mop penanggulangan narkoba

18
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA OLEH SINDIKAT A DAN B I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan. Narkoba tidak lagi mengenal batas usia. Orang tua, muda, remaja bahkan anak – anak ada yang menjadi penyalahguna dan pengedar gelap Narkoba. Diperkirakan 1,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia adalah pengguna Narkoba. Peredaran gelap Narkoba di Indonesia pun tidak kalah mengkhawatirkan. Narkoba tidak hanya beredar di kota – kota besar di Indonesia, tetapi juga sudah merambah sampai ke pelosok desa. Indonesia yang dahulunya merupakan Negara transit/ lalu lintas perdagangan gelap Narkoba karena letak geografis negara Indonesia yang sangat strategis (posisi silang), telah berudah menjadi Negara produsen Narkoba. Hal ini dapat 1

Upload: ardi-kurniawan

Post on 04-Jul-2015

133 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOP Penanggulangan Narkoba

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN

DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA

OLEH

SINDIKAT A DAN B

I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah mencapai tahap yang

sangat mengkhawatirkan. Narkoba tidak lagi mengenal batas usia. Orang tua,

muda, remaja bahkan anak – anak ada yang menjadi penyalahguna dan

pengedar gelap Narkoba. Diperkirakan 1,5 persen dari total jumlah penduduk

Indonesia adalah pengguna Narkoba. Peredaran gelap Narkoba di Indonesia

pun tidak kalah mengkhawatirkan. Narkoba tidak hanya beredar di kota – kota

besar di Indonesia, tetapi juga sudah merambah sampai ke pelosok desa.

Indonesia yang dahulunya merupakan Negara transit/ lalu lintas

perdagangan gelap Narkoba karena letak geografis negara Indonesia yang

sangat strategis (posisi silang), telah berudah menjadi Negara produsen

Narkoba. Hal ini dapat dilihat dengan terungkapnya beberapa laboratorium

narkoba (clandenstin lab) di Indonesia. Era globalisasi yang ditandai dengan

kemajuan teknologi komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya

kemajuan industri pariwisata telah menjadikan Indonesia sebagai Negara

potensial sebagai produsen Narkoba.

Posisi Indonesia yang sudah berkembang sebagai Negara Produsen

Narkoba telah menghadapkan Indonesia pada masalah yang sangat serius.

Peredaran Narkoba yang semakin “menggila” disamping berakibat sangat buruk

1

Page 2: MOP Penanggulangan Narkoba

bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, pada akhirnya dapat pula

menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban Nasional.

I.2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan tersebut diatas, maka

rumusan masalah dalam penulisan makalah ini dapat diidentifikasi ke dalam

persoalan – persoalan sebagai berikut :

1. Apa itu Narkoba dan bagaimana bahaya penyalahgunaannya ?

2. Bagaimana modus operandi peredaran Narkoba di Indonesia dan upaya

penanggulangannya ?

I.3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang Narkoba dan bahaya penyalahgunaannya.

2. Untuk mengetahui bagaimana peredaran Narkoba di Indonesia dan upaya

apa yang dapat dilakukan dalam menanggulanginya .

I.4. MANFAAT

a. Secara teoritis, diharapkan penulisan malakah ini berguna bagi

perkembangan ilmu kepolisian, khususnya dalam hal penanggulangan

penyalahunaan Narkoba di Indonesia.

b. Secara praktik, diharapkan hal ini dapat memberikan masukan kepada

berbagai pihak termasuk masyarakat dalam memahami bahaya

2

Page 3: MOP Penanggulangan Narkoba

penyalagunaan dan peredaran Narkoba di Indonesia serta upaya apa yang

dapat dilakukan dalam penanggulangannya.

II. PEMBAHASAN

2.1. NARKOBA DAN BAHAYA PENYALAHGUNAANNYA

NARKOBA

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan

berbahaya lainnya. (BNN, 2010).

Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris

Narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcotics,

dalam bahasa yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Menurut pasal

1 UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, pengertian Narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran,hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-

golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Adapun yang termasuk Narkotika berdasarkan UU ini adalah

dikelompokan dalam golongan I, II dan III. Golongan I terdiri dari 65 (enam puluh

lima) zat/ senyawa, diantaranya tanaman papaver somniverum L kecuali bijinya,

opium mentah/ masak (candu), koka, kokain mentah, kokaina, ganja,

Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya,

Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya, Heroina,

Asetorfina, Acetil – alfa – metil fentanyl, amfetamina (ectacy), Metamfetamina

(shabu – shabu) dan lain – lain. Golongan II terdiri dari 86 (delapan puluh enam)

zat/ senyawa, diantaranya Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol,

trimeperidina, Asetildihidrokodein, Dekstropropoksifena, Metadona, Petidina, dll.

Dan Golongan III terdiri dari 14 (empat belas) zat/ senyawa, diantaranya

3

Page 4: MOP Penanggulangan Narkoba

Asetildihidrokodeina, Etilmorfina, Kodeina, buprenorfina, garam-garam dari

Narkotika dalam golongan tersebut diatas, campuran atau sediaan difenoksin

dengan bahan lain bukan narkotika dan campuran atau sediaan difenoksilat

dengan bahan lain bukan narkotika, dan lain – lain. Sedangkan precursor

Narkotika terdiri dari Acetic Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Acetone,

Anthranilic Acid, Ethyl Ether dan lain – lain.

Psikotropika menurut pasal 1 UU No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Berdasarkan UU No 5 tahun 1997, Psikotopika dikelompokan dalam

golongan I, II, III dan IV. Namun berdasarkan UU No 35 tahun 2009, golongan I

dan II psikotropika tersebut dipindahkan dalam golongan I Narkotika. Adapun

golongan III psikotropika terdiri dari 9 (sembilan) zat/ senyawa, diantaranya :

Amobarbital, Flunitrazepam, Bromazepam, dan lain – lain. Sedangkan Golongan

IV terdiri dari 60 (enam puluh) zat/ senayawa, diantaranya : Allobarbital,

Alprazolam, Aminorex, Etil amfetamina, Vinilbital, dan lain – lain.

Adapun yang menjadi zat berbahaya lainnya adalah alkohol yang

terdapat dalam minuman keras atau zat lainnya, nikotin yang terdapat dalam

rokok, zat dalam lem/ perekat dan lain – lain.

BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Narkoba adalah zat atau obat yang sangat berbahaya jika

disalahgunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan ketergantungan,

mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat menyebabkan ganguan fisik, jiwa,

sosial dan keamananan. Sifat utama yang terkandung dalam Narkoba dapat

mengakibatkan beberapa efek terhadap pengguna yang berlebihan secara

umum berdampak sugesti (keinginan yang tak tertahankan terhadap Narkoba),

toleransi (kecendrungan untuk menambah dosis), ketergantungan secara psikis

(gelisah emosional), dan ketergantungan secara psikis (gejala putus zat).

Selain itu penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-

macam bahaya atau kerugian. Adapun kerugian itu antara lain terhadap pribadi,

4

Page 5: MOP Penanggulangan Narkoba

kehidupan keluarga, kehidupan social bermasyarakat serta kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Terhadap pribadi, Narkoba mampu merubah kepribadian penggunanya

secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan

terhadap siapapun. Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya

sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan lingkungan disekitarnya. Cendrung

untuk melakukan penyimpangan. Bahkan tidak jarang melakukan penyiksaan

terhadap diri sendiri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan

sifat ketergantungan Narkoba.

Terhadap keluarga, seorang pengguna Narkoba tidak lagi segan mencuri

barang – barang di rumah untuk untuk membeli narkoba, tidak lagi menjaga

sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua serta mencemarkan

nama keluarganya sendiri.

Terhadap kehidupan social, seorang pengguna Narkoba cendrung

melakukan pnyimpangan social dan perbuatan criminal karena pandangannya

terhadap norma-norma yang ada ditengah masyarakat, termasuk norma hokum

dan agama sudah demikian longgar. Serta sering melakukan kegiatan yang

berbahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum untuk mendapatkan uang

guna membeli Narkoba seperti mencuri, memeras, membunuh, menodong,

merampok, melacur dan sebagainya.

Terhadap Kehidupan berbangsa dan bernegara, peredaran Narkoba

yang semarak dapat merupakan ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dengan banyaknya generasi penerus bangsa yang mengkonsumsi

Narkoba maka akan tidak ada lagi calon – calon pemimpin bangsa yang bisa

diandalkan karena secara fisik dan psikis pengguna Narkoba mengalami

kemunduran dan keterbelakangan.

Disamping hal tersebut diatas, seorang pengguna Narkoba juga rentan

tertular penyakit berbahaya, mengalami over dosis yg dapat menyebabkan

gangguan konsentrasi, proses fikir dan perilaku. Bahkan tidak jarang para

pengguna Narkoba berakhir dengan kematian yang mengenaskan.

5

Page 6: MOP Penanggulangan Narkoba

2.2. PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA DAN UPAYA

PENANGGULANGANNYA

PEREDARAN GELAP NARKOBA DI INDONESIA

Pada saat ini Indonesia tidak hanya sekedar menjadi daerah transit/ lalu

lintas Narkoba karena posisinya yang strategis. Jumlah penduduk yang besar,

letak goegrafis yang strategis dan kondisi sosial politik tengah berada pada

proses transisi dimana stabilitas politik dan keamanan masih sangat labil dan

rapuh telah mendorong Indonesia menjadi daerah tujuan perdagangan Narkoba.

Parahnya lagi, beberapa tahun belakangan ini Indonesia juga diindikasikan

sebagai daerah penghasil Narkoba. Hal ini dapat dilihat dengan terungkapnya

beberapa laboratorium narkoba (clandenstin lab) yang cukup besar di Indonesia.

Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi, liberalisasi

perdagangan serta pesatnya kemajuan industri pariwisata telah menjadikan

Indonesia sebagai Negara potensial sebagai produsen Narkoba.

Peredaran Narkoba di Indonesia pada hakekatnya melalui 3 ( tiga )

komponen utama yaitu Produsen, Distributor dan Konsumen. Beberapa

lingkungan tempat yang sering menjadi sasaran peredaran gelap Narkoba antara

lain Lingkungan Pergaulan danTempat Hiburan ( Diskotik, Karaoke, Pub ),

Lingkungan Pekerjaan baik di institusi pemerintahan maupun swasta bahkan

tidak menutup kemungkinan bahwa di lingkungan Polri sendiri di dapati kasus

penyalahgunaan narkoba, Lingkungan Pendidikan Sekolah, Universitas/Kampus

sangat memungkinkan terdapat peredaran narkoba karena banyak nya interaksi

yang terjadi baik antar teman maupun lingkungannya, Lingkungan tempat tinggal

Perumahan Asrama, Tempat Kost / rumah kontrakan, Apartemen dan Hotel.

Disamping dari Dalam Negeri, Narkoba juga masih banyak yang

didatangkan dari Luar Negeri. Hal ini dapat terjadi melalui pengiriman darat, laut

maupun udara.

Peredaran Narkoba lewat darat sering terjadi di perbatasan antara

Indonesia dengan Negara sekitar. Hal ini terjadi karena lemahnya sistema dan

pengawasan keamanan Indonesia di daerah perbatasan. Para aparat dan

petugas yang bekerja diperbatasan tidak didukung dengan sarana dan

6

Page 7: MOP Penanggulangan Narkoba

prasarana yang memadai. Serta kebijakan pemerintah yang kurang

memperhatikan perkembangan daerah perbatasan telah mengakibatkan

kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat Indonesia dan daerah

perbatasan. Hal ini cendrung mendorong masyarakat local untuk melakukan

upaya kriminal dan bukan tidak mungkin membantu atau membiarkan terjadinya

peredaran Narkoba untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Peredaran Narkoba lewat laut juga termasuk sering dilakukan. Wilayah

Indonesia yang % adalah lautan adalah pintu bagi masuknya Narkoba di

Indonesia. Tidak semua wilayah bisa terkawal dengan optimal oleh petugas

Polair Polri, TNI Angkatan Laut maupun oleh Departemen terkait lainnya. Belum

lagi control yang kurang sangat rentan dimanfaatkan oleh oknum petugas untuk

meloloskan Narkoba masuk ke Indonesia, dengan mengharapkan untuk

mendapat imbalan ataupun suap.

Peredaran Narkoba melalui udara juga rentan menjadi akses masuk

Narkoba ke Indonesia. Walaupun beberapa bandara di Indonesia sudah

dilengkapi dengan alat pendeteksi Narkoba yang canggih, namun masih banyak

sekali bandara yang belum memilikinya. Apalagi semakin lama modus dan

upaya penyelundupan Narkoba ke Indonesia semakin berkembang mulai dari

melalui kurir anak – anak dan perempuan sampai dengan cara – cara yang tidak

masuk akal seperti menelan Narkoba dengan dibungkus semacam pembungkus

khusus untuk menghindari pendeteksian Narkoba oleh petugas.

UPAYA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

GELAP NARKOBA DI INDONESIA

Penanggulangangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba

wajib dilakukan oleh pemerintah melalui aparat penegak hukum dan fungsi

terkait. Namun demikian peran serta masyarakat dalam menanggulangi Narkoba

juga mutlak diperlukan. Tanpa peran serta masyarakat. Upaya yang dilakukan

pemerintah tidak akan secara maksimal.

7

Page 8: MOP Penanggulangan Narkoba

Langkah penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkoba yang dilakukan polri dapat digolongkan menjadi 3 upaya yaitu preemtif,

preventif maupun repsesif.

Upaya pre-emtif antara lain dilakukan dengan cara educatif pembinaan

dan pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat, menciptakan hubungan

yang harmonis antar sesama masyarakat dan antara masyarakat dengan Polri

melalui upaya penyuluhan dan sambang, meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam turut serta menjaga keamanan ditengah masyarakat itu sendiri, dan

memberikan pencerahan bahwa menggunakan, membeli bahkan sampai

memperjual belikan Narkoba adalah perbuatan melanggar norma hukum dan

norma agama, serta mengadakan pendekatan solusi usaha mengantikan

tanaman ganja yang sering di tanam dengan tanaman pengganti yang lebih

memiliki nilai jual tinggi namun tidak melanggar hukum bagi masyarakat petani di

Aceh. Disamping itu upaya pre emtif juga dapat dilakukan melalui upaya lidik,

pengamanan dan penggalangan. Upaya pre – emtif sebagaimana tersebut diatas

dapat dilakukan oleh fungsi Bimbingan masyarakat (Bimmas) dan fungsi intelijen

Polri. Disamping itu upaya upaya edukasi, pembinaaan dan pengembangan

lingkungan hidup juga dapat dilakukan oleh fungsi Polair terhadap masyarakat

perairan dan masyarakat kepulauan di pulau – pulau yang sulit terjangkau.

Upaya preventif dapat dilakukan melalui upaya mencegah masuknya

narkoba dari Luar negeri dengan melakukan pengawasan secara ketat di

daerah-daerah perbatsan seperti Bandara, pelabuhan laut dan perbatasan-

perbatasan darat. Disamping itu untuk mencegah lalulintas Narkoba ilegal di

dalam negeri dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti : operasi khusus /

razia di jalan – jalan terhadap kendaraan roda 2 dan roda 4 pada daerah rentan

lalu lintas Narkoba dengan sistem zig zag sehingga tidak terbaca oleh jaringan

pengedar Narkoba, melakukan Razia di tempat-tempat rawan lalulintas narkoba

secara ilegal atau tempat-tempat rawan transaksi narkoba seperti tempat –

tempat hiburan (Diskotik,karaoke,pub, kafe wareng remang dan lain-lain),

mengadakan patroli pencarian sumber Narkoba atau ladang ganja meliputi

seluruh wilayah terpencil, mencegah kebocoran Narkoba dari sumber-sumber

resmi seperti Rumah sakit, Apotik, Barang bukti dari aparat kepolisian,

kejaksaan, pengadilan dan lainya, pencegahan melalui kegiatan penyuluhan,

penerangan dan bimbingan tentang bahaya narkoba, dan juga tentang perlunya

8

Page 9: MOP Penanggulangan Narkoba

pengawasan lingkungan oleh masyarakat sendiri terutama keluarga. Upaya

preventif ini dapat dilakukan oleh fungsi samapta, lalu lintas, dan lain – lain.

Sedangkan upaya represif berupa upaya penindakan/ penegakan hukum

terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dapat dilakukan

dengan upaya penyelidikan dan penyidikan secara professional oleh fungsi

Reskrim / Res Narkoba Polri. Adapun upaya tersebut dilakukan dengan

memperhatikan perangkat hukum yang ada secara maksimal dan tepat sasaran

agar tercipta keseimbangan antara perbuatan yang dilakukan dengan sanksi

hukuman yang diterapkan serta menindak bagi siapa saja yang menghalangi

atau mempersulit penyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindak

pidana Narkotika dan atau tindak pidana Prekursor Narkotika sebagaimana

diatur dalam pasal 138 UU No 35 tahun 2009. Dan perkara penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkoba termasuk perkara yang didahulukan dari perkara

lainya untuk diajukan ke pengadilan untuk penyelesaian perkara secepatnya

sesuai pasal 74 UU No 35 tahun 2009 dan pasal 58 UU No 5 tahun 1997.

Disamping hal tersebut diatas dalam menanggulangi penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkoba dari luar negeri, Polri melakukan kerjasama

dengan kepolisian Negara lain baik berupa kerjasama antar Negara, kawasan

regional ASEAN maupun Interasional melalui Perserikatan Bangsa – Bangsa

(PBB) melalui wadah Interpol. Kerjasama tersebut dapat berupa bantuan dalam

penyidikan tindak pidana Narkoba maupun kerjasama pendidikan melalui Jakarta

Center for Law Enforcemet Cooperation (JCLEC) dan United Nation on Drug and

Crime (UNODC). Tentu saja kerjasama Polri ini perlu didukung dan ditindak

lanjuti oleh pemerintah Negara dengan melakukan kerjasama Government to

Government dalam bentuk kerjasama atau perjanjian ekstradisi dan perjanjian

bantuan hukum timbal-balik dalam masalah pidana.

PERANAN LEMBAGA PEMERINTAH KEMENTERIAN DAN NON

KEMENTERIAN

Dalam melaksanakan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkoba, Polri dapat bekerjasama dengan lembaga pemerintah

kementerian dan non kementerian, seperti Dirjen Bea Cukai, Dirjen Imigrasi,

9

Page 10: MOP Penanggulangan Narkoba

Departemen Agama, Departemen Pariwisata Seni dan Budaya, Badan Pom,

Kejaksaan, Kehakiman, Badan Narkotika Nasionla (BNN), dan lain – lain.

Dalam UU No 35 tahun 2009 juga dijelaskan bahwa Penyidik Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN berwenang melakukan penyidikan

terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika. Dan dalam prakteknya Penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan penyidik BNN dapat melakukan kerjasama dan koordinasi dalam

melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika.

PERAN SERTA MASYARAKAT

Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas – luasnya untuk berperan

serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkoba sesuai dengan pasal 104 UU No 35 tahun 2009

tentang Narkotika dan pasal 54 UU No 5 TAHUN 1997 tentang Psikotropika.

Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui upaya mencari,

memperoleh dan memberikan informasi, menyapaikan saran dan pendapat serta

memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya mengenai adanya

dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Selain hal tersebut diatas, peran serta masyarakat dapat dilakukan

dengan berbagi cara sesuai dengan lingungan dengan mewujudkan keluarga

yang harmonis dan lingkungan sosial yang sadar akan bahaya Narkoba. Hal ini

juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui jalur/ lingkungan pendidikan,

kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial masyarakat lainnya.

III. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

10

Page 11: MOP Penanggulangan Narkoba

a. Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan

berbahaya lainnya yang merupakan zat atau obat yang sangat berbahaya

jika disalahgunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan

ketergantungan, mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat

menyebabkan ganguan fisik, jiwa, sosial dan keamananan.

b. Adapun kerugian akibat penyalahgunaan Narkoba memiliki dampak

terhadap pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan social bermasyarakat

serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Jumlah penduduk yang besar, letak goegrafis yang strategis dan kondisi

sosial politik tengah berada pada proses transisi dimana stabilitas politik

dan keamanan masih sangat labil dan rapuh telah mendorong Indonesia

yang dahulunya hanya sebagai daerah transit/ lalu lintas Narkoba

menjadi daerah tujuan perdagangan bahkan telah pula terindikasi

sebagai Negara penghasil / produksi Narkoba.

d. Upaya penanggulangangan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkoba wajib dilakukan oleh pemerintah melalui aparat penegak hukum

dan instansi /fungsi terkait. Namun demikian peran serta masyarakat

dalam menanggulangi Narkoba juga mutlak diperlukan agar upaya

tersebut dapat berjalan optimal.

3.2. SARAN

a. Agar menggalakkan sosisalisasi UU Narkoba yang baru yaitu UU No

35 tahun 2009 tentang Narkotika, sehingga dapat meningkatkan

eksistensi Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama – sama Polri

serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam upaya

penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di

Indonesia.

b. Agar menggalakan upaya – upaya untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang bahaya Narkoba dan mengoptimalkan peran

11

Page 12: MOP Penanggulangan Narkoba

masyarakat dalam pemberantasannya. Hal ini dapat dilakukan melalui

penyuluhan Narkoba sampai ke tingkat RT/RW serta pemberian

penghargaan terhadap lingkungan bebas Narkoba termasuk individu

– individu yang telah berjasa membantu pemerintah /aparat penegak

hukum dalam upaya peran serta penanggulangan penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkoba.

c. Agar meningkatkan kerjasama antara Polri dengan lembaga

pemerintah kementerian dan non kementerian yang berhubungan

dengan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkoba. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat perjanjian

kerjasama atau memorandum of understanding (Mou) yang ditindak

lanjuti dengan pembentukan satuan tugas (satgas) anti Narkoba yang

komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Modul Manajemen Opsnal Kepolisian PTIK, 2007.

Ismail, Chairuddin. “Kapita selekta penegakkan hukum tindak pidana

tertentu”. PTIK Press, 2007.

12

Page 13: MOP Penanggulangan Narkoba

Kelana, Momo. “Konsep – konsep hukum Kepolisian Indonesia”. PTIK Press,

2007

Artikel internet

King, Travel. “Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba”

, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1900061-pencegahan-dan-

penanggulangan-penyalahgunaan-narkoba/ diakses pada 20 Mei 2011.

Antara News. “1,5 persen penduduk Indonesia pengguna Narkoba”

http://hileud.com/15-persen-penduduk-indonesia-pengguna-narkoba.html

diakses pada 20 Mei 2011.

Peraturan Perundang – undangan

Undang – Undang RI Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP

Undang – Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Undang – Undang RI Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

13