditentukan karena masih menunggu hasil musyawarah dengan para pengurus organisasi kesehatan desa. Harapan masyarakat Bolo hanya satu, yaitu bagaimana lingkungan desa kembali sehat tanpa harus mengeluarkan biaya untuk berobat ke-sana ke-mari.

B. Sosialisasi Tugas dengan Pengurus Organisasi Kesehatan Desa

Setelah bertemu dengan ketua organisasi, tim KKN mencoba memberikan masukan agar ketua organisasi bisa melakukan sosialisasi dengan para pengurus. Hal tersebut tidak sia-sia karena ketua organisasi ini mau melakukannya. Maka, pada tanggal Agustus 2010 pertemuan dengan para anggota pun dilaksakan.

Pertemuan dengan para pengurus akhirnya menemukan titik terang. Organisai yang melibatkan 9 pengurus ini adalah

52

Page 39: Narasi Riset Aksi Partisipatif

organisasi yang datang dari program pemerintah bernama Desa Siaga. Organisasi ini bergerak dalam bidang penanganan masyarakat seputar kesehatan dan bencana. Organisasi ini berada di bawah naungan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat.

Sosialisasi ini berakhir dengan keputusan pembuatan buku panduan oleh ketua pelaksana Desa Siaga. Kedua, mengganti beberapa orang pengurus yang sudah tidak ada dengan pengurus baru. Terakhir, untuk masalah kantor, sementara masih bertempat di PUSKESMAS.

C. Pemecahan Masalah Kesehatan Bersama MasyarakatMasalah tentang organisasi kesehatan desa telah berhasil

dipecahkan. Sudah ada titik terang mengenai kinerja organisasi tersebut. Maka, untuk menindak lanjuti masalah kesehatan desa perlu adanya bukti konkrit untuk mencegah segala dampak negatif yang diakibatkan oleh lingkungan tidak sehat.

Muncul usul yang diutarakan oleh Bapak Turimin (36 tahun) untuk mengadakan pengasapan atau fogging. Tujuannya untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh nyamuk. Namun, usul ini dianggap tidak efekti karena tidak semua penyakit datang dari nyamuk. Satu lagi, untuk bisa mendapatkan alat fogging, warga harus mengambilnya dari Surabaya. Karena hanya dari Surabaya-lah alat fogging bisa dengan mudah didapatkan.

Usul kedua datang dari Bapak Parjo (49 tahun) yang mengusulkan tentang bersih-bersih desa. Alasannya, apabila desa sudah bersih, tidak mungkin ada penyakit yang menyerang. Nyamuk-nyamuk bisa hilang dengan sendirinya jika sarangnya

53

Page 40: Narasi Riset Aksi Partisipatif

sudah dihilangkan. Namun, usul ini mengalami kendala karena kebanyakan warga Bolo tidak mau membersihkan tempat lain selain rumahnya sendiri, kuburan dan tempat-tempat yang dianggap milik bersama. Ada satu hal lagi, warga yang rumahnya jauh dari jalan tidak mau ikut membersihkan karena menurutnya, rumah mereka tidak mungkin dilihat orang dan percuma, meski sudah dibersihkan sebentar kotor lagi karena banyaknya sampah dari daun pohon yang berserakan.

Akhirnya, karena perdebatan tak kunjung selesai dan pendapat yang masuk bermacam-macam, maka keputusan diambil dengan jalan voting. Hasil voting dimenangkan oleh usul Bapak Parjo. Bersih-bersih desa sepakat dilaksanakan dua hari sebelum tim KKN pulang.

D. Memfasilitasi Masyarakat dengan StakeholderDi samping permasalahan kesehatan, masih banyak

permasalahan lain yang menunggu giliran untuk segera ditangani. Meskipun demikian, porsinya tidak sebanyak permasalahan kesehatan. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut pemberdayaan sumberdaya serta potensi masyarakat setempat dan pembangunan fisik. Permasalahan pemberdayaan sumberdaya dan potensi yang ada misalnya kurangnya pemanfaatan dan pengolahan hasil-hasil bumi. Sedangkan permasalahan dalam pembangunan fisik misalnya, pembangunan jalan beraspal hingga ke dusun Bolo dan Jajar, serta pembangunan fasilitas-fasilitas pendidikan di kedua dusun tersebut.

Hal pertama yang diinginkan oleh masyarakat Bolo adalah pengaspalan jalan dusun Bolo dan Jajar. Maka untuk itu, tim KKN memfasilitasi masyarakat untuk menindak lanjutinya dengan

54

Page 41: Narasi Riset Aksi Partisipatif

diskusi bersama Pegawai Negeri Sipil dari kecamatan untuk mengetahui teknisnya. Tim KKN hanya mampu untuk mengatur jadwal pertemuan dengan PNS dari kecamatan Kare: Bapak Eko Sutanto (32 tahun). Untuk masalah tempat semua ditanggung masyarakat dan dilaksanakan setelahs tim KKN pulang.

Adapun mengenai masalah pembangunan fasilitas pendidikan dusun Bolo, semua diserahkan kepada masyarakat dan para petinggi desa. Disepakati, mereka akan melakukan pembangunan fasilitas pendidikan di hari-hari berikutnya seperti pembangunan fasilitas gedung TK yang telah berjalan 10% di dusun Kembang Kuning.

MENGGALI HARAPAN MENUJU MASA DEPAN

A. Bersatu Padu Membentuk Hidup SehatPengorbanan untuk menciptakan lingkungan sehat oleh

masyarakat desa Bolo berlanjut dengan mengadakan bersih desa pada tanggal 07 Agustus 2010. Masyarakat berharap, mungkin dengan perjuangan ini semua masalah kesehatan bisa teratasi. Tidak perlu ada sakit yang tak sembuh, tak perlu ada anak kecil yang menderita dan tak perlu ada korban jiwa.

Gambar 16

55

Page 42: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Bersih desa dimulai dengan membersihkan batas desa bagian timur yang berbatasan langsung dengan desa Bodag untuk warga yang menempati kawasan RT I. Sedangkan untuk RT IV, yang dekat dengan gapura pintu utama desa Bolo, membersihkan alas sebelum memasuki desa hingga selokan-selokan yang ada di pinggir jalan. Sedangkan untuk RT II, III dan V membersihkan gorong-gorong di sepanjang jalan dalam desa, serta membersihkan halaman-halaman rumah masing-masing. Sisanya sebanyak 15 RT yang ada di dusun Bolo dan Jajar membersihkan halaman rumah masing-masing karena jarak antara rumah cukup jauh.

Bersih desa dilanjutkan dengan membersihkan bak-bak penampungan air yang ada tiap 200 m. di sepanjang jalan desa. Proses bersih-bersih ini hanya diikuti oleh kaum laki-laki, sedangkan para ibu-ibu bertugas menyiapkan minum untuk para pekerja. Bersih-bersih yang dimulai jam 07.00 ini berakhir 6 jam kemudian.

Karena masalah kesehatan adalah masalah yang penyelesaiannya jangka panjang, maka dampak positif yang dihasilkan dari bersih-bersih desa tidak bisa langsung tampak

56

Foto 11: KERJA KERAS. Bersih desa yang dimulai dari perbatasan desa.

Page 43: Narasi Riset Aksi Partisipatif

pada saat itu. Hanya saja, harapan kedepannya bisa lebih baik. Seperti pepatah berkata “bersih pangkal sehat.”

B. Pembentukan Organisasi Masyarakat Peduli SehatMasalah utama yang dihadapi masyarakat desa Bolo adalah

lingkungan tidak sehat yang menyebabkan banyak timbulnya penyakit dan hal-hal negatif lainnya. Bersih-bersih desa hanya sebagai usaha dan bukti pertama untuk mengatasi masalah tersebut. Butuh adanya tindak lanjut agar harapan menciptakan lingkungan sehat bisa terwujud.

Selanjutya, demi terwujudnya impian besar masyarakat Bolo, perlu adanya tonggak besar yang menjaga agar impian itu tidak hilang dan bisa bertlanjut. Maka, tim KKN dengan masyarakat perlu rasanya untuk membuat organisasi berkelanjutan yang akan menghandle itu semua di samping organisasi kesehatan yang telah ada. Tujuan organisasi ini adalah untuk menciptakan organisasi yang tidak hanya beranggotakan para petinggi desa melainkan masyarakat desa Bolo.C. Pelatihan Bimbingan Tajwid Guru TPA

Anak-anak adalah bibit penerus tonggak masa depan. Jika bibit itu ingin tumbuh dengan bagus haruslah dipupuk sejak dini. Berawal dari itu tim KKN IAIN Sunan Ampel 1995 mulai merintis TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di desa Bolo. Meski dengan sedikit perjuangan keras akhirnya tempat belajar untuk anak-anak bisa terwujud dan kegiatan belajar mengajar bisa dimulai untuk pertama kalinya.

Gambar 17

57

Page 44: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Keadaan yang sedemikian hanya berjalan beberapa bulan saja, karena sepulangnya tim KKN dari desa Bolo keadaan kembali seperti semula. TPA yang sudah dirintis dengan susah payah kembali mati seperti tidak pernah ada sebelumnya. Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena ketiadaan tenaga penerus dari perjuangan tim KKN 1995. Kondisi tersebut tidak berubah selama tiga tahun hingga akhirnya muncul seorang bapak pindahan asal Bandung yang dengan sukarela menghidupkan kembali TPA yang sudah mati suri pada tahun 1998.

Dibawah asuhan Bapak Asep (40 tahun), TPA mempunyai siswa-siswi sebanyak 30 anak. Terus bertambah dari tahun ke tahun hingga akhirnya mencapai jumlah 60 anak pada tahun 2010.

Seiring dengan bertambahnya kesibukan yang dimiliki oleh Bapak Asep salah satunya adalah pengawas TPA kecamatan, kadang beliau tidak mempunyai waktu untuk mengurusi TPA di desa. Maka, cara efektif untuk mengisi ketidak hadiran beliau adalah mencarikan pengganti beliau sebagai pengajar TPA. Guru pengganti diangkat dari siswa-siswi lulusan TPA yang sudah cukup dewasa dan dianggap mampu dan bebrapa orang yang dengan sukarela menawarkan tenaganya. Cara ini terbukti

58

Foto 12: SEMANGAT. Kegiatan belajar TPA

Page 45: Narasi Riset Aksi Partisipatif

membantu kelancaran proses belajar mengajar hingga akhirnya Bapak Asep benar-benar lepas tangan dari TPA dan hanya menjadi pengawas saja.

Namun masalah tidak hanya berhenti di situ saja, kali ini masalah datang dari para pengajar. Mereka mengaku meski bisa membantu, itu semua hanya sebatas huruf, harokat dan cara membacanya. Sedangkan untuk tajwid mereka tidak bisa mengajari karena mereka sendiri tidak memahaminya.

Al-Qur’an adalah kitab tuhan yang termasuk kategori ibadah apabila membacanya. Bertajwid dalam membacanya adalah keharusan. Karena jika tidak, maka bisa mengubah makna yang terkandung di dalamnya. Mendengar pengakuan dari para pengajar, hal ini merupakan salah satu target yang harus dicarikan solusinya untuk menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya berakhlak Qur’ani melainkan mampu membaca al-Qur’an tanpa cacat yang bisa merubah maknanya. Juga bisa mencetak penerus yang bisa melanjutkan kelangsungan hidup TPA.

Setelah melakukan beberapa pertimbangan dengan Bapak Asep dan beberapa pengajar TPA Ida (28 tahun ) Dewi (30 tahun), Luluk (27 tahun) dan Prayoga (18 tahun), akhirnya muncul kesepakatan untuk melakukan pelatihan bimbingan tajwid kepada para pengajar TPA. Pelatihan dilakukan tiap sore setelah para guru selesai mengajar TPA. Pelatihan dibimbing oleh beberapa orang dari tim KKN sendiri. Hal ini untuk mempermudah karena waktu untuk bimbingan hanya sekitar 15 sampai 25 menit tiap harinya sekaligus menghemat biaya daripada harus mendatangkan pembimbing dari luar desa.

Selain itu, untuk menjaga agar hasil pelatihan tidak hilang setelah tim KKN kembali, para guru TPA juga sepakat untuk

59

Page 46: Narasi Riset Aksi Partisipatif

dibuatkan buku panduan tajwid. Buku panduan dibuat dengan meresum beberapa buku panduan tajwid lain. Selebihnya, untuk teknis percetakan dan perbanyakan semua diserahkan kepada pihak TPA.

D. Mempromosikan Goa SuciDesa Bolo merupakan desa yang kaya dengan potensi alam,

salah satunya adalah wisata alam yang ada di dalamnya. Goa Suci adalah salah satu wisata alam yang dimiliki desa Bolo. Wisata alam ini terdapat di dusun Djajar.

Goa suci baru ditemukan sekitar 4 tahun yang lalu tepatnya pada bulan September 2006 oleh 4 orang Bapak yang sedang mencari Krecekan Denu (nama sebelum menjadi Goa Suci). Cerita bermula ketika empat orang warga berkeinginan untuk mencari tahu Krecekan Denu (air terjun) yang mereka dengar dari cerita mulut ke mulut. Mereka ingin membuktikan seperti apa dan apakah benar Krecekan Denu itu ada.

Meski melewati hutan alas yang bermedan terjal dan sulit, semangat keempat bapak ini, Bapak Kuat, Harjomingan, Sumanto dan Mingan tidak luntur karena saking semangatnya untuk menemukan Krecekan Denu. Perjuangan keempat bapak ini ternyata tidak sia-sia, mereka akhirnya menemukan apa yang dicari. Krecekan Denu yang membuat mereka penasaran kini berada di hadapan mereka. Sebuah air terjun setinggi 10 meter dengan indah menghiasi tebing yang ada di sisi-sisinya.

Gambar 18

60

Page 47: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Cerita tidak hanya berhenti di situ, karena salah seorang bapak masih penasaran dengan lubang hitam yang ada di balik air. Meski dicegah oleh temannya yang lain karena lagi-lagi menurut cerita mulut ke mulut lubang itu adalah sarang hewan-hewan buas seperti ular dan biawak, bapak Kuat tetap memaksa masuk. Sesampainya di dalam ternyata bukan hewan buas yang ditemukan oleh Bapak Kuat melainkan mulut gua yang hanya berukuran 1,5 meter dan hanya bisa dimasuki dengan berjongkok.

Semenjak saat itu mulailah Krecekan Denu dikenal oleh masyarakat setempat dan mulai diperhatikan. Dan dengan cara tiba-tiba warga menamai objek wisata alam yang memadukan keindahan air terjun dan gua ini dengan Goa Suci. Alasannya menurut keyakinan warga karena lubang gua berujung di tanah suci Makkah bila ditelusuri.

Namun meski desa Bolo sudah mempunyai objek wisata yang bisa dijadikan aset desa, ada beberapa masalah yang mengikuti kemunculannya. Pertama, Akses menuju Goa Suci sangat sulit bila dilewati dari desa Bolo karena banyak jalan belum beraspal, menanjak dan curam. Kedua, ada akses yang lebih gampang melalui desa tetangga, akan tetapi hal ini menuai klaim kepemilikan atas desa tetangga. Terakhir, wisatawan yang

61

Foto 13: KRECEKAN DENU. Wisata alam yang berubah nama menjadi Goa Suci

Page 48: Narasi Riset Aksi Partisipatif

berkunjung ke Goa Suci sangat sedikit karena nama Goa suci sendiri tidak terlalu familiar di telinga masyarakat umum.

Aset desa sudah di depan mata. Selanjutnya tinggal bagaimana mengelolanya agar bisa menjadi lebih berguna di masa depan. Maka, pada tanggal 14 Juli 2010 tim KKN bersama Bapak Suryanto (penanggung jawab desa) Bapak Eko Sutanto (PNS kecamatan Kare 32 tahun) Bapak Supri (55 tahun) dan Bapak Jariyanto (51 tahun) melakukan diskusi mengenai masalah Goa Suci. Mereka sepakat menargetkan penambahan pengunjung dengan cara mempromosikan dan mengiklankan Goa suci lewat blog dan beberapa situs di internet. Alasannya karena menggunakan jasa internet lebih cepat, murah dan bisa mencakup seluruh masyarakat di dunia. Sedangkan untuk masalah pertama dan kedua, pihak desa, bapak Eko Sutanto dan beberapa warga akan melakukan kordinasi dengan pihak terkait.

E. Pembuatan Kumpulan Do’a Harian Untuk Jama’ah MasjidMasjid merupakan pusat kegiatan keagamaan di desa Bolo

karena mayoritas penduduknya adalah muslim. Geliat keagamaan selalu terlihat saat memasuki waktu sholat. Meski dalam jumlah sedikit, sholat jama’ah selalu terlaksana di masjid yang hanya berukuran 6x7 m ini. Masjid Nurul Jannah memiliki jadwal ta’lim atau ceramah setiap selesai sholat maghrib yang dipimpin oleh imam jama’ah. Sebuah jadwal yang jarang dimiliki oleh masjid-masjid lain. Tujuan diadakannya ceramah keislaman setiap habis maghrib menurut bapak Dahlan, imam masjid (43 tahun) untuk memupuk ajaran al-Qur’an dalam jiwa para jama’ah yang 70% masih memegang tradisi nenek moyang.

Setelah berdiskusi dengan jama’ah dan takmir masjid, akhirnya diputuskan untuk membuat kumpulan hadits-hadits yang

62

Page 49: Narasi Riset Aksi Partisipatif

berisikan tentang amal-amal baik nabi. Tujuannya agar masyarakat bisa mencontoh sifat kebaikan nabi tanpa harus menunggu ceramah setiap habis maghrib. Dengan adanya buku kumpulan amal-amal baik nabi masyarakat bisa lebih mengenal agama demi teciptanya baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.

CATATAN AKHIR REFLEKSI PROSES PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DESA BOLO

63

Page 50: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Masyarakat desa Bolo merupakan masyarakat desa yang masih memegang teguh tradisi dan budaya. Sederhana dan murninya pola pikir mereka membuatnya tidak pernah mengeluh dengan keadaan. Sikap ikhlas yang mereka terapakan membuat kehidupan bermasyarakat menjadi lebih bermakna. Gambar nyata sebuah kehidupan yang penuh dengan kedamain.

Lingkungan sekitar yang sehat sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Bolo. Segala sesuatu yang mereka kerjakan semua kembali pada lingkungan. Namun, apabila lingkungan tempat mereka mengadu hidup sudah mengancam kehidupan mereka, tidak ada yang bisa diperbuat kecuali mengembalikan lingkungan tempat hidup mereka seperti semula.

Lingkungan tidak sehat yang sekarang mereka tempati membuat aktifitas rutin mereka menjadi terganggu dan membuat kemunduran dalam berbagai aspek. Lingkungan tidak sehat pula membuat angka kematian bertambah dan ekonomi masyarakat tidak menentu. Hal lain yang menjadi penyebab adalah karena masyarakat desa Bolo merupakan masyarakat yang selalu menunggu perintah dari atasan meski dalam hati mereka terbersit keinginan untuk melakukan.

Selanjutnya, apabila kesehatan lingkungan sehat tercipta, apakah masyarakat Bolo bisa merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik? Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui permasalahan desa Bolo dan jalan keluarnya secara mendalam. Tidak cukup hanya dengan penglihatan sekejap. Karena tindakan yang berdasarkan atasa meraba-raba cenderung pada membuat masalah tanpa ada pemecahan.

64

Page 51: Narasi Riset Aksi Partisipatif

Porsi pertama masalah yang harus segara diatasi di desa Bolo adalah pembangunan fisik desa. Alasan utamanya karena hal tersebut merupakan media untuk memperlancar aspek-aspek lain yang ada di desa. Aspek pembangunan merupakan bagian yang vital untuk mencetak Sumber Daya Manusia yang baik. Sedangkan aspek ekonomi untuk terpenuhinya kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Kendala yang paling terlihat dari pembangunan adalah akses jalan yang tidak nyaman. Desa bolo yang kaya akan hasil alam dan potensi wisata seharusnya menjadi desa maju yang kebutuhan masyarakatnya terpenuhi menjadi terhambat. Sejauh ini, desa Bolo hanya menunggu uluran tangan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.

Desa bolo adalah desa yang permasalahannya tidak sama dengan desa lain. Menyakapi masalah di desa Bolo seharusnya menggunakan konsep bottom-up yaitu langkah penelitian yang dilakukan dari masyarakat terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui bahwa masalah itu benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat untuk diselesaikan. Pendampingan yang dilakukan oleh tim KKN PAR IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA menemukan sedikit fakta tentang permasalahan desa Bolo. Bilaman proses penelitian lebih panjang, kemungkinan penyelesaian permasalahan masyarakat bisa lebih cepat dan mendapatkan hasil yang sempurna.

Di desa Bolo juga terdapat potensi wisata alam yang butuh untuk dikembangkan yaitu Goa Suci. Apabila bisa dikembangkan, memungkinkan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat. Namun, karena akses jalan nyaman yang tak kunjung ada,

65

Page 52: Narasi Riset Aksi Partisipatif

kemungkinan tersebut menjadi terhambat. Apakah yang melatar belakangi tidak adanya akses jalan ke Goa Suci? Hal ini perlu penelitian yang mendalam demi terciptanya masyarakat desa Bolo yang sejahtera.

66

Page 53: Narasi Riset Aksi Partisipatif

67