mpasi

16
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004). Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI, sebagai penambah kekurangan ASI (Husaini, 2001). Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2004). Makanan pendamping ASI berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang bayi terbiasa memakan makanan keluarga. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Proses ini membutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).

Upload: isabel-fairy

Post on 18-Feb-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MPASI

TRANSCRIPT

Page 1: MPASI

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Pendamping ASI

1. Pengertian

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan

kepada bayi selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI

diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan

dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI

harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini

dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam

menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004). Makanan tambahan adalah

makanan untuk bayi selain ASI, sebagai penambah kekurangan ASI

(Husaini, 2001). Pemberian makanan tambahan adalah memberi

makanan lain selain ASI untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan

nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2004).

Makanan pendamping ASI berarti memberi makanan lain selain

ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang

bayi terbiasa memakan makanan keluarga. MP-ASI merupakan proses

transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan

yang semi padat. Proses ini membutuhkan ketrampilan motorik oral.

Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi

menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan

makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap

baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan

pencernaan bayi. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas

dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan

kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani,

2008).

Page 2: MPASI

9

2. Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan

Manfaat MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi

yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan

bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak

yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan

berat badan seorang anak, jika anak tidak mengalami peningkatan

maka menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi

(Diah, 2000).

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, menghindari

terjadinya kekurangan gizi, mencegah risiko malnutrisi, defisiensi

mikronutrien. Anak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk

mengisi kesenjangan energi dengan nutrien, memelihara kesehatan,

mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan

jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang

makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan

yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi ( Husaini, 2001).

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat

adalah kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk

tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi

mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara

membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk

menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau

membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan

(Ariani, 2008).

Page 3: MPASI

10

3. Waktu Pemberian MP-ASI

Air Susu Ibu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat

gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam

bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi.

Makanan tambahan mulai di berikan pada umur enam bulan satu hari,

pada usia ini otot dan syaraf di dalam mulut bayi cukup berkembang

unutk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai

tumbuh gigi suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan

berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).

Waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan

pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan bayi sebelum

umur tersebut akan menimbulkan resiko sebagai berikut (Ariani,

2008) :

a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan pada umur

kurang dari 6 bulan. Makanan tersebut dapat menjadi pengganti

ASI, sehingga apabila makanan diberikan, maka anak akan

minum ASI lebih sedikit dan ibu akan memproduksi ASI nya

lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi.

b. Anak mendapat faktor pelindung ASI lebih sedikit sehingga

resiko infeksi meningkat.

c. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak

sebersih ASI

d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer

sehingga mudah dicerna bayi, makanan ini memang membuat

lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.

Akibat dari tidak diberikannya ASI eksklusif dan pemberian

makanan pendamping ASI yang terlambat :

a. Anak tidak mendapat makanan tambahan yang dibutuhkan untuk

mengisi kesenjangan nutrient dan energy.

Page 4: MPASI

11

b. Anak akan berhenti pertumbuhan nya atau lambat.

c. Pada anak resiko malnutrisi dan defisiensi mikro nutrien

meningkat.

4. Syarat Makanan Tambahan

Persyaratan makanan tambahan untuk bayi antara lain :

mengandung nilai energi dan protein yang tinggi, memiliki suplementasi

yang baik, yaitu mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang

cukup, dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, harganya relatif

murah, sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara

lokal, dan jenis MP-ASI disesuaikan dengan jenis sasaran (Depkes RI,

2006).

Makanan tambahan bagi bayi dapat menghasilkan energi setinggi

mungkin, sekurang-kurangnya mengandung 360 kkal per 100 gram bahan.

Syarat makanan tambahan bagi bayi yaitu bersifat padat gizi dan

mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna diberikan

seminimal mungkin, sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan

mengganggu pencernaan.

Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh

kembang anak yang perlu diperhatikan antara lain ( Depkes,2006) :

a. Kepadatan Energi/Densitas

Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram

b. Protein

Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr

per seratus Kal dengan mutu protein tidak kurang dari 70% Kasein

standar. Nilai Protein Energi % mempunyai range antara 10 – 18

c. Lemak

Kandungan Lemak mempunyai jarak antara 1,5 gr – 4,5 gr per 100

Kal.

Page 5: MPASI

12

Pemberian Makanan Tambahan ASI (MPASI) akan berkontribusi

pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat.

Sebagai panduan pemberian MPASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

mensyaratkan empat hal berikut ini:

a. Saat yang tepat pemberian makanan pada bayi merupakan upaya

pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI),

makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim

saring), agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang

dewasa) pada usia di atas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini

akan mengganggu penyerapan zat gizi. Sebaliknya, pengenalan

yang terlambat akan meningkatkan risiko kesulitan makan pada

anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan

makanan yang dianjurkan bisa diperoleh tidak hanya dari tenaga

kesehatan, tapi juga dari internet, majalah dan buku mengenai

pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada

KMS.

b. Adekuat (mencukupi).

Makanan yang diberikan sebaiknya mengandung kalori, protein,

dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup

karena dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

secara optimal. Secara sederhana, ini berarti memberikan

makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan anak, tetapi

secara seimbang juga memberikan kecukupan zat gizi lain untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya pemberian nasi

dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak berkekurangan

dan tidak akan membuat, namun nilai gizinya perlu dipertanyakan

karena asupan protein dan mikronutrien terabaikan.

c. Bersih dan Aman.

Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting

untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.

Page 6: MPASI

13

d. Suasana psikososial yang menyenangkan.

Pemberian makan pada anak bukan hanya untuk memberikan

asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang. Di

samping itu pengenalan beragam jenis makanan baik bentuk,

tekstur, bau, dan rasa adalah bagian dari upaya memberikan

stimulasi/rangsangan pada anak. Lebih jauh lagi, kemampuan

makan adalah bagian dari tahapan perkembangan seorang anak,

sehingga dapat dikatakan bahwa pengenalan dan pola pemberian

makan adalah suatu proses pembelajaran, anak belajar

mengunyah serta mengulum, juga mengenal aroma dan rasa. Oleh

karena fungsi makan tidak sesederhana memberikan asupan

nutrisi saja, dan kegagalan pemberian makanan bisa berdampak

buruk di kemudian hari, maka suasana psikososial yang

menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak pada waktu

makan. Dengan kata lain, waktu pemberian makan sebaiknya

tidak menjadi waktu yang ”menegangkan” bagi ibu atau pengasuh

dan anak (Lely, 2005).

5. Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI

Menurut Djitowiyono (2010) ada beberapa cara memberikan

makanan tambahan kepada bayi, antara lain sebagai berikut :

a. Makanan bayi diberikan sedikit demi sedikit secara perlahan dari

bentuk encer ke bentuk yang lebih kental secara bertahap.

b. Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi dapat menerimanya.

c. Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir

dan harus dicoba terlebih dahulu, misalnya telur berikan kuningnya

terlebih dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya

boleh diberikan putihnya.

d. Makanan pada bayi diberikan hanya ketika bayi merasa lapar.

Page 7: MPASI

14

Tabel 2.1 Daftar Pemberian Makanan Bayi

Sumber : Djitowiyono, 2010

6. Jenis Makanan Tambahan

Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah dari makanan

berbentuk cair ke kental lalu bertahap menjadi keras seiring dengan proses

dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan

sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis

makanan tambahan (Chintia, 2008) :

a. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan

dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali,

misalnya bubur susu dan sari buah.

b. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak ke

makanan biasa seperti nasi tim.

c. Makanan biasa yaitu termasuk makanan orang dewasa yang disajikan

seperti nasi.

Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak harus mudah

dicerna dan bukan makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi.

Makanan yang diberikan kepada bayi sebaiknya tidak diberikan tambahan

apapun seperti garam dan gula karena garam dapat merusak ginjal bayi,

Umur

( Bulan)

Jenis

Makanan

Pemberian

dalam Sehari

(Kali)

0 − 6

6 – 8

8-10

10-12

12-24

ASI

ASI

Bubur Susu

ASI

Bubur susu

ASI

Nasi tim

ASI

Buah

Makanan keluarga

Sekehendak

1

2

1

2

3-4

3

2-3

1

3

Page 8: MPASI

15

sedangkan gula dapat membuat bayi menyukai makanan manis yang dapat

merusak gigi (Luluk, 2005).

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indriyawati (2010) faktor

yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI antara lain

pengetahuan gizi ibu dan pendidikan ibu, sedangkan status pekerjaan ibu dan

sikap ibu tidak mempengaruhi faktor pemberian MP ASI.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Simandjuntak (2001)

antara lain pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada

bayi dan pemberian ASI pertama kali atau inisiasi menyusui merupakan

faktor yang dominan pengaruhnya terhadap pemberian Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI) dini.

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Rahman (2003) pengetahuan adalah hasil dari aktivitas

mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa

sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat

Page 9: MPASI

16

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu

adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian

terhadap satu materi atau objek.

Menurut Notoatmodjo (2007), belajar adalah mengambil

tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan

mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui

pemberian stimulus atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan

sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subjek

belajar.

Page 10: MPASI

17

Menurut Petersen (2004), cara orang belajar itu berbeda-beda

antara yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor internal yang

berpengaruh diantaranya kemampuan intelektual, kemampuan

konsentrasi, daya ingat, emosi, kepercayaan, nilai, dan status sosial.

Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya gaya mengajar

guru, lingkungan, hadiah (reward). Menurut Triarso (2009), ada faktor-

faktor yang mempengaruhi proses belajar meliputi:

a. faktor internal : fisiologis (kondisi fisik sehat atau sakit, pancaindra),

psikologis (kecerdasan, minat, bakat).

b. faktor eksternal : lingkungan sosial sekolah (guru, administrasi,

teman-teman sekelas), lingkungan sosial masyarakat (tempat tinggal

siswa), lingkungan sosial keluarga ( ketegangan di dalam keluarga,

sifat orang tua, pengelolaan keluarga), lingkungan alamiah (kondisi

udara), faktor instrumental (gedung sekolah, alat belajar, peraturan

sekolah, buku panduan), faktor materi (bahan yang akan diajarkan,

metode dan kondisi siswa).

3. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan

Faktor yang berpengaruh dalam tingkat pengetahuan seseorang

menurut Nasution (1999) dalam Notoatmodjo (2003) antara lain :

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula

tingkat pengetahuan seseorang.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai banyak sumber informasi dapat

memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan orang

tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media massa

seperti majalah, koran, berita televisi dan salah satunya juga dapat

diperoleh melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Page 11: MPASI

18

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring

sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan

pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin

bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka

pengalaman seseorang akan lebih jauh lebih luas.

e. Sosial Ekonomi

Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misalnya

sekolah), tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin

tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut

akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi.

f. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek

penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin diukur

atau diketahui, dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dari

responden.

C. Karakteristik Ibu Menyusui

Karakteristik ibu menyusui antara lain :

a. Umur

Adalah hidup, nyawa (Em Zul Fajri, 2001). Umur adalah

lamanya usia seseorang sejak lahir sampai sekarang. Dengan

bertambahnya umur atau usia seseorang maka akan bertambah

Page 12: MPASI

19

pula pengetahuannya. Kematangan organ reproduksi dan siap

untuk mengalami kehamilan menurut Departemen Kesehatan

adalah umur 20 tahun sampai 35 tahun, karena semua organ

reproduksi wanita pada usia tersebut dianggap telah siap untuk

hamil baik secara fisik maupun mental, emosional, dan psikologi.

Pada wanita umur lebih dari 35 tahun sudah mulai terjadi

penurunan fungsi organ reproduksi terutama yang berakibat

terjadinya komplikasi pada kehamilan dan persalinan, karena

pada umur 35 tahun ke atas, biasanya penyakit-penyakit

degeneratif seperti tekanan darah tinggi, atau diabetes sudah

sering muncul. Penyakit pada pembuluh darah seperti tekanan

darah tinggi, penyempitan dan pengapuran, dari segi psikologi

perkembangan bahwa sekitar umur 20 tahun merupakan awal

dewasa dan berlangsung sampai sekitar umur 45 tahun. Pada

masa dewasa ini seorang mulai menggunakan pemikiran

operasional formalnya sehingga mampu merencanakan dan

menyusun suatu pemecahan masalah.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah proses dan pengubahan sikap dan

perilaku sesorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang

diperlukan dalam kehidupannya (Em Zul Fajri, 2002). Pendidikan

adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (

Notoatdmojo, 2003). Keterbatasan pendidikan / keterampilan

yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk

masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Page 13: MPASI

20

1) Unsur-unsur pendidikan antara lain ( Notoadtmojo, 2003) :

a) Input

Sasaran pendidikan (individu, kelompok, atau

masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan).

b) Proses

Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain.

c) Output

Melakukan apa yang diharapkan/perilaku.

2) Metode pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses

pendidikan disamping masuknya sendiri juga metode materi

atau pesannya, pendidikan atau petugas yang

melakukannya, dan alat-alat bantu atau peraga pendidikan.

Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor

tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti

bahwa masukan ( sasaran pendidikan ) tertentu juga harus

menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus di

sesuaikan dengan sasaran, demikian alat bantu pendidikan

juga disesuaikan.

c. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin

hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (Bobak, 2005). Paritas

berasal dari kata para yang artinya jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim 28 minggu

atau lebih. Pengelompokkan paritas menurut jumlahnya

kelahirannya terdapat 3 kelompok yaitu nullipara, primipara dan

multipara, yang dimaksud dengan nullipara adalah seorang wanita

yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari

Page 14: MPASI

21

28 minggu. Dalam hal ini seorang dikatakan nullipara apabila

wanita tersebut belum pernah melahirkan janin yang mampu

hidup di luar rahim. Sedangkan yang dimaksud dengan primipara

adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dengan

janin mencapai umur kehamilan 28 minggu atau lebih, multipara

adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia

kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah

kehamilannya dua kali atau lebih.

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah perbuatan melakukan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mendapat hasil (Arman, 2002). Pekerjaan

berpengaruh terhadap penghasilan dan waktu ibu, dimana tidak

ada waktu ibu untuk menyusui maka ibu akan memberinya

makanan buatan (MP ASI) bisa berupa susu formula atau

makanan. Status pekerjaan adalah kebutuhan sesorang di dalam

melakukan pekerjaan, yaitu apakah orang tersebut berkedudukan

sebagai buruh atau karyawan perusahaan dengan dibantu pekerja

keluarga atau buruh tidak tetap, buruh dibantu oleh karyawan

tetap, pekerja keluarga tanpa upah atau sebagai pekerja social (

Hasibuan, 2003 ).

e. Penghasilan

Penghasilan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang

maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri,

jadi yang dimaksud dalam penelitian ini aadalah suatu tingkat

penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan

sampingan dari orang tua. Pendapatan keluarga yang memadai

akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun

sekunder.

Page 15: MPASI

22

D. Kerangka Teori Penelitian

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka teori

dalam penelitian ini adalah :

Sumber: Notoadtmojo (2003) dan Nasution (1999)

Sosial/ekonomi

Budaya

Pekerjaan

Penghasilan

Tingkat Pengetahuan Ibu

Faktor yang berpengaruh

dalam tingkat pengetahuan :

- Tingkat pendidikan

- Informasi

- Pengalaman

Ketepatan pemberian

makanan pendamping ASI

Page 16: MPASI

23

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

variabel bebas variabel terikat

variable perancu :

Ket : : variable bebas dan terikat

: variable perancu

Skema 2.2 Kerangka Konsep penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu dengan Ketepatan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Di Desa Plantaran dan Desa Sukomulyo Kecamatan

Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Tahun 2012.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel bebas penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel terikat penelitian ini adalah ketepatan pemberian makanan

pendamping ASI.

G. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap ketepatan pemberian

makanan pendamping ASI di Desa Plantaran dan Desa Sukomulyo

Kecamatan Kaliwungu Selatan tahun 2012.

Tingkat pengetahuan ibu Ketepatan pemberian

makanan pendamping ASI

- Sosial ekonomi

- Pekerjaan ibu

- Pendidikan ibu