mokar
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tujuan kegiatan praktikum berbeda dengan tujuan kegiatan penelitian,
walaupun keduanya sama-sama sering dilaksanakan di laboratorium. Praktikum
bertujuan untuk mempraktikkan teori yang sudah ada dengan tujuan membantu proses
belajar mengajar. Sedangkan penelitian bertujuan untuk mendapatkan teori baru dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam program pendidikan perguruan tinggi
jenjang akademik strata-1, kegiatan praktikum dan penelitian keduanya diberikan dalam
rangka mendidik calon sarjana yang menguasai ilmu pengetahuan yang sudah ada serta
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang ilmu teknik mesin, kegiatan praktikum dapat dilaksanakan
di laboratorium, karena obyek ilmu teknik mesin adalah proses atau fenomena alam dan
usaha rekayasanya dalam bentuk mekanisme.Kegiatan ini untuk membentuk manusia
dalam melakukan berbagai kegiatan fisik dalam hidupnya. Kegiatan praktikum dapat
dilaksanakan dengan mengguanakan instalasi percobaan seperti model fisik dari
obyeknya atau dengan cara simulasi matematik dengan menggunakan software
computer.
Praktikum mempunyai peranan penting, terutama untuk membantu
memahami teori, proses atau karakteristik dari berbagai fenomena dan hasil rekayasa
dalam bentuk rekayasa yang komplek sehingga sulit dipahami apabila hanya
diterangkan melalui proses perkuliahan di kelas.
Motor bakar atau internal combustion engine merupakan hasil rekayasa
mekanisme dari proses konversi energi yang sangat luas penggunaanya, terutama
mesin-mesin alat transportasi, mesin-mesin pertanian dan lain-lain. Motor bakar yang
digunakan pada percobaan praktikum ini adalah jenis motor bakar Diesel. Motor bakar
yang digunakan sampai sekarang adalah jenis motor bakar torak (reciprocating engine)
dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin (spark ignition engine) dan motor diesel
(compression ignition engine). Motor bakar yang digunakan pada percobaan praktikum
ini adalah jenis motor bakar Diesel. Untuk mengetahui karakteristik suatu motor bakar
torak yang cocok untuk suatu kebutuhan, maka kita harus melakukan pengujian
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
terhadap motor bakar tersebut, dalam hal ini berupa variable speed test, yaitu pengujian
dengan putaran yang bervariasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum motor bakar adalah :
1. Mendapatkan berbagai karakteristik kinerja (performance characteristics) dari motor
Diesel, melalui kegiatan pengujian di laboratorium motor bakar yang dilakukan oleh
mahasiswa.
2. Mengevaluasi data karakterstik kinerja tersebut kemudian membandingkannya
dengan karakteristik kinerja yang bersesuaian dengan yang ada dalam buku referensi.
3. Menggambarkan Diagram Sankey, yaitu diagram yang menggambarkan
keseimbangan panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar
4. Mengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gas
buang berupa Carbon Monoksida.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2
Energi Kimia(bahan bakar)
Energi Panas(gas panas)
Energi(Torsi poros mesin)
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Motor Bakar
Motor bakar adalah suatu mesin konversi energi yang berfungsi untuk
mengkonversikan / mengubah bentuk energi kimia yang dimiliki bahan bakar ke bentuk
energi mekanik pada poros motor bakar. Contohnya seperti mesin diesel dan mesin
bensin.
Gambar 2.1 Skema Proses PembakaranSumber : Anonymous (2012)
2.1.1 Prinsip Kerja Motor Bakar
Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang
mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanik berupa kerja. Pada
dasarnya mesin kalor (Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu:
a. External Combustion Engine
Yaitu hasil dari pembakaran udara dan bahan bakar memindahkan panas ke
fluida kerja pada siklus. Dimana energi diberikan pada fluida kerja dari sumber luar
seperti furnace, geothermal, reaktor nuklir, atau energi surya. Contoh mesin yang
termasuk External Combustion Engine adalah turbin uap.
b. Internal Combustion Engine
Dimana energi didapat dari pembakaran bahan bakar didalam batas sistem
sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja.
Contoh Internal Combustion Engine adalah Motor Bakar torak dan sistem turbin gas.
Jadi motor bakar torak termasuk jenis Internal Combustion Engine.
Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya
terdapat torak yang bergerak translasi bolak-balik ( reciprocating engine ). Didalam
silinder itulah terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Gas
pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakkan torak yang
dihubungkan dengan poros engkol oleh batang penghubung (batang penggerak). Gerak
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
translasi torak tadi menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya.
Berdasarkan langkah kerjanya, motor bakar torak dibedakan menjadi motor bakar 4
langkah dan motor bakar 2 langkah.
A. Motor Bakar 4 Langkah
Pada motor bakar 4 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 4 kali langkah
torak atau 2 kali putaran poros engkol, yaitu:
a. Langkah Isap (Suction Stroke)
Torak bergerak dari posisi TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati
bawah), dengan katup KI (katup isap) terbuka dan katup KB (katup buang)
tertutup. Karena gerakan torak tersebut maka campuran udara dengan bahan bakar
pada motor bensin atau udara saja pada motor diesel akan terhisap masuk ke
dalam ruang bakar.
b. Langkah Kompresi (Compression Stroke)
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB
tertutup.Sehingga terjadi proses kompresi yang mengakibatkan tekanan dan
temperatur di silinder naik.
c. Langkah Ekspansi (Expansion Stroke)
Sebelum posisi torak mencapai TMA pada langkah kompresi, pada motor
bensin busi dinyalakan, atau pada motor diesel bahan bakar disemprotkan ke
dalam ruang bakar sehingga terjadi proses pembakaran. Akibatnya tekanan dan
temperatur di ruang bakar naik lebih tinggi. Sehingga torak mampu melakukan
langkah kerja atau langkah ekspansi. Langkah kerja dimulai dari posisi torak pada
TMA dan berakhir pada posisi TMB saat KB mulai terbuka pada langkah buang.
Langkah ekspansi pada proses ini sering disebut dengan power stroke atau
langkah kerja.
d. Langkah Buang
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB terbuka.
Sehingga gas hasil pembakaran terbuang ke atmosfer.
Skema masing masing langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 4
langkah tersebut ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 4
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 2.2 Skema Langkah Kerja Motor Bakar 4 LangkahSumber : Anonymous (2013)
B. Motor Bakar 2 Langkah
Pada motor bakar 2 langkah, setiap satu siklus kerja memerlukan dua kali
langkah torak atau satu kali putaran poros engkol. Motor bakar 2 langkah juga tidak
memiliki katup isap (KI) atau katup buang (KB), dan digantikan oleh lubang isap dan
lubang buang yang dibuat pada sisi-sisi silinder (cylinder liner). Secara teoritis, pada
berat dan displacement yang sama, motor bakar 2 langkah menghasilkan daya sekitar
dua kali lipat dari motor bakar 4 langkah, tetapi pada kenyataanya tidak demikian
karena efisiensinya lebih rendah akibat pembuangan gas buang yang tidak kompit
dan pembuangan sebagian bahan bakar bersama gas buang akibat panggunaan sistem
lubang. Tetapi melihat konstruksinya yang lebih simpel dan murah serta memiliki
rasio daya berat dan daya volume yang tinggi maka motor bakar 2 langkah cocok
untuk sepeda motor dan alat-alat pemotong.
Dua langkah kerja motor bakar 2 langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Langkah Torak dari TMA ke TMB
Sebelum torak mencapai TMA, busi dinyalakan pada motor bensin (atau
bahan bakar dikompresikan pada motor diesel) sehingga terjadi proses
pembakaran, karena proses ini torak terdorong dari TMA menuju TMB, langkah
ini merupakan langkah kerja dari motor bakar 2 langkah. Saat menuju TMB,
piston lebih dulu membuka lubang buang sehingga gas sisa pembakaran terbuang,
setelah itu dengan gerakan piston yang menuju TMB, lubang isap terbuka, dan
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 5
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
campuran udara bahan bakar pada motor bensin atau udara pada motor diesel akan
masuk ke dalam silinder.
b. Langkah Torak dari TMB ke TMA
Setelah torak mencapai TMB maka torak kembali menuju TMA. Dengan
gerakan ini, sebagian gas sisa yang belum terbuang akan didorong keluar
sepenuhnya yang disebut scarenging. Selain itu, gerakan piston yang turun
menuju TMA menyebabkan terjadinya kompresi yang kemudian akan dilanjutkan
dengan pembakaran setelah lubang isap tertutup oleh torak.
Gambar 2.3 Skema Langkah Kerja Motor Bakar 2 LangkahSumber: Anonymous (2013)
2.2 Siklus Termodinamika Motor Bakar
Siklus adalah rangkaian proses yang membuat keadaan akhir sistem
kembali ke keadaan awalnya. Maka siklus termodinamika dapat diartikan bahwa
serangkaian proses mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan isobar,
isothermal, dan lain – lain yang berulang – ulang hingga menjadi proses berkelanjutan.
2.2.1 Siklus Otto
Siklus aktual dari proses kerja motor bakar sangat komplek untuk
digambarkan, karena itu pada umumnya siklus motor bakar didekati dalam bentuk
siklus udara standar (air standar cycle). Dalam air standar cycle fluida kerja
menggunakan udara,dan pembakaran bahan bakar diganti dengan pemberian panas dari
luar. Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan fluida kerja pada kondisi
awal.Semua proses pembentuk siklus udara standar dalam motor bakar adalah proses
ideal,yaitu proses reversibel internal
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 6
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Siklus udara standar pada motor bensin disebut siklus Otto, berasal dari
nama penemunya yaitu Nicholaus Otto orang Jerman, pada tahun 1876. Digaram P-V
dari siklus Otto untuk motor bensin dapat dilihat pada Gambar dibawah ini
Gambar 2.4 Diagram Siklus Otto Motor bensinSumber : Anonymous (2014)
2.2.2 Siklus Diesel
Dalam siklus udara standar langkah buang (1-0) dan langkah isap (0-1)
tidak diperlukan karena fluida kerja udara tetap berada di dalam silinder. Siklus diesel
yang pertama dikemukakan oleh Rudolph Diesel pada 1890-an, ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 7
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 2.5 Diagram P-V dan T-S Siklus DieselSumber : Anonymous (2014)
Proses injeksi bahan bakar pada mesin diesel dimulai ketika piston
mendekati TMA dan berlanjut selama awal langkah kerja. Oleh karena itu, proses
pembakaran pada mesin diesel berlangsung ada interval yang lebih panjang. Karena
waktu yang lebih lama ini, proses pembakaran pada siklus ini didekati sebagai proses
penambahan kalor tekanan konstan (2-3). Perlu diperhatikan bahwa dalam Compression
rasio yang sama, efisiensi mesin diesel tidak bisa melebihi mesin bensin. Tetapi
kelebihan mesin diesel adalah bisa dioperasikan pada Compression rasio yang tinggi
tanpa kemungkinan adanya detonasi, sehingga daya yang dihasilkan bisa lebih besar.
Selain itu dapat menggunakan bahan bakar yang lebih murah sehingga cocok digunakan
untuk mesin-msin besar, seperi lokomotif, pembangkit listrik,kapal laut, dan truk-truk
besar.
Siklus udara standar pada motor diesel modern disebut Trinkler/Dual
cycle. Penemu motor diesel adalah orang jerman bernama Rudolph Diesel sekitar
tahun1890 an.
2.2.3 Siklus TinklerSiklus tinkler adalah siklus udara standar pada motor diesel modern. Siklus
tinkler biasa disebut siklus dual. Siklus ini hampir mirip dengan siklus otto, hanya saja
kompresi pada diesel lebih tinggi dibanding dengan siklus otto.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 8
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 2.6 Diagram P-V dan T-s Siklus Dual Motor DieselSumber : Anonymous (2014)
1. Langkah kerja siklus dual motor diesel teoritis terdiri dari :
2. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)
3. Langkah pemberian panas pada volume konstan (2-X)
4. Langkah pemberian panas pada tekanan konstan (X-3)
5. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)
6. Langkah pembuangan panas (4-1)
Apabila tekanan gas dan volume silinder secara bersamaan pada setiap
posisi silinder dapat diukur,maka dapat digambarkan bentuk siklus dual aktual pada
motor diesel yang bentuknya seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini
Gambar 2.7 Siklus Aktual Motor Diesel 4 LangkahSumber : Buku Panduan Praktikum Motor Bakar
Dasar termodinamika yang terjadi pada masing masing langkah pada
siklus aktual pada motor bensin maupun pada motor diesel bukan merupakan proses
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 9
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
ideal,karena dalam setiap gerakan piston terjadi kehilangan panas karena pendinginan
dan gesekan pada torak dan bantalan
2.3 Pengertian Karakteristik Kinerja Motor Bakar
Yang dimaksudkan dengan karakteristik kinerja motor bakar adalah
karakteristik atau bentuk hubungan antara indikator kerja sebagai variabel terikat
dengan indikator opersionalnya sebagai variabel bebas.Dengan adanya bentuk
hubungan antara kedua indikator tersebut maka dapat diketahui kondisi optimum suatu
motor bakar harus dioperasikan, atau apakah kondisi suatu motor bakar masih baik dan
layak untuk dioperasikan
2.3.1 Indikator Kerja dan Indikator Operasional Motor Bakar
Beberapa indikator kinerja motor bakar yang biasa digunakan untuk
mengetahui data kinerja suatu motor bakar diantaranya adalah:
1. Daya Indikatif (Ni)
Daya yang dihasilakan dari reaksi pembakaran bahan bakar dengan udara yang
terjadi di ruang bakar.Rumus mencari Ni :
Ni = Pi . V . D . n . L (Ps) 0.45 . z
dimana : Pi = tekanan indikasi rata rata (kg/cm²)
Vd = volume langkah : π.d².L/4 (m³)
D = diameter silinder (m)
L = panjang langkah torak (m)
n = putaran mesin
z = jumlah putaran poros engkol untuk setiap siklus
untuk 4 langkah : 2, dan untuk 4 langkah : 1
2. Daya Efektif (Ne)
Daya efektif motor bakar adalah proporsional dengan perkalian torsi yang
terjadi pada poros output (T) dengan putaran kerjanya (n). Karena putaran kerja
poros sering berubah terutama pada mesin kendaraan bermotor, besar torsi pada
poros (T) yang dapat dijadikan sebagai indikator kinerja motor bakar. Daya ini
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 10
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
dihasilkan oleh poros engkol yang merupakan perubahan kalor di ruang bakar
menjadi kerja.
Daya efektif dirumuskan sebagai berikut :
Ne = T . n / 716,2 (Ps)
dimana : T = torsi (kg.m)
n = putaran (rpm)
3. Kehilangan Daya / Daya Mekanik (Nf)
Kehilangan daya (Nf) terjadi akibat adanya gesekan pada torak dan bantalan,
ditambah daya untuk penggerak peralatan bantu seperti penggerak kipas pendingin,
generator, kompresor AC dan lain lain
Nf = Ni – Ne
4. Tekanan Efektif Rata Rata (M.E.P)
Tekana rata-rata di dalam silinder selama 1 siklus kerja dan menghasilkan daya
efektif Ne. Data M.E.P digunakan untuk mengetahui apakah proses kompresi yang
terjadi masih cukup baik, atau untuk mengetahui adanya kebocoran dari dalam
silinder. M.E.P dirumuskan sebagai berikut :
M.E.P. = Pe = 0,45 . Ne . z (kg/cm²) Vd . n .i
5. Efisiensi Motor Bakar terdiri dari :
a. Efisiensi Thermal Indikatif: i = Ni / Qb . 632 x 100 %
b. Efisiensi Thermal Efektif : e = Ne / Qb . 632 x 100 %
c. Efisiensi Mekanis : m = Ne / Ni . x 100 %
d. Efisiensi Volumetrik : v = Gs . z . 60 x 100 % a . n . V . d . i
6. Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi motor bakar spesifik (SFC),
kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas. Indikator operasional motor
bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar tersebut dioperasikan. Dua
jenis indikator operasional sebagai variabel bebas dalam pengujian karakteristik
kinerja suatu motor bakar adalah :
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 11
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
a. Putaran Kerja Mesin (rpm)
b. Beban Mesin / Daya Efektifnya (Nc) pada putaran kerja konstan
Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas
digunakan untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada
putaran yang berubah ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya
efektif sebagai variabel bebas pada putaran konstan digunakan pada motor bakar
stasioner yang biasanya beroperasi pada putaran konstan, terutama pada mesin
penggerak generator listrik.
2.3.2 Jenis Karakteristik Kinerja Motor Bakar
Bentuk hubungan antar masing masing variabel indikator kinerja terhadap
variabel, indikator operasional suatu motor bakar didapatkan dengan cara pengujian
laboratorium dari mesin yang bersangkutan. Data yang digunakan untuk
menggambarkan bentuk hubungan antara variabel tersebut dapat berasal dari
pengukuran langsung selama pengujian, atau harus dihitung dari data yang diukur. Data
seperti putaran mesin dan temperatur dapat diukur langsung, tetapi daya, torsi dan
efisiensi dihitung berdasarkan pengukuran terhadap parameter pembentuknya.
Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis
karakteristik kinerja yang sering diperlukan adalah :
1. Putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik (Nf)
2. Putaran terhadap torsi (T)
3. Putaran terhadap M E P (Pe)
4. Putaran terhadap spesific fuel consumption (S F C)
5. Putaran terhadap efisiensi (i , e , m , v)
6. Putaran terhadap komposisi CO , O₂, CO2 , H2O , dan N2 dalam gas buang
7. Putaran terhadap keseimbangan panas (Q)
Rentang besar putaran dalam pengujian tersebut mulai dari putaran
minimum sampai melewati kondisi besar daya maksimum mesin. Pada pengujian
dengan beban sebagai variabel bebas pada putaran konstan, jenis karakteristik kinerja
yang diperlukan tidak sebanyak pada variabel I putaran, yaitu:
1. Specific fuel consumption terhadap beban.
2. Efisiensi (i ,e ,m ,v) terhadap beban.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 12
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
2.4 Karakteristik Kinerja Motor Bakar
1. Grafik Hubungan Antara Putaran dengan Pemakaian Bahan Bakar Efisiensi Torsi
dan Daya Poros I
Gambar 2.8 Grafik Hubungan Putaran dengan TorsiSumber : Molus VL. Internal Combustion Engine 1968
a. Grafik Torsi dengan Putaran
Pada grafik ditunjukkan bahwa semakin tinggi putaran (rpm) maka torsi
semakin meningkat sampai mencapai titik maksimum pada putaran tertentu. Hal
ini disebabkan karena adanya karena adanya gesekan yang terjadi antara piston
dengan silinder.
b. Grafik Hubungan antara specific fuel consumption terhadap putaran
Pemakaian bahan bakar yang dimaksud adalah jumlah putaran/sirkulasi
jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk daya yang dihasilkan dan grafik
hubungan antara specific fuel consumption dengan putaran cenderung mengalami
penurunan namun setelah mencapai titik optimum kembali mengalami kenaikan
hal ini disebabkan karena pada putaran awal perlu daya yang besar untuk
menggerakkan mesin lalu pada putaran tertentu menurun akibat pembakaran
kurang sempurna.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 13
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
c. Grafik Daya Poros Terhadap Putaran
Dari grafik tersebut terlihat bahwa daya poros berada dibawah daya
indikatornya dan semakin besar putaran semakin besar pula daya poros yang
dihasilkan, kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat daya
indikatif yang dihasilkan dari proses pembakaran. Sebaliknya jika daya indikasi
menurun maka daya efektif juga menurun.
2. Grafik Hubungan Antara Daya Indikatif (Ni), Daya Efektif, dan Daya Mekanis (Nf)
terhadap Putaran
Gambar 2.9 Grafik Hubungan Daya Terhadap PutaranSumber : Moluse VL Internal Combustion Engine 1968
a. Grafik Hubungan Daya Indikatif (Ni) Terhadap Putaran
Tinggi kenaikkan daya indikatif lebih besar dibandingkan daya efektif,
daya mekanis, dan daya indikatif merupakan penjumlahan daya mekanik dengan
daya efektif.
b. Grafik Hubungan Daya Efektif (Ne) Terhadap Putaran
Dari grafik terlihat semakin tinggi putaran maka daya efektif akan
meningkat kemudian menurun (berbanding lurus dengan putaran).
c. Grafik Hubungan Daya Mekanis (Nf) Terhadap Putaran
Pada grafik terlihat bahwa, semakin tinggi putaran maka daya mekanis
cenderung meningkat. Tingkat kenaikkan daya mekanis diakibatkan daya yang
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 14
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
hilang akibat gesekan serta kerugian kompenen yang bergerak seperti fly wheel
gear dan daya hilang akibat perlengkapan lain.
3. Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran
Gambar 2.10 Grafik Hubungan Efisiensi Terhadap PutaranSumber : Moluse VL. Internal Cumbustion Engine
a. Perbandingan Efisiensi Mekanis Terhadap Putaran
Pada grafik terlihat bahwa semakin menurunnya efisiensi waktu terhadap
perubahan putaran, dikarenakan gesekan yang terjadi maka putaran meningkat
juga semakin besar gesekan.
b. Perbandingan Efisiensi Indikasi Terhadap Putaran
Semakin besar putaran maka efisiensi mekanis semakin meningkat.
Kenaikkan tersebut dikarenakan selisih daya indikasi lebih besar dibandingkan
kenaikkan panas akibat putaran.
c. Perbandingan Efisiensi Efektif Terhadap Putaran
Semakin besar putaran maka efisiensi efektif akan semakin meningkat.
Pada perbandingan putaran tertentu efisiensiakan semakin meningkat. Pada
perbandingan putaran tertentu efisiensi efektif akan mencapai titik maksimum dan
sedikit menurun kerugian mekanis.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 15
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
2.5 Orsat Apparatus
Orsat Apparatus merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur
dan menganalisa komposisi gas buang. Untuk itu digunakan larutan yang dapat
mengikat gas tersebut dengan kata lain gas yang diukur akan larut dalam larutan
pengikat. Masing – masing larutan tersebut adalah :
a. Larutan Kalium Hidroksida (KOH), untuk mengikat gas CO2
b. Larutan Asam Kalium Pirogalik, untuk mengikat gas O2
c. Larutan Cupro Clorid (CuCl2), untuk mengikat gas CO
;
Gambar 2.11 Orsat ApparatusSumber : Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin FT-UB
Pada gambar di atas masing – masing tabung berisi :
I. Tabung pengukur pertama berisi larutan Cupro Clorid (CuCl2)
II. Tabung pengukur kedua berisi larutan asam Kalium Pirogalik
III. Tabung ketiga berisi larutan Kalium Hidroksida (KOH)
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 16
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
2.6 Diagram Sankey
Gambar 2.12 Diagram SankeySumber : Arismunandar Wiranto Motor Diesel Putaran Tinggi hal 25
Diagram sankey seperti gambar diatas merupakan diagram yang
menjelaskan keseimbangan panas yang masuk dan panas yang keluar serta
dimanfaatkan saat pembakaran terjadi. Pada gambar diatas juga menunjukkan bahwa
30-45% dari nilai kalor bahan bakar dapat diubah menjadi kerja efektif. Sisanya
merupakan kerugian-kerugian, yaitu kerugian pembuangan (gas buang dengan
temperatur 300o – 600o C). kerugian pendinginan dan kerugian mekanis (kerugian
gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang merupakan beban pendinginan).
Kerugian pembuangan gas buang
Gas buang yang bertemperatur 300o – 600o C, merupakan kerugian karena
panas/kalor tersebut tidak dimanfaatkan. Selain itu, karena perbedaan temperatur
didalam sistem lebih tinggi dibandingkan diluar sistem, menyebabkan temperatur
tersebut berpindah / keluar ke lingkungan
Kerugian Pendinginan
Silinder, katup-katup, dan torak akan menjadi panas karena berkontak
langsung terhadap gas panas yang bertemperatur tinggi, sehingga dibutuhkan fluida
pendinginan berupa air dan udara untuk menjaga komponen tersebut agar tidak
rusak, pendinginan ini merupakan kerugian juga karena banyaknya kalor / panas
yang hilang akibat diserap oleh fluida pendinginannya
Kerugian Mekanis
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 17
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Merupakan kerugian gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang
merupakan beban pendingin.
2.7 Teknologi Motor Bakar Terbaru
2.7.1 Definisi
i-DSI adalah singkatan dari intelligent Dual and Sequential Ignition. Mesin
i-DSI menggunakan 2 buah busi pada tiap silinder pada ruang pembakaran dan
pengontrolan waktu pembakaran secara cerdas.
Gambar 2.13 Mesin i-DSISumber : Anonymous (2012)
2.7.2 Prinsip Kerja
Mesin i-DSI mempunyai ruang pembakaran yang kompak dan dua busi
pada tiap silinder. Pemantikan dua buah busi dalam setiap silinder dimana dalam
teknologi lainnya hanya digunakan satu buah busi. Jadi saat proses pembakaran di
silinder terjadi dua kali percikan busi dalam waktu berbeda yang berurutan (sequential).
Cara seperti ini menjadikan pembakaran lebih sempurna.
2.7.3 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
Pembakaran jadi lebih sempurna setelah dibakar dengan busi pertama dibakar
lagi dengan busi kedua menjadikan mesin dengan tenaga yang sama dapat
menghabiskan bahan bakar yang lebih sedikit.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 18
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Teknologi i-DSI mampu membuat mesin menghantarkan torsi tinggi pada
setiap rpm membuat efisien/hemat bahan bakar dan mengeluarkan emisi gas buang
yang lebih bersih.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 19
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Kerugian
Instalasi piranti elektronik lebih banyak, part pengapian (busi) dan kabel busi
membutuhkan jumlah yang lebih banyak, suhu mesin menjadi lebih tinggi
dikarenakan pembakaran yang terjadi lebih lama.
2.7.4 Aplikasi
Aplikasi dari sistem mesin i-dsi ini adalah mobil – mobil yang diproduksi
oleh Honda dan sepeda motor yang diproduksi oleh Bajaj Pulsar.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 20
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
1. Waktu : Kamis, 27 Maret 2014
2. Jam : 15.00 WIB
3. Tempat : Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas
Brawijaya
3.2 Pelaksanaan Praktikum
3.2.1 Instalasi Percobaan Motor Bakar
Gambar 3.1 Skema Instalasi Motor DieselSumber : Buku Panduan Praktikum Motor Bakar
Peralatan praktikum yang tersedia adalah instalasi percobaan (test rig)
lengkap, yang terdiri dari :
1. Unit Motor Diesel sebagai obyek percobaan / penelitian.
2. Instrumen pengukur berbagai variabel yang diperlukan (alat ukur kelembapan,
aerometer, orsat apparatus).
3. Peralatan bantu seperti instalasi air pendingin dan penyaluran gas buang.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 21
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 22
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Unit motor bakar yang digunakan adalah motor Bensin, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
o Siklus : 4 langkah
o Jumlah silinder : 4
o Volume langkah torak total : 2164 cm3
o Diameter silinder : 83 mm
o Panjang langkah torak : 100 mm
o Perbandingan kompresi : 22 : 1
o Bahan bakar : Solar
o Pendingin : Air
o Daya Poros : 47 BHP / 3200 rpm
o Merk : Nissan, Tokyo Co.Ltd.
o Model : DWE – 47 – 50 – HS – AV
o Negara pembuat : Jepang
3.2.2 Alat Ukur dan Fungsinya
Instrumen pengukur yang tersedia dalam instalasi Percobaan Motor Bakar
diantaranya adalah:
1. Tachometer
Untuk mengukur putaran poros out put
Gambar 3.2 TachometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
2. Manometer
Alat untuk mengukur tekanan kompresi
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 23
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 3.3 ManometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
3. Dynamometer
Alat untuk mengukur pembebanan dalam pengereman
Gambar 3.4 DynamometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
4. Hygrometer
Untuk mengukur kelembaban relatif uap air.
Gambar 3.5 HygrometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
5. Stopwatch
Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dalam pemakaian bahan bakar pada tabung
pengukur.
Gambar 3.6 StopwatchSumber : Anonymous (2014)
6. Barometer
Untuk mengukur tekanan udara ruangan.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 24
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 3.7 BarometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
7. Aerometer
Untuk mengukur massa jenis bahan bakar yang digunakan.
Gambar 3.8 AerometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
8. Orsat Apparatus
Untuk menganalisa komposisi gas buang.
Gambar 3.9 Orsat ApparatusSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
9. Bomb Calorimeter
Untuk mengukur jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna suatu
senyawa bahan bakar
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 25
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 3.10 Bomb CalorimeterSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
10. Flowmeter
Untuk mengukur jumlah laju aliran dari suatu fluida yang mengalir dalam pipa atau
sambungan.
Gambar 3.11 FlowmeterSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
11. Viscometer
Untuk mengukur besar viskositas suatu cairan bahan bakar
Gambar 3.12 ViscometerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
12. Gas Analyzer
Untuk mengukur kandungan kimia yang dimiliki oleh gas buang.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 26
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gambar 3.13 Gas AnalyzerSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
3.3 Prosedur Pengambilan Data Praktikum
3.3.1 Prosedur Pengujian Motor Bakar
1. Persiapan Sebelum Mesin Beroperasi
a. Nyalakan pompa pengisi untuk mengisi air dalam tangki sampai level air
mencapai tinggi aman.
b. Buka kran air pada pipa – pipa yang mengalirkan air ke mesin dan ke
dinamometer.
c. Atur debit air yang mengalir pada flowmeter pada debit tertentu dengan mengatur
bukaan kran pada flowmeter.
d. Tekan switch power untuk menghidupkan alat-alat ukur.
e. Hidupkan alarm dinamometer yang akan memberitahu jika terjadi overheating
dan level air kurang.
f. Nyalakan dinamo power control dan atur kondisi poros mesin dalam keadaan
tanpa beban.
2. Cara Menghidupkan Mesin
a. Setelah semua persiapan di atas dipenuhi, nyalakan kunci kontak pada posisi
memanaskan mesin terlebih dahulu sampai indikator glow signal menyala.
b. Putar posisi kunci ke posisi START sambil throttle valve dibuka sedikit sampai
mesin menyala (seperti menyalakan mesin mobil).
c. Setelah mesin menyala, biarkan mesin beroperasi beberapa saat untuk
menstabilkan kondisi mesin.
3. Cara Mengambil Data
a. Atur bukaan throttle pada bukaan yangP diinginkan dengan membaca throttle
valve indikator (%)
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 27
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
b. Atur putaran mesin (rpm) dengan mengatur pembebanan pada dinamometer
sampai mendapatkan putaran yang diinginkan.
c. Tunggu kondisi mesin stabil kemudian lakukan pengambilan data yang
diperlukan.
3.3.2 Prosedur Penggunaan Orsat Apparatus
Gambar 3.14 Orsat ApparatusSumber : Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya
Cara penggunaan Orsat Apparatus :
1. Set ketiga tabung I, II, III pada ketinggian tertentu dengan membuka keran A, B, C
dan mengatur tinggi larutan pada tabung I, II, III dengan menaik – turunkan gelas B,
kemudian tutup keran A, B, C setelah didapatkan tinggi yang diinginkan. Posisi ini
ditetapkan sebagai titik acuan.
2. Naikkan air yang ada pada tabung ukur C sampai ketinggian air mencapai 50 ml
dengan cara membuka keran H dengan menaikkan gelas B. Setelah didapatkan tinggi
yang diinginkan, tutuplah kembali keran H.
3. Ambil gas buang dari saluran gas buang untuk diukur, salurkan melalui selang yang
dimasukkan ke dalam pipa H.
4. Buka keran H sehingga gas buang akan masuk dan mengakibatkan tinggi air yang
ada di tabung ukur C akan berkurang.
5. Setelah tinggi air pada tabung ukur turun sebanyak 50 ml (sampai perubahan air
mencapai angka 0) tutuplah keran H dan kita sudah memasukkan volume gas buang
sebanyak 50 ml.
6. Untuk mengukur kandungan CO2 buka keran C supaya gas buang bereaksi dengan
larutan yang ada pada tabung III dengan mengangkat dan menurunkan gelas B
sebanyak 5 – 7 kali.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 28
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
7. Setelah 5 – 7 kali kembalikan posisi larutan III ke posisi acuan pada saat set awal dan
tutup keran C setelah didapatkan posisi yang diinginkan.
8. Baca kenaikan permukaan air yang ada pada tabung ukur C. Kenaikan permukaan
air merupakan volume CO2 yang ada pada 50 ml gas buang yang kita ukur.
9. Untuk mengukur kandungan O2 dan CO ulangi langkah 6 dan langkah 7 untuk keran
B dan keran A pada tabung II dan tabung I.
10. Baca kenaikan permukaan air pada tabung ukur C dengan acuan dari tinggi
permukaan air sebelumnya.
3.3.3 Rumus Perhitungan
1. Moment torsi (T)
T = F.L (kg.m)
Keterangan :
F = Besar gaya putar yang terbaca pada timbangan dinamometer(kg)
L = Panjang lengan dinamometer =0.358 (m)
2. Daya Efektif (Ne)
Ne = T.n (PS)716,2
Keterangan :
Ne = Daya Efektif
T = Momen Torsi
n = Putaran Mesin rpm
3. Daya efektif yang dikonversi dalam kondisi standart JIS
Neo =k.Ne (PS)
Keterangan :
Neo =Daya efektif yang dikonversi dalam kondisi standart JIS
k =Faktor konversi
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 29
k=749Pa−Pw √273+θ
293
Pw=ϕ . Ps
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Ne =Daya Efektif
Pa =Tekanan atmosfir pengukuran (mmHg)
Pw =Tekanan uap parsial (mmHg)
Ө =Rata-rata temperatur ruangan selama pengujian (oC)
Φ =Kelembapan udara
Ps =Tekanan uap jenuh pada temperatur ө (mmHg)
4. Konsumsi Bahan Bakar (Fc)
FC=bt
. ρ .36001000
Keterangan :
FC = Konsumsi Bahan Bakar
b = Konsumsi bahan bakar
T = Waktu konsumsi bahan bakar
ρ = Massa jenis bahan bakar
5. Panas hasil pembakaran (Qb)
Qb= FC . LHVbahan bakar (kcal/jam)
Keterangan :
LHV = Low Heating Value
Qb = Panas hasil pembakaran
FC = Konsumsi Bahan Bakar
6. Berat jenis udara pada kondisi ruangan (γa)
γa=γn (Pa−φ . PS)
760.
273273+θ
+φ γ w
Keterangan :
γa =Berat jenis udara pada kondisi ruangan
γ n =Berat jenis udara pada atmosfer
γ w =Berat jenis udara pada temperatur tertentu
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 30
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
7.
Keterangan :
P1–P2 =Beda tekanan pada nozel (mmH2O)
P1 =Tekanan atmosfer saat pengujian
ε =Koefisien Udara
8. Gs = (kcal/jam)
Keterangan :
Gs = Aliran udara melalui nozel
a = Koefisien kemiringan nozel
d = Diameter nozel
g= Gravitasi
9. Gg = Gs + (kg/s)
Keterangan :
Gg = Debit aliran gas buang
Gs =Aliran udara melalui nozel
Fc =Konsumsi bahan bakar
10. Panas yang terbawa gas buang (Qeg)
Qeg = Gg Cpg (Teg-Tud).3600 (kcal/jam)
Keterangan :
Cpg =Panas jenis gas buang
Teg =Suhu gas buang (oC)
Tud =Temperatur
Gg =Debit aliran gas buang
Qeg =Panas yang terbawa gas buang
11. Efisiensi Kerugian (ηg)
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 31
1
21
P
PP
).(..24
...21
2
PPYagd
3600
Fc
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
ηg = x 100 %
Keterangan :
ηg = Efisiensi Kerugian
Qeg =Panas yang terbawa gas buang
Qb =Panas hasil pembakaran
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 32
b
eg
Q
Q
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
12. Kerugian Panas Pendinginan (Qw)
Qw = Ww.Cpw (Two-Twi)
Keterangan :
Qw = Kerugian panas pendinginan
Ww = Debit air pendingin
Cpw = Panas jenis air
Two = Temperatur air keluar
Twi = Temperatur air masuk
13. Efisiensi kerugian panas (ηw)
ηw = x 100 %
Keterangan :
ηw = Efisiensi kerugian panas
Qw = Kerugian panas pendinginan
Qb =Panas hasil pembakaran
14. Efisiensi Efektif (ηe)
ηe = x 100 %
Keterangan :
ηe =Efisiensi Efektif
Ne=Daya efektif
Qb=Panas hasil pembakaran
15. Efisiensi Friction (ηf)
ηf = 100-( ηg+ ηw+ ηe) %
Keterangan
ηf = Efisiensi Friction
ηg = Efisiensi kerugian
ηw=Efisiensi kerugian panas
ηe=Efisiensi efektif
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 33
b
w
Q
Q
b
e
Q
N
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
16. Ekivalen Daya Terhadap Konsumsi Bahan baker (Qf)
Qf =
Keterangan :
Qf = Kerugian karena gesekan (PS)
LHVbb = Low heating value bahan bakar
Fc = Konsumsi bahan bakar
17. Daya Friction (Nf)
Nf =
Keterangan :
Nf = Daya Mekanis (PS)
ηf = efisiensi friction
Qf = Kerugian karena gesekan
18. Daya Indikasi (Ni)
Ni = Ne + Nf
Keterangan :
Ni = Daya Indikasi
Ne= Daya efektif
Nf=Daya mekanis
19. Spesific Fuel Consumption Efektif (SFCe)
SFCe = (kg/PS.jam)
Keterangan
SFCe = Spesific Fuel Consumption efectif
Fc=Konsumsi bahan bakar
Ne=Daya efektif
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 34
632
.FcLHVbb
%100
. ff Q
Ne
Fc
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
20. Spesific fuel Consumption Indicated (SFCi)
SFCi = (kg/PS.jam)
Keterangan :
SFCi = Spesific fuel Consumption Indicated
Fc=Konsumsi bahan bakar
Ni=Daya indikatif
21. Panas Hasil Pembakaran Yang Diubah Menjadi Daya Efektif (Qe)
Qe = 632.Ne
Keterangan :
Qe = Panas Efektif
Ne = Daya efektif
22. Panas yang hilang (Qpp)
Qpp = Qb-Qeg-Qw-Qe
Keterangan
Qpp = Panas yang hilang karena sebab lain
Qb=Panas hasil pembakaran
Qeg=Panas yang terbawa gas buang
Qw=Kerugian akibat pendinginan
Qe=Panas efektif
23. Efisiensi Indikasi (ηi)
ηi = x 632 x 100 %
Keterangan :
ηi = Efisiensi Indikasi
Ni= Daya indikatif
Qb=Panas hasil pembakaran
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 35
Ni
Fc
Qb
Ni
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
24. Efisiensi Mekanis (ηm)
ηm = x 100 %
Keterangan
ηm = Efisiensi Mekanis
Ne=Daya efektif
Ni=Daya indikatif
25. Efisiensi Volumetris (ηv)
ηv = x 100 % Vd=π . D2 . L
4
Keterangan :
ηv = Efisiensi Volumetrik
z = Jumlah putaran poros engkol
Vd = Volume engkol
i = Langkah Mesin
Gs = Aliran udara melalui nozel
n = putaran poros
26. Tekanan Efektif (Pe)
Pe=0,45 . Neo . ZVd .n . i
Keterangan :
Pe = Tekan Efektif
Neo = Daya efektif
Z = jumlah putaran poros engkol
n = putaran poros
i = langkah mesin
Vd=Volume langkah
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 36
Ni
Ne
iVn
zGs
da ...
60..
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
27. Rasio Udara bahan bakar (R)
R = x 3600 (kgudara/kgbahan bakar)
Keterangan :
R = Rasio Udara bahan bakar
Gs = Aliran udara melalui nozel
Fc = Konsumsi bahan bakar
28. Rasio udara dalam bahan bakar teoritis (Ro)
Ro = 34,48 ( + h)
Keterangan :
Ro = Rasio udara dalam bahan bakar teoritis
c = % berat laju konsentrasi BB
h = % berat laju konsentrasi BB
29. Faktor Kelebihan Udara (λ)
λ =
Keterangan :
λ = Faktor kelebihan udara
R = Rasio udara bahan bakar
Ro = Rasio udara bahan bakar teoritis
30. Faktor Koreksi (A)
Keterangan :
A = Faktor koreksi
P = Tekan udara atmosfer
Pst = Tekanan atmosfer
Tst = 25oC
T = Temperatur ruangan
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 37
.Fc
Gs
3
c
Ro
R
5,0
st
st
T
T
p
pA
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
31. Daya Efektif Standar (Ne)st
(PS)
Keterangan :
(Ne)st = Daya Efektif Standar
A = Faktor koreksi
Ne = Daya efektif
32. Torsi efektif standar (T)st
(kg.m)
Keterangan :
(T)st = Torsi efektif standar
A = Faktor koreksi
T = Torsi
33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar (SFCE)st
(kg/PS.jam)
Keterangan :
(SFCE)st = Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar
SFCe=Spesific fuel consumption
A=Faktor koreksi
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 38
NeANe st .
TAT st .
A
SFCeSFCe st
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
34. %
%
%
%
Keterangan :
= Volume
=Volume
=Volume CO
=Volume N2
Veg = Volume exhaust gas
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 39
%10022
Veg
VCOCO
%10022
Veg
VOO
%100Veg
VCOCO
%10022
Veg
VNN
2VCO 2CO
2VO 2O
VCO
2VN
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3 PEMBAHASAN GRAFIK
4.3.1 Grafik Hubungan antara Putaran dengan Torsi
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 40
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Dari grafik dapat diambil kesimpulan bahwa torsi cenderung naik sampai pada
putaran 1700 rpm, kemudian torsi cenderung turun pada torsi selanjutnya (Putaran yang
lebih tinggi 1800 rpm – 2100 rpm). Peningkatan terjadi karena semakin besar putaran
maka nilai torsi juga akan semakin meninggi sampai pada putaran tertentu dan
kemudian menurun pada putaran yang lebih tinggi. Dalam percobaan dapat diambil
kesimpulan bahwa torsi tertinggi mesin berada pada posii 9,702 [kg/m] pada putaran
1700 rpm. Besarnya torsi dipengaruhi oleh daya poros / daya efektif dimana akan
bertambah sesuai dengan bertambahnya putaran mesin dan mengalami penurunan
karena adanya pengaruh kelembaman yang disebabkan menurunya gaya (F) pada piston
yang bergerak karena jika suatu benda bergerak maka hanya membutuhkan gaya kecil
untuk menggerakannya hal ini sesuai dengan rumus :
T = F.L [Nm]
Sehingga semakin kecil kelembaman maka mengakibatkan melambatnya
gerakan piston pada silinder yang menyebakan gaya (F) terus menurun dan grafik akan
turun. Hubungan antara Torsi (T) dengan putaran (n) adalah:
T = 716,2
Nen [kg.m]
Selain itu harga Torsi (T) dipengaruhi oleh gaya putar atau pengereman (F) yang
terbaca pada dynamometer dan panjang lengan dynamometer (L) sebesar 0,358 mm
dimana gaya pengereman (F) berbanding lurus dengan panjang lengan dynamometer
(L), sesuai dengan rumus berikut :
T = F . L [kg.m]
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 41
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.2 Grafik Hubungan antara Putaran dengan Daya
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 42
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Hubungan antara Putaran dengan Daya Efektif (Ne)
Dari grafik daya efektif (Ne) dapat dilihat bahwa grafik cenderung naik.
Secara umum grafik mengalami kenaikan disebabkan karena harga torsi yang juga
naik, sesuai dengan rumus :
Ne =
T .n716 , 2 . [PS]
Hubungan antara Putaran dengan Daya Mekanis (Nf)
Dari grafik antara putaran ( n ) dengan daya mekanis ( Nf ) terlihat bahwa
polinomial grafik cenderung naik. Hal ini disebabkan karena adanya gaya gesek
(Nfr) pada ruang bakar kemudian daya yang hilang akibat bagian – bagian yang
bergerak seperti flywheel, gear dsb (Nvent) dan akibat adanya daya yang hilang
karena digunakan untuk menggerakan perlengkapan mesin seperti pompa bahan
bakar, radiator, dsb (Nauk). Dari grafik dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
tinggi putaran maka daya mekanis akan semakin besar, dimana sesuai dengan
rumus :
Nf = Nfr + NVent + NAuk [PS]
Hubungan antara Putaran dengan Daya Indikatif (Ni)
Dari grafik terlihat bahwa polinomial grafik cenderung naik. Grafik
cenderung naik seiring dengan bertambahnya putaran mesin. Sesuai dengan rumus
berikut :
Ni =
Pi .. Vd . n .i0 , 45 . z
[PS]
Kenaikan daya Indikatif (Ni) disebabkan pula karena pada putaran rendah,
pembakaran yang terjadi cenderung lebih sempurna dan kerugian mekanis yang
cenderung lebih kecil. Akan tetapi pada percobaan atau aktualnya terlihat bahwa
semakin naik putaran mesin, grafik juga sempat mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena pembakaran yang terjadi kurang sempurna ( pasokan bahan bakar
dan udara tidak sesuai ).
Pada grafik ini terdapat tiga kurva, yaitu kurva Daya Efektif (Ne), kurva Daya
Indikatif (Ni) dan kurva Daya Mekanis (Nf) .Kurva Daya Indikatif (Ni) berada paling
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 43
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
atas diikuti oleh kurva Daya Efektif (Ne) dan kuva Daya Mekanis (Nf) paling bawah.
Hal ini disebabkan kurva Daya Indikatif (Ni) yang merupakan daya yang dihasilkan
pada proses pembakaran ruang bakar. Karena adanya kerugian gesek dan sebagian daya
digunakan untuk menggerakan peralatan tambahan maka nilai Daya Efektif (Ne) lebih
rendah dari nilai Daya Indikatif (Ni). Adapun daya Daya Mekanis (Nf) terletak paling
bawah karena dianggap kerugian daya, maka nilainya harus sekecil mungkin agar Daya
indikatif (Ni) dapat digunakan se-efektif mungkin untuk menggerakan poros. Hal ini
sesuai dengan rumus berikut :
Ni = Ne + Nf [PS]
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 44
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.3 Grafik Hubungan antara Putaran dengan Mean Effective Pressure (MEP)
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 45
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Dari grafik hubungan antara Mean Effective Pressure (MEP) dengan putaran
dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan pada sampai putaran 1700
rpm dan mengalami penurunan pada putaran 1800 rpm – 2100 rpm. Grafik pada putaran
awal cenderung naik (walaupun sempat turun) disebabkan karena Daya Efektif (Ne)
cenderung mengikat pada putaran awal seiring dengan bertambahnya putaran. Dimana
hal ini sesuai dengan rumus:
Pe =
0 ,45 .Neo . z
√d .n. i [kg/cm]
dimana Neo = k. Ne
Dengan naiknya nilai daya efektif (Ne) seiring bertambahnya putaran maka
menyebabkan nilai Neo juga naik, yang juga diikuti dengan naiknya nilai tekanan
efektif rata – rata (MEP) walaupun nilai pembaginya juga naik, (n – putaran),
sedangkan pada putarann1800 rpm – 2100 rpm, grafik cenderung menurun disebabkan
karena nilai daya efektif yang yang mengalami penurunan, diikuti dengan nilai Neo
yang juga menurun karena nilai Neo menurun karena nilai Neo menurun sedangkan
putaran naik, menyebabkan nilai Pe/MEP menjadi turun cukup signifikan.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 46
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.4 Grafik Hubungan antara Putaran dengan SFC
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 47
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Hubungan Putaran dan SFCe (Spesific Fuel Consumption efektif)
Pemakain bahan bakar spesifik efektif berarti pemakaian bahan bakar untuk
setiap daya efektif (Ne). Dari grafik hubungan putaran dan specific fuel consumption
effective telihat bahwa polinomial grafik sedikit melengkung terbuka keatas Hal ini
dikarenakan pada putaran awal dari daya efektif dari mesin masih terbilang kecil dan
mengalami penurunan sampai pada titik minimum pada rentang putaran 1800 rpm
dan kemudian naik kembali pada rentang putaran 1900 rpm (Grafik kurang lebih
stabil karena perbedaan nilai tidak besar ) dikarenakan juga pada putaran – putaran
awal diperlukan konsumsi bahan bakar yang cukup tinggi Hal ini sesuai dengan
rumus :
SFCe =
FCNe [kg/PS.jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran terhadap SFCi
Dari grafik hubungan putaran dan SFCi (SpecificFuel Consumption
Indicated) terlihat bahwa polinomial grafik cenderung konstan. Hal ini dikarenakan
daya indikasi (Ni) yang mengalami peningkatan akibat proses pembakaran yang
semakin sempurna berbanding lurus dengan meningkatnya konsumsi bahan bakar.
dimana sesuai dengan rumus berikut :
SFCi =
FCNi [kg/PS.jam]
Letak grafik SFCi (Spesific Fuel Consumption indikatif) selalu di bawah
SFCe (Spesific Fuel Consumption efektif). Hal ini disebabkan oleh harga Ni > Ne,
sesuai dengan rumus :
Ni = Ne + Nm
Sehingga jika bilangan pembaginya semakin besar, maka menyebabkan
harga SFCi < SFCe.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 48
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.5 Grafik Hubungan Antara Putaran dan Efisiensi
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 49
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Grafik Hubungan Antara Putaran dan Efisiensi Thermal Indikatif (ηi)
Dari grafik hubungan antara putaran dan efisiensi dapat dilihat bahwa
polinomial grafik cenderung konstan . Hal ini disebabkan karena efisiensi thermal
efektif (ηi) dipengaruhi oleh Daya Indikatif (Ni) dan panas hasil pembakaran (Qb),
semakin tinggi putaran maka nilai Qb akan semakin meningkat karena pada putaran
awal panas hasil pembakaran masih cenderung kecil dan nilai daya indikatif (Ni)
yang semakin tinggi seiring bertambahnya putaran. sehingga membuat nilai ηi
konstan dimana sesuai dengan rumus :
ηi =
N i
Qb x 632 x 100 %
Grafik Hubungan Antara Putaran dan Efisiensi Mekanis (ηm)
Dari grafik hubungan antara putaran dan efisiensi mekanis terlihat bahwa
kurva grafik cenderung konstan. Hal ini disebabkan karena grafik ini dipengaruhi
oleh daya efektif (Ne) dan daya indikatif (Ni) dimana kenaikan nilai daya efektif
(Ne) diikuti juga dengan naiknya nilai daya Indikatif (Ni) seiring dengan
bertambahnya putaran mesin (n – rpm). Apabila dihubungkan dengan rumus, maka
rumusnya sebagai berikut :
ηm =
N e
N i x 100 %
Grafik Hubungan Antara Putaran dan Efisiensi Thermal Efektif (ηe)
Dari grafik hubungan antara putaran dan efisiensi thermal efektif terlihat
bahwa polinomial grafik hampir membentuk seperti garis lurus, dimana pada setiap
titik putaran, nilai efisiensi thermal efektifnya mengalami kenaikan dan penurunan
yang tidak seberapa berarti. Hal ini disebabkan karena efisiensi thermal efektif (ηe)
dipengaruhi oleh daya efektif (Ne) dan panas hasil pembakaran (Qb) seiring dengan
bertambahnya nilai putaran mesin(n – rpm) (naik turunnya nilai Ne dan nilai Qb
seimbang dan tidak begitu besar) Hal ini sesuai dangan rumus sbb :
ηe =
N e
Qb x 100 %
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 50
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Grafik Hubungan Antara Putaran dan Efisiensi Volumetrik (ηv)
Dari grafik hubungan antara putaran mesin dengan efisiensi volumetrik (ηv)
terlihat bahwa polinomial grafik memiliki kecenderungan naik. Hal ini disebabkan
karena pada saat mesin berada pada putaran yang tinggi, pergerakan torak maka akan
semakin cepat. Fenomena ini akan menyebabkan katup isap akan semakin cepat
untuk terbuka dan tertutup, sehingga menyebabkan waktu untuk udara mengalir
masuk menuju silinder akan semakin kecil. Hal inilah yang menyebabkan semakin
tinggi putaran maka efisiensi volumetrik (ηv) akan semakin kecil. Secara matematis
rumusnya adalah sebagai berikut :
ηv
= Gs . z . 60γ a . n .Vd .i
x 100 %
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 51
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.6 Grafik Hubungan Antara Putaran dan Neraca Panas
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 52
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas Hasil Pembakaran (Qb)
Dari grafik hubungan antara panas hasil pembakaran (Qb) dan putaran (n –
rpm) terlihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan, maka waktu untuk
melakukan satu kali siklus semakin cepat, sehingga konsumsi bahan bakar semakin
meningkat yang menyebabkan nilai Qb juga meningkat. Pada kurva grafik juga
menurun terjadi karena konsumsi bahan bakar menurun yang menyebabkan nilai Qb
menurun dimana nilai Qb dan nilai FC (konsumsi bahan bakar) berbanding lurus
pada persamaan berikut :
Qb = FC . LHVbahan bakar [kcal/jam]
Secara matematis persamaannya adalah sebagai berikut :
Qb = Qpp + Qw + Qeg + Qe [kcal/jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas yang menjadi Daya Efektif (Qe)
Dari grafik hubungan antara putarann dan panas yang menjadi daya efektif
(Qe) terlihat bahwa kurva grafik cenderung mengalami kenaikan. Grafik mengalami
kenaikan disebabkan karena nilai daya efektif (Ne) yang semakin besar,
meningkatnya nilai daya efektif (Ne) disebabkan karena pembakaran yang terjadi
lebih sempurna dan daya yang hilang akibat gesekan juga masih cenderung kecil,
sedangkan pada grafik terjadi penurunan disebabkan oleh semakin tinggi putaran
mesin, maka daya juga semakin besar akan tetapi losses atau kerugian energi juga
akan semakin besar yang menyebabkan daya efektif mengalami penurunan dimana
rumusnya adalah sebagai berikut :
Qe = Ne . 632 [kcal/jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas yang terbawa Gas Buang (Qeg)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang terbawa oleh gas buang
(Qeg) dapat dilihat bahwa polinomial grafik cenderung mengalami kenaikan. Hal ini
disebabkan karena nilai Qeg yang dipengaruhi oleh nilai Gg yang semakin
meningkat akibat konsumsi bahan bakar yang meningkat pula. Hal ini sesuai dengan
rumus :
Qeg = Gg . Cp g . (Teg – Tud) . 3600 [kcal/jam]
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 53
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Gg = Gs +
FC3600 [kg/s]
Gs =
α . ε . π .d2
4 √2 . g . γa .( P1−P2 ) [ kg/s]
Grafik Hubungan Putaran (n) dan Kerugian Panas Pendinginan (Qw)
Dari grafik hubungan antara putaran dan kerugian panas pendinginan (Qw)
dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan. Pada saat putaran mesin
semakin tinggi, maka panas yang dihasilkan juga akan semakin besar sehingga
selisih temperatur air pendinginan saat keluar (Two) dengan temperatur air masuk
(Twi) semakin besar sedangkan debit air konstan, seharusnya secara teoritis grafik
mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan rumus berikut : Qw = Ww . Cp w . (Two
– Twi) [kcal/jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas Yang Hilang (Qpp)
Dari grafik hubungan antara putaran (n) dan panas yang hilang (Qpp) terlihat
bahwa grafik cenderung mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan nilai panas yang
hilang (Qpp) dipengaruhi oleh kerugian panas pendinginan (Qw), panas yang
terbawa oleh gas buang (Qeg), panas yang menjadi daya efektif (Qe) dan panas hasil
pembakaran (Qb). Hal ini sesuai dengan rumus berikut :
Qpp = Qb – Qw – Qeg – Qe [kcal/jam]
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 54
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.7 Grafik Hubungan antara Putaran dengan Gas Buang
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 55
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Reaksi pembakaran sempurna adalah :
C11H34 + 25,4 O2 + 92,12 N2 → 16 CO2 + 17 H2O + 92,12 N2
Putaran dengan N2
Grafik N2 cenderung turun karena N2 bereaksi pada proses pembakaran
sehingga volumenya relatif menurun.
Putaran dengan O2
Grafik O2 cenderung mengalami kenaikan dan penurunan disebabkan karena
semakin tidak sempurnya proses pembakaran dalam silinder, dalam grafik dapat
dilihat bahwa O2 terbuang paling banyak pada putaran 1900 rpm. Karena adanya
udara berlebih pada ruang bakar, sehingga O2 yang tidak dilibatkan dalam proses
pembakaran dan akhirnya dikeluarkan melalui saluran exhaust. Pada penurunan di
sebabkan O2 mengalami proses pembakaran, sehingga O2 yang dibuang menurun.
Putaran dengan CO
Grafik CO cenderung konstan karena semakin besar putaran mesin, maka
pembakaran akan semakin tidak sempurna, sehingga volume CO akan bertambah.
Namun pada grafik proses pembakaran tidak semakin sempurna. Hal ini tidak sesuai
dengan teorinya dimana semakin tinggi putaran mesin maka semakin tidak sempurna
pembakaran yang terjadi.
Putaran dengan CO2
Grafik CO2 cenderung naik karena merupakan hasil dari reaksi pembakaran
yang semakin sempurna dengan O2 sehinnga hasil pembakaran berupa CO2
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 56
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
4.3.8 Diagram Sankey Pada Putaran 1600 rpm
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 57
PRAKTIKUM MOTOR BAKAR 2014KELOMPOK VI
Diagram Sankey menjelaskan keseimbangan panas yang masuk dan panas yang
juga dimanfaatkan serta panas yang terbuang pada saat pembakaran di mesin terjadi .
Panas hasil pembakaran (Qb) pada putaran 1600 rpm adalah 53235 kcal/jam kemudian
terbagi menjadi panas yang menjadi daya efektif (Qe), panas yang hilang akibat
pendinginan (Qw), panas yang terbawa oleh gas buang (Qeg) dan panas yang hilang
karena sebab – sebab lain (Qpp).
Pada diagram sankey nilai daya efektif Qe sebesar 12636,47026 kcal/jam
(26,3526%) seharusnya jika berdasarkan teorinya, besar presentasenya adalah 30% -
45%. Jelas disini terjadi penyimpangan yang disebabkan karena adanya kerugian panas
yang masih besar (Qw, Qeg dan Qpp)
Pada diagram sankey nilai Qw sebesar 21995,55556 kcal/jam (41,3178%)
padahal pada teori seharusnya presentasenya sebesar 11% - 25%. Terlihat bahwa terjadi
penyimpangan, hal ini dikarenakan pada saat pembakaran terjadi menghasilkan panas
yang lebih besar sedangkan dinding silinder telah mengalami penurunan kualitas karena
pemakaian yang sangat lama sehingga panas diruang bakar banyak yang pindah ke air
pendinginan secara konveksi.
Pada diagram sankey, nilai Qeg sebesar 14028,79953 kcal/jam (26,3526%) lebih
kecil daripada presentase pada teoritisnya yaitu 34% - 40%. Hal ini disebabkan karena
pada saat setelah panas pembakaran terjadi yaitu pada saat proses ekspansi akan terjadi
langkah buang panas yang mengalir menuju saluran buang,sehingga banyak panas yang
hilang. Fenomena tersebut terjadi karena panas banyak berpindah secara konveksi ke
dalam air pendingin. Selain itu kerak (kotoran) juga berpengaruh terhadap besarnya Qeg
aktual, karena dengan adanya kerak pada saluran buang maka akan menyebabkan tidak
lancarnya aliran panas yang keluar dari silinder dan dapat kembali lagi menuju silinder.
Pada diagram sankey, nilai Qpp yang sebesar 4574,174655 kcal/jam (5,977%)
ini lebih besar daripada teorinya yang sebesar 4% - 11%. Hal tersebut terjadi karena
hilangnya panas karena sebab – sebab lain yang meliputi peralatan tambahan pada
mesin diesel. Yang meliputi peralatan tambahan seperti alternator, pompa air pendingin
dan panas – panas lain yang hilang akibat gesekan yang besar pada bearing, poros
engkol serta gesekan yang terjadi pada piston dan silinder.
Laboratorium Motor BakarJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 58