modul pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan reanimasi

1031

Click here to load reader

Upload: letchumana-krishnan

Post on 22-Nov-2015

340 views

Category:

Documents


69 download

DESCRIPTION

anestesi

TRANSCRIPT

MODUL ANESTESIOLOGI 2008

i

K A R I

MODUL

PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

KOLEGIUM ANESTESIOLOGI & REANIMASI INDONESIA

2008

DAFTAR ISINo.TopikHalaman

1.Modul Keterampilan Dasar Anestesiologi I

2.Modul Keterampilan Dasar Anestesiologi II

3.Modul Keterampilan Dasar Anestesiologi III

4.Modul Kedokteran Perioperatif I

5.Modul Kedokteran Perioperatif II

6.Modul Persiapan Obat dan Alat Anestesia

7.Modul Traumatologi I

8.Modul Anestesia Umum

9.Modul Analgesia regional I (Biers block, spinal)

10.Modul Analgesia regional II (epidural, kaudal, blok saraf)

11.Modul Anestesia Bedah Ortopedi I

12.Modul Anestesia Bedah Ortopedi II

13.Modul Anestesia Bedah Onkologi dan Bedah Plastik

14.Modul Anestesia Bedah Urologi

15.Modul Anestesia Obstetri I

16.Modul Anestesia Obstetri II

17.Modul Anestesia Bedah THT I

18.Modul Anestesia Bedah THT II

19.Modul Anestesia Bedah Mata

20.Modul Anestesia Bedah Pediatrik I (prosedur sederhana)

21.Modul Anestesia Bedah Pediatrik II (lanjutan)

22.Modul Anestesia Bedah Saraf I (semester 4)

23.Modul Anestesia Bedah Saraf II (semester 6)

24.Modul Anestesia Bedah Rawat Jalan

25.Modul Anestesia Kardiotorasik I

26.Modul Anestesia Kardiotorasik II

27Modul Anestesia Bedah Darurat

28.Modul Anestesia Bedah Invasif Minimal

29.Modul Anestesia Di luar Kamar Bedah

30.Modul Anestesia dan Penyakit Khusus

31.Modul Anestesia dan Penyakit Langka

32.Modul Traumatologi II

33.Modul Post Anesthesia Care Unit (PACU)

34.Modul Penatalaksanaan Nyeri

35.Modul Intensive Care I

36.Modul Intensive Care II

37.Modul Penelitian

38.Modul Kemampuan Komunikasi dan Profesionalisme

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur disampaikan ke hadirat Ilahi Robbi, karena akhirnya Modul Pendidikan Anestesiologi & Reanimasi dapat diselesaikan.

Modul adalah profil suatu program pendidikan dokter spesialis atau subspesialis (spesialis konsultan) yang disusun oleh masing-masing kolegium ilmu kedokteran. Katalog mencakup visi dan misi, kompetensi, persyaratan dan alur pendaftaran peserta didik, pelaksanaan seleksi, lama serta isi program dan cara evaluasi, serta daftar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS). Dengan demikian pada Modul ini pun berisi hal-hal yang tersebut di atas.

Katalog ini dibuat oleh Komisi Ujian Nasional, Komisi Kompetensi KARI yang terdiri dari anggota tetap komisi dan para Ketua Program Studi (KPS) dan atau Sekretaris Program Studi (SPS) semua Pusat Pendidikan Anestesiologi & Reanimasi di Indonesia yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasananudin, Universitas Sumatra Utara, Universitas Udayana, Universitas Sebelas Maret dan Universitas Sriwijaya.

Isi Katalog ini sebagian besar diambil dari Katalog KARI edisi 1998 yang disusun oleh Prof.dr. Siti Chasnak Saleh, Prof.dr. Karyadi Wirjoatmojo, dr. Said Latief, dr. Ruswan Dachlan, dr. Bambang Suryono sebagai panitia ad hoc. Dengan penambahan hal-hal yang baru yang merupakan komponen Katalog seperti yang diharuskan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), akhirnya dapat dibuat Katalog edisi 2008.

Bandung, Juni 2008

Ketua Kolegium Anestesiologi & Reanimasi Indonesia

Prof. Dr. Tatang Bisri, dr., SpAn-KNA

TIM PEMBUAT MODULProf. Dr. Tatang Bisri, dr., SpAnKNAProf. M. Roesli Thaib, dr., SpAnKIC-KNA

Prof. Dr. Margaretta Rehatta, dr., SpAnKIC-KNA

Prof. Dr. Eddy Rahardjo, dr., SpAnKIC

Indro Mulyono, dr., SpAnKIC

Sun Sunatrio, dr., SpAnKIC

Hasanul Arifin, dr., SpAn

Bhirowo Yudo Pratomo, dr., SpAnElizeus Hanindito, dr., SpAnKIC

Tantani Sugiman, dr., SpAnKIC

Uripno Budiono, dr., SpAnErry Leksana, dr., SpAnKIC

MH. Sudjito, dr., SpAnKNA

Eddy Hariyanto, dr., SpAnKIC

Ratna Farida, dr., SpAn

Syafrudin Gaus, dr., SpAn, PhD

I.B. Gde Sujana, dr., SpAn

Sekretaris Tim Modul:

Dita Adityaningsih, dr., SpAn

Peta Kurikulum Pendidikan Spesialis AnestesiologiOrientasi &PembekalanMagangMandiriCR

Sem 1Sem 2Sem 3Sem 4Sem 5Sem 6Sem 7

3 bulan kuliah

3 bulan di OK6 bulan6 bulan6 bulan6 bulan6 bulan6 bulan

Catatan : Waktu dan semester di atas tidak mengikat. Hasil pembelajaran (learning outcome) bergantung pada pencapaian kompetensi. Bila sudah dianggap kompeten bisa naik semester (penilaian meliputi segi kognitif, afektif, psikomotor. Kognitif : lulus ujian, menyelesaikan tugas ilmiah. Psikomotor: mencapai jumlah kasus sesuai tabel di bawah. Afektif: penilaian tingkah laku/kepribadian)

Peta Kurikulum Pendidikan Spesialis Anestesiologi (FINAL)

NoModulSemesterSKS

IIIIIIIVVVIVII

1Modul Keterampilan Dasar Anestesiologi I

2Modul Keterampilan Dasar Anestesiologi II

3Modul Keterampilan Dasar Anestesiologi III

4Modul Kedokteran Perioperatif I

5Modul Kedokteran Perioperatif II

6Modul Persiapan Obat dan Alat Anestesia

7Modul Traumatologi I

8Modul Anestesia Umum

9Modul Analgesia regional I (Biers block, spinal)

10Modul Analgesia regional II (epidural, kaudal, blok saraf)

11Modul Anestesia Bedah Ortopedi I

12Modul Anestesia Bedah Ortopedi II

13Modul Anestesia Bedah Onkologi dan Bedah Plastik

14Modul Anestesia Bedah Urologi

15Modul Anestesia Obstetri I

16Modul Anestesia Obstetri II

17Modul Anestesia Bedah THT I

18Modul Anestesia Bedah THT II

19Modul Anestesia Bedah Mata

20Modul Anestesia Bedah Pediatrik I (prosedur sederhana)

21Modul Anestesia Bedah Pediatrik II (lanjutan)

22Modul Anestesia Bedah Saraf I

23Modul Anestesia Bedah Saraf II

24Modul Anestesia Bedah Rawat Jalan

25Modul Anestesia Kardiotorasik I

26Modul Anestesia Kardiotorasik II

27Modul Anestesia Bedah Darurat

28Modul Anestesia Bedah Invasif Minimal

29Modul Anestesia Di luar Kamar Bedah

30Modul Anestesia dan Penyakit Khusus

31Modul Anestesia dan Penyakit Langka

32Modul Traumatologi II

33Modul Post Anesthesia Care Unit (PACU)

34Modul Penatalaksanaan Nyeri

35Modul Intensive Care I

36Modul Intensive Care II

37Modul Penelitian

38Modul Kemampuan Komunikasi dan Profesionalisme

Jumlah Modul71097472

SKS1115151512121494

JENJANG 1 JENJANG 2MODUL 1KETERAMPILAN DASAR ANESTESIOLOGI I

Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi untuk Spesialis Anestesiologi

Mengembangkan kompetensiWaktu (selama Semester 1)

Sesi di dalam kelas

Sesi dengan fasilitasi pembimbing

Sesi aplikasi klinis5 X 4 jam (kuliah kuliah )

3 X 2 jam (diskusi dengan pembimbing)

3 pekan ( saat sesi praktek keterampilan dasar anestesia umum dan regional)

Persiapan Sesi

Sistem audio visual:

1. Komputer/Laptop,

2. Proyektor LCD dan Layar,

3. Flip chart,

4. Pemutar video,

5. OHP

Materi kuliah: CD , flash disc powerpoint Anatomi ,fisiologi, patofisiologi dan farmakologi klinis/terapan dalam anestesiologi:

1. Sistem pernafasan

2. Sistem kardiovaskular

3. Sistem saraf pusat

4. Sistem renal,

Sarana belajar:

1. Ruang kuliah

2. Ruang diskusi

- Penuntun Belajar: lihat materi acuan

- Daftar tilik kompetensi: lihat daftar tilik

- Referensi:1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006

2. Pharmacology and Physiology Stoelting ed. 4th 2006

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk memahami ilmu anatomi, fisiologi, farmakologi yang terkait dengan bidang anestesiologi.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk memahami ilmu dasar anatomi, fisiologi dan farmakologi , sistem pernafasan, kardiovaskular, sistem saraf pusat dan perifer, dan sistem lain terkait seperti metabolisme dan ekskresi guna mendukung pemahaman akan tugas tugasnya dalam memberikan anestesia umum maupun analgesia regional1.RANAH KOMPETENSI

Setelah melalui sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan:

KOGNITIF

1. Mampu menjelaskan anatomi jalan nafas, paru dan organ nafas

2. Mampu menjelaskan fisiologi dan beberapa patofisiologi jalan nafas, paru dan organ nafas

3. Mampu menjelaskan farmakologi obat-obat yang digunakan untuk mengatasi patologi jalan nafas, paru dan organ nafas

4. Mampu menjelaskan anatomi jantung, pembuluh darah dan darah

5. Mampu menjelaskan fisiologi dan beberapa patofisiologi jantung, pembuluh darah dan darah

6. Mampu menjelaskan farmakologi obat-obat yang digunakan untuk mengatasi patologi jantung, pembuluh darah dan darah

7. Mampu menjelaskan anatomi otak, saraf pusat dan saraf perifer

8. Mampu menjelaskan fisiologi dan beberapa patofisiologi otak, saraf pusat dan saraf perifer

9. Mampu menjelaskan mekanisme kesadaran, persepsi nyeri

10. Mampu menjelaskan farmakologi obat-obat yang berdampak pada susunan saraf otak dan saraf perifer, dan saraf autonom11. Mampu menjelaskan farmakologi obat-obat pelumpuh otot dan antagonisnya, opioid dan antagonisnya.

PSIKOMOTOR

1. Secara khusus tidak ada, karena ini pengetahuan intelektual

2. Keterampilan kognitif secara komprehensif, menggabungkan antara praktek anestesia dengan ilmu dasar anatomi, fisiologi dan farmakologi.

3. Mampu melakukan penilaian kesadaran setelah pemberian obat induksi.

4. Mampu melakukan penilaian patensi jalan nafas dan adekuat tidaknya pernafasan setelah pemberian obat-obat anestetik.

5. Mampu melakukan penilaian tanda-tanda perubahan sistem sirkulasi.

6. Mampu melakukan penilaian penunjuk anatomi (landmark) untuk analgesia lokal dan regional.

7. Mampu melakukan penilaian penunjuk anatomi untuk akses vena perifer dan sentral.

8. Mampu melakukan penilaian anatomi jalan nafas pada saat tindakan pembebasan jalan nafas.

KOMUNIKASI /HUB INTERPERSONAL

1. Mampu menjelaskan penyakit atau kelainan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan otak, saraf serta fungsi kesadaran kepada tim dokter, pasien dan keluarga pasien.2. Mampu menjelaskan kepada tim dokter, pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dan risiko terapi untuk penyakit atau kelainan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi darah dan fungsi kesadaran

3. Mampu menjelaskan kepada tim dokter, pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dan risiko obat-obat anestetik dan analgesikPROFESIONALISME

1. Menjamin bahwa dokter telah memiliki pengetahuan cukup untuk melakukan tindakan medis pada penyakit dan kelainan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi darah, jantung dan kesadaran seperti gagal nafas, penanggulangan syok, aritmia, resusitasi dan penanggulangan koma serta kenaikan tekanan intrakranial

2. Menjamin bahwa dokter telah memiliki pengetahuan cukup tentang farmakologi obat yang digunakan untuk mengobati penyakit dan kelainan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi darah, jantung dan kesadaran seperti gagal nafas, penanggulangan syok, aritmia, resusitasi dan penanggulangan koma serta kenaikan tekanan intrakranial

2. KEY NOTES (lihat buku Morgan)

Pada keynotes tersebut di bawah ini akan ditekankan topik fisiologi, sedangkan untuk anatomi dan farmakologi dapat dilihat pada buku rujukan Morgan.

Untuk telaah lebih dalam dapat dilihat pada buku Stoelting

Fisiologi

Fisiologi kardiovaskular:

1. Sangat berbeda dengan aksi potensial pada saraf, aksi potensial pada jantung spike diikuti dengan fase plateau selama 0.2 0.3 detik. Pada otot dan saraf aksi potensial terjadi oleh karena pembukaan kanal cepat natrium di membran sel. Pada otot jantung ini terjadi karena pembukaan kanal cepat sodium (spike) dan kanal lebih lambat kalsium (plateau).

2. Halotan, enfluran dan isofluran menekan nodus sinoatrial (SA) secara automatis. Obat-obat ini hanya memiliki efek langsung, sedang pada nodus atrioventrikular (AV), efeknya memanjangkan masa konduksi dan meningkatkan masa refrakter. Efek kombinasi ini dapat menjelaskan mengapa sering timbul junctional tachycardia bilamana suatu antikolinergik diberikan untuk sinus bradikardia selama anestesia inhalasi; junctional pacemakers lebih ditingkatkan daripada SA.3. Studi-studi menunjukkan bahwa semua anestetik uap menekan kontraktilitas jantung dengan menurunkan masuknya ion Ca ke dalam sel selama depolarisasi. (mengenai kanal Ca tipe T dan L), mengubah kinetik pelepasan dan ambilan ke dalam retikulum endoplasma, dan menurunkan sensitivitas protein-protein kontraktil terhadap kalsium.

4. Oleh karena indeks jantung (CI) memiliki rentang lebar, relatif tidak sensitif sebagai ukuran untuk menilai fungsi ventrikular. Nilai CI yang abmormal biasanya menunjukkan gangguan ventrikular secara umum.

5. Bila tidak ada anemia berat atau hipoksia, pengukuran tekanan oksigen vena campur atau saturasi merupakan cara terbaik untuk menilai adekuat tidaknya curah jantung.

6. Oleh karena peran atrium dalam pengisian ventrikular penting dalam mempertahankan low mean ventricular diastolic pressures, pasien-pasien dengan penurunan kekembangan ventrikular sangat terpengaruh oleh gangguan pada sistol atrial.

7. Curah jantung pada pasien dengan gangguan yang jelas pada ventrikel kanan atau kiri sangat sensitif terhadap peninggian pascabeban.

8. Fraksi ejeksi ventrikular (EF) adalah fraksi volume ventrikular diastolik akhir yang dipompakan ke luar, merupakan penilaian ukuran fungsi sistolik yang paling umum dipakai dalam klinik.

9. Fungsi diastolik ventrikel kiri dapat dinilai secara klinis dengan ekokardiografi Doppler, pemeriksaan secara transtorasik atau transesofageal.10. Oleh karena endokardium merupakan bagian intramural yang paling tertekan selama sistol, ini cenderung merupakan bagian yang mudah rusak oleh akibat iskemia pada waktu terjadi penurunan tekanan perfusi koroner.

11. Pada gagal jantung ketergantungan pada katekolamin meningkat. Penghentian tiba-tiba simpatetik atau penurunan kadar katekolamin dalam sirkulasi, seperti terjadi sesudah induksi anestesia, bisa menyebabkan dekompensasi jantung akut.

Fisiologi sistem respirasi

1. Anestesia umum menurunkan konsumsi O2 dan produksi CO2 kira kira 15%. Tambahan penurunan sering terjadi pada hipotermia. Penurunan tertinggi konsumsi O2 terjadi di otak dan jantung.

2. Pada akhir ekspirasi, tekanan intrapleural normal rata-rata 5 sm H2O dan karena tekanan alveolar adalah nol (tidak ada aliran), tekanan transpulmoner adalah +5smH2O.

3. Volume paru pada akhir ekshalasi normal disebut kapasitas residual fungsional (FRC). Pada volume ini, rekoil elastik masuk paru kira-kira sama dengan rekoil elastik keluar dada (termasuk tonus diafragma yang istirahat).

4. Kapasitas penutupan normal lebih rendah dari FRC, tetapi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Peningkatan ini mungkin yang menyebabkan penurunan PaO2 terkait dengan peningkatan umur.

5. Induksi anestesia secara konsisten menurunkan FRC 15-40% (400ml pada hampir semua pasien), di luar yang terjadi akibat posisi telentang.

6. Pada volume ekspiratori paksa detik pertama (FEV1) dan kapasitas vital paksa (FVC) ada upaya yang terikat, aliran ekspiratori tengah paksa (FEF25-75%) adalah upaya yang bebas dan mungkin lebih handal untuk menilai obstruksi.

7. Faktor-faktor lokal lebih penting daripada sistem autonom dalam mempengaruhi tonus vaskular paru. Hipoksia adalah rangsangan kuat untuk vasokonstriksi pulmoner (kebalikan efek sistemik).

8. Oleh karena ventilasi alveolar kira-kira 4 liter/menit dan curah jantung 5 liter/menit, maka V/Q rasio keseluruhan adalah 0.8

9. Pintasan menunjukkan proses di mana desaturasi, vena campur dari jantung kanan kembali ke jantung kiri tanpa mengalami resaturasi O2 di paru. Efek keseluruhan pintasan adalah menurunkan (dilusi) kandungan O2: jenis pintasan ini adalah pintasan kanan ke kiri.

10. Anestesia umum biasanya meningkatkan percampuran vena sampai 5-10%, mungkin sebagai akibat atelektasis dan kolaps jalan nafas di area bergantung pada paru.

11. Peningkatan PaCO2(>75mmHg) pada udara kamar akan menimbulkan hipoksia (PaO2100 kali/menit. Pengisapan melalui ETT harus dilakukan segera setelah lahir pada bayi dengan mekonium dan diulangi sampai trakea bersih. Tiap upaya isap harus singkat untuk mencegah bradikardia.

2. Ventilasi. Sesudah rangsangan dan stabilisasi, bayi yang bernafas spontan dan HR > 100 x/menit tetapi tampak sianosis sentral (wajah, tubuh dan membran mukosa), harus diberi suplemen oksigen. Sianosis akral (hanya di kaki dan tangan) biasanya normal dan tidak handal sebagai indikator hipoksemia. Beri ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100% bila apnea, sianosis dan HR < 100 x/menit. Balon resusitator dan sungkup muka harus diupayakan segera. Nafas awal bisa memerlukan tekanan jalan nafas 30-40 sm H2O yang dipertahankan selama 2 detik. Tekanan jalan nafas harus dijaga serendah mungkin (pastikan paru mengembang dan cegah distensi lambung). Lakukan terus ventilasi bantu sampai timbul ventilasi spontan adekuat dan HR >100 x/menit. ETT dipasang bilamana ventilasi dengan sungkup muka tidak efektif, diperlukan pengisapan melalui ETT (aspirasi mekonium), atau diperlukan ventilasi berkepanjangan.

3. Kompresi dada. Untuk HR < 100, harus dievaluasi setelah pemberian ventilasi adekuat dengan oksigen 100% selama 30 detik. Bila HR < 60 kompresi dada harus juga dilakukan di samping bantuan nafas. Dilakukan pada sepertiga bawah dari sternum, dan kompresi dada sedalam 1/3 kedalaman antero-posterior. Kompresi dan ventilasi harus dikoordinasikan dengan rasio 3:1, dengan 90 kompresi dan 30 nafas sehingga dalam 1 menit diperoleh 120 kali upaya. Kompresi dihentikan seiap 30 detik untuk menilai ulang respirasi, HR, warna dan harus dilanjutkan terus sampai HR spontan > 60 x/menit

4. Pemberian obat-obat dan cairan resusitasi . Obat-obat resusitasi harus diberikan bila HR masih < 60 x/menit kalaupun ventilasi sudah adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada. Vena umbilikalis, terbesar dan tertipis di antara 3 pembuluh darah dalam tali pusat, merupakan akses vaskular untuk resusitasi neonatus. Bila tak ada akses vaskular, epinefrin, atropin, lidokain, nalokson dibilas dengan larutan NaCl 0,9% 5 mL dapat diberikan melalui ETT.

5. Dosis obat dan cairan

a. Suplemen oksigen harus diberikan pada waktu ventilasi tekanan positif. Berikan oksigen bila nafas spontan, tetapi ada sianosis sentral. Dianjurkan untuk tidak memberikan oksigen 100% dalam waktu lama.

b. Epinefrin. Efek -adrenergik dari epinefrin meningkatkan HR selama resusitasi neonatus. Indikasi pada asistol dan bradikardia < 60 x/menit sekalipun sudah dengan ventilasi tekanan positif dan kompresi dada. Dosis 0,01-0.03 mg/kg larutan 1:10.000 IV. Melalui ETT 0,1 mg/kg. Dosis dapat diulang setiap 3-5 menit, sesuai kebutuhan.

c.Nalokson adalah antagonis spesifik untuk opiat diberikan bila ada depresi nafas pada neonatus sekunder karena pemberian narkotik pada ibunya. Dosis 0.1 mg/kg. Harus selalu diobservasi akan timbulnya ulang depresi atau terjadi reaksi withdrawal.d. Pemberian sodium bikarbonat secara rutin tidak dianjurkan. Dapat dipertimbangkan selama henti jantung yang berkepanjangan untuk mengatasi depresi fungsi miokard dan penurunan kerja katekolamin yang ditimbulkan oleh asidosis. Perdarahan intraventrikular pada bayi prematur terjadi karena beban osmolar yang terjadi karena pemberian Na-bikarbonat. Preparat untuk neonatus 4,2% atau 0,5 mEq/mL dapat menghindarkan efek samping di atas. Dosis awal 1 mEq/kg intavena diberikan selama 2menit. Selanjutnya 0,5 mEq/kg diberikan setiap 10 menit dan pH dan PaCO2 harus selalu diperiksa.

e. Atropin, kalsium, glukosa tidak dianjurkan pada resusitasi neonatus kecuali dengan indikasi khusus.

f. Cairan. Hipovolemia harus dipertimbangkan pada perdarahan peripartum atau bila hipotensi, nadi lemah, tetap pucat sekalipun sudah dilakukan oksigenasi dan kompresi dada. Cairan yang digunakan kristaloid 10 ml/kg dan diulang bila perlu. Pemberian volume ekspander seperti albumin secara cepat dapat menimbulkan perdarahan intraventrikular.

MODUL 4 :KEDOKTERAN PERIOPERATIF I

Mengembangkan KompetensiWaktu (Semester 1 dan2 )

Sesi di dalam kelas

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing

Sesi praktek dan pencapaian kompetensi2 X 1 jam (classroom session)

3 X 2 (coaching session)

4 pekan (facilitation & assessment)

PERSIAPAN SESI

Audiovisual Aid:

1. LCD proyektor dan layar2. Laptop

3. OHP

4. Flipchart

5. Pemutar videoMateri presentasi:

CD powerpoint

Sarana:

1. Ruang belajar

2. Ruang pemeriksaan

3. Ruang pulih

4. Bangsal rawat inap/pengamatan lanjut

Kasus : pasien di ruang BEDAH (Bedah, Kebidanan dll)

Alat bantu latih : model anatomi /simulator

Penuntun belajar : lihat acuan materi

Daftar tilik kompetensi : lihat daftar tilik

Referensi :

1. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. Clinical Anaesthesiology, 4th ed, New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2006

2. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins ; 2006

3. Millers Anesthesia 6th ed 2005.

4. Perioperatif Medicine, Gillman, J,19985. Perioperatif Care, Stone,DJ,2004

1. Tujuan Pembelajaran Umum :

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didikan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan evaluasi, mempersiapkan anestesia, melakukan asuhan pascabedah untuk pasien ASA 1 dan 2 yang dilakukan pembedahan untuk mengurangi morbiditas bedah, meningkatkan kualitas asuhan perioperatif dan menghemat biaya.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus:

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan:

a. Kognitif

i. Memahami arti kedokteran perioperatif.

ii. Mampu menjelaskan tentang tanggapan fisiologi terhadap pembedahan dan anestesia.

iii. Mampu menjelaskan indikasi dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, fungsi ginjal, fungsi hati dan endokrin.

iv. Mampu menjelaskan indikasi dan menilai hasil pemeriksaan foto toraks dan EKG.

v. Mampu melakukan identifikasikan riwayat penyakit atau kelainan pasien preoperatif yang mempengaruhi jalannya anestesia.

vi. Mampu menentukan dengan benar status fisis pasien berdasarkan klasifikasi ASA.

vii. Mampu menjelaskan rencana anestesia untuk prosedur bedah yang akan dilakukan.

viii. Mampu menjelaskan persiapan alat dan obat untuk rencana operasi dengan anestesia umum.

ix. Mampu menjelaskan sirkuit nafas mesin anestesia pada anestesia umum.

x. Mampu menjelaskan dan menginterpretasikan hasil monitor.

xi. Mampu menjelaskan tanda-tanda kegawatan pasien.

xii. Mampu menjelaskan penanggulangan nyeri pascabedahb. Psikomotor

i. Mampu melakukan pencatatan hal-hal penting yang terkait dengan tindakan anestesia umum dalam rekam medis preoperatif.

ii. Mampu mempersiapkan alat anestesia umum.

iii. Mampu memasang alat/mesin anestesia dengan benar.

iv. Mampu memasang alat monitor dengan benar.

v. Mampu melakukan interpretasi hasil monitor dan mampu melakukan tindakan segera sesuai hasil monitor sebelum, selama dan sesudah anestesia.

vi. Mampu melakukan pencatatan rekam medis anestesia secara benar pada tindakan yang dilakukan pada butir 2.

vii. Mampu melakukan penanggulangan nyeri pascabedah.

c. Komunikasi/hubungan interpersonal

i. Mampu berinteraksi dengan orang lain atas dasar saling menghargai dan menghormati.

ii. Mampu memberikan keterangan tentang kondisi pasien kepada sejawat senior atau konsulen.

iii. Mampu menjelaskan pada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi pasien preoperatif dan langkah-langkah tindakan anestesia yang akan dilakukan serta risiko yang bisa terjadi.

iv. Mampu menciptakan kondisi kerjasama tim di antara semua petugas kesehatan yang terlibat di kamar operasi.

v. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang penanggulangan nyeri dan rasa tidak nyaman pascabedah.

d. Profesionalisme

i. Mampu bekerja sesuai prosedur.

ii. Mampu memberikan kemudahan kepada operator saat operasi.

iii. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.

iv. Mampu menjaga kerahasiaan pasien.v. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi pasien sesuai hak pasien.

vi. Mampu melakukan pekerjaan secara efisien.

3. Key notes

a. Sasaran utama asesmen medis prabedah dan praprosedur pasien yang akan menerima anestesia adalah untuk menurunkan angka kematian bedah, meningkatkan kualitas asuhan medis tetapi menurunkan biaya asuhan perioperatif dan pasien kembali dengan fungsi yang diinginkan secepat mungkin.

b. Evaluasi dasar untuk prabedah dan praprosedur adalah data yang memperlihatkan kondisi pasien dan optimasi asuhan perioperatif yang menjadi prediktor signifikan untuk kematian pascabedah.

c. Evaluasi prabedah dan praprosedur mengajukan oportuniti untuk memotivasi pasien agar mendapatkan kualitas hidup yang lebih tinggi dengan demikian memperbaiki outcome secepatnya dan peningkatan jangka panjang.

d. Tiga area riwayat cepat yang mempengaruhi evaluasi perioperatif adalah toleransi latihan, riwayat penyakit sekarang dan kapan kunjungan akhir pasien ke rumah sakit (primary care physician).

e. Tiga aspek riwayat menahun yang mempengaruhi evaluasi perioperatif adalah pengobatan alasan pemakaiannya serta alergi; riwayat sosial, termasuk obat (drug), alkohol, penggunaan rokok dan penghentiannya; riwayat keluarga dan penyakit sebelumnnya.

f. Tiga aspek pemeriksaan fisis adalah, jalan nafas, kardiovaskular dan evaluasi paru.

g. Pada umumnya, tidak banyak benefit yang didapat tes laboratorium yang tak terindikasi, dan tes sebaiknya dicadangkan untuk yang condong menghasilkan meningkatkan mengobatan atau pencegahan problem potensial.

h. Prosedur bedah yang luas mempengaruhi kebutuhan tes rutin sedangkan prosedur dengan risiko ringan tidak atau sedikit memerlukan tes diagnostik.

4. Pokok Bahasan

a. Definisi Kedokteran Perioperatif

b. Perubahan fisiologi akibat anestesia dan pembedahan

c. Pemeriksaan laboratorium darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dan endokrin

d. Membaca foto toraks dan elektrokardiograme. Faktor-faktor yang menentukan risiko perioperatif

f. Persiapan preoperatif (Modul Persiapan Anestesia)

g. Penatalaksanaan Anestesia Umum

h. Pemantauani. Penatalaksanaan pasca-anestesiaj. Penatalaksanaan nyeri pascabedah (Modul Penatalaksanaan Nyeri)

5. Waktu : Semester I 3 SKS

6. Metode:

a. Pre-tesi. Jelaskan tanggapan fisiologi akibat anestesia dan pembedahan.

ii. Jelaskan manfaat kunjungan pasien preoperatif.

iii. Jelaskan dan berikan contoh tentang klasifikasi status fisis menurut American Society of Anesthesiologist (ASA).iv. Jelaskan persiapan pasien sebelum anestesia umum pada operasi berencana.

v. Jelaskan tentang peralatan, obat-obatan termasuk terapi cairan yang harus dipersiapkan untuk memberikan anestesia umum.

vi. Jelaskan pemantauan yang harus dilakukan pada saat induksi, intubasi dan selama tindakan anestesia umum.

vii. Sebutkan tanda-tanda kegawatan mengancam nyawa selama pemantauan.

viii. Jelaskan cara mengakhiri tindakan anestesia.

ix. Jelaskan penatalaksanaan pasien pasca-anestesia termasuk penanggulangan nyeri.

b. Kognitif

i. Kuliah pendahuluan

ii. Belajar mandiri

iii. Belajar berkelompok

iv. Belajar berbasis problemav. Diskusi kelompok

vi. Simulasi pasien

c. Psikomotor

i. Supervisi klinisii. Penatalaksanaan pasien berdasarkan problema

d. Komunikasi/hubungan interpersonal

i. Supervisi klinisii. Penatalaksanaan pasien berdasarkan problemae. Profesionalisme

i. Penatalaksanaan pasien berdasarkan problema7. Sumber Pembelajaran

a. Audiovisual

b. Praktek di kamar operasi

c. Internet

8. Media

a. Audiovisual

b. Praktek di kamar operasi

9. Alat Bantu

a. Audiovisual

b. Praktek di kamar operasi

10. Evaluasi

a. MCQ

b. EMQ

c. OSCE

d. Minicheck

e. Multiple observations and assessments

11. Kata-kata Kunci

a. Kedokteran perioperatif

b. Risiko periopertif

c. Kunjungan praanestesiad. Status fisis ASA

e. STATICS

f. Pemantauan periopertatif

g. Penanggulangan nyeri

Daftar Cek Penuntun belajar

NoDaftar cek penuntun belajar Sudah dikerjakanBelum dikerjakan

1.Definisi Kedokteran perioperatif

2.TANGGAPAN FISIOLOGI AKIBAT ANESTESIA

3. KUNJUNGAN PRAANESTESIA

4.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN DARAH

5.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

6.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI HATI

7.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI ENDOKRIN

8.MENILAI HASIL FOTO TORAKS

9.MENILAI HASIL EKG

10.MENENTUKAN STATUS FISIS ASA

11.PERSIAPAN PRAANESTESIA DI KAMAR OPERASI:

A.Persiapan mesin anestesia

B.Persiapan STATICS

C.Persiapan obat-obatan dan cairan Infusi

D.Persiapan dan pemasangan alat-alat monitor

E. Pemantauan selama anestesia

F.Penatalaksanaan pascabedah di ruang pulih

G.Penanggulangan nyeri

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda

DAFTAR TILIK

Berikan tanda ( dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan, dan berikan tanda ( bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan

(MemuaskanLangkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur Standard atau penuntun

(Tidak memuaskanTidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur Standard atau penuntun

T/DTidak diamatiLangkah, tugas atau keterampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama penilaian oleh pelatih

Nama peserta didikTanggal

Nama pasienNo Rekam Medis

DAFTAR TILIK

NoKegiatan / langkah klinisKesempatan ke

12345

Peserta dinyatakan :

( Layak

( Tidak layak

melakukan prosedur Tanda tangan pelatih

Tanda tangan dan nama terang

MODUL 5 :KEDOKTERAN PERIOPERATIF II

Mengembangkan KompetensiWaktu (Semester 2)

Sesi di dalam kelas

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing

Sesi praktek dan pencapaian kompetensi2 X 1 jam (classroom session)

3 X 2 (coaching session)

4 pekan (facilitation & assessment)

PERSIAPAN SESI

Audiovisual Aid:

LCD Proyektor dan layarLaptop

OHP

Flipchart

Pemutar videoMateri presentasi:

CD PowerPoint

Sarana:

Ruang belajar

Ruang pemeriksaan

Ruang Pulih

Bangsal Rawat Inap/Pengamatan Lanjut

Kasus : pasien di ruang PACU

Alat Bantu Latih : Model anatomi /Simulator

Penuntun Belajar : lihat acuan materi

Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik

Referensi :

1. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. Clinical Anaesthesiology, 4th ed, New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2006

2. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins ; 2006

3. Millers Anesthesia 6th ed 2005.

4. Perioperatif Medicine, Gillman, J,1998

5. Perioperatif Care, Stone,DJ,2004

1.Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik akan memiliki pengetahuan dan keterampilan memberikan anestesia umum dan analgesia regional2.Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan:

a. Kognitif

i. Mampu melakukan identifikasikan riwayat penyakit atau kelainan pasien preoperatif yang akan mempengaruhi jalannya anestesiaii. Mampu menilai dan mengoptimalkan kondisi penyakit atau kelainan pasien perioperatif

iii. Mampu menjelaskan indikasi dan hasil pemeriksaan CT scan kepala, toraks dan abdomen, serta Echocardiografi

iv. Mampu menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien

v. Mampu menjelaskan rencana anestesia untuk prosedur bedah yang akan dilakukan

vi. Mampu menjelaskan persiapan alat dan obat untuk rencana operasi dengan anestesia umum maupun analgesia regionalvii. Mampu menjelaskan dan menginterpretasikan hasil monitor

viii. Mampu menjelaskan tanda-tanda kegawatan pasien

ix. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pencegahan terhadap komplikasi pascabedahx. Mampu menjelaskan penanggulangan nyeri pascabedahxi. Mampu menjelaskan indikasi pasien rawat ICU

b. Psikomotor

i. Mampu melakukan pencatatan hal-hal penting yang terkait dengan tindakan anestesia dalam rekam medis preoperatifii. Mampu mengoptimalkan kondisi pasien dengan riwayat penyakit atau kelainan preoperatif

iii. Mampu mempersiapkan alat anestesia umum atau regional yang diperlukan

iv. Mampu memasang alat/mesin anestesia dengan benar

v. Mampu melakukan tindakan anestesia umum yaitu premedikasi, induksi, intubasi trakea atau LMA atau sungkup muka, pemeliharaan anestesia, dan penatalaksanaan pasca-anestesia

vi. Mampu melakukan tindakan analgesia regional (Biers, SAB) dan penatalaksanaan pasca-anestesianya

vii. Mampu memasang alat monitor invasif dan noninvasif dengan benar

viii. Mampu melakukan interpretasi hasil monitor dan mampu melakukan tindakan segera sesuai hasil monitor sebelum, selama dan sesudah anestesiaix. Mampu melakukan pencatatan rekam medis anestesia secara benar pada tindakan yang dilakukan pada butir 2

x. Mampu melakukan penanggulangan nyeri pascabedahxi. Mampu menilai pasien yang indikasi rawat ICU

c. Komunikasi/hubungan interpersonal

i. Mampu berinteraksi dengan orang lain atas dasar saling menghargai dan menghormati

ii. Mampu memberikan keterangan tentang kondisi pasien dan kemungkinan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan, pemberian obat-obatan atau upaya optimalisasi kondisi pasien kepada sejawat senior atau konsulen

iii. Mampu menjelaskan pada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi pasien preoperatif dan langkah-langkah tindakan anestesia yang akan dilakukan serta risiko yang bisa terjadi

iv. Mampu menciptakan kondisi kerjasama tim di antara semua petugas kesehatan yang terlibat di kamar operasi

v. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang penanggulangan nyeri dan rasa tidak nyaman pascabedahvi. Mampu memperoleh kemudahan agar pasien dapat di rawat di ICU atau ruang rawat lain sesuai kondisi pasien pascabedahd. Profesionalisme

i. Mampu bekerja sesuai prosedur

ii. Mampu memberikan kemudahan kepada operator saat operasi

iii. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing

iv. Mampu menjaga kerahasian pasien

v. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi pasien sesuai hak pasien

vi. Mampu melakukan pekerjaan secara efisien

3. Key-notes

i..Faktor kebiasaan pasien, seperti merokok, minum alkohol dan kebergantung padaan merupakan problem yang harus dipertanyakan dan menjadi konsideran dalam

persiapan perioperatif

ii.Penyakit penyerta selainan bedah yang akan menentukan nilai ASA menjadi pertimbangan tersendiri dalam persiapan perioperatif.

iii.Obat yang diberikan pada pasien sebelum pembedahan dapat berinteraksi dengan obat-obat yang akan diberikan selama anestesia yang menjadi pertimbangan apakah diteruskan , dihentikan atau perubahan dosis selama perioperatif.

4. Pokok Bahasan

a. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang seperti CT scan dan echocardiografi

b. Persiapan preoperatif (Modul Persiapan Anestesia)

c. Penatalaksanaan Anestesia Umum

d. Penatalaksanaan Analgesia regional (Modul Analgesia regional I dan II)

e. Pemantauanf. Penatalaksanaan pasca-anestesiag. Pengelolaa nyeri pascabedah (Modul Penatalaksanaan Nyeri)

h. Penatalaksanaan ICU (Modul Intensive Care I)

4. Waktu : Semester II

5. Metode:

a. Pre-tesi. Jelaskan indikasi pemeriksaan echocardiografi

ii. Jelaskan cara mempersiapkan pasien dengan kelainan paru obstruktif dan restriktif pada operasi berencana dan darurat

iii. Jelaskan cara mempersiapkan pasien dengan riwayat diabetes melitus pada operasi berencana dan darurat

iv. Jelaskan cara mengoptimalkan pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner pada operasi berencana dan darurat

v. Jelaskan tentang peralatan, obat-obatan termasuk terapi cairan yang harus dipersiapkan untuk memberikan anestesia umum ataupun regional

vi. Jelaskan pemantauan yang harus dilakukan pada saat induksi, intubasi dan selama tindakan anestesia umum ( pada butir 2-4)

vii. Jelaskan pemantauan yang harus dilakukan pada tindakan analgesia regional (pada butir 2-4)

viii. Sebutkan tanda-tanda kegawatan mengancam nyawa selama pemantauan

ix. Jelaskan cara mengakhiri tindakan anestesiax. Jelaskan penatalaksanaan pasien pasca-anestesia termasuk penanggulangan nyeri

xi. Jelaskan indikasi masuk pasien ke ICU

b. Kognitif

i. Kuliah pendahuluan

ii. Belajar mandiri

iii. Belajar berkelompok

iv. Belajar berbasis problemav. Diskusi kelompok

vi. Simulasi pasien

c. Psikomotor

i. Supervisi klinisii. Penatalaksanaan pasien berdasarkan problema

d. Komunikasi/hubungan interpersonal

i. Supervisi klinisii. Penatalaksanaan pasien berdasarkan problemae. Profesionalisme

i. Penatalaksanaan pasien berdasarkan problema6.Sumber Pembelajaran

a. Audiovisual

b. Praktek di kamar operasi

c. Internet

7. Media

a. Audiovisual

b. Praktek di kamar operasi

8. Alat Bantu

a. Audiovisual

b. Praktek di kamar operasi

9. Evaluasi

a. MCQ

b. EMQ

c. OSCE

d. Minicheck

e. Multiple observations and assessments

10. Kata-kata kunci

a. status fisis ASA

b. penyakit paru obstruktif dan restriktif

c. diabetes melitus

d. fungsi ventrikular kiri

e. pemantauan invasif dan noninvasiff. penatalaksanaan pascabedahg. penatalaksanaan nyeri

h. Intensive Care Unit

Daftar Cek Penuntun belajar

NoDaftar cek penuntun belajar Sudah dikerjakanBelum dikerjakan

1.Definisi Kedokteran perioperatif

2.TANGGAPAN FISIOLOGI AKIBAT ANESTESIA

3. KUNJUNGAN PRAANESTESIA

4.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN DARAH

5.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

6.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI HATI

7.MENILAI HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI ENDOKRIN

8.MENILAI HASIL FOTO TORAKS

9.MENILAI HASIL EKG

10.MENENTUKAN STATUS FISIS ASA

11.PERSIAPAN PRAANESTESIA DI KAMAR OPERASI:

A.Persiapan mesin anestesia

B..Persiapan STATICS

C.Persiapan obat-obat dan cairan infusi

D.Persiapan dan pemasangan alat-alat monitor

E. Pemantauan selama anestesia

F.Penatalaksanaan pascabedah di ruang pulih

G.Penanggulangan nyeri

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda

Daftar Cek Penuntun belajar

NoDaftar cek penuntun belajar Sudah dikerjakanBelum dikerjakan

1.PERSIAPAN PRAANESTESIA

a.Penilaian hasil laboratorium

b.Penilaian hasil foto toraks

c.Penilaian hasil EKG

d.Penilaian hasil CT scan kepala/ toraks/ abdomen

e.Penilaian hasil Echocardiografi

f.Optimalisasi kondisi pasien

2.PERSIAPAN DI KAMAR OPERASI

a.Persiapan STATICS

b.Persiapan mesin anestesia

c.Persiapan peralatan analgesia regional

d.Persiapan dan pemasangan alat monitor noninvasif

f..persiapan dan pemasangan alat monitor invasif

h. Pemantauan selama anestesia

i.Pencegahan dan penatalaksanaan segera kegawatan selama anestesia

3. PENATALAKSANAAN PASCABEDAH

a.Penanggulangan nyeri

b.Indikasi rawat ICU

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda

DAFTAR TILIK

Berikan tanda ( dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan, dan berikan tanda ( bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan

(MemuaskanLangkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur Standard atau penuntun

(Tidak memuaskanTidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur Standard atau penuntun

T/DTidak diamatiLangkah, tugas atau keterampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama penilaian oleh pelatih

Nama peserta didikTanggal

Nama pasienNo Rekam Medis

DAFTAR TILIK

NoKegiatan / langkah klinisKesempatan ke

12345

Peserta dinyatakan :

( Layak

( Tidak layak

melakukan prosedur Tanda tangan pelatih

Tanda tangan dan nama terang

MATERI ACUAN

11. URAIAN:

11.1. Introduksi

a. DefinisiSuatu ilmu kedokteran yang mencakup problema-problema sebelum anestesia/pembedahan, dalam anestesia/pembedahan dan sesudah anestesia/pembedahan.b. Ruang lingkupMeliputi semua aspek fisiologis dan patologis yang mempengaruhi anestesia dan pembedahan, pengaruh anestesia dan pembedahan terhadap fisiologi tubuh dan risiko maupun komplikasi yang diakibatkannya.c. Risiko Perioperatif

Risiko yang berhubungan dengan anestesia dan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam:

1. risiko yang berhubungan dengan kondisi pasien

2. risiko yang berhubungan dengan prosedur pembedahan

3. risiko yang berhubungan fasilitas termasuk sumber daya manusia di rumah sakit

4. risiko yang berhungan dengan obat atau teknik anestesiad. Tanggapan fisiologi yang terjadi akibat pembedahan :

1. Pengaruh langsung obat anestetik terhadap sekresi hormone-hormon: ACTH, kortisol, antidiuretik, tiroid, katekolamin, sistem renin-angiotensin-aldosteron, insulin dan metabolisme glukosa.

2. Pengaruh langsung obat anestetik terhadap sistem respirasi dan kardiovaskular

e. Penilaian prabedah meliputi:1. penilaian terhadap keadaan pasien secara menyeluruh termasuk riwayat penyakit, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang yang mendukungnya

2. melakukan identifikasi faktor-faktor risiko anestesia, dan bila bermakna pasien harus diberitahu

3. mengoptimalkan kondisi kesehatan pasien sebelum tindakan anestesia dan pembedahan, seperti melakukan fisioterapi dada, latihan nafas dsb.

4. menentukan status fisis berdasarkan American Society of Anesthesiologist (ASA)

5. merencanakan teknik anestesia dan penatalaksanaan perioperatif seperti terapi cairan dan transfusi darah

6. memperkenalkan diri kepada pasien agar dapat megurangi kecemasan dan akan mempermudah dalam melakukan induksi anestesia7. memberikan instruksi yang jelas tentang obat yang harus diteruskan atau dihentikan pada hari pembedahan

8. mempersiapkan obat-obat premedikasid. Instruksi praanestesia kepada perawat ruangan harus tertulis dengan jelas meliputi:

1. pemeriksaan penunjang tambahan

2. lamanya puasa

3. persiapan darah atau produk darah, golongan darah dan jumlah yang diperlukan

4. jenis obat yang harus terus diberikan atau dihentikan pada hari pembedahan

5. terapi inhalasi pada pasien PPOK atau riwayat asma

6. pemasangan infusi dekstrosa pada pasien diabetes

7. obat premedikasi: dosis, cara dan waktu pemberian e. Pemeriksaan penunjang rutin yang harus dilakukan:

1. pemeriksaan darah lengkap

2. urinalisis (bila gula positif harus ditambah pemeriksaan gula darah)

3. ureum, kreatinin, elektrolit: pada pembedahan besar

4. EKG: umur > 40 tahun

5. Foto toraks: umur > 60 tahun

6. uji fungsi hati: pada pembedahan besar pasien umur > 50 tahun

f. Pemeriksaan penunjang berdasakan indikasi:1. Pemeriksaan darah lengkap:

i. Anemia dan kelainan/penyakit hematologi lainnya

ii. Gangguan ginjal

iii. Pasien dalam kemoterapi

2. Ureum, kreatinin, dan elektroliti. Gangguan/penyakit hati dan ginjalii. Gangguan metabolik, seperti diabetes melitusiii. Riwayat diare, muntahiv. Kondisi nutrisi burukv. Persiapan usus prabedahvi. Riwayat pemberian obat-obat digitalis, diuretika, antihipertensi, steroid, obat anti diabetes3. Gula darahi. Diabetes melitusii. Penyakit hati berat4. Elektrokardiogrami. Hipertensi, penyakit jantung atau penyakit paru kronikii. Diabetes melitus5. Foto toraksi. Gangguan pernafasan yang bermakna atau penyakit paruii. Penyakit jantung6. Analisis gas darah arterii. Obesitasii. Pasien dengan gangguan nafasiii. Penyakit paru sedang sampai berativ. Sakit kritis atau sepsisv. Bedah toraks7. Uji fungsi parui. Bedah toraksii. Penyakit paru sedang sampai berat, seperti PPOK, bronkiektasi, penyakit paru restriksi8. Uji fungsi hatii. Penyakit hepatobilierii. Riwayat peminum alkoholiii. Tumor dengan kemungkinan metastase ke hati9. Uji hemostase dan koagulasi darahi. Penyakit/kelainan darahii. Penyakit hati beratiii. Koagulopati apapun sebabnyaiv. Riwayat terapi antikoagulan seperti heparin atau warfarin10. Uji fungsi tiroidi. Riwyat penyakit tiroidii. Gangguan endokrin seperti tumor hipofiseiii. Bedah tiroid11. Uji fungsi jantung: Ekokardiografii. Penyakit jantungii. Kelainan EKG yang bermaknag. Terapi cairan perioperatif

1. menilai volume intravaskulari. pemeriksaan klinis1. kesadaran

2. turgor kulit, suhu ujung-ujung ekstremitas

3. tekanan nadi, laju nadi, tekanan darah terhadap perubahan posisi

4. keluaran urin5. tampak perdarahan atau kehilangan cairan (muntah)

ii. pemeriksaan laboratorium

1. kadar hemoglobin dan hematokrit

2. kadar urea dan elektrolit

3. analisis gas darah, laktat darah

4. BJ urin, natrium urin

iii. pengukuran hemodinamik

1. tekanan vena sentral

2. tekanan arteri pulmoner

3. saturasi vena sentral

2. terapi cairan selama pembedahan

i. cairan pemeliharaan

ii. cairan pengganti defisit

iii. cairan pengganti perdarahan

3. terapi cairan pascabedah: dapat diberikan berdasarkan

i. pembedahan non digesti dengan analgesia regionalii. pembedahan minor non digesti dengan anestesia umum

iii. pembedahan mayor, atau pembedahan digestif

4. jenis cairan

i. cairan kristaloid

1. cairan hipotonik

2. cairan isotonik

3. cairan hipertonik

ii. cairan koloid

1. cairan koloid sintetik

a. cairan starch

b. cairan gelatin

2. cairan koloid derivat darah

a. human albumin

b. fraksi protein plasma

11.2. Kompetensi terkait dengan modul/ List of skill

Persiapan pra anestesia Anamnesis

Pemeriksaan fisis Pemeriksaan penunjang

Penentuan status fisis menurut ASA Terapi cairan

Penanggulangan nyeri

Penilaian kapasitas fungsional pasien

Pasien yang akan menjalani operasi dan anestesia wajib dikunjungi oleh seorang anestesiolog. Hal-hal yang harus dilakukan adalah :

Riwayat anestesia Melakukan pemeriksaan fisis yang sesuai.

Melakukan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium

Anestesiolog sebaiknya membiarkankan pasien untuk mengajukan pertanyaan.

Mencatat kegelisahan pasien

Menginformasikan rencana pembiusan

Perhatian khusus harus diberikan pada hal-hal berikut yang ditemukan pada anamnesis

1. Riwayat penyakit terdahulu, operasi dan pembiusan sebelumnya.

2. Terapi obat-obatan seperti kortikosteroid, insulin, obat antihipertensi, transquillizers, antidepresan trisiklik, antikoagulan, barbiturat, diuretik dan alergi obat.

3. Gejala-gejala yang berhubungan dengan sistem respirasi, seperti batuk, sputum, bronkospasme, kemampuan untuk mengeluarkan lendir.

4. Sistem kardiovaskular : toleransi latihan, nyeri angina, Gagal jantung, hipertensi yang tidak diterapi.

5. Kecenderungan untuk muntah. Pilihan obat dan tindakan anestesia untuk mengurangi mual muntah pascabedah6. Riwayat kehamilan dan menstruasi.

7. Kebiasaan pasien ; merokok, minum alkohol, adiksi obat.

Penilaian preoperatif seringkali kurang daripada yang seharusnya, dan terkadang adanya kurang komunikasi antara dokter bedah dan anestesiolog.

Pada pasien seharusnya dilakukan pemeriksaan klinis yang lengkap, terutama

1. Tanda-tanda penyakit pernafasan : pola dan karakter pernafasan seperti dispneu, adanya suara tambahan pada auskultasi, jari tabuh, sianosis. Gejala-gejala tambahan yang perlu didiskusikan lagi pada kondisi-kondisi tertentu, seperti :

Nyeri tulang atau kelemahan otot pada keganasan.

Kelemahan umum, demam atau kehilangan berat badan pada TBC

Semua pasien harus ditanyakan mengenai kebiasaan merokok.

Pemeriksaan fisis Warna dan kualitas suara harus dicatat

Mengi yang terdengar harus bisa dideteksi

Dispneu

Perhatian secara khusus harus berikan pada pola, ekskursi dan simetrisitas dari gerakan pernafasan.

Adanya suara tambahan pada pasien yang tidak memiliki penyakit pernafasan (ronki) memberikan peringatan bahwa kaliber bronkus abnormal.

Rales atau crackles disebabkan oleh penutupan mendadak atau kolaps dari jalan nafas. Keadaan ini terjadi di awal inspirasi pada pasien dengan obstruksi jalan nafas dan pada akhir pernafasan jika berhubungan dengan penyakit paru restriktif.

Beberapa manifestasi penyakit paru dapat dideteksi, seperti : penggunaan otot-otot tambahan dan trakeal tug adalah manifestasi dispneu berat, kecemasan dan kegelisahan dapat disebabkan oleh hipoksia, hipertensi, berkeringat, vasodilatasi perifer dan kebingungan dapat terjadi pada pasien dengan retensi CO2 akut.

Tes-tes yang tidak memerlukan peralatan

Tes-tes ini hanya menyediakan informasi yang minimal tentang fungsi pernafasan dan terkadang direkomendasikan sebagai tes skrining untuk menentukan fit untuk operasi. Tes sederhana yang dapat dilakukandalam klinik adalah :

a. Tes tahan nafas Sabrasez : pasien dalam keadaan istirahat diminta untuk menarik nafas dalam dan selanjutnya menahan nafasnya. Apabila dapat menahan nafas selama 25-30 detik pasien dapat dianggap normal. Pasien yang hanya bisa menahan nafas kurang dari 15 detik mengindikasikan kurangnya cadangan kardiorespirasi.

b. Tes Snider : kemampuan untuk meniup korek api pada jarak 6 inci dari depan mulut. Ketidakmampuan melakukan tes Snider mengindikasikan forced expiratory volume dalam satu detik kurang dari satu liter.

2.Tanda-tanda penyakit jantung.

Penyakit jantung yang serius hampir selalu berhubungan dengan gejala dan tanda yang jelas seperti nyeri dada sewaktu aktivitas, dispneu, hemoptisis, sinkop, palpitasi dan edema. Tetapi iskemik miokardium akut dapat terjadi tanpa gejala yang jelas.

Pemeriksaan fisis Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit akibat adanya desaturasi hemoglobin pada pembuluh darah kapiler.

Sianosis perifer berhubungan dengan peningkatan ekstraksi oksigen pada jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah kapiler pada kulit. Hal ini terjadi saat curah jantung menurun ; pada pasien yang normal ; berhubungan vasokonstriksi perifer saat terpapar dingin.Pada sianosis sentral, kulit tetap hangat dan perubahan warna juga terlihat pada lidah akibat tercampurnya darah yang mengalami desaturasi dan yang mengalami oksigenasi pada jantung, pembuluh darah besar atau paru-paru.

Frekuensi nadi dan irama dapat dinilai dari palpasi arteri radialis, akan tetapi volume dan karakter gelombang nadi hanya dapat dinilai secara akurat melalui arteri karotis.

Impuls jantung (apeks jantung) secara normal ditemukan pada ruangan interkostal 5 sesuai dengan linea midklavikularis. Posisinya mungkin dapat berubah akibat pembesaran jantung atau faktor ekstrakardiak lain. Penyebab apapun pergeseran tersebut lebih penting dibanding dengan mencari lokasi yang pasti dari impuls tersebut.

Langkah penting pada auskultasi adalah identifikasi secara benar dari suara jantung pertama dan kedua. Pulsasi arteri karotis harusnya diraba selama auskultasi.

Murmur adalah bunyi yang dihasilkan akibat turbulensi aliran darah pada titik tertentu pada sirkulasi dan secara normal terjadi pada tempat-tempat tertentu. Diastolik murmur merupakan bukti yang jelas adanya penyakit jantung. Murmur sistolik dengan tanpa adanya interval dengan bunyi jantung kedua biasanya berhubungan dengan penyakit organik.

Adanya thrill mengindikasikan adanya penyakit jantung organik.

3. Status Gizi : obesitas atau malnutrisi

4.Warna kulit, terutama pucat, sianosis, kuning atau pigmentasi.

5Status psikologis pasien, derajat kecemasan.

6. Jalan nafas,

Nilai kesulitan saat mempertahankan jalan nafas dan laringoskopi.

Nilai gigi-geligi seperti gigi yang menonjol atau ompong, tambalan atau mahkota gigi terutama pada bagian depan.

Adanya hal-hal tersebut di atas perlu dicatat dan pasien biasanya diperingatkan adanya kemungkinan untuk rusak

6. Kemudahan untuk kanulasi.

Investigasi

Secara umum diterima bahwa riwayat klinis dan pemeriksaan fisis adalah metode terbaik untuk skrining yang terbaik untuk menentukan adanya suatu penyakit. Sebelum meminta suatu pemeriksaan yang lebih lanjut, seorang anestesiolog harus bertanya pada dirinya sendiri, pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :

Apakah investigasi ini menyedialan informasi yang tidak bisa disingkap oleh pemeriksaan fisis ?

Apakah hasil dari pemeriksaan akan mengubah penatalaksanaan pasien ?

Perlu dicatat bahwa hal-hal ini hanya merupakan panduan dan dapat dimodifikasi sesuai dengan penilaian yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Anestesiolog disarankan untuk tidak menerima pasien pembedahan elektif sampai investigasi yang sesuai tersedia. Tes sederhana yang diindikasikan adalah sebagai berikut :

1. Tes urin, terutama gula, keton dan protein

1. Kadar hemoglobin, hitung jenis, waktu perdarahan dan pembekuan (BT/CT) dan golongan darah.

2. Kadar ureum dan elektrolit tidak dibutuhkan secara rutin pada pasien kurang dari 50 tahun, akan tetapi harus diambil pada keadaan-keadaan berikut :

Jika terdapat riwayat diare, muntah, atau penyakit metabolik

Adanya penyakit ginjal atau hepar, diabetes, atau status nutrisi yang abnormal

Pada pasien yang mendapat medisasi diuretik, digoksin, antihipertensi, steroid, atau obat hipoglikemik.

3. Tes fungsi liver diperlukan hanya pada pasien dengan :

Penyakit hepar

Status nutrisi abnormal atau penyakit metabolik

Riwayat konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak (>80 g/ hari)

4. Konsentrasi gula darah

Pengukuran gula darah diperlukan pada pasien yang mempunyai penyakit diabetes atau penyakit vaskular atau sedang mendapat terapi kortikosteroid.

5. Status sickle Pasien dengan asal etnik atau riwayat keluarga dengan kecurigaan adanya hemoglobinopathy hendaknya dilakukan pengukuran konsentrasi hemoglobin dan elektroforesis hemoglobin

6. Analisa gas darah

Analisa gas darah arteri diperlukan pada semua pasien dengan dispneu saat istirahat dan pada pasien dengan rencana akan dilakukan toraksotomi elektif

7. Foto toraks Foto toraks tidak diperlukan secara rutin pada pasien di bawah usia 60 tahun tetapi harus dilakukan pada situasi :

1. Jika terdapat riwayat atau tanda-tanda fisis penyakit jantung atau penyakit respirasi.

2. Jika terdapat kemungkinan metastasis dari karsinoma

3. Sebelum operasi toraks4. Pada imigran yang baru, dalam 12 bulan terakhir dari negara-negara dengan endemik TBC

Foto toraks umumnya dilakukan sebagai pemeriksaan rutin pada semua pasien dengan penyakit paru. Hal-hal yang penting adalah apakah terdapat deviasi trakea atau distorsi, apakah terdapat deformitas pada dinding toraks, dan apakah terdapat kelainan lokal pada paru atau pleura yang mungkin terlewatkan pada pemeriksaan fisis.

Foto toraks seringkali kurang memperlihatkan adanya kelainan fungsi paru

9.Fungsi paru

Tes fungsi paru dilakukan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti penilaian klinis. Tes ini diindikasikan ketika diperlukan :

1. Melihat asal/ penyebab kelainan pulmoner, terutama pada sekitar di mana beberapa kelainan mungkin berkontribusi pada diasabilitas

2. Untuk menilai berapa besar derajat kelainan yang sering sebagai dasar untuk terapi

3. Untuk mengerti lebih lanjut mengenai patologi fisiologi

Tes fungsi paru yang sederhana, seperti forced expiratory volume dalam satu detik (FEV 1.0), forced vital capacity (FVC) dan peak expiratory flow rate dapat langsung dilakukan di tempat tidur pasien menggunakan spirometer berukuran paket dan Wright peak flowmeter.

Rasio FEV1.0 : FVC menurun pada penyakit paru obstruktif dan normal pada penyakit restriktif.

Investigasi Fuller meliputi pemeriksaan FRC, RV dan TLC.

10.Elektrokardiogram EKG 12 lead hendaknya diperiksa pada situasi-situasi berikut :

a. Jika terdapat riwayat atau tanda-tanda fisis penyakit penyakit jantung

b. Adanya penyakit hipertensi

c. Pada semua pasien dengan usia di atas 40 tahun.

11.Bedside pulse oxymeterPengukuran saturasi oksigen arterial udara nafas dan konsentrasi oksigen tinggi memberikan indeks pertukaran gas pulmoner yang cepat dan berguna

12.Echogardiogram

Ini merupakan tes noninvasif yang sangat berguna yang memperlihatkan abnormalitas anatomi dari jantung, menilai fungsi ventrikular dan gradien tekanan yang melalui katup yang mengalami stenosis, dan mendeteksi adanya regurgitasi valvular. Ini dapat dilakukan di tempat tidur pasien, tetapi memerlukan perlengkapan yang mahal dan operator yang terlatih.

13.Pemeriksaan khusus yang lain yang mungkin diperlukan ketika diindikasikan

Penilaian status fisisASA mengklasifikasikan pasien ke dalam beberapa tingkatan berdasarkan kondisi pasien :

ASA I : Pasien tidak memiliki kelainan organik, fisiologik, biokimia atau gangguan psikiatri.

ASA II : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang disebabkan oleh kondisi yang akan diterapi dengan pembedahan atau oleh proses patofisiologi lainnya. Misalnya : penyakit organik ringan pada jantung, diabetes, hipertensi ringan, anemia, kegemukan, bronkitis kronis ringan. ASA III : keterbatasan melakukan aktivitas; pasien dengan gangguan sistemik berat atau karena penyakit apapun penyebabnya, walaupun mungkin belum bisa dinilai derajat kemampuannya, misalnya angina, diabetes berat, dan gagal jantung.

ASA IV : Penderita dengan kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa, tidak selalu dikoreksi dengan operasi, misalnya insufisiensi jantung, angina persisten, insufisiensi renal atau hepatik.

ASA V: Penderita yang diperkirakan tidak akan selamat dalam 24 jam, dengan atau tanpa operasi.

ASA VI : Penderita mati batang otak yang organ-organnya dapat digunakan untuk donor.

Klasifikasi E merupakan penjelasan untuk operasi darurat (darurat)

Klasifiksai ASA merupakan sistem yang secara umum sering digunakan untuk menilai status fisis pasien, walaupun ahli anestesia yang lain tidak selalu setuju dengan klasifikasi ini. Klasifikasi ini tidak dapat dipakai untuk pasien tanpa gejala, misalnya penderita dengan penyakit jantung koroner berat.

Penilaian risikoPenilaian preoperatif mengenai risiko harus dititikberatkan pada 2 hal:

1. Apakah pasien dalam keadaan optimal untuk dianestesia?

2. Apakah keuntungan pembedahan lebih besar dari risiko anestesia dan pembedahan akibat penyakit yang ada ?

Apabila terdapat beberapa keadaan medis yang mungkin dapat diperbaiki ( misalnya, penyakit paru, hipertensi, gagal jantung), pembedahan sebaiknya ditunda, dan diberikan terapi yang sesuai.

Terdapat hubungan antara menilai faktor-faktor preoperatif dan perkembangan morbiditas dan mortalitas pascabedah. Mungkin pada beberapa pasien dapat diukur secara tepat, tetapi tidak dapat diterapkan secara tepat untuk masing-masing individu. Keputusan untuk meneruskan penatalaksanaan hanya dapat dibuat setelah adanya diskusi antara ahli bedah dan anestesiolognya

Pada studi mortalitas dalam skala besar, umumnya, faktor-faktoir yang memberikan kontribusi pada mortalitas anestesia meliputi :

1. Penilaian yang tidak adekuat selama periode preoperatif.

2. Supervisi dan pemantauan yang tidak adekuat selama periode intraoperatif.

3. Penatalaksanaan dan supervisi pascabedah yang tidak adekuat.

1.Kebiasaan pasien

Merokok

Efek yang merusak dari merokok meliputi penyakit vaskular perifer, sirkulasi koroner dan serebral, karsinoma paru dan bronkitis kronik. Merokok harus dihentikan 6 pekan sebelum operasi untuk meminimalisasi komplikasi paru selama pembedahan, termasuk di antaranya infeksi, laringospasme dan bronkospasme. Penghentian selama 12 jam sebelumnya mencegah efek samping dari CO dan nikotin pada pasokan dan kebutuhan oksigen otot jantung. Berhenti selama beberapa hari akan memperbaiki aktivitas siliar. Merokok juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Pada anak-anak yang secara pasif terpapar dengan rokok, terjadi peningkatan insiden komplikasi jalan nafas, jika dilakukan pembiusan.

Alkoholisme

Pada pasien dengan alkoholisme kronik, dapat terjadi toleransi dengan beberapa obat anestetik seperti eter, terjadi resistensi terhadap obat-obatan anestesia.

Alkohol dieliminasi dengan oksidasi di hati tetapi juga dapat menginduksi enzim-enzim yang memetabolisme obat-obatan, sehingga respons terhadap obat tidak dapat diperkirakan.

Dapat terjadi vasodilatasi perifer, kardiomiopati, sirosis dan perioperatif withdrawal crisis (delirium tremens)

Alkohol sebaiknya tidak dihentikan saat menunggu operasi. Analgesia regional sebaiknya dipertimbangkan namun fungsi koagulasi mungkin abnormal.

Untuk mencegah gejala withdrawal, pemberian alkohol 8-10% dalam NaCl 0,9% 500 ml dalam beberapa jam dapat menolong.

To prevent withdrawal symptoms 8 10 % alcohol in salin 500 ml i.v. for over several hours may be helpful.

Kebergantung padaan Obat (Narkotik)

Pasien-pasien ini dapat memanipulasi gejala-gejalanya untuk mendapatkan pembedahan dan narkotik pascabedah, atau mengganggu proses penyembuhan luka untuk memperpanjang lama perawatan di rumah sakit.

Tromboflebitis dan abses multipel dapat timbul akibat penyuntikan obat yang tidak higienis, sehingga terapi intravena melalui vena sentral.

Sepsis, tbc, endokarditis, hepatitis B dan HIV / AIDS, lazim ditemukan.

Penderita dapat resisten terhadap semua obat sedatif/ narkotik.

Hipotensi umumnya terjadi selama operasi berlangsung. Gejala withdrawal narkotik termasuk kram, muntah dan diare, dan dapat menyerupai obstruksi intestinal.

Adiksi obat (lainnya)

9-tetrahidronnabinol, dari kanabis, menyebabkan takikardia, hipertensi, dan eksaserbasi oleh atropin atau analgetik lokal yang mengandung adrenalin. Kokain dapat menyebabkan iskemia miokard dan kardiomiopati. Adiksi amfetamin dapat meningkatkan dosis anestetik yang diperlukan.

MODUL 6 :PERSIAPAN ALAT DAN OBAT ANESTETIK

Mengembangkan KompetensiWaktu (Semester 1 dan2 )

Sesi di dalam kelas

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing

Sesi praktek dan pencapaian kompetensi2 X 1 jam (classroom session)

3 X 2 (coaching session)

4 pekan (facilitation & assessment)

Persiapan Sesi

Audiovisual Aid:

1. LCD Proyektor dan layar2. Laptop

3. OHP

4. Flipchart

5. Pemutar video Materi kuliah: CD PowerPoint 1. Persiapan alat-alat dan obat-obat untuk anestesia umum dan analgesia regional

2. Setup alat anestesia, alat infusi, pompa semprit, infusiion pump3. Setup alat monitor noninvasif dan invasif (opsi)

4. Persiapan alat-alat dan obat-obat dengan kelainan sistemik jantung, PPOK, ginjal,

hepar, diabetes melitus, toksik tiroid

5.Obat-obat dan alat-alat untuk darurat dan resusitasi

6. Rekam medis terkait teknik, alat dan obat anestetik.

Sarana:

1. Ruang belajar

2. Ruang pemeriksaan

3. Kamar operasi

4. Ruang Pulih

5. Bangsal Rawat

Kasus : anestesia pasien langsung , di ruang rawat, kamar pemeriksaan dan kamar operasi

Alat Bantu Latih : Alat-alat, mesin anestesia dan obat-obat virtual, boneka simulasi bila ada.

Penuntun belajar : lihat Materi acuan

Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik

Referensi :

Bacaan yang dianjurkan

2. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ, Larson CP. Clinical Anaesthesiology, 4th ed, New York: Lange Medical Book/McGraw - Hill; 2006

Peserta didik dianjurkan untuk juga mempelajari referensi tambahan untuk sub-modul Persiapan alat dan obat anestetik yang lain.

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah menyelesaikan sesi ini peserta didik akan memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan persiapan alat-alat dan obat-obat anestetik umum dan analgesia regional.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah melalui sesi ini peserta didik akan memiliki kompetensi berikut ini:

1. KOMPETENSI

Mampu mengenali dan melakukan persiapan preoperatif pasien, melakukan persiapan alat-alat dan obat-obat anestetik umum maupun regional secara tepat dan memadai , persiapan pemantauan yang memadai untuk mencegah kemungkinan akibat komplikasi lebih berat dan penanggulangan secara dini bila terjadi komplikasi serta untuk penatalaksanaan pasca-anestesia.

RANAH KOMPETENSI

Setelah melalui sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan:

Kognitif

1. Mampu melakukan identifikasi kelainan atau penyakit pasien preoperatif yang akan mempengaruhi persiapan alat dan obat anestetik.

2. Mampu menjelaskan rencana anestesia untuk prosedur bedah yang akan dilakukan serta alat dan obat-obat yang diperlukan

3. Mampu menjelaskan persiapan alat dan obat untuk rencana operasi dengan anestesia umum atau analgesia regional.

4. Mampu menjelaskan secara umum cara kerja mesin anestesia, flowmeter, vaporizer, alat monitor, kateter intravena, set infusi cairan, set transfusi darah, set infusi tetes mikrogram, set infusi tetes makro, alat pompa semprit, infusiion pump, mesin pengisap dan kelengkapannya.

5. Mampu menjelaskan setup mesin anestesia secara benar, breathing circuit mesin anestesia, termasuk filter, susunan vaporizer secara benar, trouble shooting sederhana, pemeliharaan mesin dan asesorisnya.

6. Mampu menjelaskan pemasangan dan menginterpretasikan hasil monitor

7. Mampu menjelaskan tanda-tanda yang mengarah kegawatan pasien, alat-alat dan obat-obat yang diperlukan

8. Mampu menjelaskan penanggulangan nyeri pascabedah, alat dan obat-obat yang dibutuhkan.

9. Mampu menjelaskan alat-alat dan obat yang dibutuhkan untuk transport pasien dan bila pasien indikasi rawat ICU

Psikomotor

1. Mampu melakukan pencatatan hal-hal penting dalam rekam medis preoperatif terkait dengan alat-alat dan obat-obat yang dipakai dalam tindakan anestesia.

2. Mampu mempersiapkan dan memasang alat/ mesin anestesia dengan benar

3. Mampu mempersiapkan dan menggunakan alat-alat dan obat untuk tindakan anestesia umum, mulai premedikasi, induksi, intubasi atau LMA atau intubasi atau sungkup muka , pemeliharaan anestesia, dan penatalaksanaan pasca-anestesia teknik intravena total, anestesia inhalasi, anestesia balans, sungkup muka, teknik intubasi, sungkup muka, LMA

4. Mampu mempersiapkan dan mengoperasikan pompa semprit, infusiion pump, defibrilator.

5. Mampu mempersiapkan dan menggunakan alat-alat dan obat-obat untuk analgesia regional, teknik epidural, spinal atau blok saraf lain.

6. Mampu mempersiapkan dan menggunakan alat-alat dan obat-obat untuk keadaan darurat dan resusitasi.

7. Mampu memasang dan menggunakan alat pemantau noninvasif dan invasif dengan benar

8. Mampu melakukan pencatatan rekam medis terkait alat dan obat anestetik yang dipakai dalam anestesia secara benar

9. Mampu melakukan persiapan alat dan obat untuk penanggulangan nyeri pascabedah10. Mampu mempersiapkan alat dan obat pada transportasi pasien masuk ICU.

Komunikasi/ Keterampilan interpersonal

1. Mampu menjelaskan tentang alat-alat dan obat-obat yang diperlukan pada tindakan anestesia kepada orang lain atas dasar saling menghargai dan menghormati

2. Mampu memberikan penjelasan kepada sejawat senior dan atau konsulen tentang kondisi pasien untuk kemungkinan pemeriksaan tambahan, kebutuhan obat-obatan, kebutuhan alat-alat dalam upaya optimalisasi kondisi pasien.

3. Mampu menjelaskan pada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi pasien preoperatif dan kebutuhan alat-alat dan obat-obat yang dibutuhkan terhadap kemungkinan risiko yang dapat timbul.

4. Mampu menciptakan kondisi kerja sama tim di antara semua petugas kesehatan yang terlibat di kamar bedah.

5. Mampu memberi penjelasan kebutuhan alat dan obat-obat untuk penanggulangan nyeri dan rasa tidak nyaman pascabedah.

6. Mampu menjelaskan kebutuhan alat-alat dan obat-obat yang diperlukan untuk transportasi dan perawatan di ICU.

Profesionalisme

1. Mampu bekerja sesuai prosedur

2. Mampu memberikan kemudahan kepada operator saat operasi dengan melakukan persiapan alat-alat dan pemberian obat secara benar dan memadai.

3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lain atas dasar menghargai dan menghormati kompetensi masing masing.

4. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang alat-alat dan obat-obat yang dibutuhkan sesuai kondisi pasien dan terhadap kemungkinan komplikasi

5. Memahami dan melaksanakan hal-hal yang menjadi hak pasien (informed consent)

6. Mampu melakukan pekerjaan secara efisien

2. KEYNOTES

1. Sebelum memulai melakukan setiap tindakan anestesia harus selalu diperiksa

kelayakan mesin anestesia: sistem perpipaan gas dan udara tekan rumah sakit

(bila ada), tabung gas portabel, flow meter, vaporizer, Fresh Gas Flow,

sirkuit nafas, katup inspirasi, katup ekspirasi, pop-off valve, reservoir bag.

2. Harus selalu dipikirkan untuk kemungkinan timbul problema jalan nafas sulit

sehingga persiapan alat-alat penatalaksanaan jalan nafas dasar dan lanjut dan

jalan nafas sulit selalu siap pakai.

3. Alat untuk akses vaskular perifer dan sentral, alat-alat infusi, pompa semprit,

infusion pump dipersiapkan sesuai kebutuhan.

4. Alat monitor fungsi vital respirasi, kardiovaskular, suhu, merupakan

pemantauan baku yang harus tersedia.

5. Kesiapan alat-alat dan obat-obat untuk darurat resusitasi harus selalu dicek

secara rutin dalam keadaan siap pakai

6. Alat dan obat-obat untuk penanggulangan nyeri.

3. GAMBARAN UMUM

Rencana anestesia harus dibuat agar secara optimal dapat mengakomodasikan kondisi fisiologik pasien, termasuk penyakit saat ini, riwayat penyakit, riwayat operasi, riwayat alergi, riwayat anestesia dan kesiapan psikologik, gangguan atau keterbatasan aktifitas. Rencana preoperatif yang tidak adekuat dan kesalahan dalam persiapan pasien merupakan sebab paling sering timbulnya komplikasi anestesia, termasuk persiapan alat dan obat-obat yang diperlukan. Alat-alat tersebut meliputi mesin anestesia, alat-alat monitor, alat-alat untuk darurat dan resusitasi sekaligus obat-obat yang diperlukan. Bila obat atau alat tidak tersedia akan menimbulkan problema. Keterlambatan dalam penanggulangan karena kurangnya fasilitas atau persiapan tidak baik akan dapat berakibat buruk sampai kematian. Pengertian akan mekanisme kerja alat dan obat-obat anestetik merupakan pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki calon spesialis anestesiologi. 4. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah proses alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku melalui modul ini, diharapkan peserta didik memiliki kemampuan untuk:

1. Mempersiapkan alat-alat dan obat-obat yang dipergunakan dalam anestesia umum atau analgesia regional secara tepat dan benar.

2. Melakukan pengecekan mesin anestesia, persiapan alat-alat dan obat-obat anestetik secara benar

3. Melakukan persiapan alat-alat dan pelaksanaan pemantauan4. Melakukan persiapan alat dan obat-obat untuk transportasi pasien ke ICU

5. METODE PEMBELAJARAN

Peserta didik sudah harus mempelajari:

1. Bahan acuan (references) tentang alat-alat dan jenis obat-obat anestetik2. Ilmu dasar yang berkaitan dengan alat-alat anestesia3. Cara menilai kesiapan alat-alat anestesia.

Tujuan 1: mempersiapkan alat-alat dan obat-obat yang dipergunakan dalam anestesia umum atau analgesia regional secara tepat dan benarMetode pembelajaran

1. Diskusi kelompok kecil2. Bedside teaching

3. Task-based medical education

Materi dan keterampilan yang harus dikuasai:

1. Pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pemasangan mesin anestesia sampai siap pakai, sesuai check-list2. Pengetahuan dan keterampilan dalam memasang mesin anestesia, untuk semiclosed maupun semiopen system.

3. Pengetahuan dan keterampilan dalam menetapkan alat-alat dan obat-obat analgetik regional (spinal, epidural, kaudal, blok saraf ekstermitas atas dan bawah)

Tujuan 2:. Melakukan pengecekan mesin anestesia, persiapan alat-alat dan obat-obat anestetik secara benar

Metode pembelajaran

1. Diskusi kelompok kecil2. Bedside teaching

3. Task-based medical education

4. Praktek klinisMateri dan keterampilan yang harus dikuasai: Mengetahui, dan mampu menilai laik atau tidak

1. Sistem sumber gas sentral, perpipaan gas oksigen dan N2O bila fasilitas ada, sampai sistem tersambung ke mesin anestesia.

2. Sistem aliran gas, flow-meter , vaporizer dalam mesin anestesia , breathing circuit anesthesia.

Tujuan 3 : Melakukan persiapan alat-alat dan pelaksanaan pemantauanMetode pembelajaran

1. Diskusi kelompok kecil 2. Bedside teaching

3 .Task-based medical education

Materi dan keterampilan yang harus dikuasai:

Melakukan pemasangan alat pemantauan untuk respirasi, kardiovaskular, metabolik dan kesadaran.

Mampu menggunakan alat-alat dan obat-obat untuk keadaan keadaan darurat dan henti jantung Mampu melakukan interpretasi terhadap kemungkinan gangguan fungsi alat

Tujuan 4 : Melakukan persiapan alat dan obat-obat untuk transportasi pasien ke ICUMetode pembelajaran

1. Diskusi kelompok kecil2. Studi Kasus

3. Bedside teaching

4. Praktek klinisMateri dan keterampilan yang harus dikuasai :

Mengetahui prinsip dasar transportasi pasien kritis

Mengetahui alat monitor , obat-obat minimal yang diperlukan untuk transportasi pasien kritis

6. MEDIA

1. Kuliah

Kuliah khusus Persiapan Obat dan Alat Anestesia untuk anestesia umum

dan regional. .

2. Demo praktek pemasangan alat: mesin anestesia, monitor, pompa semprit,

infusiion pump, defibrilator dll.

3. Diskusi kelompok 4. Tugas baca dan tulisan (tinjauan pustaka, journal reading)

5. Laporan kasus, morbiditas dan mortalitas, dikaitkan dengan keberadaan alat dan obat-obatan.

6. Continuing Profesional Development (CPD)7. ALAT BANTU PEMBELAJARANPerpustakaan, internet, skill lab

8. EVALUASI8.1.Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-tes dalam bentuk esai dan lisan untuk menilai kinerja awal peserta didik dan melakukan identifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-tes terdiri atas :

1. Persiapan alat, obat ,

2. Pengecekan alat anestesia umum, regional, monitor dan obat-obatan dan alat-alat lain, pompa semprit, infusiion pump, defibrilator dan lain lain.

3. Teknik pemasangan dan penggunaan alat anestesia pada butir 2

4. Pemasangan pemantauan fungsi vital dan interpretasi hasil monitor.

8.2.Diskusi kelompok kecil bersama fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas tuntunan belajar dan proses penilaian.

8.3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah dalam penuntun belajar pada pasien bersama teman-temannya (peer assisted learning), dievaluasi oleh teman-temannya (peer assisted evaluation).

8.4. Setelah dinilai memadai, peserta didik melalui metode bedside teaching di bawah pengawasan fasilitator mengaplikasikan penuntun belajar kepada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation) dan mengisi lembar penilaian:

- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau beberapa langkah tidak dilakukan

- Cukup baik : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya tindakan anestesia tidak mulus sehingga kurang memberi kenyamanan kepada pasien

- Baik : pelaksanaan benar, baik dan efisien

8.5. Setelah bedside teaching dilakukan diskusi dan memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.

8.6.Self assessment dan peer assisted evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar.

8.7. Pendidik/fasilitator melakukan :

- Pengamatan langsung dengan memakai ceklis evaluasi (terlampir)

- Diskusi dan penjelasan lisan dari peserta didik

- Kriteria penilaian keseluruhan : baik/cukup/kurang

8.8.Task-based medical education, pada akhir penilaian peserta didik diberi masukan atau diberi tugas untuk memperbaiki kinerja.

8.9. Pencapaian pembelajaran :

Isi pre-tes :

1. Jelaskan tentang manfaat persiapan alat-alat dan obat-obat anestetik.

2. Jelaskan tentang set up mesin anestesia3. Jelaskan tentang persiapan alat dan obat-obat dan cairan untuk anestesia umum dan analgesia regional

4. Jelaskan tentang alat monitor selama anestesia umum dan regional

5. Jelaskan tentang alat-alat dan obat darurat dan resusitasi.

6. Jelaskan apa saja yang harus dimonitor selama tindakan anestesia7. Sebutkan tanda-tanda pada monitor yang menunjukkan kegawatan mengancam nyawa. atau alat yang tidak berfungsi baik

8. Jelaskan peralatan dan obat yang harus ada untuk transportasi pasien kritis

9. Jelaskan peralatan dan obat untuk pasien pasca-anestesia10. Jelaskan operasional alat-alat tersebut di atas.

Bentuk pre-tes : MCQ, ujian esai dan lisan sesuai tingkat masa pendidikan (semester).

Bentuk ujian :

Ujian akhir stase/ rotasi posttest tulis dan ujian pasien

Ujian akhir profesi

Bisa dalam bentuk :

1. PengetahuanKognitif

MCQ

EMQ (Extended Medical Question)

Ujian lisan

Multiple observation and assessments OSCE (Objective Structure Clinical Examination)

Minicheck2. Skill

Multiple observation and assessments Multiple observers OSCE (Objective Structure Clinical Examination)

Minicheck3.Communication and Interpersonal Skills

Multiple observation and assessments Multiple observers4.Profesionalisme Multiple observation and assessments Multiple observers9. DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSIAPAN ALAT DAN OBAT ANESTETIK.

Tindakan / operasi :

NoDaftar cek penuntun belajar prosedur persiapan alat dan obat Sudah dilakukan Belum dilakukan

PERSIAPAN ALAT DAN OBAT-OBAT

1Menentukan jenis alat dan obat yang diperlukan untuk anestesia umum

2Menentukan jenis alat-alat dan obat yang diperlukan untuk beberapa jenis analgesia regional

3Menentukan jenis alat monitor yang diperlukan untuk anestesia umum dan analgesia regional

4Mengetahui indikasi untuk penggunaan alat pompa semprit dan infusiion pump

5Melakukan setup mesin anestesia, alat-alat monitor, dan sempritdan infusiion pump, mesin pengisap (isap)

ANESTESIA

1Alat dan obat untuk induksi (intubasi, LMA)

2Alat dan obat untuk Analgesia regional blok saraf

3Alat dan obat untuk Anestesia intravena

4Alat untuk Pemberian cairan dan transfusi

5.Alat untuk Pemanatauan fungsi vital, kesadaran, kardiovaskular, pernafasan. Tekanan darah, nadi, Saturasi Hb (SpO2), ventilasi (ETCO2 bila ada), jumlah urin, suhu

6.Alat dan obat untuk Tindakan ekstubasi

PASCABEDAH

7Alat dan obat untuk mencegah dan menangani komplikasi pascabedah

8Alat dan obat untuk transportasi pasien kritis

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda ( )

10. DAFTAR TILIK

Berikan tanda dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan, dan berikan tanda X bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan

Memuaskan Langkah / tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur Standard atau Penuntun

X Tidak memuaskanTidak mampu untuk mengerjakan langkah /tugas sesuai dengan Prosedur Standard atau penuntun

T/D Tidak diamatiLangkah, tugas atau keterampilan tidak dialakukan oleh peserta Latih selama penilaian oleh pelatih

Nama pasienNo Rekam Medis

NoDAFTAR TILIK

Kegiatan / langkah klinisKesempatan ke

12345

Peserta dinyatakan:

Layak

Tidak layak

Melakukan prosedurTanda tangan pelatih

Tanda tangan dan nama terang

11. MATERI ACUAN:

Persiapan alat dan obat anestetikPasien yang akan menjalani anestesia pada operasi elektif / darurat harus dilakukan pemeriksaan preoperatif ; anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang, informed consent, penetapan status fisis ASA dan lakukan persiapan anestesia (puasa, rencana premedikasi), termasuk persiapan alat dan obat-obat yang diperlukan selama tindakan anestesia.

Persiapan alat-alat dan obat-obat anestesia:

8. Mesin anestesia. Sebelum memeriksa mesin anestesia, lebih dulu periksa apakah sistem sumber gas tersebut sentral atau tidak (tabung gas portabel ada pada mesin anestesia). Periksa dulu sistem tersebut apakah sudah terhubung baik dengan mesin. Selanjutnya periksa kerja flow-meter, vaporizer, katup inspirasi dan katup ekspirasi apakah berfungsi dengan baik. Katup APL (adjustable pressure limit) valve, anesthetic breathing circuit, Reservoir bag, CO2 absorber canister apakah telah terpasang dengan baik. Setelah itu periksa apakah ada kebocoran gas atau uap dalam sistem sirkuit mesin tersebut. Perlu harus diingat bila kondisi sudah menjadi rutin pengecekan ini sering dilupakan.

9. Alat-alat yang diperlukan untuk anestesia umum: jalan nafas (oral, nasal), sungkup muka, LMA, laringoskop, pipa endotrakeal, cunam Magill, stilet (introducer), tape, stetoskop, konektor pipa endotrakeal dengan mesin, pipa nasogatrik. Alat pengisap (isap) harus diperiksa berfungsi baik.

10. Obat-obat anestetik umum, intravena (tiopental, propofol, ketamin) dan inhalasi N2O, halotan, etran, isofluran, sevofluran..

11. Alat-alat untuk analgesia regional: jarum-jarum untuk analgesia spinal, jarum epidural, kateter epidural atau jarum khusus lain untuk analgesia regional tertentu seperti blok pleksus saraf.. Bila ada perlu disiapkan nerve stimulator/nerve locator. Obat analgetik lokal seperti lidokain, bupivakain.

12. Obat darurat seperti oksigen, adrenalin, sulfas atropin, efedrin, aminofilin, steroid, obat anti aritmia (lidokain, amiodaron), loop diuretics, inotropik, vasopresor(norepinefrin), obat-obat hipotensif (nitrogliserin, nitroprusid), antikonvulsan (diazepam, tiopental MgSO4), pelumpuh otot, obat antidotum (nalokson, antikolinesterase dan bila ada flumazenil, dantrolen), natriumbikarbonat, kalsium glukonas, kalsium klorida, KCl, morfin dan opioid lain, fentanil, petidin.

13. Alat untuk darurat : (set Ambu bag dengan kelengkapannya) alat Defibrilator.

14. Alat-alat untuk menanggulangi dificult intubation (Glidescope, Brochoscope) termasuk peralatan trakeosotmi merupakan opsi.

15. Cairan kristaloid dan kolloid termasuk jarum/kateter infusi dan set infusinya. Obat-obat yang diberikan parenteral harus disiapkan tetesan mikrogram, pompa semprit, atau infusiion pump.

16. Alat monitor standard noninvasif seperti EKG, NIBP, saturasi O2, suhu, ETCO2 harus dipersiapkan dan dicek layak pakai atau tidak. Alat monitor invasif dipersiapkan sesuai indikasi saja.

17. Setelah semua persiapan alat dan obat lengkap, pastikan ada asisten yang membantu tindakan anestesia. Pasang jalur intravena pasang jalur infusi dan jalankan infusi. Lakukan anestesia umum sesuai modul pada anestesia umum atau analgesia regional sesuai modul analgesia regional. Premedikasi dapat diberikan secara intravena atau intramuskular atau inhalasi.Lakukan pemantauan fungsi vital oksigenasi, O2), tekanan darah, nadi, EKG, suhu, aliran cairan infusi, ventilasi dengan ETCO2 kalau ada, produksi urin, jumlah perdarahan. Atur kebutuhan obat untuk pertahankan sedasi, analgesia dan relaksasi. Akhir operasi yakinkan pasien bernafas spontan dan volume nafas adekuat (kecuali bila direncanakan untuk melanjutkan bantuan nafas pascabedah). Bila perlu berikan antidotum obat-obat yang menyebabkan apnea berkepanjangan atau hipoventilasi . Lakukan pengakhiran anestesia dengan mulus, dan mengawasi masa siuman. Lakukan pengawasan terhadap komplikasi pascabedah dan penanggulangan terhadap mual muntah, nyeri, obstruksi jalan nafas, gangguan oksigenasi, bradipnea, apnea, gangguan tekanan darah, dan lama pulih sadar. Mortalitas dapat terjadi bergantung pada kondisi awal, ASA, atau penyakit penyerta. Pastikan rekam medis anestesia dibuat secara baik dan lengkap.12. REFERENSI

Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ, Larson CP. Clinical Anaesthesiology, 4th ed, New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2006MODUL 7

TRAUMATOLOGI I

Mengembankan KompetennsiWaktu (semester 3)

Sesi di dalam kelas

Sesi dengan fasilitas Pembimbing

Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Traumatologi I, adalah suatu rotasi yang membutuhkan paling sedikit 2 bulan (8 pekan) semester 3 ke atas yang meliputi penanganan trauma pada tahan awal.

Persiapan Sesi

Audiovisual

LCD proyektor dan layarLaptop

OHP

Flipchart

Pemutar videoMateri presentasi :

CD Power Point

Sarana

Ruang Belajar

Ruang pemeriksaan

Ruanfg Pulih

Ruang rawat Inap / Pengamat Lanjut

Kasus : pasien di ruang Resusitasi di Unit Gawat Darurat

Alat bantu Latih : Model anatomi / Simulator

Penuntun Belajar : lihat acuan materi

Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik

REFERENSI

Primary Trauma Care Course Manual (current edition)

Darurat Medicine Manual (to be announced)

Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006

Clinical Anesthesia PG Barash 4th ed 2006

Manual of Anaesthesia, CY. Lee 2006

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk melakukan penatalaksanaan awal pasien trauma

2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

a. KOGNITIF

1. Mampu menilai dengan cepat kegawatan pada pasien trauma2. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kegawatan jalan nafas 3. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kegawatan gangguan bernafas 4. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kegawatan syok5. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kegawatan penurunan kesadaran6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kegawatan kejang7. Mampu menjelaskan penatalaksanaan resusitasi cairan8. Mampu menjelaskan kerja defibrilator dan indikasi defibrilasi 9. Mampu menjelaskan pemantauan kontinyu invasif dan noninvasif10. Mampu merencanakan tindakan yang perlu untuk menanggulangi kegawatan pasien trauma(jalan nafas, breathing, shock, defibrillasi)11. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kegawatan keracunan dan penyalahgunaan obat12. Mampu menjelaskan pemakaian obat-obatan darurat dan alat-alat bantu darurat13. Mampu menjelaskan stabilisasi, tansportasi dan rujukan pasien trauma14. Mampu menjelaskan peranan anetesia sebagai bagian dari darurat tim b. PSIKOMOTOR

1. Mampu melakukan penilaian cepat pasien trauma (penilaian awal/survei primer)2. Mampu melakukan penatalaksanaan kegawatan jalan nafas sampai paripurna3. Mampu melakukan penatalaksanaan kegawatan gangguan bernafas dan memberikan tatalaksana pernafasan mekanik4. Mampu melakukan penatalaksanaan penderita syok5. Mampu melakukan penatalaksanaan penderita penurunan kesadaran6. Mampu melakukan penatalaksanaan penderita kejang7. Mampu melakukan pemasangan akses vena dengan jarum besar,melalui ak