ii -...

105
ii

Upload: tranthuan

Post on 31-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

ii

Page 2: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

iii

Page 3: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

iv

Page 4: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

v

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Agustus 2016

C) Muhammad Syamsud Dluha

D) Pengaruh perfeksionisme, achievement goal orientation dan jenis kelamin

terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa

E) xiv + 78 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel perfeksionisme,

achievement goal orientation dan jenis kelamin terhadap prokrastinasi

akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Subjek pada

penelitian ini berjumlah 220 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Penulis memodifikasi

alat ukur yang terdiri dari Procrastination Academic Scale-Student (PASS),

Multidimentional Pefectionism Scale (MPS), Achievement Goal Orientation

Scale oleh Elliot & McGregor. CFA (Confirmatory Factor Analysis)

digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

digunakan sebagai teknik untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh dari socially

prescribe perfectionism terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 14.5%. Mahasiswa yang mendapat

tuntutan kesempurnaan terlalu tinggi oleh orang-orang di sekitarnya

cenderung melakukan penundaan dalam tugas-tugas akademik.

Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali

dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan lebih

memperhatikan alat ukur yang digunakan dalam mengukur sebuah variabel.

Selain itu, untuk penelitian selanjutnya dapat menambah variabel lain yang

mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap prokrastinasi akademik pada

mahasiswa.

G) Bahan bacaan: 35; 3 buku + 32 jurnal

Page 5: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

vi

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) August 2016

C) Muhammad Syamsud Dluha

D) The effect of perfectionism, achievement goal orientation, and sex difference

toward students academic procrastination

E) xiv + 78 pages + appendix

F) This aims study to seek the effect of variable perfectionism, achievement goal

orientation, and sex difference toward academic procrastination among UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta students. The subjects in this research are 220

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta’s students which were taken with cluster

random sampling techniques. The writer modified the scales which consist of

procrastination Academic Scale-Student (PASS), Multidimentional

Perfectionism Scale (MPS), Achievement Goal Orientation Scale by Elliot &

McGregor. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test the validity

of instruments and Multiple Regression Analysis was used as a technique to

test the research hypothesis.

The result of the research showed that there’s an effect of socially

prescribe perfectionism on academic procrastination among UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta students at 14.5%. The students who received higher

level of perfectionism enforcement from surrounded society tend to conduct

procrastination in academic assignments.

The writer hopes the implication of this research’s result can be re-

examined and redeveloped for future research. For example, by focusing on

scales or measurement instruments which are used in measuring a variable.

Moreover, it is expected that the future research could add more variables that

may have a big influence toward academic procrastination among students.

G) Reference: 35; 3 book + 32 journals

Page 6: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

vii

KATiA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap

saat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

perfeksionisme, achievement goal orientation dan jenis kelamin terhadap

prokrastinasi akademik mahasiswa”. Shalawat serta salam tak lupa pula peneliti

hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga

kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya atas doa dan

dukungannya terhadap semua mahasiswa-mahasiswinya.

2. Solicha, M.Si, dosen pembimbing skripsi dengan kesabaran dan

kesungguhan telah memberikan banyak saran dan kritik kepada peneliti

selama masa penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktu yang

berharga untuk membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti.

3. Liany Luzvinda, M.Si, dosen pembimbing akademik kelas C angkatan

2011 serta seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Page 7: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

viii

Jakarta yang selalu memberikan bimbingan, nasihat, semangat, dan

masukan kepada peneliti selama menempuh studi.

4. Para Responden yang sudah bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan

data peneliti. Semoga Allah memberikan kebahagiaan dan membalas

kebaikan responden.

5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan wawasan bagi peneliti. Para staff Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan

kemudahan bagi peneliti dalam proses administrasi.

6. Orang tua dan ketiga adik peneliti, Almarhum Bapak Mussadat Khudlori,

Ibu Aminatun Habibah, adik Idang, Ayit, Safa dan juga seluruh keluarga

besar peneliti yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, pengertian,

perhatian, dan dukungan baik moril maupun materiil.

7. Sahabat baik peneliti Udin, Samsi, Rekat, Raden, Rafei, Zikri, Egi, Rafe’i,

Fahri, Budi, Lia, Qutbi, Aul, Nayla, Mahachala, Image, Komunitas diskusi

Dpr dan lainnya terimakasih banyak atas dukungan dan diskusinya yang

mencerdaskan.

8. Seluruh angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014

yang memberikan bantuan, dukungan, canda tawanya kepada peneliti.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud

tanpa bantuan dari kalian semua.

Page 8: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

ix

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut

berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk

dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti

semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti

dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk

mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 4 Agustus 2016

Peneliti

Page 9: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 9

1.2.1 Pembatasan masalah ..................................................................... 9

1.2.2 Perumusan masalah ........................................................................ 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 11

1.3.1 Tujuan penelitian .......................................................................... 11

1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................................ 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 14

2.1 Prokrastinasi Akademik .......................................................................... 14

2.1.1 Pengertian prokrastinasi akademik ................................................ 14

2.1.2 Jenis-jenis prokrastinasi akademik ................................................ 16

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik .......... 18

2.1.6 Pengukuran prokrastinasi akademik .............................................. 19

2.2 Perfeksionisme ......................................................................................... 21

2.2.1 Pengertian perfeksionisme ............................................................. 21

2.2.2 Dimensi perfeksionisme ................................................................. 21

2.2.3 Pengukuran perfeksionisme ........................................................... 23

2.3 Achievement Goal Orientation ................................................................. 24

2.3.1 Pengertian Achievement Goal Orientation .................................... 24

2.3.2 Dimensi-dimensi Achievement Goal Orientation .......................... 25

2.3.3 Pengukuran Achievement Goal Orientation .................................. 27

2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................... 29

2.5 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 33

BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................... 35

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 35

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................... 35

3.2.1 Identifikasi variabel ...................................................................... 35

3.2.2 Definisi operasional variabel ........................................................ 36

3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 38

Page 10: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

xi

3.3.1 Skala prokrastinasi akademik ........................................................ 39

3.3.2 Skala perfeksionisme ..................................................................... 40

3.3.3 Skala achievement goal orientation ............................................... 40

3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 40

3.4.1 Uji validitas alat ukur prokrastinasi akademik ............................... 42

3.4.2 Uji validitas alat ukur self-oriented perfectionism ......................... 44

3.4.3 Uji validitas alat ukur other oriented perfectionism ...................... 45

3.4.4 Uji validitas alat ukur socially prescribe perfectionism................. 47

3.4.5 Uji validitas alat ukur mastery approach ....................................... 48

3.4.6 Uji validitas alat ukur mastery avoidance ...................................... 49

3.4.7 Uji validitas alat ukur performance approach ............................... 50

3.4.8 Uji validitas alat ukur performance avoidance .............................. 51

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 52

3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................. 54

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 56

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 56

4.2 Hasil Analisis Deskriptif .......................................................................... 56

4.3 Kategorisasi skor variabel ........................................................................ 58

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 60

4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independent Variable .. 64

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ....................................... 67

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 67

5.2 Diskusi ..................................................................................................... 67

5.3 Saran ........................................................................................................ 73

5.3.1 Saran teoritis .................................................................................. 73

5.3.2 Saran praktis ................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

LAMPIRAN ................................................................................................... 79

Page 11: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bobot Nilai Tiap Item ..................................................................... 38

Tabel 3.2 Blue print skala prokrastinasi akademik ......................................... 39

Tabel 3.3 Blue print skala perfeksionis .......................................................... 39

Tabel 3.4 Blue print skala achievement goal orientated ................................ 40

Tabel 3.5 Muatan faktor item prokrastinasi akademik ................................... 43

Tabel 3.6 Muatan faktor item self-oriented perfectionism ............................. 45

Tabel 3.7 Muatan faktor item other oriented perfectionism ........................... 46

Tabel 3.8 Muatan faktor item socially prescribe perfectionism ..................... 48

Tabel 3.9 Muatan faktor item mastery approach ........................................... 49

Tabel 3.10 Muatan faktor item mastery avoidance .......................................... 50

Tabel 3.11 Muatan faktor item performance approach .................................... 51

Tabel 3.12 Muatan faktor item performance avoidance .................................. 52

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasrkan Jenis Kelamin ............... 56

Tabel 4.2 Analisis deskriptif ........................................................................... 57

Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Penelitian........................................................... 58

Tabel 4.4 Tabel R Square ............................................................................... 60

Tabel 4.5 Anova.............................................................................................. 61

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ........................................................................... 62

Tabel 4.7 Proporsi varians independen variabel ............................................. 65

Page 12: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir……………………………………............. 33

Page 13: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat Ukur Penelitian ............................................................... 79

Lampiran 2 : Syntax CFA dan Path Diagram............................................... 84

Lampiran 3 : Output Regresi Stepwise ......................................................... 90

Page 14: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku prokrastinasi pada umumnya digambarkan sebagai kesulitan individu

dalam melaksanakan tugas sehari-hari karena ketidakmampuan untuk mengatur

waktu dan manajemen yang efektif (Ferrari, 2005). Penundaan perilaku sehari-

hari tersebut dapat terjadi pada semua kalangan. Karyawan sering menunda

menyelesaikan tugas karena malas, sehingga tugas menjadi menumpuk dan

terbengkalai. Penelitian Mawlida (2014) menemukan 71.9% karyawan di

Jabodetabek merupakan prokrastinator tingkat sedang dan 12.9% merupakan

prokrastinator kategori tinggi. Penyebab prokrastinasi terjadi akibat impulsiveness

dan self-efficacy (Mawlida, 2014).

Pada bidang akademik, hambatan terbesar yang dihadapi mahasiswa adalah

tugas menulis seperti skripsi, jurnal, dan makalah. Menurut Salomon dan

Rothblum (1984) frekuensi penundaan terjadi dalam 46% tugas menulis, 30,1%

tugas membaca, 27,6% tugas belajar untuk ujian, 23% dalam menghadiri aktivitas

kelas, 10,6% dalam tugas administrasi, dan 10,2% dalam kinerja akademik

keseluruhan.

Tingkat prokrastinasi pada mahasiswa sudah berada pada level yang

mengkhawatirkan. Ellis dan Knaus (dalam Salomon & Rothblum, 1984)

menyatakan bahwa 95% mahasiswa melakukan prokrastinasi. Balkis dan Duru

(2009) menyatakan 23% mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik.

Page 15: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

2

Penelitian mengenai prokrastinasi akademik di Indonesia menemukan

bahwa 65.1% mahasiswi di IIQ masuk dalam pelaku prokrastinasi akademik

kategori tinggi (Hasanah, 2013). Dwisepti (2014) menemukan 40.6%

prokrastinator kategori tinggi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian-penelitian lain pada mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

menemukan bahwa 68.5% mahasiswa menjadi prokrastinator dalam kategori

sedang dan 14.5% pada katogori tinggi (Hanifah, 2012). Pada tahun 2013, Putri

menemukan 70.59% prokrastinator dalam kategori sedang dan 16.58%

prokrastinator dalam kategori tinggi (Putri, 2013). Nurfaizin (2014) menemukan

67.4% prokrastinator pada kategori sedang dan 16.4% prokrastinator kategori

tinggi pada 285 mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Syarif HIdayatullah

Jakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik

masih menjadi permasalahan yang belum bisa diatasi. Padahal perilaku menunda-

nunda berakibat negatif terhadap mahasiswa. Sehingga menjadi hal yang penting

dilakukan penelitian mengenai prokrastinasi akademik.

Salomon dan Rothblum (1984) mendefinisikan prokrastinasi sebagai

tindakan menunda mengerjakan tugas secara sengaja sampai pada titik

ketidaknyamanan subjektif. Menurut Ferarri, Johnson dan McCown (dalam

Todok, 2008) mahasiswa yang memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi

cenderung mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan

waktu antara dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Page 16: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

3

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi prokrastinasi akademik, diantaranya perfeksionisme (Bong et al.,

2014), achievement goal orientation (Howwel & Watson, 2007), self-confidence

dan kecemasan (Salomon & Rothblum, 1984), rendahnya self-esteem, self-

regulation, dan self-efficacy for self-regulation (Klassen et. al., 2008),

prokrastinasi umum (Sirin, 2011). Perkembangan penelitian di Indonesia

menemukan bahwa perilaku penundaan dalam bidang akademik dipengaruhi oleh

self-efficacy (Indrayati, 2012; Maula, 2012; Hanifah, 2012; Mustikaningsih,

2013), self-regulation (Hanifah, 2012), kecemasan (Mustikaningsih, 2013; Reza

2013), behavior control (Mustikaningsih, 2013), decisional control dan locus of

control (Nurfaizin, 2014), kepribadian conscientiousness (Hasanah, 2013; Maula,

2012), perfeksionisme (Gunawinata, Nanik & Lasmono, 2008; Indrayati, 2012),

self-regulate learning dan asertifitas (Dwisepti, 2014), motivasi berprestasi dan

kecemasan akademik (Febriana, 2013).

Salah satu faktor internal yang sering memberikan pengaruh signifikan

terhadap prokrastinasi akademik adalah self-efficacy. Penelitian menunjukkan

pengaruh negative self-efficacy terhadap prokrastinasi akademik dengan arah

negatif (Klassen, Krawchuk & Rajani, 2008; Indrayati, 2012; Maula, 2012;

Hanifah, 2012; Mustikaningsih, 2013). Indrayati (2012) menemukan pengaruh

negatif dimensi strength dan level/magnitude terhadap prokrastinasi akademik,

artinya keyakinan seseorang akan meraih kesuksesan dan kemampuan dirinya

untuk mengatasi masalah dapat menurunkan perilaku prokrastinasi akademik.

Page 17: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

4

Penelitian lain menemukan pengaruh trait terhadap prokrastinasi

akademik. Tipe kepribadian counscientiousness memiliki pengaruh negatif

terhadap prokrastinasi akademik (Maula, 2012). Karakter counscientiosness

adalah keteraturan, bertanggung jawab, terkontrol dan terencana. Individu yang

tidak memilki perencanaan terstruktur akan memiliki alasan untuk melakukan

prokrastinasi (Maula, 2012).

Selain itu, faktor internal lain yang mempengaruhi prokrastinasi akademik

adalah perfeksionis (Gunawinata dkk, 2008; Capan, 2010; Indrayati, 2012).

Perfeksionisme adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan

standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan

percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan

memotivasi (Hewwit & Flet, 1991).

Perfeksinonisme bisa berpengaruh positif dan negatif. Seorang

perfeksionis mampu menghasilkan produk dengan standar tinggi sesuai harapan

sosisal. Namun, perfeksionisme membuat seseorang enggan untuk menyelesaikan

tugas karena merasa tidak mampu mencapai standar tinggi (Gunawinata dkk.,

2008). Seorang perfeksionis yang takut berbuat kesalahan justru mendapat nilai

buruk ketika mengerjakan tugas menulis paper. Perfeksionis merupakan hasil

bentukan lingkungan sosialnya karena mereka yakin orang lain memiliki standar

yang tidak realistis dan motif perfeksionis terhadap perilakunya. Seorang

perfeksionis menerima orang lain untuk mengontrol dirinya (Gunawinata dkk,

2008).

Page 18: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

5

Frost, Marten, Lahart, dan Rosenblate (1990) mengidentifikasi terdapat 6

dimensi perfeksionis: yaitu fokus pada kesalahan, standar tinggi, ekspektasi orang

tua, kritik orang tua, keraguan, dan organisasi. Semua dimensi selain dimensi

organisasi, berkorelasi positif pada rasa takut akan kegagalan. Dimensi tersebut

menimbulkan gejala maladaptif seperti depresi, obsessive-compulsive disorder,

perasaan bersalah, dan prokrastinasi. Selaras dengan penelitian tersebut, Burka

dan Yuen (1989) menyatakan bahwa perfeksionis menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi prokrastinasi.

Beberapa peneliti telah menguji pengaruh perfeksionisme terhadap

prokrastinasi akademik. Indrayanti (2012) yang menggunakan subjek mahasiswa

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ditemukan pengaruh negatif

yang signifikan antara self-oriented perfectionism terhadap prokrastinasi. Jadi,

semakin tinggi self-oriented perfectionism maka semakin rendah prokrastinasi.

Namun tidak terdapat pengaruh signifikan dari aspek other oriented perfectionism

dan socially prescribe perfctionism terhadap prokrastinasi. Penelitian Bong et. al.

(2014) juga menemukan terdapat pengaruh negatif antara self-oriented

perfectionism terhadap prokrastinasi akademik. Sementara socially prescribe

perfctionism berpengaruh positif terhadap prokrastinasi akademik (Bong et. al.,

2014). Terdapat korelasi negatif antara self-oriented perfectionism dengan

prokrastinasi akademik, namun other-oriented perfectionism dan socially

prescribe perfectionism berkorelasi positif terhadap prokratinasi akademik

(Gunawinata dkk, 2008).

Page 19: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

6

Mengingat pengaruh perfeksionisme terhadap prokrastinasi akademik

yang belum konsisten, peneliti tertarik untuk menggunakan perfeksionisme

sebagai independent variable. Terutama untuk melihat arah pengaruh dari other

oriented perfectionism terhadap prokrastinasi akademik, karena belum ada

penelitian yang menemukan pengaruhnya secara signifikan.

Selain perfeksionis, achievement goal orientation juga ditemukan

memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Howwell dan Watson (2007)

pernah melakukan penelitian pengaruh achievement goal orientation terhadap

prokrastinasi akademik pada 170 mahasiswa Psikologi semester 8 di Kanada.

Penelitian terdahulu terkait dimensi-dimensi achievement goal orientation

terhadap prokrastinasi akademik memberikan hasil yang tidak konsisten.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, performance orientation memiliki pengaruh

positif terhadap prokastinasi akademik (Wolters, 2003; Elliot & McGregor, 2002;

dalam Howwel & Watson, 2006). Hasil ini berbeda dengan penelitian dari

Howwel dan Watson (2006), penelitian tersebut tidak menemukan pengaruh

signifikan dari performance orientation terhadap prokrastinasi akademik.

Achievement goal orientation merupakan karakteristik motivasi

berprestasi. Menurut Pitrinch (2008), goal orientation adalah tujuan atau alasan

yang digunakan dalam berperilaku. Elliot dan Dweck (dalam Ames, 1992)

mendefinisikan achievment goal orientation sebagai suatu proses yang melibatkan

kognitif, afektif dan konsekuensi perilaku. Menurut Weiner (dalam Ames, 1992)

achievment goal orientation merupakan pola keterkaitan antara keyakinan,

atribusi dan afeksi yang menghasilkan intensitas perilaku. Hal tersebut

Page 20: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

7

ditunjukkan melalui perbedaan cara dalam mendekati, memproses, dan merespon

berbagai jenis aktivitas berprestasi (Ames 1992). Mahasiswa memiliki cara yang

berbeda satu sama lain untuk menggapai prestasi yang didasari oleh perbedaan

emosi, kognitif dan perilaku (Covington, 2000, dalam Howell & Watson, 2007).

Klasifikasi dimensi achievement goal orientation pada awalnya hanya

terbagi menjadi dua, learning/mastery orientation (fokus pada peningkatan

kompetensi diri) dan performance orientation (fokus pada usaha mendapatkan

pengakuan sosial). Namun pada perkembangan selanjutnya, Elliot dan McGregor

(2001) mengembangkan menjadi empat dimensi achievement goal orientation

yang didapatkan melalui penggabungan antara dimensi Mastery dan Performance

dengan Approach dan Avoidance. Mastery approach merujuk pada keinginan

untuk menguasi apa yang memang ingin dipelajari untuk mencapai keberhasilan.

Matery-avoidance merupakan motivasi untuk tidak menguasai apa yang ingin

dipelajari untuk menolak kegagalan. Sedangkan performance approach

merupakan motivasi untuk mencapai hasil lebih baik daripada orang lain dengan

harapan pencapaian kesuksesan, dan performance avoidance merupakan

keinginan untuk menghindari hasil yang lebih buruk daripada orang lain untuk

menghindari kegagalan (Elliot & McGregor, 2001).

Peneliti tertarik menjadikan achievement goal orientation sebagai

independent variable yang akan diuji pengaruhnya terhadap prokrastinasi

akademik. Peneltian mengenai pengaruh achievement goal orientation terhadap

prokrastinasi akademik dengan menggunakan empat dimensi dari Elliot dan

McGregor masih sangat minim, acuan penelitian terdahulu hanya dari Howwell

Page 21: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

8

dan Watson (2007). Peneliti ingin melihat perbedaan approach dan avoidance

dalam orientasi belajar individu.

Terkait hubungan jender terhadap prokrastinasi, sebagian besar penelitian

mengindikasikan tidak adanya perbedaan perilaku prokrastinasi berdasarkan jenis

kelamin (Salomon & Rothblum, 1984, Ferrari, 2005). Penelitian yang lebih baru

terhadap mahasiswa fakultas pendidikan di Universitas Pamukkale, menemukan

bahwa mahasiswa laki-laki memiliki kecenderungan prokrastinasi lebih tinggi

dibandingkan perempuan dengan korelasi negatif antara prokrastinasi dengan

usia, artinya ketika usia bertambah maka tingkat prokrastinasi turun (Balkis &

Duru, 2009). Eerde (2003) juga menemukan bahwa perilaku prokrastinasi lebih

sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Dari uraian data di atas, akhirnya peneliti memilih untuk melakukan

penelitian tentang prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Hal ini karena pentingnya mengurangi perilaku menunda-

nunda mengerjakan tugas di kalangan mahasiswa. Salah satu indikasi keberhasilan

pendidikan suatu perguruan tinggi adalah jumlah mahasiswa yang dapat lulus

tepat waktu sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai “Pengaruh Perfeksionisme, Achievement Goal

Orientation dan Jenis Kelamin terhadap Prokrastinasi Akademik

Mahasiswa”.

Page 22: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

9

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan

perfeksionisme, achievement goal orientation dan faktor demografis serta

pengaruhnya terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Adapun pengertian

konsep yang digunakan:

1. Prokrastinasi akademik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan

mahasiswa dalam menunda mengerjakan tugas akademik secara sengaja

sampai pada titik ketidaknyamanan subjektif. Dalam penelitian ini merujuk

pada pendapat Salomon dan Rothblum (1984) dengan enam jenis tugas

akademik yaitu menulis, belajar untuk menghadapi ujian, membaca,

administrasi, menghadiri pertemuan akademik dan aktifitas di kampus secara

umum.

2. Perfeksionisme yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada suatu

keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi

untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa

orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan

memotivasi. Dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Hewwit dan Flet

(1991) yang membagi ke dalam tiga dimensi yaitu self-oriented perfectionism,

other oriented perfectionism dan socially prescribe perfectionism.

3. Achievement goal orientation dalam penelitian ini dibatasi pada tujuan atau

alasan yang digunakan dalam berperilaku Pintrinch (2008). Dalam penelitian

ini merujuk pada teori Elliot dan McGregor (2001) yang dimensinya meliputi

Page 23: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

10

mastery approach, mastery avoidance, performance approach dan

performance avoidance.

4. Faktor Demografis dalam penelitian ini adalah jenis kelamin.

5. Subjek penelitian ini dibatasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang tercatat aktif kuliah strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2009-2011.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dipaparkan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi-dimensi

perfeksionisme, achievement goal orientation dan jenis kelamin terhadap

prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta?

2. Berapa sumbangan masing-masing dimensi perfeksionisme dan achievement

goal orientation terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Variabel apa yang memberikan sumbangan paling besar terhadap prokrastinasi

akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta?

Page 24: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah:

1. Untuk melihat pengaruh self-oriented perfectionism terhadap prokrastinasi

akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Untuk melihat pengaruh other oriented perfectionism terhadap prokrastinasi

akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Untuk melihat pengaruh socially prescribed perfectionism terhadap

prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Untuk melihat pengaruh mastery approach terhadap prokrastinasi akademik

pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Untuk melihat pengaruh mastery avoidance terhadap prokrastinasi akademik

pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Untuk melihat pengaruh performance approach terhadap prokrastinasi

akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Untuk melihat pengaruh performance avoidance terhadap prokrastinasi

akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta?

Page 25: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

12

8. Untuk melihat pengaruh variabel demografis jenis kelamin terhadap

prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Untuk melihat berapa sumbangan masing-masing dimensi perfeksionisme dan

achievement goal orientation terhadap prokrastinasi akademik pada

mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Untuk melihat variabel yang memberikan sumbangan terbesar terhadap

prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan

psikologi, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan. Diharapkan dapat

memberikan informasi dan gambaran yang semakin bervariasi pada tema

penelitian mengenai prokrastinasi akademik dan faktor yang

mempengaruhinya serta menjadi bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya

yang relevan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mengalami

permasalahan penundaan dalam penyelesaian tugas-tugas akademik. Sebagai

gambaran mengenai dampak negatif prokrastinasi akademik seperti rasa putus

asa, kesal, cenderung menyalahkan diri sendiri, mengalami masalah yang

berhubungan dengan lingkungan sosial, sehingga mahasiswa dapat menjadi

Page 26: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

13

pribadi yang dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu khususnya

dalam bidang akademik.

Page 27: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Prokrastinasi Akademik

2.1.1 Pengertian prokrastinasi akademik

Definisi prokrastinasi adalah menunda, menangguhkan, mengundurkan,

memperlama. Secara epistimologi berasal dari dua kata bahasa latin yaitu pro

yang berarti mendorong maju atau bergerak, dan cratinus yang berarti keputusan

hari esok dengan kata lain disebut menangguhkan sampai hari berikutnya (Burka

& Yuen, 2008). Burka dan Yuen (2008) juga menyatakan tentang dua istilah

prokrastinasi menurut bangsa Mesir, pertama sebagai suatu kebiasaan tidak

berguna dengan menghindari suatu pekerjaan atau usaha, sehingga membuang-

buang energi. Kedua, prokrastinasi merupakan perilaku malas dalam

menyelesaikan pengerjaan tugas penting, sehingga terjerumus dalam lingkaran

arus sungai Nil.

Prokrastinasi adalah kekurangan kemampuan regulasi diri dan

kecenderungan menunda yang diperlukan dalam menyelesaikan tujuan (Ellis &

Knaus, 1977, dalam Chu & Choi, 2005). Prokrastinasi menurut Steel (2007)

adalah tindakan menunda secara sengaja meskipun mengetahui tindakan menunda

dapat berdampak buruk.

Individu yang melakukan prokrastinasi akademik akan memiliki dampak

dan masalah serius. Burka dan Yuen (2008) menjelaskan mengenai dampak bagi

prokrastinator, yaitu:

Page 28: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

15

1. Dampak internal

Individu yang melakukan prokrastinasi memiliki dampak internal.

Prokrastinator akan merasa terganggu, kesal dan menyalahkan diri sendiri

serta putus asa. Individu dengan prokrastinasi mungkin saja terlihat baik dan

nyaman menurut pengamat orang lain, namun sebenarnya mereka merasa

sedih. Perilaku prokrastinasi menyebabkan mereka frustasi dan marah

terhadap diri sendiri karena membatasi mereka untuk melakukan semua hal

dalam pikiran.

2. Dampak eksternal

Selain faktor internal, prokrastinasi juga memberikan konsekuensi eksternal.

Individu yang melakukan prokrastinasi sering kali emrasa kaget, karena

ketidaksesuaian antara harapan dan hasil yang mereka dapat. Banyak

prokrastinator akan mengalami kemunduran dalam lingkungan pekerjaan,

sekolah, hubungan, dan keluarga.

Prokastinasi yang dilakukan dalam dunia pendidikan disebut prokrastinasi

akademik. Jika prokrastinasi pada umumnya fokus pada penundaan dalam

membuat keputusan, prokrastinasi akademik cenderung pada tindakan menjauhi

tugas (Balkis & Duru, 2009). Salomon dan Rothblum (1984) mendefinisikan

prokrastinasi sebagai tindakan menunda mengerjakan tugas secara sengaja sampai

pada titik ketidaknyamanan subjektif. Prokrastinasi akademik adalah penundaan

karena ketidakmampuan melakukan kinerja secara optimal ketika mengerjakan

tugas akademik akibat adanya tekanan psikis (Jiao, Qun, DaRos-Voseles, Denise,

Kathleen & Onwuwgbuzie, 2011).

Page 29: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

16

Dari berbagai definisi yang dijabarkan oleh para ahli di atas, penelitian

menggunakan definisi yang dijabarkan oleh Salomon dan Rothblum (1984) yang

menjelaskan bahwa prokrastinasi sebagai tindakan menunda mengerjakan tugas

secara sengaja sampai pada titik ketidaknyamanan subjektif.

2.1.2 Jenis-jenis prokrastinasi akademik

Salomon dan Rothblum (1984) membagi prokrastinasi akademik menjadi enam

jenis, yaitu:

1. Menulis

Tugas menulis atau mengarang meliputi penundaan dalam menyelesaikan

tugas menulis, seperti makalah atau skripsi.

2. Belajar untuk menghadapi ujian

Tugas belajar untuk menghadapi ujian meliputi penundaan belajar sampai

mendekati waktu ujian berlangsung.

3. Membaca

Tugas membaca meliputi penundaan dalam membaca materi perkuliahan.

4. Administrasi

Tugas administrasi meliputi penundaan dalam menyelesaikan urusan

administrasi yang berkaitan dengan perkuliahan.

5. Menghadiri pertemuan

Tugas menghadiri pertemuan meliputi penundaan dalam mengikuti

perkuliahan dan bimbingan dengan dosen.

Page 30: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

17

6. Aktifitas di Kampus secara umum

Aktifitas akademik secara keseluruhan meliputi penundaan mengerjakan atau

menyelesaikan kegiatan-kegiatan kampus di luar perkuliahan seperti

ektrakuliler dan organisasi di bawah naungan kampus.

Burka dan Yuen (2008) menjelasakan ciri-ciri prokrastinator yang

memiliki ikatan statistika paling kuat, yaitu:

1. Intention - Action Gap (kesenjangan antara tujuan dan tindakan)

Dimensi ini mengindikasikan kegagalan seseorang bertindak sesuai dengan

niatnya (walaupun seseorang yang melakukan prokrastinasi merencanakan

untuk bekerja lebih keras daripada yang lain).

2. Low Conscientiousness (kurangnya kesungguhan)

Seseorang yang melarikan diri dari tugas mengalami kesulitan dalam

ketekunan serta mengalami motivasi yang rendah untuk berprestasi. Seorang

prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi

menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktifitas lain yang

dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca

koran atau majalah, mengobrol, berjalan-jalan, mendengarkan musik dan

sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas

yang harus diselesaikannya.

3. Poor Self – Discipline (rendahnya kedisiplinan)

Dimensi ini mengindikasikan kemampuan disiplin yang rendah pada

seseorang dalam mengatur dan merencanakan tugas pekerjaannya.

Prokrastinator umumnya memiliki kesulitan dalam mengontrol keinginan

Page 31: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

18

untuk melakukan sesuatu di luar pekerjaannya seperti mendahulukan hal yang

bersifat hiburan.

Steel (2007) juga menjelaskan ciri-ciri individu yang melakukan

prokrastinasi akademik, yaitu:

1. Individu yang melakukan prokrastinasi tidak memiliki kepercayaan diri untuk

dapat menyelesaikan tugas.

2. Seorang prokrastinator tidak merasa ada alasan penting untuk segera

menyelesaikan tugas.

3. Individu dengan prokrastinasi akademik tidak dapat merasa puas dengan

keuntungan yang akan didapat setelah melakukan tugas.

4. Seorang prokrastinator akan merasa frustasi, marah dan bosan terhadap tugas.

Penelitian ini menggunakan jenis-jenis prokrastinasi yang dipaparkan oleh

Salomon dan Rothblum (1984).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik

Steel (2007) berpendapat terdapat 4 mempengaruhi prokrastinasi, yaitu:

1. Karakteristik Tugas

Waktu pemberiaan Reward dan Punsihment berpengaruh terhadap intensitas

prokrastinasi. Ketika tugas mendekati deadline, prokrastinasi cenderung

menurun. Selain itu Task Aversiveness, ketika tugas dianggap tidak

menyenangkan, ada kencederungan untuk mengindari tugas.

2. Perbedaan Individual

Steel meneliti 5 tipe kepribadian individu, yaitu neuroticism, openness to

experience, agreeableness, extroversion, dan conscientiousness. Penelitian

Page 32: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

19

dari banyak literartur ditemkan pengaruh yang berbeda-beda dari setiap

karakter terhadap perilaku prokrastinasi.

3. Hasil/Dampak

Steel dalam konteks ini berbicara mengenai term mood dan performance.

Seseorang cenderung melakukan prokrastinasi sebagai dampak dari apa yang

dirasakan dan raihan prestasi.

4. Demografi

Munculnya perilaku prokrastinasi tidak hanya terjadi karena faktor internal

saja, faktor demografis juga berdampak pada munculnya perilaku

prokrsatinasi. Eerde (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin, usia, dan

pendidikan berdampak pada penundaan. Selain itu, mahasiswa dari berbagai

kalangan yang berbeda seperti mahasiswa Inggris dengan Australia, memiliki

dampak terhadap perilaku penundaan.

Sedangkan Burka dan Yuen (2008) mengatakan terbentuknya tingkah laku

prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu konsep diri, tanggung jawab,

keyakinan diri dan kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan

dalam mengambil keputusan, pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas,

kurangnya tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan

individu atau perfeksionisme.

2.1.4 Pengukuran prokrastinasi akademik

Terdapat beberapa teknik yang sering digunakan dalam mengukur tingkat

prokrastinasi akademik, diantaranya:

Page 33: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

20

1. Procrastination Assessment Scale-Students (PASS), dikembangkan oleh

Salomon dan Rothblum (1984). Alat ukur ini dikembangkan untuk mengukur

frekuensi kognitif dan perilaku prokrastinasi akademik dalam lingkup

mahasiswa.

2. Tuckman’s Procrastination Scale (TPS), dikembangkan oleh Tuckman

(1991). Alat ukur ini dikembangkan untuk melihat kecenderungan mahasiswa

melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tuntutan tugas akademik.

Skala ini mengukur keyakinan seseorang dalam menyelesaikan tugas dengan

baik, kemampuan dalam menunda kebahagiaan, dan frekuensi menyalahkan

faktor eksternal saat gagal menyelesaikan tugas.

3. Aitken’s Procrastination Inventory (API), dikembangkan oleh Aitken (1982).

Alat ukut ini dikembangkan untuk melihat kecenderungan melakukan

penundaan dalam tugas menulis dan belajar menjelang ujian.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Procrastination

Assessment Scale-Student (PASS) yang dikembangkan oleh Salomon dan

Rothblum (1984), karena alat ukur ini memiliki enam dimensi yang dapat

mengukur prokrastinasi akademik secara lebih luas. PASS terdiri dari dua bagian,

bagian pertama mengukur prevalensi akademik dalam enam bidang akademik.

Bagian kedua menilai alasan untuk menunda. Jumlah keseluruhan item PASS

terdapat 44 item, terbagi dalam 18 item pada bagian pertama, dan 26 item di

bagian kedua. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan 18 item pada

bagian pertama yang mengukur prokrastinasi dalam enam bidang akademik.

PASS menggunakan skala model Likert dengan rentang nilai 5 poin untuk

Page 34: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

21

mengukur tingkat kecenderungan individu dalam melakukan prokrastinasi

akademik.

2.2 Perfeksionisme

2.2.1 Pengertian perfeksionisme

Frost et al. (1990) mendefinikan perfeksionisme sebagai standar kinerja yang

tinggi dengan disertai kecenderungan evaluasi yang terlalu kritis terhadap diri

sendiri. Hewwit dan Flet (1991) mendefinisikan perfeksionisme sebagai keinginan

untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri

sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain

memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi. Sedangkan

Gunawinata dkk. (2008) menyatakan perfeksionisme adalah aktualisasi diri ideal

dengan ambisi dan tujuan yang terlalu tinggi, tuntutan kesempurnaan yang

berlebihan, serta tidak dapat menemukan sesuatu yang tidak sempurna.

2.2.2 Dimensi perfeksionisme

Hamcheck (dalam Frost et al., 1990) membagi perfeksionisme menjadi dua

dimensi, yaitu:

1. Perfeksionisme Normal

Perfeksionisme Normal merupakan penetapan standar realistis yang mengarah

pada peraihan kesuksesan.

2. Perfeksionisme Neurotik

Perfeksionisme neurotik merupakan penetapan standar yang terlampau tinggi

dan fokus untuk menghindari kesalahan walaupun sangat kecil, sehingga

merasa tidak pernah puas akan hasil kerjanya. Mereka menetapkan standar

Page 35: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

22

diluar batas kemampuannya, impikasinya seorang perfeksionis menjadi

depresi.

Perfeksionisme dalam klasifikasi Hewwit dan Flet (1991), dapat dijelaskan

dalam tiga dimensi perfeksionisme, yaitu:

1. Self-oriented Perfectionism, berorientasi pada diri sendiri. Merupakan upaya

pribadi untuk menetapkan standar dirinya sendiri. Terkadang standar tersebut

tidak realistis dan menjadi tuntutan yang berlebihan bagi individu untuk

mencapai keinginannya.

2. Other-oriented Perfectionism, yaitu berorientasi pada orang lain. Merupakan

kepercayaan dan harapan individu akan standar yang tinggi terhadap

kapabilitas orang lain. Individu meletakkan standar yang tinggi terhadap orang

lain dengan mengevaluasi perilaku dan cara kerja mereka untuk mencapai

standar tersebut. Individu menilai orang lain secara keras sesuai standar

pribadinya yang tinggi dan standar tersebut sulit bagi orang lain untuk

mencapainya. Individu juga tidak percaya dan mengharap bantuan dari orang

lain yang tidak sesuai dengan standar pribadinya.

3. Socially Prescribe Perfectionism, yaitu harapan orang lain akan standar yang

tinggi pada diri individu. Merupakan kepercayaan dan harapan

orang/masyarakat yang tidak realistis pada orang lain dengan selalu

mengontrol secara ketat dan menekan orang untuk menjadi sempurna.

Individu meyakini adanya tuntutan standar yang tinggi dari orang lain dan

menjadikannya sebagai tekanan dan beban yang berlebihan. individu merasa

keluarga dan teman-temannya selalu mengharapkan hal yang sempurna atas

Page 36: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

23

dirinya. Anggapan standar yang terlalu tinggi itu terkadang membuat individu

merasa takut dan cemas dirinya tidak sanggup mencapai standar yang

diinginkan orang lain.

Pembagian dimensi menurut Hewwit dan Flett mencakup aspek internal

dan eksternal dari subyek. Sehingga penelitian ini menggunakan pembagian

dimensi perfeksionisme menurut Hewwit dan Flet.

2.2.3 Pengukuran perfeksionisme

Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa cara untuk mengukur

perfeksionisme, yaitu:

1. Multidimensional Perfectionism Scale (MPS), dikembangkan oleh Frost et al.

(2001). Frost mengklasifikasikan perfeksionisme dalam enam dimensi yaitu

kehawatiran terhadap kesalahan, keraguan atas kualitas kerja, kekhawatiran

yang berlebihan terhadap tuntutan dan kritik dari orang tua, dan khawatiran

terhadap ketepatan, kerapian dan atauran atau organisasi.

2. Multidimensional Perfectionism Scale (MPS II), dikembangkan oleh Hewwit

dan Flet (1991). Konsep skala ini terdiri 45 item yang terdiri dari tiga bagian

yaitu self-oriented perfectionism, other-oriented perfectionism, dan socially

prescribe orientation, masing-masing terdapat 15 item.

3. Almost Perfect Scale Revised, dikembangkan oleh Slaney RB, Rice KG,

Mobley M, Trippi dan Ashby JS (2001). Alat ukur ini digunakan untuk

mengukur perilaku perfeksionisme yang maladaptif dengan melihat

kesenjangan antara keinginan dan perilaku aktual. Terdapat dimensi

Page 37: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

24

perfeksionisme adaptif, perfeksionisme maladaptive dan perilaku non-

perfectionist.

Pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik

pengukuran kuisioner dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh

Hewwit dan Flet (1991) yaitu Multidimensional Perfectionism Scale (MPS II).

Peneliti menggunakan skala ini dan mengadaptasinya karena memiliki dimensi

yang luas dibanding alat ukur lain. MPS yang dikembangkan oleh Frost memiliki

keterbatasan dimensi seperti tidak melibatkan faktor lingkungan lain selain orang

tua. Selain itu, Hewwit dan Flett juga menambahkan dimensi other oriented

perfectionism, yaitu tuntutan atau harapan berlebihan individu terhadap orang lain

di lingkungannya.

2.3 Achievement Goal Orientation

2.3.1 Pengertian achievement goal orientation

Definisi achievement goal orientation menurut Pitrinch (2008) adalah tujuan atau

alasan yang digunakan dalam berperilaku. Elliot dan Dweck (dalam Ames, 1992)

mendefinisikan achievment goal orientation sebagai suatu proses yang melibatkan

kognitif, afektif dan konsekuensi perilaku. Menurut Ames (1992), achievment

goal orientation merupakan pola keterkaitan antara keyakinan, atribusi dan afeksi

yang menghasilkan intensitas perilaku.

Goal orientation adalah alasan mengapa seseorang mengerjakan tugas-

tugas yang berkaitan dengan prestasi (Elliot & Church, 1997). Goal orientation

juga dapat menggambarkan standar individu dalam menilai penampilan dan

kesuksesannya. Jika teori goal setting yang dikemukakan Locke dan Latham

Page 38: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

25

(1990) fokus pada goal yang spesifik ( misalnya, mendapat 10 jawaban benar),

teori goal orientation fokus pada mengapa seseorang ingin mendapat 10 jawaban

benar dan bagaimana pendekatan atau cara mereka pada tugas tersebut (Pitrinch et

al, 2008).

Berdasarkan definisi berbagai ahli yang telah dikemukakan, pada

penelitian ini peneliti menggunakan konsep Pitrinch (2008) adalah tujuan atau

alasan yang digunakan dalam berperilaku.

2.3.2 Dimensi-dimensi Achievement Goal Orientation

Terdapat beberapa pembagian dimensi achievement goal orientation. Dweck &

Leggett (1988) mengklasifikasikan konsep goal orientation dalam dimensi

learning goal dan performance goal orientation, yaitu;

1. Learning Goal Orientation adalah orientasi belajar yang bertujuan untuk

peningkatan kompetensi diri. Mereka mengganggap situasi tes atau ujian

sebagai kesempatan untuk mendapatkan keterampilan baru dan memperluas

penguasaan mereka.

2. Performance Goal Orientation adalah orientasi belajar yang fokus pada

usaha pembuktian kemampuan agar dianggap layak dan memiliki

kompetensi. Individu dengan orientasi ini mengganggap situasi tes atau

ujian sebagai kesempatan untuk mendapat pengakuan apakah dia memiliki

kompetensi atau tidak.

Midgley, Kaplan, Middleton, dan Maehr (1998) membagi achievement

goal orientation menjadi tiga, yaitu tujuan untuk pengembangan kemampuan,

Page 39: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

26

tujuan untuk pembuktian kemampuan, dan tujuan pembuktian untuk menghindari

anggapan merendahkan atas kurangnya kompetensi yang dimiliki individu.

Elliot dan McGregor (2001) membagi goal orientation berdasarkan dua

konsep, yaitu:

1. Konsep pertama adalah definisi, yang terbagi 3, yaitu:

a. Absolut adalah tuntutan berprestasi untuk kebutuhan sendiri. Maksudnya

individu dapat mengerti dan menguasai tugas pribadi.

b. Intrapersonal adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai potensi

maksimal. Maksudnya adalah individu fokus pada penguasaan

pengetahuan dan peningkatan skil.

c. Normatif, memiliki fokus utama pada persaingan dengan orang lain.

Maksudnya, individu memiliki kinerja lebih baik daripada orang lain.

2. Konsep kedua adalah valensi, yaitu pendekatan keberhasilan dalam mencapai

kesuksesan (positif) dan penghindaran dari kegagalan (negatif).

Kompetensi absolut dan intrapersonal sama-sama fokus pada pengusaan

pengetahuan dan skil. Sedangkan normatif memiliki fokus utama untuk bersaing

dengan orang lain. Perbedaan dari mastery dan performance adalah tujuan

penguasaan dan kinerja. Tujuan penguasaan adalah menguasai tugas atau

pekerjaan tertentu untuk peningkatan kemampuan dan skil. Kinerja mengenai

persaingan yang lebih baik daripada orang lain.

Berdasarkan konsep tersebut, Elliot dan McGregor (2001) membagi

achievement goal orientation menjadi 4 dimensi:

Page 40: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

27

1. Mastery-approach termasuk dalam definisi absolute/intrapersonal yang

mempunyai valensi positif. Yaitu menguasai sebuah tugas pekerjaan tertentu

dan membangun bakat serta wawasan seorang individu dalam mencapai

sebuah kesuksesan atau keberhasilan. Artinya, mastery-approach berupaya

keras untuk berbuat lebih baik daripada pencapaian sebelumnya.

2. Mastery-avoidance termasuk dalam definisi absolute/intrapersonal yang

mempunyai valensi negatif. Yaitu menolak kegagalan dalam menguasai

sebuah tugas pekerjaan tertentu dan membangun bakat serta wawasan

individu. Individu berupaya untuk menghindari perbuatan buruk yang pernah

dicapai sebelumnya.

3. Performance-approach termasuk dalam definisi normatif yang mempunyai

valensi positif. Yaitu mengenai kinerja yang lebih baik daripada kinerja orang

lain dalam mencapai sebuah keberhasilan.

4. Performance-avoidance termasuk dalam definisi normatif yang mempunyai

valensi negatif. Yaitu menolak kegagalan mengenai kinerja yang lebih baik

daripada kinerja orang lain.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan konsep yang diklasifikasikan

oleh Elliot dan McGregor (2001) yang membagi achievement goal orientation

dalam empat dimensi yaitu mastery approach, mastery avoidance, performance

approach dan performance avoidance.

2.3.3 Pengukuran achievement goal orientation

Terdapat beberapa skala yang dapat digunakan untuk mengukur achievement goal

orientation, yaitu:

Page 41: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

28

1. Goal Orientation (GO). Dikembangkan oleh Ames dan Archer (1988)

memiliki delapan dimensi yaitu sukses, penghargaan, alasan kepuasan,

orientasi guru, pandangan tentang kesalahan, pusat perhatian, alasan berusaha,

dan kriteria evaluasi. Alat ukur ini menggunakan model Likert 1 sampai 7

dengan 25 item. Skala ini memilki nilai Cronbach alpha sebesar 0.82.

2. Achievement goal item (AGI). Dikembangkan oleh Elliot dan Church (1997)

memiliki tiga dimensi yaitu mastery goal, performance approach, dan

performance avoidance. Alat ukur ini menggunakan model Likert 1 sampai 7

dengan 18 item. Skala ini memilki nilai Cronbach alpha sebesar 0.85

3. Goal Orientation Scales (GOS), dikembangkan oleh Midgley et al. (1998)

memiliki tiga dimensi yaitu task orientation, performance-approach

orientation dan performance-avoid orientation. Skala ini memilki 18 item

dengan nilai Cronbach alpha sebesar 0.74-0.86

4. Achievement Goal Orientation Questionnaire (AGQ), yang dikembangkan

oleh Elliot dan McGregor (2001). Alat ukur ini terdiri dari 12 item untuk

mengukur empat dimensi achievement goal orientation yaitu mastery

approach, mastery avoidance, performance approach dan performance

avoidance. Skala ini memilki nilai Cronbach alpha sebesar 0.88

Penelitian ini menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Elliot dan

McGregor (2001) yaitu Achievement Goal Orientation Questionnaire (AGQ).

Peneliti menggunakan skala ini karena sejalan dengan konsep achievement goal

orientation yang digunakan serta memiliki nilai reliabilitas dan internal konsisensi

yang baik.

Page 42: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

29

2.4 Kerangka Befikir

Prokrastinasi akademik merupakan perilaku yang sangat umum dilakukan oleh

siapapun, khususnya mahasiswa. Hampir setiap orang yang pernah duduk

dibangku kuliah pernah melakukan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi

akademik biasanya dilakukan dalam tugas menulis, tugas membaca, tugas belajar

untuk ujian, menghadiri aktivitas kelas, tugas administrasi, dan dalam kinerja

akademik keseluruhan. Hal itu bisa terjadi akibat mahasiswa sengaja menghindari

tugas untuk menghilangkan stres sementara. Untuk mengurangi perilaku

menunda-nunda agar tidak semakin berkembang, maka dibutuhkan beberapa

faktor untuk mencegah terjadinya prokrastinasi akademik. Diantara faktor-faktor

yang diduga dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah perfeksionisme,

achievement goal orientation dan faktor-faktor demografis.

Perfeksionisme adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti

dengan standar yang tinggi. Perfeksionisme terdiri tiga aspek yaitu standar yang

tinggi untuk diri sendiri (self-oriented perfectionism), standar yang tinggi untuk

orang lain (other-oriented perfectionism), dan percaya bahwa orang lain memiliki

pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi (socially prescribe

orientation).

Variable perfeksionisme ini berpengaruh positif terhadap prokrastinsi

akademik. Perilaku prokrastinasi akan menjadi kebiasaan ketika mereka

perfeksionis. Seseorang yang perfeksionis membuat standar terhadap dirinya

sendiri secara irasional dan menunjukkan perilaku prokrastinasi karena mereka

mulai tidak percaya untuk sanggup mencapai standar yang mereka inginkan.

Page 43: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

30

Peneliti berasumsi perfeksinisme akan meningkatkan tingkat prokrastinasi

akademik.

Self-oriented perfectionism berkaitan dengan kesempurnaan yang tinggi

pada diri pribadi. Individu memiliki standar yang tinggi tidak akan puas jika tugas

akademik yang diselesaikan tidak sempurna, sehingga kemungkinan menunda

pekerja semakin tinggi. Oleh karena itu, peneliti berasumsi semakin tinggi self-

oriented perfectionism maka tingkat prokrastinasi seseorang akan menurun.

Other-oriented perfectionism berkaitan dengan harapan individu terhadap

kesempurnaan orang lain. Individu yang memiliki tuntutan kesempurnaan yang

tinggi pada orang lain cenderung melakukan kritikal ketika orang lain tidak dapat

melakukan apa yang dia harapkan. Perilaku tersebut dapat meningkatkan

prokrastinasi akademik. Peniliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat other

oriented perfectionism berakibat pada kenaikan frekuensi perilaku prokrastinasi

akademik.

Socially prescribe perfectionism merupakan tuntutan kesempurnaan dari

orang lain terhadap individu. Harapan orang lain yang terlampau tinggi dapat

menjadi beban individu yang berefek pada perilaku menunda-nunda mengerjakan

tugas. Peneliti berasumsi, socially prescribe perfectionism yang tinggi akan

berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik dengan arah positif. Artinya,

semakin tinggi nilai socially prescribe perfectionism akan meningkatkan perilaku

prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi prokrastinasi akademik pada

mahasiswa adalah achievement goal orientation. Achievement goal orientation

Page 44: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

31

meliputi mastery-approach, mastery-avoidance, performance-approach dan

performance-avoidance.

General mastery orientation yang fokus pada penguasaan materi untuk

mencapai kesuksesan membuat individu mampu memulai dan menyelesaikan

tugas akademik tepat waktu karena individu dapat belajar secara konsisten.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat mastery orientation yang tinggi akan

menurunkan frekuensi perilaku penundaan. Hal itu berbeda dengan seseorang

yang memiliki general performance orientation. Seseorang akan sering

melakukan penundaan ketika orientasi belajar mereka fokus pada kompetisi dan

keinginan untuk diakui bahwa mereka lebih berprestasi daripada kompetitornya.

Oleh karena itu, peneliti berasumsi seseorang yang memiliki performance

orientation tinggi akan meninggkatkan prokastinasi akademik.

Mastery-approach fokus untuk melakukan tugas akademik lebih baik dari

yang pernah dilakukan untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan dirinya.

Apabila individu memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuan dan potensi

diri dalam tugas-tugas akademik maka kemungkinan melakukan prokrastinasi

akademik berkurang. Peneliti berasumsi tingkat mastery-approach yang tinggi

akan menurunkan kecenderungan perilaku menunda dalam hal akademik.

Mastery-avoidance fokus untuk melakukan tugas akademik lebih baik

dengan tujuan menghindari kegagalan yang pernah dilakukan di masa lampau.

Asumsinya, individu dengan orientasi mastery-avoidance akan memotivasi diri

untuk mengusai materi akademik dengan sungguh sehingga mengurangi potensi

untuk melakukan prokrastinasi akademik.

Page 45: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

32

Performance-approach memiliki orientasi kinerja yang lebih baik

daripada orang lain untuk mencapai keberhasilan. Performance-approach

cenderung tidak peduli pada materi yang dikuasai, yang menjadi fokus utama

adalah menciptakan kesan yang baik di depan orang lain. Individu yang memiliki

orientasi berprestasi ini akan termotivasi untuk meningkatkan prestasinya agar

mampu bersaing dengan orang lain untuk mencapai keberhasilan sehingga tingkat

prokrastinasi akademik menurun. Oleh karena itu, peneliti berasumsi tingkat

prokrastinasi akademik akan lebih rendah jika indvidu berada di lingkungan

dengan kompetisi yang tinggi.

Performance-avoidance berkaitan dengan kinerja yang lebih baik

daripadas orang lain dengan tujuan menghindari kegagalan. Asumsinya, individu

yang berorientasi persaingan dalam meraih prestasi tapi focus untuk menolak

kegagalan, cenderung meningkatankan perilaku menunda-nunda.

Selain itu diduga terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang

melakukan prokrastinasi akademik. Peneliti (Eerde, 2002, Balkis & Duru, 2009)

menemukan bahwa perilaku prokrastinasi lebih sering terjadi pada laki-laki

dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa prokrastinasi

akademik akan lebih sering dilakukan oleh laki-laki.

Berdasarkan paparan di atas, diduga bahwa perfeksionisme, achievement

goal oriantation dan jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap prokrastinasi

akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta seperti tergambar pada

skema:

Page 46: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

33

2.5 Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis Mayor

“ada pengaruh perfeksionisme (self-oriented perfectionism, other oriented

perfectionism dan socially prescribe perfectionism) dan achievement goal

orientation (mastery aporach, mastery avoidance, performance approach dan

performance avoidance) terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa”

b. Hipotesis Minor

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan variabel self-oriented perfectionism pada

perfeksionisme terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan variabel other-oriented perfectionism pada

perfeksionisme terhadap prokrastinasi akademik.

Page 47: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

34

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan variabel socially prescribe perfectionism

pada perfeksionisme terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan variabel mastery approach pada

achievement goal orientation terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

Ha5: Ada pengaruh yang signifikan variabel mastery avoidance pada

achievement goal orientation terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan variabel performance approach pada

achievement goal orientation terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan variabel performance avoidance pada

achievement goal orientation terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

Ha8: Ada pengaruh yang signifikan variabel demografis jenis kelamin terhadap

prokrastinasi akademik mahasiswa.

Page 48: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 dengan sampel penelitian ini

berjumlah 220 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini bersifat non-probability sampling. Sampel diambil berdasarkan

teknik accidental sampling. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 11

fakultas, peneliti mengambil sampel sejumlah 20 mahasiswa dari tiap fakultas.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Identifikasi variabel

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Dependent variable

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti dan menjadi dependent variable

adalah prokrastinasi akademik (Y).

b. Independent variable

Pada penelitian ini, variabel yang termasuk independent variable antara lain:

1. Perfeksionisme yang terdiri dari:

a) Self-oriented pefectionism (X1)

b) Other-oriented Perfectionism (X2)

c) Socially prescribe perfecionim (X3)

2. Achievement goal orientation yang terdiri dari:

a) Mastery approach (X4)

Page 49: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

36

b) Mastery avoidance (X5)

c) Performance approach (X6)

d) Performance avoidance (X7)

3. Jenis Kelamin (X8)

3.2.2 Definisi operasional variabel

Setelah menentukan dependent variable dan independent variable, selanjutnya

peneliti menentukan definisi operasional dari variabel penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan definisi operasional variabel

adalah sebagai berikut:

1. Prokrastinasi akademik adalah penundaan yang dilakukan oleh mahasiswa

secara sengaja, sehingga mahasiswa mengalami ketidaknyaman dan

penyesalan atas perilaku penundaan yang dia putuskan. Penundaan tersebut

dilakukan mahasiswa dalam enam bidang akademik yaitu tugas menulis, tugas

membaca, tugas belajar untuk ujian, menghadiri aktivitas kelas, tugas

administrasi, dan kegiatan akademik secara umum.

2. Perfeksionisme adalah standar tinggi yang diciptakan oleh mahasiswa sebagai

tutuntan berlebihan terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut dapat

terlihat dari tujuan yang tinggi, keinginan untuk menjadi yang terbaik di kelas,

mengkritik seseorang yang terlalu mudah menyerah, dan menganggap orang

lain menuntut atas kesempurnaan dirinya.

3. Achievement goal orientation adalah tujuan atau alasan yang digunakan

mahasswa untuk mempelajari materi perkuliahan. Terdapat empat dimensi

achievement goal orientation. Berikut definisi operasionalnya:

Page 50: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

37

a. Mastery approach

Mahasiswa yang memiliki tujuan belajar untuk meningkatkan

keterampilan diri dan memperluas penguasaan materi kuliah. Mahasiswa

dengan mastery approach memiliki motivasi untuk meningkatkan

kompetensi diri dan mendapatkan prestasi.

b. Mastery avoidance

Mahasiswa memiliki orientasi belajar untuk menghindari melalukan

kegagalan penguasaan materi dan tugas kuliah dan membangun bakat serta

wawasan individu. Individu dengan mastery avoidance menghindari

perbuatan buruk yang pernah dicapai sebelumnya.

c. Performance approach

Mahasiswa memiliki orientasi untuk mencapai prestasi agar mendapatkan

pengakuan atas kemampuan yang dia miliki. Mahasiswa dengan

performance approach memiliki motivasi untuk mendapatkan prestasi

lebih baik dari teman-temannya.

d. Performance avoidance

Mahasiswa memiliki tujuan belajar untuk menghidari judgment buruk atas

kompetensinya yang kurang baik. Mahasiswa dengan performance

approach termotivasi untuk menghindari mendapatkan prestasi yang lebih

buruk daripada orang lain.

4. Faktor demografis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin.

Jenis kelamin adalah penggolongan individu berdasarkan jenis kelamin, yaitu

laki-laki dan perempuan.

Page 51: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

38

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner.

Kuesioner akan terdiri dari tiga skala pengukuran yang akan

menggunakan skala Likert. Setiap skala pengukuran terdiri atas

pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).

dengan menggunakan empat pilihan jawaban yakni sebagai berikut:

1. Sangat Sesuai (SS)

2. Sesuai (S)

3. Tidak Sesuai (TS)

4. Sangat Tidak Sesuai (STS)

Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang

dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Jika

digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Bobot Nilai Tiap Item Kategori Respon SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Kuesioner penelitian ini akan terdiri dari beberapa bagian, yaitu: informed

consent (berisi pernyataan persetujuan menjadi responden dan identitas

mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi responden),

skala yang mengukur prokrastinasi akademik, skala yang mengukur

perfeksionisme dan skala yang mengukur achievement goal orientation.

Page 52: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

39

3.3.1 Prokrastinasi Akademik

Untuk mengukur skala prokrastinasi akademik, Peneliti menggunakan 18 item

dari alat ukur yang dikembangkan oleh Salomon Dan Rothblum (1984) yaitu

Procrastination Academic Scale-Student (PASS). Adapun blueprint skala

prokrastinasi akademik dijelaskan pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Blueprint Skala Prokrastinasi Akademik

No Indikator Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1.

Enam Jenis Prokrastinasi Akademik:

a. Tugas Menulis

b. Tugas Membaca

c. Tugas Belajar untuk Ujian

d. Menghadiri Aktivitas Kelas

e. Tugas Administrasi

f. Kegiatan Akademik Secara Umum

1, 2

4, 5

7, 8

10, 11

13, 14

16, 17

3

6

9

12

15

18

3

3

3

3

3

3

Jumlah 12 6 44

3.3.2 Perfeksionisme

Untuk mengukur skala perfeksionisme, penelitian ini menggunakan alat ukur baku

yaitu Multidimensional Perfectionism Scale (MPS) dari Hewwit dan Flet. Skala

MPS berjumlah 45 item. Adapun blueprint skala perfeksionis seperti pada tabel

3.3 berikut:

Tabel 3.3

Blueprint Skala Perfeksionis

No Aspek Indikator Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Self-oriented

Perfectionism

Seseorang membuat

standar yang sangat tinggi

untuk dirinya

1, 2, 5, 6, 7, 9,

10, 11, 14, 15

3, 4, 8, 12,

13

15

2 Other-oriented

Perfectionism

Harapan akan

kemampuan orang lain

menjadi sempurna

19, 21, 23, 25,

26,27, 28

16, 17, 18,

20, 22, 24,

29, 30

15

3

Socially

Presribe

Perfectionism

Harapan yang berlebihan

dari lingkungan sosial

terhadap diri seseorang

31, 33, 34, 35,

37, 39, 40, 41,

43, 44

32, 36, 38,

42, 45

15

Jumlah 27 17 45

Page 53: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

40

3.3.3 Achievement Goal Orientation

Peneliti akan membuat skala achievement goal orientation berdasarkan dimensi

achievement goal orientation yang dikemukakan oleh Elliot dan McGregor (2001)

yaitu Achievement Goal Orientation Scale. Adapun blueprint skala achievement

goal orientation dijelaskan pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4

Blue Print Skala Achievement Goal Orientation

No Aspek Indikator Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Mastery

Approach

Fokus dalam belajar,

menguasai tugas atau materi

7, 8

9

3

2 Mastery

Avoidance

Fokus dalam belajar,

menguasai tugas atau materi

4, 6 5 3

3

Performance

Approach

Fokus menunjukkan

pekerjaan yang baik agar

diakui orang lain

1, 2 3 3

4 Performance

Avoidance

Fokus menunjukkan

pekerjaan yang baik agar

tidak dianggap lemah oleh

orang lain

10, 11, 12 3

Jumlah 9 3 12

3.4 Uji Validitas Konstruk

Dalam rangka pengujuan validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas

konstruk intsrumen tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory

Factor Analysis) untuk pengujian validtitas instrumen. Adapun logika dari CFA

adalah (Thompson, 2004):

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan

secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran

terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-

itemnya.

Page 54: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

41

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut sigma (Ʃ ), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar

(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ –

matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Ʃ – S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor

saja.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak

mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-

test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa

yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di-drop dan sebaliknya.

6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di-drop. Sebab hal ini tidak sesuai

dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).

Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan

faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa akibat dari

Page 55: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

42

kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah

skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score

yang diperoleh dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item.

Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif

(Z-score) maka peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score

dengan rumusnya yaitu (Umar, 2011):

T skor = 50 + (10 x faktor skor)

Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan

diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif. Setelah didapatkan faktor

skor yang telah diubah menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis

dalam uji hipotesis regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan

dengan bantuan software LISREL.

3.4.1 Uji validitas alat ukur prokrastinasi akademik

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel prokrastinasi akademik dengan

model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel prokrastinasi

akademik adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu faktor dari

variabel ini diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 1633.02, df = 135, P-

Value = 0.0000, dan RMSEA = 0.225. Dengan P-Value 0.0000 ( < 0.05) yang

artinya model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model

ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan

70 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 82.92, df = 65, P-value =

0.06625, dan RMSEA = 0.035. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah

Page 56: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

43

fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel prokrastinasi akademik ini

hanya mengukur satu faktor saja, yaitu prokrastinasi akademik.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran prokrastinasi

akademik disajikan dalam tabel 3.5

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item untuk Prokrastinasi Akademik 3.5 No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.04 0.08 0.53 X

2 0.51 0.07 7.51 √

3 0.43 0.07 6.15 √

4 0.09 0.08 1.10 X

5 0.64 0.06 10.08 √

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

0.48

0.29

0.57

0.35

0.21

0.67

0.38

0.35

0.71

0.52

0.32

0.84

0.58

0.07

0.08

0.07

0.07

0.07

0.06

0.07

0.07

0.06

0.07

0.07

0.06

0.07

6.79

3.83

8.41

4.88

2.89

10.62

5.49

4.89

11.39

7.35

4.52

14.10

8.48

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan

tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di-drop dan diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 1 dan 4 terbukti tidak

signifikan dan harus di-drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur

Page 57: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

44

prokrastinasi akademik terdapat 16 item yang signifikan dan dua item yang tidak

signifikan.

3.4.2 Uji validitas alat ukur self-oriented perfectionism

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel self-oriented perfectionism

dengan model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel self-

oriented perfectionism adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu

faktor dari variabel ini diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 478.25, df

= 90, P-Value = 0.0000, dan RMSEA = 0.140. Dengan P-Value 0.0000 ( < 0.05)

yang artinya model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap

model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah

dilakukan 25 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 83.26, df = 65, P-value

= 0.06310, dan RMSEA = 0.036. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah

fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel self-oriented perfectionism

ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu self-oriented perfectionism.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran self-oriented

perfectionism disajikan dalam tabel 3.6.

Page 58: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

45

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item untuk Self-oriented Perfectionism No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.53 0.06 8.21 √

2 0.67 0.06 10.96 √

3 0.17 0.07 2.53 √

4 0.19 0.07 2.80 √

5 0.71 0.06 11.31 √

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

0.77

0.59

0.11

0.29

0.60

0.62

-0.17

0.30

0.49

0.59

0.06

0.06

0.07

0.07

0.07

0.07

0.07

0.07

0.07

0.06

12.61

9.34

1.67

4.33

8.91

9.01

-2.31

4.40

7.59

9.24

X

X

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan

tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di-drop dan diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 8 dan 12 terbukti tidak

signifikan dan harus di-drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur self-

orientation perfectionism terdapat 13 item yang signifikan dan dua item yang

tidak signifikan.

3.4.3 Uji validitas alat ukur other oriented perfectionism

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel other oriented perfectionism

dengan model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel other

oriented perfectionism adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu

faktor dari variabel ini diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 479.61, df

= 90, P-Value = 0.0000, dan RMSEA = 0.141. Dengan P-Value 0.0000 ( < 0.05)

yang artinya model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap

model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah

dilakukan 21 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 87.00, df = 69, P-value

Page 59: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

46

= 0.07049, dan RMSEA = 0.035. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah

fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel other oriented

perfectionism ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu other oriented

perfectionism.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran other oriented

perfectionism disajikan dalam tabel 3.7.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item untuk Other Oriented Perfectionism No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.29 0.07 4.37 √

2 0.24 0.09 2.78 X

3 0.26 0.07 3.99 √

4 -0.49 0.08 -6.30 X

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

0.15

-0.59

0.68

-0.54

-0.44

-0.29

-0.39

-0.27

-0.31

0.32

0.34

0.07

0.07

0.09

0.07

0.07

0.07

0.07

0.07

0.08

0.07

0.07

2.19

-8.03

7.34

-7.33

-6.43

-4.03

-5.27

-4.08

-4.02

4.90

5.10

X

X

X

X

X

X

X

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan

tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di-drop dan diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 2, 6, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13

terbukti tidak signifikan dan harus di-drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari

Page 60: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

47

alat ukur other oriented perfectionism terdapat 8 item yang signifikan dan 7 item

yang tidak signifikan.

3.4.4 Uji validitas alat ukur socially prescribe perfectionism

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel socially prescribe perfectionism

dengan model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel socially

prescribe perfectionism adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu

faktor dari variabel ini diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 335.67, df

= 90, P-Value = 0.0000, dan RMSEA = 0.112. Dengan P-Value 0.0000 ( < 0.05)

yang artinya model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap

model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah

dilakukan 24 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 83.74, df = 66, P-value

= 0.06927, dan RMSEA = 0.035. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah

fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel socially prescribe

perfectionism ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu socially prescribe

perfectionism.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran socially prescribe

perfectionism disajikan dalam tabel 3.8

Page 61: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

48

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item untuk Socially Prescribe Perfectionism No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.15 0.07 2.19 √

2 -0.21 0.07 -3.18 X

3 0.51 0.07 7.01 √

4 0.31 0.07 4.74 √

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

0.68

-0.15

0.57

-0.30

0.15

0.33

-0.84

-0.20

0.76

0.57

-0.41

0.07

0.07

0.07

0.07

0.07

0.07

0.06

0.07

0.06

0.06

0.07

9.50

-2.29

8.73

-4.46

2.25

5.06

-13.73

-3.05

11.84

9.18

-6.29

X

X

X

X

X

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan

dan tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di-drop dan diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 2, 6, 8, 11, 12, dan 15 terbukti

tidak signifikan dan harus di-drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur

socially prescribe perfectionism terdapat 9 item yang signifikan dan 6 item yang

tidak signifikan.

3.4.5 Uji validitas alat ukur mastery approach

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel mastery approach dengan

model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel mastery approach

adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu faktor dari variabel ini

diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 0.00, df = 0, P-Value = 1.0000, dan

RMSEA = 000. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah fit. Dengan

demikian item-item yang ada pada variabel mastery approach ini hanya mengukur

satu faktor saja, yaitu mastery approach.

Page 62: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

49

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran mastery approach

disajikan dalam tabel 3.9.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item untuk Mastery Approach No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.83 0.07 11.80 √

2 0.81 0.07 11.52 √

3 0.54 0.07 7.82 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua

koefisien bermuatan positif. Artinya ketiga item dalam alat ukur mastery

approach terbukti signifikan dan tidak akan di-drop, serta dapat diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis.

3.4.6 Uji validitas alat ukur mastery avoidance

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel mastery avoidance dengan

model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel mastery avoidance

adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu faktor dari variabel ini

diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 0.00, df = 0, P-Value = 1.0000, dan

RMSEA = 000. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah fit. Dengan

demikian item-item yang ada pada variabel mastery avoidance ini hanya

mengukur satu faktor saja, yaitu mastery avoidance.

Page 63: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

50

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran mastery avoidance

disajikan dalam tabel 3.10.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item untuk Mastery Avoidance No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.87 0.15 5.84 √

2 -0.44 0.10 -4.63 X

3 0.42 0.09 4.48 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan

tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di-drop dan diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor dua terbukti tidak signifikan

dan harus di-drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur mastery

avoidance terdapat dua item yang signifikan dan satu item yang tidak signifikan.

3.4.7 Uji validitas alat ukur performance approach

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel performance approach dengan

model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel performance

approach adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu faktor dari

variabel ini diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 0.00, df = 0, P-Value

= 1.0000, dan RMSEA = 000. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah fit.

Dengan demikian item-item yang ada pada variabel performance approach ini

hanya mengukur satu faktor saja, yaitu performance approach.

Page 64: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

51

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran performance

approach disajikan dalam tabel 3.11.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item untuk Performance Approach No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 1.08 0.40 2.71 √

2 -0.22 0.10 -2.09 X

3 0.38 0.15 2.47 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.11 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan

dan tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di-drop dan diikut sertakan

dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor dua terbukti tidak signifikan

dan harus di-drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur perfromance

avoidance terdapat dua item yang signifikan dan satu item yang tidak signifikan.

3.4.8 Uji validitas alat ukur performance avoidance

Peneliti melakukan uji validitas konstruk variabel performance avoidance dengan

model CFA first order. Dalam penelitian ini, konstruk variabel performance

avoidance adalah unidimensional. Perhitungan data CFA model satu faktor dari

variabel ini diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 0.00, df = 0, P-Value

= 1.0000, dan RMSEA = 000. Dengan P-Value > 0.05 artinya model ini sudah fit.

Dengan demikian item-item yang ada pada variabel performance avoidance ini

hanya mengukur satu faktor saja, yaitu performance avoidance.

Page 65: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

52

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu

perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran performance

avoidance disajikan dalam tabel 3.12.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item untuk Performance Avoidance No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.56 0.09 6.39 √

2 0.73 0.10 7.39 √

3 0.51 0.08 6.06 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.12 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan

semua koefisien bermuatan positif. Artinya ketiga item dalam alat ukur

performance avoidance terbukti signifikan dan tidak akan di-drop, serta dapat

diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable,

peneliti akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda

merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan

antara dependent variable dengan lebih dari satu independent variable. Persamaan

regresi berganda penelitian ini adalah:

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+e

Keterangan:

Y = prokrastinasi akademik

Page 66: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

53

a = intersep atau konstan

b = koefisien regresi

X1 = self-oriented perfectionism

X2 = other oriented perfectionism

X3 = socially prescribe perfectionism

X4 = mastery approach

X5 = mastery avoidance

X6 = performance approach

X7 = performance avoidance

X8 = jenis kelamin

e = error

Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan

model yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa

pengujian dan analisis sebagai berikut.

1. R2

(koefisien determinasi berganda)

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi berganda

antara perfeksionsime, achievement goal orientation dan faktor demografis

terhadap prokrastinasi akademik. Besarnya prokrastinasi akademik yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, ditunjukkan

oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R

2 menunjukkan variasi oleh

perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan variabel independen (X) atau

digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y) atau merupakan proporsi varians dari perfeksionsime,

achievement goal orientation dan faktor demografis. Untuk mendapat nilai R2

digunakan rumus sebagai berikut:

R2

=

Page 67: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

54

2. Uji F

Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau

tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan

rumus:

F =

( ) ( )

K adalah jumlah independent variable dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F

yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah independent variable yang diuji

memiliki pengaruh terhadap dependent variable.

3. Uji t

Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah

pengaruh yang diberikan independent variable (X) signifikan dengan dependent

variableV (Y). Oleh karena itu, sebelum didapat nilai t dari setiap independent

variable harus didapat dahulu nilai standar error estimate dari b (koefisien regresi)

yang didapatkan melalui akar mean square dibagi SS. Setelah didapat nilai Sb

barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb

itu sendiri. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R2

=

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini

akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.

3.6 Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

- Perumusan masalah yang diteliti.

Page 68: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

55

- Menentukan variabel yang diteliti.

- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat

mengenai variabel penelitian.

- Menentukan subjek penelitian.

- Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan alat berupa skala

model Likert yang terdiri dari skala prokrastinasi akademik, skala

perfeksionisme dan skala achievement goal orientation.

2. Tahap pelaksanaan

- Menentukan jumlah sampel penelitian.

- Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden

untuk mengisi skala dalam penelitian.

- Melaksanakan pengambilan data.

3. Tahap pengolahan data

- Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.

- Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel

data.

- Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji

hipotesis.

- Membuat kesimpulan

Page 69: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

56

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Pada sub bab yang pertama dideskripsikan tentang subjek penelitian yang

berjumlah 220 mahasiswa berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dilakukan untuk

melihat apakah aspek tersebut dapat memberikan konstribusi terhadap dependent

variable yang ingin diteliti.

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Penelitian Berdasrkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki

Perempuan

102

118

46,37%

53,63%

Total 220 100 %

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa responden

laki-laki berjumlah 102 orang (46,37%) dan responden perempuan berjumlah 118

orang (53,63%). Dengan demikian, responden yang terdapat dalam penelitian ini

sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Perlu diingat bahwa pada penelitian ini skor yang digunakan dalam analisis

statistik adalah skor faktor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari

kesalahan pengukuran. Jadi, perhitungan skor faktor pada tiap variabel tidak

menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi dihitung dengan maximum

likelihood, skor ini disebut true score. Item-item yang dianalisis oleh maximum

likelihood adalah item yang bermuatan positif dan signifikan. Adapun true score

yang dihasilkan oleh maximum likelihood satuannya berbentuk Z score. Untuk

menghilangkan bilangan negatif dari Z score, semua skor ditransformasikan ke

Page 70: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

57

skala T yang semuanya positif dengan menetapkan nilai mean = 50 dan standar

deviasi = 10. Pada tabel 4.2 digambarkan hasil deskriptif statistik dari seluruh

variabel kontinum yang berisi nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimum

dan minimum dari masing-masing variabel.

Tabel 4.2

Analisis Desktiptif N Minimum Maximum Mean Std. Dev

Prokrastinasi akademik 220 24.03 70.54 50.0000 9.33934

Self-oriented perfectionism 220 21.84 74.57 50.0000 9.05916

Other oriented perfectionism 220 27.15 77.74 50.0000 7.84426

Socially prescribe perfectionism 220 22.43 75.65 50.0000 8.29807

Mastery approach 220 26.54 65.00 50.0000 8.65830

Mastery avoidance 220 24.31 66.78 50.0000 8.19422

Performance approach 220 24.24 72.49 50.0000 10.00000

Perfromance avoidance 220 24.82 69.61 50.0000 7.62673

Jenis kelamin 220 .00 1.00 .4636 .49981

Valid N (listwise) 220

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui deskripsi statistik pada seluruh variabel

independen maupun variabel dependen dengan masing-masing nilai mean 50 dan

SD 10.

Nilai minimum untuk variabel prokrastinasi akademik yaitu 24.03 dan

nilai maksimumnya yaitu 70.54 variabel self-oriented perfectionism memiliki

nilai minimum 21.84 dan variabel maksimum 77.74 kemudian variabel other

oriented perfectionism memiliki nilai minimum 27.15 dan nilai maksimum

77.74. Selanjutnya variabel socially prescribe perfectionism memiliki nilai

minimum 22.43 dan nilai maksimum 75.65 untuk variabel mastery approach

memiliki nilai minimum 26.54 dan nilai maksimum 65.00 untuk variabel mastery

avoidance memiliki nilai minimum 24.31 dan nilai maksimum 66.78 untuk

variabel performance approach memiliki nilai maksimum 24.24 dan nilai

maksimum 72.49 untuk variabel performance avoidance nilai minimum 24.82 dan

Page 71: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

58

nilai maksimum 69.61.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok- kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum berjenjang ini contohnya adalah

dari rendah ke tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel

penelitian.

Sebelum mengkategorisasi skor masing-masing variabel berdasarkan

tingkat rendah dan tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor

dengan menggunakan nilai mean. Skor yang berada di bawah nilai mean termasuk

pada kategori rendah sedangkan skor yang berada di atas nilai mean termasuk

pada kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Berdasarkan tabel 4.3, subjek yang berada di kategori rendah pada

variabel prokrastinasi akademik berjumlah 105 subjek (47.7%). Pada kategori

tinggi yaitu sebanyak 115 subjek (52.3%). Dengan demikian, dari kategorisasi

ini variabel prokrastinasi banyak berada pada kategori tinggi.

Tabel 4.3

Kategorisasi Skor Penelitian

No Variabel Kategorisasi & Presentase Skor

Rendah % Tinggi %

1 Prokrastinasi Akademik 105 47.7% 115 52.3%

2 Self-oriented Perfectionism 103 46.8% 117 53.2%

3 Other Oriented Perfectionism 114 51.8% 106 48.2%

4 Socially Prescribe Perfectionism 99 45.0% 121 55.0%

5 Mastery Approach 156 70.9% 64 29.1%

6 Mastery Avoidance 73 33.2% 147 66.8%

7. Performance Approach 134 60.9% 86 39.1%

8 Performance Avoidance 90 40.9% 130 59.1%

Variabel self-oriented perfectionism pada kategori rendah berjumlah 103

Page 72: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

59

subjek (46.8%) sedangkan pada kategori tinggi berjumlah 117 subjek (53.2%).

Artinya pada variabel self-oriented perfectionism ini skor subjek lebih banyak

pada kategori tinggi.

Variabel other oriented perfectionism yang berada pada kategori

rendah sebanyak 114 subjek (51.8%) sedangkan untuk kategori tinggi sebanyak

106 subjek (48.2%). Ini berarti pada variabel other oriented perfectionism

sebarannya lebih banyak pada kategori rendah.

Kemudian skor untuk variabel socially prescribe perfectionism memiliki

sebaran sebanyak 99 subjek (45.0%) pada kategori rendah dan 121 subjek

(55.0%) pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan kategori tinggi lebih banyak

daripada kategori rendah pada variabel socially prescribe perfectionism.

Skor untuk variabel mastery approach, hasilnya adalah sebanyak 156

subjek (70.9%) berada pada kategori rendah dan 64 subjek (29.1%) berada pada

kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel mastery approach lebih banyak

berada pada kategori rendah.

Skor untuk variabel mastery avoidance, hasilnya adalah sebanyak 73 subjek

(33.2%) berada pada kategori rendah dan 147 subjek (66.8%) berada pada

kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel mastery avoidance lebih banyak

berada pada kategori tinggi.

Skor untuk variabel performance approach hasilnya adalah sebanyak 134

subjek (60.9%) berada pada kategori rendah dan 86 subjek (39.1%) berada pada

kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel performance approach lebih

banyak berada pada kategori rendah.

Page 73: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

60

Selanjutnya, skor untuk variabel performance avoidance, hasilnya adalah

sebanyak 90 subjek (40.9%) berada pada kategori rendah dan 130 subjek (59.1%)

berada pada kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel performance avoidance

lebih banyak berada pada kategori tinggi.

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Seperti yang sudah

disebutkan pada Bab 3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu

melihat besaran R square untuk mengetahui varians dependent variable yang

dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah secara keseluruhan

independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable,

kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing independent variable.

Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk melihat

berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh

independent variable Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4

Tabel R square Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .381a .145 .113 8.79611

a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, other oriented perfectionism, performance approach,

mastery avoidance, performance avoidance, socially prescribe perfectionism, mastery approach,

self-oriented perfectionism

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peroleh R square sebesar 0.145 artinya

proporsi varians dari prokrastinasi akademik yang dijelaskan oleh self-oriented

Page 74: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

61

perfectionism, other oriented perfectionism, socially prescribe

perfectionism, mastery approach, mastery avoidance, performance

approach, dan performance avoidance adalah sebesar 14.5% sedangkan 85.5%

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel

independen terhadap prokrastinasi akademik. Adapun hasil uji F dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Tabel Anova

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2776.489 8 347.061 4.486 .000b

Residual 16325.407 211 77.372 Total 19101.896 219

a. Dependent Variable: prokrastinasi akademik

b. Predictors: (Constant), jenis kelamin, other oriented perfectionism, performance approach,

mastery avoidance, performance avoidacne, socially prescribe perfectionism, mastery approach,

self-oriented perfectionism

Jika dilihat dari kolom paling kanan (.Sig) pada tabel 4.5 dapat diketahui

bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p < 0.05). Maka hipotesis nihil mayor yang

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen

variabel terhadap dependen variabel, yaitu prokrastinasi akademik ditolak.

Artinya, ada pengaruh yang signifikan self-oriented perfectionism, other oriented

perfectionism, socially prescribe perfectionism, mastery approach, mastery

avoidance, performance approach, performance avoidance dan jenis kelamin

terhadap prokrastinasi akademik.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap seluruh independen

variabel. Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang

berarti bahwa independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan

Page 75: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

62

terhadap prokrastinasi akademik. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel

4.6.

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6, dapat disampaikan

persamaan regresi sebagai berikut: (* signifikan) Prokrastinasi akademik =

23.505 + 0.151 self-oriented perfectionism - 0.050 other oriented perfectionsim +

0.190 socially prescribe perfectionism* - 0.052 mastery approach + 0,076

mastery avoidance – 0.103 performance approach + 0.131 performance

avoidance - 2.159 jenis kelamin.

Tabel 4.6

Koefisien Regresi

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficient Sig.

B Beta

(Constant) 23.505 .003

Self-oriented Perfectionism .151 .147 .084

Other Oriented Perfectionism -.050 -.042 .520

Socially Prescribe Perfectionism .190 .169 .032

Mastery Approach -.052 -.048 .560

Mastery Avoidance .076 .067 .363

Performannce Approach .103 .110 .086

Performance Avoidance .131 .107 .113

Jenis Kelamin -2.159 -.116 .074

a. Dependen Variabel : Prokrastinasi Akademik

Dari tabel 4.6, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, kita cukup melihat sig pada kolom paling kanan (kolom keenam),

jika p < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan, signifikan pengaruhnya

terhadap prokrastinasi akademik dan sebaliknya. Dari hasil di atas hanya

variable socially prescribe perfectionism yang signifikan, sedangkan sisanya

tidak. Hal ini berarti dari 8 hipotesis minor hanya terdapat satu yang signifikan.

Penjelasan dari nilai masing-masing koefisien regresi independent variable

Page 76: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

63

adalah sebagai berikut:

1. Variabel self-oriented perfectionism memiliki koefesien sebesar 0.151 dengan

nilai signifikansi sebesar 0.084. Karena nilai sig.>0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa self-oriented perfectionism pada perfeksionisme tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

2. Variabel other oriented perfectionism memiliki koefesien -0.050 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.520. Karena nilai sig.>0.05 maka dapat disimpulkan

bahwa other oriented pada perfeksionisme tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

3. Variabel socially prescribe perfectionism memiliki koefesiensi 0.190 dengan

nilai signifikansi sebesar 0.032. Karena nilai sig.<0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak. Jadi, dapat disimpulkan

terdapat pengaruh signifikan socially prescribe perfectionism terhadap

prokrastinasi akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artinya

semakin tinggi nilai socially prescribe perfectionism seseorang maka

prokrastinasi akademik akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.

4. Variabel mastery approach memiliki koefesien -0.052 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.560. Nilai sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa

mastery approach pada achievement goal orientation tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

5. Variabel mastery avoidance memiliki koefesien 0.076 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.363. Karena nilai sig.>0.05 maka dapat disimpulkan

Page 77: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

64

bahwa mastery avoidance pada achievement goal orientation tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

6. Variabel performance approach memiliki koefesien 0.103 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.086. Karena nilai sig.>0.05 dapat disimpulkan bahwa

performance approach pada achievement goal orientation tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

7. Variabel performance avoidance memiliki koefesien 0.131 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.113. Karena nilai sig.>0.05 dapat disimpulkan bahwa

performance avoidance pada achievement goal orientation tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.

8. Variabel jenis kelamin memiliki nilai signifikansi sebesar 0.074. Karena nilai

sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel demografis jenis kelamin

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik

mahasiswa.

4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independen Variabel

Pengujian ada tahap ini bertujuan untuk melihat signifikan tidaknya penambahan

(incremented) proporsi varian dari tiap independent variable. Independent

variable tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada tabel 4.7 akan dipaparkan

besarnya proporsi varians pada prokrastinasi akademik. Tabel 4.7 akan

menjelaskan seberapa banyak sumbangan setiap independen variabel yang

digunakan dalam penelitian memberikan pengaruh terhadap dependen variabel

prokrastinasi akademik.

Page 78: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

65

Tabel 4.7

Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std.

Error of

the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .279a .078 .073 8.98991 .078 18.356 1 218 .000

2 .287b .083 .074 8.98690 .005 1.146 1 217 .286

3 .323c .104 .092 8.89984 .022 5.266 1 216 .023

4 .323d .104 .088 8.91999 .000 .025 1 215 .874

5 .332e .110 .090 8.91156 .006 1.407 1 214 .237

6 .347f .120 .095 8.88305 .010 2.376 1 213 .125

7 .364g .132 .104 8.84192 .012 2.986 1 212 .085

8 .381h .145 .113 8.79611 .013 3.214 1 211 .074

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan informasi sebagai berikut:

1. Sumbangan variabel self-oriented perfectionism terhadap prokrastinasi

akademik sebesar 7.8%. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai Sig. F

Change = 0.000 (Sig. F Change <0.005).

2. Variabel other oriented perfectionism memberikan sumbangan terhadap

prokrastinasi akademik sebesar 0.5%. Namun sumbangan tersebut tidak

signifikan dengan nilai Sig. F Change = 0.286 (Sig. F Change <0.005).

3. Variabel socially prescribe perfectionism memberikan sumbangan terhadap

intensi prokrastinasi akademik 2.1%. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik dengan nilai Sig. F Change = 0.023 (Sig. F Change <0.005), yang

artinya variabel socially prescribe perfectionism memberikan sedikit

sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya prokrastinasi akademik dalam

diri seseorang.

Page 79: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

66

4. Sumbangan variabel mastery approach terhadap prokrastinasi akademik

sebesar 0% dengan nilai Sig. F Change = 0.874 (Sig. F Change <0.005)

sehingga tidak signifikan.

5. Sumbangan variabel mastery avoidance terhadap prokrastinasi akademik

sebesar 0.6%. Namun sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai Sig. F

Change = 0.237 (Sig. F Change <0.005).

6. Variabel performance approach memberikan sumbangan terhadap

prokrastinasi akademik sebesar 1%. Namun sumbangan tersebut tidak

signifikan dengan nilai Sig. F Change = 0.125 (Sig. F Change <0.005).

7. Variabel performance avoidance memberikan sumbangan terhadap

prokrastinasi akademik sebesar 1.2%. Namun sumbangan tersebut tidak

signifikan dengan nilai Sig. F Change = 0.085 (Sig. F Change <0.005).

8. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan terhadap prokrastinasi

akademik sebesar 1.3%. Namun sumbangan tersebut tidak signifikan dengan

nilai Sig. F Change = 0.074 (Sig. F Change <0.005).

Page 80: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

67

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji multiple

regression, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan self-

oriented perfectionism, other oriented perfectionism, socially prescribe

perfectionism, mastery approach, mastery avoidance, performance approach,

performance avoidance, dan jenis kelamin terhadap prokrastinasi akademik

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 14,5%.

Berdasarkan uji hipotesis minor, terdapat satu variabel yang memiliki

pengaruh yang signifikan yaitu socially prescribe perfectionism. Sementara self-

oriented perfectionism, other oriented perfectionism, mastery approach, mastery

avoidance, performance approach, performance avoidance, dan jenis kelamin

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi prokrastinasi

akademik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa

dari delapan independen variable yang diteliti terdapat satu variabel yang

mempengaruhi prokrastinasi akademik secara signifikan. Variabel tersebut yaitu

socially prescribe perfectionism.

Variabel socially prescribe perfectionism berpengaruh terhadap prokrastinasi

akademik secara signifikan dengan arah positif. Hal ini sesuai dengan penelitian

Bong et al. (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai socially prescribe

Page 81: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

68

perfectionism maka frekuensi prokrastinasi akademik juga semakin tinggi.

Artinya, mahasiswa yang mendapatkan tuntutan kesempurnaan berlebihan dari

lingkungan memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik yang

lebih besar. Mahasiswa dengan nilai socially prescribe perfectionism yang tinggi

melakukan penundaan dalam melakukan tugas akademik sebagai cara untuk

menghindari penilaian dari lingkungannya, seperti orang tua dan guru yang

memberikan ekspektasi berlebihan (Bong et al, 2014).

Socially prescribe perfectionism adalah perfeksionis yang merupakan hasil

bentukan dari lingkungan sosialnya, sehingga rentan menunda pekerjaan mereka

karena terlalu peka atau takut gagal, cenderung menyalahkan orang lain,

kecemasan akan penilaian sosial, kurangnya asertivitas, dan memiliki kepercayaan

diri yang lemah (Gunawinata et al, 2008). Ketika seorang dengan nilai social

prescribe perfectionism tinggi mendapatkan tugas tertentu dari orang tua, guru

atau figur yang lebih kuat, mereka berpotensi lebih besar dalam melakukan

prokrastinasi sebagai bentuk ekspresi atau cara untuk menutupi perasaan

negatifnya (Milgram et al., 1988; dalam Bong et al, 2014).

Mahasiswa dengan nilai socially prescribe perfectionism tinggi akan berusaha

untuk menjalin komitmen persahabatan dengan mahasiswa lainnya. Namun, untuk

menjaga komitmen tersebut mereka cenderung berusaha terlalu keras dan

berkonsentrasi penuh pada pemenuhan standar kesempurnaan yang terlampau

tinggi dari teman-teman di kampus. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa

dengan nilai socially prescribe perfectionism tinggi melakukan prokrastinasi

akademik.

Page 82: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

69

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak terbukti memiliki

pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Hal ini terkadang menjadi

bertentangan dengan penelitian sebelumnya. Adapun variabel yang tidak terbukti

memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi antara lain self-oriented perfectionism,

other oriented perfectionism, mastery approach, mastery avoidance, performance

approach, performance avoidance dan jenis kelamin.

Self-oriented perfectionism tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan

terhadap prokrastinasi akademik. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan melihat

dari responden yang memiliki rata-rata usia pada masa perkembangan dewasa

awal. Salah satu karakteristik dan tugas perkembangan dewasa awal adalah masa

untuk mengembangkan karir dan menjalin hubungan secara lebih intim (Papalia,

Harvey, Feldman & Camps, 2007). Orientasi mahasiswa untuk mencapai prestasi

dapat berubah seiring dengan perkembangan psikologis individu. Self-oriented

perfectionism pada responden di masa dewasa awal ini tidak hanya fokus pada

pendidikan, namun mereka juga mulai memikirkan untuk mencari kerja dan

menjalin hubungan dengan lawan jenis bahkan sebagian sudah memiliki pasangan

hidup dan anak. Mahasiswa yang sudah memasuki tahap dewasa awal memiliki

orientasi mengenai karir dan hubungan keluarga. Pada usia 20-an, terdapat

mahasiswa yang sudah menikah dan sebagian lain sudah memulai memasuki

dunia kerja.

Hasil penelitian self-oriented perfectionism bertentangan dengan penelitian

terdahulu yang menemukan pengaruh signifikan self-oriented perfectionism

terhadap prokrastinasi akademik (Capan, 2010; Indrayati, 2012; Bong et al, 2014).

Page 83: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

70

Perbedaan tersebut juga bisa disebabkan self-oriented perfectionism

membutuhkan variabel lain seperti self-efficacy (Bong et al, 2014) dalam

mempengaruhi prokrastinasi akademik. Artinya, seseorang yang menetapkan

standar tinggi terhadap dirinya sendiri akan mempengaruhi prokrastinasi

akademik jika dia memiliki kepercayaan diri.

Perbedaan hasil penelitian ini juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan

responden penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan responden

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6-14. Hasilnya menjadi

berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan responden siswa

Menengah Pertama dengan rentang usia 12-13 tahun (Bong et al, 2014).

Other oriented perfectionism berpengaruh terhadap prokrastinasi dengan arah

negatif namun tidak signifikan. Hasil tersebut konsisten seperti penelitian

terdahulu oleh Capan (2010) dan Indrayati (2012) yang tidak menemukan

pengaruh yang signifikan dari other oriented perfectionism terhadap prokrastinasi

akademik. Ini berarti individu yang memiliki standar yang tinggi terhadap orang

lain belum tentu melakukan punundaan dalam hal akademik.

Mastery approach tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap

prokrastinasi akademik. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Howell dan Watson (2006) yang mengatakan bahwa prokrastinasi akademik

dipengaruhi oleh mastery approach. Perbedaan hasil bisa saja terjadi karena

jumlah responden yang terindikasi mastery approach sedikit. Sebagian besar

responden dalam penelitian ini tidak mementingkan penguasaan terhadap materi

Page 84: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

71

kelas. Penelitian ini mendapatkan bahwa responden yang melakukan mastery

approach hanya 29.1 % dari total 220 mahasiswa.

Mastery avoidance tidak terbukti memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap prokrastinasi akademik. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian

(Howell & Watson, 2006) yang menemukan bahwa mastery avoidance memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik dengan arah koefesien

positif. Perbedaan hasil ini bisa saja dipengaruhi oleh faktor budaya Indonesia dan

Amerika yang berbeda. Tujuan berprestasi yang berfokus pada penghindaran

kegagalan dalam menguasai materi kuliah, tidak menjadi faktor penyebab

prokrastinasi akademik bagi mahasiswa di Indonesia khususnya di Universitas

Islam Negeri (UIN) Jakarta.

Performance approach dan performance avoidance berpengaruh terhadap

prokrastinasi akademik dengan arah positif namun tidak signifikan. Hasil ini

konsisten dengan penelitian Howell dan Watson (2006) yang juga tidak

menemukan pengaruh signifikan variabel performance approach dan performance

avoidance terhadap prokrastinasi akademik.

Apabila melihat hasil dan pembahasan di atas, dapat terlihat dinamika dalam

penelitian mengenai variabel achievement goal orientation. Berdasarkan

kategorisasi penelitian, dinamika tersebut menjelaskan bahwa mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kecenderungan orientasi belajar yang

bertujuan pada avoidance/penghindaran, artinya sebagian besar responden

menganggap belajar bertujuan untuk menghindari penglaman buruk dan

kecemasan akan kegagalan pada hasil pembelajaran. Kecenderungan avoidance

Page 85: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

72

mengindikasikan bahwa tujuan responden untuk mencapai prestasi dalam

pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor alasan dengan valensi negatif.

Penelitian ini juga tidak menemukan pengaruh signifikan dari jenis kelamin

terhadap prokrastinasi akademik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gender tidak

mempengaruhi seseorang dalam menunda tugas akademik. Hal ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya oleh Balkis dan Duru (2009) yang menemukan

bahwa laki-laki memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi lebih tinggi

daripada perempuan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ferrari (2005)

memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini. Mereka menemukan bahwa tidak

ada perbedaan tingkat prokrastinasi yang signifikan antara laki-laki dengan

perempuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap prokrastinasi akademik

dalam diri seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelamin.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini

menemukan pengaruh sebesar 14,5%, jadi masih terdapat 85,5% pengaruh yang

dapat dijelaskan oleh variabel selain perfeksionisme dan achievement goal

orientation terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Kedua,

penelitian ini hanya mengukur perilaku responden menggunakan metode self-

report. Untuk mengukur variabel penelitian yang cenderung dimaknai negatif oleh

masyarakat seperti prokrastinasi akademik, seharusnya pengukuran tidak hanya

dilakukan melalui self-report. Ketiga, dalam konteks metodologis, penelitian ini

menggunakan teknik samping yang bersifat non-probability.

Page 86: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

73

5.3 Saran

Peneliti menyadari banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini. Namun peneliti

berharap keterbatasan tersebut dapat menjadi pembelajaran untuk diri peneliti

sendiri dan peneliti lain. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

peneliti membagi dua saran, yaitu saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran teoritis

1. Sumbangan variabel yang digunakan terhadap prokrastinasi akademik hanya

sebesar 14,5% dan sisanya 85,5% dipengarui faktor lain. Munculnya perilaku

prokrastinasi akademik juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial seperti social

support, afirmasi sosial dan konformitas. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

pengetahuan yang lebih mengenai prokrastinasi akademik, seperti dampak

negatif, upaya pencegahan dari variabel lainnya yang mempunyai pengaruh

besar terhadap prokrastinasi akademik serta mengetahui penanganan yang

tepat apabila mahasiswa memiliki prokrastinasi akademik.

2. Untuk mengukur variable negatif, peneliti menyarankan tidak hanya

menggunakan self-report tetapi bisa menggunakan alat ukur lain, misalnya

Vignette.

3. Penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya melakukan teknik

pengambilan sampel secara probability sampling, yang artinya setiap individu

memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Hal ini

dikarenakan penelitian dilakukan di kampus yang memungkinkan

pengambilan sampel dilakukan dengan probability sampling.

Page 87: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

74

4. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti lebih memperhatikan

responden dalam mengisi kuesioner yang diberikan. Apakah responden

mengisi secara benar atau terburu-buru. Selain itu melihat kemungkinan

responden menjawab kuesioner secara asal atau sudah memahami isi

kuesioner terlebih dahulu.

5.3.2 Saran praktis

1. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa socially prescribe perfectionism

berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Artinya, tuntutan

yang terlalu tinggi dari lingkungan akan berdampak pada ketakutan

mahasiswa untuk gagal, sehingga menunda dalam melakukan tugas akademik.

Peneliti menyarankan teman sepermainan dan orang tua untuk mengetahui

kemampuan dan batasan individu sehingga tidak memberikan harapan dan

tuntutan yang berlebihan pada individu.

2. Mahasiswa hendaknya menjadikan harapan orang lain terhadap dirinya

sebagai motivasi untuk berani menyelesaikan tugas, supaya tidak

menjadikannya sebagai beban karena kekhawatiran berlebihan untuk

mencapai standar seperti harapan lingkungan. Ada baiknya diberikan seminar

atau program belajar bersama agar mahasiswa dengan socially prescribe

perfectionism tinggi dapat terpacu untuk menyelesaikan tugas-tugas

akademiknya. Program tersebut dapat bekerja sama dengan DEMA di kampus.

3. Bagi para mahasiswa supaya lebih memiliki kesadaran akan efek negatif dari

prokrastinasi akademik. Maka dengan begitu mahasiswa mampu mengatasi

Page 88: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

75

problem akan penundaan dalam hal akademik dan mampu menyelesaikan

tugas-tugas akademik tepat waktu.

Page 89: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

76

DAFTAR PUSTAKA

Ames, C. (1992). Classroom: Goals, structures and student motivation. Journal of

Educational Psychology, 84 (3), 261-271

Balkis, M & Duru, E. (2009). Prevalence of academic procrastination behavior

among pre-service teachers,and its relationship with demographicsand

individual preferences. Journal of Theory and Practice in Education, 5 (1),

18-32

Burka, J. B. & Yuen, J. N. (2008). Procrastination: Why you do it, what to do

abaout it now. U.S. Da Capo Press

Bong, M., Hwang, A., Noh, A., & Kim, S. (2014) Perfectionism and motivation of

adolescents in academic contexts. Journal of Educational Psychology, 106

(3), 711–729

Capan, B. E. (2010). Relationship among perfectionism, academic procrastination

and life satisfaction of university students. Journal of Procedia Social and

Behavioral Sciences, 5. 1665–1671

Chu, A. H. C. & Choi, J. N. (2005). Rethinking procrastination: Positive effects of

“active” procrastination behavior onattitudes and performance. The Journal

of Social Psychology, 145 (3), 245–264

Dwisepti, K. (2014). Pengaruh self-regulate learning dan asertifitas terhadap

prokrastinasi akademik mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Eerde, W. (2003). A meta-analytically derived nomological network of

procrastination. Journal of Personality and Individual Differences, 35,

1401–1418

Elliot, A. J. & McGregor, H. A. (2001). A 2x2 achievement goal framework.

Journal of Personality and Social Psychology, 80 (3), 501-519

Febriana, R. (2013). Pengaruh motivasi berprestasi dan kecemasan akademik

terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Teknik Universitas

Pamulang. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ferrari, J. R., O'Callaghan, J. & Newbegin, I. (2005). Prevalence of

procrastination in the United States, United Kingdom, and Australia:

Arousal and avoidance delays among adults. North American Journal of

Psychology, 7 (1), 1-6

Frost, R. O., Marten, P., Lahart, C. & Rosenblate, R. (1990). The dimensions of

perfectionism. Cognitive Therapy and Research, 14 (5), 449-468ve Therap

Gunawinata, V. A. R., Nanik & Lasmono, H. K. (2008). Perfeksionisme,

prokrastinasi akademik dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Indonesian

Psychology Journal, 23, 256-276

Page 90: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

77

Hanifah, P. M. (2012). Pengaruh self-efficacy, motivasi berprestasi, self-

regulation, dan dukungan sosial orang tua terhadap prokrastinasi dalam

menyelesaikan skripsi. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Hasanah, N. (2013). Pengaruh tipe kepribadian dan self-effcacy terhadap perilaku

prokrastinasi pada tugas akhir mahasiswi Institut Ilmu al-Qur’an. Skripsi

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hewwit, P. L. & Flet, P. L. (1991). Perfectionism in the self and social context:

Conseptualization, assessment, and association with psychopatology.

Journal of personality and social psychology, 60 (3), 456-470

Howell, A. J. & Watson, D. C. (2007). Procrastination: Associations with

achievement goal orientation and learning strategies. Personality and

Individual Differences, 43, 167–178

Indrayati, P. (2012). Pengaruh self efficacy, perfectionisme, dan faktor demografis

terhadap prokrastinasi pada mahsiswa fakultas psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam menyelesaikan skripsi. Skripsi Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jiao, Q. G., DaRos-Voseles, Denise, A. C., Kathleen, M. T. & Onwuwgbuzie, A.

J. (2011). Academic procrastination and the performance of graduate-

levelcooperative groups in research methods courses. Journal of the

Scholarship of Teaching and Learning, 11 (1), 119–138

Kartini, D. (2014). Pengaruh self-regulate learning dan asertivitas terhadap

prokrastinasi akademik mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Klassen, R. M., Krawchuk, L. L. & Rajani, S. (2008) Academic procrastination of

undergraduates: Low self-efficacy to self-regulate predictshigher levels of

procrastination. Contemporary Educational Psychology, 33, 915–931

Maula, I. (2012). Pengaruh self-efficacy akademik dan tipe kepribadian terhadap

prokrastinasi akademik pada pengguna internet. Skripsi Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mawlida, Z. (2014). Studi tentang pengaruh impulsiveness, work self-efficacy dan

perfectionism terhadap perilaku prokrastinasi kerja karyawan. Skripsi

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mustikaningsih, R. (2013). Pengaruh kontrol diri dan kecemasan terhadap

prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi

pecinta alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nurfaizin (2014). Pengaruh self-control dan locus of control terhadap

prokrastinasi akademi mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir

Page 91: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

78

(skripsi) di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2007) Adult

Development and Aging. New York: The McGraw-Hill Companies.

Pintrinch, P. R. (2008) Motivation in Education: Theory, Research and

Application. New Jersey: Pearson education.

Putri, S. A. S (2013). Pengaruh perfeksionisme, prokrastinasi dan jenis kelamin

terhadap psychological distress mahasiswa yang sedang mengerjakan

skripsi. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Reza, F. (2013). Pengaruh self-efficacy dan kecemasan terhadap prokrastinasi

menyusun skripsi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Saboonchi, F. & Lundh L. G. (1997). Perfectionism, self counciousness and

anxiety. Person. individ. DQ, 22 (6), 921-928

Sirin, E. F. (2011) Academic procrastination among undergraduates attending

school of physical education and sports: Role of general procrastination,

academic motivation and academic self-efficacy. Journal of Educational

Research and Review, 6 (5), 447

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and

theoreticalreview ofquintessential self-regulatory failure. Psychological

Bulletin, 133 (1), 65-94

Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: frequency

and cognitive behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31

(4), 503-509

Thompson, B. (2004). Exploratory and confirmatory factor analysis:

Understanding concepts and applications. Washington DC: American

Psychological Association.

Tondok, M. S., Ristyadi, H., & Kartika, A. (2008) Prokrastinasi akademik dan

niat membeli skripsi. Indonesian Psychological Journal, 24 (1), 76-87

Page 92: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

79

LAMPIRAN

INFORMED CONSENT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Selamat Pagi/ Siang/ Sore

Saya Muhammad Syamsud Dluha mahasiswa dari Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Saya ingin melakukan penelitian tentang Prokrastinasi Akademik sebagai bagian dari

persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Psikologi. Saya berharap teman-teman bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini. Semua informasi yang teman-teman berikan terjamin

kerahasiannya. Saya mohon teman-teman untuk mengisi informed consent di bawah sebagai tanda

persetujuan teman-teman untuk menjadi responden penelitian saya.

Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini,

nama/inisial :

jenis kelamin (pilih salah satu) :

1. Laki-laki

2. Perempuan

fakultas (pilih salah satu) :

1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Fakultas Adab dan Humaniora

3. Fakultas Ushuluddin 4. Fakultas Syariah dan Hukum

5. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 6. Fakultas Dirasat Islamiyah

7. Fakultas Psikologi 8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

9. Fakultas Sains dan Teknologi 10. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan

11. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

semester (pilih salah satu) :

1. 6 2. 8 3. 10 4. 12 5. 14

Ciputat, 2016

Tanda Tangan

Page 93: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

80

Instruksi :

Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan diri

Anda. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Selalu sampai Tidak Pernah pada

tiap-tiap pernyataan. Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada SATU pilihan

jawaban. Cara menjawabnya yaitu dengan memberikan tanda √ pada pilihan

jawaban yang paling menggambarkan diri Anda.

Skala 1

No. Item Tidak

Pernah Jarang Sering Selalu

1 Seberapa sering Anda menunda dalam

membuat makalah?

2 Seberapa sering menuda dalam membuat

makalah menjadi masalah bagi Anda?

3 Seberapa jauh Anda ingin mengurangi

kecenderungan Anda untuk menunda dalam

membuat makalah?

4 Seberapa sering Anda menunda belajar untuk

ujian?

5 Seberapa sering menunda belajar untuk ujian

menjadi masalah bagi Anda

6 Seberapa jauh Anda ingin mengurangi

kecenderungan Anda menunda belajar untuk

ujian?

7 Seberapa sering Anda menunda tugas

membaca mingguan

8 Seberapa sering menunda tugas membaca

mingguan menjadi masalah bagi Anda

9 Seberapa jauh Anda ingin mengurangi

kecenderungan Anda menunda tugas

membaca mingguan?

10 Seberapa sering Anda menunda tugas

adminstrasi akademik (mengisi formulir,

registrasi untuk kelas, membuat kartu

anggota)

11 Seberapa sering menunda tugas adminstrasi

akademik (mengisi formulir, registrasi untuk

kelas, membuat kartu anggota) menjadi

masalah bagi Anda

12 Seberapa jauh Anda ingin mengurangi

kecenderungan Anda menunda tugas

adminstrasi akademik (mengisi formulir,

registrasi untuk kelas, membuat kartu

anggota)?

13 Seberapa sering Anda menunda tugas

kehadiran (bertemu dengan advisor, membuat

janji dengan dosen)

14 Seberapa sering menunda tugas kehadiran

(bertemu dengan advisor, membuat janji

Page 94: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

81

dengan dosen) menjadi masalah bagi Anda

No. Item Tidak

Pernah Jarang Sering Selalu

15 Seberapa jauh Anda ingin mengurangi

kecenderungan Anda menunda tugas

kehadiran (bertemu dengan advisor, membuat

janji dengan dosen)

16 Seberapa sering Anda menunda kegiatan

sekolah secara umum (general)

17 Seberapa sering menunda kegiatan sekolah

secara umum (general) menjadi masalah bagi

Anda

18 Seberapa jauh Anda ingin mengurangi

kecenderungan Anda menunda kegiatan

sekolah secara umum (general)?

Skala 2

No. Item STS TS S SS

1 Ketika saya mengerjakan sesuatu, saya tidak bisa

bersantai sampai itu sempurna

2 Saya bertujuan untuk menjadi sempurna dalam segala

hal yang saya lakukan

3 Aku tidak pernah bertujuan untuk kesempurnaan pada

tugas saya

4 Saya jarang merasa perlu untuk menjadi sempurna

5 Saya berusaha untuk menjadi sempurna seperti yang

saya bisa

6 Menjadi hal yang penting bagi saya untuk

mengusahakan segala sesuatu sempurna

7 Saya berusaha untuk menjadi yang terbaik di segala

sesuatu yang saya lakukan

8 Saya tidak mengharapkan kesempurnaan diri

9 Pengerjaan tugas yang salah membuat saya tidak

nyaman

10 Saya perfeksionis dalam menetapkan tujuan

11 Saya berusaha untuk memaksimalkan potensi setiap

waktu

12 Saya tidak harus menjadi yang terbaik pada seluruh

tugas yang saya kerjakan

13 Saya tidak memiliki tujuan yang sangat tinggi untuk

diri sendiri

14 Saya menetapkan tujuan yang sangat tinggi untuk diri

sendiri

15 Saya harus selalu sukses dalam sekolah dan bekerja

16 Saya tidak akan mengkritik seseorang untuk menyerah

terlalu mudah

17 Berada dekat dengan orang sukses bukan prioritas

penting saya

18 Saya jarang mengeluh dengan teman yang bekerja asal-

asalan

19 Segala sesuatu yang orang lain lakukan harus memiliki

kualitas terbaik

Page 95: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

82

No. Item STS TS S SS

20 Saya tidak peduli ketika orang terdekat saya tidak

melakukan kemampuan terbaik mereka

21 Saya memiliki harapan yang tinggi untuk orang-orang

yang penting bagi saya

22 Saya tidak menuntut standar yang sangat tinggi untuk

orang-orang di sekitar saya

23 Saya akan terganggu dengan orang yang tidak berusaha

untuk memperbaiki diri

24 Saya tidak berharap banyak dari teman-teman saya

25 Jika saya meminta seseorang untuk melakukan sesuatu,

saya berharap dia melakukannya dengan sempurna

26 Saya tidak tahan melihat orang-orang dekat dengan

saya membuat kesalahan

27 Orang-orang yang peduli kepada saya harus tidak

pernah mengecewakan saya

28 Saya menghormati orang yang di atas rata-rata

29 Saya tidak mempermasalahkan teman dekat yang tidak

melakukan sesuatu secara maksimal

30 Saya jarang mengharapkan orang lain untuk unggul di

apa pun yang mereka lakukan

31 Saya merasa sulit untuk memenuhi harapan orang lain

terhadap saya

32 Orang di sekitar saya siap menerima bahwa saya juga

bisa membuat kesalahan

33 Semakin baik saya bekerja, orang lain semakin minta

saya untuk melakukannya

34 Apa pun pekerjaan saya yang kurang baik akan dilihat

sebagai kinerja yang buruk oleh orang-orang di sekitar

saya

35 Orang-orang di sekitar saya mengharapkan saya untuk

sukses di segala sesuatu yang saya lakukan

36 Orang lain akan menyukai saya bahkan jika saya tidak

unggul dalam segala

37 Sukses berarti bahwa saya harus bekerja lebih keras

untuk menyenangkan orang lain

38 Orang lain berpikir saya baik-baik saja, bahkan ketika

saya tidak sukses

39 Saya merasa bahwa orang-orang terlalu menuntut saya

40 Meskipun mereka mungkin tidak mengatakan itu,

orang lain sangat marah dengan saya ketika saya

mengalami kegagalan

41 Keluarga saya mengharapkan saya untuk menjadi

sempurna

42 Orang tua saya jarang mengharapkan saya untuk

unggul dalam semua aspek kehidupan saya

43 Orang selalu berharap kesempurnaan saya

44 Orang mengharapkan lebih dari yang saya mampu

berikan

45 Orang-orang di sekitar saya tetap berpikir saya masih

kompeten bahkan jika saya melakukan kesalahan

Page 96: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

83

Skala 3

No. Item STS TS S SS

1 Penting bagi saya untuk mengerjakan tugas lebih baik

daripada mahasiswa lain lakukan

2 Tidak penting bagi saya untuk mengerjakan tugas lebih

baik daripada mahasiswa lain di kelas ini

3 Tujuan saya di kelas ini adalah untuk menjadi juara

diantara mahasiwa terbaik

4 Saya merasa khawatir ketika saya tidak mempelajari

semua hal yang diajarkan di kelas

5 Saya tetap merasa tenang ketika saya tidak memahami

pelajaran di kelas seperti yang saya inginkan

6 Saya sering merasa gelisah ketika saya mungkin tidak

belajar semua yang diberikan di kelas

7 Saya ingin belajar semua yang diajarkan di kelas

semaksimal yang saya bisa

8 Penting bagi saya untuk memahami semua konten yang

diajarkan semaksimal mungkin

9 Saya tidak berkeinginan untuk menguasai semua yang

diajarkan di kelas

10 Saya hanya ingin untuk menghindari mengerjakan tugas

dengan buruk di kelas.

11 Tujuan saya di kelas ini adalah untuk menghindari

pengerjaan tugas dengan buruk

12 Ketakutan saya untuk berkinerja buruk sering memotivasi

saya dalam kelas ini

Page 97: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

84

SYNTAX DAN PATH DIAGRAM

UJI VALIDITAS KOSTRUK PROKRASTINASI AKADEMIK DA NI=18 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 PM SY FI=PRO18.COR MO NX=18 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK PROKRASTINASI FR TD 16 13 TD 4 1 TD 6 3 TD 18 15 TD 15 12 TD 15 14 TD 9 6 FR TD 9 3 TD 9 8 TD 8 5 TD 18 12 TD 12 11 TD 6 5 TD 17 7 FR TD 16 7 TD 5 2 TD 8 2 TD 12 9 TD 8 7 TD 12 6 TD 7 6 FR TD 2 1 TD 11 10 TD 14 13 TD 17 15 TD 16 10 TD 10 7 FR TD 15 10 TD 18 6 TD 18 7 TD 11 9 TD 14 5 TD 16 5 FR TD 5 4 TD 14 2 TD 16 1 TD 16 4 TD 13 4 TD 13 1 TD 7 4 TD 7 1

FR TD 3 1 TD 18 9 TD 18 3 TD 12 3 TD 15 3 TD 14 9 TD 3 2 TD 16 14

FR TD 15 6 TD 15 9 TD 15 13 TD 16 15 TD 17 6 TD 10 1 TD 6 1 TD 18 2

FR TD 18 5 TD 7 2 TD 9 1 TD 17 8 TD 17 1 TD 17 4 TD 10 4 TD 13 10

FR TD 14 10 TD 13 11 TD 13 7 TD 11 4 TD 13 9

PD OU SS TV MI IT=200 AD=OFF

Page 98: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

85

UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF ORIENTED PERFECTIONISM DA NI=15 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 PM SY FI=SOP.COR MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SELF ORIENTED PERFECTIONISM FR TD 2 1 TD 4 3 TD 15 13 TD 11 2 TD 10 5 TD 9 8 TD 8 3 FR TD 12 6 TD 8 4 TD 14 13 TD 15 14 TD 8 1 TD 5 4 TD 9 4 FR TD 11 6 TD 10 6 TD 13 4 TD 13 3 TD 15 8 TD 11 5 TD 12 8 FR TD 12 7 TD 14 12 TD 12 13 TD 12 3 PD OU SS TV MI

Page 99: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

86

UJI VALIDITAS KONSTRUK OTHER ORIENTED PERFECTIONISM DA NI=15 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 PM SY FI=OOP.COR MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK OTHER ORIENTED PERFECTIONISM FR TD 5 1 TD 15 14 TD 9 5 TD 7 2 TD 3 2 TD 13 2 TD 12 11 TD 13 1 TD 7 4 FR TD 9 4 TD 8 7 TD 6 5 TD 10 6 TD 4 2 TD 13 7 TD 10 4 TD 14 9 TD 11 10 FR TD 7 6 TD 6 2 TD 11 7 PD OU SS TV MI

Page 100: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

87

UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIALLY PRESCRIBE PERFECTIONISM DA NI=15 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 PM SY FI=SPP.COR MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SOCIALLY PRESCRIBE PERFECTIONISM FR TD 10 9 TD 13 5 TD 9 1 TD 8 5 TD 11 3 TD 8 6 TD 7 4 TD 3 2 FR TD 12 10 TD 8 7 TD 13 9 TD 9 4 TD 6 1 TD 14 2 TD 13 7 TD 15 4 FR TD 13 3 TD 11 5 TD 15 14 TD 15 12 TD 15 10 TD 14 10 TD 15 6 TD 6 4 PD OU SS TV MI

Page 101: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

88

UJI VALIDITAS KONSTRUK MASTERY APPROACH DA NI=3 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=MAP.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST LK MASTERY APPROACH PD OU SS TV MI

UJI VALIDITAS KONSTRUK MASTERY AVOIDANCE

DA NI=3 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=MAV.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST LK MASTERY AVOIDANCE PD OU SS TV MI

Page 102: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

89

UJI VALIDITAS KONSTRUK PERFORMANCE APPROACH

DA NI=3 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=PAP.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST LK PERFORMANCE APPROACH PD OU SS TV MI

UJI VALIDITAS KONSTRUK PERFORMANCE AVOIDANCE DA NI=3 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=PAV.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST LK PERFORMANCE AVOIDANCE PD OU SS TV MI

Page 103: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

90

Output Regresi Stepwise

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .381a .145 .113 8.79611

a. Predictors: (Constant), JENIS_KELAMIN,

OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM,

PERFORMANCE_APPROACH, MASTERY_AVOIDANCE,

PERFROMANCE_AVOIDACNE,

SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM,

MASTERY_APPROACH, SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2776.489 8 347.061 4.486 .000b

Residual 16325.407 211 77.372

Total 19101.896 219

a. Dependent Variable: PROKRASTINASI_AKADEMIK

b. Predictors: (Constant), JENIS_KELAMIN, OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM,

PERFORMANCE_APPROACH, MASTERY_AVOIDANCE, PERFROMANCE_AVOIDACNE,

SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM, MASTERY_APPROACH,

SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM

Page 104: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

91

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 23.505 7.896 2.977 .003

SELF_ORIENTED_PERFE

CTIONISM .151 .087 .147 1.734 .084

OTHER_ORIENTED_PERF

ECTIONISM -.050 .078 -.042 -.645 .520

SOCIALLY_PRESCRIBE_P

ERFECTIONISM .190 .088 .169 2.165 .032

MASTERY_APPROACH -.052 .089 -.048 -.583 .560

MASTERY_AVOIDANCE .076 .083 .067 .912 .363

PERFORMANCE_APPROA

CH .103 .060 .110 1.724 .086

PERFROMANCE_AVOIDA

CNE .131 .082 .107 1.592 .113

JENIS_KELAMIN -2.159 1.204 -.116 -1.793 .074

a. Dependent Variable: PROKRASTINASI_AKADEMIK

Page 105: ii - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38742/2/MUHAMMAD... · digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis

92

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std.

Error of

the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .279a .078 .073 8.98991 .078 18.356 1 218 .000

2 .287b .083 .074 8.98690 .005 1.146 1 217 .286

3 .323c .104 .092 8.89984 .022 5.266 1 216 .023

4 .323d .104 .088 8.91999 .000 .025 1 215 .874

5 .332e .110 .090 8.91156 .006 1.407 1 214 .237

6 .347f .120 .095 8.88305 .010 2.376 1 213 .125

7 .364g .132 .104 8.84192 .012 2.986 1 212 .085

8 .381h .145 .113 8.79611 .013 3.214 1 211 .074

a. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM

b. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM

c. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM, TS_SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM

d. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM, TS_SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM,

TS_MASTERY_APPROACH

e. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM, TS_SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM,

TS_MASTERY_APPROACH, TS_MASTERY_AVOIDANCE

f. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM, TS_SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM,

TS_MASTERY_APPROACH, TS_MASTERY_AVOIDANCE, TS_PERORMANCE_APPROACH

g. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM, TS_SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM,

TS_MASTERY_APPROACH, TS_MASTERY_AVOIDANCE, TS_PERORMANCE_APPROACH,

TS_PERORMANCE_AVOIDANCE

h. Predictors: (Constant), TS_SELF_ORIENTED_PERFECTIONISM,

TS_OTHER_ORIENTED_PERFECTIONISM, TS_SOCIALLY_PRESCRIBE_PERFECTIONISM,

TS_MASTERY_APPROACH, TS_MASTERY_AVOIDANCE, TS_PERORMANCE_APPROACH,

TS_PERORMANCE_AVOIDANCE, JENIS_KELAMIN