pola pembiayaan umkm - bi.go.id · pdf file4.1.6. pasca panen ... dan buah naga, masyarakat...

57
Pola Pembiayaan UMKM USAHA PERKEBUNAN KOPI ROBUSTA & INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI LUWAK 2 2 0 0 1 1 1 1 Jl. A. Yani No.1 Bengkulu (0736) 21735

Upload: phungkhue

Post on 04-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

i

Pola Pembiayaan UMKM USAHA PERKEBUNAN KOPI ROBUSTA & INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI LUWAK

22001111

Jl. A. Yani No.1 Bengkulu (0736) 21735

Page 2: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

Pola Pembiayaan UMKM USAHA PERKEBUNAN KOPI ROBUSTA & INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI LUWAK

Page 3: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

KANTOR BANK INDONESIA BENGKULU

JL. A.YANI NO. 1 BENGKULU 2011

Page 4: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan

dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan Bank

Indonesia adalah buku pola pembiayaan.

Bank Indonesia Bengkulu bekerjasama dengan LP2EM (Laboratorium

Pengkajian Pembangunan Ekonomi Masyarakat) Fakultas Ekonomi Universitas

Bengkulu telah melakukan penelitian pola pembiayaan usaha perkebunan kopi

robusta dan industri pengolahan kopi luwak. Buku ini merupakan laporan

hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang

Lebong yang merupakan sentra perkebunan kopi di Provinsi Bengkulu.

Dalam penyusunan pola pembiayaan usaha perkebunan kopi robusta dan

industri pengolahan kopi luwak, Tim Peneliti memperoleh bantuan dari banyak

pihak dan nara sumber korespondensi. Atas sumbangsih pikir dan bantuan

kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan UMKM ini, Bank Indonesia

Bengkulu menyampaikan terima kasih.

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat

memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM.

Bengkulu, Desember 2011

i

Page 5: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 6: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

No. Unsur Pembiayaan Uraian

1. Jenis usaha Usaha pembuatan kopi luwak

2. Skala usaha optimum Skala industri kecil dengan jumlah

Luwak 10 (sepuluh) ekor.

3. Lokasi usaha Desa Batu Bandung, Kecamatan Batu Bandung, Kabupaten Kepahiang.

4. Dana yang diperlukan - Investasi = Rp. 79.000.000,- - Modal kerja = Rp. 21.991.667,- - Total = Rp. 100.991.667,-

5. Sumber dana Lembaga keuangan dan modal sendiri

6. Plafon pembiayaan 100% biaya sendiri

7. Kelayakan finansial NPV : Rp. 1.187.917.406,- IRR : 57,67

8. Jangka waktu pembiayaan 10 tahun

iii

Page 7: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

No. Unsur Pembiayaan Uraian

1. Jenis usaha Usaha Pembuatan Kopi bubuk

2. Skala usaha Skala industri kecil dengan produksi 10 (sepuluh) ton per bulan

3. Lokasi usaha Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong

4. Dana yang diperlukan - Investasi = Rp. 65.000.000,- - Modal Kerja = Rp. 179.425.000,- - Total = Rp. 244.425.000,-

5. Sumber dana Modal sendiri

6. Plafon pembiayaan 100% modal sendiri

7. Kelayakan finansial NPV : Rp. 111.743.000,- IRR : 83,01

8. Jangka waktu pembiayaan 5 tahun

iv

Page 8: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

No. Unsur Pembiayaan Uraian

1. Jenis usaha Usaha Perkebunan kopi

2. Skala usaha Skala per hektar

3. Lokasi usaha Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong

4. Sumber dana Modal sendiri

5. Plafon pembiayaan 100% modal sendiri

6. Kelayakan finansial NPV : Rp. 4.270.000,-

IRR : 39.58

7. Jangka waktu pembiayaan 20 tahun

v

Page 9: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 10: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

KATA PENGANTAR................................................................................ i

RINGKASAN-RINGKASAN...................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1. Latar belakang................................................................ 1

1.2. Maksud dan Tujuan....................................................... 3

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan................................................. 4

1.4. Hasil Yang Diharapkan................................................... 5

BAB II METODE KAJIAN.................................................................. 7

2.1. Metode Pengumpulan Data............................................. 7

2.2. Pengolahan dan Analisis Data......................................... 7

BAB III PROFIL USAHA PERKEBUNAN KOPI ROBUSTA DAN

PENGOLAHAN KOPI LUWAK................................................. 9

3.1. Profil Usaha.................................................................... 9

3.2. Profil Usaha Pengolahan................................................. 9

3.3. Pengolahan Kopi Luwak.................................................. 10

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI.................................................... 13

4.1. Budi Daya Kopi Robusta................................................. 13

4.1.1. Kesesuaian Lingkungan........................................ 13

4.1.2. Persiapan Lahan................................................... 13

4.1.3. Penanaman........................................................... 14

4.1.4. Pemeliharaan........................................................ 14

4.1.5. Panen................................................................... 15

4.1.6. Pasca Panen......................................................... 15

4.2. Pengolahan Kopi............................................................. 16

4.2.1. Pengolahan Kopi Bubuk....................................... 16

4.2.2. Pengolahan kopi Luwak....................................... 16

BAB V ASPEK KEUANGAN................................................................ 19

5.1. Budidaya Kopi Robusta.................................................. 19

5.2. Pengolahan Kopi Bubuk................................................. 21

5.3. Pengolahan Kopi Luwak.................................................. 23

vii

Page 11: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

BAB VI ASPEK PEMASARAN.............................................................. 25

BAB VII REKOMENDASI POLA PEMBIAYAAN..................................... 29

7.1. Pelaku Usaha dan Sumber Pembiayaannya.................... 29

7.2. Kelayakan Menjadi Nasabah Lembaga Perbankan........... 30

7.3. Opsi Rekomendasi Pola Pembiayaan/Lending Model....... 32

BAB VIII ASPEK SOSIAL EKONMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN.......... 35

8.1. Aspek Sosial Ekonomi..................................................... 35

8.2. Dampak Lingkungan...................................................... 36

LAMPIRAN............................................................................................. 37

Lampiran 1. Tabel Biaya Investasi Pengolahan Kopi Luwak pada

Skala Usaha dengan Jumlah Luwak 10 Ekor................... 39

Lampiran 2. Tabel Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Luwak pada

Skala Usaha 10 Ekor Luwak............................................ 40

Lampiran 3. Tabel Rincian Biaya, Produksi dan Penerimaan Usaha

Pengolahan Kopi Luwak dalam Satu Bulan pada Skala

Usaha dengan Jumlah Luwak Sebanyak 10 Ekor............. 42

Lampiran 4. Tabel Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Luwak pada

Skala Usaha 10 Ekor....................................................... 43

Lampiran 5. Tabel Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Bubuk (Rp. 000) 44

Lampiran 6. Tabel Cashflow Usaha Budidaya Kopi Robusta

(Rp.000/ha)..................................................................... 45

viii

Page 12: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Struktur PDRB memperlihatkan bahwa perekonomian daerah Provinsi

Bengkulu didominasi oleh sektor primer, ditandai oleh dominannya kontribusi

sektor primer terutama sektor pertanian yang mencapai lebih dari 30 persen

baik pada PDRB provinsi maupun pada PDRB kabupaten-kabupaten yang ada.

Demikian pula sektor ini menyerap tidak kurang dari 70 persen tenaga kerja.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa sumberdaya alam terutama sumberdaya di

bidang agribisnis merupakan potensi ekonomi yang menjadi tulang punggung

perekonomian daerah ini. Oleh sebab itu, memberikan prioritas pada

pengembangan agribisnis adalah kebijakan pembangunan ekonomi dan

wilayah yang tepat.

Salah satu kabupaten yang

sangat peduli pada pengembangan

agribisnis di Provinsi Bengkulu

adalah Kabupaten Kepahiang.

Berbagai program/ kebijakan

pengembangan sektor pertanian

telah ditetapkan oleh pemerintah

Kabupaten Kepahiang. Saat ini

program yang sedang digalakkan

adalah SELUNA MAYA (sengon,

luwak, dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah

pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi dan pengolahan kopi

luwak untuk mengembangkan segmen pasar yang dituju.

Selama ini, kopi merupakan tanaman andalan bagi masyarakat

Kabupaten Kepahiang (perkebunan rakyat). yang membuat Kabupaten

Kepahiang dikenal sebagai sentra produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Dari

sepuluh kabupaten/kota yang menanam kopi robusta, 28% arealnya berada di

Kabupaten Kepahiang dengan 27% petani dari keseluruhan petani di Provinsi

1

Page 13: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

2 |

Bengkulu. Kontribusi Kabupaten Kepahiang, dalam produksi kopi robusta

32%, dengan produktivitas per ha yang lebih tinggi dari Provinsi (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Petani, Luas Areal dan Produksi Kopi pada Perkebunan Rakyat Tahun 2009

Daerah Kopi Robusta Kopi Arabika

Petani

(KK)

Luas

areal

Produksi

(ton)

Prod/Ha

(ton)

Petani

(KK)

Luas

areal

Produksi

(ton)

Prod/Ha

(ton)

Kabupaten Kepahiang

13,553 24,017 16,059.89 770 385 447 80 800

Kabupaten Rejang Lebong

13,100 21,059 12,590,50 745 920 631 261.36 700

Provinsi Bengkulu

57,741 87,267 50,859.64 746.2 2,792 4,266 1,637.00 715.47

Share Rejang Lebong

22.69 24.13 24.76 99.84 32.95 14.79 15.97 97.84

Share Kepahiang (%)

23 28 32

14 10 5

Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2010, diolah

Jika kopi robusta ditanam masyarakat di seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Bengkulu, tidak demikian halnya dengan kopi arabika. Kopi ini hanya

ada di 5 kabupaten saja, diantaranya adalah Kabupaten Rejang Lebong dan

Kabupaten Kepahiang. Bahkan tanaman kopi arabika di Kabupaten Lebong

belum menghasilkan pada tahun 2009. Dari Tabel 1 nampak bahwa Kabupaten

Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong juga masih sedikit (dari petani, luas

areal dan produksinya), namun memiliki produktivitas per ha yang lebih besar

dibanding rata-rata Provinsi Bengkulu. Untuk produksi kopi robusta sebagian

besar produksinya dihasilkan di wilayah Kabupaten Kepahiang sementara

untuk jenis kopi arabika sebagian besar produksinya diwilayah Kabupaten

Rejang Lebong dengan total prosuksi pada tahun 2009 sebanyak 261.36 ton.

Dengan potensi yang ada, petani kopi di Kabupaten Kepahiang mulai

mengembangkan industri pengolahan kopi luwak. Kopi luwak umumnya

adalah kopi arabika. Usaha pengolahan kopi luwak ini memiliki potensi

keunggulan yang tinggi, karena harganya yang relatif mahal dan mampu

masuk ke dalam segmen pasar perkotaan dan konsumen menengah atas.

Page 14: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

3

Potensi keunggulan usaha kopi luwak ini juga didukung oleh ketersediaan

bahan baku yang mencukupi.

Sebagai usaha perkebunan rakyat, kopi robusta dan kopi luwak di

Kabupaten Kepahiang ini umumnya adalah usaha mikro kecil. Sebagaimana

kebanyakan usaha mikro lainnya, usaha kopi ini juga memerlukan berbagai

perkuatan, di antaranya adalah perkuatan dalam informasi dan akses terhadap

sumber pembiayaan terutama pada sumber pembiayaan formal atau

perbankan. Selama ini perbankan belum ada yang membantu dalam

pembiayaan kopi di Kabupaten Kepahiang. Padahal, dengan potensi yang ada

dan peluang pasar yang tinggi, usaha ini memiliki prospek yang bagus (tahun

2010 peningkatan konsumsi kopi dunia 2,3% dan Indonesia merupakan 5

negara besar pengekspor kopi). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih

mendalam untuk menemukan pola-pola pembiayaan yang sesuai agar mampu

mendukung pengembangan usaha kopi robusta dan kopi luwak.

1.2. Maksud dan Tujuan

Studi ini dimaksudkan untuk :

a. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan

pembiayaan terhadap UMKM, terutama komoditas kopi.

b. Menyediakan bahan masukan untuk sistem informasi pengembangan

usaha kecil (SIPUK) yang merupakan bagian dari info UMKM di website

Bank Indonesia.

c. Menyediakan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas, khususnya

UMKM yang bermaksud mengembangkan usaha.

Atas dasar maksud tersebut, maka studi ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh data yang rinci dari masing-masing jenis usaha yang

mencakup data karakteriktik pelaku maupun karakteristik masing-masing

unit usaha.

2. Menyusun profil masing-masing unit usaha dari usaha perkebunan kopi

robusta dan usaha pengolahan kopi luwak. Profil unit usaha akan

digambarkan dari aspek umum, teknis/operasi, pasar dan pemasaran,

Page 15: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

4 |

finansial dan pembiayaan, serta aspek sosial ekonomi dan dampak

lingkungan.

3. Menyusun rekomendasi pola-pola pembiayaan perbankan bagi

pengembangan usaha perkebunan kopi robusta dan usaha pengolahan

kopi luwak di Kabupaten Kepahiang.

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan

Studi ini akan dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang

Lebong, pada masing-masing kabupaten dipilih dua kecamatan. Pertimbangan

pemilihan lokasi ini karena daerah ini merupakan sentra produksi kopi robusta

dan juga telah mulai dikembangkannya pengolahan kopi luwak. Mengacu pada

maksud dan tujuan studi ini, maka studi yang dilakukan mencakup aspek:

a. Aspek karakteristik unit usaha, meliputi :

o Skala bisnis, baik skala unit usaha maupun skala keseluruhan bisnis

yang ada di Kabupaten Kepahiang;

o Ketersediaan bahan baku pada usaha kopi luwak.

b. Aspek teknis produksi & operasi, meliputi :

o Penyelenggaran kegiatan usaha tani serta teknologi pada kegiatan

perawatan kebun kopi dan pemetikannya.

o Pola pemetikan dan penyediaan bahan baku pada usaha tani kopi

luwak.

o Teknologi pada kegiatan pengolahan kopi yang meliputi bagan alir

proses, layout mesin dan peralatan, kapasitas mesin dan produksi,

serta SDM yang terlibat.

c. Aspek pasar dan pemasaran, meliputi:

o Wilayah pasar;

o Tataniaga/jalur pemasaran, dan profit/margin, serta sistem pembayaran

pada transaksi jual belinya;

o Harga dan penawaran;

o Kendala dan persaingan;

Page 16: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

5

d. Aspek finansial dan pembiayaan, meliputi :

o Komponen dan struktur biaya;

o Tingkat kelayakan finansial dari usaha yang ada atau tingkat kelayakan

dari pengembangan yang akan direncanakan atau dibiayai. Tingkat

kelayakan ini akan ditentukan dengan menggunakan asumsi-asumsi

yang diperlukan dan kriteria kelayakan seperti NPV, B/C ratio, IRR,

PBP atau BEP.

e. Aspek sosial ekonomi dan dampak lingkungan, mencakup :

o Penyerapan tenaga kerja/lapangan pekerjaan;

o Perputaran uang atau dinamika perekonomian setempat;

o Pencemaran lingkungan yang mungkin ditimbulkan.

1.4. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah;

1. Data dan informasi yang dapat mendeskripsikan:

a. Karakteristik pelaku agribisnis pada usaha perkebunan kopi robusta

dan pengolahan kopi luwak;

b. Karakteristik unit usaha perkebunan kopi robusta dan pengolahan kopi

luwak;

c. Karakteristik produk dan segmen pasar dari komoditi yang dihasilkan.

2. Telaah tentang potensi bisnis, tingkat kelayakan unit usaha dari berbagai

aspek kelayakan, dan kelayakan pembiayaan

3. Tersusunnya profil pelaku dan unit usaha perkebunan kopi robusta dan

unit usaha pengolahan kopi luwak yang informatif baik bagi pihak

perbankan sebagai sumber pembiayaan, pemerintah, maupun bagi pihak

dunia usaha/pelaku usaha guna berkembangnya kedua jenis usaha

tersebut.

4. Tersusunnya formulasi atau pola pembiayaan perbankan untuk

pengembangan kedua jenis usaha tersebut.

Page 17: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

6 |

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 18: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

7

BAB 2. METODE KAJIAN

2.1. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer.

Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan

penelitian ini. Sedangkan data primer diperoleh secara langsung dari

responden dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (depth

interview) dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pemandu.

Wawancara yang mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan data secara

lebih detail. Dengan wawancara secara mendalam ini diharapkan berbagai

aspek yang menggambarkan profil pelaku, unit usaha, dan profil produk dapat

dipahami lebih mendalam. Responden dalam studi ini adalah pelaku usaha,

pihak perbankan, dan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) yang terkait di

tingkat Kabupaten. Pengusaha yang dijadikan responden diutamakan yang

pernah mendapat bantuan pembiayaan sebanyak 3 (tiga) responden. Demikian

pula pihak perbankan diutamakan yang pernah memberikan pinjaman pada

kedua jenis usaha kebun kopi dan pengolahan kopi luwak.

2.2. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah ditabulasi dianalisis secara deskriptif baik kualitatif

maupun kuantitatif. Analisis data meliputi aspek :

a. Analisis usaha

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui aspek pasar dan pemasaran,

produksi, dan aspek sosial eknomi dan lingkungan untuk melihat pengaruh

usaha terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan daerah setempat

serta pengaruhnya pada lingkungan.

b. Analisi pembiayaan

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pembiayaan proyek dan

kelayakan finansial dari usaha yang ada atau rencana pengembangan yang

akan dilakukan.

c. Analisis Kredit Bank

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penilaian

permohonan kredit oleh bank terhadap usaha yang dibiayai.

d. Critical Point/Titik Impas

Page 19: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

8 |

Analisis terhadap aspek ini bertujuan agar profil usaha yang disusun

dilengkapi dengan analisis resiko yang dapat timbul dalam penyelengaraan

usaha ini. Resiko dapat berupa resiko teknis seperti kegagalan panen atau

produksi karena berbagai penyebab atau resiko finansial karena terjadinya

fluktuasi harga baik harga input maupun harga produk yang dihasilkan.

Dalam hal ini, digunakan analisis terhadap data time series.

proposal

Page 20: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

9

BAB 3. PROFIL USAHA PERKEBUNAN KOPI ROBUSTA DAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK

3.1. Profil Usaha

Petani kopi di Kabupaten Kepahiang umumnya menanam kopi robusta

dan hanya sedikit yang menanam kopi arabika (Tabel 1). Dari populasi petani

kopi robusta, kajian ini hanya mengambil sampel 18 petani. Sementara untuk

kopi luwak diambil sampel sebanyak 3 dari 6 petani pelaku usaha industri kopi

luwak.

Skala usaha perkebunan Kopi

rakyat di Kabupaten Kepahiang

secara garis besar masih merupakan

usaha kecil dengan luas lahan antara

1 sampai dengan 5 hektar dengan

rata-rata 2.75 hektar. Sementara

industri pengolahan kopi bubuknya

masih tergolong dalam industri

rumahan (home industry) di mana

tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan satu atau

beberapa karyawan. Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada di

sekitarnya dengan brand name atau tanpa brand name. Industri yang

tergolong pada kelompok ini pada umumnya belum terdaftar di Dinas

Perindustrian maupun di Dinas POM.

3.2. Profil Usaha Pengolahan

Petani kopi di daerah kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang

Lebong umumnya mengolah buah kopinya dengan proses kering. Mereka

melakukan pengeringan dengan cara menjemur buah kopinya. Tempat

penjemuran dapat berupa lantai semen atau jalanan beraspal. Sementara

proses sortasi sering menjadi hal yang diabaikan.

Page 21: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

10 |

Pengusaha kopi bubuk yang ada di kedua daerah kabupaten ini

menggunakan biji Kopi yang telah kering sebagai bahan baku dari kopi bubuk

yang mereka produksi. Proses produksinya adalah penggorengan biji kopi

kering dan penumbukan dari biji kopi yang telah digoreng tersebut, lalu

pengkemasan. Beberapa dari perusahan kopi bubuk tersebut telah

menggunakan merk seperti kopi cap Jempol, Cap semar, cap Gentong Mas,

Cangkir AA, Cang Eng, cap Tugu, cap Tiga Saudara dan masih banyak merk

kopi bubuk lainnya tetapi sebagian besar masih belum mengurus ijin dari balai

POM.

3.3. Pengolahan Kopi Luwak

Dalam pengolahan kopi luwak dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, binatang luwak (musang) dilepas, jika model ini yang dipilih maka

ada dua peran yang dimungkin dapat dilakukan oleh luwak dalam proses

produksi ini, yakni memetik sekaligus mengelupaskan kulit luar dari biji kopi.

Kedua, binatang luwak (musang)

dipelihara. Jika model ini yang dipilih

maka peran luwak hanya

mengelupaskan kulit luar saja dari biji

kopi tersebut.

Untuk usaha kopi luwak di

Kabupaten Kepahiang model yang

dipilih adalah model kedua sehingga

penggunaan Luwak di daerah ini hanya

terbatas pada mengelupaskan kulit luar

dari biji kopi yang sudah dipetik,

prosesnya adalah biji kopi yang sudah

dipetik diberikan kepada luwak untuk

dimakannya. Kelebihan binatang ini

adalah kemampuannya untuk

melakukan pemilihan/ sortasi terhadap

biji kopi yang baik. Dalam hal ini, luwak hanya akan memakan biji kopi yang

telah masak/merah dan tidak memiliki cacat. Oleh sebab itu, dari jumlah biji

Page 22: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

11

kopi basah yang diberikan, hanya sekitar 10-15 persen saja yang dimakannya,

dan jumlah itulah yang diproses lebih lanjut untuk dijadikan kopi bubuk. Biji

kopi yang tidak dimakan oleh Luwak dapat diolah sebagaimana pengolahan

kopi pada paparan sebelumnya. Luwak tidak setiap hari memakan biji kopi,

hanya kurang lebih 3 (tiga) hari dalam seminggu ia memakan biji kopi tersebut.

Oleh sebab itu, skala usaha pengolahan kopi luwak ini lebih ditentukan oleh

jumlah luwak yang dipelihara.

Page 23: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

12 |

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 24: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

13

BAB 4. ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4. 1. Budidaya Kopi Robusta

4.1.1 Kesesuaian Lingkungan

Tanaman kopi (Coffea spp) merupakan spesies tanaman berpohon

yang termasuk famili Rubiaceae dengan genus Coffea memiliki hampir

100 macam spesies tetapi yang ekonomis dan diperdagangkan secara

Internasional hanya 2 spesies penting yaitu kopi arabica (Coffea Arabica)

dan kopi robusta (Coffea Carephora). Di Indonesia hampir 98% tanaman

kopi merupakan kopi robusta (Antoni, 2004 dan Jamali, 2003).

Kopi termasuk tumbuhan tropis, tumbuh dengan baik pada

daerah ketinggian 0-1000 dpl dan suhu harian antara 24o – 30o C. Curah

hujan rata-rata yang diinginkan antara 2000-3000 mm per tahun,

mempunyai bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm per bulan

selama 3-4 bulan) dan pH tanah antara 55-65. Tanaman ini tidak

menginginkan sinar matahari langsung. Oleh sebab itu diperlukan

naungan untuk melindungi tanaman tersebut.

Tanaman kopi tumbuh tegak dapat mencapai ketinggian 12 meter

dan bercabang. Tanaman ini tidak dipengaruhi langsung oleh ketinggian

tempat, tetapi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu. Hal ini karena

faktor suhu berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman

kopi, terutama terhadap pembentukkan bunga dan buah serta

kepekaaan terhadap serangan penyakit (AKK, 1989). Di Indonesia

umumnya tinggi rendahnya suhu ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat yang berbeda-beda (Najiyanti dan Danarti, 2011).

4.1.2 Persiapan Lahan

Persiapan lahan untuk menanam kopi dengan membersihkan dari

semak belukar. Kemudian menanam tanaman pelindung, bila tanaman

pelindung masih baik tidak perlu ditebang cukup dipangkas saja. Jenis

pohon pelindung yang dapat petani tanamkan adalah : Dadap, Sengon,

Page 25: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

14 |

Lamtoro, Kemlandingan, Petai Cina. Tujuan dari penanaman tanaman

penaungan adalah pelindung tanaman agar tidak terlalu tinggi

penguapan, menghindari terkena sinar matahari secara langsung dan

melembabkan tanah. Kemudian pembuatan lubang tanam dan jarak

tanam, lubang tanam harus digali 3 bulan sebelum penanaman di

lapangan, pembuatan lorong tanam dengan ukuran 0,5x0,5 m; dan 1x1

m dengan jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kopi adalah

sebagai berikut 2,5x2,5 m. Dengan demikian, jumlah bibit kopi yang

diperlukan sekitar 1600 pohon/ha, dan sebiknya dicadangkan lagi

sebanyak 400 pohon untuk penyulaman. Sementara populasi tanaman

kopi petani di kabupaten kepahiang dan Rejang Lebong dapat mencapai

2.500 hingga 3.000 pohon per hektar.

4.1.3. Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar

pertumbuhan tanaman kopi dapat lebih baik. Dalam proses penanaman

ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, waktu proses

penanaman kantong plastik dibuang dengan hati-hati, diusahakan agar

tanah jangan terlepas dari akar, letak bibit dalam lobang diusahakan

leher akar sejajar dengan permukaan tanah, dan tanah disekeliling bibit

dipadatkan sampai bibit tidak goyang.

4.1.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kopi mencakup pengendalian hama

penyakit dan penyiangan gulma. Hama yang sering menyerang tanaman

kopi adalah penggerek buah ( Stephanoderes hampei) dan batang kopi

coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus), kutu dompolan

(Pseudococcus citri), kutu lamtoro (Ferrisia virgata), kutu loncat

(Heterophylla, sp), dan kutu hijau (Coccus viridis). Sedang penyakit yang

sering ditemukan adalah penyakit karat daun (Hemileia vastantrix), jamur

upas (Corticium salmonicolor), penyakit bercak hitam pada buah

(Chephaleuros coffea), dan penyakit embun jelaga. Selanjutnya,

pemeliharaan tanaman kopi juga dilakukan dengan mengendalikan

Page 26: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

15

gulma. Pengendaian gulma dapat dilakukan dengan cara mekanis dan

kimiawi. Cara mekanis dengan menyiangi rumput-rumput yang ada

dibawah pohon kopi, dan cara kimiawi yaitu dengan menggunakan

herbisida. Disamping itu, pemeliharaan kebun juga dilakukan dengan

pemangkasan cabang dan ranting mati, pemotongan tunas yang tidak

produktif, serta pemangkasan cabang atau ranting dari pohon naungan.

Lebih lanjut adalah pemupukan. Pupuk yang digunakan

umumnya harus mengandung unsur-unsur N,P,K dan unsur pupuk

mikro lainnya. Pemupukan unsur NPK dilakukan dengan pupuk Urea,

TSP, dan KCl. Pemupukan biasanya dilakukan 2 kali dengan dosis

pupuk anjuran sebanyak 50-400 gr Urea/pohon, 40-300 gr TSP/pohon,

dan 40-200 gr KCl/pohon. Dosis ini meningkat sesuai dengan umur

tanaman. Pemupukan yang dilakukan oleh petani di Kabupaten

Kepahiang dan Rejang Lebong umumnya masih pada dosisi rendah,

belum mengikuti dosis anjuran, bahkan sebagian tidak melakukan

pemupukan.

4.1.5. Panen

Tanaman Kopi yang terawat baik dapat berproduksi pada umur

2,5-3 tahun. Musim panen kopi tidak sama waktunya. Dimulai dari

daerah bagian barat terus ke daerah–daerah bagian timur. Hasil

produksinya akan meningkat dan mencapai puncaknya pada umur 7-9

tahun, lalu cenderung menurun. Agar diperoleh produk yang berkualitas

maka panen kopi sebaiknya dilakukan dengan selektif, yaitu hanya

memetik buah yang merah. Namun petani kopi jarang melakukannya

termasuk petani kopi di daerah Kabupaten Kepahiang dan Rejang

Lebong. Buah kopi yang mereka petik juga mengikutkan buah yang

masih hijau.

4.1.6. Pasca Panen

Budidaya tanaman kopi bertujuan untuk mendapatkan buah kopi

yang fungsi utamanya adalah sebagai bahan minuman penyegar. Dengan

Page 27: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

16 |

demikian, penanganan pasca panen yang baik akan turut menentukan

kualitas produk kopi yang dihasilkan dari biji kopi yang dipanen.

4.2. Pengolahan Kopi

4.2.1. Pengolahan Kopi Bubuk

Proses pengolahan buah kopi menjadi biji kopi kering dapat

dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni proses pengolahan kering dan

proses pengolahan basah.

Proses kering mengikuti bagan

alir proses sebagai berikut;

Sortasi buah kopi yang dipetik ->

Pengeringan -> pengupasan kulit

buah -> Sortasi biji kopi kering ->

Pengemasan biji kopi kering ->

Penyimpanan/Penjualan biji kopi

kering.

Proses basah mengikuti bagan alir

proses sebagai berikut; Sortasi

buah kopi yang dipetik ->

Pengupasan kulit buah

->Fermentasi ->Pencucian biji kopi

-> Pengeringan -> Pengupasan

kulit cangkang kopi ->Sortasi biji

kopi kering -> Pengemasan biji

kopi kering ->

Penyimpanan/Penjualan biji kopi

kering.

4.2.2. Pengolahan Kopi Luwak

Pengolahan kopi luwak mulai berkembang pada daerah

kabupaten kepahiang dalam satu tahun terakhir ini. Pengolahan kopi

luwak adalah penggunaan binatang luwak (musang) dalam proses

Page 28: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

17

produksi. Adapun jenis kopi yang dapat digunakan sebagai kopi luwak

adalah jenis kopi arabika.

Ada dua peran yang dimungkin dapat dilakukan oleh luwak

dalam proses produksi ini, yakni memetik sekaligus mengelupaskan

kulit luar dari biji kopi tersebut, atau hanya mengelupaskan kulit luar

saja dari biji kopi tersebut. Penggunaan Luwak di daerah ini hanya

terbatas pada mengelupaskan kulit luar dari biji kopi yang sudah

dipetik, prosesnya adalah biji kopi yang sudah dipetik diberikan kepada

luwak untuk dimakannya. Kelebihan binatang ini adalah kemampuan

ia untuk melakukan pemilihan/ sortasi terhadap biji kopi yang baik.

Dalam hal ini, ia hanya akan memakan biji kopi yang telah

masak/merah dan tidak memiliki cacat. Oleh sebab itu, dari jumlah biji

kopi basah yang diberikan, hanya sekitar 10-15 persen saja yang

dimakannya, dan jumlah itulah yang diproses lebih lanjut untuk

dijadikan kopi bubuk. Biji kopi yang tidak dimakan oleh Luwak dapat

diolah sebagaimana pengolahan kopi pada paparan sebelumnya. Luwak

tidak setiap hari memakan biji kopi, hanya kurang lebih 3 (tiga) hari

dalam seminggu ia memakan biji kopi tersebut. Oleh sebab itu, skala

usaha pengolahan kopi luwak ini lebih ditentukan oleh jumlah luwak

yang dipelihara.

Page 29: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

18 |

Luwak yang digunakan dalam proses produksi kopi ini dipelihara

dengan pemeliharaan dan perawatan yang cukup intensif. Setiap

ekornya dipelihara dalam kandang tersendiri dengan ukuran kandang

kurang lebih 1x2 m, dan kandang tersebut selalu diupayakan dalam

keadaan bersih. Lebih lanjut, selain diberikan biji kopi basah, Luwak

juga diberi pakan pepaya, pisang, susu, dan daging ayam, serta obat-

obatan bila diperlukan.

Page 30: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

19

BAB 5. ASPEK KEUANGAN

5.1. Budidaya Kopi Robusta

Usaha budidaya Kopi Robusta adalah investasi berjangka panjang.

Tanaman ini baru akan menghasilkan setelah berumur 2,5 – 3 tahun .

dan akan terus berproduksi hingga berumur dua puluh tahun lebih. Oleh

sebab itu, umur ekonomis dari usaha budidaya kopi ini dapat

diasumsikan selama 20 tahun. Asumsi lainnya adalah koefisien teknis

seperti populasi tanaman, dosis pupuk, skenario hasil produksi

disesuaikan dengan rujukan/anjuran (Tabel 5.1.).

Tabel 5.1. Asumsi Dosis Pupuk dan Skenario hasil Produksi Kebun

Kopi Robusta.

Tahun ke- Dosis Pupuk (gr/pohon)

Produksi (kg) Urea TSP KCl

1 50 40 40 -

2 100 80 80 -

3 150 120 80 350

4 200 160 80 400

5 300 240 120 500

6 300 240 120 600

7 300 240 120 700

8 300 240 120 700

9 300 240 120 700

10 300 240 120 650

11 400 320 160 650

12 400 320 160 600

13 400 320 160 600

14 400 320 160 550

15 400 320 160 550

16 400 320 160 500

17 400 320 160 500

18 400 320 160 450

19 400 320 160 450

20 400 320 160 400

Berdasarkan asumsi dosis pupuk dan harganya, skenario produksi,

dan asumsi bahwa usaha budidaya kopi robusta ini diselenggarakan pada

lahan sendiri maka disusun arus kas (cashflow) dari usaha budidaya kopi

robusta sebagaimana dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Dengan

Page 31: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

20 |

menggunakan tingkat bunga diskonto sebesar 12 persen diperoleh nilai

NPV dari usaha ini sebesar Rp 19.572.000, dan IRR sebesar 39.58 Persen.

Petani Kopi Robusta di kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang

Lebong dalam menyelenggarakan budidaya Kopi Robustanya tidak

sepenuhnya sesuai dengan anjuran teknis budidaya seperti jumlah

populasi per hektar, dan dosis penggunaan pupuk. Data lapangan ini

digunakan untuk melihat gambaran struktur biaya dan penerimaan

usahatani kopi mereka. Hal ini dimaksudkan agar sumber pembiayaan

atau pihak Perbankan mendapat gambaran yang faktual. Tabel 5.2.

memperlihatkan struktur Biaya, produksi, Penerimaan, dan keuntungan

usaha budidaya Kopi Robusta di kedua Kabupaten tersebut .

Tabel 5.2.

Rata-Rata Biaya Produksi dan Penerimaaan Kopi Robusta

(per ha/tahun)

No. Uraian Biaya Satuan Jumlah Satuan

harga satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

1. Upah OH 26 30.000 780.000

2.

Pupuk

Urea kg 100 2.000 200.000

KCl kg 50 2.500 125.000

MPK/Ponska kg 100 2.500 250.000

Biaya pupuk 575.000

3. Obatan/Racun Hama 70.000

4. Herbisida 200.000

5. Kemasan/karung buah 12 3.000 36.000

6. Biaya Angkut dan Bongkar Muat

kg 600 300 180.000

Jumlah Biaya/ha/tahun 1.841.000

Produksi dan harga jual petani

kg bk 600 13.000 7.800.000

Keuntungan/ha/tahun 5.959.000

Keuntungan/UT/tahun 16.387.250

Berdasarkan struktur biaya dan penerimaan pada kebun Kopi

Robusta yang telah menghasilkan (TM) sebagaimana disajikan pada Tabel

5.2 maka diperoleh nilai R/C ratio sebesar 4,24 per tahun atau B/C ratio

sebesar 3,24 per tahun. Nilai ini menunjukan efisiensi biaya yang cukup

Page 32: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

21

tinggi, yakni setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan revenue/penerimaan dalam setahun sebesar Rp 4,24 atau

keuntungan sebesar Rp 3,24,- . Hasil studi juga mendapatkan data

bahwa rata-rata luas usaha kebun kopi petani di Kabupaten Kepahiang

dan kabupaten Rejang Lebong adalah 2,75 ha. Berdasarkan data biaya,

produksi, dan penerimaan per hektar pada Tabel 5.2 maka usaha kebun

Kopi ini memberikan penerimaan kepada rumahtangga petani sebesar

Rp16.387.250,- per tahun atau sekitar Rp 1.365.000,- per bulan. Jumlah

penerimaan ini mencapai 39 persen dari penerimaan rumahtangga petani

yang besarnya rata-rata Rp 3.496.875,-/ bulan. Namun demikian,

kontribusi dari hasil kebun kopi ini tidak terjadi dalam setiap bulannya

mengingat panen kopi yang bersifat musiman. Oleh sebab itu, hasil dari

usaha kebun kopi ini bagi petani lebih ditujukan untuk tabungan atau

untuk memenuhi keperluan-keperluan yang direncanakan.

5.2. Pengolahan Kopi Bubuk

Kebutuhan dana investasi untuk usaha pengolahan kopi bubuk ini

berjumlah Rp 65.000.000,- (enam puluh juta rupiah). Dana ini utamanya

diperlukan untuk pengadaan mesin penggorengan dan penggilingan,

bangunan pabrik dan gudang untuk menyimpan bahan baku dan hasil

produksi, dan lantai jemur. Perkiraan kebutuhan dana investasi lebih

rinci disajikan pada Tabel 5.3. Dengan investasi ini, proses produksi dapat

mengolah bahan baku ( biji kopi kering) sebanyak 400 kg per hari.

Tabel 5.3.

Rincian Biaya Investasi Usaha Pengolahan Kopi Bubuk

No Uraian Biaya Satuan Jumlah Satuan

Harga/ Biaya

Satuan (Rp)

Jumlah biaya (Rp)

1 Mesin Penggorengan unit 1 15.000.000 15.000.000

2 Mesin Penggilingan unit 1 5.000.000 5.000.000

3 Bangunan unit 1 40.000.000 40.000.000

4 Lantai Jemur paket 1 5.000.000 5.000.000

Jumlah Biaya Investasi 65.000.000

Page 33: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

22 |

Tabel 5.4.

Rincian Biaya, Produksi, dan Penerimaan Usaha Pengolahan Kopi

Bubuk dalam 1 (satu) Bulan

Tabel ini memperlihatkan bahwa usaha pengolahan kopi bubuk

dengan skala pengolahan sebesar 400 kg biji kopi kering memberikan

keuntungan sebesar Rp 45.815.000 atau sekitar 46 juta rupiah per

bulan, jumlah keuntungan yang cukup besar. Lebih lanjut, Rasio

penerimaan dan biaya operasi yang dibutuhkan memperlihatkan bahwa

usaha ini layak, ditandai oleh R/C ratio > 1, yakni sebesar 1,25 per bulan.

Walaupun demikian, nilai R/C ratio ini menunjukan efisiensi biaya yang

relatif rendah, Nilai rasio ini berarti pada setiap rupiah biaya yang

dibelanjakan hanya akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,25 atau

keuntungan sebesar Rp 0,25,- . Oleh sebab itu, diperlukan biaya yang

relatif besar untuk mendapatkan keuntungan yang memadai, Data pada

Tabel 5.4 memperlihatkan dibutuhkan biaya operasi hampir 187 juta

rupiah untuk memperoleh laba operasi sekitar 46 juta rupiah.

No. Uraian Satuan Jumlah Satuan

Biaya/harga (Rp)

Jumlah (Rp)

A. Biaya Produksi

1.

Biji Kopi Kering setelah dilakukan

pensortiran

kg 10.000 17.000 170.000.000

2. Upah 2.500.000

3.

BOP

- Kayu Bakar kubik 25 80.000 2.000.000

- Listrik & air

250.000

- Kemasan kg 125 26.000 3.250.000

- BBM (Solar) l 150 4.500 675.000

- Penyusutan

1.085.000

Jumlah Biaya BOP 7.260.000

Jumlah Biaya Produksi 185.935.000

4. Biaya Angkut Penjualan 750.000

5. Jumlah Biaya Operasi 186.685.000

B. Produksi dan Penerimaan 7.500 31.000 232.500.000

C. Keuntungan/bulan 45.815.000

R/C ratio 1,25

Page 34: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

23

Dengan menggunakan data biaya investasi, biaya operasi, dan

penerimaan pada Tabel 5.3 dan 5.4 di atas serta asumsi bahwa pabrik

beroperasi efektif selama 10 bulan atau 250 hari kerja pertahun disusun

arus kas sebagai mana dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Untuk

mendapatkan kriteria kelayakan dari investasi pada usaha pengolahan

kopi bubuk ini digunakan tingkat bunga diskonto sebesar 12 persen.

Dengan tingkat bunga diskonto sebesar 12 persen ini diperoleh NPV

sebesar 1.608.369.000, (1,6 milyar rupiah lebih)

5.3. Pengolahan Kopi Luwak

Penggolahan kopi luwak memerlukan investasi untuk pengadaan

mesin/ peralatan pengolahan berupa mesin penggorengan dan mesin

penggilingan, bangunan, lantai jemur, Luwak dan kandang Luwak.

Jumlah Luwak yang dipelihara dan akan digunakan dalam usaha dapat

digunakan untuk menentukan skala usaha dan kebutuhan investasi.

Untuk mendapatkan gambaran jumlah kebutuhan biaya investasi dan

biaya operasional usaha ini digunakan skala usaha dengan jumlah luwak

sebanyak 10 ekor. Perkiraan kebutuhan biaya investasi secara rinci

disajikan pada Tabel 5.5

Tabel 5.5.

Biaya Investasi Pengolahan Kopi Luwak pada Skala Usaha dengan Jumlah Luwak 10 Ekor.

No Uraian Biaya Satuan Jumlah

Satuan

Harga/Biaya

Satuan (Rp)

Jumlah

biaya (Rp)

1. Mesin Penggorengan unit 1 15.000.000 15.000.000

2. Mesin Penggilingan unit 1 5.000.000 5.000.000

3. Bangunan unit 1 40.000.000 40.000.000

4. Kandang ekor 10 900.000 9.000.000

5. Lantai Jemur paket 1 5.000.000 5.000.000

6. Luwak/Musang ekor 10 500.000 5.000.000

Jumlah Biaya Investasi 79.000.000

Sementara Rekapitulasi kebutuhan biaya Operasional, produksi, dan

penerimaan usaha pengolahan kopi luwak setiap bulannya disajikan

pada Tabel 5.6. Rekapitulasi ini di dasarkan pada rincian biaya, produksi,

dan biaya &harga satuan pada Tabel Lampiran 1 dan 3.

Page 35: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

24 |

Tabel 5.6. Rekapitulasi Biaya Operasi dan Penerimaan Usaha Pengolaha Kopi Luwak pada Skala Usaha dengan Jumlah Luwak Sebanyak 10 ekor (Rp/bulan)

No. Uraian Jumlah1 (Rp) Jumlah2 (Rp)

A. Biaya Operasi

1. Bahan Baku (Buah Kopi) 8.000.000 8.000.000

2. Pakan Luwak dan obat-obatan 3.200.000 3.200.000

3. Biaya Angkut pembelian 200.000 200.000

4. Upah 2.000.000 2.000.000

5. Kemasan 390.000 390.000

6. BOP (dirinci) 4.396.667 4.396.667

7. Biaya Adm/Umum dan

Pemasaran 2.500.000 2.500.000

8. Bunga Pinjaman 0 1.305.000

Jumlah Biaya Operasi 19.436.667 21.991.667

B. Penerimaan 58.800.000 58.800.000

C. Laba Operasi 39.363.333 36.808.333

Catatan: 1) Biaya investasi dan pengadaan bahan baku (buah kopi) didanai dengan dana sendiri.

2) Biaya investasi dan pengadaan bahan baku (buah kopi) didanai dengan danapinjaman Bank dengan tingkat suku bunga sebesar 18 persen flat.

Selanjutnya, rincian biaya investasi dan biaya operasi pada Tabel

lampiran 4 juga digunakan untuk menghitung arus kas (Cashflow) dari

usaha ini. Untuk keperluan perhitungan arus kas ini digunakan asumsi

umur ekonomis dari barang-barang investasi seperti mesin dan bangunan

adalah 5 tahun. Data arus kas dari usaha pengolahan Kopi Luwak ini

disajikan pada Tabel Lampiran 2 dan 4 Berdasarkan analisis terhadap

data arus kas pada tabel tersebut maka diperoleh kriteria kelayakan

usaha pengolahan kopi Luwak sebagai berikut :

Tabel. 5.7. Kriteria Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi Luwak dengan Skenario Pendanaan Bersumber dari Dana Sendiri dan Pinjaman

No Kriteria

Kelayakan Satuan

Sumber Pembiayaan

Dana senidiri Pinjaman

1 NPV Rp 1.187.917.406 1.145.915.326

2 IRR % 57.67 49.62

3 Payback Period

Bln/hr 2 bln (50 hari kerja) 2,15 bln (54 hari kerja)

4 R/C 3,03 per bulan 2,67 per bulan

5 B/C 2,03 per bulan 1,67 per bulan

Page 36: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

25

BAB 6. ASPEK PEMASARAN

Di Kabupaten Kepahiang untuk memperbaiki harga kopi , berbagai

upaya telah dilakukan, tetapi belum membuahkan hasil sebagaiman yang

diharapkan. Harga kopi di tingkat petani belum mampu untuk menutupi biaya

produksinya dan petani terpaksa membiarkan kebun kopi tidak terpelihara,

bahkan sebagian tanaman kopi ada yang ditebang dan diganti dengan tanaman

lain misalnya kelapa sawit.

Pemasaran hasil produksi kopi selama ini dilakukan dengan dua cara

yaitu menjual butiran kopi yang sudah kering dan mengolah kopi menjadi kopi

bubuk. Jika hasil produksi kopi dijual dalam bentuk butiran, maka hasil kopi

dijual langsung kepada pengumpul kemudian baru dijual kepada pusat

pengumpul kopi berada di Kabupaten Kepahing. Dari pusat pengumpul inilah

kemudain baru kopi dijual kepada pabrik pembuat kopi bubuk dan sisanya

dieksport.

Sementara Industri pengolahan dan pemasaran produk kopi di

Kepahiang masih menghadapi beberapa permasalahan :

Pertama, rendahnya daya saing produk kopi, baik kopi biji maupun kopi

olahan yang disebabkan oleh rendahnya mutu dan tampilan produk,

rendahnya tingkat efisiensi produksi dan pemasaran, rendahnya akses

pelaku usaha terhadap informasi, lemahnya budaya pemasaran dan

kewirausahaan pelaku, serta minimnya sarana dan prasarana pengolahan

dan pemasaran produk kopi.

Kedua, rendahnya tingkat keberlanjutan usaha-usaha pengolahan dan

pemasaran produk kopi yang disebabkan oleh kecilnya skala usaha (tidak

mencapai skala ekonomi); masih tersekatnya subsistem produksi usaha

tani (on-farm) dengan pengolahan dan pemasaran; belum berorientasi pasar;

kurang profesionalnya sumber daya manusia; serta lemahnya kemitraan

dan kelembagaan usaha.

Ketiga, pembangunan pengolahan dan pemasaran produk kopi belum

banyak menyentuh masyarakat bawah, khususnya para petani kecil

sehingga hasilnya pun belum banyak dinikmati oleh petani kopi. Belum

Page 37: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

26 |

tercerminnya sifat kerakyatan dalam sistem dan usaha-usaha pengolahan

dan pemasaran produk kopi ini disebabkan oleh berbagai kendala seperti:

kebijakan makro yang kurang mendukung/berpihak kepada petani kecil;

rendahnya akses petani terhadap modal, teknologi dan pasar; mekanisme

pasar yang tidak sehat; serta minimnya kelembagaan ekonomi di pedesaan.

Namun demikian, masih terdapat peluang- peluang untuk pengembangan

perkopian Indonesia sebagai berikut :

Pertama, permintaan produk-produk kopi dan olahannya masih sangat

tinggi, terutama di pasar domestik dengan penduduk yang melebihi 200

juta jiwa merupakan pasar potensial.

Kedua, peluang ekspor terbuka terutama bagi negaranegara pengimpor

wilayah nontradisional seperti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan

Eropa Timur. Walaupun perdagangan ke Timur Tengah masih sering terjadi

dispute payment.

Ketiga, kelimpahan sumberdaya alam dan letak geografis di wilayah tropis

merupakan potensi besar bagi pengembangan agribisnis kopi. Produk kopi

memiliki sentra produksi on-farm, yang hanya membutuhkan keterpaduan

dengan industri pengolahan dan pemasarannya.

Keempat, permintaan produk kopi olahan baik pangan maupun non pangan

cenderung mengalami kenaikan setiap tahun, sebagai akibat peningkatan

kesejahteraan penduduk, kepraktisan dan perkembangan teknologi hilir.

Kelima, tersedianya bengkel-bengkel alat dan mesin pertanian di daerah

serta tersedianya tenaga kerja. Seperti alat pemecah biji kopi, alat pengupas

kulit kopi, dan lantai jemur.

Peluang untuk pengembangan perkopian Indonesia ditunjukkan oleh

profitabilitas yang diperoleh petani kopi secara finansial dan ekonomi. Dengan

demikian perkebunan kopi rakyat di Indonesia layak untuk diteruskan dan

secara ekonomi perkebunan kopi rakyat mampu berjalan secara efisien. Selain

itu, usaha pengolahan kopi bubuk rakyat sangat dominan menggunakan biaya

input domestik. Relatif sedikitnya kandungan input impor dalam biaya

Page 38: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

27

produksi pengolahan kopi bubuk maka diharapkan usaha pengolahan kopi

akan memiliki daya saing yang kuat di masa mendatang.

Dalam hal konsumsi kopi domestik, konsumsi kopi di Indonesia masih

termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara konsumen kopi dan

beberapa negara produsen kopi, yaitu hanya sebesar 0,6 kg per kapita per

tahun. Oleh karena itu, Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 210 juta

jiwa dan tingkat konsumsi kopi yang tergolong rendah, merupakan peluang

yang cukup besar di dalam meningkatkan konsumsi kopi di dalam negeri.

Apabila tingkat konsumsi kopi dalam negeri dapat mencapai 1 kg, maka kopi

yang dapat diserap di dalam negeri akan menjadi sebesar 210 ribu ton per

tahun. Dan jika peningkatan konsumsi kopi domestic tersebut dapat

meningkat secara gradual, maka masalah ekspor selama ini akan dapat

dikurangi.

Page 39: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

28 |

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 40: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

29

BAB 7. REKOMENDASI POLA PEMBIAYAAN

7.1. Pelaku Usaha dan Sumber Pembiayaannya

Hasil survai lapangan memperlihatkan bahwa umumnya petani kopi

robusta membiayai usaha budidaya kopinya dengan dana sendiri atau dengan

sumberdana pinjaman non formal yang ada dilingkungan dekat mereka.

Mereka belum bersentuhan dengan lembaga keuangan formal atau perbankan.

Kondisi ini dimungkinkan terjadi karena adanya kendala baik yang bersifat

psikologis maupun yang bersifat teknis. Kendala psikologis berupa

ketidaknyamanan berada pada lingkungan kantor Bank yang suasana dan

bentuk komunikasinya jauh berbeda dengan keseharian mereka. Sementara

kendala teknis menyangkut teknis pengajuan usulan pinjaman dan adanya

persyaratan jaminan (Colateral) dari pihak perbankan. Disisi lain kemitraan ini

belum terjadi dimungkinkan karena belum proaktifnya pihak perbankan dalam

memasarkan produknya kepada mereka atau belum dipertimbangkannya

sebagai segmen pasar yang potensial.

Bila merujuk pada hasil analisis finansial usaha budidaya Kopi Robusta

sebagaimana dipaparkan pada bab V maka petani kopi ini dapat

dipertimbangkan sebagai calon nasabah potensial bagi pihak perbankan. Hal

ini mengingat (1) pendapatan rumah tangga mereka rata-rata mencapai sekitar

3,5 juta rupiah per bulan, (2) pendapatan usahatani kopi mereka rata-rata

mencapai Rp1,360.000,- lebih per bulan atau sebesar 8 (delapan) juta rupiah

lebih per musim tanam, (3) sebagaimana dipaparkan pada bab V, hasil

usahatani kopi ini bukanlah sumber penghasilan yang berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan rutin bulanan tetapi lebih berfungsi sebagai tabungan

atau untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan. Oleh sebab itu, petani

kopi robusta dapat dipertimbangkan sebagai calon nasabah potensial

sebagaimana pelaku UMKM lainnya.

Berbeda dengan petani kopi Robusta, pengusaha pengolahan kopi

bubuk dan pengolahan kopi luwak memiliki kendala yang relatif kurang

dalam hal hubungannya dengan pihak perbankan. Demikian pula usahanya

lebih prospektif untuk didanai oleh pihak perbankan.

Page 41: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

30 |

7.2. Kelayakan Menjadi Nasabah Lembaga Perbankan.

Pemberian pinjaman (kredit) terkait dengan dua pertanyaan penting

yakni apakah calon debitur mau mengembalikan dan apakah dia mampu

mengembalikan pinjamannya. Mau mengembalikan berkaitan dengan

karakter. Petani Kopi Robusta dan pengusaha pengolahan kopi di Kabupaten

Kepahiang dan Rejang Lebong pada dasarnya tidak mau mengambil resiko dan

cukup hati-hati untuk melakukan pinjaman. Hal ini menandakan bahwa

mereka memiliki kemauan yang cukup untuk membayar hutang atau

mengembalikan pinjamannya. Bila ada kasus macetnya bantuan kredit

program dari pemerintah, hal itu lebih disebabkan oleh persepsi mereka

tentang kredit program itu sendiri. Persepsi mereka terhadap kredit program

tersebut adalah bahwa kredit program tersebut lebih dimaknai sebagai

pemberian Cuma-Cuma. Studi evaluasi dan pengembangan BRDP Provinsi

Bengkulu (2003) mengungkapkan adanya persepsi bahwa pinjaman program

tersebut adalah hibah murni, tidak harus dikembalikan bila tidak sanggup,

atau pinjaman akan dibayar bila sanggup dan ditagih.

Sementara mampu mengembalikan hutang atau pinjaman erat

kaitannya dengan kelayakan usaha yang dibiayai serta kondisi pendapatan

rumah tangga mereka. Hasil analisis terhadap struktur biaya dan penerimaan

dari usaha budidaya Kopi robusta, usaha pengolahan kopi bubuk, dan dan

kopi luwak memerlihatkan bahwa usaha tersebut memiliki kelayakan untuk

didanai. Gambaran kelayakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.1

Tabel 7.1. Indikator Finansial Usaha budidaya Kopi Robusta, Pengolahan Kopi Bubuk, dan Pengolahan Kopi Luwak

No. Jenis Usaha Indikator

Keuntungan R/C

1. Budidaya Kopi Rp.16.387.250,- /UT/tahun 4,24 per tahun

2. Kopi bubuk Rp. 45.815.000,- per bulan 1,25 per bulan

3. Kopi Luwak

Dana sendiri Rp. 39.363.333,- per bulan 3,03 per bulan

Dana pinjaman Bank Rp. 36.808.333,- per bulan 2,67 per bulan

Data pada Tabel 7.1 memperlihatkan bahwa ketiga jenis usaha layak

untuk didanai oleh pihak perbankan. Nilai R/C ratio menunjukan bahwa

usaha budidaya Kopi Robusta memiliki efisiensi biaya yang paling tinggi

Page 42: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

31

namun putarannya lambat, yakni 4,24 per tahun. Nilai R/C ini menunjukan

bahwa setiap rupiah dana yang dibelanjakan untuk membiayai usaha ini akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 4,24,- atau keuntungan sebesar Rp

3,24,-. Namun penerimaan atau keuntungan ini diperoleh dalam kurun waktu

satu tahun. Usaha pengolahan kopi bubuk memiliki nilai R/C yang paling

rendah namun dengan putaran yang lebih cepat dibandingkan dengan usaha

budidaya Kopi Robusta, yakni sebesar 1,25 perbulan. Nilai R/C ini

menunjukan bahwa setiap rupiah dana yang dibelanjakan untuk membiayai

usaha pengolahan kopi bubuk ini akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp

1,25,-atau keuntungan hanya sebesar Rp 0,25,-. tetapi penerimaan atau

keuntungan tersebut diperoleh dalam setiap bulan. Sementara usaha

pengolahan kopi luwak memiliki nilai R/C 2,67 dan 3,03 tergantung sumber

pembiayaan untuk biaya investasi dan pembelian bahan baku. Indikator R/C

ratio ini memperlihatkan bahwa usaha kopi luwak memiliki nilai R/C yang

cukup tinggi, yakni sekitar 3,0 dengan putaran dana setiap bulan. Hal ini

menunjukan bahwa usaha pengolahan kopi luwak memiliki resiko finansial

yang lebih rendah untuk dibiayai dibanding usaha budidaya kopi robusta dan

usaha pengolahan kopi bubuk.

Tingkat keuntungan dari ketiga jenis usaha tersebut dapat digunakan

untuk menetapkan plafon pinjaman. Usaha kopi bubuk memiliki tingkat

keuntungan yang paling tinggi, yakni hampir mencapai 46 juta rupiah per

bulan, diikuti oleh usaha pengolahan kopi luwak pada kisaran 36-39 juta

rupiah perbulan, dan usaha kopi robusta sekitar 16 juta rupiah per tahun.

Penggunaan kedua indikator finansial ini dalam pertimbangan

pemberian kredit dapat membantu pihak perbankan untuk menetapkan plafon

kredit yang akan diberikan. Pertimbangan besaran plafon kredit yang akan

diberikan tidak hanya didasarkan pada kemampuan perolehan laba tetapi juga

tingkat resiko finansial dari usaha yang bersangkutan. Bila dibandingkan nilai

R/C dari ke tiga jenis usaha tersebut maka usaha pengolahan kopi luwak

memiliki tingkat resiko finansial yang paling rendah. Usaha budidaya kopi

robusta memiliki nilai R/C yang paling tinggi, namun dengan putaran yang

lambat karena nilai R/C tersebut dalam kurun waktu satu tahun. sementara

Page 43: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

32 |

usaha pengolahan kopi bubukmemiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi,

namun nilai R/Cnya paling rendah.

Usaha budidaya kopi robusta, dari segi kelayakan finansial adalah yang

paling rendah diantara ketiga jenis usahanya, namun unit usahanya mencapai

ribuan di Kabupaten kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong.

7.3. Opsi Rekomendasi Pola Pembiayaan/Lending Model

Persoalan penyaluran kredit adalah permasalahan lain ketika dana

lembaga keuangan, khususnya perbankan, telah tersedia dana untuk itu. Ada

tiga opsi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan pinjaman tersebut.

Opsi Pertama adalah pendekatan penyaluran secara individu. Opsi ini

merupakan opsi yang sudah biasa dilaksanakan oleh lembaga keuangan

termasuk perbankan. Melalui opsi ini, bank menyalurkan langsung modal

atau pinjaman ke pelaku usaha, tentunya setelah dilakukan kelayakan yang

diperlukan serta persyaratan-persyaratan yang diperlukan. Dari aspek

penyaluran dana pinjaman, opsi ini merupakan opsi yang paling mudah sebab

tidak banyak pihak yang terlibat dalam penyaluran kredit. Opsi ini lebih

sesuai untuk pengusaha pengolahan kopi baik pengolahan kopi bubuk

maupun pengolahan kopi luwak. Opsi pertama pola penyaluran dana pinjaman

Bank dapat dijelaskan pada Gambar 7.1.

Gambar 7.1. Opsi Pertama Penyaluran Dana Pinjaman Bank Kepada Petani

Page 44: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

33

Opsi kedua adalah penyaluran kredit melalui kelompok tani atau

gabungan kelompok tani. Dalam hal ini penyaluran kredit dilakukan melalui

kelompok tani atau gapoktan yang selanjutnya disalurkan ke petani yang

menjadi anggota kelompok. Opsi kedua ini secara skematis dapat dilihat pada

Gambar 7.2.

Gambar 7.2: Opsi Kedua Penyaluran Dana Pinjaman Bank Kepada Petani

Opsi ini memfungsikan kelompok tani atau gapoktan sebagai

“channelling”. Dalam opsi ini, keterlibatan pihak di luar kelompok tani

ataupun gapoktan tidak ada. Resiko kegagalan ini akan ditanggung oleh pihak

perbankan dan petani, namun demikian kredibilitas dari kelompok tani

ataupun gapoktan juga akan menjadi pertaruhan. Opsi ini lebih sesuai untuk

penyaluran kredit kepada petani kopi robusta. Opsi ini akan mendorong

terjadinya kebersamaan diantara petani dalam suatu kelompok tani/gapotan.

Kondisi ini selanjutnya akan memperkuat posisi tawar mereka baik dalam

pengadaan sarana produksi dan pemasaran kopinya, dan dalam mendapatkan

program-program pendapingan dari pemerintah, dan lembaga lainnya. Namun

demikian, pola ini memerlukan dilakukannya rekayasa sosial termasuk

penguatan kelembagaan petani.

Opsi ketiga adalah pelibatan pemerintah daerah (Pemda) setempat

dalam hal pendampingan dan penjaminan. Fungsi pemda ini dapat

berkembang berupa pendampingan teknis dan pemasaran, penjaminan

kesesuaian penggunaan kredit, collateral, dan penjaminan bila terjadi kredit

Page 45: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

34 |

macet. Diharapkan dengan fungsi pendampingan dan penjaminan ini, selain

teknik budidaya menjadi lebih baik juga pemanfaatan dana dapat dilakukan

secara benar dan optimal. Opsi ketiga ini secara skematis disajikan pada

gambar 7.3.

Gambar 7.3. Opsi ketiga Penyaluran Dana Pinjaman Bank Kepada Petani

Pemerintah Daerah

Pendampingan

Penjaminan

Page 46: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

35

BAB 8. ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN

8.1. Aspek Sosial Ekonomi

Di Kabupaten Kepahiang, pembangunan perkebunan kopi rakyat

dalam skala besar kurang tepat di lakukan karena kurangnya ketersediaan

lahan, sehingga kebijakan yang paling tepat dilakukan adalah melakukan

intensifikasi terhadap kebun-kebun kopi rakyat yang sudah tua dengan cara

melakukan stek, sehingga tingkat panen kopi bisa dilakukan tiap bulan.

Peningkatan panen ini disamping memberikan kepastian pendapatan per

bulan bagi petani kopi juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak

untuk panen kopi. Karena dengan pohon kopi yang ada sekarang ini, musim

panen kopi adalah selama 6 bulan dalam 1 tahun sehingga tenaga kerja yang

dibutuhkan untuk memanen kopi juga terbatas. Tetapi dengan cara yang

baru, kopi dapat dipanen setiap bulan bahkan dalam prakteknya bisa tiap

minggu sehingga dapat diperoleh butiran kopi yang lebih berkualitas karena

dilakukan penyortiran pada waktu panen.

Dengan adanya kepastian pendapatan per bulan, maka dimungkinkan

terjadinya pola pemeliharaan kebun oleh masyarakat baik mulai dari

perawatan pohonnya, system pemetikannya sampai pada system pengeringan

dan pengolahannya. Melalui pendampingan dari pemerintah diharapkan

produk biji kopi maupun hasil olahan kopi akan mempunyai kualitas yang

semakin baik dan akhirnya harga yang diterima masyarakat juga semakin

tinggi.

Selain dari pada itu, sebagaimana diuraikan dalam analisis financial

didepan, usaha perkebunan kopi robusta maupun usaha industri kopi bubuk

luwak rakyat ini akan dapat meningkatkan pendapatan petani, yang pada

gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Semakin baik dalam

proses produksi, maka harga yang diterima oleh petani juga semakin baik dan

pada gilirannya kesejahteraan petani kopi robusta maupun industri kopi

bubuk luwak semakin meningkat.

Page 47: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

36 |

8.2. Dampak Lingkungan

Peningkatan perkebunan kopi serta industri olahan yang berbahan

dasar kopi oleh masyarakat petani setempat akan menimbulkan dampak positif

maupun negatif terhadap lingkungan setempat, baik lingkungan fisik, hayati

maupun sosial ekonomi.

Secara ekologis dampak dari peningkatan perkebunan ini akan

berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem hutan keterkaitannya dengan

ekosistem atau sub-ekosistem lainnya. Perubahan ini akan terus berlanjut

pada komponen-komponen lingkungan lainya, antara lain satwa liar, hama dan

penyakit tanaman, air, udara , transportasi dan akhirnya berdampak pula

pada komponen sosial, ekonomi, budaya, serta komponen kesehatan

lingkungan.

Untuk itu perlu adanya telaah lingkungan yang berguna memberikan

informasi lingkungan, mengidentifikasi permasalahan lingkungan, kemudian

mengevaluasi dampak penting yang timbul untuk kemudian disusun suatu

alternatif tindakan pengelolaannya untuk penanggulangan dampak negative

dan mengoptimalkan dampak positif.

Telaah 'holistik' perlu dilakukan oleh pemerintah terhadap seluruh

komponen lingkungan yang diperkirakan akan mengalami perubahan

mendasar akibat peningkatan perkebunan rakyat ini, seperti perubahan tata

guna lahan, iklim mikro, tanah, vegetasi, satwa, hama dan penyakit tanaman,

sosial ekonomi, sosial budaya, kesehatan lingkungan dan sebagainya.

Page 48: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

37

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 49: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

38 |

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 50: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

39

Lampiran 1 Tabel Biaya Investasi Pengolahan Kopi Luwak pada Skala Usaha dengan

Jumlah Luwak 10 Ekor

No. Uraian Satuan Jumlah

Satuan

Harga/Biaya

Satuan (Rp)

Jumlah Biaya

(Rp)

A. Biaya Investasi

1. Mesin

Penggorengan

unit 1 15.000.000 15.000.000

2. Mesin

Penggilingan

unit 1 5.000.000 5.000.000

3. Bangunan unit 1 40.000.000 40.000.000

4. Kandang ekor 10 900.000 9.000.000

5. Lantai Jemur paket 1 5.000.000 5.000.000

6. Luwak/Musang ekor 10 500.000 5.000.000

Jumlah Biaya Investasi 79.000.000

B. Biaya Produksi

1. Bahan Baku/Biji Kopi Basah

kg 1000 8.000 8.000.000

2. Pakan Luwak : 3.200.000

- Pisang & Kates paket 1 1.000.000 1.000.000

- Susu Kaleng 80 10.000 800.000

- Ayam kg 40 30.000 1.200.000

- Obat-obatan paket 1 200.000 200.000

3. Biaya Angkut

Pembelian

paket 1 200.000 200.000

4. Upah OB 2 1.000.000 2.000.000

5. Kemasan kg 15 26.000 390.000

6. BOP : 4.396.667

- Kayu Bakar kubik 3 80.000 240.000

- Listrik & air 250.000

- BBM (Solar) l 20 4.500 90.000

- Penyusutan alat paket 1.316.667

- Perawatan Alat dan

mortalitas Luwak

2.500.000

Jumlah Biaya Produksi 18.186.667

C. Biaya Adm/Umum dan

Pemasaran

1 2.500.000 2.500.000

Bunga Pinjaman 1.305.000

Jumlah Biaya 21.991.667

D. Produksi dan Penerimaan

Kopi Bubuk Luwak kg 80 600.000 48.000.000

Kopi biji kering kg 360 30.000 10.800.000

Jumlah Penerimaan 58.800.000

Keuntungan per bulan

36.808.333

R/C Ratio 2.67

Catatan: Skenario Biaya didasarkan pada asumsi bahwa biaya Investasi dan

bahan baku (Biji Kopi Basah) di danai dengan dana pinjamana dengam

tingkat suku bunga pinjaman 18 persen/tahun flat

Page 51: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

40 |

Lampiran 2 Tabel Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Luwak pada Skala Usaha 10 Ekor Luwak

Cash Flow

No Biaya & Penerimaan Tahun Ke-

0 1 2 3 4 5

A. Biaya Investasi

1. Mesin Pengolahan Kopi 15.000.000

2. Mesin Press 5.000.000

3. Bangunan 40.000.000

4. Kandang 9.000.000

5. Lantai Jemur 5.000.000

6. Luwak/Musang 5.000.000

Total 79.000.000

B. Biaya Produksi

1. Bahan Baku/Biji Kopi

Basah

80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000

2. Pakan Luwak 0 0 0 0 0

> Pisang & Kates 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000

> Susu 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000

> Ayam 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000

> Obat-obatan 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

3. Biaya Angkut pembelian 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

4. Upah 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000

5. Kemasan 3.900.000 3.900.000 3.900.000 3.900.000 3.900.000

6. BOP

- Kayu Bakar 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

- Listrik & Air 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000

- BBM (Solar) 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000

- Penyusutan Alat 15.800.000 15.800.000 15.800.000 15.800.000 15.800.000

- Perawatan Alat dan

Mortalitas Luwak

12.500.000 12.500.000 12.500.000 12.500.000 12.500.000

7. Biaya Adm/Umum dan

Pemasaran

25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000

8. Bunga Pinjaman 13.050.000 13.050.000 13.050.000 13.050.000 13.050.000

Total 210.050.000 210.050.000 210.050.000 210.050.000 210.050.000

C.

Penerimaan

Kopi Bubuk Luwak 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000 480.000.000

Kopi Biji Kering 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000

Total 0 588.000.000 588.000.000 588.000.000 588.000.000 588.000.000

D. Keuntungan/laba -79.000.000 377.950.000 377.950.000 377.950.000 377.950.000 377.950.000

E. NPV 1 1.145.915.326

NPV 2 749.930.701

G. IRR (%) 49.62

Page 52: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

41

No

Biaya &

Penerimaan

(Rp. 000)

Tahun ke-

0 1 2 3 4 5

A. Biaya Investasi

1. Mesin

Pengolahan Kopi

15.000

2. Mesin Press 5.000

3. Bangunan 40.000

4. Kandang 9.000

5. Lantai Jemur 5.000

6. Luwak/Musang 5.000

Total 79.000

B. Biaya Produksi

1. Bahan Baku/Biji

Kopi Basah

80.000 80.000 80.000 80.000 80.000

2. Pakan Luwak 0 0 0 0 0

- Pisang & Kates 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

- Susu 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000

- Ayam 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000

- Obat-obatan 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000

3. Biaya Angkut

Pembelian

2.000 2.000 2.000 2.000 2.000

4. Upah 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

5. Kemasan 3.900 3.900 3.900 3.900 3.900

6.

BOP

- Kayu Bakar 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400

- Listrik & Air 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

- BBM (Solar) 900 900 900 900 900

- Penyusutan

alat

15.800 15.800 15.800 15.800 15.800

- Perawatan Alat

dan

Mortalitas Luwak

12.500 12.500 12.500 12.500 12.500

7. Biaya

Adm/Umum dan

Pemasaran

25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

8. Bunga Pinjaman 13.050 13.050 13.050 13.050 13.050

Total 210.050 210.050 210.050 210.050 210.050

C.

Penerimaan 0 588.000 588.000 588.000 588.000 588.000

Kopi Bubuk

Luwak

480.000 480.000 480.000 480.000 480.000

Kopi Biji Kering 108.000 108.000 108.000 108.000 108.000

D. Keuntungan/laba -

79.000

377.950 377.950 377.950 377.950 377.950

NPV: Rp 1.145.915.326

Catatan: Asumsi Biaya investasi dan kebutuhan bahan baku (biji kopi basah)

untuk produksi satu bulan didanai dengan pinjaman dengan tingat suku

bunga 18 persen per tahun.

Page 53: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

42 |

Lampiran 3

Tabel Rincian Biaya, Produksi dan Penerimaan Usaha Pengolahan Kopi Luwak

dalam Satu Bulan pada Skala Usaha dengan Jumlah Luwak Sebanyak 10 Ekor

No Uraian Satuan Jumlah

Satuan

Harga/Biaya

Satuan (Rp)

Jumlah

Biaya (Rp)

A. Biaya Investasi

1. Mesin Penggorengan unit 1 15.000.000 15.000.000

2. Mesin Penggilingan unit 1 5.000.000 5.000.000

3. Bangunan unit 1 40.000.000 40.000.000

4. Kandang ekor 10 900.000 9.000.000

5. Lantai Jemur paket 1 5.000.000 5.000.000

6. Luwak/Musang ekor 10 500.000 5.000.000

Jumlah Biaya Investasi 79000.000

B. Biaya Produksi

1. Bahan Baku/Biji Kopi

Basah

kg 1000 8.000 8.000.000

2. Pakan Luwak 0

- Pisang & Kates paket 1 1.000.000 1.000.000

- Susu Kaleng 80 10.000 800.000

- Ayam kg 40 30.000 1.200.000

- Obat-obatan paket 1 200.000 200.000

3. Biaya Angkut pembelian paket 1 200.000 200.000

4. Upah OB 2 1.000.000 2.000.000

5. Kemasan kg 15 26.000 390.000

6.

BOP

- Kayu Bakar kubik 3 80.000 240.000

- Listrik & air 250.000

- BBM (Solar) l 20 4.500 90.000

- Penyusutan alat paket 1.316.667

- Perawatan Alat dan mortalitas Luwak

1.250.000

3.146.667

Jumlah Biaya Produksi 16.936.667

C. Biaya Adm/Umum dan Pemasaran 1 2.500.000 2.500.000

Jumlah Biaya 19.436.667

D.

Produksi dan Penerimaan

Kopi Bubuk Luwak kg 80 600.000 48.000.000

Kopi biji kering kg 360 30.000 10.800.000

Jumlah Penerimaan 58.800.000

Keuntungan per bulan 39.363.333

R/C Ratio 3.03

Catatan: Skenario Biaya didasarkan pada asumsi bahwa biaya Investasi dan bahan baku (Biji Kopi Basah) di danai dengan dana sendiri.

Page 54: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

43

Lampiran 4

Tabel Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Luwak pada Skala Usaha 10 Ekor

No Biaya & Penerimaan

(Rp 000)

Tahun

0 1 2 3 4 5

A. Biaya Investasi

1. Mesin Pengolahan Kopi 15.000

2. Mesin Press 5.000

3. Bangunan 40.000

4. Kandang 9.000

5. Lantai Jemur 5.000

6. Luwak/Musang 5.000

Total 79.000

B. Biaya Produksi

1. Bahan Baku/Biji Kopi Basah

80.000 80.000 80.000 80.000 80.000

2.

Pakan Luwak .

- Pisang & Kates 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

- Susu 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000

- Ayam 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000

- Obat-obatan 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000

3. Biaya Angkut pembelian 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000

4. Upah 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

5. Kemasan 3.900 3.900 3.900 3.900 3.900

6.

BOP

- Kayu Bakar 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400

- Listrik & air 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

- BBM (Solar) 900 900 900 900 900

- Penyusutan alat 15.800 15.800 15.800 15.800 15.800

- Perawatan Alat dan

Mortalitas Luwak

12.500 12.500 12.500 12.500 12.500

7. Biaya Adm/Umum dan

Pemasaran

25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

Total 197.000 197000 197.000 197.000 197.000

C.

Penerimaan

Kopi Bubuk Luwak 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000

Kopi Biji Kering 108.000 108.000 108.000 108.000 108.000

0 588.000 588.000 588.000 588.000 588.000

D. Keuntungan/Laba -79.000 391.000 391.000 391.000 391.000 391.000

NPV 1 1.187.917.406

NPV 2 778.006.784

IRR 57.67

NPV : Rp 1.187.917.406

Catatan: Asumsi biaya investasi dan kebutuhan bahan baku (biji kopi basah)

untuk produksi satu bulan didanai dengan dana sendiri.

Page 55: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

44 |

Lampiran 5

Tabel Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Bubuk (Rp. 000,-)

No Biaya & Penerimaan Tahun ke-

0 1 2 3 4 5

A. Biaya Investasi

1. Mesin Penggorengan 15.000

2. Mesin Penggilingan 5.000

3. Bangunan 40.000

4. Lantai Jemur 5.000

5. Tanah

65.000

B. Biaya Operasi

1. Bahan Baku (Biji Kopi

Kering) 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000

2. Upah

25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

3. BOP

74.750 74.750 74.750 74.750 74.750

- Kayu Bakar

20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

- Listrik & Air

2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

- Kemasan

32.500 32.500 32.500 32.500 32.500

- BBM (Solar)

6.750 6.750 6.750 6.750 6.750

- Penyusutan

13.000 13.000 13.000 13.000 13.000

4. Biaya Angkut Penjualan

7.500 7.500 7.500 7.500 7.500

Total Biaya

1,807.250 1.807.250 1.807.250 1.807.250 1.807.250

C. Penerimaan 0 1,860.000 1.860.000 1.860.000 1.860.000 1.860.000

D. Laba -65.000 52.750 52.750 52.750 52.750 52.750

NVP 1 111.743

NPV 2 -3.138

IRR 83.01

Page 56: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

Lampiran 6 : Tabel Cashflow Usaha Budidaya Kopi Robusta (Rp. 000/ha) No. Biaya & Penerimaan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. Biaya

1. Penyiapan Lahan 2000

2. Penanaman 2000

3. Pemeliharaan Tanaman

a. Bibit Untuk Penyulaman 400

b. Pupuk

- Urea

160 320 480 640 960 960 960 960 960 960 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280

- TSP

160 320 480 640 960 960 960 960 960 960 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1280

- KCl

160 320 320 320 480 480 480 480 480 480 640 640 640 640 640 640 640 640 640 640

c. Racun Hama

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

d. Herbisida

200 200 200 200 200 200 200 150 150 150 150 150 150 150 150 100 100 100 100 100

e. Upah

500 500 500 500 500 500 500 450 450 450 450 450 450 450 450 375 375 375 375 375

4. Panen

a. Bahan/ karung

21 24 30 36 42 42 42 39 39 36 36 33 33 30 30 27 27 24

b. Upah

175 200 250 300 350 350 350 325 325 300 300 275 275 250 250 225 225 200

Total Biaya 4000 1680 1760 2381 2744 3630 3716 3802 3702 3702 3659 4459 4416 4416 4373 4373 4205 4205 4162 4162 4119

B. Produksi

350 400 500 600 700 700 700 650 650 600 600 550 550 500 500 450 450 400

C. Harga

15 15 15 15 15 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 18 18 18

D. Penerimaan 0 0 0 5250 6000 7500 9000 10500 11200 11200 10400 10400 9600 10200 9350 9350 8500 8500 8100 8100 7200

-4000

-1680

-1760

2869 3256 3870 5284 6698 7498 7498 6741 5941 5184 5784 4977 4977 4295 4295 3938 3938 3081

NPV 1 4270

NPV 2 (964)

IRR 39.58

-1944

-1970

6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000

Page 57: Pola Pembiayaan UMKM - bi.go.id · PDF file4.1.6. Pasca Panen ... dan buah naga, masyarakat sejahtera). Luwak yang dimaksud adalah pengolahan kopi luwak. Pengembangan tanaman kopi

ii

Jl. A.Yani No.1 Bengkulu (0736) 21735