buletin progresif edisi vi

8
Sajian Utama: TIJARAH DALAM ISLAM PROGRESIF Menuju Peradaban Baru Redaksi Buletin PROGRESIF menerima tulisan pembaca yang berupa artikel, opini, puisi, humor islami, dll. Tulisan ditulis dengan rapi atau diketik dengan font Calibri 11 spasi 1. Redaksi Buletin PROGRESIF berhak mengedit naskah yang masuk tanpa mengurangi inti tulisan. Tulisan bisa dikirimkan melalui redaksi atau via Email buletin PROGRESIF dengan disertai nama dan alamat penulis. Tulisan yang telah dikirim menjadi hak redaksi sepenuhnya. Harap meletakkan buletin ini di tempat yang semestinya karena mengandung ay t Qur’an, Hadist dan asma Allah a REVITALISASI EKONOMI ISLAM [Menjadikan Ekonomi Syar’i sebagai Acuan dan Pacuan untuk Pertumbuhan Negara dan Bangsa yang Makmur] Buletin Edisi 06 | 10 Februari 2013

Upload: alfin-mubarack

Post on 14-Mar-2016

269 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buletin PPI Yaman

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin PROGRESIF Edisi VI

Sajian Utama: TIJARAH DALAM ISLAM

PROGRESIFMenuju Peradaban Baru

Redaksi Buletin PROGRESIF menerima tulisan pembaca yang berupa artikel, opini, puisi,

humor islami, dll. Tulisan ditulis dengan rapi atau diketik dengan font Calibri 11 spasi 1.

Redaksi Buletin PROGRESIF berhak mengedit naskah yang masuk tanpa mengurangi inti

tulisan. Tulisan bisa dikirimkan melalui redaksi atau via Email buletin PROGRESIF dengan

disertai nama dan alamat penulis. Tulisan yang telah dikirim menjadi hak redaksi sepenuhnya.

Ha

rap

me

leta

kk

an

bu

leti

n i

ni

di

tem

pa

t y

an

g s

em

est

iny

a k

are

na

me

ng

an

du

ng

ay

t Q

ur’

an

, H

ad

ist

da

n a

sma

All

ah

a

REVITALISASI EKONOMI ISLAM[Menjadikan Ekonomi Syar’i sebagai Acuan dan Pacuan untuk Pertumbuhan Negara dan Bangsa yang Makmur]

Buletin

Edisi 06 | 10 Februari 2013

Page 2: Buletin PROGRESIF Edisi VI

SALAM REDAKSI

SUSUNAN REDAKSI: DEWAN PELINDUNG: DPW Hadhromaut, PENANGGUNGJAWAB: Dept. Informasi dan Komunikasi, REDAKSI AHLI: Muh. Robi’ Zt, Chafidz Ali W, PIMRED: Ismail Sunni Muhammad, SEKRETARIS: Abdul Muhith, EDITOR: Taufiq Hamid, REPORTER: Deni, Mahmuddin Hasibuan, LAY-OUTER: Asep Mahfudz, KORESPONDEN CAB. DARUL MUSTHAFA: Ubaidillah Muhammad, CAB RIBAT HAUTHOH: Ahmad Musyaffa’, CAB DAR EL-GHUROBA’: Fikri Ahmad, CAB RIBAT TARIM: Zaenal Arifin, CAB HUDAIDAH: M. Khoiruz Zadith T, ALAMAT: Aidid, Tarim, Hadhromaut, EMAIL: [email protected] / [email protected].

lhamdulillah, untaian puja dan puji syukur

hanyalah terhaturkan dan milik Allah SWT. ADzat yang te lah memberikan ki ta

kesempatan untuk dapat bernafas dan mengemban

amanah sebagai sang khalifah di Bumi ini. Semoga kita

senantiasa diberikan hidayah dan inayah-Nya untuk

selalu didekatkan pada aktifitas yang positif dan

bermanfaat, serta dijauhkan dari hal yang sia dan

bermaksiat.

Sholawat serta salam, takkan pernah terlupa,

semoga selalu terucapkan kepada junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW. Panglima perang teragung,

manusia sederhana termulia, pemimpin shaleh terbijak

yang menjadi uswah dan qudwah hasanah bagi kita.

Untuknya, darinya dan karenanya, kita dapat

merasakan hangatnya cahaya Islam, manisnya buah

iman dan kukuhnya pilar ihsan dalam hidup kita.

Setelah beberapa bulan tidak hadir dihadapan

para pembaca, terhitung sejak awal pelantikan DPW

PPI Hadhramaut, Alhamdulillah, di bulan Februari ini

kami dapat menghadirkan kembali buletin

PROGRESIF. Berbeda dengan sebelumnya, format

Buletin PROGRESIF kali ini jauh lebih besar dari

sebelumnya yang berefeksamping jumlah halamannya

lebih tipis pula.

Masih dalam tahap uji-coba, kami ingin melihat

bagaimana Buletin PROGRESIF ini beradaptasi dan

bagaimana aksi dan reaksi dari teman-teman pembaca.

Mengangkat tema Ekonomi pada edisi kali ini memang

cukup berat bagi kami. Selain minimnya kanal

pengetahuan juga terbatasnya penulis dengan aktifitas

yang begitu padat.

Edisi 06 | 10 Februari 2013

Di antara alasan terlambatnya penerbitan

Buletin PROGRESIF adalah minimnya penulis

dari teman-teman pelajar Indonesia di masing-

masing lembaga atau instansi Islam yang tersebar

di Yaman. Kami telah mengajukan permohonan

pada tiap koresponden dari tiap lembaga. Target 2

edisi dalam satu kali terbit kali ini belum dapat

terlaksana karena tidak ada respon yang massif

dan konstruktif dari lembaga.

Karena Buletin PROGRESIF adalah milik

bersama dan sebagai wadah penggemblengan

kreasi verbal dan visual, maka kami mengajak

teman- teman pembaca seka l ian untuk

bersemangat mengirimkan kreatifitasnya pada

kami.

Terima kasih kami ucapkan atas kesabaran

dan antusias teman-teman pembaca yang

berkenan menunggu dan meluangkan waktunya

membaca Buletin PROGRESIF ini. Kami turut

mohon maaf sedalamnya atas keterlambatan kami

dalam penerbitan.

Demikian “sepatah dua patah kata” dari

kami. Selamat menikmati ulasan Tijarah dan

hembusan nafas ekonomi Islam dalam Buletin

PROGRESIF. Ohya, Buletin PROGRESIF hadir

dengan dua macam style, edisi Gray (Hitam-Putih)

dan Colorful (Berwarna). Buat teman-teman yang

ingin memesan edisi warna cetak atau soft file-nya

dapat menghubungi redaksi Buletin PROGRESIF

atau download langsung di halaman Buletin

PROGRESIF di Facebook.

Selamat Membaca!!

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

[SEKAPUR SIRIH]

Page 3: Buletin PROGRESIF Edisi VI

TIJARAH;Salah Satu Manifestasi Syariah

dalam Menstabilisasi Fluks Problema Perekonomian

Oleh Abdul Muhith*(Penulis adalah Mahasiswa Tingkat 2 Fak. Syariah & Hukum Univ. Ahgaff)

Syariat Ekonomi Berdagang Dalam Islam

alam Al-Qur'an, Ekonomi Dagang

diungkapkan dengan berbagai kata, Dyaitu Tijarah (perdagangan), bay'

(menjual) dan syira' (membeli). Term lain yang berkaitan

juga disebutkan dengan redaksi dayn, amwal, rizq, syirkah,

dharb, sedangkan perintah dagang secara global termuat

disurah Al-Jum;ah ayat: 9.

Tijarah adalah bentuk masdar dari kata kerja yang

artinya menjual atau membeli. Dalam al-qur'an disebutkan

sebanyak 8 kali dalam Alquran yang tersebar dalam tujuh

surat, yaitu surah Albaqarah :16 dan 282 , An-Nisa' : 29, at-

Taubah : 24, An-Nur:37, Fathir : 29 , Shaf : 10 dan Al-Jum'ah

:11. Sedangkan kata ba'a (menjual) disebut sebanyak 4 kali

dalam Al-quran, yaitu Surah Al-Baqarah :254, Al-Baqarah :

275, Surah Ibrahim : 31 dan Surah Al-Jum'ah : 9.

Riwayat dari Mu'az bin Jabal, bahwa Nabi bersabda

”Sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan”

(H.R. Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani). Hadits

ini dengan tegas menyebutkan bahwa profesi terbaik

menurut Nabi Muhammad adalah perdagangan.

Sangat disayangkan, umat Islam saat ini masih

menduduki stadium nadir. Karena kurangnya pemahaman

syariah dagang yang telah digariskan Islam secara masif

dalam realitas kehidupan. Akibatnya

ekonomi Islam dalam kondisi terpuruk.

Fenomena ini pernah terjadi saat masa

kekhalifahan Umar bin Khattab, yaitu ketika

para sahabat mendapat harta ghanimah yang

melimpah melalui ekspansi wilayah Islam ke

Persia, Palestina dan negara-negara tetangga.

Para pejabat dan panglima tentera Islam mulai

m e n i n g g a l k a n p e r d a g a n g a n . U m a r

mengingatkan mereka, ”Saya lihat orang asing

mulai banyak menguasai perdagangan, sementara

kalian mulai meninggalkannya (karena telah menjadi

pejabat di daerah dan mendapat harta ghanimah),

Jangan kalian tinggalkan perdagangan, nanti laki-laki

kamu tergantung dengan laki-laki mereka dan wanita

kamu tergantung dengan wanita mereka”.

Kemelut problematika yang masih akut dan aktual dibeberapa akhir dekade ini adalah ketika kita diposisikan dengan

ekonomi. Ukuran yang mereka jadikan patokan di segala sisi permasalahan adalah, perbaikan ekonomi. Kecondongan

materialistis sudah menjadi keutuhan manusia dalam bermuamalat. Dari sinilah muncul bahwa kesejahteraan diukur

dengan jumlah perekonomian mereka. Lalu bagaimana syariah menghadapi paradigma yang sudah menjamur selama ini.

“Menurut buku Menuju Tata Baru Ekonomi Islam (2001, terbitan Malaysia), 93 % perdagangan dunia dikuasai oleh negara-negara bukan muslim. Padahal ummat Islam hampir 20 % dari penduduk dunia atau sekitar 1,2 milyar orang”.

Edisi 06 | 10 Februari 2013 [SAJIAN UTAMA]

Page 4: Buletin PROGRESIF Edisi VI

Edisi 06 | 10 Februari 2013

Keterangan Gambar:1. Diskusi FIKROH Perdana2. Launching Simfoni Ratu Balqis di Hongkong3. Bedah Buku “PESANTREN STUDIES

1

2

3

GALERI FOTO

[SAJIAN UTAMA]

Figur kita nabi Muhammad telah merealisasikan ekonomi

dagang ketika usia 17 tahun, beliau telah memimpin sebuah

ekspedisi perdagangan ke berbagai negara. Afzalur Rahman

dalam buku “Muhammad A Trader” menyebutkan, bahwa

reputasi nabi Muhammad dalam dunia bisnis demikian bagus,

sehingga beliau dikenal luas di Yaman, Syiria, Yordania, Iraq,

Basrah dan kota-kota perdagangan lainnya di jazirah Arab.

Dalam konteks profesinya sebagai pedagang inilah ia

dijuluki gelaran mulia, Al-Amin. Afzalur Rahman juga mencatat

dalam ekspedisi perdagangannya, bahwa Muhammad Saw telah

mengarungi 17 negara ketika itu, aktivitas perdangangan yang

luar biasa. Berpijak dari itulah, seharusnya umat Islam kembali

tergugah merombak perekonomian. Tijarah, yang telah diusung

dan sukses ditangan Islam kini sudah saatnya kita rebut kembali.

Sektor Perekonomian Ummat Islam Sekarang

Bisnis syari'ah, baik perbankan syari'ah, asuransi syari'ah,

pasar modal syari'ah, (obligasi syari'ah dan reksadana syari'ah),

Multi Level Marketing Syari'ah, BMT, BAZ, LAZ, dan sebagainya

yang marak di era modern merupakan loncatan positif dalam

pengaplikasian syariah dan ekonomi. Cadangan minyak dunia

Islam memiliki 70% dan menguasai 30% sumber gas asli dunia.

Negara-negara Islam memasok dan menyuplai 42% permintaan

petrolium (minyak) dunia. Data-data tersebut menunjukkan

bahwa negeri-negeri muslim memiliki potrensi ekonomi yang

cukup besar dan strategis.

Namun dalam sektor perdagangan jauh dari dominasi

ummat Islam. Menurut buku Menuju Tata Baru Ekonomi Islam

(2001, terbitan Malaysia), 93% perdagangan dunia dikuasai oleh

negara-negara bukan muslim.

Dengan demikian negeri-negeri muslim hanya menguasai

7% perdagangan dunia. Padahal umat Islam hampir mencapai

20% dari jumlah total penduduk dunia atau sekitar 1,2 milyar

orang. Idealnya paling tidak negara –negara Islam bisa

menguasai 20% perdagangan dunia, bahkan lebih dari itu, karena

hampir 70 % sumber-sumber alam terdapat di negara-negara

Islam.

Mampukah kita mengambil alih dalam perdagangan ini,

teruntuk kita sebagai anak harapan bangsa khususnya bagi umat

Islam adalah manifestasi dan sumbangsih kita sangat-sangat

dinantikan untuk merebut kembali estafet kesuksesan nabi dalam

ekonomi dagang. Semangat!/end/.

Page 5: Buletin PROGRESIF Edisi VI

REVITALISASIEKONOMI ISLAM

Oleh Muhammad Imam Rahmatullah*(Penulis adalah Mahasiswa Tingkat 1 Fak. Syariah & Hukum Univ. Ahgaff asal Sarang)

e w a s a i n i ,

k e m a j u a n Dekonomi Is lam

dalam perbankan syariah sangatlah

pesat. Hal ini dibuktikan, karena

gagalnya perbankan yang berbasis

konvensional (kapitalis) dalam

mensejahterakan ekonomi. Namun

sayangnya kemajuan itu tidak

disertai dengan penerapan prinsip-

prinsip Islam dalam ranah konkrit

( p a s a r ) , b a i k d a l a m s e k t o r

kewirausahaan, perniagaan, dan lain

sebagainya. Karena kapitalisme telah

merubah paradigma kebanyakan

umat Islam, khususnya pada sektor

ekonomi. Sehingga muncul sebuah

asumsi "Islam itu hanya mengatur

hubungan antara makhluk dan

pencipta". Padahal syari'ah Islam itu

m e r u p a k a n a j a r a n y a n g

komprehensif, mencakup semua

aspek kehidupan. Bahkan syariat

Islam menempatkan kesejahteraan

ekonomi sebagai salah satu maqâsid-

nya.

Dr. Yusuf Hamid dalam

kitabnya, Maqâsidu al-'ammah lî as-

syari'ah al-Islâmiyah mengatakan:

"Harta adalah suatu hal yang primer

bagi manusia, ia diciptakan untuk

menopang kemaslahatan manusia baik di

dunia maupun di akhirat. Oleh

karena itu, Allah melalui syari'at-Nya

telah menciptakan sebuah aturan-aturan

yang bisa menjamin kemaslahatan

manusia, baik dalam cara mendapatkan

harta , mengelo lahnya, maupun

penggunaannya" . Be l iau juga

menambahkan, "Barangsiapa yang

mengikuti konsep syari'at dalam

mengelola dan menggunakan hartanya

maka hartanya akan menjadi sebuah

wasilah untuk kemaslahatan agama dan

kesejahteraan dunia. Dan sebaliknya,

barangsiapa yang tidak mengukuti

syari'at maka hartanya akan menjadi

bumerang yang bisa menjatuhkannya

pada jurang kenistaan".

Ironisnya justru selama ini

umat muslim malah terjerumus

dalam derasnya arus mekanisme

pasar yang berpaham konvensioanal

(kapitalis) yang terus dihembuskan

oleh sebagian besar negara Eropa

dan Amerika. Paham yang

beranggapan bahwa setiap indvidu

mempunyai kebebasan yang absolut

dalam berbisnis. Sebuah paham yang

dirumuskan oleh Adam Smith,

seorang f i losof Peranc is in i

mengatakan, "Mekanisme hukum

pasar terbentuk atas dorongan

kepentingan-kepentingan pribadi,

karena kompetisi dan kekuatan

individualisme lah yang menurutnya

mampu mensejahterakan ekonomi".

B e r p i j a k d a r i s i s t e m

konvensional, setiap pelaku bisnis

bebas untuk menuai laba sebanyak-

banyaknya dengan cara apapun. Ini

tentunya berdampak pada ketatnya

persaingan pasar, dan dapat

menimbulkan situasi yang tidak

sehat karena dipenuhi praktek

kecurangan demi kemenangan

persaingan pasar. Seperti yang

terjadi di Indonesia, banyak sekali

praktek kecurangan semisal ayam

tiren, sapi gelonggong, penipuan

yang berkedok investasi kilat, dan

masih banyak lagi kasus-kasus yang

menggambarkan betapa buruknya

mental masyarakat Indonesia. Yang

lebih memprihatinkan, kebanyakan

dari mereka adalah orang Islam.

Seakan mereka sudah t idak

mempedulikan rambu halal-haram

yang telah ditetapkan oleh syari'ah.

Situasi seperti ini sebenarnya sudah

jauh diprediksikan oleh Rasulullah

SAW. Beliau bersabda: "Kelak akan

tiba sebuah masa di mana seseorang

sudah tidak memperdulikan lagi

apa-apa yang ia peroleh, apakah itu

halal atau haram". (HR. Bukhori).

Edisi 06 | 10 Februari 2013 [OPINI]

Page 6: Buletin PROGRESIF Edisi VI

Imbas dari ketatnya situasi

ini, pada tahun 2008 ekonomi dunia

diguncang oleh krisis global yang

melanda Eropa dan Amerika,

sehingga tak sedikit industri dan

p e r b a n k a n y a n g b e r b a s i s

konvensional terpaksa gulung tikar

karena mengalami kebangkrutan.

Bukan hanya itu, kebebasan yang

diusung oleh sistem konvensioanal

sebenarnya lebih menguntungkan

pihak yang memiliki budget besar,

mereka bebas berinvestasi sesuka

hati dengan modal tinggi tanpa

memikirkan usaha-usaha kecil yang

bermodal minim, sehingga terjadi

kesenjangan ekonomi di tengah

masyarakat.

Di samping itu, disadari dan

diyakini pula bahwa ekonomi

k o n v e n s i o n a l i s m e y a n g

berlandaskan pada sistem ribâwi,

ternyata banyak memiliki kekeliruan

dan kesalahan dalam sejumlah

premisnya, terutama rasionalitas

ekonomi yang telah mengabaikan

moral.

Bahkan para pakar ekonomi

seperti Fritjop Chapra dalam

bukunya, The Turning Point, Science,

Society and The RisingCulture (terj.

1999) dan Ervin Laszio dalam 3rd

Millenium, The Challenge and The

Vision (terj. 1999) mengungkapkan

bahwa kelemahan dan kekeliruan

itulah yang antara lain menyebabkan

ekonomi (konvensional) tidak

berhasil menciptakan keadilan

ekonomi dan kesejahteraan bagi

umat manusia.

Y a n g t e r j a d i j u s t r u

sebaliknya, ketimpangan yang

semakin tajam antara negara-negara

dan masyarakat yang miskin dengan

n e g a r a - n e g a r a d a n

masyarakat yang kaya. Demikian

pula, antara sesama anggota

masyarakat di dalam suatu negeri.

Lebih lanjut mereka menegaskan

bahwa untuk memperbaiki keadaan

ini, tidak ada jalan lain kecuali

mengubah paradigma dan visi, yaitu

melakukan satu titik balik peradaban

dalam ar t i membangun dan

mengembangkan sistem ekonomi

yang memiliki nilai dan norma yang

bisa dipertanggung jawabkan.

Realita itu setidaknya menjadi

renungan bagi umat Islam untuk

kembali kepada praktek ekonomi

s y a r i ' a h y a n g t e l a h l a m a

ditinggalkan.

D e m i m e n i n g k a t k a n

pembangunan ekonomi Islam,

tentunya membutuhkan perubahan

sistem dalam setiap sektor ekonomi.

Dan tak ada pilihan lagi tentunya

bagi kita selain kembali pada sistem

ekonomi syariah yang memiliki 3

prinsip utama:

Pertama, kejujuran (Al-

Shidq). Kejujuran adalah ruh dari

ekonomi syariah. Kejujuran menjadi

bukti adanya komitmen akan

pentingnya perkataan, tindakan dan

s e m u a y a n g t e r k a i t d e n g a n

perserikatan dalam sistem ekonomi

syari'ah.

Kedua, kesetaraan (Al-

Musâwah) . Prinsip kesetaraan

menegaskan bahwa setiap pihak

berada pada posisi yang sama dalam

mu'âmalat.

K e t i g a , k e a d i l a n d a n

kebenaran (Al-'adâlah).

Mengacu dari berbagai

paradigma di atas, setidaknya ada

tiga langkah strategis yang perlu

problem ekonomi umat Islam

yang te lah lama d i rundung

kemunduran ini.

Pertama, mengembalikan

paradigma umat Islam bahwa tidak

ada sistem apapun yang menjamin

kebahagian haqiqi selain syari'at

Islam, dengan mengembangkan

konsep ekonomi syari'ah dengan

wajah kekinian agar selaras pada

k e m a j u a n z a m a n d a n

mensosialisakannya ke berbagai

lembaga pendidikan maupun media

umum.

Kedua, meningkatkan etos

kerja umat Islam sesuai dengan

sistem syari'ah dalam setiap praktek

ekonomi, baik dalam transaksi jual

beli, persewaan, gadai, asuransi dan

lain sebagainya. Hal ini tentunya

juga dengan meningkatkan mental

agama setiap umat Islam.

Ket iga , menumbuhkan

r e g u l a s i d a n s a r a n a y a n g

mendukung penguatan ekonomi

syari'ah dalam praktek, baik melalui

institusi keuangan maupun melalui

kegiatan bisnis dan usaha riil. Serta

menciptakan mekanisme pasar yang

berbasis syariah dan meningkatkan

jalur ekonomi antar negara Islam

dengan melakukan kesepakatan

ekonomi.

Jika tiga langkah ini sudah

terealisasikan maka kebangkitan

ekonomi Islam bukanlah kenisbian

lagi, melainkan niscaya akan menjadi

kenyataan setelah sekian lama kita

tertunduk terhadap ekonomi

kapitalis.

Mari mulai dari sekarang kita

bersama-sama saling membantu

untuk menyongsong kemajuan

Islam./end/

Edisi 06 | 10 Februari 2013 [OPINI]

Page 7: Buletin PROGRESIF Edisi VI

(DPW HADRAMOUT PPI YAMAN)Periode 2012-2013

A. PENGURUS HARIAN1. Ketua : Pandi Yusron (Universitas Al-Ahgaff)2. Wakil Ketua : Ahmad Arif Salman (Universitas Al-Ahgaff)3. Sekretaris : Masruhin (Universitas Al-Ahgaff)4. Wakil Sekretaris: Zainal Arifin (Rubat Tarim)5. Bendahara : Ahmad Zaki Hijriana(Universitas Al-Ahgaff)6. Wakil Bendahara: Sholeh Madadi (Darul Musthofa)

B. PENGURUS DEPARTEMEN1. Departemen Pendidikan dan DakwahKetua : Zainal Fanani (Universitas Al-Ahgaff)Anggota :1. Mu'tazim Fauroq (Universitas Al-Ahgaff)

2. Abdul Basith (Universitas Al-Ahgaff) 3. Ridwan Agustiawan (Universitas Al-Ahgaff)

4. Umar Nawawi (Universitas Al-Ahgaff) 5. Syaiful Arif (Universitas Al-Ahgaff) 6. Muhammad Zuhair (Rubat Tarim) 7. Zainul Hasan (Darul Mushthofa)

2. Departemen Seni dan BudayaKetua : Risan Wulli Windarko (Universitas Al-Ahgaff)Anggota:1. Muhlisin (Universitas Al-Ahgaff) 2. Muhammad Taufiq (Universitas Al-Ahgaff)

3. Muhammad Akbar R.D. (Universitas Al-Ahgaff) 4. Asep Zakariya (Universitas Al-Ahgaff) 5. Imam Syarifuddin (Darul Mushthofa)

3. Departemen Usaha dan DanaKetua : Ahmad Sahal (Universitas Al-Ahgaff)Anggota: 1. M. Bachtiar Ali Basya (Universitas Al-Ahgaff) 2. Ahmad Ubaidillah (Universitas Al-Ahgaff)4. Departemen Informasi dan KomunikasiKetua : Alfin Mubarack (Universitas Al-Ahgaff)Anggota : 1. M. Ismail Sunni (Universitas Al-Ahgaff)

3. Muhammad Syahid (Universitas Al-Ahgaff) 4. Ubaidillah (Darul Mushthofa) 5. Zainal Arifin (Rubat Tarim)

6. Rispan Nur (Darul Ghuroba')

2. Reza (Universitas Al-Ahgaff)

STRUKTUR DEWAN PENGURUS WILAYAH HADRAMOUT

PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI YAMAN

Ed

isi 0

6 |

10

Feb

ruar

i 20

13

[REPORTASE]

Page 8: Buletin PROGRESIF Edisi VI

Nafsu, Tuhankah Kau?!!!..Sebuah Puisi

Oleh Hasan Zainur *

Nafsu bertahta memperhamba,

Hati menjerit terhempit,

Terjajah namun berwibawa,

Laksana penasehat yang setia,

“Sampai kapan kau akan jadi

budak perut dan kelamin,

Hah!!!.”

Inikah yang kau gemborkan

dengan kata 'Takwa'?

Kau cari kemuliaan di depan

mereka,

Namun kau lupa kepada

pencipta kemuliaan yang

sebenarnya.

Terus … Teruskan saja!!

Puaskan syahwatmu dengan

kelalaian yang kau manjakan!

Tinggalkan saja ketaatan pada

Rabbmu dengan kemaksiatan,

Tumpuk saja hartamu dalam

dunia yang kau banggakan,

Timbun saja bangkai dosamu

dalam keburukan yang kau

kerjakan,

Hah. .!!

Betapapun kau umbar

syahwatmu,

Tetap saja ajal akan jadi akhir

hayatmu,

Betapapun kau lalaikan perintah

Rabbmu.

Kelak kau dengan Rabb-mu

akan bertemu,

Betapapun kau kumpulkan

hartamu,

Akan tiba saat ia tak peduli

padamu,

Betapapun kau timbun dosamu,

Sebentar lagi akan kau rasakan

nikmatnya dalam adzabmu.

Hah . .. !!

Selamanya kau takkan merasa

puas dengan mengumbar

syahwat nafsu serakahmu,

Karena kau tak tahu seberapa

besar syahwat dan nafsumu,

Melebihi Rabbmu.

* Ngalam Writer – Darul

Musthafa

Istighfar Bernuansa SambalSebuah Puisi

Oleh Hasan Zainur *

Astaghfirullah, !!

Semoga bukan hanya lisanku

berbuih dosa melafalkannya,

Namun, ..

Hati kotor dan perbuatanku

mampu membuktikannya,

Tapi, ..

Bukankah istighfarku selama ini

hampa?

Hingga dengan ludah tersembur

racun was-was iblis dan para

punggawa,

Hasad membakar melibas

segala hasanah,

Hingga melihat kebaikan

saudara sendiri,

Layaknya mencari jarum di

tumpukan jerami,

Nafsu sang raja dengan

kesombongan berjubah.

Astaghfirullah,

Bukankah aneh kecintaan

duniawi?

Suudzon bertopeng

khusnudzon,

Tajassus berlagak ikrom,

Agamapun terjual demi

kepentingan pribadi.

Astaghfirullah,

Riya' dan ujub gagah berani,

Membuat hati busuk percaya

diri,

Untuk memuliakan sesama,

Ikhlas terasa menyangga tujuh

langit,

Untuk berwibawa,

Betapapun nista tampak tak

rumit.

Astaghfirullah,

Hatiku terlalu keras berlapis

dosa dan najis,

Hinga sifat ifar sahabat nabi tak

kunjung menitis,

Ya Qodir,

Dapatkah aku lebih mulia dari

anjing ashabul kahfi?

Ataukah lebih hina dari anjing

lacak pak polisi?

Ya Ghoffar,

Semoga istighfar bernuansa

sambal ini,

Layak kau terima kelak di

kehidupan abadi.

Amiin!!

Edisi 06 | 10 Februari 2013

PuisiKO

LO

M