isu tentang asi, mpasi dan ketahanan pangan

32
MAKALAH ISU LOKAL DAN NASIONAL TERKAIT DENGAN ASI, MP ASI DAN KETAHANAN PANGAN SERTA MODEL PROMOSI KESEHATAN

Upload: parlin

Post on 09-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Makalah tentang ISU

TRANSCRIPT

MAKALAHISU LOKAL DAN NASIONAL TERKAIT DENGAN ASI, MP ASI DAN KETAHANAN PANGAN SERTA MODEL PROMOSI KESEHATAN

BAB IPENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bernutrisi tinggi yang sangat penting untuk bayi karena mengandung zat kekebalan yang tidak dimiliki oleh satupun makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI tanpa makanan pendamping sampai bayi berusia 6 bulan dan ASI diberikan sedini mungkin setelah persalinan dan tidak diberikan makanan tambahan apapun walaupun hanya air putih disebut ASI eksklusif. Memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini atau bayi tidak diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menurunkan imunitas dan mengganggu pencernaan bayi. Pemberian MP ASI setelah 6 bulan bermanfaat untuk mengenalkan jenis makanan baru, mencukupi kebutuhan nutrisi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, membentuk daya pertahanan tubuh dan perkembangan sistem imunologis terhadap makanan maupun minuman. MPASI juga dapat melatih perkembangan bayi (motorik maupun emosional), karena bayi usia 6 bulan sudah menunjukkan tanda-tanda siap makan yang telah didukung oleh perkembangan fisik seperti kekuatan leher dalam menopang kepala, sudah berusaha untuk duduk, sudah mulai mengigit benda yang digenggamnya. Bayi juga sudah mempunyai respon motorik halus dan kasar.Merujuk laporan World Breastfeeding Trends Initiative 2012, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Kementerian Kesehatan (Kemkes) sendiri telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif per 2014 sebesar 80 persen. Kenyataannya, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI ekslusif. Menanggapi temuan ini, World Vision Indonesia (WVI) & Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) bekerjasama melakukan penelitian untuk mencari solusi pemberian ASI.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ASI EksklusifASI eksklusif adalah pemberian ASI ( Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan setiap saat dan tidak diberikan makanan tambahan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan ( Purwanti, 2004 : 3).Menurut Dep Kes RI (2010) menyebutkan yang dimaksud ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI kepada bayi sampai 4 bulan tanpa makanan tambahan (padat) seperti pisang, bubur, papaya, biscuit madu, air tajin. Sedangkan menurut Rusli (2010) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari umur 0-6 bulan tanpa makanan tambahan. Menurut Lubis (2010) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir. Dengan perkataan lain pemberian susu formula, air matang, air gula, madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan.

B. Makanan Pendamping ASIMakanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain makanan pendamping ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung di dalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan sebagai pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau pendamping ASI (Krisnatuti, 2000 : 14).Demi pertumbuhan fisik yang sehat, bayi perlu belajar mengkonsumsi makanan padat untuk memenuhi kebutuhannya makanan tambahan ini akan memberikan ekstrak kalori dan nutrisi yang diperlukan bayi saat ini sebagai bahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) karenakan diberikan sebagai makanan tambahan setelah bayi berusia 4-6 bulanuntuk melengkapi ASI dan bukan sebagai pengganti ASI (Suririnah, 2009 : 127 ) Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan kurang memenuhi syarat (Krisnatuti, 2000 : 15).

C. Dampak pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi usia < 6 bulan1. Gangguan sistem pencernaanSistem pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan belumlah sempurna. Pada saluran cerna, produksi enzim pencernaan (pepsin, amilase, maltose, isomaltase, sukrase dan lipase) belum mencukupi sehingga makanan padat yang masuk dapat menimbulkan keluhan pada saluran cerna.2. InvaginasiInvaginasi adalah masuknya usus bagian atas ke dalam usus bagian bawah. bila tidak kembali ke posisi semula, di lokasi itu akan terjadi sumbatan biasanya perut bayi menjadi kembung dan permukaannya tampak tegang dan keras, keadaan ini akan merangsang keluarnya isi Lambung atau muntah-muntah berwarna kehijauan, kesulitan buang air besar dan ada kalanya mengeluarkan darah berlendir.3. ISPABayi yang berusia di bawah 6 bulan yang diberikan makanan pendamping ASI mempunyai resiko 3-4 kali lebih besar terkena infeksi saluran nafas atas (ISPA).

4. Ganguan sistem imunitasBubur susu dengan bahan dasar susu sapi dapat menimbulkan alergi pada bayi yang alergi susu sapi. walau reaksi alergi tidak selalu terjadi, tetapi paling tidak kita sudah memaparkan atau memperkenalkan zat alergi itu sejak dini. Akibatnya respon alergi pada bayi akan keluar lebih sering.5. ObesitasKalori makanan pendamping ASI lebih besar dan yang terkandung di dalam susu, akibatnya jumlah maupun ukuran sel-sel tubuhnya akan terbentuk lebih besar daripada ukuran normal (Dampak MP-ASI, 2009 http://kesehatan : keperawatan.blogspot.com)D. Tahapan Pemberian MP ASIAda beberapa tahapan pemberian makanan pendamping ASI dan juga makanan pengganti ASI ini yang dilihat dari segi usia dan juga pertumbuhan dan perkembangannya sang bayi itu sendiri.1. Usia enam bulan, anak boleh diberi makanan yang halus, seperti bubur susu atau pisang yang dihaluskan.2. Usia delapan bulan masukkan sayur dan buah. Ibu juga boleh memberikan nasi yang dihaluskan dicampur dengan sumber protein dan lemak.3. Usia sembilan bulan boleh dirangsang agar makan sendiri dengan tekstur yang halus kemudian secara perlahan ditingkatkan dengan yang tekstur kasar. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa jangan memberikan buah atau sayur sebagai makanan utama. Karena buah tidak mengandung makronutrien (Karbohidrat, protein dan Lemak) yang cukup. Proteinnya tidak ada. Jadi sebaiknya bayi dikenalkan sayur dan buah tapi bukan untuk makanan pendamping ASI yang utama tapi sebagai selingan.4. Di atas satu tahun, sang anak mulai diperbolehkan untuk diberikan makanan keluarga, tapi tentunya dari segi bumbu dan juga teksturnya tidak boleh disamakan dengan orang tua maupun kakak-kakaknya.

BAB III

ISU LOKAL DAN NASIONAL TERKAIT DENGAN ASI DAN KETAHANAN PANGAN SERTA MODEL PROMOSI KESEHATAN

A. Kondisi Pemberian ASI Eksklusif di IndonesiaMerujuk laporan World Breastfeeding Trends Initiative 2012, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Kementerian Kesehatan (Kemkes) sendiri telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif per 2014 sebesar 80 persen. Kenyataannya, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI ekslusif. Menanggapi temuan ini, World Vision Indonesia (WVI) & Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) bekerjasama melakukan penelitian untuk mencari solusi pemberian ASI. "Undang-undang yang mendukung pemberian ASI dan kesehatan ibu-anak di Indonesia sudah baik, tapi pengaduan masyarakat mengenai pelanggaran hak bayi untuk mendapat ASI tetap marak, rekomendasi tersebut dapat ditindaklanjuti untuk memastikan setiap bayi mendapat haknya atas ASI sesuai mandat UU Kesehatan 36/2009.Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor penting penentu keberhasilan ibu menyusui. Tenaga kesehatan memiliki peran sentral dalam pelayanan kesehatan dasar, mengurangi risiko kematian bayi saat lahir, dan memberikan perawatan ideal paska persalinan. Berdasarkan referensi tersebut, penelitian yang dilakukan WVI dan AIMI secara khusus melibatkan hampir 250 responden yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan. Penelitian dilakukan selama 2013 di lima kota besar Indonesia menggunakan metode kuantitatif -kualitatif. Beberapa temuan menarik, lebih dari 50 persen responden mengaku belum pernah mendapatkan sesi sosialisasi dan edukasi mengenai kebijakan menyusui. Sebagian besar responden yang pernah mendapat sosialisasi kebijakan mengaku tidak tahu atau tidak ingat pesan-pesan penting dalam kebijakan tersebut.

Lebih jauh lagi, para tenaga kesehatan belum mendapatkan informasi yang memadai tentang cara mendukung ibu menyusui. Hampir semua responden memiliki pengalaman bertemu dengan pasien yang mengalami kesulitan menyusui, tapi tidak sampai 25 persen yang tahu bahwa pasien tersebut perlu diberi rujukan ke klinik laktasi dan atau konselor menyusui.Setelah melakukan penelitian, WVI dan AIMI menemukan, bahwa tenaga kesehatan merasa perlu mengembangkan pemahamannya akan kebijakan menyusui melalui sesi diskusi yang interaktif. Mereka berpendapat bahwa sosialisasi kebijakan yang selama ini dilakukan manajemen rumah sakit kurang efektif, karena hanya mengandalkan surat edaran atau mengandalkan individu tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan atau edukasi untuk menyebarluaskan kepada sejawatnya secara lisan.WVI, AIMI, beserta semua mitra yang tergabung dalam koalisi NGO Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak berharap, bahwa semakin banyak bayi dan anak Indonesia yang bisa mendapat standar emas nutrisi, meliputi Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif selama 6 bulan, Lanjutkan Pemberian ASI selama 2 tahun atau lebih, dan Pemberian Makanan Pendamping ASI sejak usia 6 bulan dari bahan pangan lokal. Kesuksesan ibu Indonesia dalam memberi ASI akan mendukung terbentuknya generasi penerus yang mumpuni. Anak sehat adalah investasi bagi bangsa.

Masalah Dalam Pencapaian Cakupan ASI Eksklusif Praktik Pemberian Makanan Prelakteal Pemberian makanan prelakteal pada usia 0-5 bulan merupakan salah satu indikator kegagalan ASI eksklusif. Persentase bayi usia 0-5 bulan dari hasil Riskesdas 2013 yang diberi prelakteal sebesar 44,7%. Makanan prelakteal yaitu makanan atau minuman yang diberikan pada bayi sebelum keluarnya ASI. ASI ibu biasanya keluar selama 1 sampai 2 hari. Meskipun ASI belum keluar diperlukan rangsangan aliran ASI ibu dengan tetap menyusui bayinya. Setelah dilahirkan bayi dapat bertahan selama 2x24 jam tanpa cairan, hal ini dikarenakan bayi masih membawa cadangan makanan dari rahim. Jenis makanan atau minuman prelakteal yaitu susu formula, susu non formula, air putih, madu, air gula, air kelapa, air tajin, teh manis, kopi, bubur tepung atau bubur saring, pisang yang dihaluskan, dan nasi yang dihaluskan. Beberapa faktor determinan pemberian makanan prelakteal yaitu ibu yang pasca-persalinan tidak dirawat gabung dengan anak berisiko 5,86 kal makanan prelaktal dibandingkan dengan ibu yang pascapersalinan dirawat gabung bersama anak. Ibu yang waktu menyusui pertama lebih dari 1 jam pasca-persalinan berisiko 4,87 kali untuk anaknya diberikan makanan prelaktal dibandingkan dengan ibu yang waktu menyusui pertama kurang dari 1 jam pasca-persalinan (Rosha. 2013). Dari hasil Riskesdas 2013 bayi usia 0-5 bulan yang IMD