n pada kopi luwak darah tikus normal tesis -...

128
UNIVERSITAS INDONESIA Uji Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Fitokimia pada Kopi Luwak Arabika dan Pengaruhnya terhadap Tekanan Darah Tikus Normal dan Tikus Hipertensi TESIS Erna Ciptaningsih 0806422050 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEFARMASIAN DEPOK JUNI 2012 Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Upload: dodiep

Post on 01-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

UNIVERSITAS INDONESIA

Uji Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Fitokimia pada Kopi Luwak

Arabika dan Pengaruhnya terhadap Tekanan Darah

Tikus Normal dan Tikus Hipertensi

TESIS

Erna Ciptaningsih

0806422050

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FARMASI

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEFARMASIAN

DEPOK

JUNI 2012

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 2: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

UNIVERSITAS INDONESIA

Uji Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Fitokimia pada Kopi

Luwak Arabika dan Pengaruhnya terhadap Tekanan Darah

Tikus Normal dan Tikus Hipertensi

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Farmasi

Erna Ciptaningsih

0806422050

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FARMASI

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEFARMASIAN

DEPOK

JUNI 2012

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 3: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 4: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 5: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 6: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

v Universitas Indonesia

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan syukur atas segala karunia dan nikmat yang Allah SWT telah

berikan sehingga tugas akhir ini dapat kami selesaikan. Penulisan tesis ini dilakukan

dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Magister Farmasi

Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Indonesia. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt., selaku pembimbing pertama yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan evaluasi, semoga

Allah senantiasa merahmati Bapak dan keluarga.

2. Ibu Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D., Apt., selaku pembimbing kedua yang

selalu mendorong dan membimbing, semoga Allah senantiasa mencintai Ibu dan

keluarga.

3. Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, sebagai evaluator, terimakasih untuk masukan-

masukannya, semoga Allah senantiasa memberikan karunia dan rahmat untuk

Bapak dan keluarga.

4. Prof. Dr. Effionora Anwar M.S., Apt., selaku Ketua Program Pasca Sarjana

Farmasi Universitas Indonesia yang tidak bosan mendorong untuk menyelesaikan

tugas akhir ini, semoga Allah senantiasa menyayangi Ibu dan keluarga.

5. Dr. Berna Elya M.Si., Apt., selaku dosen fitokimia yang selalu memberikan

perhatian dan bantuan, semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan rahmat

untuk Ibu dan keluarga.

6. Pak Rudi, yang dengan ikhlas menyumbangkan kopi luwak produksinya untuk

diteliti, semoga Allah senantiasa melimpahkan rizki yang luas dan barokah untuk

Bapak dan keluarga.

7. Ulfa, Pak Surya, Slamet dan Mas Agus terimakasih mendalam untuk bantuannya,

Allah yang akan membalas kebaikan kalian dan semoga mencapai sukses dunia

akhirat.

8. Dita, Jenifer, Yiska, Septi, Wardah, Wita, Ali, Ryan, Nia, Anju, Yunita, Putu,

Atika, Salmi, Dian, Lutfa, Aktsar dan adik-adik kelas yang tak bisa disebutkan satu

persatu, yang tak bosan-bosan untuk membantu, memberitahu dan menularkan

semangat, semoga Allah pun akan selalu memudahkan langkah kalian.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 7: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

vi Universitas Indonesia

9. Pak Ma’ruf dan Pak Suroto satpam Farmasi yang selalu setia menemani hingga

hari berganti terang.

10. Seluruh staf pengajar dan karyawan serta rekan-rekan mahasiwa Program Studi

Magister Ilmu Kefarmasian Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu proses penelitian dan penyusunan tesis ini.

Tidak lupa kepada kedua orang tua, doa dan amal sholeh mereka yang membuat

penelitian ini menjadi ‘lancar’, suami tercinta Fahmi Wibawa dan dua anak-anakku

Dzaki dan Farah, terimakasih untuk doa dan pengorbanan lahir batin kalian, juga untuk

Susi, Siti, dan Tuti yang amanah menjaga rumah dan tugas-tugas kalian, serta seluruh

kelurga besar yang selalu mendukung dan mendoakan, semoga kita selalu

dikumpulkan dengan limpahan kasih sayang Allah.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada

tesis ini. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi umat dan bangsa Indonesia

khususnya.

Penulis

2012

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 8: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 9: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Erna Ciptaningsih

Program Studi : Magister Ilmu Kefarmasian

Judul : Uji Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Fitokimia pada Kopi

Luwak Arabika dan Pengaruhnya terhadap Tekanan Darah Tikus

Normal dan Tikus Hipertensi.

Dari penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki kadar kafein

yang lebih tinggi dari pada kopi bukan luwak. Data tentang aktivitas antioksidan,

fitokimia , dan pengaruh Kopi Luwak terhadap tekanan darah belum banyak diketahui

seperti halnya kopi bukan luwak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

aktivitas antioksidan, fitokimia dan pengaruh Kopi Luwak Arabika terhadap tekanan

darah pada tikus normal dan tikus hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental laboratorium dan preklinis dengan rancangan pre-post test control

group design pada 3 kelompok tikus normal dan 3 kelompok tikus hipertensi dengan 1

kelompok kontrol normal dan 1 kelompok kontrol hipertensi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dan kadar senyawa fenol Kopi Luwak

Arabika lebih rendah dari pada Kopi Arabika. Kadar kafein Kopi Luwak Arabika lebih

tinggi dibanding dengan Kopi Arabika. Kopi Luwak Arabika memiliki efek kronis

hipotensif pada tikus hipertensi dengan berbagai dosis (p≤0,05). Terdapat perbedaan

yang bermakna (p≤0,05) efek hipotensif pada dosis 0,9 dengan 0,18 dan 0,36

mg/200 g bb tikus/hari. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara dosis 0,18

dan 0,36 mg/200 g bb tikus/hari. Kopi Luwak Arabika dengan variasi dosis tidak

mempengaruhi tekanan darah tikus normal.

Kata Kunci: Kopi Luwak, tekanan darah, aktivitas antioksidan, fenol, kafein

Xii + 112 halaman; 13 gambar; 16 tabel

Daftar acuan ; 121 (1958-2012)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 10: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Erna Ciptaningsih

The Study Program : Master of Pharmaceutical Sciences

Title : In Vitro Antioxidant Activity and Phytochemical

Characteristics of Kopi Luwak and Its Affect on Blood

Pressure in Normotensive and Hypertensive Rats.

It was found in the previous studies that Civet Coffee (Kopi Luwak) had content higher

caffeine than regular coffee. The effects of Kopi Luwak on blood pressure have not been

studied yet. Furthermore, research on antioxidant activity, phytochemicals, and its affect

on blood pressure has not been done yet. The purpose of this study was to determine

antioxidant activity and phytochemistry of Arabica Kopi Luwak , and its affect on blood

pressure in normotensive and hypertensive rats. This study was an experimental

laboratory and preclinical studies which was designed with pre-post test control group

design in normotensive and hypertensive rats, which were divided into 3 groups of

normotensive rats, 3 groups of hypertensive rats, 1 group of normotensive control rats,

and 1 group of hypertensive control rats. The results showed that the antioxidant activity

and total phenols content of Arabica Kopi Luwak were lower than Arabica Coffee, and

the caffeine content was higher than Arabica Coffee. The Arabica Kopi Luwak had effect

on chronic hypotensive with various doses (p≤0.05). There were significant differences

(p≤0.05) between 0.9 and 0.18 with 0.36 mg/200 g bw/day doses but these no

significant differences (p>0.05) among 0.18 with 0.36 mg/200 g bw/day doses.

Arabica Kopi Luwak didn’t affect on blood pressure in normotensive and hypertensive

rats with different doses.

Key Words : Kopi Luwak, blood pressure, antioxidant activity, phenols, caffeine.

xii + 112 pages ; 13 pictures, 16 tables

References : 121 (1958-2012)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 11: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.............................. vii

ABSTRAK .…………………….…....…..............................................…………… viii

ABSTRACT . ……………… …......................................................…...................... ix

DAFTAR ISI ……………………….......................................................................... x

DAFTAR TABEL…………………..….................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN…….....….............................................................................. xv

BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ………..………..........................................………..... 1

1.2 Rumusan Masalah…….…………..............................................……. 3

1.3 Jenis Penelitian ................................................................................... 3

1.4 Hipotesis................................................................................................. 3

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5

2.1 Kopi.... .................................................................................................. 5

2.1.1 Sejarah....................................................................................... 5

2.1.2 Taksonomi................................................................................. 5

2.1.3 Jenis-Jenis Kopi……………….....................................…… 6

2.1.3.1 Kopi Arabika (Coffea arabica)..........……............... 6

2.1.3.2 Kopi Robusta (Coffea robusta).................................... 7

2.1.4 Pengolahan Produk Kopi ........................................................ 7

2.1.5 Manfaat dan Efek Samping Kopi............................................. 8

2.2 Kopi Luwak……………................................................................... 11 11

2.2.1 Sejarah....................................................................................... 11

2.2.2 Pembuatan…................................................................……… 12

2.2.3 Fitokimia................................................................................. 12

2.3 Fitokimia Kopi..................................................…............…………… 14

2.3.1 Alkaloid……..................….......……………..…..………….. 15

2.3.2 Saponin...................................................................................... 18

2.3.3 Senyawa Fenol.......................................................................... 18

2.3.3.1 Flavonoid.................................................................. 19 ......................................... 19

2.3.3.2 Tanin ............................................................................ 20

2.4 Aktivitas Antioksidan pada Polifenol............................................ 22

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 12: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

xi Universitas Indonesia

2.4.1

Aktivitas Antioksidan terhadap Tekanan Darah...................

25

2.4.2 Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan.......................... 28

2.4.2.1 DPPH..................................................................... 28

2.4.2.2 ABTS●+

.................................................................. 29

2.4.2.3 Superoksida Anion Radikal .................................. 30

2.5 Ekstraksi................................................................................................. 31

2.6 Model Hewan Hipertensi.................................................................. 33

2.6.1 Model Tikus Hipertensi karena Stres................................... 33

2.6.2 Model Spontaneous Hypertension Rat . ............................... 34

2.6.3 Model Tikus Hipertensi karena Pemberian

Mineralokortikoida................................................................

34

2.6.4 Model Tikus Hipertensi karena Inaktivasi NO (Nitrit

Oksida)...................................................................................

35

2.6.5 Model Tikus Hipertensi karena Induksi Fruktosa............... 35

2.6.6 Model Tikus Hipertensi karena Induksi Lain: PTU,

Adrenalin, dan NaCl..............................................................

35

2.7 Metode Pengukuran Tekanan Darah pada Tikus.................................. 36

2.7.1 Pengukuran Darah secara Langsung..................................... 36

2.7.2 Pengukuran Darah Tidak Langsung...................................... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................................ 39

3.1 Waktu dan Tempat................................................................................. 39

3.2 Bahan dan Alat ……….................……..……..................................... 39

3.2.1 Bahan kimia………………………........................................ 31 39

3.2.2 Bahan Uji…...................…………………..…...................... 32 39

3.2.3 Hewan Uji…...................…………………..…..................... 3 39

3.3

3.2.4 Alat...........…...................…………………..…........................ 39

Prosedur Penelitian........................................................................... 40

3.3.1 Uji Fitokimia…..................………………..…....................... 40

3.3.1.1 Pembuatan Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika dan

Kopi Arabika ...........................................................

40

3.3.1.2

Penetapan Parameter Standar Serbuk dan Ekstrak

Air Kopi Luwak Arabika sebagai Standarisasi....

40

3.3.1.3

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Air Kopi

Luwak Arabika dan Kopi Arabika.........................

42

3.3.1.4

Penetapan Kadar Fenol Total dan Kafein pada

Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika..............

43

3.3.1.5 Uji Antioksidan Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika

dan Kopi Arabika dengan Metode DPPH..............

45

3.3.2 Uji Farmakologi….............………………..…...................... 47

3.3.2.1 Persiapan Hewan Coba.......................................... 47

3.3.2.2 Persiapan Induksi NaCl 2%................................... 48

3.3.2.3 Perhitungan Dosis (D)........................................... 48

3.3.2.4 Pembuatan Larutan Uji.......................................... 49

3.3.2.5 Pengukuran Tekanan Darah................................... 50

3.3.2.6 Pengolahan Data.................................................... 52

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 13: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

xii Universitas Indonesia

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 53

4.1 Hasil Uji Fitokimia........................................................................... 53

4.1.1 Rendemen Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika …...... 53

4.1.2 Standarisasi Serbuk dan Ekstrak Kopi Luwak

Arabika.................................................................................

54

4.1.3 Identifikasi Komponen Kimia Ekstrak Air Kopi Luwak

Arabika dan Kopi Arabika...................................................

56

4.1.4 Kadar Senyawa Fenol dan Kafein........................................ 58

4.1.5 Aktivitas Antioksidan........................................................... 59

4.2 Hasil Uji Farmakologi..................................................................... 60

4.2.1 Kelompok Normal................................................................ 60

63 4.2.2 Kelompok Hipertensi..........................................................

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 68

5.1 Kesimpulan...................................................................................... 68

5.2 Saran................................................................................................ 68

DAFTAR ACUAN................................................................................................. 69

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 14: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Biji Kopi Arabika dan Robusta sesudah

disangrai (% bobot kering)...............................................

10

Tabel 2.2. Kandungan kafein dan α-tokoferol pada Kopi Robusta

dan Kopi Luwak Robusta yang disangrai dan tidak

disangrai ………………………………………………...

13

Tabel 2.3. Kandungan mineral pada Kopi Robusta dan Kopi

Luwak Robusta yang disangrai dan tidak

disangrai……………………………………....................

14

Tabel 2.4. Karakteristik kimia Kopi Luwak Robusta dan Kopi

Robusta..............................................................................

14

Tabel 2.5. Klasifikasi tingkat tekanan darah menurut WHO

(mmHg)…………………………………………..

26

Tabel 2.6 Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH….. 29

Tabel 3.1. Perhitungan kebutuhan pelarut air untuk ekstrak air

Kopi Luwak Arabika selama tujuh hari…………………

49

Tabel 3.2. Perhitungan kebutuhan aquadest perhari untuk larutan

uji………………………………………………………..

49

Tabel 3.3. Skema kerja uji farmakologi pada kelompok normal….. 51

Tabel 3.4. Skema kerja uji farmakologi pada kelompok hipertensi.. 51

Tabel 4.1. Rendemen seduhan air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika…………………………………………………..

54

Tabel 4.2. Parameter standar serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak

Arabika………………………………………………….

54

Tabel 4.3. Identifikasi Komponen Kimia Kopi Luwak Arabika dan

Kopi Arabika……....…………………………………….

58

Tabel 4.4. Kadar senyawa fenol total dan kafein…………………... 58

Tabel 4.5. Hasil uji aktivitas antioksidan Kopi Luwak Arabika dan

Kopi Arabika…………………………………………….

60

Tabel 4.6. Perubahan tekanan darah akut dan kronis kelompok

tikus hipertensi (K3, K4, dan K5) setelah pemberian

Kopi Luwak Arabika……………...................………......

67

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 15: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pohon kopi, buahnya, dan luwak.................................... 6

Gambar 2.2. Biji kopi Arabika, Robusta dan Luwak………………… 11

Gambar 2.3. Struktur molekul kafein....……………………………… 16

Gambar 2.4. Struktur senyawa fenol………………………………… 19

Gambar 2.5. Struktur molekul asam klorogenat……………………… 21

Gambar 2.6 Efek akut polifenol pada endhotelium……….................. 27

Gambar 3.1. Skema kerja uji fitokimia pada Kopi Luwak Arabika dan

Kopi Arabika…………………………………………….

47

Gambar 4.1. Kromatogram kafein standar dan Kopi Luwak

Arabika…………………………………………………..

57

Gambar 4.2. Tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok tikus

normal dengan dosis bervariasi ke 1-7 selama

pemberian Kopi Luwak Arabika.......................................

61

Gambar 4.3. Tekanan darah sistolik dan diastolik kontrol normal,

kontrol hipertensi, dan kelompok normal perlakuan pada

hari ke 8 setelah pemberian Kopi Luwak

Arabika………………………………………………….

62

Gambar 4.4. Tekanan darah sistolik dan diastolik kontrol normal,

kontrol hipertensi, dan kelompok hipertensi perlakuan

dua minggu setelah induksi NaCl 2% …………………..

63

Gambar 4.5. Tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok

tikus hipertensi dengan dosis bervariasi hari 1-7

pemberian Kopi Luwak Arabika………………………...

65

Gambar 4.6. Tekanan darah sistolik dan diastolik kontrol normal,

kontrol hipertensi, dan kelompok hipertensi perlakuan

pada hari ke 8 setelah pemberian Kopi Luwak Arabika...

66

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 16: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

xv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikasi Tikus Putih Jalur Sprague-Dawley.................. 80

Lampiran 2. Data rendemen, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,

dan susut pengeringan …………………………………..

83

Lampiran 3. Kromatogram Kafein, Golongan Fenol, dan Flavonoid

Kopi Luwak Arabika...................................................

84

Lampiran 4. Data identifikasi alkaloid, saponin, flavonoid, senyawa

fenol, dan tanin………………………………………….

86

Lampiran 5. Kadar fenol total………………………………………... 88

Lmapiran 6. Perhitungan kadar kafein dan kurva serapan kafein Kopi

Luwak Arabika dan Kopi Arabika…………………......

89

Lampiran 7. Data aktivitas antioksidan dan kurva spektrum serapan

blanko DPPH untuk Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika.…………………………………………………

91

Lampiran 8. Uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji T-berpasangan

untuk menganalisa data tekanan darah sistolik dan

diastolik sebelum dan hari ke delapan sesudah

pemberian Kopi Luwak Arabika pada kelompok normal

dan hipertensi……………………………………………

94

Lampiran 9. Uji ANAVA untuk menilai perbedaan efektivitas variasi

dosis pemberian Kopi Luwak Arabika pada waktu yang

berbeda pada kelompokk tikus normal dan tikus

hipertensi….……………………………………………

101

Lampiran 10. Data pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik

pada kelompok tikus normal dan tikus hipertensi

hari 1-7 pemberian Kopi Luwak Arabika……………….

103

Lampiran 11. Hasil uji T-berpasangan untuk kelompok tikus normal

dan tikus hipertensi…………………………..................

109

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 17: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia

tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma

yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya. Selain itu, kopi juga

memiliki nilai sejarah, budaya dan ekonomi yang kuat. Kopi yang banyak

dijumpai di pasaran diproduksi dari dua spesies tanaman yang berbeda, yakni

Coffea arabica dan Coffea robusta. Kedua spesies ini merupakan sumber yang

kaya akan senyawa aktif seperti asam nikotinat, trigonelin, asam quinolinat,

asam tanat, asam pirogalat, dan khususnya kafein. Kopi mengandung asupan

mineral, antara lain memberikan hingga 8% dari kebutuhan harian Cr dan

merupakan salah satu sumber penting dari Mg, yaitu 63,7 mg/cangkir (100 mL).

Kopi juga merupakan sumber penting dari polifenol, diantaranya asam kafeat,

asam klorogenat, asam koumarat, asam ferulat, dan asam sinapat (Hecimovic, I.,

Cvitanovic, A.B., Horzic, D., dan Komes, D., 2011).

Senyawa polifenol merupakan antioksidan yang terbanyak dijumpai

dalam asupan makanan sehari-hari. Total asupan polifenol dalam sehari dapat

mencapai 1 gram. Polifenol memiliki aktivitas antioksidan 10 kali lebih tinggi

dibandingkan vitamin C dan 100 kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin E

dan karotenoid. Dalam kategori minuman, salah satu sumber antioksidan terbesar

adalah minuman dari bahan kopi (Pellegrini, N., et al., 2003; Carelsen, M.H., et

al., 2010).

Polifenol terbukti memperbaiki keadaan stress oksidatif yang berbeda-

beda. Hasil yang bermakna didapatkan pada penelitian penyakit kardiovaskuler,

bahwa pemberian polifenol sebagai suplemen atau makanan dan minuman dapat

meningkatkan status kesehatan mereka dengan penurunan risiko penyakit

kardiovaskuler (Scalbert, A., Manach, C., Morand, C., Rémésya, C., dan

Jiménez, L., 2005).

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 18: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

2

Universitas Indonesia

Dalam artikel review Castelnuovo, A.D., Giuseppe, R.D., Iacoviello, L.,

dan Gaetano, G.D. (2012), beberapa penelitian in vitro, in vivo dan uji klinis

menunjukkan kopi, teh dan coklat sebagai minuman harian mengandung

polifenol yang terbukti memberikan efek menguntungkan terhadap pencegahan

penyakit kardiovaskuler. Minum secara teratur kopi dalam jumLah sedang (1-3

gelas/hari) akan memberikan sedikit perlindungan terhadap penyakit

kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab terbanyak kematian

di dunia baik pada pria maupun wanita. Hipertensi merupakan salah satu faktor

risiko terhadap penyakit kardiovaskuler. Karena kandungan kafeinnya, kopi

sering diduga sebagai salah satu penyebab hipertensi.

Penelitian Pincomb, G.A., et al. (1996); Hamer, M. (2006); Buscemi, S.,

Mattina, A., Tranchina, M.R., dan Verga, S. (2011); Zhenzhen Zhang, Gang Hu,

Caballero, B., Appel, L,. dan Liwei Chen (2011); Mesas, A.E., Leon-Muñoz,

L.M., Rodriguez-Artalejo, F., dan Lopez-Garcia, E. (2011), menunjukkan tidak

berhubungan kebiasaan mengkonsumsi kopi atau kafein dalam jumLah sedang

dengan hipertensi. Tekanan darah pada pasien hipertensi akan mengalami

kenaikan selama tiga jam setelah satu jam mengkonsumsi kafein, namun untuk

konsumsi jangka panjang (dua minggu), tidak tampak kenaikan tekanan darah.

Beberapa tahun terakhir ini Kopi Luwak menjadi perhatian di dunia, selain

karena harganya yang sangat mahal juga ketersediaannya yang sangat terbatas. Di

Indonesia, Kopi Luwak pertama kali ditemukan di pulau Jawa, Sumatera dan

Sulawesi. Pembuatannya unik, yaitu biji kopi yang diproses dalam sistem

pencernaan musang. Musang, di pulau Jawa disebut luwak (Paradoxurus

hermaphrodites). Binatang ini memiliki keahlian memanjat pohon dan memilih

buah kopi matang dan yang terbaik untuk dimakannya di malam hari. Buah kopi

ini kemudian mengalami proses fermentasi oleh berbagai enzim pencernaan dan

diekskresikan melalui fesesnya dalam bentuk biji kopi yang masih utuh. Proses ini

yang antara lain berpengaruh terhadap rasa Kopi Luwak, yaitu lembut, seperti

sirup dan kadang seperti coklat (Marcone, M.F., 2004; Chan, S. dan Garcia, E.,

2011).

Penelitian Marcone, M.F. (2004); Chan, S. dan Garcia, E. (2011),

menunjukkan kelembaban, kandungan α-tocopherol, beberapa mineral dan protein

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 19: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

3

Universitas Indonesia

pada Kopi Luwak Robusta lebih sedikit dibanding pada Kopi Robusta, sedangkan

karbohidrat, lemak, abu, dan kafein lebih banyak terdapat pada Kopi Luwak

Robusta.

Pada penelitian sebelumnya, Kopi Luwak memiliki kandungan kafein

yang lebih tinggi dibandingkan kopi bukan luwak. Namun demikian, sejauh ini

diketahui bahwa belum ditemukan penelitian tentang pengaruh Kopi Luwak

terhadap tekanan darah. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian tentang

pengaruh Kopi Luwak terhadap tekanan darah.

1.2 Rumusan Masalah

Kopi Luwak diduga memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi

dibandingkan kopi lainnya. Penelitian pengaruh Kopi Luwak terhadap tekanan

darah belum pernah dilakukan tidak seperti penelitian pada kopi lainnya.

1.3 Jenis penelitian

a. Penelitian ekperimental laboratorium.

b. Uji preklinis (true eksperimental design) dengan rancangan pre-post test

control group design, terbagi dalam dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok

tikus normal dan tikus hipertensi dengan randomisasi sederhana.

1.4 Hipotesis

Pemberian ekstrak air Kopi Luwak Arabika menurunkan tekanan darah

tikus hipertensi.

1.5 Tujuan Penelitian

a. Menganalisis data parameter standar serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak

Arabika.

b. Menganalisis data fitokimia ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika.

c. Menganalisis data uji aktivitas antioksidan pada ekstrak air Kopi Luwak

Arabika dan Kopi Arabika.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 20: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

4

Universitas Indonesia

d. Menganalisis perubahan tekanan darah setelah pemberian ekstrak air Kopi

Luwak Arabika pada kelompok tikus normal dan tikus hipertensi dengan

waktu dan dosis yang berbeda-beda.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi kepada peminum Kopi Luwak tentang pengaruh dosis

dan efek terhadap tekanan darah pada khususnya dan kesehatan pada

umumnya.

b. Dapat dimanfaatkan untuk perkembangan ilmu dan terapannya dari efek

farmakologi dan kandungan fitokimia yang ditemukan.

c. Mendorong peneliti-peneliti lain untuk memperdalam penelitian tentang Kopi

Luwak.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 21: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

5

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi (Coffea sp)

2.1.1 Sejarah

Sejarah mencatat bahwa penyebaran tanaman kopi bermula pada 800 SM

di benua Afrika. Saat itu, tanaman kopi banyak dijumpai tumbuh liar di hutan-

hutan dataran tinggi Ethiopia. Penduduk Ethiopia bisaanya mengonsumsi kopi

sebagai minuman yang enak dan berkhasiat. Seiring dengan popularitas minuman

kopi yang mendunia, penyebaran tanaman kopi pun meluas ke negara-negara

Arab, Eropa, Asia, dan Amerika. Di Indonesia sendiri, bibit kopi arabika pertama

kali ditanam pada zaman kolonial Belanda, sekitar tahun 1600-an. Pada 1711,

melalui perusahaan dagang Belanda/VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie),

ekspor kopi pertama dikirim dari Pulau Jawa ke Benua Eropa. Sejak itu, Indonesia

dikenal sebagai negara yang membudidayakan tanaman kopi secara luas, di luar

Arab dan Ethiopia.

Perdagangan kopi sempat dimonopoli oleh VOC sekitar 1725 sampai

1780. Pada 1920, penanaman kopi mulai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

kecil di Indonesia. Perkembangan areal perkebunan kopi semakin pesat setelah

Indonesia merdeka, yakni mencakup area luar Jawa, seperti Aceh, Lampung,

Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan daerah lainnya (Anggara

dan Marini, 2011).

2.1.2 Taksonomi

Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman perdu tahun yang secara lengkap

diklasifikasikan sebagai berikut:

5

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 22: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

6

Universitas Indonesia

[Sumber: http://bandung.olx.co.id/kopi-luwak-iid-179564413]

Gambar 2.1. Pohon kopi, buahnya dan luwak

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rubiales

Suku : Rubiaceae

Marga : Coffea

Jenis : Coffea arabica (Lawrence, G.H.M., 1963)

2.1.3 Jenis-Jenis Kopi

2.1.3.1 Kopi Arabika (Coffea arabica)

Kopi Arabika dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1.700 m dpl,

suhu 16-20o C, dan beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Walaupun

berasal dari Ethiopia, Kopi Arabika menguasai sekitar 70% pasar kopi dunia dan

telah dibudidayakan di berbagai negara, terutama di negara beriklim tropis atau

subtropis. Kopi Arabika memiliki tinggi antara 7-12 m. Keunggulan dari Kopi

Arabika antara lain bijinya berukuran besar, beraroma harum, dan cita rasanya

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 23: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

7

Universitas Indonesia

enak. Namun kelemahannya rentan terhadap penyakit karat daun/HV (Hemelia

Vastatrix) (Anggara dan Marini, 2011).

Ciri-ciri dari Kopi Arabika adalah sebagai berikut:

a. Beraroma wangi yang sedap menyerupai aroma perpaduan bunga dan buah.

b. Terdapat cita rasa asam yang tidak terdapat pada kopi jenis Robusta.

c. Saat disesap di mulut akan terasa kental.

d. Cita rasanya jauh lebih lembut (mild) dari Kopi Robusta.

e. Rasa terasa sedikit pahit (Anggara dan Marini, 2011).

2.1.3.2 Kopi Robusta (Coffea robusta)

Kopi Robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada 1898 dan mulai

masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Walaupun kualitas buahnya lebih rendah

dari Kopi Arabika, produksinya bisa lebih tinggi dari Kopi Arabika jika dikelola

secara intensif. Keunggulan lain dari Kopi Robusta diantaranya lebih resisten

terhadap serangan hama dan penyakit (khususnya penyakit HV), mampu tumbuh

dengan baik pada ketinggian tempat 400-700 m dpl dan masih toleran di

ketinggian tempat kurang dari 400 m dpl (suhu 21-24oC).

Secara umum, ciri-ciri dari Kopi Robusta adalah sebagai berikut:

a. Memiliki rasa yang lebih menyerupai cokelat dan pahit.

b. Aroma yang dihasilkan khas dan manis.

c. Warna bijinya bervariasi, tergantung dari cara pengolahannya.

d. Teksturnya lebih kasar dari Kopi Arabika (Anggara dan Marini, 2011).

2.1.4 Pengolahan Produk

Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering

yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit ari. Butiran biji kopi

yang demikian ini disebut kopi beras (coffee beans). Kopi beras kemudian akan

mengalami proses roasting, penggilingan, pengemasan, hingga diperoleh kopi

bubuk yang siap untuk dijual.

Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada

waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 24: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

8

Universitas Indonesia

kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis volatil lainnya.

Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi. Kehilangan

berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian. Berdasarkan suhu

penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas tiga golongan yaitu:

light roast, suhu yang digunakan 145-185oC, medium roast, suhu yang digunakan

186-195oC dan dark roast, suhu yang digunakan 196-205

oC. Light roast

menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast 5-8% dan dark roast 8-14%. Tahap

awal roasting adalah membuang uap air pada suhu penyangraian 100oC. Pada

tahap pirolisis terjadi perubahan-perubahan komposisi kimia, yaitu pada suhu

sekitar 180-2000 C . Proses roasting berlangsung 5-30 menit (Ridwansyah, 2003;

Hecimovic, I., Cvitanovic, A.B., Horzic, D., dan Komes, D., 2011).

Proses fermentasi merupakan ciri khas dari proses pengolahan metode

basah dari biji kopi sebelum menjadi kopi beras. Keunggulan dari metode ini

adalah apabila proses pengerjaannya dilakukan dengan baik, maka kualitas biji

kopi yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik, seragam, dan sedikit yang

mengalami kerusakan. Oleh karena itu, kopi yang diproduksi dengan cara ini

biasanya memiliki harga yang lebih tinggi. Proses fermentasi bertujuan untuk

melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat pada kulit

tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga

mempermudah proses pengeringan. Waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan

lendir adalah sekitar 24-36 jam atau tergantung dari suhu, ketebalan lapisan

lendir, dan konsentrasi enzim (enzim pektinase) yang digunakan pada saat

fermentasi. Hidrolisis pektin (senyawa pembentuk lendir) disebabkan oleh

pektinase yang terdapat di dalam buah atau reaksinya bisa dipercepat dengan

bantuan jasad renik. Tabel 2.1 menunjukkan komponen kimia Kopi Arabika dan

Robusta yang disangrai dan tidak disangrai (Ridwansyah, 2003; Kurniawan,A.,

2011).

2.1.5 Manfaat dan Efek Samping

Kopi memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan antara lain:

a. Menurunkan risiko diabetes mellitus tipe 2 (Loopstra –Masters, R.C., Liese,

A.D., Haffner, S.M., Wagenknecht, L.E., dan Hanley, A.J., 2011; Wedick,

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 25: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

9

Universitas Indonesia

N.M., Brennan, A.M., Qi Sun, Hu1, F.B., Mantzoros, C.S., dan van Dam,

R.M., 2011; Van Dam, R.M., dan Hu, F.B., 2005; Salazar-Martinez, E., et al.

2004; Ciccarone, E., Castelnuovo, A.D., Salcuni, M., Siani, A., Giacco, A.,

dan Donati, M.B. 2003).

b. Menurunkan risiko kardiovaskuler (Jiang-nan Wu, et.al., 2009; Baylin, A.,

Hernandez-Diaz, S., Kabagambe, E.K., Siles, X., dan Campos., 2006; Lopez-

Gracia, Lopez-Garcia, E., van Dam, R.M., Li, T.Y., Rodriguez-Artalejo, F.,

dan Hu, F.B., 2006).

c. Memperbaiki sistem cerebrovaskuler ( Mostofsky, E., Schlaug, G., Mukamal,

K.J., Rosamond, W.D., dan Mittleman, M.A., 2010; Larsson, S.C., Männistö,

S., Virtanen, M.J., Kontto, J., Albanes, D., dan Virtamo, J., 2008).

d. Menurunkan asam urat (Lelyana, R. 2008; Choi, H.K., dan Curhan, G., 2007;

Kiyohara, C. et al. 1999).

e. Menurunkan risiko kanker (Ganmaa, D. et al. 2008; Rodriguez, M.I., dan

Klein L.C., 2002).

f. Mengurangi sirosis hati ( Klatsky, A.L., Armstrong, M.A., dan Friedman,

G.D., 2006).

g. Mengurangi risiko batu empedu (Leitzmann, M.F., Stampfer, M.J., Willett,

W.C., Spiegelman, D., Colditz, G.A., dan Giovannuci, E.L., 2002).

h. Memperbaiki sistem neurotransmiter (Maia, L. dan de Mendonca, A., 2002;

Webster-Ross, G. et al., 2000).

i. Memperbaiki daya ingat (Koppelstatter, 2005; Santos, C., Costa, J., Santos,

J., Vaz-Carneiro, A. dan Lunet, N., 2010 ).

j. Empiris: pencegah keracunan tempe bongkrek, obat batuk, obat kuat dan

peluruh air seni (Balitbangkes, 2000).

Sisi lain kopi juga memiliki efek yang kurang baik, tapi biasanya dalam

penggunaan lebih dari 6 gelas per hari (dosis berat) (Castelnuovo, A.D.,

Giuseppe, R.D., Iacoviello, L., dan Gaetano, G.D. 2012), yaitu antara lain:

a. Menyebabkan radang lambung (Higdon, J.V. dan Frei, B., 2006).

b. Gigi berwarna kuning (Subramanya, J.K. dan Muttagi, S., 2012).

c. 19 diantara 1000 kandungan kimia dalam kopi bersifat karsinogenik pada

hewan coba tikus (Ames, B.N. dan Gold, L.S., 1998).

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 26: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

10

Universitas Indonesia

d. Memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan kolesterol, diduga senyawa

dipertene, cafestol dan kahweol meningkatkan LDL pada tubuh (Ricketts,

M.L., 2007, Thelle, D.S., Egil Arnesen, E., dan Førde, O.H., 1983).

e. Bagi wanita hamil sangat berbahaya karena dapat meningkatkan resiko

keguguran (Wisborg, K., Kesmodel, U., Bech, B.H., Hedegaard, M., dan

Henriksen, T.B., 2003)

f. Menyebabkan defisiensi besi pada ibu dan bayi, karena mengganggu

penyerapan zat besi (Moreira, D.P., Moreira, D.P., Monteiro, M.C., M.,

Ribeiro-Alves, Donangelo, C.M., dan Trugo, L.C., 2005)

g. Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan populasi

pada umumnya (Andersen, L.F, Jacobs, D.R., Carelsen, M.H., dan Blomhoff,

R., 2006).

Tabel 2.1. Komposisi biji Kopi Arabika dan Robusta sesudah disangrai

(% bobot kering)

Komponen Kopi

Arabika

Hijau

Kopi

Arabika

Sangrai

Kopi

Robusta

Hijau

Kopi

Robusta

Sangrai

Mineral 3.0-4.2 3.5-4.5 4.0-4.5 3.0-4.2

Kafein 09-1.2 1.0 1.6-2.4 2.0

Trigonelin 1.0-1.2 0.5 -1.0 0.6 -0.75 0.3 -0.6

Lemak 12.0-18.0 14.5-20.0 9.0-13.0 11.0-16.0

Total Asam

Klorogenat

5.5-8.0

1.2-2.3

7.0-10.0

3.9-4.6

Asam Alifatis 1.5-2.0 1.0-1.5 1.5-1.2 1.0-1.5

Oligosakarida 6.0-8.0 0-3.5 5.0-7.0 0-3.5

Total

Polisakarida

50.0-55.0

24.0-39.0

37.0-47.0

-

Asam amino 2.0 0 0

Protein 11.0-13.0 13.0-15.0 13.0-15.0

Asam Humat - 16.0-17.0 16.0-17.0

[Sumber: Clarke dan Macre, 1987]

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 27: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

11

Universitas Indonesia

2.2 Kopi Luwak

[Sumber: jualkopiluwakasli.net]

[Sumber: kopiluwaknusantara.com]

Gambar 2.2. Biji Kopi Arabika, Robusta dan Luwak

2.2.1 Sejarah

Sejarah Kopi Luwak (Civet Coffee) terkait erat dengan sejarah

pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda

membuka perkebunan tanaman komersial di Indonesia (waktu itu masih bernama

Hindia Belanda) terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit

Kopi Arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau

Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi

memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin

mencoba minuman kopi yang terkenal itu.

Pekerja perkebunan menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar

memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji

kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini

kemudian dikumpulkan, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan

air panas, maka terciptalah Kopi Luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi

aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka

kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 28: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

12

Universitas Indonesia

kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, Kopi Luwak pun

adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial (Kurniawan, A., 2011).

2.2.2 Tahap Pengolahan

Kopi Luwak mengalami tahap-tahap pengolahan sebagai berikut:

a. Buah kopi matang pohon dimakan oleh binatang luwak.

b. Luwak hanya mencerna daging buah kopi, sedangkan biji kopi tetap utuh dan

akan keluar bersama feses luwak ± 12 jam kemudian.

c. Biji kopi yang tercampur feses dibersihkan lalu dijemur hingga benar-benar

kering.

d. Mengupas kulit tanduk biji kopi yang sudah kering.

e. Biji Kopi Luwak siap dikemas dan disajikan baik dengan cara disangrai

dengan oven maupun tradisional.

Dalam pengolahan Kopi Luwak perlu diperhatikan bahwa biji benar-

benar dibersihkan, dijemur hingga kering, dikupas kulit tanduknya dan terakhir

disangrai. Dalam hal Kopi Luwak disangrai secara tradisional, biasanya

menggunakan panci besi atau kuali tanah di atas kayu bakar atau arang. Biji Kopi

Luwak juga dapat disangrai di atas oven. Lama penyangraian akan menentukan

warna Kopi Luwak, hitam, coklat kehitaman, dan kecoklatan (Kurniawan, A.,

2011).

2.2.3 Fitokimia

Penelitian Marcone, M. F. (2004), enzim proteolitik menyebabkan

terurainya penyimpanan protein pada biji kopi, dan ini mempengaruhi warna, rasa

dan bau pada kopi selain reaksi Maillard yang terjadi selama proses penyangraian.

Terurainya protein menyebabkan rasa kopi menjadi kurang pahit dan bau lebih

harum, serta meningkatnya asam amino bebas. Penetrasi asam lambung dan

enzim-enzim pencernaan mempengaruhi senyawa-senyawa kimia pada biji kopi,

dan menyebabkan biji kopi menjadi berpori-pori dan lebih rapuh. Kopi juga

mengalami proses pengolahan basah karena asidifikasi dalam lambung luwak dan

kemudian mengalami fermentasi oleh mikroflora dalam usus. Proses pengolahan

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 29: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

13

Universitas Indonesia

basah, bermanfaat untuk menghilangkan getah atau lendir dari kopi, yang apabila

lendir diabaikan akan mengalami fermentasi sekunder selama proses pengeringan

dan penyimpanan dan akhirnya akan merusak rasa. Proses fermentasi alami dalam

usus oleh bakteri asam laktat juga akan mempengaruhi rasa kopi dan proses ini

sangat mirip dengan proses pengolahan kopi dengan cara fermentasi untuk

menghasilkan mutu yang lebih baik. Proses fermentasi ini juga yang

menyebabkan warna biji kopi menjadi lebih gelap (Gambar 2.2). Kelembaban,

kandungan protein, dan beberapa mineral: K, P, C, Mg, Fe lebih rendah dan kadar

lemak, abu, dan karbohidrat lebih tinggi pada Kopi Luwak Robusta dibandingkan

dengan Kopi Robusta (Tabel 2.4).

Penelitian Chan, S. dan Garcia, E. (2011), membandingkan analisis

fitokimia pada Kopi Luwak dan kopi bukan luwak menunjukkan α –tokoferol

pada biji Kopi Luwak Robusta lebih rendah dibandingkan dengan biji Kopi

Robusta. Proses penyangraian meningkatkan kandungan α –tokoferol baik pada

biji kopi bukan luwak maupun biji Kopi Luwak. Pemanasan merusak membran

sel dan vakuola, menyebabkan pengeluaran α–tocopherol dan kafein. Kandungan

α–tokoferol pada Kopi Luwak lebih sedikit mungkin karena diabsorbsi oleh

garam empedu dalam tubuh luwak. Sedangkan kandungan kafein pada Kopi

Luwak lebih tinggi, mungkin karena dibentuk oleh purin nukleotida dalam saluran

cerna luwak. Beberapa kandungan mineral (kecuali bromin dan karbon)

ditemukan lebih rendah pada Kopi Luwak, karena mungkin diabsorbsi dalam

saluran cerna luwak (Tabel 2.2 dan 2.3)

Tabel 2.2. Kandungan kafein dan α-tokoferol pada Kopi Robusta dan Kopi

Luwak Robusta yang disangrai dan tidak disangrai

Kopi Robusta

Hijau

(mg/kg)

Kopi

Robusta

Disangrai

(mg/kg)

Kopi Luwak

Robusta Hijau

(mg/kg)

Kopi Luwak

Robusta

Disangrai

(mg/kg)

α-tokoferol 0.419 1.320 0.328 0.349

Kafein 39.978 44.922 41.772 47.599

[Sumber: Chan S. dan Garcia, E., 2011]

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 30: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

14

Universitas Indonesia

Tabel 2.3. Kandungan mineral pada Kopi Robusta dan Kopi Luwak Robusta yang

disangrai dan tidak disangrai

Kopi

RobustaTidak

Disangrai (%)

Kopi Robusta

Disangrai (%)

Kopi Luwak

Robusta Tidak

Disangrai (%)

Kopi Luwak

Robusta Disangrai

(%)

C 43.24 58.90 64.02 64.86

O 44.77 30.72 31.59 25.89

Na - 0.74 - 0.66

Mg 1.02 0.72 - 0.66

K 5.76 1.87 0.75 2.67

Ca 0.85 0.34 0.18 0.44

Fe - 0.69 - 0.14

Zn 1.24 1.40 - 0.18

Cu 1.39 2.11 0.09 1.62

Br 1.73 2.52 3.37 3.10

[Sumber: Chan S. dan Garcia, E., 2011]

Tabel 2.4. Karakteristik kimia Kopi Luwak Robusta dan Kopi Robusta

Kopi Luwak

Robusta

Kopi Robusta

Analisis Proximat (%)

Kelembaban 9.2a 11.7

c

Protein 13.5d 14.5

e

Lemak 13.0c 12.0

a

Abu 3.6c 3.4

b

Karbohidrat 60.7 58.4

Mineral (ppm)

Pottasium (K) 15,000a 18,200

d

Phosphor (P) 20,00a 24,50

d

Kalsium (C) 14,50a 18,00

c

Magnesium (Mg) 14,00a 17.00

b

Besi (Fe) 12,00a 15,00

a

[Sumber: Marcone, M. F., 2004]

2.3 Fitokimia kopi

Komponen kimia pada Kopi Robusta adalah alkaloid, saponin, flavonoid

dan polifenol (Balitbangkes, 2000). Sedangkan Kopi Arabika berdasarkan

penelitian Gunalan, G., Myla, N., dan Balabhaskar, R. ( 2012) mengandung: tanin

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 31: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

15

Universitas Indonesia

(varietas spesial-A, sedangkan varietas kumbakonam tidak mengandung tanin),

alkaloid, flavonoid, koumarin, kuinon, fenol dan minyak atsiri.

2.3.1 Alkaloid

Alkaloid adalah metabolit sekunder terbesar pada tumbuhan. Alkaloid

merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom

nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagian bagian dari sistem siklik. Alkaloid

sering beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang

menonjol; jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid

bisaanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal

tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar. Uji

sederhana, tetapi yang sama sekali tidak sempurna, untuk alkaloid dalam daun

atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah. Senyawa peyusun alkaloid yang

paling umum adalah asam amino, meskipun sebenarnya biosintesis kebanyakan

alkaloid lebih rumit (Harborne, J.B., 1987).

Kafein

Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan metabolit sekunder kedua

terbanyak dari kopi setelah asam klorogenat (Tabel 2.1). Kafein adalah alkaloid

dari group xantin yang sangat popular karena mudah didapatkan pada berbagai

hidangan, makanan dan minuman. Beberapa sumber kafein selain berbagai

varietas kopi (Kopi Robusta dan arabika) juga daun teh, biji kola, dan biji coklat.

Kafein juga terdapat pada makanan harian seperti soft drink, energi drink dan

beberapa obat-obatan seperti obat stimulan, penghilang rasa sakit, dan flu

(Sudarmi, 1997; Tello, J., Viguera, M., dan Calvo, L., 2011).

Bentuk murni kafein dijumpai sebagai kristal berbentuk tepung putih

atau berbentuk seperti benang sutera yang panjang dan kusut. Bentuk kristal

benang itu berkelompok akan terlihat seperti bulu domba.

Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat larut dalam air mendidih. Di

dalam pelarut organik maka pengkristalan yang terjadi tanpa ikatan molekul air.

Kafein mencair pada suhu 235-237oC dan akan menyublim pada suhu 176

oC di

alam ruangan terbuka. Kafein tidak berbau, menggumpal, mempunyai rasa yang

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 32: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

16

Universitas Indonesia

sangat pahit dan mengembang di dalam air. Larutan bersifat netral terhadap kertas

lakmus. Bentuk hidratnya mekar di udara. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol

(1:75), atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam

air panas (1:6 pada 80oC) atau alkohol panas (1:25 pada 60

oC) (Ridwansyah,

2003; Wilson dan Gisvold, 1982; Depkes RI, 1995).

Kafein merupakan derivat purin, tidak mengendap seperti kebanyakan

alkaloid dalam uji identifikasi senyawanya. Kafein bisanya terdeteksi dengan

mencampur sedikit potasium klorat dan satu tetes asam hidroklorat, diuapkan

hingga agak kering dan menimbulkan aroma amonia. Warna ungu akan tercipta

jika terdapat kafein dan derivat purin lainnya. Uji ini disebut Murexide test

(Evans, W.B. dan Trease, 2002).

[Sumber: The Merck Index, 2001]

Gambar 2.3 Struktur molekul kafein

Kafein akan terabsorbsi dari saluran gastrointestinal cukup cepat dan 99%

akan terabsorbsi 45 menit setelah asupan. Kadarnya akan mencapai puncak 15 dan

120 menit setelah asupan dan waktu paruh kafein 2,5 – 4,5 jam pada manusia

muda dan dewasa. Pada tikus, waktu paruh kafein 0,7 – 1,2 jam (Marks dan

Kelly, 1973).

Makanan atau minuman berkafein dengan dosis rendah akan menstimulasi

sistem saraf otonom sehingga akan memperbaiki mood, memperlama konsentrasi

dan menghalau rasa lelah. Namun pada beberapa orang yang sensitif dapat

menyebabkan insomnia, ansietas, nervous, iritabilitas, hostilitas, perasaan

melayang, meningkatkan denyut jantung dan sedikit meningkatkan tekanan darah

sekitar 4-6 mmHg, melalui antagonis reseptor adenosin, yang menyebabkan

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 33: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

17

Universitas Indonesia

vasokonstriksi pembuluh darah tepi dan meningkatkan resistensi vaskular

sistemik. Kafein juga memberikan efek fisiologis lainnya seperti stimulasi

lambung dan sistem urinaria (Higdon, J.V., dan Frei, B., 2006; Tello, J., Viguera,

M.,dan Calvo, L., 2011). Dalam penelitian review dan meta analisis Mesas, A.E.,

Leon-Muñoz, L.M., Rodriguez-Artalejo, F., dan Lopez-Garcia, E. (2011)

pemberian kafein pada pasien dengan hipertensi dapat meningkatkan tekanan

darah akut selama tiga jam, namun tidak meningkatkan tekanan darah dalam

pemberian jangka panjang (dua minggu).

Kafein merupakan penghambat enzim (ADP-ribose) polimerase-1 pada

hidrogen peroksida yang mentreatmen sel epitel dengan konsentrasi fisiologis

pada uji seluler. Penelitian in vivo ini menunjukkan potensi kafein sebagai

antiinflamasi pada manusia dan memungkinkan memberi keuntungan untuk

kesehatan jantung (Bonita, J.S., Mandarano, M., Shuta, D., dan Vinson, J.,

2007). Dalam penelitian Winkelmayer W.C., Stampfer, M., Willett, W.C.,dan

Curhan G.C. (2005), kopi khususnya kafein pada wanita kurang terbukti

berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Penelitian meta analisis terbaru

Castelnuovo A.D., Giuseppe, R.D., Iacoviello, L., dan Gaetano, G.D. (2012),

menyimpulkan mengkonsumsi kopi tidak signifikan berhubungan dengan

kenaikan risiko CAD (Coronary Artery Disease). Minum secara teratur kopi

dalam jumlah sedang (1-3 gelas/hari) tampaknya berhubungan dengan sedikit

perlindungan terhadap CAD.

Konsentrasi kafein pada minuman kopi cukup bervariasi. Satu cangkir

standar kopi sering diasumsikan mengandung 100 mg kafein, tetapi dari penelitian

Hidgon, J.V. dan Frei, B. (2006): 14 berbagai kopi yang dibeli di kedai-kedai kopi

Amerika ditemukan kadar kafein pada ± 240 ml kopi seduh sekitar 72-130 mg.

Kafein pada kopi espresso berkisar 58-76 mg sekali pompa. Yang menarik,

kandungan kafein dari jenis kopi yang sama dan dibeli di kedai kopi yang sama

selama enam hari pengamatan bervariasi antara 130-282 mg per 240 ml penyajian.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 34: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

18

Universitas Indonesia

2.3.2 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol dan telah terdeteksi dalam

lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan

bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya

membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuh-

tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah

diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat

penting, misalnya kortison, estrogen kontraseptif, dll. Senyawa yang telah

digunakan termasuk hekogenin dari Agave, diosgenin, serta yamogenin dari jenis

Dioscorea. Dari segi ekonomi saponin penting juga karena kadang-kadang

menimbulkan keracunan pada ternak, misalnya saponin alfalfa, Medicago sativa,

atau karena rasanya yang manis, misalnya glizirizin dari akar manis, Glycyrrhiza

glabra. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang

mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam

glukuronat (Harborne, J.B., 1987).

2.3.3 Senyawa fenol

Fenol merupakan metabolit sekunder terbesar pada tanaman. Fenol

mempunyai cincin aromatik, terdiri atas struktur yang sederhana dengan satu

cincin aromatik hingga struktur polimer kompleks yang rumit seperti tanin dan

lignin. Fenol merupakan senyawa penting pada beberapa tanaman obat dan dalam

industri makanan digunakan sebagai zat pewarna, perasa, pemberi aroma dan

antioksidan. Berikut adalah beberapa kelas fenol: 1. Senyawa fenol sederhana, 2.

Tanin, 3. Koumarin dan glikosidanya, 4. Antrakuinon dan glikosidanya, 5.

Naftokuinon, 6. Flavon dan glikosida flavonoid yang berhubungan, 7.

Antosianidin dan antosianin, 8. Lignan dan lignin. Biosintetis beberapa senyawa

ini melibatkan jalur asam sikimat. Cincin aromatik pada fenol diturunkan oleh

kondensasi asetat.

Senyawa fenol sederhana sering memiliki gugus alkohol, aldehid dan

asam karboksilat, termasuk diantaranya eugenol (fenilpropan fenol), vanillin

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 35: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

19

Universitas Indonesia

(aldehid fenol) dan berbagai asam fenolat seperti asam salisilat, asam ferulat, dan

asam kafeat (Evans, W.B. dan Trease, 2002) .

[Sumber:The Merck Index, 2001]

Gambar 2.4 Struktur senyawa fenol

2.3.3.1 Flavonoid

Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk

flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula dan semuanya

mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoid:

antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khlakon dan

auron, flavanon, dan isoflavon. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut

dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam

lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa

senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia.

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu

menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak.

Pada umumnya flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon.

Asam m-kaumarat Asam protokatekuat Asam kafeat

Asam ferulat Asam galat Asam p-koumarat

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 36: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

20

Universitas Indonesia

Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi beberapa kelas

lebih tersebar daripada yang lainnya; flavon dan flavonol tersebar merata,

sedangkan isoflavon dan biflavonol hanya terdapat pada beberapa suku tumbuhan

(Harborne, J.B., 1987).

2.3.3.2 Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae,

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin memiliki berat molekul 1000-5000

bm, terbagi menjadi dua grup yang dikenal yaitu tanin terhidrolisis dan tanin

terkondensasi. Tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan

berkeping dua. Tanin terkondensasi banyak terdapat di dalam paku-pakuan dan

gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis

tumbuhan berkayu. Tanin larut dalam air, dilute alkalis, alkohol, gliserol dan

aseton dan sedikit larut dalam pelarut organik lainnya (Evans, W.B dan Trease,

2002; Harborne, J.B., 1987).

Pseudotanin adalah senyawa yang memiliki berat molekul lebih rendah

daripada tannin dan tidak merespon Goldbeater’s skin test. Asam klorogenat

merupakan salah satu senyawa pseudotanin yang selain dapat ditemukan pada

kopi khususnya kopi segar, juga dapat ditemukan pada mete dan nux vomica

(dalam jumlah kecil) (Evans, W.B. dan Trease, 2002).

Asam klorogenat

Asam klorogenat merupakan metabolit sekunder terbesar pada biji kopi

(Tabel 2.5), merupakan senyawa ester dari trans-asam sinamat dan asam quinat.

Secara umum asam klorogenat dibentuk dari asam kafeat dan asam quinat. Asam

klorogenat dan asam kafeat memiliki aktivitas antioksidan yang kuat secara in

vitro. Kopi merupakan minuman harian yang paling banyak menyumbang asam

klorogenat. Telah diteliti bahwa dalam 200 ml Kopi Arabika mengandung 70-200

mg asam klorogenat, sedangkan Kopi Robusta mengandung 70-350 mg asam

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 37: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

21

Universitas Indonesia

klorogenat. Kopi diperkirakan mensuplai 70% dari asupan harian antioksidan

(Rice-Evans, C.A., Miller, N.J., dan Paganga, G., 1996; Clifford, M.N., 1999).

[Sumber:The Merck Index, 2001]

Gambar 2.5 Struktur molekul asam klorogenat

Pada peminum kopi total fenol yang masuk ke dalam tubuh sekitar 0,5 - 1

gram per hari. Jumlah asam klorogenat sebagai senyawa fenol terbesar atau asam

kafeat sebagai antioksidan tergantung dari absorbsi saluran cerna. Sepertiga asam

klorogenat (33%) dan hampir semua asam kafeat (95%) diabsorbsi di usus kecil

pada manusia. Hal ini menunjukkan sebagian besar asam klorogenat akan masuk

ke dalam sirkulasi darah, tetapi sebagian besar akan diteruskan di kolon. Asam

klorogenat kemudian akan dihidrolisasi menjadi asam kafeat dan asam quinat

oleh mikroflora kolon. Senyawa ini akan diabsorbsi oleh kolon yang selanjutnya

akan dimetabolisme di hati dan ginjal dan membentuk asam benzoat, yang

kemudian terkonjugasi dengan glisin membentuk asam hipurat. Setengah jam

setelah minum kopi akan dijumpai dalam urin kandungan asam hipurat ( Olthof,

M.R., Hollman, P.C.H., dan Katanet, M.B., 2001).

Penyangraian biji kopi secara dramatis akan menaikkan total aktivitas

antioksidan. Penyangraian selama 10 menit (tingkat sedang-gelap) akan

mengoptimalkan aktivitas antioksidan dan pemutusan rantai radikal bebas in

vitro. Penelitian terhadap Kopi Robusta dan Arabika dari enam negara yang

berbeda, menunjukkan Robusta lebih memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

tinggi dibanding Arabika dan yang disangrai lebih tinggi dari pada biji kopi hijau

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 38: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

22

Universitas Indonesia

(belum dipanggang). Dengan metode ABTS●+

, penyangraian ringan hingga

sedang secara signifikan memberikan aktifitas antioksidan yang lebih tinggi

dibanding kopi hijau in vitro. Anehnya, terjadi penurunan kandungan asam

klorogenat 19% pada penyangraian ringan dan 45% pada penyangraian sedang.

Diduga ada senyawa lain yang berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan.

Melanoidin adalah polimer coklat yang dibentuk oleh reaksi Maillard selama

proses penyangraian dan jumlahnya bisa meningkat hingga 25% dari dry matter.

Dengan metode ABTS●+

, diketahui melanoidin secara signifikan menunjukkan

aktivitasa antioksidan in vitro (Nicoli, M.C., Anese, M., Manzocco, L.,dan .

Lerici, C.R., 1997; Daglia, M., Papetti, A., Gregotti, C., Berte, F., dan Gazzani,

G., 2000; Del Castillo, M.D., Ames, J.M., dan Gordon M.H., 2002; Borrelli,

R.C., Visconti, A., Menella, C., Anese, M., dan Fogliano, V., 2002).

Beberapa efek positif asam klorogenat terhadap kesehatan antara lain

mencegah genotoksisitas monokloramin pada mukosa lambung (Shibata, H.,

Sakamoto, Y., Oka,M., dan Kono,Y., 2010), menjaga kesehatan hati dan kandung

empedu, mengurangi risiko DM II (Van Dam, R.M. dan Hu, F.B., 2003),

mengurangi risiko gout (Choi, H.K. dan Curhan, G., 2007), menghambat

pertumbuhan kanker (Lee, W.J. dan Zhu,B .T., 2006) dan menurunkan risiko

penyakit jantung koroner, menurunkan berat badan (Tom, E., 2007; Castelnuovo,

A.D., Giuseppe, R.D., Iacoviello, L., dan Gaetano, G.D., 2012).

2.4 Aktivitas Antioksidan pada Polifenol

Radikal bebas adalah molekul dengan elektron tidak lengkap yang

menyebabkan mereka menjadi reaktif secara kimiawi dibandingkan dengan

molekul dengan elektron lengkap. Radikal bebas diiproduksi oleh metabolisme

makanan yang masuk ke dalam tubuh, atau lingkungan yang terpapar polutan

seperti asap rokok dan radiasi. Radikal bebas dapat merusak sel dan berperan pada

penyakit jantung, kanker dan penyakit degeneratif lainnya (Tan Hoan Tjay dan

Rahardja, K., 2007).

Pada manusia, bentuk radikal bebas pada umumnya berupa molekul

oksigen tidak lengkap. Ketika molekul oksigen (02) tidak lengkap ini secara

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 39: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

23

Universitas Indonesia

radikal mencuri elektron dari molekul normal lain, menyebabkan kerusakan pada

DNA maupun molekul normal tersebut. Semakin lama, kerusakan akan menjadi

ireversibel dan menyebabkan timbulnya suatu penyakit, contohnya kanker.

Antioksidan sering digambarkan sebagai penangkap radikal bebas yang berarti

mereka menetralisir reaksi reaktif dan mencegah pencurian elektron dari molekul

lain (Tan Hoan Tjay dan Rahardja, K., 2007).

Senyawa antioksidan meliputi diantaranya adalah beta karoten, lutein,

likopen, selenium, vitamin A, vitamin C dan vitamin E, yang banyak ditemukan

pada makanan, diantaranya buah-buahan dan sayuran segar, kacang-kacangan,

gandum dan beberapa daging, daging ayam dan ikan (Pellegrini, N. et al., 2003;

Tan Hoan Tjay dan Rahardja, K., 2007).

Polifenol merupakan antioksidan terbanyak dalam makanan. Total asupan

polifenol dalam sehari bisa mencapai satu gram. Sebagai perbandingan, polifenol

memiliki aktivitas antioksidan 10 kali lebih tinggi dibanding vitamin C dan 100

kali lebih tinggi dibanding vitamin E dan karotenoid. Sumber utama polifenol

yaitu buah-buahan dan minuman yang berasal dari tumbuhan seperti jus buah, teh,

kopi dan red wine. Sayuran, sereal, coklat dan kacang-kacangan kering juga

penyumbang asupan total polifenol. Dalam kategori minuman, dari suatu

penelitian disebutkan sumber polifenol terbesar adalah dari daun teh segar, teh

bubuk dan biji kopi (Pellegrini, N. et al., 2003; Carelsen, M.H. et al., 2010).

Polifenol terbukti memperbaiki keadaan biomarker stress oksidatif yang

berbeda-beda. Namun belumlah jelas hubungan biomarker ini sebagai prediktor

risiko suatu penyakit dan kesesuaian dengan metode berbeda-beda yang

digunakan. Kemajuan yang bermakna didapatkan pada penelitian penyakit

kardiovaskuler, termasuk hipertensi, bahwa pemberian polifenol sebagai

suplemen atau makanan dapat meningkatkan status kesehatan mereka dengan

penurunan risiko penyakit kardiovaskuler (Scalbert, A., Manach, C., Morand, C.,

Rémésya, C., dan Jiménez, L., 2005).

Fenol beraksi sebagai antioksidan dengan memutuskan rantai radikal

bebas, dimana gugus –OH akan menangkap radikal bebas seperti peroksil radikal

(RO2●)

-OH + RO2● R-O

●+ ROOH (2.1)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 40: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

24

Universitas Indonesia

Radikal fenoksil (R-O●) cenderung kurang reaktif karena elektron

terlokalisasi di dalam cincin aromatik, sehingga radikal RO2● reaktif hanya

memiliki satu elektron yang kurang reaktif.

Nitrit oksida meskipun merupakan radikal bebas namun kurang reaktif

untuk menyerang DNA secara langsung. Nitrit oksida dapat juga mencegah

ransiditas, misalnya menghambat lipid peroksidase dengan dua cara. Salah

satunya dapat menangkap radikal peroksil reaktif (Halliwel, B., 2002).

RO2● + NO

● ROONO (2.2)

Lipid peroksidasi pada daging dapat meningkat dengan pelepasan ion besi

dan senyawa heme seperti mioglobin dan NO merupakan antagonis dari reaksi ini.

Jika reaksi nitrit ini masuk kedalam tubuh (dimakan) kemudian bereaksi dengan

asam lambung maka akan memproduksi asam nitrous (HNO2), yang kemudian

akan teroksidasi menjadi N2O3. Reaksi ini kemudian akan menimbulkan nitrosasi

dari amin, nitrasi dari senyawa aromatik, dan deaminasi dari basa DNA,

khususnya guanin. Beberapa senyawa fenolat yang ditemukan pada tanaman

memiliki kekuatan penuh untuk menghambat HNO2-dependent tyrosine nitration

dan deaminasi basa DNA in vitro. Penghambatan ini jauh lebih efektif dari pada

askorbat. Karenanya, senyawa fenol pada buah-buahan, sayuran, wine, teh dan

minuman lainnya dapat bermanfaat sebagai gastroprotektif terutama pada situasi

peningkatan spesies nitrogen yang reaktif. Barangkali, ini salah satu alasan kenapa

teh hijau (juga kopi) dapat memberikan perlindungan terhadap kanker: karena

salah satu senyawanya dapat menghambat spesies nitrogen rekatif yang dapat

merusak DNA secara potensial di dalam perut. Senyawa fenol yang teroksidasi

atau ternitrasi yang dihasilkan bukanlah senyawa yang toksik (Halliwel, B., 2002).

Fenol yang tidak terserap dalam usus halus akan dilanjutkan di kolon

(seperti halnya asam klorogenat pada kopi). Tampaknya ini menguntungkan,

karena kolon manusia bersifat hipoksia, feses tersimpan pada kondisi anaerob

sehingga menciptakan radikal bebas diatas rata-rata dengan reaksi yang

melibatkan ion besi, yang tidak diabsorbsi di usus halus dan juga bisaanya karena

konsumsi terlalu banyak makanan yang kaya dengan besi. Fenol yang berlanjut

hingga kolon akan berikatan dengan ion besi dan menangkap berbagai spesies

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 41: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

25

Universitas Indonesia

reaktif (Halliwell, B., 2002). Dan ini barangkali keuntungan kopi dibalik efek

negatifnya yang mengganggu penyerapan zat besi.

2.4.1 Aktivitas Antioksidan terhadap Tekanan Darah

Tekanan darah bervariasi sepanjang hari antara batas-batas tertentu dan

yang terendah terjadi pada malam hari sewaktu tidur. Pagi hari setelah bangun

tidur, tekanan darah berangsur-angsur mulai naik dan biasanya mencapai

puncaknya pada siang hari selama bertugas dengan banyak kemungkinan akan

situasi penuh stress. Secara tradisional tekanan darah diastolik umumnya dianggap

lebih penting daripada tekanan darah sistolik sebagai faktor risiko penyakit

kardiovaskular. Namun penelitian baru menunjukkan bahwa tekanan darah

sistolik sama pentingnya untuk meramalkan berbagai komplikasi hipertensi

(stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung). Bahkan pada orang di atas 50

tahun tekanan darah sistolik mungkin lebih penting daripada tekanan darah

diastolik. Terutama lansia dapat mederita hipertensi sistolik tunggal yang sering

kali sukar diturunkan dengan pengobatan. (Kusumawardhani, T., 2006).

WHO mengklasifikasikan tekanan darah menjadi sembilan golongan

(Tabel 2.5). Untuk penanganan hipertensi rekomendasi WHO menganjurkan lima

jenis obat dengan efek hipotensif dan efektivitas kurang lebih sama, yaitu

diuretika tiazida, beta-bloker, antagonis- Ca, ACE-inhibitor (angiotensin

converting enzyme inhibitor), dan AT II-reseptor bloker (angiotensin II reseptor

bloker) (Tan Hoan Tjay dan Rahardja, K., 2007).

Mengkonsumsi makanan yang kaya polifenol, seperti buah-buahan dan

sayuran, dan minuman yang berasal dari tumbuhan, seperti coklat, wine merah,

dan teh, merupakan salah satu contoh gaya hidup sehat yang bermanfaat untuk

terhindar dari penyakit kardiovaskuler. Beberapa penelitian epidemiologi

menunjukkan hubungan yang bermakna antara mengkonsumsi polifenol dan

penurunan risiko penyakit kardiovaskuler. Mekanisme perlindungan polifenol

terhadap penurunan penyakit kardiovaskuler antara lain dengan memperbaiki

fungsi endothelium pembuluh darah.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 42: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

26

Universitas Indonesia

Tabel 2.5. Klasifikasi tingkat tekanan darah menurut WHO (mmHg).

Kategori

Sistolik Diastolik

Optimal

<120 <80

Normal < 130 < 85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1

(ringan)

140-159 90-99

Subkelompok : boderline 140 - 149 90 – 94

Hipertensi derajat 2

(sedang)

160-179 100-109

Hipertensi derajat 3

(berat)

>180 >110

Hipertensi sistolik

terisolasi

< 140 < 90

Subkelompok : boderline 140 – 149 < 90

[Sumber: Kuswardhani, 2006]

Review Stoclet, J.C., et al. (2004), menunjukkan efek antioksidan

polifenol terhadap penurunan tekanan darah adalah dengan meningkatkan

produksi factor vasodilatasi nitrit oksida (NO), Endothelium-Derived

Hyperpolarizing Factor (EDHF) dan prostasiklin (PGI2) dan menghambat sintesis

vasokontriktor endothelin-1 (ET-1) pada sel endothelium. Polifenol menginduksi

nitrit oksida (NO) yang memediasi relaksasi endothelium arteri yang terisolasi.

Aktivasi endothelial NO synthase (eNOS) dikarenakan 2 mekanisme yaitu

peningkatan Ca2+

dan fosforilasi eNOS oleh PI3-kinase/jalur Akt. Polifenol juga

menyebabkan endothelium–derived hyperpolarizing factor (EDHF) yang

memediasi relaksasi arteri terisolasi menjadi terlokalisasi dan mengontrol

pembentukan anion superoksida yang menyebabkan aktivasi jalur PI3-kinase/Akt.

Polifenol juga meningkatkan pengeluaran prostasiklin endothelial (PGI2) dan

menghambat sintesis dan efek endothelin-1 (ET1). Semua mekanisme ini

mungkin yang berkontribusi dalam mekanisme vasodilatasi, vasoprotektif, dan

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 43: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

27

Universitas Indonesia

efek anti-hipertensif dari polifenol in vivo. Jangka panjang, pengobatan sel

endothelial dengan polifenol dapat meningkatkan ekspresi eNOS (Gambar 2.6).

[Sumber: Stoclet, J.C., 2004]

Keterangan: NO: nitrit oksida; eNOS: endothelial NO synthase; PI3K/Akt : PI3-

kinase/jalur Akt; EDHF: endothelium–derived hyperpolarizing factor; PGI2: prostasiklin

endothelial; ET1: endothelin-1; Ca2+/CaM: Ca2+/Calmodulin complex; sGC: soluble

guanylyl cyclase.

Gambar 2.6 Efek akut polifenol pada endothelium.

Kopi banyak mengandung senyawa antioksidan seperti asam klorogenat,

flavonoid, melanoidin, furan, pirol, dan maltol (Castelnuovo, A.D., Giuseppe,

R.D., Iacoviello, L., dan Gaetano, G.D., 2012). Asam klorogenat, suatu senyawa

polifenol pada kopi, memiliki efek antihipertensi, hanya data epidemiologik

tentang efek kopi terhadap tekanan darah masih kontroversial. Suatu komponen

spesifik pada kopi ternyata menghambat efek hipotensif dari asam klorogenat.

Senyawa ini adalah hidroksihidrokuinon (HHQ/1,2,4-trihidroksibenzen), senyawa

prooksidan yang dihasilkan dari proses pemanggangan biji kopi (Suzuki, A. et al.,

2006; Yamaguchi, T. et al., 2008).

Asam klorogenat pada kopi mungkin didegradasi oleh mikroflora yang

tedapat pada usus besar dan kemudian diabsorbsi sebagai asam kafeat dan asam

firulat. Metabolit kopi ini nampaknya yang akan memperbaiki fungsi vaskular

melalui pengurangan produksi ROS (Reaktive Oxygen Species) dan menguatkan

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 44: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

28

Universitas Indonesia

bioavailabilitas NO (Nitrit Oksida). Sedangkan HHQ memproduksi O2● dan

H2O2 yang dapat dikonfirmasikan dalam uji in vitro dan in vivo. O2● derivat

HHQ mungkin merupakan yang utama menghambat asam klorogenat dalam

menginduksi aktivitas NO sebagai faktor vasidilator derivat endotelium (Suzuki,

A. et al., 2006).

2.4.2 Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Antioksidan in vivo dapat mencegah oksidasi terhadap target biologis

dengan berbagai cara, yaitu:

a. Menangkap ion logam untuk mencegah pembentukan spesies

oksigen/nitrogen reaktif.

b. Menangkap spesies oksigen/nitrogen reaktif secara langsung.

c. Menghambat enzim oksidatif (contoh: siklooksigenase)

d. Meningkatkan aktivitas enzim antioksidan.

Antioksidan dapat menangkap radikal bebas dengan beberapa mekanisme, yaitu

transfer atom hidrogen, transfer elektron tunggal, dan baru-baru ini diketahui

transfer elektron dengan memberikan proton (Moore, J. dan Liangli Yu, 2007).

2.4.2.1 DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)

Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan

tanaman obat adalah metode uji dengan menggunakan radikal bebas DPPH.

Tujuan metode ini adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen

memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC50). Hal ini dapat dicapai dengan

cara menginterpretasikan data eksperimental dari metode tersebut.

DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang

dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas

antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Karena adanya elektron yang

tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika

elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka

absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 45: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

29

Universitas Indonesia

Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu

menjadi kuning (Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., dan

Mohammad, N.S., 2009). Perubahan absorbansi akibat reaksi ini telah digunakan

secara luas untuk menguji kemampuan beberapa molekul sebagai penangkap

radikal bebas. Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif

untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman

(Koleva, I.I., van Beek, T.A., Linssen, J.P.H., de Groot, A., dan Evstatieva, L.N.,

2002; Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E., 2010).

Tabel 2.6. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

Intensitas Nilai IC50

Sangat aktif < 50 ppm

Aktif 50-100 ppm

Sedang 101-250 ppm

Lemah 250-500 ppm

[Sumber: Jun, M., 2006]

2.4.2.2 ABTS●+

(2,2 azinobis (3-ethyl-benzothiazoline-6sulfonic-acid)

Metode pengukuran kemampuan menangkap radikal kation ABTS

(ABTS●+

) merupakan metode dekolorisasi yang mengukur kapasitas antioksidan

secara langsung menangkap radikal kation ABTS●+

yang dihasilkan dengan cara

kimiawi. ABTS●+

adalah nitrogen yang menjadi pusat radikal dengan

karakteristik warna hijau-biru, yang kemudian akan direduksi oleh antioksidan

menjadi bentuk non radikal (ABTS) yang tidak/kurang berwarna. Reaksi ini

terukur pada absorbansi 734 nm pada spektrofotometer. Hasilnya secara umum

setara dengan kekuatan trolox sebagai standar antioksidan (Moore, J. dan Liangli

Yu, 2007).

Bahan dan persiapan larutan uji sebagai berikut: 0,5 fosfat bufer (PSB) pH

7,4; 0,5 mM larutan trolox dalam pelarut yang sama untuk larutan sampel ,

standar trolox 1-120 µM diencerkan pada pelarut yang sama, larutan uji/ekstrak

(pengenceran mungkin diperlukan untuk mendapatkan absorbansi yang linier

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 46: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

30

Universitas Indonesia

pada kurva standar); blanko yang mengandung 1 mL PBS dan 80µL pelarut;

larutan ABTS●+: disiapkan 5 mM ABTS (2,2`-azinobis (3-etilbenzotiazolin-6-

asam sulfonat) garam diamonium) dalam air, tambahkan 1 atau 2 spatula MnO

menjadi ABTS teroksidasi (ABTS●+), saring larutan dengan kertas saring

whatman #1, encerkan dengan PBS hingga absorbansi pada 1-cm cell, 734 nm

adalah 0,7 (Moore, J. dan Liangli Yu, 2007) .

Prosedur kerja sebagai berikut: lakukan penyesuaian dengan panjang

gelombang absorbansi pada spetrofotometer adalah 734 nm, spektrofotometer

blanko dengan larutan blanko, ditambahkan 1 ml larutan ABTS+ dan 80 µl

standar atau diencerkan ekstrak sampel ke dalam tabung uji, biarkan tabung

selama 30 detik diikuti vorteks selama 1 menit, pindahkan ke dalam kuvet dan

segera baca absorbansinya (Moore, J. dan Liangli Yu, 2007).

2.4.2.3 Superoksida anion radikal (O2●-

)

Metode pengukuran kemampuan menangkap radikal O2●-

dikembangkan

untuk mengevaluasi kemampuan antioksidan hidrofilik yang secara langsung

bereaksi dengan radikal yang sesuai. Metode ini mengukur kemampuan

antioksidan terseleksi bersaing dengan suatu molekul nitroblue tetrazolium

(NBT), untuk menangkap O2●-

yang dihasilkan dari enzimatik hipoxantin-xantin

oksidase (HPX-XOD) sistem. NBT memiliki warna kuning yang akan direduksi

oleh O2●-

membentuk warna biru yang akan yang akan terukur 560 nm pada

spektrofotometer. Metode ini akan menunjukkan sisa O2●-

(%) (Moore, J. dan

Liangli Yu, 2007).

Bahan dan persiapan larutan uji sebagai berikut: 50 mM fosfat bufer (PBS)

pH 7,4; disiapkan larutan uji 2 mM hypoxanthine (HPX) dalam PBS; disiapkan

larutan 0.56 U/mL xantin oksidase (XOD) dalam PBS; disiapkan larutan 0,34 mM

tretrazolium biru (NBT) dalam PBS; ekstrak sampel (Moore, J. dan Liangli Yu,

2007).

Prosedur kerja sebagai berikut: disiapkan larutan blanko yang

mengandung 300 µl PBS, larutan 200 µl NBT dan larutan 500 µl HPX, tera

absorbansi pada 560 nm menjadi 0 dengan larutan blanko, tabahakan larutan 200

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 47: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

31

Universitas Indonesia

µl NBT, larutan 500 µl HPX, dan larutan sampel 100 µl (ekstrak sampel) atau

pelarut untuk kontrol, vorteks selama 5 detik, tambahkan 200 µl XOD dan atur

segera timer, vorteks selama 30 detik, ukur absorbansi setiap menit selama 10

menit (Moore, J. dan Liangli Yu, 2007).

2.5 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari

simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung.

Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Sebagai cairan penyari

digunakan air, eter, etanol, atau campuran etanol dan air.

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan

dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan

dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara

perkolasi (BPOM, 2008).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara tekhnologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan

seterusnya.

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air medidih, temperature terukur (95-980C)

selama waktu tertentu (15-20 menit). Dekok adalah infus pada waktu yang lebih

lama (≥30 menit) dan temperature sampai titik didih air.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 48: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

32

Universitas Indonesia

Pengeringan ekstrak berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga

mengasilkan serbuk, masa kering rapuh, tergantung proses dan peralatan yang

digunakan. Ada berbagai proses pengeringan ekstrak yaitu dengan cara evaporasi,

vaporasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi dan dielektrik (Depkes RI, 2000).

Proses pengeringan dengan cara sublimasi, salah satunya dengan

menggunakan metode freeze drying. Metode ini telah dikenal sejak jaman kuno

oleh bangsa Peruvian Inca dari Andes. Freeze drying atau liofilisasi adalah proses

sublimasi atau memindahkan kandungan air dari makanan beku. Bangsa Inca

menyimpan kentang dan hasil pertanian lainnya di atas gunung Machu Picchu.

Suhu yang sangat rendah menyebabkan bahan pangan menjadi beku dan secara

perlahan air yang terkandung didalamnya akan menguap pada tekanan udara yang

rendah di tempat yang sangat tinggi.

Beberapa bahan biologi, farmasetikal dan makanan yang tidak boleh

dipanaskan dalam pengeringannya, maka freeze drying menjadi pilihan. Bahan

yang akan dikeringkan harus dibekukan terlebih dahulu. Dalam freeze drying, air

atau pelarut lain diambil atau dipindahkan sebagai uap dengan sublimasi dari

bentuk beku ke bentuk uap, dari ruang pengeringan. Freeze drying memproduksi

produk pengeringan yang paling berkualitas. Hasil menjadi lebih berpori dan

struktur yang tidak menyusut dan akan rehidrasi kembali dengan cepat dengan

penambahan air. Freeze drying pada makanan dan materi biologi menguntungkan

karena hanya sedikit aroma dan rasa yang hilang. Proses dengan suhu rendah,

hampir tidak mengandung air, dan transisi yang cepat dalam pengeringan

mencegah enzymatic browning, denaturasi protein dan reaksi enzimatik. Freeze

drying juga digunakan untuk dehidrasi makanan yang sulit untuk dikeringkan,

seperti kopi, bawang, beberapa seafood dan buah-buahan. Freeze drying

membutuhkan tekanan yang sangat rendah atau vakum yang tinggi untuk

memproduksi pengeringan yang memuaskan. Freeze drying seringkali bekerja

dengan suhu -10oC atau lebih rendah dengan tekanan sekitar 2 mmHg atau

kurang. Beberapa tahap yang terjadi selama proses:

a. Pembekuan dengan suhu yang rendah

b. Pengeringan dengan sublimasi atau desorpsi pada bahan yang tidak dapat

membeku, dengan pengurangan tekanan oleh vakum.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 49: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

33

Universitas Indonesia

c. Penyimpanan bahan yang telah mengering pada kondisi bebas oksigen,

penguapan air yang terus terjadi dan kedap udara (Liapis dan Bruttini, 2006).

2.6 Model Hewan Hipertensi

Model hewan hipertensi dikembangkan sebagai wawasan baru untuk

menjelaskan patogenesis hipertensi. Banyak model tersebut yang dikembangkan

dengan menggunakan faktor-faktor penyebab yang diduga bertanggung jawab

untuk hipertensi manusia, seperti konsumsi garam yang berlebihan, hiperaktif dari

sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) dan faktor genetik. Hipertensi

terjadi karena adanya kenaikan tekanan darah (Badyal, et al., 2003).

Berikut adalah contoh model tikus hipertensi sistemik:

2.6.1 Model tikus hipertensi karena stres

Penelitian dari Knardahl, et al. (1988) dalam Pinto, et al. (1998) pada

tikus yang diberi stress dengan kejutan listrik pada kaki dan bunyi dapat

meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung. Hal ini disebabkan

karena adanya peningkatan adrenalin dan noradrenalin secara bermakna.

Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa rempat dapat

disebabkan oleh stress akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali dapat

menyebabkan suatu adaptasi structural hipertropi kardiovaskular. Bila ini terjadi

pada tingkat vascular aka nada peningkatan ketahanan (resistensi), menyebabkan

peningkatan rasio dinding pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian

mempertinggi pengaruh hemodinamik tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktor-

faktor tropik neurohormonal adalah penting dalam perkembangan hipertensi

jangka panjang yang mengikuti perpanjngan stress penginduksi hipertensi.

2.6.2 Model Spontaneous Hypertension Rat (SHR)

SHR telah banyak digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor genetik

dalam hipertensi. SHR adalah model yang paling popular, walaupun secara fakta

hanya mewakili sebagian kecil dari beragam etiologi hipertensi. Pada model SHR

terjadi kerusakan organ akhir seperti hipertrofi jantung, gagal jantung, dan

disfungsi ginjal. Namun, tidak menunjukkan masalah pada pembuluh darah,

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 50: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

34

Universitas Indonesia

aterosklerosis, atau trombosis vaskular makroskopik, tidak memiliki

kecenderungan untuk berkembang menjadi stroke pada kondisi awal dan

mempunyai kecenderungan yang kuat untuk mati (Pinto, et al., 1998; Badyal, et

al., 2003).

2.6.3 Model tikus hipertensi karena pemberian mineralokortikoida

Deoksikortikosteron adalah hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar

adrenal yang memiliki aktifitas sebagai mineralokortikoid dan bertindak sebagai

prekusor aldosteron. Deoksikortikosteron asetat (DOCA)-Garam merupakan salah

satu model hipertensi sekunder karena pengaruh endokrin (hormon).

Deoksikortikosteron merupakan salah satu hormon yang dihasilkan di korteks

adrenal, selain aldosteron. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan

meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktifitas fisiologi selanjutnya

membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah

jantung.Kelebihan mineralkortikoid menyebabkan hipertensi dan hipokalemia

(Sjakoer, N.A.A., 2011).

Model DOCA-garam lebih visibel untuk dijadikan model hipertensi hewan

coba. Hal-hal yang mendukung yaitu: pemaparan DOCA-garam lebih cepat

meningkatkan tekanan darah yaitu setelah 1 bulan pemaparan atau pada minggu

ke 8 terjadi kenaikan tekanan darah, jarang terjadi kerusakan organ yang fatal, dan

kadar renin rendah. Wang, et al. (1995) melaporkan bahwa pemberian 100 mg

DOCA-garam secara subkutan pada tikus yang telah di uninefrektomi (dibedah

salah satu ginjalnya). Kemudian tikus diberi larutan garam 1% sebagai air

minumnya, setelah tiga minggu terjadi hipertensi (Sjakoer, N.A.A., 2011).

2.6.4 Model tikus hipertensi karena inaktivasi NO (nitrit oksida)

eNOS (endotelial nitrit oksida sintase) adalah enzim yang mengaktivasi

NO yang merupakan pengatur tegangan vaskular dan kontraktilitas miokardial,

dan menghambat agregasi platelet, serta bertanggung jawab terhadap

perkembangan hipertensi dan aterosklerosis. eNOS dapat dihambat oleh L-

NAME (Nⱷ

-nitro-L-arginine methyl ester) dan nitro-L-arginine. Pemberian kronis

L-NAME meningkatkan tekanan darah sistolik dan denyut jantung dan

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 51: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

35

Universitas Indonesia

menurunkan fungsi renal. Model ini secara tekhnis lebih mudah dan mortalitas

yang rendah (Doggrell, S.A. dan Brown, L., 1998).

Aktivasi NO juga bisa dihambat oleh penghilangan glutathione (GSH).

GSH merupakan tripeptida yang tersusun atas asam amino glutamat, sistein dan

glisin, dan berperan sebagai antiokhsidan (Winarsi, H., 2007). Penelitian

Vaziri,N.D., Xiu Q. Wang, Oveisi. F., dan Rad, B. (2000) melaporkan pemberian

tikus sehat Sprague-Dawley dengan penghambat sintase GSH, buthionine

sulfoximine (BSO, 30 mmol/L, dalam air minum) selama dua minggu

menunjukkan kenaikan tekanan darah dan terjadi penurunan tekanan darah setelah

pemberian vitamin E dan C.

2.6.5 Model tikus hipertensi karena induksi fruktosa

Penelitian Dai, S. dan McNeill, J.H. (1995) melaporkan induksi 10%

fruktosa dalam minuman tikus sehat Wistar (ekuivalen dengan diet yang

mengandung 48-57% fruktosa) selama satu minggu atau lebih menyebabkan

hipertensi yang diikuti peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia), glukosa, dan

trigliserida dalam darah. Semua kondisi abnormal ini akan hilang setelah

pengurangan konsumsi fruktosa.

2.6.6 Model tikus hipertensi karena induksi lain: PTU, adrenalin, dan NaCl

Propiltiourasil (PTU) merupakan derivat pirimidin adalah analogon dari

metiltiourasil, yaitu zat antitiroid pertama (1945). PTU berkhasiat sebagai

antitiroid yang menekan produksi hormon tiroid. Pemberian obat ini kadang-

kadang disertai keluhan takikardi dan kegelisahan. Adrenalin merupakan zat

adrenergik, salah satu khasiatnya adalah sebagai bronkodilator terkuat dengan

kerja cepat tetapi singkat dan digunakan untuk serangan asma yang hebat.

Adrenalin akan menimbulkan palpitasi dan aritmia pada dosis yang lebih tinggi.

Adrenalin secara oral tidak aktif (Tan Hoan Tjay dan Rahardja, K., 2007).

Sedangkan garam (NaCl-Natrium Klorida) yang diasup dalam jumlah banyak,

lebih dari enam gram per hari, akan meningkatkan tekanan darah, dan semakin

meningkat usianya maka semakin meningkat pula tekanan darahnya. Uji preklinis

juga membuktikan fenomena tersebut yaitu akan menyebabkan hipertensi pada

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 52: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

36

Universitas Indonesia

hewan coba tikus, kelinci dan anak ayam dengan mengganti air minum dengan

NaCl 1-2% selama 9 minggu-12 bulan (Badyal, et al., 2003).

Penelitian Martha, F.A. (2007) melaporkan model tikus sehat yang

diinduksi dengan pemberian PTU (1,25 mg/kg/hari) secara oral dan pemberian

dosis tunggal adrenalin (1,2 myu/kg) secara intraperitoneal menunjukkan

hipertensi dengan peningkatan denyut jantung, dan pemberian NaCl (3,75

g/kg/hari) satu kali sehari selama 14 hari, meningkatkan tekanan darah diikuti

stroke volume.

2.7 Metode Pengukuran Tekanan Darah pada Tikus

Metode pengukuran darah pada tikus dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Pengukuran darah secara langsung (invasive blood pressure)

b. Pengukuran darah tidak langsung (non-invasive blood pressure)

2.7.1 Pengukuran Darah Secara Langsung

Cara pengukuran darah secara langsung adalah sebagai berikut: arteri

karotis kanan atau kiri dikateterisasi dengan kateter plastik yang diletakkan di

dalam arkus aorta. Kateter harus melewati area subkutan dan eksterior dorsales

pada leher sekitar dua cm. Kateter terlebih dahulu diisi dengan larutan salin-

heparin (10-25 iu heparin/ml) dan dijepit dengan suatu penjepit khusus. Tikus

kemudian dipulihkan kembali dari proses kateterisasi dan dipakai kembali sebagai

hewan coba setelah tiga hari atau lebih. (Kateter karotis sebaiknya dibersihkan

setiap hari untuk menjaga kualitas dan hanya digunakan untuk pengukuran

tekanan darah). Kateter kedua kembali diisi dengan larutan salin-heparin dan di

sambungkan dengan kateter yang pertama terpasang , dan ujung dari kateter kedua

disambungkan dengan transduser. Denyut darah pada arteri karotis menyebabkan

perubahan tekanan pada larutan salin-heparin yang dtransmisikan ke transduser

dan terekam sebagai grafik yang rapat. Alternatif lain dari kateterisasi arteri

karotis, yaitu dengan kateterisasi pada ekor tikus (Waynforth, H.B., 1980).

Cara lain sebagai berikut: di bagian bawah trakea terdapat dua arteri

karotis di samping kanan kiri trakea. Salah satu arteri karotis diisolasi dan

diangkat dan diregangkan dengan menggunakan pinset tumpul. Arteri karotis

dipisahkan dari saraf vagus yang menempel padanya. Arteri karotis ke arah distal

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 53: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

37

Universitas Indonesia

diikat dengan menggunakan benang. Pada bagian bebasnya dimasukkan kanula

yang telah dihubungkan dengan manometer air raksa. Kemudian diikat dengan

benang agar posisinya tidak berubah, kemudian regangan dilepaskan (Andrajati,

R., Sari, S.P., Bahtiar, A., dan Syafhan, N.F., 2012).

Untuk mencegah darah membeku, kanula terlebih dahulu telah diisi

dengan larutan salin-heparin encer. Secara perlahan-lahan darah dari dalam arteri

karotis akan mendesak cairan salin-heparin di dalam kanula dan akhirnya

menekan air raksa di tabung sebelah kiri ke bawah dan mendorong air raksa di

tabung sebelah kanan ke atas. Perbedaan tinggi air raksa pada tabung sebelah kiri

dan kanan manometer air raksa menunjukkan tekanan darah arteri rata-rata

(Andrajati, R., Sari, S.P., Bahtiar, A., dan Syafhan, N.F., 2012).

Pengukuran tekanan darah secara langsung merupakan standar emas untuk

membandingkan akurasi dari tekhnologi mengukur tekanan darah secara tidak

langsung dan radiotelemetri merupakan prosedur bedah invasif tertinggi yang

sangat akurat sebagai tekhnologi pengukuran tekanan darah.Telemetri dilakukan

dengan implamantasi radiotransmiter pada tubuh tikus. Tekhnik ini sangat valid

dan memilki korelasi yang sangat baik dalam mengukur tekanan darah secara

langsung. Keuntungannya adalah tikus dapat bebas bergerak namun tekanan

darah terus dapat terukur (Kent Scientific Corporation, 2008).

Kerugian dari penggunaan alat ini adalah morbiditas yang berhubungan

dengan pembedahan implamantasi transmiter; morbiditas yang berhubungan

dengan pembedahan penggantian batere, karena umur batere biasanya pendek;

menyebabkan stress pada hewan coba; hewan coba tidak dapat bersosialisasi

karena diisolasi; memerlukan biaya yang tinggi untuk penggunaan alat ini;

membutuhkan seorang ahli untuk memasang transmiter; dan kurang diterima di

pasaran karena harga produk yang tinggi (Kent Scientific Corporation, 2008) .

2.7.2 Pengukuran Darah Tidak Langsung (non-invasive blood pressure)

Tekhnik ini menggunakan tempat khusus (cuff) dan detektor denyut,

keduanya diletakkan pada ekor tikus dan dihubungkan dengan perekam tekanan

darah. Pada permulaan, tikus harus dihangatkan dengan suhu 370C pada

papanyang hangat sekitar 15 menit (jika tidak hangat denyut tidak terdeteksi pada

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 54: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

38

Universitas Indonesia

detetektor). Pada cuff dipasang karet disposibel, yang dipasang pertema pada ekor

tikus, kemudian diikuti dengan cuff sebagai detektor denyut. Pada permulaan

denyut tikus dicoba dilihat dulu dan jika bagus, maka perekaman dimulai dan

denyut akan tercatat. Cuff otomatis akan mengembang menekan ekor tikus yang

dialiri darah, dan denyut aliran darah akan terdeteksi walaupun tidak lama.

Denyut yang terukur ini merupakan tekanan darah sistolik tikus. Biasanya

dibutuhkan empat kali atau lebih pengukuran untuk masing-masing hewan coba,

yang kemudian diambil rata-ratanya. Rata-rata denyut jantung juga terukur

setelah perekaman tekanan darah dan tikus tampak tenang (Waynforth, H.B.,

1980) .

Salah satu metode pengukuran tekanan darah pada tikus adalah sensor

perekam tekanan volume darah. Perekam tekanan volume darah menggunakan

desain khusus yaitu tekanan diferensial yang ditransduksi menjadi pengukuran

non-invasive volume darah pada ekor. Perekam tekanan volume darah secara

aktual mengukur enam parameter tekanan darah secara bersamaan yaitu tekanan

darah sistolik, tekanan darah diastolik, rata-rata tekanan darah, rata-rata denyut

jantung, volume darah dan aliran darah pada ekor.

Salah satu metode terbaru pengukur tekanan darah tak langsung adalah

perekam tekanan volume darah menggunakan metode volumetrik untuk

mengukur aliran darah dan volume darah pada ekor. Setelah metode ini ditemukan

maka , tidak ada lagi pengukuran hewan coba yang dipengaruhi dengan gelap-

terangnya lingkungan, pergerakan hewan coba juga sebagian besar dapat

dikurangi, dan tidak tergantung dengan pigmentasi kulit hewan coba. Kulit gelap

hewan coba tidak memiliki efek terhadap pengukuran dengan perekam tekanan

volume darah. Mencit yang berukuran sangat kecil pun, kurang lebih 10 g, sangat

mudah diukur dengan metode perekam tekanan volume. Tikus dengan ukuran

hingga kurang lebih 950 g, juga masih dapat diukur.

Penelitian independen validasi klinis Yale University, New Heaven,

Connecticut, 2003, menunjukkan Perekam Tekanan Volume berhubungan 99%

dengan pengukuran tekanan darah secara langsung (Kent Scientific Corporation,

2008)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 55: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

39

Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 5-6 minggu. Penelitian berlangsung selama

bulan April-Mei 2012 di laboratorium Fitokimia, Farmakognosi, dan

Farmakologi, Departemen Farmasi FMIPA UI.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan Kimia

Air mineral, akuades, air bebas CO2, Asam galat (Merck), etanol 96%

(Merck), metanol (Merck), petroleum eter (Merck), etil asetat (Merck) H2SO4

(Merck), HCl (Mallinckrodt), amonia (Merck), Na2CO3 (Merck), Iodium (Merck),

serbuk Mg (Merck), amil alkohol (Merck), Folin-Ciocalteu (Merck), silika gel

G60 F254 (Merck), 1,1 difenil-2- pikirhidrazil (DPPH) (Wako), Anhidrida asetat

(Merck), FeCl3 (Merck), NaCl (Merck).

3.2.2 Bahan Uji

Serbuk Kopi Luwak Arabika merk X produksi Indonesia dan Kopi

Arabika yang beli di pasar.

3.2.3 Hewan uji

Penelitian ini menggunakan hewan uji berupa tikus putih dewasa jantan

galur Sprague Dawley, bobot 150-200 gram, dan berumur 2 bulan yang diperoleh

dari bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Bogor (IPB).

3.2.4 Alat

Timbangan analitik (Scout Pro), neraca analitik (Mettler Toledo), freeze

dryer (Scanvac), chamber (Camag), TLC scanner (Camag), incubator (Biotech

39

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 56: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

40

Universitas Indonesia

Inc.), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi), kuvet kuarsa (Merck), alkoholmeter,

vortex (Maxi Mix), pipet mikro (Finni Pippete), pipet volume, stirrer, labu ukur,

kaca arloji, cawan porselen, penggerus/alu kecil, gelas ukur, gelas beaker, spatel,

tabung reaksi, botol vial, erlenmeyer, dan alat-alat gelas lainnya; kandang tikus

beserta perlengkapannya, timbangan hewan coba, sonde lambung, alat perekam

tekanan volume darah (CODA).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Uji Fitokimia

3.3.1.1 Pembuatan Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

Berdasarkan perhitungan kebutuhan serbuk Kopi Luwak Arabika selama

penelitian (Tabel 3.1), maka 125 g serbuk Kopi Luwak Arabika dan 50 g serbuk

Kopi Arabika dilarutkan berturut-turut ke dalam air mineral mendidih 2,5 L dan

1 L, diaduk kurang lebih 10-15 menit, kemudian disaring menggunakan kertas

saring dalam keadaan panas dan ditutup rapat. Seduhan kopi dibiarkan mendingin

dan dikeringkan dengan freeze dryer hingga didapatkan rendemen. Rendemen

dihitung dalam persen yang merupakan perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh dengan berat serbuk kopi awal. Rendemen disimpan dalam lemari

pendingin dan siap digunakan untuk pembuatan larutan uji selama percobaan.

Rendemen kemudian disebut ekstrak air oleh peneliti.

3.3.1.2 Penetapan Parameter Standar Serbuk dan Ekstrak Air Kopi Luwak

Arabika

a. Deskripsi Organoleptik

Deskripsi organoleptik serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak Arabika adalah

pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa dari kopi (Depkes, 2008).

b. Kadar Abu Total

Bahan uji ditimbang dengan seksama 2-3 g, kemudian dihaluskan dan

dimasukan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara. Pemijaran

dilakukan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan

ditimbang.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 57: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

41

Universitas Indonesia

Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ke dalamnya

ditambahkan air panas, diaduk, dan kemudian disaring melalui kertas saring

bebas abu. Dipijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang

sama. Dimasukkan filtrat ke dalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot

tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b

(Depkes, 2008).

c. Kadar Abu Tidak Larut Asam

Dididihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan 25

mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Dikumpulkan bagian yang tidak larut

dalam asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas,

dan dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam

asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Depkes, 2008).

d. Susut Pengeringan

Pengukuran susut pengeringan dilakukan dengan cara cawan porselen dan

tutupnya yang telah dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ± 2oC selama 30

menit ditimbang dan ditara (A). Sejumlah 2 g serbuk simplisia ditimbang (B),

dimasukkan ke dalam cawan porselen ditutup kembali. Simplisia dalam cawan

diratakan dengan cara menggoyangkan cawan tersebut lalu dimasukkan ke dalam

oven pada suhu 105 ± 2oC, tutup cawan dilepaskan dan dibiarkan di dalam oven.

Bobot sisa ditimbang dan dicatat hasilnya, dimasukkan kembali ke dalam oven

pada suhu 105 ± 2oC selama 2 jam, lalu ditimbang kembali. Jika bobot dari

penimbangan pertama dan kedua menunjukkan hasil yang sama maka telah

tercapai bobot tetap (C). Jika belum mencapai bobot tetap maka diulangi kembali

langkah sebelumnya hingga diperoleh bobot tetap (Depkes RI, 2008).

Terakhir dihitung kadar abu dengan rumus:

(A+C-B)

Kadar susut pengeringan = -------------- x 100% (3.1)

A

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 58: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

42

Universitas Indonesia

e. Pola Kromatografi Kafein

Kafein dilarutkan dalam metanol hingga diperoleh konsentrasi 100 ppm

dan sampel yaitu Kopi Luwak Arabika dilarutkan dengan metanol hingga

diperoleh konsentrasi 20.000 ppm. Kemuadian larutan di totol pada lempeng KLT

dan dielusi dengan eluen etil asetat : metanol masing–masing (85:15). Hasil elusi

kemudian disemprot dengan larutan dragendorff (Abourashed, E.A. dan Mossa,

J.S., 2004).

3.3.1.3 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

a. Identifikasi Alkaloid (Metode Bouchardat, Mayer dan Dragendorff)

Ekstrak air kopi ditimbang masing-masing 100 mg lalu dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 1 ml HCl2N dan 9 ml air dan

dipanaskan di atas penangas air pada suhu 95o C selama 5 menit, kemudian

didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:

1. Filtrat dipipet 1 ml di atas kaca arloji kemudian ditambahkan 2 tetes

reagen Bouchardat. Hasil positif dengan terbentuknya endapan coklat

sampai hitam.

2. Filtrat dipipet 1 ml di atas kaca arloji kemudian ditambahkan 2 tetes

reagen Mayer. Hasil positif dengan terbentuknya endapan berwarna putih.

3. Filtrat dipipet 1 ml di atas kaca arloji kemudian ditambahkan 2 tetes

reagen Dragendorff. Hasil positif dengan terbentuknya endapan jingga

coklat.

Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau

tiga dari percobaan di atas (Depkes RI, 1989).

b. Identifikasi Saponin

Sejumlah 100 mg masing-masing ekstrak ditimbang lalu dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Sejumlah 10 ml air panas ditambahkan lalu didinginkan,

dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang tidak hilang selama

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 59: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

43

Universitas Indonesia

tidak kurang dari 10 menit dan dengan penambahan 1 tetes HCl2N buih juga tidak

hilang maka simplisia mengandung saponin (Depkes RI, 1989).

c. Identifikasi Flavonoid

Sejumlah 100 mg masing-masing ekstrak ditimbang lalu ditambahkan 10

ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas dengan

kertas saring. Filtrat sejumlah 5 ml dipipet lalu ditambahkan 100 mg serbuk

magnesium, 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol kemudian dikocok kuat. Bila

lapisan amil alkohol berwarna jingga atau merah jingga berarti simplisia

mengandung flavonoid. Identifikasi flavonoid dilakukan di lemari asam (Depkes

RI, 1989).

d. Identifikasi Senyawa Fenol

Masing-masing ekstrak ditimbang sejumlah 100 mg lalu dimasukkan ke

dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 10 ml methanol 80%. Disonikasi selama 20

menit lalu disaring dengan kapas. Filtrat sejumlah 1 ml dipipet lalu ditambahkan 1

ml larutan Folin-Ciocalteu. Didiamkan selama 5 menit di tempat gelap. Bila

terbentuk warna biru berarti simplisia mengandung senyawa fenol (Harborne,

J.B., 1987).

e. Identifikasi Tanin

Sejumlah 100 mg masing-masing ekstrak ditambahkan air panas sebanyak

100 ml dan dididihkan selama 5 menit di dalam erlenmeyer. Setelah itu disaring,

sebagian filtrat yang diperoleh ditambah dua tetes FeCl3 1%. Hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau violet/hijau kecoklatan (tanin

terkondensasi) atau biru kehitaman (tannin terhidrolisis) (Bouquet, 1972; Evans

dan Trease, 2002).

3.3.1.4 Penetapan Kadar Fenol Total dan Kafein pada Kopi Luwak Arabika dan

Kopi Arabika

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 60: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

44

Universitas Indonesia

a. Penetapan Kadar Fenol Total

Untuk penetapan kadar fenol total dilakukan dengan cara sejumlah 1000

ml, air dididihkan, segera tutup lalu didinginkan. Air tersebut telah bebas CO2 dan

siap digunakan. Sejumlah 7 g Na2CO3 ditimbang lalu dilarutkan dalam 100 ml air

bebas CO2. Asam galat sejumlah 25 mg ditimbang lalu dilarutkan dalam air bebas

CO2 dalam labu ukur volume 25 ml. Asam galat dilarutkan kemudian diencerkan

sampai dengan konsentrasi 100 µg/ml. Air bebas CO2 ditambahkan sampai tanda

batas lalu disonikasi selama 10 menit dan disaring. Untuk analisis sebagai berikut,

masing-masing dipipet sebanyak 1 ml air bebas CO2 (sebagai blanko), 1 ml

larutan asam galat dan 1ml larutan sampel, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur

volume 25 ml yang telah berisi 9 ml air bebas CO2. Ditambahkan pada masing-

masing labu sejumlah 1 ml reagen Folin-Ciocalteu lalu didiamkan selama 5 menit

dalam kondisi tempat gelap. Sebanyak 10 ml Na2CO3 0,7% dan air bebas CO2

ditambahkan sampai tanda batas. Setiap larutan dihomogenkan kemudian

diamkan selama 2 jam dalam kondisi tempat yang gelap. Diukur kadar fenol

total menggunakan spektrofotometer pada ʎ = 750 nm. Pengujian dilakukan

secara duplo (Nawawi, R.H., 2012).

(Bobot total fenol total)

%Total fenol = ----------------------------------- X 100% (3.2)

Bobot sampel

b. Penetapan Kadar Kafein pada Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

Penetapan kadar kafein dilakukan dengan metode KLT densitometri.

Kafein dilarutkan dalam metanol dengan berbagai macam konsentrasi yaitu

sebelas konsentrasi : 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, 200

ppm, 300 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 5000 ppm. Kemudian dibuat larutan

sampel yaitu dengan melarutkan ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika dengan metanol hingga didapat konsentrasi masing – masing 20.000 ppm

yang dilakukan duplo. Masing – masing larutan ditotol pada lempeng KLT

sebanyak 5 l. Kemudian di elusi dengan Etil asetat : Metanol (85 : 15). Lempeng

KLT yang telah dielusi kemudian dimasukkan ke TLC scanner dan diilihat

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 61: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

45

Universitas Indonesia

spektrumnya pada panjang gelombang 275 nm. Perhitungan kadar kafein

dilakukan dengan memasukkan nilai luas area yang di dapat pada sampel ke

rumus kurva kalibrasi kafein (Abourashed, E.A. dan Mossa, J.S., 2004).

3.3.1.5 Uji Antioksidan Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

dengan Metode DPPH

a. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika, Kopi arabika,

dan Pembanding

Ekstrak air kopi dan pembanding ditimbang sebanyak 25 mg dimasukkan

ke dalam labu ukur volume 2 ml dan dilarutkan dengan MeOH sampai batas

volume untuk membuat konsentrasi induk sebesar 1000 µg/ml. Larutan disonikasi

selama 15 menit. Ke dalam vial berwarna gelap, larutan sampel dipipet sejumlah

volume tertentu dan ditambahkan methanol sejumlah tertentu sehingga volume

akhir pada masing-masing vial adalah 4 ml dan konsentrasi sampel terdiri dari

100, 80, 60, 20, 1, 0,5 µg/ml (Blois, M.S., 1985).

b. Pembuatan Larutan DPPH

Larutan DPPH 100 ppm dibuat dengan cara ditimbang sebanyak 25 mg

serbuk DPPH (BM = 394,32) dimasukkan ke dalam labu ukur volume 25 ml lalu

dilarutrkan dengan methanol sampai tanda batas (Blois, M.S., 1985)..

c. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Sebelum pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dulu penentuan

panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan kontrol yang sudah

ditambahkan DPPH dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 30 menit. Serapan

diukur dengan spektrofotometer UV-Vis yang telah diatur panjang gelombangnya

dari 400 – 600 nm (Blois, M.S., 1985). .

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 62: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

46

Universitas Indonesia

d. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika dan

Kopi Arabika

Larutan uji dibuat dengan cara 1 ml dari masing-masing konsentrasi

ditambahkan 1 ml DPPH 100 ppm dan ditambahkan 2 ml MeOH. Campuran

divorteks selama 20 detik kemudian larutan uji dan larutan kontrol diinkubasi

pada suhu 37oC selama 30 menit. Kuersetin digunakan sebagai pembanding atau

kontrol positif (Blois, M.S., 1985).

Uji antioksidan bahan uji dilakukan dengan metode DPPH yang

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Serapan atau absorbansi larutan uji

diukur pada panjang gelombang maksimum . Untuk menghasilkan pengukuran

yang baik, larutan yang diukur memberikan serapan sebesar 0,2-0,8 di daerah

ultraviolet atau cahaya tampak (Depkes, 2008). Persentase penghambatan atau

inhibisi dapat dihitung menggunakan rumus:

Absorbansi kontrol- absorbansi sampel

% inhibisi = ----------------------------------------------------- X 100% (3.3)

Absorbansi kontrol

IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier, konsentrasi

sampel sebagai sumbu x dan persen penghambatan (% inhibisi) sebagai sumbu y.

Dari persamaan y = a + bx dapat dihitung nilai IC50. Nilai IC50 didapatkan dari

nilai X setelah mengganti y = 50 (Blois, M.S., 1958).

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 63: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

47

Universitas Indonesia

Gambar 3.1 Skema kerja uji fitokimia pada Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

3.3.2 Uji Farmakologi

3.3.2.1 Persiapan Hewan Coba

Sebelum digunakan, tikus diadaptasikan (diaklimatisasi) selama dua

minggu dalam kandang Laboratorium Farmakologi agar dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan baru. Tikus diberi makan dan minum yang seragam

dan dilakukan pengamatan rutin terhadap keadaan umum dan penimbangan berat

badan tikus.

Tikus yang sehat memiliki ciri-ciri bulu bersih, mata bersinar, berat badan

bertambah setiap hari, tidak menunjukan perilaku yang aneh dan tampak lincah.

Tikus yang dinyatakan sehat dikelompokkan secara random sederhana dengan

jumlah 6 ekor untuk tiap kelompoknya, berdasarkan perhitungan rumus Federer

yaitu (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana t = jumlah perlakuan = jumlah kelompok = 8 dan n =

jumlah ulangan dari tiap perlakuan = jumlah tikus dalam tiap kelompok, sehingga

didapatkan n ≥ 3,1 ≈ 4. Jadi tiap kelompok minimal berjumlah 4 ekor tikus.

1. Identifikasi alkaloid,

saponin, flavonoid,

fenol, tanin.

2. Penetapan kadar fenol

total & kafein.

3. Uji aktivitas antioksidan

Serbuk

Kopi Luwak

Arabika

Serbuk

Kopi Arabika

Ekstrak Ekstrak

Standarisasi:

1. Kadar abu total

2. Kadar abu tidak

larut asam

3. Susut pengeringan

4. Pola kromatografi

kafein

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 64: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

48

Universitas Indonesia

Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok perlakuan:

a. Kelompok hipertensi, terdiri atas 5 subkelompok yaitu kelompok kontrol

normal (K1), kelompok kontrol hipertensi (K2), dan tiga kelompok perlakuan

hipertensi (K3, K4, dan K5).

b. Kelompok normal, terdiri atas 3 subkelompok yaitu kelompok perlakuan

normal KN1, KN2, dan KN3.

3.3.2.2 Persiapan Induksi NaCl 2%.

Setelah aklimatisasi, kelompok kontrol hipertensi (K2) dan tiga kelompok

perlakuan hipertensi (K3, K4, dan K5) menerima induksi NaCl 2% ad libitum

selama dua-tiga minggu. NaCl 2% dibuat dengan melarutkan NaCl murni 200 g

dalam 10 L aquadest untuk kebutuhan induksi NaCl 2% selama tiga minggu.

Hipertensi dicapai setelah tikus mengalami kenaikan tekanan darah lebih dari 10

mmHg dari tekanan darah kelompok kontrol normal.

3.3.2.3 Perhitungan Dosis (D).

Berdasarkan penelitian kopi sebelumnya (Lelyana, R., 2008) konsentrasi

serbuk kopi per cangkir untuk manusia dewasa yaitu 10 g dalam 200 ml air atau

5%, maka dosis manusia dewasa dengan berat badan (bb) 70 kg adalah 10 g.

Dosis standar (DS) tikus dengan berat badan 200 mg adalah 0,018 dosis manusia

yaitu 0,018 x 10 g = 0,18 g, yang dilarutkan dalam 0,18 : 5% ml air = 3,6 ml. Air

yang digunakan adalah air mineral, karena secara empiris masyarakat sering

menyeduh kopi dengan air mineral.

Kebutuhan pelarut air untuk ekstrak air Kopi Luwak Arabika selama

percobaan (tujuh hari) :

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 65: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

49

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Perhitungan kebutuhan pelarut air untuk ekstrak air Kopi Luwak

Arabika selama tujuh hari

Kelompok Dosis Perhitungan 𝜀 Air mineral

KN1, K2 D1= 1

2 DS 2 kelompok ×6 ekor ×

1

2

×3,6 ml air × 7 hari

151,2 ml

KN2, K3 D2=DS 2×6×3,6× 7 302,4 ml

KN3, K4 D3=2DS 2×302,4 604,8 ml

Total air yang dibutuhkan minimal 1058,4 ml

Dibulatkan 2500 ml

Maka serbuk Kopi Luwak Arabika yang dibutuhkan untuk pembuatan ekstrak

selama tujuh hari penelitian = 5% x 2500 ml = 125 g (pembuatan ekstrak air Kopi

Luwak Arabika yang dikeringkan lihat 3.3.1.1)

3.3.2.4 Pembuatan larutan uji

Pemberian maksimal satu kali sonde lambung untuk tikus dengan berat

badan 200 mg = 5 ml. Diasumsikan pemberian sonde untuk 1 ekor tikus = 4 ml,

maka larutan yang dibutuhkan per hari

Tabel 3.2 Perhitungan kebutuhan aquadest perhari untuk larutan uji

Dosis Perhitungan 𝜀 Aquadest

D3 6 ekor × 4 ml

24 ml

D2= 1

2 D3

1

2 × 24 ml 12 ml

D1= 1

2 D2

1

2 × 12 ml 6 ml

Total larutan yang dibutuhkan perhari 42 ml

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 66: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

50

Universitas Indonesia

Peneliti akan memberikan 3 ml larutan tiap kali sonde lambung, maka rendemen

yang harus ditimbang untuk larutan D3 (2 x DS) = 2 x 0,18 g x 42 ml

3 ml = 5,04 g

Rendemen yang dibutuhkan = 20 % x 5,04 g = 1,008 g

D3 dibuat dengan melarutkan 1,008 g rendemen dalam 42 ml aquadest

D2 dibuat dengan mengambil 12 ml D3, kemudian diencerkan dengan aquadest

hingga 42 ml.

D3 dibuat dengan mengambil 6 ml D3, kemudian diencerkan dengan aquadest

hingga 42 ml.

Pemberian sonde tiap tikus = bb tikus mg x 3 ml

200 mg

3.3.2.5 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dimulai pada minggu ke tiga setelah induksi

baik pada K1, K2, K3, K4, dan K5 dan digunakan sebagai data awal. Setelah

tekanan darah mengalami hipertensi pada KN1, KN2, KN3, K3, K4 dan K5,

diberikan larutan uji Kopi Luwak Arabika dengan dosis yang berbeda pada waktu

sore hari dan diukur kembali tekanan darahnya setelah dua jam pemberian.

Tekanan darah diukur kembali pada enam jam setalah pemberian hari pertama.

Pengukuran pada hari pertama pemberian ini untuk mengetahui efek akut Kopi

Luwak Arabika terhadap tekanan darah.

Larutan uji Kopi Luwak Arabika dengan berbagai dosis terus diberikan

setiap hari selama tujuh hari dengan waktu yang sama dan tekanan darah diukur

kembali pada pemberian hari ke tujuh, yaitu sebelum, dua jam dan 24 jam

sesudah pemberian hari ke tujuh (hari ke delapan) tanpa pemberhentian

pemberian NaCl 2%. Pengukuran pada hari ke delapan bertujuan untuk melihat

efek kronis pemberian Kopi Luwak Arabika terhadap tekanan darah.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 67: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

51

Universitas Indonesia

Tabel 3.3 Skema kerja uji farmakologi pada kelompok normal

K

N

Dosis

mg/

200 g

bb/hari

Jadual Pengukuran Tekanan Darah

Minggu III

Pemberian Kopi Luwak

Arabika Hari Ke-1

Peemberian

Kopi Luwak

Arabika Hari

Ke 2-6

Pemberian Kopi Luwak

Arabika Hari Ke-7

sebelum

(1)

2 jam

setelah

(2)

6 jam

setelah

(3)

sebelum

(4)

2 jam

setelah

(5)

24 jam

setelah

(6)

I 0,09 √ √ √ - √ √ √

II 0,18 √ √ √ - √ √ √

III 0,36 √ √ √ - √ √ √

Keterangan : KN1: kelompok normal dosis 1, KN2: kelompok normal dosis 2, KN3: kelompok

normal dosis 3.

Tabel 3.4 Skema kerja uji farmakologi pada kelompok hipertensi

K

Dosis

mg/

200 g

bb/hari

Jadual Pengukuran Tekanan Darah

Minggu III

Pemberian Kopi Luwak

Arabika Hari Ke-1 Pemberian

Kopi Luwak

Arabika

Hari Ke

2-6

Pemberian Kopi Luwak

Arabika Hari Ke-7

sebelum

(1)

2 jam

setelah

(2)

6 jam

setelah

(3)

Sebelum

(4)

2 jam

setelah

(5)

24 jam

setelah

(6)

I - √ - - - - - √

II - √ - - - - - √

III 0,09 √ √ √ - √ √ √

IV 0,18 √ √ √ - √ √ √

V 0,36 √ √ √ - √ √ √

Keterangan : K1: kontrol normal, K2: kontrol hipertensi, K3: kelompok hipertensi dosis 1, K4:

kelompok hipertensi dosis 2, K5: kelompok hipertensi dosis 3.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 68: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

52

Universitas Indonesia

3.3.2.6 Pengolahan data

Sebelum dilakukan analisis, pada data yang terkumpul dilakukan

pemeriksaan kelengkapan data, koding dan input data. Analisis statistik akan

dilakukan dengan menggunakan program SPSS forWindows v.16.01 (SPSS Inc,

USA). Analisis statistik tersebut meliputi analisis statistik deskriptif dan analisis

statistik inferensial. Pada analisis deskriptif, data ukuran tekanan darah dinyatakan

sebagai rata-rata dan simpangan baku atau median apabila distribusinya tidak

normal. Selain itu, data juga disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

Pada analisis statistik inferensial, dilakukan beberapa prosedur pengujian.

Pengujian pertama yang dilakukan terhadap data adalah pengujian asumsi

distribusi data, yaitu data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan adalah uji Sapiro-Wilk, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Setelah asumsi data berdistribusi normal terpenuhi maka dilakukan analisis lebih

lanjut yaitu pengujian beda rata-rata ukuran tekanan darah pada suatu kelompok

saat sebelum dan setelah pemberian Kopi Luwak Arabika. Karena pengujian ini

dilakukan pada masing-masing kelompok maka analisis yang digunakan adalah

uji T-data berpasangan. Jika terdapat data yang tidak memenuhi asumsi

kenormalan data, maka untuk pengujian beda rata-rata ukuran tekanan darah pada

suatu kelompok saat sebelum dan setelah pemberian Kopi Luwak Arabika

digunakana Wilcoxon sign test. Pengujian juga dilakukan untuk mengukur

perbedaan tekanan darah setelah pemberian berbagai dosis Kopi Luwak Arabika

dengan menggunakan Uji ANAVA-satu arah dan dilanjutkan dengan uji Post-

HocBonferroni. Perbedaan perubahan tekanan darah (selisih tekanan

darah pre dengan post perlakuan) juga diuji dengan ANAVA-satu arah.

Perbedaan dianggap bermakna apabila p-value≤0,05 dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95%.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 69: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

53

Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Fitokimia

4.1.1. Rendemen Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

Rata-rata rendemen yang dihasilkan dari dua kali pengeringan dengan

freeze dryer pada seduhan air serbuk Kopi Luwak Arabika lebih kecil (20%)

dibandingkan dengan Kopi Arabika (29,5%) (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Rendemen seduhan air Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

Bahan uji Rata-rata Rendemen

(%)

Kopi Luwak Arabika 20

Kopi Arabika 29,5

Hal-hal yang mempengaruhi rendemen antara lain kelembaban dari

rendemen yang dihasilkan, semakin lembab rendemen yang dihasilkan semakin

berat rendemennya; jumlah senyawa yang terdapat pada bahan uji, yang

dipengaruhi oleh bibit, lingkungan dimana tanaman kopi tumbuh, proses

pemanenan, proses pengolahan dan proses pengepakan/penyimpanan; dan

kestabilan dari freeze dryer dan timbangan bahan uji yang digunakan. Pada

penelitian ini berdasarkan pengamatan, ekstrak Kopi Luwak Arabika lebih kering

dibanding Kopi Arabika. Ini barangkali yang menyebabkan berat rendemen Kopi

Arabika lebih tinggi dibanding Kopi Luwak Arabika.

Penelitian Marcone, M.F. (2004), menunjukkan kelembaban Kopi Luwak

Robusta lebih rendah dibanding Kopi Robusta, yaitu 9,2% dibanding 11,7%

(Tabel 2.4). Hasil penelitian ini tampaknya sesuai dengan penelitian Marcone,

M.F. (2004), yaitu rendemen seduhan air Kopi Luwak Arabika memperlihatkan

kurang lembab atau lebih kering dibanding Kopi Arabika.

53

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 70: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

54

Universitas Indonesia

4.1.2. Standarisasi Serbuk dan Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika

Parameter standar serbuk dan ekstrak Kopi Luwak Arabika dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Parameter standar serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak Arabika

No. Parameter standar Kopi Luwak Arabika

Serbuk Ekstrak

1 Organoleptik Serbuk sedikit kasar,

warna coklat

kehitaman, bau

aromatis, rasa pahit

Ekstrak halus, kering,

sedikit lengket, warna

coklat tua, bau

aromatis, rasa pahit

2. Kadar abu 4,3 % 15,06 %

3. Kadar abu tidak larut asam 0,29 % 0,36 %

4. Susut pengeringan 5,49 % 7,52 %

Warna coklat kehitaman menunjukkan waktu penyangraian yang lama

pada biji Kopi Luwak Arabika. Proses penyangraian biji Kopi Luwak Arabika

yang digunakan sebagai bahan uji ini membutuhkan waktu kurang lebih dua jam

dengan suhu ± 1000

C, hingga didapat aroma dan warna yang khas.

Kadar abu dihitung untuk mengetahui gambaran tingginya kandungan

mineral eksternal dan internal dalam tanaman yang berasal dari awal sampai

terbentuknya ekstrak (Depkes RI, 2000).Kadar abu yang tinggi dikarenakan

kandungan mineral yang tinggi, selain itu kotoran dan sisa kulit ari juga dapat

mempengaruhi kadar abu yang terkandung dalam biji kopi. Perbedaan kadar abu

kopi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor budidaya tanaman kopi,

perlakuan paska panen dan terakhir mutu kopi yang dihasilkan Mutu kopi yang

baik akan lebih bersih dan kandungan mineralnya lebih tinggi sehingga kadar abu

yang dihasilkan akan semakin tinggi (Rejo et al. 2011)

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam

yaitu pertama, garam organik, misalnya garam dari asam malat, oksalat, asetat

pektat, dll, kedua, garam anorganik, misalnya fosfat, karbonat, klorida, sulfat

nitrat, dan logam alkali. Selain itu, mineral dapat terbentuk sebagai senyawa

kompleks yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 71: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

55

Universitas Indonesia

dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit. Oleh karena itu, dilakukan dengan

menentukan sisa pembakaran garam mineral tersebut yang dikenal dengan

pengabuan (Fauzi, M., 2006).

Rata-rata kadar abu yang diperoleh dari serbuk Kopi Luwak Arabika

adalah 4,3%. SNI 01-3542-2004 yang mengatur kontrol kualitas kopi bubuk

menunjukkan kadar abu maksimal adalah 5% dan serbuk Kopi Luwak Arabika

menunjukkan hasil yang lebih rendah. Kadar abu ekstrak Kopi Luwak Arabika

(15,06%) lebih tinggi dibanding dengan serbuk Kopi Luwak Arabika (4,3%). Hal

ini menunjukkan kandungan mineral yang lebih tinggi pada ekstrak Kopi Luwak

Arabika yang mungkin dikarenakan Kopi Luwak Arabika diseduh dengan air

mineral, yang banyak mengandung mineral. Penelitian Yunizal, Murtini, J.T.,

Dolaria,N., Purdiwoto,B., Abdulrokhim, dan Carkipan. (1998) menunjukkan di

dalam abu ternyata dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg,

Ca, Fe, Mn, dan Cu, disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti

Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain.

Kadar abu tidak larut asam pada serbuk dan ekstrak Kopi Luwak Arabika

berturut-turut 0,29% dan 0,36%. Mineral mudah larut dalam asam, adanya

kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan

adanya pasir atau kotoran yang lain, misal silikat, yang menentukan kualitas dari

produk. Metode ini bisa menunjukkan keaslian atau tiruan dari produk bahan

pangan (Fauzi, M., 2006).

Susut pengeringan serbuk Kopi Luwak Arabika (5,49%) lebih rendah

dibandingkan ekstrak air Kopi Luwak Arabika (7,52%). Hal ini menunjukkan

senyawa yang menguap pada serbuk lebih sedikit dibandingkan ekstrak. Selain

air, senyawa volatil atau minyak atsiri juga mudah menguap, namun pada ekstrak

Kopi Luwak Arabika yang dikeringkan dengan freeze dryer, kandungan senyawa

volatil banyak yang sudah hilang. Sifat higroskopis ekstrak air Kopi Luwak

Arabika yang mungkin menyebabkan kadar air pada ekstrak menjadi lebih tinggi.

Hal ini dapat terjadi karena penyimpanan ekstrak yang terlalu lama ditempat yang

kurang dingin atau kurang kering kelembaban udaranya .

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 72: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

56

Universitas Indonesia

Pola kromatografi kafein

Senyawa kafein yang teridentifikasi pada Kopi Luwak Arabika dapat

dilihat pada Gambar 4.1. Dari hasil kromatografi menunjukkan Kopi Luwak

Arabika mengandung kafein sesuai dengan standar kafein yang digunakan, yaitu

kafein murni.

Keterangan: profil klt kopi luwak arabika dengan pembanding

kafein, pelarut metanol, fase gerak etil asetat: metanol (8,5:1,5)

dilihat dengan lampu UV 254 nm. K= kafein murni, Kl=Kopi

Luwak Arabika.

Gambar 4.1. Kromatogram kafein standar dan Kopi Luwak Arabika

4.1.3. Identifikasi Komponen Kimia Ekstrak Air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Tabel 4.3 menunjukkan kandungan senyawa kimia pada Kopi Luwak

Arabika dan Kopi Arabika. Identifikasi alkaloid dilakukan dengan tiga pereaksi,

yaitu: Bouchardat, Mayer dan Dragendroff dengan pembanding kafein standar.

Dari ketiga pereaksi yang dipakai, semuanya memberikan hasil positif kecuali

pereaksi Mayer. Kafein memberikan hasil negatif dengan metode Mayer

(Lampiran 2). Ini sesuai dengan sifat kafein yang tidak mudah mengendap dalam

larutan yang mengandung iodin. Senyawa lain yang bersifat sama adalah efedrin

dan alkaloid basa purin lainnya seperti teobromin dan teofilin. Sedangkan alkaloid

Kafein

Flavonoid...

Flavonoid.onoid

Kafefin standar

K1 K2 KL1 KL2

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 73: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

57

Universitas Indonesia

yang mengendap dengan pereaksi Mayer, kemungkinan adalah golongan kuinin,

brusin, papaverin, atropin, dan strikhnin ( Scheme, 2009).

Tabel 4.3. Identifikasi komponen kimia Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

No. Fitokimia Kopi Luwak

Arabika

Kopi Arabika

1 Alkaloid + +

2. Saponin ++ +

3. Flavonoid + +

4. Senyawa fenol + +

5. Tanin + +

Saponin pada Kopi Luwak Arabika teridentifikasi lebih banyak banyak

daripada Kopi Arabika. Berbeda dengan penelitian Gunalan, G., Myla, N., dan

Balabhaskar, R.. (2012), menunjukkan tidak ditemukannya saponin pada kedua

varietas Kopi Arabika yang menjadi bahan ujinya. Pada buku karangan Spiller

(1998), dikatakan Kopi Arabika mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan

alkaloid. Kadar saponin yang jauh lebih banyak, kiranya perlu diteliti lebih lanjut,

barangkali hasil dari proses fermentasi yang terjadi dalam saluran pencernaan

luwak. Proses fermentasi dapat menghasilkan metabolit sekunder (Kunaepah, U.,

2008).

Flavonoid dan tanin merupakan senyawa fenol. Ketiganya terdeteksi di

dalam Kopi Luwak Arabika maupun Kopi Arabika. Senyawa fenol biasanya

terdapat dalam berbagai jenis sayuran, buah-buahan, dan tanaman. Turunan

senyawa fenol merupakan metabolit sekunder terbesar yang diproduksi oleh

tanaman. Senyawa ini mempunyai aktifitas antioksidan yang cukup kuat. Pada

kopi, asam klorogenat, golongan pseudotanin, merupakan metabolit sekunder

terbanyak yang memiliki aktivitas antioksidan cukup kuat, meskipun beberapa

penelitian lain menunjukkan aktivitas antioksidan pada kopi juga didapatkan dari

melanoidin senyawa polimer coklat yang dihasilkan dari reaksi Maillard selama

proses penyangraian biji kopi ( Harborne, J.B., 1987; Clarke, R.J. dan Macrae, R.,

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 74: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

58

Universitas Indonesia

1987; Nicoli, M.C., Anese, M., Manzocco, L., dan Lerici, C.R., 1997; Daglia, M.,

Papetti, A., Gregotti, C., Berte, F., dan Gazzani, G., 2000; Del Castillo, M.D.,

Ames, J.M., dan Gordon M.H., 2002; Borrelli, R.C., Visconti, A., Menella, C.,

Anese, M., dan Fogliano, V., 2002).

Diantara senyawa fenol alami yang telah diketahui lebih dari seribu

struktur, flavonoid merupakan golongan terbesar. Flavonoid banyak ditemukan

pada tumbuhan berpembuluh dan bersifat mudah larut air (Harborne, J.B., 1987).

Gunalan, G., Myla, N., dan Balabhaskar, R. (2012); Balitbangkes (2008); dan

Spiller (1985), menunjukkan Kopi Arabika mengandung flavonoid, tanin, dan

polifenol.

Tanin pada kopi merupakan tanin terkondensasi sehingga memberikan

warna hijau violet/hijau kecoklatan pada penetesan larutan FeCl3 1%. Tanin

terkondensasi banyak terdapat pada tanaman berkayu, angiospermae, kelas

dicotyledonae (Harborne, J.B., 1987).

4.1.4. Kadar Senyawa Fenol Total dan Kafein

Tabel berikut ini menunjukkan kadar senyawa fenol dan kafein pada Kopi

Luwak Arabika dan Kopi Arabika.

Tabel 4.4. Kadar senyawa fenol total dan kafein

No. Fitokimia Kopi Luwak

Arabika

Kopi Arabika

1 Kadar senyawa fenol 8.09% 11,41%

2. Kadar kafein 1,32 % 1,63 %

Kadar senyawa fenol pada Kopi Luwak Arabika (8.09% %) lebih rendah

dibandingkan dengan Kopi Arabika (11,41%). Hal ini dapat terjadi mungkin

karena proses penyangraian yang lama pada Kopi Luwak Arabika. Penelitian

Daglia, M., Papetti, A., Gregotti, C., Berte, F., dan Gazzani, G. (2000),

menunjukkan penyangraian yang lama akan mengurangi kadar senyawa fenol.

Berdasarkan pengamatan, penyangraian pada Kopi Luwak Arabika yang

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 75: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

59

Universitas Indonesia

digunakan sebagai bahan uji ini, membutuhkan waktu dua jam pada kuali tanah

dengan bahan bakar arang, sedangkan pada Kopi Arabika yang dijual di pasar

biasanya merupakan produk dari penyangraian mesin yang membutuhkan waktu

lebih pendek antara 5-30 menit. Selain itu, warna serbuk Kopi Luwak Arabika

coklat kehitaman menunjukkan waktu penyangraian yang cukup lama pada Kopi

Luwak Arabika (Tabel 4.2).

Kopi Luwak Arabika mengandung kafein lebih tinggi dibanding Kopi

Arabika (Tabel 4.4). Hal ini sesuai penelitian Chan, , S. dan Garcia, E. (2011),

yaitu kadar kafein (47,6 mg/kg) Kopi Luwak Robusta lebih tinggi dibanding

kadar kafein (44,9 mg/kg) Kopi Robusta (Tabel 2.2). Kafein barangkali dibentuk

dari purin nukleotida di dalam intestinal luwak (Chan, S. dan Garcia, E., 2011).

Penelitian Marcone, M.F. (2004) juga menunjukkan kenaikan asam amino bebas

dalam saluran pencernaan luwak karena penguraian protein biji kopi oleh enzim

proteolitik. Harborne, J.B. (1987) dalam bukunya menuliskan senyawa penyusun

alkaloid yang paling umum adalah asam amino. Penelitian Septia, S. (2010),

menunjukkan hubungan kenaikan kadar kafein dengan proses fermentasi (buatan)

pada biji kopi. Biosintesis kafein ini kiranya perlu diteliti lebih lanjut.

4.1.5. Aktivitas Antioksidan

Kopi Luwak Arabika maupun Kopi Arabika menunjukkan aktivitas

antioksidan yang baik yaitu 18,38 µg/mL dan 15,51 µg/mL (Tabel 4.5)

Tabel 4.5. Hasil uji aktivitas antioksidan Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Bahan Uji IC50 (µg/ml)

Kopi Luwak Arabika 18,38

Kopi Arabika 15,51

Kuersetin 1,57

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 76: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

60

Universitas Indonesia

Menurut Jun, M., Fu, H.Y., Hong, J., Wan., X., Yang, C.S., dan Ho, C.T

.(2006). Suatu bahan alam dikatakan sebagai antioksidan sangat aktif jika

memiliki nilai IC50 kurang dari 50 µg/mL. Kuersetin sebagai pembanding

memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat yaitu 1,57 µg/mL dikarenakan

kuersetin merupakan senyawa murni, sedangkan Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika merupakan ekstrak.

Aktivitas antioksidan pada Kopi Luwak Arabika lebih kecil dibanding

Kopi Arabika. Hal ini mungkin disebabkan kadar fenol yang lebih rendah pada

Kopi Luwak Arabika dibanding pada Kopi Arabika. Penelitan Pellegrini et al.

(2003), dan Carelsen et al. (2010) menunjukkan senyawa fenol memiliki sifat

antioksidan yang kuat. Penelitan Sacchetti, G., Mattia, C.D., Pittia, P., dan

Mastrocola, D. (2009) menunjukkan senyawa fenol lebih memberikan kontribusi

aktivitas antioksidan pada kopi seduh dibandingkan senyawa non fenol. Perlu uji

aktivitas antioksidan dengan metode lain, untuk mengetahui beberapa aktivitas

antioksidan lain yang belum terdeteksi.

4.2. Hasil Uji Farmakologi

4.2.1 Kelompok Normal

Pengukuran tekanan darah (TD) dicatat pada hari pertama sebelum, dua

jam setelah dan enam jam setelah pemberian Kopi Luwak Arabika dan pada hari

ke tujuh, sebelum, dua jam setelah dan 24 jam (hari ke delapan) setelah

pemberian Kopi Luwak Arabika. Dua jam setelah pemberian Kopi Luwak

Arabika TD diukur untuk mengetahui efek akut kafein setelah diabsorbsi oleh

tubuh, diperhitungkan berdasarkan waktu paruh kafein pada tikus, yaitu 0,7-1,2

jam (Bonati 1984, 1985). Waktu paruh yang cukup pendek, menunjukkan efek

kafein yang tidak terlalu lama terhadap TD. Oleh karena itu, enam jam setelah

pemberian Kopi Luwak Arabika diperhitungkan kadar kafein sudah mulai

berkurang dan akan berpengaruh terhadap TD.

Pada Gambar 4.2 kurva grafik cenderung datar, tampak sedikit kenaikan

dua jam setelah pemberian Kopi Luwak Arabika pada hari pertama dan ketujuh

dan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) terhadap perubahan TD ini,

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 77: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

61

Universitas Indonesia

kecuali pada kelompok normal dosis 1 (KN1). Terdapat kenaikan tekanan darah

sistolik (TDS) dan diastolik (TDD) yang bermakna setelah dua jam pemberian

Kopi Luwak Arabika pada hari pertama pada kelompok normal dosis 1 (KN1).

Hal ini menunjukkan KN1 lebih sensitif terhadap kafein pada dua jam setelah

pemberian Kopi Luwak Arabika pada hari pertama, kemungkinan karena sifat

individual tikus.

Keterangan: S= sistolik D=diastolik KN1= kelompok normal dosis 1(0,09 mg/200 g bb/hari),

KN2= kelompok normal dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari), KN3= kelompok normal dosis 3 (0,36

mg/200 g/bb hari), sbl=sebelum, stl=setelah, h1=hari ke 1, h7=hari ke tujuh.

Gambar 4.2. Tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok tikus normal

dengan dosis bervariasi hari ke 1-7 xelama pemberian Kopi

Luwak Arabika

Dengan uji T-berpasangan tidak terdapat perbedaan yang bermakna

(p>0,05) terhadap perubahan TD sebelum pemberian Kopi Luwak Arabika hari

pertama dan hari ke delapan.Dengan uji Anava tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara efek dosis 1, 2 dan 3 (KN1, KN2, dan KN3) terhadap perubahan

TD pada hari ke delapan. Perubahan TD hari ke delapan pada KN1, KN2, dan

KN3 tidak berbeda secara bermakna (p>0,05) dengan Kontrol Normal (K1) dan

berbeda secara bermakna (p≤0,05) dengan Kontrol Hipertensi (K2). Dari

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

sbl perlakuan

h1

2 jam stl perlakuan

h1

6 jam stl perlakuan

h1

sbl perlakuan

h7

2 jam stl perlakuan

h7

24 jam stl perlakuan

h7

Teka

nan

Dar

ah (

mm

Hg) S-KN1

S-KN2

S-KN3

D-KN1

D-KN2

D-KN3

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 78: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

62

Universitas Indonesia

penelitian ini menunjukkan Kopi Luwak Arabika tidak memberikan pengaruh

terhadap TD baik akut maupun kronis pada kelompok normal (Gambar 4.3).

Keterangan: K1= kontrol normal, K2= kontrol hipertensi KN1= kelompok normal dosis

1(0,09 mg/200 g bb/hari), KN2= kelompok normal dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari),

KN3= kelompok normal dosis 3 (0,36 mg/200 g/bb hari).

Gambar 4.3. Tekanan darah sistolik dan diastolik kontrol normal,

kontrol hipertensi, dan kelompok normal perlakuan pada

hari ke 8 setelah pemberian Kopi Luwak Arabika

4.2.2 Kelompok Hipertensi

Pada Gambar 4.4 di bawah tampak pada hari ke 14 (dua minggu) setelah

induksi NaCl 2% terjadi peningkatan TDS 16,1-39,7 mmHg dan TDD 15,8-23,6

mmHg.

115.73

152.448

117.398 118.932110.76

86.23

111.122

80.742 79.1 79.92

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

K1 K2 KN1 KN2 KN3

Teka

nan

Dar

ah (

mm

Hg)

Sistolik

Diastolik

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 79: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

63

Universitas Indonesia

Keterangan: K1: Kontrol Normal; K2: Kontrol Hipertensi; K3: kelompok hipertensi

perlakuan dosis 1(0,09 mg/200 g bb/hari); K4: kelompok hipertensi perlakuan dosis 2

(0,18 mg/200 g bb/hari), K5; kelompok perlakuan dosis 3 (0,36 mg/200 g/bb hari).

Gambar 4.4. Tekanan darah sistolik dan diastolik kontrol normal, kontrol

hipertensi, & kelompok hipertensi perlakuan, 2 minggu

setelah induksi NaCl 2%.

Gambar 4.5 di bawah menunjukkan TDS dan TDD pada kelompok tikus

hipertensi setelah pemberian Kopi Luwak Arabika selama tujuh hari. Terjadi

penurunan TD pada K3, K4, dan K5 (kecuali TDD K4 terjadi kenaikan 0,28

mmHg) dua jam setelah pemberian Kopi Luwak Arabika. Perubahan TD ini tidak

berbeda secara bermakna (p>0,05) dengan TD sebelum pemberian Kopi Luwak

Arabika pada hari pertama baik diastolik maupun sistoliknya (Tabel 4.6). Ini

menunjukkan Kopi Luwak Arabika tidak memberikan efek akut hipertensi pada

tikus hipertensi. Berbeda dengan uji klinis Mesas, A.E., Leon-Muñoz, L.M.,

Rodriguez-Artalejo, F., & Lopez-Garcia, E. (2011), satu jam setelah

mengkonsumsi kopi terjadi peningkatan TD akut yang bermakna selama tiga jam

pada pasien hipertensi. Perbedaan ini bisa terjadi karena metabolisme kafein pada

manusia dan binatang berbeda, selain itu terdapat perbedaan fitokimia pada Kopi

Luwak Arabika dan kopi bukan luwak yang berpengaruh terhadap tekanan darah.

116.18

132.258

143.51

155.89

139.77

89.305

107.61 105.35112.86

105.12

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

K1 K2 K3 K4 K5

Teka

nan

Dar

ah (

mm

Hg)

Sistolik

Diastolik

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 80: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

64

Universitas Indonesia

Setelah enam jam pemberian Kopi Luwak Arabika, terjadi penurunan TD

yang lebih besar, namun tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) dengan sebelum

pemberian Kopi Luwak Arabika. Kurva grafik cenderung semakin menurun dan

ada sedikit kenaikan pada dua jam setelah pemberian Kopi Luwak Arabika baik

pada hari pertama maupun hari ke tujuh, walaupun tidak terdapat perbedaan

bermakna (p>0,05). Terjadi penurunan TD yang bermakna pada hari ke delapan

setelah pemberian Kopi Luwak Arabika hari ke tujuh. Fenomena ini bisa terjadi

barangkali karena pengaruh kafein yang semakin berkurang dan aktivitas

antioksidan pada Kopi Luwak Arabika yang mulai berperan. Tikus adalah

makhluk yang mudah beradaptasi, sehingga barangkali tikus mulai beradaptasi

dengan kafein atau tidak sesensitif seperti pada pemberian hari pertama.

Penelitian Corti, R., Flammer, A.J., Hollenberg, N.K., dan Lüscher, T.F. (2002)

dan Noordzij, M., Uiterwaal, C.S., Arends, L.R., Kok, F.J., Grobbee, D.E.,

dan Geleijnse, G.M. (2005). menunjukkan kafein sedikit mempengaruhi tekanan

darah pada orang yang terbiasa minum kopi.

Uji pre klinis Suzuki, A. et al. (2006), dan uji klinis Yamaguchi, T. et al.

(2008), menunjukkan efek hipotensif asam klorogenat dari kopi, tanpa disertai

senyawa hidroksihidrokuinon. Hidroksihidrokuinon (1,2,4 trihidroksibenzen)

adalah senyawa fenol yang bersifat radikal bebas, yang terbentuk selama proses

roasting dan menghambat efek hipotensif asam klorogenat. Kopi Luwak Arabika

memiliki aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa fenol lebih rendah dan

kandungan kafein lebih tinggi dibanding Kopi Arabika, dan terbukti memiliki

efek hipotensif pada penelitian ini, sedangkan kopi bukan luwak berdasarkan data

epidemiologik masih dicurigai memiliki efek hipertensif. Efek hipotensif ini

barangkali terjadi karena tidak terdapat senyawa hidroksihidrokuinon yang

menghambat efek hipotensif dari asam klorogenat pada Kopi Luwak Arabika.

Hal ini kiranya perlu pembuktian lebih lanjut.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 81: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

65

Universitas Indonesia

Keterangan: S: Sistolik; D: Diastolik; K3: kelompok hipertensi perlakuan dosis 1(0,09

mg/200 g bb/hari); K4: kelompok hipertensi perlakuan dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari), K5;

kelompok perlakuan dosis 3 (0,36 mg/200 g/bb hari). sbl=sebelum, stl=setelah, h1=hari ke 1,

h7=hari ke tujuh.

Gambar 4.5. Tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok tikus

hipertensi dengan dosis bervariasi hari 1-7 pemberian Kopi

Luwak Arabika

.

Penurunan TD pada hari ke delapan setelah pemberian Kopi Luwak

Arabika tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara K3, K4, dan K5

dengan Kontrol Normal (K1) dan terdapat perbedaan bermakna (p≤0,05) dengan

Kontrol Hipertensi (K2). Hal ini menunjukkan efektivitas Kopi Luwak Arabika

dalam menurunkan tekanan darah pada kelompok tikus hipertensi (Gambar 4.6).

Dengan uji Anava pada kelompok hipertensi antara efek dosis 1, 2 dan 3

terdapat perbedaan bermakna (p≤0,05) terhadap penurunan TDS hari ke delapan

setelah pemberian Kopi Luwak Arabika, namun tidak terdapat perbedaan yang

bermakna (p>0,05) terhadap penurunan TDD (Gambar 4.6).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

sbl perlakuan

h1

2 jam stl perlakuan

h1

6 jam stl perlakuan

h1

sbl perlakuan

h7

2 jam stl perlakuan

h7

24 jam stl perlakuan

h7

Teka

nan

Dar

ah (

mm

Hg) S-K3

S-K4

S-K5

D-K3

D-K4

D-K5

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 82: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

66

Universitas Indonesia

Keterangan: K1: kontrol normal, K2: kontrol hipertensi, K3: kelompok hipertensi perlakuan dosis

1(0,09 mg/200 g bb/hari), K4: kelompok hipertensi perlakuan dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari), K5:

kelompok perlakuan dosis 3 (0,36 mg/200 g/bb hari.

Gambar 4.6. Tekanan darah sistolik dan diastolik kontrol normal, kontrol

hipertensi, dan kelompok hipertensi perlakuan pada hari ke 8

setelah pemberian Kopi Luwak Arabika.

Setelah dilakukan uji T-berpasangan pada penurunan TDD, diketahui

dosis 2 dan 3 tidak memiliki perbedaan bermakna (p>0,05), sedangkan dosis 1

memiliki perbedaan bermakna (p≤0,05) baik dengan dosis 2 maupun 3. Pada dosis

1, 2, 3 berturut-turut terjadi penurunan TDS 34,27; 37,39; dan 18,31 mmHg dan

TDD 24,24; 31,62; dan 19,69 mmHg. Dosis 2 memberikan penurunan TDS dan

TDD yang lebih tinggi dibanding dosis 1, dan dosis 3 memberikan penurunan

TDS dan TDD yang lebih rendah dibanding dosis 1 dan 2 (Tabel 4.6).

86.23

111.122

81.11 81.24 85.43

115.73

152.448

109.24118.51 121.465

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

K1 K2 K3 K4 K5

Teka

nan

Dar

ah (

mm

Hg)

Diastolik

Sistolik

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 83: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

67

Universitas Indonesia

Tabel 4.6. Perubahan tekanan darah akut dan kronis pada tiap kelompok tikus

hipertensi (K3, K4, dan K5) setelah pemberian Kopi Luwak Arabika

Keterangan: ↑= kenaikan tekanan darah; ↓= penurunan tekanan darah; *= terdapat perbedaan

bermakna.

Kode Efek yang Diamati

Efek Akut K3

mmHg K4

mmHg K5

mmHg

D 1-2 1. Diastolik sebelum - 2 jam setelah

perlakuan (hari ke-1)

↓ 13,01 ↑ 0,28 ↓ 6,86

S 1-2 2. Sistolik sebelum - 2 jam setelah

perlakuan (hari ke-1)

↓ 9,68 ↓1,73 ↓ 0,95

D 1-3 3. Diastolik sebelum - 6 jam setelah

perlakuan (hari ke-1)

↓ 17,60 ↓ 24,77 ↓ 19,53

S 1-3 4. Sistolik sebelum - 6 jam setelah

perlakuan (hari ke-1)

↓ 20,03 ↓ 28,04 ↓ 13,78

Kode Efek Kronis K3 K4 K5

D 1-4 5. Diastolik sebelum perlakuan hari

ke-1 dan 7

↓ 14,03 ↓ 8.47 ↓ 16,81

S 1-4 6. Sistolik sebelum perlakuan hari ke-

1 dan 7

↓ 3,62 ↓11,18 ↑2,03

D 1-5 7. Diastolik sebelum (hari ke-1) – 2

jam setelah (hari ke-7)

↓ 7,99 ↓20,35 ↓ 6,85

S 1-5 8. Sistolik sebelum (hari ke-1) – 2 jam

setelah (hari ke-7)

↑ 6,80 ↓ 15,80 ↑5,31

D 1-6 9. Diastolik sebelum (hari ke-1) – 24

jam setelah (hari ke-7)

↓ 24,24* ↓ 31,62* ↓ 19,69

S 1-6 10. Sistolik sebelum (hari ke-1) – 24

jam setelah (hari ke-7)

↓34,27* ↓ 37,39* ↓18,31*

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 84: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

68

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Kopi Luwak Arabika mengandung kafein, alkaloid, saponin, fenol,

flavonoid dan tanin. Kandungan saponin dan kafein pada kopi luwak

arabika lebih tinggi dibanding kopi arabika sedangkan kandungan senyawa

fenol pada Kopi Luwak Arabika lebih rendah dibanding Kopi Arabika.

b. Aktivitas antioksidan dengan pengukuran metode DPPH pada Kopi Luwak

Arabika lebih rendah dibanding Kopi Arabika.

c. Kopi Luwak Arabika memiliki efek kronis hipotensif pada tikus hipertensi,

sedangkan pada tikus normal Kopi Luwak Arabika tidak mempengaruhi

tekanan darah baik akut maupun kronis dengan dosis yang bervariasi. Dosis

2 (0,18 mg/200 g bb/hari) memberikan penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik yang lebih tinggi dibanding dosis 1 (0,09 mg/200 g bb/hari) dan

dosis 3 (0,36 mg/200 g bb/hari) memberikan efek hipotensif yang tidak

berbeda secara bermakna dengan dosis 2.

5.2 Saran

a. Perlu dikaji senyawa-senyawa yang berkontribusi terhadap efek hipotensif

Kopi Luwak Arabika.

b. Perlu dikaji uji aktivitas antioksidan Kopi Luwak Arabika dengan metode

lainnya.

c. Perlu dikaji keberadaan hidroksihidrokuinon, sebagai senyawa penghambat

efek hipotensif asam klorogenat, pada Kopi Luwak Arabika.

d. Perlu dikaji patofisiologi lain, selain dari aktivitas antioksidan, dari efek

penurunan tekanan darah Kopi Luwak Arabika.

e. Perlu dibandingkan sekaligus efek Kopi Arabika satu varietas dengan Kopi

Luwak Arabika terhadap tekanan darah.

f. Perlu dilanjutkan dengan uji klinis untuk membuktikan efek hipotensif Kopi

Luwak Arabika.

68

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 85: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

69

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Abourashed, E.A., & Mossa, J.S. (2004). HPTLC determination of caffeine in

stimulant herbal products and power drinks. Journal of Pharmaceutical

and Biomedical Analysis, 36: 617–620.

Ames, B.N., & Gold, L.S. (1998). The prevention of cancer. In: Functional

foods for disease prevention : fruits, vegetables, and teas, (T.

Shibamoto, J. Terao, T. Osawa, eds.), Washington, DC : American

Chemical Society. ACS Symposium Series, 701: 2-15.

Andersen, L.F., Jacobs, D.R., Carelsen, M.H., & Blomhoff, R. (2006).

Consumption of coffee is associated with reduced risk of death attributed

to inflammatory and cardiovascular diseases in the iowa women’s health

study. American Journal of Clinical Nutrition, 83: 1039-1046.

Andrajati, R., Sari, S.P., Bahtiar, A., & Syafhan, N.F. (2012). Penuntun

praktikum ilmu biomedik dasar. Laboratorium Farmakologi dan

Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, 20-

21.

Anggara, A. & Marini, S. (2011). Kopi si hitam menguntungkan, budi daya dan

pemasaran. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 15-20.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2008). Acuan Sediaan

Herbal, Vol. 4, Edisi 1, Jakarta, 7.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2000). Inventaris Tanaman

Obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial

RI, 75.

Badyal, H., Lata, H., & Dadhich, A.P. (2003). Animal models of hypertension

and effect of drugs. Indian Journal of Pharmacology. 35 : 349-362.

Baylin, A., Hernandez-Diaz, S., Kabagambe, E.K., Siles, X., & Campos. (2006).

Transient exposure to coffee as a trigger of a first nonfatal myocardial

infarction. Journal of Epidemiology, 17:506–511.

Blois, M.S. (1958). Antioxidant determinations by the use of a stable free radical.

Nature, 181: 1199-1200.

Bonita, J.S., Mandarano, M., Shuta, D., & Vinson, J. (2007). Review: coffee and

cardiovascular disease: in vitro, cellular, animal, and human studies.

Pharmacological Research, 55:3,187-198.

69

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 86: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

70

Universitas Indonesia

Bonati, M., Latini, R., Tognoni, G., Young, J.F., & Garattini, S. (1984-1985).

Interspecies comparison of in vivo caffeine pharmacokinetics in man,

monkey, rabbit, rat, and mouse. Drug Metabolism Review. 15(7):1355-83.

Borrelli, R.C., Visconti, A., Menella, C., Anese, M., & Fogliano, V. (2002).

Chemical characterization and antioxidant properties of coffee

melanoidins, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50:22, 6527 –

6533.

Bouquet. (1972). Travaux et Document, de L’ORSTOM, Pantes Medicinal,

Conggo-Brazzaville.

Buscemi, S., Mattina, A., Tranchina, M.R., & Verga, S. (2011). Acute effects of

coffee on QT interval in healthy subjects. Nutrition Journal. 10:15.

Carelsen, M.H., Halvorsen, B.L., Holte, K., Bøhn, S.K., Dragland, S.,

Sampson, L., Willey, C., Senoo, H., Umezono, Y., Sanada, C., Barikmo,

I., Berhe, N., Willett, W.C., Phillips, K.M.,. Jacobs, D.R., & Blomhoff,

R. (2010). The total antioxidant content of more than 3100 foods,

beverages, spices, herbs, and supplements used worldwide, Nutrition

Journal, 9:3.

Castelnuovo, A.D., Giuseppe, R.D., Iacoviello, L., & Gaetano, G.D. (2012).

Consumption of cocoa, tea and coffee and risk cardiovascular disease.

European Journal of Internal Medicine, 23:1, 15 – 25.

Chan, S. & Garcia, E. (2011). Comparative Physicochemical Analyses of Regular

and Civet Coffee. The Manila Journal of Science, 7:1, 19 – 23.

Choi, H.K., & Curhan, G. (2007). Coffee, tea, and caffeine consumption and

serum uric acid level: the tird national health and nutrition examination

survey, Arthritis Care & Research, 57:5, 816-821.

Ciccarone,E., Castelnuovo, A.D., Salcuni, M., Siani, A., Giacco, A., & Donati,

M.B. (2003). Gendiable investigators. A high-score mediterranean dietary

patten is associated with a reduced risk of peripheral arterial disease in

Italian patients with type 2 diabetes. Journal of Thrombosis

Haemostasis,1, 1744-1752.

Clarke, R.J. & Macrae, R. (1987). Coffee chemistry. Volume 1. Elsevier Applied

Science, London, and New York.

Clifford, M.N. (1999). Chlorogenic acids and other cinnamates-nature, occurrence

and dietary burden. Journal of the Science of Food and Agriculture, 79.

362 – 372.

Coda multi-channel, computerized, non-invasive blood pressure system for mice

and rats. (2008). Kent Scientific Corporation, Connecticut, 5.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 87: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

71

Universitas Indonesia

Corti, R., Flammer, A.J., Hollenberg, N.K., & Lüscher, T.F. (2002). Coffee

acutely increases sympathetic nerve activity and blood pressure

independently of caffeine content: role of habitual versus nonhabitual

drinking. Circulation, 106: 2935–2940.

Daglia, M., Papetti, A., Gregotti, C., Berte, F., & Gazzani, G. (2000). In vitro

antioxidant and ex vivo protective activities of green and roasted. Journal

of Agricultural and Food Chemistry, 48. 1449–1454.

Dai, S. & McNeill, J.H. (1995). Fructose-induced hypertension in rats is

concentration- and duration-dependent. The Journal of Pharmacology

and Toxicology Methods. 33:2.101-7.

Del Castillo, M.D., Ames, J.M., & Gordon M.H. (2002). Effect of roasting on the

antioxidant of coffee brews. Journal of Agricultural and Food Chemistry,

50. 3698 – 3703.

Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., & Mohammad, N.S. (2009).

Antioxidant activity of methanol extract of ferula assafoetida and its

essential oil composition. Grasas Aceites, 60(4), 405-412.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi

III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . (1986). Sediaan Galenik.

K Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . (1989). Materia Medika Indonesia.

Jilid V Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . (1995). Farmakope Indonesia. Edisi

IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan I. Jakarta : Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan , Direktorat Pengawas Obat Tradisional.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . (2008). Farmakope Herbal

Indonesia. Edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Doggrell, S.A. & Brown, L. (1998). Rat models of hypertension, cardiac

hypertrophy and failure. Cardiovasc Research. 39:1. 89-105.

Evans, W.B., & Trease. (2002). Caffeine in Pharmacognosy. Edisi 15. New

York: WB Sounders, 126, 388, 389.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 88: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

72

Universitas Indonesia

Fauzi, M. (2006). Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Handout.Jember: FTP

UNEJ.

Ferrazzano, G.F., Amato, I., Ingenito, A., Natale, A.D. & Pollio, A. (2009). Anti-

cariogenic effects of polyphenols from plant stimulant beverages (cocoa,

coffee, tea). Fitoterapia, 80:5. 255 – 262.

Ganmaa, D., Willett, W.C., Li, T.Y., Feskanich, D., van Dam, R.M.,, Lopez-

Garcia, E., Hunter, D.J., & Holmes, M.D. (2008). Coffee, tea, caffeine and

risk of breast cancer: A 22-year follow-up. International Journal of

Cancer, 122:9, 2071-2076.

Gunalan, G., Myla, N., & Balabhaskar, R. (2012). In vitro antioxidant analysis of

selected coffee bean varieties. Journal of Chemical and Pharmaceutical

Research, 4(4):2126-2132.

Harborne, J.B. (1987). Metode fitokimia: penuntun cara modern menganalisis

tumbuhan, Edisi 2. Penterjemah: Dr. Kosasih Padmawinata & Dr. Iwang

Soediro. Penyunting: Dra. Sofia Mansoor. Bandung: ITB.

Halliwell, B. (2002). Food-derived antioxidants: how to evaluate their importance

in food and in vivo. National University of Singapore. Singapore.

Hamer, M. (2006). Coffee and health: explaining conflicting results in

hypertension. Journal of Human Hypertension, 20. 909-912.

Hecimovic, I., Cvitanovic, A.B., Horzic, D., & Komes, D. (2011). Comparative

study of polyphenols and caffeine in different coffee varieties affected by

the degree of roasting. Food Chemistry, 129:3. 991 – 1000.

Higdon, J.V., & Frei, B. (2006). Coffee health: a review of recent human

research. Critical Review. Food Science and Nutrition. 46: 101-123.

Jiang-nan Wu, Suzanne C. Ho, Chun Zhou, Wen-hua Ling, Wei-qing Chen,

Cui-ling Wang, & Yu-ming Chen. (2009). Coffee consumption and

risk of coronary heartdiseases: a meta-analysis of 21 prospective cohort

studies. Internal Journal of Cardiology, 137, 216–225.

Jun, M., Fu, H.Y., Hong, J., Wan., X., Yang, C.S., & Ho, C.T. (2006).

Comparison of antioxidant activities of isoflavones from kudzu root

(Pueraria lobata ohwi). The Journal of Food Science. Institute of

Technologist. 68:2117-2122.

Kiyohara, C., Kono, S., Honjo, S., Todoroki, I., Sakurai, Y., Nishiwaki, M.,

Hamada, H., Nishikawa, H., Koga, H., Ogawa, S., & Nakagawa, K.

(1999). Inverse association between coffee drinking and serum uric acid

concentrations in middle-aged Japanese males. British Journal of Nutrition

82:2. 125-130.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 89: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

73

Universitas Indonesia

Klatsky, A.L., Armstrong, M.A., & Friedman, G.D. (1993). Coffee, tea and

mortality. Annals of Epidemiology, 3:4. 375 – 381.

Knardahl, S., Sander, B.J., & Johnson, A.K. (1988). Effect adrenal demedullation

on stres induced hypertension and cardiovascular response to acut stres.

Acta Physiol Scand. 133 : 477-483.

Koleva, I.I., van Beek, T.A., Linssen, J.P.H., de Groot, A., & Evstatieva, L.N.

(2002), Screening of Plant Extracts For Antioxidant Activity: A

Comparative Study on Three Testing Methods. Phytochemical Analysis,

13, 8-17.

Koppelstatter. (2005). Coffee Jump-starts Short-term Memory. 30 Maret 2012

http://coffeescience.org/retail/Memory.pdf

Kunaepah, Uun. (2008). Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa

terhadap aktivitas antibakteri, polifenol total dan mutu kimia kefir susu

kacang erah.Tesis. Magister gizi masyarakat. Program pascasarjana

Universitas Diponegoro, Semarang.

Kurniawan, A. (2011). Meraup untung dari kopi luwak arabika. Cetakan pertama.

Yogyakarta : Klik Publishing, 22-23, 68-69.

Kuswardhani, T.(2006). Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. Journal

Penyakit Dalam, Volume 136, 135-140.

Larsson, S.C., Männistö, S., Virtanen, M.J., Kontto, J., Albanes, D., & Virtamo,

J. (2008). Coffee and tea consumption and risk of stroke subtypes in

male smokers. Stroke, 39. 1681–1687.

Lawrence, G.H.M. (1963). Taxonomy of Vascular Plants. New York: The

Macmillan Company, 712-713.

Lee, W.J. & Zhu,B .T. (2006). Inhibition of DNA methylation by caffeic acid

and hlorogenic acid, two common catechol-containing coffee polyphenols.

Carcinogenesis, 27:2, 269 –77.

Leitzmann MF, Stampfer MJ, Willett WC, Spiegelman D, Colditz GA, &

Giovannuci EL. (2002). Coffee intake is associated with lower risk of

symptomatic gallstone disease in men. The Journal of the American

Medical Association, 281(22): 2106-2111.

Lelyana, R. (2008). Pengaruh kopi terhadap kadar asam urat. Tesis. Program

Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik. Undip. Semarang.

Liapis, A.I. & Bruttini, R. (2006). Freeze drying. Taylor & Francis Group. LLC

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 90: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

74

Universitas Indonesia

Liangli Yu & Moore, J. (2008). Methods for antioxidant capacity estimation of

wheat and wheat-based food product. In: Wheat Antioxidant. Editor:

Liangli Yu.New Jersey: John Willey & Sons, Inc. 118-132.

Loopstra-Masters, R.C., Liese, A.D., Haffner, S.M., Wagenknecht, L.E., &

Hanley, A.J. (2011). Associations between the intake of caffeinated

and decaffeinated coffee and measures of insulin sensitivity and beta cell

function. Diabetologia, 54. 320-328.

Lopez-Garcia, E., van Dam, R.M., Li, T.Y., Rodriguez-Artalejo, F., & Hu, F.B.

(2008). The relationship of coffee consumption with mortality. Annals

Internal Medicine, 148. 904–914.

Maia, L., & de Mendonca, A. (2002). Does caffeine intake protect from

Alzheimer's disease? European Journal of Neurology. 9:4.377-382.

Marcone, M. F. (2004). Composition and properties of Indonesian palm civet

coffee (Kopi luwak arabika) and Ethiopian civet coffee. Food Research

International, 37:9. 901 – 912.

Marks & Kelly. (1973). Consumption and Metabolism of Caffeine. 30 Maret

2012. http:www.biology-online.org/…/consumption_meta…

Martha, F.A. (2007). Pengembangan model tikus hipertensi yang diinduksi

dengan propilthiourasil, nacl, dan adrenalin. Bandung : Department of

Pharmacy.

Mesas, A.E., Leon-Muñoz, L.M., Rodriguez-Artalejo, F., & Lopez-Garcia, E.

(2011). The effect of coffee on blood pressure and cardiovascular disease

in hypertensive individuals: a systematic review and meta-analysis.

The American Journal of Clinical Nutrition, 94:4, 1113-1126.

Moreira, D.P., Moreira, D.P., Monteiro, M.C., M., Ribeiro-Alves, Donangelo,

C.M., & Trugo, L.C. (2005). Contribution of chlorogenic acids to the

iron-reducing activity of coffee beverages. Journal of Agricultural and

Food Chemistry. 53:5. 1399-1402.

Mostofsky, E., Schlaug, G., Mukamal, K.J., Rosamond, W.D., & Mittleman,

M.A. (2010). Coffee and acute ischemic stroke onset: the stroke and

onset study. Stroke, 39. 1583-1588.

Nawawi, R.H. (2012). Uji aktivitas, stabilitas fisik dan keamanan sediaan gel

pencerah kulit yang mengandung ekstrak air jamur tiram (Pleurotus

ostreatus). Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Departemen

Farmasi Program Studi Magister Herbal UI.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 91: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

75

Universitas Indonesia

Nicoli, M.C., Anese, M., Manzocco, L., &. Lerici, C.R. (1997). Antioxidant

properties of coffee brews in relation to the roasting degree.

Lebensmittel, Wissenchaft und Technologie . Food Science and

Technology, 30. 292-297.

Noordzij, M., Uiterwaal, C.S., Arends, L.R., Kok, F.J., Grobbee, D.E., &

Geleijnse, G.M. (2005). Blood pressure response to chronic intake of offee

and caffeine: a meta-analysis of randomized controlled trials. Journal of

Hypertension, 23: 921–928.

Olthof, M.R., Hollman, P.C.H., & Katanet, M.B. (2001). Chlorogenic acid and

caffeic acid are absorbed in humans. Journal of Nutrition, 131. 66 – 71.

O’Neil, M.J., Smith, SA., Heckelman, P.E., Obenchain, J.R., Jr., Gallipeau,

J.A.R., D’Arecca, M.A., & Budavari, S. (2001). The merck index an

encyclopedia of chemicals, drugs, and biological. 13th edition.

Whitehouse Station, NJ: Merck

Pellegrini, N., Serafini, M., Colombi, M., Del Rio, D., Salvatore, S., Bianchi,

M., & Brighenti, B. (2003). Total antioxidant capacity of plant foods,

beverages and oil consumed in Italy assessed by three different in vitro

assays. Journal of Nutrition, 133. 2812-2819.

Pincomb, G. A., Lovallo, W.R., McKey, B.S., Bong Hee Sun, Everson, S.A., B.

Passey, R.B., & Wilson, M.F. (1996). Acute Blood Pressure Elevations

With Caffeine in Men With Borderline Systemic Hypertension. The

American Journal of Cardiology, 77. 270-274.

Pinto, Y.M., Paul, M., & Ganten, D. (1998). Lessons from rat models of

hypertension; from goldbaltt tom genetic engeneering. Cardiovascular

Research. 39:77-88.

Prakash, A., Rigelhof, F., & Miller, E. (2010). Antioxidant Activity. Medalliaon

Laboratories Analitycal Progress, Vol. 10, No 2.

Quinone, B., Muguerza,B., Miquel, M., & Alexaindre, A. (2011). Evidence that

nitric oxide mediates the blood pressure lowering effect of a poliphenol-

rich cocoa powder in spontaneously hypertensive rats. Pharmacological

Research. 64. 478-481.

Rejo, A., Rahayu, S., & Panggabean, T. (2011). Karakteristik mutu biji kopi pada

proses dekafeinasi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian,

Universitas Sriwijaya, Indralaya.

Rice-Evans, C.A., Miller, N.J., & Paganga, G. (1996). Structure-antioxidant

activity relationships of flavonoids and phenolic acids. Free Radical

Biology and Medicine, 20, 933 – 956.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 92: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

76

Universitas Indonesia

Ricketts, M.L. (2007). Does coffee raise cholesterol? Future Lipidology, 2:4,

373-377.

Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Riksen, N. P., Rongen, G.A., & Smits, P. (2009). Acute and long-term

cardiovascular effects of coffee: Implications for coronary heart disease.

Pharmacology & Therapeutics, 121:2. 185 – 191.

Rodrigues, M.I., & Klein L.C. (2006). Boiled or filtered coffee? Effects ofcoffee

and caffeine on cholesterol, fibrinogen and C-reactive protein. Journal of

Thrombosis Haemostasis. 25. 55-69.

Sacchetti, G., Mattia, C.D., Pittia, P., & Mastrocola, D. (2009). Effect of roasting

degree, equivalent thermal effect and coffee type on the radical scavenging

activity of coffee brews and their phenolic fraction. Journal of Food

Engineering, 90:1, 74-80

Salazar-Martinez, E., Willett, W.C., Ascherio, A., Manson, J.E., Leitzmann, M.F.,

Stampfer, M.J., & Hu FB. (2004). Coffee consumption and risk for type 2

diabetes mellitus. Annals of Internal Medicine.140:1.1-8.

Santos, C., Costa, J., Santos, J., Vaz-Carneiro, A., & Lunet, N. (2010). Caffeine

intake and dementia:systematic review and meta analysis. Journal of

Alzheimers Disease. 20:1. 187-204.

Scalbert , A., Manach, C., Morand, C., Rémésya, C., & Jiménez, L. (2005).

Dietary Polyphenols and the prevention of diseases. Critical Review in

Food Science and Nutrition. 45:4. 287-306.

Scheme for Identification of Unknown Alkaloid Solution. (2009). 14 Juni 2012.

www.pua.cc/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/PHR344/Practical%

Septia, S. (2010). Mempelajari pengaruh konsentrasi ragi dalam formulasi

inokulum fermentasi dan lama penyangraian terhadap mutu kopi bubuk.

Studen Paper.24 Juni 2012.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18947

Shechter, M., Shalmon, G., Scheinowitz, M., Koren-Morag, N., Feinberg, M.S.,

& Harats, D. (2011). Impact of acute caffeinne ingestion on endothelial

function in subjects with and without coronary artery disease. The

American Journal of Cardiology, 107. 1255-1261.

Shibata, H., Sakamoto, Y., Oka, M., & Kono, Y. (2010). Natural

antioxidant,chlorogenic acid, protects against DNA breakage caused

by monochloramine. Department of Life Science and Biotechnology,

Faculty of Life and Environmental Science, Shimane University, Japan.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 93: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

77

Universitas Indonesia

Sjakoer, N.A.A. & Permatasari, N. (2011). Mekanisme deoxycorticosterone

acetate (doca)-garam terhadap peningkatan tekanan darah pada hewan

coba. El-hayah. 1:4, 199-213.

SNI 01-3542-2004. 5 Juni 2012. http://www.scribd.com/doc/.../sni-kopi-bubuk

Spiller, J., & Fried, B. (1996). Caffeine. USA: CRC Press.

Stoclet, J.C., Chataigneau, T., Ndiaye, M., Oak, M.H., Bedoui, J.E., Chataigneau,

M., & Schini-Kerth, V.B. (2004). Vascular protection by dietary

poliphenols. European journal of Pharmacology, 500, 299-313.

Subramanya, J.K., & Muttagi, S. (2011). In vitro color change of three dental

veneering resins in tea, coffee and tamarind extracts. The Journal of

Dentistry Vol.8. No.3.

Sudarmi. (1997). Kafein dalam Pandangan Farmasi. Medan: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera

Utara.

Suzuki, A., Fujiia, A., Yamamotoa, N., Yamamotoa, M., Ohminamia, H.,

Kameyamaa, A., Shibuyaa, Y., Nishizawaa, Y., Tokimitsua, I., &

Saito, I . (2006). Improvement of hypertension and vascular dysfunction

by hydroxyhydroquinone-free coffee in a genetic model of hypertension.

Federation of European Biochemical Societies, 580:9, 2317-2322.

Tan Hoan Tjay & Rahardja, K. (2007). Obat-obat penting: khasiat, penggunaan,

dan efek-efek sampingnya. Edisi 6. Jakarta: Gramedia, 643-644.

Tello, J., Viguera, M., & Calvo, L. (2011). Extraction of caffeine from robusta

coffee (coffea canephora vr. robusta) hus ks using supercritical carbon

dioxide. The Journal of Supercritical Fluids, 59. 53-60.

Thelle, D.S., Egil Arnesen, E., & Førde, O.H. (1983) The tromso heart study-

Does coffee raise serum cholesterol? New England Journal of Medicine.

308. 1454-1457.

Tom, E. (2007). The effect of chlorogenic acid enriched coffee on glucose

absorption in healthy volunteers and its effect on body mass. The Journal

of International Medical Research, 35. 900 – 908.

Uiterwaal, C.S.P.M.,Verschuren, W.M.M., Bueno-de-Mesquita, H.B., Ocké, M.,

Geleijnse, J.M., Boshuizen, H.C., Peeters, P.H.M., Feskens, E.J.M., &

Grobbee, D.E. (2012). Coffee intake and incidence of hypertension. The

Americal Journal of Clinical Nutrition. 718-723.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 94: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

78

Universitas Indonesia

Van Dam, R.M., & Hu, F.B. (2005). Coffee consumption and risk of type 2

diabetes: a systematic review. The Journal of the American Medical

Association. 294. 97-104.

Vaziri,N.D., Xiu Q. Wang, Oveisi. F., & Rad, B. (2000). Induction of oxidative

stress by glutathione depletion causes severe hypertension in normal rats.

Hypertension. 36: 142-146.

Vignoli, J.A., Bassoli, D.G., & Bennasi, M.T. (2011). Antioksidant activity,

polyhenols, caffeine and melanoidins in soluble coffee: The influence of

processing conditions and raw material. Food Chemistry, 124:3. 803–868.

Wang, Q., Chen, Z., & Fan, X.P. (1994). A simplified method for preparation of

doca-salt hypertension model in rats by subcutaneous implantation of doca

silastic tube. The Journal of Circulation. 46:2. 205-8.

Waynforth, H.B. (1980). Expermental and surgical technique in the rat. London:

Academic Press, 212-214.

Webster-Ross, G., Abbott, R.D., Petrovitch, H., Morens, D.M., Grandinetti, A.,

Ko-Hui Tung, Tanner, C.M., Masaki, K.H., Blanchette, P.L., Curb, J.D.,

Popper, J.S., & White, L.R. (2000). Association of coffee and caffeine

intake with the risk of parkinson's disease. The Journal of the

American Medical Association. 283:20.2674-2679.

Wedick, N.M., Brennan, A.M., Qi Sun, Hu1, F.B., Mantzoros, C.S., & van

Dam, R.M. (2011). Effects of caffeinated and decaffeinated coffee on

biological risk factors for type 2 diabetes: a randomized controlled trial.

Nutrition Journal, 10:93.

Wilson, & Gisvold. (1982). Textbook of Organic Medical and Pharmaceutical

Chemistry. Philadelphia: JB Lippincolt Company.

Winarsi, H. (2007). Antioksidan alami & radikal bebas potensi dan aplikasinya

dalam kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. 105.

Wisborg, K., Kesmodel, U., Bech, B.H., Hedegaard, M., & Henriksen, T.B.

(2003). Maternal consumption of coffee during pregnancy and

stillbirth and infant death in first year of life: prospective study. British

Medical Journal. 326:420.

Winkelmayer, W.C., Stampfer, M., Willett, W.C., & Curhan G.C. (2005).

Habitual caffeine intake and the risk of hipertension in women. Journal of

the American Medical Association, 2330-2335.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 95: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

79

Universitas Indonesia

Yamaguchi, T., Chikama, A., Mori, K., Watanabe, T., Shioya, Y., Katsuragi,

Y., & Tokimitsu, I. (2008). Hydroxyhydroquinone-free coffee:a double-

blind, randomized controlled dose-response study of blood pressure.

Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases, 18:6, 408-414.

Yunizal, Murtini, J.T., Dolaria,N., Purdiwoto,B., Abdulrokhim, & Carkipan.

(1998). Prosedur Analisa Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil

Perikanan. Instalasi Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.

Zhenzhen Zhang, Gang Hu, Caballero, B., Appel, L., & Liwei Chen. (2011).

Habitual coffee consumption and risk of hypertension: a systematic review

and meta-analysis of prospective observational studies. The American

Journal of Clinical Nutrition, 94: 1113-1126.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 96: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

101

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 97: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

81

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Sertifikasi Tikus Putih Jalur Sprague-Dawley

\

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 98: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

82

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Data Rendemen, Kadar Abu, Kadar Abu Tidak Larut Asam,

dan Susut Pengeringan

Data rendemen seduhan air Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

Seduhan Air Pengujian Rendemen (%) Rata-rata

Rendemen (%)

Kopi Luwak

Arabika

I 20 ,4 20

II 19,6

Kopi Arabika I 31 29,5

II 28

Data kadar abu serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak Arabika

Bahan uji Pengujian Bobot

bahan uji

(g)

Bobot abu

(g)

Kadar

abu (%)

Kadar

abu rata-

rata (%)

Serbuk Kopi

Luwak Arabika

I 2,0460 0,0881 4,3059

4,3 II 2,0110 0,0866 4,3063

III 2,0365 0,0889 4,3653

EkstrakAir

Kopi Luwak

I 2,0144 0,2997 14,87

15,06 II 2,0085 0,3064 15,25

III 2,0755 0,3128 15,07

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 99: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

83

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 2

Data kadar abu tidak larut asam serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak

Arabika

Bahan uji Pengujian Bobot

bahan uji

(g)

Bobot

abu (g)

Kadar abu

tidak larut

asam (%)

Kadar abu

tidak larut

asam rata-

rata (%)

Serbuk Kopi

Luwak

Arabika

I 2,0460 0,0052 0,2541

0,29 II 2,0110 0,0077 0,3828

III 2,0365 0,0048 0,2356

Ekstrak Air

Kopi Luwak

Arabika

I 2,0144 0,0094 0,4666

0,36 II 2,0085 0,0045 0,2240

III 2,0755 0,0083 0,3999

Data susut pengeringan serbuk dan ekstrak air Kopi Luwak Arabika

Bahan uji Pengujian Bobot

bahan

uji (g)

Bobot Sisa

Pengeringan

(g)

Susut

Pengeringan

(%)

Susut

Pengeringan

rata-rata (%)

Serbuk Kopi

Luwak

Arabika

I 2,0808 1,9697 5,3392

5,49 II 2,0793 1,9638 5,5547

III 2,0623 1,9471 5,5859

Ekstrak Kopi

Luwak

Arabika

I 2,0050 1,8571 7,3765

7,52 II 2,0057 1,8537 7,5784

III 2,0067 1,8539 7,6144

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 100: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

84

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Kromatogram Kafein, Golongan Fenol, dan Flavonoid Kopi

Luwak Arabika

K KL1 KL2

Identifikasi kafein dalam kopi luwak (KL) dengan pembanding kafein standar (K), fase gerak Etil Asetat : Metanol (85:15), disemprot dengan larutan Iodine-Hydrochloric Acid

JB K KL

Identifikasi golongan fenol dalam dalam kopi luwak (KL) dengan pembanding ekstrak metanol daun jambu biji), fase gerak Etil Asetat : Metanol (85:15), disemprot dengan

larutan FeCl3 10% dalam Etanol

Kafein

Gol. Fenol

Gol. Fenol

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 101: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

85

Universitas Indonesia

Lanjutan lampiran 3

K KL

Identifikasi flavonoid dalam dalam kopi luwak, fase gerak Etil Asetat : Metanol (85:15),

disemprot dengan larutan AlCl310% dalam Etanol

JB K KL

Identifikasi flavonoid dalam kopi luwak dengan pembanding ekstrak metanol daun

jambu biji (JB), kafein standar (K), fase gerak Etil Asetat : Metanol (85:15), disemprot

dengan larutan AlCl310% dalam Etanol, dilihat pada lampu UV 365 nm

Flavonoid

Flavonoid

Flavonoid

Flavonoid

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 102: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

86

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Data Identifikasi Alkaloid, Saponin, Flavonoid, Senyawa Fenol,

dan Tanin

Data identifikasi alkaloid ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Metode Perubahan Warna Kopi Luwak

Arabika

Kopi

Arabika

Kafein

Murni

Bouchardat Ada endapan coklat + +

+

Mayer Ada endapan putih + +

-

Dragendroff Ada endapan merah

jingga + +

+

Data identifikasi saponin ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Uji Perubahan Kopi Luwak

Arabika

Kopi Arabika Otrthosiphon

Folium

I Buih tidak hilang ++ + ++

II Buih tidak hilang ++ + ++

Data identifikasi flavonoid ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Uji Perubahan warna Kopi luwak Kopi Arabika

I Kuning Oranye + +

II Merah Muda + +

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 103: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

87

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 4

Data identifikasi senyawa fenol ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Uji Perubahan warna Kopi Luwak

Arabika

Kopi Arabika

I Biru + +

II Biru + +

Data identifikasi senyawa tanin ekstrak air Kopi Luwak Arabika dan Kopi

Arabika

Uji Perubahan warna Kopi Luwak

Arabika

Kopi Arabika

I Biru kehitaman/hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

II Biru kehitaman/hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 104: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

88

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Kadar Fenol Total

Kopi Luwak Arabika

Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm) Kadar total fenol*

1 0,3050 225,58 75,19

2 0,3460 259,75 86,58

Rata-rata ± SD 80,88 ± 8,05

*dinyatakan dalam mg ekivalen asam galat per gram ekstrak

Kopi Arabika

Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm) Kadar total fenol*

1 0,4040 308,08 102,69

2 0,4860 376,42 125,47

Rata-rata ± SD 114,08 ± 16,11

*dinyatakan dalam mg ekivalen asam galat per gram ekstrak

Rumus mencari kadar fenol total:

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛(𝑚𝐿)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑔 𝑥 1000

Volume pengenceran = 100 mL

Berat sampel = 0,3 g

y = 0,0012x + 0,0343R = 0,9976

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

0 200 400 600 800 1000 1200

Ab

sorb

ansi

(A)

Konsentrasi Larutan Standar Asam Galat (mg/L)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 105: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

89

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Kafein dan Kurva Serapan Kafein Kopi

Luwak Arabika dan Kopi Arabika

c (nL) Luas Area (V/s)

50 451.1

100 793.67

200 1577.75

300 1980.68

1000 3570.11

2000 6379.35

5000 14919

Luas Area (µV/s)

Konsentrasi

(µg) Kadar (%)

Kadar (%)

Rata-Rata

KA I 9236.8 1.4446 1.302 1.3151

KA II 9407.29 1.4718 1.3282

KL I 10397.76 1.6298 1.7018 1.6345

KL II 9543.83 1.4936 1.5672

Keterangan:

KA I = Kopi Arabika I

KA II = Kopi Arabika II

KL I = Kopi Luwak I

KL II = Kopi Luwak II

y = 2.841x + 728R² = 0.997

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

0 2000 4000 6000

kon

sen

tras

i kaf

ein

(n

L)

Luas Area (µV/s)

kurva kalibrasi kafein

Series1

Linear (Series1)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 106: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 107: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

91

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Data Aktivitas Antioksidan dan Kurva Spektrum Serapan

Blanko DPPH untuk Kopi Luwak Arabika dan Kopi Arabika

Nama Panjang Konsentrasi Absorbansi Prosentase Rumus IC50

Sampel

Gelombang

(ʎ ) (µg/ml)

Inhibisi

(%) Linear (µg/ml)

Blanko 516 0.637

Kopi

Luwak 516 0.125 0.545 14.4427

y=

1.957x+

14.04 18.375

516 0.25 0.524 17.7394 r = 0,981

516 5 0.507 20.4081

516 15 0.38 40.3453

516 20 0.278 56.3579

516 25 0.236 62.9513

Blanko 516 0.637

Kopi

Arabika 516 0.125 0.567 10.989

y = 2.610x

+ 9.508 15.5142

516 0.25 0.55 13.6577 r= 0.972

516 5 0.53 16.7975

516 15 0.347 45.5259

516 20 0.2 68.6028

516 25 0.174 72.6844

Blanko 516 0,673

Kuersetin 516 0.25 3.86 3,86

y =

38.54x-

10.35 1.57

516 0.5 6.98 6,98 r=0,920

516 0.75 19.61 19,61

516 1 20.51 20,51

516 1.25 34.91 34,91

516 1.5 54.38 54,38

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 108: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

92

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 7

y = 1.957x + 14.04R² = 0.981

0

20

40

60

80

0 10 20 30

Pro

sen

tase

Inh

ibis

i (%

)

Konsentrasi (ppm)

Kopi Luwak

Series1

Linear (Series1)

y = 2.618x + 9.508R² = 0.972

01020304050607080

0 10 20 30

Pro

sen

tase

Inh

ibis

i (%

)

konsentrasi (ppm)

Kopi Arabika

Series1

Linear (Series1)

y = 38.54x - 10.35R² = 0.920

-10

0

10

20

30

40

50

60

0 0.5 1 1.5 2

Pro

sen

tase

Inh

ibis

i (%

)

Konsentrasi (ppm)

Kuersetin

Series1

Linear (Series1)

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 109: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

93

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 7.

Kurva Spektrum Serapan Kuersetin

Kurva Spektrum Serapan Kopi Arabika

Kurva Spektrum Serapan Kopi Luwak Arabika

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 110: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

94

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Uji normalitas Saphiro-Wilk dan Uji T Berpasangan untuk

Menganalisa Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Sebelum dan Hari ke Delapan Sesudah Pemberian Kopi

Luwak Arabika pada Kelompok Normal dan Hipertensi

a. Uji normalitas Saphiro-Wilk terhadap data selisih tekanan darah sistolik

sebelum perlakuan hari pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari

ketujuh pada masing-masing sub kelompok tikus normal dan tikus

hipertensi.

1) Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji t sampel

berpasangan.

2) Hipotesis :

i) Ho = Data selisih tekanan darah sistolik tikus sebelum perlakuan hari

pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari ketujuh berdistribusi

normal

ii) Ha = Data selisih tekanan darah sistolik tikus sebelum perlakuan hari

pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari ketujuh tidak

berdistribusi normal

3) Uji statistik : Tes normalitas Saphiro – Wilk

4) Kriteria uji :

i) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak

ii) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 111: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

95

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 8

5) Hasil :

6) Kesimpulan : Ho diterima sehingga data selisih tekanan darah sistolik tikus

sebelum perlakuan hari pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari ketujuh

untuk setiap kelompok berdistribusi normal

b. Uji T sampel berpasangan pada data tekanan darah sistolik sebelum dan

sesudah tujuh hari pemberian kopi luwak pada masing-masing sub

kelompok tikus normal dan tikus hipertensi.

1) Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna

dari perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian kopi

luwak pada masing-masing sub kelompok tikus normal dan tikus hipertensi

(K1 dan K2 tidak diberikan kopi luwak).

Kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

K1 .909 4 .479

K2 .868 4 .288

K3 .964 4 .805

K4 .962 4 .793

K5 .969 4 .837

KN1 .835 4 .180

KN2 .940 4 .656

KN3 .880 4 .339

K1: kontrol normal, K2: kontrol hipertensi, K3: kelompok

hipertensi dosis 1(0,09 mg/200 g bb/hari), K4: kelompok hipertensi

dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari), K5: kelompok hipertensi dosis 3

(0,36 mg/200 g/bb hari), KN1: kelompok normal dosis 1, KN2:

kelompok normal dosis 2, KN3: kelompok normal dosis 3.

Nilai signifikansi dalam tiap kelompok > 0,05

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 112: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

96

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 8

1) Hipotesis :

i) Ho = Tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap perubahan tekanan

darah sistolik pada masing-masing kelompok tikus normal dan

hipertensi antara sebelum pemberian kopi luwak hari pertama dan 24

jam setelah pemberian kopi luwak hari ketujuh.

ii) Ha = Terdapat perbedaan bermakna terhadap perubahan tekanan darah

sistolik pada masing-masing kelompok tikus normal dan hipertensi

antara sebelum hari per pemberian kopi luwak tama dan 24 jam

setelah pemberian kopi luwak hari ketujuh.

2) Uji statistik : Uji t sampel berpasangan

3) Kriteria uji :

4) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak

5) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.

6) Hasil :

Pasangan kelompok untuk data

sistolik T df Sig.two tailed

K1_H1.Sebelum - K1_H7.24jam .622 5 .561

K2_H1.Sebelum - K2_H7.24jam -.807 4 .465

K3_H1.Sebelum - K3_H7.24jam 3.277 5 .022

K4_H1.Sebelum - K4_H7.24jam 4.615 3 .019

K5_H1.Sebelum - K5_H7.24jam 4.689 3 .018

KN1_H1.Sebelum - KN1_H7.24jam -.971 4 .387

KN2_H1.Sebelum - KN2_H7.24jam .488 4 .651

KN3_H1.Sebelum -KN3_H7.24jam 1.601 5 .170 Keterangan: K1: kontrol normal, K2: kontrol hipertensi, K3: kelompok hipertensi

dosis 1(0,09 mg/200 g bb/hari), K4: kelompok hipertensi dosis 2 (0,18 mg/200 g

bb/hari), K5: kelompok hipertensi dosis 3 (0,36 mg/200 g/bb hari), KN1: kelompok

normal dosis 1, KN2: kelompok normal dosis 2, KN3: kelompok normal dosis

3.H1.Sebelum: sebelum pemberian kopi luwak hari ke 1, H7.24 jam: 24 jam sesudah

pemberian kopi luwak hari ke 7.

Nilai signifikansi untuk kelompok K3, K4 dan K5 < 0,05

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 113: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

97

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 8

7) Kesimpulan : Ho ditolak untuk kelompok K3, K4 dan K5 sehingga

terdapat perbedaan bermakna penurunan tekanan darah sistolik pada

kelompok-kelompok tersebut sebelum dan sesudah tujuh hari

pemberian kopi luwak.

c. Uji normalitas Saphiro-Wilk terhadap data selisih tekanan darah diastolik

tikus sebelum perlakuan hari pertama dengan 24 jam setelah perlakuan

hari ketujuh berdistribusi normal

1) Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji t sampel

berpasangan

2) Hipotesis :

i) Ho = Data selisih tekanan darah diastolik tikus sebelum perlakuan hari

pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari ketujuh berdistribusi

normal

ii) Ha = Data selisih tekanan darah diastolik tikus sebelum perlakuan hari

pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari ketujuh tidak

berdistribusi normal

3) Uji statistik : Tes normalitas Saphiro – Wilk

i) Kriteria uji :

ii) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak

iii) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 114: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

98

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 8

4) Hasil :

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

K1 .910 4 .482

K2 .938 4 .640

K3 .989 4 .955

K4 .789 4 .084

K5 .862 4 .266

KN1 .824 4 .152

KN2 .974 4 .865

KN3 .835 4 .180 K1: kontrol normal, K2: kontrol hipertensi, K3: kelompok hipertensi dosis 1(0,09 mg/200 g

bb/hari), K4: kelompok hipertensi dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari), K5: kelompok hipertensi dosis

3 (0,36 mg/200 g/bb hari), KN1: kelompok normal dosis 1, KN2: kelompok normal dosis 2, KN3:

kelompok normal dosis 3.

Nilai signifikansi dalam tiap kelompok > 0,05

5) Kesimpulan : Ho diterima sehingga data selisih tekanan darah diastolik tikus

sebelum perlakuan hari pertama dengan 24 jam setelah perlakuan hari ketujuh

untuk setiap kelompok berdistribusi normal.

d. Uji T sampel berpasangan pada data tekanan darah diastolik sebelum

pemberian kopi luwak hari pertama dan 24 jam setelah pemberian kopi

luwak hari ketujuh pada masing-masing sub kelompok tikus normal dan

hipertensi .

1) Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang

bermakna terhadap perubahan tekanan darah diastolik sebelum pemberian

kopi luwak hari pertama dan 24 jam setelah pemberian kopi luwak hari

ketujuh pada masing-masing sub kelompok tikus normal dan hipertensi (K1

dan K2 tidak diberikan kopi luwak).

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 115: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

99

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 8

2) Hipotesis :

i) Ho = Tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap terhadap perubahan

tekanan darah diastolik sebelum pemberian kopi luwak hari pertama

dan 24 jam setelah pemberian kopi luwak hari ketujuh pada masing-

masing sub kelompok tikus normal dan hipertensi.

ii) Ha = Terdapat perbedaan bermakna terhadap perubahan tekanan darah

diastolik sebelum pemberian kopi luwak hari pertama dan 24 jam

setelah pemberian kopi luwak hari ketujuh pada masing-masing sub

kelompok tikus normal dan hipertensi.

3) Uji statistik : Uji t sampel berpasangan

4) Kriteria uji :

i) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak

ii) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.

5) Hasil :

Pasangan kelompok untuk data diastolik t Df Sig.two tailed

K1_H1.Sebelum - K1_H7.24jam .282 5 .789

K2_H1.Sebelum - K2_H7.24jam -3.637 4 .022

K3_H1.Sebelum - K3_H7.24jam 4.388 5 .007

K4_H1.Sebelum - K4_H7.24jam 6.070 3 .009

K5_H1.Sebelum - K5_H7.24jam 1.236 3 .304

KN1_H1.Sebelum - KN1_H7.24jam -.140 4 .895

KN2_H1.Sebelum - KN2_H7.24jam -1.016 4 .367

KN3_H1.Sebelum -KN3_H7.24jam 1.911 5 .114 Keterangan: K1: kontrol normal, K2: kontrol hipertensi, K3: kelompok hipertensi dosis

1(0,09 mg/200 g bb/hari), K4: kelompok hipertensi dosis 2 (0,18 mg/200 g bb/hari), K5:

kelompok hipertensi dosis 3 (0,36 mg/200 g/bb hari), KN1: kelompok normal dosis 1,

KN2: kelompok normal dosis 2, KN3: kelompok normal dosis 3.H1.Sebelum: sebelum

pemberian kopi luwak hari ke 1, H7.24 jam: 24 jam sesudah pemberian kopi luwak hari

ke 7.

Nilai signifikansi untuk kelompok K2, K3 dan K4 < 0,05

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 116: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

100

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 8

6) Kesimpulan : Ho ditolak untuk kelompok K2, K3 dan K4 sehingga terdapat

perbedaan bermakna terhadap penurunan tekanan darah diastolik sebelum

pemberian kopi luwak hari pertama dan 24 jam setelah pemberian kopi

luwak hari ketujuh pada kelompok-kelompok tersebut.

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 117: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

101

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Uji ANAVA untuk Menilai Perbedaan Efektivitas Variasi

Dosis Pemberian Kopi Luwak Arabika pada Waktu yang

Berbeda pada Kelompok Tikus Normal dan Tikus Hipertensi

Uji ANAVA pada Kelompok KN1-KN2-KN3

8)

9)

10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

D_H1.Sebelum (1) Between Groups 483.061 2 241.531 4.216 .039

Within Groups 744.760 13 57.289

Total 1227.822 15

D_H1.2jam (2) Between Groups 1866.243 2 933.121 5.079 .023 Within Groups 2388.281 13 183.714

Total 4254.524 15

D_H1.6Jam (3) Between Groups 50.125 2 25.063 .609 .559 Within Groups 534.836 13 41.141

Total 584.961 15

D_H7.Sebelum (4) Between Groups 74.060 2 37.030 .275 .764 Within Groups 1748.093 13 134.469

Total 1822.154 15

D_H7.2Jam (5) Between Groups 467.843 2 233.921 1.544 .250 Within Groups 1969.007 13 151.462

Total 2436.850 15

D_H7.24Jam (6) Between Groups 6.740 2 3.370 .049 .953 Within Groups 902.143 13 69.396

Total 908.883 15

S_H1.Sebelum (1) Between Groups 629.475 2 314.737 2.846 .094 Within Groups 1437.678 13 110.591

Total 2067.153 15

S_H1.2Jam (2) Between Groups 2727.921 2 1363.961 8.005 .005 Within Groups 2214.932 13 170.379

Total 4942.853 15

S_H1.6Jam (3) Between Groups 173.707 2 86.853 1.098 .362 Within Groups 1027.965 13 79.074

Total 1201.672 15

S_H7.Sebelum (4) Between Groups 955.772 2 477.886 2.522 .119 Within Groups 2463.249 13 189.481

Total 3419.021 15

S_H7.2jam (5) Between Groups 814.874 2 407.437 1.928 .185 Within Groups 2746.823 13 211.294

Total 3561.697 15

S_H7.24Jam (6) Between Groups 211.696 2 105.848 .933 .418 Within Groups 1474.286 13 113.407

Total 1685.981 15

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 118: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

96

Universitas Indonesia

Lanjutan Lampiran 9 Uji ANAVA pada Kelompok K3-K4-K5

Sum of Squares df Mean Square F Sig. D_H1.Sebelum (1) Between Groups 165.092 2 82.546 .534 .601

Within Groups 1699.636 11 154.512

Total 1864.728 13

D_H1.2jam (2) Between Groups 1054.793 2 527.397 1.902 .195 Within Groups 3050.248 11 277.295

Total 4105.041 13

D_H1.6Jam (3) Between Groups 15.397 2 7.698 .050 .951 Within Groups 1692.826 11 153.893

Total 1708.223 13

D_H7.Sebelum (4) Between Groups 603.210 2 301.605 1.350 .299 Within Groups 2457.175 11 223.380

Total 3060.385 13

D_H7.2Jam (5) Between Groups 79.844 2 39.922 .080 .924 Within Groups 5494.247 11 499.477

Total 5574.091 13

D_H7.24Jam (6) Between Groups 52.071 2 26.035 .992 .402 Within Groups 288.632 11 26.239

Total 340.703 13

S_H1.Sebelum (1) Between Groups 583.794 2 291.897 .920 .427 Within Groups 3489.534 11 317.230

Total 4073.327 13

S_H1.2Jam (2) Between Groups 1019.858 2 509.929 1.384 .291 Within Groups 4053.384 11 368.489

Total 5073.242 13

S_H1.6Jam (3) Between Groups 47.607 2 23.804 .083 .921 Within Groups 3167.007 11 287.910

Total 3214.615 13

S_H7.Sebelum (4) Between Groups 55.741 2 27.871 .083 .921 Within Groups 3714.887 11 337.717

Total 3770.628 13

S_H7.2jam (5) Between Groups 254.335 2 127.168 .092 .912 Within Groups 15139.933 11 1376.358

Total 15394.269 13

S_H7.24Jam (6) Between Groups 413.186 2 206.593 5.682 .020 Within Groups 399.976 11 36.361

Total 813.162 13

Keterangan: S= Sistolik; D= Diastolik; H1 Sebelum=hari ke 1 sebelum pemberian Kopi Luwak Arabika; H1 2

jam=hari ke 1, 2 jam sesudah pemberian Kopi Luwak Arabika; H1 6 jam= hari ke 1, 6 jam sesudah pemberian

Kopi Luwak Arabika; H7 sebelum= hari ke tujuh sebelum pemberian Kopi Luwak Arabika; H7 2 jam= hari ke

tujuh 2 jam sesudah pemberian Kopi Luwak Arabika; H7 24 jam=hari ke tujuh, 24 jam sesudah pemberian

Kopi Luwak Arabika.

102

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 119: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Universitas Indonesia 103

Lampiran 10. Data pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok tikus normal dan tikus hipertensi hari 1-7

pemberian Kopi Luwak Arabika

Data Sistolik Kelompok Normal Dosis 1 (KN1)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam

(H7)

116,06 153 127 108,81 157,82 115,1

103,4 156,83 109,33 109,31 108,4 122,88

123 170,88 122,43 127,25 142,33 117,33

116,67 149 110,83 105 121,75 116,8

124,36 155,23 124 116,5 124,44 114,88

N 5 5 5 5 5 5

MIN 103,4 149 109,33 105 108,4 114,88

MAX 124,36 170,88 127 127,25 157,82 122,88

MEAN 116,70 156,99 118,72 113,37 130,95 117,40

ST.Dev 8,302 8,304 8,072 8,800 19,281 3,242

Data Diastolik Kelompok Normal Dosis 1 (KN1)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam

(H7)

80,39 107,43 89,89 78 109,18 82,7

70,4 114,67 82,33 69,38 66,6 77,81

73 131,94 80,85 95 94,5 90,67

70,83 102,7 70,5 63 73,75 73,4

88,14 116,77 89,71 81,5 89,22 79,13

N 5 5 5 5 5 5

MIN 70,4 102,7 70,5 63 66,6 73,4

MAX 88,14 131,94 89,89 95 109,18 90,67

MEAN 76,55 114,70 82,66 77,38 86,65 80,74

ST.Dev 7,619 11,162 7,957 12,233 16,913 6,471

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 120: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Universitas Indonesia 104

Lanjutan Lampiran 10.

Data Sistolik Kelompok Normal Dosis 2 (KN2)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

114,9 107,38 119,92 127,33 120 99,57

120,56 119,2 122,73 91 87 131,63

105,75 122,89 109,1 105,67 124,5 126,25

111,88 139,62 115,75 96,5 108 114,5

110,7 143,42 125,67 120 125 122,71

N 5 5 5 5 5 5

MIN 105,75 107,38 109,1 91 87 99,57

MAX 120,56 143,42 125,67 127,33 125 131,63

MEAN 112,76 126,50 118,63 108,10 112,90 118,93

ST.Dev 5,468 14,919 6,464 15,365 16,017 12,486

Data Diastolik Kelompok Normal Dosis 2 (KN2)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

82,9 78,75 82,77 92,5 82,67 65,86

90,06 86,7 76,8 63 62,33 85,75

73 86,67 73,7 78,67 63,5 87,25

78,67 105,33 77,25 72,67 76,33 72,5

83,3 111 83,22 85,44 93,67 84,14

N 5 5 5 5 5 5

MIN 73 78,75 73,7 63 62,33 65,86

MAX 90,06 111 83,22 92,5 93,67 87,25

MEAN 81,59 93,69 78,75 78,46 75,70 79,10

ST.Dev 6,299 13,752 4,114 11,384 13,224 9,419

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 121: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Universitas Indonesia 105

Lanjutan Lampiran 10.

Data Diastolik Kelompok Normal Dosis 3 (KN3)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

96,33 109,00 86,46 86,25 85,67 74,70

96,33 85,06 71,50 80,38 80,33 71,00

87,88 91,91 91,00 60,50 91,25 73,20

96,56 74,71 80,80 89,60 85,36 82,50

75,79 105,44 81,56 90,40 94,11 83,89

85,00 73,50 83,60 86,50 90,50 94,25

N 6 6 6 6 6 6

MIN 75,79 73,50 71,50 60,50 80,33 71,00

MAX 96,56 109,00 91,00 90,40 94,11 94,25

MEAN 89,65 89,94 82,49 82,27 87,87 79,92

ST.Dev 8,41 15,06 6,54 11,23 5,01 8,71

Data Sistolik Kelompok Normal Dosis 3 (KN3)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

139,17 147,35 123,15 118,38 122,33 106,56

139,17 128,50 119,00 118,88 111,83 103,75

128,41 124,91 144,13 108,50 123,25 97,40

137,06 134,29 117,60 149,60 121,64 119,25

104,42 145,11 116,11 120,80 132,53 105,33

115,44 108,00 132,90 140,50 117,67 132,25

N 6 6 6 6 6 6

MIN 104,42 108,00 116,11 108,50 111,83 97,40

MAX 139,17 147,35 144,13 149,60 132,53 132,25

MEAN 127,28 131,36 125,48 126,11 121,54 110,76

ST.Dev 14,44 14,48 10,96 15,55 6,84 12,72

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 122: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Universitas Indonesia 106

Lanjutan Lampiran 10.

Data Diastolik Kelompok Hipertensi Dosis 1 (K3)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

88,08 96,10 95,00 88,17 101,25 86,50

100,77 65,67 96,80 72,00 73,00 74,75

129,31 91,16 92,86 105,94 77,00 74,64

101,23 110,59 74,40 91,50 134,14 79,77

94,00 122,27 90,65 102,80 74,00 82,33

118,72 68,25 76,83 87,55 124,80 88,67

N 6 6 6 6 6 6

MIN 88,08 65,67 74,40 72,00 73,00 74,64

MAX 129,31 122,27 96,80 105,94 134,14 88,67

MEAN 105,35 92,34 87,76 91,33 97,37 81,11

ST.Dev 15,61 22,52 9,66 12,19 27,11 5,86

Data Sistolik Kelompok Hipertensi Dosis 1 (K3)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

128,69 134,10 135,75 149,50 120,50 109,50

144,85 111,78 125,80 124,88 110,00 101,50

170,38 131,63 124,29 180,19 116,00 105,82

146,38 159,12 104,20 130,22 213,14 110,31

122,17 166,87 131,35 136,80 117,25 112,33

148,61 99,50 119,50 117,80 225,00 116,00

N 6 6 6 6 6 6

MIN 122,17 99,50 104,20 117,80 110,00 101,50

MAX 170,38 166,87 135,75 180,19 225,00 116,00

MEAN 143,51 133,83 123,48 139,90 150,32 109,24

ST.Dev 16,93 26,08 11,01 22,51 53,50 5,06

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 123: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Universitas Indonesia 107

Lanjutan Lampiran 10.

Data Diastolik Kelompok Hipertensi Dosis 2 (K4)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

111,00 110,40 111,31 105,27 86,70 79,38

124,29 99,38 66,33 114,10 94,64 74,50

115,89 114,50 88,00 75,08 85,09 87,50

100,25 128,28 86,71 123,10 103,60 83,56

N 4 4 4 4 4 4

MIN 100,25 99,38 66,33 75,08 85,09 74,50

MAX 124,29 128,28 111,31 123,10 103,60 87,50

MEAN 112,86 113,14 88,09 104,39 92,51 81,24

ST.Dev 10,04 11,94 18,39 20,85 8,49 5,58

Data Sistolik Kelompok Hipertensi Dosis 2 (K4)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

143,92 155,50 158,62 148,00 141,70 116,50

165,86 138,13 96,67 158,80 148,36 117,00

170,44 153,90 123,00 121,77 122,18 123,25

143,35 169,11 133,14 150,30 148,15 117,28

N 4 4 4 4 4 4

MIN 143,35 138,13 96,67 121,77 122,18 116,50

MAX 170,44 169,11 158,62 158,80 148,36 123,25

MEAN 155,89 154,16 127,86 144,72 140,10 118,51

ST.Dev 14,28 12,68 25,63 15,99 12,34 3,18

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 124: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

Universitas Indonesia 108

Lanjutan Lampiran 10.

Data Diastolik Kelompok Hipertensi Dosis 3 (K5)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1)

3. Setelah 6 jam (H1)

4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7)

6. Setelah 24 jam (H7)

95,25 95,14 94,00 96,78 75,00 84,13

110,00 99,00 86,25 96,59 84,00 87,87

102,83 93,40 74,00 88,00 108,29 87,60

112,40 105,50 88,10 71,89 125,80 82,11

N 4 4 4 4 4 4

MIN 95,25 93,40 74,00 71,89 75,00 82,11

MAX 112,40 105,50 94,00 96,78 125,80 87,87

MEAN 105,12 98,26 85,59 88,32 98,27 85,43

ST.Dev 7,73 5,36 8,40 11,69 23,12 2,79

Data Sistolik Kelompok Hipertensi Dosis 1 (K5)

1. Sebelum Perlakuan (H1) 2. Setelah 2 jam (H1) 3. Setelah 6 jam (H1) 4. Sebelum Perlakuan (H7) 5. Setelah 2 jam (H7) 6. Setelah 24 jam (H7)

110,38 143,71 135,17 155,11 143,00 134,50

135,67 137,77 126,50 140,29 137,20 115,00

157,83 128,60 106,00 145,00 138,71 116,14

155,20 145,20 136,30 126,78 161,40 120,22

N 4 4 4 4 4 4

MIN 110,38 128,60 106,00 126,78 137,20 115,00

MAX 157,83 145,20 136,30 155,11 161,40 134,50

MEAN 139,77 138,82 125,99 141,80 145,08 121,47

ST.Dev 21,95 7,53 14,03 11,77 11,16 8,97

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 125: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

109

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Hasil Uji T-Berpasangan untuk Kelompok Tikus Normal dan Tikus

Hipertensi

Uji T berpasangan

SISTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

KN1 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

SISTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

KN2 1-2 V V

1-3 X V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

SISTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

KN3 1-2 X V

1-3 X V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 126: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

110

Universitas Indonesia

Lanjutan lampiran 11.

Uji T berpasangan

DIASTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

KN1 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

DIASTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

KN2 1-2 V V

1-3 X V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

DIASTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

KN3 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 X V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 127: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

111

Universitas Indonesia

Lanjutan lampiran 11.

Uji T berpasangan

SISTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

K3 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 X V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

SISTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

K4 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

SISTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

K5 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012

Page 128: n pada Kopi Luwak Darah Tikus Normal TESIS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20305031-T30897-Erna Ciptaningsih.pdf · sebelumnya telah diketahui bahwa Kopi Luwak memiliki

112

Universitas Indonesia

Lanjutan lampiran 11.

Uji T berpasangan

DIASTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

K3 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

DIASTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

K4 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji T berpasangan

DIASTOLIK Uji Normalitas Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan Bermakna

K5 1-2 V V

1-3 V V

2-3 V V

4-5 V V

4-6 V V

5-6 V V

1-4 V V

1-5 V V

1-6 V V

Uji aktivitas..., Erna Ciptaningsih, FMIPA UI, 2012