mui.rtf

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Te lah diketahui bersama, sejak dulu ulama’ memiliki peranan yang sangat  penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ter lebih lagi bagi bangsa Indonesia. Ulama’ tidak hanya memiliki peranan dibidang keagamaan saja, namun terlebih dari itu, ulama’ juga ikut andil dalam perlawanan – perlawanan fisik serta kegiatan – kegiatan yang bersifat diplomasi, baik ketika menjelang maupun setelah kemerdekaan diproklamirkan. Pada masa colonial, maupun masa – masa penjajahan, kehadiran ulama menjadi urgent. arena pada masa – masa tersebut, banyak dari kerajaan – kerajaan yang berdiri dengan dimotori oleh para ulama. !ika dilihat dari sejarah masa lalu, tidak sedikit pula pesantren yang dijadikan p usat pengatur strategi melawan penjajah. "kan tetapi peran ulama’ ini lambat laun menjadi terbatas seputar masalah kegamaan dan masalah – masalah local saja, karena adanya batasan – batasan tertentu yang diberikan oleh pemerintah #elanda. #ahkan tak sedikit dari para ulama itu yang hanya diperbolehkan untuk mengurusi pesantren yang dimilikinya saja, tanpa boleh terlibat dalam urusan – urusan kemasyarakatan terlebih lagi urusan $egara. Pada masa – masa selanjutnya, kehadiran ulama mulai mendapatkan posisi yang semestinya lagi. Peran – peran ulama mulai kembali pada peran semula yang tidak hanya berkutat pada rutinitas keagamaan saja, melainkan juga seputar masalah – masalah local seperti ekonomi, pendidikan maupun hal – hal social lainnya. %al ini terjadi lantaran adanya hubungan baik yang terjalin antara Indonesia – &akkah melalui pelaksanaan kegiatan ibadah tahunan berupa ibadah haji. %al ini semakin memperkokoh posisi ulama pada saat itu, terlebih lagi para ulama juga mulai dilibatkan dalam hal – hal politik seperti pen yusunan strategi untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Peran strategis yang dimiliki oleh ulama menjadikan posisinya sangat diistimewakan. &obilisasi massa yang dilakukan oleh para ulama juga menjadikan mereka dihormati dan berwibawa. 'ehingga mereka mendapatkan kepercayaan dari Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 1

Upload: nilna-rizqy

Post on 19-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 1/12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah diketahui bersama, sejak dulu ulama’ memiliki peranan yang sangat

 penting bagi kehidupan suatu bangsa. Terlebih lagi bagi bangsa Indonesia. Ulama’

tidak hanya memiliki peranan dibidang keagamaan saja, namun terlebih dari itu,

ulama’ juga ikut andil dalam perlawanan – perlawanan fisik serta kegiatan – kegiatan

yang bersifat diplomasi, baik ketika menjelang maupun setelah kemerdekaan

diproklamirkan.

Pada masa colonial, maupun masa – masa penjajahan, kehadiran ulama

menjadi urgent. arena pada masa – masa tersebut, banyak dari kerajaan – kerajaan

yang berdiri dengan dimotori oleh para ulama. !ika dilihat dari sejarah masa lalu,

tidak sedikit pula pesantren yang dijadikan pusat pengatur strategi melawan penjajah.

"kan tetapi peran ulama’ ini lambat laun menjadi terbatas seputar masalah kegamaan

dan masalah – masalah local saja, karena adanya batasan – batasan tertentu yang

diberikan oleh pemerintah #elanda. #ahkan tak sedikit dari para ulama itu yang

hanya diperbolehkan untuk mengurusi pesantren yang dimilikinya saja, tanpa boleh

terlibat dalam urusan – urusan kemasyarakatan terlebih lagi urusan $egara.Pada masa – masa selanjutnya, kehadiran ulama mulai mendapatkan posisi

yang semestinya lagi. Peran – peran ulama mulai kembali pada peran semula yang

tidak hanya berkutat pada rutinitas keagamaan saja, melainkan juga seputar masalah – 

masalah local seperti ekonomi, pendidikan maupun hal – hal social lainnya. %al ini

terjadi lantaran adanya hubungan baik yang terjalin antara Indonesia – &akkah

melalui pelaksanaan kegiatan ibadah tahunan berupa ibadah haji. %al ini semakin

memperkokoh posisi ulama pada saat itu, terlebih lagi para ulama juga mulai

dilibatkan dalam hal – hal politik seperti penyusunan strategi untuk merebut

kemerdekaan Indonesia.

Peran strategis yang dimiliki oleh ulama menjadikan posisinya sangat

diistimewakan. &obilisasi massa yang dilakukan oleh para ulama juga menjadikan

mereka dihormati dan berwibawa. 'ehingga mereka mendapatkan kepercayaan dari

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 1

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 2/12

masyarakat dan mampu menggerakkan masyarakat untuk berperang melawan

#elanda. %al ini semakin mengukuhkan pengaruh dan peran ulama di bidang politik.

B. Rumusan Masalah

1. apankah berdirinya &UI (&ajelis Ulama Indonesia)*

2. #agaimana proseudur dan metode yang digunakan &UI (&ajelis Ulama

Indonesia) dalam beristinbath hukum*

3. #agaimana kewenangan fatwa &UI (&ajelis Ulama Indonesia)*

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya &UI (&ajelis Ulama Indonesia).

2. Untuk memahami metode penetapan hukum yang digunakan oleh &UI

(&ajelis Ulama Indonesia) dalam beristinbath.

3. Untuk mengetahui batas – batas kewenangan fatwa yang dikeluarkan oleh

&UI (&ajelis Ulama Indonesia).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirina MUI !Majelis Ulama Ind"nesia#

&engingat urgentnya peran ulama di Indonesia baik sebelum maupun pasca

kemerdekaan, maka pada bulan +ktober tahun -/ presiden 'oekarno membentuk

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 2

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 3/12

majelis ulama yang difokuskan untuk mengatur administrasi Islam. &ajelis ini tidak

hanya khusus untuk mengatur masalah – masalah keagamaan. Terlebih dari itu,

majelis ini juga berfungsi untuk menjadi penghubung masyarakat Islam dengan

 pemerintah. &ajelis ini juga berfungsi sebagai tempat mengkoordinir segala usaha

umat Islam dalam bidang mental0 rohani0 agama dan tempat penampung segala

 persoalan umat Islam./

'eiring dengan runtuhnya era demokrasi terpimpin, majelis yang telah

dibentuk itupun bubar. &engingat salah satu kebijakan pemerintahan orde baru,

adalah melakukan marjinalisasi peranan agama dalam politik formal, misalnya lewat

desakralisasi parpol. Para ulama hanya dibatasi mengatur masalah – masalah

keagamaan tanpa boleh bersentuhan sedikitpun dengan dunia politik. %al ini

menyebabkan berkurangnya peran ulama dalam bidang politik. 'ehingga banyak dari

 para ulama yang mencari wadah baru. 1alam konferensi ulama’ di !akarta yang

diselenggarakan oleh pusat 1akwah Islam diajukan saran untuk membentuk sebuah

majelis para ulama’ dengan tugas mengeluarkan fatwa. 2ampur tangan pemerintah

melalui &entri "gama .%. &uhammad 1ahlan dalam hal ini sangat intens.3 

1alam konferensi yang diselenggarakan oleh Pusat 1akwah Islam pada

tanggal 34 'eptember sampai 5 +ktober -64 disepakati bahwa untuk mengusung

 persatuan umat Islam perlu dibentuk &ajelis Ulama Indonesia yang memiliki fungsi

untuk memberikan fatwa yang disepakati oleh semua golongan.

'elama empat tahun, keinginan para peserta konferensi yang diselenggarakan

Pusat 1akwah Islam tersebut tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. #aru

 pada tahun -65, Presiden 'oeharto dalam pembukaan seminar nasional bagi para

da’i menekankan pentingnya lembaga nasional yang mewadahi para ulama yang

merepresentasikan para umat muslim yang memiliki latar belakang dan paham

1 1eliar $oer, Administrasi Islam di Indonesia (!akarta7 8ajawali, -95) h. /:.

2 "bdu ";i; Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru (!akarta7 <ema Insani Press, --) h.

//4=//.

3 "bdu ";i; Thaba, Islam dan Negara…,h. //=///.

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 3

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 4/12

keagamaan yang berbeda=beda. 'aran ini disambut oleh para ulama, yang pada

tanggal /5 &ei -6:, para delegasi yang mewakili 1ewan &asjid Indonesia

menghadap Presiden 'oeharto, di mana dalam penyambutannya, dia menekankan

kembali pentingnya suatu wadah ulama yang bersifat nasional. einginan Presiden

'oeharto untuk mendirikan suatu wadah untuk para ulama ini adalah karena7

a) einginan Pemerintah Indonesia untuk melihat kokohnya persatuan umat

Islam.

b) esadaran bahwa banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia tidak bisa dipecahkan tanpa melibatkan peran ulama.5 

<una menindaklanjuti keinginan Presiden 'oeharto mengenai pembentukanwadah bagi ulama se=Indonesia ini, maka &enteri 1alam $egeri yang pada saat itu

dijabat oleh "mir &achmud menginstruksikan kepada para gubernur untuk

mendirikan majelis ulama ditingkat propinsi. Instruksi ini mendapat sambutan yang

 baik, sehingga tidak berapa lama, pada bulan &ei -6:, majelis ulama tingkat

 propinsi sudah berdiri di / propinsi di Indonesia untuk mendukung berdirinya

majelis ulama di tingkat nasional.

einginan untuk mendirikan majelis ulama di tingkat nasional ini semakin

nyata ketika pada tanggal !uli -6:, &enteri "gama 8epublik Indonesia atas nama

 pemerintahan 8I membentuk kepanitiaan yang bertugas untuk mempersiapkan

 pendirian majelis ulama di tingkat nasional. Terdapat empat orang yang ditunjuk oleh

 pemerintah untuk menyiapkan pembentukan majelis ulama tingkat nasional ini, yaitu

%. 'udirman, 1r. %amka, %. "bdullah 'yafi’I, dan %. 'yukri <ha;ali.

'etelah melalui serangkaian rapat dan perundingan yang panjang, maka

diputuskanlah untuk mengadakan konferensi ulama seluruh Indonesia. onferensi ini

disebut dengan onferensi $asional Ulama yang diselenggarakan selama satu

minggu mulai tanggal / juli sampai tanggal /6 juli -6:. onferensi ini diharapkan

mampu mengakomodir seluruh keinginan organisasi masyarakat Islam diseluruhIndonesia.

onferensi yang dimulai bertepatan dengan tanggal / 8ajab 3-: %ijriah ini,

dihadiri oleh kurang lebih :3 orang, dengan perincian7

a. / orang ulama yang mewakili / propinsi.

4 "bdu ";i; Thaba, Islam dan Negara >, h. //

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 4

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 5/12

b. 4 orang mewakili organisasi keagamaan yang berpengaruh di Indonesia saat

itu7 $U, &uhammadiyah, 'yarikat Islam, Persis, al=?ashliyyah, &athlaul

"nwar, <UPPI, PT1I, 1&I dan al=Ittihadiyah.

c. 5 orang ulama yang berasal dari para rohaniawan Islam@ "1, "U, "A, dan

P+A8I.

d. 3 orang tokoh cendekiawan muslim.:

Pada akhirnya terhitung tanggal / !uli -6: atau bertepatan dengan tanggal

6 8ajab 3-: %ijriah, para peserta konferensi sepakat untuk membentuk suatu

lembaga yang mampu menjawab segala problem umat Islam di Indonesia yang terdiri

oleh para ulama yang ahli di bidangnya. Aembaga ini diberi nama &ajelis Ulama

Indonesia. Aahir di !akarta, lembaga ini diketuai oleh 1r. %amka sebagai ketua pertamanya.

B. Met"de dan Pr"sedur Peneta$an %at&a MUI

1asar=dasar dan Prosedur penetapan fatwa yang dilakukan oleh &ajelis

Ulama Indonesia (&UI) dirumuskan dalam Pedoman Penetapan Batwa &ajelis

Ulama Indonesia $omor7 U=:-0&UI0C0--6 yang ditetapkan pada tanggal /

+ktober --6.

1asar – dasar penetapan fatwa tersebut dituangkan pada bagian kedua pasal /

yang berbunyi7

1. 'etiap eputusan Batwa harus mempunyai dasar atas itabullah dan

'unnah 8asul yang mu’tabarah, serta tidak bertentangan dengan

kemaslahatan umat.

2. !ika tidak terdapat dalam itabullah dan 'unnah 8asul sebagaimana

ditentukan pada pasal / ayat , eputusan Batwa hendaklah tidak 

 bertentangan dengan ijma’, Diyas yang mu’tabar, dan dalil=dalil hukum

yang lain, seperti istihsan, maslahah mursalah, dan saddual=d;ari’ah.

3. 'ebelum pengambilan eputusan Batwa, hendaklah ditinjau pendapat= pendapat para imam mad;hab terdahulu, baik yang berhubungan

dengan dalil=dalil hukum maupun yang berhubungan dengan dalil

yang dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat.

5 http700;aenul=mahmudi.blogspot.com0/44900metode=istinbath=hukum=mui.html diakses tanggal /5

'eptember /43.

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 5

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 6/12

4. Pandangan tenaga ahli dalam bidang masalah yang akan diambil

eputusan Batwanya, dipertimbangkan.

1asar=dasar penetapan fatwa atau disebut dengan metode istinbath hukum

yang digunakan oleh &UI tidak berbeda jauh dengan metode istinbath hukum yang

digunakan oleh para ulama salaf. 'ikap akomodatif yang digunakan dalam penetapan

fatwa &UI ini adalah perlunya memikirkan kemaslahatan umat ketikan menetapkan

fatwa, hal ini sesuai dengan prinsip dasar semua hokum syari’at islam yaitu menarik 

kemaslahatan dan menolak kemafadahan. 1i samping itu juga perlunya

memperhatikan pendapat para ulama mad;hab fiDih, baik pendapat yang mendukung

maupun yang menentang, sehingga diharapkan apa yang diputuskan tersebut tidak 

cenderung kepada memihak antara salah satu diantara dua hal, tetapi lebih mencari

 jalan tengah antara dua pendapat yang bertolak belakang tersebut. 'olusi cemerlang

yang diberikan oleh &UI dalam menetapkan fatwa adalah perlunya mengetahui

 pendapat para pakar di bidang keilmuan tertentu sebagai bahan pertimbangan dalam

menetukan dan menetapkan fatwa.

1alam menetapkan fatwa, &UI (&ajelis Ulama Indonesia) memiliki suatu

 prosedur tertentu yang telah digariskan, hal ini sebagaimana yang tertuang dalam

 pasal 3 sampai dengan pasal : dalam Pedoman Penetapan Batwa &ajelis Ulama

Indonesia yang berbunyi7

Pasal 37

1. 'etiap masalah yang disampaikan kepada omisi hendaklah terlebih dahulu

dipelajari dengan seksama oleh para anggota komisi atau tim khusus

sekurang=kurangnya seminggu sebelum disidangkan.

2. &engenai masalah yang telah jelas hukumnya (Dath’iy) hendaklah komisi

menyampaikan sebagaimana adanya, dan fatwa menjadi gugur setelah

diketahui nashnya dari "l=Eur’an dan 'unnah.

6 1irektorat !enderal #imbingan &asyarakat Islam dan Penyelenggaraan %aji 1epag 8I, %impunan

Batwa &ajelis Ulama Indonesia, !akarta7 1irektorat !enderal #imbingan &asyarakat Islam dan

Penyelenggaraan %aji 1epag 8I, /443, h. 5=:

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 6

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 7/12

3. 1alam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mad;hab, maka yang

difatwakan adalah hasil tarjih setelah memperhatkan fiDih muDaran

(perbandingan) dengan menggunakan kaidah=kaidah ushul fiDh muDaran yang

 berhubungan dengan pentarjihan.

Pasal 57

'etelah melakukan pembahasan secara mendalam komprehensif, serta

memperhatikan pendapat dan pandangan yang berkembang dalam sidang, omisi

menetapkan fatwa.

Pasal :7

1. 'etiap eputusan Batwa harus di=tanfid;=kan setelah ditandatangani oleh

1ewan Pimpinan dalam bentuk 'urat eputusan Batwa ('B).

2. 'B harus dirumuskan dalam bahasa yang dapat dipahami dengan mudah

oleh masyarakat luas.

3. 1alam 'B harus dicantumkan dasar=dasarnya disertai uraian dan analisis

secara ringkas, serta sumber pengambilannya.

4. 'etiap 'B sedapat mungkin disertai dengan rumusan tindak lanjut dan

rekomendasi dan0atau jalan keluar yang diperlukan sebagai konsekuensi dari

'B tersebut.

6

'elain harus berpegang teguh pada aturan yang telah dirumuskan, dalam

 penetapan fatwanya, &ajelis Ulama Indonesia haruslah tetap berpedoman pada nash

 – nash agama yang telah ada. 'elain itu, untuk menetapkan sebuah fatwa, dilakukan

secara kolektif oleh suatu komisi yang bernama omisi Batwa &UI yang diisi oleh

 para ulama yang sudah caliber di bidangnya. Penetapan fatwa &ajelis Ulama

Indonesia ini juga harus responsiFe, proactiFe dan antisipatif.

&ajelis Ulama Indonesia, secara hirarki ada dua, yaitu &ajelis Ulama

Indonesia Pusat yang berkedudukan di !akarta dan &ajelis Ulama Indonesia 1aerah.

&ajelis Ulama Indonesia Pusat berwenang mengeluarkan fatwa mengenai

7 1irektorat !enderal #imbingan &asyarakat Islam dan Penyelenggaraan %aji 1epag 8I, %impunan

Batwa &ajelis Ulama Indonesia, !akarta7 1irektorat !enderal #imbingan &asyarakat Islam dan

Penyelenggaraan %aji 1epag 8I, /443, h. 3=5.

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 7

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 8/12

 permasalahan keagamaan yang bersifat umum dan menyangkut permasalahan umat

Islam Indonesia secara nasional dan0atau masalah=masalah keagamaan yang terjadi di

daerah, namun efeknya dapat meluas ke daerah=daerah lain, bahkan masalah=masalah

tersebut bisa meluas hingga nasional.

&eskipun ada hirarki antara &UI Pusat dan &UI daerah, namun fatwa yang

dikeluarkan kedua lembaga tersebut adalah sederajat, artinya bahwa fatwa yang satu

tidak bisa membatalkan fatwa yang lain. &asing=masing fatwa berdiri sendiri sesuai

dengan lokalitas dan kondisinya. $amun ketika keputusan &UI 1aerah dan &UI

Pusat ada perbedaan dalam masalah yang sama, maka kedua pihak perlu bertemu

untuk mencari penyelesaian yang terbaik, agar putusan tersebut tidak

membingungkan umat Islam.

Untuk mengeluarkan fatwa dapat dilakukan satu kali sidang atau dapat

 berkali=kali, tergantung tingkat permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang

 banyak meminta perhatian biasanya sangat sulit untuk dilakukan penetapan fatwa dan

 perlu di lakukan beberapa kali siding fatwa contonya yang terjadi pada fatwa rokok,

fatwa ahmadiyah, fatwa teroris, fatwa pluralarisme.9

'eperti yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa prosedur yang harus

dilakukan untuk menetapkan suatu fatwa, yaitu7

1. 1asar penetapan umum fatwa7

a. "ktiFitas penetapan Batwa dilakukan secara kolektif oleh lembaga omisi

fatwa &UI.

b. Penetapan fatwa bersifat responsif, proaktif, dan antisipatif.

2. 1asar – dasar serta manhaj yang digunakan untuk menetapkan fatwa7

a. "l – Eur’an.

b. "s – 'unnah (baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan

8asulullah).

c. Ijma’ (kesepakatan atau consensus).

Ijma’ secara terminology diartikan sebagai kesepakatan umat &uhammad

secara khusus tentang suatu masalah agama. $amun jumhur ulama

8 http700smujiono.blogspot.com0/40430prosedur=fatwa=mui.html diakses tanggal /5 'eptember /43.

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 9/12

mendefinisikan ijma’ sebagai kesepakatan seluruh mujtahid Islam dalam

suatu masa, sesudah wafat 8asulullah terhadap suatu hokum syari@at yang

amali.

d. Eiyas (mengukur)

Eiyas secara terminology diartikan sebagai menyatukan sesuatu yang

tidak disebutkan hukumnya dalam nash dengan sesuatu yang disebutkan

hukumnya oleh nash disebabkan kesatuan illat hokum antara keduanya.

e. Istihsan (mencari kebaikan)

'ecara terminology, Istihsan diartikan sebagai berpaling dari kehendak

Diyas kepada Diyas yang lebih kuat atau pengkhususan Diyas berdasarkan

dalil yang lebih kuat.f. &aslahah &ursalah.

&aslahah &ursalah diartikan sebagai memelihara tujuan syara’ dengan

 jalan menolak segala sesuatu yang merusakkan makhluk.

g. 1alil – dalil lain yang mu’tabar.

3. &asalah yang sudah jelas hukumnya akan difatwakan sesuai dengan apa

adanya.

4. &asalah=masalah yang khilafiah dikalangan &a;hab BiDh7

a. 1i usahakan melalui metode al=jam’u wa al=talfiD, yaitu usaha titik temu.

b. "pabila tidak dapat diselesaikan dengan metode talfiD maka perbedaan

dapat diusahakan dengan penyelesaian muDaranah, atau perbandingan

dasar pendapat (comperatiFe legal opinion). Penetapan fatwa didasarkan

 pada hasil tarjih yang di anggap lebih kuat melalui kaedah=kaedah dan

Ushul BiDh sebagai parameter tarjih.

c. &asalah yang tidak dapat diselesaikan melalui prosedur di atas penetapan

fatwa didasarkan kepada hasil ijtihad. Batwa hasil ijtihad haruslah berasal

dari corak ijtihad jama’iy (kolektif) dengan perluasan dalil metode bayani,

ta’lili (Diyasi, istihsan, ilhaDDi), Istilahi dan saddal=d;ari’ah.d. Prinsip utama fatwa harus memperhatikan kemaslahatan umum (mashalih

al – Gammah) dan maDashid al=syari’ah.

C. 'e&enangan %at&a MUI !Majelis Ulama Ind"nesia#

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage !

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 10/12

Aayaknya sebuah lembaga $egara , &UI selaku salah satu lembaga $egara di

Indonesia yang berbasis Islam juga memiliki kewenangan tertentu yang tidak boleh

dicampuri atau diusik oleh lembaga lainnya. ewenangan tersebut adalah7

a &UI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah=masalah

keagamaan secara umum, terutama masalah hukum fiDh dan masalah

aDidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian keimanan umat Islam

Indonesia.

b &UI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah=masalah

keagamaan seperti tersebut pada nomor satu yang menyangkut umat Islam

Indonesia secara nasional atau masalah=masalah keagamaan disuatu

daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.

c Terhadap masalah yang telah ada fatwa &UI, majlis ulama’ Indonesia

daerah hanya berhak melaksanakannya

d !ika karena factor=faktor tertentu fatwa &UI sebagaimana dimaksud

nomor tiga tidak dapat dilaksanakan, &UI daerah boleh menetapkan fatwa

yang berbeda setelah berkonsultasi dengan &UI.

e 1alam hal belum ada fatwa &UI, &UI daerah berwenang menetapkan

fatwa.

f husus mengenai masalah=masalah yang sangat musykil dan sensitiFe

sebelum menetapkan fatwa &UI daerah diharapkan terlebih dahulu

melakukan konsulasi dengan &UI pusat.-

1alam perkembangannya, &ajelis Ulama Indonesia memiliki peranan sangat

urgent dalam kehidupan masyarakat Islam di Indonesia. Terlebih kedudukannya

sebagai pemberi fatwa untuk masalah – masalah kontemporer yang kerap kali munul

saat ini. Tugas mulia yang di emban oleh komisi fatwa &ajelis Ulama Indonesia ini

 bukanlah tugas yang mudah, melainkan tugas yang sulit karena mengandung resiko

yang berat yaitu pertanggung jawabannya kepada "llah '?T. %al ini mengingat

 bahwa tujuan pekerjaanya adalah menjelasakan hukum "llah '?T kepada

9 %impunan Batwa &ajelis Ulama’ Indonesia sejak -6:, (!akarta7 Hrlangga, /4) h. 6=9

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 1"

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 11/12

masyarakat dan akan diamalkan oleh umat islam. &aka dari itu, dalam penetapan

fatwanya, &ajelis Ulama Indonesia haruslah mengikuti prosedur – prosedur yang

telah ditetapkan seperti yang telah dikemukakan diatas.

BAB III

PENUTUP

'ESIMPULAN

&ajelis Ulama Indonesia dibentuk karena keinginan pemerintah untuk

mempersatukan umat Islam, dan kesadaran bahwa masalah yang dihadapi bangsa

tidak dapat dipecahkan dengan baik tanpa keikutsertaan para ulama. &ajelis ini

dibentuk melalui sebuah konferensi yang disebut dengan onferensi $asional Ulama

yang berlangsung pada tanggal / – /6 !uli -6: atau bertepatan pada tanggal / –

9 8ajab 3-:: %ijriah.

1alam menetapkan suatu fatwa, &ajelis Ulama Indonesia haruslah mengikuti

 prosedur – prosedur dan ketetapan – ketetapan yang telah ditentukan pada pasal 3 – :

dalam Pedoman Penetapan Batwa &ajelis Ulama Indonesia.

'etiap fatwa yang ditetapkan oleh &ajelis Ulama Indonesia, tidak boleh

 bertentangan dengan nash – nash syar’I baik dalam "l – Eur’an maupun "s –

'unnah. 1alam menetapkan fatwanya, &ajelis Ulama Indonesia juga harus tetap

memperhatikan kemaslahatan umat secara umum.

&engenai wilayah hirarki dari &ajelis Ulama Indonesia, apabila terdapat

 pertentangan antara penetapan fatwa oleh &UI pusat dan daerah, maka haruslah

dipertemukan kedua belah pihak untuk dicari jalan keluarnya secara bersama – sama.

&ajelis Ulama Indonesi berhak mengeluarkan fatwa mengenai hal – hal yang bersifat

keagamaan dan aDidah umat Islam di Indonesia. 1alam menetapkan fatwanya,

haruslah dilakukan oleh omisi Batwa yang beranggotakan para ulama yang

 berkompeten dengan mempertimbangkan nash – nash agama, ijma’, Diyas, maslahah

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 11

7/23/2019 MUI.rtf

http://slidepdf.com/reader/full/muirtf 12/12

mursalah, dan manhaj ijtihad lain yang tidak bertentangan dengan nash serat prosedur 

serta metode penetapan fatwa yang telah ditetapkan.

Majelis Ulama Indonesia | Fatwa dan YurisprudensiPage 12