modul perencanaan dan evaluasi kesehatan

36
MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN OLEH RAHMAT A. DHACI, M.Kes

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN OLEH RAHMAT A. DHACI, M.Kes

Page 2: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

DAFTAR ISI.

Bab I. Memahami Dasar-Dasar Perencanaan Kesehatan..........................................................1

1.1.Pengertian Perencanaan...........................................................................................1

1.2.Unsur-Unsur Perencanaan Kesehatan.....................................................................2

Bab II. Aspek Teknologi Perencanaan Kesehatan.....................................................................6

2.1.Data Dan Pengukuran..............................................................................................6

2.2. Skala Pengukuran....................................................................................................7

Bab III. Analisis Masalah Dan Tujuan Perencanaan Kesehatan................................................8

3.1.Teknik Analitik Perencanaan Kesehatan..................................................................8

3.2. Analisis Tipe Masalah Perencanaan Kesehatan.......................................................9

Bab IV. Demografi Dan Epidemiologi Perencanaan Kesehatan................................................14

4.1. Pertimbangan Demografi Umum.............................................................................13

4.2. Sumber-Sumber Dan Kesehatan Data Kependudukan............................................15

4.3. Pengukuran Epidemiologi........................................................................................17

4.4. Cakupan Dan Peranan Epidemiologi.......................................................................18

Bab V. Evaluasi Dalam Perencanaan Kesehatan........................................................................19

5.1. Perlu Dilakukan Evaluasi.........................................................................................19

5.2. Prinsip-prinsip Evaluasi...........................................................................................19

5.3. Langkah-langkah Evaluasi.......................................................................................20

5.4. Utilisasi Hasil Evaluasi............................................................................................21

Bab VI. Analisis SWOT..............................................................................................................22

6.1. Pengertian Analisis SWOT.......................................................................................22

6.2. Penerapan Dalam Organisasi....................................................................................23

Bab VII. Perbaikan Proses Perencanaan......................................................................................24

7.1. Indikator Dan Komponen..........................................................................................24

7.2. Jenis Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat........................................................24

Bab VIII. Rpjmk, Rtpk, Dan Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas….............................26

8.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan.................................26

8.2. Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)...............................................27

8.3. Perencanaan Kesehatan.............................................................................................28

Page 3: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Daftar Pustaka..............................................................................................................................30

Page 4: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB I

MEMAHAMI DASAR-DASAR PERENCANAAN KESEHATAN

1.1 Pengertian Perencanaan

Ilmu perencanaan kesehatan sebenarnya telah lama berkembang sebagai disiplin ilmu

perencanaan kesehatan berbagai pengertian pula sangat beragam dari para pakar yang telah

menggeluti ilmu tersebut. Perencanaan kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang yang didahului dengan penetapan tujuan, mengenali masalah

kesehatan melalui analisis situasi masalah masyarakat, menentukan dan memilih sumber daya

yang dibutuhkan, menyusun kegiatan yang akan dilakukan, menetapkan besarnya biaya,

menentukan waktu pelaksanaan, menentukan tempat kegiatan, menentukan sasaran,

menetapkan target yang akan dicapai, dan menyusun indikator pencapaian serta bentuk

evaluasi yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi

oleh masyarakat. Pengertian perencanaan saat ini banyak macamnya menurut para pakar.

Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah:

Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam

rangka pencapaian yangn telah ditentukan.

Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih

tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya.

Stephen P. R. dan Mary C. (2004), perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari

penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi

tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh

pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.

Suandy E. (2001), Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan

organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas

strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi

(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.

Page 5: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

2.1 Unsur-Unsur Perencanaan Kesehatan.

Adapun berbagai unsur-unsur agar terlaksanakan nya perencanaan kesehatan yaitu:

Rumusan misi

Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi (mission

formulation), yang dianut oleh organisasi yang menyusun rencana. Uraian yang tercantum

dalam misi mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Antara lain dengan latar belakang, cita-

cita, tujuan pokok, tugas pokok, serta ruang lingkup kegiatan ruang organisasi. Uraikanlah misi

ini dengan lengkap dan jelas. Dalam praktek sehari-hari, uraian tentang misi ini sering

tercantum dalam latar belakang (back ground). Jika ditinjau dari sudut perencanaan, uraian

tentang misi ini mempunyai peranan yang amat penting sekali. Peranan yang dimaksud, bukan

saja penting unutk di pakai sebagai pedoman bagi mereka yang akan melaksanakan rencana

yang telah di susun, tetapi juga untuk mempeoleh dukungan dari pihak ketiga. Misalnya

dukungan dana dari pihak donor, dan ataupun dukungan izin dari petugas pemerintah.

Rumusan masalah

Suatu rencana yang baik haruslah mengandung rumusan tentang masalah (problem

statement) yang ingin di selesaikan. Rumusan masalah yang baik, banyak syaratnya.

Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :

a. Harus mempunyai tolak ukur

Tolak ukur yang dimaksud banyak macamnya. Paling tidak mencakup lima hal pokok,

yakni tentang apa masalahnya, siapa yang terkena masalah, dimana masalah

ditemukan, bilamana masalah terjadi serta berapa besar masalahnya.

b. Bersifat netral

Bersifat netral dalam arti tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai

menyalahkan orang lain, menggambarkan penyebab timbulnya masalah dan taupun

cara mengatasi masalah.

Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus

Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tujuan (goal and objective

formulation) yang ingin di capai.

a. Tujuan umum

Syarat rumusan tujuan umum (goal), yang baik banyak macamnya. Jika

disederhanakan dapat dibedakan atas tiga ,macam yakni :

Page 6: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi Rumusan tujuan umum pada

dasarnya dikembangkan dari misi organisasi. Oleh karena itu dalam

merumuskan tujuan umum, harus di upayakan adanya keterkaitan dengan

misi organisasi.

Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin di capai. Rumusan tujuan

umum pada dasarnya menggambarkan keadaan umum yang ingin di capai

apabila masalah dapat diatasi. Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan

umum harus di upayakan adanya keterkaitan dengan masalah yang inign di

atasi.

Menggambarkan keadaan yang ingin di capai. Rumusan tujuan umum harus

menggambarkan keadaan yang ingin di capai buka nmenggambrkan

kegiatan yang akan dilakukan. Rumusan tujuan umum yan baik adalah yang

mempergunakan kata benda bukan kata kerja.

Tujuan khusus

Syarat rumusan tujuan khusus (objective) banyak macamnya kecuali harus

memenuhi semua syarat rumusan tujuan umum, juga harus mempunyai tolak ukur.

Tolak ukur yang dimaksu di bedakan atas lima macam, yakni tentang apa masalah yang

ingin di atasi oleh rencana kerja yang akan dilaksanakan, siapa yang akan memperoleh

manfaat apabila rencana kerja dilaksanakan kerja akan dilaksanakan, berapa besarnya

target yang kan dicapai, serta berapa lama rencana kerja akan dilaksanakan. Contonya:

Menetapkan besarnya target

Terus terang untuk menetapkan besarnya target tidaklah mudah. Semuanya

sangat tergantung dari berat ringannya masalah yang di hadapi serta

kemampuan yang dimiliki.

Menetapkan Jangka Waktu Pelaksanaan

Sama halnya dengan target, untuk menentukan jangka waktu pelaksanaan

rencana kerja, sehingga target minimal dapat dicapai, tidaklah mudah.

Pegangan yang lazim dipakai adalah kemampuan yang dimiliki. Makin besar

kemampuan tersebut, makin pendek jangka waktu yang dibutuhkan. Sebaliknya

jika kemampuan terbatas, jangka waktu pelaksanaan dapat panjang.

Page 7: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

3.1 Manfaat Dan Jenis Perencanaan.

Beberapa manfaat dari perencanaan (dalam staff.uny.ac.id) adalah:

1. Dipakai sebagai alat pengawasan daan pengendalian kegiatan sehari-hari

perusahaan. Perencanaan yang telah disusun dengan baik akan

memudahkan para pelaksana untuk mengetahui apakah tindakan mereka

menyimpang atau sesuai dengan rencana.

2. Dengan adanya perencanaan yang disusun (tentunya sebelum suatu

kegiatan dilakukan) dengan cermat dapatlah dipilih dan ditetapkan

kegiatan-kegiatan mana yang diperlukan dan mana yang tidak.

3. Dengan adanya rencana, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan

teratur sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.

Jenis perencanaan dalam organisasi:

Menurut Marwan Asri dan John Suprihanto (dalam staff.uny.ac.id) bahwa

perencanaan dapat dipecah menjadi beberapa macam:

1. Menurut jangka waktunya

Menurut jangka waktunya, perencanaan dapat

dikelonpokkan menjadi:

a. Perencanaan jangka panjang.

b. Perencanaan jangka pendek,

2. Menurut ruang lingkupnya.

Menurut ruang lingkupnya, perencanaan dapat dibagi

menjadi 3 macam:

a. Perencanaan fisik.

b. Perencanaan fungsional.

c. Perencanaan menyeluruh

Menurut Menurut hirarki pemerintahan, Jika ditinjau dari hirarki

pemerintahan, maka rencana anggaran di Indonesia dapat dibedakan atas tiga

macam yakni:

Page 8: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

a. Rencana anggaran pemerintah pusat

Dalam bidang kesehatan, rencana anggaran pemerintah pusat

yang dimaksudkan di Indonesia adalah rencana anggaran

Departemen Kesehatan.Rencana anggaran pemerintah daerah

tingkat I

b. Rencana anggaran pemerintah tingkat I

Dalam bidang kesehatan, rencana anggaran pemerintah

daerah tingkat I yang dimaksudkan di Indonesia ialah rencana

anggaran Dinas Kesehatan Propinsi.

c. Rencana anggaran pemerintah daerah tingkat II

Dalam bidang kesehatan, rencana anggaran pemerintah

daerah tingkat 11 yang dimaksudkan di Indonesia ialah rencana

anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten.

Menurut kegunaan, Jika ditinjau dari kegunaannya, maka rencana anggaran

di Indonesia dibedakan atas dua macam yakni

a. Rencana anggaran rutin

Yang termasuk dalam rencana anggaran rutin di Indonesia ialah

biaya personil dan atau biaya kantor

b. Rencana anggaran pembangunan

Yang termasuk dalam rencana anggaran pembangunan di

Indonesia misalnya biaya mendirikan Rumah Sakit bare, biaya

membeli peralatan kedokteran canggih.

Menurut penanggung jawab jika ditinjau dari penanggung jawab, maka

rencana anggaran di Indonesia dibedakan menurut departemen yang

melaksanakannya, misalnya

a. rencana anggaran Departemen Kesehatan

b. rencana anggaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

c. rencana anggaran Departemen Pertanion

Page 9: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB II

ASPEK TEKNOLOGI PERENCANAAN KESEHATAN

2.1. Data dan Pengukuran

a. Data

Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan kumpulan fakta atau angka

atau segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai

dasar menarik suatu kesimpulan. Tidak semua angka dapatdisebut data statistik. Angka

dapat disebut data statistik apabila dapat menunjukkan suatu ciri dari suatu penelitian yang

bersifat agregatif, serta mencerminkan suatu kegiatan lapangan tertentu. Penggolongan

data statistik di tinjau dari

Variabel yang diteliti (segi sifat angkanya), data statistik dapat dibeda kan menjadi

dua golongan, yaitu data kontinyu dan data diskrit. Data kontinyu adalah data

statistik yang angka-angkanya merupakan deretan angka yang sambung-

menyambung. Data diskrit ialah data statistik yang tidak mungkin

berbentuk pecahan

Cara menyusun angka, data statistik dapat dibedakan menjadi data nominal,

dataordinal, dan data interval. Data nominal ialah data statistik yang cara

menyusunangkanya didasarkan atas penggolongan atau klasifikasi tertentu. Data

ordinal juga sering disebut dengan data urutan, yaitu data statistik yang cara men

yusunangkanya didasarkan atas urutan kedudukan (ranking). Data interval ialah

datastatistik yang terdapat jarak sama di antara hal-hal yang sedang diselidiki

ataudipersoalkan.

Bentuk angka, data statistik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu data

tunggal (un grouped data) dan data kelompok atau data bergolong (grouped data).

Sumber mana data tersebut diperoleh, data statistik dapat dibedakan

menjadi duamacam, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

statistikyang diperoleh atau bersumber dari tangan pertama (first hand data).

Sedangkan data sekunder adalah data statistik yang diperoleh dari tangan kedua

(second hand data).

Page 10: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Data memiliki persyaratan yang baik agar data tersebut dapat di katakan akurat

adalah:

Data harus objektif (sesuai dengan keadaan sebenarnya),

Data harus representative

Data harus up to date

Dataharus relevan dengan masalah yang akan dipecahkan.

Pembagian data menurut cara memperolehnya sebagai berikut :

Data primer, data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber

pertama.

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang

bukan pengolahnya.

Pembagian data menurut sumbernya sebagai berikut :

Data internal adalah data yang berasal dari dalam instansi mengenai kegiatan

lembaga dan untuk kepentingan instansi itu sendiri.

Data eksternal adalah data yang berasal dari luar instansi.

Pembagian data menurut waktu pengumpulan nya :

Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu-kewaktu pada satu

obyek dengan tujuan untuk menggambarkan perkembangan.

Data cross section adalah data yang di kumpulkan pada satu waktu tertentu pada

beberapa obyek dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan.

Pembagian data menurut sifatnya :

Data Kualitatif

Adalah data yang berupa pendapat atau judgement sehingga tidak berupa angka

akan tetapi berupa kata atau kalimat.

Contoh:

Data Kuantitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa angka atau bilangan

Contoh:

Page 11: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

78%

2.2.Skala Pengukuran

Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala

yang bervariasi. Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomenamenu

rut aturan tertentu. Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikandefinisi

terhadap konsep pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah

angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism

dengan realita. Prinsip isomorphism artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas

sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu

instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat

realitas dari fenomena yang hendak diukur.

Ada empat skala pengukuran data, yaitu: nominal, ordinal, interval, dan rasio.

Ukuran nominal, adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka

yangdiberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan

tidakmenunjukkan tingkatan apa-apa.

Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan mengandung pengertian

tingkatan.Ukuran nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah

ke yang tertinggi atau sebaliknya.

Ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu

atribut.Selain itu, juga memberikan informasi tentang interval antara satu orang

atau objek dengan orang atau objek lainnya. Interval atau jarak yang sama pada

skalainterval dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada

objek yang diukur.

Ukuran rasio, adalah ukuran yang mencakup semua ukuran sebelumnya ditambah

dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilaiabsolut

dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena ituinterval jarak

tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompokdibandingkan dengan

titik nol. Karena ada titik nol tersebut, maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian

ataupun pembagian.

Page 12: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB III

ANALISIS MASALAH DAN TUJUAN PERENCANAAN KESEHATAN.

3.1. Teknik Analitik Perencanaan Kesehatan.

Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu

penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis

data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini :

1. Tahap Penelitian

a. Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.

2) Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan untuk

penelitian.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian.

2) Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan instrumen penelitian.

3. Evaluasi

1) Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah

2) Dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.

4. Penyusunan Laporan

1) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun.

2) Melaporkan hasil-hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal. Adapun

prosedur yang dilakukan dalam penyusunan instrumen ini adalah:

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan oleh peneliti pada tahap ini ditentukan mengenai :

1) Materi pokok yang akan diteliti

2) Bentuk-bentuk soal yang akan digunakan.

b. Pembuatan Butir Soal, Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan

Page 13: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

perencanaan yang telah dibuat, karena untuk menjaga kemungkinan soal tes yang

mungkin tidak tepat untuk tes atau rusak.

c. Uji Coba Instrumen

Sebelum soal tes digunakan mengukur peserta didik pada kelas sampel, soal tes

terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui

validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada butir soal.

1) Uji Validitas, Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

2) Uji Realibilitas, Reliabilitas menunjuk suatu pengetian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

3.2. Analisis Tipe Masalah Perencanaan Kesehatan.

Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat dalam arti

bebas dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental.

Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan

kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator

keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target

program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan

dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).

Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang

dihadapi . Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif,

penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu . Dalam

menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk mengaplikasikan metode dan

konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya ukuran-ukuran yang digunakan dalam menggambarkan

masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti morbiditas (angka

kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).

Mortalitas

Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang

spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.

Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000

Page 14: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi

100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas

yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode

waktu tertentu. Ada beberapa jenis angka kematian yang mempunyai kepekaan

lebih terhadap masalah kesehatan dibandingkan jenis angka kematian lainnya.

a. Angka kematian bayi ( infant mortality rate )

Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas

lingkungan hidup, gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingginya IMR

menunjukkan bobot masalah mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan,

perawatan kehamilan, komplikasi persalinan dan perawatan bayi. Kematian balita

sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga dan keadaan gizi anak

Morbiditas

Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap

sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya

dikategorikan di dalam istilah tunggal MORBIDITAS. Morbiditas merupakan

derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga

merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan

suatu kondisi sakit.

Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit

dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang

sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, ukuran utama

morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari

kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan

dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.

a. Incidence rate

Incidence rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan

pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka

waktu yang bersangkutan . Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari

sehat menjadi sakit. Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat

hingga menjadi sakit.

Page 15: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Angka prevalens

Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka

waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan

jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk

dengan Resiko (Population at Risk).

Analisis perilaku kesehatan

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma

sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya

orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma

yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan paradigma

sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan

pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.

Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan ini ada yang dapat dicari dai

susenas, SKRT, dan lain-lain. Dab ada pula yang dapat dicari secara kualitatif dari sumber data

yang lansung dimsyarakat seperti tokoh masyarakat, bidan, dukun dan lain-lain. Secara teknis tidak

semua indikator perilaku kesehatan in dapat didapat.

Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat

sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan Dapat menggunakan teori pengetahuan,

sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya .

Analisis pelayanan kesehatan

Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input, proses, out put dan

dampak dari pelayanan kesehatan.

Sumber-sumber data yang ada untuk analisis ini adalah sistem pencatatan dan pelaporan

terpadu puskesmas (SP2TP), sistem pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SP2RS), survey sosial

ekonomi nasional (SUSENAS), survey kesehatan rumah tangga (SKRT) dan lain-lain.

Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

sistem, yaitu dengan memperhatikan komponen input-proses-output. Namun karenaaspek proses

dalam program dan pelayanan kesehatan sangat banyak dan berbeda-beda antar program maka

analisis lebih ditekankan pada komponen input dan output.

Page 16: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

1. Analisis input

Ada berbagai input upaya kesehatan, seperti tenaga, dana, fasilitas dan sarana, kebijakan, teknologi

dan lain-lain. Langkah dalam analisis input adalah merinci secara jelas input yang ada untuk setiap

jenis input baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

2. Analisis ouput upaya kesehatan

Dari berbagai pelaksanaan program , dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai dengan

upaya kesehatan tersebut. Dalam analisis perlu dibedakan antara pencapaian program dengan

output program. Pencapaian program lebih bersifat statis , yaitu hanya menggambarkan keadaan

sampai suatu saat tertentu, misalnya angka pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam

% ( jumah bayi yang diimunisasi campak dibagi dengan jumlah target populasi imunisai campak

yaitu seluruh populasi bayi). Output program lebih bersifat dinamis, yang menggambarkan berapa

banyak outpu (hasil) yang diproduksi per satuan waktu, misalnya per bulan. Dengan mengetahui

output imunisasi campak per bulan misalnya, maka akan bisa dilihat pola/ trend output selama

setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya kesehatan dan akan berguna

untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.

3. Analisis peran serta masyarakat

Peran serta masyarakat sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program kesehatan.

Kesulitannya adalah bahwa belum adanya ukuran standar peran serta masyarakat dalam program

kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran pada daerah atau

waktu yang lain.

6. Analisis kebijakan pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan

upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Perlu juga

dilakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan kesehatan, yang sesuai dengan tingkat

analisisnya masing-masing.

Page 17: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB IV

Demografi Dan Epidemiologi Perencanaan Kesehatan.

4.1 Pertimbangan Demografi Umum.

Kata demografi berasal dari bahasa latin yaitu demos dan nomos. Demos yang

berarti rakyat, sedangkan nomos artinya menulis. Sehingga demografi merupakan suatu

catatan mengenai kependudukan yang ada pada suatu negara, tak terkecuali Indonesia.

Adapun pengertian demografi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

George W. Barclay

Demografi adalah suatu cabang ilmu yang menggambarkan penduduk dalam

bentuk statistika. Selain itu, demografi juga mempelajari bagaimana tingkah laku

penduduk secara keseluruhan.

D.V. Glass.

Demografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hal penduduk yang di

dalamnya termasuk fersilitas, mortalitas, dan migrasi.

United Nations Multilingual Demographic

Demografi adalah studi ilmiah tentang kependudukan, yang di dalamnya terdapat

informasi tentang jumah penduduk, struktur dan juga perkembangannya.

Philip M Hauser dan Duddley Duncan

Demografi adalah ilmu yang membahas tentang ukuran, struktur dan distribusi

penduduk. Serta terjadinya perubahan penduduk akibat kelahiran, perpindahan

penduduk, kematian dan lain sebagainya.

a. Manfaat Demografi

Adapun manfaat dari demografi adalah sebagai berikut:

Membantu pemerintah dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan. Dalam hal

ini, pemerintah bisa98 melihat jumlah komposisi penduduk di masa lalu dan masa

sekarang. Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Membantu pemerintah dalam merencanakan pembangunan di berbagai bidang,

mulai dari bidang pendidikan, pertanian, perpajakan, kemiliteran dan lain

sebagainya.

Page 18: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Dapat mengetahui tingkat perkembangan ekonomi suatu negara, dengan cara

melihat jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan, jumlah persentasi penduduk yang

sudah bekerja dan lain sebagainya.

Dapat mengetahui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk.

b. Tujuan Demografi

Demografi memiliki tujuan, adapun menurut para ahli ilmu demografi umumnya

dilakukan untuk mencapai empat tujuan pokok, yaitu

Menjelaskan setiap perkembangan penduduk, seperti apa masa lalu mereka,

bagaimana tingkat perkembangannya, dan bagaimana tingkat persebarannya

dengan cara memanfaatkan data yang tersedia.

Mempelajari tingkat kuantitas dan distribusi penduduk yang berada pada daerah

atau wilayah tertentu.

Dapat mencoba untuk memprediksi tingkat pertumbuhan penduduk di masa yang

akan datang serta kemungkinan konsekuensinya.

Menemukan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan

beberapa jenis aspek organisasi sosial.

c. Komponen Demografi

Komponen demografi adalah segala sesuatu yang menggambarkan dinamika sosial

dikalangan masyarakat. Adapun komponen-komponen demografi adalah sebagai

berikut:

1. Fertilitas (kelahiran)

Fertilitas ini berhubungan dengan kelahiran penduduk. Umumnya, fertilitas ini

menyangkut jumlah bayi yang lahir hidup. Namun terkadang, tingkat fertilitas juga

di ukur dari jumlah anak per pasangan.

2. Mortalitas

Mortalitas ini berhubungan erat dengan tingkat kematian penduduk yang ada

pada suatu daerah. Tidak semua kejadian kematian dicatat dalam demografi.

Karena menurut PBB dan WHO, kematian merupakan peristiwa hilangnya tanda-

tanda kehidupan secara permanen beberapa saat setelah lahir hidup. Karena itulah,

jumlah keguguran dan still birth tidak dihitung sebagai kematian.

Page 19: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Tingkat kematian di suatu daerah dengan daerah lainnya tentu saja berbeda,

tergantung dari berbagai jenis faktor yang mempengaruhinya. Besar kecilnya

tingkat kematian ini, akan memberikan petunjuk kepada pemerintah tentang

bagaimana tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk tersebut yang ada di

suatu daerah.

3. Perkawinan

Perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan perubahan

pendduduk. Dengan bertambahnya angka perkawinan, akan berdampak pada

kenaikan tingkat fertilitas.

4. Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial atau gerak sosial merupakan suatu perubahan atau pergeseran

status penduduk. Dengan kata lain, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi

seseorang maupun kelompok dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya

Pegawai yang pensiun, beralih profesi jadi pengusaha.

5. Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain, dengan

tujuan untuk sementara waktu ataupun menentap dalam jangka waktu yang lama.

Migrasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu migrasi internasional dan migrasi nasional.

4.2. Sumber-Sumber Dan Kesalahan Data Kependudukan.

. Sumber-Sumber Data

1) Sensus Penduduk,

Sensus adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua

unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu

populasi pada suatu saat tertentu (defacto dan de jure).

2) Sampel Survei

Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk

memperkirakan karakteristik suatu populasi tertentu pada saat tertentu. Survei dilakukan

untuk memperoleh data yang lebih rinci tentang suatu hal, misalnya: Susenas, SDKI,

SKRT, Sakernas dll.

Page 20: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

3) Registrasi Penduduk

Kelahiran, kematian, mobilitas penduduk, perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan,

yang dapat terjadi setiap saat tidak dapat terjaring di dalam sensus penduduk. Untuk

menjaring data ini maka diadakan cara pengumpulan data baru yang disebut dengan

Registrasi penduduk.

4) Dari Instansi Terkait

Data ini adalah data sekunder yang dimana data di peroleh dari intansi terkait yang di sudah

di olah dan di terbitkan guna untuk pengambilan keputusan dalam rangka pembangunan

kesehatan. Contohnya data dari Dinas Kesehatan, BKKBN, Data Kepndudukan, dll

Evaluasi Dan Kesalahan Data.

Evaluasi data dilakukan karena:

Tidak ada data yg 100 % benar

mengetahui kesalahan apa yg ada dan seberapa jauh data menyimpang sangat

penting untuk pemakai data

Pemakai data menuntut ketelitian tertentu pada data yang akan digunakan sebelum

digunakan data perlu dinilai terlebih dahulu.

Kesalahan Data

Kesalahan Data di pengaruhi oleh faktor berikut ini:

1. Besar kecilnya kesalahan tergantung pada jenis data yg dikumpulkan, efisiensi

pengumpulan data, kondisi geografis dan kebudayaan dari daerah yg bersangkutan

Kesalahan umum pada data penduduk, kesalahan data jenis kelamin, seks ratio,

kesalahan umur, piramida penduduk (single year)

2. Kualitas data yang dikumpulkan amat ditentukan desain menyangkut instrument,

metode, dan pengolahan data, yang persiapannya tidak mungkin dilakukan terburu-

buru.

Page 21: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

4.3. Pengukuran Epidemiologi.

Pengukuran epidemiologi terdiri dari 3 yaitu

Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang akan

diukur, biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan

didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlah bilangan atau angka

mutlak suatu kasus atau kematian. peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk

angka dianataranya adalah kesakitan dimana yang digunakan untuk perhitungan

kasus adalah insidence rate, prevalence rate, periode prevalence rate, attack rate,

dan dalam hubungan kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death

rate, cause disease spesific death rate. Rate adalah suatu jumlah kejadian

dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan. Angka yang dihitung dari total

populasi didalam suatu area sebagai penyebutnya disebut crude rate atau angka

kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok tertentu disebut

specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan rate diantaranya adalah :

a.Frekuensi orang yang menderita penyakit atau kasus dan orang yang

meninggal (person)

b. Frekuensi penduduk darimana penderita berasal (place)

c. Waktu atau periode kapan orang-orang terserang penyakit (time).

Angka yang dapat menggambarkan jumlah peristiwa statistik kesehatan perlu

memperhatikan karakteristik dari pembilang dan penyebutnya.pembilang terbatas

pada umur, jenis kelamin, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus terbatas

pada umur, jenis kelamin atau golongan yang sama.

Proporsi digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena itu

proporsi tidak dapat menunjukan perkiraan peluang infeksi, kecuali jika banyaknya

orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok, tetapi

biasanya hal ini tidak terjadi. Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian

dalam kelompok data yang mengenai masing masing kategori dari kelompok itu

atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan keseluruhan kelompok yang

dinyatakan dalam persen.

Page 22: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang

memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya.misalnya rasio

orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat.

4.4. Cakupan Dan Peranan Epidemiologi..

Epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperanan dalam terjadinya penyakit atau

masalah kesehatan dalam masyarakat.

Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan

keputusan.

Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah

dilakukan.

Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam

upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu

dipecahkan.

Page 23: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB V

EVALUASI DALAM PERENCANAAN KESEHATAN.

5.1. Perlunya Dilakukan Evaluasi

Seluruh program dan kegiatan pada umumnya dilaksanakan untukmencapai tujuan atau

target tertentu, demikian juga dengan programkesehatan masyarakat, untuk mencapai target yang

telah ditentukan tersebutmaka manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah

perencanaan(planning) sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Ketika perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu

dari masing-masing program. Maka kegiatan selanjutnyaadalah mengukur sejauh mana capaian

dari masing-masing programdibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan diawal

kegiatan.Dari keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja inilah maka evaluasi

dilaksanakan, baik terhadap program itu sendiri maupun terhadap langkah-langkah dalam

pelaksanaan program.

Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dariproses manajemen

dan didasarkan pada sistem informasi manajemen.Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan

atau keinginan untukmengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program

terhadaptujuan yang telah ditetapkan.

Evaluasi akan memberikan umpan balik (feed back) terhadap programatau pelaksanaan

suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit untukmengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang

sudah direncanakan oleh suatuprogram telah tercapai atau belum. Evaluasi dipandang sebagai

suatu carauntuk perbaikan pembuatan keputusan untuk tindakan-tindakan di masa yangakan

datang.

5.2. Prinsip- prinsip evaluasi

Menurut Reinke, 1987, evaluasi perencanaan program kesehatan masyarakat bertujuan:

Sebagai kunci pengambilan keputusan yang lebih baik, evaluasi harusmelihat kedepan dan

berorientasi pada tindakan.

Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian padakebijakan pengujian

dan alternatif-alternatif rencana, mengawasi kemajuandalam proses penerapan dan

memberi penilaian sumatif kepada hasil akhir.

Page 24: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Evaluasi dilandasi prinsip manajemen berdasar tujuan dan dimulai denganpernyataan yang

jelas mengenai pengaruh-pengaruh yang harus dicapaipada populasi mana dan dalam

jangka waktu kapan.

Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harusdiperiksa ketepatan

dan kesesuaiannya.

Ketepatan waktu dan tempat laporan-laporan eevaluatif harus disesuaikandengan

kebutuhan akan keputusan yang tepat waktu karena evaluasi bersifat membandingkan,

evaluasi bergantung padaindikator-indikator yang menggambarkan tingkat dan rasio yang

tepat,daripada tingkat-tingkat penyelesaian yang tepat.

Penilaian-penilaian harus membedakan antara hasil yang merupakan pusatperhatian

pengendalian keputusan dan keluaran yang timmbul sebagaiakibat ketidakpastian

dan kesempatan.

Efisiensi, efektivitas, dan keadilan harus didefinisikan dengan jelas.

5.3. Langkah-Langkah Evaluasi

The World Health Organization (WHO)The World Health Organization membedakan

langkah-langkah penilaian dalam sembilan tahap, yakni (Azwar, 1996):

a. Tahap penentuan hal yang akan dinilai, langkah pertama yang dilakukan ialah

menentukan dahulun hal yangakan dinilai. Pekerjaan ini akan dapat dilakukan jika

dapat dipelajaridengan baik program yang akan dinilai.

b. Tahap melengkapkan keterangan yang dibutuhkan, langkah selanjutnya yang akan

dilakukan ialah mengumpulkan berbagaiketerangan yang ada hubungannya dengan

program yang akan dinilai.Untuk ini perlulah dipelajari secara cermat berbagai laporan

yang ada danyang berhubungan dengan pelaksanaan program.

c. Tahap memeriksa hubungan antara keterangan dengan tujuan penilaian, apabila

berbagai keterangan telah berhasil diperoleh, lanjutkanlah denganpenyeleksian

keterangan. Buanglah keterangan yang tidak adahubungannya dengan tujuan penilaian.

d. Tahap menilai kecukupan keterangan, lanjutkan pekerjaan penilaian ini dengan menilai

kecukupan keteranganyang diperoleh. Apabila keterangan tersebut dianggap belum

cukup,lakukan pengumpulan keterangan lagi. Jika telah cukup lanjutkan

ketahapberikutnya.

Page 25: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

e. Tahap menetapkan kemajuan program, nilai kemajuan program dengan

mempergunakan keterangan yang telahdikumpulkan. Kemajuan program dapat dinilai

dari keberhasilannyamencapai tujuan yang telah ditetapkan.

f. Tahap menetapkan efektivitas program, langkah selanjutnya ialah menetapkan

efektivitas program. Suatuprogram dianggap efektif jika dinilai dapat mengatasi

masalah yangmendasari dilaksanakannya program tersebut.

g. Tahap menetapkan efisiensi program lanjutkan dengan menilai efisiensi program yakni

yang dikaitkan denganbesarnya dana yang dipergunakan untuk melaksanakan program

tersebut.

h. Tahap menetapkan dampak programm setelah ditetapkan efektivitas dan efisiensi

program, lanjutkan denganmenetapkan dampak program.

i. Tahap menarik kesimpulan dan menyusun saran, langkah terakhir yang dilakukan ialah

menarik kesimpulan serta menyusun saran-saran sesuai dengan hasil penilaian.

5.4. Utilisasi Hasil Evaluasi.

Hal yang harus di perhatikan dalam pengambilah kesimpulan pada saat melakukan evalusi

adalah :

Memahami program yang akan dinilai

Menentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan

Menyusun rencana penilaian

Secara umum kesimpulan dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu:

1.Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data awal

2. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan program

3. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil program lain

4. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan suatu tolak ukur

5. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kontrol

Melaksanakan penilaian, semua kegiatan dan hasil yang diperoleh dalam proses penilaian

harus dicatat.

Menarik kesimpulan, penarikan kesimpulan disesuaikan dengan cara yang telah ditetapkan

dalam rencana penilaian.

Page 26: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB VI

ANALISIS SWOT

6.1. Pengertian Analisa SWOT

Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskanstrategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan

ancaman (Threats). ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan

mengidentifikasi berbagaifaktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan

kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan

(Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi

organisasi.Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-

faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang

adasaat ini.

Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT. Dalammeng

analisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab

perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pa

da objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus

dihadapinya. Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan

dan peluang yang kemudian digunakan skala likert atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat baik

(5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1), berupa Skala Liker tKeunggulan

dan Peluang.

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang

merupakankelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert atas lima

tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2), dan

Tidak berat(=1), berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman.

Analisis SWOT ini adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang

(opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktorinternal, yang berupa Kekuatan (strengths)

dan Kelemahan (weaknesses). Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif

dibandingkan dengan faktor negatif baik di lingkungan internalmaupun lingkungan eksternal. Dan

Page 27: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Hasil dari perhitungan tersebut, dituangkan dalam digramCartesius.Dari diagram Cartesius

tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan posisi dari hasil perhitungannya,

yaitu:

-> Startegi Rasionalisasi (Turne around).

-> Strategi Agresif (Growth).

-> Strategi Defensif

-> Strategi Diversifikasi.

6.2. Penerapan Dalam Organisasi.

Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi

berbagaifaktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-

kelemahan(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta

ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.

Strengths (kekuatan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau

sumberdaya yang dapat dikendalikan.Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan

organisasi yang tidak berjalan dengan baikatau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi

tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.Opportunities (peluang / kesempatan) adalah faktor-faktor

lingkungan luar yang positif.Threatss (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang

negatif.Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang

dapatmenggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapiorganisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.Ifas

(Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-

faktorstrategis internal dalam kerangka kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).Efas

(External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-

faktorstrategis eksternal dalam kerangka kesempatan/peluang (Opportunities) dan

ancaman (Threats).

Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu

denganmemanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-

besarnya.Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengancara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi ST adalah strategi yang ditetapkan

berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untukmengatasi ancaman.

Page 28: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB VII

PERBAIKAN PROSES PERENCANAAN

7.1. Indikator Dan Komponen

Menurut Tayibnafis (2000), Ada beberapa komponen tertentu yang selalu ditemukan

dalam setiap perencanaan evaluasi, yaitu tujuan dan metode evaluasi. Indikator sistem manajemen

kesehatanIndikator input atau indikator masukan seperti tersedianya sumberdaya tenaga

kesehatan, tersedianya anggaran kesehatan, perlengkapan,obat-obatan yang diperlukan, dan

tersedianya metode pengobatan,pemberantasan penyakit, standart opening procedure klinis

dansebagainya.Indikator proses dipandang dari sudut manajemen yang di perlukanadalah

pelaksanaan dari pada fungsi-fungsi manajemen sepertiperencanaan, pengorganisasian,

penggerakan perantauan, pengendaliandan penilaian. Secara khusus dalam proses pelayanan

kesehatan berkaitandengan upaya peningkatan mutu asuhan kesehatan quality assurance

yaitumenjaga mutu, kepatuhan terhadap standar operasional pelayanan medis(SOP).

Indikator output (hasil program) merupakan ukuran-ukuran khususbagi outup program

seperti jumlah puskesmas yang berhasil

dibangun, jumlah kader gizi yang terlatih, jumlah anak yang diimuniasasi, jumlah MCK yang

dibangun, panjang pipa air yang berhasi dipasang sansebagainya. Jumlah orang yang diobati atau

kunjungan yang mendapatpelayanan kesehatan.Indikator outcomes (dampak jangka pendek)

adalah ukuran-ukurandari berbagai dampak program seperti meningkatnya derajak kesehatananak

balita, menurunnya angka kesakitan.Indikator impact (dampak jangka panjang) seperti angka

kematian bayi, angka kematian ibu, meningkatnya status gizi anak dan sebagainya. Istilah-istilah

tersebut sering kali tidak dibedakan antara dampak jangkapendek dan dampak jangka panjang.

7.2. Jenis Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat

Perbedaan antara jenis-jenis evaluasi itu sebagian besar hanya terletakpada frekuensi dan

waktu pelaksanaannya. Contoh, evaluasi proses adalah evaluasi yang paling sering dilakukan,

sedangkan evaluasi dampak adalah evaluasi yang paling jarang dilakukan. Evaluasi isi berfokus

pada efeklangsung pengajaran pada jangka waktu yang lebih lama.

Page 29: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

Pelaksanaanevaluasi proses memerlukan lebih sedikit sarana dibandingkan

evaluasidampak, yang memerlukan sangat banyak sarana dalam pelaksanaannya.(Bastable, 1999),

Sedangkan menurut Azrul Azwar (1996), jenis evaluasi antara lain:

Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada tahap pengembangan

program dan sebelum program dimulai. Evaluasi yang dilakukan di

sini adalah pada saat merencanakan suatu program.Tujuan utamanya adalah untuk

meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah

yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang

bermaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau kebutuhanmasyarakat

ini dering disebut dengan studi penjajakan kebutuhan (Needass esment study).

Evaluasi proses atau evaluasi promotif yaitu suatu proses evaluasi yangmemberikan

gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada

dan terjangkaunya elemen-elemen fisik danstructural dari pada program. Evaluasi yang

dilakukan di sini adalah pada saat program sedang dilaksanakan. Tujuan utamanya adalah

untukmengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuaidengan

rencana atau tidak, atau apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat

merugikan pencapaian tujuan dari programtersebut. Pada umumnya ada dua bentuk

penilaian pada tahap pelaksanaanprogram ini yaitu monitoring dan penilaian berkala.

Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitassuatu program

selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilaisesudah program tersebut berjalan.

Penilaian yang dilakukan disini adalahpada saat program telah selesai dilaksanakan.

Tujuan utamanya dapatdibedakan menjadi dua yaitu mengukur keluaran (output) serta

mengukurdampak (impact) yang dihasilkan. Evaluasi dampak yaitu suatu evaluasi yang

menilai keseluruhan efektifitasprogram dalam menghasilkan target sasaran.

Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-peerubahan atauperbaikan dalam

morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatanlainnya untuk sekelompok penduduk

tertentu.

Page 30: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

BAB VIII

RPJMK, RTPK, DAN PERENCANAAN KESEHATAN TINGKAT PUSKESMAS.

8.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan (RPJMK)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional telah mengamanatkan bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan

untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang,

antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Berdasarkan hal inilah

maka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) harus

memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Landasan hukum yang menjadi dasar untuk

penyusunan perencanaan pembangunan pusat dan daerah adalah Undang-undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang SPPN Bab II pasal 2 menjelaskan bahwa tujuan SPPN adalah untuk menjamin

terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu,

antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Selanjutnya ditegaskan pada pasal 5

yang berbunyi bahwa RPJMD harus memperhatikan RPJP Daerah dan RPJMN. Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada bagian kedua mengenai Perencanaan

Pembangunan Daerah di Pasal 263 menyatakan bahwa Penyusunan RPJMD harus berpedoman

pada RPJPD dan RPJMN. Disusul pasal 264 yang menyatakan bahwa RPJMD dapat disesuaikan

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Selanjutnya pada pasal 269 dan pasal

271 dijelaskan tentang proses evaluasi RPJMD Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota yang dapat

dilakukan uji kesesuaian dengan RPJMN atau RPJMD Provinsi untuk Kabupaten/Kota. Selain

Undang-undang di atas, untuk perencanaan ditingkat daerah juga diatur dalam Peraturan menteri

dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengedalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah. Upaya sinkronisasi RPJMD dan RPJMN juga telah diatur dalam

peraturan ini. Bab IV pasal 50 sampai dengan pasal 84 khusus membahas mengenai RPJMD;

mengenai hal-hal yang harus tertuang dalam RPJMD, prosesnya, dan keluaran dari RPJMD

berupa penetapan peraturan daerah tentang RPJMD.

Page 31: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

8.2. Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK).

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis

(Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Pembangunan kesehatan periode 2015-2019 adalah Program lndonesia Sehat dengan sasaran

meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melaluiupaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan

pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut di atas, Kementerian Kesehatan menyusun dan

telahmenetapkan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-20'19 dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Rl Nomor HK 02.02lMenkes/52l2015. Setelah Renstra ditetapkan, perlu

dilakukan penjabaran dari program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra. Untuk itu

setiap unit utama yang mengampu program pembangunan kesehatan dan setiap satuan kerja yang

mengampu kegiatan pembangunan kesehatan, perlu menyusun Rencana Aksi Program atau

Rencana Aksi Kegiatan. Didalam penjabaran per tahun Rencana Aksi Kegiatan Direktorat

Kesehatan Keluarga 2016-2019, maka dibuatlah dokumen Rencana Kerja Tahunan yang tetap

harus menjaga keselarasan terhadap dokumen-dokumen diatasnya (Renstra, RPJMN) Rencana

Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017 merupakan turunan langsung pertahun dari dokumen Rencana

Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016- 2019. Yang merupakan penjabaran

dan mengacu darl RPJMN 2015-2019 dan Rencana Strategis Kemenkes 2015 – 2019.RKTadalah

upaya untuk menjabarkan Rencana Aksi Kegiatan “terkait” Kesehatan Keluarga dalam kurun

waktu 1 tahun kedepan yaitu sepanjang tahun 2017. Melalui RKT ini diharapkan dapat menjamin

keselarasan kegiatan pada tahun 2017. RAK Direktorat Kesehatan Keluarga 2015 - 2019 memiliki

ruang lingkup. Lnventarisasi kegiatan dari Direktorat Kesehatan Keluarga, mengacu pada Rencana

Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Keluarga 2016-2019 yang mengacu pada RPJMN 2015 -

2019 dan Renstra Kemenkes 2015 - 2019. Rencana Kerja Kegiatan / Tahunan(RKT) Direktorat

Kesehatan Keluarga ini disusun untuk memberikan panduan dan acuan bagi Direktorat Kesehatan

Keluarga dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan kegiatan.

Page 32: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

8.3. Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas.

Strategi pengembangan Puskesmas yang dilaksanakan, dimaksudkan untuk

memberikanwadah bagi Puskesmas untuk mengembangkan diri sesuai potensi masing-masing

yangtujuannya adalah peningkatan mutu layanan secara komprehensif (promotif, preventif,

kuratifdan rehabilitatif) dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip strategi

pengembanganPuskesmas. Prinsip-prinsip strategi pengembangan Puskesmas tersebut

diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan pengelolaan Puskesmas dan menjadi salah

satu agenda prioritas kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Prinsip-

prinsip strategi pengembangan Puskesmas yang harus diperhatikan diantaranya adalah :

1. Mengembangakan dan Mengelola Puskesmas Sebagai Pelaksana Upaya Kesehatan

Masyarakat(UKM) dan Upaya kesehatan Perorangan (UKP).Sesuai fungsinya, Puskesmas

merupakan lembaga yang bertanggungjawabmenyelenggarakan layanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan. Layanan kesehatan tersebut meliputi Upaya Kesehatan Peroranga

n (UKP)dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sekaligus. Dalam UKP, tujuan

utamanya adalah menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan. Layanan

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan rawat inap. Di UKP lebih ditekankan pada

upaya medis teknis.Sementara untuk UKM, tujuan kegiatan yang utama adalah memelihara

danmeningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit. Layanan ini bersifat publik (public

goods). Yang termasuk dalam layanan ini antara lain promosi kesehatan, pemberantasan

penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluar

ga berencana,kesehatan jiwa masyarakat dan berbagai program kesehatan masyarakat

lainnya. Dua tujuanlayanan ini apabila tidak dikelola dengan baik, akan timbul

permasalahan di belakang hari.Kenyataan di lapangan membuktikan, bahwa semakin maju

layanan UKP di dalam gedungPuskesmas, maka layanan UKM banyak yang terbengkalai.

Dari permasalahan ini munculkonsep untuk memisahkan antara dua jenis layanan tersebut

Page 33: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

dalam dua institusi yang berbeda.Contoh untuk pemisahan ini adalah Kabupaten Rembang,

dimana untuk pelayanan UKP danUKM benar-benar terpisah dalam dua lembaga yang

berbeda.Untuk kabupaten Banjarnegara, konsep pemisahan mutlak seperti ini mungkin

belummendesak. Konsep yang lebih cocok dikembangkan adalah pemisahan pengelolaan

UKP danUKM, tetapi masih dalam satu institusi. Pemisahan ini lebih ditekankan pada

reformasiorganisasi atau restrukturisasi Puskesmas. Konsep Puskesmas Terpadu mungkin

perlu kita ingatkembali dan disempurnakan.

2. Mengembangakan dan Mengelola Upaya Pemberdayaan Masyarakat Untuk

Kesehatan.Dalam Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,

disebutkan bahwa fungsi Puskesmas

adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan

masyarakat dan pemberian layanan kesehatan strata pertama (primer). Puskesmasmemiliki

tanggungjawab agar perorangan, terutama pemuka masyarakat, keluarga danmasyarakat

termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani dirisendiri

dan masyarakat untuk hdup sehat dengan memperhatikan situasi dan kondisi,

khususnyasosial budaya masyarakat setempat.

3. Mengembangkan dan Mengelola Strategi Kompetisi Dengan Layanan Kesehatan

PrimerLainnya.Puskesmas bukanlah satu-satunya pemberi layanan kesehatan primer

(strata pertama). Ditengah-tengah masyarakat ada banyak pemberi layanan kesehatan

primer lainnya yang

langsung berhubungan dengan masyarakat, terutama untuk layanan UKP. Di sana ada do

kter praktekswasta, bidan praktek swasta, Balai Pengobatan dan Klinik swasta serta rumah

sakit baik negeriatau swasta yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat layanan rujukan,

tapi sering jugamemberikan layanan langsung kepada masyarakat sesuai kebutuhan

masyarakat (memberilayanan primer).Untuk menyikapi ini, karena Puskesmas bukan

organisasi yang berorientasi padakeuntungan (finansial), maka Puskesmas harus mampu

mengembangkan strategi kompetisi yang sehat, agar layanan puskesmas mampu menjawab

kebutuhan masyarakat. Termasuk dalam hal

ini puskesmas harus melakukan “social marketing” untuk memasarkan kegiatan-

kegiatannya,terutama kegiatan layanan UKM yang biasanya tidak terlalu digarap serius

Page 34: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

oleh sektor swasta.Beberapa kegiatan layanan dalam gedung juga memiliki keunggulan.

Contohnya adalah kegiatanimunisasi dasar pada bayi. Dibandingkan layanan oleh swasta,

Puskesmas memiliki rantai dingin(cold chain) untuk penyimpanan vaksin yang standar

yang tidak dimiliki oleh sebagian besarsektor swasta, pemakaian yang sering dan jumlah

banyak memungkinkan vaksin di Puskesmasselalu baru. Biayanya juga lebih murah karena

merupakan program pemerintah,

sehingga pengadaan vaksin dan perlengkapannya mendapatkan subsidi. Tanggung jawab

Puskesmasadalah mempertahankan standarisasi tersebut termasuk dalam tindakan

pemberian vaksinnya. Iniadalah peluang baik yang dimiliki Puskesmas untuk berkompetisi

dengan penyedia layanan primer lainnya.Disamping dengan sektor swasta, puskesmas juga

harus berkompetisi dengan Puskesmaslainnya, terutama di wilayah-wilayah yang saling

berbatasan. Untuk ini diharapkan akan adaupaya di tiap Puskesmas untuk meningkatkan

mutu layanannya dan setiap Puskesmas diharapkandapat mengembangkan kegiatan lokal

spesifik sebagai ciri khas masing-masing Puskesmas untukmeningkatkan daya saing.

Mengembangkan dan Mengelola Kerjasama Dengan Layanan Kesehatan Primer

LainnyaPuskesmas sebagai ujung tombak Pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanyamerupakan kepanjangan tangan pemerintah untuk menyampaikan dan

memberikan

program- program layanan kesehatan baik pada perorangan maupun masyarakat. Agar ke

giatan-kegiatantersebut dapat berjalan dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan,

maka Puskesmas harusmembangun kerjasama dengan layanan kesehatan primer lainnya,

baik swasta maupun pemerintah.Kerjasama ini penting supaya tidak terjadi perbedaan yang

sangat dramatis

untuk penanggulangan masalah penyakit atau kesehatan yang akhirnya akan berdampak b

uruk padamasyarakat. Contoh, Pengobatan Tuberculosis (TBC) dengan strategi DOTs.

Sudah

terbukti bahwa pengobatan TBC dengan strategi DOTs lebih efektif daripada strategi kon

vensional.Kombinasi obat dan cara pemberiannya sudah sangat jelas. Angka kesembuhan

juga tinggi (lebihdari 90%). Tapi sayang, tidak semua penderita TBC diobati dengan

strategi DOTs, terutamamereka yang berobat ke layanan swasta. Pengobatan yang

diberikan msih sangat bervariasi,kadang malah sub-standar. Salah satu penyebabnya

Page 35: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

adalah karena Puskesmas tidak melibatkanlayanan swasta dengan memberikan informasi

dan fasilitasi sarana (obat) untuk

pengobatan penderita TBC dengan strategi DOTs. Akibatnya banyak penderita TBC yang

tidak mengalamikesembuhan karena drop out minum obat, bahkan muncul resistensi

kuman terhadap obat.Karena itu kerjasama menjadi sangat penting supaya capaian program

bisa berhasil. Kerjasama lain yang harus dikembangkan misalnya dalam hal pencatatan dan

pelaporan.Sesuai dengan asasa kerja Puskesmas yang berbasis kewilayahan, maka

Puskesmas merupakan

penanggung jawab seluruh kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan layanan

kesehatan di wilayahnya. Selama ini, layanan kesehatan yang dilakukan oleh sektor

swastasering tidak terpantau oleh Puskesmas karena belum ada sistem pencatatan dan

pelaporan yang baku dari sektor swasta untuk melaporkan kegiatannya ke

Puskesmas.Begitu juga dengan rumah sakit yang tidak melaporkan kegiatannya ke Dinas

Kesehatan.hal ini menyebabkan kita banyak kehilangan banyak data yang sangat penting

untuk

untuk perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan guna menentukan suatu kebijaka

n. Olehkarena itu kerjasama dalam hal ini perlu ditingkatkan, misalnya dengan menetapkan

suatustandar sistem pelaporan tentang kegiatan layanan kesehatan di seluruh wilayah

kabupaten.

4. Mengembangkan dan Mengelola Layanan Kesehatan Lokal Spesifik Penting bagi

puskesmas untuk mengembangkan kegiatan lokal spesifik sebagai ciri khas

layanankesehatan Puskesmas tersebut. Layanan yang dikembangkan menyesuaikan

dengan situasi dankondisi setempat, baik lingkungan geografis, demografis maupun sosial

budaya. Ini dimaksudkan agar agar Puskesmas mampu memberikan pilihan kepada

masyarakat mengenailayanan kesehatan yang dibutuhkan. Ini juga dapat menjadi nilai

lebih untuk meningkatkan dayasaing Puskesmas bersangkutan. Contoh kegiatan lokal

spesifik yang dapat dikembangkan olehPuskesmas sangat banyak, diantaranya pada

Puskesmas yang kondisi geografisnya sangat rawan terjadi bencana.

Page 36: MODUL PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, Soekidjo. 2006. Evaluasi Program Kesehatan

(Online),(http://www.geocities.ws/klinikikm/manajemen-kesehatan/evaluasi-program.htm.)

diakses pada tanggal 21 Januari 2015

Reinke, William A. 1987. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas

Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Anonym, 2009. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, , 20-10-2009.Anonym,

2008. Analisis SWOT, 20-10-2009

Bustan, M.N. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Rinea Cipta. Jakarta. Cetakan kedua. Edisi

revisi, Agustus 2006.

Noor, N.N. Epidemiologi. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 2008

Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI; 2015.

Arsyad, L., 2002. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE,

Yogyakarta.

Assauri, S., 2013. Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages, Edisi 2,

Cetakan, Rajawali Pers, Jakarta.

Azwar, A., 2008. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga, Bina Putera Aksara,

Jakarta.