pemikiran ekonomi mohammad hatta ditinjau dari …

174
PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DiTINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) Oleh : Panji Patra Anggaredho NIM : 203046101750 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA

DiTINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)

Oleh :

Panji Patra Anggaredho

NIM : 203046101750

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA

DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)

Oleh :

Panji Patra Anggaredho

NIM : 203046101750

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Isnawati Rais, MA Jaenal Aripin, M.Ag

NIP : 150 222 235 NIP : 150 289 202

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 3: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya yang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 April 2008

Panji Patra Anggaredho

Page 4: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 3 Juni 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP : 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs.Djawahir Hejazziey, SH,MA (..................................) NIP : 130 789 745

2. Sekretaris : Drs.H.Ahmad Yani, M.Ag (..................................) NIP : 150 269 678

3. Pembimbing I : Dr.Isnawati Rais, MA (..................................) NIP : 150 222 235

4. Pembimbing II : Jaenal Aripin, M.Ag (..................................) NIP : 150 289 202

5. Penguji I : Prof.Dr.H.Hasanuddin AF, MA (..................................) NIP : 150 050 917

6. Penguji II : JM.Muslimin, Ph.D (..................................) NIP : 150 312 427

Page 5: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

ABSTRAK Panji Patra Anggaredho. 203046101750. Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi. Jurusan Muamalat. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2008. v - 151 halaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pemikiran ekonomi Mohammad Hatta yang obyektif, utuh dan komprehensif, yang akhirnya diharapkan dapat membuka jangkauan yang lebih luas dalam upaya aplikasi dan konseptualisasi pada perekonomian nasional. Penelitian ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan data dan cara analisis kualitatif dengan mendeskripsikan dan menganalisis obyek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan topik, untuk kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis. Skripsi ini menggunakan content analysis dan metode komparasi. Kesimpulan sebagai hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pemikiran ekonomi yang digagas oleh Mohammad Hatta sebagian besar tidak bertentangan dengan ekonomi Islam. Namun ada juga yang bertentangan dengan ekonomi Islam yaitu pemikirannya yang membolehkan praktik bunga di dalam bank dan pemikiran Hatta tersebut kiranya dapat dimaklumi karena Hatta memandang tidak adanya instrumen lain selain mendirikan bank (konvensional seperti yang ada pada saat ini) untuk menghimpun dana masyarakat untuk membangun kembali perekonomian Indonesia yang saat itu sangat berantakan pasca penjajahan. Terlebih lagi pada saat itu belum adanya praktik bank syariah yang memakai instrument mudharabah dan murabahah sebagai pengganti alternatif bunga.

Page 6: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Kepada pemuda Indonesia, yang ingat akan sumpah dan janjinya : “Indonesia tanah pusaka. Pusaka kita semuanya. Marilah kita mendoa : Indonesia bahagia! Marilah kita berjanji : Indonesia abadi”

Mohammad Hatta (1902-1980)

Page 7: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain untaian puja dan puji syukur ke

hadirat Allah SWT, karena dengan atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis

diberi kekuatan dan kemampuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam tak lupa penulis tujukan kepada manusia paling mulia, Baginda Agung,

Nabi Muhammad Saw. Semoga penulis bisa menemui beliau di hari akhir kelak.

Setelah mengalami proses yang melelahkan dan perjuangan yang panjang.

Akhirnya penulis berhasil menyelesaikan studi di kampus hijau pembaharu UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan ribuan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.H.M.Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum. Seorang figur yang penulis kagumi, semasa penulis

menimba ilmu di kampus ini.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah.Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, serta Bapak Drs. Djawahir

Hejazziey, SH, MA dan Bapak Ahmad Yani, M.Ag selaku Ketua dan

Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler, yang tak pernah bosan

mendengarkan keluh kesah penulis berkenaan masalah perkuliahan.

3. Ibu Dr.Isnawati Rais, MA dan Bapak Jaenal Aripin, M.Ag sebagai

pembimbing skripsi ini, yang dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan-arahan serta bimbingan-bimbingan sehingga

Page 8: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

penulis mendapat pencerahan dalam proses pembuatan skripsi ini. Semoga

Allah membalas kebaikan beliau.

4. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas

kepustakaan sebagai bahan referensi dalam pembuatan skripsi penulis.

5. Ayahanda Drs. Herman Effendi, MM dan Ibunda Lukiana, S.Sos tercinta,

yang telah memberikan kasih dan sayang kepada penulis sejak lahir sampai

saat ini. Dan dengan kasih dan sayang tersebut (+ marah-marahnya) penulis

berhasil menyelesaikan studi di kampus ini.

6. Adikku tersayang Tania Adlinzila, yang senantiasa cerewet dalam

memperingati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Dan penulis

menyadari, tanpa kecerewetannya mungkin skripsi ini tidak akan rampung.

7. Bang Tion dan personel Toko Buku Gerak-Gerik, yang mau bersusah payah

untuk mencari buku yang penulis butuhkan.

8. Kawan-Kawanku jurusan Perbankan Syariah angkatan 2003, khususnya

Perbankan Syariah kelas C : Abdul “Waiz”, M. “Fahmi”, Deden Za”inal”

Muttaqien, Andi “Gudeng” Irmansyah, Andi “Sobat” Kristianto, Khayatul

“Yayat” Qulub, “Erma” Hermawan, M.”Luthfi”, “Jamal”luddin, M.”Syahril”,

Khairil, “Ihsan”uddin Fadhillah, “Wahyu” Mikurason, “Raden” M.Ikhsan,

“Widi” Sentanu.P, M.Arif “Babe” Rifa’I, “Arif” Syamsuddin, “Fikri”

Tamami, “Juli”, Kha”irul” Bejaharnia, “Hana” Rufaidah, Meutia “Muthe

Sari, Siti “Uut” Mahmudah, “Iva” Lutfia, “Euis”, Rahayu Tri”doni”,

Rah”ayu” Lisa, Anita, “Choi”riyah, yang selalu mengejek (kapan lulus? Atau

sudah sampai bab berapa?) setiap kali berjumpa dengan penulis.

9. Alumni Pondok Pesantren Darunnajah angkatan 26, khususnya sahabatku

Abu “Said” At-thobari, Amalia “Amel” Fajrina dan Khilda Zura”ida” Zahara,

yang telah dan selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

ini.

Page 9: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

10. Rekan-rekan di Komunitas Gang Kodok, komunitasnya para pencari

kebenaranya yaitu, Iwin “Iwe” Indra, Minhadzul “Izul” Abidin, “Edi”

Effendi, “Rama” Juwandi, Rahmat Ham”dani”, Ahmad Mu”dassir”, Nana

“Buluk” Lesmana, M.Ali Fer”nandez”, Daulay, yang selalu menjadi sparring

diskusi penulis selama penulis kuliah di kampus ini.

11. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat

khususnya HMI Komisariat Fakultas Syariah (KOMFAKSY) : Asep “Azuba”

Jubaedillah, Fadhlika “Brey” Hima SH, Rudi, Habib, Mukh”tiar” Effendi,

“Fauzul” Azim, Bayu.P, Rahadianto “Putro”, Asep.S, Hamdan.R, M.Siddiq,

Isma, Ira, Syarah, dan kawan-kawan lainnya yang tak mungkin penulis

sebutkan satu persatu. Di himpunan inilah, penulis beraktivitas dan

mendapatkan ide untuk menulis pemikiran Mohammad Hatta dalam skripsi

ini.

12. Nur Afriyanti, seseorang yang selalu menemani penulis selama ini. Seseorang

yang meyakini penulis di saat orang lain meragukan penulis. Teman di kala

susah, sahabat di kala senang dan kekasih di saat suka maupun duka. Semoga

Allah senantiasa memudahkan langkahnya.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis akan merasa sangat senang terhadap semua kritik dan saran yang

membangun terhadap karya tulis ini. Akhirnya hanya kepada-Nyalah kita kembali

dan berserah diri. Semoga Kita Benar…!!

Jakarta, 10 Mei 2008 Panji Patra Anggaredho

Page 10: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10

D. Metode Penelitian ..................................................................... 11

E. Kajian Pustaka........................................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam ........................................................ 16

B. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam ............................................. 21

C. Nilai-Nilai Instrumental Ekonomi Islam ................................... 27

D. Tujuan Ekonomi Islam .............................................................. 42

BAB III RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD HATTA

A. Pribadi & Pendidikan Mohammad Hatta .................................. . 45

B. Aktivitas Sosial & Politik Mohammad Hatta ............................. 52

C. Pemikiran-Pemikiran Mohammad Hatta dan Karya-Karyanya.. 66

BAB IV PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DAN

TINJAUANNYA DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Page 11: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

A. Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta ...................................... 73

1.Demokrasi Ekonomi ............................................................. 73

2.Koperasi Menurut Mohammad Hatta ................................... 80

3.Politik Ekonomi Mohammad Hatta ...................................... 88

B. Analisis Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta ditinjau dari

Perspektif Ekonomi Islam .......................................................... 103

C. Relevansi Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta dengan Kondisi

Perekonomian Indonesia Saat ini ............................................... 123

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 129

B. Saran .......................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 132

Page 12: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia telah ditunjuk oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi ini,

atas dasar itulah seluruh ciptaan-Nya, baik itu yang berada di langit dan maupun

di bumi, bebas digunakan dan dikelola untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan

kepentingan manusia itu sendiri. Penunjukan manusia sebagai khalifah, bukanlah

tanpa alasan dan bukan pula sebuah kebetulan. Akan tetapi penunjukan tersebut

sudah merupakan sebuah keniscayaan karena dibandingkan makhluk Tuhan

lainnya, manusia dilengkapi dengan akal pikiran, yang mana dengan akal pikiran

ini manusia bisa merenung dan berfikir untuk memaksimalkan segala potensi-

potensi yang ada di jagat raya ini. Kelebihan atau paling tepat sebuah anugerah

dari Tuhan inilah yang membuat manusia berbeda dan lebih tinggi derajatnya dari

makhluk-makhluk Tuhan lainnya dan akhirnya karena kelebihan ini juga manusia

diberikan sebuah hak dan tanggung jawab untuk mengelola alam ini.

Namun, manusia bukannya tidak menemukan kesulitan dalam mengelola

alam ini, sebab ketika manusia itu lahir, manusia sudah diharuskan untuk

berhadapan dengan sebuah kenyataan yaitu bagaimana caranya agar eksistensi

mereka terus berlanjut di dunia ini. Demi eksistensi serta naluri untuk

mempertahankan hidup ini, manusia rela berjuang dan mencari apa saja yang

Page 13: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

mereka anggap cukup dan layak untuk memenuhi segala kebutuhan hidup

mereka, entah itu kebutuhan yang sifatnya dharuriyat (primer), Hajiyyat

(sekunder) ataupun tahsiniyat (tersier).

Kebutuhan hidup manusia, pada masa-masa awal peradabannya, masih sangat

terbatas dan juga masih bersifat sederhana. Tetapi seiring dengan semakin

majunya tingkat peradaban, makin banyak dan makin bervariasi pula kebutuhan

manusia sementara di lain pihak alat pemenuh kebutuhan manusia terbatas

adanya. Ketidakseimbangan antara kebutuhan yang selalu meningkat dengan alat

pemuas kebutuhan yang terbatas ini maka pada akhirnya menyebabkan diperlukan

sebuah ilmu yang mengatur hal tersebut, yang belakangan ilmu ini disebut ilmu

ekonomi.1 Namun pada saat itu ekonomi masih belum menjadi sebuah disiplin

ilmu. Ekonomi pada saat itu hanya masih dalam tahap wacana dan berupa

pemikiran-pemikiran individu. Pada dasarnya pemikiran tentang ekonomi

sebenarnya telah ada jauh sebelum masehi, akan tetapi pembicaraan tentang

ekonomi pun masih merupakan bagian dari pemikiran dan mimpi para filosof

tentang suatu tatanan masyarakat yang ideal, tulisan-tulisan ekonomi yang ada

juga belum tersistematis secara komprehensif. Dari segi topik pembahasan pun

masih sangat terbatas, begitu juga analisis yang dipakai tidak ada yang membahas

aspek-aspek dari kegiatan perekonomian dalam masyarakat secara komprehensif.

1 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003),

h. 1

Page 14: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Ekonomi baru menjadi disiplin ilmu setelah Adam Smith menulis buku An

inquiry into the nature an causes of the wealth of nations pada tahun 1776.2

Lalu dengan dimulainya abad keduapuluh dan dengan bertambahnya peranan

yang dimainkan oleh ekonomi dalam kehidupan, maka mulailah berbagai bangsa

mengambil studi-studi ekonomi dalam bentuk bentuk baru, yang pada akhirnya

studi ekonomi tersebut, mengarah pada terbentuknya mazhab-mazhab ekonomi.

Studi-studi ekonomi tidak lagi berhenti pada batas observasi dan menguraikan

gejala-gejala ekonomi untuk merumuskan hukum-hukum yang merupakan

kaidah, melainkan telah memiliki tujuan-tujuan kehidupan perekonomian dan

membatasi cara-cara yang perlu ditempuh untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Dengan demikian, terpecah-pecahlah mazhab-mazhab ekonomi itu yang berbeda

satu sama lain dan terbagi menjadi dua mazhab besar yaitu mazhab kapitalisme

dan mazhab sosialisme.3

Pada praktiknya, kedua mazhab ini mempunyai yang ciri khas sangat berbeda

dan begitu fundamental, mazhab kapitalisme menekankan tidak adanya intervensi

negara dalam hal perekonomian, negara hanyalah sebuah fasilitator untuk

memberikan suasana kondusif bagi sektor-sektor swasta untuk menjalankan roda

perekonomian. Sedangkan mazhab sosialisme, yang bisa dibilang merupakan

kebalikan dari mazhab kapitalisme, menekankan bahwa perekonomian suatu

2 Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Astaaruss Jakarta ,2005), h.1 3Ibid, h. 13-14

Page 15: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

negara hanya boleh diatur pemerintah. Berbeda dengan mazhab kapitalisme, yang

sangat mengakui hak milik pribadi, mazhab sosialisme sangat membatasi hak

milik individu bahkan cenderung meniadakan hak milik tersebut dan hanya

mengakui kepemilikan bersama (community). Aliran sosialisme yang meniadakan

hak individu inilah yang sampai saat ini kita kenal dengan aliran komunisme,

yang mana pada praktiknya aliran komunisme ini lebih ekstrim daripada aliran

sosialisme.

Dalam aktivitasnya, kedua mazhab ini sibuk mengkampanyekan serta

menawarkan kesejahteraan dan kemakmuran kepada dunia dan saling berebut

pengaruh dan mengklaim satu sama lain bahwa mazhab mereka masing-

masinglah yang paling benar dan paling ampuh dalam mengatasi masalah-

masalah perekonomian seperti kemiskinan, pengangguran, inflasi dan lain

sebagainya. Tak jarang dalam mengkampenyekan ide-ide tersebut kedua mazhab

ini harus berhadapan satu sama lain dalam posisi yang diametral, bahkan sampai

meruncing, dan merembet ke masalah politik hingga konflik.

Namun sejarah tidak bisa dibohongi, kedua mazhab ini bukanlah mazhab

yang tak pernah gagal dalam menangani masalah perekonomiam, sebut saja

Amerika Serikat, salah satu penganut mazhab kapitalisme, pernah mengalami

depresi besar-besaran pada tahun 1930-an. Dan juga hancurnya perekonomian

Uni Soviet, yang menganut mazhab sosialisme/komunisme, yang pada akhirnya

mengalami masa-masa yang tragis yaitu dengan bubarnya negara tersebut pada

akhir tahun 1980.

Page 16: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Masalah ekonomi senantiasa menarik perhatian berbagai macam lapisan

masyarakat dan individu. Berbagai penelitian telah dibuat untuk menyelesaikan

masalah tersebut, walaupun begitu usaha dalam mengatasi masalah ini secara

keseluruhan banyak menemui kegagalan dan sangat sedikit keberhasilan yang

diperoleh.4 Berangkat dari kegagalan-kegagalan tersebut, maka mulai

bermunculan berbagai ekonomi alternatif, diantaranya gagasan ekonomi yang

berdasarkan kerakyatan yang kita kenal dengan nama ekonomi kerakyatan, dan

ekonomi yang berdasarkan Islam, yang kita kenal dengan nama ekonomi Islam.

Pada dasarnya pada kedua mazhab tersebut terdapat pelbagai persamaan dan

pemikiran yang sama, bahkan inti dari kedua mazhab tersebut cenderung sama

dan hampir tidak ada perbedaan, yaitu bagaimana harta itu tidak hanya berputar

bagi kelompok atau golongan tertentu saja akan tetapi juga harus berputar di

seluruh lapisan masyarakat. Retribusi yang adil dalam konsep ekonomi

kerakyatan bukanlah mendistribusikan aset fisik/riil, bukan pula membagi-

bagikan kegiatan bisnis para konglomerat baik yang sedang sekarat ataupun yang

sudah bangkrut, bukan pula merupakan alat untuk memudahkan aset fisik dan

kesempatan memperoleh rente ekonomi dari aktor-aktor lama ke aktor baru.

Retribusi aset dapat diartikan sebagai usaha memberikan kekuasaan dan

kesempatan yang adil bagi pengusaha kecil/menengah dan koperasi untuk

4 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, (Yogyakarta : PT Darma Bhakti Wakaf,

1995), h.1

Page 17: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

melakukan kegiatan dan bisnis.5 Model ekonomi berdasarkan kerakyatan, kira-

kira sama dengan konsep yang ditawarkan ekonomi Islam. Yang mana dalam

ekonomi Islam hal ini diatur di dalam surat An-Nahl ayat 71 dan Al-Hasyr ayat 7

:

⌧ ☺

☺ )٧١ : النحل (

Artinya : dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? (QS An-Nahl : 71)

)٧ :لحشر ١ (

Artinya : supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu (QS Al-Hasyr : 7)

Prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan keadilan sangat sesuai dengan

tatanan dan nilai-nilai Islam, dan ekonomi kerakyatan pun tidak bisa dipungkiri

menjadi sebuah solusi untuk menuju perekonomian yang diidamkan. Hal ini

terbukti, dalam kondisi krisis ekonomi di Indonesia yaitu pada tahun 1997-1998,

ekonomi kerakyatan berperan dalam membantu usaha kecil, menengah dan

koperasi terutama dalam kesulitan produksi dan distribusi kebutuhan pokok

5 Mubiyarto, ”Ekonomi Kerakyatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional”, Media Indonesia, 10

Desember 2001, h.55

Page 18: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

masyarakat di sektor pertanian, tingkat produksi pangan telah berada dalam

kondisi yang aman sehingga tingkat impor beras dapat ditekan dan juga subsektor

perkebunan yang berorientasi ekspor menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Pengalaman ini memberikan alasan bahwa pemberdayaan ekonomi rakyat tidak

saja penting dari sudut pandang konseptual dalam mewujudkan demokrasi

ekonomi tetapi bukti empiris menunjukkan bahwa UKM dan koperasi sangat

berperan dalam usaha penyerapan tenaga kerja dan menggerakkan aktivitas

terutama di masa krisis.6

Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita

dengar karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998 tersebut

usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Bahkan ekonomi kerakyatan memainkan fungsi penyelamatan di sektor kegiatan,

fungsi penyelamatan ini terbukti pada sektor penyediaan kebutuhan rakyat

melalui produksi dan normalisasi distribusi.7 Sehingga dengan adanya

pengalaman-pengalaman serta prestesi-prestasi tersebut, diharapkan dalam masa-

masa yang akan datang pemerintah mau untuk lebih memperhatikan dan mulai

melirik ekonomi kerakyatan.

Berbicara tentang ekonomi kerakyatan, tentu tidak pernah lepas dari sosok

Mohammad Hatta. Sosok yang dikenal dengan nama akrab Bung Hatta ini

6 Lihat Adi Sasono, Prospek dan Posisi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, dalam Baihaqi Abdul Madjid dan Saifudin A. Rashid (Ed), Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, (Jakarta : PT Pinbuk, 2000), h. 26

7 Noer Strisno, Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM dalam Perekonomian Indonsia,

(Jakarta : STEKPI, 2005), h. 5

Page 19: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

merupakan salah salah satu pelopor ekonomi yang berasaskan kerakyatan di

negeri ini. Hatta, yang merupakan proklamator negeri ini, dalam mengemukakan

pemikiran-pemikirannya, baik itu lewat pidato, tulisan, ataupun buku-buku yang

dikarang sendiri oleh beliau, takkan pernah melepaskan perhatiannya dan selalu

memberikan stressing akan pentingnya ekonomi berasaskan kerakyatan dengan

koperasi sebagai instrumennya. Maka dengan memperhatikan sepak terjang Hatta,

tidak heran pada Hatta sampai dijuluki sebagai Bapak Ekonomi Kerakyatan selain

Bapak Koperasi di negeri ini. Hatta pernah mengungkapkan ide ekonomi yang

berdasarkan kerakyatan antara lain :

”inilah dasar kerakyatan Pendidikan Nasional Indonesia! Supaya tercapai suatu masyarakat yang berdasar keadilan dan kebenaran, haruslah rakyat insaf akan haknya dan harga dirinya. Kemudian haruslah ia berhak menentukan nasibnya sendiri dan perihal bagaimana ia mesti hidup dan bergaul. Pendeknya cara mengatur pemerintahan negeri, cara menyusun perekonomian negeri, semuanya harus diputuskan oleh rakyat dengan mufakat. Pendek kata, rakyat itu daulat alias raja atas dirinya sendiri. Tidak lagi golongan kecil saja yang memutuskan nasib rakyat dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah arti kedaulatan rakyat! Inilah suatu dasar demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya. Tidak saja dalam hal politik, melainkan juga dalam hal ekonomi dan sosial ada demokrasi ; keputusan mufakat rakyat yang banyak”8

Lalu untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan itu, Hatta juga menyatakan,

bahwa koperasi adalah suatu alat yang efektif untuk membangun ekonomi

kerakyatan. Seperti dikatakannya :

”koperasi pada selanjutnya, mendidik semangat percaya pada diri sendiri, memperkuat kemauan bertindak dengan dasar ”self-help”. Dengan koperasi rakyat seluruhnya dapat ikut serta membangun, berangsur-angsur maju dari yang kecil melalui yang yang sedang sampai akhirnya ke lapangan

8 Mohammad Hatta, Kumpulan Karangan I, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), Cetakan ke-II, h.

99-100

Page 20: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

perekonomian yang besar. Tenaga-tenaga ekonomi yang lemah lambat laun disusun menjadi kuat. Koperasi dapat pula menyelenggarakan pembentukan kapital nasional dalam jangka waktu yang lebih cepat, dengan jalan menyimpan sedikit demi sedikit tapi teratur. Sebab itu koperasi dianggap suatu alat yang efektif untuk membangun kembali ekonomi rakyat yang terbelakang. Koperasi merasionilkan perekonomian, karena menyingkatkan jalan antara produksi dan konsumsi. Dengan adanya koperasi-produksi dan koperasi-konsumsi yang teratur dan bekerja baik, perusahaan-perantaraaan yang sebenarnya tidak perlu, yang hanya memperbesar ongkos dan memahalkan harga dapat disingkirkan. Tenaga-tenaga ekonomi yang tersingkir itu, dapat dialirkan kepada bidang produksi yang lebih produktif. Karena itu produsen memperoleh upah yang pantas bagi jerihnya dan konsumen membayar harga yang murah.” 9

Demikianlah sedikit gambaran pandangan ekonomi Hatta. Pandangan

ekonomi Hatta ini menekankan asas kerakyatan, kekeluargaan dan sarat dengan

nilai dan moral. Dan dengan berdasarkan latar belakang pemikiran dan argumen-

argumen di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian yang lebih

mendalam tentang aspek-aspek pemikiran ekonomi Mohammad Hatta serta ingin

membandingkannya dari sudut pandang ekonomi Islam. Oleh karena itu dalam

hal ini, Penulis memberi judul skripsi ini dengan ”PEMIKIRAN EKONOMI

MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI

ISLAM”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mohammad Hatta adalah seorang Politikus, Negarawan, ahli Hukum Tata

Negara, Ekonom, serta lebih dari itu ia juga kerap kali mengeluarkan pemikiran-

pemikiran keislaman. Oleh karena itu dalam mengkaji pemikiran Hatta, penulis

9 Mohammad Hatta, Ekonomi Terpimpin, (Jakarta : Penerbit Djakarta, 1960), h. 47

Page 21: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

membatasi pemikiran Hatta hanya pada pemikirannya di bidang ekonomi saja.

Dalam kajian ini, penulis berusaha mengkaji pemikiran ekonomi Mohammad

Hatta lalu meninjau pemikirannya dari sudut pandang ekonomi Islam.

Agar dalam pembahasannya lebih terarah dan terproses, maka penulis perlu

membuat rumusan-rumusan yang menurut penulis merupakan hal yang tak bisa

disepelekan dari pembahasan ini. Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka

menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta?

2. Apakah pemikiran ekonomi Mohammad Hatta masih relevan dengan kondisi

perekonomian Indonesia saat ini?

3. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Mohammad Hatta menurut tinjauan

perspektif ekonomi Islam?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui pandangan dan pemikiran ekonomi Mohammad

Hatta

b. Untuk mengetahui apakah pemikiran ekonomi Mohammad Hatta

masih relevan untuk diterapkan terhadap kondisi perekonomian

Indonesia saat ini.

Page 22: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

c. Untuk mengetahui apakah pemikiran ekonomi Mohammad Hatta

sudah sesuai menurut tinjauan ekonomi Islam

2. Manfaat Penelitian

Penelitian skripsi ini diharapkan bermanfaat untuk :

a. Bagi penulis, untuk memenuhi tugas akademik yang merupakan syarat

dan kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan

studi tingkat sarjana program strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi pengembangan disiplin ilmu, penulisan skripsi ini diharapkan

dapat memberikan sumbangsih dan bahan masukan pada

pengembangan disiplin ilmu.

D. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian kualitatif melalui kajian

kepustakaan (Library Research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan

mengkaji buku-buku, artikel-artikel, jurnal ilmiah, majalah, koran maupun media

internet yang ada hubungannya dengan topik bahasan di atas. Kemudian

dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan

dalam bentuk laporan tertulis.

Dalam mengolah dan menganalisis data penulis menggunakan metode content

analysis yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat

Page 23: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

ditiru (replicable),10 dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya. Selain

itu penulis juga menggunakan metode komparatif, jadi penulis akan

membandingkan kedua batasan masalah setelah dilakukan analisis isi.

Sumber primer pembahasan skripsi ini adalah hasil karya Mohammad Hatta

antara lain yang berjudul : ”Demokrasi Kita, Bebas Aktif dan Ekonomi Masa

Depan”, “Beberapa Fasal Ekonomi Jilid I Jalan Ekonomi dan Koperasi”,

“Beberapa Fasal Ekonomi Jilid II Jalan Ekonomi dan Bank”, “Kumpulan

Karangan I, II dan III”, ”Kumpulan Pidato I, II dan III”, “Pengantar ke Jalan

Ekonomi Sosiologi”, “Ekonomi Terpimpin”, “Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1

Kebangsaan dan Kerakyatan”, ”Karya Lengkap Mohammad Hatta Jilid 2

Kemerdekaan den Demokrasi”, ”Karya Lengkap Mohammad Hatta Jilid 3

Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial”, “Persoalan Ekonomi Sosialis

Indonesia”, “Bank dalam Masyarakat Indonesia”.

Dan sebagai panduan penulisan skripsi, penulis menggunakan Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan

pengecualian sebagai berikut :

1. Terjemahan dari Al-Qur’an, Hadits dan kutipan dari bahasa Arab lainnya

dipakai cara terjemah yang diketik dengan jarak satu spasi walaupun kurang

dari empat baris. Sedangkan terjemahan Al-Qur’an diambil dari “Al-Qur’an

dan Terjemahannya” yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI.

10 Burhan Bungin (ed.), Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2004), h.173

Page 24: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

2. Dalam daftar Kepustakaan, Al-Qur’an ditempatkan pada urutan pertama

sebagai penghormatan kepada kitab suci dan sesuai dengan ketinggian dan

keagungannya sebagai sumber hukum yang pertama.

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan oleh penulis. Penulis berasumsi

bahwa penelitian mengenai pemikiran Hatta ini sangat prospektif dan menarik untuk

dikaji. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya antara lain :

1. ”Konsepsi Mohammad Hatta tentang Islam dan Demokrasi Sosial”. Tesis

yang ditulis oleh Abdul Rasyid Rahman (NIM 294 PTU 98), mahasiswa

program pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 1999.

Tesis ini meneliti sejauh mana pemikiran Islam dapat memberikan kontribusi

terhadapnya lahirnya demokrasi sosial oleh Mohammad Hatta, lalu bagaimana

Islam dapat mempengaruhi aktivitas politik demokrasi sosial dan bagaimana

peranan Hatta dalam menyatukan pemikiran sosialisme dalam demokrasi

sosial.

2. ”Mohammad Hatta dan Pemikirannya dalam Bidang Politik”. Skripsi yang

ditulis oleh Eti Nurbaeti (NIM 101045222259), mahasiswa Siyasah Syar’iyah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun

2006. skripsi ini meneliti riwayat hidup Mohammad Hatta dan pemikirannya

dalam bidang politik.

Page 25: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

3. ”Pemikiran Mohammad Hatta dan Islam dalam Dinamika Politik Indonesia”.

Disertasi yang ditulis oleh Efrinaldi (NIM 9930010101), mahasiswa program

pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2006. Disertasi ini

meneliti hubungan antara Islam dan demokrasi dalam konstelasi politik

Indonesia, bagaimana dinamika dan faktor yang berpengaruh terhadap

pemikiran Hatta tentang demokrasi dan Islam di Indonesia, dan bagaimana

transformasi pemikiran Hatta dalam praktik politik kebangsaan dan Islam dan

demokrasi dan pluralisme politik di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka

sistematika penyusunan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, kajian pustaka, sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG EKONOMI ISLAM

Bab ini terdiri pengertian ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam, nilai-

nilai instrumental ekonomi Islam, tujuan ekonomi Islam.

BAB III RIWAYAT HIDUP MOHAMMAD HATTA DAN GENEOLOGI

PEMIKIRAN EKONOMINYA

Page 26: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Bab ini terdiri pribadi dan pendidikan Mohammad Hatta, aktivitas sosial dan

politik Mohammad Hatta, pemikiran-pemikiran Mohammad Hatta dan karya-

karyanya.

BAB 1V PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DAN

TINJAUANNYA DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Bab ini terdiri dari pemikiran ekonomi Mohammad Hatta, relevansi pemikiran

ekonomi Mohammad Hatta dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, dan

analsis pemikiran ekonomi Mohammad Hatta ditinjau dari perspektif ekonomi

Islam.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam

Kata ekonomi diambil dari bahasa Yunani kuno (greek),11 yaitu oikonomeia.

Kata oikonomeia berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga, dan nomos

yang berarti aturan.12 Dengan demikian ekonomi memiliki arti mengatur rumah

tangga, dimana anggota keluarga yang mampu ikut terlibat dalam menghasilkan

barang-barang berharga dan membantu memberikan jasa lalu seluruh anggota

keluarga yang ada ikut menikmati apa yang mereka peroleh kemudian

populasinya semakin banyak dalam rumah-rumah, lalu menjadi suatu kelompok

(community) yang diperintah oleh satu negara.13 Dari pengertian etimologis

tersebut ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah tangga,

yang dalam bahasa Inggris disebut economics.14

11 Taqyuddin An-Nabhani, Pembangunan Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,

(Surabaya : Risalah Gusti, 1999), h. 47 12 Murasa Sarkani Putra, Pengertian Ekonomi Islam : Bahan Pengajaran Ekonomi dan

Perbankan Syariah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta : tpn, 1999), h. 5 13 Taqyuddin An-Nabhani, Pembangunan Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, h. 47 14 Murasa Sarkani Putra, Pengertian Ekonomi Islam, h. 47

Page 28: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Adapun secara terminologis para ekonom banyak sekali memberikan definisi

mengenai ekonomi, diantaranya oleh Adam Smith yang dikenal sebagai bapak

ekonomi dunia mendefinsikan ekonomi adalah ilmu kekayaan atau ilmu yang

mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa dengan memusatkan perhatian

secara khusus terhadap sebab-sebab material dari kemakmuran, seperti hasil

industri, pertanian dan lain-lain.15

Tokoh ekonomi Barat lainnya, Marshall berpendapat bahwa ekonomi adalah

ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam

kehidupan sehari-hari, ilmu ekonomi membahas bagian kehidupan manusia yang

berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapatan dan bagaimana pula

ia mempergunakan pendapatan itu, definisi tersebut memberikan penjelasan

bahwa pokok dalam ilmu ekonomi adalah manusia dan segala aktifitasnya dalam

memperoleh pendapatan.16

Sedangkan dalam bahasa Arab ekonomi dinamakan mu’amalah maddiyah,

yaitu aturan-aturan tentang pergaulan dan perhubungan manusia mengenai

kebutuhan hidupnya. Lebih tepat lagi dinamakan iqtishad, yaitu mengatur soal-

soal penghidupan manusia dengan sehemat-hematnya dan secermat-cermatnya.17

15 Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Karim, Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi

Islam, (terj), (Bandung : Pustaka Setia, 1999), h. 10 16 Ibid 17 KH. Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung : CV Pustaka

Setia, 2002), Cet ke-1, h. 19

Page 29: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Melihat berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan ekonomi pada umumnya

didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan

pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-

barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi, dengan

demikian bidang garapan ekonomi adalah salah satu sektor dalam perilaku

manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi.18

Dengan semakin beragamnya definisi mengenai ekonomi secara umum yang

dikemukakan oleh para pakar ekonomi, maka ekonomi Islam pun didefinisikan

secara beragam pula oleh para pakar ekonomi Islam, diantaranya Muhammad

Abdul Mannan soerang pakar ekonomi Islam, menurutnya yang dimaksud dengan

ekonomi Islam adalah pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah

ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.19

Adapun menurut Dr.Yusuf Qardhawi ekonomi Islam adalah ekonomi yang

berdasarkan ketuhanan, sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada

Allah dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah, aktifitas

ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi, import dan eksport tidak lepas

dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir untuk Tuhan.20

18 Monzer Kahf, Ekonomi Islam , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet ke-1, h. 2 19 Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam : Teori dan Praktek¸ Penerjemah Potan Arif

Harahap, (Jakarta : Intermasa, 1992), cet ke-1, h. 10 20 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), h.

31

Page 30: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Sedangkan Abdullah Al-Arabi berpendapat, Ekonomi Islam adalah

sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari Al-Qur’an dan

As-Sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas dasar-

dasar sesuai dengan lingkungan dan masyarakat.21

Ekonomi Islam yang dikemukakan S.M Hasanuzzaman adalah

pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah

ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran sumber-sumber daya guna

memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka melaksanakan

kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan masyarakat.22

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari

ekonomi Islam adalah studi tentang problem-problem ekonomi dan institusi yang

berkaitan dengannya atau ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai ridha Allah. Dari definisi ini

terdapat tiga cakupan utama dalam ekonomi Islam, yaitu tata kehidupan,

pemenuhan kebutuhan dan ridha Allah yang kesemuanya diilhami oleh nilai-nilai

Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang akhirnya

menunjukkan konsistensi antara niat karena Allah, kaifat atau cara-cara dan

ghayah dan tujuan dari setiap manusia.23

21 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam : Suatu Pengantar, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), cet ke-1,

h. 245 22 Rustam Effendi, Produksi dalam Islam, (Yogyakarta : Magistra Insani Press, 2003), Cet ke-

1, h. 2-3

Page 31: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Ini tidak berarti ekonomi Islam hanya diproyeksikan untuk orang-orang yang

beragama Islam, karena Islam membolehkan umatnya untuk melakukan transaksi

ekonomi dengan orang-orang non muslim sekalipun. Dengan kalimat lain,

ekonomi Islam lebih mengedepankan urgensi sistem ekonominya yang hendak

dibina dan dibangun daripada sekedar membangun dan membina para pelakunya

yang harus beragama Islam. Hanya saja, tentu Islam menghendaki agar umat

Islam itu sendiri justru menjadi pelopor dan pengawal dari sistem ekonomi Islam

itu sendiri yang dimilikinya.24

Sebagai agama yang oleh Al-Qur’an dijuluki dengan agama terlengkap dan

tersempurna (dinul kamil wa-dinun Itmam), Islam memiliki dan

mempersembahkan konsep-konsep pemikiran ekonomi yang filosofis, nilai-nilai

etika ekonomi yang moralis, dan norma-norma hukum ekonomi yang tegas dan

jelas. Diatas akar tunggang akidah Islamiah yang ajeg (kokoh), dan dibingkai

dengan tiga pilar utama (konsep yang filosofis, nilai etika yang moralis dan

hukum yang normatif aplikatif).25

Agama Islam berbeda dengan agama lainnya, karena agama lainnya tidak

dilandasi postulat iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran Islam

juga dapat diterjemahkan ke dalam teori dan juga diinterprestasikan bagaimana

23 Murasa Sarkani Putra dan Agus Kristiawan, Ilmu Ekonomi (Pengantar Ekonomi Moneter :

Suatu Awalan), Bahan Pengajaran Ekonomi Perbankan dan Asuransi Islam, (Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), Cet ke-1, h. 7

24 Prof. Dr. H. M.Amin Suma, SH, MA, MM, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Ciputat : Kolam Publishing, 2008), h. 49

25 Ibid, h. 50

Page 32: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

seseorang berhubungan dengan orang lain, dalam ajaran Islam, perilaku individu

dan masyarakat digiring ke arah bagaimana pemenuhan kebutuhan mereka

dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada, dan ini

merupakan subyek yang dipelajari dalam ekonomi Islam.26

Namun pada perkembangan selanjutnya, kira-kira sama dengan sistem

ekonomi lainnya. Ekonomi Islam juga terdapat mazhab-mazhab didalamnya.

Adiwarman Karim, salah seorang pakar ekonomi islam Indonesia, dan penggagas

The International Intitute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia, menuliskan bahwa

ada 3 mazhab dalam ekonomi Islam, yaitu sebagai berikut. Pertama, Mazhab

Baqir al-Shadr. Mazhab ini dipelopori oleh Baqir al-Shadr dengan bukunya

“Iqtishaduna”, mazhab ini berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena

adanya distribusi yang tidak merata dan tidak adil sebagai akibat sistem ekonomi

yang membolehkan eksploitasi pihak yang lemah. Ilmu ekonomi (economics)

tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi, dan Islam tetap

Islam. Keduanya tidak akan pernah dapat disatukan karena keduanya berasal dari

filosofi yang saling kontradiktif. Oleh karena itu, al-Shadr menolak statemen

bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak

terbatas, Sedangkan sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan

manusia tersebut jumlahnya terbatas. Hal tersebut sangat tidak relevan karena

firman Allah SWT dalam surat QS. al-Qamar (54:49) dinyatakan :

26 Prof. DR. M. M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta : PT Bangkit Daya

Insana, 1995), h. 1

Page 33: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

): القمر (

Artinya : “sesungguhnya telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya”. (QS.Al-Qamar : 49)

Kedua, Mazhab Mainstream yang terdiri dari M. Umer Chapra, M. Abdul

Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, dan para pemikir ekonomi Islam dunia lebih

banyak tergolong pada kelompok ini. Berbagai pendapat dari mazhab mainstream

tidak begitu berbeda dengan pendapat konvensional, hanya saja yang

membedakan adalah cara penyelesaian permasalahan (method of problem

solving). Berbeda dengan penentuan skala prioritas dalam ekonomi konvensional

yang tergantung pada individu dengan atau tanpa pendekatan agama, tetapi

dengan “mempertuhankan nawa nafsu dan materi”, sedangkan mazhab ini

berpendapat dalam ekonomi Islam, keputusan pilihan tidak dapat dilakukan

semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk

ekonomi, harus merujuk pada ajaran Allah lewat al-Qur’an dan Sunnah. Mazhab

ini juga setuju dengan kemunculan masalah ekonomi karena keterbatasan sumber

daya yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Namun,

keterbatasan sumber daya tersebut, hanya terjadi pada berbagai tempat dan waktu

saja, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah (2:155) :

Artinya: “dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar”. (QS.Al-Baqarah : 155)

Page 34: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

selain keterbatasan merupakan ujian dari Allah SWT, juga sifat manusia yang

berkeinginan tidak terbatas dianggap sebagai sifat yang alamiah.

Ketiga, mazhab Alternatif-Kritis Dipelopori oleh Timur Kuran (Ketua Jurusan

Ekonomi di University of Southern California). Kuran mengkritisi kedua mazhab

di atas. Mazhab ini berpendapat bahwa yang perlu dikritisi tidak saja kapitalisme

dan sosialisme, tetapi juga ekonomi Islam itu sendiri.27

Dari sekian literatur dan perkembangan perekonomian Islam di dunia,

tampaknya mazhab Mainstream lebih fleksibel dan dominan dalam berkiprah

karena seperti yang ditulis oleh Muhammad Muslehuddin bahwa sesungguhnya

esensi dari ekonomi Islam adalah perilaku dan sistem ekonomi yang dibangun

(established) dan ditegakkan berdasarkan syariah, dan (kemungkinan) menerima

unsur ekonomi lainnya selama tidak bertentangan dengannya.28 Oleh karena itu,

mengenai pembahasan ekonomi Islam selanjutnya, yaitu nilai-nilai dasar ekonomi

Islam, nilai-nilai instrumental ekonomi Islam dan tujuan ekonomi Islam, penulis

menggunakan pendekatan yang lebih condong kepada mazhab mainstream.

B. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam tersebut adalah :

27 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : IIIT Indonesia, 2002), h. 13-16 28 Muhammad Muslehuddin, Economics and Islam (New Delhi: Marzkazi Maktaba Islami,

1982), h. 47

Page 35: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

1. Nilai Dasar Pemilikan

Menurut sistem ekonomi Islam (a) pemilikan bukanlah penguasaan mutlak

atas-atas sumber ekonomi, tetapi kemampuan untuk memanfaatkannya. Seorang

muslim yang tidak memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang diamanatkan

Allah kepadanya, misalnya dengan membiarkan lahan atau sebidang tidak diolah

sebagaimana mestinya akan kehilangan hak atas sumber-sumber ekonomi itu.

Demikian juga halnya dengan sumber-sumber ekonomi yang lain. Hal ini

disandarkan pada ucapan Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa ”Barang

siapa yang menghidupkan satu bumi yang mati, maka ia (bumi) itu baginya” (HR

Tirmidzi). Islam sangat mendorong serta memberikan janji pahala yang besar bagi

orang yang mengelola tanah yang terbengkalai, karena pekerjaan itu akan

meluaskan daerah pertanian dan menambah sumber pendapatan.29 Rasulullah

bersabda :“Barang siapa menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi

miliknya. Dan apa yang dimakan pencuri rizki (binatang liar), maka menjadi

shadaqah baginya” Akan tetapi, kalau ia menelantarkan tanah itu, misalnya

dengan hanya memagarinya saja dengan tembok selama tiga tahun lamanya, maka

ia tidak berhak lagi ”memiliki tanah itu”.

Selain dari itu menurut sistem ekonomi Islam, (b) lama pemilikan atas sesuatu

benda terbatas pada lamanya manusia itu hidup di dunia ini. Apabila seorang

manusia meninggal dunia, harta kekayaannya harus dibagikan kepada ahli

29 Dr. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta :

Rabbani Press, 1995), Cetakan ke-1. h. 178

Page 36: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

warisnya menurut ketentuan yang ditetapkan Allah. Menurut ajaran Islam, (c)

sumber-sumber daya alam yang menyangkut kepentingan umum atau yang

menjadi hajat hidup orang harus menjadi milik umum atau negara, atau sekurang-

kurangnya dikuasai oleh negara untuk kepentingan umum atau orang banyak.

Islam memandang kepemilikan manusia hanyalah kepemilikan untuk menikmati

dan memberdayakan harta kekayaan yang ada, bukan sebagai pemilik hakiki.

Manusia hanya bisa memiliki kemanfaatan atas fasilitas yang ada, seperti

mempunyai tanah untuk dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, sebagai lahan

pertanian ataupun sebagai ladang bisnis. Kepemilikan yang ada hanya sebatas

mengambil manfaat dan tidak bisa menghilangkan kepemilikan Allah yang hakiki

atau mengurangi hak-hak Allah atas segala fasilitas kehidupan yang telah

diturunkan di muka bumi.30 Oleh karena itu, Islam tidak membolehkan

pembentukan atau penguasaan monopoli yang bersifat pribadi, yang ada

kemungkinan merugikan bagi masyarakat. Rasulullah Saw melarang pemilikan

secara atau pengontrolan secara pribadi terhadap barang-barang yang digunakan

masyarakat. Menurut riwayat Ibn Abbas, Rasulullah bersabda : “Padang rumput

adalah milik Allah dan RasulNya dan tak seorangpun yang diperbolehkan

memilikinya untuk dirinya sendiri.” Adapun hadits lain yang diriwayatkan oleh

Ibn Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Semua umat Islam bersama-sama

memiliki tiga hal yaitu air, rumput dan api”.

30 Abdul Sami’ Al-Mishri , Pilar-Pilar Ekonomi Islam,(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2006),

Cetakan ke-1, h. 27

Page 37: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Maka dalam pandangan ekonomi Islam apabila terdapat cabang-cabang

produksi yang mangandung hajat hidup orang banyak dikuasai oleh pribadi, maka

negara berhak menyitanya. Hal tersebut bersandar pada suatu riwayat, yaitu nabi

pernah menyita sebidang tanah di kota Madinah “Tanah al-Naqi” yang

diperuntukkan bagi kaum muslimin untuk mengembalakan kuda-kuda mereka,

artinya tanah tersebut dijadikan sebagai milik publik dan tidak boleh dimiliki

secara pribadi. Prinsip tersebut juga dilestarikan oleh khalifah Umar bin Khattab

yang berusaha untuk menyita/menjaga aset yang dapat mendatangkan

kemanfaatan bagi masyarakat publik dalam penguasaan ruang publik tersebut,

Umar pernah menyita tanah ar-Rabdzah dan diperuntukkan bagi tempat

pengembalaan kaum muslimin.31

2. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi berbagai aspek

tingkah laku ekonomi seorang muslim. Atas keseimbangan ini misalnya terwujud

dalam kesederhanaan, hemat dan menjauhi keborosan (QS. Al-Furqan : 67, Ar-

Rahman : 9). Nilai dasar keseimbangan ini harus dijaga sebaik-baiknya bukan

saja antara kepentingan dunia dengan kepentingan akhirat dalam ekonomi, tetapi

31 Ibid, h. 75

Page 38: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

juga keseimbangan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan umum.

Disamping itu harus juga dipelihara keseimbangan antara hak dan kewajiban.32

3. Keadilan

Nilai dasar sistem ekonomi Islam ketiga adalah keadilan. Kata adil adalah

kata terbanyak disebut dalam Al-Qur’an (lebih dari seribu kali), setelah perkataan

Allah dan ilmu pengetahuan. Karena itu dalam Islam, keadilan adalah titik tolak,

sekaligus proses dan tujuan semua tindakan manusia. Ini berarti bahwa nilai kata

itu sangat penting dalam ajaran Islam terutama dalam kehidupan hukum, sosial

politik dan ekonomi. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa (a) keadilan

itu harus diterapkan di semua bidang kehidupan ekonomi. Dalam proses produksi

dan konsumsi, misalnya, keadilan harus menjadi penilai yang tepat, faktor-faktor

produksi dan kebijaksanaan harga, agar hasilnya sesuai dengan tekanan yang

wajar dan kadar yang sebenarnya. Oleh karena itu dalam Islam sistem ijon sangat

dilarang dan tidak hanya ijon Islam juga melarang untuk menjual barang-barang

yang palsu dan menganjurkan penggunaan ukuran dan timbangan yang benar, hal

itu bisa dilihat :

32 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta, UI Press, 1988),

h. 7-8

Page 39: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

)١٨٨ : ة البقر( ☺ Artinya : dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS.Al-Baqarah : 188)

وَلَيْ قِوَ, وَهُزْ تَىتَّ حَارِمَ الثِّعِيْ بَنْ االله ص م عَلُوْ سُ رَىهَنَ : ا لَ قَسٍنََ اَنْعَ مْ آُدُحَ اَذُخُأْ يَامَبِ فَةِرَمَ االله الثَعَنَا مَ ذَ اِ تَدْرَ اَ حَتىَّ تَحْمَرُ وَقَالَالَقَ. وَهُزْا تَمَى هَ ص م نَ االلهِلُوْسُ رَنَّ اَهُنْ عَ االلهُيَضِ رَارَمَ عُنِ بْةِا يَوَ رِ ي فِوَ. هِيْخِ اَالَمَ ىهَ نَةِا هَ العَنَمِأْ يَ وَضَيْبِ يَتىَّ حَلِبُنْ السُنْ عَ وَوَهُزْ يَتىَّ حَلِخْ النَّعٍيْبَ الْنِعَ )والمسلم البخارى هروا( ى رِتَشْالمُ وَايعَالبَ

Artinya : disampaikan oleh Anas (semoga Allah ridha kepadanya) bahwa Rasulullah Saw melarang memperjualbelikan buah-buahan selama mereka belum matang. Ditanyakan : “bagaimana kita bisa mengetahui bahwa buah tersebut belum matang”. Jawabnya : “apakah engkau kira ada salah seorang diantaramu akan sanggup mengambil milik saudaranya jika Allah menghentikan buah-buahan itu untuk menjadi matang?“ seperti juga dikemukakan oleh Ibnu Umar yang mengatakan bahwa nabi Saw melarang jual beli pohon kurma sebelum kurma tersebut matang atau mempertukarkan bunga jagung sampai ia menjadi (matang) atau tidak terdapat kerusakan-kerusakan. Ia melarang tindakan membeli atau menjual seperti apa yang disebutkan diatas. (HR.Bukhari dan Muslim)

⌧ ☺

)١٥٢ :مالانعا(Artinya : ….dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil…(Al-An’am : 152)

Keadilan dalam ekonomi juga berlaku dalam penetapan upah pekerja. Dalam

ekonomi Islam, upah yang diberikan oleh majikan kepada buruh harus sesuai dan

layak. Islam tidak menghendaki adanya eksploitasi buruh yang diterapkan oleh

Page 40: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

masyarakat kapitalis dan dalam ekonomi Islam, upah buruh ditetapkan secara adil

dan seimbang. Yang mana upah yang seimbang itu disesuaikan dengan porsi kerja

dari buruh tersebut. Seperti diterangkan oleh Allah :

: ء النّسا( ☺٥٨(

Artinya : sesungguhnya, bahwasanya Alah memerintahkan kalian agar menunaikan amanat kepada yang berhak, dan apabila kalian menetapkan keputusan diantara sesama manusia hendaklah kalian menetapkannya dengan adil. (An-Nisa : 58)

Selain itu, (b) keadilan juga berarti kebijaksanaan mengalokasikan sejumlah

hasil kegiatan ekonomi tertentu bagi orang yang tidak mampu memasuki pasar,

melalui zakat, infak (pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali

ia memperoleh rezeki), sedekah (pemberian ikhlas yang dilakukan oleh seseorang

kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin setiap kesempatan

terbuka yang tidak ditentukan, baik jenis, jumlah maupun waktunya). Watak

utama nilai keadilan yang dikemukakan diatas adalah bahwa masyarakat ekonomi

haruslah merupakan masyarakat yang memiliki sifat makmur dalam keadilan dan

adil dalam kemakmuran. Penyimpangan dari watak ini akan menimbulkan

bencana bagi masyarakat yang bersangkutan.

Ketiga nilai dasar sistem ekonomi Islam tersebut diatas yaitu (1) kebebasan

yang terbatas mengenai harta kekayaan dan sumber-sumber produksi, (2)

Page 41: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

keseimbangan dan (3) keadilan merupakan pangkal (asal) nilai-nilai instrumental

sistem ekonomi Islam.33

C. Nilai Instrumental Ekonomi Islam

Tiap sistem ekonomi, menurut aliran pemikiran dan agama tertentu, memiliki

perangkat nilai instrumental sendiri yang berlainan. Dalam sistem kapitalisme

nilai instrumental terletak pada nilai persaingan sempurna dan kebebasan keluar

masuk pasar tanpa restriksi, informasi dan bentuk pasar atomistik dari tiap unit

ekonomi, pasar yang monopolistik untuk mencegah perang harga dan pada waktu

yang sama menjamin produsen dengan kemampuan untuk menetapkan harga

lebih tinggi daripada biaya marginal. Sedangkan dalam sistem marxisme, semua

perencanaan ekonomi dilaksanakan secara sentral melalui proses yang

mekanistik, pemilikan kaum proletar terhadap faktor-faktor produksi diatur secara

kolektif, proses iterasi dan kolektivisme ini adalah beberapa nilai instrumental

yang pokok dari sistem marxisme.34

Dalam sistem ekonomi Islam dapat kita tangkap, lima nilai instrumental yang

strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan

masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya, sebagai berikut :

1. Zakat

33 Ibid, hal 8-9 34 Ahmad M.Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta : Media Dakwah,

1984), h. 42

Page 42: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai arti tumbuh dan berkembang.

Sedang secara istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan dan

aturan tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada pemiliknya untuk

diberikan kepada yang berhak menerimanya.35 Zakat adalah salah satu rukun

Islam yang merupakan kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan

seseorang menurut aturan tertentu. Zakat bukanlah pajak yang merupakan sumber

pendapatan negara. Karena itu, keduanya harus dibedakan. Perkataan zakat

disebut di dalam Al-Qur’an 82 kali banyaknya dan selalu dirangkaikan dengan

shalat (sembahyang) yang merupakan rukun Islam kedua.36

Zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan

dan kekayaan dan berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumsi. Zakat

berpengaruh pula terhadap pilihan konsumen dalam beberapa hal,

mengalokasikan pendapatannya untuk tabungan atau investasi dan konsumsi.

Pengaruh-pengaruh baik dari zakat pada aspek sosial ekonomi memberikan

dampak terciptanya keamanan masyarakat dan menghilangkan pertentangan kelas

karena ketajaman perbedaan pendapatan. Pelaksanaan zakat oleh negara akan

menunjang terbentuknya keadaan ekonomi yang growth with equity, peningkatan

produktivitas yang dibarengi dengan pemerataan pendapatan serta peningkatan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

35 M.Umar Chapra, The Future Of Economic On Islamic Perspektif, (Jakarta : SEBI, 2001), h.

63 36 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 9

Page 43: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Mengingat kedudukan zakat sebagai rukun Islam ketiga dan memiliki dampak

sosial ekonomi yang baik, sampai-sampai khalifah Abu bakar Ash-Shiddiq berani

mengambil risiko dan memerangi orang Islam yang tidak membayar zakat

walaupun shalat. Peranan lembaga zakat, baik zakat harta (maal) maupun zakat

fitrah (nafs) akan sangat nampak lagi dengan lebih baik bila diberlakukan

bersama-sama dengan pelarangan riba dan qirad sebagai nilai instrumental

lainnya.37

2. Pelarangan Riba

Secara etimologi, riba berarti kelebihan atau tambahan Secara etimologi, ar-

riba berarti kelebihan atau tambahan. Semua pengertian riba secara etimologis ini

digunakan Allah diantaranya dalam Al-Qur’an, surat Fussilat : 39 yang berbunyi :

☺ )

) ٣٩ :ت الفصلا Artinya :…maka apabila kami turunkan air diatasnya, niscaya bergerak dan subur…(QS Al-Fussilat : 39) Dan surat An-Nahl : 92 yang berbunyi

)٩٢ : النحل (

Artinya : …disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan lain…(QS An-Nahl : 92)

37 Ahmad M.Saefuddin, Studi Nilai-Nilai , h. 69

Page 44: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Adapun para ulama fiqih mendefinsikan riba dengan “kelebihan harta dalam

suatu muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya.”38 Pelarangan riba dalam

Islam pada hakikatnya berarti penolakan terhadap risiko finansial tambahan yang

ditetapkan dalam transaksi uang atau modal maupun jual beli yang dibebankan

kepada satu pihak saja sedangkan pihak lainnya dijamin keuntungannya. Bunga

pinjaman uang, modal dan barang dalam segala bentuk dan macamnya, baik

bunga tinggi maupun pendek, adalah termasuk riba. Sesungguhnya Islam itu

adalah sustu sistem ekonomi yang bersendikan larangan riba.

☺⌧

☺ ☺

38 Dr.Haroen Nasroen, MA, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000), h. 181

Page 45: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

☺ ☺ ⌧

)٢٧٠-٢٧٥ : ة البقر( ☺

Artinya : orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak berdiri seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila ; keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maka orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah ; orang yang mengulangi (mengambil riba), maka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya Allah menghapuskan (berkat) riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak menyukai tiap orang dalam kekafirannya lalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang beriman dan mengerjakan amal saleh, mendirikan salat dan mengeluarkan zakat, untuk mereka itu pahala di sisi Tuhannya dan tak ada ketakutan atas mereka dan tiada mereka berduka cita. Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa riba (yang belum dipungut) itu, jika kamu beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (tidak meninggalkan riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu dan jika kamu berbuat taubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan dan

Page 46: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

kamu menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Al-Baqarah 275-280)

Ulama-ulama telah sepakat tentang larangan riba menurut Al-Qur’an, yaitu

riba nasiah, riba yang tambahan padanya merupakan imbalan dari masa yang

tertentu, panjang atau pendek, sedikit atau banyak. Dan riba Al-Qur’an, termasuk

riba yang dijalankan oleh bank atau lembaga keungan non bank dan orang-orang

dalam transaksi perdagangan mereka yang non Islami, semuanya haram tanpa

keraguan.

Islam mengharamkan seorang pengusaha mengambil sejumlah modal dari

pihak lain, Bank atau non Bank, lalu membayar bunganya dengan kadar yang

ditentukan, baik ia rugi dan untung. Dan Islam melarang setiap pedagang menjual

barangnya melalui transaksi utang-piutang yang dibayar kemudian dengan

tambahan tertentu.39

3. Kerjasama Ekonomi

Dalam ekonomi Islam dikatakan bahwa antara satu manusia dengan manusia

yng lain adalah sebuah saudara dan oleh karena itu sesama saudara, Islam

menganjurkan untuk saling tolong-menolong dan gotong-royong. Hal itu terlihat

dari firman Allah :

39 Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-Nilai, h. 73

Page 47: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

)٢: الماءدة(

Artinya : dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS.Al-Maidah : 2)

Kerjasama (cooperation) merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi

yang Islami versus kompetisi bebas dari masyarakat kapitalis dan kediktatoran

ekonomi marxisme. Nilai kerjasama dalam Islam harus dapat dicerminkan dalam

semua tingkat kegiatan ekonomi, produksi, distribusi barang maupun jasa. Satu

bentuk kerjasama ialah yang terwujud dalam qirad, yaitu kerjasama antara

pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan

atau tenaga dalam melaksanakan unit-unit ekonomi atau proyek usaha.40

Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam seperti diatas akan dapat

menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat, meningkatkan

kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial, mencegah penindasan ekonomi

distribusi kekayaan yang tidak merata, dan melindungi kepentingan ekonomi dari

pihak atau golongan ekonomi lemah. Ekonomi berdasar kerjasama Islami ini

dalam semua kegiatan ekonomi menghendaki organisasi dengan prisnip serikat

atau syarikah, si kuat membantu si lemah, pembagian kerja atau spesialisasi

karena adanya saling ketergantungan serta pertukaran barang dan jasa karena

tidak mungkin dapat berdiri sendiri.

40 Ibid, h. 74

Page 48: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Qirad atau syirkah dalam Islam jelas berbeda dengan sistem ekonomi non

Islami yang individualistis, yang mengajarkan konflik antara pesaing dan

memenangkan yang terkuat, sehingga melahirkan usaha untuk menumpuk

kekayaan dan kekuatan, ketidakadilan sosial ekonomi, pertentangan antar kelas

dan akhirnya kejatuhan bangsa dan kebudayaan.41

☺ ☺

⌫ ⌧ ⌫

) ٣٢ :خرفزلا( ☺ ☺

Artinya : apakah mereka membagi-bagikan karunia dari Tuhanmu? Kamilah yang membagikan kepada mereka nafkah kehidupan diatas dunia ini, dan kami melebihi sebagian diantara mereka daripada yang lainnya, sehingga sebagian diantara mereka dapat membantu yang lainnya. Sesungguhnya karunia Tuhanmu adalah lebih baik dari kekayaan yang mereka timbun (QS. Zukhruf : 32)

Implikasi dari nilai kerjasama dalam ekonomi Islam ialah aspek sosial politik

dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah untuk

memperjuangkan kepentingan bersama di bidang ekonomi, kepentingan negara

dan kesejahteraan umat.

4. Jaminan Sosial

41 Ibid, h. 78

Page 49: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Di dalam Al-Qur’an banyak dijumpai ajaran antara lain untuk menjamin

tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut

antara lain adalah : 1) manfaat sumber-sumber alam harus dapat dinikmati oleh

semua makhluk Allah (QS Al-An’am : 38 dan QS. Ar-Rahman : 10) (2)

kehidupan fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka

yang punya. Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar diantara orang

kaya saja (QS : Al-Humazah : 2) (4) berbuat baiklah kepada masayarakat,

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu (QS Al-Qashas : 77). Antara lain

dengan menyediakan sumber-sumber alam itu, (5) seorang muslim yang tidak

mempunyai kekayaan, harus mau dan mampu menyumbangkan tenaganya untuk

tujuan-tujuan sosial (QS At-Taubah : 79), (6) seseorang janganlah menyumbang

untuk kepentingan sosial dan juga untuk keperluan pribadi serta keluarga sebagai

unit kecil masyarakat, agar dipuji orang lain (QS. At-Taubah : 262), (7) jaminan

sosial itu harus diberikan, sekurang-kurangnya kepada mereka yang disebutkan

dalam Al-Qur’an sebagai pihak-pihak yang berhak atas jaminan tersebut (QS Al-

Baqarah : 273, At-Taubah : 60).42

Maksud jaminan sosial ialah bahwa negara menjamin bagi setiap individu

dalam negara tersebut taraf hidup yang layak, dalam hal itu sekiranya ada orang

fakir, sakit atau lanjut usia yang tidak lagi dapat mencapai taraf hidup ini, maka

negara melalui zakat tetap menjamin terwujudnya kesejahteraan bagi mereka.

Dalam hal ini elemen jaminan sosial tidak hanya terbatas pada dana zakat saja,

42 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 16-17

Page 50: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

melainkan sumber pendapatan negara lain seperti pajak, dan retribusi dapat

dialokasikan begi pemenuhan kebutuhan dan jaminan sosial negara.

Dalam membahas jaminan sosial ini, Ibnu Hazm, seorang pemikir ekonomi

Muslim masa lampau, mengatakan bahwa orang-orang kaya dari penduduk setiap

negeri wajib menanggung kehidupan orang-orang fakir miskin diantara mereka.

Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta kaum

muslimin (bait al-mal) tidak cukup untuk mengatasinya. Orang fakir miskin itu

harus diberi makanan dari bahan makanan semestinya, pakaian untuk musim

dingin dan musim panas yang layak dan tempat tinggal yang dapat melindungi

mereka dari hujan, panas matahari dan pandangan orang-orang yang lalu lalang.43

Ibnu Hazm mendasarkan pandangannya tersebut pada firman Allah SWT :

)٢٦ : اسرءيل بنى ( Artinya : dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang-orang miskin dan orang dalam perjalanan (QS Bani Israil : 26)

43 Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada, 2006), Edisi ke-III h. 141

Page 51: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

)٣٦: ء النّسا(

Artinya : dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu” (An-Nisa : 36).

Pendapat senada dikemukakan Afzalur Rahman, pemikir ekonomi Islam

kontemporer, dalam bukunya “Doktrin Ekonomi Islam”. ia mengatakan, dalam

negara Islam, setiap individu berhak atas penghidupan dan setiap warga memiliki

jaminan atas kebutuhan pokoknya. Sesungguhnya tugas dan tanggung jawab

utama negara Islam untuk mengawasi setiap warga memperoleh kebutuhan

pokoknya menurut prinsip “hak atas penghidupan” dan dalam hal yang berkaitan

dengan masalah kebutuhan pokok. Seluruh warganya dalam kedudukan yang

sederajat. Berdasarkan prinsip di negara Islam ini, departemen jaminan sosial

memberikan jaminan kebutuhan pokok kepada seluruh warganya yang sakit, tua,

miskin, kekurangan, penganggur atau cacat serta tidak mampu melakukan suatu

pekerjaan. Lalu Afzalur Rahman juga mengatakan bahwa kebijaksanaan ini

pernah dilaksanakan oleh nabi Muhammad saw yang menyediakan bantuan

keuangan bagi orang miskin dan kekurangan dari lembaga keuangan rakyat, para

pekerja yang mampu memberi keuangan kepada mereka yang sakit, cacat dan

tidak mampu bekerja. Kebijaksanaan ini pun diteruskan oleh masa

khulafaurrasyidin. Abu Bakar, pemerintahannya sangat ketat untuk memberikan

jaminan rakyat yang diciptakannya. Umar, khalifah yang kedua, lebih

memperluas dan mengembangkan departemen jaminan umum. Ia memberikan

Page 52: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

jaminan dan dana umum kepada seluruh warga yang miskin dan kekuarangan,

tanpa membedakan warna kulit dan agamanya. Seluruh rakyat, Islam, Yahudi,

Kristen dan semuanya memperoleh bantuan dana darinya. Ia memberikan dana

untuk anak-anak, penganggur, usia lanjut dan membantu orang miskin dan

kekurangan yang sakit dan cacat dengan berbagai jenis jaminan untuk memenuhi

keuangan mereka.

Setelah Umar, departemen jaminan sosial dipertahankan dengan baik oleh

Usman, khalifah yang ketiga dan Ali, khalifah yang keempat, yang memberikan

bantuan kepada kalangan miskin dan mereka yang dpandang layak dibantu bagi

warga negaranya.

Disamping pemberian masalah sandang, pangan dan papan tersebut, dalam

ekonomi Islam juga memberikan perhatian serta jaminan sosial pada bidang

pendidikan dan kesehatan. Hal itu dicontohkan oleh Rasulullah yang semasa

hidupnya memberi perhatian besar terhadap pengajaran dan pendidikan bagi

setiap muslim dan menanamkan setiap sumber daya untuk membuat mereka

melek huruf. Sebagai contoh, Rasulullah memerintahkan Zaid bin Tsabit yang

telah diajarkan membaca dan menulis oleh seorang tawanan perang Badar, untuk

mempelajari tulisan yahudi. Rasulullah juga menyatakan kepada sepuluh orang

pemuda Anshar membaca dan menulis, mereka akan dibebaskan. Dengan cara ini,

jumlah sahabat yang melek huruf meningkat sehingga juru tulis dan baca

Rasulullah Saw tercatat sebanyak 42 orang. Angka ini sangat berarti

dibandingkan dengan sebelum masa kenabian, jumlah suku Quraisy yang melek

Page 53: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

huruf hanya 17. Demikian juga di Madinah, kecuali bangsa Yahudi, jumlah

penduduk yang dapat membaca dan menulis sangat sedikit. Al-Waqidi

mengatakan jumlah itu hanya sebelas orang. Gerakan belajar membaca dan

menulis di Madinah dan menyebar luas sehingga tempat tesebut dikenal dengan

nama Darul Qurra (rumah para penulis).44

Mengenai masalah pendidikan dan pengajaran ini, Dr.Yusuf Qardhawi,

pemikir ekonomi Islam masa kontemporer, menegaskan bahwa dalam ekonomi

Islam wajib mengembangkan sistem pengajaran dan pelatihan yang mana sistem

tersebut ditujukan untuk mempersiapkan kemampuan dan potensi manusia pada

berbagai bidang yang dibutuhkan. Hendaknya dikembangkan pula sistem

manajemen dan keuangan agar berbagai sumber daya manusia ini dapat

dikembangkan pula sistem manajemen dan keuangan agar berbagai sumber daya

manusia ini dapat dikembangkan, dialokasikan dan didistribusikan untuk berbagai

spesialisasi secara seimbang dan tepat,45 sebagaimana petunjuk yang diberikan

dalam Al-Qur’an :

⌧ ☺

⌧ ⌧

44Ibid, h.134 45 DR.Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral, h. 194

Page 54: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

)١٢٢ : التوبة( ⌧

Artinya :tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (At-Taubah : 122)

Tidak hanya pendidikan dan pengajaran, jaminan sosial dalam ekonomi Islam

juga harus meliputi masalah kesehatan. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah yang

memberi perhatian sangat besar pada masalah kesehatan. Salah satu hadis

Rasulullah yang paling terkenal adalah “kebersihan sebagian dari iman”

membuktikan hal itu. Ini selaras dengan hadis lain yang mengatakan “Seandainya

tidak memberatkan umatku, niscaya aku mewajibkan mereka menggosok gigi

setiap kali shalat.” Disamping itu, untuk mencegah penyebaran penyakit,

Rasulullah memerintahkan agar orang yang sakit dikarantina sampai sembuh.46

5. Peranan Negara dalam Sistem Ekonomi

Nilai instrumental yang kelima ini ialah peran atau campur tangan pemerintah

dalam fungsionalisasi sistem ekonomi Islam, negara dapat sebagai pemilik

menfaat sumber-sumber, produsen, distributor dan sekaligus lembaga

pengawasan kehidupan ekonomi melalui lembaga hisbah. Hisbah adalah institusi

pemerintah yang pernah ada pada zaman Nabi Muhammad Saw, sebagai lembaga

46 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 137

Page 55: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pengawas pasar ekonomi yang menjamin tidak adanya perkosaan atau

pelanggaran aturan moral dalam pasar, monopoli, perkosaan terhadap hak

konsumen, keamanan dan kesehatan kehidupan ekonomi. Hisbah ini independen

dari kekuasaan yudisial maupun eksekutif dari pemerintah.47

Peranan negara dalam perekonomian sangat variatif dan bermacam-macam

salah satunya adalah mencegah ihtikar (penimbunan). Rasulullah sendiri, semasa

hidupnya sangat melarang dan mengecam ihtikar ini. Pelarangan ihtikar ini pun

dilanjutkan oleh para penerus Rasulullah. Imam Malik meriwayatkan bahwa

khalifah Umar memerintahkan kepada rakyatnya agar tidak seorang pun yang

boleh menyembunyikan keadaan barang dagangan dalam pemasarannya. Menurut

riwayat Ibn Majah, Umar pernah berkata, “orang yang membawa hasil panen ke

dalam kota kita akan dilimpahkannya kekayaan yang banyak dan orang yang

menyembunyikannya akan dikutuk, jika ada seseorang yang menyembunyikan

hasil panen (barang-barang kebutuhan lainnya) sementara makhluk Tuhan

(manusia) memerlukannya, maka pemerintah dapat menjual hasil panennya

(barang-barang keperluan lainnya) dengan paksa”. Sayyidina Usman, sebagai

khalifah ketiga, pun melarang penyembunyian barang-barang selama masa

kekhalifahannya.48

47 Ahmad M.Saefuddin, Studi Nilai-NIlai, h. 105 48 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, (Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995),

h. 82

Page 56: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Yahya bin Umar, seorang cendikiawan muslim, menyatakan bahwa timbulnya

kemudharatan terhadap masyarakat merupakan alasan dari pelarangan

penimbunan barang tersebut. Apabila hal tersebut terjadi, barang dagangan hasil

timbunan tersebut harus dijual dan keuntungan dari hasil penjualan ini harus

disedekahkan sebagai pendidikan terhadap pelaku ihtikar. Adapun para pelaku

ihtikar itu sendiri hanya berhak mendapatkan modal pokok mereka. Selanjutnya,

pemerintah memperingati para pelaku ihtikar agar tidak mengulangi

perbuatannya. Apabila mereka tidak mempedulikan peringatan tersebut,

pemerintah berhak menghukum mereka dengan memukul, lari mengelilingi kota,

dan memenjarakannya.49

Apabila campur tangan pemerintah dalam pengawasan moral ekonomi pasar

pada individu maupun masyarakat makin kuat secara Islami, maka makin

berkuranglah campur tangan langsung dari pemerintah terhadap kegiatan

ekonomi. Peran pemerintah diperlukan dalam instrumentasi dan fungsionalisasi

nilai-nilai sistem ekonomi Islam dalam aspek legal, perencanaan maupun

pengawasannya dalam pengalokasian atau distribusi sumber-sumber dana,

pemerataan pendapatan dan kekayaan, serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Semua campur tangan negara ini harus menghasilkan individu dan masyarakat

yang saleh, saling kasih mengasihi dan bekerjasama dalam kebaikan serta taqwa

kepada Allah SWT.50

49 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,, h. 289

Page 57: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Peranan negara pada umumnya, pemerintah pada khususnya sangat

menentukan dalam pelaksanaan nilai-nilai sistem ekonomi Islam. Peranan itu

diperlukan dalam aspek hukum, perencanaan dan pengawasan alokasi atau

distribusi sumber daya dan dana, pemerataan pendapatan dan kekayaan serta

pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.51

D. Tujuan Ekonomi Islam

Tujuan dari sistem ekonomi pada prinsipnya ditentukan oleh pandangannya

tentang dunia, yang menyangkut tentang makna dari tujuan hidup manusia,

prinsip kepemilikan dan tujuan manusia memiliki sumber daya-sumber daya yang

ada dikaitkan kepada hubungannya antara manusia dengan manusia lain dengan

lingkungannya. Dalam hal ini setiap agama mempunyai pandangan yang berbeda

jika dunia dianggap dan dengan sendirinya, maka konsekuensi logis yang akan

timbul adalah manusia harus bertanggung jawab segala perbuatannya. Tujuan

hidupnya tak lebih hanya untuk memaksimumkan kepuasan pribadi masing-

masing. Berbeda ketika manusia beranggapan bahwa ia hanya sekedar bidak

diatas papan catur, semua peristiwa berjalan sesuai dengan “skenario langit”

sehingga manusia tidak perlu mengusik segala macam ketidakadilan yang terjadi

di dunia.

50 Ahmad M.Saefuddin, Studi Nilai-NIlai, h.105-106 51 M.Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, h. 17

Page 58: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Berbeda dari keduanya, Islam menganggap bahwa manusia dan segala apa

yang ia miliki adalah ciptaan Tuhan dan harus dipertanggungjawabkan kepada-

Nya, dan Islam juga mempunyai komitmen terhadap persaudaraan dan keadilan

sehingga kesejahteraan (falah) bagi umat manusia merupakan tujuan (maqashid)

pokok Islam. Maqashid Al-Syari’ah oleh Al-Ghazali dan Asy-Syatibi dibagi

dalam lima unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu agama

(dien), jiwa (nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl) dan harta (maal), kesejahteraan

dapat diraih dengan pemenuhan kebutuhan materi dengan kebutuhan rohani di

personalitas individu.52

Bertolak dari tujuan pokok Islam, maka tujuan ekonomi Islam secara umum

adalah pemenuhan kebutuhan yang berasaskan kebahagiaan dunia dan akhirat

secara selaras dan seimbang baik secara pribadi maupun keseluruhan masyarakat

dengan tujuan pokok mencari keberuntungan dunia dan akhirat selaku

khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Tujuan ekonomi Islam

bersandar kepada firman Allah dalam surat Al-Qashas ayat 77 :

☺ ☯

) ٧٧ : القصص( ☺

52 Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Penerjemah Ikhwan Abidin, (Jakarta :

Gema Insani Press, 2000), h. 8

Page 59: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Artinya : dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.Al-Qashas : 77)

Page 60: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

BAB III

RIWAYAT HIDUP MOHAMMAD HATTA

A. Pribadi dan Pendidikan Mohammad Hatta

Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902.

Bukittinggi adalah sebuah kota kecil yang terletak ditengah-tengah dataran tinggi

Agam. Letaknya indah diujung kaki gunung Merapi dan Gunung Singgalang dan

disebelah utaranya kelihatan pula melingkung cabang-cabang Bukit Barisan.

Antara Bukittinggi dan gunung Singgalang terbentang sebuah ngarai yang dalam

dan bagus pemandangannya. Agak jauh dari tempat itu pada jurusan sebelah

timur tampak gunung Sago. Apabila tidak ada kabut, kelihatan dari jauh sebelah

barat laut gunung pasaman yang kesohor dalam gunung yang mengandung emas.

Nagarai dan gunung-gunung serta bukit-bukit barisan yang kelihatan disekitarnya

itu memberikan kepada kota Bukittingi suatu pemandangan yang indah sekali.

Hawanya sejuk, pada malam hari malah terasa dingin. Berbagai jenis bunga subur

tumbuhnya disana. Orang-orang yang datang bertamasya dari daerah pesisir

sering menamai Bukittinggi ”Kota kebun bunga mawar”.53

Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan

bulan. Ia berasal dari Batu Hampar, kira-kira 16 km dari Bukittinggi arah ke

Payakumbuh. Ibunya bernama Saleha, dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara

53Mohammad Hatta, Memoir, (Jakarta : PT Tintamas Indonesia, 1979), h. 1

Page 61: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.54 Orang tua Mohammad Hatta

mula-mula memberikan nama Mohammad Athar kepadanya. Athar sendiri artinya

”harum”. Namun, karena orang-orang tua dan di lingkungannya sulit

menyebutkan nama Athar, maka sehari-hari, ia dipanggil ”Atta” yang kemudian

berkembang menjadi sebuah nama baru, ”Hatta”. 55

Di masa kecil, Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia kurang

memiliki sahabat bermain karena para tetangga sekitarnya tidak mempunyai anak

seusianya dan di keluarganya, Hatta merupakan satu-satunya anak laki-laki.

Kadang-kadang familinya menemukan Hatta bermain sendiri dengan cara

membuat miniatur lapangan bola, sedangkan pemain-pemainnya dibuat dari gabus

yang dibebani timah. bola, dibuatnya dari manik bundar. Hatta memainkan

sendiri permainan sepak bola itu dengan asyiknya. Selain itu, Hatta adalah sorang

yang hemat. Setiap kali jika orang tuanya memberi uang belanja kepadanya, yang

pada waktu itu sebenggol, selalu uang itu ditabungnya. Caranya, uang logam itu

disusun sepuluh-sepuluh dan disimpan dimejanya. Jadi, setiap orang yang

mengambil atau mengusiknya, Hatta selalu tahu. Namun, kalau orang meminta

dengan baik dan Hatta menganggap perlu diberi, tak segan-segan ia akan

memberi apa yang dimilikinya.56

54 Tanpa pengarang, “Mohammad Hatta”, artikel diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari

http://ms.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta 55 Meutia Farida Swasono (penyunting), Bung Hatta, Pribadinya dalam Kenangan, (Jakarta :

Sinar Harapan bekerjasama dengan Universitas Indonesia, 1980), h. 5 56 Ibid

Page 62: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Sebagai seorang muslim, sejak kecil Hatta rajin sembahyang. Mula-mula dia

belajar dari lingkungan keluarga, dan setelah remaja, dia mulai belajar di Surau

dengan guru ngaji. Di zaman masa kemerdekaan, setiap kali berada ditahan, Hatta

tidak pernah melupakan sembahyang, puasa pun selalu dia jalankan. Dan satu lagi

merupakan kebiasaan yang unik dari Hatta adalah bahwa di sekitarnya selalu

terdapat buku. Buku, sudah menjadi bagian dari hidupnya. Setiap lembar kertas

dari bukunya, dibukanya secara hati-hati dan dibacanya secara cermat. Disamping

membaca, Hatta rajin pula mengarang dan menulis buku. Setiap orang yang

meminjam bukunya, selalu dicatat dalam buku : nama, tanggal meminjam,

tanggal mengembalikannya serta orang tersebut selalu diingatkannya agar

menjaga buku yang dipinjamnya dengan sebaik-baiknya.57

Lalu dalam hal bersekolah, Hatta menempuhnya berlainan dari niat yang

dikandung keluarga Ayahnya di Batu Hampar. Keluarga ayahnya ini

menginginkan sekali agar Hatta melanjutkan pelajaran agama bila telah

menyelasaikan Sekolah Rakyat 5 tahun, maksud mulanya ke Mekkah, kemudian

ke Mesir. Untuk keperluan ini persiapan pun dilakukan, tetapi setelah dua tahun

belajar di Sekolah Rakyat Bukittinggi, Hatta pindah ke Sekolah Belanda ELS

(Europeesche Lagere School-Sekolah Dasar untuk orang-orang kulit putih) di

kota itu juga, kemudian ke ELS Padang (Mulai kelas 5 sampai kelas 7).

Kepindahan ke Padang ini, yang terjadi tahun 1913, disebabkan oleh keinginan

pihak keluarga Ibu agar Hatta memperoleh pelajaran bahasa Prancis (disamping

57 Ibid

Page 63: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

bahasa Belanda) yang mulai diajarkan di kelas 5. Ketika di Bukittinggi Hatta telah

mulai belajar bahasa Inggris secara privat, yang terpaksa berhenti karena gurunya

pindah ke Jakarta. Ia mulai belajar bahasa Prancis tetapi masih juga bersifat

privat, sedangkan di sekolah yang di Padang pelajaran itu diberikan dalam rangka

kurikulum. Sekolah di ELS ini diselesaikan Hatta tahun 1917. Pada awalnya,

Hatta berniat meneruskan studinya ke HBS (Hogere Burger School- Sekolah

Menengah Belanda 5 tahun), dan ia memang telah lulus ujian masuk disini. Tetapi

untuk memasuki sekolah tersebut, berarti Hatta harus pindah ke Jakarta, dan

terhadap hal ini Ibunya keberatan karena Hatta memang baru berumur 14-15

tahun ketika itu. Oleh sebab itu, ia beralih ke MULO (Meer Uitgebreid Lager

Onderwijs-Setingkat Sekolah Menengah Pertama) yang ia tamatkan pada tahun

1919. Ada juga godaan pada Hatta untuk bekerja selesai ELS di Padang, malah ia

diterima untuk bekerja pada kantor pos dengan gaji f 65 sebulan, tetapi niat ini

dibatalkan atas bujukan Ibunya.58

Baik di Bukittinggi maupun ketika bersekolah di Padang. Hatta disamping

bersekolah pagi hari, juga mengaji. Ia beruntung mendapatkan di kedua kota itu

guru-guru yang berpandangan luas dan maju dalam pelajaran agama Islam,

masing-masing Haji Muhammad Djamil Djambek (1860-1933). Dan Haji

Abdullah Ahmad (1878-1933). Pengkajian yang agak intensif mengenai agama

Islam dilakukannya selama di di Bukittinggi dengan Syaikh Djambek dimana ia

telah mulai mempelajari Bahasa Arab (nahwu dan sharaf) agar mudah

58 Deliar Noer, Mohammad Hatta Biografi Politik, (Jakarta : LP3ES, 1990), h. 21

Page 64: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

mempelajari fiqih dan tafsir. Sayang ketika sudah pindah ke Padang, pelajaran

seperti ini tidak dilanjutkannya. Baru setelah belajar di MULO ia bisa menerima

lagi pelajaran keislaman secara lebih teratur dibawah asuhan Haji Abdullah

Ahmad.59

Pada tahun 1919 Hatta pergi ke Jakarta (yang dulu bernama Batavia) untuk

besekolah di PHS (Prins Hendrik Handels School-Sekolah Dagang Prins

Hendrik). Studinya di PHS itu sendiri ia selesaikan dengan tertib, umumnya juga

tanpa kesulitan. Hatta merasakan pengembangan pemikirannya dengan cara-cara

para guru di PHS memberikan pelajarannya yang lebih mengutamakan

pengembangan dan bukan hafalan. Dan pada tahun 1921 ia menyelesaikan

studinya di PHS dengan menempati urutan (rangking) ketiga. Pada saat itulah Ia

kembali cenderung terpengaruh oleh godaan untuk bekerja dengan gaji permulaan

f 350. Guru-gurunya di PHS pun, kecuali seorang, menganjurkan agar ia segera

saja mempraktikkan pengetahuan yang diperolehnya di sekolah.60

Hatta memutuskan untuk melanjutkan studinya juga ke negeri Belanda.

Walaupun pamannya Ayub Rais yang menjanjikan bantuan padanya telah jatuh

pailit, ia akan berusaha dengan bekal yang ada, dan ia juga mengharapkan

bantuan berupa beasiswa dari pihak Belanda. Kalangan pedagang di Padang yang

59 Ibid 60 Ibid, h.31

Page 65: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

bergabung dalam Serikat Usaha turut juga membantunya.61 Dan akhirnya pada

tahun 1921 Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda, untuk belajar untuk belajar ilmu

perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa Inggris : Rotterdam

School of Commerce, kini menjadi Erasmus Universiteit). Dan di negeri ini, ia

kemudian tinggal selama 11 tahun.62

Pada tahun 1923, Hatta lulus dalam ujian Handels-ekonomie. Mula-mula

Hatta bermaksud akan menempuh ujian doktoral ilmu ekonomi pada akhir tahun

1925. akan tetapi pada tahun 1925 di Rotterdam diadakan cabang baru dalam

pelajaran doktoral, yatiu “Staatskunding-economische richting” dimana Hukum

Negara dan Hukum Administratif menjadi konsentrasi utama disamping ekonomi,

maka Hatta pun tertarik untuk memasuki jurusan baru tersebut. Menurut

pendapatnya, Ia tidak akan rugi kalau menyambung lagi pelajarannya yang

hampir tamat itu ke jurusan yang baru. Dengan memperpanjang studi satu atau

satu setengah tahun lagi, ia akan memperoleh perlengkapan yang lebih sempurna

untuk menjalankan kewajibannya terhadap tanah air di masa datang, dan ia

merencanakan akan menempuh ujian doktoralnya pada akhir tahun 1926 atau

61 Ibid 62 Tanpa pengarang, “Mohammad Hatta”, artikel diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari

http://ms.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta

Page 66: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

awal tahun 1927.63 Akan tetapi, karena kesibukannya sangat padat, Hatta baru

menyelesaikan studinya pada pertengahan tahun 1932.64

Selama menjadi Wakil Presiden, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-

ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai

karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif

membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi

ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato radio untuk

menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besarnya aktivitas Hatta dalam

gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai bapak

koperasi Indonesia pada kongres koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran

Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul

“Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun”.65

Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis

yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di

Yogyakarta. Pada kesempatan itu, Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang

berjudul “Lampau dan Datang”. Sesudah Hatta meletakkan jabatannya sebagai

Wakil Presiden RI, Hatta memperoleh beberapa gelar akademis dari berbagai

Perguruan Tinggi antara lain, Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan

63 Mohammad Hatta, Koperasi Membangun dan Membangun Koperasi, (Jakarta : PT

Koperasi Pegawai Negeri Jakarta Raya, 1971), h. XXIV 64 Ibid, h. XXVII 65 Ibid

Page 67: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Hatta sebagai Guru Besar dalam ilmu politik perekonomian, Universitas

Hasanuddin di Ujung Pandang juga memberikan gelar Doctor Honoris Causa

dalam bidang ekonomi, Universitas Indonesia juga memberikan gelar Doctor

Honoris Causa di bidang ilmu hukum.66

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa

Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu

Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Hatta, seorang proklamator

kemerdekaan dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal

14 Maret 1980 di rumah sakit Dr.Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77

tahun dan dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir pada

tanggal 15 Maret 1980.67

B. Aktivitas Sosial & Politik Mohammad Hatta

Hidup Mohammad Hatta waktu mudanya hampir sejalan dengan timbulnya

pergerakan kebangsaan di Indonesia. Keadaan inilah yang menjadi dorongan bagi

dirinya dalam usia yang sangat muda, yaitu saat duduk di bangku dalam bangku

sekolah menengah (MULO), telah tertarik ke dalam pergerakan. Pergerakan

kebangsaan yang dipelopori oleh Budi Utomo dalam tahun 1908, dan berkobar

sejak tahun 1913, membuka hati pemuda Indonesia untuk menyadari kewajiban

66 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28

Desember 2007 dari http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hatta/index.shtml 67 Ibid

Page 68: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

mereka terhadap Tanah Air. Berturut-turut dari tahun 1916 lahirlah perkumpulan-

perkumpulan pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa

dan Jong Ambon. Dengan sendirinya Mohammad Hatta yang berjiwa pengabdi

terbawa kepada perkumpulan Jong Sumatranen Bond (JSB).68

Dalam organisasi JSB ini mula-mula Hatta menjadi bendahara, Sebagai

bendahara, Hatta menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya

perkumpulan, sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan

luar hanya bisa berjalan lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung

jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin inilah selanjutnya menjadi

ciri khas sifat-sifat Hatta.69 kemudian setahun berikutnya Hatta diangkat menjadi

sekretaris merangkap bendahara cabang Padang. Ini berarti bahwa Hatta telah

berhasil menempatkan dirinya diantara kawan-kawan sebagai orang yang bisa

dipercaya baik dalam memegang urusan keuangan, maupun memutar roda

organisasi.70

Sebagai pengurus Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Hatta mulai

mempertajam pengetahuannya mengenai perkembangan masyarakat dan politik,

salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang

tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mulai mengenal pemikiran Tjokroaminoto

dalam surat kabar “Utusan Hindia”, dan Agus Salim dalam “Neratja”. Kesadaran

68 Mohammad Hatta, Koperasi Membangun, h. XXII 69 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28

Desember 2007 dari http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hatta/index.shtml 70 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 21

Page 69: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

politik pun Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-

ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang

menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis (Tokoh Sarekat Islam).71 Yang

ketika itu sering membangkitkan kesadaran rakyat akan hak-hak mereka, dan

terutama ia sangat menentang kebijaksanaan pemerintah dalam soal tanah dan

kerja rodi di daerah tersebut.72

Kemudian pada saat usia Hatta menginjak 17 tahun, ia pun turut aktif di

Pengurus Pusat Jong Sumatranen Bond (JSB) pada saat ia bersekolah di Jakarta.

Dalam perkumpulan JSB ini ia terpilih menjadi bendahara pada perkumpulan

tersebut. Hatta pun bersedia menjadi bendahara itu tapi hanya untuk jangka

waktu satu tahun, karena dalam tahun 1921 ia akan menghadapai ujian akhir di

sekolahnya. Tetapi walaupun hanya setahun, ia berhasil menertibkan administrasi,

terutama keuangan perkumpulan. Termasuk dalam rangka ini pengembalian utang

JSB kepada percetakan “Evolutie” sekitar f 1000. malah pada waktu berhenti

sebagai bendahara JSB akhir 1920, dapat ia tinggalkan saldo kas sejumlah kira-

kira f 1200. hal ini ia dapatkan dari menggerakkan iuran dari orang-orang

terkemuka di Jakarta yang berasal dari Sumatera.73

Satu kuntungan lagi dengan menjadi pengurus Jond Sumatranen Bond di

Batavia ialah bahwa hal itu membuat wawasan Hatta semakin luas dan Hatta pun

71 Tanpa pengarang, Mohammad Hatta, arikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2007 dari http://grelovejogja.wordpress.com/2006/12/09/mohammad-hatta/

72 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 23 73 Ibid, h. 25

Page 70: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

jadi memiliki akses langsung kepada para pemimpin Sarekat Islam yang orang

Minangkabau, seperti Abdul Muis dan Haji Agus Salim74 dan juga selama

menjabat Bendahara JSB Pusat tersebut, Hatta juga menjalin kerjasama dengan

percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada

di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada media tahun

1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai

kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara

Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia

tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu

menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air

yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.75

Lalu pada tahun 1921, pada saat Hatta berkuliah di Belanda, Ia mulai

menerjunkan dirinya ke dalam Indische Veriniging (Perhimpunan Hindia).

Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang

pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische

Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat,

Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai

eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres. Kondisi itu

tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara)

74 Mavis Rose, Biografi Politik Mohammad Hatta, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,

1991), h. 17 75 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28

Desember 2007 dari http://grelovejogja.wordpress.com/2006/12/09/mohammad-hatta/

Page 71: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai

1916. Hindia Poetra bersemboyan “Makmurlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-

Rakyatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di

Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda.76

Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat

oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam

latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah–

sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara

yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme Belanda, dari sanalah mereka

semua berasal.77

Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922,

lagi-lagi, sebagai bendahara. Penunjukan itu berlangsung pada 19 Februari 1922,

ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo

diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti

penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan

untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging

(Perhimpunan Indonesia) dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie

menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik.

Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging

76 Ibid 77 Ibid

Page 72: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan

meniadakan Hindia atau Nederland Indie.78

Di Perhimpunan Indonesia (PI), Hatta pun turut mengusahakan agar majalah

perkumpulan, Hindia Poetra (yang pada tahun 1924 berubah nama menjadi

Indonesia Merdeka) terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antar anggota.

Sebagaimana ia dahulu juga memperlihatkan kepiawaiannya dalam

menyelanggarakan administrasi keuangan, di perkumpulan ini ia juga

berkesempatan untuk menjadi penggerak intelektual bagi mereka yang berada di

sekitarnya.79

Kemudian pada tanggal 17 Januari 1926, Hatta secara resmi terpilih mejadi

ketua PI. Dan jabatan ketua tersebut diterimanya dengan mengucapkan pidato

"Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen-Struktur Ekonomi Dunia

dan Pertentangan kekuasaan”-, yang mengupas secara ilmiah apa sebab-sebab

pertentangan kekuasaan dan pertentangan si penjajah yang berkulit putih dan si

terjajah yang berkulit berwarna, bagi si kulit berwarna apabila ia benar-benar mau

merdeka, harus menjalankan politik non-kooperasi. Pertentangan antara si kulit

putih dan si kulit berwarna akan bertambah hebat, (yang waktu itu pada tahun

1926) sudah tampak tanda-tanda yang menjurus ke sana. Pada akhir pidato Hatta

juga mengucapkan bahwa meruntuhkan penjajahan si kulit putih atas kulit

berwarna adalah tugas peradaban. Dan pertentangan itu akan berakhir kelak

78 Ibid 79 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 43

Page 73: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

dalam suatu perang Pasifik dimana si kulit berwarna akan memperoleh

kemenangan, kemudian barulah penjajahan akan berakhir. Waktu mengucapkan

pidato itu, Hatta mungkin tidak akan menduga bahwa perang Pasifik itu

terjadinya setelah pidatonya itu dan membawa kemerdekaan empat tahun sesudah

itu.80

Sejak itulah sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di

bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa

menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di

Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik

Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang

berada di Eropa.81

PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres

internasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu,

hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi. Pada tahun 1926, dengan

tujuan memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres

Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian, di Bierville, Prancis. Dalam kongres

ini Hatta berhasil menuntut pengakuan sidang untuk mempergunakan kata

“Indonesia” dan bukan “Hindia Belanda”, sehingga baik dalam tulisan

sehubungan dengan kongres itu maupun dalam pembicaraan-pembicaraan, kata

80 Mohammad Hatta, Koperasi Membangun, h. XXV 81 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28

Desember 2007 dari http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hatta/index.shtml

Page 74: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

“Indonesia” ini yang dipergunakan. Sejak saat itulah nama Indonesia mulai

dikenal oleh organisasi-organisasi internasional.82

Pada tahun berikutnya (10-15 Februari 1927), Hatta bersama Nazir

Pamontjak, Ahmad Subardjo, Gatot Tanumihardja dan Abdul Manaf (yang akhir

ini mahasiswa Indonesia di Mesir) menghadiri Kongres Internasional Menentang

Kolonialisme di Brussel. Perutusan ini bukan hanya mewakili PI melainkan juga

mewakili Konsentrasi Nasional di Indonesia. bersama Semaun, wakil dari Sarekat

Rakyat, mereka semua mewakili Indonesia. Wakil-wakil Indonesia ini memegang

peranan penting dalam kongres dapat dilihat dengan duduknya Hatta dan Semaun

dalam presidium kongres. Kemudian ketika –dalam sidang akhir dari kongres-

dibentuk suatu organisasi, yaitu Liga Menentang Imperialisme, Penindasan

Kolonial dan untuk Kemerdekaan Nasional (Liga tegen Imperialisme, tegen

Koloniale onderdrukking en voor Nationale Onafhankelijhkheid), Hatta terpilih

dalam badan eksekutifnya. Di kongres ini, Hatta juga berkenalan dengan

pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen,

serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan

Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan

Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat

itu. Dalam kongres tersebut dapatlah dikatakan bahwa kesempatan tersebut

82 Deliar Noer, Biogradi Politik Mohammad Hatta, h. 65

Page 75: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

memperluas wawasan Hatta, baik dalam pergaulan maupun pengenalan

masalah.83

Dan pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan

ceramah bagi "Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan" di

Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I'

Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan). 84

Aktivitasnya dan sepak terjangnya yang bisa dibilang fenomenal, tak pelak

membuat resah pemerintah Belanda. Akhirnya bersama dengan Nazir St.

Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta

dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah

pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam

sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang

mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama

"Indonesia Vrij", dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

sebagai buku dengan judul “Indonesia Merdeka”.85

Sekembalinya ke Indonesia, Pada tahun 1932, kegiatan politik Hatta semakin

meningkat. Karir politik Hatta di Indonesia diawali dengan bergabung ke

Pendidikan Nasional Indonesia (yang disebut PNI-Baru). Di PNI-Baru inilah

Hatta berjuang melakukan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk

83 Ibid, hal 66 84 Tanpa pengarang, Mohammad Sang Proklamator, artikel ini diakses pada tanggal 28

Desember 2007 dari http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hatta/index.shtml 85 Ibid

Page 76: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia. Tidak sampai disitu, untuk

meningkatkan kesadaran politik rakyat, Hatta juga aktif menulis di Daulat Rakyat

yang didirikannya. Dalam salah satu tulisannya, Hatta mengecam sikap

pemerintah Belanda yang menahan Soekarno (kelak akan menjadi teman

seperjuangan sekaligus teman dekat), yang berakhir dengan pembuangan

Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Rakyat, yang

berjudul "Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30

November 1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933).86

Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah

kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada PNI-Baru. Para pimpinan

Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven

Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir,

Bondan, Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke

Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang,

Jakarta.87

Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya dibuang di Tanah

Merah, Boven Digoel (Papua). Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis

artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya

hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya.

Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari

86 Ibid 87 Ibid

Page 77: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak

bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan

mengenai ilmu ekonomi, sejarah dan filsafat. Pada bulan Desember 1935, Kapten

Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan

Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat

ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr.Tjipto Mangunkusumo dan Mr.Iwa

Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan

penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam

bidang sejarah, tata buku, politik, dan lain-lain.88

Waktu tentara Jepang mulai mendarat di Ambon, Hatta dan Sjahrir dibawa ke

Sukabumi, pada tanggal 3 Februari 1942. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah

Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta

dan Sjahrir dibawa ke Jakarta. Dan sebagai salah seorang yang punya pengaruh,

Hatta diminta untuk bekerjasama menyebarkan ide-ide Jepang. Namun

keinginannya untuk memerdekakan Indonesia, membuat Hatta lebih banyak

mengambil sikap diam.89

Di masa pendudukan Jepang ini, Hatta pun diminta untuk bekerja sama

sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk

merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala

pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang

88 Ibid 89 Ibid

Page 78: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa kemerdekaan Indonesia

dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan

Indonesia merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu

kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis

tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi

pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944. 90

Ketika tentara Jepang mengalami keterdesakan pada perang di Pasifik, maka

pengawasan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia pun semakin longgar.

Demikianlah setelah janji Indonesia merdeka diberikan, walau tak jelas kapan,

pemerintah mendirikan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) yang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan segera

mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei-2 Juni 1945. Sidang kedua

diadakan pada tanggal 10-16 Juli 1945. Dan Pada awal Agustus 1945, Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan

Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh

Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.91

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI

Imam Bonjol, sekarang). Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo,

90 Ibid

91 Ibid

Page 79: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan

untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta

menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang

menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai, mereka

membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti. Soekarni

mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja,

Soekarno dan Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan

riuh.92

Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh

Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di

Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno

diangkat sebagai presiden Republik Indonesia dan Hatta diangkat menjadi wakil

presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa

presiden dan wakil presiden harus merupakan satu dwitunggal.93

Periode mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Indonesia harus

mempertahankan kemerdekaannya dari usaha pemerintah Belanda yang ingin

menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke

Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian

92 Ibid 93 Ibid

Page 80: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat

kecurangan pihak Belanda.94

Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Hatta pergi ke India

menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. Dengan menyamar sebagai

kopilot bernama Abdullah (pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian

menjadi menteri baja india di masa pemerintah perdana menteri Morarji Desai).

Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi

kepada PBB agar Belanda dihukum. Dan akhirnya pada tanggal 27 Desember

1949 di Den Haag, Indonesia pun sepenuhnya terbebas dari belenggu penjajahan

dan ditandai dengan penyerahan kedaulatan Indonesia dari pemerintah Belanda.

Hatta yang mengetuai delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar pun

menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.95

Hatta juga menjadi perdana menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat

berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Hatta kembali menjadi wakil presiden pada periode 1950-1956. Pada tahun 1955,

Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat

sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Niatnya

untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada

ketua parlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada presiden

Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh presiden, wakil presiden

94 Ibid 95 Ibid

Page 81: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Hatta mengemukakan kepada ketua parlemen bahwa pada tanggal l Desember

1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden RI. Presiden

Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Hatta tetap pada pendiriannya.96

Sejak berada di luar lingkaran politik, Hatta kerap melontarkan kritik kepada

rekan seperjuangannya, Soekarno, atas berbagai kebijakan Soekarno yang dirasa

Hatta tidak pada tempatnya. Pada tahun 1960 Hatta menulis "Demokrasi Kita"

dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena

menonjolkan pandangan dan pikiran Hatta mengenai perkembangan demokrasi di

Indonesia waktu itu. Tulisan tersebut juga berisi kritik terhadap pemerintahan

Soekarno, dan memaksa Soekarno melarang peredaran tulisan ini. 97

Dan alam masa pemerintahan Orde Baru, Hatta lebih merupakan negarawan

sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus. Akhirnya pada tanggal 15

Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Hatta anugerah negara

berupa tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada

suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.98

C. Pemikiran-Pemikiran Mohammad Hatta dan Karya-Karyanya

Secara pribadi Hatta tidak hanya seorang politikus tetapi lebih dari itu dia

adalah seorang cendikiawan yang tulen, terutama di bidang ekonomi dan hukum

96 Ibid 97 Ibid

98 Ibid

Page 82: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Tata Negara. Hal itu tidaklah mengherankan karena semasa Hatta kuliah, ia

mengambil jurusan di bidang tersebut. Dalam bidang ekonomi, Hatta

mengeluarkan gagasan mengenai penerapan demokrasi yang tidak hanya di

bidang politik saja, seperti yang diterapkan oleh negara-negara Barat. tetapi juga

meliputi demokrasi ekonomi, dimana kekayaan suatu negeri yang menyangkut

hajat hidup orang banyak seperti listrik, air, tambang tidak dikuasai oleh orang-

perorangan atau golongan tertentu, tetapi dalam masalah ini rakyat pun

mempunyai hak untuk turut serta menikmati kekayaan alam yang ada di negeri

ini. Dan pemikiran ekonomi Hatta lainnya, yang juga terbilang fenomenal adalah

membangkitkan ekonomi rakyat, seperti petani, nelayan, pedagang-pedagang

kecil melalui jalan koperasi. Dalam mengeluarkan gagasan terlihat bahwa Hatta

mengambil demokrasi ekonomi ini sebagai titik tolak dalam pemikiran-pemikiran

ekonomi Hatta lainnya. Adapun mengenai penjelasan pemikiran ekonomi Hatta,

akan dijelaskan di bab selanjutnya.

Adapun pemikiran Hatta dalam bidang Hukum Tata Negara, Hatta menolak

pandangan Profesor van Vollenhoven, yang mengatakan bahwa kata Indonesia

tidak dapat dipergunakan sebagai penamaan ketatanegaraan bagi daerah yang

dikuasai Belanda di Asia Tenggara. Menurut pendapatnya bahwa sekalipun

bagian terbesar dari orang-orang Indonesia, yakni kurang lebih 49 juta jiwa,

masih ada kira-kira 15 juta yang tinggal di luar wilayah itu. Dalam hal ini Hatta

menyatakan keberatannya dengan pernyataan Profesor van Vollenhoven tersebut.

Hatta berpendapat, sebaiknya Profesor van Vollenhoven melihat contoh ke

Page 83: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Amerika Serikat. Kata “Amerika” yang secara geografis ialah benua “baru” yang

membentang dari kutub ke kutub yang didalamnya terdapat berbagai negara dan

bangsa, namun hanya satu negara yang menduduki kurang dari seperempat bagian

dari seluruh wilayahnya. Lalu penamaan (negara) Amerika Serikat menimbulkan

kesan adanya perserikatan dari semua negara yang ada di Amerika, akan tetapi

dalam hal ini tidak dapat dipakai, sebab dalam hal ini penamaan Amerika Serikat

sudah lazim, dan kalau kita berbicara tentang Amerika Serikat, maka yang

lazimnya dimaksud adalah penduduk “Amerika Serikat” dan bukan orang

Kanada, Meksiko dan lain sebagainya.99

Pemikiran Hatta dalam bidang ketatanegaraan lainnya adalah pelaksanaan

otonomi daerah di Indonesia, untuk mengatasi kekacauan karena timbulnya

pemberontakan-pemberontakan pada waktu itu dan juga untuk memberikan

perasaan aman dan tentram kepada rakyat.100 Menurut Hatta, titik berat

pelaksanaan otonomi bukan pada tingkat provinsi yang waktu itu Rancangan

Undang-Undang (RUU) sedang digodok oleh DPR, pelaksanaan otonomi daerah

di tingkat provinisi adalah sebuah kontruksi yang salah dan lebih menyerupai

sistem hirarki Hindia Belanda dahulu. Hatta berpendapat apabila Indonesia mau

mendekatkan demokrasi yang bertanggungjawab kepada rakyat, melaksanakan

cita-cita lama yaitu “pemerintahan dari yang diperintah”, maka sebaiknya titik

99 Lihat Mohammad Hatta (Emil Salim, dkk. Penyunting), Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1

Kebangsaan dan Kerakyatan, (Jakarta : LP3ES, 1998), h. 17 100 Lihat Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2002),

h. 12

Page 84: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

berat otonomi daerah diletakkan di tingkatan kabupaten, provinsi dalam hal ini

hanyalah menjadi badan koordinasi dari semua kabupaten yang berada di dalam

lingkungannya. Dengan menitikberatkan otonomi daerah pada kabupaten, maka

kabupaten dapat memimpin perkembangan otonomi desa berangsur-angsur,

sampai juga di desa tercapai mengurus rumah tangganya sendiri.101

Namun walaupun begitu, semasa hidupnya, Hatta tidak membatasi

pemikirannya hanya di dua bidang tersebut, sebagai politikus dan juga seorang

muslim, Hatta kerap kali menelurkan gagasan-gagasannya dalam masalah politik

dan juga pemikiran keislaman.

Dalam pemikirannya di bidang politik, Hatta secara tegas mengecam

kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa kulit putih kepada

kulit berwarna,102 Hatta melihat bahwa motivasi penjajahan yang dilakukan itu

lebih didasarkan oleh ketamakan.103 Hatta juga menolak anggapan bahwa

kolonilaisme adalah sebuah transfer peradaban dari bangsa yang lebih maju

peradabannya ke bangsa yang terbelakang.

Pemikiran Hatta dalam bidang politik adalah keharusan politik non-kooperasi

sebagai satu-satunya strategi perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.

Karena kemerdekaan tidak akan diberikan oleh pihak penjajah kepada pihak yang

101 Mohammad Hatta (Emil Salim, dkk, Penyunting), Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 2,

Kemerdekaan dan Demokrasi, (Jakarta, LP3ES, 2000), h. 398 102 Istilah kulit putih dan kulit berwarna merupakan ciri khas dari gaya tulisan Hatta 103 Lihat Mohammad Hatta (Emil Salim, dkk, Penyunting), Karya Lengkap Bung Hatta Jilid

3, Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial, (Jakarta, LP3ES, 2001), h. 337

Page 85: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

terjajah, hal itu telah dibuktikan oleh pelanggaran janji yang telah dilakukan

Belanda untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada November 1918.

Selain itu, untuk menuju Indonesia medeka, rakyat harus diberikan kesadaran

bersama akan kemerdekaannya, dengan jalan memberikan pendidikan dan

pelatihan bagi rakyat. Dalam memberikan kesadaran ini ia berbeda dengan

Soekarno yang lebih menekankan rapat-rapat akbar. Pemikiran Hatta di bidang

politik yang lain adalah penerapan politik bebas aktif, dalam pidatonya kepada

Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (KNP) pada tanggal 2 September 1948, ia

mengatakan :

“mestikah kita bangsa Indonesia, yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih antara pro Rusia dan pro Amerika? Apakah tak ada pendirian yang lain harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita? Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan Internasional, melainkan kita harus tetap menjadi subjek yang berhak menentukan nasib kita sendiri, berhak memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonedia merdeka seluruhnya.”104

Pidato inilah yang dianggap merupakan peletakan dasar politik luar negeri

Republik Indonesia, yaitu politik bebas dan aktif, “bebas” karena Indonesia tidak

ingin bersekutu dengan salah satu dari blok-blok yang bertentangan, blok Barat

dan blok Komunis. “Aktif” maksudnya negara ini berusaha sekuat-kuatnya untuk

104 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan. (Jakarta, UI

Press, 1980), h. 30

Page 86: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

memelihara perdamaian dan meredakan pertentangan sesuai dengan cita-cita

PBB.105

Selain itu terdapat juga pemikiran mengenai keislaman Hatta, walaupun tidak

banyak. Hatta mengungkapkan bahwa orang Islam yang mengerjakan ibadah,

membaca surat Al-Fatihah tidak kurang dari 17 kali sehari, siapa yang memahami

isi dan memaknai surat Al-Fatihah sedalam-dalamnya, disitu mendapat pimpinan

tentang apa seharusnya tujuan hidupnya dan caranya ia harus berjuang diatas jalan

Allah dan darimana ia mendapat kekuatan untuk berjuang.106

Ibadah dan perbuatan orang Islam di atas dunia hendaklah sesuai dengan sifat-

sifat yang dipujikan kepada Tuhan yang maha kuasa, pengasih dan penyayang

serta adil dan selalu berdiri diatas jalan yang benar. Penjelmaan daripada sifat

pengasih dan penyayang ialah persaudaraan dari segala bangsa. Sebab

persaudaraan segala bangsa itu hendaklah menjadi tujuan kita. Hanya diatas

persaudaraan itulah bisa tercapai rukun damai dalam pergaulan internasional.107

Persaudaraan hanya mungkin terjadi bila terdapat derajat yang sama. Antara

tuan dan budak tidak mungkin tercapai persaudaraan yang sebenarnya. Untuk

mencapai dasar bagi persaudaraan bangsa-bangsa sedunia, maka perlulah

lenyaplah lebih dahulu stelsel, imperialisme dan penjajahan yang menimbulkan

105 Lihat Mohammad Hatta, Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 3, h. 469 106 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato III, (Jakarta : Toko Buku Gunung Agung, 2002, hal

36 107 Ibid

Page 87: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

penindasan bangsa yang satu oleh bangsa yang lain, sehingga kemajuan

kebudayaan dan perekonomian yang lain yang tertindas itu jadi terhalang.108

Adapun semua pemikiran-pemikiran Hatta dituangkan dalam bentuk karya-

karya tulis antara lain :

1. Demokrasi Kita, Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan

2. Beberapa Fasal Ekonomi Jilid I, Jalan Ekonomi dan Koperasi

3. Beberapa Fasal Ekonomi Jilid II, Jalan Ekonomi dan Bank

4. Kumpulan Karangan I, II dan III

5. Kumpulan Pidato I, II dan III

6. Alam Pikiran Yunani

7. Pengantar ke jalan Ekonomi Sosiologi

8. Pengantar ke jalan Ekonomi Perusahaan

9. Tanggung Jawab Moril Kaum Intelegensia

10. Sekitar Proklamasi

11. Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1 Kebangsaan dan Kerakyatan

12. Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 2 Kemerdekaan dan Demokrasi

13. Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 3 Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial

14. Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia

15. Bank dalam Masyarakat Indonesia

16. Ekonomi Terpimpin

17. Memoir

108 Ibid

Page 88: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

D. Konfigurasi Pemikiran Ekonomi dan Posisi Pemikiran Ekonomi Mohammad

Hatta

Persoalan ekonomi sesungguhnya sama tuanya dengan keberadaan manusia

itu sendiri dan pemikiran-pemikiran yang berkenaan masalah ekonomi pun terus

mengalami perkembangan. Bukti paling kongkrit adanya pemikiran ekonomi dimulai

dari masa Yunani kuno, yang mana ketika itu pemikiran mengenai ekonomi digagas

oleh Plato, dilanjutkan Aristoteles dan Xenophone. Lalu perkembangan pemikiran

ekonomi selanjutnya adalah kaum skolastik. berbeda dengan pemikir pada masa

Yunani Kuno, pemikiran kaum skolastik ini sudah ada analisis yang terinci tentang

usaha untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Ciri utama dari aliran pemikiran

ekonomi skolastik adalah kuatnya hubungan antara ekonomi dengan masalah etis

serta besarnya perhatuan pada masalah keadilan. Hal ini tidak lain karena ajaran-

ajaran skolastik mendapat pengaruh yang sangat kuat dari ajaran gereja. Tokoh utama

ini adalah St.Albertus Magnus dan St.Thomas Aquinas.109

Lalu setelah era skolastik, muncullah era yang disebut era merkantilisme.

Sebetulnya hingga saat ini belum ada kesepakatan apakah merkantilisme dapat

disebut sebagai aliran/mazhab ekonomi atau tidak, sebagian menganggap

merkantilisme hanya sebagai kebijaksanaan ekonomi, sedangkan sebagian yang lain

menganggap bukan sebuah aliran/mazhab ekonomi. Istilah “merkantilisme” itu

sendiri berasal dari kata merchant, yang berarti “pedagang”. Menurut paham

merkantilisme, tiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan

109 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, h. 17

Page 89: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

perdagangan dengan negara lain. Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui

“surplus” perdagangan luar negeri yang akan diterima dalam bentuk emas atau perak.

Bagi penganut merkantilisme sumber kekayaan negara adalah perdagangan luar

negeri dan uang sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber kekuasaan. Tidak

heran, kalau kebijaksanaan pedagang waktu itu sangat mendorong ekspor, dan

sedapat mungkin impor dibatasi. Paham merkantilisme banyak dianut di negara-

negara Eropa pada abad ke-16, antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis dan

Belanda. tokoh utama dalam aliran merkantilisme ini sangat banyak, beberapa

diantaranya antara lain Jean Boudin, Thomas Mun, Sir William Petty dan David

Hume.110

Lalu fase selanjutnya, terdapat mazhab fisiokratis, berbeda dengan kaum

merkantilis yang menganggap sumber kekayaan suatu Negara adalah perdagangan

luar negeri, Kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber kekayaan yang senyata-

nyatanya adalah sumber daya alam. Kata fisiokratis, diambil dari gabungan dua kata

phsyc (alam) dan cratein atau cratos (kekuasaan), yang berarti mereka yang percaya

bahwa alam diciptakan oleh Tuhan penuh keselarasan dan keharmonisan dan hukum

alam yang penuh dengan keselarasan dan keharmonisan ini berlaku kapan saja,

dimana saja dan dalam situasi apapun (bersifat kosmopolit). Kaum fisiokrat percaya

bahwa sistem perekonomian juga mirip dengan alam yang penuh harmoni tersebut.

Dengan demikian tiap tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya masing-

masing juga akan selaras dengan kemakmuran masyarakat banyak. Beri manusia

110 Ibid, h.19-20

Page 90: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

kebebasan, dan biarkan mereka melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing.

Pemerintah tidak perlu campur tangan, dan alam akan mengatur semua pihak, akan

senang dan bahagia. inilah yang menjadi cikal bakal doktrin laissez faiere-laissez

passer, yang kira-kira berarti : biarkan semua terjadi, biarkan semua berlalu (let do,

let pass). sedangkan tokoh utama aliran fisiokrat adalah Francis Quesnay.111

Setelah pemikiran fisiokratis, terdapatlah pemikiran kapitalisme/liberalisme,

yang dipelopori oleh Adam Smith, masa kapitalisme yang tumbuh sumber sejak

revolusi industry di Inggris ini terus berkembang sampai pada masa Hatta hidup

(bahkan terus berkembang sampai saat ini). Dalam banyak hal pemikiran kapitalisme

agaknya sejalan dengan pemikiran kaum fisiokrat, seperti juga kaum fisiokrat,

kapitalisme juga mendukung asas laissez faire-laissez passer,112 dimana asas ini

menekankan tidak adanya intervensi dalam mekanisme pasar, sebab pada dasarnya,

jika terdapat ketidakseimbangan, maka akan muncul “sebuah tangan yang tidak

terlihat” (invisible hand). dan pikiran lainnya kapitalisme yang sejalan dengan aliran

fisiokrat adalah anggapan bahwa produksi barang-barang dan jasa sebagai sumber

utama kemakmuran suatu negara, bukan melalu perdagangan luar negeri sebagaimana

yang dipercaya kaum merkantilis.

Lalu setelah kapitalisme, maka muncullah sosialisme sebagai reaksi atas

aliran kapitalisme. d William l Reese dalam bukunya “Dictionary of Philosophy and

religion, Eastern and western thought” mengemukakan bahwa sosialisme secara

111 Ibid, h. 23 112 Ibid, h. 30

Page 91: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

literal berasal dari bahasa latin socius, yang merupakan suatu istilah yang mengatakan

kepada suatu persekutuan yang didirikan diatur prinsip-prinsip kebersamaan dalam

kepemilikan baik soal produksi dan distribusi untuk kesejahteraan umum.113

Sosialisme muncul sebagai faham ekonomi dan kemasyarakatan pada akhir

abad ke-18 dan awal abad ke-19 M di Eropa. Revolusi industri yang terjadi di Inggris

telah memunculkan kelas baru dalam masyarakat, yaitu kaum borjuis yang menguasai

sarana produksi karena penguasaan modal bertimbun di tangan mereka. Di

sebelahnya sebagian besar masyarakat kota hidup sebagai buruh yang tenaga kerjanya

diperas dan semakin miskin. Kekayaan yang dihasilkan karena kerja keras kaum

pekerja ini hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis kapitalis yang jumlahnya tidak

besar. Dari waktu ke waktu kesenjangan sosial dan ekonomi semakin ketara. Ketika

itulah individualisme tumbuh. Gereja sebagai lembaga sosial keagamaan yang masih

berpengaruh ketika itu bersekutu pula dengan kaum kapitalis dalam mengeruk

kekayaan yang sebenarnya merupakan hak rakyat banyak, karena merekalah

sebenarnya yang bekerja keras. Sebagai akibat dari pesatnya perkembangan

invidualisme dan kapitalisme ini hukum yang berlaku hanyalah hukum rimba.

Undang-undang dibuat semata-mata demi kepentingan golongan borjuis (bandingkan

dengan undang-undang yang dbuat VOC dan pemerintah Hindia Belanda di

113 William l Reese, Dictionary of Philosophy and Religion, Eastern and Western Thought,

(Newyork : Humanity Books, 1998), hal 713

Page 92: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Indonesia, dan juga dengan keadaan sekarang). Secara ringkas, sosialisme merupakan

reaksi terhadap keadaan ini.114

Sosialisme, seperrti telah dikemukakan, mula-mula muncul sebagai sebagai

reaksi terhadap kondisi buruk yang dialami rakyat di bawah sistem kapitalisme liberal

yang tamak. Kondisi buruk terutama dialami kaum pekerja atau buruh yang bekerja di

pabrik-pabrik dan pusat-pusat sarana produksi dan transportasi. Sejumlah kaum

cendekiawan muncul untuk membela hak-hak kaum buruh dan menyerukan

persamaan hak bagi semua lapisan, golongan dan kelas masyarakat dalam menikmati

kesejahteraan, kekayaan dan kemakmuran. Mereka menginginkan pembagian

keadilan dalam ekonomi Di antara tokoh-tokoh awal penganjur sosialisme dapat

disebut antara lain: St. Simon (1769-1873), Fourisee (1770-1837) , Robert Owen

(1771-1858) dan Louise Blane (1813-1882). Setelah itu baru muncul tokoh-tokoh

seperti Proudhon, Marx, Engels, Bakunin dan lain sebagainya. St. Simon dipandang

sebagai bapak sosialisme karena dialah orang pertama yang menyerukan perlunya

sarana-sarana produksi dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah/negara. Gagasannya

merupakan benih awal lahirnya sistem Kapitalisme negara (state capitalism). Fourie,

tokoh sosialis berikutnya, adalah orang pertama di Eropa yang merasa prihatin

melihat pertarungan tersembunyi antara kaum kapitalis dan buruh. Dia mengusulkan

pada pemerintah Perancis agar membangun kompleks perumahan yang memisahkan

kelompok-kelompok politik dan ekonomi, yang dapat menampung empat hingga lima

114 Abdul Hadi W.M, “Islam, Marxisme dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”, artikel ini

diakses pada tanggal 6 Juni 2008 dari http://indonesiafile.com/index?option=com_content@task=viem&id=108&Itemid=40

Page 93: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

ratus kepala keluarga. Ia menganjurkan hal ini untuk menghentikan pertarungan dan

pertentangan ekonomi antara kaum kapitalis dan buruh. Pandangan ini tidak

mendapat tanggapan positif, sedangkan ajaran St Simon banyak mendapat pengikut

serta mendorong lahirnya Marxisme di kemudian hari. Robert Owen, seorang ahli

ekonomi yang berpandangan sama dengan Fouriee. Tetapi pandangan kurang bulat

dibanding pandangan para pendahulunya. Ia mengajarkan pentingnya perbaikan

ekonomi seluruh lapisan masyarakat dan penyelesaian masalah yang timbul antara

kaum kapitalis dan buruh. Caranya melalui berbagai kebijakan yang dapat

mengendalikan timbulnya kesenjangan ekonomi dan kecemburuan sosial. Ia sendiri

pernah menjadi manager sebuah pabrik. Pengalamannya sebagai manager sangat

mempengaruhi pemikiran ekonominya. Sekalipun demikian ide-idenya dianut banyak

orang di Inggris.115 Dan juga sebagaimana Fourier, Owen berfikir di dalam rangak

komunitas yang memilih sistem industry baru dimana desa industry dan pertanian

dibangun atas dasar koperasi. owen mencita-citakan para pekerja bersatu untuk

mengorganisasi diri mereka.116

Louis Blanc adalah tokoh yang revolusioner dan ikut membidani meletusnya

Revolusi Perancis. Menurutnya salah satu kewajiban negara ialah mendirikan pabrik-

pabrik yang dilengkapi dengan segala sarana dan bahan produksi, termasuk

peraturan-peraturan yang mengikat. Selanjutnya jika pabrik itu telah berjalan dengan

baik diserahkan pengurusannya kepada para buruh dan pegawainya untuk mengatur

115 Ibid 116 Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir, (Yogyakarta : Penerbit Qalam, 1993), h. 175

Page 94: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

dan mengembangkannya secara bebas. Organisasi dan managemen pabrik seluruhnya

dibebankan kepada buruh, begitu pula kewenangan memajukan produksi, mencari

pasar dan pembagian keuntungan. Sosialisme yang dianjurkan Louis Blanc disebut

sosialisme kooperatif. Menurutnya kapitalisme akan hilang dengan sendirinya apabila

gagasan-gagasannya itu diwujudkan. Sayang, apa yang diserukannya itu kurang

mendapat tanggapan khalayak. Bahkan ia ditentang keras oleh para politisi dan

ekonom. Pada tahun 1882 di Inggeris berdiri kelompok Fabian Society yang

menganjurkan sosialisme berdasarkan gilde. Tetapi pada akhir abad ke-19 sosialisme

dan berbagai alirannya yang berbeda-beda, mulai mendapat penerimaan luas di

Eropa. Ini disebabkan karena mereka tidak hanya melontarkan ide-ide dan

mengembangkan wacana di kalangan intelektual dan kelas menengah, tetapi juga

terutama karena mengorganisir gerakan-gerakan bawah tanah yang radikal dan

bahkan revolusioner. Pierre J. Proudhon (1809-1865) adalah penganjur sosialisme

generasi kedua di Perancis setelah generasi St. Simon dan Louis Blanc. Tetapi

berbeda dengan para penganjur sosialisme lain yang cenderung menghapuskan hak-

hak individual atas sarana-sarana produksi, termasuk hak petani untuk memiliki tanah

garapan, Proudhon justru bersikeras memperjuangkan dipertahankan hak-hak

individual secara terbatas, termasuk hak petani untuk memiliki dan menggarap

tanahnya, sebagai juga hak pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya. Jadi ia

menolak ide kolektivisme penuh dari kaum sosialis radikal seperti Marx. Bagi Marx

hak individual harus dihapus, termasuk hak pemilikan tanah. Di samping itu kaum

Page 95: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

tani bukan golongan yang penting dalam masyarakat yang bergerak menuju

masyarakat sosialis sejati.117

Sosialisme menurut Karl Marx (1818-1883) bukanlah pendapat seorang

pujangga yang ingin memperbaharui dunia, melainkan suatu keadaan yang tidak

dapat ditindas sebagai akibat dari pertentangan kelas dua kelas yang dilahirkan

sejarah yaitu kelas borjuis dan kelas proletariat118 Marx berpendapat demikian karena

faham dialektika materialismenya, yang menganggap bahwa sejarah bisa berubah

hanya disebabkan oleh faktor-faktor produksi dan penguasaan sarana produksi oleh

kaum proletar yang selama ini diperas oleh kaum kapitalis. Perbedaan pandangan

antara Prodhoun dan Marx inilah yang membuat gerakan sosialis internasional

mengalami perpecahan pada akhir abad ke-19, dan sosialisme pun pecah ke dalam

berbagai aliran seperti sosialisme demokrat, komunisme ala Marx, sosialisme anarkis

ala Bakunin, Marxisme-Leninisme, sosialisme ala Kautsky , sosialisme Kristen, dan

lain-lain.119

Perbedaan yang sifatnya prinsipil inilah yang menyebabkan pertentangan

yang tajam antara aliran kapitalisme dan sosialisme/komunisme dan di alam

pertentangan yang tajam inilah Hatta lahir, tumbuh dan besar. Sepertinya sudah

117 Ibid

118 Karl Marx dan Friedrich Engels, The Class Basis of Political Power, The Communist

Manifesto, Alvin Z. Rubinsten dan Garolg W Thumn (Ed), The Challengge of Politics, Ideas and Issues (Toronto : Prentice-Hall of Canada, Ltd, 1965), h. 35-36

119 Abdul Hadi W.M, “Islam, Marxisme dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”, artikel ini

diakses pada tanggal 6 Juni 2008 dari http://indonesiafile.com/index?option=com_content@task=viem&id=108&Itemid=40

Page 96: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

merupakan jalannya apabila Hatta memilih sosialisme dalam frame pemikiran

ekonominya. Hal itu tidak mengherankan, jika ia melihat kekejaman kapitalisme yang

dilakukan oleh penjajah kolonial kepada rakyat Indonesia, seperti diberikannya pajak

yang besar kepada rakyat, tidak tersedianya pendidikan dan kesehatan serta perlakuan

masyarakat kolonial yang diskriminatif.120 Selain itu, perhatian Hatta yang begitu

tinggi terhadap sosialisme bisa jadi karena sejak usia yang masih muda Hatta telah

dipengaruhi oleh unsur-unsur sosialis, seperti kedekatannya dengan tokoh-tokoh

Sarekat Islam seperti H.Agus Salim dan Abdul Muis. tetapi walaupun Hatta adalah

seorang sosialis, namun bukan berarti Hatta adalah seorang marxisme.121 Pemikiran

sosialis Hatta lebih diilhami oleh ajaran-ajaran Islam, Dalam tulisannya Hatta kerap

kali mengelaborasikan pemikiran keislammannya dengan pemikiran sosialisnya hal

itu terlihat dalam bukunya "Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia".

"sekarang, bagaimana duduknya sosialisme Indonesia? Cita-cita sosialisme lahir dalam pangkuan pergerakan kebangsaan Indonesia. Dalam pergerakan yang menuju kebebasan dari penghinaan diri dan penjajahan, dengan sendirinya orang terpikat oleh tuntutan sosial dan humanisme "perikemanusiaan" yang disebarkan oleh pergerakan sosialisme di benua

120 Lihat Demokrasi Kita dalam Karya Lengkap Bung Hatta Jilid I, 121 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1967), h.

115

Page 97: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Barat. Tuntutan sosial dan humanisme itu tertangkap pula oleh jiwa Islam, yang memang menghendaki pelaksanaan perintah Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta Adil, supaya manusia hidup dalam sayang menyayangi dan dalam suasana persaudaraan dengan tolong-menolong.

Page 98: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

BAB IV

PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DAN TINJAUANNYA

DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta

1. Demokrasi Ekonomi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat

dan kratos/kratein yang berarti kekuasaan atau berkuasa.122 Mengenai masalah

demokrasi ini, Hatta sendiri juga sering mengistilahkan demokrasi dengan

kedaulatan rakyat. Istilah kedaulatan rakyat ini sendiri diciptakan oleh Hatta.

Sebelum Hatta mencetuskannya, belum dikenal istilah kedaulatan rakyat, yang

dalam bahasa Belanda disebut Volkssouvereiniteit.123 Penggunaan istilah

kedaulatan rakyat oleh Hatta ini, bisa kita lihat dalam tulisannya :

“pada waktu yang akhir ini sering kali orang salah mengartikan “kedaulatan rakyat”, sebab itu ada baiknya kalau saya disini berkata sepatah kata tentang kedaulatan rakyat itu. Kedaulatan rakyat artinya kekuasaan yang dijalankan oleh rakyat dengan secara mufakat. Kata mufakat mestilah ada, barulah kedaulatan itu ada pada rakyat. Putusan yang diambil oleh seorang atau satu golongan saja dengan tiada persetujuan rakyat, bukanlah kedaulatan rakyat. Demikian juga kata mufakat yang dipaksakan kepada rakyat”.124

122 I Urofsky, Naskah Pertama Pendahuluan : Prinsip-Prinsip Demokrasi (Office of

International Information Program US Departement of State), h. 1 123 I.Wangsa Wijaya, Mengenang Bung Hatta, Cetakan ke-II, (Jakarta : PT Toko Gunung

Agung, 2002), h. 36 124 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato I, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2002), h. 63-64

Page 99: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Kedaulatan rakyat atau istilah demokrasi yang dipahami Hatta bukanlah

demokrasi yang dipraktikkan negara-negara Barat. Hatta menganalisis bahwa

revolusi Prancis tahun 1789, yang terkenal sebagai sumber demokrasi Barat

menyatakan bahwa trilogy la Liberte, l’Egalite et la Fratrenite (Kemerdekaan,

Persamaan dan Persaudaraan) yang menjadi semboyannya tidak terlaksana di

dalam praktik. Karena menurutnya revolusi Prancis meletus sebagai revolusi

individual untuk memerdekakan orang-seorang dari ikatan feodalisme, yang mana

kemerdekaan individu yang diutamakan. Dalam merealisasikannya orang lupa

akan rangkaiannya dengan persamaan dan persaudaraan.125

Revolusi Prancis yang tujuannya hendak melaksanakan cita-cita sama rasa

hanya dipraktikkan dalam politik. Dalam politik hak seorang sama dengan yang

lain : kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai hak untuk

memilih dan dipilih menjadi anggota dewan perwakilan rakyat. Tetapi lebih dari

itu tidak persamaan. dalam perekonomian tetap berlaku dasar tidak sama, tidak

ada demokrasi dalam ekonomi, karena telah digilas sama sekali oleh semboyan

laissez faire, laissez aller : “merdeka berbuat dan merdeka bersaing”.126 Malah

dengan berkobarnya semangat individualisme, yang dihidupkan oleh revolusi

Prancis, kapitalisme semakin tumbuh subur. Pertentangan kelas bertambah hebat,

penindasan yang lemah ekonominya oleh yang kuat bertambah kejam.

125 Mohammad Hatta, Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1, h. 392 126 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, h. 97

Page 100: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pertentangan yang hebat antara berbagai kepentingan, dimana ada golongan yang

menindas dan yang tertindas. Oleh karena itu dalam demokrasi yang semacam itu,

menurut Hatta sangat sukar terdapat persaudaraan didalamnya.127

Namun walaupun Hatta menolak demokrasi versi Barat, bukan berarti Hatta

menerima “demokrasi rakyat” versi negara komunis, Uni Soviet. Karena

menurutnya demokrasi rakyat versi komunis bukanlah sebuah demokrasi.

Menurut Hatta, demokrasi membawa penghargaan kepada manusia dan

persamaan antara mereka, hal inilah yang tidak ada dalam sistem komunis. Sistem

pemerintahan komunisme itu pada dasarnya tidak lain daripada feodalisme yang

dirasionalisasi.128

Lalu dalam tulisannya di Daulat Ra’jat pada tahun 1932, Hatta juga

menambahkan penilaiannya mengenai demokrasi Barat, bahwa demokrasi yang

dilahirkan oleh revolusi Prancis tidak memberi kemerdekaan rakyat yang

sebenarnya, melainkan menimbulkan kekuasaan kapitalisme. Sebab itu demokrasi

politik saja tidak cukup untuk mencapai demokrasi yang sebenarnya, yaitu

kedaulatan rakyat, dimana rakyat raja dalam menentukan nasibnya sendiri. Untuk

mencapai kedaulatan rakyat, dibutuhkan juga demokrasi yang lain, yaitu

demokrasi ekonomi, yang memakai dasar “segala penghasilan yang mengenai

penghidupan orang banyak harus berlaku dibawah tanggungan orang banyak

127 Mohammad Hatta, Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1, h. 392 128 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 180

Page 101: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pula”.129 Pemikiran Hatta mengenai demokrasi ekonomi inilah yang pada

akhirnya menjadi cikal bakal Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Dengan

adanya demokrasi ekonomi barulah bisa terjamin adanya keadilan sosial yang

menghendaki kemakmuran yang merata ke seluruh rakyat.130

Keadilan sosial yang menjadi tujuan dari penerapan demokrasi ekonomi di

Indonesia, menurut Hatta, diinspirasikan oleh tiga hal yaitu Pertama, paham

sosialisme barat yang dibawa oleh Karl Marx, yang menarik perhatian barat

karena dasar-dasar perikemanusiaan yang dibelanya.131 Sosialisme menurut cita-

citanya, adalah suatu bangun masyarakat yang tidak berkelas, dimana berlaku

sama rata dan sama rasa, bebas dari segala macam pertentangan, produksi

dilakukan sebagai usaha bersama, oleh orang banyak dan untuk orang banyak,

dibawah pimpinan badan-badan masyarakat. Dengan sosialisme lahirlah

pergaulan hidup manusia dimana kebebasan tiap-tiap orang untuk mencapai

kemajuan menjadi syarat untuk kemajuan segala orang dengan bebas.132 Dan

menurut Karl Marx sosialisme akan timbul dengan sendirinya sebagai akibat

129 Mohammad Hatta, Kumpulan Karangan I, h. 111 130 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, h. 160 131 Mohammad Hatta, Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 2, h. 393 132 Mohammad Hatta, Pengantar Ke Jalan Ekonomi Sosiologi, (Jakarta : PT Toko Gunung

Agung, 2002), h. 96

Page 102: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

daripada perkembangan masyarakat yang dikuasai oleh pertentangan kepentingan

didalamnya.133

Kedua, ajaran Islam, yang menuntut kebenaran dan keadilan Ilahi yang

menuntut kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaraan

manusia sebagai makhluk Tuhan, sesuai dengan sifat Allah yang maha Pengasih

dan Penyayang. Tuntutan sosial dan humanisme dari ajaran sosialis itu tertangkap

pula oleh jiwa Islam. Menurut ajaran Islam, bumi dan langit, pendek kata, alam

seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Tidak sebagian pun dari semuanya itu

adanya kepunyaan manusia. Allah menjadikan bumi ini semata-semata untuk

kediaman manusia dan karena itu manusia yang mempunyai kewajiban

memelihara bumi ini sebaik-baiknya dan meninggalkannya kepada angkatan yang

akan datang dalam keadaan yang lebih baik dari yang diterimanya dari angkatan

yang lalu.134

Ketiga, pengetahuan bahwa masyarakat Indonesia berdasarkan kolektivisme.

Semangat kolektivisme tersebut, terlihat dalam kepemilikan tanah di dalam

masyarakat desa yang asli Indonesia. Dalam masyarakat desa yang asli di

Indonesia tanah bukanlah milik orang-seorang, melainkan kepunyaan desa.

Orang-seorang hanya mempunyai hak pakai. Orang-seorang dapat

mempergunakan tanah yang masih kosong sebanyak yang dapat dikerjakannya

untuk keperluan hidup sekeluarga, dan ia tidak boleh menjualnya. Pada saat itu

133 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, h. 96 134 Ibid, h. 102

Page 103: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

kelihatanlah keadaan yang sebenarnya, yang tak tampak sepintas lalu, bahwa

tanah adalah kepunyaan masyarakat, bukan kepunyaan orang-seorang.

Berdasarkan milik bersama atas tanah, tanah sebagai alat produksi yang terutama

dalam masyarakat agrarian, maka orang-seorang dalam mempergunakan tenaga

ekonominya selalu merasa terikat kepada persetujuan orang banyak sedesa.135

Semangat kolektif itu terlihat pula pada melaksanakan pekerjaan yang berat-berat,

yang tidak terpikul oleh orang-seorang, seperti menggarap sawah, memotong

padi, membuat rumah, mengantar mayat ke kubur, membuat pengairan dan lain-

lain, semua pekerjaan itu dilakukan bersama-sama secara gotong-royong. Gotong-

royong bukan saja dilakukan dalam melakukan pekerjaan yang umum, namun

juga dilakukan oleh pekerjaan yang menyangkut kepentingan pribadi seperti

membangun rumah, dilakukan bersama dengan semangat tolong-menolong.

Dalam masyarakat desa yang asli, orang tidak mengenal sistem upahan. Tidak

saja berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, tetapi juga sedih sama diderita dan

gembira sama dirasa. Selamatan yang sering diadakan di desa dengan berganti

tempat adalah suatu manifestasi dari pada semangat kolektif tadi.136

Demokrasi ekonomi yang bertujuan menciptakan keadilan sosial, tampak jelas

sangat mempengaruhi pemikiran-pemikiran Hatta dalam bidang ekonomi, baik

pemikiran ekonomi yang sifatnya makro maupun mikro. Dan dalam demokrasi

ekonomi ini juga menjadi landasaan dari pemikiran Hatta dalam masalah

135 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, , h. 17 136 Ibid, h. 18

Page 104: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pembangunan ekonomi secara nasional. Dalam pandangan Hatta, pembangunan

ekonomi nasional terdapat dua cara yang sangat utama dan fundamental sifatnya,

yaitu :

Pertama, pembangunan yang kecil-kecil dan sedang besarnya dikerjakan oleh

rakyat secara koperasi. Koperasi dapat berkembang berangsur-angsur, dari kecil,

sedang, menjadi besar, dari pertukangan atau kerajinan menjadi industri.137

Kedua, pembangunan yang besar-besar dikerjakan oleh pemerintah atau

dipercayakan kepada badan-badan hukum yang tertentu dibawah penguasaan atau

pengawasan pemerintah. Pedoman bagi segala usaha tersebut ialah mencapai

“sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.138 Dan segala kegiatan politik yang

dilakukan pemerintah dalam bidang ekonomi diarahkan untuk kemakmuran

rakyat.

Dua pembangunan secara nasional ini, terlihat bagaimana demokrasi

ekonomi, dimana rakyat memegang peranan penting dalam masalah

perekonomian. Namun, walaupun Hatta hanya mengemukakan secara gamblang

dua cara tersebut mengenai pembangunan ekonomi nasional, bukan berarti

menafikan pembangunan ekonomi nasional yang lain dengan yang dirintis oleh

perseorangan. Dalam pemikirannya mengenai hal ini, Hatta juga mempersilakan

usaha-usaha pribadi seperti firma, PT dan CV untuk turut serta dalam mengisi

137 Mohammad Hatta, Koperasi Membangun, h. 103 138 Ibid, h. 103

Page 105: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pembangunan nasional.139 Pengakuan Hatta terhadap usaha pribadi ini

menunjukkan Hatta tidak hanya mementingkan kolektivisme tetapi juga

menunjukkan pengakuan Hatta terhadap usaha-usaha dan kepemilikan pribadi.

Selanjutnya pemikiran pembangunan yang sifatnya mikro melalui jalan

koperasi dan sifatnya makro melalui politik pemerintah yang berdasarkan

kerakyatan akan dijelaskan di poin-poin selanjutnya.

2. Koperasi Menurut Hatta

Koperasi berasal dari kata-kata “ko”, yang artinya “bersama” dan “operasi”,

yaitu bekerja. Jadi koperasi artinya sama-sama bekerja. Perkumpulan yang diberi

nama koperasi ialah perkumpulan kerjasama dalam mencapai sesuatu tujuan.

Dalam koperasi tak ada sebagian anggota bekerja memeluk tangan, semuanya

sama-sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama.

Gagasan koperasi yang dicetuskan Hatta sebagai bentuk organisasi ekonomi

rakyat Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan koperasi di Denmark yang

dikaitkannya dengan kehidupan demokrasi politik di negara itu. Hatta tampaknya

mempunyai pandangan yang sama dengan Ravnholt bahwa dasar-dasar demokrasi

ekonomi yang dijalankan dalam perkumpulan koperasi akan menjadi landasan

utama bagi kehidupan demokrasi politik. Dalam pidato radionya untuk

menyambut hari koperasi yang ketiga pada tanggal 11 Juli 1953, Hatta mengutip

139 Ibid

Page 106: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pernyataan Ravnholt yang dikemukakannya dalam bukunya The Danish Co-

operative Movement :140

“Dalam perkumpulan koperasi, dasar-dasar ekonomi telah terlebih dahulu telah lebih dahulu dijalankan sebelum rakyat Denemarken seluruhnya mengenal demokrasi politik.” 141

Hatta sebagai seorang demokrat tampaknya sangat terpengaruh dengan

adanya kaitan antara perkembangan koperasi dengan demokrasi politik di

Denmark oleh karena koperasi memupuk rasa tanggung jawab rakyat. Hatta

beranggapan bahwa tanpa rasa tanggung jawab pada rakyat tak mungkin ada

demokrasi. Demokrasi mungkin ada, tetapi hanya namanya saja sedangkan isinya

adalah anarki yang memperlihatkan keinginan yang bersimpangan yang

didasarkan atas kepentingan sendiri atau golongan. Menurut Hatta, koperasi dan

demokrasi bersifat saling menunjang. Koperasi mempertebal rasa tanggung jawab

dalam kehidupan demokrasi dan demokrasi yang berakar baik bagi kehidupan

koperasi.142

Hatta menjelaskan bahwa dalam koperasi terdapat suatu tujuan yang utama

yaitu menyelenggarakan keperluan hidup bersama dengan sebaik-baiknya dan

memperbaiki nasib orang-orang yang lemah ekonominya dengan jalan kerjasama.

Dalam menguraikan tujuan koperasi, Hatta menganalogikan bahwa antara satu

140 Prof. Dr. Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan Indonesia : Mengenang Bung Hatta, Bapak

Ekonomi Kerakyatan Indonesia, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2002), h. 104 141 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi, h. 41 142 Prof. Dr. Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan Indonesiat, h. 105

Page 107: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

individu dengan individu yang lain seperti sebuah sapu lidi, yang mana kalau lidi

itu berjalan sendiri-sendiri menjadi lemah dan mudah dipatah. Tetapi apabila

diikat menjadi sapu, ia merupakan satu kesatuan yang kuat dan tak mudah

dipatah.143 Oleh karena itu tidak seperti sebuah badan usaha pada umumnya,

koperasi tidak bertujuan untuk mengejar keuntungan layaknya firma dan

perseroan. Walaupun pada akhirnya koperasi memperoleh keuntungan, namun

keuntungan itu bukanlah suatu tujuan.144 Wujud koperasi, seperti disebutkan tadi,

ialah membela keperluan orang kecil. Mencapai keperluan hidup dengan ongkos

semurah-murahnya, itulah tujuannya bukan keuntungan.145

Selain itu, Hatta juga menjelaskan bahwa dalam koperasi terdapat asas

kolektivisme. Kedudukan anggota yang satu dengan anggota yang lain sejajar dan

sama rata oleh karena itu dalam koperasi tak ada majikan dan buruh, semuanya

adalah pekerja yang bersama-sama bekerja untuk menyelenggarakan keperluan

bersama. Dalam memberikan penjelasan mengenai asas kolektivisme dalam

koperasi, Hatta juga menganalogikan koperasi sebagai sebuah persekutuan

keluarga, yang mana antara anggota yang satu dengan anggota yang lain

mempunyai tanggung jawab yang sama dalam memajukan koperasi tersebut.

Sebagaimana keselamatan keluarga banyak bergantung kepada kesadaran dan

cita-cita dan keluhuran budi dari anggota koperasi seluruhnya. Koperasi hanya

143 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi, h. 200 144 Ibid, h. 5 145 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jild 1 Djalan Ke Ekonomi dan Koperasi,

(Jakarta : Perpustakaan Perguruan Kementerian, 1954), h. 125

Page 108: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

bisa maju dengan cita-cita yang hidup dalam jiwa anggotanya, cita-cita yang

berdasar keyakinan bahwa masyarakat Indonesia harus dibangun selekas-lekasnya

dengan usaha gotong-royong.146

Berdasarkan asas kolektivisme inilah, dalam koperasi para pengurusnya tidak

mendapat gaji. Hanya penjabat dan pekerja penuh sehari-hari saja yang

memperoleh gaji.147 Ia (para pengurus koperasi) hanya memperoleh ongkos

transport atau uang sidang yang diberikan ketika ia menghadiri sidang. Sementara

waktu sidang itu mungkin hanya dilangsungkan sekali dalam seminggu-dua

minggu, atau diadakan apabila terdapat masalah-masalah luar biasa yang harus

dipecahkan.148 Dengan dasar kolektivisme tersebut, Hatta berpendapat bahwa

koperasi adalah suatu bentuk yang ideal untuk menggerakkan ekonomi rakyat.149

Menurut Hatta, pembangunan koperasi tidak pernah dimulai dari seorang

professor, seorang dokter, seorang hartawan dan orang-orang pandai lainnya yang

sudah mempunyai dasar hidup yang bahagia bagi diri dan keluarganya. Menurut

Hatta pembangunan koperasi dimulai oleh kaum buruh miskin, tani miskin dan

para tukang yang miskin. Mereka terpesona oleh cita-cita koperasi yang

dilukiskan oleh orang-orang pandai, yang akan membawa kemakmuran bagi

mereka, tetapi mereka sadar, bahwa pembangunan koperasi itu tidak akan dapat

146 Ibid, hal 16 147 Ibid, hal 22 148 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita Bebas Aktif, h. 229 149 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi, h. 165

Page 109: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

dinanti-nantikan sebagai hasil usaha orang-orang hartawan dan dermawan.

Mereka bulatkan tekad untuk memulainya sendiri, mengumpulkan uang pokok

sedikit demi sedikit,150 dengan uang yang terkumpul tersebut, maka koperasi

dapat membeli sekali banyak barang dagang. Karena membeli sekali banyak,

koperasi memperoleh potongan harga dan potongan itu menjadi keuntungan bagi

anggota dan segala orang yang berbelanja pada koperasi itu. Pada toko-toko lain,

keuntungan jatuh pada ke tangan yang empunya. Si pembeli tidak dapat mendapat

apa-apa. Pada koperasi yang menjual menurut harga pasar, segala keuntungan

habis tahun dibagikan kepada anggota dan orang lain yang membeli pada toko

koperasi itu, menurut besarnya jumlah pembelian masing-masing.151

Lalu Hatta juga menyatakan bahwa koperasi terdiri dari dua sendi, sendi

solidaritas dan sendi individualitas. Kerjasama adalah dasar dari sebuah koperasi,

karena itu rasa solidaritas harus ada padanya. Selain dari rasa solidaritas, koperasi

juga menghendaki individualitas, yaitu kesadaran akan harga diri sendiri pada

anggotanya. Karena hanya anggota yang sadar akan harga dirinya akan bertndak

dengan memberi harapan, untuk mencapai dan membela kepentingan bersama.

Sadar akan harga diri sendiri menimbulkan kepercayaan atas kemampuan diri

sendiri untuk bertindak, dengan memberi harapan, untuk mencapai dan membela

kepentingan bersama. Sadar akan harga diri sendiri menimbulkan kepercayaan

150 Ibid, h. 165 151 Ibid, h. 166

Page 110: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

atas kemampuan diri sendiri untuk bertindak.152 Dan kepercayaan diri penting

adanya untuk menghapuskan rasa rendah diri, yang ditanam dalam jiwa rakyat

Indonesia oleh penjajahan yang berabad-abad lamanya.153 Hanya dalam koperasi

solidaritas dan individualitas dapat berkembang dalam hubungan yang harmonis.

Dengan menghidupkan dan memupuk solidaritas dan individualitas, koperasi

mendidik dalam dada manusia rasa tanggung jawab sosial.154

Hatta pun menguraikan bahwa dalam koperasi mempunyai pokok-pokok

dasar dan dasar-dasar moral yang harus dimiliki oleh koperasi. Pertama, pokok-

pokok dasar walaupun di setiap negara berlainan sifatnya, tatapi ada lima dasar

pokok yang tidak boleh diubah, sejak timbulnya koperasi yang pertama di

Rochdale tahun 1884, yaitu :

1. Perkumpulan koperasi dikemudikan oleh anggotanya sendiri. Seluruh anggota

ikut membicarakan dalam rapat berkala segala hal yang mengenai

kemaslahatan koperasi.

2. Tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama. Satu orang satu suara,

tidak peduli apakah iuran pokoknya atau simpanan pokoknya besar ataupun

kecil. Tak ada anggota yang besar dan anggota yang kecil karena semuanya

sama rata sama rasa.

3. Tiap-tiap orang dapat diterima menjadi anggota koperasi.

152 Ibid, h. 200 153 Ibid, h. 7 154 Ibid, h. 85

Page 111: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

4. Keuntungan dibagi antara anggota menurut jasa mereka dalam memajukan

perkumpulan. Misalnya, anggota yang banyak membeli barang-barang

keperluannya pada koperasi lebih banyak pula memperoleh keuntungan

daripada anggota yang sedikit membeli.

5. Satu bagian yang tertentu daripada keuntungan diperuntukkan pendidikan.

Dan kedua, dasar-dasar moral yang juga harus termuat dalam koperasi, yaitu :

1. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang yang palsu.

2. Ukuran dan timbangan barang harus benar dan dijamin

3. Harga barang mesti sama dengan harga pasar setempat.

4. Jual beli dengan kontan.155

Selain itu, Hatta juga mengingatkan, bahwa koperasi mempunyai tugas yang

harus dikerjakan oleh koperasi itu sendiri. Adapun tugas dari koperasi menurut

tempat, waktu dan keadaan tersebut adalah :

Pertama, memperbanyak produksi barang makanan dan barang kerajinan dan

pertukangan yang diperlukan sehari-hari oleh rakyat kita dalam rumah tangganya.

Bukan saja perluasan tanah dan pekerjaan yang harus kita diusahakan, tetapi juga

intensitas pekerjaan. Koperasi harus mengusahakan supaya sesudah beberapa

tahun tak perlu lagi kita mendatangkan makanan dan barang pertukangan dari luar

negeri.

Kedua, tugas koperasi ialah memperbaiki kualitas barang yang dihasilkan

rakyat. Misalnya, apabila diantara pengusaha karet dapat didirikan koperasi, maka

155 Ibid, h. 42-43

Page 112: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

dapat dibangun rumah-rumah pengasap karet kepunyaan bersama yang jumlahnya

dapat diatur menurut keperluan.

Tugas koperasi yang ketiga, ialah memperbaiki distribusi, pembagian barang

kepada rakyat. Koperasi yang tujuannya ialah memenuhi atau melengkapi

keperluan bersama, khususnya pada masa kelangkaan barang, karena banyak para

pedagang yang suka mempermainkan barang dengan menumpuknya dan

menjualnya sedikit-sedikit, untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-

besarnya.

Tugas koperasi yang keempat ialah memperbaiki harga, yang menguntungkan

bagi masyarakat. Apabila penjualan hanya ditangani para pedagang, maka usaha

mereka bertentangan dengan tujuan dagang yang sebenar-benarnya yaitu menjual

dengan semahal-mahalnya dengan modal sekecil-kecilnya. Maka perlu ada

tindakan koperasi untuk mengadakan perbaikan harga koperasi yang tujuannya

memenuhi keperluan hidup dapat memperimbangkan kepentingan masyarakat dan

perbaikan hidup orang-seorang sebagai anggota masyarakat.

Tugas koperasi yang kelima ialah menyingkirkan penghisapan dan lintah

darat. Tugas koperasi yang keenam ialah memperkuat pengumpulan modal.

karena masyarakat kita (pada waktu itu) sangat kekurangan akan modal untuk

keperluan produksi, maka pengumpulan modal oleh koperasi harus ditingkatkan

dan cara untuk mencapainya ialah mepergiat kemauan menyimpan.

Tugas yang ketujuh dari koperasi ialah memelihara lumbung simpanan padi

atau mendorong supaya tiap-tiap desa menghidupkan lumbung desa. Lumbung itu

Page 113: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

harus menjadi alat untuk menyesuaikan produksi dan konsumsi sepanjang masa

dan juga menjadi alat penjaga penetapan harga padi. Dengan adanya lumbung itu

diusahakan, supaya pada waktu panen kelebihan produksi dari keperluan

konsumsi sementara tidak habis dijual dan harga padi tidak turun dari biasa.

Dengan persediaan padi dilumbung, cukup untuk makanan rakyat dari panen ke

panen dan untuk di bibit, maka masa paceklik dapat diatasi. Kelebihan produksi

padi didesa dari keperluan konsumsi dari panen ke panen diusahakan koperasi

menjualnya di kota atau dibawakan ke daerah lain yang berkekurangan. Dan

koperasi itu pulalah seboleh-bolehnya mengusahakan supaya rakyat desa

memperoleh berbagai barang keperluan hidup lainnya sebagai tukaran padinya

yang dijual.156

3. Politik Ekonomi Mohammad Hatta

a. Menaikkan Daya Beli dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar bagi Rakyat

Tujuan politik perekonomian dalam pandangan Hatta ialah menaikkan tenaga

beli rakyat secara berangsur-angsur.157 Karena menurut Hatta rakyat tidak akan

pernah terlepas dari kesengsaraan hidup, apabila tenaga beli riil-nya tidak

bertambah dan perkembangan ekonomi suatu negara akan tetap tertahan, kalau

156 Ibid, h. 11-14 157 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 213-214

Page 114: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

rakyat didalamnya tetap miskin, oleh karena itu rencana pembangunan harus

didasarkan atas kenaikan tenaga beli yang meningkat. 158

Dalam meningkatkan tenaga beli masyarakat, Hatta mengungkapkan bahwa

hal itu hanya bisa dilakukan dengan meningkatkan produksi. Hatta pun menyadari

bahwa untuk meningkatkan tenaga yang produktif bukanlah perkara yang mudah,

tapi juga bukan hal yang mustahil. Oleh karenanya, hal tersebut hanya bisa

dilakukan apabila ia dikerjakan menurut plan yang teratur159 dan konsekuen

dalam mengerjakannya.

Selanjutnya dalam menyelanggarakan kemakmuran, Hatta berpendapat harus

menyelanggarakan lebih dulu kepentingan rakyat yang terpenting, yaitu makanan,

pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Menurutnya kepentingan yang

lima ini merupakan suatu hal yang penting dan esensial bagi kehidupan manusia

dan bangsa yang beradab, dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, Hatta

menghendaki asas self-supporting atau “menolong diri sendiri”, walaupun ia

menyadari bahwa proses menuju “menolong diri sendiri” itu memerlukan waktu

yang lama dan cukup panjang dan tentu pada awalnya juga memerlukan bantuan

luar negeri.160

Dalam menyelenggarakan kepentingan rakyat yang pertama yaitu

menyempurnakan makanan rakyat, hal itu dilakukan dengan cara mencocokkan

158 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, h. 34 159 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 12 160 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato III, h. 147

Page 115: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

upah bagi rakyat dengan keperluan hidup yang lebih atas dari dasar minimum.161

Hatta berpendapat dalam menentukan upah minimum sehari ditentukan sama

dengan harga 5 kilo beras. Itu baru upah minimum, dan upah ini bukanlah upah

bagi pekerja yang mempunyai kualitas. Dan mengenai gaji pegawai negeri harus

dibuat peraturan, yang menyatakan bahwa perbedaan gaji pegawai kecil yang

paling bawah sampai ke gubernur, tidak boleh lebih dari 20 kali. Hal ini

dilakukan ntuk menuju ke arah kemakmuran yang merata.162 Dengan adanya upah

yang layak ini, maka rakyat tidak hanya bisa membeli makanan yang layak, akan

tetapi juga bisa membeli pakaian yang pantas untuk mereka.

Lalu politik ekonomi baik itu yang sifatnya jangka pendek ataupun jangka

panjang mengenai perumahan rakyat harus diadakan di seluruh Indonesia. Hatta

juga menyadari dalam usaha memperbarui tempat kediaman bagi seluruh rakyat

adalah usaha yang sangat berat dan tidak sedikit ongkosnya serta juga memakan

tempo yang lama, untuk modal awalnya Hatta menganjurkan negara mendirikan

di tiap-tiap keresidenan suatu bank industri rumah, yang mana bank ini memberi

uang muka, yang dapat diangsur sedikit demi sedikit oleh rakyat yang tertolong

dengan rumah baru tersebut.163

Mengenai masalah perumahan ini, Hatta secara implisit juga menyatakan

bahwa antara perumahan yang layak dan kesehatan merupakan suatu hal yang

161 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 12 162 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato III, h. 215 163 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 13

Page 116: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

berkaitan.164 Oleh karenanya setiap tahun hendaklah dibangun rumah-rumah baru

untuk menampung rakyat yang bertambah dan gubuk-gubuk yang lebih

merupakan kandang sapi harus berangsur-angsur dilenyapkan.165 Lalu Hatta

menyatakan bahwa kesehatan merupakan syarat yang mutlak untuk menuju

kemakmuran. Karena tubuh yang tidak sehat membuat tenaga untuk berkerja

menjadi lemah yang pada akhirnya akan menimbulkan turunnya produktivitas.166

Selain itu yang terakhir dalam memenuhi kebutuhan dasar ialah memajukan

pendidikan secepat mungkin. Bukan saja memperbanyak sekolah untuk

menambah kecerdasan rakyat, akan tetapi juga mementingkan didikan koperasi

yang menjadi tiang perekonomian Indonesia di masa datang.167 Hatta juga

memandang pendidikan merupakan suatu hal yang penting, karena untuk

membangun (negara ini) perlu dididik lebih dahulu tenaga-tenaga ahli baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. 168

b. Pembangunan Infrastruktur

Dalam memandang politik perekonomian, Hatta menaruh perhatian yang

sangat besar kepada masalah distribusi. Distribusi adalah sambungan daripada

164 Lihat Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, h. 33 165 Ibid, h. 33 166 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jilid I, h. 79 167 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 13 168 Ibid, hal 214

Page 117: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

produksi untuk menyampaikan yang dihasilkan kepada si pemakai169 atau

konsumen, oleh karena itu, pembangunan ekonomi yang bersifat infrastruktural

seperti jalan raya, pelabuhan dan lain-lainya dalam pandangan Hatta adalah

pembangunan yang sifatnya tidak bisa dielakkan,170 dan perlu dilaksanakan

dengan teratur oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena jalan

perhubungan tersebut, menurut pendapat Hatta adalah sebuah urat nadi

perekonomian.171

Pembangunan ini yang menghendaki pembaruan alat-alat yang begitu banyak,

yang ongkosnya tidak sedikit, mungkin juga tidak dapat dibiayai dengan modal

dari negara, dan mungkin juga harus dilaksanakan dengan modal pinjaman luar

negeri yang berjangka panjang, berpuluh tahun lamanya. Namun dengan

administrasi dan organisasi yang baik dan efisien, Hatta meyakini tujuan tersebut

dapat dicapai. 172

c. Politik Industrialisasi dan Transmigrasi

Hatta berpendapat bahwa dengan industri saja tak akan cukup akan mencapai

kemakmuran rakyat. Industri mestinya bertempat di daerah yang ramai. Akan

tetapi kalau penduduknya terlalu banyak seperti pulau jawa, pangsa maka pasar

169 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, h. 43 170 Lihat Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 213-214 171 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, h. 47 172 Ibid, hal 46

Page 118: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

untuk menjual barangnya semakin berkurang.173 Oleh karena itu, Hatta

mengatakan politik perkonomian yang positif dalam menuju kemakmuran rakyat

ialah mengadakan secara besar-besaran transmigrasi, yaitu pemindahan penduduk

dari pulau Jawa ke pulau seberang, yang disertai pula dengan politik

industrialisasi.174 Begitu pula sebaliknya, transmigrasi saja dengan tidak disertai

dengan industri tidak akan melepaskan kesusahan rakyat, melainkan hanya

menundanya saja.175

Transmigrasi gunanya untuk mengadakan koreksi dalam hal persebaran

penduduk. Persebaran penduduk yang sangat timpang, menjadi halangan besar

untuk memajukan industrialisasi sebagai politik kemakmuran rakyat.176 Hatta

berpendapat bahwa persebaran penduduk yang sangat timpang seperti ini jelas

akan membahayakan apabila pemerintah sebagai stakeholder tidak segera

mengambil tindakan yang serius dalam masalah ini.177

Hatta menguraikan dengan penduduk pulau Jawa yang terlalu rapat, yaitu 360

orang per km persegi (pada tahun 1946), yang tidak mempunyai tenaga pembeli,

tidak akan dapat dibangun berbagai macam industri yang akan menjadi tiang

kemakmuran rakyat. Tanah seberang penduduknya terlalu jarang, yaitu 12 orang

173 Lihat Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jild 1, h. 169 174 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 14 175 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jild 1, h. 170 176 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 14 177 Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato III, h. 217

Page 119: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

per km persegi, sehingga tidak mungkin diadakan lebih dulu perbaikan dalam hal

persebaran penduduk dengan jalan transmigrasi besar-besaran, sebab penduduk

yang akan dipindahkan itu harus masyarakat kecil yang lengkap susunannya dan

diperlengkapi pula dengan alat kerja yang modern, bukan pemindahan orang

banyak, sebagai orang-seorang.178

Dalam proses pemindahan tersebut, secara rinci, Mohammad Hatta

menjelaskan pelaksanaan transmigrasi menyangkut dua hal : Pertama, rakyat

dipindahkan itu ditempatkan di tempat yang telah terbuka, tetapi dilengkapi

dengan persediaan hidup baru. Mereka tidak bakal mengerjakan pertanian, tetapi

akan dipekerjakan dalam industri, transport dan lain-lain. Pendeknya, ditempat

mereka itu harus diadakan pusat industri, dibangunkan kota dan dengan

membangunkan kota dan pabrik itu, maka secara tidak langsung akan terbukanya

pintu pekerjaan bagi mereka yang baru datang, antara kota dan desa sekelilingnya

timbul pertukaran penghasilan.179

Kedua, Transmigrasi itu harus diadakan dengan membuka hutan dan membuat

jalan transportasi dan membasmi sarang penyakit. Untuk pekerjaan tersebut saja

sudah harus memerlukan beribu-ribu tenaga kerja untuk mengerjakannya. Usaha

tersebut tidak saja memberikan pekerjaan dan memerangi pengangguran. Namun,

disamping usaha membuka hutan itu, dapat juga diadakan secara serentak

178 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 14 179 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jild 1, h. 73

Page 120: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

berbagai usaha lain, yaitu kayu yang ditebang tersebut dapat dijadikan barang

yang sifatnya ekonomis.180

Kemudian, apabila persebaran penduduk sudah lebih baik, maka dasar

penghidupan di tanah jawa pun akan bertambah baik, dan tenaga pembeli rakyat

di pulau tersebut akan bertambah besar. Disamping itu, di tanah seberang di

tempat-tempat yang dibuka itu, munculnya tenaga-tenaga pembeli baru. Dengan

bertambahnya tenaga pembeli rakyat, dapatlah didirikan berbagai industri, yang

pada gilirannya nanti memperbesar pula tenaga pembeli yang ada.181

d. Penguasaan Cabang-Cabang Produksi oleh Negara yang Menyangkut Hajat

Hidup Orang Banyak

Hatta menyatakan bahwa air, listrik, gas atau bahan bakar minyak lainnya

harus cukup bagi rakyat dan murah harganya. Rakyat tidak dapat dikatakan

bahagia apabila menderita kekurangan dalam hal tersebut.182 Oleh karena itu

dalam menilai masalah ini, negara harus menerapkan program ekonomi nasional,

dengan cara mengambil alih dan menguasai cabang-cabang produksi seperti

bahan tambang, pelabuhan, pos, listrik dan lain-lain demi kemakmuran rakyat.

Ekonomi nasional yang dipraktikkan disini, bukan berarti negara harus

mengganti bangsa asing tersebut dengan bangsa Indonesia, karena menurutnya

ekonomi nasional berarti membangun ekonomi Indonesia untuk kepentingan

180 Ibid, h. 176 181 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 15 182 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, h. 32

Page 121: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

bangsa Indonesia. Karena dalam pendapat Hatta, tidak ada bedanya antara

kapitalis asing diganti kapitalis Indonesia, karena kapitalis sama-sama memeras

rakyat. Malahan kadang-kadang kapitalis asing itu, yang lebih banyak modalnya

dan persediannya, lebih besar memberi jaminan kaum buruh.183

Lalu dalam penerapan ekonomi nasional tersebut, apabila bangsa ini tidak

mempunyai orang-orang yang ahli untuk menjalankan perusahaan tersebut,

perusahaan negara yang menyangkut hajat hidup orang banyak maksudnya, hal

itu bisa dijalankan dengan mendatangkan ahli-ahli dari luar negeri, kalau perlu

dengan bayaran yang mahal dan pantas, tapi dengan catatan bahwa dalam

beberapa waktu kemudian mereka mendidik orang-orang Indonesia supaya bisa

menggantikannya kemudian. Dalam hal ini, Hatta mencontohkan negara Rusia

yang menyelenggarakan plan lima tahunnya dengan mendatangkan orang-orang

dari Amerika, dan Jerman yang bahkan menggaji ahli-ahli dari bangsa asing

sampai 25 kali lipat dari gaji orang-orangnya sendiri.184

e. Pembangunan Bank untuk Membangun Roda Perekonomian

Organisasi dan kedudukan bank pada satu negeri adalah cermin dari pada

keadaan dan kemajuan ekonominya.185 Pembangunan nasional yang dipaparkan

Hatta seperti, pengentasan kemiskinan, membangun perumahan, pelaksanaan

transmigrasi dan politik industrialisasi, mau tidak mau memerlukan modal yang

183 Lihat Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, h. 21 184 Ibid, h. 23 185 Mohammad Hatta, Bank Dalam Masyakat Indonesia, , h.26

Page 122: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam pandangan Hatta Bank perlu diadakan untuk

menyokong kemajuan perekonomian Indonesia.

Tetapi sebagai seorang muslim yang taat, Hatta menyadari bahwa

pembangunan bank ini tidak terlepas dari adanya bunga yang akan dipraktikkan

bank-bank tersebut nanti. Dalam memandang bunga, Hatta menolak apabila

bunga disamakan dengan riba, karena menurutnya, semangat yang dimiliki oleh

bunga berbeda dengan semangat yang ada pada riba. Semangat bunga menurutnya

adalah semangat yang produktif, yang mana uang tersebut digunakan untuk

membuat perusahaan atau memajukan perusahaan, yang pada akhirnya akan

menimbulkan kemajuan perekonomian. Berbeda dengan bunga, semangat yang

diusung riba adalah semangat yang konsumtif dan juga menghancurkan, dalam

artian, orang tidak akan meminjam suatu uang dengan bunga bukan untuk

berusaha, namun untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak bagi orang yang

meminjam tersebut. Hatta juga menganalisis bahwa timbulnya larangan riba

disebabkan karena riba merupakan pintu gerbang awal menuju sebuah

perbudakan. Hatta mengatakan :

“jika kita perhatikan keadaan masyarakat, tatkala agama diturunkan Allah ke dunia. Di masa itu orang rata-rata hidup dalam masyarakat agrarian. Pertanian yang menjadi pokok yang terutama. Perniagaan hampir tidak dikerjakan orang biasa. Pertanian secara dahulu tidak memakai kapital, selain dari alat bekerja satu dua. Faktor usaha yang terutama ialah tanah dan pekerjaan manusia. Untuk mengerjakan tanahnya, orang tak perlu meminjam kapital, betapa juga miskinnya. Kapital tak perlu buat berusaha. Dan siapa yang meminjam uang, biasanya ia meminjam untuk keperluan hidupnya. Boleh jadi karena musim kemarau, pertaniannya tidak berhasil. Pinjamannya itu ialah pinjaman konsumtif, pinjaman buat ongkos makan. Bukan pinjaman produktif, untuk berusaha. Oleh karena itu dipinjam untuk membeli barang makanan, maka

Page 123: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

sukar bagi si peminjam akan mengembalikannya kemudian. Apalagi jika ia diberati dengan rente yang tidak ringan. Kalau cuma jumlah rente yang dibayar saban tahun atau saban bulan atau saban minggu induk utangnya tidak akan pernah lunas. Uang pengembalikan utangnya itu mesti didapatinya kelak dari hasil tanahnya. Dan apabila hasil itu cukup buat dimakan saja, alangkah susah baginya memisahkan beberapa bagian untuk angsuran utangnya dengan rentenya. Waktu meminjam itu tidak dipikirkannya, dapat tidaknya ia mengembalikan utang itu kelak. Yang terasa benar baginya ialah keperluan sekarang, kesakitan hidupnya di waktu itu. Keperluan di masa datang masih kabur bagi pandangan jiwanya. Asal dapat ia meminjam, segala peraturan si tukang riba diterimanya. Karena pinjaman itu sering terjadi, bahwa hartanya habis tergadai untuk pembayar utang. Jika harta habis sama sekali, utang dibayar dengan badan. Ia menjadi budak kepada orang tempat ia berutang. Di zaman berbudak itu, utang menjadi sebab perbudakan. Diwaktu itu orang yang meminjam, kebanyakan orang yang miskin, yang tidak mempunyai tahan buat hidup. Rente yang tidak terbayar sering menghilangkan kemerdekaan si peminjam. Sebab itu tak heran, jika rente dilarang keras oleh agama.” 186

Hatta juga melanjutkan bahwa bunga adalah bagian dari keuntungan yang

dicapai dari usaha tersebut, cuma caranya sedikit berbeda dengan pembagian

keuntungan pada umumnya, seperti 50:50, namun pada bunga jumlah bagian tiu

ditetapkan terlebih dahulu yaitu sekian persen dari modalnya. Karena akan sangat

sulit bagi bank yang melayani beratus-ratus transaksi kredit untuk menentukan

kesepakatan mengenai pembagian keuntungan dengan orang seorang, oleh karena

itu pembayaran yang disertai bunga dalam pandangan Hatta lebih mudah dan

rasional untuk dijalankan.187

186 Mohammad Hatta, Bank Dalam Masyakat Indonesia, (Jakarta : Bank Nasional, 1942),

h.12 187 Ibid, h. 13

Page 124: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Hatta juga mengkritik para ulama yang mengusulkan agar bank menghindari

pembayaran bunga kepada nasabah, melainkan membagikan keuntungan habis

tahun kepada mereka yang empunya andil dan uang simpanan. Akan tetapi usul

ini, menurut Hatta sukar untuk dilakukan bagi bank yang banyak peraturan

kreditnya, selain itu hal ini menyulitkan pekerjaan dan memperbanyak

administrasi untuk menghitung bagian masing-masing dengan secara adil, seperti

pembagian deposito yang beragam jangka waktunya, penyimpanan biasa dan lain

sebagainya. Dalam menilai ulama yang mengajukan usul ini, Hatta secara tegas

mengatakan bahwa usul ini tidak praktis.188

Bank tanpa bunga, Hatta tidak dapat membayangkannya, akan tetapi lain lagi

ceritanya apabila pengurus dan pegawainya semuanya orang kaya yang bekerja

tidak mendapatkan upah akan tetapi hanya mengharapkan ridho Allah semata,

akan tetapi sayangnya orang itu tidak ada (atau mungkin lebih tepatnya belum

ada).189 Oleh karena itu Hatta secara tegas pula mengatakan, bahwa orang yang

menolak bunga ini, lebih baik ia menolak kemajuan, sebab bank tidak akan ada

bila tidak adanya bunga. Hatta mengatakan :

“Siapa yang tak suka kedudukan rente apa juga, lebih baik ia menolak kemajuan, menolak adanya bank. Perusahaan bank tidak terlepas daripada perhitungan rente. Itulah sendinya. Rente adalah bayaran atas pinjaman kapital. 190

188 Ibid, h. 14 189 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jilid ke II Djalan ke Ekonomi dan Bank ,

(Jakarta : Dinas Penerbitan Balai Pustaka Djakarta, 1958), Cetakan ke-III, h. 206 190 Mohammad Hatta, Bank Dalam Masyakat Indonesia, h. 15

Page 125: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Hatta juga mengkritik orang yang berpandangan bahwa bunga itu hanya

berasal dari uang yang berlebih dari pinjaman, akan tetapi kalau uang itu

digunakan untuk membeli rumah dan tanah dan menerimanya sebagai sewa tanah,

hal itu tidak menjadi bunga. Menurut Hatta hal ini tidak ada bedanya dan sama

saja.191 Hatta melanjutkan kritiknya kepada bank yang mengaku menolak bunga,

akan tetapi, menutupinya dengan istilah “ongkos adminstrasi”.192 Padahal hal itu

sama saja dan tidak ada bedanya dengan bunga, yakni ongkos administrasi itu

dihitung sekian persen dari jumlah pinjaman, Hatta menjelaskan :

“Hingga sekian benar teorinya untuk menghilangkan rupa pemungutan rente itu. Tetapi betapa praktiknya? Dalam praktik jumlah ongkos adminstrasi itu dihitung menurut besar pinjaman, dengan menentukan sekian persen daripda jumlah yang dpinjamkan. Ada satu dua bank muslimin yang menghitung ongkos adminstrasi itu 1½ % sebulan dengan 18 % setahun. Pembayaran yang dihitung sekian persen daripada jumlah pinjaman adalah rente, sekalipun disebut ongkos administrasi. Kalau benar rente yang dibayar si peminjam itu ongkos adminstrasi semata-mata, maka ongkos itu tidak patut berbeda jumlah pinjamannya. Menuliskan utang si A sejumlah Rp 100.000,- tidak berapa beda lelahnya dengan menuliskan utang si B sejumlah Rp 1000,- atau utang si C sejumlah Rp 100,-. Luas kertas tempat menuliskannya juga kira-kira sama. Apa sebabnya berat pikulan itu dibagi menurut besarnya pinjaman?.”193

Melihat kenyataan tersebut, Hatta menganjurkan agar para ulama pada saat ini

tidak hanya mempelajari masalah agama saja, akan tetapi juga mempelajari

masalah sosial, ekonomi dan hukum,194 agar memahami perkembangan zaman.

191 Lihat Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jilid ke II, h. 205 192 Ibid, h. 206 193 Ibid, h. 207 194 Ibid, h. 211

Page 126: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Dan Hatta juga memperingatkan para ulama agar tidak memperhatikan huruf dari

larangan agama saja, melainkan semangat yang dibawa dari larangan tersebut.195

Melanjutkan soal bunga ini, pada suatu segi hidup yang lain dalam

perekonomian rakyat Indonesia, Hatta mengatakan bahwa bank pasar yang

didirikan di beberapa tempat untuk orang kecil sudah termasuk riba. Ia

mengambil contoh bahwa pada bank pasar tersebut seseorang membuat pinjaman

f 1 –dengan rente 3 sen sehari selama 40 hari. Ini berarti 40 persen dalam 40 hari

atau 360 % setahun- ini riba tegasnya.196 Rupanya soal tinggi rendahnya rente

sangat berarti bagi Hatta dalam menilai rente itu sendiri.197 f. Masalah Bantuan Asing

Lalu selain pembangunan bank, Hatta berpendapat bahwa untuk

melaksanakan pembangunan nasional, maka negeri ini harus memperhitungkan

bantuan asing sebagai modal pembangunan. Dan dalam keseluruhannya corak

bantuan perkembangan yang diperlukan Indonesia adalah sebagai berikut :

Pertama, bantuan untuk membentuk apa yang sering disebut human capital,

untuk memperoleh seorang pandai yang berpengalaman dan mahir dalam bekerja.

Kedua, bantuan modal untuk membiayai proyek-proyek infrastruktural, seperti

jalan-jalan besar, pelabuhan, memperbaiki aliran-aliran sungai, membuat kanal

195 Mohammad Hatta, Bank Dalam Masyakat Indonesia, h. 17 196 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Jilid ke II, h. 219 197 Deliar Noer, Biografi Politik Mohammad Hatta, h. 172

Page 127: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

dan lainnya. Ketiga, bantuan untuk melaksanakan pre-investment activities,

seperti mengadakan penyelidikan geologi, biayanya sebagian atau sepenuhnya

dapat dipikul oleh Indonesia. tetapi tenaga ahlinya sebagian harus datang dari luar

negeri. Keempat, bantuan modal untuk memperbesar sistem saluran air dan

waduk pada berbagai daerah di Indonesia guna mengintensifkan dan

melipatgandakan hasil bumi. Sebagian dari sistem saluran ini dapat sekaligus jadi

sumber pembangunan tenaga listrik untuk industri dan penerangan. Kelima,

bantuan modal untuk pembangunan berbagai macam industri dasar dan tambang

serta industri lainnnya yang penting bagi rakyat. Modal yang dipinjam itu dibayar

kembali berangsur-angsur dengan hasil perkembangan produksi itu sendiri.198

Lalu mengenai bantuan asing yang berupa pinjaman uang, Hatta

mengemukakan syarat-syarat yang harus ditempuh apabila negara ini mau

meminta pinjaman asing tersebut, yaitu :

1. Negara yang memberi pinjaman tidak mencampuri politik dalam negeri

negara yang meminjam (Indonesia).

2. Bunga yang dipinjamkan tidak boleh lebih dari 3-3,5 persen setahun, dan

3. Jangka kredit itu jangka lama. Kalau untuk industri boleh antara 10-20 tahun.

Tetapi kalau kredit untuk membangun jalan-jalan, pengairan dan

pembangunan listrik, kredit dapat lebih lama lagi jangkanya.199

198 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, h. 216 199 Ibid, h. 187

Page 128: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Hatta memperhitungkan bahwa syarat-syarat ini bisa dipertimbangkan bagi

negara pendonor. Karena menurut Hatta, setelah perang dunia ke II, negara-

negara maju mengalami kemajuan industri yang sangat luar biasa, sementara

negara-negara yang baru terlepas dari belenggu penjajah kondisi kemajuan

perekonomiannya masih sangat tertinggal. Hatta menganalisis, bahwa jurang

perekonomian yang begitu lebar ini bisa mengganggu dan menggoyahkan

eksistensi perekonomian negara-negara maju, hal itu disebabkan negara-negara

maju tidak mempunyai pangsa pasar untuk menjual barang-barang yang

dihasilkannya apabila negara-negara yang baru merdeka tersebut masih miskin.

melihat keadaaan ini jelas negara-negara maju mempunyai kepentingan dalam

memberikan bantuan finansial kepada negara-negara yang baru merdeka tersebut..

B. Analisis Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta ditinjau dari Perspektif

Ekonomi Islam

Sebuah ciri khas yang unik serta menjadi benang merah dalam menganalisis

pemikiran ekonomi Mohammad Hatta, adalah sebuah kenyataan bahwa Hatta

sangat menekankan moral dan akhlak. Penekanan moral dan akhlak dalam

pemikiran ekonominya bisa dilihat dalam dasar-dasar moral koperasi yang

dikemukakan Hatta, yang mana salah satu dari dasar-dasar moral tersebut, Hatta

melarang koperasi untuk menjual barang yang palsu, dan memerintahkan untuk

penggunaan ukuran timbangan yang benar dan terjamin. Pemikiran lain Hatta

yang menekankan moral dan akhlak itu terlihat pula dalam salah satu tugas

Page 129: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

koperasi seperti memperbaiki distribusi untuk meng-counter pedagang yang

menimbun barang, serta menyingkirkan penghisapan seperti menghapus sistem

ijon, yaitu sistem jual beli tanaman (terutama padi) yang masih belum masak dan

masih di atas pohon.

Tidak hanya penekanan moral dan akhlak, pemikiran Hatta pun sarat dengan

nilai-nilai, salah satunya nilai keadilan. Dalam nilai keadilan ini, terlihat benar

(apabila kita mengamati pemikirannya), Hatta sangat menggandrungi cita-cita

keadilan sosial dalam masalah ekonomi. Hal itu tidak mengherankan, karena lebih

dari separuh hidupnya ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan sudah muak

dengan kesengsaraan rakyat Indonesia yang tertindas dan perlakuan diskriminasi

rasial dan sebutan “inlander kotor” yang dilakukan oleh kaum imperialis.200

Melihat latar belakang tersebut, agaknya bisa dipahami apabila ajaran sosialisme

Karl Marx yang menentang eksploitasi dan penghisapan yang dilakukan kaum

kapitalis menjadi inspirasi keadilan sosial Hatta disamping ajaran Islam dan

demokrasi asli masyarakat Indonesia. Namun, walaupun Hatta menginspirasikan

Karl Marx, bukan berarti Hatta menerima dengan mentah-mentah ajaran tersebut.

Dalam ajaran Karl Marx ini, Hatta jelas-jelas menolak dasar materialisme sebagai

pandangan hidupnya.201

200 Lihat Mohammad Hatta, Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1, h. 87 201 Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, h. 15

Page 130: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Keadilan sosial yang merupakan tujuan dari demokrasi ekonomi dan menjadi

corak berfikir Hatta, tidaklah berbeda dengan semangat keadilan yang dibawa

ekonomi Islam. Bahkan dalam ekonomi Islam, keadilan merupakan salah satu

nilai-nilai dasar yang harus dimiliki selain dari keseimbangan dan kepemilikan.

Dan dengan adanya nilai dasar keadilan ini, pemikiran Hatta yang memberikan

stressing terhadap pekanan moral seperti larangan mencegah sistem ijon,

mencegah penimbunan, serta menganjurkan koperasi untuk menggunakan

timbangan yang benar sangat sesuai dengan nilai yang ada ekonomi Islam ini.

Selain itu, dengan adanya nilai keadilan dalam perekonomian berarti mencegah

seseorang berperilaku zalim kepada pihak yang lemah. Dalam Al-Quran secara

ekspilsit ditemukan bahwa keadilan merupakan nilai universal, keadilan adalah

kualitas intrinsik yang melekat dalam diri manusia.202 Seperti tertuang dalam

surat Al-Maidah ayat 8 :

☺ ) ٨ : الماءدة( ☺

Artinya : hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu

202 Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), Cet ke-I, h.

104 105

Page 131: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah : 8)

Dalam Islam, kelompok ekonomi lemah tidak dipandang sebagai sosok

manusia pemalas, tidak suka menabung atau berinvestasi, tetapi Islam

memberikan perhatian dan berpihak kepada mereka yang lemah secara ekonomis.

Nampaknya memang sangat tidak logis jika keterbelakangan usaha ekonomi

rakyat hanya dikaitkan dengan satu faktor saja. Sementara sejumlah faktor lain

yang menjadi variabel utama tidak disentuh sama sekali. Faktor ketidakadilan dan

model pembangunan misalnya, merupakan dua faktor penghambat bagi tumbuh

dan berkembangnya usaha ekonomi rakyat. Ketidakadilan sebagai salah satu

faktor keterbelakangan usaha ekonomi rakyat berhasil dianalisis dengan

sistematis oleh para sosiolog. Mereka memandang ketidakadilan sebagai

penyebab keterbelakangan bahkan kemiskinan dalam suatu masyarakat, baik

ketidakadilan dalam pemilikan alat produksi maupun pemerataan hasil produksi.

Model pembangunan juga dipandang sebagai faktor usaha yang laik untuk

dipertimbangkan. Model pembangunan yang hanya berorientasi pertumbuhan

ekonomi akan melahirkan kemiskinan dan keterbelakangan suatu kelompok

masyarakat.203

Mengingat begitu esensialnya masalah keadilan, sehingga nabi sendiri dengan

tegas melarang para petani di desa-desa melakukan transaksi bisnis dengan orang-

203 Ibid, h. 106-107

Page 132: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

orang kota yang diyakini melakukan tindakan eksploitasi.204 Dan masalah

keadilan inipun diamini oleh ekonom muslim, Ibnu Khaldun, yang menyatakan

bahwa keadilan merupakan salah satu syarat utama untuk mencapai kesejahteraan

dan pembangunan disamping masyarakat dan pemerintah.205

Lalu masih mengenai perihal keadilan, konsep yang ditawarkan Hatta

mengenai penetapan upah minimum yang adil bagi setiap pekerja oleh negara,

kurang lebih hampir serupa dengan konsep perlindungan tenaga kerja dalam

ekonomi Islam. Konsep perlindungan tenaga kerja dalam ekonomi Islam, juga

masuk kategori penekanan prinsip keadilan dalam nilai-nilai dasar ekonomi

Islam. Tujuan dari penetapan upah yang adil juga dinyatakan seorang pemikir

ekonomi Islam masa klasik, Ibnu Taimiyah, yang mengatakan bahwa tujuan dasar

dari upah yang adil adalah untuk melindungi kepentingan pekerja dan majikan

serta melindungi mereka dari aksi saling mengeksploitasi.206 Begitu juga dengan

Dr.Yusuf Qardhawi, yang mengatakan bahwa pengaturan upah yang adil bagi

kaum buruh, menjamin kerja sama yang baik antara buruh dan majikan, sehingga

tidak terjadi kesewenang-wenangan pihak yang kuat (majikan) terhadap pihak

yang lemah (buruh).207

204 Ibid, h. 106 205 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 203 206 Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada, 2006), Edisi ke-III, h. 363 207 Dr.Yusuf Qardhawi , Penerjemah Al-Jamid Al-Husaini, Fatwa-Fatwa Mutakhir Dr Yusuf

Qardhawi, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 1994), h. 741

Page 133: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Selain nilai keadilan, Hatta juga menyisipkan beberapa nilai-nilai lainnya

dalam pemikirannya. Nilai tersebut ialah nilai-nilai kekeluargaan, persaudaraan,

solidaritas dan gotong-royong dalam berekonomi, yang mana nilai-nilai tersebut

dimanifestasikan dalam bentuk koperasi. Dalam pemikiran koperasinya, Hatta

pun tidak segan-segan mengatakan bahwa persekutuan koperasi adalah sebuah

persekutuan keluarga besar.208

Sebagaimana halnya dengan pemikiran Hatta, ekonomi Islam juga

menekankan kerjasama dan gotong-royong, yang mana dalam ekonomi Islam

kerjasama dan gotong-royong termasuk ke dalam bagian nilai-nilai instrumental

ekonomi Islam. Dengan gotong-royong dan kerjasama inilah yang pada akhirnya

akan menimbulkan kesadaran pada diri orang yang melakukan kerjasama

tersebut, bahwa ia tidak akan mampu berbuat banyak apabila dalam hidupnya

tidak terdapat orang lain di sekelilingnya. Kesadaran ini pun menjadi penting dan

menjadi benih dalam menumbuhkan semangat tolong-menolong dan persaudaraan

terhadap orang saling bekerjsama tersebut. Ibnu Khaldun, seorang sarjana

ekonomi islam, juga mengatakan bahwa di dalam masyarakat solidaritas sangat

diperlukan untuk meningkatkan kerja sama, sehingga dengan solidaritas tersebut

akan meningkatkan produktivitas dalam masyarakat itu sendiri.209

Selanjutnya, Hatta mengeluarkan politik ekonomi yang dilakukan oleh

pemerintah haruslah bertujuan untuk menaikkan daya beli masyarakat. Untuk

208 Lihat tugas-tugas koperasi 209 Lihat Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 203

Page 134: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

mencapai tujuan tersebut, maka mau tidak mau, segala aktivitas produksi harus

digalakkan. Dengan menggalakkan aktivitas produksi tersebut, berarti negara

harus menciptakan kesempatan kerja bagi rakyatnya. Dalam menaikkan aktivitas

produksi bagi negara, terlihat pemikiran yang dikemukakan Hatta, bahwa ia

sangat mementingkan kemajuan sektor riil dan pemberdayaan ekonomi rakyat

dengan menciptakan koperasi sebagai instrumennya. Pemikiran lain Hatta untuk

menaikkan aktivitas produksi ialah dengan mengadakan konsep transmigrasi dan

pembukaan hutan di tanah seberang. Konsep transmigrasi yang berarti

pemindahan penduduk secara besar-besaran bukan berarti pemindahan yang asal-

asalan, tetapi pemindahan yang lengkap susunannya, dan terdiri dari berbagai

macam spesifikasi profesi dan keahlian.

Dalam pandangan Islam, aktivitas produksi merupakan bagian dari kewajiban

imaratul kaun, yakni menciptakan kemakmuran semesta untuk semua makhluk.210

Rasulullah sebagai kepala negara juga menekankankan pentingnya aktivitas

produksi. Hal itu bisa dibuktikan dengan tindakan Rasulullah kemudian yang

menerapkan kebijakan penyediaan lapangan pekerjaan bagi kaum Muhajirin

sekaligus peningkatan pendapatan nasional kaum muslimin dengan

mengimplementasikan akad muzara’ah, musaqat, dan mudharabah. Secara alami,

perluasan produksi dan fasilitas perdagangan meningkatkan produksi total kaum

muslimin dan menghasilkan pemanfaatan sumber daya tenaga kerja, lahan dan

210 Ibid, h. 258

Page 135: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

modal. Selain itu, Rasulullah Saw, juga membagikan tanah kepada kaum

Muhajirin untuk pembangunan pemukiman yang berimplikasi pada peningkatan

partisipasi kerja dan aktivitas pembangunan pemukiman di Madinah. Sehingga

kesejahteraan umum kaum muslimin mengalami peningkatan.211

Islam menilai kemajuan ekonomi bukan dengan indikator pertumbuhan GNP

(Gross National Product), tetapi sejauh mana memberikan peluang-peluang

ekonomi yang semakin besar kepada rakyat. Oleh sebab itu, sektor riil lebih

diutamakan daripada sektor moneter yang hanya menciptakan perputaran uang

diantara kelompok tertentu saja. Hal ini sekaligus membuktikan, sasaran ekonomi

dalam Islam adalah manusia sebagai prioritas utama bukan ekonomi itu sendiri.

Islam memandang bahwa betapapun berkembangnya ekonomi kalau tidak

mendatangkan kesejahteraan kepada umat manusia sama saja tidak ada artinya.212

Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam aktivitas produksi yang dilakukan harus

merata sehingga pada akhirnya perputaran uang di suatu negara pun akan lancar

dan seimbang.

)٧ :لحشر ١ (

Artinya : agar harta tidak berputar hanya dikalangan orang tertentu saja (QS. Al-Hasyr : 7) Islam juga mengemukakan pandangan pentingnya spesialisasi pekerjaan, Al-

Ghazali, cendikiawan muslim masa klasik, juga mengeluarkan pendapat yang

211 Ibid, h. 152 212 Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, h. 107

Page 136: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

serupa dengan Hatta dan turut menekankan pula gagasan mengenai spesialisasi

pekerjaan dan saling ketergantungan dalam bekerja.213 dalam pandangan Islam

penempatan orang harus sesuai dengan bidang yang dimilikinya dan Islam pun

melarang untuk menyerahkan urusan bukan kepada ahlinya : “Apabila sesuatu

diberikan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.214

Pemikiran ekonomi Hatta lainnya yang patut dicermati adalah masalah

pemenuhan kebutuhan dasar rakyat (jaminan sosial) oleh negara, yang meliputi

sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Dalam konteks ekonomi

Islam, jaminan sosial menjadi bagian tersendiri dari nilai-nilai instrumental

ekonomi Islam. Konsep jaminan sosial dalam Islam berarti negara memiliki peran

yang penting dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan perumahan tiap-

tiap individu rakyatnya termasuk pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan,

dan jaminan keamanan.

Selanjutnya pemikiran ekonomi yang ditawarkan Hatta yang lain yang cukup

menonjol adalah konsep kedaulatan rakyat yang berkenaan dengan penguasaan

masalah cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak

oleh negara dan dikelola yang mana keuntungan dari pengelolaan tersebut

diperuntukkan untuk kemakmuran rakyat seluruhnya. Oleh karena itu, dalam

kedaulatan rakyat ini, distribusi kekayaan dan barang dalam pandangan Hatta

harus merata.

213Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 330 214 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral, h. 195

Page 137: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Dalam pandangan Islam, paham kedaulatan rakyat memang sangat luas. Sama

dengan Hatta, dalam Islam, dasar musyawarah bukan hanya dilakukan dalam hal

politik, tetapi juga meliputi soal-soal ekonomi. Bukanlah hanya pemerintahan dan

politik negara saja yang mesti tunduk pada hukum musyawarah, tetapi sistem

perekonomian dan pengawasan jalannya kemakmuran rakyat, haruslah tunduk

dibawah hukum kedaulatan rakyat.215 Oleh karena itu serupa dengan pemikiran

Hatta, dalam ekonomi Islam, segala cabang produksi yang menyangkut hajat

hidup orang banyak, dikuasai dan dikelola oleh negara. Seperti yang dijelaskan

sebelumnya, bahwa segala kekayaan alam yang ada di jagat raya ini pada

hakikatnya adalah kepunyaan Allah, manusia bukanlah pemilik hakiki dari alam

ini, akan tetapi manusia hanya mempunyai hak pakai dan hak kelola. Atas dasar

inilah ekonomi Islam tidak membenarkan adanya praktik monopoli, dan

merupakan landasan awal dalam hak negara untuk mengelola cabang produksi

yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Pemikiran pengelolaan oleh negara

ini dalam ekonomi Islam mendapat kedudukan yang sangat penting, yakni

termasuk ke dalam nilai dasar pemilikan dalam nilai-nilai dasar yang harus ada

dalam ekonomi Islam. Tidak hanya nilai-nilai dasar dalam ekonomi Islam,

peranan negara dalam mengelola cabang produksi yang menyangkut hajat hidup

orang banyak bahkan juga termasuk nilai-nilai instrumental dalam ekonomi

Islam.

215 KH. Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, hal 100

Page 138: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Selanjutnya mengenai pendapat Hatta yang berkenaan dengan bunga bank

seperti yang dijelaskan yang di poin sebelumnya, bahwa Hatta menolak apabila

bunga disamakan dengan riba, karena menurut Hatta semangat yang dibawa riba

adalah semangat konsumtif, bukan semangat produktif. Karena semangat yang

dibawa riba adalah semangat produktif, maka Hatta mewajarkan apabila

peminjam memungut bunga atas pinjaman yang diberikannya. Hatta melanjutkan

bahwa bunga membawa semangat yang membangun (perekonomian), berbeda

dengan riba yang membawa semangat menghancurkan (perekonomian) dan riba

menurut Hatta sendiri yang dalam hal ini pemungutan imbalan atas pinjaman

untuk keperluan konsumtif adalah sesuatu yang dilarang.

Dalam menilai pandangan Hatta dari kaca mata ekonomi Islam ini, maka

perlu dianalisis terlebih dahulu mengenai semangat produktif yang dibawa Hatta,

dan menilai apakah pandangan Hatta ini tedapat nilai keadilan atau tidak. Dalam

menilai pinjaman produktif, ada baiknya apabila penulis mengutip pendapat

Afzalur Rahman yang mengungkapkan bahwa dalam pinjaman produktif, yang

mana pinjaman tersebut untuk memulai atau membangun suatu usaha, maka

hanya terdapat dua kemungkinan yaitu memperoleh keuntungan atau menderita

kerugian. Lalu bagaimana jika peminjam menjalankan bisnisnya mengalami

kerugian, bagaimana dan dengan landasan apa kreditor dibenarkan menarik

keuntungan tetap secara bulanan atau tahunan dari peminjam? Dan apabila

keuntungan yang diperoleh sama atau kurang dari besarnya bunga setiap bulan

atau tahun, maka bagaimana kreditor dibenarkan untuk mengambil bagian

Page 139: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

sedangkan ia sendiri tidak melakukan apa-apa sementara peminjam yang bekerja

keras, meluangkan waktunya, tenaga, kemampuan dan modal pribadinya, setelah

pengorbanan itu semua, tidak memperoleh apa-apa. 216

Kalaupun keuntungan yang diperoleh peminjam itu lebih besar dari jumlah

bunga yang harus dibayarkan, tidak dibenarkan baik dengan akal, rasa keadilan,

prinsip-prinsip perdagangan dan ekonomi bahwa pedagang, industrialialis, petani

serta faktor-faktor produksi lainnya yang telah menghabiskan waktu, tenaga,

kemampuan dan sumber lain daripada jasmani dan mentalnya, untuk

mengeluarkan atau menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, yang

kemungkinan memperoleh keuntungan tidak tetap, sedangkan sang pemberi

modal memperoleh jaminan bunga yang tetap dan pasti. Semua pihak mempunyai

risiko menderita kerugian, tetapi pemilik modal memiliki jaminan bunga yang

pasti. Besarnya keuntungan bagi semua agen mengalami naik turun sejalan

dengan perubahan harga bunga tetapi bunga bagi kaum bermodal tetap saja dan

dibayar secara tetap setiap bulan atau setiap tahun dalam keadaan bagaimanapun.

Tetapi jika kreditor menginginkan modalnya harus diinvestasikan pada usaha-

uasha yang menguntungkan sehingga memungkinkan ia memperoleh keuntungan,

satu-satunya cara yang wajar dan praktis baginya adalah dengan memasuki suatu

216 Afzalaur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3, (Jakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995),

Cetakan ke-II hal 60

Page 140: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

partnership, dengan bisnisman, dan bukannya dengan meminjamkan modal

dengan menarik bunga.217

Para pelopor pemikiran yang mengatakan bahwa dengan “menunggu” atau

“menahan diri” dalam suatu periode tertentu dan tidak menggunakan modanya

sendiri untuk memenuhi keinginannya sendiri, kreditor memberikan “waktu”

kepada peminjam untuk menggunakan modalnya untuk memperoleh kentungan.

“waktu” itu sendiri mempunyai “harga” yang meningkat sejalan dengan periode

waktu. Jika peminjam tidak diberikan batasan waktu untuk mendapatkan

keuntungan dari penggunaan modal yang dipinjamnya, ia tidak akan mampu

memperoleh keuntungan dan bahkan seluruh bisnisnya bisa hancur karena

kekurangan modal. Masa dimana peminjam menginvestasikan modalnya,

mempunyai “harga” tertentu baginya dan ia akan menggunakannya untuk

memperoleh kuntungan. Maka tidak ada alasan mengapa kreditor tidak boleh

menikmati sebagian dari keuntungan peminjam. Selanjutnya, mereka mengatakan

bahwa kemungkinan naik turunnya keuntungan sejalan dengan naik turunnya

waktu dan tidak ada alasan mengapa kreditor tidak boleh mengenakan harga

(waktu) sesuai dengan lamanya waktu.218 Tetapi lagi-lagi pertanyaan begaimana

dan dari mana sumbernya kreditor itu mendapatkan informasi bahwa peminjam

itu nyata-nyata memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian dengan

investasi modal pinjamannya itu? Bagaimana ia mengetahui bahwa peminjam itu

217 Ibid 218 Ibid. h. 61

Page 141: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

akan memperoleh keuntungan yang pasti sehingga dengan begitu ia menetapkan

bagian keuntungan tersebut? Dan bagaimana dapat memperhitungkan bahwa

peminjam pasti akan memperoleh kuntungan yang begitu banyak selama masa

modal digunakannya sehingga ia akan membayar harga tertentu secara pasti

setiap bulan atau setiap tahun? Para pendukung teori bunga ini tidak mampu

memberikan jawaban masuk akal terhadap masalah tersebut.219

Senada dengan pendapat Afzalur Rahman, Ibrahim Lubis, secara lebih

gamblang mempertanyakan pendapat Hatta, yaitu bagaimana jika kreditur

mengalami kerugian, apakah dalam hal ini, kreditur harus membayar juga

bunganya kepada debitur (bank)? dan maukah yang mempunyai uang (bank) tak

mau ikut rugi atau maukah ia hanya terima uangnya yang pinjamkan itu saja?

Dalam praktiknya tentu si debitur (bank) tak mau ikut rugi dan ia tak mau

menerima begitu saja, ia harus minta lagi tentunya, ia tak mau tahu apakah orang

itu rugi atau untung dan ia hanya tahu bahwa uangnya dalam jangka masa yang

tertentu harus mendapatkan bunga sekian persen. Dan kalau ia tidak menuntut

haknya memungut bunga itu, tentu bukan bank namanya dan tentu bertentangan

dengan moneter ekonomi yang dalam teorinya, mengeluarkan tenaga yang sedikit

dengan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.220

219 Ibid 220 Drs.H.Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar Jilid 2, (Jakarta : Kalam Mulia,

1995), Cetakan Ke-I, h. 527

Page 142: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Lalu mengenai pendapat Hatta, yang mengatakan bunga membawa semangat

yang membangun, menurut penulis Hal ini tidaklah benar dan relevan. Para

ekonom sekarang justru telah menyadari secara empiris, bahwa bunga

mengandung kemudharatan dan membawa semangat yang menghancurkan.

Afzalur Rahman dalam bukunya, ”Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3”, mengatakan

bahwa paling tidak terdapat 4 keburukan dari adanya praktik bunga bank,221 yaitu

:

1. Adanya tingkat bunga yang tinggi menghancurkan minat untuk berinvestasi.

Ketika tingkat investasi jatuh, maka kesempatan kerja dan pendapatan pun

akan menurun. Sebagai akibat menurunnya jumlah pendapatan maka akan

menyebabkan tingkat konsumsi agregat menjadi turun. Kita mengetahui

bahwa konsumsi merupakan satu-satunya tujuan dari seluruh kegiatan

ekonomi. Oleh karena itu, suatu penurunan tingkat investasi, juga berarti

penurunan kesempatan kerja akan mengurangi permintaan terhadap barang

serta produk-produk industri dan pertanian dalam suatu negara. Akibatnya,

kemajuan perdagangan dan industri sekaligus pertumbuhan modal di negara

tersebut akan terhambat. Hal itu tidak mengherankan, karena bunga atas

modal merupakan penghambat produktivitas. Bunga, dalam bahasa ilmiah,

merupakan hambatan terhadap efisiensi marginal modal. Apabila efisiensi

marginal modal berkurang hal itu akan menjadikan beberapa sumber yang

produktif terbengkalai. Dua akibatnya yaitu di satu pihak, terbatasnya

221 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3, h. 124-132

Page 143: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

penggunaan sumber-sumber yang produktif menurunkan jumlah barang yang

diproduksi. Dengan adanya pungutan bunga, biaya marginal produksi menjadi

naik. Dengan demikian, barang-barang yang diproduksi harus dijual dengan

harga yang lebih tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan

harga barang.

2. Para ahli ekonomi beranggapan bahwa uang yang mengendap di bank tersebut

dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha indsutri dan komersial. Tetapi dalam

praktiknya anggapan tersebut, menurut Afzalur Rahman, tidaklah benar.

Karena sebagian aset bank dialirkan pada usaha-usaha non produktif, seperti

berinvestasi dengan surat-surat jaminan pemerintah, menggunakan uang untuk

tujuan spekulatif dan tagihan tunai. Bersamaan dengan itu bank cenderung

membatasi banyaknya orang yang ingin menginvestasikan uangnya secara

langsung di bidang industri dan komersial. Hal ini menyebabkan

berkurangnya modal yang tersedia yang seharusnya dapat digunakan untuk

sektor-sektor produktif.

3. Bunga menghancurkan kekayaan dengan berbagai cara. Bunga membantu

timbulnya krisis ekonomi di dunia kapitalis. Hal ini terjadi ketika ada

penumpukan barang karena rendahnya daya beli dan adanya rendahnya

kecenderungan konsumsi. Proses produksi menjadi terhambat dan

menyebabkan pengangguran. Selagi keadaan ekonomi terus melambung,

sejumlah besar uang dipinjamkan dengan berbunga yang diinvestasikan pada

usaha yang produktif akan memberikan hasil yang mencukupi. Optimisme

Page 144: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

yang berlebihan meningkatkan permintaan dan pinjaman dan akhirnya

menaikkan suku bunga. Optimisme akan berakibat pada spekulasi dan terus

berspekulasi. Semua ini menaikkan suku bunga, margin keuntungan akan

semakin sedikit tetapi produsen dengan penuh keyakinan terus berproduksi.

Secara berangsur-angsur keraguan mulai timbul berkaitan dengan hasil

produktif ketika stok barang tahan lama, akan bertambah secara tetap.

Kemudian kebimbangan tersebut akan berkembang dengan cepat. Karena

takut mengalami kerugian, bank menaikkan suku bunga ke tingkat yang lebih

tinggi, bahkan mencoba untuk menarik kembali pinjaman yang telah

diberikan pada waktu lalu. Dengan demikian akan menimbulkan kepanikan di

kalangan dunia usaha sekaligus meningkatkan pengangguran. Dalam situasi

demikian, aktivitas akan terhenti dan di pasar hanya akan ada timbunan

barang yang tidak ada peminatnya. Oleh karena adanya suku bunga yang

tinggi, harga barang melambung sementara efisiensi marginal modal

menyusut sebagai akibat kegiatan spekulasi dan lainnya, sehingga keuntungan

akan merosot. Jatuhnya efisiensi marginal modal tidak diragukan lagi

merupakan dasar timbulnya masalah krisis tetapi kenaikan suku bunga

merupakan biang keladi timbulnya seluruh persoalan tersebut. Dengan

jatuhnya efisiensi marginal modal dibanding dengan naiknya biaya sebagai

akibat dari naiknya tingkat bunga, tingkat investasi menjadi menurun. Apabila

tidak ada pungutan bunga efisiensi marginal modal dalam berbagai tingkat

akan memberikan keuntungan dan segala macam krisis tidak akan timbul.

Page 145: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

4. Bunga juga memusnahkan kekayaan negara. Ini biasa dialami di negara-

negara kapitalis, dimana produsennya bermaksud menghancurkan barang jadi

dalam jumlah yang besar bahkan hasil-hasil pertanian dengan tujuan

menyelematkan harga dari kejatuhan dibawah biaya marginal produksi.

Kerugian negara dalam jumlah besar semenetara berjuta orang menderita

kelaparan dan kekurangan keperluan lain akan karena rendahnya daya beli.

Hal ini dapat dihindarkan dengan menghapus tindakan sistem bunga.

Tindakan ini tidak hanaya akan menurunkan marginal produksi malahan akan

meningkatkan investasi yang sekaligus menaikkan daya beli masyarakat.

Dari penilaian yang diuraikan diatas terhadap pemikiran Hatta mengenai

bunga bank tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa pendapat Hatta yang

satu ini bertentangan dari kacamata ekonomi Islam.

Tetapi tidak adil rasanya, kalau kita dengan serta merta menghujat Hatta,

untuk pemikirannya yang satu ini. Bahkan penulis menganggap, disinilah letak

kebesaran pribadi seorang Hatta, ketika ia mendapati jalan pembangunan itu

hanya dapat ditempuh dengan mendirikan bank, ia tidak serta merta lari dan

menafikan bunga tersebut, ia juga tidak melakukan perbuatan seperti politisi pada

umumnya yang mengeluarkan pendapat mengenai bunga bank ini dengan

pendapat yang abu-abu, ia secara jantan menghadapi dilema tersebut dan

mencoba berijtihad dengan mempelajari asal-muasal riba itu diharamkan dan

alasan mengapa bunga itu diharamkan sehingga sampailah ia sebuah keputusan

Page 146: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

yang sulit, penulis kira, yaitu bunga bank tidaklah sama dengan riba. Namun

walaupun begitu, penulis meyakini, seandainya Hatta bisa melihat keadaan saat

ini, dimana bank pun bisa beroperasional tanpa menggunakan sistem bunga,

penulis kira, Hatta pun akan kembali menarik ucapannya. Karena bagi seorang

intelektual seperti Hatta, dia akan dengan legowo mengakui bahwa dia akan

mengakui bahwa teorinya yang telah diyakininya disanggah dengan suatu teori

yang lebih benar dan relevan.222

Selanjutnya menurut hemat penulis, untuk menilai Hatta secara utuh, kita

harus melihat juga kondisi sosial dan ekonomi yang semasa kehidupan Hatta

dahulu. Pada masa Hatta dahulu, Indonesia saat itu sangat miskin, terbelakang

akibat penjajahan yang mendera bangsa ini berabad-abad lamanya. Negara yang

masih miskin ini tentu untuk menyelenggarakan pembangunan harus memerlukan

sebuah modal awal, dan fungsi untuk mengumpulkan modal yang besar ini hanya

dapat diemban oleh bank, sementara pada masa dahulu, praktik mudharabah

belum dikenal seperti masa sekarang ini. Melihat keadaan tersebut, maka wajarlah

rasanya apabila Hatta pun berpendapat bahwa untuk menuju kemakmuran, negeri

ini harus mendirikan sebuah bank.

Kemudian dalam memandang bunga yang menjadi instrument dalam bank ini

bukan berarti Hatta menafikan keberadaannya, terlihat dalam didalam bukunya

yang berjudul “Beberapa Fasal Ekonomi, Djalan ke Ekonomi dan Bank”, Hatta

222 Lihat, Mohammad Hatta, Tanggung Jawab Moril Kaum Intelegensia, (Bandung :

Angkasa, 1966), Cetakan ke-II, h. 11

Page 147: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

memberikan perhatiannya yang cukup besar terhadap bunga (apakah dapat

disamakan dengan riba atau tidak) yaitu sebanyak 3 bab dari keseluruhan buku

tersebut yang sebanyak 15 bab.

Apabila kita membaca buku tersebut, tampak jelas bahwa Hatta mengalami

pergolakan batin yang begitu dalam, serta menjalani perenungan yang cukup

panjang. Sebagai muslim yang taat, ia menyadari bahwa praktik riba adalah

sesuatu yang dilarang, akan tetapi ia memerlukan suatu bank untuk memperbaiki

keadaan ekonomi bangsa ini. Oleh karena itu, ia mempelajari aspek sosiologis dan

historis, mengapa riba tersebut diharamkan, dan ia menyimpulkan bahwa pada

masa dahulu pinjaman riba digunakan hanya untuk kepentingan konsumsi, bukan

untuk produksi serta terlebih lagi riba pada masa dahulu merupakan gerbang dari

awal pintu perbudakan. Dengan berdasarkan kesimpulan tersebut dan disebabkan

juga, belum menjamurnya praktik mudharabah seperti dewasa ini, maka Hatta

pun berijtihad bahwa bunga bank merupakan suatu yang hal yang berbeda dengan

riba, dan menjadi halal hukumnya, serta secara tegas ia mengungkapkan bahwa

siapapun yang menolak bunga, maka lebih baik ia menolak sebuah kemajuan.

Dengan memperhatikan kesimpulan Hatta tersebut, serta juga melihat kondisi

sosial dan ekonomi pada masa itu, maka tidak aneh apabila Hatta mengungkapkan

kritiknya terhadap praktik bank Islam yang menggunakan ongkos administrasi

dalam operasionalnya. Dalam masalah ongkos adminstrasi ini, penulis sepakat

dengan pendapat Hatta yang mengatakan itu tidak ada bedanya dengan praktik

bunga pada umumnya (yang tentu dinilai riba), karena ongkos administrasi pada

Page 148: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

hakikatnya hanya merupakan kamuflase saja untuk mendukung praktik riba yang

dilakukan oleh bank Islam tersebut.

C. Relevansi Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta dengan Kondisi

Perekonomian Indonesia Saat ini

Dalam memainkan perannya sebagai founding father negeri ini, Hatta telah

berupaya keras untuk mengkonsep perekonomian yang cocok dengan kondisi

yang relevan dengan bangsa ini. Dalam mengeluarkan gagasannya, terlihat Hatta

sangat memperhatikan kepentingan negeri ini dalam jangka panjang. Konsep

kedaulatan rakyat dalam ekonomi atau juga dikenal dengan demokrasi ekonomi

dalam menjadi tolak berfikir Hatta menekankan bahwa rakyatlah yang memegang

kendali produksi melalui instrumen koperasinya.

Selama ini keberadaan beberapa koperasi telah dirasakan peran dan

manfaatnya bagi masyarakat, walaupun derajat dan intensitasnya berbeda.

Setidaknya terdapat tiga tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat :

Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan

usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan

usaha dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan,

atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada tingkatan ini biasanya koperasi

penyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha

lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya

hambatan peraturan. Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak

Page 149: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

memiliki aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat

dilihat pada peran beberapa koperasi kredit dalam menyediakan dana yang relatif

mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh

untuk memperoleh dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang

dimana aspek geografis menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati

pelayanan dari lembaga selain koperasi yang berada di wilayahnya.223

Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada

kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih

baik dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan

anggota) dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat

koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah

berada pada kondisi ini dinilai berada pada ‘tingkat’ yang lebih tinggi dilihat dari

perannya bagi masyarakat. Beberapa KUD untuk beberapa kegiatan usaha

tertentu diidentifikasikan mampu memberi manfaat dan peran yang memang lebih

baik dibandingkan dengan lembaga usaha lain, demikian pula dengan koperasi

kredit.224

Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa

memilki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi

223 Bayu Krisnamurthi, “Membangun Koperasi Berbasis Anggota dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat”, artikel diakses pada tanggal 7 April 2008 dari http://www.ekonomirakyat.org/edisi_4/artikel_4.htm]]

224 Ibid

Page 150: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan

loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi

menghadapi kesulitan tersebut. Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi

tidak menentu dengan tingkat bunga yang sangat tinggi, loyalitas anggota Kopdit

membuat anggota tersebut tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke

bank. Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan Kopdit telah berjalan

lama, telah diketahui kemampuannya melayani, merupakan organisasi ‘milik’

anggota, dan ketidak-pastian dari daya tarik bunga bank. Berdasarkan ketiga

kondisi diatas, maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah agar

koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi

alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain.225

Dengan adanya koperasi Hatta jelas sangat memperhatikan keberadaan

ekonomi rakyat, seperti petani, nelayan, buruh, pedagang kecil dan lain-lain dan

terbukti ekonomi rakyat dengan koperasi sebagai instrumennya mampu bertahan

dari badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997.

Hatta dalam menyiasati pembangunan negeri ini pun tidak alergi dengan

masalah utang luar negeri akan tetapi utang luar negeri ini haruslah dikenai

syarat-syarat yang disebutkan oleh Hatta di poin sebelumnya dan dikelola untuk

kepentingan rakyat banyak, seperti untuk masalah transmigrasi, industrialisasi,

pemanfaatan sumber daya alam dan lain sebagainya.

225 Ibid

Page 151: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Namun pada praktiknya, yaitu pada masa orde baru, masalah utang luar negeri

ini yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat mengalami

penyimpangan. Tanpa perhitungan matang, tanpa memperhitungkan untung

ruginya dan terlebih lagi tidak mempunyai niat untuk menyumbangkan bagi

peningkatan produktivitas ekonomi Indonesia, pengusaha Indonesia secara

membabi buta mengambil kredit-kredit yang disodorkan dari luar negeri. Inilah

yang menyebabkan Indonesia saat ini terbebani utang yang luar biasa besarnya,

sebagian besar utang swasta kepada modal luar negeri, jumlah tersebut berkisar

sepertiga dari seluruh produksi nasional. Utang sebanyak itulah yang mengancam

ekonomi Indoneseia saat ini, karena sifatnya adalah kredit singkat, maka jatuh

temponya dekat dengan bunga yang luar biasa tinggi.226

Pertengahan tahun 1998 sudah lebih dari 50 miliar dollar jatuh tempo,

sedangkan uang pembayarannya tidak ada. Demikianlah salah satu sumber

terjadinya krisis moneter yang kita alami. Lebih parah lagi, kebanyakan dari

kredit tersebut diperuntukkan bagi hal-hal yang tidak produktif dan jauh dari

kepentingan rakyat. Bahkan dapat dikatakan, lebih kurang 74 miliar dollar yang

dipakai pengusaha Indonesia hampir sepenuhnya tidak bermanfaat untuk 80 %

penduduk Indonesia. Utang ini adalah penumpukan kekayaan luar biasa dan

terkonsentrasi pada salah satu kelompok yang sangat kecil di sekitar penguasa.227

226 Prof.Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama, 2004), Cetakan Ke-I, h. 10 227 Ibid

Page 152: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Kalau kita lihat dari 74 miliar dollar ini, menurut perkiraan kasar, sebagian

besar diperuntukkan bagi proyek-proyek yang konsumtif dan setengah konsumtif.

Sekitar 40 % dari utang ini digunakan untuk proyek yang secara internasional

dikenal sebagai bubble economy, suatu ekonomi yang secara moneter

menimbulkan pertumbuhan yang kelihatannya besar tetapi secara riil tidak banyak

artinya. Hal ini teradi khususnya di bidang real estate. Memang secara fisik

kelihatan gedung-gedung dan proyek-proyek rekreasi yang hanya dapat dinikmati

oleh orang yang berpenghasilan sangat besar yang jumlahnya kurang dari 5 %

dari jumlah penduduk Indonesia.228

Bahkan sering terjadi, pengambilan utang dimaksudkan untuk proyek-proyek

yang sesungguhnya tidak nyata atau proyek fiktif dengan tujuan menumpuk

kekayaan pribadi dari orang-orang tertentu. Sesungguhnya cara mereka sudah

dapat dikatakan kriminal. Kini utang yang luar biasa besarnya itu telah

menimbulkan bencana perekonomian bagi Indonesia. Seluruh rakyat harus ikut

menderita. Penderitaan rakyat yang langsung dari berasal dari luar negeri adalah

ditutupnya perusahaan-perusahaan yang menimbulkan pengangguran. Dengan

merosotnya nilai tukar rupiah, meningkatlah harga-harga secara luar biasa

sehingga menaikkan inflasi, yang makin lama makin dirasakan oleh rakyat

Indonesia.229

228 Ibid 229 Ibid, h. 16

Page 153: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Semua itu terjadi karena utang luar negeri yang seharusnya diadakan untuk

memperbaiki nasib rakyat hanya dirasakan oleh orang-orang tertentu saja.

Padahal Hatta dahulu sudah menggariskan bahwa segala kebijakan negara apakah

itu berbentuk utang luar negeri dan pembangunan di negeri ini harus berorientasi

untuk menaikkan daya beli rakyat secara keseluruhan. Kepentingan rakyat inilah

yang diutamakan bukan untuk kepentingan golongan, apalagi pribadi.

Dasar kepentingan rakyat inilah yang juga seharusnya digunakan dalam

pengelolaan cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Namun apa yang terjadi, segala bentuk eksploitasi sumber daya alam yang terjadi

di negeri ini, baik itu berbentuk migas maupun non migas hanya ditujukan untuk

pribadi dan golongan tertentu. Bahkan yang lebih parah lagi, eksploitasi negeri ini

banyak didominasi untuk menunjang kepentingan asing, eksploitasi PT Freeport

di Papua contohnya.

Rakyat negeri ini hanya menjadi penonton. Rumah dan lingkungan yang telah

mereka diami selama turun-temurun, harus tercemar oleh limbah dan pabrik atas

eksploitasi tersebut, sementara mereka tidak mendapat bagian apapun dari

kekayaan alam yang dirampok dari tanah mereka.

Hal inilah harus dihentikan. Mengacu pada pandangan Hatta, sudah

saatnyalah eksploitasi sumber daya alam di negeri ini harus berorientasi pada asas

kerakyatan dan untuk kepentingan rakyat banyak.

Page 154: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

1. dalam konteks ekonomi Islam, pemerintah sebagai wakil rakyat diberi amanah

untuk mengelola dan mendistribusikann sumber daya ekonmi kepada yang

memberinya mandate (rakyat) secara adil. Negara memilik peran yang penting

dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan perumahan tiap-tiap

individu rakyatnya termasuk pelayanan public seperti pendidikan, kesehatan,

dan jaminan keamanan. Peran ini merupakan kebijakan mendasar dalam

ekonomi Islam. (pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, sandang, pangan,

papan, kesehatan dan pendidikan)

Selain peran tersebut, Negara harus berperan untukmenjamin pendistribusian

kekayaan berdasarkan nilai-nilai keadilan, keterbukaan (transparan) dan kejujuran.

Sebaliknya memernagi perilaku ekonomi yang bertetangan dengan nilai-nilai

universal seperti pemungutan riba, melarang penimbunan kekayaan, penimbunan

barang yang mengancam kewajaran harga pasar, pemilikan harta umum oleh individu

(individual ownership), kepemilikan kelompok/umum (Collective ownership) dan

kepemilikan Negara. Kepemilikan umum berkaitan dengan 1) segala sesuatu yang

menjadi kebutuhan vital rakyat, ketiadaan kebutuhan vital ini akan menyebabkan

kehiduoan masyarakat tidak berjalan secara baik seperti air, dan sumber energi (gas,

listrik, minyak bumi, tambang dan batu bara dan lain-lain) 2) berbagai komoditas

yang230 secara alamiah tidak bisa dimiliki secara pribadi seperti lautan, sungai, taman

230 Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007, hal 104

Page 155: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

umum, jalan umum maupun alat transpotasi lainnya 3) barang tambang yang

depositnya melimpah dalma jumlah besar, seperti sumber daya mineral (garam, besi,

emas, perak, timah dan lain-lain).Negara juga bertanggung jawab untuk mengelola

kepemilikan umum untuk kepentingan rakyat banyak, memanfaatkan sumber-sumber

pendapatan Negara untuk rakyat, emciptaklan situasi perekonomian yang kondusif

seperti keleluasaan kerja dan peningkatan profesionalitas yang tinggi. Dalam

persepektif Islam Negara bertugas untuk melakukan pengurusan seluruh urusan

rakyat. Dengan segala kewenangan uyang diberikan kepadanya , Negara harus

berusaha sekuat tenaga untuk mensejahterakan kehidupan rakyat. Kewenangan ini

merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan tidak saja dihadapan rakyat

tetapi juga dihadapan ALLAH kelak. Pemerintah adalah pelayan rakyat, dia

bertanggungjawab atas rakyat yang dilayaninya, demikian sabda nabi yang

diriwiyatkan oleh Imam Bukhari berkaitan dengan tanggungjawab

pemerintah.(Penguasaan cabang2 produksi)

Menyadari pentingnya nilai keadilan dalam upaya pemberdayaan usaha

ekonomi rakyat, islam meletakkan keadilan sebagai dsar muamalah iqtishadiyah

(perekonomian). Keadilan berarti setiap pihak, kelompok atau individu memperoleh

porsi sesuai kemauan dan keinginan mereka untuk berkembang sekaligus mencegah

perilakuzalim kepada pihak yang lemah, kelompok atau individu memperoleh porsi

sesuai kemauan dan keinginan merkea untuk berkembang sekaligus mencegah

perilakuk zalim kepada pihak yang lemah. Dalam al-quran secara ekspilsit ditemukan

Page 156: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

bahwa keadilan merupakan nilai universal. Keadilan adalah kualitas instrinsik yang

melekat dalam diri manusia. (lihat almaidah ayat 8, al infithar : 7) (keadilan social)

Dengan nilai dasar ketidak adilan, kegiatan perekonomian dalam Islam bisa

membatasi kekuatan perekonomian seseorang231 yang berindikasi melakukan

ketidakadilan kepad orang lain.ketidakadilan tidak bisa dibiarkan karena

menyebabkan ketimpangan-ketimpangan dalam sendi-sendi kehidupan manusia,

seperti membuka peluan kegiatan monopoli. (Keadilan)

Mengingat begitu esensialnya keadilan pemerintah dlam pemberdayaan

ekonomi rakyat, sehingga nabi dengan tegas melarang paa petani di desa-desa

melakukantransaksi bisnis dengan orang-orang kota yang diyakini melakukan

tindakan eksploitasi.

Nabi semasa tinggal di madinah membela para petani di desa-desa,melarang jual beli

antara kota dengan petani di desa-desa diaman saat itu petani yang tinggal di desa

sedikit memiliki informasi tantang harga. Seharusnya mereka mempunyai informasi

cukup supaya orang kota tidak membeli barang didesa denga harga

semurah0murahnya dengan maksud meraih keuntungan sebanyak-banyaknya.

(keadilan) Selain itu nabi juga melarang menumpuk harta (ihktikar) denga maksud

menjualnya disaat tertentu nanti dengan harga mahal. Islam juga melarang

eksploitasu oleh pemilik modal terhadap buruh seta melarang penumpukan

kekayaan.(ihtikar)

231 Muhammad, prinsip……., hal 105

Page 157: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Dalam islam kelompok ekonomi lemah, tidak dipandang sebagai sosok

manusia pemalas, tidak suka menabung atau berinvesatsi,tetapi islam memberikan

perhatian dan berpihak kepada mereka yang lemah secara ekonomis. Dengan

demikian anggapan bahwa kondisi keterbelakangan dan kelemahan yang dialami oleh

usaha ekonomi rakyat tidak lebih disebabkan oleh tantangan internal termasuk

lemahnya etos kerja pengelolanya tidak dapat diterima. Nampaknya memang

sangat tidak logis jika keterbelakangan usaha ekonomi rakyat hanya dikaitkan dengan

satu factor saja. Sementara sejumlah factor lain yang menjadi variable utama tidak

disentuh samasekali. Factor ketidakadilan dan model 232pembangunan misalnya,

merupakan dua factor penghambat bagi tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi

rakyat. Ketidakadilan sebagai salah satu factor keterbelakangan usaha ekonomi rakyat

berhasil dianalisis dengan sistematis oleh para sosiolog. Mereka memandang

ketidakadilan sebagai penyebab keterbelakangan bahakan kemiskinan dalam suatu

masyarakat,baik ketidakadilan dalam pemilikan alat produksi maupun pemerataan

hasil produksi. Model pembangunan juga dipandang sebagai factor usaha yang laik

dipertimbangkan. Model pembangunan yang hanya berorientasi pertumbuhan

ekonomi akan melahirkan kemiskinan dan keterbelakangan suatu kelompok

masyarakat. (keadilan dan Pemerataan)

Selain itu, Islam menjaga setiap pihak yang bertransakksi agar tidak kecewa,

terjaga kepuasan dan keridhaannya. Islam menilai kemajuan ekonomi bukan dengan

indicator pertumbuhan GNP (gross national product), tetapi sejauh mana 232 Muhammad, prinsip……hal 106

Page 158: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

memberikan peluang-peluang ekonomi yang semakin besar kepada rakyat. Oleh

sebab itu, sector riil lebih diutamakan daripada sector moneter yang hanya

menciptakan perputaran uang diantara kelompok tertentu saja. Hal ini sekaligus

membuktikan,sasaran ekonomi dalam islam adalah manusia sebagai prioritas utama

bukan ekonomi itu sendiri. Islam memandang bahwa betapapun berkembangnya

ekonomi kalau tidak mendatangkan kesejahteraan kepada umat manusia samasaja

tidak ada artinya. Dengan landasan sepert diuraikan diatas, jelas bahwa

pemberdayaan ekonomi rakyat dalam perspektif islam dapat dikatakan sebagai usaha

pembangunan untuk seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan manusai

seutuhnya, yaitu mencapai kemakmuran material secara selaras dengan penigkatan

stamina spiritual. Perpaduan dari kedua aspek inilah yang menjadi konsep

kesejahteraan yang membawa kepada kebahagiaan dalam Islam. 233 (rakyat kecil)

Setiap indivisu berhak atas penghidupan di Negara Islam. Da setiap warga

memiliki jaminan atas kebutuhan pokoknya. Sesungguhnya tugas dan tanggung

jawab utama Negara Islam untuk mengawasi setiap warga memperoleh kebutuhan

pokoknya menurut prinsip “hak atas penghidupan” dan dalam hal yang berkaitan

dengan maslah kebutuhan pokok. Seluruh warganya dalam kedudukan yang sederajat.

Berdasarkan prinsip di Negara Islam ini, departemen jaminnan sosila memberikan

jaminan social memberikan jaminan kebutuhan pokok kepada seluruh warganya yang

sakit, tua, miskin, kekurangan, penganggur atau cacat serta tidak mampu

melalukansuatu pekerjaan. Kebijaksanaan ini dilaksanakan nabi Muhammad saw 233 Muhammad, prinsip….hal 107

Page 159: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

yang mneyediakan bantuan keuangan bagi orang miskin dan kekurangan dari

lembaga keuangan rakyat, para pekerjayang mampu memberi keuangan kepada

mereka yang sakit, cacat dan tidak mampu bekerja. Penerus rasulullah saw, abu

baker, pemerintahannya sangat ketat dalam menenpuh jaminan rakyat yang

diciptakannya. Umar, khalifah yang kedua, lebih memperluas dan mengembangkan

departemen jaminan umum. Ia memberikan jaminan dan dana umum kepada seluruh

warga yang miskin dan kekuarangan, tanpa membedakan warna kulit danagamnya.

Seluruh rakyat, Islam, Yahudi, Kristen dan semuanya memperoleh bantuan dana

darinya. Ia memberikan dana untuk anak-anak, penganggur dan usia lanjut dan

membantu orang miskin dan kekurangan yang sakit dan cacat dengan berbagai jenis

jaminan untuk memenuhi keuangan mereka. Setelah umar, departemen jaminan

social dipertahankan dengan baik oleh usman, khalifah yang ketiga dan ali, khalifah

yang keempat, yang memberikan bantuan kepada kalangan miskin dan mereka yang

dpandang layak dibantu bagi warga negaranya. Peraturan umum diberlakukan selama

pemerintah abu baker, khalifah pertama setelah nabi Muhammad, yang mengandung

pokok-pokok, “Saya menjamin hak mereka bahwa jika seseorang menjdi tidak

mampu karena usia lanjut atau mengalami sesuatu musibah atau kecelakaan atau

kemalangan dan menjadi miskin, ia akan terbebas dari jizyah (atau oemungutan pajak

lainnya). Ia dan keluarganya akan memeperoleh dana perawatan dari dana umum

selama ia tinggal di Negara Islam. Tetapi jika ia telah meninggalkan Negara ini,

Negara islam tidak lagi bertanggung jawab akan perawatan keluarganya.”234 Aturan 234 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam ilid 4, Jakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995, 316

Page 160: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

yang sama masih dilanjutkan pada masa pemerintahan umar, khalifah kedua, yang

lebih memperkokohnya dengan mendasarkan peraturan tersebut pada ayat suci Al-

Qur’an. Ia menuliskan kepada para pengurus dana masyarakat bawha si miskin yang

dimaksudkan adalah orang-orang miskin diantara orang yahudi dan Kristen (karena

hanya mereka, non muslim yang tinggal di Negara Islam tersebut) di dalam ayat Al-

Qur’an disebutkan amal bantuan itu diperuntukkkan bagi orang miskin dan

kekurangan. Hal ini juga terkait dengan kisah tentang Umar bahwa suatu ketika ia

melihat seorang pengemis tua dan ia bertanya mengapa ia melakukan perbuatan itu.

Orang tua tersebut menjawab bahwa ia mengemis agar dapat membayar jizyah

kepada Negara. Umar membawa orang tersebut pulang, memberinya sejumlah uang

dan megantarkannya ke kantor bantuan dana dengan suatu perintah bahwa orang uta

semacam itu yang tidak berpenghasilan tidak boleh dipaksa untuk membayar jizyah

tetapi harus disantuni dengan dana masyarakat.235 Dengan demikian, khalifah umar

bin khattab menerapkan prinsip keutamaan dalam mendistribusikan harta baitul mal.

Ia berpendapat bahwa kesulitan yang dihadapi umat Islam harus diperhitungkan

dalam menetapkan bagian seseorangdari harta Negara dan karenanya keadilan

menghendaki usaha seseorang serta tenaga yang telah dicurahkan dalam

memperjuangkan Islam harus dipertahankan dan dibalas dengan sebaik-baiknya.236

Rasulullah juga memberi perhatian besar terhadap pengajaran dan pendidikan

bagi setiap muslim dan menanamkan setiap sumber daya untuk membuat mereka

235 Afzalur Rahma……..jilid 4, hal 317 236 Ir.Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal 66

Page 161: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

melek huruf. Sebagai contoh, rasulullah memerintahkan zayd bin tsabit yang telah

diajarkan membaca dan menulis oleh seorang tawanan perang Badar, untuk

mempelajari tulisan yahudi. Rasulullah juga menyatakan kepada sepuluh orang

pemuda Anshar membaca dan menulis, mereka akan dibebaskan. Dengan cara ini,

jumlah sahabat yang melek huruf meningkat sehingga juru tulis dan baca rasulullah

Saw tercatat sebanyak 42 orang. Angka ini sangat berarti dibandingkan dengan

sebelum masa kenabian, jumlah suku quraisy yang melek huruf hanya 17. demikian

juga di Madinah, kecuali bangsa Yahudi, jumlah penduduk yang dapat memaca dan

menulsi sangat sedikit. AlWaqidi mengatakan jumlah itu hanya sebelas orang.

Gerakan belajar membaca dan menulis di MAdan menyebar luas sehingga tempat

tesebut dikenal dengan nama Darul Qurra (Rumah Para Penulis).237 Rasulullah juga

memberi perhatian sangat besar pada msalah kesehatan. Salah satu hadis Rasulullah

yang paling terkenal adalah “kebersihan sebagian dari iman” membuktikan hal itu.

In selaras dengan hadis lain yang mengatakan “Seandainya tidak memberatkan

umatku, niscaya aku mewajibkan mereka menggosok gigi setiap kali shalat.”

Disamping itu, untuk mencegah penyebaran penyakit, Rasulullah memerintahkan

agar orang yangsakit dikarantina sampai sembuh. Berdasarkan empat puluh

kebiasaaan Rasulullah yang berisikan perinyah dan imbauan kesehatan, Ibn Tarfan

menyusun sebuah buku berjudul The Prophet’s Precepts on the Art of Medicine yang

terbagi kedalam sepuluh bab. Semua yang disebut diatas merupakan indicator

besarnya perhatian Rasulullah terhadap ilmu kedokteran dan kebersihan. Segala 237 Ir.Adiwarman…., Sejarah….., hal 134

Page 162: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

sesuatu yang dilakukan rasulullah ditujukan untuk megerahkan sumber daya edmi

kesehatan dan pengajaran. Dengan cara ini kaum muslimin cepat belajar sehingga

para ahli kedokteran muslim meperoleh pengakuan yang berarti di bidang ini.

Seuperioritas kaum muslimin di bidang medis, kimia dan ilmu pasti lainnya pada msa

Imam Ja’far Al-Sadiq dan Ali Al-Rida juga diakui.238 (Pemenuhan Kebutuhan

dasar rakyat)

Selain itu, rasulullah juga menerapkan kebijakan penyediaan lapagan

pekerjaan bagi kaum muhajirin sekaligus peningkatan pendapatan nasional kaum

muslimin dengan mengimplementasikan akad muzara’ah , musaqat, dan

mudharabah. Secara alami, perluasan produksi dan fasilitas perdagangan

meningkatkan produksi total kaum muslimin dan menghasilkan pemanfaatan sumber

daya tenaga kerja, lahan dan modal. Rasulullah Saw, juga membagikan tanah kepada

kaum Muhajirin untuk pembangunan pemukiman yang berimplikasi pada

peningkatan partisipasi kerja dan aktivitas pembangunan pemukiman di Madinah.

Sehingga kesejahteraan umum kaum muslimin mengalami peningkatan.239

(produksi)

Dalam pandangan Abu Yusuf, tugas utama penguasa adalah mewujudkan

serta menjamin kesejahteraan rakyatnya. Ia selalu menekankan pentingna memenuhi

kebutuhan rakya dan mengembangkan berbagai proyek yang berorientasi kepada

kesejahteraan umum. Ketikaberbicara tentang pengadaan fasilitas infrastruktur, Abu

238 Ir. Adiwarman…, Sejarah,….., hal 137 239 Ir.Adiwarman…., Sejarah…., hal 152

Page 163: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Yusuf menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab untuk memenuhinya agar dapat

meningkatkan produktivitas tanah, kemakumuran rakyat serta pembangunan

ekonomi. Ia berpendapat bahwa semua biaya yang dibutuhkan bagi pengadaan proyek

public, seperti pembangunan tembok dan bendungan, harus ditanggung oleh

Negara.240(pembangunan Onfrastruktur)

Dalam hal ini, Abu Yusuf mengatakan bahwa semua jenis tanah mati dan tak

bertuan harus diberikan kepada seseorang yang dapat mengembangkan dan

menanaminya serta membayar pajak yang diterapkan pada tanah tersebut.241 (Ihyaul

Mawat)

Dalam pandangan Islam, aktivitas produksi merupakan bagian dari kewajiban

imaratul kaun, yakni menciptakan kemakmuran semesta untuk semua makhluk.

Berkenaan dengan hal tersebut, Al-Syahbani menegaskan bahwa kerja merupakan

unsure utama produksi mempuyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

karena menunjang pelaksanaan ibadahckepada Allah SWT. Dan karenaya hokum

bekerja adalah wajib.242 Hal ini didasarkan pada dalil-dalil berikut :

1. firman Allah.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung (Al-Jumu’ah : 10)

2. Hadis Rasulullah

240 Ir.Adiwarman Karim…., Sejarah…., hal 236 241 Ir.Adiwarman …., Sejarah…., hal 239 242 Ir.Adiwarman…., Sejarah…., hal 258

Page 164: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

“Mencari pendapatan adalah wajib bagi setisp muslim”

3. amirul mu’minin Umar bin Khattab lebih mengutamakan derajat kerja

daripada jihad. Sayyidina Umar menyatakan, dirinya lebih menyukai

meninggal pada saat berusaha sebagian karunia Allah Swt di muka bumi

daripada terbunuh di medan perang, karena Allah Swt mendahulukan orang-

orang yang mencari sebagian karunianya daripada para mujahidin melalui

firman-Nya :

…Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia

Allah dan orang-orang lain lagi yang berperan di jalan Allah…(Al- Muzzamil

: 20) (produksi)

Tentang ihtikar, Yahya bin Umar menyatakan bahwa timbulnya kemudaratan

terhadap masyarakat merupakan syarat pelarangan penimbunan barang. Apabila hal

tersebut terjadi, barang dagangan hasil timbunan tersebut harus dijual dan keuntungan

dari hasil penjualan ini harus disedekahkan sebagai pendidikan terhadap pelaku

ihtikar. Adapun para pelaku ihtikar itu sendiri hanya berhak mendapatkan modal

pokok mereka. Selanjutnya, pemerintah memperingati para pelauku ihtikar agar tidak

mengulangi perbuatannya. Apabila mereka tidak memedulikan peringatan tersebut,

pemerintah berhak menghukum mereka dengan memukul, lari mengelilingi kota, dan

memenjarakannya.243 (ihtikar)

Selanjutnya Al-Mawardi berpendapat bahwa Negara harus menyediakan

infrastruktur yang diperlukan bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan umum. 243 Ir.Adiwarman…Sejarah…., hal 289

Page 165: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Al-mawardi menegaskan bahwa Negara wajib mengatur dan membiayai

pembelanjaan yang dibutuhkan oleh layanan public karena setiap individu tidak

membiayai jenis layanan semacam itu. Dengan demikian, layanan public merupakan

kewajiban social (fardh kifayah) dan harus bersandar kepad kepentigan umum.244

Menurut Al-Mawardi, pinjaman public harus dikaitkan dengan kepentingan public.

Lebih jau Al-Mawardi bberpendapat bahwa dalam hal sumber-sumber pendapatan

Negara atau terjadi deficit anggaran, Negara diperbolehkan untuk menetapkan pajak

baru atau melaksanakan pinjaman kepada public.245 (infrastuktur)

Al-Ghazali menawarkan gagasan mengenai spesialisasi dan saling

letergantungan dalam bekerja.246 (produksi)

Ibnu Taimiyah menggunakan istilah upah yang setara dan adil.247 Tujuan

dasar dari harga yang adil adalah untuk melindungi kepentingan pekerja dan majikan

serta melindungi mereka dari aksi saling mengeksploitasi.248 (upah yang adil)

Islam memberi banyak penekanan pada pengaturan dan penggunaan kekayaan

tersebut. Manusia dianjurkan untuk menjaga harta benda mereka dengan hati-hati dan

membelanjakannya secara adil dan bijaksana agar keinginan-keinginan yang

dihalalkan itu terpenuhi (terpuaskan).249(anjurang menabung)

Dengan demikian, segala macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk

mencari keuntungan tanpa berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna 244 Ir.Adiwarman …., Sejarah, hal 303-304 245 Ir.Adiwarman Karim, hal 305 246 Ir.Adiwrnam, sejarah.., hal 330 247 Ir.Adiwarman…..sejarah….., hal 359 248 Ir>Adiwarman…sejarah…., hal 363 249 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Jakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995, hal 24

Page 166: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

resources tidak disukai dalam Islam. Nilai universal lain dalam ekonomi Islam

tentang produksi adalah adanya perintah untukmencari sumber-sumber yang halal dan

baik bagi produksi dan memproduksi dan memanfaatkan output produksi pada jalan

kebaikan dan tidak menzalimi pihak lain.250 (produksi)

Ma’war meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda yang artinya :

“Barang siapa menyembunyikan (gandum atau barang-barang keperluan lainnya

dengan mengurangi takaran dan menaikkan harganya) dia termasuk orang yang

zalim”. Rasulullah juga melarang menyembunyikan takaran gandum dan beliau

menggambarkan keadan jiwa orang yang menyembunyikan dalam sabda beliau :

“Dia termasuk orang yang berkelakuakan buruk yang merasa sedih dengan hara

yang rendah dan merasa senang dengan harga yang tinggi-tinggi”. Khalifah kedua,

Umar mengumumkan bahwa menyembunyikan keadaan barang dagang itu tidak sah

dan haram melarang para pedagang berbuat seperti itu selama masa kekhalifahannya.

Imam Malik meriwayatkan bahwa khalifah Umar berpesan bahwa tidak seorang pun

yang boleh menyembunyikan keadaan barang dagangan dalam pemasrannya.

Menurut Riwayat Ibn Majah, Umar pernah berkata, “orang yang membawa hasli

panen ke dalam kota kita akan dilimpahkannya kekayaan yang banyak dan orang

yang menyembunyikannya akan dikutuk , jika ada seseorang yang menyembunyikan

hasil panen (barang-barang kebutuhan lainnya) sementaramakhluk Tuhan (manusia)

memerlukannya, maka pemerintah dapat menjual hasil panennya (barang-barang

250 Ir.Adiwarman A.Karim, SE, MBA, MAEP, Ekonomi Mikro Islami, Edisii Ketiga, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal 103

Page 167: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

keperluan lainnya) dengan paksa. Sayyidina Usman, sebagai khalifah ketiga, juga

melarang penyembunyian barang-barang selama kekhalifahannya.251

(keadilan/ihtikar)

Monopoli akan muncul manakala pusat control pasokan (supply) barang atau

jasa dipegang oleh satu orang atau sekelompok orang orang. Dia yang megontrol

suplah barah atau jasa dan menetapkan harga yang menguntungkan baginya, tetapi

keuntungannya tidak bermanfaat bagi masyarakat. Islam tidak membolehkan

pembentukan atau penguasaan monopoli yang bersifat pribadi, yang ada

kemungkinan merugikan bagi masyarakat. Rasulullah Saw melarang pemilikan secara

atau pengontrolan secara pribadi terhadap barang-bartang yang digunakan

masyarakat. Menurut riwayat Ibn Abbas, Rasulullah bersabda : “Pedagang rumput

adalah milik Alah dan RasulNya dan tak252 seorangpun yang diperbolehkan

memilikinya untuk dirinya sendiri.” Adapun hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibn

Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda :

Artinya : Semua umat Islam bersama-sama memiliki tiga hal yaitu air, rumput dan

api. (penguasaan cabang2 produksi)

Al-Quran telah menganjurkan penggunaan standar ukuran dan timbangan

yang ertera dalam ayat yang berbunyi :

Artinya : ….Dan Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil…(Al-An’am :

152)

251 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995, hal 82 252 Afzalur Rahman, Doktrin Jilid 2….., hal 83

Page 168: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Dan dalam surah al-A’raaf :

Artinya : …..Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.

Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan, janganlah kamu kurangkan bagi

manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. (Al-A’raf : 89)

Artinya : ….dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku

melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir

terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat) (Huud : 84)

(menyempurnakan timbangan)

Kepemilikan manusia hanyalah kepemilikan untuk menikmati dan memberdayakan

harta kekayaan yang ada, bukan sebagai pemilik hakiki. Manusia hanya bisa memiliki

kemanfaatan atas fasilitas yang ada, seperti mempunyai tanah untuk dimanfaatkan

sebagai tempat tinggal, sebagai lahan pertanian ataupun sebagai lading bisnis.

Kepemilikan yang ada hanya sebatas mengambil manfaat dan tidak bisa

menghilangkan kepemilikan Allah yang hakiki atau megurangi hak-hak Allah atas

segala fasilitas kehidupn yang terlah diturunkan di muka bumi.253 (penguasaan

cabang2 produksi)

253 Abdul Sami’ Al-Mishri , Pilar-Pilar Ekonomi Islam, Cetakan ke-1, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2006, hal 27

Page 169: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Diriwayatkan nabi pernah menyita sebidang tanah di kota Madinan “Tanah

al-Naqi” yang diperuntukkan bagi kaum muslimin untuk menggembalakan kuda-

kuda mereka, artinya tanah tersebut dijadikan sebagai milik public dan tidak bolek

dimiliki secara pribadi. Prinsip tersebut juga dilestarikan oleh khalifah umar bin

khattab yang berusaha untuk menyita/menjaga asset yang dapat mendatangkan

kemanfaatan bagi masyarakat public. Umar pernah menyita tanah ar Rabdzah dan

diperuntukkan bagi tempat penggemabalaan kaum muslimin. 254(penguasaan

cabang2 produksi)

Menghargai kemanusiaan adalah badian dari prinsip ilahiah yang telah

memuliakan manusia dan menjadikannya sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini.255

Sistem ekonomi Islam tidak menganiaya masyarakat –terutama masyarakat lemah-

seperti yang dilakukan oleh sistem kapitasli. Tidak pula menganiaya hak-hak dan

kebebasan individu, seperti yang dilakukan oleh komunis terutama marxisme. Akan

tetapi pertengahan diantara keduanya, tidak menyianyiakan dan tidak berlebih-

lebihan, tidak melampaui batas dan tidak pula merugikan,256 sebagaimana firman-Nya

:

Dan Allah telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan), kamu

janan melampaui batas tentang neraca itu dan tagakkanlah timbangnan itu dengan

adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu” (Ar-Rahman : 7-9) (keadilan)

254 Abdul Sami’ Al-Mishri, pilar….hal 75 255 DR.Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Cetakan Pertama, Jakarta : Rabbani Press, 1995, hal 64 256 Dr.Yusuf Qardhawi, Peran…., hal 85

Page 170: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Diantara hal penting yang diungkapkan ajaran Islam disini adalah penetapan

aturamn pemilikan bersama menyangkut benda-benda yang bersifat dharuri (yang

sangat dibutuhkan) bagi semua manusia. Berdasarkan ini, Islam mengeluarkan dari

ruang lingkup pemilikan individu segala sesuatu yang keberadaan dan

kemanfaatannya tidak tergantung usaha-usaha khusus. Sebagian besar manusia

membutuhkannya, sehingga kepemilikannya bersifat bersama dan umum, tidak boleh

dilakukan oleh perorangan yang akan mengakibatkan kemudharatan bagi masyarakat.

Rasulullah Saw menyebutkan benda-benda jenis ini sebanyak empat hal, yaitu air,

padang rumput, api dan garam.257 Rasulullah Saw bersabda :

Kaum Muslimun berserikat dalam tiga hal : rumput, air dan api” (penguasaan

cabang2 produksi)

Islam mendorong serte mamberikan janji pahal yang besar bagi orang yang

mengelola tanah yang terbengkalai, karena pekerjaan itu akan meluaskan daerah

pertanian dan menambah sumber pendapatan. Masalah ini dalam fiqh Islam dikenal

dengan Ihyaul Mawat/ menghidupkan tanah mati. 258Rasulullah bersabda :

“Barang Siapa menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya.

Dan apa yang dimakan pencuri rizki (binatang liar), maka menjadi shadaqah

baginya. (ihyaul mawat)

257 Peran Nilai dan …..hal 125 258 Peran Nilai dan…., hal 178

Page 171: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Umat Islam wajib mengembangkan sistem pengajaran dan pelatihan yang

mempersiapkan kemampuan dan potensi manusia pada berbagai bidang yang

dibutuhakn. Hendaknya dikembangkan pula sistem manajemen dan keuanagan agar

berbagai sumber daya manusia ini dapatt dikembangkan pula sistem manajemen dan

keuangan agar berbagai sumber daya manusia ini dapat dikembangkan, dialokasikan

dan didistribusikan untuk berbagai spesialisasi secara seimbang dan tepat,

sebagaimana petunjuk yang diberikan dalam Al-Qur’an :

Tidak sepatutnya bagi orang-orang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang ).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan

kepada kaumnya apabilamereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya” (At-Taubah : 122)

Demikian pula untuk memenuhi bidang-bidang yang biasa terabaikan, dengan cara

diberikan dorongan ataupun ditugaskan.259 Penempatan orang harus sesuai dengan

bidangnya. Jangan menyerahkan urusan bukankepada ahlinya :

“Apabil sesuau diberikan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.

Islam sangat memperhatikann pemeliharaan dan pengembangan sumber daya

manusia, baik berkaitan dengan akal, jasmani, ruhani, keilmuan maupun keahlian.

Sehingga keseimbangan antara agama dengan dunia akan terjadi, tanpa melampaui

batas ataupun merugikan salah satunya.260 (pemenuhan kebutuhan dasar rakyat)

259 Peran Nilai dan…., hal 194 260 Peran nilai dan…., hal 195

Page 172: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

Bukhari dan Musli meriwayatka dari Anas dari Nabi Saw. Dalam doa yang

disebutkannya :

Ya Allah Aku berlindung kepad-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dari kelemahan

dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari himpitan utang dan penindasan

orang” (HR Muttafaq Alaih)

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang

apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila

mereka menakar atau menimbang untuk oranglain, mereka mengurangi. Tidakkah

orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu

hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta

alam” (Al-Muthafiffin : 1-6)

Orang-orang kaya dari penduduk setiap negeri wajib menanggug kehidupan orang-

orang fakir miskin diantara mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap

mereka jika zakat dan harta kaum muslimin (bait al-mal) tidak cukup untuk

mengatasinya. Orang fakir miskin itu harus diberi makanan dari bahan makanan

semestinya, pakaian untuk musim dingin dan musim panas yang layak dan tempat

tinggal yang dapat melindungi mereka dari hujan, panas matahari dan pandangan

orang-orang yang lalu lalang.261 Ibnu Hazm mendasarkan pandangannya tersebut

261 Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, Cetakan ke-1, Jakarta : Pustka Asatruss, 2005141

Page 173: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …

pada firman Allah SWT : “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang tedekat

akan haknya, kepada orang-orang miskin dan orang dalam perjalan…” (Al-Isra : 26)

Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba

sahayamu” (An-Nisa : 36).(pemenuhan kabutuhan dasar rakyat)

Alat untuk mencapai kesejahteraan dan pembangunan yang paling utama

menurut Ibnu Khaldun adalah masyarakat, pemerintah dan keadilan. Didalam

masyarakat, solidaritas diperlukan untuk meningkatkan kerja sama, sehingga akan

meningkatkan produktivitas.262 (keadilan)

262 Euis Amalia, hal 203

Page 174: PEMIKIRAN EKONOMI MOHAMMAD HATTA DITINJAU DARI …