analisis penerapan pajak progresif kendaraan …
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PROGRESIF KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Studi Kasus SAMSAT Kota Makassar)
SKRIPSI
Oleh
JUSRIADI 105731113016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
HALAMAN JUDUL
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PRORESIF KENDARAAN
BERMOTOR TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus SAMSAT Kota Makassar)
SKRIPSI
Oleh
JUSRIADI
105731113016
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S. Ak) Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
PERSEMBAHAN
Puji syukur, ku persembahkan kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha
Penyayang, atas rahmat dan hidayahmu telah kau jadikan aku manusia yang
beriman di jalan mu. Dalam Sujud ku, aku berdoa atas apa yang engkau berikan
yang tiada tekira. Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Penyemangat dan penopang hidupku, Ibu dan Bapakku tercinta, yang tidak
pernah berhenti berkoban untuk anaknya dan yang setiap dalam shalatnya
selalu memanjatkan doa demi keberhasilan anak-anaknya. Semoga karya ini
dapat menjadi hadiah kecil untuk membalas sedikit pengorbananmu.
2. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus
dan ikhlas meluangkan waktunya menuntun dan memberikan arahan dalam
menyelesaikan karya ini.
3. Para sahabat dan teman-teman yang selalu memberi bantuan dan semangat
beserta dukungan dalam penyelesaian karya ini.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Q.S Al-Baqarah ayat 286)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu”alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, yang tiada henti diberikan kepada
hamba-Nya. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis hantarkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“ANALISIS PENERAPAN PAJAK PROGRESIF KENDARAAN BERMOTOR
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus SAMSAT Kota
Makassar)”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis atas segala do’a, cinta dan kasih sayangnya,
serta pengorbanan yang tiada henti senantiasa diberikan pada penulis selama
menempuh pendidikan berupa dukungan dan fasilitas demi keberhasilan penulis.
Semoga penulis mampu membahagiakan Ayahanda dan Ibunda Dunia-Akhiat
serta dapat sedikit membalas setiap jasa dan tetes keringat dan air mata yang
tercurah demi membesarkan dan mendidik ananda.
Penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari
berbagai pihak. Dengan segala kerendahan, penulis ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan, serta memberi
viii
dorongan dan semangat kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan yang baik
ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah
SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat
mengerjakan tugas akhir ini dengan lancar.
Selain itu ucapan terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makasar.
2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si.,Ak.CA.,CSP selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Bapak Dr. H. Andi Rustam, SE., MM.,Ak.CA.CPAI Selaku Pembimbing I dan
5. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM selaku Pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini, yang dengan bijak dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, serta
pikirannya untuk membekali ilmu pengetahuan dan pemahaman sampai
penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah menuangkan ilmunya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Kepada seluruh staf (tata usaha) yang telah memberikan pelayanan yang
baik selama ini.
8. Ucapan terima kasih pula tak lupa penulis ucapkan kepada Bapak Irwan
Setiawan, SH,. MH selaku KASI Pendataan dan Penagihan, dalam hal ini
ix
mewakili kepala UPT Pendapatan Makassar I (SAMSAT Kota Makassar),
yang telah mengijinkan penulis dengan senang hati untuk melakukan
penelitian dan memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan Akuntansi 16.D yang telah memberikan
begitu banyak sumbangan pemikiran, selalu memotivasi dan memberikan
nasihat ketika penulis berpikir untuk menyerah.
10. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan maaf
yang sedalam-dalamnya, jika dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan
dan kekhilafan yang kurang berkenan di hati pembaca sebab penulis hanyalah
manusia biasa yang tidak akan luput dari kesalahan. Akhirnya penulis berharap
semoga dengan selesainya penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Makassar, 09 Agustus 2021
Jusriadi
x
ABSTRAK
JUSRIADI, 2021, Analisis Penerapan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus SAMSAT Kota Makassar), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Rustam dan Ismail Rasulong. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui penerapan pajak progresif kendaraan bermotor. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Hasil penelitian ini bahwa masih kurang optimalnya penerapan pajak progesif di Kota Makassar, sehingga penerimaan pajak kendaraan bermotor terus mengalami penurunan. Temuan lainnya adalah pembayaran pajak progresif belum tersedia loket pelayanan khusus pajak progresif. Dan masih banyak wajib pajak yang belum tahu tentang pajak progresif. Kata Kunci : Pajak Progresif, Kendaraan Bermotor.
xi
ABSTRACT
JUSRIADI, 2021, Analysis of The Application of Progressive Motor Vehicle Tax on Taxpayer Compliance (Case Study of Makassar City SAMSAT), Thesis of the Faculty of Economics and Business, Accounting Department, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Andi Rustam and Ismail Rasulong.
This research is a qualitative descriptive study that aims to determine the application of motor vehicle progressive tax. To obtain data in this study, using interview techniques, documentation, and literature. The results of this study indicate that the implementation of progressive tax in Makassar City is still not optimal, so that motor vehicle tax revenues continue to decline. Another finding is that the payment of progressive tax has not yet been provided with a special service counter for progressive tax. And there are still many taxpayers who do not know about progressive tax. Keywords: Progressive Tax, Motor Vehicles.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
A. Tinjauan Teori ..................................................................................... 6
B. Pajak Daerah ...................................................................................... 18
C. Pajak Kendaraan Bermotor ................................................................. 19
D. Pajak Progresif .................................................................................... 22
E. Sistem dan Prosedur Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor .......... 23
F. Tinjauan Empiris ................................................................................. 31
xiii
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 35
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 35
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 35
D. Sumber Data ....................................................................................... 36
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 36
F. Instrumen Penelitian............................................................................ 37
G. Metode Analisis Data .......................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 39
B. Uraian Tugas dan Data Kepegawaian Dalam Organisasi SAMSAT Kota
Makassar ............................................................................................ 43
C. Hasil Penelitian ................................................................................... 45
D. Pembahasan ....................................................................................... 60
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 62
A. Kesimpulan ......................................................................................... 62
B. Saran .................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 66
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota Makassar ............... 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31
Tabel 4.1 Data Kepegawaian SAMSAT Kota Makassar .................................... 45
Tabel 4.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan PKB Tahun 2015-2019 ........... 59
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistem dan Prosedur Pengurusan PKB……………………………..30
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………...34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SAMSAT Kota Makassar ………………………42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Makassar merupakan kota berkembang terbesar di Provinsi
Sulawesi Selatan, yang juga memiliki tingkat perkembangan kendaraan bermotor
yang sangat pesat, baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Perkembangan kendaraan bermotor tersebut tentunya dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah Kota Makassar untuk memungut pajak kepada pemilik atau
penguasa kendaraan bermotor tersebut guna meningkatkan sumber pendapatan
asli daerah Kota Makassar. Pajak sendiri dibedakan menjadi dua jenis menurut
pemungutan dan pengelolaannya, yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak
pusat terbagi atas delapan jenis pajak, sedangkan pajak daerah terbagi menjadi
sepuluh jenis pajak, yaitu empat pajak provinsi dan enam pajak Kabupaten/Kota.
Salah satu jenis pajak provinsi adalah pajak kendaraan bermotor. Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
merupakan dua potensi pajak yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan
pendapatan asli suatu daerah khususnya Kota Makassar. Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) berperan
penting dalam meningkatkan pendapatan suatu daerah, karena memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah. Selain berfungsi
sebagai sumber pendapatan Negara, pajak juga berperan penting dalam
distribusi (pemerataan) pendapatan. Pajak penghasilan orang pribadi merupakan
salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan distribusi penghasilan antara
mereka yang berpenghasilan tinggi dan yang berpenghasilan rendah. Oleh
karena itu, tarif pajak penghasilan di Indonesia dikenal dengan tarif pajak
2
progresif dimana semakin tinggi penghasilannya maka semakin tinggi pula tarif
pajak penghasilannya.
Pajak progresif merupakan pajak yang sistem pemungutannya dengan
menaikkan persentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan
objek pajak. Sesuai dengan peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, kendaraan di Kota Makassar akan dikenakan
pajak progresif muIai 3 maret tahun 2014. Pengenaan pajak progresif bertujuan
untuk menimiIkan kemacetan IaIu Iintas yang ditimbuIkan oIeh kendaraan
bermotor pribadi dengan mengurangi pengadaan kendaraan bermotor. Dengan
pajak ini, pemilik kendaraan pribadi membayar pajak lebih mahal untuk
kepemilikan kendaraan kedua dan selanjutnya. Kendaraan milik pribadi pertama
hanya akan dekenai PKB 1,5 persen terhadap nilai jual, untuk kendaraan kedua
dan selanjutnya, tarif PKB ditetapkan 2-10 persen tergantung keputusan
pemerintah provinsi.
SeIain itu, penerapan pajak progresif akan meningkatkan Pendapatan
AsIi Daerah Kota Makassar, karena peningkatan jumIah pajak yang harus
dibayar oIeh wajib pajak akan berdampak pada Pendapatan AsIi Daerah Kota
Makassar. Namun, karena banyak yang tidak sepenuhnya memahami cara kerja
pajak progresif ini, haI ini dapat memicu banyak masaIah ketika warga
membayar pajak kendaraan bermotornya. Ternyata mereka diharuskan
membayar pajak yang Iebih tinggi karena banyaknya kendaraan yang terdaftar
atas nama mereka, meskipun mereka tidak Iagi memiIikinya. Warga yang
menjuaI kendaraan bermotor tetapi tidak meIaporkannya ke Kantor SAMSAT
untuk meIakukan pembIokiran atas nama mereka akan dikenakan pajak progresif
atas kendaraan yang tidak Iagi mereka miIiki.
3
Berdasarkan Undang-Undang RepubIik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kendaraaan bermotor adaIah
semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis
jaIan darat, dan digerakkan oIeh peraIatan tekhnik berupa motor atau peraIatan
Iainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk aIat-
aIat berat dan aIat-aIat besar yang daIam operasinya menggunakan roda dan
motor dan tidak meIekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air. DijeIaskan juga bahwa “kepemiIikan kendaraan bermotor
didasarkan atas nama dan/atau aIamat yang sama.
Tabel 1. 1 Data Jumlah Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota Makassar
Tahun Jumlah (unit)
2016 1.425.150
2017 1.505.835
2018 1.563.608
Sumber: SAMSAT Kota Makassar, 2019
Berdasarkan dari tabel di atas jumlah kendaraan yang terdaftar dan
terbayar di SAMSAT Kota Makassar yaitu, pada tahun 2016 jumlah kepemilikan
kendaraan sebanyak 1.425.150 unit kendaraan, lalu pada tahun 2017 sebanyak
1.505.835 unit kendaraan dan pada tahun 2018 sebanyak 1.563.608 unit
kendaraan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kepemilikan kendaraan bermotor dari tahun 2016 sampai tahun 2018 dengan
rata-rata 5% (SAMSAT Kota Makassar, 2019).
4
Pengenaan pajak progresif kendaraan bermotor menimbuIkan dampak
positif dan negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya yaitu berkurangnya
jumIah kendaraan bermotor, adapun dampak negatifnya dari pemberIakuan
pajak progresif ini tentu sangat dirasakan oIeh masyarakat seIaku wajib pajak.
Masyarakat meIakukan penyeIundupan hukum agar terhindar dari pembayaran
pajak yang tinggi, artinya masyarakat melakukan pembelian kendaraan bermotor
tidak mengatasnamakan dirinya agar terhindar dari pembayaran pajak progresif.
Dengan berIakunya pajak progresif, masyarakat merasa tidak nyaman
karena harus membayar Iebih dari yang semestinya. Sehingga terjadilah
tunggakan pajak kendaraan bermotor yang mengakibatkan penurunan
penerimaan pajak kendaraan bermotor. HaI ini dikarenakan pada awaI
penerapan pajak progresif persentase pemungutannya dirasa kurang wajar oIeh
sebagian masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan menganalisis penerapan pajak
progresif di kota Makassar, Oleh karena itu peneliti mengambil judul: Analisis
Penerapan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi Kasus SAMSAT Kota Makassar).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti mencoba
mengangkat suatu masalah, yaitu: “Bagaimana Penerapan Pajak Progresif
Kendaraan Bermotor Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di SAMSAT Kota
Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan pajak progresif kendaraan bermotor di Kota Makassar.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan wawasan kedepannya dibidang perpajakan
khususnya tentang pajak kendaraan bermotor.
b. Hasil penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan dan acuan
untuk penelitian selanjutnya khususnya, dibidang perpajakan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penerapan pajak progresif kendaraan bermotor di Kota Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Sejarah dan Pengertian pajak
Dilihat dari sejarahnya pajak sudah ada sejak zaman dahulu, termasuk di
Indonesia. Pajak di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan, namun dengan
sistem pungutan yang berbeda. Pada zaman dahulu “pajak” adalah pemberian
sukarela dari rakyat kepada rajanya. Besar kecilnya pemberian sukarela
ditentukan sendiri oleh rakyatnya. Sehingga pada perkembangan selanjutnya,
pemberian tersebut berubah menjadi pemberian yang sifatnya dipaksakan dalam
arti pemberian tersebut bersifat wajib.
Pemberian yang bersifat wajib tersebut disebut juga dengan upeti. Yang
awalnya merupakan pemberian kemudian berubah menjadi pungutan. Namun
menurut Negara bahwa pungutan yang dikenakan tersebut merupakan suatu hal
yang wajar karena kebutuhan Negara akan dana pungutan tersebut dalam
rangka untuk memelihara kepentingan Negara, termasuk kebutuhan untuk
mempertahankan Negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh, serta
untuk melaksanakan pembangunan.
Seiring berjalannya waktu pemungutan pajak mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang ekonomi,
sosial, ataupun kenegaraan. Dan perkembangan pemungutan pajak yang
dinamakan “pungutan” masih ada, yaitu yang sering disebut dengan pajak.
Dimana semua peraturan tentang pemungutan pajak tidak lagi ditentukan secara
sepihak baik oleh masyarakat maupun pemerintah Negara, namun ditentukan
oleh pemerintah Negara secara bersama-sama.
7
Pengertian pajak sendiri terdapat bermacam-macam batasan atau definisi
tentang “pajak” yang dikemukakan oleh para ahlinya adalah:
Menurut Rifhi Siddiq, pajak adalah iuran yang dipaksakan suatu Negara
dalam periode tertentu kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus
dibayarkan oleh wajib pajak kepada Negara dan bentuk balas jasanya tidak
langsung.
Menurut Leroy Beaulieu, pajak adalah bantuan, baik secara maupun tidak
langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan public dari penduduk atau dari
barang, untuk menutup belanja pemerintah.
Menurut prof. Dr. P. J. A. Anriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada
Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut prof. Dr. H. Rochmat. Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra pretasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi
tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut : pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
8
ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak
adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak
menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan
individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasa barang dan
jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan Negara dalam penyediaan
barang dan jasa public yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut soemitro merupakan
suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan
timbulnya kewajiban warga Negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan
tertentu kepada Negara, Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang
pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari
pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar
pajak.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak mengandung
beberapa unsur yaitu kontribusi masyarakat kepada Negara yang tidak berhak
dipungut oleh pihak lain atau pihak swasta adalah berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dan memiliki kekuatan hukum, tanpa adanya
kontraprestasi atau dengan kata lain tanpa balas jasa dari Negara yang dapat
9
langsung ditunjukkan, yang digunakan untuk mendanai rumah tangga Negara
atau pengeluaran pemerintah, dan jika terdapat surplus digunakan untuk
mendanai investasi public.
2. Jenis-jenis Pajak
Menurut Resmi (2014:7), terdapat berbagai jenis pajak yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut
sifat, dan menurut lembaga pemungutnya yaitu akan dijabarkan seperti dibawah
ini:
a. Menurut Golongan
1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain. Dengan kata lain, pajak langsung harus dibayar sendiri oleh
wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Pajak Kendaraan bermotor.
2) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeser kepada pihak lain. Dengan kata lain, pembayarannya dapat
diwakilkan kepada pihak lain. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Bea masuk, serta Pajak Ekspor.
b. Menurut Sifat
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan
subjeknya. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya,
baik berupa benda, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan
10
pribadi subjek pajak (wajib pajak) dan tempat tinggal. Contohnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
c. Menurut Lembaga Pemungut
1) Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada
umumnya. Contohnya PPh, PPN, dan PPnBM.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik
daerah tingkat I (provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten atau
kota), dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-
masing. Pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun
2009. Contohnya Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air
Permukaan, Pajak Rokok, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet,
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
3. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting daIam pembangunan
suatu Negara, karena pajak merupakan sumber pendapatan suatu Negara untuk
membiayai semua pengeIuaran termasuk pengeIuaran untuk keperIuan
pembangunan. Adapun fungsi pajak, yaitu:
11
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas
Negara, yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan
pembangunan.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh: dikenakannya pajak yang
lebih tinggi terhadap minuman keras, ketersediaan minuman keras dapat ditekan,
demikian pula dengan barang mewah.
4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang
dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Ail dalam perundang-undangan
diantaranya pengenaan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni
dengan memberikan hak wajib pajak untuk mengajukan banding kepada majelis
pertimbanagan pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Di indonesia, pajak diataur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara
maupun warganya.
12
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih
rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana (syarat sederhana)
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi
oleh undang-undang perpajakan yang baray, contoh:
1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
2) Tarid PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu
10%.
3) Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlakau bagi
badan maupun perseorangan (orang pribadi).
5. Jenis Pungutan Pajak
a. Retribusi
Pengertian retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung
dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditujukan semata-
mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah, misalnya
pembayaran retribusi parker, retribusi sampah, dan lain-lain. Sedangkan pajak
tidak mendapat imbalan langsung.
13
b. Sumbangan
Pengertian sumbangan ini tidak boleh dicampur adukkan dengan
retribusi. Dalam retribusi dapat ditunjuk seseorang yang menikmati kontra
prestasi dari pemerintah sedangkan pada sumbangan seseorang mendapatkan
prestasi justru tidak dapat ditunjuk tetapi golongan yang dapat menikmati
kontraprestasi. Sebagai contoh sumbangan bencana alam.
6. Azas Pengenaan Pajak
Azas pemungutan pajak terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a. Azas Tempat Tinggal (Azas Domisili)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib Pajak
(WP) yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri. Azas ini berlaku untuk Wajib Pajak (WP)
dalam negeri.
b. Azas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan pajak yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak (WP).
c. Azas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu Negara. Misalnya pajak
bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan
berkebangsaan indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Azas ini berlaku
untuk Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN).
7. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo (2010:17)
sebagai berikut:
14
a. Assesment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assesment antara lain:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ada fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Selft Assesment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
mempertahankan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus dibayar.
c. With Holding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
8. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Wajib Pajak (disingkat WP) dalam perpajakan Indonesia merupakan
istilah yang sangat popular. Isitilah ini secara umum biasa diartikan sebagai
orang atau badan yang dikenakan kewajiban pajak. Dalam Undang-Undang KUP
lama, istilah wajib pajak didefinisikan sebagai orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan
pajak tertentu. Dari definisi ini kita dapat memahami bahwa wajib pajak ini terdiri
dari dua jenis yaitu wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.
15
Berdasarkan ketentuan dalam pajak penghasilan yang disebut wajib pajak itu
adalah orang pribadi atau badan yang memenuhi sebagai subjek pajak dan
menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan
kata lain dua unsur harus dipenuhi untuk menjadi wajib pajak: subjek pajak dan
objek pajak. Wajib pajak sangatlah memegang peranan yang sangat penting bagi
kelancaran sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat (1) tentang tata cara
perpajakan bahwa yang dimaksud dengan wajib pajak (tax payer) adalah
sebagai berikut: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu”.
Sistem pemungutan pajak yang ada memberikan kepercayaan lebih
besar kepada wajib pajak untuk mendapatkan hak dan melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Ada beberapa hak yang bisa diciptakan oleh wajib pajak dan
juga kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. Menurut Suprianto (2011:7),
bahwa kewajiban wajib pajak antara lain sebagai berikut:
a. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Setiap wajib pajak yang telah
memenuhi syarat sebagai wajib pajak, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak.
b. Mengisi dan menyampaikan SPT. Setiap oang yang mempunyai Nomor
Pokok Wajib Pajak wajib mengisi, menghitung dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang dalam satu masa pajak dan menyampaikan SPT yang telah
16
diisi dan ditandatangani oleh kepala KPP setempat dalam batasan waktu
yang ditentukan.
c. Membayar atau menyetor pajak. Besarnya pajak harus dibayar oleh wajib
pajak menurut sistem selft assessment ditentukan sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan.
d. Membuat pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan
kegiatan usaha wajib pajak menyelenggarakan pembukuan yang dapat
menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung
penghasilan kena pajak.
e. Memberikan keterangan. Dirjen pajak berwenang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap wajib pajak dalam rangka menetapkan besarnya
jumlah pajak yang terutang, maka wajib pajak tersebut harus memperlihatkan
dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan yang berhubungan dengan
kegiatan usaha yang dijalankan.
Wajib pajak selain mempunyai kewajiban juga mempunyai hak untuk
mendapatkan kerahasiaan atas seluruh informasi yang telah disampaikan pada
Dirjen Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Berkaitan dengan
pembayaran pajak terutang, wajib pajak berhak memperoleh:
a. Pengangsuran pembayaran, apabila wajib pajak mengalami kesulitan
keuangan sehingga tidak mampu untuk membayar pajak sekaligus.
b. Pengurangan PPh pasal 25, apabila wajib mengalami kesulitan keuangan
dikarenakan usahanya mengalami kesulitan sehingga tidak mampu
membayar angsuran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
17
c. Pembebasan pajak, apabila wajib pajak mengalami musibah dikarenakan
force majeure seperti bencana alam. Dalam hal ini ditjen pajak akan
mengeluarkan suatu kebijakan.
d. Pajak ditanggung pemerintah. Dalam rangka pelaksaan proyek pemerintah
yang dibiayai dengan pinjaman/hibah luar negeri, PPh yang terutang atas
penghasilan yang diterima oleh kontraktor, konsultan, dan supplier uatama
ditanggung oleh pemerintah.
e. Insentif perpajakan, untuk merangsang investasi.
f. Penundaan pelaporan SPT tahunan. Apabila wajib pajak tidak dapat
menyelesaikan/menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian, wajib pajak berhak mengajukan permohonan
perpanjangan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama
enam bulan.
g. Restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran pajak), apabila wajib pajak
merasa bahwa jumlah pajak atau kredit pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib Pajak tidak punya
wajib pajak hutang lain.
h. Keberatan. Wajib pajak dapa mengajukan keberatan ke ditjen pajak. Apabila
dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
kemungkinan terjadi bahwa wajib pajak merasa kurang atau tidak puas atas
suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
i. Banding. Apabila hasil proses keberatan dirasa masih belum memuaskan,
wajib pajak dapat mengajukan banding ke pengadilan pajak.
18
j. Peninjauan kembali. Apabila wajib pajak tidak/belum puas dengan putusan
pengadilan pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung melalui pengadilan pajak dan
hanya dapat diajukan satu kali.
B. Pajak Daerah
1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daearah
dan retribusi daerah, mengemukakan bahwa pajak daerah merupakan kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oIeh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbaIan
secara Iangsung dan digunakan untuk keperIuan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dengan demikian pajak daerah merupakan pajak yang teIah
ditetapkan dan dipungut oIeh pemerintah daerah dengan peraturan daerah
(PERDA), yang wewenang pemungutannya diIaksanakan oIeh pemerintah
daerah. Pajak daerah terbagi menjadi dua bagian yaitu pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota.
Pajak yang diberikan oIeh penduduk suatu daerah kepada pemerintah
daerah akan digunakan oIeh pemerintah daerah untuk keperIuan umum.
Contohnya pembangunan jaIan, jembatan, pembukaan Iapangan kerja, dan
pembangunan Iain untuk kepentingan pemerintahan.
2. Kriteria Pajak Daerah
Kriteria pajak daerah yang ditetapkan Undang-Undang Kabupaten/Kota,
yaitu:
a. Bersifat pajak dan bukan retribusi
19
b. Objek terdapat diwiIayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan
mempunyai mobiIitas yang cukup rendah serta hanya meIayani masyarakat
yang terdapat di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum.
d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi atau objek pajak pusat.
e. Potensinya memadai.
f. Tidak memberikan dampak negatif bagi perekonomian.
g. Memperhatikan aspek keadiIan dan kemampuan masyarakat.
h. Menjaga keIestarian Iingkungan.
C. Pajak Kendaraan Bermotor
1. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi SeIatan Nomor 8
Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi
SeIatan Nomor 10 Tahun 2010 tentang pajak daerah, kendaraan bermotor iaIah
semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis
jaIan darat, dan digerakkan oIeh peraIatan tekhnik berupa motor atau peraIatan
Iainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk aIat-
aIat berat aIat-aIat besar yang daIam operasinya menggunakan roda dan motor
dan tidak meIekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 pajak kendaraan
bermotor yang seIanjutnya disebut PKB adaIah pajak atas kepemiIikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor.
20
2. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah
dan retribusi daerah pasaI 4 ayat (1) subjek pajak kendaraan bermotor adaIah
orang pribadi atau badan yang memiIiki dan/atau menguasai kendaraan
bermotor.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi SeIatan Nomor 10 Tahun
2010 tentang pajak daerah daIam pasaI 5 ayat (1) disebutkan bahwa subjek
pajak kendaraan bermotor adaIah orang pribadi atau badan yang memiIiki
dan/atau menguasai kendaraan bermotor.
3. Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Peraturan Daerah provinsi SuIawesi SeIatan Nomor 10
Tahun 2010 tentang pajak daerah pasaI 4 ayat (1) objek pajak kendaraan
bermotor merupakan kepemiIikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
Sementara pada ayat (2) dijelaskan bahwa yang termasuk di dalam
pengertian kendaraan bermotor sebagaimana yang tercantum pada ayat (1)
adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya dan dioperasikan di
semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan
ukuran isi kotor GT 5 sampai GT 7.
Adapun kendaraan yang dikecualikan dari kendaraan bermotor adalah
sebagai berikut.
a. Kereta api
b. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan Negara
c. Kendaraan bermotor yang diwakili dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,
perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik dari lembaga-lembaga
21
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah;
dan
d. Objek pajak lainnya yang ditetapkan peraturan daerah
4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar hukum pemungutan pajak kendaraan bermotor didasarkan pada
ketentuan daIam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasaI 3 sampai dengan
8. Iandasahan hukum pemungutan pajak di indonesia teIah diatur oIeh pasaI 23
A UUD 1945 yang menyatakan bahwa “pajak dan pungutan Iain yang bersifat
memaksa untuk keperIuan Negara diatur daIam Undang-undang”.
5. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif pajak kendaraan bermotor diatur daIam Peraturan Daerah provinsi
SuIawesi SeIatan Nomor 8 tahun Tahun 2017 pasaI 9 yang ditetapkan sebagai
berikut.
a. Untuk kepemiIikan kendaraan bermotor pertama (pribadi) sebesar 1,5%
b. KepemiIikan kendaraan bermotor kedua (pribadi) dan seterusnya ditetapkan
secara progresif sebagai berikut:
1. KepemiIikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2%
2. KepemiIikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 2,25%
3. KepemiIikan kendaraan bermotor keempat sebesar 2,5%
4. KepemiIikan kendaraan bermotor keIima sebesar 2,75%
c. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1%
d. Kendaraan miIik badan sosiaI/keagamaan, pemerintah/TNI/POIRI,
ambuIance, dan pemadam kebakaran sebesar 0,5%
e. AIat-aIat berat dan aIat-aIat besar sebesar 0,2%
22
6. Tata Cara Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
PKB terutang harus dilunasi/dibayar sekaligus dimuka untuk masa dua
belas bulan. PKB dilunasi selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkan SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah. Pembayaran PKB dilakukan ke kas daerah bank, atau
tempat lain yang ditunjuk oleh gubernur, dengan menggunakan surat setoran
pajak daerah.
Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti
pelunasan atau pembayaran pajak dan penning. Wajib pajak yang terlambat
melakukan pembayaran pajak akan dikenai sanksi yaitu: keterlambatan
pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo yang ditetapkan dalam
SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25% dari pokok
pajak.
Keterlambatan pembayaran pajak sebagaimana ditetapkan dalam SKPD
yang melampaui 15 hari setelah jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi
sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak.
D. Pajak Progresif
1. Pengertian Pajak Progresif
Pajak progresif iaIah saIah satu bentuk pajak dimana persentase kena
pajak yang harus dibayar meningkat seiring dengan kenaikan objek pajak
(Nugraha, 2012). Pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor di Provinsi
SuIawesi SeIatan muIai diterapkan 3 maret 2014 berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
23
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi SeIatan Nomor 90
Tahun 2018 pada pasaI 8,maka tata cara perhitungan pajak progresif kendaraan
bermotor yaitu sebagai berikut.
a. Untuk kendaraan bermotor pribadi:
1) KepemiIikan pertama sebesar 1,5% x dasar pengenaan PKB
2) KepemiIikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2% x dasar pengenaan
PKB
3) KepemiIikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 2,25% x dasar
pengenaan PKB
4) KepemiIikan kendaraan bermotor keempat sebesar 2,5% x dasar
pengenaan PKB
5) KepemiIikan kendaraan bermotor keIima dan seterusnya sebesar 2,75%
x dasar pengenaan PKB
b. Untuk kendaraan bermotor umum sebesar 1% x dasar pengenaan PKB
c. Untuk kendaraan miIik badan/sosiaI keagamaan, pemerintah, pemerintah
daerah, TNI/POIRI, ambuIance, dan pemadam kebakaran sebesar 0,5% x
dasar pengenaan PKB
d. AIat-aIat berat dan aIat-aIat besar sebesar 0,2% x dasar pengenaan PKB
E. Sistem dan Prosedur Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor
1. Pengertian Sistem dan Prosedur
Menurut Mulyadi (2001:5) difinisi sistem dan prosedur yaitu, sistem
adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Sedangkan prosedur adalah suatu
urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
24
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem terdiri
dari jaringan prosedur; sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klereikal.
2. Prosedur dan Persyaratan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB)
Prosedur dan persyaratan pengurusan pembayaran pajak kendaraan
bermotor, sesuai dengan intruksi bersama Menteri Pertahanan Keamanan,
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor Ins/03/M/X/1999, Nomor 29
tahun 1999 dan Nomor 6/IMK.014/1999 Jo. Surat Kepurusan Bersama Kapolri,
Dirjen Pemenrintah Umum dan Otonomi Daerah dan Direkur PT Jasa Raharja
Nomor Skep/06/X/1999, Nomor 973-128 Nomor Skep/02/XI/1999 adalah sebagai
berikut.
a. Pengesahan Ulang (satu tahun)
1) Persyaratan
a) Identitas.
1. Program
2. Badan hukum
3. Instansi Pemerintah (Termasuk BUMN dan BUMD)
b) STNK asli dan satu lembar fotocopy.
c) BPKB asli dan satu lembar fotocopy.
2) Prosedur pengurusan
a) Penyerahan berkas di loket pendaftaran.
b) Pengambilan resi penetapan di loket penetapan.
c) Pembayaran biaya di loket kasir.
25
d) Pengambilan STNK di loket pengambilan STNK.
b. Pengesahan ulang (lima tahun)
1) Persyaratan
a) Identitas
b) STNK asli dan satu lembar fotocopy
c) BPKB asli dan satu lembar fotocopy
d) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
2) Prosedur Pengurusan
a) Cek fisik kendaraan bermotor.
b) Pengambilan formulir di loket pendaftaran.
c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran.
d) Penetapan penyerahan resi di loket penetapan.
e) Pembayaran di loket kasir.
f) Penyerahan STNK dan plat nomor di loket pengambilan STNK.
c. Penggantian STNK Hilang/Rusak
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB.
b) Identitas
c) STNK yang rusak atau tanda bukti pelaporan kehilangan dari kepolisian
d) BPKB asli
e) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir (yang telah
divalidasi) bagi yang rusak dan tanda bukti kehilangan dari kepolisian
f) Tanda bukti iklan kehilangan dari berita radio
g) Tanda bukti iklan kehilangan fari berita surat kabar
h) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
26
2) Prosedur pengurusan
a) Pengambilan formulir loket pendaftaran
b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin di loket pendaftaran
c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
d) Penyerahan resi di loket penetapan
e) Pembayaran di loket kasir
f) Pengesahan STNK di loket pengambilan STNK
d. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (Pendaftaran Kendaraan Baru)
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) Faktur
d) Sertifikat NIK/VIN dan tanda pendaftran tipe
e) Kendaraan yang rubah bentuk melampirkan surat keterangan dari
perusahaan
f) Untuk kendaraan umum melampirkan:
1. Izin usaha
2. Izin prinsip
2) Prosedur pengurusan
a) Pembelian formulir di loket pendaftaran
b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin di loket pendaftaran
c) Penetapan di loket penetapan
d) Penyerahan resi di loket penetapan
e) Pembayaran di loket kasir
f) Pengesahan STNK di loket pengambilan STNK
27
e. Bea Balik Nama/Heregistrasi Kendaraan dari dalam Kab/Kota
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) STNK asli
d) BPKB asli
e) Kwitansi Pembelian Asli
f) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir
g) Bukti Hasil Pemeriksaan Fisik Kendaraan Bermotor
2) Prosedur Pengurusan
a) Pembelian formulir di loket pendaftaran
b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin di loket pendaftaran
c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
d) Penetapan di loket penetapan
e) Penyerahan resi di loket penetapan
f) Pembayaran di loket kasir
g) Pengambilan STNK di loket pengambilan STNK
h) Penulisan BPKB di Polres
f. Bea Balik Nama/Heregistrasi antar Kab/Kota dan mutasi dari luar Provinsi
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) STNK asli
d) BPKB asli
e) Kwitansi Pembelian Asli
28
f) SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) tahun terakhir
g) Bukti Hasil Pemeriksaan Fisik Kendaraan Bermotor
2) Prosedur Pengurusan
a) Pengurusan BPKB di Polres
b) Pembelian formulir di loket pendaftaran
c) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin di loket pendaftaran
d) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
e) Penetapan di loket penetapan
f) Penyerahan resi di loket penetapan
g) Pembayaran di loket kasir
h) Pengesahan STNK di loket pengambilan STNK
i) Pengambilan BPKB di Polres
g. Mutasi Ke Luar Provinsi
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) STNK asli
d) BPKB asli
e) Kwitansi Pembelian Asli
f) SKPD (Surat Keputusan Pajak Daerah) tahun terakhir
g) Bukti Hasil Pemeriksaan Fisik Kendaraan Bermotor
h) Fiskal Antar Daerah
2) Prosedur pengurusan
a) Pendaftaran di loket pendaftaran
b) Penetapan di loket penetapan
29
c) Penyerahan berkas di loket penetapan
d) Pengurusan BPKB di Polri
30
Gambar 2. 1 Sistem Dan Prosedur Pengurusan PKB
SISTEM DAN PROSEDUR
PENDAFTARAN RANMOR BARU, PERPANJANGAN, MUTASI MASUK, RUBAH BENTUK/WARNA, DUPLIKAT, PERSYARATAN
KHUSUS
PENERIMAAN
PENELITIAN DOKUMEN
ENTRY DATA
PENETAPAN
KOREKTO
PEMBAYARAN
ORDERN STNK/TNK
PENCETAKAN
PENYERAHAN ARSIP
31
F. Tinjauan Empiris
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
.
Nama Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metde
Analisis
Hasil Penelitian
1. Nugraha (2012) Penerapan Pajak
Progresif
Terhadap Wajib
Pajak Kendaraan
Bermotor
Bedasarkan
Peraturan
Daerah Jawa
Timur Nomor 9
Tahun 2010
Tentang Pajak
Daerah
Kualitatif Masih banyak
masyarakat yang
menjual kendaraan
bermotornya,
namun belum
melakukan balik
nama, sehingga
penjual tersebut
masih terdaftar
sebagai pemilik
kendaraan yang
sudah dijualnya
tersebut, dan
apabila dia
membeli
kendaraan maka
dia akan
dikenakan pajak
progresif.
2. Rudi Irwanto
(2015)
Analisis
Penerapan Pajak
Progresif
Terhadap wajib
Pajak Kendaraan
Bermotor (Studi
Kasus SAMSAT
Kota Makassar)
Deskriptif
Kualitatif
Setelah
diberlakukannya
pajak progresif,
persentase
penerimaan pajak
kendaraan
bermotor
mengalami
penurunan.
3. Rahadianingtya
s Adi Tomo
(2012)
Penerapan Pajak
Progresif Dalam
Upaya
Meningkatkan
Pendapatan Asli
Daerah (Up3ad)
SAMSAT
Surakarta
Deskriptif
Kuantitatif
dan
Kualitatif
Belum
ditemukannya
subjek dan objek
pajak progresif
sehingga belum
dapat diketahui
jumlah penerimaan
dari pajak progresif
itu sendiri.
4. Jafar Nurdin Tinjauan Hukum Deskriptif Pelaksanaan
32
Siradjah (2014) Terhadap
pelaksanaan
Pemungutan
Pajak Kendaraan
Bermotor Pada
UPTD SAMSAT
Wilayah Maros
Kualitatif pemungutan pajak
kendaraan
bermotor pada
UPTD SAMSAT
Wilayah Maros
belum optimal. Hal
ini terlihat dari
realisasi
tunggakan pajak
kendaraan
bermotor yang
masih rendah
pada kantor UPTD
SAMSAT Wilayah
Maros.
5. Andi Kurniawan
(2014)
Dampak
Sebelum dan
Sesudah
Penerapan Pajak
Progresif
Kendaraan
Bermotor Dalam
Upaya
Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah (Studi
Kasus
Kabupaten
Karang Anyar).
Kualitatif Pajak progresif
sangat berdampak
positif terhadap
pertumbuhan
pajak kendaraan
bermotor,
khususnya dalam
meningkatkan
pendapatan asli
daerah.
6. Amalia
Ramadhani
(2017)
Analisis
Penerapan Tarif
Pajak Progresif
Dalam
Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah Pada
Kendaraan
Bermotor di
SAMSAT Medan
Selatan
Deskriptif
Kualitatif
Realisasi
penerimaan pajak
progresif masih
belum optimal. Hal
ini dapat dilihat
dari tingginya
kontribusi pajak
kendaraan
bermotor (PKB)
dalam penerimaan
pendapatan asli
daerah (PAD) di
karenakan
banyaknya wajib
pajak yang
33
melakukan
pembelian
kendaraan
bermotor tidak
menggunakan
nama atau dengan
alamat yang sama
sementara
kepemilikan
kendaraan
bermotor dimilki
oleh wajib pajak
dengan nama atau
alamat yang sama
agar terhindar dari
pembayaran pajak
progresif.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang
menjadi objek permasalahan tentang hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Hubungan
antara pajak progresif dan wajib pajak dapat digambarkan dalam kerangka
konseptual pada gambar 2.2 berikut.
34
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran
SAMSAT KOTA MAKASSAR
PENERAPAN PAJAK
PROGRESIF
ANALISIS DATA
HASIL
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Dimana data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
uraian yang lebih luas. Dengan jenis penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan
atau ,mendeskripsikan rumusan masalah dalam penelitian ini. Menurut Sujarweni
(2015:74), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu kejadian
secara objektif. Pada penelitian ini mendeskripsikan mengenai penerapan pajak
progresif kendaraan bermotor terhadap kepatuhan wajib pajak pada SAMSAT
Kota Makassar.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan masalah terlebih dahulu agar tidak terjadi
permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan penelitian. Maka penulis
memfokuskan untuk meneliti mengenai penerapan pajak progresif kendaraan
bermotor terhadap kepatuhan wajib pajak pada SAMSAT Kota Makassar.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Makassar, tepatnya pada kantor
Sistem Administrasi manunggal Satu Atap (SAMSAT), dengan alamat jalan Andi
Mappanyukki No. 27. Alasan pemilihan lokasi penelitian di kantor Bersama
SAMSAT Kota Makassar, karena kantor Bersama SAMSAT ini melayani
administrasi tentang Pajak Kendaraan Bermotor untuk wilayah Kota Makassar
36
dan telah menerapkan pajak progresif. Waktu dan penyusunan penelitian selama
2 (dua) bulan. Mulai bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2021.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini antara lain:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
dokumentasi dan wawancara oleh peneliti terhadap objek penelitian.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dengan cara memperoleh dari sumber-sumber kepustakaan, catatan dan
dokumen perusahaan. Data ini dapat berupa rekapitulasi penerimaan
pajak progresif kendaraan bermotor.
E. Metode Pengumpulan Data
Guna mendeskripsikan masalah yang disajikan dalam penelitian ini, maka
diperlukan data serta berbagai informasi. Tekhnik pengumpulan data yang
digunakan dalam penulisan ini antara lain adalah sebagai berikut.
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data dengan membaca literatur-literatur yang berhubungan
dengan masalah yang di ambil, baik berupa buku, Undang-Undang perpajakan,
peraturan pemerintah, peraturan daerah, tulisan ilmiah World Wide Web (www)
dan sebagainya. Tekhnik pengumpulan data melalui studi kepustakaan di
maksudkan untuk mengungkapkan buah pikiran yang akan membuat penelitian
lebih kritis dan analitis dalam mengerjakan penelitian (Nazir, 1988). Selain itu
studi kepustakaan digunakan untuk menentukan arah dan tujuan penelitian, serta
mencari konsep yang sesuai dengan permasalahan skripsi ini.
37
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Untuk memperoleh data, maka peneliti mengadakan penelitian ke kantor
SAMSAT Kota Makassar dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Wawancara (Interview)
Wawancara riset merupakan percakapan dua orang, yang dimulai
oleh pewawancara dengan tujuan khusus memperoleh keterangan yang
sesuai dengan penelitian, dan dipusatkan olehnya pada isi yang
dititikberatkan pada tujuan-tujuan deskripsi, prediksi, dan penjelasan
sistematik mengenai penelitian tersebut (Chadwik, 1991). Teknik
wawancara kepada pihak-pihak seperti Kepala Administrasi Pelayanan
Kantor Bersama SAMSAT Kota Makassar.
2. Dokumentasi (Dokumentation)
Merupakan suatu pengumpulan data dengan menggunakan
dokumentasi dari SAMSAT Kota Makassar.
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar penelitian yang dilakukan menjadi sistematis. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman
wawancara. Wawancara digunakan untuk menggali data secara lisan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan mengenai penerapan pajak
progresif kendaraan bermotor, dalam penelitian ini juga menggunakan media
seperti alat perekam dan kamera yang digunakan untuk mengambil dokumentasi
pada saat penelitian.
38
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik
deskriptif analisis kualitatif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti
dengan cara memaparkan data yang diperoleh dari wawancara, kepustakaan,
dan pengamatan, kemudian dianalisis lalu ditarik kesimpulan. Dengan tekhnik ini
penulis akan memberi gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas
dengan mengemukakan fakta-fakta dan data-data yang diperlukan oleh penulis
selama melakukan penelitian di lapangan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Pengertian Kantor Bersama Samsat
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) merupakan suatu
sistem kerja sama secara terpadu antara POLRI, Dinas Pendapatan Provinsi,
dan PT Jasa Raharja (Persero) dalam pelayanan untuk menerbitkan STNK dan
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) yang dikaitkan dengan pemasukan
uang ke kas Negara baik melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), dan dilaksanakan pada suatu kantor yang
dinamakan Kantor Bersama Samsat.
2. Sejarah SAMSAT Kota Makassar
SAMSAT Kota Makassar Merupakan salah satu unit pelayanan teknis
daerah yang berada di bawah dinas pendapatan daerah provinsi Sulawesi
Selatan yang berdiri sejak tahun 1976, yang merupakan hasil realisasi kantor
bersama SAMSAT di Indonesia berdasarkan keputusan bersama
Menhamkam/Pangab, menteri keuangan dan menteri dalam negeri tanggal 28
desember 1976 tentang peningkatan pendapatan daerah khususnya mengenai
pajak-pajak kendaraan bermotor.
Untuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pelaksanaan SAMSAT
dalam penerbitan STNK yang terkait dengan pembayaran PKB dan BBNKB serta
SWDKLLJ dimulai pada tanggal 16 oktober 1978 yang dilaksanakan terpusat di
Makassar. SAMSAT wilayah I makassar ini sudah memiliki kantor pelayanan ada
dua masing-masing terletak di jalan Andi Mappanyukki dan AP Pettarani
40
sehingga pelayanan kepada wajib pajak di daerah ini semakin ditingkatkan,
kemudian dilakukan pembentukan kantor bersama SAMSAT di daerah-daeah
tingkat II yang kini berjumlah 15 (lima belas) cabang untuk melayani masyarakat
pemilik kendaraan bermotor yang tersebar di 23 (dua puluh tiga) daerah tingkat II
kabupaten/kotamadya serta terdapat kantor SAMSAT pembantu yang kini
berjumlah 8 (delapan) se Sulawesi selatan.
Dalam perjalanan berdirinya SAMSAT Kota Makassar, muncul peraturan
baru yaitu peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 141 Tahun
2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)
pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Unit Pelaksanaan
Teknis Daerah (UPTD) merupakan unit operasional dinas pendapatan dan
pengelola Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang berada di setiap
kabupaten/kota, dalam pelaksanaan tugas pokoknya selain melayani
pemungutan pajak daerah juga melayani pemungutan retribusi daerah dan
pendapatan lain-lain yang sah. Kemudian Tahun 2011 muncul peraturan
Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 tahun 2011 tentang pemungutan pajak
progresif. Maksud dan tujuan pengenaan pajak progresif di Sulawesi selatan
adalah untuk memenuhi rasa keadilan dan mempertimbangkan azas
kemampuan wajib pajak atas kepemilikan kedua dan seterusnya, dimana orang
yang memiliki kemampuan wajib pajak atas kepemilikan kedua dan setersunya,
dimana orang yang memiliki kemampuan ekonomi lebih besar yang
dipresentasikan dengan jumlah kendaraan yang dimiliki oleh wajib pajak.
3. Visi dan Misi SAMSAT Kota Makassar
Dalam menjalankan sejumlah pelayanan dan program uggulannya,
SAMSAT Makassar memiliki:
41
a. Visi
“Terwujudnya pelayanan prima dalam pengurusan administrasi dan regident
kendaraan bermotor melalui keterpaduan pelayanan Polri, Pemda dan Jasa
Raharja pada SAMSAT Kota Makassar”.
b. Misi
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi
etika profesi.
2. Melaksanakan profesi administrasi kendaraaan bermotor secara cepat
dan tepat.
3. Mewujudkan aparat pelaksana SAMSAT yang bersih, jujur dan cakap,
bertanggung jawab dan professional.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
5. Penataan arsip kendaraan yang tertib untuk memudahkan identifikasi dan
keamanan dokumen.
4. Susunan dan Struktur organisasi SAMSAT Kota Makassar
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dan
hubungan antara bagian dengan komponen yang terdapat dalam suatu instansi.
Dengan adanya struktur organisasi maka pembagian kerja dapat
dispesifikasikan. Selain itu, struktur juga dapat menunjukkan fungsi dan kegiatan
yang berbeda antara satu dengan bagian dengan bagian lainnya. Susunan
organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah:
a. Kepala UPTD SAMSAT Kota Makassar
b. Kasubag Tata Usaha
c. Kasi Pendataan dan Penetapan
d. Adpel Wilayah Makassar
42
e. Adpel Pemd. Wilayah Makassar
f. Kasi Penagihan dan Penerimaan
Struktur organisasi menunjukkan pengaturan antar hubungan bagian-
bagian dari kompenen dan posisi dalam suatu organisasi. Struktur organisasi
menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi
atau kegiatan saling terkait. Disamping itu juga menunjukkan hirarki dan
kewenangan dan tata hubungan laporan. Struktur organisasi SAMSAT Kota
Makassar adalah sebagai berikut.
STRUKTUR ORGANISASI UPTD SAMSAT KOTA MAKASSAR
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi SAMSAT Kota Makassar
KEPALA UPTD
SUB BAGIAN TATA
USAHA
SEKSI PENDATAAN
DAN PENETAPAN
SEKSI PENAGIHAN
DAN PENERIMAAN
43
B. Uraian Tugas dan Data Kepegawaian Dalam Organisasi SAMSAT Kota
Makassar
1. Kepala UPTD
Melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dinas dalam bidang
menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh kepala dinas. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, kepala UPTD mempunyai 6 fungsi, yaitu sebagai
berikut.
a. Pengordinasian pelaksanaan kegiatan
b. Pengelolaan urusan umum dan administrasi kepegawaian
c. Pengelolaan pendapatan
d. Pengordinasian dan penyusunan program serta pengolahan dan penyajian
data
e. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tata laksana
f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang usahanya
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Melakukan administrasi ketatusahaan, koordinasi, dan pengendalian,
monitoring, evaluasi, dan pengukuran kinerja lingkup UPTD pada dinas
pendapatan daerah serta penyusunan laporan. Kepala sub bagian tata usaha
mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Menyusun rencana kegiatan tata usaha dan mendistribusikan serta
mengevaluasi pelaksanaan tugas kepada bawahan
b. Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian, organisasi, dan tata
laksana
c. Melaksanakan urusan administrasi umum dan rumah tangga
d. Melaksanakan urusan penyusunan laporan UPTD
44
e. Melaksanakan penatausahaan keuangan
f. Melaksanakan urusan dokumentasi perkantoran
3. Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan
Melaksanakan sebagian tugas UPTD dalam bidang pendapatan dan
penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya. Dan dalam
pelaksaan tugas pokok tersebut, kepala seksi pendapatan dan penetapan
mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Menyampaikan surat ketetapan kepada wajib pajak dan retribusi
b. Menyelenggarakan inventarisasi data potensi obyek dan subyek pajak
daerah, penetapan dan penginventarisasian wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban tepat waktu
c. Membuat laporan hasil pendapatan setiap bulannya
4. Kepala Seksi Penagihan dan Penerimaan
Melaksanakan sebagian tugas UPTD didalam bidang penagihan dan
penerimaan. Yang dimaksud dalam tugas pokok seksi penagihan dan
penerimaan adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan penagihan dan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya
b. Menyiapkan surat tagihan dan surat teguran terhadap wajib pajak yang
memenuhi kewajiban tepat waktu
c. Membuat laporan pelaksanaan penagihan dan penerimaan setiap bulannya
d. Melaksanakan tugas operasional pemeriksaan pelunasan pajak kendaraan
bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) di jalan
raya bekerja sama dengan instansi terkait.
45
5. Kepegawaian SAMSAT Kota Makassar
Untuk mendukung jalannya sebuah organisasi atau instansi maka
dibutuhkan yang namanya Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun jumlah
pegawai yang menjadi sumber daya dalam SAMSAT Kota Makassar dapat kita
lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 1 Data Kepegawaian SAMSAT Kota Makassar
No. Sumber Daya Manusia Jumlah(Orang)
1 Pegawai ASN 37 orang
2 Pegawai K2 4 orang
3 Pegawai Outsourching 15 orang
Jumlah 56 orang
Sumber: SAMSAT Kota Makassar
C. Hasil Penelitian
1. Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Pada
SAMSAT Kota Makassar
a. Berlakunya Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor di Kota Makassar
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi SeIatan Nomor
8 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi
SuIawesi SeIatan Nomor 10 Tahun 2010 mengenai pajak daerah,
dijeIaskan bahwa kendaraan bermotor iaIah semua kendaraan beroda
beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jaIan darat dan
digerakkan oIeh peraIatan berupa motor atau peraIatan Iainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk aIa-aIat
46
berat dan aIat-aIat besar yang daIam operasinya menggunakan roda dan
motor serta tidak meIekat secara permanen serta kendaraan bermotor
yang dioperasikan di air.
Pajak kendaraan bermotor adaIah saIah satu pajak daerah. untuk
mewujudkan fungsi distribusi pendapatan maka di indonesia mengenakan
tarif pajak progresif dimana masyarakat yang berpenghasiIan tinggi akan
akan dikenakan tarif pajak progresif.
Peraturan Gubernur mengenai pemungutan pajak progresif di
Provinsi SuIawesi SeIatan dikeIuarkan pada 2 januari 2011 dan muIai
diberIakukan sejak 3 maret 2014. BerIakunya penerapan pajak progresif
ini merupakan penerapan pasaI 9 ayat 1 peraturan Gubernur SuIawesi
SeIatan Nomor 8 Tahun 2017 tentang pajak daerah yang
peIaksanaannya ditetapkan daIam peraturan Gubernur SuIawesi SeIatan
Nomor 90 Tahun 2018 tentang petunjuk peIaksanaan pajak daerah
khusus jenis pajak kendaraan bermotor dan bea baIik nama kendaraan
bermotor. Pajak progresif berIaku untuk kepemiIikan kendaraan kedua
dan roda empat atau Iebih serta kendaraan roda dua dengan kapasitas
siIinder 500cc keatas.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak H. Makmur Majid, S.Sos
(KepaIa Kasi Penagihan dan Penerimaan) beIiau mengemukakan bahwa.
“Pajak progresif berIaku untuk kepemiIikan kedua dan seterusnya kendaraan roda 4 atau Iebih dan kendaraan roda 2 dengan kapasitas siIinder 500 cc ke atas. Tidak berIaku untuk kendaraan dinas pemerintah atau badan dan kendaraan angkutan umum/atau pIat kuning”. (15 Februari 2021)
Penentuan pajak progresif didasarkan pada urutan urutan tanggaI
pendaftaran yang sudah tercatat di database objek kendaraaan atau surat
47
pernyataan wajib pajak. Untuk kendaraan bermotor miIik
badan/pemerintahan tidak dikenakan pajak progresif. SeIanjutnya, jika
kepemiIikan kendaraan berpindah tangan maka wajib pajak harus
meIaporkan perubahan urutan kepemiIikan.
KepemiIikan kendaraan bermotor yang menentukan pajak
progresif didasarkan atas nama aIamat yang sama. Pernyataan ini
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Kartu KeIuarga yang
dikeIuarkan oIeh instansi berwenang memiIiki nama dan aIamat yang
sama berdasarkan data kependudukan.
Di daIam Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi SeIatan Nomor 10
Tahun 2010 Tentang pajak daerah, tarif pajak kendaraan bermotor (PKB)
ditetapkan secara progresif untuk kendaraan bermotor kedua dan
seterusnya. Tarif pajak kendaraan bermotor pribadi kepemiIikan pertama
ditetapkan sebesar 1,5%, kepemiIikan kedua sebesar 2,5%, kepemeiIikan
ketiga sebesar 3,5%, kepemiIikan keempat sebesar 4,5%, kepemiIikan
keIima dan seterusnya 5,5% dari dasar pengenaan pajak. Masyarakat
menIai pengenaan tarif pajak progresif dengan kenaikan 1% di setiap
urutan kepemiIikan berIebihan karena pajak yang dibayarkan cukup
besar.
Maka dengan itu pemerintah meIakukan pembaharuan tarif
pemungutan pajak progresif yang tertuang daIam Peraturan Gubernur
SuIawesi SeIatan Nomor 8 Tahun 2017. Adapun besaran tarif pajak
progresif tersebut adaIah sebagai berikut.
1. KepemiIikan kendaraan bermotor pertama 1,5%
2. KepemiIikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2%
48
3. KepemiIikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 2,25%
4. KepemiIikan kendaraan bermotor keempat sebesar 2,5%
5. KepemiIikan bermotor keIima dan seterusnya sebesar 2,75%
b. Penetapan Urutan Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Bedasarkan wawancara dengan Bapak H. Makmur Majid, S.Sos
(KepaIa Kasi Penagihan dan Penerimaan) mengemukakan bahwa.
“PemberIakuan pajak progresif di Kota Makasar dimuIai sejak januari 2011, tetapi saat itu sifatnya masih daIam tahap sosiaIisasi. Dimana sejak januari 2011 sampai dengan februari 2014 wajib pajak diberikan kesempatan untuk meIakukan Bea BaIik Nama Kendaraan guna mengatur urutan kepemiIikan kendaraannya, kemudian pada 3 maret 2014 pajak progresif muIai diberIakukan”. (15 Februari 2021)
Tentunya untuk meminimaIisir permasaIahan yang mungkin akan
timbuI mengenai penerapan pajak progresif ini maka SAMSAT Kota
Makassar teIah menyediakan sarana dan prasarana, memberikan
peIayanan kepada wajib pajak dengan disediakannya SAMSAT Drive
Thru, dan SAMSAT KeIiIing. SeIain itu wajib pajak juga diperkenankan
untuk bertanya mengenai haI-haI yang berkaitan dengan penerapan
pajak progresif di SAMSAT Kota Makassar.
Kasus yang sering terjadi pada wajib pajak yang merupakan
daIam mengatur urutan kendaraan bermotornya, dimana kendaraan
sebeIumnya teIah dijuaI oIeh wajib pajak namun beIum diIakukan baIik
nama, kepaIa peIaksana peIayanan di Kantor Bersama SAMSAT kota
Makassar mengatakan bahwa soIusinya adaIah wajib pajak dapat
Iangsung datang ke Kantor SAMSAT untuk segera diIakukan
pembIokiran terhadap kendaraan yang teIah dijuaInya. PembIokiran ini
49
diIakukan agar kendaraan yang teIah dijuaI oIeh wajib pajak tidak perIu
Iagi untuk membayar pajak kendaraan bermotornya.
c. Denda Terhadap Keterlambatan Pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor
Denda yang dikenakan karena keterlambatan pembayaran pajak
yaitu denda atas PKB dan denda atas SWDKLLJ. Kedua hal tersebut
yang sebenarnya harus wajib pajak bayar tiap tahunnya. Apabila
terlambat melakukan pembayaran atas dua kategori pajak tersebut maka
akan dikenakan denda yang cara perhitungannya sebagai berikut.
1. Denda atas PKB, denda PKB adalah 25% dalam kurung waktu satu
tahun, apabila motor/mobil wajib pajak baru dalam 3 bulan masa
keterlambatannya maka cara perhitungannya: PKB x 25% x (3/12),
jika 6 bulan, PKB x 25% x (6/12), dan seterusnya.
2. Denda atas SWDKLLJ ini akan terlihat sama antara terlambat 3 hari
atau 1 tahun. Untuk mobil ditetapkan dendanya sebesar RP 143.000,
sedangkan untuk motor sebesar RP 35.000.
d. Kendala Yang di Hadapi Oleh SAMSAT Kota Makassar Dalam
Penerapan Pajak Progresif
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan bersama
Bapak H. Makmur Majid, S.Sos (Kepala Kasi Penagihan dan
Penerimaan) mengemukakan bahwa.
“Dalam setiap peraturan baru tentu ada berbagai kendala yang dihadapi. Tidak terkecuali dengan penerapan pajak progresif ini meskipun sudah terbilang lama setelah diterapkannya pajak progresif di Kota Makassar, masih ada beberapa wajib pajak yang belum mengetahui secara detail mengenai pajak progresif”. (17 Februari 2021)
50
Berikut beberapa kendala yang dihadapi oleh pihak SAMSAT
adalah sebagai berikut.
Kendala dari pihak SAMSAT
1) Masih kurangnya sosialisasi tentang pajak progresif kepada wajib
pajak, sehingga banyak dari mereka yang belum mengetahui atau
belum memahami peraturan baru ini.
2) Belum dipisahkannya data tentang subjek dan objek pajak
progresif kendaraan bermotor, sehingga sampai sekarang belum
dapat diketahui pasti berapa jumlah subjek dan objek pajak
kendaraan bermotor tersebut.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan bersama Bapak
Zainuddin selaku wajib pajak mengemukakan bahwa.
“Kurangnya minat membayar pajak progresif oleh masyarakat disebabkan karena masih kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat sehingga banyak masyarakat yang masih belum mengetahui tentang penerapan pajak progresif ini”. (17 Februari 2021)
Berikut beberapa kendala yang dihadapi oleh wajib pajak adalah
sebagai berikut.
Kendala dari wajib pajak
1) Masih kecilnya tingkat pemahaman wajib pajak terhadap
penerapan pajak progresif.
2) Adanya wajib pajak yang menunda pembayaran pajak kendaraan
bermotornya sehingga terjadi penunggakan.
3) Banyak wajib pajak yang telah menjual kendaraan bermotornya
tetapi belum melaporkannya ke SAMSAT.
51
2. Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Progresif Kendaraan bermotor
Pada Kantor SAMSAT Kota Makasar
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi SeIatan Nomor 8
Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi SuIawesi
SeIatan No 10 Tahun 2010 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dengan
tata cara peIaksaannya mengacu pada ketentuan peraturan Gubernur SuIawesi
SeIatan Nomor 90 Tahun 2018 tentang pajak daerah jenis pajak kendaraan
bermotor dan bea baIik nama kendaraan bermotor, maka prosedur pemungutan
pajak kendaraan bermotor yang berIaku di SAMSAT Kota Makassar mempunyai
ketentuan tata cara pemungutan yaitu dimuIai dari tahap pendaftaran, tahap
penetapan, sampai pada tahap pembayaran sampai dengan tahap penyetoran.
a. Pendaftaran
Pengambilan nomor antrian dan kemudian dimulai dari pendaftaran,
dimana terdapat beberapa loket pelayanan yang tersedia bagi wajib pajak untuk
memudahkan dalam membayar pajak, mulai pada loket 1 untuk menyetor berkas
pendaftaran dan dilayani oleh petugas pihak kepolisian yang bertugas
memeriksa kelengkapan berkas wajib pajak. Berkas yang harus dilengkapi oleh
wajib pajak antara lain:
1) Fotocopy BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor)
2) Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk)
3) Fotocopy STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
Kelengkapan tersebut berlaku bagi wajib pajak yang kendaraan
bermotornya sudah terdaftar sebelumnya atau yang disebut dengan istilah
kendaraan ulang.
52
Sedangkan untuk kendaraan baru maka berkas yang harus dilengkapi
oleh wajib pajak yakni:
1) Faktur pembelian kendaraan bermotor
2) Kwitansi pembelian kendaraan bemotor
3) KTP (Kartu Tanda Pengenal)
4) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
5) Setelah petugas memeriksa dan memberikan stempel pengesahan dan
dinyatakan berkas telah lengkap, maka selanjutnya dilakukan
penginputan untuk didaftarkan.
b. Penetapan
Pada tahap penetapan yang melayani wajib pajak adalah petugas dari
dinas pendapatan daerah provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahap ini data wajib
pajak yang telah terdaftar akan ditetapkan jumlah besaran pajaknya, baik BBNKB
maupun PKB nya serta denda bagi wajib pajak yang telah melewati batas jatuh
tempo pembayaran pajak. Kemudian mengenai cara menghitung besarnya PKB
dan menghitung PKB terutang pada SAMSAT Kota Makassar dilakukan dengan
cara mengalikan tarif pajak yang besarnya ditetapkan dengan keputusan
Gubernur berdasarkan keputusan menteri dalam ngeri.
c. Pembayaran Oleh Wajib pajak
Kemudian untuk tata cara pembayaran dan penyetoran pajak kendaraan
bermotor pada SAMSAT Kota Makassar, PKB dibayar sekaligus dimuka untuk
masa 12 (dua belas) bulan, pembayaran dilakukan tiga hari sebelum atau sampai
dengan tanggal jatuh tempo, dalam hal jatuh tempo pembayaran jatuh tempo
pada hari libur, maka pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
53
Setelah pembayaran dilakukan maka wajib pajak akan menerima SKPD (Surat
Ketetapan Pajak Daerah) sebagai bukti pembayaran telah dilakukan.
d. Pengesahan STNK/Percetakan STNK
Pada tahap ini untuk kendaraan ulang maka STNK milik wajib pajak akan
disahkan berupa stempel pengesahan bukti bahwa telah melakukan
pembayaran. Sedangkan, untuk kendaraan baru atau kendaraan yang ganti
nomor kendaraan akan dilakukan pencetakan STNK baru.
3. Mekanisme Penerapan Pajak Progresif Pada Kendaraan Bermotor
Mekanisme merupakan cara kerja atau cara menjalankan sesuatu dalam
alur kerja yang ditempuh dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dalam sebuah
organisasi. Penerapan pajak progresif akan dikenakan bagi wajib pajak yang
memiliki urutan kepemilikan kendaraan lebih dari satu dengan nama dan alamat
yang sama. Berikut penulis akan memaparkan cara penentuan urutan
kepemilikan dan perhitungan jumlah pembayaran pajak progresif kendaraan
bermotor pada contoh kasus berikut ini:
Contoh kasus penerapan pajak progresif
Kasus 1
Pak Agung memiliki beberapa kendaraan sebagai berikut:
1. Satu buah kendaraan roda dua Honda Beat 110 Tahun 2011
2. Dua buah mobil yaitu, Toyota New New Avanza 1300 Tahun 2010 beli
april 2011, Nissan March 1.2 Tahun 2011 dibeli juni 2012
Berapa perhitungan pajak kendaraan bermotornya?
Analisis:
Pak Agung memiliki 3 buah kendaraan bermotor yang urutan kepemilikannya
adalah Honda Beat 110, Toyota New Avanza 1300 Tahun 2010, Nissan March
54
1.2 Tahun 2011. Dalam Pengenaan Pajak Progresif hanya pada motor ke motor
dan mobil ke mobil, Honda Beat bukan merupakan objek pajak progresif Karena
kendaraan roda dua pertama dan isi silinder dibawah 500cc sehingga terhitung
pajak normal 1,5%, untuk Toyota New Avanza 1300 termasuk objek pajak
progresif, namun masih tetap terhitung pajak normal 1,5% karena termasuk
kepemilikan kendaraan roda empat pertama, sedangkan Nissan March 1.2
terkena pajak progresif dengan tarif pajak 2% karena merupakan kepemilikan
kendaraan roda empat kedua.
Perhitungan:
1. Honda Beat 110 kepemilikan roda 2 pertama (bukan pajak progresif)
PKB = 1,5% x NJKB
= 1,5% x Rp9.000.000,00
= Rp135.000,00
SWDKLLJ = Rp35.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp135.000,00 + Rp35.000,00
= Rp170.000,00
2. Toyota New Avanza 1300 (objek pajak progresif kepemilikan roda 4
pertama)
PKB = 1,5% x NJKB
= 1,5% x Rp115.200.000,00
= Rp1.728.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp1.728.000,00 + Rp143.000,00
55
= Rp1.871.000,00
3. Nissan March 1.2 (objek pajak progresif kepemilikan roda 4 kedua)
PKB = 2% x NJKB
= 2% x Rp150.000.000,00
= Rp3.000.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp3.000.000,00 + Rp143.000,00
= Rp3.143.000,00
Penjelasan:
1. Untuk kendaraan pertama PKB nya dikenai tarif pajak normal 1,5%
sebesar Rp170.000,00 dikenakan pajak normal karena kendaraan
tersebut bukan merupakan objek pajak progresif (dibawah silinder 500cc).
2. Untuk kendaraan kedua PKB nya dikenai tarif normal 1,5% sebesar
Rp1.871.000,00 dikenakan pajak normal karena kendaraan tersebut
merupakan kepemilikan kendaraan roda empat pertama meskipun sudah
termasuk objek pajak progresif.
3. Untuk kendaraan ketiga dikenai tarif pajak progresif 2% sebesar
Rp3.143.000,00 dikarenakan sudah termasuk objek progresif dan
kepemilikan kendaraan roda empat kedua.
Kasus 2
Pak Henri memiliki mobil sebagai berikut:
1. Honda CR-V 2.4 Tahun 2011 membeli bekas lalu dijual kembali pada juni
2012 dan sudah melaporkan ke SAMSAT bahwa mobil tersebut sudah
dijual (berpindah tangan)
56
2. Toyota Corolla Altis Tahun 2012 membeli bekas pada 1 juni kemudian
melakukan bailk nama atas kendaraan tersebut
3. Daihatsu Xenia beli januari 2012
Berapa pajak kendaraan bermotornya?
Analisis:
Untuk urutan data kepemilikan kendaraan mobil Pak Henri adalah mobil pertama
Toyota Corolla Altis dan mobil kedua Daihatsu Xenia. Mobil Toyota Corolla Altis
termasuk objek pajak progresif, namun tetap dikenakan tarif pajak normal 1,5%
karena termasuk kepemilikam roda empat pertama, dan Daihatsu Xenia tekena
pajak progresif 2% karena merupakan kepemilikan kendaraan roda empat kedua,
sedangkan untuk mobil Honda CR-V tidak terkena pajak progresif karena
kendaraan tersebut telah dijual dan telah dilaporkan ke SAMSAT, dan akan
segera dibolir untuk dilakukan bailk nama oleh pemilik baru.
Perhitungan:
1. Toyota Corolla Altis kepemilikan pertama (pajak normal)
PKB = 1,5% x NJKB
= 1,5% x Rp95.000.000,00
= Rp1.425.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp1.425.000,00 + Rp143.000,00
= Rp1.568.000,00
2. Daihatsu Xenia kepemilikan kedua (pajak progresif)
PKB = 2% x NJKB
= 2% x Rp233.000.000,00
57
= Rp4.660.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp4.660.000,00 + Rp143.000,00
= Rp4.803.000,00
Penjelasan:
1. Untuk pajak mobil kendaraan pertama masih dikenai tarif normal 1,5%
sebesar Rp1.568.000,00 karena merupakan kepemilikan kendaraan roda
empat pertama.
2. Untuk pajak mobil kedua sudah terkena pajak progresif 2% karena
merupakan kepemilikan kendaraan roda empat kedua sebesar
Rp4.803.000,00.
Kasus 3
Ibu Hasnah memiliki sejumlah kendaraan sebagai berikut:
1. Suzuki Carry Tahun 2012
2. Daihatsu Xenia Tahun 2011
3. Toyota Avanza Tahun 2015
Berapa pajak kendaraan bermotornya?
Analisis:
Urutan data kepemilikan kendaraan bermotor ibu hasnah adalah kendaraan
pertama Suzuki Caryy Tahun 2012, kendaraan kedua Daihatsu Xenia Tahun
2011, dan kendaraan ketiga Toyota Avanza tahun 2015. Susuki Carry
merupakan kendaraan pertama dengan tarif pajak 1,5%, Daihatsu Xenia
merupakan kendaraan kedua dengan tarif pajak progresif 2%, dan Toyota
58
Avanza merupakan kepemilikan ketiga dan terkena pajak progresif dengan tarif
2,25%.
Perhitungan:
1. Suzuki Carry tahun 2012 kepemilikan pertama (pajak normal)
PKB = 1,5% x NJKB
= 1,5% x Rp75.000.000,00
= Rp1.125.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp1.125.000 + Rp143.000,00
= Rp1.268.000,00
2. Daihatsu Xenia tahun 2011 kepemilikan kedua (pajak progresif)
PKB = 2% x NJKB
= 2% x Rp90.000.000,00
= Rp1.800.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
= Rp1.800.000,00 + Rp143.000,00
= Rp1.943.000,00
3. Toyota Avanza tahun 2015 kepemilikan ketiga (pajak progresif)
PKB = 2,25% x NJKB
= 2,25% x Rp98.000.000,00
= Rp2.205.000,00
SWDKLLJ = Rp143.000,00
Total = PKB + SWDKLLJ
59
= Rp2.205.000,00 + Rp143.000,00
= Rp2.348.000,00
Penjelasan:
1. Untuk kendaraan pertama PKB nya sebesar Rp1.268.000,00 dengan tarif
normal 1,5% karena merupakan kepemilikan kendaraan pertama.
2. Untuk kendaraan kedua PKB nya sebesar Rp1.943.000,00 dengan tarif
2% merupakan pajak progresif karena termasuk kepemilikan kendaraan
kedua.
3. Untuk kendaraan ketiga PKB nya sebesar Rp2.348.000,00 dengan tarif
2,25% merupakan pajak progresif karena kepemilikan kendaraan ketiga.
4. Realisasi Penerimaan PKB Setelah Diterapkannya Pajak Progresif
Penerimaan atau realisasi PKB merupakan dasar untuk mengetahui
seberapa besar laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan ini dapat digunakan
untuk mengetahui kenaikan atau perkembangan pajak kendaraan bermotor
terhadap Pendapatan Asli Daerah. untuk mengetahui laju pertumbuhan maka
dapat diambil rumus:
Realisasi Penerimaan tahun Sekarang − Penerimaan Tahun Sebelumnya
Realisasi Penerimaan Tahun Sebelumnya× 100%
Berikut tabel perbandingan realisasi penerimaan PKB dari tahun 2015-2019
Tabel 4. 2 Perbandingan Realisasi Penerimaan PKB Tahun 2015-2019
Tahun Realisasi Tahun Sekarang
(Rp)
Realisasi Tahun
Sebelumnya (Rp)
Tingkat
Pertumbuhan
2015 864.035.466.789 808.334.261.823 7%
2016 913.786.131.957 864.035.466.789 6%
2017 627.118.201.008 913.786.131.957 -3%
60
2018 545.175.544.238 627.118.201.008 -1,3%
2019 568.162.796.000 545.175.544.238 4%
Sumber: SAMSAT Kota Makassar, 2020
Perhitungan:
Tahun 2015 = 864.035.466.789−808.334.261.823
808.334.261.823 × 100% = 7%
Tahun 2016 = 913.786.131.957−864.035.466.789
864.035.466.789 × 100% = 6%
Tahun 2017 = 627.118.201.008−913.786.131.957
913.786.131.957 × 100% = −3%
Tahun 2018 = 545.175.544.238−627.118.201.008
627.118.201.008 × 100% = −1,3%
Tahun 2019 = 568.162.796.000−545.175..544.238
545.175.544.238 × 100% = 4%
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa penerimaan pajak kendaraan
bermotor setelah diberlakukannya pajak progresif tidak stabil dan cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2015 realisasi penerimaan pajak kendaraan
bermotor sebesar 7%, pada tahun 2016 sebesar 6%, di tahun 2017 mengalami
penurunan yang cukup drastis sebesar -3%, kemudian pada tahun 2018 sebesar
-1,3%, baru pada tahun 2019 penerimaan pajak kendaraan bermotor mengalami
kenaikan sebesar 4%.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis tentang penerapan pajak progresif kendaraan
bermotor dapat dijelaskan bahwa terdapat indikasi yang kuat tejadinya
penghindaran pajak progresif oleh wajib pajak. Hal ini terlihat dari jumlah
penerimaan pajak kendaraan bermotor setelah diterapkannya pajak progresif dari
tahun 2015-2019 terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan, karena pada
saat diberIakukannya pajak progresif, tarif pemungutan pajak progresif diniIai
terIaIu tinggi oIeh masyarakat akibat besarnya pajak yang harus dibayar.
61
Akibatnya, masyarakat meIakukan pembeIian kendaraan dengan tidak
mengatasnamakan dirinya. Untuk wajib pajak yang sudah teridentifikasi sebagai
pemiIik kendaraan, mereka seringkaIi menoIak untuk meIakukan pembayaran,
sehinggan terjadi tunggakan pajak kendaraan bermotor.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rudi irwanto (2015) yang menyatakan
bahwa setelah diberlakukannya pajak progresif, persentase penerimaan pajak
kendaraan bermotor mengalami penurunan.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Siradjah (2014) yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor pada
UPTD SAMSAT Wilayah Maros belum optimal. Hal ini terlihat dari realisasi
tunggakan pajak kendaraan bermotor yang masih rendah pada kantor UPTD
SAMSAT Wilayah Maros.
Hal ini juga berkaitan dengan penelitian Nugraha (2012) bahwa masih
banyak masyarakat yang menjual kendaraan bermotornya, namun belum
melakukan balik nama, sehingga penjual tersebut masih terdaftar sebagai pemilik
kendaraan yang sudah dijualnya tersebut, dan apabila dia membeli kendaraan
maka dia akan dikenakan pajak progresif.
Tujuan dari penerapan progresif ini sendiri saIah satunya untuk
meningkatkan kontribusi Pendapatan AsIi Daerah di Kota Makassar. Pajak
kendaraan bermotor progresif pertama kaIi diberIakukan di Kota Makassar pada
tahun 2014, dan seperti terIihat pada penjelasan sebelumnya, peningkatan
penerimaan pajak kendaraan bermotor pasca penerapan pajak progresif terus
mengaIami penurunan dari tahun ke tahun.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan analisa dari bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis
akan menarik sebuah kesimpulan sebagai berikut.
Penerapan pajak progresif di Kota Makassar masih belum optimal. Hal ini
dikarenakan penerimaan pajak kendaraan bermotor terus mengalami penurunan
setelah diberlakukannya pajak progresif di Kota Makassar.
Hal ini dapat dilihat pada 5 tahun terakhir setelah diterapkannya pajak
progresif, yaitu pada tahun 2015 realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor
sebesar 7%, pada tahun 2016 sebesar 6%, di tahun 2017 mengalami penurunan
yang cukup drastis sebesar -3%, kemudian pada tahun 2018 sebesar -1,3%,
baru pada tahun 2019 penerimaan pajak kendaraan bermotor mengalami
kenaikan sebesar 4%.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti diantaranya
sebagai berikut.
SAMSAT Kota Makassar harus lebih aktif lagi melakukan sosialisasi
kepada masyarakat baik itu media cetak maupun media elektronik agar
masyarakat lebih memahami tentang pajak progresif, dan menyediakan loket
khusus bagi pelayanan pajak progresif untuk dikonfirmasikan secara langsung
oleh wajib pajak apabila wajib pajak menyatakan kendaraan bermotor mereka
yang dimiliki sebelumnya sudah dijual atau telah berpindah tangan, sehingga
63
wajib pajak dapat dengan mudah mengurus urutan kepemilikan kendaraan
bermotornya.
Bagi wajib pajak yang membeIi kendaraan bermotor dari seseorang untuk
segera meIapor ke kantor SAMSAT agar kendaraan yang dibeIi tersebut dapat
diIakukan baIik nama kendaraan supaya pemiIik kendaraan sebeIumnya tidak
dikenai pajak progresif terhadap kendaraan bermotor yang tidak dimiIikinya Iagi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arbab, A. (2018, november 22). celebes media. Dipetik september 21, 2020, dari
Hingga Oktober 2018, Jumlah Kendaraan di Makassar Capai 1.563.608 Unit: https://celebesmedia.id/celebes/artikel/1024221118/hingga-oktober-2018-jumlah-kendaraan-di-makassar-capai-1-563-608-unit
Irwanto, R. (2015). Analisis Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bemotor (Studi Kasus Samsat Kota Makasar).
Kurniawan, A. (2014). Analisis Dampak Sebelum dan Sesudah Penerapan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Kabupaten Karanganyar).
Nugraha, H. A. (2014). Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah (Studi di Kantor bersama SAMSAT Malang Kota). Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum, 1(9).
Online Pajak. (2018, september 18). Pajak Progresif Kendaraan: Pahami Seluk
Beluknya. Dipetik februari 25, 2021, dari www.online-pajak.com:
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-progresif pahami-seluk-beluknya
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Pajak Daerah. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 141 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Tekhnis Dinas (UPTD) PadaDinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan.Nomor 82 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Progresif.
Peraturan Presiden Republik Indonesia.Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor. Ramadhani, A. (2017). Analisis Penerapan Tarif Pajak Progresif Dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Kendaraan Bermotor Di Samsat Medan Selatan (Doctoral dissertation).
Republik Indonesia.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah
dan Retribusi Daerah.
65
Sekaran, Uma. 2010. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: salemba
empat. Siradjah, J. N. (2014). Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemungutan
Pajak Kendaraan Bermotor pada UPTD Samsat wilaya Maros. Sumarsan, Thomas. 2015. Perpajak Indonesia (edisi 4). Jakarta Barat: PT
indeks. Tomo, R. A. (2012). Penerapan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Dalam
Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus UP3AD Beserta SAMSAT Surakarta).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang tarif penerapan pajak progresif
atas Pajak Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN WAWANCARA
A. Staf Administrasi SAMSAT Kota Makassar
1. Sebutkan dasar hukum yang berlaku di terapkannya pajak progresif di
provinsi Sulawesi selatan?
2. setelah berlakunya apakah terdapat kendala dalam penerapan Pajak
Progresif?
3. Bagaimana tingkat penerimaan PKB setelah di terapkannya pajak
Progresif?
4. Bagaimana solusi dalam upaya peningkatan pajak Progresif sekarang?
B. Wajib Pajak yang Terdaftar di SAMSAT Kota Makassar
1. Apakah kendaraan bermotor yang anda miliki masuk dalam pembayaran
pajak progresif?
2. Apakah anda sudah paham apa yang dimaksud dengan Pajak Progresif
kendaraan bermotor?
3. Apakah anda mengetahui persyaratan dan tata cara pembayaran Pajak
Progresif di kantor SAMSAT Kota Makassar?
DOKUMENTASI
BIOGRAFI PENULIS
Jusriadi, Lahir di Tamappalalo pada tanggal 24 April 1998,
dari pasangan Jumran dan Hasnah. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Penulis sekarang
bertempat tinggal di Jl. Mamoa V. Pendidikan formal dimulai
sejak tahun 2004 pada SD Negeri 269 Balleanging, Desa
Tamatto, Bulukumba dan tamat pada tahun 2010. Kemudian
melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri Satap 8 Bulukumba dan tamat pada
tahun 2013. Dan melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Bulukumba dan tamat
pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Akuntansi (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.