kebijakan pemungutan pajak kendaraan bermotor …/kebijakan... · tarif progresif di unit pelayanan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
TARIF PROGRESIF DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN
DAN PEMBERDAYAAN ASET DAERAH SURAKARTA
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR 2 TAHUN 2011
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
DEDI RIYANTO
NIM. E0008137
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Dedi Riyanto
NIM : E0008137
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Penulisan hukum (skripsi) berjudul :
KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
TARIF PROGRESIF DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAN
PEMBERDAYAAN ASET DAERAH SURAKARTA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN
2011 adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal bukan karya saya dalam Penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan Penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari Penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 20 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Dedi Riyanto
NIM.E0008137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Dedi Riyanto, E0008137. 2012. KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR TARIF PROGRESIF DI UNIT PELAYANAN
PENDAPATAN DAN PEMBERDAYAAN ASET DAERAH SURAKARTA
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR 2 TAHUN 2011. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan pelaksanaan
kebijakan pemungutan pajak kendaraan bermotor tarif progresif di Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Provinsi Jawa Tengah dan untuk mengetahui hambatan serta solusi dari
pelaksanaan kebijakan pemungutan pajak kendaraan bermotor tarif progresif di
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis sosiologis atau
penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif, penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dari data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta sedangkan
data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan,
dokumen, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
diteliti. Untuk teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik wawancara
dan studi kepustakaan. Selanjutnya untuk menganalisa data yang ada dengan
menggunakan analisis kualitatif dengan interaktif model.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat diambil
kesimpulan bahwa pelaksanaan kebijakan pemungutan pajak kendaraan bermotor
tarif progresif di Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
Surakarta sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2
Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah meskipun terdapat
beberapa hambatan tehnis dalam pelaksanaan pemungutannya. Adanya hambatan
tersebut oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
Surakarta telah dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan yang timbul
tersebut.
Kata kunci : Pajak Kendaraan Bermotor, Tarif Progresif, Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Dedi Riyanto, E0008137. 2012. POLICY LEVIED MOTOR VEHICLE TAX
RATES PROGRESSIVE TARIF ON UNIT REVENUE SERVICE AND
THE REGIONAL EMPOWERMENT ASSETS SURAKARTA BASED ON
CENTRAL JAVA PROVINCIAL REGULATION YEAR 2011 NUMBER 2.
This Research aims to determine the implement of the regulation of motor
vehicle taxation policy of progressive rates on Unit Revenue Service and the
Regional Empowerment Assets Surakarta according to Central Java Provincial
Regulation Year 2011 Number 2 of which Regional Taxes and Central Java
Province to determine the barriers and solutions from the implementation of
collection policy motor vehicle tax progressive rates and the Revenue Services
Unit Surakarta Regional Empowerment Assets.
This research is descriptive juridical sociological legal or empirical legal
research, this study engaged qualitative research methods. Data obtained from
primary and secondary data. Primary data obtained section Tax and Tax on Motor
Vehicles ,while secondary data obtained from the data attained from literature
materials, documents, and reports that correlated with the problem under
study. For data collection techniques were using the interview technique and
literature study. Furthermore, to analyze existing data using qualitative analysis
with interactive models.
Based on research result which has been done writer, can be taken
conclusion that implementation of motor vehicle tax collection rates in the
progressive Revenue Service Unit and the Regional Empowerment Assets
Surakarta is in conformity with the Central Java Provincial Regulation Year 2011
Number 2 of which Regional Taxes Central Java province despite some technical
obstacles in the implementation of pemungutannya. The existence of these
barriers by the Revenue Services Unit and the Regional Empowerment Assets
Surakarta has made efforts to overcome the obstacles that arise.
Keyword : Motor Vehicle Tax, Progresive Tarif, Unit Revenue Service And The
Regional Empowerment Assets Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
- Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun
terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu
kebaikannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan kalau kamu memutar balikkan
kenyataan atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S.An-Nisa 4 : 135 )
- I never could have done what I have done without the habit punctuality,
order and diligence, without the determination to concentrate myself on
one subject at a time
(Charles Dickens)
- When one door closes another door opens, but we often look so long and
so regretfully upon the closed door, that we do not see the ones which
open for us
(Alexander Graham Bell)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Penulisan Hukum ini Penulis persembahkan kepada:
Allah SWT, Dzat yang Maha Sempurna, Maha mendengar doa manusia dan memberi jalan untuk setiap kesulitan dan kemudahan hamba-NYA
Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang selalu dinantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.
Ibuku Landari, Bapakku Miskun, senyuman kalian adalah semangat hidupku.
Kakakku Rindan Iswahyudi, Maria Mustika Agustina kalianlah pelengkap hidupku.
Pendampingku, Novi Rizka Permatasari.
Sahabat-sahabatku.
Almamaterku, Fakultas Hukum Universitas SebelasMaret
Seluruh Civitas akademika Fakultas Hukum UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah serta inayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan
hukum dengan judul: Kebijakan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Progresif di Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah Surakarta Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 2 Tahun 2011 dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan hukum ini, masih banyak
kekurangannya. Untuk itu Penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak, sehingga dapat memperkaya isi Penulisan
hokum ini.
Penulis yakin bahwa keberhasilan di dalam penyelesaian Penulisan hokum
ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret ;
2. Dr. Djoko Wahju Winarno, S.H., M.S selaku pembimbing skripsi
Penulis yang telah memberikan banyak masukan, saran dan motivasi
bagi Penulis untuk menyelesaikan Penulisan hukum ini.
3. Mohammad Jamin, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Akademis yang
telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada Penulis selama
Penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam
Penulisan skripsi ini.
5. Bapak Bambang Yulianto selaku Kepala Seksi Pajak Kendaraan
Bermotor UP3AD Surakarta yang telah memberikan pengarahan kepada
penulis selama pelaksanaan penelitian dilapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah
membantu menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik
Penulisan hukum.
7. Ibuku Landari dan Bapakku Miskun, yang secara ikhlas lahir batin
membesarkan dan mendidikku. Terima kasih tak terhingga untuk kedua
orang tuaku yang tanpa hentinya memberikan kasih sayang, doa,
harapan, semangat.
8. Kakakku Rindan Iswahyudi dan Maria Mustika Agustina yang mampu
menjadi tauladan untuk adik – adiknya dan selalu memberi semangat
dan dukungan bagi Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.
9. Novi Rizka Permatasari, tidak hanya pelengkap tetapi mampu menjadi
penyempurna, terima kasih untuk deadline skripsi hingga penulis
mampu menyelesaikan dengan tepat, serta kesabaran dan kesetiaan
tanpa batas, juga untuk doa, semangat, motivasi, pengorbanan waktu dan
tempat untuk berkeluh kesah bagi Penulis.
10. Teman seperjuangan Lutfi, Guntur, Danan, Bambang, Demek, Suci,
Puspa, Meis, Lisa, Sofa yang telah menemani penulis selama menjalani
kuliah
11. Teman – Teman angkatan 2008 Fakultas Hukum UNS, Teman – teman
Panitia OSMARU “KASASI 2011”, sungguh suatu kebanggaan bagi
Penulis menjadi bagian dari kalian. This is Our Story!
12. Para pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Penulisan
Hukum ini, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, semoga
Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang lebih atas jasa-jasa
yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Penulisan Hukum ini
masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun substansinya. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang menunjang bagi
kesempurnaan Penulisan Hukum ini. Akhir kata Penulis berharap Penulisan
Hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangani lmupengetahuan pada
umumnya dan ilmu hukum pada khususnya, sehingga tidak menjadi suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
karya yang sia-sia nantinya
Surakarta, 20 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................................ ii
Halaman Pengesahan Penguji .................................................................... iii
Halaman Pernyataan ................................................................................... v
Abstrak ....................................................................................................... vi
Abstract ...................................................................................................... vii
Motto .......................................................................................................... viii
Halaman Persembahan ............................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
Daftar Isi ..................................................................................................... xii
Daftar Bagan ............................................................................................... xv
Daftar Tabel ................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
E. Metode Penelitian ........................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan Hukum ....................................................... 19
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 21
A. Kerangka Teori ............................................................................ 21
1. Tinjauan Umum tentang Pajak
a. Pengertian Pajak ................................................................. 21
b. Jenis – Jenis Pajak .............................................................. 21
c. Pajak Berdasarkan Sifat ...................................................... 26
2. Tinjauan Umum tentang Pajak Kendaraam Bermotor .............. 27
3. Tinjauan Umum tentang Tarif Progresif
a. Tarif Progresif- Proporsional .............................................. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Tarif Progresif-Progresif ..................................................... 30
c. Tarif Progresif-Degresif ...................................................... 30
4. Tinjauan Umum tentang Pendapatan Asli Daerah ................... 31
5. Tinjauan tentang Otonomi Daerah ............................................ 32
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 35
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 37
A. Pengaturan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif
Progresif yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan
dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta .............. 37
1. Gambaran Umum Kantor Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pember dayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta.................... 37
2. Pengaturan Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor Tarif Progresif oleh Unit Pelayanan Pendapatan
dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta ............. 47
3. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif
Progresif oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pember dayaan
Aset Daerah (UP3AD) Surakarta ............................................ 49
B. Permasalahan dan Hambatan yang timbul dalam Pemungutan
Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif di Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pember dayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta
......................................................................................................... 80
1. Sistem Komputerisasi Pendataan Data Base Objek Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif Kurang Akurat .............. 80
2. Sistem Administrasi Pendataan Data Base Objek Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif Kurang Akurat .............. 81
3. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Tarif
Progresif Rendah ...................................................................... 81
4. Tingkat Pengetahuan Dan Partisipasi Masyarakat Mengenai
Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif Rendah ................ 81
5. Sulitnya Perubahan Status Hukum Kepemilikan Kendaraan
Bermotor yang BPKB di Kuasai Pihak Ketiga .......................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
6. Data Surat Pemberitahuan Kepada Pemilik Kendaraan
Bermotor yang kurang akurat ................................................... 82
7. Kurang Telitinya Wajib Pajak Setelah Mendapat Super PKPB 82
8. Hambatan teknis dalam Pemberian Pelayanan
Pembayaran Kendaraan Bermotor ......................................... 83
9. Keterbatasan Petugas Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor ................................................................................ 83
C. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Unit Pelayanan Pendapatan
dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta dalam Menghadapi
Masalah yang timbul dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif ............................................ 84
1. Melakukan Validasi secara berkelanjutan terhadap
administrasi pendataan data base Objek Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif ......................................................... 84
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat ............................. 84
3. Melakukan pemblokiran Pajak Kendaraan Bermotor ............ 85
4. Menyempurnakan data dalam Super PKPB ........................... 85
5. Melakukan konfirmasi dari Wajib Pajak pada saat
mengembalikan Super PKPB................................................. 85
6. Perbaikan dan penggatian sarana secara berkala ................... 85
7. Melakukan penambahan petugas pelayanan pajak ............... 86
BAB IV. PENUTUP ................................................................................. 87
A. Simpulan ......................................................................................... 87
B. Saran ............................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur organisasi UP3AD Surakarta ................................ 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif .... 57
Tabel 2. Perbandingan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif ... 78
dengan Pajak Kendaraan Bermotor secara keseluruhan.
Tabel 3. Jumlah perbandingan peningkatan pendapatan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif ...................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pajak Derah Provinsi Jawa Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil
dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional
tersebut, maka Pemerintah secara intensif melakukan berbagai macam
kebijakan strategis berkaitan dengan program pembangunan baik
pembangunan jangka pendek maupun program pembangunan jangka panjang.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan senantiasa suatu negara memerlukan beberapa unsur
pendukung, salah satunya adalah tersedianya sumber penerimaan yang
memadai dan dapat diandalkan, karena keberhasilan program pembangunan
nasional tersebut tentunya dibutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit.
Sumber-sumber penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan
dari masing-masing tingkat pemerintahan, karena tanpa adanya penerimaan
yang cukup maka program-program pemerintah tidak akan berjalan secara
maksimal. Semakin luas wilayah, semakin besar jumlah penduduk, semakin
kompleks kebutuhan masyarakat maka akan semakin besar dana yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan
dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman, merupakan pengelolaan
keuangan negara pada prinsipnya perlu ditempatkan untuk mendukung
bekerjanya fungsi-fungsi pemerintahan. Pengelolaan keuangan negara harus
dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
Sebelum diadakan tax reform di Indonesia, pembangunan nasional
selalu mengandalkan sumber dana yang sebagian besar dari sektor minyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan gas. Namun setelah reformasi perpajakan, pemerintah menjadikan sektor
pajak sebagai sumber utama dalam menopang pembiayaan pembangunan
nasional. Dalam kenyataannya penerimaan negara dari sektor pajak dari tahun
ketahun semakin meningkat dan sejalan dengan hal tersebut peranan pajak
sebagai penopang program pembangunan nasional juga semakin meningkat
(Woro Wiryaningtyas Asih, S.H., 2009 : 1).
Kebijakan fiskal (fiscal policy) dalam arti luas dari pajak adalah
menyangkut penerimaan dan pengeluaran negara dengan segala aspeknya,
baik aspek hukum, ekonomi maupun politik, yang menggunakan instrumen
perpajakan secara keseluruhan termasuk retribusi, sumbangan subsidi,
bantuan kepada kekayaan negara, kebijakan pengeluaran atau percetakan
uang negara, kebijakan utang negara maupun kebijakan transfer. Kebijakan
fiskal adalah kebijakan yang mengatur kewenangan negara mengenai
pengeluaran dan penerimaan dikaitkan dengan perekonomian masyarakat,
sedangkan kebijakan perpajakan adalah kebijakan yang mengatur seluruh
kewenangan negara untuk melakukan pemungutan pajak melalui undang-
undang, yakni hukum pajak materiil dan hukum pajak formil (Widhayani
Dian Pawestri, S.H., 2011 : 14).
Dikemukakan oleh Soemitro Djojohadikusumo bahwa yang
dimaksud kebijakan fiskal sebagai suatu alat pembangunan yang harus
mempunyai satu tujuan yang bersamaan secara langsung menemukan dana-
dana yang akan digunakan untuk public investment dan secara tidak langsung
digunakan untuk menyalurkan private saving kearah sektor-sektor yang
produktif maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran yang menghambat
pembangunan (Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas, 2001 : 8).
Sektor pajak memiliki posisi yang sangat strategis bagi pendapatan
negara, sehingga hampir tidak dapat disangkal bahwa pajak merupakan
andalan pemasukan uang bagi negara. Selain itu, pajak merupakan sumber
pendapatan negara yang penting guna mendanai penyelenggaraan
pemerintahan dan keperluan pembangunan baik di pusat, maupun di daerah,
sehingga tidak berlebihan jika disuatu negara terdapat kategori pajak sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
salah satu sumber pendapatannya. Tanpa adanya dukungan dana dari sektor
pajak, fungsi pemerintah dalam suatu negara tidak akan dapat dijalankan
(Widhayani Dian Pawestri, S.H., 2011 : 15).
Negara dalam pengertian yang luas dapat disebut sebagai organisasi
yang paling tinggi, dimana dapat menggunakan hasil pajak untuk membiayai
kesejahteraan umum, penyelengaraan pemerintahan, pertahanan dan lain-lain.
Mempelajari dan memahami pajak sebagai pengisi kas atau penerimaan
negara menunjukkan bahwa negara mempunyai pengeluaran-pengeluaran,
jika negara tidak memerlukan pembelanjaan atau pengeluaran maka tidak
akan timbul persoalan penerimaan pajak, itulah sebabnya negara tetap
memerlukan pajak, apakah sebagai sumber kas negara atau sebagai pengatur,
tergantung pada keadaan (Sindian Isa Djajadiningrat, 1960 : 7).
Pembaharuan peraturan perundang-undangan bidang perpajakan
menonjolkan fungsi pajak yang utama, yaitu sebagai fungsi anggaran
(budgetair). Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan,
diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh
negara untuk mengenakan pajak (Jaja Zakaria, 2005 : 1). Sehingga pergantian
peraturan perundang-undangan merupakan hal yang logis dilakukan di
Indonesia yang merupakan negara merdeka.
Ciri utama pembaharuan peraturan perundang-undangan bidang
perpajakan menurut pendapat Richard M. Birdtidak berbeda dengan
kebijakan di bidang perpajakan yang dilakukan oleh negara berkembang lain,
yang pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kepentingan pertumbuhan
ekonomi, stabilitas internal dan eksternal, serta distribusi yang tepat sehingga
hal tersebut merupakan bagian yang esensial dari kebijakan pengembangan
dan pembangunan. Namun demikian, semua peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai perpajakan tidaklah boleh melepaskan kedua fungsi
yang dimilikinya, yakni fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur
(regulerend) yang seyogianya dapat terlaksana secara bersamaan. Reformasi
di bidang perpajakan merupakan salah satu kebijakan fiskal yang ditempuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Indonesia untuk keluar dari krisis demi mengembalikan faktor kepercayaaan
masyarakat.
Salah satu kebijakan perpajakan yang dibuat oleh pemerintah pada
saat ini adalah kebijakan mengenai tarif pajak progresif atas kendaraan
bermotor. Kebijakan perpajakan tersebut sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009, khususnya ketentuan yang diatur dalam pasal
6 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk kepemilikan kendaraan bermotor
kedua dan seterusnya tarif pajak ditetapkan secara progresif. Ketentuan
mengenai kebijakan perpajakan tersebut memberikan kewenangan kepada
daerah untuk menetapkan tarif pajak secara progresif untuk kepemilikan
kendaraan kedua dan seterusnya (Widhayani Dian Pawestri, S.H., 2011 : 17).
Sistem pajak di Indonesia dilihat dari jenis dan kewenangan
pemungutannya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pajak yang
kewenangan pemungutannya berada di Pemerintah Pusat yang dilakukan oleh
Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai dan Pemerintah Daerah yang pemungutan
pajak oleh Pemeritah Kota atau Pemerintah Kabupaten dan Provinsi yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Pajak Daerah yang dipungut dan dikelola langsung oleh Pemerintah
Daerah merupakan salah satu wujud dari adanya desentralisasi fiskal yang
secara umum diyakini desentralisasi fiskal akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pendapat ini dilandasi oleh pandangan yang menyatakan
kebutuhan masyarakat di daerah maupun perkotaan serta kesejahteraan pada
umumnya akan terpenuhi dengan lebih baik dibandingkan bila langsung
diatur oleh pemerintah pusat, namun kecenderungan ke arah tersebut tidak
nampak karena hingga saat ini sebagian besar Pemerintah Daerah Kota dan
Kabupaten di Indonesia merespon desentralisasi fiskal dengan menggenjot
kenaikan PAD melalui pajak dan restribusi tanpa diimbangi peningkatan
efektifitas pengeluaran APBD terutama dalam peningkatan infrastruktur dan
peningkatan fasilitas umum (Widhayani Dian Pawestri, S.H., 2011 : 18).
Dalam rangka melaksanakan Pasal 18 dan Pasal 23 UUD 1945 dan
Undang-undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Daerah, maka salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Pemerintah
Daerah adalah kemampuan daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sehingga ketergantungan terhadap subsidi Perimbangan
Keuangan daerah Otonom dan Pemerintah Pusat yaitu dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi berkurang. Dalam rangka
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah diberikan
perluasan basis pajak daerah dan memberikan kewenangan dalam penetapan
tarif pajak daerah. Lebih lanjut Pemerintah Daerah Jawa Tengah
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf b, pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor menggunakan jenis pajak progresif. Pajak progresif
adalah tarif pajak yang prosentasenya semakin besar jika dasar pengenaan
pajaknya meningkat. Pajak progresif berlaku untuk kepemilikan kedua dan
seterusnya dibedakan menjadi kendaraan roda kurang dari 4 (empat) dan
kendaraan roda 4 (empat) atau lebih. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor
pertama tarif pajak ditentukan paling rendah 1% (satu persen) dan paling
tinggi sebesar 2% (dua persen). Sedangkan untuk kepemilikan Kendaraan
Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen). Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur besaran
jumlah progresifnya sendiri sesuai dengan ketentuan tersebut.
Berdasarkan Pasal 8 ayat (5) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
disebutkan bahwa hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit
10% (sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
peningkatan moda dan sarana transportasi umum.
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
(UP3AD), melalui kantor Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu
Atap (SAMSAT). Pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dilakukan dengan sistem terpadu bersama pengeluaran Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK), pembayaran SWDKLLJ, pembayaran BBNKB.
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta
merupakan unsur dalam melaksanakan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah,
memiliki tugas pokok dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi
dibidang pendapatan daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan
dituntut untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan salah
satu tugas pokonya adalah melaksanakan pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) berdasarkan tarif pajak progresif.
Pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tarif
pajak progresif di Unit Pelayanan Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
(UP3AD) Surakarta haruslah sesuai dengan Perundang-undangan maupun
Peraturan Daerah yang sudah ada dan ditetapkan sehingga dapat memicu
peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Dalam penelitian ini, penulis hanya
memfokuskan pada sistem pemungutan tarif pajak progresif pada kendaraan
bermotor tanpa dikaitkan dengan peningkatan pendapatan daerah yang lain
karena masalah tersebut memerlukan penelitian yang khusus.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka penulisan hukum ini
perlu dilaksanakan untuk mengetahui tentang pelaksanaan maupun penerapan
pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan tarif pajak progresif dan
juga mengetahui berbagai permasalahan dan hambatan dalam peranannya
meningkatkan pendapatan asli daerah kota Surakarta ditinjau dari Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mempelajari,
memahami dan mengadakan penelitian secara lebih mendalam yang tertuang
dalam bentuk tulisan hukum yang berjudul KEBIJAKAN PEMUNGUTAN
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TARIF PROGRESIF DI UNIT
PELAYANAN PENDAPATAN DAN PEMBERDAYAAN ASET
DAERAH SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Rumusan Masalah
Suatu penelitian ilmiah, hal penting yang pertama kali harus dilakukan
adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah menjadi suatu acuan
mengenai hal atau objek apa yang akan diteliti untuk ditemukan jawabannya.
Pada hakikatnya seorang peneliti sebelum menentukan judul dalam suatu
penelitian maka harus terlebih dahulu menentukan rumusan masalah, dimana
masalah pada dasarnya adalah suatu proses yang mengalami halangan dalam
mencapai tujuan, maka harus dipecahkan untuk mencapai tujuan suatu
penelitian (Soerjono Soekanto, 2010:109).
Rumusan masalah dimaksudkan untuk penegasan masalah-masalah
yang akan diteliti sehingga memudahkan dalam pekerjaan serta pencapaian
sasaran. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan
masalah yang akan dikaji oleh penulis dalam penelitian hukum ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan
bermotor berdasarkan tarif pajak progresif yang dilakukan oleh Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD)
Surakarta?
2. Permasalahan dan hambatan apa saja yang dihadapi oleh Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) dalam
dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor berdasarkan
tarif progresif Surakarta?
3. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) untuk mengatasi hambatan yang
dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor
berdasarkan tarif progresif Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan karena memiliki tujuan. Tujuannya adalah
memecahkan permasalahan yang tergambar dalam latar belakang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
rumusan masalah. Karena itu, tujuan penelitian sebaiknya dirumuskan
berdasarkan rumusan masalahnya. Tujuan penelitian dicapai melalui
serangkaian metodologi penelitian . Oleh karenanya, tujuan penelitian yang
baik adalah rumusannya operasional dan tidak bertele-tele. Dari tujuan inilah,
dapat diketahui metode dan teknik penelitian mana yang cocok untuk dipakai
dalam penelitian itu (M. Subana dan Sudrajat, 2001:71)
Selain itu, tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah dalam
melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa
Tengah khususnya di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta.
b. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah khususnya di Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD)
Surakarta.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam
menyusun karya ilmiah guna memenuhi persyaratan yang
diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori
dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.
D. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Di dalam setiap penelitian sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Manfaat yang dapat
diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis pribadi di
bidang ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara
(HAN).
b. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
hukum khususnya hukum kepegawaian di Indonesia.
c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama
menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta serta memberikan landasan untuk penelitian lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir
dinamis penulis yang berhubungan dengan Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberi
masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait
dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak yang
berminat pada masalah yang sama, serta mampu menjawab
masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berusaha
untuk memecahkan masalah secara sistematis, dengan metode-metode dan
teknik tertentu yang ilmiah. Kegiatan penelitian merupakan merupakan usaha
untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis,
sistematis dan konsisten. “Metodologis berarti sesuai dengan metode tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
adannya hal-hal yang bertentangan dengan sustu kerangka tertentu.”
(Soerjono Soekanto, 2010 : 42).
Metode adalah suatu alat untuk mencari jawaban dari pemecahan
masalah, oleh karena itu suatu metode atau alatnya harus jelas terlebih dahulu
tentang apa yang akan dicari. Lebih lanjut Setiono mengatakan “cara
penelitian itulah yang dimaksud dengan metode.” (Setiono, 2005 : 4).
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan
dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang
sistematis yang menyangkut masalah kerjanya yaitu cara kerja untuk dapat
memahami yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, melalui
prosedur penelitian dan teknik penelitian (M. Iqbal Hasan, 2002:20).
Dengan kata lain pengertian metode penelitian adalah cara yang teratur
dan sistematik secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah
yang bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran
maupun ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa, dengan demikian
metode penelitian merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan teruji
keilmiahannya.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis
sosiologis atau penelitian hukum empiris.Pada penelitian hukum
empiris yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk
kemudian dilanjutkan penelitian terhadap data primer di lapangan atau
terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2010: 52).
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan secara lengkap ciri-ciri dari
suatu keadaan, perilaku pribadi dan perilaku kelompok serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menentukan frekuensi suatu gejala, penelitian ini tanpa didahului suatu
hipotesa.
Menurut Soerjono Sukanto penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan atau gejala–gejala lainnya. Maksudnya adalah
terutama mempertegas hipotesa–hipotesa, agar dapat membantu
memperkuat teori–teori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori
baru (Soerjono Soekanto, 2010: 10).
Mengenai kegiatan di dalam penelitian deskriptif tidak hanya
terbatas pada pengumpulan data dan penggunaannya tetapi yang lebih
penting adalah analisis dan interprestasi atas data yang telah didapat
tersebut agar diketahui maksudnya.Sedangkan dari sudut
pelaksanaannya penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan yang
ditunjang dengan studi kepustakaan.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah
pendekatan perundang-undangan dan metode kualitatif. Pendekatan
perundang-undangan (statute approach), yaitu pendekatan dengan
menggunakan legislasi dan regulasi. (Peter Mahmud, 2005:97).
Penelitian ini menggunakan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 2 Tahun 2011 yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu
penelitian.
Metode kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan
data deskriptif analisistis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden
secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti
dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat kualitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan data yang
dinyatakan secara verbal yang dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek. Penelitian seperti:
perilaku, tindakan, persepsi dan lain-lain secara holistik dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan naratif dalam konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Soerjono Soekanto, 2010: 18).
4. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data–data yang diperlukan, maka penulis
melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di kantor Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD)
Surakarta yang beralamat di Jl. Prof. Dr. Soeharso No. 17 Surakarta,
Telp : 0271-714919
5. Jenis Data
Data adalah suatu fakta atau keterangan dari obyek yang
diteliti.Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah yang relevan
dan menunjang judul penelitian yaitu Kebijakan Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif Di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta Berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011.
1) Data Primer
Data primer merupakan keterangan atau fakta yang
diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan, baik
dengan cara wawancara atau studi lapangan secara langsung
dalam penelitian ini. Adapun data tentang penelitian ini diperoleh
dari kantor Unit Pelayanan Pendapatan dan Aset Daerah
Surakarta.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan keterangan atau fakta yang tidak
diperoleh secara langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari
studi kepustakaan berbagai buku, arsip, dokumen, peraturan
perundang-undangan, hasil penelitian ilmiah dan bahan-bahan
kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang
telah diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6. Sumber Data
Sumber data adalah tempat ditemukan data. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
adalah sumber data yang diperoleh langsung di lokasi
penelitian, dalam hal ini yang bertindak adalah kantor Unit
Pelayanan Pendapatan dan Aset Daerah Surakarta. Pihak-pihak
yang dimintai keterangan atau hasil wawancara adalah beberapa
Anggota Unit Pelayanan Pendapatan dan Aset Daerah
Surakarta.Permasalahan yang diteliti berupa data-data, fakta atau
keterangan yang diperoleh secara langsung di lapangan mengenai
permasalahan yang diteliti.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang bersifat
pribadi dan bersifat publik (Soerjono Soekanto, 2010: 12), yang
terdiri dari:
1) Bahan hukum primer
Yakni bahan hukum yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan besifat mengikat berupa peraturan
perundang-undangan (Burhan Ashofa, 2001: 103) yang
dalam hal ini berupa:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b) Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
c) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
d) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2
Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
2) Bahan hukum sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Merupakan data yang bahan hukum yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat
membantu menganalisis dan memahami bahan hukum
primer serta memberikan bahan kajian penelitian dan
bahan hukum yang berupa hasil ilmiah para sarjana, hasil
penelitian, buku-buku, koran, majalah, internet, makalah,
serta tulisan-tulisan dan berbagai literatur lainnya yang
meliputi :
a) Buku-buku mengenai pajak dan pendapatan daerah;
dan
b) Jurnal-jurnal dan makalah-makalah yang berkaitan
dengan penulisan hukum.
3) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang
memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder, misalnya :
a) Kamus Besar Bahasa Indonesia;
b) Kamus Lengkap Inggris-Indonesia;
c) Kamus Hukum.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Teknik Pengumpulan Data Primer
Dengan mengadakan penelitian langsung di lapangan maka
akan didapatkan data-data yang dipercaya keasliannya. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah:
1) Observasi (pengamatan)
Penulis mengadakan pengamatan atau memperhatikan
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan obyek yang
akan diteliti yakni dengan mengadakan pengamatan
terhadap pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Bermotor tarif progresif di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun
2011.
2) Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi
dengan bertanya langsung dengan yang diwawancarai.
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa
faktor yang berinteraksi dan mempengarui arus komunikasi.
Faktor-faktor itu adalah pewawancara, yang diwawancarai,
topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan
situasi wawancara.Pewawancara menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan kepada yang diwawancarai untuk
dijawab, menggali jawaban lebih dalam dan mencatat
jawaban yang diwawancarai. Penulis dalam melaksanakan
pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian ini
mengadakan wawancara dengan sumber data dari beberapa
Anggota Unit Pelayanan Pendapatan dan Aset Daerah
Surakarta.
3) Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder, penulis
melakukannya dengan studi pustaka yang merupakan
pendukung dan pelengkap penelitian di lapangan. Studi
pustaka ini dilakukan dengan identifikasi literatur buku-
buku, peraturan perundang-undangan, surat kabar, serta
artikel yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
8. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan
data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data (Lexy J.Maleong, 2007:248).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data
kualitatif, teknik analisis data kualitatif adalah suatu tata cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan
oleh responden secara tulisan atau lisan, dan juga perilaku yang nyata ,
yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono
Soekanto, 2010:250).
Setelah data yang diperlukan untuk menunjang penelitian
terkumpul, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data. Analisis
data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam
pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data
(Lexy J Maleaong, 2007: 248). Sesuai dengan penelitian yang penulis
lakukan yaitu mengenai Kebijakan Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor Tarif Progresif Di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah Surakarta Berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011.
Analisis kualitatif adalah suatu cara penelitian data yang
menghasilkan data deskriptif, apa yang dinyatakan responden secara
tertulis / lisan dan juga perilaku yang sama dipelajari sebagai sesuatu
yang utuh. Peneliti memperoleh data dari responden secara tertulis atau
lisan, kemudian dikumpulkan. Pengertian model interaktif tersebut
adalah bahwa data yang terkumpul akan dianalisis melalui tiga tahap
yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Selain
itu dilakukan pula suatu proses antara tahap-tahap tersebut sehingga
data yang terkumpul berhubungan satu sama lain secara sistematis
(H.B.Sutopo, 2002: 94-96).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Model analisis interaktif tersebut dapat digambarkan dalam
bagansebagai berikut :
↔
Bagan 1. Model Analisis Interaktif
(HB Sutopo, 2002:91-96)
Kegiatan komponen ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
kepada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul pada catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data berlangsung terus menerus sampai sesudah
penelitian lapangan sampai laporan akhir lengkap tersusun
(H.B. Sutopo, 2002: 97).
b. Penyajian Data
Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan (H.B.Sutopo, 2002: 97). Dalam
penelitian ini, setelah semua data-data yang dibutuhkan
penulis mengenai Kebijakan Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif di Unit Pelayanan
PENGUMPULAN DATA
PENYAJIAN DATA
PENARIKAN
KESIMPULAN
REDUKSI DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Surakarta
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 2 Tahun 2011 terkumpul, baik itu meliputi data
primer dari hasil wawancara dan data sekunder dari studi
kepustakaan, maka langkah selanjutnya penulis menyusun
data-data tersebut secara sistematis, sehingga memberi
kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan
Melalui pengumpulan data, seorang penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan-
kesimpulan akan ditangani dengan longgar, tetap terbuka
dan skeptis, tetapi kesimpulan telah disediakan, mula-mula
belum jelas, meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar
dengan pokok. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin
sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran penganalisis selama ia menulis, atau mungkin
dengan seksama dan makan tenaga dengan peninjauan
kembali (H.B. Sutopo, 2002: 97). Adapun proses analisa
interaktif dimulai pada waktu pengumpulan data
penelitian. Peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian
data. Mereduksi data artinya setelah data terkumpul,
kemudian diseleksi, disederhanakan, membuang hal-hal
yang tidak relevan, kemudian penyajian data. Sajian data
yaitu rangkaian organisasi informasi atau data yang
memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Bila data kurang
lengkap maka wajib dilakukan pengumpulan data yang
mendukung kembali. Setelah data terkumpul dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
lengkap, kemudian direduksi dan diadakan penyajian
kembali yang susunannya dibuat secara sistematis
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum adalah uraian logis sistematis susunan
bab dan subbab untuk menjawab uraian terhadap pembahasan permasalahan
yang dikemukakan (isu hukum/legal issues) selaras dengan tema sentral yang
direfleksikan dalam suatu judul penelitian dan rumusan permasalahannya.
Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini disajikan untuk
memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan
hukum sebagai karya ilmiah yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah baku
penuisan suatu karya ilmiah. Penulisan hukum ini terdiri dari 4 bab, yaitu
Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Pembahasan, dan Penutup.
BAB I :PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, kerangka Teoritis,
dan Metode Penelitian.
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis memberikan penjelasan secara
teoritik (landasan teori) yang bersumber dari literatur hukum
yang digunakan oleh penulis dan doktrin ilmu hukum yang
dianut secara universal mengenai persoalan yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Bab tinjauan
pustaka terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: bagian pertama
kerangka teori yang berisikan tinjauan umum mengenai
tinjauan umu mengenai pajak, tinjauan umum mengenai
pajak kendaraan bermotor, tinjauan umum mengenai tarif
progresif, tinjauan umum mengenai pendapatan asli daerah
dan tinjauan umum mengenai otonomi daerah. Bagian kedua
adalah kerangka pemikiran yang berisikan gambar alur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
berpikir dari penulis berupa konsep yang akan dijabarkan
dalam penelitian ini.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yang merupakan titik temu dari suatu kaidah
perundang-undangan yang berlaku dan keadaan atau realitas
yang terjadi disuatu wilayah dan/atau permasalahan tertentu
mengenai pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan
bermotor berdasarkan tarif pajak progresif yang dilakukan
oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah (UP3AD) Surakarta serta permasalahan dan
hambatan yang dihadapi oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah (UP3AD) dalam peranannya
meningkatkan pendapatan asli daerah kota Surakarta dan
upaya-upayayang dilakukan untuk mengatasinya
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan
pembahasan serta memberikan saran-saran sebagai evaluasi
terutama terhadap temuan-temuan selama penelitian yang
menurut penulis memerlukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Pajak
a. Pengertian pajak
Pajak memegang peranan penting dalam suatu sumber
penerimaan negara. Masyarakat bekerja untuk memperoleh
penghasilan sehingga membawa kewajiban menyerahkan sebagian
penghasilannya kepada negara dalam bentuk pajak. Untuk itu yang
membuat regulasi pajak yang digunakan sebagai pengatur
pemungutan pajak dari masyarakat kepada negara.
Penghasilan Negara berasal dari rakyatnya melalui
pumungutan pajak. Pajak sangat penting bagi peneriman Negara, dan
penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang pada
akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan, dan lain
sebagainya. Jadi dimana ada kepentingan masyarakat di situ akan
timbul pungutan pajak sehingga dapat dikatakan bahwa pajak adalah
senyawa dengan kepentingan umum. Pungutan Pajak mengurangi
penghasilan /kekayaan individu, tetapi sebaliknya merupakan
penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada
masyarakat melalui pengeluaran – pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada
seluruh masyarakat, yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang
membayar pajak maupun yang tidak membayar pajak (Woro
Wiryaningtyas Asih, 2009 : 18).
Secara historis pajak sudah lama menjadi bagian yang menyatu
dalam kehidupan suatu bangsa. Adam Smith, David Ricardo, John
Stuart Mill dan Thomas Malthus, berpendapat bahwa pajak sudah
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Negara. Dari pajak inilah Negara membiayai kegiatan – kegiatan
administrasi pemerintahan, angkatan perang dan pembangunan serta
dapat dipergunakan sebagai insrumen penting untuk membangun
keunggulan – keunggulan strategi suatu bangsa dibandingkan dengan
bangsa lain ( Miyasto, 1997 : 2).
Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi),
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. (Erly Suandy, 2002 : 10).
Menurut Prof. Dr. PJA Adriani mendefinisikan pajak adalah
iuran pada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas pemerintahan (H. Bohari, S.H., M.S, 2002 : 23). Dalam
pengertian ini pungutan lebih luas dari pajak, sehingga pajak
merupakan suatu bagian dari pungutan.
Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang
berjudul “Pajak Berdasar Azas Gotong Royong”, Universitas
Padjadjaran Bandung, berpendapat : Pajak adalah iuran wajib,
berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasar
norma – norma hukum guna menutup biaya produksi barang –
barang dan jasa - jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum
(Erly Suandy, 2002 : 9).
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak
adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan berakibat adanya sanksi;
2) Dipungut oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten / Kota, yang tidak adanya jasa
timbal balik yang dapat dirasakan secara langsung oleh
pembayar pajak;dan
3) Dipergunakan untuk membiayai pengeluaran dalam
penyelengaraan negara / pemerintahan.
b. Jenis – jenis pajak di Indonesia
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan,
wewenang pemungut, maupun sifatnya (Erly Suandy, 2002 : 39 –
43)
1) Pajak Berdasarkan Golongannya :
a) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan
dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Dalam pengertian administratif, pajak langsung
adalah pajak yang dipungut secara berkala.
b) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya
dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain
sehingga sering juga disebut sebagai pajak tidak langsung.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Barang Mewah. Dalam pajak ini beban pajak
dapat digeserkan dari produsen/ penjual ke pembeli/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
konsumen, karena pergeseran searah dengan arus barang
yaitu dari produsen ke konsumen maka pergeserannya
disebut pergeseran kedepan (forward shifting). Disamping
itu ada juga yang disebut pergeseran kebelakang
(backward shifting) yaitu pergeseran pajak yang
berlawanan dengan arus barang.
2) Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungutnya :
a) Pajak Pusat / Pajak Negara
Pajak Pusat / Pajak Negara adalah pajak yang
wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat
yang pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen
Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak. Pajak Pusat
diatur dalam Undang-undang dan hasilnya akan masuk ke
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pajak Pusat /
Pajak Negara yang berlaku saat ini adalah :
(1) Pajak Penghasilan diatur dalam Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah dirubah
dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 dan
Undang-undang No 10 Tahun 1994;
(2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah diatur dalam Undang-undang Nomor
8 Tahun 1983 sebagaimana yang telah dirubah
dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994;
(3) Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana yang
telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 1994;
(4) Bea Materai diatur dalam Undang-undang Nomor 13
Tahun 1985;dan
(5) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diatur
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Pajak Daerah diatur dalam Undang-undang dan hasilnya
akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pajak Daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor
18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi daerah terdiri dari 5 jenis
Pajak Daerah Tingkat I dan 12 jenis Pajak Daerah Tingkat
II adalah:
(1) Pajak Daerah Tingkat I
(a) Pajak Kendaraan bermotor (PKB);
(b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB);
(c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBBKB);
(d) Pajak Air Permukaan;dan
(e) Pajak Rokok
(2) Pajak Daerah Tingkat II :
(a) Pajak Hotel;
(b) Pajak Restoran;
(c) Pajak Hiburan;
(d) Pajak Reklame;
(e) Pajak Penerangan Jalan;
(f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
(g) Pajak Parkir;
(h) Pajak Air Tanah;
(i) Pajak Sarang Burung Walet;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan;dan
(k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
c) Pajak Berdasarkan Sifat
(1) Pajak Subjektif
Pajak Subjektif adalah Pajak yang
memperhatikan kondisi atau keadaan Wajib Pajak.
Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan
objektif yang berhubungan erat dengan keadaan
materialnya, yaitu gaya pikul.
Gaya pikul adalah kemampuan wajib pajak
memikul pajak setelah dikurangi biaya hidup
minimum, gaya pikul mengandung dua unsur yaitu
unsur subyektif dan unsur obyektif.
Unsur subjektif gaya pikul mencangkup segala
kebutuhan terutama material disampin moral dan
spiritual. Gaya pikul berbanding terbalik dengan
kemampuan membayar, semakin besar gaya pikulnya
semakin kecil kemampuan membayar pajak. Dengan
demikian, dalam pajak subjektif harus memberi
pembebasan pajak untuk biaya hidup minimum, dan
memperhatikan faktor-faktor perseorangan dan
keadaan-keadaan yang berpengaruh terhadap besar
kecilnya biaya hidup, seperti jumlah anggota keluarga
dan atau jumlah tanggungan.
Unsur objektif dari gaya pikuln terdiri dari
pendapatan (penghasilan), kekayaan, dan belanja
(pengeluaran). Gaya pikul seseorang tidak hanya
tergantung kepada pendapatan (penghasilan), tetapi
juga kekayaan bahkan tergantung pula pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kesempatan untuk berbelanja. Penerapan di Indonesia
dapat dilihat dalam pengenaan pajak penghasilan
orang pribadi (PPh pasal 21), sebelum dikenakan
pajak terlebih dahulu penghasilan neto dikurangi
dengan pemghasilan tidak kena pajak (PTKP).
(2) Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya
memperhatikan objek yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar, kemudian baru dicari
subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Dengan
kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang
hanya memperhatikan kondisi objeknya.
2. Tinjauan tentang Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor didasarkan pada
Undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah diganti dengan Undang – undang
Nomor 34 Tahun 2000 dan telah diganti dengan Undang – undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Penerapan Pajak Kendaraan Bermotor pada suatu daerah provinsi
didasarkan pada peraturan daerah provinsi yang bersangkutan yang
merupakan landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
pengenaan dan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di provinsi yang
bersangkutan serta keputusan gubernur yang mengatur tentang Pajak
Kendaraan Bermotor sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah
tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang dimaksud (Marihot P. Siahaan,
S.E, 2005 : 140).
Menurut pasal 1 angka 12 Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak
atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Sedangkan
menurut pasal 1 angka 13 Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan
beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk
alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan
roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air.
Objek Pajak Kendaraan Bermotor Menurut pasal 3 Undang –
undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor.Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor
beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan
darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi
kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross
Tonnage). Beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak yaitu
kereta api, kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara, Kendaraan Bermotor yang
dimiliki dan atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing
dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah dan objek Pajak
lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan
yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sementara itu,
yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki
kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa badan, kewajiban
perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut. Dengan
demikian, pada PKB subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu orang
pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan
bermotor.
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat
diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang – undang
dan peraturan tentang PKB. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara
pribadi dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan
surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya (Marihot P. Siahaan, S.E, 2005 : 142).
Dasar pengenaan PKB dihitung sebagai perkalian dari dua unsur
pokok, yaitu (Marihot P. Siahaan, S.E, 2005 : 143) :
a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB), yaitu nilai jual kendaraan
bermotor yang diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas
suatu kendaraan bermotor sebagaimana tercantum dalam tabel
Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang berlaku; dan
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Pada PKB pajak terutang dikenakan untuk masa pajak dua belas
bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan
bermotor. Pemungutan PKB merupakan satu kesatuan dengan
pengurusan administrasi kendaraan bermotor lainnya. PKB dibayar
sekaligus di muka untuk masa pajak dua belas bulan ke depan.
Kewajiban pajak yang berakir sebelum dua belas bulan karena suatu hal,
besarnya pajak yang terutang dihitung berdasarkan jumlah bulan
berjalan. Hal ini PKB yang karena suatu dan lain hal masa pajaknya tidak
sampai dua belas bulan, dapat dilakukan restitusi. Pengertian suatu dan
lain hal antara lain kendaraan bermotor didaftarkan di daerah lain atau
kendaraan bermotor yang rusak dan tidak dapat digunakan lagi karena
force majeure (Marihot P. Siahaan, S.E, 2005 : 146).
Berdasarkan Instruksi Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan dangan Nomor INS/03/M/X/1999 dan
Nomor 29 Tahun 1999 serta Nomor 6/IMK.014/1999 tentang
Pelaksanann Sistem Administrasi satu Atap, pelaksanaan pemungutan
atau pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan dalam pelaksanaan
Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap (SAMSAT).
3. Tinjauan tentang Tarif Progresif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tarif Progresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin besar
jika dasar pengenaan pajaknya meningkat. Jumlah pajak yang terutang
akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar
pengenaan pajaknya, tarif progresif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
(Erly Suady, 2002 : 72-74) :
a. Tarif Progresif - Proporsional
Tarif progresif - proporsional adalah tarif pajak yang
presentasenya semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya
meningkat dan besarnya peningkatan tarifnya sama besar. Jumlah
pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif
dan perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif progresif -
proporsional dapat dibagi menjadi tarif progresif – proporsional
absolut dan tarif progresif - proporsional berlapis.
b. Tarif Progresif - Progresif
Tarif progresif – progresif adalah tarif pajak yang
presentasenya semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya
meningkat dan besarnya peningkatan tarifnya semakin besar.
Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesui dengan perubahan
tarif dan dasar pengenaan pajaknya. Tarif progresif – progresif
dapat dibagi dua yaitu tarif progresif – progresif absolut dan tarif
progresif – progresif berlapis.
c. Tarif Progresif – Degresif
Tarif progresif – degresif adalah tarif pajak yang
presentasenya semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya
meningkat dan besarnya peningkatan tarifnya semakin kecil.
Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan
tarif dan perubahan dasar pengenaan tarif pajaknya. Traif pajak
progresi – degresif masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu tarif
progresif – degresif absolut dan tarif progresif – degresif berlapis.
Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009,
kebijakan tarif Pajak Kendaraan Bermotor memberikan keleluasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak progresif untuk
kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya. Besarnya tarif untuk
pajak provinsi ditetapkan secara seragam di seluruh Indonesia
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2001. Pajak progresif atas kendaraan bermotor berlaku untuk
semua jenis kendaraan tambahan yang dimiliki seseorang juga akan
berlaku untuk semua usia kendaraan (Widhayani Dian Pawestri,
S.H, 2011 : 28).
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah, bahwa
tarif progresif dikenakan pada kepemilikan kendaraan pribadi jenis
sedan, jeep, minibus / microbus dan sepeda motor 200 cc keatas.
Sedangkan kendaraan bermotor angkutan umum, milik badan usaha
atau sosial atau keagamaan, Pemerintahan atau TNI atau Polri tidak
dikenakan tarif progresif. Dasar pengenaan tarif progresif
berdasarkan atas kepemilikan kendaraan bermotor dengan nama
dan alamat yang sama.
Besarnya tarif progresif sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
a) kepemilikan kedua sebesar 2 % (dua persen);
b) kepemilikan ketiga sebesar 2,5 % (dua koma lima persen);
c) kepemilikan keempat sebesar 3 % (tiga persen);dan
d) kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5 % (tiga koma
lima persen).
4. Tinjauan tentang Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat penting sebagai modal dasar
pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, oleh karena itu perlu untuk
dimobilisasi dengan cermat agar dapat ditingkat mantapkan melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi. Sesuai dengan Undang – Undang Nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2004), Sumber-sumber
Pendapatan Daerah terdiri atas:
Pendapatan Asli Daerah
1) Hasil Pajak Daerah;
2) Hasil Retribusi Daerah;
3) Hasil Perusahaan milik Daerah dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan;dan
4) Lain – lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Woro
Wiryaningtyas Asih, S.H, 2009 : 24).
Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
dapat mengunakan kewenangannya berdasarkan Otonomi Daerah. Dalam
pengelolaan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah Daerah Dapat
menerbitkan berbagai macam Peraturan Daerah tentang pajak, retribusi
dan pungutan lainnya. Disamping itu Pemerintah Daerah juga
mengeluarkan kebijakan disekitar kegiatan usaha, terutama melalui
perdagangan dan pengaturan pasar (M.E Retno Kadarukmi, 2010 :171).
5. Tinjauan tentang Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan esensi pemerintahan desentralisasi.
Istilah otonomi berasal dari pengalangan dua kata bahasa yunani, yakni
autos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti undang-undang.
Otonomi bermakna membuat perundang-undangan sendiri (zelfwet-
geving), namun dalam perkembangannya, konsepsi otonomi daerah
selain mengandung arti zelfwetgeving (membuat Perda-perda), juga
utamanya mencakup zelfbestuur (pemerintahan sendiri) (Ni’matul Huda,
2009 : 83).
Otonomi daerah yang dilaksanakan dalam negara Republik
Indonesia telah diatur kerangka landasannya dalam UUD 1945, antara
lain (H.A.W Widjaja, 1998 : 23) :
a. Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik.”
b. Pasal 18 yang berbunyi :
“Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan kecil
dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang – undang dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak
asal-usul dalam daerah – daerah yang bersifat istimewa.”
Perkembangan masyarakat Indonesia dalam memasuki era
globalisasi dan reformasi telah memberikan pengalaman yang cukup
berarti, antara lain kebijaksanaan di daerah yang diputuskan dari pusat
berdasarkan pendekatan Top Down sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan di daerah, maka salah satu cara mengatasi ketidaksesuaian
antara kebijaksanaan yang diputuskan dari pusat dan kondisi daerah
adalah harus segera dibuat sebuah kerangka kebijaksanaan yang sangat
strategis. Salah satu kebijaksanaan yang sangat strategis sesuai dengan
kondisi saat ini adalah otonomi daerah (Syaukani, 2000 : 139 – 140).
Sejalan dengan hal tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan
melalui Perundang-undangan tentang otonomi daerah yaitu
Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
kemudian dilengkapi dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, meletakkan perubahan
mendasar dengan melaksanakan kebijaksanaan desentralisasi (Rona
Rositawati, 2009 : 64). Ternyata Memicu dan Memacu setiap daerah
untuk berlomba-lomba menggali sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sebagai Manifestasi Otonomi Daerah ( M.E. Retno Kadarukmi, 2010 :1)
Pengertian pemerintahan daerah menurut Undang-undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ialah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD, menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945. Asas otonomi daerah yang artinya ialah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai peraturan perundang-undangan (Siawanto, 2008 : 6).
Sistem desentralisasi ini Pemerintah Daerah diberi kewenangan
untuk membuat kebijakan dan mengatur rumah tangganya sendiri. Selain
itu tujuan kebijakan desentralisasi yakni dalam rangka efisiensi alokasi
arus barang publik ke daerah, serta untuk mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat lokal guna mendorong demokratisasi, mengakomodasi
aspirasi dan partisipasi masyarakat daerah (Rona Rositawati, 2009 : 65).
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 pasal 4, 5, dan 6 sumber
pendanaan Pemerintah Daerah Kebupaten dan Kota untuk memenuhi
kebutuhan belanja pemerintah daerahnya dalam pelaksanaan kegiatannya
adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dapat memperoleh dana dari
sumbersumber yang dikategorikan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Memperoleh transfer dana dari APBN yang dialokasikan dalam
bentuk dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak, bagi
hasil bukan pajak, DAU dan DAK. Pengalokasian dana
perimbangan ini selain ditujukan untuk memberikan kepastian
sumber pendanaan APBD, juga bertujuan untuk mengurangi/
memperkecil perbedaan kapasitas fiskal antar daerah;dan
c. Daerah memperoleh penerimaan dari sumber lainnya seperti
bantuan dana kontijensi dan bantuan dana darurat.
Terdapat 3 (tiga) keuntungan yang dapat diperoleh dari kebijakan
otonomi, yakni (Jusuf Anwar, 2005 : 5) :
a. Memberikan akses bagi Daerah setidaknya terhadap ketersediaan
anggaran dalam APBN dan optimalisasi penerimaan Daerah;
b. Karena ingin mendekatkan kepada konstituen, Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten berada pada posisi yang relative lebih baik daripada
pemerintah Pusat dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perpajakan pada sektor tertentu bagi perekonomian daerah;dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
c. Perlu diantisipasi adanya peningkatan akses kepada penerimaan
daerah dan penguatan kewenangan perpajakan kepada Pemerintah
daerah dapat membantu meningkatkan mobilisasi sumber-sumber
penerimaan daerah sejalan dengan meningkatnya penerimaan
perpajakan nasional.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan alur pemikiran penulis
dalam mengangkat, menggambarkan, menelaah, dan menjabarkan serta
menemukan jawaban atas permasalahan hukum, yaitu tentang
pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor berdasarkan tarif
pajak progresif yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Kota Surakarta. Sesuai dengan
pasal 18 Undang – Undang Dasar 1945 yang pada pasal tersebut
Pajak dan Retribusi Daerah
( Pasal 18 & 23 UUD 1945 dan
UU Nomor 28 Tahun 2009)
Pajak Daerah
( Perda Jateng Nomor 2
Tahun 2011)
Pelaksanaan pemungutan
Pajak Kendaraan
Bermotor Tarif Progresif
Di UP3AD Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
membahas tentang hubungan kewenangan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah daerah dan dalam pasal 23 Undang – Undang Dasar
1945 membahas tentang Keuangan Negara, yang didalam pasal tersebut
juga tercantum perihal pemungutan pajak. Sedangkan, pajak di atur lebih
khusus dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Maka, dengan dasar hukum pasal 18 dan
23 Undang – Undang Dasar 1945 dan Undang – Undang Nomor 28
Tahun 2009, Pemerintah Daerah dapat menerapkan salah satu kebijakan
fiskal di Indonesia yaitu pemungutan Pajak Daerah.
Pajak Daerah yang dipungut dan dikelola langsung oleh Pemerintah
Daerah Kota Surakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 2 Tahun 2011 merupakan salah satu wujud dari Otonomi
Daerah untuk mengadakan suatu pembaharuan atau reformasi di bidang
perpajakan untuk daerah yang secara umum diyakini akan dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah kota Surakarta. Oleh karena itu,
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun
2011 tersebut memberikan kewenangan kepada Kantor Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Kota Surakarta
untuk melaksanakan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor berdasar
tarif pajak secara progresif untuk kepemilikan kendaraan kedua dan
seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Pajak
Progresif yang Dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta.
1. Gambaran Umum Kantor Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta.
Kantor Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah (UP3AD) Surakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Provinsi
Jawa Tengah, yang ditugaskan untuk menggali, mengelola dan
melaporkan urusan pada bidang pelayanan pendapatan dan pengelolaan
aset daerah kepada Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah Jawa Tengah, guna dipertanggungjawabkan kepada Gubernur
Kepala Daerah selaku Kepala Daerah atas sumber sumber pendapatan di
Daerah dalam satu tahun Anggaran. UP3AD Memiliki wilayah kerja dan
tugas di Surakarta yang dipimpin oleh seorang Kepala UP3AD dengan
melakukan tugasnya berdasar asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan.
Penyelenggaraan tugas pokok Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta berdasarkan Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Tekhnis Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah Provinsi Jawa Tengah. Diatur dalam pasal 4 Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Tekhnis Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah Provinsi Jawa Tengah dimana Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta mempunyai tugas pokok sebagai
pelaksana kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Guna memberikan arah dan tujuan yang sama dalam mewujudkan
keinginan yang hendak dicapai maka dicanagkan visi dan misi Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah yang
secara langsung merupakan visi dan misi dari Unit Pelayanan Pendapatan
dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta sebagai berikut:
Visi UP3AD Surakarta:
“Menjadi dinas penopang kemandirian otonomi daerah dengan
optimalisasi pendapatan didukung pelayanan prima kepada masyarakat
dan pengelolaan aset yang profesional berbasis teknologi.”
Misi UP3AD Surakarta:
a. Mengupayakan pencapaian target pendapatan daerah;
b. Mewujudkan pengelolaan aset yang berdaya guna dan berhasil
guna;
c. Mengkoordinasikan peran organisasi di bidang pengelolaan
pendapatan dan aset daerah;
d. Mengembangkan sistem manajemen mutu untuk mewujudkan
pelayanan prima; dan
e. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
Berdasarkan karakteristik, Visi dan Misi tersebut di atas Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD)
Surakarta menetapkan tujuan melakukan inovasi pelayanan untuk
menghasilkan pelayanan prima. Sedangkan sasaran yang merupakan
bentuk sinergi dari program dengan Visi dan Misi maka ditetapkan
sasaran sebagai berikut:
a. Pemberian kemudahan kepada wajib pajak dan retribusi dalam
melakukan pembayaran;
b. Peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan melalui
penyederhanaan system dan prosedur;
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi
terkait; dan
d. Peningkatan tertib administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Guna tercapainya keterpaduan dan kelancara dalam perwujudan
sasaran, tujuan serta visi dan misi Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta maka kebijakan yang
ditetapkan adalah berkomitmen untuk mewujudkan pelayanan prima
dengan cara melakukan perbaikan Pengelolaan Pendapatan dan Aset
Daerah Surakarta secara berkesinambungan.
Struktur organisasidan tugas Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta terdiri dari :
a. Kepala UP3AD Surakarta;
b. Subbagian Tata Usaha;
c. Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
d. Seksi Pendapatan Lain-lain;
e. Seksi Pembukuan dan Pelaporan;
f. Seksi Penagihan dan Pemberdayaan Aset Daerah; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun bagan organisasi Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta seperti pada bagan berikut ini:
Bagan 2.1 Struktur organisasi UP3AD Surakarta
Kepala UP3AD
Surakarta
Subbagian
Tata Usaha
Seksi
Penagihan dan
Pemberdayaan
Aset Daerah
Seksi
Pembukuan
dan
Pelaporan
Seksi
Pendapatan
Lain-lain
Seksi Pajak
dan Bea
Balik Nama
Kendaraan
Bermotor
Kelompok
Jabatan
Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Fungsi Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah (UP3AD) Surakarta diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Tekhnis Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
Provinsi Jawa Tengah yaitu sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana teknis operasional pelayanan pajak dan bea
balik nama kendaraan bermotor, pendapatan lain-lain,
pembukuan, pelaporan, penagihan dan pemberdayaan aset daerah;
b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pelayanan pajak dan
bea balik namakendaraan bermotor, pendapatan lain-lain,
pembukuan, pelaporan, penagihan dan pemberdayaan aset daerah;
c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan
pendapatan dan pemberdayaan aset daerah;
d. Pengelolaan ketatausahaan; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
(UP3AD) Surakarta secara fugsional sebagai koordinator UP3AD seluruh
wilayah Surakarta, dengan demikian UP3AD Surakarta dilengkapi
Sekretaris Koordinator. Pelaksanaan tugas yang dipimpin Kepala
UP3AD Surakarta dengan membawahi beberapa bagian dalam
pelaksanaan. Tugas pokok bagian dan pelaksana tugas sebagai berikut:
a. Kepala Unit Pelayanan dan Pemberdayaan Aset Daerah.
Kepala Unit Pelayanan dan Pemberdayaan Aset Daerah
mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan tugas UP3AD
antara lain:
1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan Kepala UP3AD;
2) Menyusun rencana teknis operasional pengelolaan dan
pendapatan daerah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Mengkaji, menganalisis teknis operasional pengelolaan
dan pelayanan pendapatan daerah;
4) Melaksanakan kebijakan teknis Dinas Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah;
5) Melaksanakan pemungutan Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Penerimaan Lain-lain;
6) Melakukan koordinasi pemungutan pendapatan daerah dan
pendapatan laiinya;
7) Membina, membimbing, memberikan arahan pada staff;
8) Melakukan pengawasan melekat terhadap pelaksanaan
tugas staff;
9) Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
Kepala Dinas berupa laporan bulanan, triwulanan, dan
tahunan; dan
10) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang
diberikan oleh atasan.
Khusus untuk Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta, berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 120 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Pengelolaan Asrama Haji Donohudan Provinsi
Jawa Tengah, mendapat tugas tambahan sebagai Kepala
Pengelola Asrama Haji Donohudan. Membawahi urusan
ketatausahaan, sarana prasarana, pelayanan dan promosi
Sebagaimana hal tersebut telah sesuai pada pasal 7
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Tata Kerja Unit Pelaksana Tehnis pada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.
b. Sub Bagian Ketatausahaan.
Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok yang
meliputi urusan umum, urusan kepegawaian, urusan keuangan,
urusan perpustakaan dan urusan perlengkapan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan sub bagian Tata Usaha;
2) Menyusun rencana dan melaksanakan urusan administrasi
kepegawaian, keuangan, dokumentasi, informasi dan
perpustakaan, perlengkapan rumah tangga, surat menyurat,
dan pelaporan;
3) Membagi tugas, membina, membimbing, dan memberi
arahan pada staf sub bagian Tata Usaha;dan
4) Melakukan Koordinasi dengan instansi terkait, Kepala
Seksi di lingkungan Unit Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta.
Menindaklanjuti disposisi oleh Kepala UP3AD;
5) Mengusulkan kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala;
6) Mengusulkan bantuan kesra, ijin belajar dan cuti;
7) Membuat laporan bulanan, triwulanan, dan tahunan bidang
ketatausahaan;
8) Membuat daftar urut kepegawaian;
9) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala
UP3AD yang berkaitan dengan tugas-tugas sub bagian
Tata Usaha;
10) Mengatur kebersihan, keamanan dan keindahan;
11) Mengkoordinir SKUM PTK; dan;
12) Tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
Sebagaimana hal tersebut telah sesuai pada pasal 8
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Tata Kerja Unit Pelaksana Tehnis pada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.
c. Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
Seksi Pajak dan Balik Nama Kendaraan Bermotor
mempunyai tugas melakukan penyiapan tugas bahan,dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pelaksanaan kegiatan pelayanan pajak dan bea balik nama
kendaraan bermotor antara lain:
1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan pajak dan bea balik nama kendaraan
bermotor;
2) Menyiapkan bahan untuk untuk penyelengaraan
pengelolaan administrasi dan pelaksanaan pemungutan,
pengelolaan doleansi, monitoring, evaluasi dan pelaporan
kegiatan pemungutan pajak dan bea balik nama kendaraan
bermotor;
3) Menyusun rencana kegiatan tahunan, meliputi target
penerimaan dan estimasi kendaraan bermotor baru serta
pengelolaan administrasi dan pelaksanaan pemungutan,
pengelolaan doleansi, monitoring, evaluasi dan pelaporan
kegiatan pemungutan pajak dan bea balik nama kendaraan
bermotor;
4) Membina, membimbing dan memberikan tugas dan arahan
pada staff seksi pajak dan bea balik nama kendaraan
bermotor dalam pelaksanaan tugas;
5) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, Kepala Sub
Bagian Tata Usaha dan para Kepala Seksi di lingkungan
Unit Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah Surakarta;
6) Menindaklanjuti disposisi oleh Kepala UP3AD;
7) Melaksanakan waskat terhadap staff seksi pajak dan bea
balik nama kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
8) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala
UP3AD yang berkaitan dengan tugas-tugas seksi pajak
dan bea balik nama kendaraan bermotor;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
9) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala UP3AD;
dan
10) Melakukan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan
oleh atasan.
Sebagaimana hal tersebut sesuai dengan pasal 9 Peraturan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Tata Kerja
Unit Pelaksana Tehnis pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.
d. Seksi Pendapatan Lain-lain.
Seksi pendapatan lain-lain memiliki tugas menyiapkan
bahan dan pelaksanaan kegiatan pendapatan lain-lain antara lain:
1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan seksi sendapatan lain-lain;
2) Menyusun rencana kegiatan administrasi dan operasional
seksi pendapatan lain-lain;
3) Menyelengarakan administrasi dan pelaporan atas
pendataan dan penerimaan pendapatan lain-lain;
4) Menyelegarakan administrasi dan pelaporan pendapatan
lain-lain yang pemungutannya dilakukan oleh dinas-dinas;
5) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, Kepala Sub
Bagian Tata Usaha dan para Kepala Seksi di lingkungan
Unit Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah Surakarta;
6) Menindaklanjuti disposisi oleh Kepala UP3AD;
7) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait yang berada
di Surakarta;
8) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala
UP3AD yang berkaitan dengan tugas-tugas seksi
pendapatan lain-lain;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
9) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala UP3AD;
dan
10) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang
diberikan oleh atasan.
Sebagaimana hal tersebut telah sesuai dengan pasal 10
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Tata Kerja Unit Pelaksana Tehnis pada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.
e. Seksi Pembukuan dan Pelaporan.
Seksi Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan pelaksanaan kegiatan pembukuan dan
pelaporan antara lain:
1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan Seksi Pembukuan dan Pelaporan;
2) Menyelengarakan administrasi penetapan, penerimaan dan
tunggakan pajak dan pendapatan lain-lain;
3) Melaksanakan dan menyelengarakan administrasi dan
pembukuan hasil kegiatan pemungutan pajak daerah dan
pendapatan lain-lain;
4) Menyampaikan laporan online semua penerimaan pajak
dan pendapatan lain-lain;
5) Menyiapkan dan menyampaikan laporan 10 harian,
bulanan maupun tahunan atau sewaktu-waktu diperlukan
atas penetapan, penerimaan, dan tunggakan pajak daerah
dan pendapatan lain-lain;
6) Melakukan administrasi Blokir Kendaraan Bermotor;
7) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, Kepala Sub
Bagian Tata Usaha dan para Kepala Seksi di lingkungan
Unit Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah Surakarta;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
8) Menindaklanjuti disposisi oleh kepala UP3AD; dan
9) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang
diberikan oleh atasan.
Sebagaimana hal tersebut telah sesuai dengan pasal 11
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Tata Kerja Unit Pelaksana Tehnis pada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.
f. Seksi Penagihan dan Pemberdayaan Aset Daerah.
Seksi Penagihan dan Pemberdayaan aset Daerah
mempunyai tugas mempersiapkan bahan dan pelaksanaan
kegiatan penagihan dan pemberdayaan aset daerah, antara lain :
1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan Seksi Penagiahn dan Pemberdayaan Aset
daerah;
2) Menyusun rencana kegiatan seksi penagihan;
3) Melakukan pengawasan pelaksanaan pengiriman surat
peringatan kepada Wajib Pajak yang bekerjasama dengan
PT. Pos Indonesia;
4) Menyiapkan surat teguran untuk disampaikan kepada
Wajib Pajak atau Retribusi Daerah yang tidah
mengindahkan surat peringatan yang telah disampaikan;
5) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, Kepala Sub
Bagian Tata Usaha dan para Kepala Seksi di lingkungan
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah (UP3AD) Surakarta;
6) Menindaklanjuti disposisi oleh Kepala UP3AD; dan
7) Melakukan pedataan dan menyelengarakan administrasi
hubungannya dengan aset Provinsi Jawa Tengah yang
berada di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Sebagaimana hal tersebut telah sesuai dengan pasal 12
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Tata Kerja Unit Pelaksana Tehnis pada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pengaturan Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Progresif oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan
Aset Daerah (UP3AD) Surakarta.
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan
pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tarif progresif di Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset daerah (UP3AD)
Surakarta didasarkan pada amanat Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif berlaku untuk
kepemilikan kedua dan seterusnya dimana ditetapkan paling rendah
sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen),
sehingga Daerah diberikan kewenangan menentukan besarnya tarif
progresif berdasarkan kemampuan masing-masing.
Setiap Daerah diberikan kewenangan untuk menetapkan besarnya
tarif progresif untuk disesuaikan dengan keadaan Daerah masing-masing.
Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan
Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah mengatur pajak
kendaraan bermotor tarif progresif hanya dikenakan pada kendaraan
bermotor roda 4 (empat) sedangkan kendaraan roda 2 (dua) tidak
dikenakan tarif progresif. Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan
Perda Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
mengatur pengenaan pajak kendaraan bermotor tarif progresif pada
kendaraan bermotor roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) dengan isi silinder
mesin diatas 250cc (dua ratus lima puluh cc). Sedangkan Pemerintah
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan mengeluarkan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah mengatur pajak kendaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
bermotor tarif progresif pada kendaraan bermotor roda 4 (empat) dan
roda 2 (dua) dengan isi silinder mesin diatas 500cc (lima ratus cc).
Pemerintah Daerah provinsi Jawa Tengah mengeluarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai aturan lanjutan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Berlakunya Peraturan Daerah tersebut secara langsung
menjadikan sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
mengalami perubahan karena diberlakukan tarif progresif dalam
pemungutannya. Berdasarkan pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa
Tengah ditentukan bahwa kepemilikan kedua dan seterusnya Kendaraan
Bermotor pribadi roda 2 (dua) 200cc (dua ratus cc) ke atas dan / atau
roda 4 (empat) dikenakan tarif secara progresif. Kepemilikan Kendaraan
Bermotor sebagaimana dimaksud didasarkan atas nama dan alamat yang
sama.
Pedoman pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) di Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset daerah
(UP3AD) Surakarta berpedoman pada Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Provinsi Jawa Tengah. Sebagai tindak lanjut Peraturan Gubernur tersebut
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Jawa
Tengah mengeluarkan Keputusan Nomor 973/7630/2011 berisi petunjuk
teknis yang meliputi pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) menyangkut teknis
administrasi dimana petunjuk teknis tersebut menjadikan kesamaan
pandang dan kesepahaman pengertian, yaitu dapat mempersempit
perbedaan penafsiran yang dapat membias dari ketentuan perundangan
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif
Progresif oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah (UP3AD) Surakarta.
a. Kondisi Umum.
Penerapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tarif progresif
merupakan wujud reformasi perpajakan yang terus dijalankan oleh
Pemerintah. Kebijakan tarif progresif pada Pajak Kendaraan
Bermotor merupakan langkah positif yang dilakukan oleh
Pemerintah sebagai salah satu bentuk dalam peningkatan pendapatan
Daerah. Dilakukannya kebijakan tersebut karena sifat Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif hanya akan berlaku pada wajib
pajak yang mampu secara ekonomi sehingga penerapan kebijakan
perpajakan tarif progresif pada Pajak Kendaraan Bermotor tidak
akan berpengaruh pada keadaan ekonomi Wajib Pajak yang
dikenakan tambahan tarif pajak.
Asas-asas sistem perpajakan telah mampu dilaksanakan
dalam dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) tarif progresif, karena telah terpenuhinya beberapa faktor
pajak seperti yang diungkapkan Jim Chen dalam Jurnalnya yang
berjudul Progressive Taxation: An Aesthetic And Moral Defense,
yaitu:
“ systems of taxation are assessed according to a wide range
of normative criteria. As many as seven distinct factors figure
in to tax policy: (1) ability to raise revenue, (2) practicality
and workability, (3) horizontal equity (in the sense that
taxpayers with equal incomes should pay equal amounts of
tax), (4) economic stability, (5) vertical equity ( in the sense
that tax system should reduce economic inequality), (6)
economic efficiency, and (7) harmony between taxation and
the broader political order. These seven categories can be
simplified into four criteria identified by Adam Smith:
certainty, simplicity, fiscal responsibility, and equity. They may
be simplified even further inti three broad criteria: “ equity,
efficiency, and simplicity.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Terjemahan Bebas :
“ sistem dari perpajakan di tafsir berdasarkan lebarnya jarak
dari kriteria normatif. Sebanyak tujuh faktor nyata
menggembarkan suatu kebijakan pajak.(1) kemampuan
menaikkan pendapatan, (2) berdasarkan kenyataan dan
pelaksanaan, (3) keadilan yang bersifat horizontal ( yang
dimaksud adalah wajib pajak dengan pendapatan yang sama
sebaiknya membayar pajak dengan jumlah yang sama) (4)
stabilitas ekonomi, (2) keadilan yang bersifat vertikal ( yang
dimaksud bahwa sistem pajak dapat mengurangi kesenjangan
ekonomi, (6) dayaguna ekonomi, (7) keselarasan antara
perpajakan dan tatatertib politik yang lebih luas. Dari tujuh
kategori tersebut dapat disederhanakan dalam 4 kriteria
menurut adam smith : kepastian, kesederhanaan, tanggung
jawab fiskal, dan keadilan. Hal itu mungkin dapat di
sederhanakan lebih lanjut dalam tiga kriteria: “ keadilan,
efisiensi, dan kesederhanaan”
Asas keadilan tercapai dengan memberi kepastian keadilan
yang telah dirancang dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
tarif progresif. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengatur
mengenai penerapan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif yang
sesuai dengan struktur tarif progresif sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah. Dapat dilihat dengan adanya Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif masyarakat yang berada dalam keadaan
ekonomi sama dikenakan pajak yang sama, dengan adanya kebijakan
perpajakan tersebut masyarakat yang memiliki keadaan ekonomi
kaya dengan dilihat dari kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan
seterusnya maka dikenakan tarif progresif agar Pemerintah memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam menyediakan fasilitas umum bagi
masyarakat. Asas efisiensi terlihat dalam pelaksanaan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif dimana hanya diterapakan pada
kendaraan bermotor kepemilikan kedua dan seterusnya yang mampu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Asas kesederhanaan terlihat
dalam pelaksanaan pemungutannya tidak merubah sistem yang
sudah ada sebelumnya hanya perlu adanya penetapan objek pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Sehingga memudahkan para pelayan pajak dalam melaksanakan
Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif.
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di di Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta
tidak hanya melayani pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor bagi
Wajib Pajak yang berdomisili di Surakarta saja. Bagi Wajib Pajak
yang berdomisili di wilayah Provinsi Jawa Tengah dapat melakukan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Surakarta karena sudah
menerapkan sistim online dalam pelaksanaannya. Dengan sistem
online Wajib Pajak juga dapat mengetahui jumlah besaran Pajak
Kendaraan Bermotor yang harus dibayar, serta tanggal jatuh tempo
pembayarannya dengan cara mengirim Short Messange Servise
(SMS) dengan cara mengetik : Jateng (spasi) Nomor polisi
kendaraan bermotor yang dikirim ke nomor 9600 atau melalui e-mail
kepada [email protected]. Dapat juga dilakukan
dengan internet dengan membuka halaman internet di alamat
http://dppad.jatengprov.go.id/pajak_kendaraan.html dengan hanya
memasukkan nomor polisi kendaraan yang ingin diketahui jumlah
besaran pajaknya.
Sejalan dengan peningkatan mutu pelayanan Pemungutan
Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta melalui Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Jawa Tengah
melakukan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintahan
maupun swasta. Dalam hal melayani pembayaran Pajak Bendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) melalui Bank maka dilakukan kerjasama dengan Bank
BRI dan Bank Jateng yang dimaksud untuk mengurangi resiko
keuangan, setelah melakukan pembayaran melalui bank selanjutnya
Wajib Pajak harus melakukan pengesahan Surat Tanda Nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kendaraan (STNK) di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah setempat.
Secara umum prosedur standar yang dilakukan oleh wajib
pajak adalah pada saat jatuh tempo masa pembayaran pajak
kendaraan bermotor sebagaimana tertera dalam Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK) maka wajib pajak memiliki kewajiban
membayar Pajak kendaraan Bermotor (PKB). Dalam wawancara
dengan penulis, Bpk. Bambang Yulianto selaku kepala Seksi Pajak
Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (12 Juni
2012) mengatakan “bahwa prosedur standar dalam pelayanan Pajak
Kendaraan Bermotor merupakan suatu sistem yang telah menjadi
kebiasaan bagi petugas pelayan pemungutan pajak, sehingga
pelaksanaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif tidak terlalu
membebani dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor”. Dimana proses pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu jam sejak saat
penyerahan berkas permohonan.
Persyaratan yang harus dipenuhi pada saat melakukan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang bersamaan
dengan pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) adalah
Surat Tanda Nomor Kendaraan asli, identitas pemilik kendaraan
bermotor dan foto copy Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
dengan terpenuhinya persyaratan tersebut maka dapat diserahkan
pada bagian pendaftaran untuk kemudian ditetapkan besarnya pajak
terhutang. Pajak Kendaraan Bermotor dibayar setiap tahun sekali
sedangkan Surat Tanda Nomor Kendaraan berlaku untuk 5 (lima)
tahun dengan setiap tahun dilakukan pengesahan bersamaan dengan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor.
Kepala Dinas Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan
Aset Daerah (UP3AD) Surakarta sebagai pelaksana tugas Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Jawa Tengah
dalam palaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
memiliki kewajiban dan wewenang sebagai berikut:
1) Melaksanankan pendataan dan pendaftaran Kendaraan
Bermotor;
2) Menetapkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor;
3) Memungut, menagih, dan menerima pembayaran pajak sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku;
4) Menerima dan menolak permohonan pengurangan,
keringanan, dan pembebasan pajak;
5) Memberi keputusan terhadap keberatan pajak atas
permohonan wajib pajak;
6) Memberikan keputusan terhadap permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak;
7) Melaksanakan pembetulan; pembatalan; pengurangan
ketetapan; dan penghapusan atau pengurangan saksi
administrasi pajak;
8) Menyetorkan penerimaan pajak ke Kas Daerah;
9) Mengusulkan penunjukan Bendaharawan Khusu Penerima
Pajak Kendaraan Bermotor untuk ditetapkan oleh gubernur;
dan
10) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas sebagaimana
tersebut diatas setiap bulan kepada Gubernur.
b. Subjek dan Objek Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif.
Subjek dan Objek Pajak Kendaraan Bermotor disebutkan
dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Provinsi Jawa Tengah , Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah
orang pribadi atau Instansi Pemerintah yang memiliki dan/atau
menguasai kendaraan bermotor. Objek Pajak Kendaraan Bermotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor yang
terdaftar di Daerah. Tidak termasuk kepemilikan atau penguasaan
kendaraan bermotor atau alat-alat besar yang tidak digunakan
sebagai angkutan orang dan atau barang di jalan umum. Sedangkan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi, Badan atau
Instansi Pemerintah yang memiliki kendaraan bermotor.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 11 dan 13
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah, kendaraan bermotor
adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan
teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak
kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar
dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat
secara permanen serta serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah jenis pajak atas
kepemilikan dan/ penguasaan kendaraan bermotor.
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tarif progresif di
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
(UP3AD) Surakarta adalah orang pribadi yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan bermotor yang kedua dan seterusnya. Terdiri
atas roda 4 (empat) jenis sedan, jeep, minibus, microbus dan
kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang memiliki kapasitas mesin
200cc (dua ratus cc) keatas termasuk dengan besaran 196cc (seratus
sembilan puluh enam cc) sampai 199cc (seratus sembilan puluh
sembilan cc) dikategorikan dalam klasifikasi 200cc (dua ratus cc)
yang telah didaftarkan pada wilayah Surakarta.
Objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tarif progresif di
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
(UP3AD) Surakarta adalah kepemilikan atau penguasaan kendaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
bermotor pribadi yang kedua dan seterusnya. Terdiri atas roda 4
(empat) jenis sedan, jeep, minibus, microbus dan kendaraan
bermotor roda 2 (dua) yang memiliki kapasitas mesin 200cc (dua
ratus cc) keatas termasuk dengan besaran 196cc (seratus sembilan
puluh enam cc) sampai 199cc (seratus sembilan puluh sembilan cc)
dikategorikan dalam klasifikasi 200cc (dua ratus cc). Kepemilikan
dan atau penguasaan kendaraan bermotor tersebut telah terdaftar di
Provinsi Jawa Tengah. Tidak termasuk kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor alat-alat besar yang tidak
dipergunakan sebagai angkutan orang dan atau barang di jalan
umum.
Dikecualikan dari Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah
kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor :
1) Kereta api;
2) Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara, antara lain tank,
panser, water canon, truck pengangkut pasukan dan logistik;
3) Kendaraan bermotor yang dimiliki dan atau dikuasai
kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas
timbal balik dan lembaga-lembagainternasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah;
4) Kendaraan bermotor yang dimiliki dan atau dikuasai pabrikan
atau importir yang semata-mata untuk dipamerkan dan dijual;
5) Kendaraan bermotor yang dikuasai negara sebagai barang
bukti, yang disegel atau disita; dan
6) Kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif adalah
orang pribadi yang memiliki kendaraan bermotor yang dapat
digolongkan kedalam pengenaan tarif progresif. Pengertian memiliki
adalah sebagaimana diatur dalam pasal 570 Kitab Undang-undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Hukum Perdata (KUH Perdata). Sedangkan pengertian menguasai
adalah sebagaimana diatur dalam pasal 1977 KUH Perdata.
Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif
dibebankan kepada orang pribadi adalah orang yang bersangkutan,
kuasanya, dan atau ahli warisnya. Wajib Pajak orang pribadi yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor, jumlah pajaknya
sebagian atau seluruhnya belum dilunasi oleh pemilik lama, maka
pihak yang menerima penyerahan tersebut bertanggungjawab
terhadap pelunasan pajaknya.
Pajak Kendaraan Bermotor secara umum merupakan pajak
yang bersifat objektif atau kebendaan berarti tidak melihat kondisi
subjek atau pemilik kendaraan bermotor. Sehingga penerapan Pajak
Kendaraan Bermotor tetap diberlakukan tinggi apabila wajib pajak
memiliki kendaraan mewah walaupun berasal dari hadiah atau
pemberian. Setelah diberlakukannya Pajak Kendaraan Bermotor tarif
progresif maka ada pergeseran dari pajak bersifat objektif menjadi
pajak bersifat subjektif, karena pengenaan Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif adanya ketentuan mengatur hanya
dikenakan bagi kepemilikan kedua atau lebih dengan nama dan
alamat yang sama. Dengan demikian berarti Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif melihat kondisi subjeknya.
Data mengenai Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif
progresif tidak bisa dihitung secara pasti untuk jangka waktu yang
lama. Tingginya transaksi jual beli kendaraan bermotor di
masyarakat menjadikan selalu berubah-ubahnya jumlah Objek Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif. Pada saat dilakukan validasi
pertama Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif yang
dilakukan DPPAD Jawa Tengah tercatat sebanyak 10.170 kendaraan
roda dua dan 177.794 kendaraan roda empat. Sedangkan jumlah
Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif yang telah
dilakukan pemungutan di Unit Pelayanan Pendapatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Surakarta selama
dilaksanakan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif dari bulan
Januari sampai bulan Mei 2012 di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta terdapat 960 (sembilan ratus
enam puluh) Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif,
secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Objek Kepemilikan
2
Kepemilikan
3
Kepemilikan
4
Kepemilikan
5 dst Jumlah
Januari –
april
2012
560 114 26 54 754
Mei 2012 156 26 5 19 206
Jumlah 716 140 31 73 960
Tabel 1. Jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif
Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif dalam
pelaksanaannya selama penelitian bulan mei 2012 terdapat 206 (dua
ratus enam) Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif.
Dengan rincian kendaraan bermotor roda 4 (empat) sejumlah 205
(dua ratus lima) objek dan kendaraan bermotor roda 2 (dua)
sejumlah 1 (satu) objek. Kecilnya jumlah objek untuk kendaraan
bermotor roda 2 (dua) ini dipengaruhi oleh terlalu tingginya batasan
isi silinder mesin kendaraan bermotor yang ditetapkan diatas 200cc
(dua ratus cc) atau yang dapat digolongkan kedalamnya. Melihat
kondisi ekonomi masyarakat di Surakarta seharusnya batasan
minimal isi silinder mesin ditetapkan 150cc (seratus limapuluh cc)
karena dalam keseharian masyarakat lebih menggunakan kendaraan
dibawah batasan tersebut. Sehingga penyesuaian batasan isi silinder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
mesin tersebut dapat meningkatkan Objek Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif.
c. Sistem Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif.
Penetapan tarif progresif pada Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) menerapkan prinsip yang kuat membantu yang lemah.
Masyarakat yang memiliki kemampuan lebih dengan kepemilikan
kendaraan bermotor lebih dari satu untuk membayar pajak lebih
besar.
Dalam jurnalnya Jim Chen berpendapat mengenai Pajak
Progresif secara umum, yaitu :
“A degressive tax (a tax system that grants a fixed exemption
to all taxpayers) and a graduated tax (a tax with ever
increasing marginal rates) are both progressive in the sense
that higher-income taxpayers pay proportionately greater
amounts. Because it enables the poorest taxpayers to escape
taxation altogether and imposes a lower effective rate on
poorer taxpayers relative to their richer counterparts.”
Terjemahan Bebas :
“ Pajak degresive (suatu sistem pajak yang dibebankan tanpa
pengecualian kepada seluruh wajib pajak) dan pajak
graduated ( suatu sistem pajak yang mengikuti peningkatan
tarif marginal) yang keduanya berlakunya tarif progresif
mengikuti pendapatan tertinggi wajib pajak yang harus
membayar lebih banyak besar jumlahnya secara proporsional.
Karena hal itu memungkinkan wajib pajak paling miskin
untuk tidak di pungut sama sekali dan menentukan tarif
murah yang lebih efektif untuk wajib pajak yang miskin agar
tetap seimbang dengan wajib pajak yang lebih kaya.”
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dihitung dan
dilaksanakan dengan dasar pemikiran bahwa Pajak Kendaraan
Bermotor merupakan pajak kekayaan, terlihat dari pendekatan
perhitungan yang masih menggunakan faktor yang mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
besarnya tarif pajak kendaraan bermotor berupa nilai jual kendaraan
yang dilihat dari jenis kendaraan, fungsi, tahun, isi silinder, efisiensi
transportasi, dan bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat
kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan
kendaraan bermotor. Dengan adanya tarif progresif pada Pajak
Kendaraan Bermotor maka faktor jumlah kepemilikan kendaraan
bermotor menjadi faktor tambahan dalam perhitungan tarif Pajak
Kendaraan Bermotor.
Berdasarkan pasal 6 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dibatsi adanya besarnya
prosentase penetapan tarif Pajak Kendaraan Bermotor. Kendaraan
pribadi pertama ditetapkan paling rendah 1% (satu persen) dan
paling tinggi 2% (dua persen) sedangkan untuk kepemilikan
kendaraan bermotor pribadi kedua dan seterusnya ditetapkan paling
rendah 2% (dua persen) dan paling tinggi 10% (sepuluh persen).
Dengan adanya pembatasan penetapan tarif pajak kendaraan
bermotor terlihat bahwa adanya kewenangan kepada Provinsi Jawa
Tengah untuk menetapkan tarif sesuai kemampuannya dalam
menambah penerimaan pendapatan.
Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif dilakukan pada
kepemilikan kendaraan bermotor yang lebih dari satu dan merupakan
orang pribadi atas kendaraan bermotor roda 4 (empat) jenis sedan,
jeep, minibus, microbus dan kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang
memiliki kapasitas mesin 200cc (dua ratus cc) keatas termasuk
dengan besaran 196cc (seratus sembilanpuluh enam cc) sampai 199
(seratus sembilanpuluh sembilan) cc dikategorikan dalam klasifikasi
200cc (dua ratus cc). Kepemilikan berdasarkan nama dan alamat
yang sama dan urutan kepemilikan berdasarkan tanggal penyerahan
yang ditetapkan untuk urutan kepemilikan roda 2 dua dan roda 4
empat secara terpisah ditetapkan tarif sebagai berikut:
1) 2 % (dua persen) untuk kepemilikan kedua;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) 2,5 % (dua koma lima persern) untuk kepemilikan ketiga;
3) 3 % (tiga persen) untuk kepemilikan keempat; dan
4) 3,5 % (tiga koma lima persen) untuk kepemilikan kelima dan
seterusnya.
Tarif progresif pada Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan
secara berjenjang dimana setiap tingkat jumlah kepemilikan
kendaraan bermotor ditentukan dengan tarif yang berbeda-beda.
Adanya pembatasan penambahan besaran prosentase sampai tingkat
kepemilikan kelima, dengan masih adanya persyaratan lainberupa
syarat untuk kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang dapat dikenakan
tarif progresif hanya pada kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang
memiliki isi silinder mesin diatas 200cc (dua ratus cc). Sehingga
pada dasarnya tidak menganggu daya beli seorang wajib pajak dan
sesuai dengan daya pikul yang dapat dibebankan kepada wajib Pajak
Kendaraan Bermotor secara keseluruhan.
Hanya kepemilikan kendaraan bermotor orang pribadi yang
dikenakan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif. Hal ini
berkaitan dengan dukungan program pemerintah untuk menekan
ekonomi biaya tinggi, menarik investor serta membangkitkan tingkat
ekonomi daerah, sehingga untuk kepemilikan kendaraan bermotor
angkutan umum, ambulan, pemadam kebakaran sosial keagamaan,
lembaga sosial pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah tidak
dikenakan tarif secara progresif.
d. Prosedur Pendataan Pajak Kendaraan Bermotor.
Sebelum melakukan pemungutan Pajak kendaraan Bermotor
(PKB) tarif progresif terlebih dahulu dilakukan langkah persiapan
yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan
Aset Daerah (UP3AD) Surakarta. Melakukan validasi tahap pertama
terhadap database objek pajak progresif untuk nama dan alamat yang
sama. Setelah didapat data base objek selanjutnya diurutkan tanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kepemilikannya. Sehingga dihasilkan rekap hasil validasi meliputi
jumlah subjek dan objek yang terkena tarif progresif. Setelah
diperoleh data yang akurat mengenai objek pajak progresif
selanjutnya melakukan pelaporkan kepada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Jawa Tengah melalui Bidang
Pajak.
Melakukan validasi tahap kedua dengan mengirim Surat
Pemberitahuan Kewajiban Pemilik Kendaraan Bermotor (Super
KPKB) bekerjasama dengan PT. POS Indonesia, guna memperoleh
konfirmasi dari wajib pajak apakah kendaraan bermotor tersebut
masih dimiliki atau sudah dijual. Dengan diterimanya Super PKPB
tersebut Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk melakukan
konfirmasi mengenai status kepemilikan kendaraan bermotor yang
dimilikinya dengan pengembalian Super KPKB yang berarti
kendaraan bermotor yang dimaksud telah dijual atau
dipindahtangankan maka dapat dilakukan pemblokiran dan merubah
status kepemilikan kendaraan bermotor setelah adanya validasi dari
kasir Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan adanya bukti berupa
keterangan dari Wajib Pajak (WP) bahwa kendaraan bermotor yang
dimaksud telah berganti kepemilikan.
Menyediakan loket pelayanan pajak progresif untuk melayani
konfirmasi secara langsung dengan Wajib Pajak. Apabila Wajib
Pajak menyatakan kendaraan bermotor sudah dipindah tangankan
atau dijual, maka Wajib Pajak diwajibkan untuk membuat surat
pernyataan diatas materai, guna merubah urutan kepemilikan
kendaraan bermotor setelah divalidasi Kasi Pajak Kendaraan
Bermotor. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik melalui
media cetak berupa surat kabar, baliho, spanduk, benner, atau leafet
dan media elektronik.
Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah (UP3AD) setelah melakukan langkah persiapan maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
bersama-sama dengan instansi terkait melakukan kegiatan pendataan
kendaraan bermotor yang berada di dealer atau broker untuk
diperjualbelikan dengan sasaran identifikasi kendaraan bermotor
yang sudah jatuh tempo pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
atau pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan dan yang sudah
terjual. Dilakukan juga operasi secara door to door atau razia di
jalan umum terhadap kendaraan bermotor yang lebih dari 12 (dua
belas) bulan dimiliki atau dikuasai belum terdaftar atas namanya dan
kendaraan bermotor yang sudah jatuh tempo pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor atau pengesahan Surat Tanda Nomor
Kendaraan.
Sebagai tindak lanjut dilakukan pengiriman Surat
Pemberitahuan Pajak Kendaraan Bermotor oleh Kepala Seksi
Penagihan dan Pembayaran Aset Daerah guna mengingatkan jatuh
tempo pembayaran Pajak kendaraan bermotor atau pengesahan Surat
Tanda Nomor Kendaraan dan mengidentifikasi adanya Kendaraan
Bermotor yang sudah dipindah tangankan. Sedangkan pendataan
kendaraan bermotor yang didaftarkan di kantor Bersama SAMSAT
dilakukan oleh Kepala Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB).
e. Prosedur Pendaftaran Pajak Kendaraan Bermotor.
Pendaftaran Pajak Kendaraan Bermotor diajukan oleh Wajib
Pajak (WP) dengan mengisi Surat Pendaftaran dan Pendataan
Kendaraan Bermotor (SPPKB) atau dokumen lain yang
dipersamakan (Form PJK 1). Selambat-lambatnya dalam waktu 1
(satu) hari sejak diterimanya dokumen pendaftaran makan Kepala
Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
melakukan pengesahan pendaftaran. Dalam pengajuan pendaftaran
kendaraan bermotor Wajib Pajak harus memenihi syarat sabagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1) Faktur dan kuitansi untuk kendaraan bermotor baru yang
dimiliki atau dikuasai, serta Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) untuk kendaraan bermotor baru roda 4 (empat) atau
lebih;
2) Formulir A, B, atau C bagi kendaraan bermotor import atau
beli dari kedutaan atau konsulat negara asing atau lembaga
internasional;
3) Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau tanda jati diri yang sah;
4) Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK);
5) Salinan atau foto copy akte pendirian dan keterangan
domisili bagi badan hukum atau yayasan;
6) Surat tugas untuk pendaftaran kendaraan bermotor milik
Badan, Instansi Pemerintah (Pemerintah, TNI, POLRI,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten atau Kota;
7) Surat Kuasa yang bermaterai cukup untuk pendaftaran yang
tidak diurus sendiri oleh pemiliknya;
8) Surat keterangan atau rekomendasi dari karoseri bagi
kendaraan bermotor yang mengalami ubah bentuk;
9) Surat keterangan atau rekomendasi dari Instansi yang
berwenang bagi kendaraan bermotor ubah status atau ubah
fungsi;
10) Risalah Lelang dan kuitansi yang perolehannya berasal dari
Lelang Negara atau Lelang atas perintah pengadilan;
11) Surat Keputusan Penghapusan dan Daftar Penghapusan
kendaraan bermotor dari Gubernur, Bupati/Walikota dan
tanda bukti pelunasan dari Kas Umum Daerah;
12) Kuitansi dari pemborong, Surat Penghapusan dan Daftar
Penghapusan dari pejabat yang berwenang di lingkungan
TNI/POLRI untuk kendaraan bermotor berasal dari
Dump/Lelang TNI/POLRI;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
13) Surat Keterangan Fiskal Antar Daerah dan atau kuitansi
untuk jual beli kendaraan bermotor mutasi dari luar wilayah
kerja UP3AD;
14) Faktur, PIB, dan Kuitansi pembelian mesin untuk kendaraan
bermotor ganti mesin; dan
15) Untuk lembaga sosial keagamaan, lembaga sosial dan
keagamaan dilengkapi akte pendirian dan Surat
Ijin/rekomendasi/ketrangan dari instansi yang berwenang.
Tenggang waktu pendaftaran kendaraan bermotor ditentukan
sebagai berikut:
1) Kendaraan bermotor dalam hak milik untuk kepemilikan baru
dihitung selama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
penyerahan, memiliki ketentuan sebagai berikut:
2) Kendaraan bermotor yang berasal dari dealer atau sub dealer
dihitung sejak tanggal faktur;
3) Kendaraan bermotor yang berasal dari Korps
Diplomatik/Konsulat, tenaga ahli asing yang diperbantukan
di Indonesia dan Badan-badan internasional dihitung sejak
tanggal faktur atau kuitansi pembelian dari Badan Penyalur;
4) Kendaraan bermotor yang berasal dari Dump/Lelang TNI
atau POLRI, dihitung berdasarkan tanggal kuitansi yang
dikeluarkan oleh pemenang lelang kepada pembeli;
5) Kendaraan bermotor yang berasal dari Lelang Negara
dihitung sejak tanggal risalah lelang;
6) Kendaraan bermotor yang ubah bentuk dihitung berdasar
tanggal surat keterangan ubah bentuk dari karoseri; dan
7) Kendaraan bermotor yang ubah fungsi dihitung sejak tanggal
rekomendasi dari Instansi yang berwenang.
8) Kendaraan bermotor yang pindah dari dalam dan luar
Provinsi Jawa Tengah dihitung selama 30 (tiga puluh) hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kerja sejak tanggal Surat Keterangan Fiskal Antar Daerah;
dan
9) Kendaraan bermotor yang telah dimiliki atau dikuasai atau
telah terdaftar di Kantor Bersama SAMSAT setempat
dihitung selama 1 (satu) hari kerja masa Pajak kendaraan
Bermotor.
Dalam pelaksanan pendaftaran kendaraan bermotor apabila
terjadi keterlambatan pendaftaran maka dikenakan sanksi
sebagaimana bagi kendaraan bermotor yang telah dimiliki atau
dikuasai atau telah terdaftar di Kantor Bersama SAMSAT setempat
dikenai sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
dari pokok Pajak kendaraan Bermotor terutang setiap bulan
keterlambatan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan. Untuk pajak tahun-tahun lalu yang belum ditetapkan,
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) dari pokok Pajak Kendaraan Bermotor terutang setiap bulan
keterlambatan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan. Untuk masa pajak yang terakir (jatuh tempo) pada hari
Minggu, hari libur nasional dapat didaftarkan pada hari kerja
berikutnya tanpa dikenakan sanksi administratif. Dalam keadaan
kahar (force majeur) dibebaskan dari sanksi administratif.
f. Tata Cara Penetapan Dan Perhitungan Pajak Kendaraan
Bermotor.
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan
bersamaan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
dan penerbitan atau pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaran
Bermotor. Besaran ketetapan Pajak Kendaraan Bermotor dibulatkan
ke atas dengan kelipatan Rp. 25,00 (dua puluh lima rupiah). Apabila
terjadi pemindahan kendaraan bermotor dari dalam maupun luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Provinsi Jawa Tengah, maka Wajib Pajak harus melampirkan Surat
Keterangan Fiskal Antar Daerah
Perhitungan tahun Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan
untuk 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat
pendaftaran kendaraan bermotor. Kewajiban Pajak Kendaraan
Bermotor yang karena suatu hal masa Pajak Kendaraan Bermotor
tidak sampai 12 (dua belas) bulan, maka besarnya Pajak kendaraan
Bermotor terhutang dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan.
Apabila ada bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima belas) hari
dihitung 1 (satu) bulan penuh, sedangkan dalam hal mutasi keluar
Provinsi Jawa Tengah yang pendaftarannya terlambat sampai dengan
15 (lima belas) hari Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan nihil.
Dasar pengenaan Pajak kendaraan Bermotor dihitung sebagai
perkalian 2 (dua) unsur pokok, yaitu:
1) Nilai Jual kendaraan Bermotor (NJKB); dan
2) Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan
jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan
kendaraan bermotor.
Pengenaan tarif Pajak Kendaraan Bermotor secara progresif
adalah orang pribadi yang memiliki kendaraan lebih dari satu
dandidasarkan atas nama dan alamat pemilik kendaraan bermotor
pribadi yang sama. Adanya ketentuan terdiri dari kendaraan
bermotor roda 2 (dua) 200cc (dua ratus cc) ke atas, termasuk
kendaraa roda 2 (dua) dengan besaran 196cc (seratus sembilan puluh
enam cc) sampai dengan 199cc ( seratus sembila puluh sembilan cc)
secara teknis dikategorikan dalam klasifikasi 200cc (dua ratus cc)
serta kendaraan bermotor roda 4 (empat) meliputi kendaraan
penumpang pribadi jenis Sedan, Jeep, Minibus dan Microbus.
Urutan kepemilikan kendaraan bermotor yang dikenakan tarif
Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif berdasarkan tanggal
penyerahan, dimana dibedakan untuk urutan kepemilikan roda 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(dua) dan roda 4 (empat) secara terpisah. Dimaksudkan agar mudah
menetukan besarannya prosentase pajak karena setiap jenjang tingkat
kepemilikan memiliki dasar pajak yang berbeda.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor secara progresif ditetapkan
sebesar:
1) 2 % (dua persen) untuk kepemilikan kedua;
2) 2,5% (dua koma lima persern) untuk kepemilikan ketiga;
3) 3% (tiga persen) untuk kepemilikan keempat; dan
4) 3,5% (tiga koma lima persen) untuk kepemilikan kelima dan
seterusnya.
Cara untuk menghitung besaranya Pajak Kendaraan
Bermotor secara progresif terhutang dihitung berdasarkan perkalian
antara tarif Pajak Kendaraan Bermotor dengan dasar pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut:
1) 1,5 % X (NJKB X Bobot) untuk kepemilikan kendaraan
bermotor pertama orang pribadi;
2) 2 % X (NJKB X Bobot) untuk kepemilikan kendaraan
bermotor kedua orang pribadi;
3) 2,5 % X (NJKB X Bobot) untuk kepemilikan kendaraan
bermotor ketiga orang pribadi;
4) 3 % X (NJKB X Bobot) untuk kepemilikan kendaraan
bermotor keempat orang pribadi; dan
5) 3,5 % X (NJKB X Bobot) untuk kepemilikan kendaraan
bermotor kelima dan seterusnya orang pribadi.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) adalah nilai jual
kendaraan bermotor yang berlaku yang ditetapkan dengan Peraturan
Gubernur Jawa Tengah yang berpedoman pada Nilai Jual Kendaraan
Bermotor yang ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Apabila
dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dasar
pengenaan belum tercantum dalam Tabel Nilai Jual Kendaraan
Bermotor, maka dasar pengenaan pajak tersebut ditetapkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Kepala Dinas dengan berpedoman kepada Keputusan Menteri Dalam
Negeri.
Bobot kendaraan bermotor yang dimaksud dalam perhitungan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah hal yang mencerminkan
secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan
sebagai akibat penggunaan kendaraan bermotor yang dihitung
berdasarkan faktor-faktor tekanan gandar, jenis bahan bakar dan
jenis penggunaan, tahun pembuatan,dan ciri-ciri mesin dari
kendaraan bermotor. Dimana jenis kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif semuanya
ditetapkan sebesar 1 (satu).
Berdasarkan jenisnya kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif dapat dibedakan menjadi:
1) Mobil penumpang sedan, Jeep, Minibus dan Microbus; dan
2) Sepeda motor terdiri dari sepeda motor roda 2 (dua) yang
memiliki kapasitas mesin 200cc (dua ratus cc) ke atas,
termasuk kendaraa roda 2 (dua) dengan besaran 196cc
(seratus sembilan puluh enam cc) sampai dengan 199cc (
seratus sembila puluh sembilan cc) secara teknis
dikategorikan dalam klasifikasi 200cc (dua ratus cc).
Kendaraan bermotor mutasi masuk dari luar daerah, Pajak
Kendaraan Bermotor ditetpakan 12 (dua belas) bulan kedepan sejak
tanggal pendaftaran. Apabila dalam perhitungan bulan ada kelebihan
hari yang melebihi 15 (lima belas) hari dihitung satu bulan penuh
sejak masa usai pajak.
Pada saat pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor terjadi kesalahan penetapan, maka dilihat dari letak
kesalahan penetapannya. Apabila kesalahan dilakukan oleh wajib
Pajak Kendaraan Bermotor dalam pengisia Surat Pendaftaran dan
Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) atau dokumen lain yang
dipersamakan maka ditetapkan kembali dengan tambahan bunga 2%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(dua prosen) setiap bulan, paling lama 15 (lima belas) bulan dari
Pajak Kendaraan Bermotor yang kurang dibayar. Jika terjadinya
kesalahan penetapan dilakukan oleh Petugas, kekurangan penetapan
dari Pajak Kendaraan Bermotor dibebankan kepada petugas tanpa
dikenai sanksi administratif berupa bunga.
Mutasi kendaraan bermotor dari dalam Provinsi Jawa Tengah
maka Pajak Kendaraan Bermotor ditetapakan untuk masa 12 (dua
belas) bulan terhitung sejak dilakukan pendaftaran. Apabila masa
Pajak Kendaraan Bermotor atas nama pemilik lama masih berlaku,
maka kelebihan pembayaran pajaknya akan diperhitungkan. Mutasi
kendaraan bermotor dari luar Daerah Provinsi Jawa Tengah maka
Pajak Kendaraan Bermotor ditetapakn untuk masa 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak dilakukan pendaftaran. Meskipun masa Pajak
Kendaraan Bermotor atas nama pemilik lama masih berlaku, namun
kelebihan pembayaran pajaknya tidak diperhitungkan.
Setiap pendaftaran Pajak Kendaraan Bermotor baik baru atau
pendaftaran ulang diberikan Nomor Kohir sesuai dengan
golongannya. Nomor Kohir diberikan setiap tahun dimulai tanggal 1
Januari s/d 31 Desember, yang dimulai dengan nomor kohir 1 (satu).
Pajak Kendaraan Bermotor tahun-tahun yang lalu ditetapkan dengan
memberikan Nomor Kohir sama dengan Nomor Kohir Pajak
Kendaraan Bermotor tahun yang berjalan. Dalam pemberian Nomor
Kohir dicantumkan nomor urut kohir, jenis kendaraan, bulan dan
tahun ketetapan. Ketetapan yang tidak menambah objek kendaraan
bermotor kohirnya tetap menggunakan nomor kohir tahun berjalan
untuk kendaraan yang sama. Untuk ketetapan tahun berjalan, dalam
kolom keterangan buku ketetapan ditambahkan penjelasan tentang
jenis ketetapannya. Ketentuan yang timbul sebagai akibat adanya
perubahan jenis kendaraan bermotor, diberikan nomor kohir baru.
Untuk memudahkan pendataan terhadap penetapan-penetapan yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah objek pajak kendaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
bermotor menurut jenisnya maka pada kolom keterangan buku
ketetapan diberikan catatan khusus berupa Nomor Kohir lama.
g. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor.
Wajib Pajak (WP) membayar Pajak Kendaraan Bermotor
kepada Bendahara Penerima Pembantu melalui kasir yang ditunjuk
di loket pembayaran Kantor Bersama SAMSAT. Pajak Kendaraan
Bermotor dibayar lunas sekaligus dimuka untuk masa 12 (dua belas)
bulan. Perhitungan jatuh tempo pembayaran selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan, Surat Tagihan Pajak
Daerah (STPD), Surat Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan
Surat Putusan Banding yang menyebabkan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) yang harus dibayar bertambah.
Keterlambatan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang
lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak Daerah atau yang dipersamakan, maka diterbitkan Surat
Tagihan Pajak Daerah atau Form PJK.3 dan dikarenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan
paling lama 15 (lima belas) bulan atau paling banyak 30% (tiga
puluh persen) dari ketetapan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor. Apabila jatuh tempo bertepatan dengan hari libur maka
pembayaran dapat dilakukan pada hari berikutnya tanpa dikenakan
sanksi administratif.
Penundaan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dapat
diberikan kepada wajib pajak pengusaha angkutan umum orang dan
angkutan umum barang. Penundaan pembayaran dapat diberikan
selama 2 (dua) kali dalam 2 (dua) bulan bagi kendaraan bermotor
yang Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor diatas Rp.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
1.000.000,00 (satu juta rupiah). Bendahara Penerima Pembantu
melalui kasir yang ditunjuk mengeluarkan Tanda Bukti Penerimaan
Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang berupa Surat
Ketetapan Tanda Bukti Pembayaran (SKTBP) yang dipersamakan
sebagai SKPD, STPD atau SKPDLB dengan teraan mesin
pembayaran dan wajib mengadministrasikan semua penerimaan
yang diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor.
Penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan oleh
bendahara penerima pembantu Pajak Kendaraan Bermotor dalam
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja menyetorkan hasil
penerimaan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor ke rekening kas
umum.Untuk jenis penerimaan PNBP dan SWDKLLJ Bendahara
Penerima Pembantu dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) hari
kerja kepada petugas yang ditunjuk dengan menggunakan Surat
Tanda Setor yang telah ditentukan. Bendahara Penerima Pembantu
pada tanggal 5 (lima) bulan berikutnya wajib melaporkan semua
hasil penerimaan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor kepada
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi
Jawa Tengah melalui Bendahara Penerima Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah dilampiri Surat Tanda Setor beserta
lampirannya.
i. Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor.
1) Untuk Ketetapan Yang Belum Terbayar Atau Tunggakan Kasir.
Kepala Seksi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) setiap akir bulan
menginventarisir ketetapan yang belum dibayar sampai dengan
jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan, serta dibuatkan
daftar tersendiri untuk diserahkan kepada Kepala Seksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Penagihan dan Pemberdayaan Aset Daerah guna dilakukan
penagihan.
Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD) atau dokumen lain yang dipersamakan,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan
Keputusan Banding, Wajib Pajak Kendaraan Bermotor belum
melunasi Pajak Kendaraan Bermotor terutang, maka Kepala
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
(UP3AD) menerbitkan Surat peringatan Pertama (Form PJK 5).
Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
Surat Peringatan Pertama oleh Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
dan Pajak Kendaraan Bermotor terutang belum dilunasi, maka
Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah menerbitkan surat peringatan kedua (Form PJK 6).
Kepala Dinas menerbitkan Surat Paksa setelah lewat 21 (dua
puluh satu) hari sejak tanggal Surat Peringatan Kedua oleh
Wajib Pajak. Kepala Dinas dapat menerbitkan STPD atau
dokumen lainnya yang dipersamakan apabila pajak dalam tahun
berjalan tidak dibayar dan dari hasil penelitian SPTPD, SPOPD
atau dokumen lain yang dipersamakan terdapat kekurangan
pembayaran akibat salah tulis atau salah hitung.
Jumlah kekurangan pajak terutang dalam STPD atau
dokumen lain yang dipersamakan ditambah dengan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan
untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya
pajak.
SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan yang tidak
dibayar setelah jatuh tempo pembayaran atau terlambat dibayar,
dikenakan saksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan
sejak terutangnya pajak dan ditagih dengan STPD atau dokumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
lain yang dipersamakan. Bentuk isi dan tata cara penyampainnya
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas.
Diterbitkan Surat Peringatan Pertaman apabila setelah 7
(tujuh) hari sejak jatuh tempo STPD atau dokumen lain yang
dipersamakan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding, Wajib Pajak belum melunasi
pajak terutang. Apabila dalam 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
Surat Peringatan Pertama oleh Wajib Pajak dan pajak terhutang
belum dilunasi, diterbitkan Surat Peringatan Kedua.
Kepala Dinas menerbitkan Surat Paksa setelah lewat 21
(dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Peringatan Kedua
diterima Wajib Pajak. Pajak Terutang berdasarkan SKPD atau
dokumen lain yang dipersamakan, STPD atau dokumen lain
yang dipersamakan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau
kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih
dengan surat paksa. Apabila pajak yang harus dibayar tidak
dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) hari sejak pemberitahuan
Surat Paksa diterima Wajib Pajak , Kepala Dinas menerbitkan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal
pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Wajib
Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, Kepala Dinas
mengajukan permohonan penetapan tanggal pelelangan kepada
Kantor Lelang Negara. Penagihan seketika dan sekaligus atas
jumlah pajak yang masih harus dibayar dilakukan oleh Kepala
Dinas dengan mengeluarkan Surat Penagihan Pajak Seketika
dan Sekaligus.
2) Kendaraan Bermotor Yang Belum Melakukan Pengesahan
Ulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Kepala Seksi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang belum
melaksanakan Pengesahan Ulang dilakukan perincian dan
dikelompokkan dalam bulan jatuh tempo, lokasi
kecamatan/kelurahan/desa, dan indentifikasi kendaraan
bermotor termasuk nama dan alamat Wajib Pajak.
Berdasarkan data objek kendaraan bermotor belum
melaksanakan Pengesahan Ulang maka Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah melalui Kepala
Seksi Penagihan dan Pemberdayaan Aset Daerah mengirim surat
peringatan kepada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor agar segera
melunasi tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor, dengan
menggunakan blanko yang telah ditentukan.
Kendaraan bermotor yang belum juga melakukan
Pengesahan Umum ditindak lanjuti dengan melakukan kegiatan
penagihan secara aktif dengan mengadakan operasi secara door
to door yang langsung kesasaran objek. Hasil dari kegiatan
operasi langsung tersebut untuk masing-masing objek
dituangkan dalam Berita Acara (BA) dengan kemungkinan-
kemungkinan temuan sebagai berikut:
a) Kendaraan bermotor rusak berat;
b) Kendaraan bermotor sudah dipindahtangankan;
c) Kendaraan bermotor hilang; dan
d) Kendaraan bermotor masih dimiliki;
Untuk mendukung kelancaran jalannya kegiatan
operasional penagihan aktif, dalam pelaksanaannya dilakukan
penyusunan jadual kegiatan yang dibuat secara periodik dan
berlanjut, mempersiapkan sarana administratif, perlunya
dukungan personal dan sarana mobilitas serta koordinasi dengan
pihak Pemerintah Kabupaten/Kota, khususnya menyangkut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
keterlibatan aparat dijajaran Kelurahan/Desa serta dukungan
pembiayaannya dibebankan pada APBD Provinsi Jawa Tengah.
Tindak lanjut dari temuan dalam Penagihan Pajak
kendaraan Bermotor yang tertuan dalam Berita Acara, kemudian
dikelompokkan kasus per kasus dan ditindaklanjuti dengan
serangkaian kebijakan penyelesain dilakuakan sebagai berikut:
a) Kendaraan bermotor yang rusak berat, disarankan agar
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor mengembalikan
STNK ke Kantor Bersama Samsat dan Melunasi Pajak
kendaraan Bermotor terutang, selanjutnya objek tersebut
dimatikan;
b) Untuk kendaraan bermotor yang terlibat pencurian dan
hilang, disarankan agar pemiliknya melaporkan kepada
pihak Kepolosian Republik Indonesia (POLRI) dan
berdasarkan surat keterangan laporan kehilangan yang
dikeluarakan POLRI, pihak Kantor bersama SAMSAT
memblokir data objek kendaraan tersebut; dan
c) Terhadap kendaraan bermotor yang telah dijual atau
dipindahtangankan, pemilik agar membuat pernyataan
tertulis, selanjutnya data kendaraan tersebut diblokir.
j. Pengurangan, keringanan dan pembebasan Pajak Kendaraan
Bermotor.
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas ketetapan
Pajak Kendaraan Bermotor yang terdiri atas pokok pajak dan saksi
administrasi. Pengajuan keberatan Wajib Pajak dapat diajukan paling
lama 3 (tiga) bulan sejak ketetapan diterima. Pengajuan keberatan
oleh Wajib Pajak atas ketetapan Pajak Kendaraan Bermotor harus
dengan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Keterlambatan mendaftar oleh Wajib Pajak dilakukan dengan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
adanya faktor kesengajaan dan alasan yang dikemukakan harus
rasional dan mendasar.
Dalam pelaksanaanya apabila data atau keterangan yang
diberikan Wajib Pajak masih diragukan kebenarannya, maka Kepala
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor yang bersangkutan
dengan membuat Berita Acara.
Pengajuan keberatan atas ketetapan Pajak Kendaraan
Bermotor Wajib Pajak harus membuat permohonan tertulis oleh
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dengan menyerahkan bukti
pembayaran 50% (lima puluh persen) dari pajak terhutang. Apabila
piutang Pajak Kendaraan Bermotor lebih dari 1 (satu) tahun maka
bukti pembayaran senilai 50% (lima puluh persen) tersebut terdiri
dari bukti pembayaran tahun berjalan dan selebihnya bukti
pembayaran tahun lalu serta melampirkan bukti pendukung alasan
yang diajukan.
k. Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dapat mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor secara tertulis kepada Kepala Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Jawa Tengah melalui Kepala
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
(UP3AD) Surakarta dengan memuat nama, alamat, masa Pajak
Kendaraan Bermotor , jumlah pengembalian, dan bukti pembayaran
Pajak Kendaraan Bermotor.
Setelah diterimanya surat permohonan dari Wajib Pajak,
Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
Surakarta membuat rekomendasi untuk proses pengembalian
kelebihan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang diajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
kepada Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
Jawa Tengah.
Proses pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor yang dikabulkan dengan keluarnya Keputusan
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Jawa
Tengah, maka Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan dan bisa dikompensasikan pada utang pajak
lainnya.
Apabila Wajib Pajak Kendaraan Bermotor mempunyai utang
Pajak Kendaraan Bermotor lainnya, kelebihan pembayaran Pajak
kendaraan Bermotor langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu utang Pajak Kendaraan Bermotor yang dimiliki
Wajib Pajak.
Setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya Surat Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor, Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Aset Daerah memberikan imbalan bunga 2% (dua persen) setiap
bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak Kendaraan
Bermotor yang dibebankan pada APBD Provinsi Jawa Tengah.
l. Kadaluwarsa Pajak Kendaraan Bermotor.
Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan menjadi
kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun,
terhitung sejak saat terutangnya Pajak Kendaraan Bermotor.
Kedaluwarsan penagihan Pajak Kendaraan Bermotor tertangguh
apabila sudah diterbitkannya Surat Peringatan dan Surat Paksa oleh
Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset daerah
(UP3AD) Surakarta serta adanya pengakuan utang Pajak Kendaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Bermotor dari Wajib Pajak Kendaraan Bermotor baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Ketetapan Pajak Kendaraan Bermotor yang kedaluwarsa
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke belakang dikenakan sanksi
administratif berupa bunga setiap bulan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan. Untuk ketetapan Pajak Bendaraan Bermotor 1 (satu)
tahun kedepan dihitung sejak tanggal pendaftaran di Kantor Bersama
SAMSAT dengan memperhatikan masa Pajak Kendaraan Bermotor.
Penagihan atas ketetapan yang belum dibayar oleh Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan kadaluwarsa setelah 5 (lima)
tahun berturut-turut terhitung sejak jatuh tempo pembayaran.Piutang
Pajak Kendaraan Bermotor yang tidak mungkin ditagih lagi, karena
penagihan sudah mengajukan permohonan penghapusan piutang
Pajak Kendaraan Bermotor yang sudah kadaluwarsa kepada
Gubernur Jawa Tengah.
m. Jumlah Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Progresif.
Untuk melihat jumlah peningkatan Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif, perlu penulis paparkan perbandingan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif terhadap Pajak Kendaraan
Bermotor secara keseluruhan yang pemungutannya dilakukan oleh
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
Surakarta, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Uraian Objek Pajak Pendapatan
PKB tarif progresif 960 Rp. 2.198.007.675
PKB 145.882 Rp. 36.367.800.250
Jumlah keseluruhan 146.842 RP. 38.565.807.925
Tabel 2. Perbandingan Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif
dengan Pajak Kendaraan Bermotor secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari tampilan data tersebut dapat diketahui besarnya Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif terhadap peningkatan
pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor . Terlihat dari bulan januari
sampai mei 2012 terdapat sebanyak 960 Objek Pajak yang dikenakan
tarif progresif. Dapat dihitung jumlah peningkatan pendapatan
sebesar Rp. 743.310.567,5. Sebagai gambaran besarnya hasil Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif yang pemungutannya dilakukan
oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
Surakarta, akan penulis sampaikan data pemungutan selama bulan
januari sampai bulan mei 2012, sebagai berikut:
Pemungutan
Periode
Januari – Mei 2012
Pendapatan
sebelum progresif Tambahan progresif
Kepemilikan 2 Rp. 1.407.739.500 Rp. 1.055.804.625 Rp. 351.934.875
Kepemilikan 3 Rp. 307.156450 Rp. 184.293.870 Rp. 122.862.580
Kepemilikan 4 Rp. 105.836.225 Rp. 52.918.112,5 Rp. 52.918.112,5
Kepemilikan 5
dst Rp. 377.275.500 Rp. 161.689.500 Rp. 215.586.000
Jumlah Rp. 2.198.007.675 Rp. 1.454.706.107,5 Rp. 743.310.567,5
Tabel 3. Jumlah perbandingan peningkatan pendapatan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif.
Selama ini alokasi penggunaan hasil penerimaan pajak
tergantung dalam pembahasan penggunaan anggaran APBD antara
Pemerintah Daerah dengan DPRD. Sehingga banyak terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
penetapan penggunaan anggaran tidak sesuai dengan upaya
peningkatan manfaat pajak yang seharusnya dialokasikan lebih pada
sektor-sektor penting dalam menyumbang pendapatan Pemerintah
Daerah. Melihat pada pasal 97 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi
Jawa Tengah mengamanatkan adanya kewajiban alokasi penerimaan
dari Pajak Kendaraan Bermotor kepada sektor publik berupa
pembangunan dan pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan
sarana transportasi umum.
Adanya penetapan kewajiban alokasi minimal 10% (sepuluh
pesen) tidak terlepas dari adanya kebijakan Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif. Dengan adanya peningkatan pendapatan
daerah dari adanya penerapan sistem pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif menjadikan peningkatan kemampuan
pemerintah dalam membangun sarana jalan dan transportasi umum.
pertumbuhan sarana jalan dan transportasi umum akan semakin
seimbang dengan kepemilikan kendaraan pribadi yang pada akirnya
akan meningkatkan perekonomian yang secara tidak langsung
merupakan hasil dari penerapan pajak progresif pada kendaraan
bermotor.
B. Permasalahan dan Hambatan yang Timbul dalam Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif di Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis berupa hasil
pengamatan dan wawancara dalam pelaksanaan pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif serta pelayanan terhadap Wajib Pajak di
Unit Pelayanan pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta adalah
sebagai berikut:
1. Sistem Komputerisasi Pendataan Data Base Objek Pajak Kendaraan
Bermotor Tarif Progresif Kurang Akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Pada saat pendataan awal objek Pajak Kendaraan Bermotor
tarif progresif dengan mendata subjek Pajak Kendaraan Bermotor
yang berdasarkan nama dan alamat yang sama masih terdapat
kelemahan pada sistem pendataannya. Dimana sistem komputer
tidak bisa mendata nama yang sama dikarenakan adanya penulisan
gelar pada salah satu nama yang terdaftar dalam kepemilikan
kendaraan bermotor. Misalkan pada kepemilikan pertama
didaftarkan menggunakan dengan lengkap disertakan gelar,
sedangkan kepemilikan kedua didaftarkan atas nama yang sama
tetapi tidak dicantumkan gelar oleh pemilik kendaraan bermotor.
Sehingga sistem komputer tidak bisa mendata nama yang sama
tersebut dan menjadikan tidak dikenakannya tarif progresif pada
kendaraan bermotor tersebut.
2. Sistem Administrasi Pendataan Data Base Objek Pajak Kendaraan
Bermotor Tarif Progresif kurang akurat.
Pelaksanaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif sangat
tergantung dari proses administrasi penetuan objek pajak progresif
didasarkan pada nama dan alamat yang sama. Selama ini dasar
penetuan nama dan alamat yang sama hanya pada KTP yang
digunakan Wajib Pajak pada saat pendaftaran kendaraan bermotor.
Banyak Wajib Pajak yang seharusnya terkena Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif tidak dikenakan secara progresif karena
sistem administrasi KTP yang belum sempurna. Masih banyaknya
KTP ganda dan belum selesainya pelaksanaan E-KTP oleh
Pemerintah menjadikan kurang maksimalnya administrasi pendataan
data base Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif.
3. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Progresif
Rendah.
Pandangan Wajib Pajak yang menganggap pembayaran pajak
adalah beban menyebabkan adanya penghindaran terhadap
pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif. Wajib Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
yang seharusnya dikenakan tarif progresif karena kepemilikan
kendaraan bermotor kedua melakukan perubahan status kepemilikan
kendaraan bermotor kepada istri atau anaknya yang belum memiliki
kendaraan bermotor agar tidak dikenakan tarif progresif.
4. Tingkat Pengetahuan dan Partisipasi Masyarakat Mengenai Pajak
Kendaraan Bermotor Tarif Progresif Rendah.
Jumlah objek pajak yang seharusnya dikenakan tarif progresif
setiap kali sering terjadi perubahan yang dikarenakan tingginnya
arus jual beli kendaraan bermotor.Rendahnya partisipasi masyarakat
terlihat banyaknya yang tidak langsung melaporkan status
kepemilikan kendaraan bermotor setelah adanya transaksi jual beli
kendaraan bermotor. Sehingga banyak Wajib Pajak kendaraan
bermotor yang telah ditetapkan sebagai Objek Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif karena memiliki kendaraan kedua tidak
dapat dilakukan karena ternyata kendaraan pertama sudah dipindah
tangankan.
5. Sulitnya perubahan Status Hukum Kepemilikan Kendaraan
Bermotor yang BPKB di kuasai Pihak Ketiga.
Perubahan status hukum kepemilikan kendaraan bermotor
banyak terhalang dengan dikuasainya BPKB oleh pihak ketiga.
Banyak terjadi transaksi jual beli kendaraan bermotor yang belum
dilakukan balik nama tetapi sudah diajukan kredit oleh pemilik baru
pada pihak leasing. Masalah muncul ketika pemilik pertama
memiliki kendaraan lagi dan dalam hal ini kendaraan yang baru
tersebut secara otomatis akan dikenakan Pajak Kendaraan Bermotor
tarif progresif karena pada data base merupakan kepemilikan kedua
walaupun sebenarnya adalah kepemilikan pertama.
6. Data Surat Pemberitahuan kepada Pemilik Kendaraan Bermotor
yang kurang akurat.
Data dalam Surat Pemberitahuan Kepada Pemilik Kendaraan
Bermotor banyak terjadi kesalahan dalam jumlah besaran Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kendaraan Bermotor yang harus dibayar sesuai dengan tanggal jatuh
tempo. Sehingga dalam pelaksanaan pengurusan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor jumlah penetapan pajak dan yang tertera dalam
Super PKPB tidak sama.
7. Kurang telitinya Wajib Pajak setelah mendapat super PKPB.
Saat setelah diterimanya Super PKPB oleh wajib Pajak
memiliki kewajiban untuk mengembalikan Super PKPB kepada Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset daerah Surakarta
apabila ternyata kendaraan sudah dipindahtangankan. Pemberian
Super PKPB dilakukan untuk mengetahui status kepemilikan
kendaraan bermotor untuk dikaitkan dengan Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif. Tetapi kenyataan dilapangan banyak Wajib
Pajak yang mengembalikan Super PKPB dan menandatanganinya
dengan tidak memahami isi dari Super PKPB tersebut, sehingga
dilakukan pemblokiran terhadap kendaraan bermotor. Setelah adanya
pemblokiran kendaraan bermotor terjadi protes oleh Wajib Pajak
dengan tidak bisanya melakukan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor.
8. Hambatan teknis dalam Pemberian Pelayanan Pembayaran
Kendaraan Bermotor.
Masalah teknis yang sering timbul dalam pelaksanaan
pelayanan kepada Wajib Pajak misalnya kerusakan sistem komputer,
matinya aliran listrik.Kendala teknis tersebut menjadikan pemberian
layanan kepada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor menjadi
terganggu.
9. Keterbatasan Petugas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor.
Sistem pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif
memerlukan lebih banyak adminitrasi yang menjadikan keterbatasan
petugas pajak dalam menjalankannya. Mengakibatkan kelancaran
dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak menjadi
terganggu. Keterbatasan petugas pajak dan sarana yang menunjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
tidak sebanding dengan jumlah pelayanan yang harus dilakukan
kepada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dalam pembayaran
sehingga pemberian layanan memakan waktu yang relatif lebih lama.
C. Upaya-Upaya Yang Dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta dalam Menghadapi Masalah
yang Timbul dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor Tarif Progresif.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Unit Pelayanan
Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta dalam menghadapi
masalah yang timbul dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor tarif progresif sebagai berikut:
1. Melakukan Validasi secara berkelanjutan terhadap administrasi
pendataan data base Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif.
Untuk memperbaruhi dan keakuratan Wajib Pajak yang
terkena tarif progresif Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan
Aset Daerah Surakarta melakukan administrasi pendataan data base
Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif secara berkelanjutan.
Dengan adanya pembaruan data Objek Pajak Kendaraan Bermotor
tarif progresif diharapkan dapat menyempurnakan data base yang
sudah ada. Dengan disediakannya loket pelayanan Pajak Progresif
untuk melayani konfirmasi secara langsung dari Wajib Pajak.
2. Melakukan pemblokiran Pajak Kendaraan Bermotor.
Pemblokiran Pajak Kendaraan Bermotor dilakuakan apabila
ada konfirmasi dari Wajib Pajak bahwa kendaraan bermotor tersebut
telah dipindahtangankan. Apabila hanya kendaraan kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pertama yang sudah dipindahtangankan maka proses pemblokiran
dilakukan dengan menyerahkan foto kopi KTP Wajib Pajak.
Pemblokiran dilakukan dengan pengesahan form cetak pemblokiran
untuk Wajib Pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu
dan diataranya telah dipindatangankan. Pengajuan pemblokiran
kendaraan bermotor hanya dapat dilakukan oleh pemilik yang
terdaftar sebagai pemilik kendaraan bermotor tersebut. Dengan
pemblokiran diharapkan kendaraan bermotor segera dirubah status
kepemilikannya untuk memperlancar pendataan data base Objek Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif.
3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Sosialisasi kepada masyarakat tentang penerapan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif baik melalui media cetak dan
media elektronik. Diharapkan masyarakat memahami adanya
pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif dan diharapkan
mengetahui ketentuan dan tujuan pemberlakuan tarif progresif
sehingga Wajib Pajak yang terkena tarif progresif tidak melakukan
tindakan untuk menghindari Pajak Kendaraan Bermotor tarif
progresif.
4. Menyempurnakan data dalam Super PKPB.
Upaya yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta dengan melakukan pengecekan
kembali pada saat Wajib Pajak melakukan pendaftaran Pajak
Kendaraan Bermotor. Sehingga terjadi penyesuaian jumlah nominal
yang sebenarnya harus dibayarkan oleh Wajib Pajak.
5. Melakukan konfirmasi dari Wajib Pajak pada saat mengembalikan
Super PKPB.
Pada saat Wajib Pajak mengembalikan Super PKPB yang telah
ditandatangani maka petugas pajak melakukan konfirmasi bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
penandatanganan dalam Super PKPB dimaksudkan merupakan
konfirmasi bahwa kendaraan bermotor sudah dijual atau
dipindahtangankan. Sehingga Wajib Pajak yang kurang teliti dapat
dihindari dengan adanya konfirmasi tersebut.
6. Perbaikan dan penggatian sarana secara berkala.
Perbaikan dan penggatian sarana yang mendukung pelayanan
pembayaran kendaraan bermotor secara berkala meminimalkan
terjadinya gangguan teknis seperti kerusakan komputer dan matinya
aliran listrik. Keadaan sarana dan prasarana yang siap pakai
menjadikan pelayanan pembayaran kendaraan bermotor menjadi
lancar.
7. Melakukan penambahan petugas pelayanan pajak.
Penambahan petugas pelayanan pembayaran pajak dilakukan
secara bertahap yang disesuaikan dengan anggaran dinas. Dilakukan
dengan mengusulkan kepada Kepala DPPAD Jawa Tengah agar
segera mungkin dilakukan penambahan formasi pegawai pelayanan
pajak di UP3AD Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dasar hukum berlakunya Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif di
Unit Pelayana Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta
adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah. Dalam pelaksanaanya diatur
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 21 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 2 Tahun 2011. Sehubungan perlunya adanya petunjuk teknis bagi
aparat pemungut pajak maka dikeluarkannya Keputusan Kepala Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
973/7630/2011.
Sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif
menggunakan Sistem Official Assessment dimana berdasarkan penetapan
Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah.
Pelaksanaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif memerlukan
langkah persiapan yang dilakukan Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah dengan melakukan validasi terhadap data
base objek Pajak Progresif untuk mengetahui nama dan alamat yang
sama guna diurutkan tanggal kepemilikannya setelah itu melakukan
pengiriman Super PKPB guna memperoleh konfirmasi tentang status
kepemilikan kendaraan yang terdaftar atas nama Wajib Pajak. Selain itu
juga menyediakan loket pelayanan Pajak Progresif untuk melayani
konfimasi secara langsung dengan Wajib Pajak.
Sistim penerapan Tarif progresif pada Pajak Kendaraan Bermotor
dilakukan secara berjenjang dimana setiap tingkat jumlah kepemilikan
kendaraan bermotor ditentukan dengan tarif yang berbeda-beda untuk
kendaraan bermotor pribadi kepemilikan kedua dan seterusnya. Adanya
pembatasan penambahan besaran prosentase tarif progresif sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
tingkat kepemilikan kelima, dengan masih adanya persyaratan lain
berupa syarat untuk kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang dapat
dikenakan tarif progresif hanya pada kendaraan bermotor roda 2 (dua)
yang memiliki isi silinder mesin diatas 200cc (dua ratus cc). Sehingga
pada dasarnya tidak menganggu daya beli seorang wajib pajak dan sesuai
dengan daya pikul yang dapat dibebankan kepada wajib Pajak Kendaraan
Bermotor secara keseluruhan.
2. Kendala yang dihadapi dilapangan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor tarif progresif di Unit Pelayana Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta berupa :
a) Sistem komputerisasi pendataan data base objek pajak kendaraan
bermotor tarif progresif kurang akurat;
b) Sistem administrasi pendataan data base objek pajak kendaraan
bermotor tarif progresif kurang akurat;
c) Tingkat kesadaran wajib pajak kendaraan bermotor tarif progresif
rendah;
d) Tingkat pengetahuan dan partisipasi masyarakat mengenai pajak
kendaraan bermotor tarif progresif rendah;
e) Sulitnya perubahan status hukum kepemilikan kendaraan bermotor
yang bpkb di kuasai pihak ketiga;
f) Data surat pemberitahuan kepada pemilik kendaraan bermotor
yang kurang akurat;
g) Kurang telitinya wajib pajak setelah mendapat Super PKPB;
h) Hambatan teknis dalam Pemberian Pelayanan Pembayaran
Kendaraan Bermotor; dan
i) Keterbatasan Petugas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor.
3. Upaya yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta untuk mengatasi hambatan yang
timbul sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
a) Melakukan validasi secara berkelanjutan terhadap administrasi
pendataan data base Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif
progresif;
b) Melakukan pemblokiran Pajak Kendaraan Bermotor;
c) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat;
d) Menyempurnakan data dalam Super PKPB;
e) Melakukan konfirmasi dari Wajib Pajak pada saat mengembalikan
Super PKPB;
f) Perbaikan dan penggatian sarana secara berkala; dan
g) Melakukan penambahan petugas pelayanan pajak.
B. SARAN
1. Dalam rangka mengoptimalkan peranan Pajak Kendaraan Bermotor tarif
progresif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah
disarankan perlunya melakukan intensifikasi pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor melalui penyempurnaan administrasi data base
Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif dengan lebih
meningkatkan pengawasan dan mekanisme pemungutan agar optimal
dalam menjaring seluruh Wajib Pajak yang terkena tarif progresif.
2. Guna mencapai keadilan yang lebih mendasar serta mencapai tujuan
yang diharapkan dalam pelaksanaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif
progresif seharusnya tidak hanya sebatas menentukan nama dan alamat
yang sama munggunakan KTP, melainkan menggunakan Kartu Keluarga
dalam penentuan subjeknya, diharapkan untuk menghindari pengalihan
kepemilikan kendaraan bermotor kepada anggota keluarga lainnya untuk
menghindari pajak progresif.
3. Perlu adanya pengaturan yang tersendiri secara terperinci dalam
pelaksanaan Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif tentang adanya
pengecualian badan hukum. Adanya para pelaku usaha kecil tidak
berbadan hukum yang menjadi Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
progresif. Banyak kendaraan bermotor yang dipergunakan oleh pelaku
usaha kecil dalam menjalankan usahanya terkena pajak progresif. Ini
jelas terlihat tidak sesuai dengan adanya pengecualian khusus pada badan
yang bertujuan untuk menciptakan ekonomi biaya murah.
4. Perlunya dilakuakan perubahan ketentuan yang mengatur mengenai
Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif. Pada kendaraan roda 2
(dua) yang berkapasitas mesin 200cc (dua ratus cc) keatas dinilai terlalu
tinggi untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah, inilah yang mengakibatkan
sedikitnya jumlah Objek Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif roda 2
(dua). Seharusnya batasannya disesuaikan pada kapasitas mesin 150cc
(seratus limapuluh cc) dinilai lebih mencerminkan keadaan masyarakat
yang dinilai mampu secara ekonomi.
5. Perlunya pembatasan tahun kendaraan bermotor dalam pengenaan objek
Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif. Pembatasan tahun dalam
jangka waktu tertentu diperlukan untuk menghindari pengenaan objek
Pajak Kendaraan Bermotor tarif progresif terhadap kendaraan yang telah
dianggap tidak mewah lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
DAFTAR PUSTAKA
Bohari. 2002. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta : Raja Grafindo.
Burhan Ashofa. 2001. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rineka Cipta.
Erly, Suandy. 2005. Hukum Pajak : Edisi Kedua. Jakarta :Salemba 4
H.A.W. Widjaja. 1998. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta :
Rineka Cipta.
Heribertus Sutopo. 2002. Metode Kualitatif bagian II. Surakarta : UNS Pers.
Jaja Zakaria. 2005. Perjanjian Penerapan Pajak Berganda Serta Penerapannya
di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Jim Chen. 2012. Progressive Taxation: An Aesthetic And Moral Defense.
University of Louisville Law School Louisville, KY 40292.
Jusuf Anwar. 2004. Makalah Seminar Nasional “Tantangan Implementasi
Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004 dalam Membangun Ekonomi
Daerah, Sheraton Mustika Hotel, Program Magister Ekonomika UGM,
Yogyakarta, hal.5. 4 Juni 2005.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan
Aset Daerah Surakarta Tahun 2011; UP3AD Surakarta. 2012.
Lexy J Moleong. 2002. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
M.E. Retno Kadarukmi.2011. Tinjauan Yuridis Atas Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dikaitkan dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal
Administrasi Bisnis (2010), Vol.6, No.2: hal. 169–178.
M. Subana dan Sudrajat.2001. Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung :
Pustaka Setia.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Marihot P. Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta :
RajaGrafindo Persada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Miyasto. 1997. Makalah Seminar Nasional “ Sistem Perpajakan Nasional Dalam
Era Ekonomi Global”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
6 Desember 1997
Muhammad Iqbal Hasan. 2002. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah.
Peter Mahmud Marzuki. 2009. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Sindian Isa Djajadiningrat. 1960. Hukum Pajak dan Keadilan. Bandung : Eresco.
Siswanto Sunarno.2008. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta :
Sinar Grafika.
Syaukani. 2000. Menatap Harapan Masa Depan Otonomi Daerah. Yogyakarta :
Gerbang Dayaku.
Soerjono Soekamto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press)
Sutrisno Hadi. 1995. Metodologi Research I Cetakan XVIII. Yogyakarta :
Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008.
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Widhayani Dian Pawestri. 2011. Fungsi Tarif Pajak Progresif Atas Kendaraan
Bermotor. Thesis, Universitas Airlangga.
Woro Wiryaningtyas Asih. 2009. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor Di Unit Palayanan Pendapatan Dan Pemberdayaan Aset
Daerah (Up3ad) Kabupaten Pemalang. Thesis, Universitas Diponegoro.