multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi...

17
Multiple Cropping Dalam Koridor Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan Pada lahan Sawah Irigasi Teknis PENDAHULUAN Sawah Irigasi Teknis Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa pematang lurus membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah. Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang monokultur, karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan sawah tadah hujan. Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau macak-macak. Hal ini untuk menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga diatur. Lahan sawah biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan di sini merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian ini sendiri. Kebanyakan lahan sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis, sehingga keberadaan air masih sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun pada musim kemarau. Berbeda halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang menggunakan hujan sebagai

Upload: rizky-hadi

Post on 16-Jan-2015

5.990 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

Multiple Cropping Dalam Koridor Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan Pada

lahan Sawah Irigasi Teknis

PENDAHULUAN

Sawah Irigasi Teknis

Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa pematang lurus

membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga. Sistem sawah, merupakan

teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga

tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini

dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah

merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa

daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.

Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang monokultur,

karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan sawah tadah hujan.

Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau macak-macak. Hal ini untuk

menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga diatur.

Lahan sawah biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan di sini

merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian ini sendiri.

Kebanyakan lahan sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis, sehingga keberadaan air

masih sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun pada musim kemarau. Berbeda

halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang menggunakan hujan sebagai sumber airnya.

Sawah dengan saluran irigasi, baik teknis maupun setengah teknis biasanya terbentang dan

tergolong sangat luas karena saluran irigasi dapat digunakan tidak hanya di satu tempat saja,

sehingga dapat pula mengairi lahan lain yang masih termasuk dalam satu wilayah. Ini berarti,

untuk pengelolaan sistem sawah ini memerlukan input dari luar, berupa air irigasi tadi. Selain

itu, sawah seperti ini masih menggunakan pupuk kimia serta pestisida yang juga didatangkan

dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pertanian sawah ini belum merupakan sistem

pertanian yang terpadu, juga belum dapat dikatakan sebagai pertanian yang berkelanjutan.

Hal ini dikarenakan proses produksi untuk menghasilkan output masih berorientasi pada hasil

yang maksimum, bukan optimum.

Page 2: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

Sawah irigasi teknis

Sawah irigasi teknis adalah Sawah yang pengairannya sejak dari sumber air sampai

petak sawah terdapat jaringan irigasi dari bangunan permanen. Sehingga kehilangan air

karena rembesan atau penguapan dapat diminimalkan. Sawah irigasi merupakan lahan

potensial untuk usaha tani. Ketersediaan air sepanjang tahun memungkinkan penanaman

dapat dilakukan sepanjang tahun dengan berbagai variasi komoditas.

Multiple cropping

Sistim bertanam di Indonesia lebih banyak dilaksanakan dalam

bentuk multiple cropping. Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistim

bercocok tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri atas

beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir atau bersisipan,

dengan maksud meningkatkan produktivitas tanah, atau pendapatan petani tiap satuan luas

dan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977), multiple cropping didifinisikan sebagai

intensifikasi penanaman dalam dimensi waktu dan ruang, misalnya menanamn dua macam

tanaman atau lebih pada sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui usaha multiple cropping antara

lain, menghemat biaya pengolahan tanah dan pemeliharaan per jenis tanaman, meningkatkan

pendapatan petani karena peningkatan produksi phisik per hektar per hari, sedangkan biaya

produksi per jenis tanaman lebih hemat. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang penuh

hanya pada tanaman pertama dan untuk tanaman berikutnya lebih ringan.Disamping

keuntungan secara ekonomis, dari segi teknis usaha multiple cropping lebih menguntungkan

karena tanah senantiasa gembur, gulma dapat ditekan, dan juga merupakan usaha

penghijauan untuk mengawetkan tanah.

Multiple cropping

Multiple cropping atau sistem tanam ganda merupakan usaha petanian untuk

mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari jenis atau beberapa jenis pada sebidang

tanah yang sama dalam satu tahun. Ada beberapa jenis multiple cropping, seperti mixed

cropping, relay planting, intercropping dan lain-lain. Intercropping (tumpangsari) merupakan

salah satu jenis multiple cropping yang paling umum dan sering dilakukan oleh petani di

Indonesia. Biasanya pada system tumpangsari, hasil dari masing-masing jenis tanaman akan

berkurang apabila dibandingkan dengan system monokultur, tetapi hasil secara keseluruhan

lebih tinggi.

Page 3: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

Multiple cropping merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan

produksi lahan. Peningkatan ini dapat diukur dengan besaran yaitu NKL (Nisbah Kesetaraan

Lahan) atau LER (Land Equivalent Ratio). Sebagai contoh nilai NKL atau LER = 1,8; artinya

bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dengan 1 hektar diperlukan 1,8

hektar pertanaman secara monokultur.

HA1 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara tumpangsari.

HB1 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara tumpangsari.

HA2 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara monokultur.

HB2 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara monokultur

Pada prinsipnya teknik budidaya tanaman sama, seperti tanaman pangan, industri,

atau yang lainnya. Bentuk sistem budidaya sangat bermacam, contohnya Multiple Croping.

Bentuk sistem Multiple Croping yang telah lama dikenal adalah tanaman campuran, tumpang

sari dan pergiliran tanaman kemudian tanaman sisipan. Tumpang sari sering dijumpai di

daerah sawah tadah hujan, tegalan dataran rendah maupun dataran tinggi. Tumpang sari di

dataran rendah biasanya terdiri dari berbagai macam palawija atau padi dan palawija,

sedangkan di dataran tinggi biasanya terdiri dari berbagai macam tanaman hortikultura

(sayuran) (Thahir, M. et al. 1985).

Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen

satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja, penggunaan cahaya

matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan mencegah erosi.

Page 4: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

PEMBAHASAN

Multiple cropping (tumpang sari) jagung dan kacang pada lahan sawah irigasi teknis

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Penyebaran

tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai

lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran

rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi,

sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996).

Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan

merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan

kacang tanah dari tahun ketahun terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah

penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri pakan dan makanan Indonesia

(Fachruddin, 2000).

Pola tanam berganda merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan

mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman (Francis,1989). Pada umumnya

sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena

produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat

dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, 1982).

Keuntungan secara agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi

dengan cara menghitung Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Nilai ini menggambarkan

efisiensi lahan, yaitu jika nilainya > 1 berarti menguntungkan. (Beets,1982). Sistem

tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian jika jenis jenis tanaman yang

dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling menguntungkan

(Vandermeer,1989).

Teknologi tumpang sari tersebut adalah sebagai berikut:

A. Pengolahan Media Tanam

Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan

kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan

aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak

terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum. 

1. Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh

tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon

Page 5: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah

yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah

dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

2. Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman

sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya

dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan

pengolahan tanah dengan bajak. 

3. Pembentukan Bedengan

Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan

tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat

terutama pada tanah yang drainasenya jelek.

4. Pengapuran

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang

diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan

dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan

sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara

disebar pada barisan tanaman.

5. Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup

maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat

bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-

rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.

Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:

a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam,

7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah

tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu

di tutup tanah;

c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.

B. Teknik Penanaman

Disawah irigasi penanaman tumpang sari jagung dan kacang tanah ditanam pada musim

Page 6: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

kemarau

1. Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar

benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan

tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur

panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan

tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen = 100

hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung

berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).

Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1

tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3- 5 cm. sedangkan untuk

kacang tanah ditanam di sela-sela tanaman jagung dengan jarak tanam 40 x 10 cm

atau 20 x 20 cm.

2. Cara Penanaman

Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga

digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Pada waktu

musim penghujan atau waktu musim hujan hamper berakhir, benih jagung ini dapat

ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung.

Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang.

Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila

dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang,

bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih

per lubang. Dan untuk kacang tanah Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal

dengan jarak seperti yang telah ditentukan.

C. Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman.

Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan

yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang

dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang

tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh

dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.

Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta

Page 7: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman

hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling

lambat dua minggu setelah tanam. Penyulaman untuk kacang tanah dilakukan bila ada

benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih

baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam)

2. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma).

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih

muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang

penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur

tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan

setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembubunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk

memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga

untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.

Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan

waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk

dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan

terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan

dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.

4. Pemupukan

Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-

300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg.

Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar),

pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I),

pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada

tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8

minggu atau setelah malai keluar. Untuk tambahan pemupukan pada kacang tanah

Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-

90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk

diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.

5. Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, tujuan menjaga agar

Page 8: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih

besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman

jagung.

6. Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat

membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu

pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan

hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang

menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung dan kacang tanah serta cara

pengendaliannya

1. Hama tanaman jagung

Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau

bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,

pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.

Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning

kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan

panjang lalat 3-3,5 mm. 

Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat

membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2)

tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama

tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu

diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4)

pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20

EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD

sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.

2. Hama tanaman kacang tanah

Uret. Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu

dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang

dicabut dan uret dimusnahkan.

Ulat jengkal. Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan

insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.

Page 9: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

3. Penyakit pada tanaman jagung

Penyakit bulai (Downy mildew)

Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora

philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan

udara lembab.

Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan

pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan

spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang

terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna

ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman

dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.

Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola

tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan

pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

4. Penyakit pada kacang tanah

Penyakit layu

Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1

liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.

Penyakit bercak daun

Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau

Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau

10 hari sekali.

D. panen

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari

tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat

dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak

mati.

Ciri dan Umur Panen jagung

Ciri jagung yang siap dipanen adalah:

a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.

b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan

Page 10: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.

c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu

diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika

matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu

keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung),

pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang

fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning.

Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat

menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

Ciri dan Umur Panen kacang tanah

Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan

dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:

a) Batang mulai mengeras.

b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.

c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

Kesimpulan

1. Multiple cropping merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan

produksi lahan.

2. Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen

satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja, penggunaan

cahaya matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan mencegah

erosi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Pertanian Padi Organik SRI dalam konsep Sistem Pertanian Terpadu.

http://www.sasak.org/. Diakses 11 Oktober 2011

Anonym. Multiple Cropping. http://wibowo19.wordpress.com/2009/10/28/multiple-

cropping/. 11 Oktober 2011

Anonim. 2001. Sistem Pertanian di Indonesia. http://www.lablink.or.id. Diakses 11 Oktober

2011.

Page 11: Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada lahan sawah irigasi teknis

Terkelin Pinem, dkk. KAJIAN WAKTU TANAM DAN POPULASI KACANG TANAH

TERHADAP HASIL JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM

TUMPANGSARI JAGUNG/KACANG TANAH. Jurnal Fakultas Pertanian Unand,

Padang.

Reijntjes, Coen, et al.1992. Pertanian Masa Depan: Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan

dengan Input Luar Rendah.Kanisius : Yogyakarta.

Vandrias Dewantoro. 2010. MANFAAT JARINGAN IRIGASI LAHAN PANTAI DI DESA

SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA. http://agriculture.upnyk.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=91:manfaat-jaringan-irigasi-lahan-pantai-di-

desa-srigading-kecamatan-sanden-kabupaten-bantul-daerah-istimewa-

yogyakarta&catid=53:2007&Itemid=88. Diakses 11 Oktober 2011

Internet

http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=57

http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20kacang%20tanah.pdf