sampling multiple regression

24
1 Orientasi Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan, dan Gender: Pengaruhnya pada Persepsi Mahasiswa tentang Krisis Etika Akuntan Profesional Oleh: M.Khairul Dzakirin Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected] Dosen Pembimbing: Yeney Widya Prihatiningtias,SE,MSA, Ak.DBA. ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipersepsi mahasiswa akuntansi terkait dengan krisis etika yang terjadi dalam lingkup akuntansi khususnya dalam kasus pelanggaran kode etik yang melibatkan akuntan. Lebih lanjut, penelitian ini menguji pengaruh orientasi idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan gender terhadap penilaian mereka atas krisis etika akuntan profesional.Purposive Sampling adalah metode pemilihan sampel yang digunakandalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah 143 mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengambil matakuliah Audit I. Pengujian hipotesis menggunakan multiple regression dengan mengunakan program SPSS.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif atas opini mahasiswa akuntansi terhadap krisis etika akuntan profesional. Sedangkan idealisme dan gender tidak mempunyai pengaruh atas persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa yang mempunyai tingkat idealisme dan pengetahuan yang tinggi akan memberi persepsi negatif atau respon yang tegas terhadap isu-isu skandal akuntansi. Sedangkan mahasiwa yang berpaham relativisme belum tentu akan memberikan persepsi positif karena mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang berlaku dalam merespon suatu masalah etis. Gender juga tidak menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi karena wanita dan pria yang memiliki lingkungan sosialisasi yang sama cenderung memiliki persepsi yang sama juga terkait isu-isu etika dalam dunia akuntansi. Kata kunci: idealisme, relativisme, pengetahuan,skandal akuntansi, profesi akuntansi, persepsi.

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sampling multiple regression

1

Orientasi Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan, dan Gender:

Pengaruhnya pada Persepsi Mahasiswa tentang Krisis Etika Akuntan

Profesional

Oleh:

M.Khairul Dzakirin

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

Dosen Pembimbing:

Yeney Widya Prihatiningtias,SE,MSA, Ak.DBA.

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipersepsi mahasiswa akuntansi terkait

dengan krisis etika yang terjadi dalam lingkup akuntansi khususnya dalam kasus

pelanggaran kode etik yang melibatkan akuntan. Lebih lanjut, penelitian ini

menguji pengaruh orientasi idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan

gender terhadap penilaian mereka atas krisis etika akuntan profesional.Purposive

Sampling adalah metode pemilihan sampel yang digunakandalam penelitian ini.

Sampel dalam penelitian ini adalah 143 mahasiswa S1 Akuntansi Universitas

Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengambil

matakuliah Audit I. Pengujian hipotesis menggunakan multiple regression dengan

mengunakan program SPSS.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif atas opini mahasiswa

akuntansi terhadap krisis etika akuntan profesional. Sedangkan idealisme dan

gender tidak mempunyai pengaruh atas persepsi mahasiswa terhadap krisis etika

akuntan profesional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa yang

mempunyai tingkat idealisme dan pengetahuan yang tinggi akan memberi

persepsi negatif atau respon yang tegas terhadap isu-isu skandal akuntansi.

Sedangkan mahasiwa yang berpaham relativisme belum tentu akan memberikan

persepsi positif karena mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang

berlaku dalam merespon suatu masalah etis. Gender juga tidak menjadi faktor

yang mempengaruhi persepsi karena wanita dan pria yang memiliki lingkungan

sosialisasi yang sama cenderung memiliki persepsi yang sama juga terkait isu-isu

etika dalam dunia akuntansi.

Kata kunci: idealisme, relativisme, pengetahuan,skandal akuntansi, profesi

akuntansi, persepsi.

Page 2: Sampling multiple regression

2

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the perceptions of accounting students

regarding the ethical crisis that usually occurs within the scope of accounting

world, especially related to the issue of ethical violation involving the

accountanst. Furthemore, this research attempts to examine the orientation of

idealism, relativism, degree of knowledge, and gender toward their assesment to

the ethical crisis of the profesional accountants. As a sampling method, this

research uses purposive sampling method. The samples of this research are 143

accounting students from Brawijaya University and University of Muhammadiyah

Malang who have passed the subject of Audit I. The data analysis uses Multiple

Regression with SPSS software. The result shows that the idealism and the degree

of knowledge negatively influence the accounting students’ perceptions regarding

the ethical crisis among the profesional accountans. On the other hand, idealism

and gender have no particular effect on this matter. This reserach implies that the

student who have high level of idealism and knowledge are more likely to give

negative opinion or decisive response against the accounting scandal. Whereas,

the students who are relativist are likely to give positive perception because they

still put the ethical values into the consideration in responding to ethical issues.

Gender is also less likely to become the factor that influences the perception

because men and women that share the same social environment tend to have the

same perception regarding the ethival issues in the accounting world.

Keywoord: idealism, relativism, knowledge, accounting scandal, accounting,

perception

Page 3: Sampling multiple regression

3

1. PENDAHULUAN

Etika akuntan telah menjadi issue yang sangat menarik sejakmerebaknya kasus

Enron suatu perusahaan di Amerika Serikat yang pernah menjadi satu dari tujuh

perusahaan terbesar menurut Fortune 500, yang melibatkan salah satu kantor

akuntan publik The Big Five Arthur Andersen. Skandal yang menyebabkan

kejatuhan Enron dimulai dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan

untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi

nama “special purpose partnership” memang memiliki karateristik yang

istimewa.Skandal Enron tersebut seharusnya tidak terjadi jika setiap akuntan

memiliki pengetahuan, pemahaman dan menetapkan etika secara memadai dalam

pelaksanaan pekerjaan profesionalnya.

Skandal yang terjadi antara Enron dan KAP Arthur Andersen serta berbagai kasus

serupa yang terjadi di Indonesia sebagai contoh skandal manipulasi laporan

keuangan PT. Kimia Farma Tbk yang melibatkan akuntan publik Hans

Tuanakotta dan Mustofa (HTM),membuktikan pentingnya etika profesi khususnya

bagi profesional di bidang akuntansi semakin menjadi perhatian. Issue ini

memberikan pelajaran berharga mengenai dampak dari unethical decisionuntuk

keberlanjutan sebuah organisasi.

Dalam penelitian sebelumnya Comunale (2006) menggunakan variabel

orientasi etis, gender, umur, dan pengetahuan mengenai skandal keuangan dan

profesi akuntansi untuk mengetahui reaksi mahasiswa akuntansi terkait dengan

opini mereka terhadap auditor dan corporate manager.Dalam penelitian ini

diketahui reaksi mahasiswa terhadap krisis etisprofesional dalam bidang profesi

akuntansi yang telah terjadi, dilihat dari dua aspek orientasi etis para mahasiswa

akuntansi, yaitu mahasiswa yang memiliki orientasi idealis dan mahasiswa yang

memiliki orientasi relativis.Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua

aspek moral filosofi seorang individu. Seorang individu yang idealis akan

menghindari berbagai tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di

sekitarnya, seorang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu

kejadian yang tidak etis ataupun merugikan orang lain. Sedangkan individu yang

relativis justru tidak mengindahkan prinsip-prinsip yang ada dan lebih melihat

keadaan sekitar sebelum akhirnya bertindak merespon suatu kejadian yang

melanggar etika.Relativisme etis berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak

adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman hidup seseorang.

Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi

persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Di

Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan tidak terlepas

dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010). Dalam penelitian

ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia

meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita yang bekerja

tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang terkena dampak dari

ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari

diskriminasi gender (Hasibuan, 1996).

Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi

persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Di

Page 4: Sampling multiple regression

4

Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan tidak terlepas

dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010). Dalam penelitian

ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia

meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita yang bekerja

tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang terkena dampak dari

ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari

diskriminasi gender (Hasibuan, 1996).

Di Indonesia, dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perilaku etis akuntan (Sudibyo, 1995 dalam Margawati, 2010), oleh

sebab itu perlu diketahui pemahaman calon akuntan (mahasiswa) terhadap

masalah-masalah etika dalam hal ini berupa etika bisnis dan etika profesi akuntan

yang mungkin telah atau akan mereka hadapi nantinya. Terdapatnya mata kuliah

yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada

mahasiswa dan keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting

dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan

Marini, 2003 dalam Margawati,2010).

Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba meneliti kembali variabel-

variabel yang telah diteliti oleh Comunale etal. (2006) namun dalam penelitian ini

variabel gender tidak disertakan, karena jenjang umur responden yanag akan

diteliti tidak terlalu jauh seperti responden dalam penelitian comunale et.al di

tahun 2006. Selain itu, penelitian ini juga mengadapatasi istrumen penelitian yang

dipakai oleh Comunale etal. (2006) namun disesuaikan lagi dengan kondisi

akuntansi yang ada di Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Menurut Sasanti (2003), definisi persepsi adalah suatu proses pengenalan atau

identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima

individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui

proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam

diri individu.Sabri (1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang

memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai

kepadanya melalui alat inderanya.Proses terjadinya persepsi menggambarkan

bagaimana stimulus yang berupa objek, kejadian maupun orang diterima oleh

indera serta bagaimana masukan persepsi itu diseleksi,diorganisasi dan

selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan arti tentang sesuatu hal

bagi pemersepsi. Proses terjadinya persepsi berkaitan erat dengan bagaimana

persepsi terbentuk dan mempengaruhi sikap serta perilaku orang.

Forist (1992) mendefinisikan idealisme sebagai suatu sikap yang menganggap

bahwa tindakan yang tepat atau benar akan menimbulkan konsekuensi yang atau

hasil yang diinginkan.Seseorang yang idealis mempunyai prinsip bahwa

merugikan orang lain adalah hal yang selalu dapat dihindari dan mereka tidak

akan melakukan tindakan yang mengarah pada tindakan yang berkonsekuensi

negatif. Jika terdapat dua pilihan yang keduanya akan berakibat negatif terhadap

individu lain, maka seorang yang idealis akan mengambil pilihan yang paling

Page 5: Sampling multiple regression

5

sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain.

Menurut Forsyth (1992), relativisme etis merupakan teori yang menyatakan

bahwa suatu tindakan dapat dikatakan etis atau tidak, benar atau salah, yang

tergantung kepada pandangan masyarakat. Teori ini meyakini bahwa tiap individu

maupun kelompok memiliki keyakinan etis yang berbeda. Dengan kata lain,

relativisme etis maupun relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada

standar etis yang secara absolute benar. Dalam penalaran moral seorang individu,

ia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat

dimanapun ia berada.

Perbedaan gender sangat berpengaruh secara kompleks dan tidak pasti

terhadap penilaian etis. Beberapa penelitian sebelumnya,misalnya Comunale et al.

(2006), menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara perempuan maupun

laki-laki dalam menyikapi perilaku etis maupun skandal etis yang terjadi di dalam

profesi akuntansi. Namun di dalam penelitian Lawrence dan Shaub (1997)

ditemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita dalam

menyikap perilaku etis dan skandal etis yang terjadi di dalam profesi akuntansi.

Penelitian yang dilakukan oleh Sankaran dan Bui (2003) menunjukan bahwa

seorang perempuan akan lebih perduli terhadap perilaku etis dan pelanggarannya

dibandingkan dengan seorang laki-laki. Mahasiswa akuntansi yang bergender

perempuan akan memiliki ethical reasoning yang lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa laki-laki.

Secara umum definisi pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Menurut Pudjawidjana (1983),

pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar

melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan

hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek

tertentu.Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas

bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat

kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi

apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.

Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari

persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya

merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang

menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.Pengetahuan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai bidang profesi akuntansi dan

informasi mengenai kasus akuntansi yang menimpa Enron dan KAP Arthur

Andersen serta skandal-skandal akuntansi dalam negeri yang diketahui oleh

mahasiswa.

2.1 Perumusan Hipotesis

Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua aspek moral filosofi

seorang individu. Seorang individu yang idealis akan menghindari berbagai

tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di sekitarnya. Seorang

idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu kejadian yang tidak etis

ataupun merugikan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006)

Page 6: Sampling multiple regression

6

menunjukan bahwamahasiswa yang memiliki idealisme yang tinggi cenderung

memberikan presepsi negatif terhadap skandal Enron. Dengan demikian, hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H1 : Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas

krisis etika akuntan profesional.

Individu yang relativis justru tidak mengindahkan prinsip-prinsip yang ada

dan lebih melihat keadaan sekitar sebelum akhirnya bertindak atau merespon

suatu kejadian yang melanggar etika. Relativisme etis berbicara tentang

pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman

hidup seseorang.Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006) menunjukan

bahwamahasiswa yang memiliki relativisme yang tinggi cenderung memberikan

presepsi positif terhadap skandal Enron. Hipotesis kedua yang diuji dalam

penelitian ini adalah:

H2 : Tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas

krisis etika akuntan profesional.

Hal lain yang juga mempengaruhi seseorang berperilaku secara etis adalah

lingkungan, yang salah satunya dunia pendidikan.Terdapatnya mata kuliah yang

berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada

mahasiswa. Keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting dalam

perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan Marini,

2003 dalam Margawati, 2010). Hasil penelitian Comunale et al. (2006)

menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akuntansi terhadap skandal

dan profesi akuntansi akan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan etika

mahasiswa akuntansi. Berdasarkan teori dan penelitian yang tedahalu, maka

hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H3 : Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas

krisis etika akuntan profesional.

Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat

mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal

keuangan. Penelitian yang dilakukan Sankaran dan Bui (2003) mendapatkan hasil

bahwa mahasiswa yang bergender wanita akan lebih bepersepsi tegas terhadap

pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan dalam kasus Enron. Penelitian

oleh Darsinah (2005) juga menyatakan bahwa ada perbedaan sensitivitas etis yang

signifikan antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam menyikapi

berbagai skandal keuangan yang terjadi. Selanjutnya, hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini adalah:

H4 : Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan

profesional.

3. METODE PENELITIAN

Page 7: Sampling multiple regression

7

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi dari dua

universitas di Malang, yaitu Universitas Brawijaya Malang dan Universitas

Muhammadiyah Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1

Akuntansi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang

telah mengambil matakuliah Audit I.Data yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh melalui pengumpulan data primer, yaitu dengan cara menyebarkan

kuesioner. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang telah dirumuskan untuk

mencatat jawaban dari para responden (Sekaran, 2003). Kuesioner yang

digunakan diadopsi dari Ethics Position Questionnaire yang dikembangkan oleh

Forsyth (1992) dan akan diukur dengan skala Likert.

Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (idealisme) meliputi 10 pertanyaan

mengenai tindakan yang dilakukan oleh individu apakah akan menyakiti atau

merugikan individu lain. Tindakan yang merugikan orang lain, sekecil apapun

tindakan itu, tidak dapat ditolerir dan dianggap sebagai tindakan yang salah.

Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (relativisme) terdiri atas 10 butir

pertanyaan yang meliputi adanya etika yang bervariasi dari satu situasi dan

masyarakat ke situasi dan masyarakat lainnya. Selain itu, tipe-tipe moralitas yang

berbedatidak dapat dibandingkan dengan keadilan. Serta, pertimbangan etika

dalam hubungan antar orang begitu kompleks, sehingga individu seharusnya

diijinkan untuk membentuk kode etik individu mereka sendiri.

Penilaian tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai profesi dan skandal keuangan

terdiri atas 10 pertanyaan yang meliputi perbandingan antara jumlah kantor

internasional dan domestik yang dimiliki oleh KAP “Big 4” dan KAP “Non Big

4”. Kemudian pengetahuan mengenai KAP yang tadinya tergabung di dalam “Big

5” dan yang hancur atau tutup karena melakukan pelanggaran berat adalah Arthur

Andersen. Selain itu juga diberikan pertanyaan tentang perijinan yang dimiliki

oleh KAP di Indonesia.

Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan professional diproksikan dalam

5 pertanyaan mengenai kasus pelanggaran oleh Enron dan kasus yang terjadi di

Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-

variabel bebas ( idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan gender) terhadap

variabel terikat (persepsi) , karenanya pengujian yang digunakan adalah analisis

regresi berganda. Selain itu juga dilakukan uji validitas dan realibiitas untuk

menguji kualitas data yang telah diperoleh.

4. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada para

mahasiswa akuntansi di Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah

Malang. Kuesioner yang disebar sebanyak 150 kuesioner, yaitu 75 kuesioner di

tiap universitas. Total kuesioner yang kembali adalah sebanyak 75 kuesioner dari

Universitas Brawijaya dan 68 kuesioner dari Universitas Muhammadiyah Malang.

Jadi, total kuesioner yang digunakan sebagai bahan analisis adalah 143 buah.

Statistik deskriptif dari kuesioner yang kembali tersebut adalah sebagai berikut:

Page 8: Sampling multiple regression

8

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden %

20 tahun

21 tahun

22 tahun

12

89

34

8,39%

62,23%

29,37%

Jumlah 143 100%

Sumber: Data Primer Diolah

Kerakteristik Responden Berdasarkan Gender

Jenis Kelamin Jumlah Responden %

Laki-laki

Perempuan

49

94

34,26%

65,73%

Jumlah 143 100

Sumber: Data primer diolah

Kerakteristik Responden Berdasarkan Semester

Semester Jumlah Responden %

VI

VIII

89

54

62,24%

37,76%

Jumlah 100 100%

Sumber: Data Primer Diolah

Kerakteristik Responden Berdasarkan Penempuhan MatakuliahAudit I

Telah menempuh Audit I Jumlah Responden %

Ya

Belum

Sedang

143

0

0

100%

0

0

Jumlah 143 100%

Sumber: Data Primer Diolah

Page 9: Sampling multiple regression

9

Variabel idealisme diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan mengenai

respon mahasiswa akuntansi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu terkait dengan akibat yang terjadi atas tindakan tersebut. Dari 143

responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 20-50, sedangkan

rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah

40 dengan standar deviasi 5,4149 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian

menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, sehingga

dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam

penelitian ini memiliki tingkat idealisme yang tinggi.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel relativisme terdiri dari 10

pertanyaan mengenai konsep etika dan kondisi-kondisi moralitas yang terdapat

dalam suatu keadaan. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang

aktual 16-50, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai

50. Nilai rata-rata adalah 33.3 dengan standar deviasi 5.84 dan rata-rata teoritis

30. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata

teoritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang

menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat relativisme yang cukup

tinggi.

Variabel tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan

yang meliputi perbandingan antara jumlah kantor internasional dan domestik yang

dimiliki oleh KAP BIG 4 dan KAP Non Big 4. Selain itu, ditanyakan juga

mengenai perizinan dan tugas auditor serta tanggung jawabnya di Indonesia. Dari

143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 24-49, sedangkan

rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah

39 dengan standar deviasi 4.49 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian

menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, maka dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam penelitian

ini memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang skandal dan profesi di

bidang akuntansi.

Variabel persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional diukur

dengan menggunakan 5 pertanyaan mengenai pelanggaran akuntansi yang

dilakukan oleh perusahaan Enron dan juga kasus-kasus pelanggaran akuntansi

yang tejadi di Indonesia. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan

rentang aktual 5-25, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 5

sampai 25. Nilai rata-rata adalah 10.9 dengan standar deviasi 3.32 dan rata-rata

teoritis 15. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih rendah daripada

rata-rata teoritisnya, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang

menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki persepsi yang rendah. Maksud

rendah di sini adalah mahasiswa cenderung mempunyai persepsi yang negatif atau

tegas terhadap krisis etika akuntan profesional.

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Ghozali (2006), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

tidaknya suatu kuesioner. Dalam penelitian ini uji validitas digunakan untuk

melihat valid tidaknya masing-masing instrumen dalam variabel idealisme,

Page 10: Sampling multiple regression

10

relativisme, tingkat pengetahuan, dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika

akuntan profesional. Nilai dari pengujian ini adalah 0,164 dengan DF= n-1dan

taraf signifikan 0,05 (5%). Instrumen dikatakan valid jika angka koefisien korelasi

yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r. Adapun hasil uji validitas pada

pengujian ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Validitas

Variabel Kisaran Korelasi r Tabel Keterangan

idealisme 0.359 – 0.671 0.164 Valid

relativisme 0.450 – 0.623 0.164 Valid

tingkat pengetahuan 0.260 – 0.692 0.164 Valid

persepsi mahasiswa

terhadap krisis etika akuntan

profesional

0.549 – 0.774 0.164 Valid

Sumber: Data Primer Diolah

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel idealisme,

relativisme, tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap kriris etika

akuntan profesionalmempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari nilai kritik

atau tabel. Hasil pengujian validitas secara lebih terinci dapat dilihat di bagian

Lampiran yang ada pada penelitian ini.Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan-

pertanyaan yang mengukur variabel idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan,

dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional dinyatakan

valid.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien

reliabilitas (coefisient of reliability). Nilai koefisien tersebut berkisar antara 0

hingga 1. Semakin mendekati 1 menunjukkan makin reliabel. Ukuran yang

dipakai untuk semakin reliabel bilamana Cronbach’s Alpha diatas 0,6. Adapun

hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel di bawah:

Hasil Uji Reliabilitas Item Koefisien

Reliabilitas

Hasil Uji

Idealisme

Relativisme

Tingkat pengetahuan

Persepsi mahasiswa terhadap krisis

etika akuntan profesional

0.743

0.751

0.631

0.741

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber: Data primer diolah

Page 11: Sampling multiple regression

11

Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka dapat dikatakan bahwa seluruh variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel, hal tersebut dikarenakan

koefisien Cronbach’s Alpha diatas 0,6.

4.2 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel independen,

yaitu variabel idealisme, relativisme,tingkat pengetahuan dan gender berpengaruh

secara parsial terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan

profesional, maka digunakan uji t (t- test) yaitu dengan cara membandingkan nilai

signfikan t. Apabila nilai Sig.t < 0,05 berari Ho ditolak, sebaliknya bila nilai Sig.t

> 0,05 berari Ho diterima. Di bawah ini disajikan hasil uji t.

Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda

Pengaruh Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan dan Gender

Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Krisis Etika Akuntan Profesional

Sumber: Data primer diolah

Pengujian pengaruh idealisme terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis

etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan

hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai signifikansinya

sebesar 0,037 yang lebih kecil dari α = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi

berganda secara individual dapat dilihat variabel idealisme mempunyai koefisisen

arah variabel (B)= -0.115. Artinya, variabel idealisme berpengaruh negatif

terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Semakin

tinggi tingkat idealismenya maka semakin negatif atau tegas persepsi terhadap

krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian, hipotesis H1 yang menyatakan

tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis

etika akuntan profesional dapat diterima.

Selanjutnya, pengujian pengaruh relativisme terhadap persepsi mahasiswa

mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda

menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan

nilai signifikansinya sebesar 0,837 yang lebih besar dari α = 0.05. Berdasarkan

hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel

relativisme mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.010. Berarti, variabel

relativisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis

etika akuntan profesional. Namun dengan nilai signifikansinya yang lebih dari

Coefficientsa

21.881 2.831 7.730 .000

-.115 .055 -.188 -2.103 .037 .807 1.240

-.010 .048 -.017 -.206 .837 .917 1.091

-.155 .064 -.210 -2.442 .016 .874 1.144

-.041 .572 -.006 -.072 .942 .992 1.008

(Constant)

X1

X2

X3

X4

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ya.

Page 12: Sampling multiple regression

12

0.05, maka hipotesis H2 yang menyatakan tingkat relativisme berpengaruh positif

terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional ditolak.

Pengujian pengaruh tingkat pengetahuan terhadap persepsi mahasiswa

mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda

menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai

signifikansinya sebesar 0,016 yang lebih kecil dari α = 0.05. Berdasarkan hasil

pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel tingkat

pengetahuan mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.155 yang artinya

variabel tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa

mengenai krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian hipotesis H3 yang

menyatakan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi

mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional diterima.

Terakhir, pengujian pengaruh gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai

krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda

menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan

nilai signifikansinya sebesar 0,942 yang lebih besar dari α = 0.05. Berdasarkan

hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel gender

mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.041 artinya variabel gender

berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan

profesional. Dengan demikian hipotesis H4 yang menyatakan gender berpengaruh

signifikan terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional

ditolak.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini menguji pengaruh idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan

dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan

profesional. Berdasarkan pada pengujian empiris yang telah dilakukan terhadap

beberapa hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa hanya dua

variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai

krisis etika akuntan profesional. Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis

dengan menggunakan regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Keterangan

H1 Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi

mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Diterima

H2 Tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi

mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Ditolak

H3 Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap

persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Diterima

H4 Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas

krisis etika akuntan profesional. Ditolak

Sumber: Data diolah

Page 13: Sampling multiple regression

13

1. Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa

atas krisis etika akuntan profesional

Idealisme mengacu pada sejauh mana seseorang percaya bahwa konsekuensi

dari tindakan yang dilakukan dapat terjadi tanpa melanggar nilai-nilai moral.

Dengan kata lain, idealisme merupakan karakteristik orientasi etika yang mengacu

pada kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dan berusaha untuk

tidak merugikan orang lain. Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata tingkat

idealisme mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan

profesional. Hasil ini konsisten dengan penelitian Comunale et al. (2006) yang

menemukan bahwa tingkat idealisme mahasiswa berpengaruh pada opini

mahasiswa terhadap krisis etika akuntan. Mahasiswa dengan idealisme tinggi akan

menilai perilaku tidak etis akuntan secara lebih tegas. Hal tersebut dapat terjadi

akibat pemahaman mahasiswa mengenai etika dan proses pembelajaran etika yang

efektif, sehingga ketika dihadapkan kepada sebuah kasus pelanggaran etika

mahasiswa cenderung memberikan persepsi atau penilaian yang tegas.

Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nugroho (2008). Pada

penelitian Nugroho (2008)ditemukan bahwa tingkat idealisme tidak berpengaruh

pada opini mahasiswa terhadap tindakan auditor, sehingga mahasiswa yang

memiliki tingkat idealisme lebih tinggi belum tentu akan menilai pelanggaran

tindakan auditor dengan lebih tegas. Nugroho (2008) menyebutkan bahwa

sensitif atau tidaknya seseorang yang beridealisme tinggi terhadap permasalahan-

permasalahan yang menyangkut etika dipengaruhi oleh komitmen mereka

terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam organisasi maupun profesinya.

Tidak sensitifnya mahasiswa akuntansi terhadap hal ini dapat dikarenakan bahwa

mereka belum sepenuhnya memahami aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh

organisasi atau profesi yang tidak diperoleh dalam perkuliahan. Maka dari itu, hal

ini akan mempengaruhi komitmen mereka dalam menjustifikasi etis atau tidaknya

suatu perbuatan.

2. Tingkat relativisme tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa

atas krisis etika akuntan profesional

Relativisme adalah orientasi etika yang mengacu pada penolakan terhadap

nilai-nilai (aturan) moral universal yang membimbing perilaku. Relativisme

menolak prinsip dan aturan moral secara universal dan merasakan bahwa tindakan

moral/kesusilaan tersebut tergantung pada individu dan situasi yang dilibatkan

(Forsyth, 1992). Hasil penelitian ini konsisten terhadap penelitian Nugroho (2008)

maupun penelitian Comunale et al. (2006) yang menunjukkan bahwa relativisme

tidak mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan auditor dalam skandal

keuangan. Pada mahasiswa akuntansi ditemukan bahwa terdapat kecenderungan

relativisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika

akuntan.Mahasiswa dengan tingkat relativisme yang tinggi belum tentu menilai

perilaku tidak etis akuntan dengan lebih toleran.

Page 14: Sampling multiple regression

14

Secara teoritis hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep yang

menyatakan bahwa seseorang yang memiliki relativisme tinggi akan lebih

memberi toleransi dalam menemukan masalah moral serta dalam melaksanakan

nilai-nilai (aturan) moral universal yang berlaku atau yang membimbing perilaku

mereka. High relativist seharusnya memberikan opini yang lebih toleran atas

krisis etika akuntan profesional dalam skandal keuangan. Namun demikian,

penelitian ini memberikan hasil yang berbeda yang mungkin dikarenakan

walaupun mahasiswa akuntansi memiliki tingkat relativisme yang tinggi, ternyata

mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang berlaku dalam menjustifikasi

suatu perilaku yang dapat dikategorikan etis atau tidak. Hal ini dapat juga

dikarenakan bahwa mahasiswa akuntansi belum dihadapkan dalam situasi yang

benar-benar riil, sehingga mereka belum dapat memahami situasi yang dihadapi

dan kemudian membuat suatu penilaian secara tepat apakah suatu tindakan etis

atau tidak.

3. Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa

atas krisis etika akuntan profesional

Mahasiswa akuntansi yang memiliki pengetahuan yang lebih mengenai

skandal akuntansi melalui pemberitaan media yang luas mengenai skandal

keuangan yang melibatkan akuntan dan corporate manager bisa jadi

mempengaruhi persepsi mereka terhadap krisis etika akuntan profesional. Hasil

penelitian ini menunjukan hasil yang konsisten dengan penelitian Comunale et al.

(2006), bahwa pengetahuan mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan

auditor. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki oleh mahasiswa maka mahasiswa tersebut akan menilai perilaku tidak etis

akuntan secara lebih tegas.

Menurut Sugihartono dkk. (2007: 9), perbedaan persepsi juga dipengaruhi

oleh individu atau orang yang mengamati. Dilihat dari individu orang yang

mengamati, adanya perbedaan persepsi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan,

pengalaman dan wawasan seseorang. Dengan adanya pengetahuan yang dimiliki,

maka mahasiswa mampu memahami seluk beluk permasalahan dalam skandal

akuntansi, sehingga mengakibatkan individu memberikan opini tegas terhadap

pelanggaran etika yang terjadi. Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian

Nugroho (2008) yang menemukan bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi opini

mahasiswa terhadap tindakan auditor. Dalam penelitian Nugroho (2008)

disebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan tentang profesi auditor

cenderung lebih menyalahkan manajemen suatu perusahaan terkait skandal-

skandal keuangan yang terjadi daripada auditor itu sendiri. Mahasiswa

berpendapat bahwa auditor dan akuntan hanya mendapat tekanan dari corporate

manager. Dengan demikian, manajemen lah yang layak disalahkan atas skandal

keuangan yang terjadi.

Page 15: Sampling multiple regression

15

4. Gender tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika

akuntan profesional

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Comunale et al

(2006) yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi opini

mahasiswa akuntansi terhadap akuntan dalam skandal keuangan. Beberapa

peneliti lain juga menemukan bahwa di antara responden laki-laki dan perempuan

tidak terdapat perbedaan intensi etis maupun evaluasi etis (Muthmainah, 2006).

Namun beberapa penelitian lain menujukkan bahwa wanita wanita lebih perduli

dengan isu etika dibandingkan pria (Sankaran dan Bui, 2003). Secara teoritis hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita lebih

sensitif terhadap isu-isu etika dalam proses pembuatan keputusan etis. Persepsi

yang diberikan oleh responden perempuan dan laki-laki pasti mendapatkan

pengaruh dari lingkungannya juga. Walaupun secara teori wanita mempunyai

persepsi dan pandangan yang tegas akan suatu tindakan kurang etis, namun pada

nyatanya pria pun mempunyai pandangan yang tegas terkait isu-isu pelanggaran

etika. Hal ini bisa disebabkan pengaruh lingkungan tempat mereka bersosialisasi.

5. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh idealisme, relativisme,

tingkat pengetahuan, dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis

etika akuntan profesional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi

yang telah menempuh matakuliah Audit I pada jurusan akuntansi di Universitas

Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang.

Setelah dilakukan uji statistik dengan model regresi berganda, maka diperoleh

hasil bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi

mahasiswa akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional. Namun demikian

relativisme dan gender tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi mahasiswa

akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional.

Hasil ini kemungkinan besar disebabkan oleh pemahaman mahasiswa terkait

isu-isu pelanggaran etika sudah cukup baik, mahasiwa yang mendapat pendidikan

mengenai etika yang benar dan tepat akan mempengaruhinya dalam memandang

dan menilai isu-isu etika yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Selain itu,

pengetahuan yang dimiliki mahasiswa terkait peraturan-peraturan akuntansi dan

kewajiban profesional profesi akuntansi akan membantunya dalam menilai benar

atau tidaknya tindakan yang dilakukan oleh seorang akuntan profesional dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab profesinya.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila diatasi pada

penelitian selanjutnya maka dapat memperbaiki hasil penelitian. Beberapa

keterbatasan tersebut adalah:

1. Variabel bebas yang digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam

penelitian ini lebih mengarah ke faktor individu responden, sedangkan

mungkin masih ada faktor-faktor lainnya yang lebih berpengaruh terhadap

persepsi mahasiswa.

Page 16: Sampling multiple regression

16

2. Penelitian ini hanya dilakukan di 2 universitas di Kota Malang. Oleh karena

itu, dipercayai bahwa kesimpulan dari penelitian ini belum tentu dapat

digeneralisasi ke populasi mahasiswa yang lain.

Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka diajukan

saran sebagai berikut:

1. Penelitian berikutnya dapat menambah variabel-variabel bebas dari faktor-

faktor eksternal seperti lingkungan akademik, budaya, dan organisasi, serta

faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa.

2. Sebaiknya menambah objek penelitian, misalnya di lingkup provinsi Jawa

Timur.

Page 17: Sampling multiple regression

17

DAFTAR PUSTAKA

Adib, N. 2001.Perbandingan Sensitivitas Etis Antara Mahasiswa Akuntansi Pria

dan Wanita Serta Mahasiswa Akuntansi dan Non Akuntansi.Simposium

Nasional Akuntansi IV.Bandung, hal. 1016-1035.

Andini. 2010. Pengaruh Kompleksitas Audit,Tekanan Anggaran Waktu, dan

Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Ddengan Variabel Moderating

Pemahaman Terhadap Sistem Informasi (Studi Empiris pada Auditor KAP di

Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, EdisiRevisi

IV. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.

Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7).

Jakarta: Erlangga. Gelinas, U.J.Jr., Dull, R.B. (2008).

Caiwardana. n.d.Pengertian Pengetahuan dan sikap Menurut Para Ahli. Jakarta.

Comunale, C., Thomas, S. and Stephen, C. 2006. Professional Ethical Crises:

A Case Study of Accounting Majors. Managerial Auditing Journal, Vol. 21,

No. 6, pp 636-656.

Chan, S. 2006. The Effects of Acounting Students' Ethical Reasoning and

Personal Factors on Their Ethical Sensitivity. Managerial AuditingJournal,

Vol. 21, No. 4, pp 436-457.

Coate, C. and Frey, K. 2000. Some Evidence on the Ethical Disposition of

Accounting Students: Context and Gender Implications. TeachingBusiness

Ethis. Vol 4 No 4, pp 379-404.

Colby, A. and Kohlberg, L. 1987. The Measurement of Moral Judgement. New

York: Cambridge University Press.

Darsinah. 2005. Perbedaan Sensitivitas Etis Ditinjau dari Disiplin Ilmu dan

Gender. Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Djadjang, S. 2006. Analisis Intensitas Moral dan Orientasi. BuletinPenelitian, No.

09.

Forsyth, D. 1980. A Taxanomy of Ethical Ideologies. Journal of Personalityand

Social Psychology. Vol 39, pp 175-184.

Forsyth, D. 1981. Moral the Judgement: the Influence of Ethical Ideology.

Personality and Social psychology Bulletin. Vol 7, pp 218-223.

Page 18: Sampling multiple regression

18

Forsyth, D. 1992. Judging the Morality of Business Practices: the Influence of

Personal Moral Philosophies. Journal of Business Ethics. Vol 11, pp 416-470.

Forsyth, D dan Nye, J. 1990. Personal Moral Philosophies and Moral Choice.

Journal of Research in Personality. Vol 24, pp 398-414.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,Edisi 3.

Semarang: Penerbit Undip.

Gibson, J.L. John, M.I. dan James, H.D.Jr. 1993. Organisasi: Perilaku, Struktur,

danProses. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Harsono, M. 1997. Etika Bisnis sebagai Modal Dasar dalam Menghadapi Era

Perdagangan Bebas Dunia. Perspektif (Januari), pp 4-9.

Hasan, M.I. 2005. Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Infrensif). Jakarta.

Bumi Aksara.

Hasibuan, C.D. 1996. Perempuan di Sektor Formal. Jakarta: PT Gramedia.

Larkin, J.M. 2000. The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dillemas.

Journal of Business Ethics. Vol 23, pp 401-409.

Lawrence and Shaub, M. 1997. The Ethical Construction of Auditors: An

Examination of the Effect of Gender and career Level. ManagerialFinance.

Vol 23 No 12, pp 3-21.

Margawati, R. 2010. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Bisnis dan

Etika Profesi Akuntan Dipandang dari Segi Gender. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta

Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi

Akuntan, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.790–805.

Nugroho, B. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Mahasiswa

Akuntansi atas Tindakan Auditor dan Coorporate Manager dalam Skandal

Keuangan serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarier di Bidang

Akuntansi. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Riggio, R.E. 1990. Introduction to Industrial and Organization Psycologhy.

London: Scott, Forestman and Company.

Sankaran, S and Bui, T. 2003. Ethical Attitudes Among Accounting Majors: An

Empirical Study. Journal of the American Academy of Business. Vol 3 No 1,

pp 71-77.

Sekaran, U. 2003. Research Methods For Business. Wiley.

Page 19: Sampling multiple regression

19

Salam, B.H. 2000. Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. Penerbit PT.

Rineka Cipta Jakarta.

Sasanti. 2003. Pengertian Persepsi. Jakarta.

Santoso, S. 2002.Statistik Multivariat. Jakarta. PT Elex Media Komoutindo.

Steiner, G. 1972. Social Policies for Business. California Management Review.

Winter, pp 17-24.

Surajiyo. 2010.Filsafat ilmu & perkembangannya dindonesia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. 2005.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.

Page 20: Sampling multiple regression

20

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Identitas Responden Nama (optional) :……………………………….. Usia :................................................. Jenis Kelamin : L / P Semester :.................................................. Telah menempuh Audit I : Ya / Belum / Sedang

Berikan tanggapan terhadap pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda

centang (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan yang Anda rasakan.

A. Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional

sangat negatif sangat positif

1 2 3 4 5

No Pernyataan 1 2 3 4 5

1 Skandal akuntansi/bisnis yang terjadi pada perusahaan Enron telah memberikan pengaruh ............... terhadap opini saya atas akuntan.

2 Skandal akuntansi/bisnis yang terjadi pada perusahaan PT. Kimia Farma telah memberikan pengaruh ............... terhadap opini saya atas akuntan.

3 Penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indoneia memberikan pengaruh ............. terhadap opini saya atas akuntan.

4 Kecurangan laporan keuangan dengan maksud untuk menarik minat investor telah memberikan pengaruh ............. terhadap opini saya atas akuntan.

Page 21: Sampling multiple regression

21

No Pernyataan 1 2 3 4 5

5 Pemberian sanksi yang tegas dan berat terhadap pihak-pihak yang terbukti melakukan kecurangan akuntansi telah memberikan pengaruh ............ terhadap opini saya atas akuntan.

B. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (Idealisme)

sangat tidak setuju sangat setuju

1 2 3 4 5

No Pernyataan 1 2 3 4 5

1 Seorang individu harus memastikan bahwa tindakan yang

ia lakukan tidak akan menyakiti

atau merugikan individu lain.

2 Tindakan yang merugikan orang lain, sekecil apapun tindakan itu

tidak dapat ditolerir.

3 Melakukan tindakan yang merugikan orang lain, akan selalu

menjadi tindakan yang salah, walaupun akan memberikan keuntungan bagi kita.

4 Seorang individu tidak boleh menyakiti individu lainnya, baik secara fisik maupun psikologis.

5 Apabila suatu tindakan akan merugikan individu lain yang tidak

bersalah, maka tindakan tersebut seharusnya tidak dilakukan.

6 Seorang individu tidak boleh melakukan tindakan yang dapat mengancam martabat dan kesejahteraan individu lain.

7 Tindakan bermoral adalah tindakan yang hampir sesuai dengan tindakan yang sempurna.

8 Memutuskan suatu tindakan dengan menyeimbangkan antara dampak positif dan dampak negatif yang akan didapat, adalah perilaku yang tidak bermoral.

Page 22: Sampling multiple regression

22

No Pernyataan 1 2 3 4 5

9 Martabat dan kesejahteraan seorang individu harus menjadi

perhatian utama di dalam masyarakat.

10 Mengorbankan kesejahteraan orang lain adalah hal yang seharusnya tidak dilakukan.

C. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (Relativisme)

sangat tidak setuju sangat setuju

1 2 3 4 5

No Pernyataan 1 2 3 4 5

1 Etika bervariasi dari satu situasi dan masyarakat ke situasi dan

masyarakat lainnya.

2 Standar moral seharusnya dibuat berdasarkan individu masing-

masing, karena suatu tindakan

yang bermoral dapat dianggap

tidak bermoral oleh individu lain.

3 Tipe-tipe moralitas yang berbeda

tidak dapat dibandingkan dengan

keadilan.

4 Pengertian etis bagi tiap individu

sulit untuk dipecahkan karena

pengertian moral dan imoral

berbeda bagi tiap individu.

5 Standar moral adalah aturan

pribadi sederhana yang

mengindikasikan bagaimana

seorang individu harus bertindak

dan tidak dapat digunakan untuk

melakukan penelitian terhadap

orang lain.

6 Pertimbangan etika dalam

hubungan antar orang begitu

kompleks, sehingga individu

seharusnya diijinkan untuk

membentuk kode etik individu

mereka sendiri.

Page 23: Sampling multiple regression

23

D. Penilaian tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai profesi dan

skandal keuangan

sangat tidak setuju sangat setuju

1 2 3 4 5

No Pernyataan 1 2 3 4 5

1 KAP Big 4 memiliki lebih banyak kantor internasional dan domestik

dibandingkan dengan KAP non-Big

4.

2 Di Indonesia, Audit fee dibayar

oleh klien audit.

3 Kantor Akuntan Publik harus memiliki izin untuk membuat

laporan keuangan klien.

4 Sertifikasi CPA dibutuhkan untuk profesi akuntan di bidang akuntan

publik.

No Pernyataan 1 2 3 4 5

7 Pengkodean secara kaku suatu

posisi etika yang mencegah

beberapa tipe tindakan dapat

dijadikan sebagai jalan untuk

menciptakan hubungan &

penyesuaian hubungan manusia

yang lebih baik.

8 Tidak ada standar yang mengatur

mengenai masalah berbohong.

Suatu kebohongan dapat

diperbolehkan atau tidak

tergantung pada situasi yang

terjadi.

9 Sebuah kebohongan dapat dinilai

sebagai tindakan moral atau imoral

tergantung pada situasi yang

terjadi.

10 Tidak ada prinsip etika yang sangat

penting untuk dijadikan bagian dari

suatu kode etik.

Page 24: Sampling multiple regression

24

No Pernyataan 1 2 3 4 5

5 Auditor eksternal bertanggung- jawab untuk melakukan tinjauan

yang objektif atas keuangan dan

sistem operasi suatu perusahaan,

namun tidak berhak untuk

merubah sistem yang ada.

6 KAP yang tadinya tergabung di dalam Big 5 dan hancur atau

tutup karena melakukan

pelanggaran berat adalah Arthur

Andersen.

7 Di dalam kasus Enron terdapat KAP besar yang dinyatakan

bersalah karena menghancurkan

dokumen yang berkaitan dengan

dokumen audit.

8 Di Indonesia auditor berkerja

untuk kepentingan perusahaan.

9 Di Indonesia semua KAP harus

tunduk pada peraturan dan standar

audit.

10 Laporan Keuangan diterbitkan

untuk kalangan pemegang saham,

kreditur, dan pemerintah.

TERIMA KASIH