monev pmdm kecamatan nuha muncul kesadaran berswadaya · kewirausahaan laporan utama > hal 7...

16
Kelompok Usaha Jamur Tiram Elang, Desa Wasuponda, digerakkan oleh 5 orang pemuda. Kelompok ini mendapat bantuan PMDM senilai Rp6 juta dalam bentuk bibit, bahan baku produksi, dan pembangunan rumah jamur. Di bulan pertama, mereka menghasilkan 3-4 kg jamur tiram per hari yang dijual seharga Rp50.000/kg. Laporan Utama > Hal 10 Pegiat Herbal Mendalami Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan dan Kekompakan yang Memajukan Desa Informasi, Interaksi, Inspirasi KILAS PMDM > HAL 12 Dari Petani Jadi Pemandu WAWASAN > HAL 14 Resep Herbal Kre- atif TabloidVerbeek @TabloidVerbeek EDISI 31 I APRIL 2017 I 16 HALAMAN Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk - Tidak Diperjualbelikan - SCAN ME! Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya LAPORAN UTAMA > HAL 11 SRI Organik Menyapa Desa Buangin

Upload: phamdan

Post on 19-Aug-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

Kelompok Usaha Jamur Tiram Elang, Desa Wasuponda, digerakkan oleh 5 orang pemuda. Kelompok ini mendapat bantuan PMDM senilai Rp6 juta dalam bentuk bibit, bahan baku produksi, dan pembangunan rumah jamur. Di bulan pertama, mereka menghasilkan 3-4 kg jamur tiram per hari yang dijual seharga Rp50.000/kg.

Laporan Utama > Hal 10Pegiat Herbal Mendalami Kewirausahaan

Laporan Utama > Hal 7Rekomendasi Tim monev

PMDM 2016

Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda:

Gagasan dan Kekompakan yang Memajukan Desa

I n f o r m a s i , I n t e r a k s i , I n s p i r a s iKILAS PMDM > HAL 12

Dari Petani Jadi Pemandu

WAWASAN > HAL 14

Resep Herbal Kre-atif

TabloidVerbeek @TabloidVerbeek

E D I S I 3 1 I A P R I L 2 0 1 7 I 1 6 H A L A M A N

D i p u b l i k a s i k a n o l e h D i v i s i K o m u n i k a s i P T V a l e I n d o n e s i a T b k- T i d a k D i p e r j u a l b e l i k a n -

SCAN ME!

Monev PMDM Kecamatan Nuha

Muncul KesadaranBerswadaya

LAPORAN UTAMA > HAL 11

SRI Organik Menyapa Desa Buangin

Page 2: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 20172 EDITORIAL

Tabloid ini diterbitkan sebagai upaya mengampanyekan transparansi dari pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Juga sebagai media alternatif masyarakat dalam memperoleh informasi dan wawasan. Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email atau surat ke alamat redaksi.

Tak terasa tabloid Verbeek sudah berusia 4 tahun. Kami tayangkan kembali foto kenangan saat Ketua FKUB Drs. H. Ardias Bara menyampaikan sambutan selaku tokoh masyarakat dalam acara peluncuran Verbeek, 20 Juli 2013.

Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Hubungan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggung Jawab: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Komunikasi) | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor:La Ode M. Ichman, Aswaddin, Asriani Aminuddin, Ann Sjamsu, Iskandar Ismail, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi, Dimas Marendra | Fotografer: Harris Gunawan | Desain & Tata Letak: Luki Ahmadi Hari Wardoyo | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Urusan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.

Tabloid Verbeek@TabloidVerbeekTabloidVerbeekTabloid Verbeek08114056715 570946F9

Pembaca yang budiman,Program Mitra Desa Mandiri (PMDM)

siklus ketiga, 2016, memasuki tahap akhir. Berbagai kegiatan di sektor kesehatan, pen-didikan, dan ekonomi telah tuntas dijalan-kan oleh pelaku PMDM di masing-masing desa, pemerintah desa, dan tentunya oleh masyarakat. Jika di siklus pertama ada 52 tahapan PMDM, mulai dari pemetaan poten-si desa hingga ujungnya adalah pemeliha-raan kegiatan, jumlah tahapan mengalami penyesuaian di siklus kedua dan ketiga. Kini, tinggal tersisa 12 tahapan PMDM yang ha-rus dijalankan secara runut.

Penyederhanaan tahapan merupakan keputusan yang diambil setelah pemerin-tah, masyarakat, dan PT Vale mengadakan monitoring-evaluasi (Monev) terhadap se-luruh komponen PMDM, salah satunya me-kanisme dan tahapan kegiatan. Hasil Monev tidak hanya itu. Monev merupakan proses yang bermanfaat untuk meningkatkan per-forma kegiatan dan mencapai hasil yang le-bih baik. Tujuannya adalah memperbaiki pengelolaan program saat ini dan di masa depan, memperbaiki capaian, serta dam-pak kegiatan. Monev mengaitkan tindakan masa lampau, masa kini, dan masa depan.

Di 2016, Tim Monev yang merupakan anggota Forum Lintas Pelaku (FLP) di ma-sing-masing kecamatan, kembali turun ke lapangan untuk menggali kisah dan meman-tau realita yang terjadi di masyarakat. Ha-silnya bervariasi. Di Kecamatan Wasupon-da, misalnya, Tim menyaksikan banyaknya inovasi yang digagas masyarakat. Hal itu tercermin dalam usulan kegiatan yang se-gar, inovatif, dan mennawarkan solusi bagi permasalahan yang ada di tengah warga. Di kecamatan lain pun PMDM punya jejak yang dinilai positif, meskipun masih banyak hal yang perlu dibenahi.

Temuan Tim Monev PMDM 2016 kami jadikan laporan utama. Selain itu, di Ver-beek edisi 31 ini kami juga menyampaikan berita gembira bahwa praktik pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan su-dah menyentuh Desa Buangin, Kecamatan Towuti. Para petani di desa itu merasa “iri” dengan keberhasilan desa tetangga, Libukan Mandiri, yang sudah go organic.

Selamat membaca.

EDISI CETAK VERBEEKSudah lama saya tidak melihat tabloid Ver-

beek yang dicetak. Hanya sesekali saya baca be-rita-berita PTPM lewat Facebook. Di desa saya tidak ada sinyal HP jadi tidak bisa sering-sering membaca berita di Facebook, hanya kalau se-dang keluar dari kampung saja. Padahal dulu saya selalu baca Verbeek di kantor desa. Beri-tanya bagus. Sayang sekali kalau hanya muncul di Facebook. Bisakah kami dapat lagi Verbeek di kantor desa?

Syamsinar, staf Kantor Desa Balambano, Kecamatan Wasuponda

Terima kasih atas apresiasinya. Ibu Syamsinar bisa mengunduh versi digital tabloid Verbeek melalui website vale.com/Indonesia. Ketika su-dah diunduh, Ibu bisa menyimpannya di ponsel dan Verbeek bisa dibaca kapanpun.

VERBEEK BUAT SAYEMBARAAssalamualaikum. Sudah lama saya mem-

baca Verbeek, yang tabloid ataupun baca beri-ta-beritanya di Facebook. Saya punya usul, ba-gaimana kalua Verbeek membuat sayembara yang terkait PTPM? Misalnya sayembara foto kegiatan PTPM atau sayembara logo. Menarik sepertinya. Dan karena Verbeek sudah punya pembaca yang banyak di Facebook, pasti ba-nyak orang yang mau ikut sayembaranya.

Sangkala, Fasilitator PMDM-Kecamatan Malili

SURAT PEMBACA

Walaikumsalam Wr Wb. Terima kasih atas ga-gasan Pak Sangkala. Ide menarik ini akan menjadi bahan diskusi Redaksi tabloid Verbeek.

PENGETAHUAN TEKNISSaya lihat di Verbeek selalu ada tulisan yang

isinya pengetahuan umum, seperti teknik budidaya tanaman, khasiat tanaman obat, tulisan tentang UKM, san sebagainya. Kami ini di desa jarang sekali yang punya kemampuan teknik. Padahal di PMDM banyak kegiatan pembangunan infrastruktur. Jam-ban pasti dibangun tiap tahun dan jumlahnya pu-luhan per desa. Bisakah Verbeek membuat tulisan yang isinya pengetahuan teknis, misalnya mem-bangun jamban yang baik, menata halaman TK, membangun Posyandu, atau fasilitas lain yang dibutuhkan dan diusulkan pembangunannya oleh masyarakat. Hanya ada satu Fasilitator Teknik un-tuk empat kecamatan jadi sulit juga kalau setiap hari kami harus konsultasi. Dengan adanya tulisan di Verbeek, mungkin kami bisa terbantu.

Sunarto, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Kalosi, Kecamatan Towuti

Terima kasih masukan Pak Sunarto. Gagasan ini akan menjadi pertimbangan Redaksi tabloid Verbeek.

Page 3: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 2017

LAPORAN UTAMA 3

Genset di Dusun Landangi, Desa Matano. Untuk bisa beroperasi, genset memerlukan 8 liter solar per hari. Pembelian solar dan perawatan alat dibiayai swadaya masyarakat.

PAUD Bhinneka, Kelurahan Magani, diproyeksikan mulai menerima siswa Kelompok Belajar (KB) pada pertengahan 2017. Pembangunan dan pengadaan sapras di PAUD tersebut sepenuhnya didanai PMDM.

Se la in mendorong swadaya me la lu i i u ran ru t i n , keg iatan PMDM memicu i n i s i a t i f war ­ga un tuk membentuk badan usaha yang d ike lo l a mand i r i o l eh masyarakat .

Monev PMDM Kecamatan Nuha

Muncul Kesadaran BerswadayaUntuk mengelola kegiatan PMDM, warga mencari solusi. Mulai dari menyepakati iuran bulanan hingga membentuk badan usaha.

S etelah semalaman diguyur hujan, perjalanan menuju Dusun Landangi dan Kayu Tanduk, Desa Matano, ti-

dak bisa dibilang mudah. Tanpa menye-berangi Danau Matano, perjalanan darat menuju dua dusun tersebut harus me-mutar ke Kecamatan Malili dan melewati Desa Kawata atau Desa Parumpanai di Kecamatan Wasuponda. Jalan tanah dan jalur pendakian berbatu harus dilewati yang membuat kendaraan roda empat rentan terjebak dalam kubangan lum-pur. Jika melihat definisi desa terpencil menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu kawasan perdesaan yang terisolasi dari pusat per-tumbuhan/daerah lain akibat infrastru-kur perhubungan, dua dusun terse-but masuk dalam kategori daerah terpencil.

Tim monitor-ing dan evaluasi (Monev) berke-liling ke lima desa di Kecamatan Nuha pada pertengahan Februari 2017. Tim mengkaji pemanfaatan dana Pro-gram Mitra Desa Mandiri (PMDM) 2016. Di Dusun Landangi, kegiatan PMDM 2016 Tahap I sudah selesai dilaksanakan, yaitu kegiatan pembuatan bak penampun-gan air bersih berikut pengadaan pipa, pengembangan TK Bina Bangsa, serta pengadaan genset. Kegiatan yang disebut terakhir juga dilakukan di Dusun Kayu Tanduk.

Saat dilakukan verifikasi usulan di TK Bina Bangsa pada Juli 2016, kegiatan pengadaan alat permainan luar dinilai mendesak karena kondisinya sudah tidak layak pakai dan membahayakan siswa. Ketika tiba Tim Monev tujuh bulan kemu-dian, alat permainan di prasarana pen-

didikan anak usia dini itu sudah mem-baik. Penataan halaman, pengecatan, dan pengadaan mobiler juga dilakukan dengan total dana Rp25.800.000. Yang patut menjadi catatan adalah kegiatan pengadaan seragam bagi murid dan guru yang tidak sesuai dengan prinsip keber-lanjutan.

Pengelolaan KegiatanKegiatan pengadaan genset di Dusun

Landangi dan Dusun Kayu Tanduk mem-berikan catatan menarik bagi Tim Monev. Selama puluhan tahun menghuni kam-pung, warga di dua dusun tersebut mengandalkan pelita atau genset pribadi untuk memenuhi kebutuhan listrik.

Namun sejak Septem-ber 2016, ada 60 KK di Dusun Landangi dan 28 KK warga Desa Kayu Tan-duk yang menikmati lis-trik dari fasilitas genset publik yang merupakan bantuan PMDM. Tiap rumah mendapat jatah 350 Watt. Listrik bisa

dinyalakan setiap hari mulai pukul 6 petang hingga 21.30 malam.

Genset tentu butuh solar sebagai ba-han bakar. Warga tidak mungkin mem-bebankan biaya pembelian solar dari bantuan Pemerintah atau dana PMDM. Mereka dituntut untuk berswadaya. Warga Landangi dan Kayu Tanduk lantas menyepakati iuran listrik bu-lanan sebesar Rp45.000-50.000 per KK. Uang yang terkumpul digunakan untuk membeli solar 240 liter, membeli oli mesin, dan “uang lelah” bagi pengelola genset sebesar Rp150.000 per bulan. Ada tiga orang yang ditunjuk warga se-bagai pengelola.

“Sepuluh tahun yang lalu, Landangi pernah juga dapat bantuan genset dari

program Comdev PT Vale. Tapi karena masyarakat tidak didorong untuk men-gelola kegiatan secara mandiri, ketika mesinnya rusak tidak ada yang mau tang-gung jawab. Jadi dibiarkan begitu saja. Kalau PMDM lain. Orang desa diminta berpikir soal pengelolaan kegiatan,” kata Yusman Muis, Ketua Komite Desa Matano.

Di sisi lain, Tim Monev memberi cata-tan seputar aspek keselamatan dari kegi-atan pengadaan genset dan pipa air ber-sih. “Untuk listrik, aspek safety sangat penting. Penambahan panel kontrol un-tuk mengatur dan menyeimbangkan arus listrik itu wajib. Kalau untuk pipa air, se-harusnya ditanam di tanah. Ini masih di-letakkan di atas permukaan, rentan ru-sak,” kata Alwi Chaidir, Fasilitator Teknik PMDM.

Pembentukan BUMKelSelain mendorong swadaya masyarakat

melalui iuran rutin, kegiatan-kegiatan PMDM juga telah memicu inisiatif warga untuk membentuk badan usaha yang dikelola mandiri oleh masyarakat. Di Ke-lurahan Magani, misalnya. Sepanjang dua siklus tahun anggaran, dana PMDM sek-tor pendidikan dan ekonomi dialokasikan untuk pembangunan PAUD Bhinneka dan Pujasera Simpang Tiga. Seiring per-jalanan, warga Magani membentuk Badan Usaha Milik Kelurahan (BUMKel) yang

nantinya akan mengelola fasilitas publik dan seluruh kegiatan kemasyarakatan.

PAUD Bhinneka yang 100% pemban-gunannya didukung penuh oleh PMDM ren-cananya akan membuka kelas perdana pada Juni 2017. Fasilitas tersebut memiliki dua ruang kelas belajar dan satu kantor guru. Tiap ruang kelas didesain untuk menam-pung 10-15 siswa usia 2-4 tahun. Pada siklus 2016, dana PMDM Rp45.741.000 digunakan untuk membangun fasilitas tersebut berikut pengadaan kelengkapan belajar. Sementara untuk kegiatan lanjutan pembangunan Pu-jasera dan Taman Jajan Eks-Pelangi, dana PMDM yang diserap sebesar Rp82.121.000.

“PAUD Bhinneka dan Pujasera dikelola oleh BUMKel. Dengan demikian, jika satu fasilitas, misalnya PAUD Bhinneka, kekur-angan dana operasional, bisa disubsidi sil-ang oleh Pujasera. Itu dimungkinkan kar-ena pengelolanya sama. Dengan begitu, kita bisa saling mengisi dan semoga masyarakat semakin maju,” kata Arthur Tandiabang, Ketua Komite Kelurahan Magani. Dia me-nambahkan, meskipun baru satu tahun terakhir terjun langsung dalam PMDM, dia sudah merasakan manfaatnya. “PMDM ini manfaatnya dirasakan semua orang, tidak hanya kelompok tertentu,” kata Ar-thur yang mengawal Magani hingga kelura-han tersebut sudah mencapai akhir siklus PMDM 2016.[]

Page 4: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 2017

LAPORAN UTAMA4

Monev PMDM Kecamatan Towuti

Melengkapi Infrastruktur PerdesaanJejak PMDM di Kecamatan Towuti makin jelas. Posyandu dan PAUD dibangun hingga ke pelosok. Bahkan ada desa yang kini memiliki fasilitas pembibitan tanaman perkebunan.

P erjalanan darat menuju ka-wasan Mahalona, Kecamat-an Towuti, jauh dari mu-

dah. Kendaraan roda dua dan roda empat harus mengitari per-bukitan, naik-turun jalan ber-lumpur dengan kubangan-ku-bangan besar. Namun tinggal di daerah terpencil tidak menjadi halangan bagi warga di kawasan tersebut untuk berpikir maju.

Di Desa Tole, misalnya. Se-jak booming merica lima tahun terakhir ini, masyarakat ham-pir sepenuhnya menggantung-kan hidup pada komoditas ter-sebut. Hasilnya memang terli-hat. Banyak rumah besar berdi-ri di lahan yang semula hanya ditempati rumah kayu amat sederhana. Namun lama-kela-maan masyarakat sadar bahwa suatu ketika harga lada putih akan mencapai titik jenuh. Be-sarnya suplai—karena masya-rakat berbondong-bondong me-nanam merica—yang melebihi permintaan pasar akan meng-gerus harga. Lalu apa yang me-

reka lakukan?Warga pun berdiskusi. Me-

reka lantas mencari komoditas yang bisa dikembangkan di Desa Tole. Karena mayoritas warga berasal dari Toraja dan Enre-kang, mereka sudah terbiasa de-ngan budidaya kopi. Ketika pu-lang ke kampung halaman, me-reka membawa bibit kopi yang kemudian ditanam di pekarang-an rumah untuk konsumsi sen-diri. Maka terbersit gagasan un-tuk mengembangkan komoditas kopi sebagai alternatif pencaha-rian di samping berkebun me-rica. Sebagai pelengkap, warga Tole menambahkan tanaman cengkeh untuk dikembang-bi-akkan. Dua jenis tanaman ter-sebut cocok dengan kontur dan cuaca di Desa Tole.

Langkah pertama mereka adalah membuat fasilitas pem-bibitan. “Waktu diskusi, kami tertarik sekali ingin membuat tempat seperti nursery-nya PT Vale. Jadi bibit kopi dan ceng-keh kami kembangkan di tem-

pat itu, lalu kalau sudah siap ta-nam bisa dimanfaatkan oleh pe-tani,” kata Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Tole Ramli Rauf. Dana Program Mit-ra Desa Mandiri (PMDM) 2016 sektor ekonomi, Rp120 juta, se-penuhnya diserap untuk mem-bangun fasilitas pembibitan kopi dan cengkeh. Dana itu digunakan untuk penataan lahan, pemba-ngunan pondok-pondok pembi-bitan, dan pengadaan bibit.

Ketika Tim monitoring dan evaluasi (Monev) mengunjungi Desa Tole, Maret 2017, sudah ada 20.000 bibit cengkeh dan 23.000 bibit kopi dalam fasilitas seluas 1 hektar tersebut. Jika di-lihat dari luas lahan, bibit yang bisa ditampung mencapai sekitar 300.000. Secara teknis, keleng-kapan, maupun pengelolaan, pe-laku PMDM dan masyarakat me-nyadari bahwa masih perlu dila-kukan banyak pembenahan. Nur Kahfi, Ketua FLP Kecamatan To-wuti yang banyak berkecimpung di bidang kehutanan menyam-paikan sejumlah koreksi, antara lain perlu dibuat lorong lebar 0,5 meter di tiap baris bibit untuk keperluan perawatan tanaman. Selain itu, instalasi penyiraman dan pembibitan tanaman hutan sebagai pagar hidup juga harus dipikirkan.

Dari sisi pengelolaan, dalam waktu dekat masyarakat desa akan membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Saat ini, warga baru punya tim kecil un-tuk memelihara tanaman dan

bibit masih dibagikan secara cu-ma-cuma kepada petani. Ke de-pan, keberlanjutan fasilitas pem-bibitan akan lebih ditekankan. Pelatihan petani untuk menguat-kan wawasan seputar budidaya kopi dan cengkeh juga menjadi agenda berikutnya.

Membangun Fisik, Menguatkan Kelompok Tani

Tim Monev, mengunjungi dua bangunan Posyandu di Desa Li-bukan Mandiri. Satu bangunan telah beroperasi dan satu lagi baru selesai dibangun 50%. Di Desa Mahalona, PMDM telah membangun tiga unit Posyan-du dalam tiga tahun anggaran. Posyandu ketiga, yang diberi nama Posyandu Dahlia, masih dalam proses pengerjaan na-mun segala kelengkapan, mulai dari mobiler dan Alkes, juga su-dah tersedia berkat dukungan PMDM. Di siklus 2016, Posyan-du di berbagai desa sudah diba-ngun dengan desain standar dan kualitas material benar-benar diperhatikan.

Di Desa Lioka, Tim Monev mengapresiasi kinerja pelaku PMDM yang berhasil mewujud-kan pembangunan TK An-Nur. De-ngan dana Rp80 juta, bangunan bisa berdiri dengan kualitas sa-ngat baik dan sudah dilengkapi mobiler. Sementara di beberapa desa, seperti Desa Baruga, nomi-nal yang sama belum bisa me-nyelesaikan pembangunan fisik PAUD.

Di Libukan Mandiri, dana PMDM sektor ekonomi senilai Rp40 juta dimanfaatkan untuk pengadaan pupuk bagi 50 petani. Namun petani tidak mendapat-kan pupuk secara gratis. Mereka bahkan membeli pupuk dengan harga lebih tinggi Rp10.000 di-banding harga pasaran. Hal itu tidak dipersoalkan karena ke-untungan masuk ke kas kelom-pok tani. “Petani tidak keberat-an membeli pupuk sedikit lebih mahal. Bagi mereka, yang pen-ting ada pupuk karena kemarin itu sedang langka,” kata Fasili-tator PMDM-Kecamatan Towuti Faisal Halim. Mekanisme “dana bergulir” itu rencananya akan dipertahankan oleh petani di Li-bukan Mandiri.

Hal berbeda muncul di Desa Buangin. Di desa itu, petani eng-gan menerima bantuan pupuk di PMDM siklus berikutnya. Alas-annya, bantuan tak bisa segera direalisasikan karena kelangka-an pupuk sehingga petani harus menunggu lama. Hal itu memi-cu minat mereka untuk menda-lami pertanian ramah lingkung-an yang bebas pupuk dan pesti-sida kimia.

Sepuluh desa, yaitu Desa Wa-wondula, Langkea Raya, Lio-ka, Matompi, Pekaloa, Mahalo-na, Libukan Mandiri, Tokalim-bo, Buangin, dan Masiku, akan menggelar Musyawarah Desa Serah Terima sekaligus penja-ringan usulan PMDM 2017 da-lam bulan April.[]

TK Dharmawanita, Desa Kalosi, mendapat dana PMDM sektor pendidikan selama dua tahun anggaran, senilai Rp155 juta. Di siklus 2016, dana PMDM di TK tersebut dimanfaatkan untuk pengadaan mobiler, alat permainan edukatif, pembangunan fasilitas air bersih, dan penataan halaman.

PMDM telah mendanai pembangunan tiga Posyandu di Desa Mahalona sepanjang tahun anggaran 2014-2016. Yang terbaru, Posyandu Dahlia, pembangunannya sudah selesai 90%.

Sebagai alternatif perkebunan lada, masyarakat Desa Tole membudidayakan kopi dan cengkeh. Melalui PMDM, mereka mewujudkan pembangunan fasilitas pembibitan yang kelak diharap bisa menopang perekonomian warga.

Page 5: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 2017

LAPORAN UTAMA 5

Monev PMDM Kecamatan Wasuponda

Gagasan dan Kekompakan yang Memajukan DesaInovasi dilakukan untuk meningkatkan ekonomi desa, mulai dari mencari bahan bakar alternatif hingga membangun perahu rakyat.

B anyak di antara warga Desa Wa-suponda yang memelihara hewan ternak di pekarangan rumah. Kan-

dang ternak ditempatkan di sebelah ru-mah pemilik dan otomatis berdekatan pula dengan rumah-rumah tetangga. Ko-toran ternak sudah lama menjadi masa-lah warga. Mereka mengeluhkan bau tak sedap dan pencemaran lingkungan yang bisa timbul akibat limbah tersebut. Keti-ka ada dana Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) sektor kesehatan dengan nilai total Rp75 juta, warga memutuskan un-tuk menyerap sebagian besar dari jumlah dana itu untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan yang timbul akibat aktivitas peternakan.

Syarifuddin, Ketua Komite Desa Wa-suponda, membagi pengalamannya keti-ka melakukan studi banding di Bali pada akhir 2015. Studi banding itu merupakan hadiah yang dia terima setelah menda-patkan PMDM Award 2015 untuk ka-tegori Komite Desa terbaik. “Di Bali, banyak sekali orang pelihara babi, tapi tidak ada saya cium bau-baunya sama sekali. Pekarangan rumah tetap kelihat-an bersih. Ternyata mereka manfaatkan kotoran babi menjadi biogas,” kata Sya-rifuddin. Ide itulah yang kemudian di-adopsi di Desa Wasuponda. “Daripada sekadar membuat septic tank untuk me-nampung kotoran, lebih baik kita olah menjadi bahan bakar ramah lingkung-an,” lanjut Syarifuddin.

Ketika Tim monitoring dan evaluasi (Monev) mengunjungi Desa Wasupon-da, akhir Februari 2017, instalasi biogas sudah terpasang di pekarangan rumah Martha Barapadang. Satu unit instalasi biogas itu menjadi proyek percontohan yang juga sudah ditinjau oleh anggota DPRD Luwu Timur. Ketika biogas sudah diproduksi, warga bisa mendapatkan ba-han bakar alternatif untuk keperluan me-masak dan mendapatkan kompos sebagai

hasil sampingan biogas. Warga diharap tidak lagi merambah hutan untuk menca-ri kayu bakar. Instalasi tersebut menye-rap anggaran PMDM sebesar Rp40 juta.

Kerja Sama yang SolidDesa Wasuponda layak mendapat ap-

resiasi berkat inovasi yang mereka cip-takan. Apresiasi juga harus dilayangkan kepada Desa Tabarano karena kerja sama yang solid antara pelaku kegiatan PMDM, Pemerintah Desa, dan masyarakat. Ke-kompakan itu telah mencatatkan sejum-lah pencapaian. Pertama, Desa Tabara-no berhasil mengelola kebun percontoh-an tanaman obat dengan fasilitas yang terbilang lengkap. Dana PMDM sebesar Rp33.500.000 digunakan untuk pemba-ngunan awal Rumah Herbal, sementara Dana Desa berkontribusi dalam penataan tanam dan pembangunan fasilitas pem-bibitan. “Rumah Herbal nantinya akan digunakan sebagai rumah produksi obat tradisional dan tempat konsultasi,” kata Trisnawati, bendahara Kelompok Wani-ta Tani (KWT) Mandiri yang mengelo-la kebun herbal di Dusun Lowu Timur tersebut.

Pencapaian kedua adalah alokasi ban-tuan yang tepat sasaran. Lima unit jamban keluarga dibangun bagi keluarga miskin, bantuan perlengkapan yang diberikan ke-pada pelaku UMKM meubel dan pandai besi bisa meningkatkan volume produk-si hingga 100%, serta renovasi atap TK Pembina yang membebaskan bangunan itu dari genangan air di ruang kelas saat turun hujan deras. Di setiap lokasi peneri-ma manfaat di Desa Tabarano, terpasang papan program yang jelas sehingga me-mudahkan proses audit di kemudian hari.

Pencapaian terakhir, dan mungkin yang paling penting, adalah tercapainya transparansi anggaran. Setelah menye-lesaikan tahap II PMDM siklus 2016, Ko-mite Desa masih memiliki saldo sebesar

Rp23 juta. Sisa saldo itu dicatat dengan rapi oleh Bendahara Komite Desa dan di-laporkan kepada Kepala Desa. Selanjut-nya, musyawarah bersama masyarakat akan kembali dilakukan untuk menen-tukan peruntukan sisa anggaran PMDM.

Keberhasilan program juga tampak di Desa Parumpanai. Bantuan yang tepat sasaran bisa dilihat oleh Tim Monev. Se-banyak 14 pedagang pasar kini memiliki gerobak sendiri, lengkap dengan payung-nya. “Dulu saya jualan hanya digelar saja di bawah, pakai alas plastik. Sekarang ada gerobak payung begini tidak kena hujan-panas lagi. Tidak juga berebut tempat dengan pedagang lain. Siapa duluan baku dapat tempat di bawah, dia yang menjual di situ. Yang tidak dapat, ya, terpaksa cari tempat lain,” kata Samsiah, seorang peda-gang sayuran di Pasar Parumpanai yang mendapat penghasilan bersih Rp60.000 satu kali seminggu di hari pasar.

Bantuan yang meningkatkan volume produksi juga tampak di Desa Parumpa-nai. Tujuh orang pengrajin atap rumbia dulu harus naik motor atau jalan kaki se-jauh 3 kilometer sambil memikul daun rumbia. Sekali jalan, seorang pengrajin hanya sanggup memikul dua ikat daun rumbia. Dana PMDM sektor ekonomi ke-mudian dimanfaatkan untuk membangun sebuah perahu motor yang bisa memo-tong jarak tempuh pengrajin atap untuk mencapai lokasi pepohonan sagu melalui Sungai Bengko. Sekali menyusuri sungai menggunakan perahu, mereka bisa mem-bawa 5 ikat daun rumbia.

PembelajaranSelain pencapaian, catatan pembela-

jaran juga ditemukan Tim Monev di de-sa-desa Kecamatan Wasuponda. Di Desa Kawata, saat Tim Monev mendatangi 12 unit jamban yang dibangun dari dana PMDM, sebagian di antaranya dinilai sa-lah sasaran. “Kami menilai sebagian ma-

syarakat yang diberi bantuan jamban itu sebenarnya kalangan yang mampu. Seha-rusnya pelaku program dan Pemerintah Desa banyak berkoordinasi dan lebih jeli lagi melihat kategori penerima manfa-at sehingga bantuan diberikan kepada mereka yang benar-benar tidak mam-pu,” kata Kepala Puskesmas Wasuponda Yetriani Bosa yang merupakan anggota Forum Lintas Pelaku (FLP) Kecamatan Wasuponda.

Tidak dilakukannya sosialisasi desain jamban yang sesuai dengan standar ke-sehatan juga menjadi catatan. Di hampir seluruh lokasi jamban yang dkunjungi, septic tank warga hanya punya satu ru-ang. Padahal jika mengacu pada standar, septik tank seharusnya mempunyai 2 ru-ang: pengolahan dan peresapan air. Bah-kan di satu lokasi di Desa Balambano, sep-tic tank dibangun lebih tinggi dibanding WC. Selain itu, resapan juga seharusnya berjarak minimal 10 meter dari sumur. Puskesmas sebaiknya melakukan sosia-lisasi desain jamban keluarga sehat sebe-lum bantuan PMDM dikucurkan.

Pembelajaran lain yang didapat Tim Monev adalah pengetatan aturan pene-rima manfaat PMDM sektor pendidikan. “Jangan berikan bantuan kepada PAUD yang belum memiliki izin operasional, kecuali memang dibangun PAUD baru. Kalau PAUD yang sudah berjalan lebih dari 4 tahun dan tidak punya izin, itu namanya pengelola sekolah tidak pedu-li,” kata Saidah Salleng, anggota FLP Wa-suponda yang juga Ketua Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI) Kabupaten Luwu Timur. Dua TK di Desa Kawata yang mendapat bantuan PMDM, belum ada yang memiliki izin operasional. Padahal izin tersebut merupakan pintu masuk segala bantuan dari Pemerintah serta syarat keluarnya Nomor Induk Siswa (NIS) yang akan dibawa hingga Per-guruan Tinggi.[]

Instalasi biogas di Desa Wasuponda punya banyak manfaat: mengatasi masalah lingkungan, menghentikan perambahan hutan untuk mencari kayu bakar, dan menghasilkan kompos sebagai produk sampingan.

Kegiatan pembangunan perahu motor di Desa Parumpanai telah berhasil meningkatkan volume produksi para pengrajin atap sekaligus memangkas waktu tembuh yang berdampak pada efektivitas proses produksi atap rumbia.

Page 6: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 2017

LAPORAN UTAMA6

Monev PMDM Kecamatan Malili

Membenahi Sanitasi LingkunganMasyarakat sehat merupakan syarat mutlak menuju kemandirian dan kesejahteraan. Di Kecamatan Malili, PMDM mendorong perbaikan kesehatan lingkungan.

Foto-foto: Sangkala

S ebagai ibukota Kabupaten, sudah se-wajarnya jika pembangunan pesat terjadi di Kecamatan Malili. Wilayah

tersebut merupakan “etalase” bagi mere-ka yang ingin mendapatkan gambaran tentang Luwu Timur. Namun tidak sela-manya Malili memunculkan citra indah. Untuk urusan sanitasi lingkungan saja, Malili masih menyisakan celah yang be-sar untuk berbenah.

Mendengar istilah WC cemplung, kita langsung membayangkan daerah pelo-sok yang tidak terjangkau akses jalan dan minim infrastruktur dasar. Ternyata WC cemplung masih bisa dijumlai di rumah-rumah warga di Kelurahan Malili. Pada-hal menurut standar kesehatan, ada tujuh syarat jamban sehat, yaitu tidak mence-mari air, tidak mencemari tanah permu-kaan, bebas dari serangga dan binatang-binatang lain, tidak menimbulkan bau, mudah dibersihkan dan dirawat, nyaman digunakan, dan tidak menimbulkan pan-dangan yang kurang sopan.

Dilihat dari kriteria tersebut, WC cem-plung jelas tidak memenuhi standar ke-sehatan karena umumnya dibuat dengan jarak kurang dari 10 meter dari sumur air bersih, tidak pernah dibersihkan, di-sedot, maupun dikuras, mudah dijangkau serangga dan binatang lain, masih me-nimbulkan bau tak sedap, tidak nyaman digunakan, serta tidak enak dipandang.

Selama tiga tahun anggaran, Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) merealisasi-kan pembangunan jamban keluarga sehat sebanyak 452 unit di seluruh Kecamatan Malili. Khusus untuk PMDM 2016, seba-nyak 121 unit jamban dibangun di Kelu-rahan Malili (10), Desa Puncak Indah (15), Wewangriu (20), Baruga (9), Balantang (18), Pasi-Pasi (14), Laskap (18), Harap-an (7), dan Desa Pongkeru (10). Berda-sarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852/2008 tentang Strategi Nasional Sa-nitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban

sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata ran-tai penularan penyakit.

Di Kelurahan Malili, Tim Monev saat kunjungan ke penerima manfaat Februari 2017, melihat desain jamban yang dinilai baik dan sudah memenuhi kriteria jam-ban sehat. Padahal bangunan dan instalasi jamban dikerjakan sendiri oleh penerima manfaat. Penyedia Layanan (PL) menye-rahkan bantuan PMDM senilai Rp3,8 juta per unit dalam bentuk material, seperti semen, batako, pasir, batu kali, kloset, dan gorong-gorong. Penerima manfaat mem-beli sendiri material yang masih dianggap kurang, seperti keramik lantai, cat, serta bahan penutup atap.

Mengubah Pola PikirDi Desa Baruga, dana PMDM sektor

ekonomi banyak diserap untuk mengem-bangkan kegiatan UMKM. Konkretnya, untuk pengadaan etalase dan gerobak dorong bagi pedagang kuliner serta pen-jual barang campuran di pasar dan bebe-rapa lokasi strategis lain di desa tersebut. “Kami, Tim Monev, mendapatkan hal yang menarik ketika mendatangi pedagang-pe-dagang itu. Ternyata masih ada penerima manfaat yang menyampaikan bahwa me-reka sangat membutuhkan uang tunai un-tuk modal usaha. Rupanya konsep PMDM yang tidak memberikan stimulan berupa uang tunai belum sepenuhnya dipahami masyarakat. Namun setelah kami jelaskan secara rinci, ternyata mereka bisa meneri-ma dan menganggap bantuan seperti ini lebih tahan lama dan bisa meningkatkan pendapatan untuk jangka panjang,” kata Fasilitator Teknik PMDM Alwi Chaidir.

Perubahan pola pikir seperti itulah yang menjadi sasaran PMDM. Selain mulai memikirkan keberlanjutan manfaat kegi-atan, masyarakat juga mengubah pola pi-kir dari kegiatan yang bersifat keinginan dan kepentingan individu atau sekelom-

Forum Lintas Pelaku (FLP) Kecamatan Malili melakukan monitoring-evaluasi di Desa Puncak Indah. Mereka mengunjungi penerima manfaat jamban keluarga sehat yang kini sudah meninggalkan kebiasaan BAB di “WC cemplung”.

Di siklus sebelumnya, TK Al-Mukminun di Desa Pasi-Pasi mendapatkan bantuan PMDM untuk perbaikan fisik bangunan utama, sekaligus melengkapi sarana belajar. Di 2016, PMDM merealisasikan pembangunan RKB tambahan di satu-satunya TK di Desa Pasi-Pasi tersebut.

pok orang, menjadi kegiatan yang meng-utamakan kepentingan orang banyak. Se-perti pengerjaan talud dan penimbunan jalan di Kelurahan Malili yang telah mem-buka akses warga menuju jalan raya, se-kolah, Posyandu, pasar, kebun, dan rumah ibadah. Kegiatan yang memberikan man-faat besar seperti itu dimasukkan warga ke dalam daftar usulan prioritas melalui musyawarah desa.

Kegiatan lain yang menarik adalah pembangunan Ruang Kelas Belajar (RKB) TK Al-Mukminun di Desa Pasi-Pasi. Di ta-hun anggarannya sebelumnya, TK terse-but mendapat bantuan berupa pengecat-an dan pengadaan alat permainan luar. Di tahun ketiga, dana PMDM sektor pendi-dikan sebesar Rp75 juta sepenuhnya di-alokasikan untuk membangun tambahan satu RKB di TK Al-Mukminun, mulai dari pekerjaan pondasi hingga pemasangan atap. Namun pekerjaan belum tuntas. Pe-kerjaan pemasangan pintu dan jendela kaca belum bisa dilakukan karena keter-batan anggaran. Kegiatan akan dilanjut-

kan di PMDM tahun anggaran berikutnya. Di Desa Baruga, penambahan ruang ke-las dilakukan di TK Al-Misfalah. Uniknya, TK Al-Misfalah mengusung konsep RKB terbuka agar siswa tidak jenuh belajar di dalam kelas terus-menerus.

Tim Monev di Kecamatan Malili meng-garisbawahi bahwa proses kegiatan bisa berjalan dengan baik dan hasilnya me-muaskan ketika pelaku PMDM di desa memiliki komitmen yang sama untuk bekerja sesuai aturan. Kegiatan menja-di tidak maksimal, atau bahkan gagal, ketika pelaku hanya mengejar keun-tungan materi. Hal itu masih dijumpai di Kecamatan Malili. Untuk fase-fase mendatang, peran masyarakat diper-lukan untuk mengevaluasi kinerja pe-laku PMDM. Dalam musyawarah pem-bentukan Komite Desa dan pemilihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), masyarakat hendaknya memilih kandidat yang punya semangat besar un-tuk mengabdi bagi masyarakat dan punya jiwa pemberdayaan.[]

Pembangunan ruang kelas belajar terbuka di Tk Al-Misfalah, Desa baruga, senilai Rp42.853.000 terbilang unik karena menawarkan suasana belajar yang baru bagi anak usia dini.

Page 7: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 2017

LAPORAN UTAMA 7

Rekomendasi Tim Monev PMDM 2016Selama kegiatan monitoring-evaluasi (Monev), Forum Lintas Pelaku (FLP) masing-masing kecamatan memberi rekomendasi untuk pelaku program (Fasilitator, Komite Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, Penyedia Layanan), Pemerintah, masyarakat, dan PT Vale. Semua dilakukan untuk meningkatkan kualitas Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) agar tujuan memandirikan masyarakat dapat tercapai.

Rekomendasi bagi Pelaku Program• Jalin komunikasi lebih

intens.• Hindari konflik kepen-

tingan, misalnya ada hu-bungan keluarga dekat antara Komite Desa dan Penyedia Layanan.

• Libatkan sebanyak mungkin masyarakat da-lam penggalian usulan kegiatan.

• Berpegang teguh pada PTO PMDM sehingga usulan-usulan masya-rakat bisa diarahkan le-bih tepat sasaran, sesuai prinsip PMDM, dan sesu-ai dengan kebutuhan.

• Semangat pengabdian masyarakat harus selalu diutamakan, bukan men-cari keuntungan materi.

Rekomendasi bagi Pemerintah• Lakukan sosialisasi untuk kegiat-

an-kegiatan yang bersifat teknis, misalnya sosialisasi pembangunan jamban keluarga sehat, sosialisa-si petunjuk teknis pendirian PAUD, atau sosialisasi status lahan perke-bunan bagi petani calon penerima manfaat PMDM.

• Terlibat aktif dalam program. Ke-terlibatan Pemerintah Desa sangat besar perannya untuk memantau jalannya program dan memotivasi masyarakat agar mandiri.

• Jeli melihat kriteria penerima man-faat supaya skala prioritas bisa di-tekankan kepada kelompok masya-rakat miskin-rentan.

• Menginisiasi keberlanjutan kegiat-an dengan berbagai cara, misalnya membuat Perdes terkait pemeli-haraan kegiatan atau membentuk BUMDes untuk mengelola kegiatan.

Rekomendasi bagi Masyarakat• Ajukan usulan berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan.• Memelihara dan mengembangkan bantuan yang sudah diterima.• Siap di-Monev dan diaudit oleh PT Vale maupun oleh auditor indepen-

den.• Berpartisipasi dalam tiap tahapan program, mulai dari menghadiri un-

dangan musyawarah, mengawal jalannya kegiatan, bahkan masyarakat bisa meminta transparansi anggaran dari Komite Desa.

Rekomendasi bagi PT Vale• Mempersingkat proses pencairan dana sehingga tahapan program bisa

berjalan lebih cepat• Memperjelas jenis kegiatan yang masuk dalam negative list PTO• Merekrut fasilitator teknis di setiap kecamatan

Forum Lintas Pelaku (FLP) Kecamatan Wasuponda mengunjungi pelaku usaha meubel di Desa Tabarano dalam rangka monitoring-evaluasi (Monev) PMDM 2016. Benyamin Roja, pemilik Meubel Marannu, mengatakan bahwa bantuan PMDM berupa 6 alat pertukangan telah memotong waktu kerjanya dari 1 minggu menjadi 3 hari untuk menyelesaikan sebuah lemari kayu.

Sebelum turun ke lapangan, Tim Monev berkumpul di kantor kepala desa untuk membahas kegiatan PMDM di tiap desa sekaligus membagi Tim menjadi 3 kelompok kunjungan, sesuai bidang yang didanai PMDM. Usai Monev, Tim kembali berkumpul untuk memplenokan hasil kunjungan lapangan.

Page 8: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 2017

LAPORAN UTAMA8

A da 36 petani berkumpul di Gedung Bantea, Kecamatan Towuti, sejak pagi hingga sore hari selama lima

hari. Mereka menyimak penuturan pema-teri dengan seksama dan rajin mencatat setiap poin penting yang diucapkan, di-ilustrasikan, atau dicontohkan oleh pe-materi. Sesekali tampak ada yang meng-angkat tangan sebagai tanda minta diberi kesempatan untuk bertanya. Mereka ada-lah petani-petani dari Desa Lioka yang sedang menjalani Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) dan teknik budidaya Sys-tem of Rice Intensification (SRI) Organik.

Antusiasme petani Lioka sudah tampak jauh-jauh hari sebelum pelatihan PET dan SRI Organik dilakukan. Mengapa demiki-an? Ya, karena tanpa pelatihan, mereka sudah menjalankan prinsip budidaya SRI Organik untuk satu musim tanam. Mereka mendapat wawasan dan bimbingan dari pendamping teknis serta Penyuluh Per-tanian Lapangan (PPL). Maka ketika mo-men pelatihan akhirnya terlaksana, disku-

si berjalan menarik dan peserta tak ragu untuk bertanya berdasarkan pengalaman mereka menerapkan pola SRI Organik.

Pelatihan diikuti oleh anggota Kelom-pok Tani Lioka Mekar, Samaturu’, Polapi, Koro Apundi, dan Kelompok Tani Kulodi. Di hari kedua dan ketiga pelatihan bah-kan sempat ada beberapa petani dari Desa Baruga dan Wawondula yang datang dan ikut bergabung dengan peserta. “Ini ba-gus sekali. Terutama yang saya rasakan paling banyak manfaatnya adalah Pem-belajaran Ekologi Tanah. Selama ini kita tidak pernah tahu jenis tanah sawah itu apa, kemampuan menyerap airnya bagai-mana, dan sebagainya. Dulu pernah ada ahli yang datang ke sawah saya dan ha-nya bilang kalau tanah di sana asam, lalu saya disuruh kasih kapur. Itu saja. Kalau sekarang, kita dapat teorinya, dikasih juga kesempatan untuk praktik. Jadi ilmunya lengkap, bermanfaat, dan langsung bisa dipraktikkan,” kata Tadung, anggota KT Lioka Mekar.

Membuka WawasanPetani membeberkan kebiasaan mere-

ka dalam bercocok-tanam, seperti meng-gunakan benih hingga 30 kg untuk tiap hektar sawah, menanam 3-5 benih dalam satu lubang, menggunakan pupuk dan racun dalam dosis tinggi, namun semua itu dibayar dengan produksi yang makin merosot dan hama yang semakin banyak. Petani juga dengan jujur mengatakan bah-wa mereka membakar nyaris 9 ton jera-mi dari hasil panen per hektar “Padahal jerami mengandung Nitrogen, Fosfor, Ka-lium, Seng, Silikon, Kalsium, dan Magne-sium yang diperlukan oleh tanaman. Itu yang selama ini dibakar habis oleh peta-ni,” kata Nanang Mulyana, pemateri pe-latihan dari Yayasan Aliksa Organik SRI.

Dari hasil PET, disimpulkan bahwa ta-nah pertanian di Lioka tidak bisa meng-ikat dan menahan air, serta tidak bisa mensirkulasikan udara. Tanah didomi-nasi oleh tanah liat yang tergolong paling sulit diolah. Di musim hujan, tanah akan terasa berat, dan di musim kemarau men-jadi sangat keras dan pecah-pecah. Akar tanaman sukar tembus dan air lebih su-lit meresap. Untuk memperbaiki kondi-si seperti itu agar tanah kembali sehat, mudah diolah, dan menjadi media tanam yang optimal, bahan-bahan organik mut-lak diperlukan. Perlahan, wawasan petani mulai terbuka tentang pentingnya kom-pos untuk kesuburan tanah dan mening-katkan produktivitas lahan.

Setelah memahami ekologi tanah se-cara menyeluruh, pelatihan dilanjutkan dengan materi teknik budidaya padi SRI Organik. Petani diajak berpikir logis se-putar teknik budidaya. Misalnya ketika disebutkan bahwa SRI Organik menga-nut prinsip tanam tunggal, petani yang awalnya ragu menjadi terbuka wawasan-

nya saat dijelaskan bahwa tanam jamak membuat tanaman harus bersaing satu sama lain dalam untuk memperebutkan nutrisi, udara, dan sinar matahari. Hal itu semakin dikuatkan dengan jarak tanam lebar yang dapat meningkatkan jumlah anakan produktif karena semakin ber-kurang. Petani juga diajak untuk mem-praktikkan uji benih demi mendapatkan benih bernas. “Biasanya itu petani hanya pakai air biasa untuk uji benih. Sekarang kami diajari pakai air garam yang berat jenisnya lebih besar. Benih yang terpilih sudah pasti yang terbaik. Ini wawasan baru juga,” kata Tadung.

Pelatihan yang semula dijadwalkan berlangsung empat hari, 6-9 Februari 2017, molor menjadi lima hari. “Ini atas permintaan peserta. Mereka merasa ma-teri belum tuntas kalau berhenti di hari keempat. Akhirnya pelatihan ditambah satu hari jadi selesai tanggal 10 Febru-ari,” kata Zachma Diana, PPL Lioka. Dia awalnya berharap 11 kelompok tani di Desa Lioka mengirimkan perwakilannya dalam pelatihan yang selanjutnya bisa menjadi kader SRI Organik di kelompok masing-masing.

Untuk musim tanam 2017, sudah dua kelompok tani di Lioka yang menyatakan kesiapan menjadi percontohan SRI Orga-nik. Mereka adalah KT Lioka Mekar de-ngan lahan percontohan seluas 3 hektar yang digarap oleh 15 petani. Yang kedua adalah KT Samaturu’ dengan total lahan 1 hektar dan pelaku SRI Organik berjumlah 5 orang. “Selain tanaman padi, kami juga berharap pelatihan seperti ini bisa dila-kukan untuk petani tanaman perkebunan dan tanaman obat. Semoga saja bisa ter-laksana,” kata Elias Rante, Ketua Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Desa Lioka.[]

Pelatihan PET dan teknik budidaya SRI Organik bagi 36 petani Desa Lioka, Kecamatan Towuti, yang sebelumnya sudah mempraktikkan SRI Organik. Dengan modal pengetahuan yang besar, diskusi interaktif terjadi sepanjang pelatihan berlangsung.

Pemateri mengajarkan cara memilih benih bernas. Dengan uji benih, hanya benih unggul yang ditanam dalam pola SRI Organik.

Antusiasme Petani Lioka Belajar Pertanian Organik

Page 9: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 20179LAPORAN UTAMA

W arga Lioka bercita-cita menjadi-kan desanya sebagai desa orga-nik. Ketika pelatihan herbal da-

sar digelar untuk kali pertama, warga menyambut antusias.

Geliat pertanian sehat ramah lingkung-an berkelanjutan begitu terasa di Desa Lioka, Kecamatan Towuti. Setelah 36 pe-tani mengikuti Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) dan teknik budidaya Sys-tem of Rice Intensification (SRI) Orga-nik pada 6-10 Februari 2017, mereka memperkaya wawasan dan keteram-pilan melalui pelatihan dasar budida-ya dan pengolahan herbal, 15 Februari 2017. Pelatihan yang diadakan di Ge-dung Bantea itu diikuti oleh 33 peser-ta dari Tim Penggerak PKK, anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikan-di, kader Posyandu, staf Puskesmas, dan warga Desa Lioka.

Semangat Pemerintah Desa dan warga Lioka untuk menjadikan desa mereka se-bagai desa organik terlihat jelas. “Belum selesai pelatihan SRI kemarin, warga sudah minta pelatihan herbal. Kita tidak mau ka-

lah dengan desa-desa lain yang sudah mulai memproduksi obat tradisional. Lioka juga mau karena potensi tanaman obat di sini melimpah. Warga juga sudah terbiasa de-ngan Toga (tanaman obat keluarga, red) karena sejak penilaian Desa Siaga 2016, kita sudah biasakan tanam Toga di peka-rangan,” kata Zachma Diana, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Lioka.

Menyusuri lorong-lorong di Desa Li-oka, keasrian dan kebersihan lingkung-an begitu diperhatikan. Bak-bak sampah tersedia di depan pagar rumah-rumah warga, pekarangan hijau ditumbuhi ane-ka bunga, sayur, dan tanaman obat. Tak heran jika Lioka mendapatkan Juara I Ka-tegori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Lomba Desa Siaga Tingkat Provinsi 2016. “Warga kami sudah terbi-asa menanam sayuran dan tanaman obat. Tanaman seperti kumis kucing, rumput meniran, tapak dara, itu sudah ada di pe-karangan warga,” kata Rinawati Poendey, ketua kader Posyandu Lioka. Dengan mo-dal pengalaman tersebut, diskusi sepan-jang pelatihan berjalan menarik.

Budidaya Toga bertujuan menyehat-kan masyarakat secara mandiri, meles-tarikan budaya pengobatan tradisional warisan leluhur, serta sebagai upaya pe-lestarian tanaman obat dari kelangkaan.

Pelatihan dan pendampingan bagi pegiat tanaman obat menjadi bagian dari Pro-gram Terpadu Pengembangan Masyara-kat (PTPM) PT Vale.

Pengetahuan baruSama seperti pelatihan kewi-

rausahaan obat tradisional di BP3K-Model Kecamatan Nuha, pelatihan bagi warga Lioka juga menghadirkan Erna Setiyawati sebagai pemateri. Pemilik Toko Herbal Daun Mas itu menjelas-kan aspek-aspek dasar dalam pengolahan tanaman obat. Dari sekitar 10 jenis sediaan tanam-an obat, misalnya serbuk, kapsul, sirup, teh, hingga parem dan lu-lur, simplisia atau sediaan kering merupakan salah satu yang pa-ling mudah untuk dibuat, mudah dikemas, dan tahan lama.

Erna menyebutkan bahwa hahan baku tanaman obat se-bagai sumber simplisia nabati dapat berupa tumbuhan liar yang tumbuh sendiri di hutan atau di tempat lain dan bisa juga tanaman budidaya yang sengaja di tanam dengan tuju-an tertentu. Simplisia dari ta-naman liar umumnya memi-liki mutu yang tidak terstandar, sementara simplisia hasil ola-han tanaman budidaya memi-liki mutu yang lebih baik dan terstandar. Proses penyiapan simplisia berawal dari panen Toga, sortasi, cuci, tiris, rajang, pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan.

Peserta pelatihan dasar men-dapat banyak pengetahuan baru seputar obat tradisional. Mereka jadi paham bahwa dalam pem-buatan simplisia, harus dipilih bagian tanaman yang berwar-na cerah, telah tua atau masak sempurna dalam keadaan segar, buah tidak keriput, kulit batang tidak retak, daun tidak busuk, tidak rusak oleh serangan ulat atau hama dan penyakit tanam-an lainnya, tidak berjamur atau berlumut, dan jangan memilih bagian yang telah berubah war-na atau layu.

Mereka pun berkesempatan mencari jawaban atas persepsi yang selama ini muncul tentang herbal. “Saya sering dengar ka-lau obat herbal itu tidak bisa me-nyembuhkan, hanya bisa mengu-rangi rasa sakit. Apa itu benar?” tanya Emil Pranata, warga Desa Lioka yang mengikuti pelatihan. “Obat tradisional perlu waktu un-tuk memperbaiki kerusakan tubuh karena herbal bekerja secara ho-listik. Dan penting bagi kita untuk mendapat diagnosis atas penya-kit. Kalau diagnosis benar, ra-muannya tepat, dan kita minum herbal secara disiplin, maka akan sembuh,” jawab Erna. Dis-kusi berlangsung hangat. Ba-nyak pertanyaan dilontarkan peserta, mulai dari efek sam-

ping obat tradisional, konsumsi jangka panjang, dan jenis-jenis Toga untuk mengobati keluhan kesehatan ringgan hingga pe-nyakit berat.

Peserta pelatihan juga dibe-ri pengetahuan singkat tentang beberapa jenis tanaman yang paling banyak digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan. Seperti sambiloto yang berkhasi-at mengobati influenza, demam tifoid, kencing manis, darah ting-gi, asam urat, eksem, TB Paru, li-ver, kencing nanah, hingga kan-ker. Ada juga daun dewa yang dapat mengobati tumor, penya-kit jantung, stroke, dan patah tulang. Atau alang-alang yang merupakan penghenti penda-rahan, penurun tekanan darah tinggi, obat demam, dan menga-tasi gangguan ginjal.

Di akhir sesi pelatihan, peser-ta mendapat contoh resep herbal. Sesi tersebut paling diminati. Pe-serta mendengarkan degan cer-mat dan mencatat resep herbal yang diberikan Erna. Misalnya un-tuk mengobati maag dan perut kembung, bisa merebus parutan kencur, bawang merah, kunyit, dan temulawak. Rebusan itu diminum tiga kali sehari. Sementara rebusan jahe, serai, kayu manis, lada hitam, dan gula merah, dapat dikonsum-si untuk menjaga kebugaran.[]

Hasil olahan tanaman obat dari Kecamatan Nuha dan daerah-daerah lain di Indonesia yang sudah mulai dipasarkan dan dirasakan khasiatnya untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan. Hasil olahan ini dipamerkan di pelatihan herbal dasar bagi masyarakat Desa Lioka.

Selain mendapat pelatihan budidaya padi dengan pola SRI Organik, warga Desa Lioka, Kecamatan Towuti, juga memperoleh kesempatan untuk belajar teknik menanam dan mengolah tanaman obat.

Pelatihan Herbal Dasar untuk Warga Lioka

Page 10: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201710 LAPORAN UTAMA

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Pegiat Herbal Mendalami KewirausahaanMenjadi pebisnis tidak melulu soal bakat. Pengusaha sukses dibentuk dan ditempa oleh lingkungan.

R umah tangga di desa-desa di Luwu Timur, terutama di Kecamatan Nuha dan

Wasuponda, setahun belakang-an begitu akrab dengan obat-o-bat tradisional racikan sendiri. Anggota Tim Penggerak PKK, anggota Kelompok Wanita Tani, para ibu rumah tangga, warga desa, hingga personel Pemerin-tah Desa giat menggarap kebun percontohan tanaman obat kelu-arga (Toga). Bahkan kini mere-ka sudah menjual olahan herbal berbentuk sediaan kering (sim-plisia), jamu segar, bubuk, hing-ga kosmetik seperti sabun her-bal, lulur, dan masker.

Meskipun sudah dinikmati oleh banyak orang dan sudah banyak yang merasakan khasi-at olahan tanaman obat, usaha kecil yang mereka rintis masih punya sejumlah kelemahan. Di antaranya adalah cara pemasar-an yang masih tradisional dari mulut ke mulut, belum punya standar pengolahan produk yang baku, dan belum ada standar ke-masan produk. Padahal cita-ci-ta semua pebisnis adalah me-ngembangkan sayap usahanya dan menjangkau pasar yang le-bih luas.

Ketika pegiat herbal sudah mahir dalam teknik budidaya dan pengolahan, tahapan pen-ting selanjutnya adalah menim-ba ilmu di bidang kewirausaha-an. Pada pertengahan Februa-ri 2017, pegiat herbal berkum-

pul di Rumah Kemitraan BP3K Model-Kecamatan Nuha untuk mengikuti pelatihan herbal lan-jutan. Pelatihan dengan agen-da pendalaman kewirausahaan jamu, praktik olahan jamu, dan perumusan kegiatan itu diikuti oleh lebih dari 50 peserta dari Desa Nikkel, Sorowako, Kelurah-an Magani (Kecamatan Nuha), dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri Desa Tabar-ano (Kecamatan Wasuponda).

Kegiatan pelatihan dan pen-dampingan budidaya serta peng-olahan tanaman obat mendapat dukungan dari Program Terpa-du Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale dan merupa-kan salah satu kegiatan unggulan dalam program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjut-an (PSRLB).

Perizinan dan merek dagangPelatihan kewirausahaan

yang berlangsung sehari penuh itu menghadirkan Erna Setiya-wati, pendiri Griya Daun Mas Husada, sebagai pemateri. Daun Mas merupakan produsen aneka ramuan tradisional untuk terapi kesehatan. “Meskipun dihadap-kan dengan sejumlah tantang-an, usaha mikro obat tradisio-nal dan jamu punya modal yang kuat, yaitu potensi sumberdaya alam Indonesia, tren gaya hidup back to nature yang semakin di-gemari masyarakat, dan jumlah penduduk yang semakin besar,” kata Erna.

Selain itu, menggeluti usa-ha obat-obatan tradisional juga punya empat kelebihan utama, yaitu bahan baku yang mudah didapat, biaya produksi relatif murah, harga jual yang terjang-kau untuk semua kalangan, dan pengurusan perizinan yang tidak terlampau sulit. Izin usaha me-rupakan salah satu syarat utama bagi pebisnis yang ingin membe-sarkan usahanya. “Pengetahuan menyeluruh seputar produk dan pasar, keilmuan yang benar, dan memiliki legalitas sesuai pera-turan merupakan rumus untuk mendirikan usaha mandiri yang top,” jelas Erna, yang saat ini se-dang menempuh studi di jurus-an Ilmu Kesehatan Timur untuk mendapatkan gelar Sarjana Usa-da. Dia juga memaparkan jenis industri dan usaha obat tradisi-onal—yaitu Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Usaha Jamu Racikan (UJR), dan Usaha Jamu Gendong (UJG)—berikut meka-nisme perizinannya.

Peserta juga mendapat wa-wasan seputar pentingnya me-milih nama dan membangun brand. Maka di akhir sesi kewi-rausahaan, peserta dibagi ber-dasarkan desa dan masing-ma-sing memilih satu nama untuk menjadi merek dagang. Kelom-pok Kelurahan Magani, misal-nya, memilih Rhombifolia seba-gai nama brand. Mereka memin-jam nama latin tanaman sidaguri (Sida rhombifolia L) yang menja-

di salah satu primadona di Luwu Timur. Rhombifolia akan mema-sarkan olahan herbal dalam ben-tuk minuman segar, minuman instan, sirup, dan simplisia. Ada juga produsen herbal yang me-milih bekerja secara perorangan alias tidak bergabung dalam ke-lompok. Asnaeni, misalnya, be-rencana memasarkan minuman instan dengan label Moahi yang artinya enak sekali dalam baha-sa Sorowako.

Sertifikasi pengobatSatu hal yang masih meng-

undang kebingungan di kalang-an pegiat herbal adalah rumus menentukan harga jual produk. Umumnya pengusaha mikro ha-nya menghitung biaya yang ke-luar untuk membeli bahan baku untuk menetapkan harga jual. Padahal masih banyak variabel lain, seperti kemasan, biaya te-naga kerja, dan biaya penyusut-an alat, yang perlu dimasukkan dalam komponen harga. “Nah, kalau ada pelatihan begini saya jadi tahu kalau ada biaya listrik, biaya gas, dan biaya tenaga yang harus dihitung. Cara menghi-tungnya juga saya mulai paham,” kata Mimi Rosita, salah seorang peserta pelatihan yang belum pernah mendapatkan wawas-an kewirausahaan sebelumnya.

Pelatihan semakin menarik ketika diselingi dengan praktik olahan herbal yang dikombina-sikan dengan cokelat sebagai ba-han perasa. Dengan olahan her-bal berbentuk cokelat batangan dan rasa yang manis, konsumen yang tidak menyukai rasa jamu pahit punya alternatif sediaan herbal yang enak disantap.

Di akhir pelatihan, peserta yang serius mendalami herbal didata untuk kemudian disiap-kan mengikuti seritifikasi ting-kat nasional menjadi pengobat tradisional (Battra). “Bagi yang serius untuk mendapatkan ser-tifikat pengobat, mulai sekarang persiapkan diri. Kenali tanaman obat secara detail karena nanti akan menempuh ujian nasional. Dalam ujian itu, ibu-ibu diminta mengidentifikasi lebih dari 100 simplisia dan meramu obat se-suai resep yang diberikan peng-uji,” kata Erna. Peserta pelatih-an menyambut antusias rencana seritifikasi Battra. “Takut juga sih kalau harus ikut ujian nasi-onal, tapi saya kepengin sekali. Mulai siap-siap deh, belajar te-rus, siapa tahu rezeki saya jadi pengobat tradisional,” kata Asri-na, yang berencana memasarkan produk jamu cair dengan merek Asrijam.[]

Peserta pelatihan mencatatkan nama kelompok, anggota, dan olahan andalan mereka. Diharapkan peserta yang namanya sudah tercatat akan serius mendalami bisnis herbal.

Setelah memiliki wawasan yang cukup seputar teknik budidaya dan cara mengolah tanaman obat, warga Kecamatan Nuha dan Wasuponda mendapatkan pelatihan kewirausahaan herbal. Tujuannya adalah mencetak pengusaha obat herbal yang mandiri sekaligus memperkenalkan potensi daerah ke pasar yang lebih luas.

Page 11: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201711LAPORAN UTAMA

L ima puluh petani berdiri membentuk lingkaran. Keti-ka instruktur memberi aba-

aba, mereka kompak meneriak-kan seruan, “Pantang mundur!” sebanyak tiga kali. Tangan me-reka meninju udara, suara tiap orang terdengar jelas di baruga balai desa yang setengah terbu-ka. Bahkan beberapa orang me-nambahkan yel-yel itu dengan, “Pantang mundur tanam SRI!”

Begitulah suasana Pembela-jaran Ekologi Tanah (PET) dan Pengenalan Budidaya System of Rice Intensification (SRI) Orga-nik yang dilakukan di Desa Bu-angin, kawasan Mahalona, Ke-camatan Towuti, 20-24 Maret 2017. Lima puluh petani peserta pelatihan itu berasal dari dua ke-lompok, yaitu Mutiara Tani dan Sido Muncul. Selama lima hari, mereka mengidentifikasi teks-tur tanah, daya kapiler tanah, kemampuan tanah mengikat air, dan tingkat aerasi tanah. Selan-jutnya, petani dibekali dengan teknik membuat kompos, mikro organisme lokal (MOL), dan prin-sip budidaya SRI Organik. Pela-tihan tersebut menjadi bagian dari rangkaian kegiatan dalam Program Terpadu Pengembang-an Masyarakat (PTPM) PT Vale

yang menggandeng konsultan pertanian Yayasan Aliksa Or-ganik SRI.

Desa Buangin merupakan kawasan transmigrasi. Warga kebanyakan merupakan trans-migran dari Banjar dan Banten, dan sudah berdomisili di Bua-ngin sejak 2011. Mereka meng-aplikasikan pengetahuan ber-tani dari kampung halaman ke tempat tinggal baru. Pola yang digunakan adalah pertanian konvensional yang bertumpu pada penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Panen perdana dilakukan pada 2014 dengan ha-sil 1 ton per hektar. Tahun-tahun selanjutnya hasil panen konstan.

Meskipun belum pernah mengalami puso, tidak tampak keraguan sedikitpun dari petani Buangin untuk mempraktikkan SRI Organik di musim tanam se-lanjutnya. Apa yang membuat mereka ingin mengubah perila-ku bertani dari yang sudah pu-luhan tahun mereka jalani? Ada cerita menarik di balik keterta-rikan para petani Desa Buangin.

PemicuSemua berawal dari kelang-

kaan pupuk. Di awal 2017, pe-tani memasuki musim tanam.

Dua bulan berlalu dan petani tak kunjung mendapatkan pu-puk NPK dan TSP. Keresahan itu terdengar hingga ke desa sebe-lah, Desa Libukan Mandiri, teru-tama ke Kelompok Tani (KT) Ha-rapan Mulya, yang sudah mem-praktikkan pola SRI Organik se-lama tiga musim tanam.

Sebenarnya petani di Desa Buangin sudah tidak asing de-ngan pertanian bebas-bahan kimia. Mereka sudah pernah mendapat pelatihan pembuat-an kompos dari Petugas Penyu-luh Lapangan (PPL) dua tahun silam. Namun tanpa tindak lan-jut dan pendampingan, kompos yang sudah dibuat ditumpuk be-gitu saja dan tidak terpakai.

Tahun ini, lain cerita. Sukam-

to, salah seorang anggota KT Ha-rapan Mulya, adalah sosok yang pertama kali mendengar keluhan para petani KT Mutiara Tani dan Sido Muncul. “Saya lalu bicara sama Pak Kariman (pendamping dari Yayasan Aliksa, red), bagai-mana caranya kita bisa bantu teman-teman di Buangin? Saya dan Pak Kariman lalu datang ke Kepala Desa Buangin dan ke ke-tua kelompok tani. Tiga hari itu kita datangi terus rumahnya un-tuk kasih penjelasan tentang SRI. Alhamdulillah mereka mau teri-ma dan Pak Alik (pendiri Yaya-san Aliksa, red) juga setuju untuk ngasih pelatihan,” kata Sukamto.

Maka dimulailah Pembelajar-an Ekologi Tanah (PET) dan Pe-ngenalan Budidaya SRI Organik

di Desa Buangin. Tiap petani me-miliki lahan seluas 0,9 hektar yang merupakan alokasi lahan garapan bagi transmigran. Seba-gian besar petani tertarik untuk menerapkan SRI Organik di se-luruh luasan lahan yang mereka miliki. Jika hal itu terealisasi, tak kurang dari 40 hektar lahan da-lam hamparan luas akan menja-di media tumbuh bagi padi sehat dan ramah lingkungan. “Saya ya-kin kalau SRI ini lebih sehat, ha-sil lebih banyak, dan biayanya le-bih ringan. Karena itu saya akan SRI-kan sawah saya, semuanya, 0,9 hektar itu. Setelah dapat pe-latihan ini saya jadi semakin ya-kin. Yang penting kita berusaha dulu,” kata Totok, Ketua KT Mu-tiara Tani.

Enggan Memakai Pupuk Kimia Lagi

Di beberapa tempat, praktik SRI Or-ganik tidak berjalan maksimal di musim tanam perdana karena waktu pengenalan yang kurang tepat. Seringkali pelatihan di-lakukan ketika petani sudah masuk musim tanam baru dan jerami hasil panen musim sebelumnya sudah habis dibakar. Di Bua-ngin, petani baru akan panen di bulan Mei

dan musim tanam selanjutnya dijadwalkan pada Agustus 2017. Sehingga masih cukup waktu bagi mereka untuk mengumpulkan jerami, membuat kompos dan MOL.

Satu hal lagi yang menarik adalah petani di Buangin sudah enggan dengan pupuk kimia. Desa Buangin menjadi satu dari 38 desa yang tersentuh Program Mitra Desa Mandiri (PMDM). Di tahun anggar-an 2016, warga mengusulkan bantuan

pengadaan pupuk kimia sebanyak 1.323 sak dengan total anggaran Rp60 juta. Na-mun di tahun anggaran berikutnya, me-reka tidak lagi memasukkan kegiatan se-rupa saat musyawarah desa penjaringan usulan. “Tidak mau lagi mereka usulkan bantuan pupuk karena percuma. Langka pupuk jadi bantuan tidak datang-datang. Daripada mereka terus mengharap, lebih baik mereka bikin kompos sendiri saja,”

kata Fasilitator PMDM-Kecamatan Towu-ti Faisal Halim.

“Memang lebih bagus pakai kompos bi-kinan sendiri. Enggak usah tunggu-tung-gu pupuk lagi. Iya kalau datang, kalau ti-dak? Bisa-bisa kita ndak jadi nanam. Ka-lau masalah repotnya bikin kompos, ya memang repot. Tapi kita ini petani sudah biasa kerja sawah, jadi ya, enggak masa-lah buat kita,” kata Totok.[]

SRI Organik Menyapa Desa BuanginSetelah menorehkan keberhasilan di Desa Libukan Mandiri, pola SRI Organik menyebar ke wilayah lain di kawasan Mahalona. Tahun ini, praktik pertanian ramah lingkungan itu diadopsi oleh petani di Desa Buangin

Petani dari Kelompok Mutiara Tani dan Sido Muncul, Desa Buangin, yang menjadi peserta pelatihan SRI Orga nik. Mereka tertarik memelajari SRI Organik karena kelangkaan pupuk dan melihat keberhasilan petani organik di desa tetangga.

Peserta pelatihan mempraktikkan cara membuat MOL dan kompos. Mereka

berkomitmen untuk beralih dari pupuk kimia ke kompos yang ramah lingkungan.

Page 12: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201712 LAPORAN UTAMA

“S aya tidak pernah membayangkan sua-tu hari bisa memberi

pelatihan. Saya ini tahunya, ya, hanya jadi petani. Kok sekarang bisa seperti jadi guru,” kata Su-

kamto tanpa bisa menyembunyi-kan senyum dari wajahnya. Su-kamto adalah satu dari empat petani anggota Kelompok Tani (KT) Harapan Mulya yang men-jadi trainer atau pemandu da-lam Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) dan Pengenalan Budidaya

System of Rice Intensification (SRI) Organik yang dilakukan di Desa Buangin, pertengahan Ma-ret 2017. Dia bersama Sujarwo, Sutrisno, dan Wasman bergan-tian memberikan materi kepa-da 50 petani peserta pelatihan.

Sukamto mendapat materi tentang tekstur tanah, semen-tara Sujarwo membagi penga-lamannya selama tiga musim mempraktikkan SRI Organik di Desa Libukan Mandiri yang ber-tetangga dengan Desa Buangin. “Dulu waktu kami dapat pelatih-an SRI, rumpun padi yang di-contohkan Pak Alik (Alik Su-taryat, pendiri Yayasan Aliksa Organik SRI, red) harus diba-wa jauh-jauh dari Bali. Kalau sekarang teman-teman di Bu-angin tinggal lihat saja sawah di Libukan, di tempat kami. Kalau mau tanya-tanya juga setiap saat bisa karena desa kita dekat. Semoga itu mem-buat pembelajaran SRI Organik jadi lebih mudah bagi teman-te-man semua,” kata Sujarwo yang berbicara dengan lancar dan lantang. Tidak tam pak demam panggung sedikitpun.

Para petani kader itu merasa percaya diri karena sudah meng-ikuti training of trainer (ToT) pada November 2016 silam. ToT tersebut diikuti 25 orang peserta yakni 16 tenaga teknis dari Ba-dan Penyuluhan Pertanian Per-ikanan dan Kehutanan (BP3K) dan 9 petani kader yang telah menjalankan budidaya SRI Orga-nik. ToT yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Dae-rah Luwu Timur, Asosiasi Ma-syarakat Organik (AKAR) Lutim, dan PT Vale itu bertujuan menyi-apkan petani dan tenaga teknis pertanian agar menjadi trainer andal. Selain ToT, bekal penga-laman petani anggota KT Harap-an Mulya yang sudah memprak-tikkan SRI Organik selama tiga musim tanam juga menambah rasa percaya diri mereka saat memandu pelatihan.

Terbukti, pelatihan yang di-bawakan oleh petani kepada pe-tani berjalan hangat dan efektif. Peserta tidak ada rasa sungkan untuk bertanya dan penjelasan yang diberikan oleh trainer ber-dasarkan pada pengalaman nya-ta, bukan teori semata.

AntusiasKetika diberi pelatihan oleh

sesama petani yang notabene adalah teman sendiri, apakah tidak ada keraguan? Apakah pe-serta percaya kemampuan para pemandu? “Wah, saya lihat sen-diri mereka sudah berhasil di Libukan. Ya jelas saya percaya. Saya senang dapat pelatihan begini. Jadi semangat rasanya,” kata Ratiem, anggota KT Mutiara Tani yang menjadi salah seorang peserta pelatihan.

Antusiasme peserta begitu je-las. Di hari pertama, pelatihan diikuti oleh 40 peserta. Di hari kedua dan ketiga, jumlah peser-ta bertambah menjadi 46 dan 50. Ketertarikan petani Desa Bu-angin untuk mendalami SRI Or-ganik dipicu oleh rasa “iri” mere-ka terhadap desa tetangga yang sudah sukses menerapkan SRI, bertambah luas wawasannya, bertambah produksi padinya, dan bisa menjual gabah kering

yang berkualitas, bahkan kini beras dari Libukan Mandiri su-dah mendapatkan sertifikat or-ganik yang tentu bisa menaikkan nilai jual. “Yang pasti organik lebih sehat. Itu dulu yang kita cari. Petaninya sehat, yang ma-kan hasilnya juga sehat. Kalau bisa bikin orang lain sehat, kan, pahala,” kata Totok, Ketua KT Mutiara Tani yang sehari-hari menggarap sawah bersama istri dan tiga orang anaknya.

Antusiasme peserta pelatihan memompa semangat para pe-mandu. “Saya gembira karena teman-teman mau menerima penjelasan dari kami-kami yang petani ini. Sekarang kami masih dibantu sama Pak Kariman (pen-damping dari Yayasan Aliksa, red), Pak Nanang (instruktur dari Yayasan Aliksa, red), dan Pak Alik untuk kasih pelatihan. Mungkin nanti kalau kami su-dah belajar lebih banyak lagi, punya pengalaman yang lebih

banyak, bisa bikin pelatihan sen-diri,” kata Sukamto.

Yang disebutkan Sukamto itu sejalan dengan Peraturan Men-teri Pertanian No. 52/2009 ten-tang Metode Penyuluhan Perta-nian. Dalam Permentan itu di-sebutkan tentang kursus tani yang mencetak petani kader un-tuk mempercepat proses adop-si teknologi. Petani kader akan senentiasa termotivasi menggali pengetahuan dan keterampilan, mendorong tumbuhnya kreati-vitas dan kepercayaan diri pe-tani. Pada akhirnya petani ka-der akan menjadi individu yang berpengetahuan, cakap, dan te-rampil mengelola usaha taninya. Bagi kalangan pemuda, kursus tani yang bermuara para petani kader diharapkan menjadi pro-ses regenerasi pemuda untuk menggantikan orangtua sebagai petani yang lebih maju.[]

Dari Petani Menjadi Pemandu

Menjadi petani bukan melulu berurusan dengan pekerjaan menggarap sawah. Petani juga punya peluang mengembangkan diri menjadi seorang trainer yang menyebarkan ilmu kepada sesama petani.

Peserta pelatihan mempraktikkan cara membuat MOL dan kompos. Mereka berkomitmen untuk beralih dari pupuk kimia ke kompos yang ramah lingkungan.

Suasana pelatihan yang kental nuansa “dari petani ke petani”.

Lokasi lahan persawahan di Desa Buangin yang diproyeksikan menjadi lokasi tanam padi organik, jelang akhir 2017.

Page 13: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201713WAWASAN

K etika pegiat obat tradisio-nal dari Kecamatan Nuha dan Wasuponda mengikuti

pelatihan kewirausahaan pada pertengahan Februari 2017, me-reka mendapat wawasan seputar industri dan usaha obat tradisio-nal sesuai Peraturan Menteri Ke-sehatan No. 006/2012. Izin usa-ha sangat penting sebagai bukti sah atas pemberian izin menja-lankan usaha oleh pemerintah, sebagai alat perlindungan hu-kum, dan memudahkan pengu-saha kecil untuk mengembang-kan usaha.

Dalam Peraturan Menteri Ke-sehatan tersebut, obat tradisio-nal didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan terse-but yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengo-batan, dan dapat diterapkan se-suai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam aturan itu disebutkan beberapa jenis in-dustri dan usaha obat tradisio-nal, namun Verbeek akan fokus menuliskan empat jenis usaha yaitu Usaha Kecil Obat Tradisi-onal (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Usaha Jamu Racikan (UJR), dan Usaha Jamu Gendong (UJG).

UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sedia-an obat tradisional, kecuali tablet dan efervesen. UMOT membu-

at sediaan obat tradisional da-lam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar, dan rajangan. UJR adalah usaha yang dilaku-kan oleh depot jamu atau seje-nisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampur-an sediaan jadi dan/atau sediaan segar untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Sementara UJG dilakukan oleh perorang-an dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan segar dengan tujuan un-tuk dijajakan langsung kepada konsumen. Berdasarkan kecen-derungan, usaha olahan herbal di Luwu Timur bisa dikategori-kan UMOT, UJR, dan UJG.

Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban menjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk obat tradisional yang diha-silkan. Produsen juga wajib melakukan penarikan pro-duk obat tradisional dari pere-daran jika tidak dapat memenu-hi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu.

UKOT dan UMOT Wajib Punya Izin

Satu hal yang perlu digarisba-wahi, setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wa-jib memiliki izin, kecuali usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Kewenangan pemberi-an izin UKOT diberikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provin-

si, sementara izin UMOT diberi-kan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.

Paling lama tujuh hari ker-ja sejak menerima permohonan izin UMOT, Kepala Dinas Kese-hatan akan menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan. Tim memeriksa kesiapan adminis-trasi dan teknis. Paling lama tu-juh hari kerja setelah meneri-ma hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan akan menye-tujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat.

P e -megang izin usa-ha obat tradisio-nal wajib menyampai-kan laporan setiap enam bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang di-

gunakan, serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Lapor-an UKOT disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Laporan UMOT disampaikan kepada Kepala Di-nas Kesehatan Kabupaten de-ngan tembusan kepada Kepala Balai setempat.

Peraturan Menteri Kesehatan itu juga menyatakan bahwa seti-ap industri dan usaha obat tradi-sional dilarang membuat segala jenis obat tradisional yang me-ngandung bahan kimia hasil iso-lasi atau sintetik yang berkhasiat obat, dilarang membuat obat tra-

disional dalam ben-tuk intravaginal,

tetes

mata, sediaan parenteral (me-nempatkan obat di luar saluran cerna, contohnya dengan cara disuntikkan atau dihirup), sup-positoria (obat padat berbentuk peluru yang dimasukkan ke da-lam anus) kecuali untuk wasir, atau obat tradisional dalam ben-tuk cairan obat dalam yang me-ngandung etanol lebih dari 1%.

Dengan memegang izin, pe-laku usaha kecil dan mikro bisa mendapat akses pembinaan yang dilakukan secara berjen-jang oleh Direktur Jenderal, Di-nas Kesehatan Provinsi, dan Di-nas Kesehatan Kabupaten. Pem-binaan terhadap Usaha Jamu Ra-cikan dan Usaha Jamu Gendong dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten.[]

• Surat permohonan.• Fotokopi akta pendirian badan

usaha perorangan. • Susunan Direksi/

Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas jika yang mengajukan permohonan bukan perseorangan.

• Fotokopi KTP/identitas pemohon.

• Pernyataan pemohon tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmas

• Fotokopi bukti penguasaan.tanah dan bangunan.

• Surat Tanda Daftar Perusahaan jika yang mengajukan permohonan bukan

perseorangan.• Fotokopi Surat Izin Usaha

Perdagangan jika yang mengajukan permohonan bukan perseorangan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

• Fotokopi Surat Keterangan Domisili.

Syarat Mengajukan Izin UMOT:

Ingin Punya Perlindungan Hukum? Daftarkan Izin Usaha Herbal Anda!Memiliki izin usaha punya banyak manfaat, mulai kepastian hukum hingga peluang mendapat pembinaan.

Page 14: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201714 KREASI

D i pengujung pelatihan kewirausa-haan akhir Februari 2017, seba-nyak 50 pegiat herbal memprak-

tikkan cara membuat cokelat batangan yang dicampur dengan tanaman obat. Rasanya enak. Rasa cokelat yang manis tetap dominan, dan setelah dikunyah ada sensasi herbal di pangkal lidah. Bagi Anda yang tidak menyukai olahan ta-naman obat yang pahit, atau kesulitan membujuk anak mengonsumsi obat tra-disional, kreasi tersebut bisa dicontoh. Selain cokelat herbal, masih ada kreasi olahan lain berbahan tanaman obat yang menarik untuk dijajal. Selamat mencoba!

Cokelat HerbalMungkin Anda mengeryitkan dahi ke-

tika pertama mendengar kata cokelat te-mulawak. Siapa sangka ternyata rasanya enak! Plus kita mendapat manfaat kese-hatan dari temulawak, seperti meme-lihara fungsi hati dan memperba-iki kinerja organ pencernaan. Cara membuatnya pun sangat sederhana.

Bahan• 1 batang cokelat ma-

sak putih, potong kecil-kecil. Jika ingin cokelat mele-leh lebih cepat, bisa di-serut terlebih dulu.

• ½ sendok teh temulawak bubuk

Langkah1. Lelehkan cokelat putih dengan cara

ditim (isi panci dengan air, jangan sampai penuh. Letakkan panci ber-isi potongan/serutan cokelat di atas panci pertama. Jangan sampai ada air atau uap air masuk ke panci kedua).

2. Gunakan api kecil/sedang untuk me-lelehkan cokelat, sambil terus dia-duk supaya tidak ada bagian cokelat yang menggumpal.

3. Setelah cokelat batangan me-leleh sempurna, masukkan temulawak. Aduk rata.

4. Cetak menggunakan cetakan aneka bentuk.

5. Setelah suhu turun, masukkan ke da-lam kulkas hing-ga cokelat kembali mengeras.

6. Sajikan sebagai camilan se-hat.

Wedang UwuhJika Anda kerap berkunjung ke Yog-

yakarta, maka wedang uwuh tidak lagi asing bagi lidah Anda. Uwuh, dalam ba-hasa Jawa, artinya sampah. Dinamakan demikian karena minuman itu terbu-at dari berbagai jenis daun, akar, dan kayu herbal yang sengaja tidak diha-luskan sehingga tampilannya seperti

minuman dengan sampah di dalam-nya. Berkat campuran aneka rempah, rasa wedang uwuh menjadi manis-pe-das dengan aroma yang menyegarkan.

Manfaat utama wedang uwuh ber-kaitan dengan melancarkan per-edaran darah dan meningkatkan

sistem kekebalan tubuh. Selain itu, bisa juga untuk meredakan nyeri perut, melancarkan pencernaan, dan melega-kan pernafasan.

Bahan• 1.000 ml air• 50 gr kayu secang serut kering• 50 gr jahe, kupas• 2 batang kayu manis• 10 butir cengkeh• 2 butir pala utuh• 2 batang serai• Gula batu sesuai selera

Langkah1. Bakar jahe dan serai, memarkan.2. Rebus air, masukkan seluruh bahan.

3. Masak dengan api se-dang hingga mendidih

dan air sudah ber-warna merah.

4. Masukkan ke dalam gelas tanpa disa-

ring untuk mendapatkan sen-sasi minuman “sampah”.

5. Sajikan hangat.

Bir PletokJika kita punya sarabba sebagai mi-

numan tradisional yang sangat dige-mari, masyarakat Betawi punya bir ple-tok yang merupakan minuman penyegar berbahan campuran rempah. Walaupun mengandung kata bir, bir pletok tidak mengandung alkohol. Minuman ini ber-khasiat untuk memperlancar edaran da-rah dan dikonsumsi orang pada malam hari sebagai penghangat tubuh.

Bahan• 2 liter air putih• 500 gr gula pasir• 5 batang serai• 6 butir cengkeh• 25 gr kayu secang• 1/2 biji pala• 3 biji kapulaga• 250 gr jahe segar, memarkan

Langkah1. Rebus air, masukkan gula, aduk sam-

pai larut. 2. Setelah mendidih, masukkan jahe, se-

rai, kapulaga, pala, cengkeh. Masak de-ngan api kecil agar aromanya keluar.

3. Masukkan kayu secang dan sedikit garam agar rasanya lebih segar gu-rih. Didihkan sekali lagi, lalu matikan kompor.

4. Sajikan hangat[]

Peserta pelatihan kewirausahaan herbal mempraktikkan cara membuat olahan cokelat temulawak. Pelatihan dilakukan Februa ri 2017 di Rumah Kemitraan BP3K Model-Kecamatan Nuha dan diikuti oleh lebih dari 50 peserta dari Kecamatan Nuha dan Wasuponda.

Resep Herbal KreatifAnda tidak suka rasa olahan herbal yang pahit? Coba alternatif olahan berikut.

Page 15: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201715INSPIRASI

Memanfaatkan biogasTidak selamanya desa man-

diri energi diw ujudkan melalui modal besar dan pembangunan infrastruktur yang rumit. Desa Kesenet di Banjarnegara, Jawa Tengah, telah membuktikannya. Masyarakat di desa itu meng-gantungkan hidupnya dengan menggarap perkebunan salak. Sebagai usaha sampingan, war-ga memelihara ternak sapi dan kambing karena lingkungan se-kitar menyediakan banyak pa-kan. Lagi-lagi seorang pemuda desa, Teguh Haryanto, yang me-lihat peluang dari usaha sam-pingan warga. Kotoran ternak yang semula hanya dibuang atau maksimal dijadikan pupuk, di Kesenet diolah menjadi biogas.

Awalnya Teguh ragu karena secara teori biogas membutuh-kan minimal 40 ekor kambing atau 10 ekor sapi. Sementara ra-

ta-rata warga Kesenet hanya me-miliki 5 kambing atau 2 sapi saja. Untuk membuat kandang komu-nal pun banyak tantangan kare-na warga sudah terbiasa meme-lihara ternak secara individu. Se-

lain itu, untuk membuat instalasi biogas, perlu dana Rp30-Rp40 juta. Namun Teguh dan warga Kesenet tidak putus asa. Mere-ka melakukan percobaan di luar teori yang ada. Akhirnya sejum-

lah modifikasi dibuat. Misalnya, kalau seharusnya digester dicor beton atau fiber, maka mereka gunakan plastik saja. Instalasi sederhana itu hanya memerlu-kan biaya Rp3-4 juta.

Warga yang biasanya mengisi 3 tabung elpiji tiap bulan atau se-tara dengan Rp60.000 kini tidak lagi membutuhkannya. Uang bisa dialihkan untuk biaya pendidik-an anak atau untuk membayar iuran BPJS Kesehatan. Selain itu, limbah padat biogas dapat di-manfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Dengan pupuk buatan sendiri itu, petani salak menghemat biaya Rp4 juta per tahun untuk 600 pohon salak. Sampai sekarang sudah ada 42 rumah yang memproduksi bio-gas berbahan baku kotoran sapi atau kambing. Berkat inovasi itu, Kesenet mendapat penghargaan Desa Mandiri Energi 2015 ting-kat Provinsi.

Sementara itu, Desa Kalisa-ri, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sudah menjadi sen-tra industri rumahan tahu se-jak 1965. Pemandangan sungai penuh limbah dan bau menye-ngat sudah menjadi “makanan” warga sehari-hari, selama pu-luhan tahun. Namun sejak 2009, Desa Kalisari berhasil mengolah limbah tahu menjadi biogas de-ngan pendampingan teknologi dari BPPT. Limbah yang tadinya menjadi sumber masalah di desa, sekarang justru menjadi manfaat bagi masyarakat berupa energi terbarukan.

Saat ini, 5 unit reaktor biogas di Kalisari telah mampu meng-olah limbah dari 142 dari total 250 home industry tahu di desa tersebut. Unit biogas itu sudah mampu menopang kebutuhan energi bagi 210 rumah dari to-tal sekitar 1000 rumah di selu-ruh desa.[]

T anpa kita minta, alam me-nyediakan segala kebutuh-an. Mulai dari pangan, ba-

han baku pembuat hunian yang sebagian besar diambil atau di-olah dari alam, hingga pakaian yang terbuat dari serat tumbuh-an. Bahkan alam menyediakan sumber energi yang bisa diman-faatkan untuk pembangkit te-naga listrik. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Terting-gal dan Transmigrasi menya-takan bahwa Indonesia adalah gudangnya potensi energi baru terbarukan. Banyak data yang menyebutkan potensi energi terbarukan di Indonesia men-capai 300.000 Mega Watt. Na-mun, hingga kini baru 3 persen yang termanfaatkan.

Energi panas bumi, tenaga surya, air, maupun bahan ba-kar nabati bisa menjadi sumber energi terbarukan yang bisa di-manfaatkan sehingga desa man-diri energi bukanlah cita-cita yang mustahil. Sudah banyak desa yang merintis kemandi-rian energi karena enggan me-nyia-nyiakan potensi daerahnya yang melimpah.

Misalnya di Desa Kamang-gih di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Walau letaknya terpencil, jauh dari ibu kota kabupaten, Wai-ngapu, tetapi sekitar 2000 jiwa penduduknya telah 100% me-nikmati listrik yang diperoleh dari energi terbarukan. Semua

bermula dari seorang tokoh pe-muda, Umbu Hinggu Panjanji, yang gelisah melihat kondisi Ke-manggih. Tidak ada layanan ke-sehatan, air bersih sulit didapat, penerangan hanya mengandal-kan lampu minyak tanah. Me-reka termasuk di antara 60 juta penduduk Indonesia yang tidak punya akses listrik.

Kemudian datang aktivis LSM yang membantu memba-ngun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di salah satu sumber mata air di hutan dekat desa pada 2011. Masya-rakat bergotong royong memba-ngun pembangkit listrik itu sam-pai selesai. Umbu mendirikan koperasi untuk mengelola listrik yang dihasilkan PLTMH. Karena warga desa tak punya keahlian teknis maka mereka menjalin kerja sama dengan Perusaha-an Listrik Negara (PLN).

Koperasi menjual listrik seharga Rp475/KWh ke PLN. Sementara penduduk mem-bayar ke PLN Rp20.000 per bulan. Dari hasil penjual-an itu, setiap bulan koperasi mendapat tiga sampai empat juta rupiah dari PLN. Berkat kerja sama tersebut, kegi-atan operasional dan peme-liharaan PLTMH dilakukan oleh PLN, bukan oleh kope-rasi maupun oleh warga. PLN juga membayar gaji para tek-nisi PLTMH. Teknisi meru-pakan anggota koperasi yang

mendapat pendidikan dan pe-latihan khusus.

Kemandirian energi di Desa Kamanggih tidak berhenti sam-pai di situ. Koperasi mengajak masyarakat membangun bio-gas untuk keperluan memasak. Sekarang sudah 120 kepala ke-luarga menggunakan bahan ba-kar biogas. Perlahan mereka mulai mengurangi penggunaan kayu bakar yang selama ini menja-di penyebab tingginya tingkat pe-

nyakit infeksi saluran pernapasan.Pada 2013, BUMN minyak dan

gas memberi bantuan kepada ma-syarakat berupa pembangkit lis-trik tenaga angin. Listrik yang di-hasilkan setiap kincir angin sebe-sar 500 Watt. Ada 100 unit yang terpasang sehingga total meng-hasilkan 50 KW, ditambah daya PLTMH sebesar 37 KW. Seca-ra keseluruhan Desa Kamang-gih menghasilkan listrik 87 KW. Jumlah ini cukup untuk kebutuh-

an listrik desa, bahkan berlebih sehingga Kamanggih bisa mene-rangi desa-desa tetangga.

Dampak keberadaan lis-trik di Desa Kamanggih ter-nyata luas. Warga tak perlu lagi mengambil air di lembah-lem-bah yang jauh atau mencari kayu bakar. Waktu luang ba-nyak digunakan untuk berta-ni dan berkebun. Hasilnya, me-reka mulai mandiri pangan dan ekonomi desa makin membaik.

Desa Kalisari, Kabupaten Banyumas memanfaatkan limbah tahu menjadi biogas. Inovasi sistem pengolah limbah dan penghasil biogas, telah mengantar Desa Kalisari menuju Desa Mandiri Energi.

Warga Desa Kamanggih, Pulau Sumba, NTT, membangkitkan listrik dari tenaga surya, angin, air sungai, bahkan kotoran ternak untuk mewujudkan 100% energi terbarukan pada 2025. Selain memenuhi kebutuhan listrik, warga Desa Kamanggih juga mengandalkan energi terbarukan untuk memasak. Bahkan untuk bahan bakar kendaraan, warga memilih menggunakan bioetanol yang berasal dari pohon lontar, singkong, atau jagung.

Mewujudkan Mimpi Kemandirian Energi

Page 16: Monev PMDM Kecamatan Nuha Muncul Kesadaran Berswadaya · Kewirausahaan Laporan Utama > Hal 7 Rekomendasi Tim monev . PMDM 2016 Laporan Utama > Hal 5 Monev PMDM Wasuponda: Gagasan

VERBEEK EDISI 31 | 201716 GALERI FOTO

Pembentukan kelompok herbal Dusun Molindowe Desa Lioka

dengan anggota 15 orang pada Maret 2017.

Pembentukan KUD Lioka pada Maret 2017 diikuti petani SRI dan pegiat herbal.

Pembangunan pagar TK Al-Fatiha Desa Pekaloa didanai

PMDM 2016 senilai Rp44.400.000. Foto by Faisal Halim

Pembuatan MOL oleh kelompok herbal Polapi Desa Lioka-saat ini 10 anggota aktif sudah memulai kegiatan tanam.

Pengolahan lahan oleh kelompok herbal Polapi pada Februari 2017 untuk dijadikan kebun tanaman obat di area kantor desa Lioka yang baru dibangun.

Pelatihan herbal lanjutan dan pelatihan kewirausahaan 22-23

Maret 2017 di BP3K Model-Nuha peserta 43 orang dari PKK

dan KWT se-Nuha. Foto by Aliksa.

Galeri FotoMomen yang tertangkap kamera sepanjang pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). Jika Anda memiliki foto-foto yang terkait dengan pelaksanaan PTPM, silakan kirim ke Redaksi Tabloid Verbeek melalui email [email protected] (ukuran foto minimal 500KB). Foto yang dimuat akan mendapatkan suvenir menarik.