meyloma multiple
TRANSCRIPT
S1 KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tahun-tahun pertama kehidupan merupakan periode penting dan kritis : tumbuh
kembang fisik, mental, psikososial berjalan dengan cepatnya, sehingga dapat dikatakan
bahwa keberhasilan tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa depan anak.
Kelainan atau penyimpangan apabila tidak di intervensi secara dini dengan baik apalagi jika
tidak terdeteksi secara nyata akan mengakibatkan berbagai hal yang buruk dan berdampak
fatal, sehingga akan mengurangi kualitas sumber daya manusianya kelak dikemudian hari.
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang
abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar
antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple myeloma
(myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan sel plasma yang
ditandai dengan penggantian sumsum tulang.
Pengetahuan dan penatalaksanaan Myeloma Multiple yang baik akan mengurangi dan
mencegah terjadinya penyimpangan/kelainan dalam proses tumbuh kembang yang optimal
sehingga akan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas seoptimal
mungkin, akan coba kami bahas dalam penyajian materi pada makalah berikut ini.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep dasar mengenai Myeloma Multiple
- Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Myeloma Multiple
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum.
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata kuliah Keperawatan Kardiovaskuler yang
membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Myeloma Multiple sehingga mahasiswa
dapat memahami bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Meyloma Multiple
dapat diterapkan dalam berbagai bidang pelayanan kesehatan.
1
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
b. Tujuan Khusus.
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa memahami
konsep dasar keperawatan pada klien dengan Myeloma Multiple, dan mengetahui bagaimana
proses penyakit, etiologi, serta mampu memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien
Myeloma Multiple.
2
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
BAB II
KONSEP DASAR
2.1. DEFINISI
Mieloma Multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clonedari sel plasma
yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan
sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.
(Smeltzer. 2001) Penyakit ini menyerang pria dan wanita, dan biasanya ditemukan pada usia
diatas 40 tahun. Tumor sel plasma (plasmasitoma) paling banyak ditemukan di tulang
panggul, tulang belakang, tulang rusuk dan tulang Tengkorak.
Kadang mereka ditemukan di daerah selain tulang, terutama di paru-paru dan organ
reproduksit.
Sel plasma yang abnormal hampir selalu menghasilkan sejumlah besar antibodi yang
abnormal dan pembentukan antobodi yang normal berkurang. Sebagai akibatnya, penderita
lebih mudah terkena infeksi. Pecahan dari antibodi yang abnormal seringkali terkumpul di
ginjal, menyebabkan kerusakan dan kadang menyebabkan gagal ginjal. Endapan dari
pecahan antibodi di dalam ginjal atau organ lainnya bisa menyebabkan amiloidosis. Pecahan
antibodi abnormal di dalam air kemih disebut protein Bence-Jones.
Myeloma, seperti kanker-kanker lain, mulai pada sel-sel. Pada kanker, sel-sel baru
terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel yang tua atau rusak tidak mati
ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang
disebut pertumbuhan atau tumor.
Myeloma mulai ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah
untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru membelah berulang-
ulang, membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel plasma abnormal ini disebut sel-sel
myeloma.
Pada waktunya, sel-sel myeloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka mungkin
merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel myeloma berkumpul pada beberapa 3
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
tulang-tulang anda, penyakitnya disebut "multiple myeloma". Penyakit ini mungkin juga
membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain, seperti ginjal-ginjal.
Sel-sel myeloma membuat antibodi-antibodi yang disebut protein-protein M dan
protein-protein lain. Protein-protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin, dan organ-organ.
2.2. ETIOLOGI DAN FAKTOR PENYEBAB
Tidak ada satupun orang yang tahu penyebab-penyebab yang tepat dari multiple
myeloma. Dokter-dokter jarang tahu mengapa seorang mengembangkan penyakit ini dan
yang lainnya tidak. Bagaimanapun, kita tahu bahwa multiple myeloma tidak menular. Anda
tidak dapat mendapatkannya dari orang lain.
Penelitian telah menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan
kesempatan seseorang akan mengembangkan penyakit ini. Studi-studi telah menemukan
faktor-faktor risiko berikut untuk multiple myeloma:
Umur diatas 65 tahun: Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan
mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma
terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini adalah jarang pada orang-orang yang
lebih muda dari umur 35 tahun.
Ras (Bangsa): Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara
orang-orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika
keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-kelompok ras tidak diketahui.
Menjadi pria: Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11,200 pria-pria dan 8,700
wanita-wanita terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih
banyak pria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined
significance (MGUS): MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel
plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan
tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah. Adakalanya, orang-
orang dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple
4
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS menperoleh tes-tes
lab regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih lanjut pada tingkat
protein M. Mereka juga memperoleh pemeriksaan-pemeriksaan regular untuk memeriksa
perkembangan dari gejala-gejala.
Sejarah multiple myeloma keluarga: Studi-studi telah menemukan bahwa
risiko multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya
mempunyai penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Peneiti-peneliti telah
mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu (terutama virus-
virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu, memakan makanan-
makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obese) meningkatkan risiko mengembangkan
multiple myeloma. Peneliti-penelit terus menerus mempelajari ini dan kemungkinan faktor-
faktor risiko lain.
Mempunyai satu atau lebih faktor-faktor risiko tidak berarti bahwa seorang akan
mengembangkan myeloma. Kebanyakan orang-orang yang mempunyai faktor-faktor risiko
tidak pernah mengembangkan kanker.
2.3. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik (pembentukan tulang)atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor
maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
5
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
2.4. GEJALA
- Nyeri tulang, biasanya pada punggung dan tulang-tulang rusuk
- Tulang-tulang yang patah, biasanya pada spine (tulang belakang)
- Merasa lemah dan sangat lelah
- Merasa sangat haus
- Infeksi-infeksi dan demam-demam yang seringkali
- Kehilangan berat badan
- Mual atau sembelit
- Buang air kecil yang seringkali.
Paling sering, gejala-gejala tidak disebabkan oleh kanker. Persoalan-persoalan
kesehatan lain mungkin juga menyebabkan gejala-gejala ini. Hanya seorang dokter dapat
memastikannya. Siapa saja dengan gejala-gejala ini harus memberitahu dokter sehingga
persoalan-persoalan dapat didiagnosa dan dirawat sedini mungkin.
Mieloma multipel seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang
belakang atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
Nyeri tulang biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah
penderita mengalami:
Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel darah merah
di sumsum tulang.
Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan infeksi
Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-Jones) merusak
ginjal.
Kadang mieloma multipel mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki
dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya aliran
darah ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan, gangguan
penglihatan dan sakit kepala.
6
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
2.5. TES DIAGNOSTIK
Dokter-dokter adakalanya menemukan multiple myeloma setelah tes darah rutin.
Lebih sering, dokter-dokter mencurigai multiple myeloma setelah x-ray untuk tulang yang
patah. Umumnya meskipun demikian, pasien-pasien pergi ke dokter karena mereka
mempunyai geala-gejala yang lain.
Untuk mencari tahu apakah persoalan-persoalan jenis ini adalah dari multiple
myeloma atau beberapa kondisi-kondisi lain, dokter anda mungkin bertanya tentang sejarah
medis pribadi dan keluarga anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter anda juga
mungkin meminta beberapa dari tes-tes- berikut:
☻ Tes-tes Darah: Lab melakukan beberapa tes-tes darah:
Multiple myeloma menyebabkan tingkat-tingkat yang tinggi dari
protein-protein dalam darah. Lab memeriksa tingkat-tingkat dari banyak protein-protein
yang berbeda, termasuk protein M dan immunoglobulin-immunoglobulin (antibodi-
antibodi) lain, albumin, dan beta-2-microglobulin.
Myeloma mungkin juga menyebabkan anemia dan tingkat-tingkat yang
rendah dari sel-sel darah putih dan platelet-platelet. Lab melakukan complete blood
count untuk memeriksa jumlah sel-sel darah putih, sel-sel darah merah, dan platelet-
platelet.
Lab juga memeriksa tingkat-tingkat yang tinggi dari calcium.
Untuk melihat berapa baik giinjal-ginjal bekerja, lab menguji
creatinine.
☻ Tes-tes Urin: Lab melihat kemungkinan protein Bence Jones, tipe dari protein M, dalam
urin. Lab mengukur jumlah dari protein Bence Jones dalam urin yang dikumpulkan
melalui periode 24 jam. Jika lab menemukan tingkat yang tinggi dari protein Bence
Jones dalam sample urin anda, dokter-dokter akan memonitor ginjal-ginjal anda. Protein
Bence Jones dapat menyumbat ginjal-ginjal dan merusak mereka.
7
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
☻ X-rays: Anda mungkin mempunyai x-rays untuk melihat kemungkinan tulang-
tulang yang patah atau menipis. X-ray dari seluruh tubuh anda dapat dilakukan
untuk melihat berapa banyak tulang-tulang dapat dirusak oloeh myeloma.
☻ Biopsi: Dokter anda mengeluarkan jaringan untuk melihat kemungkinan sel-sel
kanker. Biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk mengetahui apakah sel-
sel myeloma ada didalam sumsum tulang anda. Sebelum sample diambil, anestesi
lokal digunakan untuk memati rasakan area. Ini membantu mengurangi nyeri.
Dokter anda mengeluarkan beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul anda atau
tulang besar lainnya. Ahli patologi menggunaan mikroskop untuk memeriksa
jaringan untuk sel-sel myeloma.
Ada dua cara-cara dokter anda dapat memperoleh sumsum tulang. Beberapa orang-
orang akan mempunyai kedua prosedur-prosedur selama kunjungan yang sama:
☻ Aspirasi sumsum tulang: Dokter menggunakan jarum tebal yang berongga untuk
mengeluarkan sample-sample dari sumsum tulang.
☻ Biopsi sumsum tulang: Dokter menggunakan jarum yang sangat tebal yang berongga
untuk mengeluarkan sepotong kecil tulang dan sumsum tulang.
2.6. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi
jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau
ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau
terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)
dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
8
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid, (Gale, 1999).
2. Tindakan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan
teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001)
\
9
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
ANAMNESIS
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada bayi dan neonatus), jenis kelamin
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, asuransi kesehatan, dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia,
muntah, sesak, nafas cepat
Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas,
infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula:
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar
rektal dan nyeri.
PEMERIKSAAN FISIK
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas.
Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit. mungkin hebat atau dangkal. sering hilang
dengan posisi flexi. anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak
10
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
mampu menahan objek berat. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda
inflamasi, nodus limfe regional.
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.
3.3. RENCANA INTERVENSI
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri
K riteria Hasil :
- Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan.
- Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai
indikasi situasi individu.
Intervensi :
- Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang
diberikan.
- Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )
R/ meningkatkan relaksasi klien.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
- Kolaborasi :Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
R/ mengurangi nyeri dan spasme otot.
Dx 2
11
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif
dalam aturan pengobatan
K riteria H asil :
- Pasien tampak rileks
- Melaporkan berkurangnya ansietas
- Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
Intervensi :
- Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta
kesalahan konsep tentang diagnosis.
- Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
R/ membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima
dengan kondisi apa adanya.
- Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
- Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
R/ dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau
pilihan sesuai realita.
Dx 3
Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
K riteria H asil : penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas
normal ( 3,5 – 5,5 g% )
Intervensi :
- Catat asupan makanan setiap hari.
R/ mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
- Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
R/ mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal
- Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
12
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
R/ memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk
menghilangkan produk sisa.
- Kolaborasi :
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
R/ membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
Dx 4
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan
tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
K riteria H asil :
Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Intervensi :
Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap
kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker
atau pengobatan.
R/ membantu dalam pemecahan masalah.
Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara
dengan menyentuh pasien
R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien
dan keluarga.
Dx. 5
Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
K riteria H asil : Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak Mengalami
peninggkatan mobilitas
Intervensi :
Lakukan pendekatan langsung dengan klien.
R/ meningkatkan rasa percaya dengan klien.
Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.
R/ memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
13
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai
dengan kemampuan pasien.
R/ membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain.
R/ secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi.
BAB IV
LEUKEMIA
4.1. DEFINISI
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak
teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum
tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ
non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
4.2. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G
(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif,
Telangiektasis ataksia.
4.3. Patofisiologi
14
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Leukemia meningkat dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai
tingkat pengemabangan limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang, mulai dari yang
premature hingga hampir menjadi sel normal.
Derajat kematangannya merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
terdapat leukositosis, kadang-kadang leucopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali
rendah, demikian kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang
biasanya menunjukkan sel-sel blast yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari stem
sel pluripoten, kemudian stem sel limfoid, pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid, dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel pluripoten, berkembang
menjadi stem sel limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, serta menjadi
sel limfosit T helper dan limfosif T supresor.
Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga
sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu: sakit kepala, muntah-
muntah, kejnag dan gangguan penglihatan.
15
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
PATH WAY
Penyebab yang tidak diketahui
Terekspose radiasi ion toksin (seperti benzen, agent alkylating)
Virus yaitu Human T-cell Leukimia Lymphoma Virus (HTLV-1)
Faktor keturunan
Gangguan genetik seperti syndrome down, Fanconi’s Anemia
Kompetisi dari makanan, infiltrasi dan replacement
Sumsum tl. Infiltrasi SSP Hypermetabolisme Belakang ekstra medular
Penurunan penuruna penurunan peningkatan pembesaran hati leukimia kelaparan SDM SDP platelet tekanan limpa & KGB meningitis sel
Anemia infeksi perdarahan nyeri tulang pengecilan & sendi tulang
- resti infeksi fraktur
- Resti ggn.Perfusi jaringan- Intoleransi aktivitas
ggn. rasa nyaman ggn pola nafas - ggn. perfusi - defisit vol. cairan
resti cedera -ggn. nutrisi serebral
16
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
4.4. JENIS LEUKEMIA
1. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronic
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang
menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi
tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar
3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penanganan penyakit lain.
4.5. TANDA DAN GEJALA17
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan
haluaran urin.
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan
disfagia.
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia,
aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah.
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi
nafas.
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi,
kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia
4.6. KOMPLIKASI
1. Infeksi yang lebih sering terjadi pada paru-paru, saluran cerna dan kulit
2. Hemoragi akibat trombositopenia
3. Kerusakan SSP
4. Kerusakan tulang
5. Kerusakan testikuler
6. Nepropaty uretra
7. Efek pengobatan yang lama
4.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
☻ Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
☻ Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
☻ Retikulosit : jumlah biasaya rendah
☻ Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
☻ SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
18
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
☻ PTT : memanjang
☻ LDH : mungkin meningkat
☻ Asam urat serum : mungkin meningkat
☻ Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
☻ Copper serum : meningkat
☻ Zink serum : menurun
☻ Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
4.8. PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi kranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil
jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan
hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
19
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN
5.1. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya.
2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot).
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia,
muntah, sesak, nafas cepat.
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas,
infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus.
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula:
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar
rektal dan nyeri.
5.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENS
1. Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, dan imunosupresi.
2. Aktul/ resiko terhadap penurunan volume cairan yang yang berhubungan dengan
muntah, perdarahan, diare, dan penurunan intake cairan.
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfa, efek sekunder
pemberian agen antileukemia.
20
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
4. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energy,
peningkatan laju metabolism akibat produksi leukosit yang berlebihan, serta
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
5. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, dan perubahan peran.
6. Kecemasan yang berhubungan dengan prognosis penyakit.
5.3. RENCANA KEPERAWATAN
1. DX 1
Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan maturitas
sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, dan imunosupresi.
Tujuan: dalam waktu …x 24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria: klien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor resiko yang dapat dikurangi serta
mampu menyebutkan tanda dan gejala infeksi.
Intervensi Rasional
Kaji dan catat factor yang
meningkatkan resiko infeksi
Menjadi data dasar meminimalkan resiko infeksi
Lakukan tindakan untuk mencegah
pemajanan pada sumber sumber
yang berisiko
Pertahankan isolasi protektif
sesuai kebijakan intitusional
Pertahankan teknik mencuci
tangan
Beri higien yang baik
Batasi pengunjung
Gunakan protocol rawat mulut
Kewaspadaan meminimalkan pemajanan klien
terhadap bakteri, virus, dan pathogen jamur,
baik endogen maupun eksogen
Laporkan bila ada perubahan TTV Perubahan TTV merupakan tanda dini terjadinya
sepsis, terutama bila terjadi peningkatan suhu
21
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
tubuh
Jelaskan alasan kewaspadaan dan
pantangan
Pengertian klien dapat memperbaiki kepatuhan
dan mengurangi factor resiko.
Yakinkan klien keluarga bahwa
peningkatan kerentatan pada
infeksi hanya sementara
Granulositopenia dapat menetap 6-6-12 minggu.
Pengertian tentang sifat sementara
granulositopenia dapat medmbantu
kecemasan klien dan keluarga
Minimalkan prosedur infasif Prosedur tertentu dapat menyebabkan trauma
jaringan, meningkatkan kerentatan infeksi
Dapatkan kultur sputum, urin, diare,
darah, dan sekresi tubuh
abnormal sesuai anjuran
Kultur dapat mengonfirmasikan infeksi dean
mengidentifikasi oerganisme penyebab.
2. DX II
Aktual/ resiko terhadap penurunan volume cairan yang yang berhubungan dengan
muntah, perdarahan, diare, dan penurunan intake cairan.
Tujuan: dalam waktu …x24 jam gangguan volume dan syok hipovolemik teratasi
Criteria: klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembab, turgor kulit normal,
TTV normal, urine 600 ml/ hari. Laboratorium: nilai hematokrit dan protein serum
meningkat, BUN/ kreatinin menurun
Intervensi Rasional
Pantau terus cairan tubuh ( turgor
kulit, membrane mukosa, dan
haluan urine)
Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan
dari keadaan status cairan.
Penurunan volume cairan mengakibatkan
menurunya produksi urin, pemantauan
yang ketat pada produksi urin 600 ml/hari
merupakan tanda-tanda terjadinya syok
22
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
kardiogenik
Kaji sumber-sumber kehilangan
cairan
Kehilangan cairan bias berasal dari factor
ginjal dan diluar ginjal. Penyakit yang
mendasari terjadinya kekurangan volume
cairan ini juga harus dibatasi. Perdarahan
harus dikendalikan. Muntah dapat diatasi
dengan obat-obat antiemetic dan diare
dengan antidiare
Auskultasi TD. Bandingkan kedua
lengan, ukur dalam keadaan
berbaring, duduk, atau berdiri
bila memungkinkan
Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik yang
memberikan manifestasi sudah terlibatnya
system kardiovaskuler untuk melekukan
kompensai mempertahankan tekanan
darah
Timbang berat badan setiap hari Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan.
Intake yang lebih besar dari output
diintifikasi menjadi renal obstruksi
Kaji warna kulit, suhu, sianosis,
nadi perifer, dan diaphoresis
secara teratur
Mengetahui adanya pengaruh adanya
peningkatan tahanan perifer
Pantau frekwensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukan komplikasi disritmia
Kolaborasi:
Pertahankan pemberian cairan
secara interavena
Jalur yang paten penting untuk pemberian
cepat dan memudahkan perawat dalam
melakukan control intake dan output cairan
Pemberian kortikosteroit Efek kortikosteroit yang menahan cairan dapat
menurunkan bertambahnya cairan yang
keluar
Monitor hasil pemeriksaan Bila platelet kurang dari 20.000/mm, klien
23
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
diagnostic: planet, Hb/Hct, dan
bekan darah
cendrung mengalami perdarahan.
Penurunan Hb/Hct berindikasi terhadap
perdarahan.
3. DX II
Nyeri akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder
pemberian agen antileukimia, peningkatan produksi asam laktat jaringan
local
Tujuan: terdapat penurunan respons nyeri
Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, dan tidak terjadi
penurunan perfusi perifer
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi,
intensitas, serta lama dan
penyebarannya
Variasi penampilan dan prilaku klien karena
nyeri sebagai temuan pengkajian
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
1. Atur posisi fisilogis
2. Istirahatkan klien
Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
O2 ke jaringan yang mengalami nyeri
sekunder dari iskemia
Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer sehingga akan
menurunkan demand oksigen jaringan
Lingkungan yang tenang akan menurunkan
stimulus eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
24
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
3. Manajemen lingkungan:
lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung
4. Ajarkan tehnik relaksasi
pernafasan dalam
5. Ajarkan tehnik distraksi pada
saat nyeri
6. Lakukan manajemen sentuhan
meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak
pengunjung di ruangan
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
mennurunkan nyeri sekunder dari
iskemia
Distraksi dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefalin yang
dapat memblok reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan kekorteks serebri
sehingga menurunkan persepsi nyeri
Manajemen sentuhan pasa saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu penurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan sensai nyeri
Kolaborasi pemberian terapi
Analgetik
Kemoterapi
Digunakan untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan hematoma otot yang besar dan perdarahan sendi analgetika oral non-opioid diberikan untuk menghindari ketergantungan terhadap narkotika pada nyeri kronis
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, methoxate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan.
25
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Radiasi
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu kekambuhan pada system saraf pusat
4. DX IV
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber
energy, peningkatan laju metabolism akibat produksi leukosit yang
berlebihan, serta ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
Tujuan: aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan mengkatnya kemampaun beraktivitas
Kreteria: klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisai ditempat tidur.
Intervensi Rasional
Catat frekuensi dan irama jantung,
serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas
Respon klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen
miokardium
Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
Menurnkan kerja miokardium/ konsumsi
oksigen
Anjurkan klien untuk menghindari
tekanan abdomen, misalnya
mengejan saat defekasi
Dengan mengejan dapat menyebabkan
bradikardi, menurunkan curah jantung,
dan takikardi serta peningkatan tekanan
darah
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari tingkat aktivitas,
contoh bangun dari kursi bila
tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama satu jam
Aktifitas yg maju memberikan control
jantung, meningkatkan regangan dan
mencegah aktivitas berlebihan.
26
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
setelah makan
Pertahankan klien tirah baring
sementara sakit akut
Untuk mengurangi beban jantung
Pertahankan rentang gerak pasif
selama sakit kritis
Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu aliran vena balik
Evaluasi tanda vital saat kemajuan
aktiviatas terjadi
Untuk mengetahui fungsi jantung, bila
dikaitkan dengan aktivitas
Berikan waktu istirahat di antara
waktu aktivitas
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa
kerja jantung
Selama aktivitas kaji EKG,
dispnea, sianosis, kerja dan
frekuensi napas serta keluhan
subjektif
Melihat dampak dari aktivitas berserta fungsi
jantung
5. DX V
Koping individu atau keluarga tidak evektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran
Tujuan : dalam waktu 1x 24 jam klien atau kluarga mampu mengembangkan koping
yang positif
Criteria hasil : klien kooperatif padda setiap intervensi keperawatan, mampu
menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, nengakui dan menggabungkan perubahan dalam konsep diridengan cara
yang akurat tyanpa harga diri yang negative
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi Menentukan bantuan individual dalam
27
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan
menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau
disfungsi pada klien.
Beberapa klien dapat menerima dan
mengatur perubahan fungsi secara
efektif dengan sedikit penyesuain
diri, sedangkan yang laen
mempunyai kesulitan
membandingkan mengenal dan
mengatur kekurangan
Anjurkan klie untuk mengekpresikan
perasaan, termaksud permusuhan
dan kemarahan
Menunjukan penerimaan, membantu
klien untuk mengenal dan mulai
menyusaikan dengan perasaan
tersebut
Catat ketika klien menyatakan
terpengaruh seperti sekarat atau
mengingkari dan menyatakan inilah
kematian
Mendukung penolakan terhadap
bagian tubuh atau perasaan
negative terhadap gambaran tubuh
juga kemampuan yang
menunjukan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan
emosional
Berikan informasi status kesehatan
pada klien dan kluarga
Klien dgn hemophilia sering
memerlukan bantuan dalam
menghadapi kondisis kronis,
keterbatasan ruang kehidupan, dan
kenyataan bahwa kondisi tersebut
merupakan penyakit yang akan di
turunkan kegenerasi berikutnya.
Dukung mekanisme koping efektif Sejak masa kanak- kanak, klien di
bantu untuk menerima dirirnya
sendiri dan penyakitnya serta
m,engidentifikasi aspek positif dari
28
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
kehidupan mefreka
Hindari factor peningkatan stress
emosional
Perawat harus mengetahui pengaruh
stress tersebut secara professional
dan personal serta menggali
semua sumber dukungan untuk
mereka sediri begitu juga untuk
klien dan kluarganya
Bantu dan ajarkan perawatan yang
baik dan memperbaiki kebiasaan
Membantu meningkatkan perasaan
harga diri dan mengontrol lebih dari
satu area kehidupan
Anjurkan orang yang terdekat utuk
mengijinkan klien melakukan
sebanyak –banyaknya hal- hal
untuk dirinya
Menyebutkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu
poerkembangan harga diri sendiri
serta mempengaruhi proses
rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti
peningkatan minat atau partisipasi
dalam aktivitas rehabilitasi
Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang
peran individu masa mendatang
Dukung penggunaan alat –alat yang
dapat mengaadaptasikan klien,
tongkat, alat bantu jalan, dan tas
panjang untuk kateter
Meningkatkan kemandirian untuk
membantu pemenuhan kebutuhan
fisik dan menunjukan posisi untuk
lebih aktif dalam kegiatan sosial
Pantau gangguan tidur peningkatan
kesulitan konsentrasi, letargi dan
menarik diri
Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi umumnya terjadi sebagai
pengaruh dari stroke di mana
memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut
29
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Kolaborasi : rujuk pada ahli
neuropsikologi dan konseling bila
ada indikasi
Dapat memfasilitasi perubahan peran
yang penting utnmtuk
perkembangan perasaan.
6. DX VI
Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan
kesehatan
Tujuan : dalam waktu 1 x24 jam kecemasan klien berkurang
Criteria hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap
tindakan wajah rileks.
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan noverbal
kecemasan, damping klien dan
lakukan tindakan bila menunjukan
prilaku merusak
Reaksi verbal / nonverbal dapat
menunjukan rasa agitasi, marah dan
gelisah
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat
penyembuhan
Mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan, beri
lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat
Mengurangi rangsangan internal yang
tidak perlu
Tingkatkan control sensasi klien Dapat menurunkan ketakutan dengan
cara memberikan informasi tentang
keadaan klien
30
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
Orientasikan klien terhadap prosedur
rutin dan aktivitas yang di harapkan
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan ansietasnya
Dapat menghilangkan ketegangan
terhadap kekhawatiran yang tidak di
ekspresikan
Berikan privasi klien dan orang terdekat Memberikan waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan prilaku
adaptasi
Kolaborasi : berikan anti cemas sesuai
indikasi contohnya : diazepam.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan
BAB VI
31
KARDIO VASKULER III
S1 KEPERAWATAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mieloma Multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clonedari sel plasma
yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan
sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.
Penyakit ini menyerang pria dan wanita, dan biasanya ditemukan pada usia diatas 40 tahun.
Tumor sel plasma (plasmasitoma) paling banyak ditemukan di tulang panggul, tulang
belakang, tulang rusuk dan tulang Tengkorak. Kadang mereka ditemukan di daerah selain
tulang, terutama di paru-paru dan organ reproduksit.
Pada waktunya, sel-sel myeloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka mungkin
merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel myeloma berkumpul pada beberapa
tulang-tulang anda, penyakitnya disebut "multiple myeloma". Penyakit ini mungkin juga
membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain, seperti ginjal-ginjal.
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak
teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum
tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ
non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah
“Keperawatan Kardiovaskuler III”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam
penyusunan makalah ini agar lebih baik.
32
KARDIO VASKULER III