mohammad hatta : dari pembuangan digul sampai … · i mohammad hatta : dari pembuangan digul...
TRANSCRIPT
i
MOHAMMAD HATTA :
DARI PEMBUANGAN DIGUL SAMPAI KONFERENSI MEJA BUNDAR
(1934-1950)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
GAUDENSIUS JEHADIN BOSKO
NIM : 111314004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Makalah ini saya persembahkan untuk :
1. TuhanYesus Kristus yang selalu memberikan berkat dan kasihNya dalam
proses penulisan makalah ini.
2. Kedua orang tua Bapa Vitalis Bosko dan Mama Veronika Jerita yang selalu
memberikan dukungan dan doanya tiada henti. Jasa kalian sungguh saya
rasakan luar biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Selesaikan apa yang sudah kita mulai.
(NN)
Hidup cuma sekali, hiduplah dengan berarti.
(Mohammad Hatta)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
MOHAMMAD HATTA : DARI PEMBUANGAN DIGUL SAMPAI
KONFERENSI MEJA BUNDAR (1934-1950)
Gaudensius Jehadin Bosko
Universitas Sanata Dharma
2017
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua permasalahan
pokok, yaitu: 1) Lattar belakang kehidupan Mohammad Hatta; 2) Peran Mohammad
Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan metode sejarah yang
mencakup lima tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi
(kritik sumber), interpretasi, dan penulisan sejarah. Penulisan ini menggunakan
pendekatan sosial, dan ditulis secara deskriptif analitis.
Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa, 1) Mohammad Hatta memiliki latar
belakang keluarga pesantren dari garis keturunan ayahnya sehingga mempengaruhi
karakter kepemimpinan beliau. Jiwa dagang Mohammad Hatta dipengaruhi oleh
keluarga ibunya yang merupakan pedagang sukses di Batuhampar. Mohammad Hatta
mulai muncul sebagai tokoh perjuangan Indonesia saat menempuh pendidikan di
Belanda. 2) Perjuangan Mohammad Hatta di Indonesia dimulai tahun 1932 setelah
kepulangannya dari Belanda. Ia bersama beberapa tokoh nasional seperti Soekarno
dan Sjahrir gencar melakukan perlawanan terhadap Belanda sehingga pada tahun
1935 sempat diasingkan ke Digul dan berbagai tempat pengasingan lainnya oleh
Belanda. Perjuangan Mohammad Hatta mendapatkan hasil ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Namun karena belum
mendapatkan pengakuan penuh dari Belanda, perjuangan Mohammad Hatta masih
terus berlanjut hingga tahun 1949 yang ditandai dengan pengakuan kedaulatan oleh
Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB).
Kata kunci : Mohammad Hatta, Digul, Konferensi Meja Bundar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
MOHAMMAD HATTA : FROM DIGUL EXILE UNTIL ROUND TABLE
CONFERENCE (1934-1950)
Gaudensius Jehadin Bosko
Sanata Dharma University
2017
This paper aims to describe two key issues: 1) Mohammad Hatta's life
background; 2) Mohammad Hatta's struggle for Indonesian Inpedependence.
Term paper writing is organized by using the method of history that includes
five phases, namely title formulation, sources collection, verification (source
criticism), interpretation, and writing of history. This paper's writing process used
social-cultural approach, and written in a descriptive analytical model.
The results of this writing indicate, 1) Mohammad Hatta has a religious
family background from his father's bloodline, so that it affects Mohammad Hatta's
leadership character. Mohammad Hatta's enterprenurship was influenced by his
mother's family who was a successful merchant in Batuhampar. Mohammad Hatta
began his struggle for Indonesian independence while he was studying in
Netherlands. 2) The struggle of Mohammad Hatta in Indonesia was began in 1932
after his return from the Netherlands. Mohammad Hatta and some Indonesian
national figures such as Sukarno and Sjahrir with their vigorous resistance against
Netherlands. In 1935, Hatta was exiled to Digul and many places by the Netherlands.
The struggle bore fruits when Mohammad Hatta proclaimed Indonesia's
independence in 1945. But as yet obtained full recognition from the Netherlands,
Mohammad Hatta's struggle continues until 1949 which was marked by the
recognition by the Netherlands through the Round Table Conference.
Keyword : Mohammad Hatta, Digul, Round Table Conference.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
bimbingaNya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Mohammad Hatta :
Dari Pembuangan Digul Sampai Konfrensi Meja Bundar (1934-1950)” dengan baik
dan lancar. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan (S,Pd) program studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Saya Sadar bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak saya tidak dapat
menyelesaikan maklah ini.Untuk itu saya mengucapkan limpah terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Kegruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Kaprodi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dorongan dan saran
dalam menulis makalah ini.
3. Drs. A. Kardiyat Wiharyanto M, M. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya dalam penulisan makalah ini.
4. Semua dosen prodi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan saya begitu
banyak pengetahuan.
5. Perpustakaan Sanata Dharma yang sangat membantu menyediakan berbagai
literature sebagai sumber dalam menulis makalah ini.
6. Keluarga saya tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dukungannya.
7. Semua teman-teman dekat yang telah mendukung saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran pembaca agar makalah
ini semakin baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Yogyakarta, 10 September 2017
Penulis,
Gaudensius Jehadin Bosko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTO ................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6
BAB II : LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MOHAMMAD HATTA
A. Latar Belakang Keluarga Mohammad Hatta ............................................. 8
B. Latar Belakang Pendidikan Mohammad Hatta........................................ 11
BAB III : PERANAN MOHAMMAD HATTA DALAM PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
A. Perjuangan Selama di Negara Belanda dan Eropa ................................. 26
B. Perjuangan Selama Masa Pergerakan di Jakarta ..................................... 30
C. Masa Pembuangan ................................................................................... 34
D. Selama Pendudukan Jepang .................................................................... 38
E. Mencapai Cita-Cita Kemerdekaan ........................................................... 41
F. Mempertahankan Kemerdekaan .............................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
G. Konferensi Meja Bundar ......................................................................... 52
BAB IV : KESIMPULAN ...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 62
LAMPIRAN
Silabus .......................................................................................................... 64
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada hari itu oleh
bapak pendiri bangsa Ir.Soekarno dan Drs.Mohammad Hatta yang mewakili
seluruh rakyat Indonesia. Kedua proklamator ini merupakan tokoh penting dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan. Jika melihat kembali ke belakang tentang
bagaimana proses bangsa Indonesia akhirnya lepas dari penjajahan, tentu tidak
akan terlepas dari sosok Mohammad Hatta. Perjuangan beliau telah
menghantarkan bangsa Indonesia menuju gerbang kemerdekaan.
Mohammad Hatta, biasa dikenal dengan nama Bung Hatta, lahir pada
tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung
Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad
Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Lingkungan keluarga yang
berlatar pesantren dan pedagang telah membuat Hatta tumbuh menjadi sosok
yang sangat mendalami agama dan maslah-masalah ekonomi. Hatta menjalani
pendidikan dasar di Bukittinggi. Ia melanjutkan kelas 5 di ELS (Europeesche
Lagere School) Padang, yaitu sekolah dasar untuk kulit putih, hingga kelas 7.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs,
sekarang SMP) di Padang. Setelah lulus dari MULO, Hatta melanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendidikan di Prins Hendrik School, sebuah sekolah dagang menengah di Jakarta.
Di samping belajar ilmu-ilmu umum, Hatta juga belajar ilmu Agama. Hal inilah
yang membuat Hatta sangat disiplin dalam menjaga ibadah, akhlak, dan
moralnya. Ia juga dikenal sangat tepat waktu dan sangat menjaga pergaulannya.
Sejak bersekolah di MULO Hatta telah banyak terlibat dalam pergerakan
pemuda. Salah satunya adalah JBS (Jong Sumatranen Bond), sebuah
perkumpulan pemuda Sumatera. Di sana ia menjabat sebagai bendahara di
kepengurusan pusat. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang bendahara, ia
tidak pernah lalai dan sangat menghargai waktu. Baginya, membuang waktu sama
saja dengan membuang kesempatan untuk berproduksi. Suatu ketika Hatta pernah
menolak bertemu dengan teman yang datang terlambat, saat berjanji akan bertemu
dengannya. Karena hal ini, banyak koleganya yang menganggap dirinya
sombong.
Hatta muncul sebagai pemimpin melalui kemampuan beroganisasi,
dorongan, pemikiran yang kreatif, dan tulisan-tulisannya yang profokatif. Ia
adalah seorang pribumi yang aktif menyuarakan kemerdekaan melalui pergerakan
nasional.1 Sebagai ketua organisasi Perhimpunan Indonesia, Hatta merealisasikan
gagasannya untuk mengawal Indonesia menuju kemerdekaan. Bahkan, ia pernah
berkata tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bukti bahwa Hatta
sangat mencintai bangsanya daripada dirinya sendiri. Hatta memandang
1 Marvis Rose, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1991.
hlm. xvii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kemerdekaan bukan hanya simbol kemegahan bangsa, tetapi juga untuk
kemanusiaan dan peradaban.
Ia banyak memberi kritik terhadap pergerakan nasional di Indonesia yang
dianggapnya tidak mencerminkan kepribadian bangsa. Hatta pernah mengkritik
Soekarno karena dianggap tidak konsisten dalam menjalankan tuntutan
nonkooperasi dengan Belanda. Pada saat itu, Hatta marah besar karena Soekarno
mengirimkan surat yang berisi penyesalannya kepada pemerintah Belanda.
Soekarno menulis akan berhenti melakukan pergerakan politik yang menentang
pemerintah. Ia juga menulis akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Hatta
mengecam tindakan Soekarno ini dengan menulis “Tragedie Soekarno” dalam
Daulat Ra’jat edisi 30 November 1933.
Hatta sangat menekankan pergerakan nasional yang disertai kesadaran,
bukan asal beramai-ramai mendendangkannya. Hatta selalu memikirkan solusi
sebuah masalah secara mendalam. Baginya, setiap keputusan yang diambil harus
melalui pertimbangan yang matang. Ia selalu memperhatikan berbagai aspek yang
berpengaruh dalam masalah. Memang dalam hal ini, Hatta lebih rasional
dibandingkan Soekarno yang dinilai emosional.
Saat menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Soekarno, hubungan di
antara keduanya terjalin sangat baik. Tidak ada yang tahu mengapa kedua tokoh
ini menjadi begitu akrab dan mesra. Setiap keputusan selalu mereka tetapkan
berdua. Sangat jarang terlihat perselisihan paham pada masa ini. Padahal, pada
masa-masa pergerakan nasional Hatta sering berbeda pendapat dengan Soekarno.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Bahkan, tidak jarang timbul konflik di antara keduanya. Hatta lebih berhati-hati
dalam mengambil keputusan. Meskipun begitu Hatta selalu bersikap tegas dalam
mempertahankan keputusannya. Ia tidak gegabah, tetapi berani dan konsisten.
Peristiwa Proklamasi merupakan puncak dari perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaan. Hatta menjadi salah satu tokoh penting karena
terlibat dalam penyusunan konsep proklamasi serta penandatangan teks
proklamasi bersama Soekarno. Sebagai seorang penganut islam, pemikiran Hatta
berbeda dengan tokoh-tokoh lain mengenai tujuh kata-kata awal pembukaan
undang-undang dasar yang memuat tentang syariat islam. Ia dengan tegas
menolak rumusan tersebut karena dianggap mengesampingkan agama lain di
Indonesia. Ia berpendapat bahwa jika rumusan itu tetap dimasukkan dalam
undang-undang hanya akan membuat daerah Indonesia timur melepaskan diri dari
Indonesia.
Hatta dan Soekarno bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.
Kerja sama keduanya sebagai presiden dan wakil presiden membuat mereka
dijuluki dwitunggal. Sifat dan jalan pikiran keduanya pun saling melengkapi.
Soekarno dikenal sebagai sosok yang mampu menguasai rakyat, membakar
semangat mereka, seakan mengarahkan mereka ke mana saja. Sebaliknya, Hatta
mampu menguasai diri dalam keadaan apapun, yang banyak berpikir dengan
tenang dan dalam, memperhatikan sesuatu kejadian atau perkembangan dengan
cermat, dan bila sudah mengambil keputusan, keputusannya itu tetap ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pertahankan.2 Hatta juga dikenal dengan kemampuannya dalam urusan diplomasi,
sehingga saat Indonesia dihadapkan dalam situasi perang kemerdekaan dengan
Belanda, Hatta tampil sebagai diplomat ulung dalam beberapa perundingan
dengan Belanda. Puncaknya adalah saat Hatta dipercayakan menjadi ketua
delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Mohammad Hatta hingga menjadi salah
satu tokoh penting perjuangan kemerdekaan Indonesia?
2. Bagaimana peran Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Mohammad Hatta.
2. Mendeskripsikan peran Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari tulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis
Makalah ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam kepada
penulis mengenai peran hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia . Hal
ini sekiranya dapat bermanfaat bagi penulis sebagai guru sejarah dikemudian
2 Deliar Neor, Biografi Politik Bung Hatta, Jakarta : LP3ES, 1990, hlm. 92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
hari saat menjelaskan kepada siswa tentang peran Mohammad Hatta dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penulisan makalah ini adalah salah satu perwujudan Tri Darma
Perguruan tinggi, yakni Dharma bidang penelitian. Kiranya makalah ini
menjadi tambahan pengetahuan pustaka pendidikan sejarah dan universitas
mengenai peran Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
3. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah
Makalah ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa Prodi
Pendidikan Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai peran
Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal ini
bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan sejarah para mahasiswa
Prodi Pendidikan sejarah
E. Sistematika Penulisan
Makalah yang berjudul “MOHAMMAD HATTA : DARI
PEMBUANGAN DIGUL SAMPAI KONFERENSI MEJA BUNDAR (1934-
1950)” memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : Membahas tentang latar belakang mengapa judul ini diangkat,
rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisannya.
Bab II : Memabahas tentang latar belakang kehidupan Mohammad Hatta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bab III : Membahas tentang peran Mohammad Hatta dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
BAB IV : Berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MOHAMMAD HATTA
A. Latar Belakang Keluarga Mohammad Hatta
Mohammad Athar atau yang populer dikenal dengan nama Mohammad
Hatta lahir di Batu Hampar, Bukit Tinggi pada 12 Agustus 1902. Nama
Mohammad Hatta berasal dari Muhammad Athar yang diambil dari nama lengkap
seorang tokoh Muslim, yaitu Muhammad Ata-Ilah Al-Sakandari, pengarang kitab
Al-Hikmah. Hatta juga mempunyai nama panggilan, dan Orang-orang di
Bukitinggi biasa memanggil dengan nama Athar.3 Keluarga Hatta adalah
keluarga yang cukup terpandang di Batu Hampar. Ayahnya, Haji Muhammad
Djamil adalah putra Syekh Abdulrahman, sedangkan ibunya, Siti Salehah adalah
putri dari Ilysah gelar Bagindo Marah dan Aminah, keduanya juga memiliki
panggilan Khas dari Mohammad Hatta yaitu Pak Gaek dan Mak Gaek. Hatta
adalah anak bungsu dari dua bersaudara, kakanya bernama Rafiah.
Keluarga besar ayah Hatta sebagain besar adalah ulama. Kakeknya, Syaikh
Abdurrahman adalah seorang ulama besar, pemilik pesantren dan pengasuh
tarikat Naqsabandiyah di Batu Hampar, Payakumbuh. Tetapi beda dengan ayah
Hatta, Mohammad Djamil tidak mengikuti jejak ayahnya Syaikh Abdurrahman
menjadi ulama, melainkan mengikuti jejak orang tua ibu Hatta yang bergelut di
dunia perdagangan. Walaupun Mohammad Djamil tidak melanjutkan jejak
3 Alfarisi Salman, Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980. Jogjakarta: Garasi, 2010, hlm. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ayahnya menjadi ulama, namun dalam dirinya pengaruh agama tidak bisa lepas
dari dirinya karena memang sejak kecil ayah Hatta sudah dididik agama, baik
ibadah maupun perilakunya, dengan sangat disiplin.
Keluarga Hatta dari pihak ibu merupakan keluarga pengusaha yang berhasil,
terlibat dalam berbagai perusahaan, termasuk ekspor kayu, bisnis angkutan, dan
kontrak pos dengan pemerintah Belanda.4 Kakeknya bernama Ilyas gelar Bagindo
Marah, yang biasa dipanggil dengan nama Pak Gaek oleh Hatta. Pak Gaek adalah
seorang pedagang besar, sampai ke Sawahlunto dan Lubuk Sikaping. Beberapa
paman Hatta juga menjadi pengusaha besar di Jakarta, di daerah Senen. Pada saat
Hatta berumur 8 bulan, ayahnya meninggal dunia diusia 30 tahun sehingga Hatta
tidak terlalu begitu mengenal sosok ayahnya. Tetapi menurut cerita orang,
termasuk ibunya, Hatta sangat mirip dengan sosok ayahnya.5 Ibu Hatta juga
mengatakan bahwa “Hatta potret hidup dari ayahnya.” Setelah lama suaminya
meninggal dunia, ibu Hatta Siti Salehah bertemu dengan Haji Ning, beliau adalah
seorang pedagang dari Palembang. Tidak lama kemudian akhirnya ibu Hatta
menikah lagi yang kedua kalinya dengan Haji Ning.
Keluarga Hatta pada waktu itu tinggal dalam satu rumah bertingkat.
Sebelum adik-adik Hatta lahir, seisi rumah terdiri dari buyut Hatta yang dipanggil
nenek, Pak Gaek dan Nenek Hatta Aminah, ibu Hatta, ayah tiri Hatta, pamannya
yang dipanggil Mak Alieh dan istrinya, paman Hatta yang paling muda Idris,
4 Marvis Rose, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1991.
hlm.7. 5 Deliar Neor, Biografi Politik Bung Hatta, Jakarta : LP3ES, 1990, hlm. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kakak Hatta Rafiah dan Hatta sendiri. Rumah itu cukup luas bagi keluarga Hatta
dan juga masih ada tempat bagi pelayan dan pembantu rumah tangga yang tinggal
di dalamnya. Pelayan pada waktu itu bukanlah pelayan yang biasa didapati pada
masa sekarang, melainkan anak-anak orang yang diserahkan kepada keluarga
Hatta untuk dididik dalam mengurus rumah tangga dan diperlakukan sebagai
anggota keluarga.
Setelah adik-adik Hatta lahir, empat orang jumlahnya, dan paman Hatta juga
memiliki dua orang anak, Pak Gaek mendirikan rumah baru sederet letaknya
untuk ibu dan paman-paman Hatta serta untuk anak-anak beliau yang berjumlah
tiga. Tanah tempat pendirian tiga rumah itu kepunyaan Mak Alieh, untuk
cucunya, masih ada ada lagi rumah “usang”. Sampai berumur lima tahun lebih
Hatta menyangka bahwa Haji Ning adalah Ayahnya. Beliau memperlakukan
Hatta begitu baik sehingga Hatta tak menduga Haji Ning ayah tirinya. Setelah
adik-adik Hatta lahir, ayah tiri Hatta tak sedikitpun berubah sikapnya terhadap
Hatta. Dari keturunan ayah kandung Hatta hanya dua orang anak saja yang
dilahirkan , yaitu Mohammad Hatta sendiri dan kakak perempuannya Rafiah.
Umur Hatta dan kakaknya cuma selisih dua tahun. Setelah ibunya menikah
dengan Haji Ning, pernikahan mereka melahirkan empat anak dan semuanya
perempuan, sehingga Hatta memiliki lima saudara perempuan dan beliau
merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga.
Pengalaman sebagai anak laki-laki satu-satunya sudah menjadikan Hatta
sebagai tumpahan kasih sayang, perhatian dan anak yang paling diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pengawasan yang ketat oleh keluarga ibunya, yang sudah terbukti membentuk
Hatta sebagai seorang anak yang taat, teratur dan berdisiplin. Latar keluarga
ibunya yang kehidupannya berkecimpung sebagai pedagang, serta bertahun-tahun
tinggal bersama ayah tirinya yang juga sebagai pedagang, telah mempengaruhi
minat Hatta terhadap masalah-masalah ekonomi, sedangkan dari latar belakang
ayahnya yang pemuka agama Islam, telah meninggalkan dasar-dasar pemahaman
agama yang kuat dalam diri Hatta. Tidak mengherankan jika kelak nanti Hatta
tumbuh menjadi pemeluk Islam yang kuat tapi rasional, sekaligus sarjana
ekonomi yang disegani.6
B. Latar Belakang Pendidikan Mohammad Hatta
Untuk masalah pendidikan, tampaknya Hatta sudah dipersiapkan oleh
keluarganya tentang pendidikannya kelak. Saat masih berusia lima tahun, Hatta
dipersiapkan untuk masuk di sekolah rakyat, tetapi setelah Hatta mendaftarkan di
sekolah rakyat, Hatta belum bisa diterima karena umurnya belum mencapai enam
tahun. Karena pada waktu itu tidak mudah untuk masuk sekolah. Contohnya di
sekolah rakyat, kepala sekolah memberikan peraturan, untuk mengetahui siswa
sudah enam tahun, siswa harus bisa menjangkau pucuk telinga kiri dengan tangan
kanan melalui kepala. Karena Pak Gaek ingin sekali Hatta sekolah, akhirnya
Hatta dimasukan ke sekolah privat milik Tuan Ledeboer. Hatta diajarrkan
membaca dan menulis oleh anak perempuan Tuan Lederboer yang sudah tamat
6 Zulfikri Suleman, Demokrasi Untuk Indonesia, Pemikiran Politik Bung Hatta. Jakarta, Kompas, 2010, hlm. 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sekolah Belanda. Setelah selesai menamatkan pendidikan di sekolah privat
Belanda selama tujuh bulan, khususnya untuk memacu kemampuan Hatta dalam
membaca dan menulis, akhirnya Hatta baru diterima belajar di sekolah rakyat
yang letaknya di Bukitinggi.
Selain menerima pendidikan di sekolah, Hatta juga belajar mengaji setiap
malam sehabis magrib. Hatta belajar mengaji di surau Syekh Mohammad Jamil
Jambek bersama teman-teman sebayanya. Pengajian di surau, ditekankan pada
penguasaan bacaan yang mencakup ketepatan mengucapkan huruf-huruf, atau
panjang pendek (tajwid), dengungan dan irama. Hatta cepat dalam mengenal dan
menghapal huruf-huruf arab, dan cepat pandai membaca Juz Amma. Tetapi Hatta
mengakui dia lemah dalam menguasai irama, padahal sudah berulang kali Hatta
diajarkan tapi selalu salah. Bagaimanapun pelajaran mengaji mampu memupuk
semangat keagamaan dan kekeluargaan.7 Setelah Hatta mengenyam pendidikan
selama enam sampai tujuh bulan lamanya, ada kabar baik dari Pak Gaek, dia
diberi pesan dari guru Thaib di sekolah rakyat, bahwa di kelas satu masih banyak
tempat yang kosong. Umur Hatta juga sudah mencapai enam tahun dan dia sudah
diperbolehkan untuk masuk sekolah. Selama belajar di sekolah Belanda Hatta
sudah bisa membaca dan menulis, maka dari itu Hatta sudah mempunyai modal
untuk masuk di sekolah rakyat. Selama belajar di kelas satu, Hatta hanya
membutuhkan waktu sekitar empat bulan saja. Karena selama empat bulan Hatta
7 Zulfikri Suleman, Demokrasi Untuk Indonesia, Pemikiran Politik Bung Hatta. Jakarta, Kompas, 2010, hlm. 63-
64.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
selalu mendapatkan nilai yang bagus, Hatta langsung naik ke kelas dua, satu kelas
dengan kakak satu-satunya Rafiah. Hatta benar-benar memafaatkan waktunya
untuk belajar, setelah selesai mengikuti sekolah rakyat di pagi hari, sore harinya
Hatta melanjutkan belajar berbahasa Belanda dengan seorang guru sekolah
Belanda milik Tuan Janzen. Dalam hal berhitung, Hatta memang selalu
terbelakang saat waktu di kelas, sebab sewaktu di rumah Hatta tak pernah
mempelajarinya. Tetapi, berkat bantuan kakaknya, ketinggalan itu dapat dikejar
Hatta. Hatta mulai tercengang ketika dia mulai duduk di kelas tiga, karena di
antara kawan-kawannya ada yang sudah berumur 16 tahun dan sudah ikut
bermain sepakbola dengan orang yang lebih dewasa. Hanya ada empat atau lima
orang, selain Hatta dan kakaknya, yang berumur 10 tahun. Hal ini telah
menunjukan betapa rendahnya penghargaan orang pada waktu itu terhadap
sekolah pemerintah. Selama dua tahun Hatta belajar di sekolah rakyat, sampai
pertengahan kelas tiga. Hatta pindah ke sekolah Belanda dan diterima di kelas
dua, sesuai dengan tingkat pengetahuannya dalam bahasa Belanda. Awalnya
Hatta enggan pindah ke sekolah Belanda, karena dia takut kehilangan teman-
teman sepermainan di sekolah, yang semuanya adalah anak-anak bangsa sendiri.
Tetapi dengan bujukan dari keluarga dan gurunya akhirnya Hatta pindah ke
sekolah Belanda.
Setahun sesudah hal itu, saat Hatta duduk di kelas tiga, Pak Gaek akan
menjalankan ibadah Haji ke Mekkah dan Hatta akan dibawa menurut rencana
yang sudah lama ditetapkan, tetapi beberapa minggu sebelum keberangkatan Pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gaek ke Mekkah, ada desakan dari ibu dan pamanya, supaya jangan Hatta yang
ikut ke Mekkah, melaikan pamannya yang bungsu, Idris, karena Hatta dianggap
belum cukup umurnya untuk pergi ke Mekkah, sedangkan pengajian AL- Quran
juga belum tamat. Menurut pamannya lebih baik Hatta tamat sekolah terlebih
dahulu. Sesudah khatam Quran, Hatta mulai mengaji Nahu dengan mengerti
sedikit-sedikit bahasa Arab, barulah pergi ke Mekkah dan kemudian ke Kairo.
Alasan tersebut akhirnya bisa diterima oleh Pak Gaek dan ia berangkat ke
Mekkah dengan Idris, paman Hatta.8
Memasuki tahun ketiga, Hatta dipindahkan ke sekolah dasar tujuh tahun
khusus untuk anak-anak Belanda, ELS (Europese lagere School, sekolah dasar
untuk orang kulit putih), di Bukitinggi. Tidak lama sekolah di ELS, memasuki
kelas lima pada pertengahan tahun 1913, Hatta pindah ke sekolah ELS di Padang.
Penyebab Hatta pindah sekolah ke ELS di Padang yaitu, tiga bulan sebelum libur
panjang murid-murid kelas empat yang bermaksud akan menempuh kemudian
ujian masuk HBS (Hogere Burger Scool,setara sekolah menngah atas) boleh
mengambil pelajaran privat dalam bahasa Perancis. Pelajaran itu diberikan oleh
seorang guru sekolah Belanda pada sore hari, tiga kali seminggu. Kebetulan pada
waktu itu Pak Gaek sudah memperoleh persetujuan dari tuan Chevalier, seorang
komisi pos, bahwa ia akan mengajarkan bahasa Inggris kepada Hatta. Menurut
Pak Gaek, bahasa Inggris lebih penting dan lebih perlu daripada bahasa Prancis
8 Taufik Abdullah, Mohhamad Hatta, Untuk Negriku, Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi. Jakarta, Kompas,
2010, hlm. 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sebab bahasa perniagaan. Maka dari itu Hatta tidak jadi mengikuti pelajaran
bahasa Prancis.
Setelah tiga bulan Hatta belajar bahasa Inggris, tuan Chevalier dipindahkan
kerja ke Batavia. Pindah belajar bahasa Perancis, Hatta sudah ketinggalan tiga
bulan. Maka, diputuskan oleh orang tua Hatta untuk pindah sekolah ke Padang
sesudah masa liburan. Setelah ke padang, ada sekolah Belanda pertama yang
mengajarkan bahasa Perancis sebagai mata pelajaran kelas lima. Pak Gaek
akhirnya mengusahakan supaya Hatta bisa masuk dikleas lima. Selama Hatta
bersekolah di situ dari kelas lima sampai kelas enam hanya ada tiga anak orang
Indonesia yang satu kelas dengan Hatta, di sekolah ini cuma ada tujuh anak orang
Indonesia. Kebanyakan anak-anak Indonesia yang boleh masuk di sekolah
Belanda diterima pada sekolah Belanda kedua yang sederajat dengan sekolah-
sekolah Belanda lainya seluruh Sumatera.
Selama di Padang Hatta tinggal bersama Pak Gaek, karena sejak beliau
pulang dari Mekkah dan urusan pekerjaannya lebih banyak di Padang dari pada di
Bukitinggi, beliau juga mendirikan rumah tangganya yang kedua. Hatta tidak
suka dengan kelakuan pak Gaek, yang menikah lagi dengan orang lain, sedangkan
umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Dua tahun Hatta menetap bersama Pak Gaek
dan istri mudanya, Hatta dipindahkan ke rumah ayah tirinya, Haji Ning, karena
rumahnya lebih dekat dengan sekolah Hatta.
Selama hidup di padang Hatta juga meluangkan waktunya berkumpul
dengan teman-temannya dan bergabung dalam suatu klub sepak bola pribumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Setelah pada awalanya menjadi anggota biasa, akhirnya Hatta dipilih sebagai
bendahara, lalu juga menjadi sekertaris di klub tersebut. Hatta memang
mengetahui kegiatan seperti itu, disamping untuk memuaskan hobinya, sebagai
proses pembelajaran dalam kehidupan berorganisasi dan bekerja dalam kelompok
untuk kepentingan bersama. Meskipun asik dalam kegiatan bermainnya, Hatta
tidak pernah mengabaikan sekolahnya. Kedua hal ini dapat di lakukan, karena
Hatta sudah terbiasa hidup berdisiplin.
Pada pertengahan tahun 1916 Hatta berhasil menyelesaikan pendidikan
dasarnya di ELS Padang. Hattta lulus sekloha dasar dengan nilai yang cukup
baikuntuk bisa langsung melanjutkan ke Hogere Burger School (HBS) atau SMA
di Batavia, ibukota kolonial di Jawa9. Tetapi, pada kenyataannya Hatta tidak
diperbolehkan oleh ibunya sekolah di HBS di Batavia karena Hatta dianggap
umurnya masih terlalu muda. Setelah melalui kekecewaan, akhirnya Hatta
mematuhi saran ibunya dan memilih melanjutan pendidikannya di MULO (Meer
Uitgebreid Lager Orderwijs : Pendidikan Dasar Lebih Lanjut) Padang. Dalam
benak Hatta keinginan melanjutkan ke HBS masih ada, Hatta berkeinginan
setelah lulus di MULO Hatta akan melanjutkan ke HBS. Hatta juga merasa berat
berbuat seperti itu, sebab Hatta akan rugi setahun.
Waktu Hatta masuk ke MULO di Padang, sudah banyak anak-anak
Indonesia yang bersekolah di MULO. Sekolah itu terbuka bagi murid-murid yang
9 Marvis Rose , Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1991. hlm.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
datang dari sekolah Belanda dua dan yang berasal dari HIS. Mereka diterima dan
dibebaskan dari pelajaran bahasa Perancis. Sebelum itu, hanya murid-murid
sekolah Belanda pertama yang dapat melanjutkan pelajarannya di sekolah
MULO. Sejak dua tahun terbuka kesempatan bagi murid-murid tamatan HIS
untuk masuk sekolah MULO, tetapi dengan melalui voorklas, kelas permulaan
dua tahun lamanya. Fokus pelajaran pada kelas permulaan terletak pada pelajaran
bahasa Belanda sekali pun mata pelajaran yang lain tidak diabaikan.
Murid-murid dari sekolah Belanda pertama dimasukan ke kelas IA, di mana
pelajaran bahasa Perancis diajarkan sebagai sambungan pelajaran yang telah
diperoleh di sekolah Belanda pertama. Murid-murid yang datang dari sekolah
Belanda kedua, yang tidak mengikuti pelajaran bahasa Perancis, ditempatkan di
kelas IB. Pada pertengahan tahun 1918, datang keputusan pemeritah bahwa mulai
dengan tahun pelajaran 1918/1919 murid MULO di Padang akan diberi
kesempatan mengikuti pelajaran agama satu jam seminggu menurut agamanya
masing-masing. Unutk yang beragama Islam akan diajarkan oleh Haji Abdul
Ahmad, murid-murid yang beragama Protestan dari seorang domine, dan bagi
murid-murid yang beragama Katolik akan diajarkan oleh seorang pastor.
Sejak Hatta duduk di kelas dua MULO, perhatiannya terhadap masalah-
masalah di luar pelajaran sekolah bertambah besar. Sejak Sarikat Usaha
memperjuangkan agama di sekolah MULO, Hatta sudah berhubungan dengan
perkumpulan tersebut. Terutama dengan sekretarisnya, Engku Taher Marah
Sutan, seorang idealis yang giat berkerja dengan tidak kenal lelah. Kalau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ada dia, Sarikat Usaha tidak menjadi pusat pertemuan orang-orang terkemuka
serta kaum cerdik pandai di Padang. Hampir setiap hari Hatta datang ke
perkumpulan Sarikat Usaha untuk mengasah otaknya dengan masalah-masalah
yang tidak diajarkan di MULO. Masa-masa di MULO juga menjadi periode yang
penting saat kesadaran politiknya sebagai anak bangsa mulai tumbuh dan
berkembang.10
Pada bulan Mei 1919 Hatta lulus dalam ujian MULO dan terbukalah jalan
bagi Hatta unutk melanjutkan sekolahnya di Batavia. Tetapi, ada saja yang
menganjurkan Hatta untuk meneruskan bersama Alimudin dan Kalimalikul Adil.
Alimudin tiga tahun lebih dahulu dari Hatta tamat dari sekolah MULO,
Kalimalikul Adil setahun lebih dahulu. Kedua-duanya tekenal sebagai murid yang
pintar. Tetapi, Hatta memilih Prins Hendrik School (PHS), Sekolah Dagang
Menengah lima tahun. Pada pertengahan Juni 1919 Hatta pergi ke Batavia.
Setelah dua hari berada di Batavia, Hatta mulai mendaftar ke sekolah PHS (Prins
Hendrik School) untuk mendaftarkan dirinya sebagai murid, bagi sekolah
dagangnya.
Setelah satu minggu duduk di bangku PHS kelas satu bagian dagang, Hatta
merasakan perbedaan cara guru mengajarkan di PHS dan di MULO. Waktu
sekolah di MULO pelajaran itu seperti dituangkan oleh guru ke otak murid,
sedangkan di PHS lebih banyak disuruh menangkap apa yang diutarakan guru
berdasarkan pada buku pelajaran. Guru memperingatkan supaya bagian yang akan
10 Arif Zulkifli dkk, Mohammad Hatta, "Jejak yang Melampaui Jaman", Jakarta: Tempo. 2010. hlm. 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
diterangkan itu terlebih dahulu di baca di rumah, sebelum guru menerangkan di
sekolah.
Setelah lama menempuh pendidikan di PHS, pada bulan Mei 1921 Hatta
berhasil menamatkan sekolahnya di PHS, bahkan memperoleh rang king tiga.
Ada 21 orang lulus dan 3 orang lainya tidak lulus. Dengan demikian cita-cita
Hatta untuk melanjutkan sekolah ke negeri Belanda tampaknya akan menjadi
kenyataan. Tetapi, secara kebetulan Mak Etek Ayub yang sejak semula sudah
berjanji akan membiayai pendidikannya ke Rotterdam mengalami kebangkrutan
dalam usaha dagangnya, bahkan Mak Etek Ayub sempat masuk penjara. Disisi
lain Hatta juga tergoda untuk mengisi lapangan kerja yang waktu itu terbuka luas
dan dengan gaji yang menggiurkan untuk tamatan sekolah menengah. Dua hal itu
yang membuat Hatta ragu-ragu untuk melanjutkan pendidikannya ke Rotterdam.
Setelah mendengar nasihat dan dukungan dari mantan gurunya di PHS, Dr. De
Kock, juga dari Mak Etek Ayub sendiri dan jaminan akan memperoleh beasiswa
dari Van Deventer Stichting, akhirnya Hatta memutuskan untuk tetap berangkat
ke Negeri Belanda.11
Pada 3 Agustus 1921 Hatta berangkat ke Negeri Belanda saat Hatta berumur
19 tahun. Pada tanggal 5 September 1921 Hatta sampai di Belanda dan langsung
merapat ke Rotterdam. Hatta memang akan mendaftarkan diri di Sekolah Tinggi
Dagang (Handels Hoge School) di kota itu. Proses pendaftaran, persiapan kuliah,
dan terutama, penyesuaian fisik dan mental dengan suatu kehiduapam masyarakat
11 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita. Jakarta: Idayu Press, 1966, hlm. 24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Eropa dilaluinya dengan lancar. Pengalaman bergaul dengan keluarga Belanda
sejak masa kecil di Bukitinggi sampai pendidikan menengah di Padang dan
Batavia agaknya telah menyiapkan Hatta untuk menjalani suasana kehidupan
masyarakat Barat tanpa kejutan budaya yang berarti. Hatta bahkan mampu
memahami budaya dan peradaban Barat dengan lebih baik dan menyerap segi
positif dari budaya dan peradaban Barat seperti berfikir rasional, kerapian dan
berpakaian, tertib dan disiplin terhadap waktu.
Hari selasa ketiga bulan September, sehari sesudah Hatta diterima menjadi
mahasiswa, dari segala mata pelajaran ada yang diwajibkan, ada yang fakultatif,
ada yang tambahan saja untuk meluaskan pandangan. Hatta pun tertarik kepada
kuliah tambahan, kuliah tentang Tata Negara yang diajarkan oleh Profesor
Oppenheim, yang menjadi ketua perkumpulan otonomi untuk Hindia Belanda.
Beliau mulanya adalah Guru Besar Tata Negara di Leiden dan Guru Besar Luar
Biasa untuk ilmu itu di Rotterdam.
Beberapa tahun sebelum Hatta sampai di Rotterdam, ia sudah
mengundurkan diri sebagai guru besar karena umurnya sudah 70 tahun. Atas
permintaan banyak mahasiswa, kuliahnya di Rotterdam diteruskan dengan nama “
Ceramah Profesor Oppenheim” tentang Ilmu Tata Negara. Caranya membrikan
kuliah sangatlah menarik. Sayangnya Profesor Oppenheim menghentikan
kuliahnya pada akhir tahun pelajaran 1921-1922 karena umurnya sudah genap 76
tahun, hanya setahun saja Hatta mengikuti perkuliahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kuliah yang sangat menarik pula ialah kuliah Profesor F. De Vries. Ia
mengajarkan pokok-pokok Ilmu Ekonomi, yang disebut waktu itu “Ekonomi
Teoretika”. Logikanya, suasana kalimatnya begitu menarik perhatian sehingga
mata pelajaran yang diberikannya itu dipandang di Rotterdam sebagai pusat Ilmu
Ekonomi. Ia mengajarkan Ekonomi Teoretika tidak saja pada pendidikan
kandidat, tetapi juga pada pendidikan doktoral. Empat atau lima tahun berturut-
turut ia mendidik seorang mahasiswa ekonomi, sebelum mencapai tingkat
doktorandus. Setiap tahun kuliahnya diperbaikinya, susunan kata-katanya dan
cara memecahkan masalahnya.
Pada waktu itu pelajaran kandidat ekonomi dibagi dua golongan. Golongan
yang pertama yaitu pendidikan biasa dan umum. Bagian kedua disebut
pendidikan Ekonomi Kolonial. Untuk bagian ini, mahasiswa dibebaskan dari
mengikuti kuliah Sejarah Ekonomi dan beberapa bagian dari Organisasi Ekonomi.
sebagai gantinya, mahasiswa yang mengikuti pelajaran Ekonomi Kolonial wajib
mempelajari lima mata pelajaran sepesial yang berhubungan dengan Hindia
Belanda, yaitu Ekonomi Kolonial, Politik Kolonial, Etnologi, Pengetahuan
Barang, Teknologi dan Kimianya, serta Bahasa Melayu.
Untuk pelajaran Ekonomi Kolonial diajarkan oleh Lektor Gonggrijp.
Sebelum diangkat menjadi lektor untuk mata pelajaran tersebut, ia mengajar
sebagai kontrolir di Hindia Belanda. Dalam jabatan itu, ia mempelajari masalah-
masalah ekonomi Hindia Belanda, yang dianggapnya berlainan dasar dan
coraknya dari ekonomi benua Barat. Waktu pulang perlop ke negeri Belanda ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menguraikan di beberapa tempat pendapatnya tentang ekonomi kolonial, sambil
mengikuti beberapa kuliah di Leiden.
Politik Kolonial diajarkan oleh D.G. Stubbe dengan jabatan Guru Besar
Luar Biasa. Sebelumnya, ia adalah guru di Nederlands-Indische Bestuurs-
academie. Mata pelajaran Etnologi diajarkan oleh Guru Besar Luar Biasa J.C.
Van Eerde, Guru Besar di Universitas Amsterdam. Pengetahuan Barang Dagang
serta Teknologi, dan Kimianya diajarkan oleh Prof. Verkade, Guru Besar di
Handels-Hogeschool, Rotterdam. Bahasa Melayu diajarkan oleh Prof. C. Spat,
guru besar di Koninkilijke Militare Academie di Breda. Dari beberapa mata
pelajaran yang sudah ada, Hatta memilih untuk mengikuti pelajaran bagian
Ekonomi Kolonial, dengan tidak melepasakan pelajaran tentang Sejarah Ekonomi
dan beberapa bagian dari Organisasi Ekonomi, yang dibebaskan bagi mahasiswa
yang mengikuti bagian pelajaran Ekonomi Kolonial. Dengan niat Hatta untuk
mencapai yang dia harapkan, Hatta mengatur waktu belajarnya dengan
semaksimal mungkin, suapaya dapat menempuh ujian dengan tepat waktu. Selain
tekun dalam perkuliahannya, Hatta juga aktif dalam organisais Indsche
Vereniging (Perkumpullan Hindia), dan di organisi ini Hatta menjabat sebagai
bendaharnya.
Setelah lama Hatta mengikuti perkuliahan, pada bulan Mei menghadapi
masa penghabisan dengan menempuh ujian untuk memperoleh diploma
handleseconomie, terbagi atas dua bagian. Bagian pertama Hatta akan diuji oleh
Prof. Mr. F. De Vries, tentang ekonomi teoretika, Prof. G.M. Verrijn Stuart
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tentang uang, kredit dan bank, serta politik peninggalan dan perhubungan, Prof.
Mr. Dr. H.R. Ribbius tentang hukum dagang. Setelah satu jam lamanya mengikuti
ujian Hatta dipersilahkan untuk menungggu di luar. Belum lima menit Hatta
keluar dari ruang ujian Hatta dipanggil untuk masuk. Ketua komisi ujian
memberitaukan bahwa Hatta, lulus dalam ujian pertama dan memperbolehkan
untuk menempuh ujian bagian kedua. Seminggu setelah mengikuti ujian pertama
Hatta menempuh ujian hondlseconomie bagian kedua. Tetapi dalam ujan kedua
Hatta gagal melakukanya karena hasilnya tidak memuaskan menurut pengujinya.
Sebab itu, Hatta diminta kembali diuji tiga bulan lagi. Setelah tiga bulan
menunggu akhirnya pada tanggal 27 November 1923 Hatta lulus ujian bagian
kedua dengan tidak keberatan.
Pada pertengahan September 1925, Hatta ke Handels-HogeSchool
Rotterdam untuk mencatatkan dirinya sebagai mahasiswa tahun 1925-1926
sambil memperoleh berbagai keterangan tentang jurusan baru dalam pelajaran
doktoral. Setelah membaca program-program perkuliahan doktoral tersebut, Hatta
tertarik pada jurusan Hukum Tata Negara dan Hukum Adminstratif yang akan
diajarkan oleh Mr. C.W. De Veries. Mata pelajaran yang diambil sebagai mata
pelajaran pilihan tentang keuangan negara, akan diajarkan oleh Prof. Mr. D. Van
Blom, yang sudah lama mengajarkan Undang-Undang Perusahaan dan Sosial di
Rotterdam. Hukum Internasional yang akan Hatta ambil dalam pilihan kedua
tetap akan diajarkan oleh prof. Mr. Dr. J.P.A. Fancois, yang sudah dua tahun telah
diikuti Hatta. Maksud Hatta semula, ia akan menempuh tentamen padanya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
permulaan kuliah 1925-1926. itu mudah dilakukan bagi Hatta, sebab jabatan yang
biasa adalah pada Departemen Luar Negeri di Den Haag, sedangkan di
Rotterdam, sejak tahun 1919 ia menjadi guru besar luar biasa untuk mengajarkan
Hukum internasional. Selama mengikuti perkuliahan Hatta memberanikan dirinya
untuk pulang pergi dari Den Haag ke Rotterdam.
Pada tanggal 20 Desember 1925, sebelum libur Natal bermula, Hatta datang
mengunjungi prof. C.W. De Veries di kamar kerjanya untuk menanyakan buku-
buku yang harus dipelajarinya untuk tentamen dan ujian doktoral. Sebelum mulai
libur natal pada minggu kedua bulan Desember 1925, Hatta akan menempuh
tentamen Hukum Internasional pada Prof. Fancois di tempatnya di bironya pada
Kementrian Luar Negeri di Den Haag. Setelah diuji kurang dari setengah jam
akhirnya Hatta lulus dalam ujian dan berkeinginan untuk menempuh ujian
doktoral, tetapi sesudah tahun 1926, karena keinginan Hatta untuk mengikuti
jurusan baru Staatkundige Economische Richting dan akhirnya Hatta
diperbolehkan meninggalkan bironya. Tetapi di tengah jalan Hatta memutuskan
untuk mengundurkan jangka menempuh ujian doktoral dan memilih untuk
menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia tahun 1926.
Pada akhir Juni 1932, Hatta melanjutkan studinya untuk menyelesaikan ujan
doktoralnya. Ujian dibagi menjadi dua, masing-masing ujian satu jam waktunya.
Bagian pertama Hatta akan di uji oleh Prof. Mr. F. De Vires, Prof. Mr. De
Verrijin Stuart, dan Prof. Mr. C.W. De Viries. Pada bagian kedua diuji oleh Prof.
Mr. C.W, Prof. Mr. Dr. Franciois, dan Prof. Mr. Van Blom. Setelah ujian pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ditempuh, Hatta dapat menempuh ujian doktoral pertama dan bisa menempuh
ujian doktoral yang kedua. Dengan niat yang sudah ada, akhirnya Hatta dapat
menyelesaikan ujian yang kedua, dan mendapatkan predikat keberatan. Setelah
menyelesaiakan ujian doktoral, Hatta memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
PERAN MOHAMMAD HATTA DALAM PERJUANGAN
KEMERDEKAN INDONESIA
A. Perjuangan Selama di Negara Belanda dan Eropa
Mohammad Hatta semakin berkembang pemikirannya ketika ia belajar di
Belanda dari tahun 1921 sampai 1932. Selama di Belanda, selain kuliah
Mohammad Hatta juga aktif dalam organisasi Indische Vereniging (perkumpulan
Hindia, berdiri tahun 1908), yang awalnya merupakan organisasi sosial, tetapi
kemudian beralih menjadi organisasi politik yang pada 1924 sejak Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk.
Mereka mulai memikirkan mengenai masa depan Indonesia dan menyadari betapa
pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Indische Vereniging
kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpunan
Indonesia. Semenjak itulah Perhimpunan Indonesia memasuki kancah politik dan
mulai menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera. Setelah
dipimpin oleh tokoh-tokoh yang kemudian terkenal dalam pergerakan nasional,
seperti Ahmad Soebardjo, Sutomo, herman Kartowisastro, Iwa Koesoema
Soemantri, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Sukiman Wirdjosandjojo, pada tahun
1926 pimpinan jatuh ke pundak Mohammad Hatta.
Dalam pidato penerimaannya sebagai ketua PI pada 1926, Hatta
mengemukakan bahwa penjajahan merupakan cermin dari sifat serakah pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Barat untuk menguasai negeri lain dan memanfaatkau hasil negeri yang dijajah
tersebut, di samping melempar kembali hasil-hasil negeri penjajah ke tanah
jajahan.12
Hal ini memang sangat sesuaai dengan keadaan Indonesia yang luas
dan kaya akan alamnya. baik sebagai penghasil maupun pasar, Indonesia
mendatangkan hasil yang sangat besar bagi Belanda. Oleh sebab itu Hatta
mengingatkan bangsa Indonesia, terutama kalangan PI, untuk meningkatkan
kemampuan berekonomi, disamping menyadari soal kedudukan penjajahan.
Di bawah kepemimpinan Mohammad Hatta, PI (Perhimpunan Indonesia)
memperlihatkan perubahan. Perhimpunan ini lebih banyak memperhatikan
perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan banyak
komentar di media massa di Indonesia.13
Mohammad Hatta juga mengusahakan
agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar
pengikat antar anggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka. Media ini juga lebih banyak memuat ulasan, saran, dan kritik
terhadap pergerakan nasional di Indonesia. Akan tetapi tulisan-tulisan ini banyak
yang disita oleh Belanda karena dianggap menyesatkan.
Mohammad Hatta juga serius mempelajari soal kepartaian di Belanda dan
aktif memperkenalkan Indonesia dan gerakannya di benua tersebut. Pada tahun
1926, Mohammad Hatta mewakili PI untuk turut serta dalam Kongres Demokrasi
Internasional untuk perdamaian di Bierville, Prancis. Kongres ini dihadiri oleh
12
Deliar Noer, Mohammad Hatta “Hati Nurani Bangsa”, Jakarta: Kompas, 2012, hlm. 21. 13
Wikipedia Indonesia, Indische Vereeniging, 2016, https://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereeniging. Diakses
pada 12 Mei 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
para utusan dari 31 negara yang sebagian besarnya dari adalah perwakilan dari
Negara-negara di Asia. Pada kesempatan tersebut Mohammad Hatta menjadi
penghubung di antara utusan-utusan Asia yang sebagian besar hanya menguasai
bahasa Inggris, dan sebagian lainnya hanya bisa berbahasa Prancis. Hatta berhasil
meyakinkan kongres agar mempergunakan kata “Indonesia” dan bukan “Hindia
Belanda” untuk menyebutkan tanah airnya.14
Mohammad Hatta dan perwakilan
delegasi dari Asia lainya yang disebut ‘Delegation Asiatique’ atau delegasi
gabungan menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta kongres sebab delegasi
gabungan ini terdiri dari bangsa-bangsa terbesar di Asia, yakni China, India,
Indonesia dan Vietnam. Delegasi gabungan ini mengajukan dua resolusi yang
diterima oleh kongres dengan suara bulat. Kedua resolusi itu di bacakan oleh
Mohammad Hatta yang mana intinya mengakui hak setiap bangsa untuk
menentukan nasib sendiri dan juga mengsahkan tiap-tiap perjuangan untuk
menjatuhkan kekuasaan kolonial.Di atas dasar yang dicapai di Bierville itu
Perhimpunan Indonesia dapat meneruskan propaganda ke luar negeri.15
Pada tahun 1927 Mohammad Hatta, Ali Sastroamidjoyo, Nazir Datuk
Pamunjak, dan Abdul Madjid Djojoadhiningrat, ditangkap oleh Belanda karena
dituduh menjadi anggota partai terlarang dan menghasut untuk menentang
kerajaan Belanda. Mereka dituntut tiga tahun penjara oleh pemerintah Belanda.
Tentu saja Mohammad Hatta menolak tuntutan tersebut. Ia dibela oleh tiga orang
14
Ibid., hlm. 29 15
Hatta Mohammad, Memoirs, Jakarta: Tirtamas, 1978, hlm. 201.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pengacara Belanda (seorang di antaranya adalah anggota parlemen Belanda Mr.
J.E.W. Duys yang bersimpati pada Mohammad Hatta). Setelah ditahan beberapa
bulan, pada tahun berikutnya keempat tokoh pergerakan Indonesia itu dibebaskan
oleh pengadilan karena tuduhan tidak dapat dibuktikan.16
Setelah menyelesaikan masa tahanan, Mohammad Hatta bersama beberapa
rekannya dari PI dan seorang dari Mesir, Abdul Munaf, menghadri kongres liga
internasional menentang kolonialisme di Brussles, Belgia. Semaun dari Partai
Komunis Indonesia (PKI) juga turut hadir dalam kongres tersebut. Mohammad
Hatta dan teman-temannya serta Semaun mewakili Indonesia, bukan organisasi
masing-masing. Peran Mohmmad Hatta diakui oleh kongres dengan terpilihnya ia
dalam presidium kongres, dan dalam badan eksekutif organisasi yang dihasilkan
oleh kongres. Utusan India mempengaruhi kongres tentang keadaan rakyat yang
menderita dibawah jajahan Belanda di Indonesia, sehingga kongres memutuskan
antara lain membentuk suatu komisi yang akan meninjau perkembangan di Jawa
dan Sumatera. Dalam kogrees di Brussles itu Mohammad Hatta berkenalan
dengan Jawaharlal Nehru dari India, yang juga menjadi utusan ke kongres
tersebut.
Di Kongres Liga ke-2 di Frankurt pada 1929, hubungan di dalam liga mulai
berantakan setelah di dalam kongres pihak komunis menyerang pihak sosial
demokrat. Empat orang yang sebelumnya aktif di dalam liga, termasuk
Mohammad Hatta dan Nehru, dipecat oleh liga karena dituduh sebagai reformis
16
Deliar Noer, Mohammad Hatta “Hati Nurani Bangsa”, Jakarta: Kompas, 2012, hlm. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
nasional. Dalam menuliskan catatan mengenai kongres ini di dalam Indonesia
Merdeka, Hatta menjelaskan bahwa liga tersebut tidak memperjuangkan
harapannya, yaitu “cita-cita kerja sama yang erat untuk memperoleh kemerdekaan
bangsa-bangsa yang tertindas”.17
Usaha Mohammad Hatta memperkenalkan
Indonesia di Eropa tidak berhenti disitu saja. Ia berpidato tentang Indonesia pada
Liga Wanita Internasional untuk perdamaian dan kemerdekaan yang diadakan di
Gland, Swiss. Dalam pidato itu Mohammad Hatta mengemukakan penderitaan
rakyat Indonesia karena penajajahan. Dalam pidatonya ini, Hatta lebih
menjelaskan pergerakan nasional, hambaatan yang dialami dari pihak Belanda,
dan cita-cita kemerdekaan.
B. Perjuangan Selama Masa Pergerakan di Jakarta
Perjuangan Mohammad Hatta di Belanda sangat erat kaitannya dengan
perjuangan di tanah air. PI dibawah pimpinan Mohammad Hatta merupakan pos
terdepan di luar negeri bagi perjuangan di tanah air. Namun, hubungan
Mohammad Hatta dengan dengan para pejuang di tanah air tidak selamanya
berjalan baik. Misalnya Mohammad Hatta memandang cara non-koperasi dengan
pihak Belanda merupakan langkah dalam berjuang, yang bisa berubah sesuai
perkembangan. Bagi Hatta, non-koperasi berarti antara lain menolak duduk dalam
dewan-dewan perwakilan yang didirikan oleh pihak kolonial, baik di pusat
17 Marvis Rose, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1991. hlm .85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
maupun di daerah.18
Tetapi Soekarno menolak pendapat ini. Baginya tidak ada
beda antara pemerintah di Indonesia dengan di Belanda, sama-sama penjajah.
Oleh sebab itu, ia tidak setuju dengan keanggotaan orang Indonesia dalam
parlemen Belanda. Hal ini menjadi perdebatan hangat setelah Mohammad Hatta
kembali ke Indonesia, dan ia ditawarkan oleh kalangan Sosialis Merdeka
(Onafhankelijke Socialistische Partij, OSP) untuk menjadi anggota parlemen
Belanda. Sebenarnya ia menolaknya dengan alasan ia perlu berada dan berjuang
di Indonesia. Tetapi pemberitaan di Indonesia sudah mengatakan bahwa ia
menerima kedudukan tersebut. Maka kalangan PNI pun, termasuk soekarno
menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sikap non-kooperatif.
Masih ada juga soal lain yang mengganjal hubungan Mohammad Hatta dan
Soekarno, Soekarno aktif menggalang PPPKI (Pemufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), berdiri pada 1927, tetapi fakum
bersamaan dengan tertangkapnya Soekarno pada 1930, dan mulai aktif kembali
setelah Soekarno dibebaskan dari penjara. Mohammad Hatta tidak
menyetujuinya, karena PPPKI tidak terlalu banyak artinya dalam perjuangan.
Hatta menegaskan bahwa rakyat tidak boleh dianggap sebagai “kuda beban” dan
mengajukan pandangan bahwa PPPKI dalam bentuknya yang sekarang hanya
berguna dalam “meningkatkan standar kaum kooperator”, rakyat hanya
18
Deliar Noer, Mohammad Hatta"Biografi Politik", Jakarta: LP3ES. 1990. hlm .55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dimanfaatkan sebagai “tangga kaum borjuis untuk meningkat ke puncak”.19
Apalagi ia menilai, PNI sendiri belum berhasil mencetak kader, melainkan lebih
mengutamakan penggalangan massa. Tampaknya Soekarno berbeda sifat dengan
Mohammad Hatta, Soekarno lebih suka menghadapi massa, Mohammad Hatta
lebih suka mendidiknya. Pendidikan politik, katanya, harus juga dilakukan lewat
surat-surat kabar, juga pertemuan-pertemuan yang bersifat kursus. Pemimpin
lapisan kedua, ketiga, dan seterusnya perlu dibina, dan ini hanya bisa lewat
kaderisasi. Ia melihat kemungkinan para pemimpin lapisan pertama akan
dihadang oleh pihak Belanda dan hilang dari pergerakan. dan memang benar,
pada Desember 1930 Soekarno ditangkap pemerintah Belanda. Tetapi,
Mohammad Hatta tetap menganjurkan agar PNI bersikap teguh. Inilah pula yang
terjadi pada 1931, PNI dibubarkan oleh Sartono, dan diganti dengan Partai
Indonesia (Partindo). Kemudian, Soekarno juga bergabung dengan partai ini.
Oleh karena itu pada Desember 1931 para pengikut Mohammad Hatta di
Indonesia segera saja membuat gerakan tandingan dengan mendirikan Golongan
Merdeka yang kemudian bernama Pendidikan Nasional Indonesia PNI Baru. Ini
mendorong Mohammad Hatta dan Sjahrir yang ketika itu bersekolah di Belanda
mengambil langkah konkret untuk mempersiapkan kepemimpinan PNI Baru.
Hatta sendiri merasa perlu menyelesaikan studinya terlebih dahulu. Oleh sebab
itu, terpaksa Sjahrir pulang terlebih dahulu untuk memimpin PNI Baru.
19
Marvis Rose, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1991. hlm. 105.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pada 20 Juli 1932 Mohammad Hatta menyelesaikan studinya di Belanda
dan kembali ke tanah air dengan membawa gelar doktoral. Setelah kembali ke
tanah air, Mohammad Hatta, setelah beberapa kali bertemu dengan Soekarno
malah tidak sepaham.20
Ia tidak setuju dengan Soekarno yang menulis surat
kepada pemerintah yang menyatakan bahwa ia akan berhenti dari Partindo, bahwa
ia menyesal karena selama ini bergiat dalam politik dan ini tidak akan
dilakukannya lagi, malah ia akan bekerja sama dengan pemerintah. Dalam
tulisannya “Tragedie Soakarno Daulat Ra’jat”,30 November1933, Mohammad
Hatta mengecam keras sikap Soekarno ini.
Mohammad Hatta juga sangat menekankan persatuan nasional yang disertai
kesadaran, bukan asal beramai-ramai mendendangkannya. Bisa dikatakan,
Mohammad Hatta lebih rasional pemikirannya, sedangkan beberapa pejuang
lainya di Indonesia termasuk soekarno, ia nilai emosional. Betapapun
perbedaannya dengan Soekarno dalam menghadapi pemerintah Belanda,
Mohammad Hatta tentu tidak menyetujui sikap Belanda yang keras terhadap PNI.
Ia mengkritik usaha dan tindakan pemerintah dalam menghambat kemajuan PNI
itu.
Contoh kaderisasi memang diperlihatkan Mohammad Hatta dalam PNI
baru. Ia memberi kursus kader kepada kelompoknya di Jakarta dan Bandung tiga
kali dalam seminggu. Untuk keperluan ini ia pulang balik Jakarta-Bandung sekali
20
Deliar Noer, Mohammad Hatta “Hati Nurani Bangsa”, Jakarta: Kompas, 2012, hlm. 43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
seminggu. Ia juga berusaha membangkitkan semangat pejuang pergerakan di
daerahnya, Minangkabau. Setelah kembali dari Belanda, ia berkeliling
memberikan ceramah-ceramah, termasuk di Islamic College, sebuah perguruan
tinggi menengah di Padang bagi anak-anak muda lulusan Thawalib Padang
Panjang. Tetapi hanya seminggu berada di Minang, pemerintah Belanda
memberlakukan baginya passenstelsel (peraturan yang melarang seseorang berada
di daerah tertentu). Ia malah dibawa polisi ke kapal KPM (Koninklijke Paketvaart
Maatschappij) di Telukbayur untuk diangkut ke Priok. Ketika itu ia benar-benar
bagai pemimpin yang diharapkan. Beberapa kota di daerah kelahirannya ini sudah
menanti kedatangannya. Mohammad Hatta juga berkeliling ke daerah-daerah di
pulau jawa dan kemanapun ia pergi, selalu mendapatkan sambutan yang hangat
dari masyarakat. Apalagi di beberapa kota sudah berdiri cabang-cabang PNI Baru,
partainya.
C. Masa Pembuangan
Pada tahun 1934, Aktifitas pergerakan Hatta dan beberapa kawannya dari
PNI Baru dicuragai oleh Belanda sebagai tindakan radikal yang menerapkan
metode-metode marxis. Belanda menganggap penggunaan kader untuk
membangun gerakan nasionalis lebih berbahaya daripada agitasi masa.
Mohammad Hatta dan beberapa pengurus PNI Baru termasuk Sjahrir ditahan oleh
pemerintah Belanda. Mereka awalnya dipenjarakan di Penjara Glodok, tetapi
kemudian dipindahkan ke Boven Digul. Sebelum dipindahkan pada Januari 1945,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Hatta dizinkan keluar selama tiga hari untuk mempersiapkan barang-barang
bawaan yang mana kebanyakan adalah buku-bukunya. Ia membawa semua
bukunya ke tempat pembuangan ini, berpeti-peti banyaknya. Hatta merasa perlu
dekat buku-bukunya, karena memang dengan buku ia bisa menghabiskan waktu
selama pembuangan dengan berguna.
Hatta dan beberapa tahanan lainya diberangkatkan dari Tanjung Periok
dengan kapal Melchior Treub menuju Boven Digul. Disana, para tahanan
ditempatkan dirumah-rumah yang sudah disediakan. Hatta ditempatkan di sebuah
rumah bekas kantor. Selama disana para tahanan mendapat pengawasan yang
ketat oleh Belanda. Hidup dengan tingkat kehidupan petani dan bebas dari
kenikmatan modern setidaknya memberikan kesempatan bagi Hatta untuk
mengalami sendiri penderitaan rakyat. Selama di tempat pembuangan, Hatta
mencari nafkah secara terhormat dengan menulis di sejumlah surat kabar, seperti
Adil, Pemandangan, Panji Islam, atau Pedoman Masyarakat. Honornya untuk
tambahan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil dari menulis artikel untuk
koran Jakarta tidak dihabiskan Hatta semata-mata untuk dirinya sendiri, ia juga
membantu sesama orang buangan yang merasa kekurangan dalam memenuhi
keperluan hidupnya. Apalagi diantara mereka ada yang datang dengan membawa
anak dan istri.
Hatta sempat ditawari pekerjaan oleh pengawas kamp dengan upah 7.50
gulden per bulan. Namun, ia menolaknya dengan alasan tidak mau bekerja sama
dengan pemerintah Belanda. Ia berargumen, jika sejak awal mau berkompromi, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Jakarta pun ia sebenarnya bisa mendapat gaji yang jauh lebih tinggi, sekitar 500
gulden per bulan. Bahkan, saat kepala pemerintahan setempat, Kapten Van
Langen mengancam Hatta tidak akan bisa kembali ke tempat asal, ia tetap kuat
pendiriannya menolak tawaran tersebut. Selama di Digul, selain menulis dan
bercocok tanam Hatta juga aktif mendidik sesama tahanan. Ia memberikan
semacam pengajaran kepada para tahanan agar tetap bertahan dalam keyakinan
politik mereka. Akan tetapi kegiatan ini tidak bertahan lama karena sebagian
besar tahanan mulai menderita malaria.
Pada 1936 Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira. Banda
memberikan lingkungan hidup yang lebih damai bagi Hatta, walaupun masih
dalam pembuangan. Ia pun tidak terlalu terpaksa bercocok tanam selama di Banda
karena gajinya hasil menulis naik menjadi 75 gulden perbulan. Dengan tunjangan
bulanan sebesar 75 gulden, Hatta mampu menyewa sebuah rumah tua bergaya
kolonial yang luas dan tinggal bersama Sjahrir. Disamping itu, ia juga banyak
menulis dalam bulanan Sin Tit Po, pimpinan Lim Koen Hian yang juga terkenal
di kalangan orang pergerakan. Tulisan-tulisan di dalamnya berbahasa Belanda,
karena memang ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. Tetapi, pada akhir
1938 bulanan ini berhenti terbit. Sebagai gantinya, Hatta menulis dalam Nationale
Commentaren (Komentar Nasional) pimpinan Ratulangi, yang juga seorang
pergerakan. Kegiatan seperti ini tentu menggembirakan Hatta, apalagi
korespondensinya jauh lebih mudah dengan kawan-kawan seperjuangan
dibanding ketika masih di Digul. Malah bila ia menulis untuk Pemandangan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Jakarta, yang dipimpin oleh Tabrani, ia memperoleh 50 gulden sebulan untuk satu
atau dua tulisan. Segalanya ini mempermudah hidupnya, terutama dalam
memesan buku-buku yang terbit di Belanda.
Penduduk setempat telah diperingatkan supaya menghindari kedua
pendatang baru itu. Kedua orang yang oleh pengawas Belanda disebut sebagai
"kaum Merah". Meskipun demikian, lambat laun keduanya diterima di kalangan
rakyat setempat.21
Mula-mula, mereka tergantung pada budi baik sesama rekan
sepembuangan, Dr.Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusuma Sumantri. Hatta
sudah kenal Iwa, karena ia pernah bekerja sama erat sewaktu di Perhimpunan
Indonesia. Tetapi, dalam banyak hal, Dr. Tjipto yang legendaris menjadi teman
dekat Hatta dan Sjahrir. Ia semakin mereka sukai dan kagumi. Melalui dua orang
anak angkat Dr. Tjipto, Sjahrir dan Hatta diperkenalkan kepada tiga orang anak
yaitu Des Alwi, Lily, dan Mimi yang berasal dari satu keluarga terkemuka di
masyarakat sana. Mengetahui bahwa ketiga anak tersebut tidak bersekolah,
Sjahrir memutuskan untuk memperbaiki situasi tersebut dengan membuka sebuah
sekolah kecil untuk mereka di rumahnya. Sjahrir senang anak-anak dan bisa
mengajar mereka. Meskipun Hatta bisa melihat bahwa depresi Sjahrir yang
mendalam agak terobati, tetapi kehadiran anak-anak itu menimbulkan ketegangan
antara Hatta dan Sjahrir. Hatta merasa sulit menulis dan belajar di tengah-tengah
21
Marvis Rose, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1991. hlm. 136.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kesibukan dan kebisingan hingga akhirnya Hatta memutuskan untuk pindah ke
sebuah paviliun.
Hatta juga tertarik dalam kegiatan pendidikan. la menggabungkan diri
dengan Sjahrir untuk mengajar kelas anak-anak yang lebih besar, termasuk anak-
anak Dr. Tjipto dan dua orang lulusan MULO dari Minangkabau, yang dikirim
supaya belajar di bawah bimbingan Hatta. Namun, setiap kali ada gagasan untuk
mengembangkan kegiatan pengajaran mereka menjadi sebuah sekolah nasionalis,
dipotong oleh pemerintah kolonial yang memerintahkan pembatasan jumlah
murid yang boleh mendaftar. Pemerintah menghendaki tidak ada Pendidikan
Nasional Indonesia di Banda Neira.
D. Selama Pendudukan Jepang
Setelah pecah Perang pasifik pada Desember 1941, Hatta dipindahkan ke
Sukabumi. Pemerintah Jepang yang saat itu mengambil alih pemerintahan
Belanda di Indonesia merasa perlu didukung oleh tokoh-tokoh pergerakan
Indonesia. Beberapa opsir Jepang mendekati Hatta untuk membicarakan situasi
yang dihadapi. Ia dibawa ke Jakarta untuk keperluan ini. ia dijadikan semacam
penasihat dan memperoleh kantor sendiri di Pegangsaan Timur dan rumah di
Oranje Boulevard (Jalan Diponegoro, sekarang). Beberapa orang terkenal pada
masa sebelum perang, baik orang pergerakan, maupun yang bekerjasama dengan
Belanda, diikutsertakannya di kantor itu, termasuk A. Karim Pringgodiglo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Surachman, Sujitno Mangunkusumo, Sunarjo Kolopaking, Supomo, dan Margono
Djojhadikusumo.22
Pekerjaan di sini lebih merupakan tempat bertanya bagi pemerintah Jepang,
juga sumber saran bagi pemerintha tersebut. Apalagi pengaduan dari rakyat
banyak macamnya yang diterima di kantor ini, antara lain soal tamparan di
muka/kepala seseorang bila melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh pihak
Jepang. Hatta melayangkan surat tentang ini kepada pemerintah Jepang
(Gunseikanbu) bahwa tampar-menampar sangat tidak disukai oleh orang
Indonesia.
Amir Syarifudin, ketua Partindo pada zaman Hindia Belanda dan
menggantikan Yamin karena menjadi anggota Dewan rakyat, juga dating bekerja
di kantor Hatta. Tetapi, Amir termasuk yang dicurigai oleh Jepang, karena kerja
samanya dengan Belanda di Departemen Ekonomi dan beredar berita ketika itu ia
turut dalam gerakan bawah tanah yang diatur dan dibiayai pihak Belanda untuk
menjatuhkan Jepang. Karena hal tersebut ia akhirnya ditahan oleh pemerintah
Jepang, dan akan dihukum mati. Hatta berusaha membela Amir, dan ketika
Soekarno tiba di Jakarta, 9 Juli 1942, Hatta segera menyampaikan berita tentang
Amir ini agar ia bisa terbebas dari hukuman mati. Soekarno segera menghubungi
22
Ibid., hlm. 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pihak Jepang dengan menyatakan agar Jepang tidak menghukum mati Amir. Pada
akhirnya Amir tidak jadi dihukum mati tetapi ia dihukum penjara seumur hidup.
Cita-cita kemerdekaan masih terus merupakan cita-cita yang diusahakan
oleh para pemimpin Indonesia. Suatu pidato Hatta di lapangan Ikada pada 8
Desember 1942 pada saat memperingati pecahnya Perang pasifik menekankan
cita-cita ini dengan mengatakan :
“Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan karena itu
ia tidak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan itu setajam-
tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke
dasar lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali”.23
Pidato ini sangat menggemparkan dan menyebabkan bertambahnya kecurigaan
pihak Jepang terhadap Hatta.
Bangsa Indonesia merasa sangat terpukul terhadap kebijakan pemerintahan
Jepang yang memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Filipina dan Birma,
tanpa menyebut-nyebut bagaimana Indonesia. Maka pada Mei 1943 ketika
Menteri asia Timur Raya, Aoki, berkunjung ke Jakarta dan bertemu dengan
Mohammad Hatta, dengan terus terang ia mengemukakan kekecewaan bangsa
Indonesia terhadap hal ini. Hatta mengingatkan bahwa mengesampingkan
keinginan rakyat Indonesia akan berpengaruh buruk bagi kerja sama pihak
Indonesia dengan pemerintah jepang. Ia pun menuntut mengibarkan bendera
Merah Putih kembali, juga agar diizinkan menyanyikan lagu kebangsaan
“Indonesia Raya”, dan agar Indonesia berada kembali dalam kesatuan
23
Ibid., hlm. 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pemerintahan, bukan seperti yang berlaku ; sumatera, jawa, dan Indonesia bagian
Timur terpisah-pisah. Menteri Aoki berjanji akan membicarakan hal-hal ini
dengan Perdana Menteri Tojo di Tokyo.
Perjuangan untuk kemerdekaan itu kemudian dipusatkan pada Pusat tenaga
Rakyat (POETRA) yang dipimpin oleh empat serangkai: Soekarno sebagai
pemimpin besar, Hatta sebagai direktur jendral, Ki Hadjar Dewantara sebagai
kepala bagian pengajaran, dan K.H. Mas Mansyur dari Muhammadiyah sebagai
kepala bagaian keselamatan masyarakat. Pemerintah Jepang mengharapkan tugas
Poetra dapat meruntuhkan sekutu dan menambah hasil bumi. Poetra sendiri
memiliki cita-cita kemerdekaan Indonesia sebagai tujuan pokok bangsa.
Disamping itu, Poetra berusaha juga mengubah sistem pendidikan warisan
Belanda menjadi sistem yang lebih cocok untuk Indonesia dan Hatta juga turut
memberikan sumbangan pikiran dalam hal ini.
E. Mencapai Cita-Cita kemerdekaan
Pada tanggal 28 mei 1945 sebuah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
kemerdekaan Indonesia atau disingkat BPUPKI dibuka secara resmi dan keesokan
harinya dilangsungkan sidang pertama hingga tangga l 2 Juni. Badan ini tugasnya
adalah menyusun rancangan Undang-Undang Dasar. Walau Soekarno dan Hatta
menjadi anggota biasa dalam badan yang dipimpin oleh Radjiman
Wediodininggrat, namun peran keduanya dalam pembicaraan mengenai
pembentukan Negara merdeka sangatlah penting. Dalam penyusunan rancangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ini Hatta berperan dalam empat hal yaitu soal dasar Negara, soal bentuk Negara,
soal hak asasi, dan soal ekonomi.
Dalam hal yang pertama, Hatta tidak terlalu banyak berbicara, yang banyak
berlawanan pendapat ketika itu adalah Soekarno di satu pihak dan Abdul Kahar
Muzakir serta Wacid hasjim di pihak lain terutama soal pidato Soekarno tentang
Pancasila tanggal 1 Juni.24
Tetapi pertemuan pada 22 Juni yang mengumpulkan
beberapa orang anggota BPUPKI terutama panitia-9 (panitia yang beranggotakan
sembilan orang yang bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia yang
tercantum dalam UUD 1945) yang menghasilkan Piagam Jakarta.
Dalam hal bentuk Negara, Hatta dikenal sebagai pendukung Negara serikat
atau federasi, tetapi ia tidak mengemukakannya di dalam sidang. Dalam hal
daerah-daerah , Hatta mengemukakan perlunya otonomi luas bagi daerah, apalagi
dengan ribuan pulau yang tersebar serta suku yang sangat beragam. Soal ketiga
yang menyangkut hak-hak asasi, Hatta berhadapan dengan pihak-pihak yang
terpengaruh oleh perang duinia ke-2. Soekarno termasuk didalamnya yang tidak
suka dengan hak-hak asasi tersebut karena mengandung paham individualism dan
liberalisme. Hatta memiliki pandangan bahwa hal-hal yang mendasar dari hak-
hak asasi perlu masuk ke dalam UUD. Menurutnya, hak-hak asasi tidak ada
hubungannya dengan individualisme atau liberalisme. Pada akhirnya pendapat
Hatta diterima sidang dan dimasukan dalam Pasal 27 UUD 1945.
24
Ibid., hlm. 72.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Mengenai persoalan dalam bidang ekonomi, Hatta mengusulkan agar
ekonomi bangsa Indonesia disusun atas dasar koperasi, kekeluargaan.
Kekeluargaan yang dimaksud adalah rasa solidaritas yang kuat, bukan
menyebabkan pribadi seseorang tenggelam dalam kebersamaan. Ia menyebut
pribadi ini dengan kata individualita yang berbeda Dariindividualisme.
Indvidualisme berarti mengutamakan diri sendiri, sedangkan individualita berarti
seseorang menjadi pejuang bagi koperasi. Hatta juga menegaskan pentingnya
penanganan langsung oleh negara menyangkut tenaga listrik, persedian air
minum, irigasi, jalan raya, dan lain sebagainya. Ia juga menambahkan bukan
berarti pihak swasta tidak boleh berperan, tetapi perlu diadakan peraturan yang
mengatur usaha swasta agar tidak merugikan rakyat.
Perang Pasifik semakin menegangkan dimana mulai terlihat tanda-tanda
kekalahan Jepang dengan mundurnya banyak tentara Jepang dari daerah-daerah
yang dikuasai dan majunya tentara sekutu bahkan sampai menyerang Jepang
sendiri. Indonesia sudah bersiap menghadapi situasi ini dan pada awal Agustus
1945 dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Hatta
ditunjuk sebagai wakil ketuanya mendampingi Soekarno sebagai ketua. Para
anggotanya pun lebih representatif dibandingkan dengan anggota BPUPKI. Pada
9 Agustus 1945, sebagai ketua dan wakil ketua, Soekarno dan Hatta diutus ke
Dalat, kira-kira 300 kilometer sebelah utara Saigon, tempat kedudukan Jenderal
Terauchi Hisaichi, panglima angkatan perang Jepang. Pada kesempatan itu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pidatonya Jenderal Terauchi menyampaikan keputusan pemerintah Jepang untuk
memberikan kemerdekaan pada Indonesia.
Kabar dari Terauchi ini tentu saja membawa kegembiraan bagi bangsa
Indonesia tak terkecuali para tokoh Indonesia. Perang Pasifik sudah berakhir
dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu. Mengenai kekalahan jepang ini,
Hatta dan Soekarno mendapat kabar dari Sjahrir, pihak Jepang sendiri tidak
memberitahukan tentang hal ini. Sjahrir yang selama pendudukan Jepang lebih
banyak menyendiri, dan dikabarkan bekerja di bawah tanah menghubungi
Soekarno dan Hatta untuk mengusulkan agar segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanpa harus berunding dengan panitia persiapan. Hal ini
ditolak oleh Soekarno maupun Hatta yang merasa tidak dapat mengesampingkan
panitia persiapan.
Rapat panitia awalnya akan diselenggarakan pada 16 Agustus, akan tetapi
pada hari itu Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa dengan paksa oleh para
pemudaantara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh yang telah mendengar
desas-desus menyerahnya Jepang atas sekutu. Peristiwa yang dikenal dengan
peristiwa Rengasdengklok ini dimaksudkan untuk menghindarkan kedua tokoh ini
dari pengaruh Jepang dan mendesak agar segera melaksanakan proklamasi
kemerdekaan. Pada akhirnya para pemuda yang mamaksa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengkolok pun membawa kembali kedua tokoh ini kembali ke Jakarta
pada 16 Agustus malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Rapat Panitia Persiapan langsung diadakan malam itu juga di rumah
Admiral Maeda di Jalan Imam Bonjol yang akhirnya menghasilkan teks
proklamasi yang didikte Hatta dan ditulis oleh Soekarno. Teks ini disetujui oleh
Panitia. Menjelang subuh panitia bubar untuk berkumpul kembali di Jalan
Pegangsaan Timur No.56, tempat tinggal Soekarno, untuk menghadiri Proklamasi
Kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan pun dikumandangkan di Pegangsaan
Timur kira-kira pukul sepuluh pagi. Hatta hadir disana mendampingi Soekarno
yang membacakan Teks Proklamasi. Halaman depan rumah Soekarno pun penuh
dengan kerumunan massa yang berkumpul untuk menjadi saksi sejarah. Kabar
mengenai proklamasi ini memang sudah tersebar luas dari mulut ke mulut.
F. Mempertahankan Kemerdekaan
Pengesahan UUD 1945 dilakukan sehari setelah proklamasi oleh Panitia
Persiapan. Hatta meminta tokoh-tokoh islam dari Panitia Persiapan bertemu untuk
membicarakan kalimat pertama dalam UUD mengenai syariat islam. Sebelumnya
Hatta didatangi oleh seseorang yang mengaku opsir Angkatan laut Jepang dari
Indonesia Timur yang menyampaikan bahwa Indonesia Timur akan melepaskan
diri dari Indonesia bila kalimat tentang syariat islam dalam UUD masih
dipertahankan. Hatta menerima saran orang yang mengaku opsir Jepang tadi, ia
berpikir bahwa rumusan tentang syariat di dalam UUD akan menimbulkan
perpecahan apalagi Indonesia terdiri dari berbagai macam agama. Ia lalu
memanggil tokoh-tokoh islam dari Panitia Persiapan, termasuk Ki Bagus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Wachid Hasjim, dan Teuku Mohammad
hasan untuk berunding mengenai hal ini yang kemudian mengadakan sidang.
Perubahan itu pun dilakukan hanya dalam waktu singkat yaitu sekitar 15 menit
saja, dan hal itu juga menjadi suatu tanda bahwa pada saat itu, para tokoh-tokoh
perjuangan kemerdekaan Indonesia tersebut benar-benar mementingkan nasib dan
persatuan bangsa Indonesia.25
Betapapun, Hatta berhasil dalam mengubah
rumusan yang kontroversial itu, dan ini dengan lancar diterima oleh sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan pada hari itu juga.26
Peran Hatta terutama pada masa revolusi 1945-1949 sangatlah penting. Ia
bersama soekarno saling melengkapi membangun negeri ini dari bawah. Sifat dan
jalan pikiran mereka pun juga saling melengkapi, Soekarno bisa menguasai
massa, membangkitkan semngat mereka, seakan mengarahkan mereka ke mana
saja. Sebaliknya, Hatta mampu menguasai diri dalam keadaan apapun, banyak
berpikir dengan tenang, memperhatikan suatu kejadian dengan cermat, dan juga
berpendirian kuat. Dengan kedua sifat yang berbeda antara kedua tokoh ini,
terlihat bahwa Soekarno mungkin terdorong oleh emosi, sedangkan Hatta
dikuasai oleh pemikiran yang sudah direnungkan.
Saling percaya di antara mereka berdua juga sangat besar ketika itu.
Soekarno saat itu sering diincar oleh pihak sekutu sebagai penjahat perang dan ia
25
Astalog, Mengapa sila Pertama Dalam Piagam Jakarta Diubah,
2016.Dihttp://www.astalog.com/1104/mengapa-sila-pertama-dalam-piagam-jakarta-diubah.htm. Diakses pada 14
Mei 2016. 26
Deliar Noer, Mohammad Hatta"Biografi Politik", Jakarta: LP3ES. 1990. hlm .255.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
sering ke luar kota menghindarkan diri dari kemungkinan ditangkap. Maka,
Hatta-lah yang membuat keputusan-keputusan penting untuk negara, yang
kemudian juga disetujui dan didukung oleh Soekarno. Hatta dalam bulan-bulan
pertama Indonesia merdeka, pernah mengusahakan perubahan surat wasiat
Soekarno kepada Tan Malaka, tokoh buronan komunis di zaman penjajahan
Belanda, yang berisi pesan agar Tan Malaka menggantikannya sebagai presiden
bila Soekarno dan Hatta meninggal. Hatta menolak untuk menandatangani surat
itu jikalau wasiat itu diberikan untuk satu orang yaitu Tan Malaka. Dalam pikiran
Hatta, surat wasiat seperti itu tidak sesuai dengan pahamnya tentang pemimpin
yang tumbuh dari rakyat; surat wasiat itu lebih memperlihatkan ciri feodal.27
Ia
mengusahakan agar surat wasiat ini diubah, yaitu bahwa pewaris kepemimpinan
tadi terdiri dari empat orang yaitu Tan Malaka, Sjahrir, Wongsonegoro, dan
Sukiman. Ini diterima oleh Soekarno, tetapi tanpa adanya Sukiman dalam daftar
nama karena yang bersangkutan berada di Yogyakarta dan sulit dihubungi.
Penggantinya adalah Iwa Kusuma sumantri, yang mengaku bisa juga mewakili
kalangan Islam seperti Sukiman.
Hatta juga turut berperan dalam pembentukan tentara Indonesia. Urip
Sumoharjo, berpangkat mayor dalam KNIL (Koninklijk Nederlandsch-indisch
Leger, Tentara Hindia Belanda), menghubunginya, karena presiden Soekarno
sedang berada diluar kota dan menyerahkan semua persoalan penting kepada
27
Ibid., hlm. 266.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Hatta. Pertemuan ini membuahkan pembentukan Tentara Kemanan Rakyat
(TKR), yang saat sekarang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Hatta berperan dalam pembinaan hubungan baik antara lembaga eksekutif
(pemerintah) dan lembaga legislatif (KNIP, Komite Nasional Indonesia Pusat).
KNIP yang diketuai oleh Kasman Singodidmedjo pada awalnya dipandang
sebagai pelaksana perintah dari pihak pemerintah saja, tidak sebagi pelaksana
lembaga legislatif. Pada rapat KNIP pada 25 Oktober 1945 banyak anggotanya
yang mengkritik kepemimpinan KNIP, mereka umumnya menginginkan KNIP
sebagai pelaksana lembaga legislatif. untuk kepentingan ini dibentuklah Padan
Pekerja yang diketuai oleh Sjahrir. Perubahan ini tertuang dalam maklumat yang
ditandatangani oleh Hatta. Perkembangan ini disusul dengan maklumat lain
tanggal 3 November yang juga ditandatangani oleh Hatta atas usul Badan Pekerja
yang memberi kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai-partai politik.
Maklumat ini dikaitkan dengan maksud untuk mengadakan pemilihan umum pada
bulan Januari 1946. Pada 14 November 1945, Presiden akhirnya membuat suatu
Kabinet yang bersifat parlementer yang diketuai oleh Sutan Sjahrir. Hal ini
memudahkan Indonesia untuk memulai berunding dengan pihak Belanda
mengenai kedaulatan Indonesia.
Pada 29 Desember 1946, dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 6
mengenai penambahan anggota KNIP, terutama dari sumatera dengan maksud
supaya KNIP lebih mewakili daerah-daerah RI. Apalagi karena KNIP akan
membicarakan soal persetujuan Linggarjati yang dihasilkan Sjahrir dengan pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Belanda dengan memarafnya pada 15 November 1946. Naskah ini diterima oleh
Parlemen Belanda pada Desember 1946, dan baru akan dibicarakan oleh KNIP
pada bulan februari 1947. Sementara itu pemerintah Belanda sudah membentuk
Negara Indonesia Timur (NIT), padahal berdasarkan Perjanjian Linggarjati
pembentukan itu dilakukan bersama dengan pemerintah Indonesia. Akibatnya,
banyak partai politik di Indonesia yang tidak setuju dengan Perjanjian Linggarjati.
Sejumlah partai di Indonesia termasuk Masyumi dan PNI menuduh pemerintah
bahwa penambahan anggota KNIP itu sengaja dibuat untuk melancarkan jalan
Perjanjian Linggarjati.
Pada bulan Februari 1947, sidang Pleno KNIP diadakan di Malang dan
Hatta turut hadir. Sidang itu dihadiri oleh semua anggota KNIP. Saat itu, KNIP
belum memperlihatkan keterwakilan daerah dan golongan. namun terjadi pro-
kontra mengenai hal ini. Ada yang menolak penambahan anggota KNIP,
sementara Presiden Soekarno mengemukakan bahwa sebelum
diselenggarakannya pemilihan umum, adalah kewajiban Presiden untuk
mengangkat para anggota lembaga perwakilan karena Presiden “dianggap sebagai
wakil dari seluruh rakyat”. Ucapan Soekarno itu mendapat reaksi dari para
anggota. Maka, banyak anggota yang menentang keputusan pemerintah dalam
“menyempurnakan” keanggotaan KNIP itu. Akibatnya untuk beberapa saat terjadi
perbedaan pendapat antara pemerintah dan KNIP.
Terjadilah perdebatan sengit selama dua hari. Dengan suara yang keras dan
tegas, Hatta menghentikan perdebatan itu dengan mengemukakan pidato bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
bila KNIP memang tidak mempercayai Presiden dan Wakil Presiden, lembaga itu
dapat memilih Presiden dan Wakil Presiden lain. Suasana sidang seketika itu
menjadi hening, mereka tak menyangka akan mendengar ucapan ini dari Hatta.
Pidato ini tanpa teks dan dengan suara yang lantang ia membuat semua yang ada
didalam ruangan terdiam. Menurut cerita, baru sekali itulah Hatta memberikan
pidato yang demikian, sampai-sampai para stenograf terkesima dibuatnya.28
Para
anggota KNIP seketika itu tidak lagi melanjutkan kritikannya terhadap keputusan
pemerintah tersebut. Keputusan presiden mengenai penambahan anggota KNIP
akhirnya diterima dan naskah persetujuan Linggarjati pun ditandatangani di
Jakarta pada 25 Maret 1947.
Pada 20 Mei 1947, Hatta pergi ke Sumatera tepatnya di Bukittinggi.
Tugasnya adalah untuk meningkatkan perjuangan di Sumatera menghadapi
Belanda, sambil membenahi pemerintahan disana. Hatta berda di Sumatera
selama sekitar enam bulan. Pada Januari 1948 ia dijemput oleh Amir Sjarifuddin
dengan pesawat udara untuk kembali ke Yogyakarta. Suasana di Yogyakarta saat
itu sangat panas, karena Perdana Menteri Amir Sjarifuddin menandatangani
perjanjian Renville yang tidak menguntungkan Indonesia sama sekali.
Demonstrasi demi demonstrasi terjadi di ibu kota Republik itu, ada yang anti
terhadap Amir dan ada pula yang mendukungnya. Ia juga mencopot Jenderal
Soedirman dan Letnan Jenderal Urip.
28
Deliar Noer, Mohammad Hatta"Biografi Politik", Jakarta: LP3ES. 1990. hlm .295.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tahun 1948 merupakan salah satu tahun yang paling kritis dan menantang
dalam kehidupan Hatta.29
Pada 29 Januari 1948 ia diangkat menjadi perdana
menteri menggantikan Amir Sjarifudin. Kedududkan Jenderal Soedirman dan
Letnan Jenderal Urip yang dicopot oleh Amir Sjarifuddin dikembalikan oleh
pemerintah. Hatta mendapat cobaan berat saat Front Demokrasi Rakyat (FDR)
yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin beroposisi terhadap pemerintahannya,
padahal keadaan yang ditangani Hatta adalah hasil dari Kabinet amir. Hatta juga
harus membenahi TNI karena masih banyak penyusupan, termasuk oleh orang-
orang Amir yang kemudian mengaku sebagai orang komunis. Semakin lama FDR
tambah meningkatkan perlawanannya. Muso yang merupakan orang PKI kembali
dari luar negeri mengambil alih pimpinan FDR dan melakukan pemberontakan
yang berpusat di Madiun pada 19 September 1948. Negeri pun dalam keadaan
darurat. Dalam sebuah pidato, Soekarno menyuruh rakyat memilih : Soekarno-
Hatta atau Muso-Amir. Dalam sebulan, keadaan sudah dapat dikuasai kembali
oleh Soekarno-Hatta.
Pada Bulan November dan Desember 1948, perundingan dengan pihak
Belanda dilanjutkan di Kaliurang. Perundinagan dilakukan dengan bantuan
Komisi Tiga Negara (Amerika Serikat, Australia, dan Belgia). Namun, akhirnya
pihak Belanda lagi-lagi menyerang Indonesia pada 18 Desember 1948. Kali ini
Belanda menduduki Yogyakarta dan Soekarno serta Hatta ditangkap, lalu dibuang
29
Marvis Rose, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Mohammad Hatta", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1991. hlm. 244.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ke Bangka dan Parapat. Dunia Internasional termasuk Amerika Serikat tidak
terlalu berpihak kepada Belanda, malah dikabarkan bantuan Marshall plan akan
dicabut dari Belanda bila mereka berkeras menguasai Indonesia.
Perundingan lanjutan antara Indonesia Belanda menghasilkan Persetujuan
Roem-Royen pada 6 Mei 1949, yang umumnya menguntungkan Indonesia.
Persetujuan ini berakibat pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke
Yogyakarta, tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta, dan perundingan antara
Indonesia dengan Belanda dilanjutkan dalam Konferensi Meja Bundar di
Belanda.
G. Konferensi Meja Bundar
Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia, perjuangan Hatta
dilakukan melalui cara diplomasi. Hatta mengadakan diplomasi dengan pihak
penjajah maupun negara-negara lain di dunia. Hatta berusaha agar kedaulatan
Indonesia diakui dunia. Tanggal 13 Januari 1948 diadakan perundingan di
Kaliurang. Perundingan tersebut membicarakan daerah kekuasaan Republik
Indonesia. Perundingan tersebut dilakukan oleh Komisi Tiga Negara (Amerika,
Australia, dan Belgia) dengan Indonesia. Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Sultan
Syahrir, dan Jendral Sudirman merupakan wakil dari Indonesia. Kabinet Hatta II
memikul tugas yang amat berat. Hatta dan beberapa tokoh Indonesia lainnya
seperti Mohammad Roem harus bertempur dengan Belanda di meja perundingan
dan kekuatan intelegensia diuji di perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tanggal 23 Agustus 1949 Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam KMB di
Den Haag.
KMB diadakan di Den Haag dari tanggal 23 Agustus sampai 2 November
1949. Suatu rentang yang cukup panjang di meja perundingan yang menguras
tenaga dan pikiran. Perundingan yang berjalan lambat memang sudah menjadi
suatu ciri klasik Belanda yang selalu keberatan menerima resolusi-resolusi
Republik atau barangkali juga sifat nasionalisme Hatta yang amat prinsipil
sehingga sulit mengalah. Perundingan KMB tidak semudah yang dibayangkan,
perlu perhitungan khusus untuk menerima suatu keputusan. Di dalam KMB ini
kemampuan Hatta sebagai ketua delegasi RI benar-benar diuji.
Pada 17 Agustus 1949 bangsa Indonesia yang tergabung dalam delegasi
Republik Indonesia dan BFO secara bersama memperingati proklamasi 1945 di
Den Hagg.30
Dalam kata sambutannya, Hatta mengajak semua pihak untuk
menghadapi tugas yang dibebankan diatas pundak mereka dengan sungguh-
sungguh. Ia berkata bahwa suasana dan keadaan di Den Haag sangat banyak
mengandung godaan , terlebih selama beberapa tahun belakangan Indonesia hidup
dalam suasana ketegangan , kemiskinan, dan keterbelakangan, sehingga para
delegasi perlu waspada menghadapi keadaan di negeri Belanda yang segalanya
terasa mudah.
Masalah-masalah yang dibicarakan dalam KMB meliputi berbagai hal, hal
itu tercermin dari macam-macam panitia yaitu panitia politik, hukum dan
30
Tobing K.M.L, Perjuangan Politik Bangsa Indonesia”KMB”, Jakarta: CV Haji Masagung. 1987. hlm. 196.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
ketatanegaraan, panitia bidang dan keuangan, panitia kemiliteran, panitia
kebudayaan dan panitia sosial. Sebenarnya acara utama dalam KMB adalah
penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia yang pada kenyataannya
meluas ke permasalahan lain. Masalah yang paling hangat dibicarakan di KMB
adalah masalah keuangan, Belanda mendesak supaya Indonesia menerima untuk
membayar utang luar negeri Belanda sejumlah f. 3167 juta dan utang dalam
negeri sebesar f.2956 juta. Suatu jumlah yang amat fantastis dan tidak masuk
akal. Hatta tentu saja marah dan tidak mau menerima tuntutan Belanda, ia
memintta ketua subkomite ekonomi dan keuangan dari pihak Indonesia, yaitu
Dr.Sumitro Djojohadikusumo untuk menyajikan angka-angka tandingan. Hatta
juga mengirimkan pesan kepada Nehru melalui telegram supaya meyakinkan
Amerika bahwa Belanda menuntut terlalu banyak.
Hatta memanfaatkan situasi perang dingin dengan melaporkan bahwa
situasi keuangan Indonesia begitu buruk sehingga jikalau Belanda tidak
mengurangi tuntutannya, maka mungkin ia akan menyarankan supaya kedaulatan
diberikan saja secara langsung kepada kaum komunis. Akan tetapi atas desakan
Cochern sebagai wakil PBB Hatta dengan berat hati menerima tuntutan tersebut
dengan pengurangan sampai f.2000 juta pada angka awal Belanda, sambil
mengingatkan bahwa kehilangan kedaulatan bukan hanya akan menyebabkan
permusuhan baru, akan tetapi juga berarti kehilangan simpati Amerika Serikat
Masalah lain yang dibicarakan di KMB adalah masalah Irian Barat yang
hampir membuat Konferensi menemui jalan buntu. Belanda bersikeras menolak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
untuk membebaskan Irian Barat, Hatta sendiripun tidak mau manyerah dan akan
terus memperjuangkannya. Pada akhirnya Hatta, dengan segala pertimbangannya
mengambil keputusan untuk menangguhkan masalah Irian Barat supaya
konferensi terus berjalan membahas masalah-masalah lain. Hatta berpendapat
bahwa penundaan masalah itu lebih baik daripada menghabiskan waktu
konferensi dan ini merupakan persoalan yang lebih mudah dan realistis untuk bisa
diselesaikan setelah Belanda mengambil langkah penting untuk kedaulatan.
Masalah Irian Barat ini terpecahkan dinihari tanggal 1 November 1949 setelah
batas waktu pembicaraan dengan kompromi tersebut.
Sidang akhirnya ditutup tanggal 2 November 1949 dengan
ditandatanganinya dokumen resmi hasil dari KMB. Dari semua persoalan yang
dibahas dalam perundingan dengan Belanda dalam KMB, bagi Republik
permasalahan yang paling berat adalah menerima bentuk federal bagi negara
Indonesia, tetapi dengan bentuk federal ini Belanda mau menyerahkan dan
mengakui kedaulatan dan kemerdekaaan negara Indonesia. Sejenak Hatta dan
anggota lainnya terdiam dan meyakinkan pada diri mereka bahwa bentuk negara
federal hanya bersifat sementara, mengingat rakyat Indonesia tidak menyukai
bentuk negara federal ini. Harapan dari para wakil delegasi Indonesia terbukti
dengan keberhasilan mengubah bentuk federal menjadi negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan jangka waktu tujuh bulan pada tanggal 17 Agustus 1950.
Dalam KMB kerja sama antar Hatta sebagai ketua delegasi dengan anggota
delegasinya sangat sangat berpengaruh. Tidak selamanya antara Hatta dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
anggota delegasi berpendapat sama dalam suatu masalah, akan tetapi karena
kepercayaan yang beserta pada anggota delegasi kepada Hatta maka yang menjadi
keputusan Hatta didukung oleh para anggotanya. Berbagai komentar muncul
dengan hasil yang diperoleh delegasi Indonesia dalam KMB, baik itu yang pro
maupun yang kontra. John Coast mencatat bahwa Hatta kembali menderita
kelelahan fisik, dengan menerangkan bahwa berat badan Hatta turun dan terlihat
melakukan pekerjaan yang fantastis pada KMB, Hatta tidak pernah menyerah
dalam memperjuangkan argumen.
Pada awal Januari 1946 pemerintah mengambil keputusan untuk
memindahkan kedudukan pemerintahan pusat RI ke Yogyakarta. Sultan
Hamengkubuwono IX menyambut hangat kepindahan tersebut. Hatta melindungi
pejabat-pejabat negara dan keluarganya dari ancaman tentara Belanda. Hatta rela
berkorban demi perjuangan. Belanda ingin Hatta mengubah sikapnya terhadap 70
Republik Indonesia. Belanda mengirim utusan untuk membujuk beliau agar mau
bekerja sama dan memihaknya. Belanda menjanjikan hadiah wilayah Jawa dan
Madura. Hatta tetap tegar pada pendiriannya. Hatta setia kepada Republik
Indonesia. Keinginannya hanya satu yaitu Belanda segera pergi dari Republik
Indonesia. Pada awal kehidupan Republik Indonesia, Sultan Hamengkubuwono
IX berhasil meminta kesanggupan Letkol Soeharto untuk mempersiapkan
serangan umum. Tanggal 1 Maret 1949 serangan umum dilaksanakan dan TNI
berhasil menduduki kota Yogyakarta dalam waktu enam jam. Keberhasilan
serangan tersebut menunjukkan bahwa Republik Indonesia belum habis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
riwayatnya. Sri Sultan Hamengkubuwono IX berperan dalam usaha pengakuan
kedaulatan RI. Tanggal 2 November 1949 tercapai persetujuan KMB. Hasil KMB
adalah Belanda akan menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada
akhir bulan Desember 1949. Hasil dari KMB tersebut dijelaskan dalam sidang
lengkap KNIP tanggal 15 Desember 1949, hasilnya 226 suara setuju dan 62
menolak dan yang yang membuat Hatta bersedih bahwa suara yang menentang
perjanjian tersebut kebanyakan berasal dari Partai Sosialis Indonesia yang
mengidentifikasikan sebagai PNI baru, partai yang pernah dibesarkan oleh Hatta
dan Soekarno serta Sjahrir di zaman pergerakan. Pada tanggal 16 Desember 1949
di Yogyakarta wakil BFO dan Republik berkumpul untuk memilih presiden yaitu
Soekarno dan Hatta secara bulat sebagai perdana menteri.
Tanggal 23 Desember 1949 Hatta dan Sultan Hamid II terbang ke Belanda
untuk menghadiri upacara resmi penyerahan kedaulatan di istana kerajaan
Amsterdam. Keberhasilan Indonesia memperoleh kedaulatan yang diperjuangkan
oleh tokoh-tokoh besar Indonesia disemarakkan dengan banyaknya ungkapan hati
rakyat yang dituangkan dalam surat kabar seperti halnya Hamka di majalah
Merdeka yang mengungkapkan bahwa eberhasilan Indonesia memperoleh
kedaulatan merupakan tekad dari rakyat Indonesia untuk lepas dari perbudakan
yang sudah mendarah daging di rakyat Indonesia akibat dari imperialisme dan
kolonialisme bangsa Barat. Jiwa budak yang sudah melekat di hati bangsa 71
Indonesia harus diubah menjadi jiwa merdeka yang disertai dengan perubahan
dan harus diwujudkan bersama dengan perjuangan penuh seperti usaha tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag dilakukan upacara penandatanganan
naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat diwakili Hatta,
sedangkan Belanda diwakili Ratu Yuliana melawan Belanda. Pada hari yang sama
juga, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda di Jakarta. Di Jakarta naskah penyerahan
kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX mewakili
Indonesia dan Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink mewakili Belanda. Secara
politik. Indonesia telah terbebas dan Hatta memimpin perundingan terakhir untuk
memperoleh kemerdekaan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari bab II dan bab III, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Mohammad Athar atau yang populer dikenal dengan nama Hatta lahir di
Bukit Tinggi pada 12 Agustus 1902 di Batu Hampar Bukittingi. Ayahnya
adalah Muhammad Djamil yang meninggal saat Hatta masih berusia
delapan bulan sedangkan ibunya bernama Siti Saleha yang dikenal banyak
bergerak dibidang perdagangan.. Dari garis keturunan ayahnya Hatta
berasal dari keluarga ulama di Batuhampar. Kakeknya adalah seorang
pimpinan pondok pesantren yang saat itu masih disebut surau.Hatta
pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta. Setelah
enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat. Namun, pelajarannya berhenti
pada pertengahan semester kelas tiga. Ia lalu pindah ke ELS (Europeesche
Lagere School: SD pada masa kolonial Belanda) di Padang sampai tahun
1913, kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs: SMP pada masa kolonial Belanda) sampai tahun 1917.Selain
pengetahuan umum, ia telah ditempa ilmu-ilmu agama sejak kecil. Ia
pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad,
dan beberapa ulama lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Kiprah Hatta di bidang politik dimulai tahun 1921 saat menetap di
Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar
tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi
tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun
segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh
Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto
Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian
berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Di Perhimpunan
Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara
pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Hatta berturut-turut
terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang
sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik
rakyat Indonesia.Pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan
membangun PNI-Baru bersama Sutan Syahrir. Namun, akibat kegiatan
politiknya tersebut, tiga tahun kemudian beliau dibuang ke Digul, Banda
Naira, dan Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, ia dibebaskan dan
ikut memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan PPKI. Selama Perang
Kemerdekaan, ia pernah menjadi perdana menteri merangkap menteri
pertahanan.
Hatta memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan
Republik Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta
memproklamasikan Indonesia Merdeka bersama Ir. Soekarno dan menjabat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sebagai Wakil Presiden RI pertama. Berita kemerdekaan Republik
Indonesia telah tersebar sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan
kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke
Yogyakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan
perjanjian linggarjati dan perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian
tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.Pada Juli 1947,
Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan
Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan
melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar mendapat simpati
dan bantuan dari PBB. Usaha ini tidak sia-sia karena pada akhirnya Hatta
memimpin delegasi Indonesia menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag yang diadakan pada bulan Agustus hingga November 1949.
Konferensi ini merupakan konferensi untuk membahas permasalahan
antara Belanda dan Republik Indonesia. Peran Hatta dalam KMB benar-
benar terbukti membantu Republik Indonesia mendapatkan Kedaulatan dari
pemerintah Belanda yang diwakili, Ratu Juliana pada tanggal 27 Desember
1949.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU:
Panitia Penulisan Sejarah Diplomasi Republik Indonesia. 1995. Sejarah Diplomasi
Republik Indonesia dari Masa ke Masa (Periode 1945-1950). Jakarta: Yayasan
Upakara.
Alfarisi Salman, 2010.Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980. Jogjakarta:
Garasi.
Darnoto. Dkk, 2004, Sejarah Diplomasi Indonesia dari Masa ke Masa Periode 1945-
1949 Jilid I, Jakarta: Departemen Luar Negeri.
Deliar Noer. 1990. Hatta "Biografi Politik". Jakarta: LP3ES.
Deliar Noer.2012.Mohamad Hatta “Hati Nurani Bangsa”. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Marvis Rose. 1991, Indonesia Merdeka "Biografi Politik Hatta". Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mohammad Hatta. 1978.Memoirs, Jakarta: Tirtamas
Mohammad Hatta. 2010.Menuju Gerbang Kemerdekaan. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Nasution A.H. 1994.Sekitar Perang kemerdekaan Indonesia jilid I Periode KMB.
Bandung: Angkasa
Notosoetardjo. 1956. Dokumen Konperensi Medja Bundar,Jakarta: Endang
Romadhon, MK. 2015.Soekarno Hatta Syahrir. Jakarta: Araska Publisher.
Tobing, K.M.L.1987. Perjuangan Politik Bangsa Indonesia K.M.B. Jakarta: Haji
Masagung
Zulkifli Suleman. 2010.Demokrasi Untuk Indonesia “Pemikiran Politik Bung Hatta”,
Jakarta: Kompas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
SUMBER INTERNET:
Astalog, Mengapa sila Pertama Dalam Piagam Jakarta Diubah,
2016.Dihttp://www.astalog.com/1104/mengapa-sila-pertama-dalam-piagam-jakarta
diubah.htm. Diakses pada 14 Agustus 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I. Diakses pada 29 Juli 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_II. Diakses pada 29 Juli 2017.
Wikipedia Indonesia, Indische Vereeniging, 2016,
https://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereeniging. Diakses pada 12 Agustus 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
SILABUS
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)
Kelas : XI
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
1.1 Menghayati nilai-
nilai persatuan dan
keinginan bersatu
dalam perjuangan
pergerakan nasional
menuju
kemerdekaan bangsa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
sebagai karunia
Tuhan Yang Maha
Esa terhadap bangsa
dan negara
Indonesia.
2.3 Meneladani perilaku
kerjasama, tanggung
jawab, cinta damai
para pejuang untuk
meraih kemerdekaan
dan
menunjukkannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
3.5 Menganalisis peran
tokoh-tokoh
Nasional dan
Daerah dalam
perjuangan
menegakkan negara
Republik Indonesia.
4.5 Menulis sejarah
tentang satu tokoh
nasional dan tokoh
Pergerakan
Nasional
Indonesia
Latar
belakang
kehidupan
Mohammad
Hatta
Peran
Mohammad
Mengamati:
membaca buku teks
tentang peran
Mohammad Hatta
dalam
memperjuangkan
kemerdekaan
Indonesia.
Menanya:
tanya jawab,
berdiskusi dan
Observasi:
Mengamati
kegiatan
peserta didik
dalam proses
mengumpulkan
data, analisis
data dan
pembuatan
laporan tentang
2 x 45 Menit Tobing K.M.L.1987.
Perjuangan Politik
Bangsa Indonesia
K.M.B. Jakarta: Haji
Masagung
Noer
Deliar.2012.Mohamad
Hatta “Hati Nurani
Bangsa”. Jakarta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
dari daerahnya yang
berjuang melawan
penjajahan kolonial
Barat
Hatta dalam
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia
memberi komentar
dan memberi
komentar tentang
peran Mohammad
Hatta dalam
memperjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
Mengeksplorasi
.mengumpulkan
informasi tentang
peran Mohammad
Hatta dalam
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
Mengasosiasi
Menganalisis
informasi dan data-
data yang didapat
dari sumber-sumber
terkait peran
Mohammad Hatta
dalam
memperjuangan
Peran
Mohammad
Hatta dalam
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
Portofolio:
Menilai
laporan peserta
didik tentang
peran
Mohammad
Hatta dalam
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
Tes tertulis:
Menilai
kemampuan
peserta didik
dalam
menganalisis
tentang peran
Mohammad
Hatta dalam
Kompas Media
Nusantara.
Rose Marvis. 1991,
Indonesia Merdeka
"Biografi Politik
Hatta". Jakarta:
Gramedia Pustaka
Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
kemerdekaan
Indonesia.
Mengkomunikasikan
hasil analisis dan
evaluasi selanjutnya
dilaporkan dalam
bentuk tulisan yang
terkait dengan peran
Mohammad Hatta
dalam perjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
Yogyakarta, 13 September 2017
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Dra. R. Tuti Ratnaningsih Gaudensius Jehadin Bosko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA STELA DUCE 2 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XI / I
Pertemuan : 1 (satu)
Materi Pokok/Topik : Pergerakan Nasional Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI. 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
3.5 Menganalisis peran tokoh-tokoh Nasional dan Daerah dalam perjuangan
menegakkan negara Republik Indonesia.
3.5.1 Menganalisis latar belakang kehidupan Mohammad Hatta.
3.5.2 Menganalisis peran Mohammad Hatta dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.5 Menulis sejarah tentang satu tokoh nasional dan tokoh dari daerahnya
yang berjuang melawan penjajahan kolonial Barat
4.5.1 Melaporkan hasil tulisan sejarah tentang Peran Mohammad Hatta
dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik diharapkan
mampu :
1. Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Mohammad Hatta.
2. Mendeskripsikan peran Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
3. Menulis artikel tentang peran Mohammad Hatta dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Latar belakang kehidupanMohammad Hatta.
2. Peran Mohammad Hatta dalam Perjuangan kemerdekaan Indonesia.
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan pembelajaran : Saintifik
2. Metode pembelajaran : Cooperative Learning
3. Model Pembelajaran : STAD (Students Team Achivement Divison)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam kepada siswa
Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru memeriksa materi ajar dan alat atau media
pembelajaran
Guru menanyakan materi yang disampaikan minggu
lalu
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran
10 menit
Kegiatan
Inti
Mengamati
Peserta didik mengamati video tentang peran
Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
Peserta didik mengamati powerpoint tentang peran
Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdkaan
Indonesia
Menanya
Peserta didik diberi arahan untuk untuk bertanya dari
video yang sudah ditayangkan.
Peserta didik bertanya mengenai powerpoint yang
sudah ditayangkan
Mengumpulkan informasi
Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok.
Masing-masing kelompok diminta berdiskusi tentang
peran Mohammad Hatta dalam perjuangan
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kemerdekaan Indonesia.
Peserta didik mengumpulkan informasi melalui video
yang ditayangkan oleh guru, internet, buku referensi
dan berdiskusi dengan teman kelompok.
Mengasosiasi
Setiap kelompok berdiskusi tentang peran Mohammad
Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah berdikusi, peserta didik mengerjakan kuis
secara individu.
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan
kelompok lain yang tidak presentasi diperbolehkan
untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi.
Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peserta didik dari kelompok lain.
Guru mengklarifikasi setiap jawaban peserta didik
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang melakukan presentasi terbaik.
Guru meminta peserta didik mengumpulkan hasil
diskusinya
Penutup Guru dan peserta didik melakukan refleksi
pembelajaran secara bersama.
Guru memberikan penguatan terhadap pencapaian
kompetansi peserta didik.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan
pembelajaran tentang materi yang telah diberikan.
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
1. Media Pembelajaran : PPT (Power Point) dan Video
2. Alat Pembelajaran : LCD, Laptop, dan Speaker
3. Sumber Pembelajaran : Buku Sejarah Indonesia kelas XI.
H. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMIDIAL, DAN PENGAYAAN
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap
1) Observasi
b. Penilaian Pengetahuan
1) Tes
2) Tanya Jawab
3) Observasi terhadap kegiatan diskusi
2. Instrumen Penilaian
a. Penilaian sikap diskusi dan presentasi kelompok
No
Nama
Jumlah
(1- 4) (1- 4) (1- 4) (1- 4) (1- 4) (1- 4)
1
2
3 dst
Ber
tanggungja
wab
Men
den
gaa
rkan
Men
anya
Men
gem
ukak
an
p
endap
atat
Men
gkom
unik
asik
an
Ker
jasa
ma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Keterangan Penilaian:
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria :
Baik Sekali : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
∑ Skor Perolehan
Nilai = x 100 Skor Maksimal (24)
b. Instrumen Penilaian Pengetahuan
Setiap soal memiliki bobot yang sama = 25
Keterangan Penilaian:
Skor maksimal = 50
∑ Skor Perolehan
Nilai = x 100 Skor Maksimal (50)
Soal Uji Kompetensi
1. Deskripsikan latar belakang kehidupan Mohammad Hatta!
2. Deskripsikan peran Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia!
Kunci jawaban :
1. Deskripsikan latar belakang kehidupan Mohammad Hatta!
Mohammad Hatta, biasa dikenal dengan nama Bung Hatta, lahir
pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya,
Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan.
Lingkungan keluarga yang berlatar pesantren dan pedagang telah
membuat Hatta tumbuh menjadi sosok yang sangat mendalami agama
dan maslah-masalah ekonomi. Dari ibunya, Hatta memiliki enam
saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Hatta
menjalani pendidikan dasar di Bukittinggi. Ia melanjutkan kelas 5 di
ELS (Europeesche Lagere School) Padang, yaitu sekolah dasar untuk
kulit putih, hingga kelas 7. Kemudian ia melanjutkan pendidikan MULO
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, sekarang SMP) di Padang. Setelah
lulus dari MULO, Hatta melanjutkan pendidikan di Prins Hendrik
School, sebuah sekolah dagang menengah di Jakarta. Disamping belajar
ilmu-ilmu umum, Hatta juga belajar ilmu Agama. Hal inilah yang
membuat Hatta sangat disiplin dalam menjaga ibadah, akhlak, dan
moralnya. Ia juga dikenal sangat tepat waktu dan sangat menjaga
pergaulannya.
2. Deskripsikan peran Mohammad Hatta dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia!
Hatta memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan
Republik Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta
memproklamasikan Indonesia Merdeka bersama Ir. Soekarno dan
menjabat sebagai Wakil Presiden RI pertama. Berita kemerdekaan
Republik Indonesia telah tersebar sampai Belanda. Sehingga, Belanda
berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik
Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Ada dua kali perundingan dengan
Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan perjanjian Reville.
Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Belanda.Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan
menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India
dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan
Belanda dan agar mendapat simpati dan bantuan dari PBB. Usaha ini
tidak sia-sia karena pada akhirnya Hatta memimpin delegasi Indonesia
menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag yang diadakan
pada bulan Agustus hingga November 1949. Konferensi ini merupakan
konferensi untuk membahas permasalahan antara Belanda dan Republik
Indonesia. Peran Hatta dalam KMB benar-benar terbukti membantu
Republik Indonesia mendapatkan Kedaulatan dari pemerintah Belanda
yang diwakili, Ratu Juliana pada tanggal 27 Desember 1949.
c. Psikomotorik
1) Teknik Penilaian : Penugasan
2) Bentuk Instrumen : Lembar Tugas
3) Instrumen
Buatlah artikel tentang peran Mohammad Hatta dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia !
No
Nama
Jumlah
(1- 4) (1- 4) (1- 15) (1- 4) (1- 3) 30
1
2 dst
Rel
evan
si
Per
um
usa
n
M
asal
ah
Isi
Pen
utu
p
Daf
tar
Pust
aka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Petunjuk Penskoran
Peserta didik memperoleh nilai:
Baik sekali : apabila memperoleh skor 26-30
Baik : apabila memperoleh skor 18-25
Cukup : apabila memperoleh skor 9-17
Kurang : apabila memperoleh skor 1-8
d. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
Pembelajaran remidial dilaksanakan segera setelah diadakan penilai bagi
peserta didik yang mendapat nilai di bawah 75 dengan mengerjakan
kembali soal uji kompetensi.
Pengayaan dilaksanakan peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 75
dengan memberikan latihan soal.
Yogyakarta, 18 September 2017
Gaudensius Jehadin Bosko
111314004
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
MATERI PEMBELAJARAN
Mohammad Hatta, biasa dikenal dengan nama Bung Hatta, lahir pada
tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung
Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad
Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Lingkungan keluarga yang
berlatar pesantren dan pedagang telah membuat Hatta tumbuh menjadi sosok
yang sangat mendalami agama dan maslah-masalah ekonomi. Hatta menjalani
pendidikan dasar di Bukittinggi. Ia melanjutkan kelas 5 di ELS (Europeesche
Lagere School) Padang, yaitu sekolah dasar untuk kulit putih, hingga kelas 7.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs,
sekarang SMP) di Padang. Setelah lulus dari MULO, Hatta melanjutkan
pendidikan di Prins Hendrik School, sebuah sekolah dagang menengah di Jakarta.
Di samping belajar ilmu-ilmu umum, Hatta juga belajar ilmu Agama. Hal inilah
yang membuat Hatta sangat disiplin dalam menjaga ibadah, akhlak, dan
moralnya. Ia juga dikenal sangat tepat waktu dan sangat menjaga pergaulannya.
Sejak bersekolah di MULO Hatta telah banyak terlibat dalam pergerakan
pemuda. Salah satunya adalah JBS (Jong Sumatranen Bond), sebuah
perkumpulan pemuda Sumatera. Di sana ia menjabat sebagai bendahara di
kepengurusan pusat. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang bendahara, ia
tidak pernah lalai dan sangat menghargai waktu. Baginya, membuang waktu sama
saja dengan membuang kesempatan untuk berproduksi. Suatu ketika Hatta pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menolak bertemu dengan teman yang datang terlambat, saat berjanji akan bertemu
dengannya. Karena hal ini, banyak koleganya yang menganggap dirinya
sombong.
Hatta muncul sebagai pemimpin melalui kemampuan beroganisasi,
dorongan, pemikiran yang kreatif, dan tulisan-tulisannya yang profokatif. Ia
adalah seorang pribumi yang aktif menyuarakan kemerdekaan melalui pergerakan
nasional. Sebagai ketua organisasi Perhimpunan Indonesia, Hatta merealisasikan
gagasannya untuk mengawal Indonesia menuju kemerdekaan. Bahkan, ia pernah
berkata tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bukti bahwa Hatta
sangat mencintai bangsanya daripada dirinya sendiri. Hatta memandang
kemerdekaan bukan hanya simbol kemegahan bangsa, tetapi juga untuk
kemanusiaan dan peradaban.
Ia banyak memberi kritik terhadap pergerakan nasional di Indonesia yang
dianggapnya tidak mencerminkan kepribadian bangsa. Hatta pernah mengkritik
Soekarno karena dianggap tidak konsisten dalam menjalankan tuntutan
nonkooperasi dengan Belanda. Pada saat itu, Hatta marah besar karena Soekarno
mengirimkan surat yang berisi penyesalannya kepada pemerintah Belanda.
Soekarno menulis akan berhenti melakukan pergerakan politik yang menentang
pemerintah. Ia juga menulis akan bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Hatta
mengecam tindakan Soekarno ini dengan menulis “Tragedie Soekarno” dalam
Daulat Ra’jat edisi 30 November 1933.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Hatta sangat menekankan pergerakan nasional yang disertai kesadaran,
bukan asal beramai-ramai mendendangkannya. Hatta selalu memikirkan solusi
sebuah masalah secara mendalam. Baginya, setiap keputusan yang diambil harus
melalui pertimbangan yang matang. Ia selalu memperhatikan berbagai aspek yang
berpengaruh dc3alam masalah. Memang dalam hal ini, Hatta lebih rasional
dibandingkan Soekarno yang dinilai emosional.
Saat menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Soekarno, hubungan di
antara keduanya terjalin sangat baik. Tidak ada yang tahu mengapa kedua tokoh
ini menjadi begitu akrab dan mesra. Setiap keputusan selalu mereka tetapkan
berdua. Sangat jarang terlihat perselisihan paham pada masa ini. Padahal, pada
masa-masa pergerakan nasional Hatta sering berbeda pendapat dengan Soekarno.
Bahkan, tidak jarang timbul konflik di antara keduannya. Hatta lebih berhati-hati
dalam mengambil keputusan. Meskipun begitu Hatta selalu bersikap tegas dalam
mempertahankan keputusannya. Ia tidak gegabah, tetapi berani dan konsisten.
Peristiwa Proklamasi merupakan puncak dari perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaan. Hatta menjadi salah satu tokoh penting karena
terlibat dalam penyusunan konsep proklamasi serta penandatangan teks
proklamasi bersama Soekarno. Sebagai seorang penganut islam, pemikiran Hatta
berbeda dengan tokoh-tokoh lain menganai tujuh kata-kata awal pembukaan
undang-undang dasar yang memuat tentang syariat islam. Ia dengan tegas
menolak rumusan tersebut karena dianggap mengesampingkan agama lain di
Indonesia. Ia berpendapat bahwa jika rumusan itu tetap dimasukan dalam undang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
undang hanya akan membuat daerah Indonesia timur melpaskan diri dari
Indonesia.
Hatta dan Soekarno bagaiakan dua sisi mata uang yang tak dapat
dipisahkan. Kerja sama keduanya sebagai presiden dan wakil presiden membuat
mereka dijuluki dwitunggal. Sifat dan jalan pikiran keduanya pun saling
melengkapi. Soekarno dikenal sebagai sosok yang mampu menguasai rakyat,
membakar semangat mereka, seakan mengarahkan mereka ke mana saja.
Sebaliknya, Hatta mampu menguasai diri dalam keadaan apapun, yang banyak
berpikir dengan tenang dan dalam, memperhatikan sesuatu kejadian atau
perkembangan dengan cermat, dan bila sudah mengambil keputusan,
keputusannya itu tetap ia pertahankan. Hatta juga dikenal dengan kemampuannya
dalam urusan diplomasi, sehingga saat Indonesia dihadapkan dalam situasi perang
kemerdekaan dengan Belanda, hatta tampil sebagai diplomat ulung dalam
beberapa perundingan dengan Belanda. Puncaknya adalah saat Hatta
dipercayakan menjadi ketua delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI