imunisasi erna prayogi.docx

49
IMUNISASI A. PENGERTIAN IMUNISASI Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak- anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. B. TUJUAN IMUNISASI Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. C. MACAM-MACAM IMUNISASI

Upload: kurniawanican

Post on 29-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dfdf

TRANSCRIPT

Page 1: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

IMUNISASI

A. PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.

Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.

B. TUJUAN IMUNISASI

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

C. MACAM-MACAM IMUNISASI

Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.

Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.

Page 2: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

JADWAL IMUNISASI

Umur Vaksin Keterangan

Saat lahir

Hepatitis B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

1 bulan

Hepatitis B-2

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6

Page 3: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

bulan minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan

DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan

DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.

Page 4: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis B-3

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan

Campak-1

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18 bulan

MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18 bulan

DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 tahun

Hepatitis A

Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali

Page 5: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahun

Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun

DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6 tahun.

MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.

10 tahun

dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

MACAM-MACAM IMUNISASI

1.Campak

Penyakit campak (Rubeola, Campak 9 hari, Measles) sangat menular, ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat

Page 6: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit campak disebabkan infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan virus campak terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita campak bisa menularkan virus campak dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.   

Penyebab

Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular (infeksius) sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan paramiksovirus (virus campak). Penularan virus campak terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala campak muncul.  Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi dan infeksi aktif. Kekebalan pasif diperoleh seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi campak, remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi campak kedua. 

Gejala 

Gejala campak mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: badan panas, nyeri tenggorokan, hidung meler (coryza), batuk (cough), bercak Koplik, nyeri otot, mata merah (conjunctivitis).  2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala di atas. Ruam campak bisa berbentuk makula (ruam kemerahan mendatar) maupun papula (ruam kemerahan menonjol).Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.  Pada puncak penyakit campak, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40o Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita campak mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.  Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata radang dan merah selama beberapa hari, diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hingga 7 hari. 

Komplikasi

Page 7: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

 Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.  Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

A. Infeksi bakteri : pneumonia dan infeksi telinga tengah.B. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga

penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.C. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1.000 kasus.

Diagnosa Diagnosis campak ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit khas.  Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan: pemeriksaan darah, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan IgM anti campak.  

Pemeriksaan komplikasi campak:

A.Enteritis

B. Ensephalopati

C.Bronkopneumoni

Pengobatan 

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.Selain itu, penderita campak juga disarankan istirahat minimal 10 hari dan makan makanan bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

Pencegahan 

Vaksin campak merupakan bagian imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin campak biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. 

Page 8: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Waktu Inkubasi Waktu terpapar sampai kena penyakit campak: 10 sampai 12 hari hingga gejala pertama, dan 14 hari hingga ruam muncul.  

Waktu pengasingan yang disarankan  Disarankan selama sekurang-kurangnya 4 hari setelah ruam muncul. Orang dekat dan tidak mempunyai kekebalan seharusnya tidak menghadiri sekolah atau bekerja selama 14 hari

2. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)  

Difteri  

Penyakit difteri disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae.Difteri mudah menular, menyerang terutama saluran napas bagian atas, dengan gejala demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung, berakibat gagal jantung.Penularan bakteri difteri umumnya melalui udara (batuk/bersin).Selain itu, bakteri difteri dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.  Pencegahan difteri paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.Pemberian imunisasi DPT akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Efek samping imunisasi DPT yang mungkin timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit.Cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.  

P ertusis  

Penyakit pertusis atau batuk rejan atau “Batuk Seratus Hari“ disebabkan bakteri Bordetella Pertussis.Gejala pertusis khas yaitu batuk terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk pertusis diakhiri tarikan napas panjang dan dalam dan berbunyi melengking.  

Page 9: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Penularan bakteri pertusis umumnya melalui udara (batuk/bersin).Bakteri pertusis juga dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.Pencegahan pertusis paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.  

Tetanus  

Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.  

Neonatal tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir.Neonatal tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril, terutama jika tali pusar terinfeksi.Neonatal tetanus menyebabkan kematian bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.Di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian akibat neonatal tetanus dapat ditekan.Selain itu, antibodi dari ibu kepada jabang bayinya juga mencegah neonatal tetanus.  

Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin tetanospasmin.Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke otot. nfeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, aborsi, narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frostbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang biak.

Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala mulai timbul di hari ketujuh.

Gejala neonatal tetanus mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan benar, penderita tetanus dapat disembuhkan. Penyembuhan tetanus umumnya terjadi selama 4-6 minggu.

Page 10: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid).

Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30, 35 dst. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan steril.

3. Hepatitis A  

Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah.Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C).Hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya dibanding hepatitis A.  

Masa Inkubasi Waktu terekspos sampai kena penyakit hepatitis A kira-kira 2 sampai 6 minggu. Penderita hepatitis A akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu. Pada beberapa kasus hepatitis A, terjadi muntah-muntah terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.Demam hepatitis A adalah demam terus menerus, tidak seperti demam lainnya yaitu pada demam berdarah, TBC, Typhus, dll.  

Gejala 

Seringkali tidak ada gejala hepatitis A bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat.

Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium: (1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual;(2) stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan(3) stadium kesembuhan (konvalesensi).

Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis hepatitis A, dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga

Page 11: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.  

Masa pengasingan yang disarankan  Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien hepatitis A disarankan menjaga kebersihan.  

Pencegahan

Penularan virus hepatitis A dicegah dengan menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk vaksin hepatitis A sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix).

Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian.

Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.

4. Hepatitis B  

Penyakit hepatitis B disebabkan virus hepatitis B (VHB), anggota family Hepadnavirus. Virus hepatitis B menyebabkan peradangan hati akut atau menahun, yang pada sebagian kasus berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.

  Penyebab hepatitis

Ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat dan paparan berbagai macam zat seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, juga bisa menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita.

Page 12: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Menetralkan racun dalam darah adalah pekerjaan hati.Jika terlalu banyak zat kimia beracun masuk ke dalam tubuh, hati bisa rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.  

Diagnosis 

Dibandingkan virus HIV, virus hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas dan sepuluh kali lebih menular (infectious). Kebanyakan gejala hepatitis B tidak jelas terlihat.  

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan infeksi virus hepatitis B persisten.Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (>6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi.Sedangkan hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. 

Gejala hepatitis B umumnya ringan. Gejala hepatitis B dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.  

Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut.Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat, maka akan terjadi pembersihan virus hepatitis B, pasien sembuh.Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah, maka pasien tersebut akan menjadi carrier hepatitis B inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas), maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

Penularan Hepatitis B merupakan bentuk hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita hepatitis B bisa dari semua golongan umur.  Ada beberapa cara penularan virus hepatitis B:

Page 13: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

1. Secara vertikal, penularan terjadi dari ibu pengidap virus hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan, yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.

2. Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita hepatitis B memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah, dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita hepatitis B.

Sebagai antisipasi, biasanya darah-darah dari pendonor dites terlebih dulu apakah reaktif terhadap hepatitis, sipilis dan HIV.  Sesungguhnya, tidak semua yang positif hepatitis B perlu ditakuti.Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena hepatitis B dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virus hepatitis B sudah tidak ada lagi.Bagi pasangan yang hendak menikah, dianjurkan memeriksakan pasangannya untuk mencegah penularan hepatitis B.  

Perawatan 

Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga hati tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat cukup.  

Hepatitis B akut umumnya sembuh. Hanya 10% menjadi hepatitis B kronik (menahun) dan berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.Saat ini beberapa perawatan hepatitis B kronis dapat meningkatkan kesempatan hidup bagi penderita hepatitis B.Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa (Uniferon).

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional hepatitis B.Tumbuhan obat atau herbal yang digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan hepatitis di antaranya mempunyai efek hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat untuk pengobatan hepatitis, antara lain temulawak, kunyit, sambiloto, meniran, daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi, akar alang-alang, rumput mutiara, pegagan, buah kacapiring, buah mengkudu, jombang.

Page 14: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Pencegahan 

Penularan virus hepatitis B dicegah dengan memelihara gaya hidup bersih sehat, misalnya menghindari narkotika, tato, tintik badan, hubungan homoseksual, hubungan seks multi partner.

Selain itu, pencegahan paling efektif terhadap hepatitis B adalah dengan imunisasi (vaksinasi) hepatitis B.

Imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu bulan pertama, dua bulan dan enam bulan kemudian. Imunisasi hepatitis B dianjurkan bagi setiap orang dari semua golongan umur.

Kelompok yang paling membutuhkan imunisasi hepatitis B yaitu bayi baru lahir, orang lanjut usia, petugas kesehatan, penderita penyakit kronis (seperti gagal ginjal, diabetes, jantung koroner), pasangan yang hendak menikah, wanita pra kehamilan.

5. Haemophilus Influenza type B (Hib)  

Penyakit Hib disebabkan bakteri Haemophilus Influenza type B (Hib).Hib biasa menyerang anak di bawah 5 tahun.  Anak-anak dapat tertular bakteri Hib dari anak lain yang sakit atau orang dewasa yang membawa bakteri Hib, namun tidak sakit.Kuman tertular melalui kontak dengan penderita Hib.Jika bakteri Hib berada di rongga hidung atau tenggorokan, mungkin tidak menyebabkan sakit.Namun bakteri Hib dapat masuk ke paru-paru dan peredaran darah dan menyebabkan penyakit serius.  Sebelum ditemukannya vaksin Hib, penyakit Hib merupakan penyebab utama radang selaput otak (meningitis) pada anak di bawah 5 tahun.Meningitis menyebabkan kerusakan otak dan medulla spinalis.Hib juga menyebabkan pneumonia, infeksi berat di tenggorokan, infeksi pada persendian, tulang dan selaput jantung, bahkan kematian.  Anak-anak perlu mendapatkan vaksinasi Hib pada usia: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-15 bulan.  

Page 15: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Anak di atas 5 tahun tidak perlu mendapatkan vaksin Hib. Namun dalam kondisi tertentu, vaksinasi Hib perlu diberikan, seperti penderita sickle cell, HIV, pengangkatan limpa, transplantasi sumsum tulang atau penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi.  Vaksin Hib beresiko menimbulkan efek samping ringan. 

Berikut efek samping vaksinasi Hib yang pernah dilaporkan: merah dan bengkak di tempat penyuntikan dan demam tinggi. 

Keluhan tersebut biasanya hilang sendiri dalam 2-3 hari.

6. Human Papilloma Virus (HPV)  

Virus HPV (Human Papilloma Virus) sangat umum dijumpai di seluruh dunia.Virus HPV berbasis DNA dan stabil secara genetis.Stabilitas genetik ini berarti infeksi virus HPV dapat dicegah melalui vaksinasi HPV untuk jangka waktu lama.  

HPV Penyebab Kanker Serviks  

Kanker serviks (leher rahim) disebabkan infeksi virus HPV tipe onkogenik (berpotensi menyebabkan kanker). Telah terbukti bahwa HPV merupakan penyebab utama kanker serviks. Angka prevalensi karsinoma serviks di dunia adalah 99,7%.  

HPV Onkogenik  

Setiap wanita berisiko terhadap infeksi virus HPV onkogenik, yang dapat mengakibatkan kanker serviks (leher rahim).Kurang lebih 100 tipe virus HPV telah teridentifikasi.40 tipe virus HPV menyerang wilayah genital. Dari 40 tipe tersebut, 15 virus HPV merupakan tipe onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks atau lesi pra kanker pada permukaan serviks. Secara global, virus HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan 70% dari seluruh kejadian kanker serviks.Selain itu, virus HPV tipe 45 dan 31 menduduki urutan ketiga dan keempat tipe HPV penyebab kanker serviks. Tipe 16, 18, 45 dan 31 secara bersamaan bertanggung jawab atas 80% kejadian kanker serviks di seluruh dunia.  

Page 16: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Penularan HPV Setiap wanita berisiko terkena infeksi virus HPV onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks (leher rahim). Virus HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktivitas seksual. Penularan virus HPV tidak membutuhkan penetrasi seksual. Cukup melalui sentuhan kulit di wilayah genital (skin to skin genital contact) saja, virus HPV sudah bisa menular. Dengan demikian, setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko terkena kanker serviks. Diperkirakan 50-80% wanita dapat terkena infeksi virus HPV sepanjang hidupnya dan 50% infeksi tersebut merupakan tipe onkogenik.  

Deteksi HPV  

Infeksi virus HPV di area genital dapat dikenali secara klinis dan dapat didiagnosis secara pasti melalui metode-metode deteksi molekuler.  

Pencegahan Kanker Serviks  Seiring perkembangan vaksin HPV untuk mencegah infeksi HPV onkogenik, vaksinasi melawan kanker serviks telah menjadi kenyataan. Tersedia vaksin HPV yang menargetkan HPV 16 dan HPV 18 yang mampu mencegah 70% kanker serviks. Beberapa model memprediksi bahwa vaksin HPV bersamaan dengan screening akan mengurangi resiko kanker serviks dibandingkan hanya melakukan screening saja, dan secara signifikan akan mengurangi hasil screening abnormal yang membutuhkan tindakan lebih lanjut. Vaksinasi terbaik yang dapat dikembangkan untuk melawan kanker serviks adalah kombinasi vaksin HPV yang dapat memberikan cakupan lebih luas terhadap tipe-tipe HPV onkogenik dan mampu memberikan perlindungan lebih lama

7. Influenza 

Penyakit influenza disebabkan virus influenza.Influenza mudah menular dan menyerang saluran pernapasan.Penularan virus influenza terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin.Virus influenza sangat menular bahkan sejak 1–2 hari sebelum gejala influenza muncul, itulah sebabnya penyebaran virus influenza sulit dihentikan.

Page 17: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Di negara empat musim, setiap tahun pada musim dingin terjadi ledakan influenza yang banyak menimbulkan komplikasi dan kematian pada orang-orang beresiko tinggi:

a. Usia lanjut (>60 tahun)b. Anak–anak penderita asmac. Penderita penyakit kronis (paru, jantung, ginjal, diabetes)d. Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh

Gejala  Gejala influenza dapat berupa:

a. Demam mendadak disertai menggigilb. Sakit kepalac. Badan lemahd. Nyeri otot dan sendi

Gejala influenza bertahan selama 3–7 hari. Bila influenza bertambah berat, gejala tersebut di atas akan berganti dengan gejala penyakit saluran pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Kadang-kadang juga disertai gejala sakit perut, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik: muka kemerahan, mata kemerahan dan berair serta kelenjar getah bening leher dapat teraba.  

Komplikasi 

Komplikasi penyakit influenza yang ditakutkan adalah timbulnya infeksi sekunder, seperti: radang paru-paru (pneumonia), myositis, sindroma Reye, gangguan syaraf pusat. Di samping itu, penderita/pengidap penyakit kronis dapat bertambah berat bila terkena penyakit influenza. Beberapa penyakit kronis tersebut, seperti asma, paru–paru kronis, jantung, kencing manis, ginjal kronis, gangguan status imunitas tubuh, kelainan darah dll.

8. Invasive Pneumococcal Disease (IPD)

 Penyakit IPD disebabkan bakteri pneumokokus (Streptococcus

Pneumoniae). Bakteri IPD secara cepat masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak (meningitis atau radang otak).  

Page 18: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus (IPD) menyerang otak. Pada kasus-kasus meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah terserang IPD. Kalaupun dinyatakan sembuh dari IPD, umumnya meninggalkan kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam, keterbelakangan mental dan kelumpuhan. 

Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus Pneumoniae, Haemophilus Influenzae type B, dan Neisseria Meningitis), Streptococcus Pneumoniae merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2 tahun. Meningitis karena bakteri pneumokokus (IPD) ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila sembuh pun, seringkali meninggalkan kecacatan permanen. 

Vaksinasi IPD dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi bakteri pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena anak-anak di bawah usia 1 tahun memiliki resiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar pemberian imunisasi IPD dilakukan sedini mungkin. Untungnya, saat ini sudah ditemukan vaksin pneumokokus (IPD) bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun.  Pemberian imunisasi IPD pada anak usia:

A. <6 bulan: diberikan dasar 3 kali dengan jarak 2 bulan, dan booster pada usia 12–15 bulan.

B. 6-12 bulan: diberikan dasar 2 kali, dan booster pada usia 12–15 bulan.C. 12–24 bulan: diberikan dasar 2 kali, tidak perlu booster.D. >24 bulan: diberikan 1 kali

Ada dua jenis vaksin pneumokokus yang sudah beredar di Indonesia:

1. Prevenar atau PCV7, berisi 7 serotype (4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F). Vaksin IPD ini aman diberikan sejak bayi berusia 2 bulan. Harganya relatif mahal.

2. Pneumo23, berisi 23 serotype (1, 2, 3, 6B, 7F, 8, 9N, 9V, 10A, 11A, 12F, 14, 15B, 17F, 18C, 19A, 19F, 20, 22F, 23F, 33F). Vaksin pneumokokus ini aman diberikan pada anak berusia lebih dari 2 tahun dan orang lanjut usia.

9. Japanese B Encephalitis (JE)

Penyakit Japanese B Encephalitis (JE) disebabkan virus yang menimbulkan infeksi JE pada otak.

Page 19: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Virus JE dibawa nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Sumber alami virus Japanese B Encephalitis adalah babi dan burung liar.  Japanese Encephalitis dapat menyebabkan demam, sakit kepala, leher kaku dan sawan.\Tiap satu dari lima kasus Japanese Encephalitis bisa berakibat fatal.  Pencegahan Japanese Encephalitis paling efektif adalah dengan imunisasi (vaksinasi) Japanese Encephalitis.

Imunisasi Japanese Encephalitis diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi booster Japanese Encephalitis setahun kemudian. Vaksinasi Japanese Encephalitis diulang setiap 3 tahun

10. Meningitis  

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit meningitis dapat disebabkan mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.  Vaksinasi meningitis paling efektif dan aman dan dapat memberikan perlindungan selama tiga tahun terhadap serangan penyakit meningitis.

Vaksin meningitis dianjurkan bagi orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis seperti asma, paru-paru kronis, jantung, diabetes, ginjal, gangguan sistem imunitas tubuh, kelainan darah, dll.

Vaksin meningitis diwajibkan bagi jemaah haji.

Tanpa imunisasi meningitis, dikhawatirkan para jemaah yang tertular meningitis ketika menunaikan ibadah haji, akan membawa pulang kuman meningitis dan menimbulkan wabah meningitis di Indonesia.

11. Vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella)

 

Page 20: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Vaksin MMR (Mumps Measles Rubella) adalah campuran tiga jenis virus yang dilemahkan, yang disuntikkan untuk imunisasi melawan campak (measles), gondongan (mumps) dan rubella (german measles).Vaksin MMR umumnya diberikan kepada anak usia 1 tahun dengan booster diberikan sebelum memasuki usia sekolah (4-5 tahun).  

Mumps (parotitis atau gondongan)  

Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya sekali seumur hidup.  

Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR).Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.  

Measles (campak)  

Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak.Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut.Saat penyakit campak memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC. Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi campak.Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan.Campak juga dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.  

Rubella (campak Jerman)  

Penyakit rubella disebabkan virus rubella.

Page 21: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Rubella mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak.Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari.Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan.Bila wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan mental. 

Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.

Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR).

Wanita usia subur sebaiknya mendapat 2 dosis imunisasi MMR selambat-lambatnya 3 bulan sebelum kehamilan untuk mencegah kecacatan dan kematian bayi.

Setelah imunisasi MMR, dianjurkan menunda kehamilan selama 3 bulan, untuk menghindari kecacatan bayi.

12. Radang Paru-Paru (Pneumonia)  

Radang paru-paru (Pneumonia) adalah penyakit paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen meradang dan paru-paru terisi cairan lendir bercampur kuman. Pneumonia dapat disebabkan infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit.Pneumonia juga dapat disebabkan iritasi zat-zat kimia atau cedera fisik pada paru-paru, atau sebagai akibat penyakit lainnya, seperti kanker paru atau berlebihan minum alkohol.  ` Gejala pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernapas. Diagnosa pneumonia termasuk sinar-X dan pemeriksaan dahak. Perawatan tergantung penyebab pneumonia; pneumonia yang disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotika.

Pneumonia menyerang seluruh kelompok umur dan merupakan penyebab utama kematian orang usia lanjut dan penderita penyakit kronis (menahun). Pencegahan pneumonia adalah dengan vaksin pneumonia.

Page 22: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Vaksin pneumonia dianjurkan untuk anak berusia lebih dari 2 tahun dan orang lanjut usia.Vaksin pneumonia juga dianjurkan bagi penderita penyakit kronis seperti asma, paru-paru, jantung, diabetes, ginjal, gangguan sistem imunitas tubuh, kelainan darah. Prognosis perseorangan tergantung dari jenis pneumonia, perawatan yang cocok, komplikasi lainnya, dan kesehatan orang tersebut.  Salah satu kasus pneumonia dengan tingkat kematian tinggi adalah pneumonia akibat flu burung.

13. Poliomielitis (Polio)

 Poliomielitis (polio) adalah penyakit paralisis (lumpuh) yang disebabkan

virus polio.Virus penyebab polio, poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.Virus polio dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat, menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

Etimologi Kata polio berasal dari bahasa Yunani atau bentuknya yang lebih mutakhir, dari "abu-abu" dan "bercak".  

Sejarah Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.  

Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf, menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan.Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menyerang anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun.Di sana para orang tua tidak membolehkan anak mereka keluar rumah. Gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.

Virus Polio 

Page 23: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.Virus polio menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus polio terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.  Polio dikategorikan sebagai penyakit peradaban.Poliovirus menular melalui kontak antar manusia.Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita polio tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang mengidap polio. Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.Setelah seseorang terinfeksi polio, virus polio akan keluar melalui feses penderita polio selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus polio.

Jenis Polio 

1. Polio non-paralisis  

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.  

2. Polio paralisis spinal  

Strain poliovirus paralisis spinal menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan batang tubuh dan otot tungkai.

Virus polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu.Pada penderita polio paralisis spinal yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus polio biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi polio akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf.

Seiring dengan berkembang biaknya virus polio dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan saraf motorik.Saraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.

3. Polio bulbar  

Page 24: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Polio bulbar disebabkan tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang polio.Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.  Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita polio bulbar juga dapat meninggal karena kerusakan fungsi menelan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.

  Anak-anak dan Polio

Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio.Karenanya, penduduk di daerah dengan sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil.Vaksinasi polio saat balita sangat membantu pencegahan polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita orang dewasa.Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.  

14. Rabies  

Page 25: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan virus rabies.Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan, misalnya anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.  

Etimologi 

Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas (artinya melakukan kekerasan atau kejahatan).Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa (artinya kegilaan).Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut, yang berasal dari bahasa Indojerman Dhvar (artinya merusak) dan wut (artinya marah).Dalam bahasa Perancis, rabies disebut rage, berasal dari kata robere (artinya menjadi gila).

Penyebab 

Rabies disebabkan virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak  bersegmen.Virus rabies hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan.Spesies hewan perantara rabies bervariasi pada berbagai letak geografis.Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon Lotor) dan sigung (Memphitis Memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes Vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies tinggi.Hewan perantara rabies menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan.Infeksi rabies juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara rabies pada kulit yang terluka.Setelah infeksi, virus rabies akan masuk melalui saraf-saraf menuju sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana.Selanjutnya virus rabies akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ganas ataupun rabies jinak/tenang.Pada rabies buas/ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati.Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.   

Page 26: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Manifestasi Klinis 

Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi.Masa inkubasi virus rabies hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia.Bila disebabkan gigitan anjing, luka yang memiliki risiko rabies tinggi meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak.Sedangkan luka dengan risiko rabies rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.  

Gejala penyakit rabies meliputi 4 stadium:  1.Stadium prodromal  Dalam stadium prodromal sakit yang timbul pada penderita rabies tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya, yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening, dan lain sebagainya.  2.Stadium sensoris  Dalam stadium sensoris penderita rabies umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.  3.Stadium eksitasi  Pada stadium eksitasi penderita rabies menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia pada penderita rabies terutama karena rasa sakit luar biasa saat berusaha menelan air.  4.Stadium paralitik  Pada stadium paralitik, penderita rabies menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.

Diagnosis  

Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Satu-satunya uji yang akurat 100% terhadap adanya virus rabies adalah

Page 27: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi. Uji dFAT ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies.

Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibodi spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga memudahkan deteksi rabies. Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi, uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita rabies, walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu, diagnosis rabies dapat juga dilakukan dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali diagnosis post mortem setelah hewan atau manusia yang terinfeksi rabies meninggal.  

Penanganan 

Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin, sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk rabies. Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala rabies pertama.  Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar), segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit, lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin.  Orang-orang yang belum diimunisasi tetanus selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin.Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari, diberikan 5 kali suntikan vaksin rabies. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke-3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin rabies.

Pencegahan 

Page 28: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak, dapat mematikan (letal).  Langkah-langkah mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus rabies atau segera setelah terkena gigitan. Sebagai contoh, vaksinasi rabies bisa diberikan kepada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus rabies, yaitu:

1. Dokter hewan.2. Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi

rabies.3. Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang

rabies pada anjing banyak ditemukan.4. Para penjelajah gua kelelawar.

Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu, kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi rabies setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan, seperti anjing, juga merupakan salah satu cara pencegahan rabies yang harus diperhatikan

15. Tuberkulosis (TBC)  

Tuberkulosis (TBC) disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan ditularkan melalui kontak antar manusia.Penyakit TBC paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain.TBC juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar, tuberkulosis yang disebabkan kompleks Mycobacterium Tuberculosis, yang peka terhadap obat, dapat disembuhkan.Tanpa terapi, tuberkulosis akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.   

Penyebab 

Page 29: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Penyebab TBC adalah bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.

Kompleks Mycobacterium Tuberculosis meliputi M Tuberculosis, M Bovis, M Africanum, M Microti, dan M Canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M Tuberculosis merupakan jenis terpenting dan paling sering dijumpai.   

Penularan 

Penularan bakteri TBC terjadi karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari penderita tuberkulosis.  

Gejala  

Gejala utama tuberkulosis ialah batuk selama 3 minggu atau lebih, berdahak, dan biasanya bercampur darah. Bisa juga nyeri dada, mata memerah, kehilangan nafsu makan, sesak napas, demam, badan lemah, dan semakin kurus. Bila tuberkulosis tidak ditangani, bisa terjadi syok hipovolemik atau sesak napas berat yang berujung kematian.  

Pencegahan 

Pencegahan paling efektif terhadap TBC adalah dengan imunisasi (vaksinasi) BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG dibuat dari baksil TBC (Mycobacterium Bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun. Vaksin BCG dapat mencegah penularan bakteri TBC selama 15 tahun.

16. Tetanus  

Page 30: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.  

Neonatal tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus menyebabkan kematian bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Selain itu, antibodi dari ibu kepada jabang bayinya juga mencegah neonatal tetanus.  

Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin tetanospasmin.Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, aborsi, narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frostbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang biak.  Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala mulai timbul di hari ketujuh. Gejala neonatal tetanus mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi.

Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan benar, penderita tetanus dapat disembuhkan. Penyembuhan tetanus umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid). Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30, 35 dst. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan steril.

17.Typhus  

Page 31: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Typhus atau demam tifoid atau typhoid disebabkan bakteri Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi.Bakteri typhus ditemukan di seluruh dunia, dan ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar tinja penderita typhus.Bakteri typhus juga ditularkan melalui gigitan kutu yang membawa bakteri penyebab typhus.  

Gejala  Setelah infeksi typhus terjadi, akan muncul satu atau beberapa gejala berikut ini:

A. demam tinggi dari 39o sampai 40oC (103o sampai 104oF) yang meningkat secara perlahan

B. tubuh menggigilC. denyut jantung lemah (bradycardia)D. badan lemah ("weakness")E. sakit kepalaF. nyeri otot myalgiaG. kehilangan nafsu makanH. konstipasiI. sakit perutJ. pada kasus tertentu, muncul penyebaran flek merah muda ("rose spots")

Perawatan 

Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat typhus di negara-negara barat.  Bila tak terawat, typhus dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus typhus yang tidak terawat. Vaksin typhus dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah typhus biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).  

Pencegahan 

Penularan bakteri typhus dicegah dengan memelihara gaya hidup bersih sehat. Pencegahan paling efektif terhadap typhus adalah dengan imunisasi (vaksinasi) typhus. Imunisasi typhus dibutuhkan setiap orang dari semua golongan umur. Imunisasi typhus diulang setiap tiga tahun.

18. Varicella  

Page 32: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Cacar air atau Varicella simplex disebabkan virus varicella zoster. Virus varicella ditularkan secara aerogen.  

Masa Inkubasi 

Waktu terekspos sampai kena penyakit varicella (cacar air) adalah 2 sampai 3 pekan. Varicella bisa ditandai dengan badan terasa panas.  

Gejala 

Pada mulanya, penderita varicella akan merasa sedikit demam, pilek, cepat lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus.Pada kasus varicella yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan kecil pada kulit, pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung, lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. 

Kemerahan varicella pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk secara tak sengaja.Jika lenting varicella dibiarkan, maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).Bercak varicella ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. Lain halnya jika lenting varicella (cacar air) tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama.Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. Setelah mengering, bekas cacar air tadi akan meninggalkan bekas dalam. Terlebih lagi jika penderita varicella adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

Waktu karantina yang disarankan  

Selama 5 hari setelah ruam varicella mulai muncul dan sampai semua lepuh telah berkeropeng. Selama masa karantina, sebaiknya penderita varicella tetap mandi seperti biasa, karena kuman pada kulit dapat menginfeksi kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit hilang, sebaiknya menghindari pecahnya lenting varicella (cacar air). Ketika mengeringkan tubuh sesudah mandi, sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol, sehingga mengurangi gesekan pada kulit dan kulit tidak banyak teriritasi.

Page 33: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

Untuk kulit sensitif, dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol.Pastikan anda juga selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan varicella itu sendiri. Konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.  

Pencegahan 

Imunisasi (vaksinasi) varicella tersedia bagi anak-anak berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi varicella diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Imunisasi (vaksinasi) varicella dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Penyakit varicella erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.  

Pengobatan 

Varicella sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan adanya serangan varicella berulang, saat individu tersebut mengalami penurunan daya tahan tubuh.Penyakit varicella dapat diberi penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari.Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.  Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar-benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.

19. Yellow Fever

Page 34: IMUNISASI ERNA PRAYOGI.docx

 Demam Kuning (Yellow Fever) adalah penyakit sistemik akut yang

disebabkan Flavivirus. Pada kasus-kasus parah, infeksi virus Yellow Fever menyebabkan demam tinggi, perdarahan dalam kulit, dan necrosis (kematian) sel-sel ginjal dan hati.Kerusakan yang dilakukan virus Yellow Fever pada hati berakibat jaundice parah yang menguningkan kulit. Makanya, "yellow" dalam "yellow fever."    

Yellow Fever dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin Yellow Fever adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin direkomendasikan untuk orang-orang yang bepergian ke atau hidup di area-area tropis Amerika dan Afrika di mana Yellow Fever terjadi. Karena vaksin hidup, vaksin Yellow Fever tidak boleh diberikan pada bayi-bayi atau orang-orang dengan pelemahan sistem imun.