reskrim progresif
TRANSCRIPT
1
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA RESKRIM MELALUI METHODE PROGRESIF GUNA AKSELARASI PELAYANAN PRIMA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN
STABILITAS KAMTIBMAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi saat ini dan seiring dengan berkembangnya teknologi maupun keterbukaan informasi berdampak pada kompleksnya permasalahan yang timbul di masyarakat. Menyikapi hal tersebut diperlukan adanya kesiapan untuk menangkal dampak negatif yang ditimbulkannya, terutama yang terkait dengan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Globalisasi secara abstrak dirumuskan sebagai “Keseluruhan proses
dimana masyarakat didunia bergabung dalam sebuah masyarakat dunia tunggal,
yaitu global society” (Martin Allbrow dan Elizabeth King, dalam bukunya
Globalization, Knowledge and Society, (London :Sage Publication, 1990) dan
sebagai intensifikasi hubungan sosial berskala dunia yang memungkinkan
keterkaitan masyarakat local dengan kejadian kejadian dibagian bagian dunia
lainnya, atau sebaliknya (Anthony Giddens, The Consequences of Modernity,
(Stanford : Standford University Press, 1990). Globalisasi membawa dua dampak,
pada satu sisi globalisasi melahirkan keunggulan kompetitif. Disisi lain, globalisasi
membangkitkan reaksi balik atau countertrend seperti kerawanan kejahatan dalam
masyarakat global, termasuk cyber space atau cyber crime. Dampak negatif
kemajuan teknologi dan informasi pada umumnya berkaitan dengan dunia
kejahatan.
Kepolisian Republik Indonesia yang diamanatkan oleh Undang-undang no
2 tahun 2002 sebagai pengemban tugas menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat serta penegak hukum dituntut untuk mampu melaksanakan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya walaupun kondisi organisasi saat ini masih penuh
1
2
dengan keterbatasan baik di bidang anggaran, sarana dan prasana, teknologi
maupun personil.
Dalam upaya harkamtibmas dan peningkatan pelayanan masyarakat
serta penegakan hukum secara profesional, faktor sumber daya manusia adalah
salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Sebagaimana kita ketahui
bersama bahwa saat ini kita kondisi personil Polri masih sangat terbatas, baik dari
segi kwalitas maupun kwantitas. Di sisi lain masyarakat seolah tidak mau tau
dengan kondisi tersebut dan tetap menuntut kesempurnaan pelaksanaan tugas
Polri.
Pada kondisi yang lain, keterbukaan informasi dan bisnis informasi selalu
memberitakan segala kekurangan kinerja Polri sedangkan sisi prestasinta tidak
pernah diberitakan, sehingga opini negatif terhadap Polri cepat berkembang.
Dinamika politik di Indonesia memerlukan perhatian dan jumlah personil yang
memadai, situasi ekonomi yang tidak menentu dapat mendorong meningkatnya
angka kejahatan, pertumbuhan penduduk meningkat dengan cepat tidak
sebanding dengan penambahan jumlah personil Polri dan kesadaran hukum
masyarakat yang masih rendah sangat mempengaruhi dalam kegiatan
harkamtibmas.
Polri sebagai salah satu institusi publik, berdasarkan Undang-Undang No.
2 Tahun 2002 memiliki tanggung jawab sebagai pelindung, pelayan dan pengayom
masyarakat, dalam menjalankan aktivitasnya tidak pernah terlepas dari sorotan
masyarakat. Prestasi kerja personel Polri yang pada dasarnya menjadi tolok ukur
keberhasilan institusi Polri dalam perspektif masyarakat pada umumnya adalah
bidang pelayanan. Baik buruknya kinerja Polri tidak hanya ditentukan oleh
penilaian internal organisasi ataupun penilaian lembaga lain, namun lebih
ditentukan oleh penilaian masyarakat kepada Polri.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan pembenahan dan atau
peningkatan kinerja Polri, baik sebagai Institusi maupun individu. Pembenahan dan
atau peningkatan kinerja diawali dengan pemahaman terhadap permasalahan
3
yang dihadapi Polri. Masalah yang dihadapi Polri dalam melaksanakan fungsi
kepolisian dibedakan menjadi masalah eksternal dan internal.
Masalah internal ditandai dengan belum optimalnya hasil reformasi struktural,
instrumental dan kultural. Reformasi kultural terkait pelayanan kepolisian yang
prima belum memenuhi harapan masyarakat, hal tersebut ditandai dengan masih
rendahnya kepercayaan masyarakat kepada Polri. Masalah eksternal antara lain
mencakup permasalahan pengamanan perbatasan dan pulau-pulau terluar ;
kesiapan pengamanan Pemilu ; tingkat kejahatan konvensional dan transnasional
yang masih tinggi dan masalah sosial.
Tekad Polri untuk melakukan pembenahan dan mencari alternatif solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi institusinya berimplikasi kepada penetapan
grand strategy Polri. Grand strategy Polri dirumuskan dalam tiga tahapan yang
mencerminkan upaya Polri secara gradual. Tahap I adalah Trust Building, periode
waktu tahun 2005 – 2010. Penetapan tahap 1 didasarkan pada argumentasi
bahwa keberhasilan Polri dalam menjalankan tugas memerlukan dukungan
masyarakat dengan landasan kepercayaan (trust). Tahap II, Partnership Building,
periode tahun 2011 – 2015, merupakan kelanjutan dari tahap pertama, perlu
dibangun kerja sama yang erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan
pekerjaan Polri. Tahap III, Strive for Excellence, periode tahun 2016 – 2025. Pada
tahap III dibangun kemampuan pelayanan publik yang unggul dan dipercaya
masyarakat sehingga pelayanan Polri yang optimal dapat diwujudkan1.
Sedangkan untuk mempercepat jalannya program-program yang ada di dalam
tahapan tersebut Kapolri menetapkan program akselerasi transformasi Polri
menuju Polri yang mandiri, professional, modern dan dipercaya masyarakat,
adapun beberapa kegiatan yang mengalami akselerasi dijabarkan dalam program
Quick wins yang terdiri dari : program quick respon samapta, program
transparansi proses penyidikan reserse dengan pemberian surat pemberitahuan
perkembanagan hasil penyidikan (SP2HP), program peningkatan pelayanan SIM,
1 Lampiran A kep.Kapolri No.Pol.: Kep /37/X/2008, hal 7.
4
STNK dan BPKB, serta program transparansi rekruitmen personel Polri. Hal ini
dilakukan dalam rangka mempercepat proses reformasi birokrasi Polri pada bidang
kultural, yang sejalan dengan program reformasi birokrasi yang di keluarkan oleh
pemerintah.
Program akselerasi diperlukan untuk pencapaian tujuan dari grand strategy
Polri yang telah ditetapkan. Penyusunan program akselerasi dititikberatkan pada
perubahan perilaku setiap anggota Polri dalam menjalankan tugasnya,
memberikan pelayanan prima dan mewujudkan rasa aman masyarakat. Program
akselerasi pada tahap I diarahkan pada pembenahan dan perubahan kultural yang
mencakup 12 bidang, yaitu : 1) Bidang perumusan tugas pokok ; 2) Bidang
organisasi ; 3) Bidang operasional ; 4) Bidang kerjasama / HTCK (Hubungan Tata
Cara Kerja) ; 5) Bidang tata kelola logistik ; 6) Bidang tata kelola asset ; 7) Bidang
tata kelola anggaran ; 8) Bidang manajemen mutu dan kinerja ; 9) Bidang sumber
daya manusia ; 10) Bidang remunerasi dan kesejahteraan ; 11) Bidang
pemberdayaan Litbang ; 12) Bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat.
Akselerasi bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat mencakup aspek :
akses yang luas, kemudahan mendapatkan pelayanan kepolisian serta kemudahan
memberikan dan mendapatkan informasi dengan cepat dan tepat. Diantara jenis
pengaduan yang banyak diterima adalah tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor, pencurian hewan, sengketa lahan dan penganiayaan.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pencitraan Polri masih harus diperbaiki.
Perbaikan citra Polri berkaitan dengan kinerja dan kualitas pelayanan yang
diberikan para personel Polri dengan mengedepakan transparansi dan
akuntabiltas. Tantangan utama Polri adalah akuntabilitas eksternal dan internal
yang memerlukan solusi secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
Berdasarkan hal tersebut, maka Polres Pamekasan berupaya
memberikan kontribusi terhadap pencapaian penegakan hukum yang optimal dan
pencitraan Polri yang positif terkait komplain masyarakat dalam penanganan tindak
pidana dan masalah sosial yang muncul di masyarakat.
5
Fokus peningkatan pelayanan masyarakat dilakukan melalui akseleri
pelayanan prima pada Fungsi Reskrim melalui methode progresif. Upaya
tersebut sebagai terobosan dalam meningkatkan kinerja Polri khususnya Fungsi
Reskrim dalam rangka meningkatkan stabilitas kamtibmas dengan memperjelas
standar etika kerja, meningkatkan fungsi, memberikan kemudahan bagi
masyarakat guna akselarasi pelayanan prima Kepolisian serta memberikan
kemudahan kepada untuk mendapatkan informasi secara dini dan akurat. Dari
urain tersebut di atas, penulis mencoba mengangkat judul dalam naskah ini “
Upaya peningkatan kinerja reskrim melalui methode progresif guna
akselarasi pelayanan prima dalam rangka mewujudkan stabilitas
kamtibmas”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan” Belum optimalnya kinerja Fungsi Reskrim dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat ”.
C. PERSOALAN
Adapun persoalannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaiman kualitas dan kuantintas sumber daya manusia yang ada saat ini ?
2. Bagaima dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas yang ada saat ini ?
3. Bagaimana dukungan anggaran yang ada saat ini ?
4. Bagaimana methode pelaksanaan tugas saat ini ?
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Naskah ini mencakup masalah sumber daya manusia,
dukungan anggaran, dukungan sarana dan prasarana dan methode yang
digunakan dalam pelaksanaan tugas.
6
E. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari Naskah Karya Perorangan ini adalah untuk mengkaji kinerja
Satreskrim Polres Pamekasan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kinerja reskrim
melalui methode progresif guna akselarasi pelayanan prima dalam rangka
mewujudkan stabilitas kamtibmas.
Sedangkan tujuannya adalah guna melengkapi sebagian dari materi ujian
untuk mengikuti sekolah Pimpinan menengah Kepolisian Republik Indonesia dan
sebagai sumbangsih pemikiran kepada Pimpinan, guna sebagi bahan masukan
dalam mengambil kebijakan lebih lanjut.
F. METHODE PENDEKATAN
Methode pendekatan dalam Naskah Karya Perorangan ini adalah
menggunakan methode deskriptif analitis yaitu melakukan analisa terhadap situasi
dan kinerja serta permasalahan yang ada berdasarkan pengalaman atau data
yang telah tersedia.
G. SISTEMATIKA
Sistematika dalam penulisan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang latar
belakang secara umum, Permasalahan yang akan diangkat dalam
penulisan berupa : latar belakang, permasalahan, persoalan, ruang
lingkup, maksud dan tujuan, methode pendekatan, sistematika dan
pengertian-pengertian.
Bab II Landasan Teori
Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang upaya
peningkatan kinerja reskrim melalui method progresif guna akselarasi
7
pelayanan prima dalam rangka mewujudkan stabilitas
kamtibmas dari sudut padang teori, antara lain : konsep analisa SWOT,
Teori Manajemen George R Terry, teori manajemen strategi, Teori
motivasi dan Hierakhie kebutuhan Maslow dan teori hukum progresif Prof.
Soecipto Raharjo.
Bab III Kondisi Saat ini
Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang : kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia, dukungan sarana dan prasarana,
dukungan anggaran, dan methode yang digunakan dalam pelaksanaan
tugas.
Bab IV Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Dalam Bab ini menggambarkan faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh terhadap upaya peningkatan kinerja reskrim
melalui methode progresif guna akselarasi pelayanan prima dalam rangka
mewujudkan stabilitas kamtibmas.
Bab V Kondisi yang diharapkan
Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang data kualitas
dan kuantitas personil yang diharapkan, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, anggaran yang dibutuhkan dan methode yang diharapkan
sebagai upaya peningkatan kinerja reskrim guna akselarasi pelayanan
prima dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas”.
Bab VI Optimalisasi
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang visi dan misi
Polri, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, dan action plan.
Bab VII Penutup.
Dalam Bab ini Penulis akan menguraikan kesimpulan dari
penulisan Naskah Karya Perorangan ini serta Saran dan Rekomendasi.
8
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini menggunakan kerangka teori
agar arah serta tujuan penelitian dapat terjalin dengan baik, menurut pendapat
Koentjaraningrat “Kerangka teoritis membantu penulis dalam menentukan tujuan dan
arah penelitian dalam memilih konsep-konsep yang tepat (Koentjaraningrat 1989 : 21).
Dengan demikian dalam penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini akan
mencakup pengetahuan yang didapat dari suatu tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan suatu obyek yang diteliti dan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki sehingga tulisan ini dapat tersusun dengan sistematis dan terarah yang
bersumber pada suatu pemikiran serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
yang dipedomani untuk memecahkan suatu masalah-masalah terkait dengan tugas
Kepolisian. Dengan demikian maka penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini
memerlukan teori-teori sebagai media dalam memberikan kerangka orientasi dan
analisis serta nilai ilmiah agar memadai seperti yang diharapkan untuk menjawab upaya
peningkatan kinerja Reskrim melalui methode progresif guna akselarasi pelayanan
prima dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas.
A. PENGERTIAN – PENGERTIAN
1. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan (James A.F Stoner, Management, Prentice/ Hall International,
Inc., Englewood Cliffs, New York, 1982, halaman 8).
3. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu tertentu.
8
9
4. Progresif adalah keinginan untuk kemajuan.
5. Methode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan.
6. Pelayanan prima adalah pelayanan yang sangat baik, atau pelayanan yang
terbaik.
7. Akselarasi adalah suatu proses percepatan dalam rangka mencapai target
yang telah ditetapkan.
B. KONSEP ANALISA SWOT
SWOT adalah singkatan atau akronim dari Strengths (kekuatan),
Weakness (kelemahan) Opportunities (peluang) Threats (ancaman). Artinya
kekuatan yang dipunyai oleh kesatuan yang akan melaksanakan rencana,
kelemahan yang dimiliki oleh kesatuan yang akan melaksanakan rencana,
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang akan di hadapi.
Fredy Rangkuti dalam bukunya “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus
Bisnis” menyatakan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Menurutnya kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan melalui analisis SWOT, yakni melakukan penilaian hasil
pembahasan berdasarkan Strengths (kekuatan) yakni dalam hal ini kekuatan
internal yang dimiliki, Weakness (kelemahan) yakni kelemahan-kelemahan yang
ada, Oppoturnities (peluang) yakni peluang yang dapat digali dari faktor lingkungan
dan Threats (ancaman) yakni kendala-kendala dari faktor lingkungan yang
mungkin ditemui dalam membangun sistem informasi data barang bukti Ranmor di
Polda Metropolitan Jakarta Raya.
Jika hal ini digunakan dengan benar, maka dimungkinkan bagi sebuah
institusi atau organisasi untuk dapat memetakan posisi organisasi terhadap
lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan
dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran organisasi ke depan untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan dari pada stake holder.
10
Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu organisasi untuk
tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang baru, sedangkan penilaian
yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan memberikan bobot
realisme pada rencana-rencana yang akan dibuat organisasi. Dalam praktek sering
ditemui bahwa penggunaan analisis SWOT sebagai alat perencanaan strategis tidak
memberikan hasil yang diharapkan, yang disebabkan salah satu atau gabungan dari
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Visi, misi dan ukuran keberhasilan organisasi tidak ditetapkan secara
jelas dan tegas atau tidak digunakan dalam mengidentifikasikan peluang dan
ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi.
2. Data dan informasi yang digunakan kurang lengkap, kurang spesifik dan
kurang akurat, sehingga dalam perumusan faktor strategisnya tidak fokus.
3. Analisis lebih ditekankan kepada kecanggihan metode dan bukan
kepada filosofi, kesungguhan dalam melakukan analisis serta kegunaan hasil
SWOT itu sendiri.
4. Terlalu beragamnya pendekatan analisis yang dikenal dan ditawarkan,
tetapi relatif sedikitnya referensi dan bahan bacaan yang komprehensif.
Pada analisis apapun, validitas dan kegunaan hasil analisis sangat
tergantung kepada kelengkapan dan akurasi data yang digunakan dalam
analisis. Karena itu rancangan pelaksanaan analisis SWOT perlu disusun sebaik-
baiknya untuk memperoleh data dan informasi yang penting dan berkualitas tinggi.
Makna dan pesan yang paling mendalam dari analisis SWOT adalah apapun cara-
cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus
mengandung dan mempunyai prinsip berikut ini: kembangkan kekuatan, minimalkan
kelemahan, tangkap kesempatan / peluang dan hilangkan ancaman.
Essensinya Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, baik secara internal maupun eksternal, yang ada
dalam menghadapi pengaruh perkembangan lingkungan strategis terhadap
pelaksanaan tugas pokoknya.
11
Perubahan lingkungan internal organisasi Polres ada kalanya
menimbulkan kekuatan tetapi mungkin juga menimbulkan permasalahan yang
berdampak pada kinerja organisasi, begitu juga pada lingkungan eksternal yang
dapat memunculkan peluang sehingga kinerja organisasi dapat meningkat dan
dapat juga menimbulkan ancaman bagi organisasi. Maka untuk merespon
perubahan lingkungan tersebut, diperlukan suatu strategi yang tepat agar dapat
meminimalisasi kelemahan dan ancaman serta berusaha memanfaatkan kekuatan
dan peluang.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis
atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung
dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi
keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,
dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths)
mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana
cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
12
C. TEORI MANAJEMEN
Menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses tertentu yang
akan dilaksankan mulai dari perencanaan sampai penilaian (evaluasi). Manajemen
sering diartikan ilmu, kiat, dan profesi.
Terry mendeskripsikan pekerjaan manajer berdasarkan fungsinya
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Dalam fungsi perencanaan, manajer deskripsi pekerjaan sebagai berikut :
a. Menerapkan, mendeskripsikan dan menjelaskan tujuan
b. Memprakirakan
c. Menetapkan syarat dan dugaan-dugaan tentang ferformance pekerjaan
d. Menetapkan dan menjelaskan tugas-tugas untuk mencapai tujuan
e. Menetapkan rencana penyelesaian
f. Menetapkan kebijakan-kebijakan
g. Merencanakan standar-standar dan metode-metode penyelesaiaan
h. Mengetahui terlebih dahulu problema-problema yang akan datang yang
mungkin terjadi.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Dalam fungsi pengorganisasian, manajer mempunyai deskripsi
pekerjaan sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan pekerjaan dalam tugas-tugas pelaksanaan
b. Mengklasifikasikan tugas-tugas pelaksanaan dalam pekerjaan-pekerjaan
operasional.
c. Mengumpulkan pekerjaan-pekerjaan operasional dalam kesatuan-kesatuan
yang berhubungan dan dapat dimenejemen
d. Menetapkan syarat-syarat pekerjaan
13
e. Menyelidiki dan menempatkan orang perorangan pada pekerjaan yang
tepat.
3. Menggerakkan (actuating)
Dalam fungsi menggerakkan, manajer mempunyai deskripsi pekerjaan
sebagai berikut :
a. Memberitahu dan menjelaskan tujuan-tujuan kepada para bawahan
b. Menejemani dan mengajak para bawahan untuk pekerja dengan
semaksimal mungkin
c. Membimbing tenaga kerja bawahan untuk mencapai standar operasional
d. Mengembangkan tenaga kerja bawahan guna merealisasikan
kemungkinkan-kemungkinan sepenuhnya
e. Memberikan orang-orang hak untuk mendengarkan.W
4. Pengendalian (Controling)
Dalam fungsi pengendalian, Menejer mempunyai deskripsi
pekerjaan sebagai berikut :
a. Membandingkan hasil dengan rencana pada umumnya
b. Menilai hasil dengan standar hasil pelaksanaan
c. Menciptakan alat-alat yang efektif untuk mengukur pelaksanaan
d. Memberikan alat pengukur
e. Memudahkan data yang rinci dalam bentuk yang menunjukkan kompari dan
pertentangan
D. TEORI MANAJEMEN STRATEGI
Manajemen strategik merupakan suatu proses yang dinamik karena
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu
memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.
Salah satu alasan utama mengapa demikian halnya ialah karena kondisi yang
dihadapi oleh satu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu
14
berubah-ubah pula. Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar
organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena
organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektifitas dan
produktivitasnya makin lama makin tinggi.
Manajemen strategik berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan
strategi dan perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dilaksanakan dalam
praktek. Manajemen strategik dapat dipandang sebagai hal yang mencakup tiga
macam elemen utama. Terdapat adanya analisis strategik dimana penyusun
strategi (strategis) yang bersangkutan berupaya untuk memahami posisi strategik
organisasi yang bersangkutan. Terdapat pula adanya pilihan strategik yang
berhubungan dengan perumusan aneka macam arah tindakan, evaluasi, dan
pilihan antara mereka. Akhirnya terdapat pula implementasi strategi yang
berhubungan dengan merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat
dilaksanakan.
Don Harvey dalam bukunya yang berjudul: ”Business policy and Strategic
Management”, menyatakan pandangan-pandangan berikut tentang manajemen
strategik. Manajemen strategik berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan dalam rangka upaya memaksimasi sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan.
Manajemen strategik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan
timbulnya perumusan sasaran-sasaran organisasi, strategi-strategi dan
pengembangan rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk
mencapai sasaran-sasaran strategik tersebut untuk organisasi yang bersangkutan
secara total.
Adapun fokus manajemen strategik adalah pada lingkungan eksternal dan
pada operasi-operasi pada masa datang. Manajemen strategik mendeterminasi
arah jangka panjang organisasi yang bersangkutan dan menghubungkan sumber-
sumber daya organisasi yang ada dengan peluang-peluang pada lingkungan yang
15
lebih besar. Manajemen Strategis (Strategic Management) merupakan kumpulan
keputusan dan tindakan yang digunakan dalam penyusunan dan implementasi
strategi yang akan menghasilkan kesesuaian superior yang kompetitif antara
organisasi dan lingkungannya, untuk meraih tujuan organisasi. Nisjar, Karhi &
Winardi. (1997;85) Manajemen Strategik.
Menurut Fred R. David, manajemen strategik adalah seni dan ilmu untuk
memformulasi-implementasi dan evaluasi’ keputusan-keputusan yang bersifat
lintas fungsional, yang digunakan sebagai panduan tindakan bagi fungsi SDM,
pemasaran keuangan, produksi, dan lain-lain agar organisasi dapat mencapai
tujuannya. Keputusan-keputusan yang bersifat lintas fungsional inilah yang dapat
ditafsirkan sebagai strategi.
Manajemen strategik juga dapat dipandang sebagai proses untuk
mengelola strategi agar rumusan strategi dapat dijalankan dengan baik sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan manajemen strategi tersebut diharapkan
strategi benar-benar dapat dikelola sehingga strategi dapat diimplementasikan
untuk mewarnai dan mengintegrasikan semua keputusan dan tindakan dalam
organisasi.
Menurut Husein Umar, dari keempat tipe strategi SWOT, dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan/ lembaga untuk
meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya,
perusahaan berusaha melaksanakan strategi WO, ST, WT, untuk menerapkan
strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau
tidak mau, perusahaan tersebut harus mengatasi kelemahan-kelemahan itu
agar menjadi kuat.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
16
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal
perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Kadang kala
perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan peluang-peluang
karena adanya kelemahan-kelemahan internal.
3. Strategi ST (Strength-Threat)
Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi
dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa
perusahaan yang tangguh harus selalu mendapatkan ancaman.
4. Strategi WT (Weakness-Threat)
Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal, serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang
dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal,
sesungguhnya berada pada posisi yang berbahaya. Ia harus berjuang untuk
dapat tetap bertahan dengan melakukan strategi-strategi seperti merger,
declared, liquidation, retrench, bankruptcy.
E. TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan
hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan
untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang
bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang
termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan
tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga
dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut
17
menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun
kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan
untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan
manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat
pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori
kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
1. Teory motivasi Abraham Moslow
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang
berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima
tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow,
dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum
kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Fisiologis
18
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan
menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya
sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan
tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah
payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
2. Teori motivasi Hesberg
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar
manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Jumlah penduduk Indonesia yang melebihi 200 juta jiwa, saat ini 40%
mengalami “Vacum” pekerjaan disamping itu masih dihadapkan krisis yang
berkepanjangan. Kondisi ini tentu akan dapat menimbulkan kegiatan-kegiatan
yang bermotif ekonomi (pemenuhan kebutuhan) seperti pemalsuan, pencurian,
penyelundupan, korupsi dan lain-lain.
19
Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan manusia yang perlu
mendapatkan perhatian baik keamanan secara fisik yaitu mencakup keamanan
di tempat pekerjaan maupun keamanan dari dan ke tempat bekerja maupun
keamanan secara psikis yaitu perlakuan adil terhadap pekerjaan seseorang.
Tugas dan wewenang Polri telah dijelaskan di dalam pasal 13 sampai dengan
19 Undang-Undang Indonesia No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
E. LANDASAN KONSEPTUAL HUKUM PROGRESIF
Studi hubungan antara konfgurasi politik dan karakter produk hukum
menghasilkan tesis bahwa setiap produk hukum merupakan percerminan dari
konfigurasi politik yang melahirkannya. Artinya setiap muatan produk hukum akan
sangat ditentukan oleh visi kelompok dominan (Penguasa). Oleh karena itu, setiap
upaya melahirkan hukum-hukum yang berkarakter responsif/populistik harus
dimulai dari upaya demokratisasi dalam kehidupan politik.
Kehadiran hukum progresif bukanlah sesuatu yang kebetulan, bukan
sesuatu yang lahir tanpa sebab, dan juga bukan sesuatu yang jatuh dari langit.
Hukum progresif adalah bagian dari proses pencarian kebenaran (searching for
the truth) yang tidak pernah berhenti. Hukum progresif yang dapat dipandang
sebagai konsep yang sedang mencari jati diri, bertolak dari realitas empirik tentang
bekerjanya hukum dimasyarakat, berupa ketidakpuasan dan keprihatinan terhadap
kinerja dan kualitas penegakan hukum dalam setting Indonesia akhir abad ke-20.
Adalah keprihatinan Satjipto Rahardjo terhadap keadaan hukum di
Indonesia. Para pengamat hukum dengan jelas mengatakan bahwa kondisi
penegakan hukum di Indonesia sangat memprihatinkan. Pada tahun 1970-an
sudah ada istilah “mafia peradilan” dalam kosakata hukum di Indonesia, pada orde
baru hukum sudah bergeser dari social engineering ke dark engineering karena
20
digunakan untuk mempertahankan kekuasaan. Pada era reformasi dunia hukum
makin mengalami komersialisasi. Menurut Satjipto Rahardjo, inti dari kemunduran
diatas adalah makin langkanya kejujuran, empati dan dedikasi dalam menjalankan
hukum, kemudia Satjipto Rahardjo mengajukan pertanyaan, apa yang salah
dengan hukum kita? Bagaimana jalan untuk mengatasinya?.
Agenda besar gagasan hukum progrsif adalah menempatkan manusia
sebagai sentralitas utama dari seluruh perbincangan mengenai hukum. Dengan
kebijaksanaan hukum progresif mengajak untuk memperhatikan faktor perilaku
manusia.
Oleh karena itu, hukum progresif menempatkan perpaduan antara faktor
peraturan dan perilaku penegak hukum di dalam masyarakat. Di sinilah arti
penting pemahaman gagasan hukum progesif, bahwa konsep “hukum terbaik”
mesti diletakkan dalam konteks keterpaduan yang bersifat utuh (holistik) dalam
memahami problem-problem kemanusiaan.
Dengan demikian, gagasan hukum progresif tidak semata-mata hanya
memahami sistem hukum pada sifat yang dogmatic, selain itu juga aspek perilaku
sosial pada sifat yang empirik. Sehingga diharapkan melihat problem
kemanusiaan secara utuh berorientasi keadilan substantive, dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Hukum Sebagai Institusi Yang Dinamis
Hukum progresif menolak segala anggapan bahwa institusi hukum
sebagai institusi yang final dan mutlak, sebaliknya hukum progresif percaya
bahwa institusi hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi (law as
a process, law in the making). Anggapan ini dijelaskan oleh Satjipto Rahardjo
sebagai berikut:
21
Hukum progresif tidak memahami hukum sebagai institusi yang mutlak
secara final, melainkan sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk
mengabdi kepada manusia. Dalam konteks pemikiran yang demikian itu,
hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi. Hukum adalah
institusi yang secara terus menerus membangun dan mengubah dirinya
menuju kepada tingkat kesempurnaan yang lebih baik. Kualitas kesempurnaan
di sini bias diverifikasi ke dalam faktor-faktor keadilan, kesejahteraan,
kepedulian kepada rakyat dan lain-lain. Inilah hakikat “hukum yang selalu
dalam proses menjadi (law as a process, law in the making).
Dalam konteks yang demikian itu, hukum akan tampak selalu bergerak,
berubah, mengikuti dinamika kehidupan manusia. Akibatnya hal ini akan
mempengaruhi pada cara berhukum kita, yang tidak akan sekedar terjebak
dalam ritme “kepastian hukum”, status quo dan hukum sebagai skema yang
final, melainkan suatu kehidupan hukum yang selalu mengalir dan dinamis
baik itu melalui perubahan-undang maupun pada kultur hukumnya. Pada saat
kita menerima hukum sebagai sebuah skema yang final, maka hukum tidak
lagi tampil sebagai solusi bagi persoalan kemanusiaan, melainkan manusialah
yang dipaksa untuk memenuhi kepentingan kepastian hukum.
2. Hukum Sebagai Ajaran Kemanusiaan dan Keadilan
Dasar filosofi dari hukum progresif adalah suatu institusi yang bertujuan
mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat
manusia bahagia. Hukum progresif berangkat dari asumsi dasar bahwa
hukum adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya. Berdasarkan hal itu,
maka kelahiran hukum bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu
yang lebih luas, yaitu; untuk harga diri manusia, kebahagiaan, kesejahteraan
dan kemuliaan manusia. Itulah sebabnya ketika terjadi permasalahan didalam
22
hukum, maka hukumlah yang harus ditinjau dan diperbaiki, bukan manusia
yang dipaksa-paksa untuk dimasukkan kedalam skema hukum.
Pernyataan bahwa hukum adalah untuk manusia, dalam artian hukum
hanyalah sebagai “alat” untuk mencapai kehidupan yang adil, sejahtera dan
bahagia, bagi manusia. Oleh karena itu menurut hukum progresif, hukum
bukanlah tujuan dari manusia, melainkan hukum hanyalah alat. Sehingga
keadilan subtantif yang harus lebih didahulukan ketimbang keadilan
prosedural, hal ini semata-mata agar dapat menampilkan hukum menjadi
solusi bagi problem-problem kemanusiaan.
3. Hukum Sebagai Aspek Peraturan dan Perilaku
Orientasi hukum progresif bertumpu pada aspek peraturan dan perilaku
(rules and behavior). Peraturan akan membangun sistem hukum positif yang
logis dan rasional. Sedangkan aspek perilaku atau manusia akan
menggerakkan peraturan dan sistem yang telah terbangun itu. Karena asumsi
yang dibangun di sini, bahwa hukum bisa dilihat dari perilaku sosial penegak
hukum dan masyarakatnya.
Dengan menempatkan aspek perilaku berada di atas aspek peraturan,
dengan demikian faktor manusia dan kemanusiaan inilah yang mempunyai
unsur greget seperti compassion (perasaan baru), empathy, sincerety
(ketulusan), edication, commitment (tanggung jawab), dare (keberanian) dan
determination (kebulatan tekad).
Satjipto rahardjo mengutip ucapan Taverne, “Berikan pada saya jaksa
dan hakim yang baik, maka dengan peraturan yang buruk sekalipun saya bisa
membuat putusan yang baik”. Mengutamakan perilaku (manusia) daripada
peraturan perundang-undangan sebagai titik tolak paradigma penegakan
hukum, akan membawa kita untuk memahami hukum sebagai proses dan
proyek kemanusiaan.
23
Mengutamakan faktor perilaku (manusia) dan kemanusiaan di atas
faktor peraturan, berarti melakukan pergeseran pola pikir, sikap dan perilaku
dari aras legalistik-positivistik ke aras kemanusiaan secara utuh (holistik), yaitu
manusia sebagai pribadi (individu) dan makhluk sosial. Dalam konteks
demikian, maka setiap manusia mempunyai tanggung jawab individu dan
tanggung jawab sosial untuk memberikan keadilan kepada siapapun.
4. Hukum Sebagai Ajaran Pembebasan
Hukum progresif menempatkan diri sebagai kekuatan “pembebasan”
yaitu membebaskan diri dari tipe, cara berpikir, asas dan teori hukum yang
legalistik-positivistik. Dengan ciri ini “pembebasan” itu, hukum progresif lebih
mengutamakan “tujuan” daripada “prosedur”. Dalam konteks ini, untuk
melakukan penegakan hukum, maka diperlukan langkah-langkah kreatif,
inovatif dan bila perlu melakukan “mobilisasi hukum” maupun “rule breaking”.
Satjipto Rahardjo memberikan contoh penegak hukum progresif sebagai
berikut. Tindakan Hakim Agung Adi Andojo Soetjipto dengan inisiatif sendiri
mencoba membongkar atmosfir korupsi di lingkungan Mahkamah Agung.
Kemudian dengan berani hakim Agung Adi Andojo Sutjipto membuat putusan
dengan memutus bahwa Mochtar Pakpahan tidak melakukan perbuatan makar
pada rezim Soeharto yang sangat otoriter. Selanjutnya, adalah putusan
pengadilan tinggi yang dilakukan oleh Benyamin Mangkudilaga dalam kasus
Tempo, ia melawan Menteri Penerangan yang berpihak pada Tempo.
Paradigma “pembebasan” yang dimaksud disini bukan berarti menjurus
kepada tindakan anarkhi, sebab apapun yang dilakukan harus tetap
didasarkan pada “logika kepatutan sosial” dan “logika keadilan” serta tidak
semata-mata berdasarkan “logika peraturan” saja. Di sinilah hukum progresif
itu menjunjung tinggi moralitas. Karena hati nurani ditempatkan sebagai
penggerak, pendorong sekaligus pengendali “paradigma pembebasan” itu.
Dengan begitu, paradigma hukum progresif bahwa “hukum untuk manusia,
dan bukan sebaliknya” akan membuat hukum progresif merasa bebas untuk
24
mencari dan menemukan format, pikiran, asas serta aksi yang tepat untuk
mewujudkannya.
BAB III
KONDISI SAAT INI
A. SUMBER DAYA MANUSIA
KUALITAS DAN KUANTITAS SDM RESKRIMPOLRES PAMEKASAN
NO. UNIT JUMLAH PENDIDIKAN KET. DSP RIIL UMUM POLRI DIKJUR/DIKBANG/LAT1 2 3 4 5 6 7 8
I KASAT RESKRIMAKP MOH. NUR AMIN, S.H. 1 1 S.1 SETUKPA
REG
DIKBANGSPES PENYELUNDUPAN, LAT KAT PUAN SIDIK TIPIKOR
DSP 1 :1 AKP
II KAUR BINOPSIPTU PONZI INDRA, S.Kom.
1 1 S.1 AKPOL _DSP 4 :- 1 IP- 2 BA- 1 PNS Gol. II/I
1. MOHAMMAD ARIF SUDIANTO 3 1 SMA SEBAUM LAT DASAR RESKRIM
III KAUR MINTUIPTU ADI ZIZWANTO, S.H. 1 1 S.1 SETUKPA
REG
LAT ALLABFOR LAP PROJEK, BA IDENT, DIKBANGSPES INSPEKTUR IDIK T.P. UDPAL
DSP 4 :- 1 IP- 2 BA- 1 PNS Gol. II/I
1. BRIGPOL FADILATUR ROHMAH, S.H.
5 5 S.1 SEBAWAN _
2. BRIGPOL FREDI YOPI PRAWIRO
S.1 SEBAUM _
3. BRIGPOL MOH. SYAKUR, S.1 SEBAUM DIKJUR DASAR
25
S.H. RESKRIM
IV PS. KAUR IDENTAIPTU KOHAR SUPRIYADI 1 1 SMA SEBAUM
IDENT, LAT DA'I KTBMS
DSP 9 :- 1 IP- 8 BA
1. AIPTU MOH. SARDJI
8 4
SMA SECABA REG
IDENT
2. AIPDA MOH. JAMIL SMASEBAUM
DASBA INTEL, LAT ALLABFOR LAP PROJEK
3. BRIGPOL ABDUL AZIS SMASEBAUM
DIKBANGSPES BRIG IDENT LAT OLAH TKP RESKRIM, LAT IDENT
4. BRIPTU ROKHMAN PRADHISWARA
SMA SEBAUM LAT BA OLAH TKP, LAT BA IDENT
1 2 3 4 5 6 7 8
V KANIT IDIK I (Pidum)IPDA JUNAIRI TIRTO ADMOJO 1 1 SMA SETUKPA
REG
DAS BA SERSE, DIKBANGSPES INSPEKTUR IDIK T.P. TERORISME
DSP 12 :- 1 IP- 10 BA- 1 PNS Gol. II/I
1. AIPTU M. TAUFIK RAHMAN
11 8
SMA SEBAUM DASBA LANTAS, LATBA PEMERIKSAAN
2. BRIPKA ACH. JUNAIDI, S.Pd. S.1 SEBAUM3. EKO DARMAWAN, S.H. S.1 SEBAUM DAS BA SERSE4. AIPDA FARID SYAMSURI SMA SEBAUM DASBA SERSE, LAT
BABIN5. BRIPKA MULYONO, S.H. S.1 SEBAUM LAT SERSE6. BRIGPOL SYARIF HIDAYATULLAH SMA SEBAUM BA CYBER CRIME7. BRIPTU RANGGA HANDIKA
WAHYU WIBAWASMA
SEBAUMLAT OLAH TKP
8. BRIGPOL NOVIAN ANGGA PRIANDANA
SMA SEBAUM DIKJUR DASAR RESKRIM
VI KANIT IDIK II (Pidek)IPTU ARIEF KURNIADY, S.H. 1 1 S.1 SETUKPA
REGDAS BA SERSE, INSP HAKI, TP UPAL
DSP 12 :- 1 IP- 10 BA- 1 PNS Gol. II/I
1. AIPTU FADILLAH 11 10 SMA SECABA REG
LAT RESKRIM
2. AIPDA BARID FAUZAN, S.H. S.1 SEBAUM DASBA SERSE, DIKBANG SPES BRIG IDIK TP ILEGAL LOGGING
3. AIPDA ABDULLAH SMA SEBAUM LAT OPRSI VCD RESKRIM
4. AIPDA JOHAN WAHYUDI, S.H. S.1 SEBAUM5. AIPDA MOHAMMAD SYAFRUDIN SMA SEBAUM6. BRIPKA EKO SUSILO IRWANTO,
S.H.S.1 SEBAUM
7. BRIPKA AGUS SUGIANTO, S.H. S.1 SEBAUM LAT CARI. AMBIL & PAM BB
8. ACH. DJOEMALI, S.H. S.1 SEBAUM INTS BHS ACEH, LAT TEKNOLOGI
9. BRIGPOL RONI AGOES ARBIYONO
SMA SEBAUM LAT ALLABFOR LAP PROJEK
24
26
10. BRIPTU HERMANTO SMA SEBAUM LAT KAT PUAN LIDIK & SIDIK
1 2 3 4 5 6 7 8VII KANIT IDIK III (Pidter)
IPTU ICHWAN RASYADI, S.H. 1 1 S.1 SETUKPA REG
DAS BA LANTAS, DIKBANG SPERS INSP. KORWAS PPNS
DSP 12 :- 1 IP- 10 BA- 1 PNS Gol. II/I
1. BRIPKA IWAN WAHYUDI
11 11
SMA SEBAUM2. BRIPKA EKO ISDIANTO SMA SEBAUM LAT PAM TUP3. BRIGPOL ARIF WAHYUDI SMA SEBAUM LAT RIKSA4. BRIGPOL MOH. KADARISMAN SMA SEBAUM LAT KAT PUAN
LIDIK & SIDIK5. BRIGPOL RAHMAT FAJAR SMA SEBAUM6. BRIGPOL FEBRI SISWANTO SMA SEBAUM LAT BRIG
PAMINAL7. BRIGPOL SYAFRIL KURNIAWAN SMA SEBAUM LAT PENYIDIKAN8. BRIGPOL MOH. ANDIKA
WIEGUNANDA, S.H.S.1 SEBAUM
9. BRIGPOL SLAMET BUDIARTO SMA SEBAUM DIKBANG SPES BRIG LIDIK TP ILLEGAL MINING
10. BRIGPOL RIDWAN WADUDI SMA SEBAUM LAT TP KORUPSI11. BRIGPOL IMAM SUTRISNO SMA SEBAUM
VIII KANIT IDIK IV (Pidkor)IPDA ACH. SOLEH, S.H. 1 1 S.1 SAG PA
DASBA SABHARA, DASBA SERSE, LAT KAT PUAN SIDIK TIPIKOR
DSP 12 :- 1 IP- 10 BA- 1 PNS Gol. II/I1. AIPTU SUGENG PURWANTO 11 11 SMA SEBAUM DAS BA IPP
2. AIPDA MOHAMMAD JUFRIADI, S.H. S.1 SEBAUM LAT PENYELIDIKAN
3. BRIPKA ANWAR SUBAGYO, S.H. S.1 SEBAUM LAT RESKRIM, LAT KAT PUAN SIDIK TIPIKOR
4. BRIGPOL ADAM WIBISONO SMA SEBAUM LAT NGSIATOR
5. BRIGPOL MOH. BADRI BAIDOWI SMA SEBAUM DIKBANG SPES BRIG TP TERORIS, LAT BA PEMERIK SAAN
6. BRIGPOL MUSTOFA SMA SEBAUM
7. BRIPTU ACHMAD SAYURI, S.H. S.1 SAG BA
8. BRIPTU MOH. HOSNI HAJAR SMA SEBAUM BA IDIK TP EK
27
9. BRIPTU DIDIK HARIYANTO, S.H. S.1 SAG BA
1 2 3 4 5 6 7 8
IX KANIT PPAIPDA NINING DYAH POESPITO SARI SOETIKNO 1 1 S.1
SETUKPA REGWAN
DASBA LANTAS, DIKBANG SPES INSP. POLWAN NEGOSIATOR
DSP 6 :- 1 IP- 5 BA
1. BRIGPOL NUR FITRIYANI
4 5
SMA SEBAWAN2. BRIGPOL FAIZ TAUFIK,
AMD.KG., S.H.S.1 SEBAUM LAT BA ILEGAL
LOGING3. BRIGPOL RAHMAN SOLOHIN
S., S.H., M.H.S.2 SEBAUM DIKBANG SPES
BRIG IDIK TP PERBANKAN, LAT BA PEMERIKSAAN
4. BRIPTU NURUL FAIZAH, Amd. Kep.
D.3 SEBAWAN LAT PPA
5. BRIPTU INTAN SUMADIYANI HAFA
SMA SEBAWAN
JUMLAH TOTAL 72 60
S.2 = 1S.1 = 24SMA = 35
AKPOL= 1SETUKPA= 7SAG PA = 1SEBAUM = 47SECABA REG = 2SAG BA = 2
- YANG KEJURUAN/PELATIHAN = 46
- BELUM = 14
DSP 72 :- 1 AKP- 8 IP- 57 BA- 6 PNS Gol. II/I
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa secara kwantitas jumlah personil sesuai DSP sebanyak 72 pers, rill 60 pers, dengan demikian terdapat kekurangan sebanyak 10 pers. Secara kualitas dari 60 personil tersebut terdapat 1 personil dengan tingkat pendidikan umum S2 dan 24 personil S1, sebanyak 35 personil berpendidikan SMA, 46 personil telah mengikuti kejuruan/pelatihan, terdapat 14 personil yang belum mengikuti kejuruan/pelatihan.
28
B. DUKUNGAN ANGGARAN
NO JENIS ANGGARAN ALOKASI / TH TOTAL KSS TH 2012 ANGGARAN / KSS
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KASUS KORUPSI
KASUS SULIT
KASUS SEDANG
KASUS RINGAN
BANTEK
HARWAT IDENT
2 KSS
4 KSS
31 KSS
19 KSS
1
1
99
15
104.000.000,-
14.925.000,-
9.300.000,-
690.000,-
6.000.000,-
12.000.000,-
TOTAL 56 KSS 116 KSS 146.915.000,-
Dari tabel di atas, dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Anggaran untuk penanganan kasus korupsi lebih banyak dari kasus yang lain.
2. Belum terdapat dana jaminan sosial dan kesehatan bagi penyidik maupun
saksi.
3. Anggaran yang tersedia lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus
yang ditangani, yaitu terdapat pengurangan sebanyak 60 kasus.
5. Belum ada anggaran sebagai isentif / salery dan jaminan sosial bagi saksi.
6. Remunerasi yang diterima oleh anggota reskrim sama jumlahnya dengan yang
diterima anggota yang bertugas pada fungsi lain, sehingga belum mampu
memberikan motivasi dalam penyelesaian kasus.
29
C. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA
DATA PRASARANA SATRESKRIM POLRES PAMEKASAN
NO URAIAN JUMLAH RIIL KONDISI KET
1 2 3 4 5I ATK
1 COMPUTER (PC) 18 BAIK SWADAYA2 LAPTOP / NOTE BOOK 1 BAIK SWADAYA3 PRINTER 18 BAIK SWADAYA & 1
BANTUAN BARESKRIM
4 MESIN HITUNG / CALCULATOR 1 BAIK SWADAYA5 MESIN TIK NON LISTRIK - - NIHIL6 INFOCUS / BARCO OHP - - NIHIL7 OHP - - NIHIL8 AC 10 BAIK SWADAYA9 BRANKAS KAYU 1 BAIK SWADAYA10 DISPENSER 2 BAIK SWADAYA11 JAM DINDING 8 BAIK SWADAYA12 LEMARI BUKU 5 BAIK SWADAYA13 LEMARI PIALA - - NIHIL14 LEMARI BESI - - NIHIL15 LEMARI / FILLING - - NIHIL16 LEMARI ARSIP 2 BAIK DINAS17 LEMARI UMUM - - NIHIL18 RAK KAYU 2 RUSAK RINGAN DINAS19 RAK BUKU / SURAT - - NIHIL20 TV 6 BAIK SWADAYAA21 MEJA BIRO 2 BAIK DINAS22 MEJA ½ BIRO 2 BAIK DINAS23 MEJA KERJA STAF 1 BAIK DINAS24 MEJA RAPAT - - NIHIL25 MEJA COMPUTER 18 BAIK SWADAYA26 KURSI BIRO 2 BAIK DINAS27 KURSI ½ BIRO 2 BAIK DINAS28 KURSI TAMU/PELAYANAN 20 BAIK SWADAYA29 KURSI RAPAT - -30 KURSI COMPUTER 18 BAIK SWADAYA31 KURSI TAMU 3 BAIK SWADAYA32 PAPAN INFORMASI 1 BAIK DINAS33 WHITE BOARD 8 BAIK SWADAYAA34 BUKU REGISTER B1-B18 18 BAIK DINAS
II RANMOR1 RANMOR UMUM RODA 4 - - NIHIL2 RANMOR UMUM RODA 2 - - NIHIL3 RANMOR OPSNAL RODA 4 - - NIHIL4 RANMOR OPSNAL RODA 2 - - NIHIL
30
1 2 3 4 5III IDENTIFIKASI
1 LATEN PRINT SEARHIE KTT 1 BAIK2 ANTI PUTROTIONMA SET 1 BAIK3 POSMORTEN FINCER FRONT KTT 1 BAIK4 FINGER FRONT STAHFING 1 BAIK5 MAHIFIE LOOP 2 BAIK6 RANSEL KIT 1 BAIK7 CAMERA NIKON 1 BAIK8 CAMERA YASUIKA 1 RUSAK BERAT9 CAMERA FUSIKA 1 RUSAK BERAT10 CAMERA ALYMPUS 1 RUSAK RINGAN11 HANDYCAM SONY 1 RUSAK BERAT12 HANDYCAM SONY 1 RUSAK BERAT13 COMPUTER 1 BAIK
IV LABFOR1 MOBIL 1 BAIK2 AC 1 BAIK3 LAPTOP 1 BAIK4 KOMPUTER 1 BAIK5 CAMERA DIGITAL 1 BAIK6 CAMERA MANUAL 1 BAIK7 CAMERA VIDEO / HANDYCAM 1 BAIK8 ALAT TKP UMUM 1 SET BAIK9 ALAT TKP
KEBAKARAN/KERACUNAN GAS1SET BAIK
10 ALAT TKP PENCEMARAN LINGKUNGAN
1 SET BAIK
11 ALAT TKP PEMBUNUHAN 1 SET BAIK12 ALAT TKP PEMERKOSAAN 1 SET BAIK13 JANSET 1 RUSAK
Dari tabel di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Alat pengetikan berupa laptop hanya terdapat satu unit hasil pengadaan
swadaya yang digunakan untuk penyidikan, sedangkan yang satu unit untuk
Labfor, sehingga menghambat pelaksanaan tugas.
2. LCD Proyektor guna pelaksanaan gelar masih nihil.
3. Alat transportasi untuk operasional penyidik masih nihil, yang ada hanya 1 unit
mobil Labfor.
4. Alat Proteksi seperti body face, jaket anti api dan senjata tajam untuk
melindungi personil yang melaksanakan tugas di lapangan masih nihil.
5. Kondisi peralatan identifikasi banyak yang rusak berat, karena terbatasnya
anggaran perawatan.
6. Peralatan yang ada masih banyak yang diper oleh melalui swadaya.
31
D. METHODE PELAKSANAAN TUGAS.
Adapun methode pelaksanaan tugas dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat saat ini adalah sebagai berikut:
1. Methode penyampaian informasi perkembangan hasil penyidikan
Penyampaian infaormasi tentang perkembangan hasil penyidikan kepada
pelapor adalah melalui Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan
(SP2HP), belum memanfaatkan media informasi yang lain seperti Email, BBM
dan jaringan informasi elektronik lainnya.
2. Methode penyelidikan dan penyidikan
Methode penyelidikan maupun penyidikan saat ini masih menggunakan
methode konvensional, yakni masih mengacu pada surat panggilan maupun
undangan dalam menghadirkan Saksi ataupun Korban guna dimintai
keterangan. Penyidik cenderung pasif dan belum proaktif untuk mendatangi
Saksi ataupun Korban serta memanfaatkan IT yang ada guna memperoleh
keterangan yang dibutuhkan, sehingga menghambat proses sidik maupun lidik
dan memperlambat penyelesaian kasus.
3. Penerapan hukum
Penerapan hukum saat ini masih sering menempatkan kepastian hukum
sebagai orientasi yang final dan mutlak sedangkan faktor manfaat maupun
problem manusia yang ada di dalamnya belum diperhatikan.
32
BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
A. FAKTOR INTERNAL
1. Strengths
a. Undang-undang no 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.
b. Seluruh fungsi/unit pada Satreskrim sudah ditempatkan personil.
c. Sebagian personil sudah mengikuti kejuruan/pelatihan.
d Personil yang ada mayoritas putra daerah.
e. Sudah tersedia anggaran untuk mendukung pelaksanaan tugas.
f. Tersedia sarana dan prasarana guna mendukung operasional.
h. Mayoritas personil dapat mengoperasionalkan internet maupun fasilitas
komunikasi lainnya.
2. Weakness
a. Secara kuantitas jumlah rill anggota masih kurang bila dibandingkan
dengan DSP.
b. Secara kualitas belum seluruh anggota mengikuti kejuruan/pelatihan dan
belum banyak yang berpendidikan S1.
c. Dukungan anggaran masih minim bila dibandingkan dengan kebutuhan /
jumlah kasus yang ditangani.
d. Dukungan anggaran untuk remunerasi anggota reskrim sama dengan
personil lainnya, jaminan sosial bagi personil dan saksi belum tersedia.
e. Sarana dan prasarana guna mendukung pelaksanaan tugas masih minim.
f. Belum optimalnya pemanfaatan IT dalam pelaksanaan tugas.
B. FAKTOR EKSTERNAL
1. Opportunities
a. Terjalinnya koordinasi yang baik dengan Instansi Pemerintah dan unsur
CJS.
32
33
b. Karakteristik Masyarakat yang masih homogen, kekeluargaan dan patuh
kepada tokoh.
c. Tersedianya jaringan informasi dan teknologi untuk menunjang
pelaksanaan tugas.
d. Kerja sama dan koordinasi Polri dengan tokoh masyarakat berjalan
dengan baik.
2. Treats
a. Kuatnya Lembaga kontrol eksternal terhadap pelaksanaan tugas Polri.
b. Terbukanya jaringan informasi dan kecendrungan pemberitaan media
yang menimbulkan opini negatif terhadap Polri.
c. Belum adanya kesepahaman dari unsur CJS tentang penerapan hukum
secara progresif.
d. Masih rendahnya kesadaran dan keberanian masyarakat untuk menjadi saksi tindak pidana.
34
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN
A. SUMBER DAYA MANUSIA
1. Secara kuantitas, terpenuhinya sumber daya manusia sesuai dengan DSP
2. Secara kualitas, meningkatnya taraf pendidikan personil, baik pendidikan
umum maupun pendidikan kedinasan Polri.
B. SARANA DAN PRASARANA
Terpenuhinya sarana dan prasarana guna mendukung pelaksanaan tugas, baik
ATK seperti laptop untuk masing-masing Penyidik/penyidik pembantu dan LCD
proyektor, alsus seperti alat proteksi maupun kendaraan operasional untuk
masing-masing Unit dan Kasat.
C. DUKUNGAN ANGGARAN
1. Terpenuhinya anggaran penyidikan guna mendukung penanganan sejumlah
kasus yang ada.
2. Tersedianya dana jaminan sosial dan kesehatan bagi anggota Reskrim yang
bertugas di lapangan.
3. Tersedianya anggaran untuk imbalan/salery dan jaminan sosial bagi saksi.
4. Besarnya remunerasi bagi anggota reskrim dapat dihitung berdasarkan
banyaknya kasus yang diungkap.
D. METHODE PELAKSANAAN TUGAS
1. Methode penyampaian informasi
Penyampaian informasi kepada pelapor diharapkan tidak hanya dilakukan
melalui SP2HP dan terbatas pada periode tertentu, namun dapat dilakukan
setiap dibutuhkan oleh pelapor dengan memanfaatkan jaringan informasi dan
teknologi yang ada, seperti telpon, email, BBM dan lain-lain.
34
35
2. Methode penyelidikan dan penyidikan
Untuk memperlancar dan mempercepat proses lidik dan sidik, penyidik tidak
hanya menunggu datangnya saksi yang diundang/dipanggil, namun penyidik
harus lebih proaktif menghubungi dan mendatangi saksi atau memanfaatkan
teknologi email untuk mendapatkan jawaban dari saksi.
3. Methode penerapan hukum
Penerapan hukum harus lebih dinamis, mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan keadilan, aspek peraturan dan prilaku dan aspek pembebasan.
36
BAB VI
OPTIMALISASI
A. VISI DAN MISI
Dalam era reformasi seperti sekarang ini Polri bisa dituntut oleh setiap
warga masyarakat untuk melayani segala sesuatu yang mungkin di luar bidang
tugas dan wewenangnya. Kondisi demikian dialami oleh Kepolisian Amerika
Serikat, misalnya yang harus menghabiskan sekitar dua pertiga bagian
kegiatannya untuk pekerjaan yang bukan berkaitan dengan kejahatan (Walker,
1992, dalam Muhammad, 2000).
Oleh karena itu dalam menggerakan personil agar berdaya guna secara
maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam
rangka akselari pelayanan prima melalui kinerja fungsi Reskrim, peran Pimpinan
sangat penting sehingga sebuah sistem dapat terwujud sebagai sarana untuk
pengambil kebijakan yang bersifat strategis guna menigkatkan kinerja organisasi
dan menigkatkan kepercayaann masyarakat terhadap Polri. Selanjutnya di
rumuskan visi dan misi sebagai berikut :
1. Visi
Mewujudkan akselarasi pelayanan prima melalui kinerja reskrim yang
progresif, guna mewujudkan harkamtibmas.
2. Misi
a. Mewujudkan sistem penyampaian informasi perkembangan hasil
penyidikan yang berbasis IT.
b. Mempersiapkan dan mendidik personil polri yang mampu
mengoperasionalkan teknologi informasi dan mengupayakan
penambahan personil reskrim.
36
37
c. Merealisasikan besaran anggaran yang digunakan untuk menunjang
kegiatan penyidikan dan penyelidikan, termasuk jaminan sosial bagi
personil maupun saksi.
d. Mengadakan pemenuhan sarana dan prasarana guna mendukung
kecepatan proses penyidikan maupun penyelidikan.
e. Menerapkan konsep hukum progresif dalam penanganan kasus.
B. TUJUAN
1. Polri khususnya Polres Pamekasan dapat mewujudkan harapan masyarakat
dalam hal kemudahan memperoleh informasi tentang perkembangan hasil
penyidikan.
2. Polri khususnya Polres pamekasan dapat melaksanakan penyidikan dengan
cepat, transparan dan akuntabel.
3. Masyarakat dapat memperoleh keadilan dan kepastian melalui menerapkan
hukum secara progresif.
4. Kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri meningkat sehingga citra Polri
di masyarakat membaik.
C. SASARAN
1. Tersedianya sarana dan terbangunnya sistem penyampaian informasi
perkembangan hasil penyidikan secara cepat, mudah dan akuntabel.
2. Dapat terealisasi sistem penyelidikan dan penyidikan secara cepat,
profesional, transparan dan akuntabel.
3. Terealisasinya penerapan hukum secara progresif.
D. KEBIJAKAN
Kebijakan merupakan suatu keputusan strategis yang bertujuan untuk
mengarahkan langkah-langkah yang perlu dilakukan guna pencapaian sasaran
yaitu akselarasi pelayanan prima melalui peningkatan kinerja fungsi Reskrim
Polres Pamekasan dengan methode progresif , sebagai berikut :
38
1. Dalam membangun sistem dan sarana penyampaian informasi tentang
perkembangan hasil penyidikan mengedepakan asas-asas pelayanan yaitu
cepat, mudah, transparan dan akuntabel dengan memanfaatkan IT.
2. Penyelidikan dan penyidikan cepat harus dilakukan secara profesional,
transparan dan akuntabel.
3. Kinerja Fungsi Reskrim Polres Pamekasan merupakan program bagian
yang tidak terpisahkan dari Program Polri (quick wins) sebagai bagian dari
upaya membangun kepercayaan masyarakat (trust builllding) yang
berkelanjutan.
4. Program yang dibangun mampu bersinergi dengan instansi dan
stakeholder terkait, dalam rangka akselarasi pelayanan prima.
E. STRATEGI
Strategi merupakan langkah-langkah penting yang ditujukan untuk
mencapai sasaran, dalam hal ini terwujudnya kinerja fungsi reskrim Polres
Pamekasan yang progresif guna akselarasi pelayanan prima dalam rangka
mewujudkan stabilitas kamtibmas.
Berdasarkan landasan kebijakan di atas, maka dirumuskan beberapa
strategi, yaitu :
1. STRATEGI : I Melaksanakan sosialisasi kebijaksanaan kinerja fungsi reskrim
dengan methode progresif kepada seluruh anggota Polri
Polres Pamekasan dan Instansi terkait dalam rangka
akselarasi pelayanan prima pada masyarakat guna
terwujudnya stabilitas kamtibmas.
2 STRATEGI : II Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan personil dengan
melakukan pelatihan dan pendidikan, mewujudkan
penambahan personil, mengajukan tambahan anggaran,
mengajukan sarana dan prasarana, koordinasi dan pembuatan
MOU dengan CJS.
3-6 bulan
6 bln - 1 Tahun
39
3. STRATEGI : III Mampu mewujudkan kinerja Fungsi Reskrim Polres
Pamekasan dengan methode Progresif guna akselarasi
pelayanan prima dalam rangka mewujudkan stabilitas
kamtibmas.
F. ACTION PLAN
Untuk menjabarkan strategi guna mewujudkan akselarasi pelayanan prima
melalui kinerja fungsi reskrim dengan methode progresif dalam rangka
mewujudkan stabilitas kamtibmas, maka perlu diberikan pedoman dalam
pelaksanaanya. Menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses
tertentu yang akan dilaksankan mulai dari perencanaan sampai penilaian
(evaluasi), yang bertujuan untuk meminimalkan kelemahan dan kekurangan
internal dengan mengoptimalkan eksternal, yang meliputi :
1. Perencanaan.
Perencanaan dilakukan oleh Bagian Perencanaan Polres Pamekasan
berupa pembentukan team work yang akan melaksanakan kegiatan dalam
rangka mewujudkan program tersebut
2. Pengorganisasian.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen untuk menetapkan tugas-
tugas yang akan dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, bagaimana
tugas-tugas itu dikelompokan, siapa yang melapor kepada siapa, dan dimana
keputusan itu harus diambil. Adapun pembagian tugas dilakukan oleh Bagian
Perencanaan dengan melibatkan fungsi terkait pada Polres Pamekasan.
3. Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaanya harus berpedoman kepada perencanaan yang
telah disusun dengan penuh rasa tanggung jawab . Selain itu tanggung jawab
ada beberapa aspek yang perlu dan harus diperhatikan oleh setiap personel
dan satuan fungsi yang terlibat. Adapun uraian dari pada masing-masing unit
kerja sebagai berikut :
1-1,5 Tahun
40
a. Bidang personel.
Aspek personel memegang peranan yang sangat penting dalam
membangun sistem informasi data barang bukti kendaraan bermotor di
Polda Metropolitan Jakarta Raya sehingga diharapkan kinerja personel
mampu dilaksanakan secara professional dan proporsional. Adapun
langkah-langkah yang diambil dalam bidang personil adalah sebagai
berikut :
1) Kapolda mengeluarkan kebijakan terkait dengan kinerja
Fungsi Reskrim dengan methode progresif.
2) Kebijakan selanjutnya ditindak lanjuti oleh Kapolres
Pamekasan dan Kasat reskrim beserta seluruh para Kapolsek
sejajaran Polres Pamekasan.
3) Bagian perencanaan sebagai sebagai pengemban fungsi
perencanaan membentuk tim kerja.
4) Tim yang sudah terbentuk selanjutnya memantapkan dan
menyusun konsep-konsep tentang segala sesuatu yang terkait kinerja
dengan methode progresif tersebut meliputi aspek man, money,
metode dan materiil.
5) Konsep-konsep yang sudah jadi selanjutnya diajukan ke
Kapolres sebagai kasatker untuk dimintakan persetujuan.
6) Sosialisasi dan pengarahan.
Pada tahap ini sesuai dengan strategi jangka pendek yang
direncanakan 3 sampai dengan 6 bulan maka baik Satreskrim Polrses
Pamekasan dan fungsi terkait lainya melakukan sosialisasi berbagai
aturan hukum, manfaat, kegunaan dan tujuan dari pelaksanaan tugas
secara progresif dan aturan peraturan perundang-undangan lainya,
seperti :
41
a) Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia pasal 15 butir (1) j berisi berwenang
menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.
b) Undang-undang No 8 tahun 1981 tentang KUHP.
c) Undang-undang No 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi sebagai
payung dalam menyelenggara-kan sistem informasi teknologi.
d) Kep. Men PAN No ; 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang standar mutu
Pelayanan Publik berupa peningkatan kualitas pelayanan kepada
masyarakat merupakan wujud pertanggungjawaban Polri kepada
masyarakat.
e) Konsep penerapan hukum progresif Prof Soecipto Raharjo.
7) Simulasi dan Pelatihan.
Setelah dilakukan sosialisasi tentang konsep konerja dengan
methode progresif, maka untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan personil perlu melakukan pelatihan dan simulasi yang
dilakukan oleh Tim instruktur berupa:
a) Menyelenggarakan diskusi atau seminar yang akan dilakukan oleh
personil baik yang ada di Polsek maupun Polres tentang
penerapan konsep hukum progresif.
b) Melaksanakan pelatihan penyampaian informasi perkembangan
hasil penyidikan dengan menggunakan IT.
c) Melaksanakan pelatihan tentang methode penyelidikan atau
penyidikan dengan methode progresif.
8) Penambahan Personil
Penambahan personil pada fungsi Reskrim dapat dilakukan
oleh Bagian Sumber Daya Manusia sesuai dengan DSP.
b. Bidang Anggaran.
42
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam upaya
memenuhi kebutuhan anggaran guna terselenggaranya methode kerja
Fungsi Reskrim yang progresif adalah sebagai berikut :
1) Bagian Perencanaan Polres Pamekasan membuat rincian pengajuan
kebutuhan anggaran pada saat penyusunan RKKL pada satuan atas,
untuk masuk pada DIPA tahun berikutnya.
2) Mengoptimalkan dukungan anggaran yang ada dalam DIPA dengan
titik berat pada persiapan-persiapan terwujudnya kinerja dengan
methode progrtesif.
3) Melakukan pengawasan penggunaan anggaran tersebut, agar jangan
sampai terjadi penyimpangan dalam penggunaannya.
4) Membuat pertanggung jawaban tentang rincian penggunaan anggaran
sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Bidang Pengadaan Materiil.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Polres
Pamekasan dan fungsi terkait lainya dalam mewujudkan sarana dan
prasana dalam mendukung terwujudnya kinerja reskrim dengan methode
progresif dengan melakukan kegiatan berupa :
1) Bagian perencanaan mengajukan kebutuhan sarana dan prasarana
kepada Satuan Atas, atau mengajukan anggaran yang dibutuhkan
untuk pengadaan sarana dan prasarana tersebut guna direalisasikan
pada DIPA tahun berikutnya.
2) Bila anggaran sudah terealisir, maka dilakukan tahap-tahap
pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan yang ada.
3) Mendistribusikan sarana dan prasarana kepada personil sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
d. Bidang Metode
43
Dalam rangka akselarasi pelayanan prima kepada masyarakat
melalui kinerja Fungsi reskrim dengan methode progresif, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sebelum membuat laporan pengaduan di SPKT, terlebih dahulu piket
fungsi reskrim memberikan asistensi kepada pelapor tentang langkah
yang harus dilakukan, hak dan kewajiban pelapor serta dokumen atau
barang bukti yang harus dipenuhi.
2) Setelah menerima laporan Polisi, Kasat reskrim menerbitkan surat
perintah penyelidikan atau penyidikan
3) Personil yang memperoleh surat perintah, menghubungi atau
mendatangi pelapor untuk menginformasikan tentang personil yang
menangani pengaduannya dan saling memberikan nomor telpon dan
atau email, BBM serta alamat yang dapat dihubungi sewaktu-waktu
guna kelancaran proses lidik/sidik atau bila pelapor hendak mendapat
informasi tentang perkembangan hasil penyidikan/penyelidikan.
4) Untuk kecepatan proses lidik/sidik, penyidik tidak harus menunggu
datangnya saksi yang diundang/dipanggil, tapi penyidik dapat
mendatangi atau mengirimkan pertanyaan melalui email, kemudian
petugas pelakukan verifikasi jawaban dari saksi.
5) Dalam menerapkan hukum, penyidik tidak semata-mata
mengutamakan kepastian hukum, namun perlu memperhatikan situasi
dan kondisi pelaku maupun korban atau pelaku.
6) Bila memungkinkan, penyidik dapat menjadi fasilitator dalam
penyelesaian masalah antara korban dan pelaku pada kasus-kasus
tertentu yang disaksikan atau diawasi oleh Tokoh masyarakat, Wasidik
atau Paminal.
7) Bila dalam proses mediasi diperoleh kesepakatan, maka penyidik
harus melaksanakan gelar bersama Wakapolres, Wasidik, Paminal,
44
Kasiwas, Kasatreskrim, Kasubaghukum, dan penyidik lain, dihadiri
pelaku dan korban.
8) Penyidik membuat laporan hasil gelar dan menghentikan penyidikan.
9) Bila dalam proses mediasi tidak diperoleh kesepakatan, maka penyidik
dapat berkoordinasi dengan unsur CJS lainnya guna terlaksananya
penerapan hukum secara progresif.
e. Pembuatan MOU
Guna diperoleh kesamaan konsep berfikir dan langkah – langkah
dalam penerapan hukum progresif, perlu dilakukan koordinasi dan
pembuatan MOU terlebih dahulu bersama dengan unsur CJS, sehingga
diharapkan dapat meminimalisir kendala dalam pelaksanaanya.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi manajemen untuk memantau kegiatan-
kegiatan guna memastikan kegiatan itu berjalan sesuai dengan yang
direncanakan sehingga dapat dilakukan pengoreksian jika terjadi
penyimpangan dari yang telah direncanakan, dengan langkah sebagai berikut :
1) Pimpinan Polres Pamekasan dan fungsi terkait lainya
melakukan tindakan turun langsung ke lapangan untuk memberikan
petunjuk lapangan terhadap Fungsi yang terlibat, seperti Kasat,
Kapolsek, Kanit dan personil reskrim.
2) Pimpinan Polres Pamekasan melakukan anev secara berkala terhadap
pelaksanaannya dan melakukan langkah-langkah penyempurnaan
terhadap kekurangan yang ada.
45
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Melihat jumlah dan kualitas personel Satreskrim polres Pamekasan yang
masih kurang, hal tersebut berdampak terhadap kurang maksimalnya
kegiatan opersional khususnya dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, oleh karena itu perlu diadakan penambahan personel dan
pelatihan secara periodik.
2. Agar terwujud kinerja fungsi reskrim dengan methode progresif, maka perlu
dibuat usulan anggaran sesuai dengan anggaran tahun 2012 terdapat
penurunan sebanyak 60 kasus, guna penambahan anggaran pada DIPA tahun
berikutnya dan perlu adanya kajian anggaran untuk memberi jaminan sosial
bagi penyidik dan saksi serta pembayaran remunerasi penyidik berdasarkan
jumlah penyelesaian kasus.
3. Methode kerja progresif adalah merupakan salah satu program unggulan
Polres Pamekasan yang tidak terpisahkan dari program quick wins Kapolri,
oleh karena itu mewujudkan program tersebut merupakan hal yang menjadi
prioritas utama untuk direalisasikan guna akselarasi pelayanan prima kepada
masyarakat dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas.
4. Untuk terselenggarnya metode kerja tersebut, maka perlu didukung dengan
sarana prasarana peralatan yang memadai.
B. SARAN
46
1. Agar Kasatreskrim, Kapolsek, kanit dan anggota reskrim memahami betul
tentang kinerja fungsi reskrim dengan methode progresif, sebagai akselarasi
pelayanan prima dalam rangka mewujudkan stabilitas kamtibmas.
2. Kapolres, Kasatreskrim, Kapolsek, Kanit, Wasidik, Kasipropam dan Kasiwas
agar melakukan pengawasan secara serius terhadap pelaksanaannya,
sehingga dapta berjalan sesuai dengan rencana.
C. REKOMENDASI
1. Untuk dibuatkan usulan anggaran dalam DIPA tahun berikutnya sehingga
dapat direalisasikan methode kerja fungsi reskrim secara progresif.
2. Agar methode kerja fungsi reskrim secara progresif sebagai akselarasi
pelayanan prima dapat dijadikan program unggulan Satreskrim Polres
Pamekasan sebagi tindak lanjut Program quick wins Polri sehingga
terwujudnya stabilitas kamtibmas.
3. Agar tercipta sinergi dan kesamaan konsep berfikir serta pola tindak antar
unsur CJS, perlu dibuat MOU.
Demikian Naskah karya Perorangan ( NKP ) ini disusun sebagai bahan
masukan kepada Pimpinan guan pertimbangan kebijakan selanjutnya.
Pamekasan, Maret 2013
Penulis
45