modul pelatihan dasar pengendalian kebakaran …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-bahan...

53
1 MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

1

MODUL PELATIHAN DASAR

PENGENDALIAN

KEBAKARAN HUTAN DAN

LAHAN

Page 2: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

2

DATA PEMILIK

Nama : ………………………………………………………………………

Tempat Tanggal Lahir : ………………………………………………………………………

Alamat : ………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

Gol. Darah : ………………………………………………………………………

Telpon : ………………………………………………………………………

HP : ………………………………………………………………………

Pekerjaan : ………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

KELUARGA / TEMAN YANG MUDAH DIHUBUNGI

Nama : ………………………………………………………………………

Alamat : ………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

Telpon : ………………………………………………………………………

Page 3: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

3

PANCA BHAKTI MANGGALA AGNI

KAMI ANGGOTA MANGGALA AGNI BERJANJI UNTUK:

1. SETIA DAN TAAT KEPADA PANCASILA UNDANG-UNDANG DASAR

1945 NEGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA.

2. MEMBAKTIKAN DIRI SECARA IKHLAS GUNA KEPENTINGAN

PERIKEMANUSIAAN MELALUI BIDANG PENGENDALIAN

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.

3. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN NEGARA DAN MASYARAKAT

DARI PADA KEPENTINGAN DIRI PRIBADI DAN GOLONGAN.

4. MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN KORPS MANGGALA AGNI

DAN MEMBANGUN KERJASAMA YANG SEHAT DENGAN SEMUA

PIHAK.

5. MENINGKATKAN KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN SECARA TERUS

MENERUS DENGAN DILANDASI KETAQWAAN KEPADA TUHAN

YANG MAHA ESA.

Page 4: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

4

P E N D A H U L U A N

Page 5: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

5

A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi Bangsa Indonesia, karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberikanmanfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan diIndonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45,UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencengangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia, Sebanyak 72 % dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan dirusakkan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya. Masalah kebakaran hutan telah menjadi isu nasional yang patut mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kejadian ini terjadi setiap tahun secara berulang, khususnya di Pulau Kalimantan. Perlu dipahami, bahwa instansi pemerintah dan masyarakat, termasuk petani, perusahaan – perusahaan perkebunan dan HTI, merupakan mata rantai yang tidak terputus yang terkait langsung dengan kebakaran hutan ini.

B. Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan

1. Unsur Iklim / Cuaca

Unsur-unsur cuaca yang penting dalam mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan adalah angin, kelembaban dan suhu. Angin yang bertiup kencang meningkatkan pasokan udara sehingga mempercepat penyebaran api. Pada kasus kebakaran besar, angin bersifat simultan. Semakin besar kebakaran, tiupan angin semakin kencang akibat perpindahan massa udara padat di sekitar kebakaran ke ruang udara renggang di tempat kebakaran. Kadar air / kelembaban bahan bakar juga penting untuk dipertimbangkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

2. Ulah Manusia Dalam banyak kasus, kebakaran hutan juga berawal dari kesengajaan manusia melakukan pembakaran hutan dan lahan yang akan dipergunakan untuk hutan tanaman industri (HTI), perkebunan, ladang, penggembala/pemburu yang ingin merangsang tumbuhnya rumput, pengusir lebah dari sarangnya oleh peternak lebah / pengumpul madu dan para perambah hutan. Pembakaran juga dilakukan pada lahan pertanian / perkebunan untuk membersihkan daun kering tanaman, sisa-sisa panen serta limbah tanaman pada calon lokasi lahan perkebunan/pertanian dalam kegiatan persiapan lahan. Karena kebakaran biasanya dilakukan pada musim kemarau dan kurang diawasi sehingga api mudah merambat kekawasan hutan dan lahan sekitar yang menyebabkan kerugian baik ekologis maupun ekonomis.

Page 6: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

6

3. Konflik sosial Penyebab sosial, umumnya berawal dari suatu konflik antara para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Pada situasi seperti ini, masalah kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk memadamkannya. Pada saat kebakaran yang tidak diinginkan merusak hutan dan aset lainnya, masyarakat lokal seringkali dianggap dan dicurigai sebagai penyebab karena mereka membakar hutan sewaktu menyiapkan lahan untuk kegiatan pertanian. Kalaupun tidak dipersalahkan, masyarakat lokal cenderung dipandang sebagai korban yang tidak berdaya,yang harus menanggung dampak negatif dari kebakaran hutan dan/atau lahan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan :

- Bahan bakar (ukuran, susunan, volume, jenis, kandungan air/kimia) - Cuaca (angin, suhu udara, curah hujan, tanah, kelembaban nisbi) - Waktu (21.00-06.00 lambat) - Topografi (kemiringan, arah lereng, medan) - Proses Kebakaran - Penyebaran kebakaran dan panas yang terjadi melalui konduksi, radiasi, dan

konveksi.

D. Fakta Dan Dampak Kebakaran Hutan Dan Lahan

Meskipun kebijakan mengenai pengendalian kebakaran hutan dan lahan telah banyak tersedia dan rinci, tetapi dapat dikatakan bahwa peraturan-peraturan tersebut kurang memadai dan bersifat sektoral. Peraturan tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang ada pada umumnya dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana kekuatan hukumnya relatif lemah, karena hanya dapat berlaku dalam wilayah kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saja, sementara kebakaran tidak hanya terjadi di hutan tetapi juga di lahan. Bahkan di beberapa daerah, kebakaran cenderung diakibatkan oleh adanya penggunaan api dalam kegiatan sektor pertanian termasuk di dalamnya yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan dan belakangan ini, bahkan mulai marak dilakukan dalam kegiatan pertambangan. Beberapa fakta dalam pengendalian karhutla : 1. Penggunaan api pada setiap aktivitas. 2. Koordinasi dan sistem informasi pencegahan dan penanggulangan karhutla belum optimal. 3. Kebakaran dilahan gambut sulit ditangani. 4. Teknik penyiapan lahan pertanian tanpa membakar belum diterapkan secara merata. 5. Akses Terbatas bahkan tidak ada 6. Kemarau = tidak ada air 7. Masyarakat paham bahaya kebakaran, akan tetapi butuh pendampingan dalam perubahan

pola pertaniannya. 8. Penegakan hukum yang belum maksimal

Kebakaran merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem darat, walaupun hanya terjadi pada frekwensi yang kecil. Pengaruh api terhadap ekosistem

Page 7: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

7

ditentukan oleh frekwensi, intensitas dan tipe kebakaran yang terjadi serta kondisi lingkungan. Api yang terjadi di dalam hutan dapat menimbulkan kerusakan yang besar, tetapi dalam kondisi tertentu pembakaran dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan hutan. Kebakaran hutan merusak hampir seluruh komponen hutan, sehingga tujuan pengelolaan danfungsi hutan tidak tercapai. Adapun beberapa dampak kebakaran hutan dan lahan yaitu : 1. Aspek Ekologi 2. Aspek Lingkungan 3. Aspek Estetika 4. Aspek Kesehatan 5. Aspek sosial ekonomi 6. Aspek Transportasi; 7. Aspek Politik 8. Aspek Pengetahuan dan Penelitian

E. Peraturan Perundangan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dalam rangka pencapaian keberhasilan penanggulangan kebakaran kebakaran hutan dan lahan terdiri dari: 1. Pemasyarakatan tindakan pencegahan dan penanggulangan (pemadaman) melalui

kegiatan penyuluhan yang terkoordinasi seperti penggunaan media cetak, elektronik dan sebagainya;

2. Pelarangan kegiatan pembakaran dan pemasyarakatan kebijakan penyiapan lahan tanpa bakar (PLTB);

3. Peningkatan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia baik yang berasal dari instansi pemerintah maupun perusahaan;

4. Pemenuhan dan pengadaan peralatan pemadaman kebakaran sesuai dengan standar yang ditetapkan;

5. Melakukan kerjasama teknik dengan negara-negara donor; 6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan; 7. Menindak tegas setiap pelanggar hukum/peraturan yang telah ditetapkan; 8. Peningkatan upaya penegakkan hukum. Maka dalam hal ini pemerintah melalui kewenangannya mengeluarkan beberapa peraturan perundangan. 1. UU No. 5 Tahun 1990 Tentang KSDA H & E 2. UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Khususnya perbuatan

yang mengakibatkan pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup. - Pasal 41 : (Dengan sengaja) Pidana Penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling banyak Lima Ratus Juta Rupiah. - Pasal 42 : (Dengan kealpaan) Pidana Penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

denda paling banyak seratus juta rupiah. 3. UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

- Pasal 50 ayat 3 huruf d : Setiap orang dilarang membakar hutan - Pasal 78 ayat 3 : (Dengan sengaja) Pidana Penjara

paling lama 15 tahun atau denda paling banyak 5 Milyar Rupiah - Pasal 78 ayat 4 : (Dengan kelalaianya) Pidana Penjara paling lama 5 tahun atau

denda paling banyak satu milyar lima ratus juta rupiah 4. PP No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan

Page 8: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

8

5. PP No. 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pedoman Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan

- Pasal 11 : Setiap orang dilarang melakukan kegiatan pembakaran Hutan dan atau Lahan

- Pasal 12 : Setiap orang berkewajiban mencegah terjadinya kerusakan dan atau pemcemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan

- Pasal 13 : Setiap orang berkewajiban menanggulangi Kebakaran Hutan dan atau Lahan di lokasi kegiatannya

6. PP No. 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan - Pasal 6 huruf a : Mencegah dan membatasi kerusakan Hutan, Kawasan

Hutan dan hasil Hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit.

- Pasal 19 ayat 1 : Setiap orang dilarang membakar hutan - Pasal 20 ayat 1 : Pengendalian Kebakaran Hutan meliputi :

Pencegahan Pemadaman Penanganan Pasca Kebakaran

- Pasal 31 : Penegakan Hutan terhadap tindak pidana kebakaran hutan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan;

8. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 32 Tahun 2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan;

9. Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor : P.3/IV-SET/2014 tentang Organisasi Manggala Agni dan Wilayah Kerja Daerah Operasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan;

10. Inpres No.16 Tahun 2011 Tentang Peningkatan Dalkarhutla 11. Peraturan Dirjen Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor : P. 2/Iv-Set/2014

Tentang Pembentukan Dan Pembinaan Masyarakat Peduli Api 12. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1998 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Hutan Provinsi Kalimantan Barat. 13. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No. 103 Tahun 2009 tentang Prosedur Tetap

(PROTAP) Mobilisasi Sumber Daya Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat.

14. Buku Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, Ditjend PHKA Tahun 2007 Tentang Protap Pengendalian Kebakaran Hutan

PENJELASAN LOGO MANGGALA AGNI

Page 9: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

9

1. Nama Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dibri nama Manggala Agni, disingkat GALAAG. Istilah ini mengandung makna sebagai berikut : MANGGALA berarti panglima dari AGNI berarti Api, Maka MANGGALA AGNI menyiratkan bahwa

Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan sebagai sebuah lembaga yang mengendalikan Api

Kata “ Mengendalikan Api “ menjadi kata kunci mengandung pengertian bahwa :

1. BRIGDALKAR memahami sebelumnya situasi dan kondisi kawasan hutan dan lingkunganya

mengenai kerawananya terhadapankebakaran,

2. BRIGDALKAR merencanakan dan melakukan langkah-langkah untuk menghindarkan atau

mencegah terjadinya kebakaran di Kawasan Hutan dan Sekitarnya.

3. BRIGDALKAR Memahami bahwa tidak semua api harus tidak di padamkan/ tetapi

menggunakan api untuk berbagai manfaat bijaksana/

4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api yang

mengancam kehidupan manusia dan ekosistem nya.

5. BRIGDLKAR melakukan langkah-langkah yang kondusif dan represif dalam penegakan

hukum untuk menjamin tercapainya tujuan perlindungan dan konservasi alam.

6. BRIGDALKAR senantiasa mengembangkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan , dan

kemampuan diri di bidang pengelolaan kebakaran hutan.

2. Logo

Logo Brigdalkarhut adalah segi empat bujur sangkar dengan gambar di dalamnya mascot Si Pongi dan nyala api serta tulisan MANGGALA AGNI dibawahnya. 1. Segi Empat Bujur Sangkar Melambangkan :

a. Empat faktor terjadinya api yaitu bahan bakar, oksigen, panas, dan manusia. Kedudukan keempat faktor tersebut tidak diganbarkan secara jelas dan berurutan didalam segi empat tersebut untuk menunjukan bahwa keempat faktor mempunyai pengaruh sama besar untuk terjadinya api.

b. Bidang sgi empat melambangkan perisai sebagai ungkapan harapan bahwa BRIGDALKAR menjadi perisai inti atau kekuatan terdepan terhadap ancaman keakaran hutan.

2. Si pongi adalah maskot Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan yang telah ditetapkan

dengan Keputusan Mentri Kehutanan No 365/Kpts=II/1996. Yang mengambil gambar

Orang Utan yang memakai topi lapangan “jagawana” . “PONGI” diambil dari nama

internasional Orang Utan pongo pygmaeus. Adapun dasar pemilihan maskot di

antaranya adalah: Orang Utan adalah jenis satwa liar yang dilindunggi dan termasuk

kategori appendix I, penyebaranya terbatas di sumatra dan kalimantan, dan sudah cukup

popular bagi masyarakat indonesia maupun masyarakat dunia.

3. Api Dalam Bingkai Menggambarkan

Page 10: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

10

Bahwa selama api masih dalam kendali ia aman dan bermanfaat bagi umat manusia dan

makhluk hidup lainya. Oleh sebab itu BRIGDALKAR sebagai kekuatan terdepan bersama

seluruh komponen masyarakat harus berupaya agar api selalu dalam pengendalian.

4. Tulisan MANGGALA AGNI Mengisyaratan Bahwa:

a. BRIGDALKAR menyangga beban tanggung jawab pengelola kebakaran hutan.

b. BRIGDALKAR berada di luar empat faktor penyebab kebakaran, tetapi begitu dekat

untuk menjadi pengarah dan pengawasan agar keempat faktor tersebut selalu dalam

kendali.

c. BRIGDALKAR selalu bekerja sesuai batas-batas di dalam aturan dan harus

memahami persis keempat faktor tersebut di atas, tetapi tetap terbuka bagi

masukan-masukan dari luar.

d. Warna hijau melambangkan air sebagai pemadam, hijaunya hutan yang tetap di jaga

dan dipertahankan, keteduhan jiwa dan suasana yang selalu diciptakan oleh

BRIGDALKAR.

10 PANDUAN DAMKARHUT (10 FIRE ORDER)

M Mulailah setiap tindakan dengan do’a

A Amati situasi sebelum bertindak

T Tetap jaga kesatuan komando dan komunikasi regu

I Inisiatif sangat diperlukan, tapi komunikasikan dengan kepala regu

K Kenali dengan baik kondisi cuaca dan prakiraannya

A Agresif dalam memadamkan api

N Namun selalu utamakan keselamatan diri sendiri dan orang lain

A Antisipasi daerah-daerah dan rute-rute untuk penyelamatan diri

P Pastikan api benar-benar padam

I Ingat untuk selalu waspada, tenang, berfikir jernih dan cermat

Page 11: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

11

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN

LAHAN

SISTEM PATROLI A. Menyusun sitem patroli sesuai dengan kondisi siaga.

Page 12: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

12

1. Menyusun jadwal patrol petugas 2. Tugas Patroli

a. Melakukan pengecekan hotspot dilapangan b. Memberikan penyuluhan tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan c. Melakukan pemadaman dini d. Membuat laporan

3. Metode pelaksanaan a. Menetapkan waktu, tujuan dan sasaran b. Mnyiapkan data pendukung yang diperlukan c. Mengumpulkan sumber daya pengendalian kebakaran dilapangan d. Menetapkan metode komunikasi dengan masyarakat e. Menetapkan cara berkomunikasi antara posko dan posko lapangan

4. Sarana dan prasarana Mempersiapkan ; a. Kelengkapan personil b. Sarana komunikasi c. Sarana pemadam manual dan mekanik d. Sarana transportasi e. Peta kerja f. Global Positioning System (GPS) g. Logistic h. Membentuk jejaring antara masyarakat dan Instansi terkait i. Mnjalin komunikasi dengan masyarakat j. Merespon laporan dari masyarakat k. Melakukan pemadaman kebakaran hutan bersama masyarakat (MPA)

B. Metode penetapan lokasi patrol berdasarkan tingkat kerawanan

1. Memanfaatkan peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan a. Memanfaatkan data peta resiko penyebaran kebakaran b. Memanfaatkan data sitem peringkat bahaya kebakaran (SPBK) c. Memanfaatkan peta kerawanan lain. (Hotspot) d. Menetapkan lokasi yang difokuskan berdasarkan pada pertimbangan data-data yang

dimanfaatkan. 2. Analisa kecendrungan penyebab kebakaran hutan dan lahan

a. Analisa data dan informasi (data hotspot) b. Analisa laporan kejadian kebakaran berdasarkan sejarah kejadian kebakaran. c. Analisa prilaku masyarakat dalam pengolahan lahan

3. Menyempurnakan strategi dan lokasi patrol berdasarkan laporan patrol terbaru. C. Metode Pentapan Waktu (hari)

1. Monitoring kondisi cuaca harian a. Mengembangkan metode penetapan waktu (hari) pelaksanaan secara standar

berdasarkan pada pertimbangan data curah hujan, hari hujan, kecepatan dan arah angin

2. Peneetapan kondisi siaga berdasarkan data hotspot, kejadian kebakaran dan dampak yang terjadi.

POS KOMANDO (POSKO) A. Organisasi posko ditetapkan berdasarkan surat penugasan, dengan susunan ;

1. Penanggung jawab

Page 13: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

13

2. Koordinator 3. Anggota

B. Tugas Posko 1. Membantu, menerima dan mengirimkan informasi yang berkaitan dengan kebakaran hutan

dan lahan 2. Melakukan pencatatan kejadian kebakaran berdasarkan laporana dari pos-pos dilapangan

dan masyarakat 3. Melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana pngendalian kebakaran hutan dan lahan 4. Membuat laporan harian

D. Posko Lapnagan 1. Organisasi posko lapangan dibentuk apabila terjadi kebakaran 2. Memantau, menerima dan mengirimkan informasi yang berkaitan dengan kebakaran hutan

dan lahan 3. Melaksanakan patrol kendali operasi pemadaman 4. Membuat laporan harian.

KEADAAN DARURAT A. Sistem mobilisasi anggota satuan tugas pengendalian kebakaran hutan dan lahan

1. Mobilisasi sumber daya manusia 2. Obilisasi sarana dan prasarana 3. Mobilisasi logistik

B. Sistem komando dan jaringan komunikasi 1. Kendali operasi dibawah pimpinan satgas dalkarhutala 2. Pimpinan satgas dalkarhutala menentukan strategi pemadaman kebakaran hutan dan lahan 3. Pimpinan satgas bertanggung jawab dalam peelaksanaan mobilisasi 4. Pimpinan satgas dalkarhutla menetapkan strategi pemadaman pada waktu kebakaran

meluas (menetapkan lokasi prioritas penyelamatan terhadap kebakaran, serta menetapkan proses permohonan bantuan kepada instansi terkait).

5. Kepala Regu Pemadam Kebakaran (RPK) bertanggung jawab dalam memberikan informasi tentang sumberdaya pemadam kebakran

6. Kepala Regu Pmadam Kebakaran (RPK) melakukan pebagian tugas keepada anggotanya sesuai tugas pokok dan fungsi.

C. Administrasi penggunaan sarana dan prasarana 1. Pendataan sarana dan prasarana yang tersimpan didalam gudang. 2. Memeriksa dan mencatat sarana dan prasarana yang dipergunakan dalam pemadaman

kebakaran. 3. Memeriksa dan mencatat keadaan sarana dan prasarana setelah digunakan.

D. Sistem mobilisasi gabungan dengan Instansi terkait di daerah 1. Membentuk system mobilisasi gabungan dengan Instansi terkait didaerah

a. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) permintaan bantuan kepada instansi yang lain di daerah.

b. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) system komando mobilisasi. c. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) system komunikasi.

2. Sistem komando/komunikasi pada saat darurat (saat mobilisasi) a. Pimpinan Satgas Dalkarhutla melakukan instruksi mobilisasi sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

Page 14: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

14

b. Pimpinan Satgas Dalkarhutla melakukan sitem komando sesuai dengan Standar Operasional (SOP) yang ada.

c. Sistem komunikasi dipelihara untuk tetap aktif guna memantau kegiatan mobilisasi dan untuk menjaga kelangsungan instruksi dan komunikasi.

d. Komandan mobilisasi memantau situasi dan kondisi kebakaran dan pergerakan regu pemadaman melalui informasi dan observasi langsung.

3. Memanfaatkan jaringan masyarakat 1. Merespon laporan dari masyarakat. 2. Mobilisasi masyarakat terlatih (Masyarakat Peduli Api / MPA). 3. Memperbantukan masyarakat dalam kegiatan penydiaan logistic dan evakuasi.

Page 15: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

15

KONSEP DASAR KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Sejarah Kebakaran Hutan Di Indonesia

Sajian sejarah kebakaran hutan dan lahan harus terdokumentasi untuk setiap wilayah kerja sehingga kita dapat belajar tentang tren (kecenderungan) kejadian kebakaran, perilaku

Page 16: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

16

kebakaran dan melihat lagi kelemahan-kelemahan kita pada masa lalu dalam upaya pengendalian kebakaran hutan. Berikut ini disajikan kilasan sejarah kebakaran hutan dan lahan secara umum di Indonesia sebagai catatan kecil dari beberapa referensi yang ada.

1. Pra Kemerdekaan

a. Kebakaran hutan di Indonesia sudah menjadi permasalahan sejak pemerintahan Hindia Belanda. Beberapa aturan (ordonansi) baik oleh pemerintah Hindia Belanda maupun pemerintahan kerajaan pada saat itu. Beberapa aturan yang menyangkut kebakaran hutan antara lain : 1. Ordonansi Hutan untuk Jawa dan Madura (1927) pasal 20 2. Provinciale Bosverordening Midden Java (pasal 14) yang menyebutkan upaya

kesiapsiagaan menghadapi musim kebakaran di bulan Mei sampai dengan November dan tata cara penggunaan api (pembakaran) di perbatasan hutan.

3. Rijkblad-Soerakarta Ongko 11 (tahun 1939) yang memuat “ anulak bencana geni ing alas” atau tatatanan untuk menolak bencana yang diakibatkan oleh api di dalam hutan. (Soedarmo, 1999)

b. Penggunaan api dalam sejarah hidup manusia di Nusantara terbukti pada timbunan sisa-sisa terbakarnya vegetasi di dalam tanah di hutan hujan tropis yang diperkirakan lebih dari ratusan tahun yang lalu (Goldammer, 1993).

c. Dalam beberapa tulisan dari para penjelajah eropa yang mendarat di Borneo (Kalimantan) menyebutkan adanya serangan asap yang tercium sampai bermil-mil jauhnya di laut (Bowen et al, 2001)

d. Catatan sejarah dari Steenis dan Schippers-Lammertse (1965) menyebutkan bahwa sekitar tahun 1870 tecatat hilangnya hutan-hutan primer di Jawa karena cepatnya peningkatan populasi yang disertai dengan aktifitas manusia : api untung berburu, untuk kesenangan, untuk pembersihan lahan, akses, perubahan hutan menjadi lahan peternakan (Whitmore, 1975).

2. Paska Kemerdekaan Bowen dkk (2001) mencatat lima periode kebakaran hutan dalam skala besar yang terjadi di Indonesia. Periode tersebut mulai dari tahun 1982-1983, 1987, 1991, 1994, 1997-1998 yang terjadi pada saat periode gelombang panas (El-Nino). a. 1982/1983

Tahun 1982/1983 terjadi kemarau panjang yang menjadi pemicu kebakaran besar di Kalimantan Timur yang menghancurkan 3,2 juta hektar dengan kerugian mencapai lebih dari 6 trilyun rupiah (FWI, 2001).

b. 1987 Tahun 1987, data yang dikeluarkan pemerintah, mencatat 66.000 Ha terbakar, namun pada kenyataannya kemungkinan luas hutan dan lahan yang terbakar sepuluh kali lebih luas dari data resmi terbut. Kebakaran terjadi menyebar mulai dari Sumatera bagian barat, Kalimantan sampai Timor sebelah timur. (Bowen et al. 2001)

c. 1991 Kebakaran besar kembali terjadi pada tahun 1991 pada lokasi-lokasi yang hampir sama dengan kebakaran pada tahun 1987. Data resmi yang dirilis menyebutkan terbakarnya 500.000 Ha dengan laporan terjadinya asap pada skala lokal (Bowen et al.2001).

d. 1994/1995 Tahun 1994, terjadi kemarau panjang yang melanda Indonesia, tercatat terjadi kebakaran besar di Pulau Sumatera dan Kalimantan. BAPPENAS mencatat terjadinya kebakaran hutan dengan luasan 500.000 Ha pada tahun 1991 dan lebih dari 5 juta

Page 17: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

17

hektar pada tahun 1994 (BAPPENAS, 1999 dalam FWI, 2001). Bencana asap melanda sampai Malaysia dan Singapura pada akhir bulan September yang kemudian mendasari beberapa project dan kerjasama Internasional dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

e. 1997/1998 Tahun 1997/1998, di Indonesia kembali terjadi kekeringan dan gelombang panas yang menyebabkan kebakaran hampir di seluruh pulau Sumatera dan Kalimantan yang mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi serta menelan biaya ekonomi sekitar USD 1.62 – 2.7 miliar. Asap tebal yang terjadi mengakibatkan lumpuhnya beberapa bandara, pelabuhan dan jalan raya di Sumatera dan Kalimantan sehingga mengganggu roda perekonomian masyarakat. Biaya pencemaran asap menelan kerugian sekitar USD 674 – 799 juta dan terkait dengan emisi karbon kerugian terhitung sekitar USD 2.8 miliar dollar (Tacconi 2003). Bencana asap juga mempengaruhi kesehatan penduduk di Sumatera dan Kalimantan, bahkan sampai ke negara tetangga dan mengganggu stabilitas politik (Boer 2002).

B. Definisi Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah suatu peristiwa pembakaran yang penjalarannya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan. Bahan bakar yang berada di dalam hutan itu sendiri sangat beragam dan tersebar dari lantai hutan hingga pucuk pohon dan lapisan tajuk hutan, yang kesemuanya merupakan bagian dari biomassa hutan. Bahan bakar di dalam hutan dapat berupa serasah, rumput, ranting/cabang, pohon mati yang tetap berdiri, batang pohon, tunggak pohon, semak belukar, dedaunan dan pepohonan lainnya (suratmo et al,2003). Secara garis besar kebakaran hutan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Pembakaran Terkendali Pembakaran terkendali adalah pembakaran yang di kendalikan di bawah kondisi cuaca tertentu, yang membuat api dapat di arahkan pada keadaan tertentu dan pada saat yang sama menghasilkan intensitas panas dan laju penjalaran yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Dalam hal ini api merupakan alat yang dapat di gunakan untuk tujuan – tujuan positif dan tidak merugikan, seperti kegiatan pembakaran yang bertujuan untuk mengusir gulma, hama, dan wabah penyakit yang merugikan kehidupan manusia.

b. Pembakaran Tak Terkendali. Kejadian ini sering dijumpai pada akhir-akhir ini. Kebakaran ini diakibatkan oleh manusia yang lalai dan tidak mengindahkan aturan dalam tata cara pembakaran terkendali. Kegiatan ini sangat bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang ada di indonesia.

c. Kebakaran Liar. Kebakaran liar adalah setiap kebakaran yang terjadi tidak direncanakan atau dikendaliakan. Dalam hal ini api merupakan musuh yang harus di lawan, karena merusak dan sangat merugikan serta relatif sulit untuk di kendalikan. Apabila kebakaran terdapat pada lahan mineral maka waktu bakar akan relatif lebih cepat debandingkan dengan pada lahan gambut.

C. Faktor Penyebab Kebakaran Hutan Dan Lahan

Page 18: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

18

Kebakaran hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang menimbulkan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi akibat :

1. Manusia. Kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi dikarenakan disengaja ataupun kelalaian manusia. Kebakaran yang disengaja merupakan akibat ulah manusia yang membakar dengan maksud tertentu. Misalnya pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian. Selain itu kelalaian dari manusia seperti membuang puntung rokok,api perburuan, api perkemahan dll.

2. Alam. Kondisi iklim terutama pada periode dimana curah hujannya rendah merupakan salah satu pendorong terjadinya kebakaran. Kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut tertinggi pada musim kemarau dimana curah hujan sangat rendah dan intensitas panas matahari sangat tinggi. Kondisi ini terjadi pada umumnya antara bulan Juni hingga Oktober dan kadang juga terjadi pada bulan Mei sampai November. Kerawanan kebakaran semakin tinggi akan terjadi jika ditemukan adanya gejala Elnino. EL Nino ini adalah fenomena alam yang dicirikan dengan memanasnya temperatur laut secara tidak wajar di daerah pasifik katulistiwa. El Nino terjadi dalam inteval waktu 4 atau 5 tahun sekali. Selain fenomena alam yang telah di jelaskan di atas masik banyak lagi fenomena alam lainnya yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan, seperti gunung meletus, sambaran petir, dan singkapan batubara.

D. Tipe Kebakaran Hutan

Menurut Brown dan Davis (1973), kebakaran hutan dapat digolongkan ke dalam tiga tipe, antara lain : 1. Kebakaran bawah ( Ground Fire ).

Tipe kebakaran bawah ini biasanya mengkonsumsi bahan bakar bawah berupa material organik yang terdapat di bawah permukaan tanah/ lantai hutan ( Ground Fuels ). Yang paling klasik adalah kebakaran di hutan gambut. Kebakaran bawah ini sangat sulit di deteksi dan penjalarannya lambat sekali kerena tidak di pengaruhi kecepatan angin. Tanda bahwa area tersebut terbakar adalah adanya asap putih yang keluar dari bawah permukaan tanah. Karena berada di bawah permukaan tanah, maka banyak pohon mati karena akarnya hangus terbakar. Kebakaran ini biasanya berkombinasi dengan kebakaran permukaan.

2. Kebakaran Permukaan ( Surface Fire ). Kebakaran permukaan ini mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai atau permukaan hutan baik berupa serasah, jatuhan ranting, batang pohon yang bergelimpangan di lantai hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk bohon dan di atas permukaan tanah ( surface fuels ).

3. Kebakaran Tajuk ( Crown Fire ). Kebakaran tajuk biasanya bergerak dari satu tajuk pohon ke tajuk pohon lainnya dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di tajuk pohon tersebut baik berupa daun, cangkang biji, ranting bagian atas pohon, tajuk pohon ( Aerial fuels ). Kebakaran ini banyak menelan korban para petugas pemadam kebakaran karena tertimpa oleh ranting – ranting besar yang hangur terbakar di makan api ketika melakukan pemadaman kebakaran hutan, selain itu juga banyak yang terjebak karena terkepung api dan asap tebal.

Page 19: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

19

E. Upaya Pengendalian Karhut

Untuk melindungi kerusakan hutan yang disebabkan oleh kebakaran dilakukan kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan menurut PP No. 45 Pasal 20 Tentang Perlindungan hutan meliputi: a. Pencegahan b. Pemadaman c. Penanganan Pasca Kebakaran. Pengendalian Kebakaran Hutan adalah semua usaha, pencegahan, pemadaman, pengananan pasca kebakaran hutan dan penyelamatan. Pencegahan Kebakaran Hutan adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Pemadaman Kebakaran Hutan adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan api yang membakar hutan. Penanganan Pasca Kebakaran adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam rangka menangani suatu areal setelah terbakar

Page 20: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

20

PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Penyadartahuan

Page 21: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

21

Dalam dua dekade ini, masalah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi hampir setiap tahun terutama pada musim kemarau. Kawasan hutan yang terbakar sangat luas, dan menimbulkan kerugian yang sangat besar baik secara ekonomis dan ekologis maupun politis. Untuk pengendalian kebakaran hutan tersebut diperlukan keterlibatan berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu strategi untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan sangatlah diperlukan, salah satunya adalah pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Manajemen kebakaran berbasiskan masyarakat akan lebih baik diarahkan untuk kegiatan pencegahan daripada usaha pemadaman kebakaran. Pencegahan meliputi pekerjaan/kegiatan-kegiatan yang bertujuan agar tidak terjadi kebakaran. Pencegahan kebakaran adalah Semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. (Permenhut Nomor : P12/Menhut-II/2009). Pencegahan kebakaran hutan merupakan salah satu komponen pengendalian kebakaran hutan yang mencakup semua cara untuk mengurangi atau meminimumkan jumlah kejadian kebakaran liar. Pencegahan kebakaran hutan bukan bertujuan untuk menghilangkan semua kejadian kebakaran liar. Menghilangkan semua kejadian kebakaran hutan merupakan suatu hal yang sangat sulit dan tidak mungkin dilakukan. Banyak kejadian kebakaran yang sumber apinya tidak diketahui atau berasal dari sumber yang berada di luar jangkauan kemampuan pengendalian suatu organisasi pengendalian kebakaran hutan. Kegiatan Penyadaran : Sosialisai kepada masyarakat dengan cara anjangsana maupun sosialisasi secara masal. Pemasangan rambu-rambu bahaya kebakaran hutan dan lahan. Penyebaran brosur tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan pada desa rawan

kebakaran hutan dan lahan. Pemasangan spanduk tentang ajakan menjaga kelestarian alam. Menggunakan media masa sebagai media kampanye bahaya kebakaran hutan dan lahan.

1. Sosialisai kepada masyarakat dengan cara anjangsana maupun sosialisasi secara masal

2. Pemasangan rambu-rambu bahaya kebakaran hutan dan lahan

Page 22: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

22

3. Penyebaran brosur tentang bahaya keebakaran hutan dan lahan

4. Pemasangan spanduk tentang ajakan menjaga kelestarian alam

Page 23: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

23

5. Menggunakan media masa sebagai kampanye bahaya kebakaran hutan dan lahan.

B. Pembangunan Fisik Sarpras

Pembangunan fisik sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ; 1. Pembangunan markas pengendalian 2. Pembangunan gudang peralatan pemadam 3. Pembangunan posko-posko lapangan 4. Pembangunan menara api atau menara pengawas 5. Pengadaan sarana transportasi 6. Pengadaan peralatan dan perlengkapan penanggulangan kebakaran 7. Pengadaan alat komunikasi 8. Peta kerja 9. Peta sumber daya penanggulangan 10. Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan

C. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Peralatan

Page 24: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

24

Pengembangan sumber daya manusia dan peralatan yang dimaksud adalah : 1. Pelaksanaan pelatihan/training pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara berkala. 2. Perbaikan peralatan pemadam kebakaran 3. Modifikasi peralatan pemadam

D. Penerapan Sains dan Tehnologi

Penerapan sains dan tehnoligi yang dimaksud adalah : 1. Pengelolaan bahan bakaran 2. Pembuatan jalur hijau 3. Pembuatan embung air 4. Pembuatan sekat bakar 5. Pemantauan hotspot

E. Pencegahan Kebakaran Hutan Tingkat Nasional

1. Membuat peta kerawanan kebakaran hutan; 2. Mengembangkan sistem informasi kebakaran hutan; 3. Kemitraan dengan masyarakat; 4. Menyusun standar peralatan pengendalian kebakaran hutan; 5. Menyusun program penyuluhan dan kampanye pengendalian kebakaran hutan; dan 6. Menyusun pola pelatihan pencegahan kebakaran hutan.

F. Pencegahan Kebakaran Hutan Tingkat Provinsi 1. Pembuatan peta kerawanan kebakaran hutan provinsi; 2. Pembuatan model penyuluhan; 3. Pelatihan pencegahan kebakaran hutan; 4. Pembuatan petunjuk pelaksanaan pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan; 5. Pengadaan sarana dan prasarana pemadaman kebakaran hutan; 6. Melaksanakan pembinaan; dan 7. Melaksanakan pengawasan.

G. Pencegahan Kebakaran Hutan Tingkat Unit

1. Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan; 2. Inventarisasi faktor penyebab kebakaran; 3. Penyiapan regu pemadam kebakaran; 4. Pembuatan prosedur tetap; 5. Pengadaan sarana dan prasarana; dan 6. Pembuatan sekat bakar.

Page 25: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

25

PERINGATAN DAN DETEKSI DINI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Peringatan Dini

Page 26: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

26

PERINGATAN DINI : Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. ( UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 angka 8 )

PERINGATAN DINI BAHAYA KEBAKARAN : Merupakan salah satu sub sistem pengendalian kebakaran hutan, khususnya untuk memperkuat upaya peringatan dini. ( Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan, Sumantri, Hal. 140 )

Beberapa metode untuk mengetahui peringkat bahaya kebakaran hutan, yaitu : 1. Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan di 33 Daops Manggala Agni 2. Alat bantu kerawanan kebakaran hutan sederhana melalui “Uji Daun Tunggal “ 3. Alat bantu kerawanan kebakaran hutan sederhana melalui “Uji Serasah “ 4. Alat ukur Peringkat Bahaya Kebakaran Lahan Dan Hutan Desa.

BAGAN ALUR PIKIR

1. Uji Daun Tunggal

SPBK DAOPS UJI DAUN

TUNGGAL

UJI REMAS

SERASAH

ALAT PENUNJUK PBK DESA

PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN

EKSTRIM = Awas

TINGGI = Bahaya

SEDANG = Waspada

RENDAH = Hati – Hati

PATROLI, PENJAGAAN, PENYULUHAN, PEMASANGAN RAMBU – RAMBU, PEMASANGAN BENDERA,

PENGOLAHAN BAHAN BAKARAN, PEMANTAPAN SEKAT BAKAR, JALUR HIJAU

SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN

Page 27: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

27

Instrumen yang paling sederhana untuk mengetahui tingkat kerawanan lokal adalah dengan Uji Daun Tunggal. Prinsip uji daun tunggal adalah untuk mengetahui kemampuan penyalaan api pada serasah daun tunggal yang ada di lantai hutan / lahan. Semakin basah atau KA (kadar air) daun tinggi, maka semakin sulit kemampuan penyalaan api. Dan semakin kering KA (kadar air) daun maka kemampuan penyalaan api akan lebih mudah. Indikator ini yang akan digunakan untuk mengetahui peringkat bahaya kebakaran hutan.

BASAH : Apabila daun dapat dibakar pada posisi kebawah maka menunjukkan indikasi bahwa kadar air tinggi. Secara umum kondisi lapangan mempunyai peringkat bahaya kebakaran rendah.

SEDANG : Apabila daun terbakar pada posisi miring kebawah, maka menunjukkan indikasi bahwa kadar air daun sedang. Secara umum kondisi lapangan mempunyai peringkat bahaya kebakaran sedang.

TINGGI : Apabila daun terbakar pada posisi miring keatas, maka menunjukkan indikasi bahwa kadar air rendah. Sehingga lebih mudah terbakar walaupun posisi miring keatas. Secara umum lapangan mempunyai peringkat bahaya kebakaran tinggi.

EKSTRIM : Apabila daun terbakar pada posisi keatas, maka menunjukkan indikasi bahwa kadar air daun sangat rendah Sehingga mudah terbakar. Secara umum kondisi lapangan mempunyai peringkat bahaya kebakaran sangat tinggi.

2. Uji Remas Serasah

Page 28: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

28

Insrumen sederhana lainnya adalah dengan Uji Remas Serasah. Prinsip uji remas terhadap serasah adalah untuk mengetahui secara manual Kadar Air serasah melalui penampakan terhadap hasil remas serasah. Semakin kasar hasil remasan, semakin basah serasah tersebut.

HASIL REMASAN INDIKASI

Hanya Patah Saja Serasah basah, kadar air tinggi, kondisi ini akan berpengaruh pada proses penyalaan

Hancur tetapi kepingan agak kasar

Serasah dengan tingkat kebasahan sedang, kondisi ini akan memberikan proses penyalaan yang agak lama.

Hancur Dengan Kepingan Kecil

Serasah kering, kadar air rendah, apabila diremas akan hancur, kondisi ini akan mempercepat proses penyalaan api.

Hancur Menjadi Agak Halus Serasah sangat kering, kadar air rendah, apabila diremas akan hancur. Kondisi ini akan sangat mudah terbakar.

3. Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran ( SPBK )

Merupakan sistem peringatan dini, yang menduga tingkat bahaya terjadiny4a kebakaran dan penyebarannya dengan mengintregasikan faktor cuaca dan faktor bahan bakar dalam melakukan prediksi terhadap : Kemudahan terpicunya kebakaran Kecepatan penyebaran api Kesukaran pengendalian kebakaran Dampak kebakaran

4. ALAT

PENUNJUK PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN DESA

Alat penunjuk sederhana ini digunakan sebagai penunjuk peringkat kerawanan kebakaran lokal

di suatu desadengan menggunakan indikator jumlah hari. Prinsip yang digunakan adalah

bahwa apabila hari ini tidak terjadi hujan, maka setiap tidak terjadi hujan, maka akan

menaikkan angka peringkat kerawanan lebih tinggi, yang ditujukan dengan angka mulai daro

0 – 7, begitu seterusnya. Klas kerawanan sebagai berikut :

1. Angka 0 – 1 : Klas kerawanan Rendah, ditunjukkann dengan warna BIRU

2. Angka 2 – 3 : Klas kerawanan Sedang, ditunjukkann dengan warna HIJAU

3. Angka 4 – 5 : Klas kerawanan Tinggi, ditunjukkann dengan warna KUNING

4. Angka 6 – 7 : Klas kerawanan Ekstrim, ditunjukkann dengan warna MERAH

Page 29: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

29

CONTOH ALAT PENUNJUK

ALAT PENUNJUK PERINGKAT BAHAYA

KRBAKARAN LAHAN DAN HUTAN LOKAL/DESA

PERINGKAT BAHAYA HARI INI

EKSTRIM = Awas TINGGI = Bahaya SEDANG = Waspada RENDAH = Hati – Hati

PETUNJUK PENGGUNAAN TETAPKAN PBK HARI INI DENGAN UJI DAUN TUNGGAL ATAU UJI REMAS JIKA TIDAK HUJAN HARI INI, PUTAR MENUJU ANGKA LEBIH BESAR UNTUK HARI BERUIKUTNYA

DAN JKA HARI INI HUJAN MAKA PUTARLAH MENUJU SATU ANGKA LEBIH KECIL UNTUK HARI BERIKUTNYA.

PELAKSANAAN DILAPANGAN

SIAGA III

PENYULUHAN ANTAR WARGA PEMELIHARAAN TANAMAN PERBAIKI PERALATAN DAN SARANA LAINNYA

SIAGA III

PENYULUHAN ANTAR WARGA PEMELIHARAAN TANAMAN PERBAIKI PERALATAN DAN SARANA LAINNYA PELATIHAN

SIAGA II

KURANGI BAHAN BAKARAN DILARANG MEMBAKAR PATROLI, DAN PENJAGAAN DIMENARA/POS PASANG BENDERA PBK WARNA KUNING

SIAGA I

SISKAMLING, PATROLI DAN PENJAGAAN 24 JAM REGU PERALATAN SIAP SIAGA PASANG BENDERA PBK WARNA MERAH KURANGI BAHAN BAKAR DILARANG MEMBAKAR

Page 30: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

30

B. DETEKSI DINI Deteksi Dini : Upaya untuk mendapatkan keterangan secara dini adanya kebakarn hutan melalui penerapan teknologi sederhana hingga teknologi canggih (Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, 2001). Deteksi dini mencakup patroli darat, pengamatan menara penjagaan pada tempat – tempat rawan kebakaran. Disamping itu deteksi juga dapat dilakukan dengan patroli udara menggunakan helikopter, pesawat terbang dan satelit.

Deteksi ini dapat menentuan pengambilan keputusan untuk menentukan kesiapsiagaan penanggulangan kebakaran hutan. Deteksi yang akurat akan dapat membantu tahap pemadaman kebakaran dan tahap penanganan paska kebakaran yang tepat. Disamping itu, pada pelaksanaan dilapangan, keakuratan deteksi akan menentukan alokasi dana, kelancaran operasi pemadaman dan kebutuhan investigasi dalam kasus pelanggaran hukum lingkungan.

1. HOTSPOT Kebakaran hutan dan lahan dapat dipantau dengan menggunakan data AVHRR-NOAA ( Advanced Very High Resolution Radiometer-National Oceanic And Atmospheric Administration ) yaitu melalui pengamatan hotspot. Hotspot merupakan titik – titik panas di permukaan bumi, dimana titik – titik tersebut merupakan indikasi adanya kebakaran hutan dan lahan ( Arief, 1997 dalam Ratnasari, 2000 ). Menurut LAPAN ( 2004a) hotspot atau titik panas adalah parameter yang diturunkan dari data satelit digunakan secara meluas baik di Indonesia maupun negara – negara lain untuk memantau kebakaran hutan dan lahan dari satelit.

Sedangkan menurut Permenhut No.P.12/Menhut-II/2009, Hotspot adalah indikator kebakaran hutan dan lahan yang mendeteksi suatu lokasi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu sekitarnya. Hotspot mengindikasikan lokasi kebakaran vegetasi seperti terlihat pada monitor komputer atau peta tematik yang dicetak, atau ketika dicocokkan dengan koordinatnya. Hal ini merupakan istilah yang sangat populer pada awal – awal pengenalan penggunaan citra NOAA untuk mendeteksi kebakaran vegetasi dan saat inii sangat dimengerti oleh semua pihak. Istilah yang lain lebih jelas untuk menggambarkan titik kebakaran adalah fire-spot dan berbagai kalangan mengusulkan bahwa sebenarnya banyak titik panas tidak mengindikasikan kebakaran bagi semua penggunaan praktis sebuah hotspot searti dengan fire-spot. ( Anderson, et. Al., 1999a )

2. CARA MENDAPATKAN HOTSPOT

Data hotspot dapat diperoleh melalui situs dan mailinglist di internet.Mailinglist yang secara rutin menyediakan data hotspot adalah Pongi.menlhk.go.id. Didalam mailinglist sipongi disediakan hotspot berupa teks (*.txt), peta sebaran hotspot (*.jpeg) dan file kml ( untuk google earth ). Data hotspot yang berasal dari mailinglist sipongi saat ini merupakan data hotspot yang berasal dari satelit NOAA 19. Untuk mendapat kan data tersebut, tidak dikenakan biaya (gratis).

Koordinat hotspot yang tersedia memberikan informasi koordinat bujur – lintang, propinsi, kabupaten, waktu pengambilan data citra, dan sumber satelit dalam format txt. Informasi ini sangat berguna bagi pengelola informasi hotspot di masing-masing propinsi dimana data koordinat tersebut dapat di-overlay-kan dengan peta skala propinsi ataupun kebupaten yang lebih rinci.Data KML (Keyhole Markup Language) digunakan untuk dapat ditambahkan pada program Google Earth sehingga tampilan lebih interaktif. Pada google

Page 31: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

31

earth, setiap hotspot memberikan informasi tentang tanggal dan data hotspot, bujur lintang, sumber satelit, waktu pengambilan data, propinsi, kabupaten, kecamatan hingga desa sepanjang data dasarnya tersedia.

Mailinglist “Sipongi” juga merupakan wadah komunikasi dan diskusi antara pengelola informasi hotspot dengan seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari instansi pemerintah pusat seperti Kementrian Kehutanan, Kementrian LH, Kementrian Pertanian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Anggota Manggala Agni.

3. SUMBER DATA HOTSPOT

No Penyedia Satelit Alamat

1 Sipongi LHK NOAA 18 Sipongi.menlhk.go.id

2 Lapan NOAA 18 http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/

3 Situs Dit. PKHP

NOAA 18 http://ditpkh-phka.dephut.go.id/

4 Indofire TERRA / AQUA

http://indofire.landgate.wa.gov.au/indofire.asp

5 ASMC NOAA 18 TERRA / AQUA

http://weather.gov.sg/wip/web/ASMC/Haze_Information

6 FIRMS TERAA / AQUA

http://firefly.geog.umd.edu/firms/

C. KONSEP PERINGATAAN DINI DAN DETEKSI DINI

NO PERINGATAN DINI DETEKSI DINI

1 Data cuaca harian untuk mengestimasi kondisi fisik (kadar air dari bahan bakaran) pada permukaan tanah

Pemantauan satelit atas perbedaan suhu sekitar pada beberapa ratus meter di atas permukaan tanah

2 Informasi bahan bakaran dari satelit berupa vegetasi penutup lahan

Patroli Udara

3 Model korelasi data cuaca dan kondisi di lapangan

Patroli Darat, Menara Pengawas

4 Penggunaan : Mengidentifikasi daerah potensial terbakar untuk tindakan pencegahan

Penggunaan : Mengidentifkasi lokasi yang sudah terbakar untuk tujuan pemadaman

Page 32: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

32

PERILAKU API

Page 33: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

33

A. Pengertian Api adalah proses oksidasi cepat yang umumnya memnghasilkan panas dan menyala

( David T.Goldf dam bukunnya Fire Brigade Training Manual.Hal 11) Api adalah suatu reaksi rantai kimia yang dikenal sebagai api pembakaran.

( I.F.S.T.A. (HAL. 3)ESSENTIALS OF FIRE FIGHTING ). Pengertian umum : Suatu masa / zat gas yang dapat timbul karena adanya reaksi

oksidasi yang bersifat exotermis dan dapat menghasilkan panas, nyala dan asap. Oksidasi adalah Reaksi antara bahan bakar dengan oksigen. Titik nyala adalah Suhu terendah dimana suatu zat / bahan bakar cukup mengeluarka

uap dan menyala, bila ditemuai sumber panas yang cukup Api Pembakaran adalah Reaksi berantai yang menghasilkan energi panas yang cukup

untuk disebarkan kepada bahan bakar sehingga bahan bakar lainnya ikut terbakar. Api Kebakaran adalah suatu peristiwa kebakaran yang terjadi baik alami atau ulah

manusia yang proses penjalarannya tidak terkendali dan menimbulkan banyak kerugian. Api kebakaran hutan adalah Suatu peristiwa kebakaran, baik alami maupun oleh

perbuatan manusia, yang ditandai dengan penjalaran api dengan bebas serta mengkonsumsi bahan bakar hutan yang dilaluinya.

B. Segitiga Api

1. Konsep Segita Api

2. Unsur Segi Tiga Api

3.1. Sumber Panas

Manusia Matahari Gunung meletus Sambaran petir

Energi nuklir Energi listrik Energi mekanis Reaksi kimia

3.2. Bahan Bakar

Padat ( kayu, kertas, majun, material lain) Cair ( minyak tanah, bensin, solar, spirtus,dll ) Gas ( LPG, Karbit, dll )

3.3. Oksigen

Didalam udara ada beberapa unsur di antaranya Oksigen. Pembakaran bisa terjadi apabila kadar Oksigen dalam udara minimal 16%.

Page 34: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

34

C. Bagian – Bagian Api

Keterangan : 1. Punggung api 2. Sayap / sisi api 3. Sayap / sisi api 4. Pulau api

5. Jari – jari api 6. Teluk api 7. Kepala api 8. Api loncat

D. Reaksi Rantai Kimia

Untuk melangsungkan pembakaran diperlukan unsur keempat yaitu reaksi kimia. Teori ini biasa dikenal dengan piramida api atau tetrahedron. Reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen saling bereaksi secara kimiawi sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau pembakaran.

1. Bahan bakar yang

dipanaskan

mengeluarkan uap

2. Uap bergabung

untuk menciptakan

senyawa baru

3. Senyawa baru

bergabung dengan

oksigen dan

menyala

REAKSI RANTAI KIMIA

Bahan

bakar yang

dipanaskan

Uap mudah

menyala

Senyawa baru

Page 35: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

35

E. Perpindahan Panas Secara garis besar perpindahan panas terbagi dalam tiga cara, yaitu : 1. Radiasi

Adalah proses perpindahan panas melalui udara yang ada di sekitarnya.

PERPINDAHAN PANAS

RADIASI

2. Konduksi Adalah perpindahan panas melaui perantara benda benda yang menghantarkan panas.

PERPINDAHAN PANAS

KONDUKSI

3. Konveksi Adalah Perpindahan panas akibat tekanan udara dari bawah ke atas.

PERPINDAHAN PANAS

KONVEKSIHUBUNGAN NYALA

LANGSUNG

Page 36: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

36

F. Faktor Yang Mempengaruhi Api Ada 4 faktor yang mempengaruhi perilaku api, yaitu: Cuaca Topografi Bahan bakar Waktu

1. Cuaca

Konsep dasar : pada kondisi yang sangat panas, kering dan berangin bahan bakar akan mengering dan mudah terbakar dengan cepat. Dalam kebakaran hutan dan lahan unsur cuaca yang dominan adalah : Suhu, Angin, Kelembaban Relatif dan Curah Hujan. 1.1. Suhu

Pengaruh suhu penting diketahui karena bahan bakar yang telah kering akibat panas matahari akan mudah terbakar dari pada bahan bakar yang masih basah. Tidak hanya bahan bakar yang mengalami pra pemanasan oleh matahari, tetapi juga permukaan tanah. Suhu permukaan tanah mempengaruhi pergerakan aliran udara. Begitu panas matahari menghangatkan permukaan tanah, maka udara yang berdekatan dengan permukaan tanah akan menjadi panas dan udara dipermukaan tanah naik ke atas. Hal ini menyebabkan pergerakan aliran udara menaiki lereng dan lembah.

1.2. Angin Angin merangsang pembakaran dalam penjalaran api melalui : a. Peningkatan suplai oksigen. b. Pengaruh arah penjalaran api. c. Pengeringan bahan bakar. d. Mengubah menjadi bara api. e. Menggerakkan udara yang dipanaskan ke bahan bakar di sekitarnya.

1.3. Kelembaban relatif Kelembaban dalam bentuk uap air selalu hadir di udara. Begitu udara terpanaskan oleh matahari kelembaban relatif akan menurun dan apabila udara menjadi dingin kelembaban relatif meningkat.

1.4. Curah hujan Kadar air bahan bakar akan dipengaruhi oleh jumlah dan lamanya curah hujan. Bahan bakar halus akan mudah menyerap air dan melepaskan air dengan mudah. Curah hujan yang tinggi dalam waktu yang pendek tidak meningkatkan kelembaban bahan bakar, sebaliknya curah hujan yang rendah dalam waktu yang panjang bahan dapat menyerap air lebih banyak.

2. Topografi

Topografi adalah keadaan lapangan atau konfigurasi permukaan tanah. Dimanapun lokasi kebakaran terjadi ( curam atau datar ). Topogradi biasanya dibagi menjadi : 2.1. Lereng / Kemiringan

Keterjalan lereng akan mempengaruhi laju penjalaran api. Umumnya api akan menjalar lebih cepat ke arah puncak dibanding kearah lembah. Semakin curam lereng maka api akan mudah cepat menjalar. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan udara.

Page 37: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

37

2.2. Bentang Alam Bentang alam akan berpengaruh pada pola angin setempat, sedangkan pola angin berpengaruh pada kecepatan penjaralaran api kebakaran. Bentang alam dapat merupakan penghalang dan merubah aliran udara yang pada akhirnya menyebabkan turbulensi atau pusaran angin yang terbentuk di daerah belakang penghalangan tersebut.

3. Bahan Bakar Dalam kebakaran hutan dan lahan, unsur – unsur bahan bakar yang dominan adalah : 3.1. Kadar Air Bahan Bakar / Kelembaban Bahan Bakar.

Semakin lembab suatu bahan bakar semakin banyak panas yang diperlukan untuk dapat membakar secara sempurna, apabila kelembaban bahan bakar rendah, maka bahan bakar akan sangat mudah untuk terbakar dan api akan menjalar dengan cepat.

3.2. Ukuran Bahan Bakar. Bahan bakar yang halus akan mudah menyala dan penjalarannya lebih cepat. Dengan demikian bahan bakar tersebut akan cepat habis dibandingkan dengan bahan bakar yang kasar/berat.

3.3. Susunan Bahan Bakar. Kesinambungan bahan bakar horizontal adalah hubungan bahan bakar yang satu dengan lainnya dipermukaan tanah. Keadaan ini akan mempermudah perpindahan panas dari satu bahan bakar ke bahan bakar yang lainnya. Kesinambungan bahan bakar vertikal adalah hubungan bahan bakar yang satu dengan yang lainnya secara vertikal. Jika terjadi kebakaran api akan cepat merambat akibat proses konveksi yang memanaskan bahan bakar yang ada di atasnya.

3.4. Volume Bahan Bakar ( Ton/Ha ). Berapa banyak bahan bakar yang telah terbakar atau belum terbakar adalah sangat penting. Jumlah bahan bakar biasanya berhubungan dengan volume atau kuantitasnya. Semakin banyak bahan bakar yang terbakar, semakin tinggi intensitas kebakaran yang terjadi.

3.5. Kandungan Resin Bahan Bakar. Bahan bakar yang mengandung getah resin seperti pinus, damar atau pohon karet akan mempercepat proses penyalaan dan keawetan untuk menyala.

4. Waktu Setelah jam 10.00 penyinaran matahari akan meningkat dan temperatur udara akan meningkat sedangkan kelembaban akan menurun, kecepatan angin meningkat, kadar air bahan bakar akan menurun dan bahan bakar akan mudah terbakar. Hal ini biasa disebut dengan KONSEP JAM 10.00

Page 38: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

38

TEKNIK DAN STRATEGI PENANGGULANGAN

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Page 39: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

39

A. Tehnik dan Strategi Pemadaman

Tehnik dan stratgi pemadaman merupakan suatu cara atau strategi yang telah ditentukan untuk melakukan pemadaman kebakaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Sedngkan Pemadaman Kebakaran adalah kegiatan yang difokuskan kepada upaya – upaya untuk memadamkan api akibat kebakaran hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemadaman kebakaran hutan adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan api yang membakar hutan.

B. Formasi Regu Pemadam

Formasi regu adalah suatu cara membuat susunan dalam satu regu pemadam gunakan menentukan jabatan, tugas / pekerjaan dan peralatan yang digunakan untuk mempermudah dalam proses pemadaman. Dan tujuan dari formasi regu ini menjaga keselamatan anggota pemadam dan peralatan pemadam yang digunakan.

Uraian tugas regu pemadam :

a) Kepala Pemadam Memimpin pasukan pemadam Menentukan strategi pemadaman Mentukan posisi ‘Y’ conector

b) Operator Pompa

Menyambung dan melepas selang penyalur Mengoprasikan mesin pompa pemadam

c) Petugas Selang Hisap

Menyambung selang dan melepas hisap di mesin pompa pemadam Menyiapkan dan menjaga selang hisap disumber air

d) Petugas Selang Penyalur Menyambung dan melepas selang penyalur Menjaga selang dan penyambung selang Menggulung selang penyalur

e) Petugas ‘Y’ Conector

Mengatur jalan air di ‘Y’ conector Menjaga ‘Y’ conector Menjaga selang yang berada di ‘Y’ conector Melepas dan menggulung selang penyalur

f) Asisten nozzle man

Membantu nozzle man memegang nozzle Membantu nozzle man mengarahkan nozzle Menggantikan nozzle man Menyambung selang pengantar ke nozzle

Page 40: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

40

g) Nozzle man Memegang nozzle Mengarahkan nozzle Memadamkan api

C. Pola Pemadaman

Pola pemadaman adalah suatu cara atau metode untuk mengatur jalur pemadaman saat kejadian kebakaran agar lebih efektif dan efisien serta menjaga keselamtan personil dan peralatan pemadaman. Pemadaman kebakaran adalah kegiatan yang difokuskan kepada upaya-upaya untuk memadamkan api akibat kebakaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jalur pemadaman dalam menentukan pemadaman dan menentukan gelar pompa pemadaman harus sesuai dengan pola pemadaman. Macam gelar pompa pemadaman sesuai dengan pola pemadaman dilapangan adalah sebagai berikut :

a. Gelar Pompa Tunggal. Gelar pompa pemadaman tunggal berisikan minimal 7 orang petugas pemadam dan kebakaran cenderung tidak terlalu besar dan hanya di satu titik saja. Dimana gelar pompa tunggal hanya membutuhkan: - 1 buah mesin pompa pemadam - 1 buah selang - 3 buah selang penyalur, dan - 1 buah Nozzle

b. Gelar Pompa Tandem

Gelar pompa tandem ini berisikan minimal 9 orang petugas pemadam dan lokasi kebakaran cukup jauh yang mengharuskan kuatnya tekanan air ke nozzle. Gelar pompa tandem membutuhkan: - 2 buah mesin pompa pemadam - 1 buah selang - 1 buah tandem - 5 buah selang penyalur, dan - 1 buah Nozzle

c. Gelar Pompa Seri (Type I)

Gelar pompa seri I ini digunakan ketika kebakaran sangat jauh dari sumber air dan tidak memungkin kan untuk melakukan pemadaman dengan 1 mesin pompa saja dan mengharuskan memakai embung air sebagai estafet penyaluran air. Gelar pompa ini memerlukan minimal 10 anggota pemadam dan menggunakan alat sebagai berikut: - 2 buah mesin pompa pemadam - 2 buah sselang hisap - 15 buah selang penyalur - 1 buah embung air atau water tank - 1 buah nozzle

Page 41: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

41

d. Gelar Pompa Seri (Type 2)

Gelar pompa ini digunakan ketika kebakaran sangat jauh dan kebakaran terjadi diberapa titik dan memerlukan embung air ditambah sebuah cabang penyalur air ‘Y’ conector menjadi 2 cabang atau lebih dalam memadamkan kebakaran. Gelar pompa ini memerlukan minimal 15 orang anggota pemadam dan menggunakan alat-alat sebagai berikut : - 2 buah mesin pompa pemadam - 2 buah selang hisap - 20 buah selang penyalur - 1 buah embung air atau water tank - 2 buah nozzle - 1 buah ‘Y’ conector

D. Metode Pemadaman

Ada 2 (Dua) metode pemadaman kebakaran hutan yaitu metode pemadaman langsung dan metode pemadaman tidak langsung. Dalam praktek, kedua metode ini dapat digunakan secara kombinasi.

1. Pemadaman Langsung (Direct Attack)

Pemadaman lansung adalah suatu upaya memadamkan kebakaran secara langsung pada titik api sewaktu api masih lemah. Pelaksanaan kegiatan pemadaman kebakaran hutan pada masing masing wilayah dilakukan melalui tahapan kegiatan, yaitu : a. Pemadaman Awal. b. Pemadaman Lanjutan. c. Pemadaman Mandiri. d. Pemadaman Gabungan. e. Pemadaman Dari Udara Pemadaman langsung ini dirumuskan lagi dalam 2 motode : - Hujan Buatan.

Kebakaran hutan dan lahan biasanya terjadi pada musim kemarau, sehingga sangat sulit mengharapkan bantuan hujan untuk pemadamanya. Cara yang bisa bisa ditempuh adalah mengadakan hujan buatan. Meski demikian, hujan buatan dapat diselenggarakan apabila kondisi awannya memungkinkan. Dari beberapa kejadian kebakaran, hujan buatan terbukti cukup signifikan mengurangi kebakaran dan dampaknya.

- Water Bombing. Pemadaman kebakaran menggunakan pesawat dapat efektif kalau sumber air tersedia dan kapasitas angkut pesawat memadai. Dari beberapa upaya pengeboman air, seperti di Riau dan Kalimantan Tengah, efektifitasnya masih rendah, karena daya angkut air pesawat kecil (300-500 liter), sehingga pada tingkat kebakaran yang besar, tidak dapat dipadamkan secara signifikan.

Page 42: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

42

Pemadaman langsung ini terbagi dalam 3 tehnik penyerangan : - Tehnik Mengapit

- Tehnik Mengejar

- Tehnik Memotong

Page 43: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

43

2. Pemadaman Tidak Langsung (In Direct Attack) Pemadaman tidak langsung dilakukan apabila usaha pemadaman langsung tidak berhasil dengan membuat ilaran api dan pembakaran balik. 2.1. Ilaran Api

Ilaran api adalah Suatu jalur bersih yang dibuat pada jarak tertentudi depan arah penjalaran api untuk menghambat penjalaran dalam rangka pemadaman kebakaran hutan. Agar efektif lokasi ilaran api (fire line) dipilih yang terdapat jalan hutan, sungai, daerah bukit dan benda yang dapat dimanfaatkan untuk pemadaman.

Ilaran api dibagi menjadi dua (2), yaitu : a. Ilaran api lepas.

Ilaran api lepas dibuat pada jarak tertentu dari api utama

JENIS BAHAN BAKAR JARAK API UTAMA

– ILARAN API

• Serasah di bawah Tegakan Jati • Alang – Alang • Hutan Sekunder • Hutan Campuran

10 – 25 meter

50 – 100 meter

100 – 150 meter

150 meter ke atas

b. Ilaran api tempel Dibuat pada jarak sangat dekat dan mengikuti atau sejajar dengan sisi api. Pertimbangan membuat ilaran api tempel : - Besar kebakaran menentukan seberapa panjang ilaran api. - Kecepatan menjalar menentukan penempatan ilaran api

- Personil (Pengalaman, Spirit Kerja, Motivasi, Jumlah)

2.2. Pembakaran Balik Dilaksanakan untuk mengarahkan api pembakaran balik ke api utama, sehingga bertemu pada jarak yang aman dari ilaran api. Kegiatan yang harus dilaksanakan :

RUMUS ILARAN API :

1.5 X Tinggi Bahan Bakar (pohon,semak blukar, ilalang dll)

Page 44: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

44

- Pembuatan ilaran api - Pembakaran bahan bakar sebelah dalam ilaran api - Dibakar pada tepi ilaran yang berhadapan dengan muka api ( berlawanan

dengan arah angin ) Syarat Pemadaman Tidak Langsung :

a. Bila intensitas panas dan asap terlalu tinggi untuk memungkinkan bekerja pada tepi api kebakaran.

b. Bila kondisi tanah cukup mendukung untuk pembuatan ilaran api dengancepat.

c. Bila api mempunyai kecepatan penjalaran yang tinggi karena kondisi bahan bakar, angin dan topografi mendukungnya.

d. Bila jalur-jalur yang ada seperti jalan, sungai, danau atau yang lainnya dapat digunakan sebagai sekat bakar.

Page 45: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

45

PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

Page 46: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

46

A. Peralatan Manual /Tangan Alat pemadam api adalah seperangkat alat yang didesain dan digunakan untuk memadamkan jenis api dan juga sebagai alat perlindungan keselamatan yang diperlukan untuk membantu pengendalian kebakaran pada situasi darurat yang dapat membahayakan jiwa dan asset berharga dari kebakaran. Perkembangan alat pemadam kebakaran di Indonesia erat kaitannya dengan sejarah dibentuknya satuan petugas atau sebuah institusi dinas yang bernaung dalam pemerintahan yang mempunyai tugas dan dilatih khusus untuk menanggulangi kebakaran. Peralatan tangan adalah peralatan yang cara penggunaannya dengan tangan atau sebuah peralatan yang penggunaannya di tangan dan digunakan untuk melakukan banyak tugas. Peralatan Mekanis Adalah semua jenis peralatan pemadaman bermesin yang pengoperasiannya banyak mengandalkan kemampuan mesin Jenis dan Fungsi Peralatan Tangan 1. Kapak Dua

Fungsi (Pulaski) Fungsinya adalah Untuk memotong pohon kecil, mencongkel, menggaruk, dan menggali dalam pembuatan ilaran api serta membersihkan bahan bakar.

2. Pemotong, Pengait Rumput, dan Semak Fungsinya adalah untuk mengurangi akumulasi bahan bakar yang berada diatas permukaan tanah seperti ranting kering yang menempel pada pohon, daun-daun kering dan lain-lain.

3. Golok Fungsinya adalah untuk membersihkan semak belukar, ranting-ranting pohon pada saat pembuatan jalan masuk / rintisan menuju lokasi kebakaran dan juga bisa digunakan pada saat pembuatan sekat bakar.

4. Gergaji Fungsinya adalah untuk memotong ranting-ranting pohon saat pembuatan jalan masuk / rintisan menuju lokasi kebakaran dan juga bisa digunakan pada saat penebangan pohon-pohon kecil untuk pembuatan sekat bakar.

5. Kepyok (Pemukul Api) Fungsinya adalah Sangat efektif untuk memadamkan api dengan ketinggian lidah api mencapai 1 (satu) meter.

6. Garu Tajam (Fire Reke) Fungsinya adalah untuk mengumpulkan bahan bakar permukaan, terutama dalam pembuatan ilaran api atau sekat bakar dari ranting-ranting kecil dan daun kering.

Page 47: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

47

7. Garu Pacul (Mcleod Rake) Alat ini mempunyai dua kegunaan yang berbeda tetapi saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pada sisi yang berbentuk cangkul sangat baik digunakan untuk memotong akar kecil, membuat parit dan pekerjaan tanah lainnya dalam membuat sekat bakar atau ilaran api. Pada sisi yang berbentuk gerigi tajam sangat baik untuk memotong ranting berduri, pohon kecil, dan tumbuhan bawah yang sudah kering serta untuk mengumpulkan bahan bakar dalam pembuatan sekat bakar atau ilaran api.

8. Cangkul Fungsinya adalah Digunakan untuk menggali tanah dan menimbunkan tanah tersebut pada api yang berada pada kebakaran permukaan.

9. Sekop (Shovel) Fungsinya adalah Sangat baik digunakan untuk melemparkan gumpalan tanah atau lumpur pada bahan bakar yang sedang menyala sehingga dapat menurunkan intensitas kebakaran, serta memukul api sampai padam.

10. Pompa Punggung ( Backpack Pump ) Fungsinya adalah Untuk menyemprotkan air pada api utama, terutama pada kebakaran semak-semak dan lebih efektif untuk jenis kebakaran permukaan.

11. Obor Sulut Fungsinya adalah untuk membakar balik, hal ini digunakan pada saat api sudah tidak bisa dikendalikan dengan cara pemadaman lansung. Syarat utama melakukan bakar balik harus sudah dibuat ilaran api.

12 Bak Air Portable Fungsinya adalah Untuk menampung air dan memperpendek jarak sumber air dari lokasi kebakaran.

Page 48: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

48

B. Perlengkapan Pakaian Kebakaran Perlengkapan Pakaian Kebakaran terdiri dari : 1. Helm Pemadam

2. Lampu Kepala

3. Kaca Mata Pemadam

4. Masker Pemadam

5. Sepatu Pemadam

6. Baju Pemadam Kebakaran

7. Kopel Rim

8. Peples

Page 49: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

49

C. Peralatan Mekanis ( Mesin Pompa Air Portable ) dan Perlengkapannya Peralatan Mekanis adalah semua jenis peralatan pemadaman bermesin yang pengoperasiannya banyak mengandalkan kemampuan mesin. 1. Jenis-jenis peralatan mekanis dan perlengkapannya

1. Mesin Pompa Air Portable

2. Mesin Pompa Jinjing

3. Mesin Pompa Slip On

4. Mesin Kompresor Implus Gun

5. Selang Hisap

6. Selang Penyalur

7. Y Konektor

8. Nozzle

Page 50: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

50

9. GPS

10. HT

2. Cara Pengoperasian Mesin Pompa Pemadam

1. Buka kran bahan bakar dan geser tuas gas pada posisi Start 2. Pegang tuas starter manual, injakan kaki pada bagian rangka mesin, serta tarik

starter manual hingga mesin hidup. 3. Sebelum menambah tekanan pada Mesin Pompa maka yang harus dilakukan

terlebih dahulu menarik handle Vacum Pump yang berada pada sisi kanan Mesin Pompa

4. Setelah ruang Pump terisi penuh dengan air buka handle Pump yang berada pada sisi kiri Mesin Pompa

5. Tambah tekanan pada Mesin Pompa sesuai kebutuhan 6. Sebelum mematikan Mesin Pompa, kembalikan tuas gas pada posisi stop setelah

itu putar tombol stop

3. Cara Perawatan Mesin Pompa Pemadam

1. Cuci bersih Mesin Pompa setelah dipakai terutama pekaian pada air asin 2. Buang air yang tersisa pada ruang Pomp 3. Tutup suction port dan delivery port 4. Isi oli samping jangan dibiarkan kering 5. Tutup kran bahan bakar

4. Perinsip Penyimpanan Mesin Pompa dan Peralatannya

1. Tunjuk salah seorang yang menjadi penanggung 2. Simpan sesuai dengan kelompoknya 3. Kosongkan bahan bakar pada ruang karburator 4. Hidupkan Mesin minimal 3 hari sekali selama 30 – 60 detik 5. Waspadai hama gudang yang dapat merusak peralatan

5. Pertimbangan Perawatan Mesin Pompa 1. Mesin Pompa dan peralatannya sangat mahal 2. Sulit mendapat suku cadangnya 3. Banyak komponen yang apabila salah satu hilang, maka secara keseluruhan tidak

dapat bekerja dengan optimal

Page 51: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

51

SANDI PENANGGULANGAN

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Page 52: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

52

Page 53: MODUL PELATIHAN DASAR PENGENDALIAN KEBAKARAN …simerbela.com/images/mov_dok/1573543070-Bahan Ajar... · 4. BRIGDALKAR secara agresif dan progresif berupaya segera memadamkan api

53

DAFTAR PUSTAKA:

Sumantri, Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan, Sebuah Pemikiran, Teori, Hasil Praktek dan Pengalaman Lapangan

Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan. 2001. Perangkat Organisasi Pengendalian Kebakaran Hutan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Makalah dalam Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan Tingkat Manajemen Medan, 26 - 27 Juni 2001. Medan: Unit Manajemen Leuser.

Andesrson, I P, Manda, I D, Muhnandar. 1999a. Vegetation Fires in Sumatra Indonesia: The Presentation and Disribution of NOAA-Drived Data.

Palembang: Forest Fire Preventation and Control Project. Ueropean Union and Indonesian Ministry and Forestry and Estate Crops.

Ratnasri, E. 2000. Pemantauan Kebakaran Hutan dengan menggunakan Data Citra NOAA-AVHRR dan Citra Landsat TM: Studi Kasus di Daerah Kalimantan Timur. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Jaya Dharwinar Cipta, S.Hut, Deny Haryanto, A.Md, Hotspot (titik panas) 2014, Manfaat dan Cara Mengaskses. Kerjasama Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dengan Program Of Community Development of Fires Control in Peat Land Area (FCP)

ASEAN Sekretariat. 2003. Guidelines the implementation of the ASEAN policy of zero burning. The ASEAN Sekretariat Jakarta.

Syaufina, L. 2003. Guidelines for implementation of controlled burning fractices. Fakultas Kehutanan

IPB. Bogor P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan Peraturan Direktur Jenderal PHKANomor: P. 3/IV-SET/2014 Tentang Organisasi Manggala Agni Dan

Wilayah Kerja Daerah Operasi Pengendalian Kebakaran Hutan Protap Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Tahun 2013; Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut (Wahyu Catur Adi Nugroho. Maret 2005); Baskara. Mei 2011. Pengenalan Peralatan Pemadam Kebakaran Hutan.