peraturan daerah provinsi bali - jdih.baliprov.go.id · 7. pajak kendaraan bermotor selanjutnya...

22
jdih.baliprov.go.id GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PENYUSUNAN KEMBALI NASKAH PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 2 TAHUN 1998 GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk mempermudah pemahaman materi yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah ebberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 serta efektifitas keberlakuannya, maka perlu menyusun kembali naskah Peraturan Daerah tersebut dengan mempertahankan segala perubahan yang telah diadakan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); MEMUTUSKAN Menetapkan : Kesatu : Naskah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat Bali Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan dengan mengadakan penyesuaian mengenai urutan bab, bagian, pasal, ayat, angka dan butir serta penyebutan-penyebutannya dan ejaan-ejaannya, berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini.

Upload: hatruc

Post on 28-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

jdih.baliprov.go.id

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 28 TAHUN 2005

TENTANG

PENYUSUNAN KEMBALI NASKAH PERATURAN DAERAH PROPINSI

DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 2 TAHUN 1998

GUBERNUR BALI,

Menimbang : bahwa untuk mempermudah pemahaman materi yang diatur dalam

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan

Bermotor sebagaimana telah diubah ebberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 serta efektifitas keberlakuannya,

maka perlu menyusun kembali naskah Peraturan Daerah tersebut dengan

mempertahankan segala perubahan yang telah diadakan ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa

Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958

Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : Naskah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat Bali Nomor 2 Tahun 1998

tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang telah beberapa kali diubah, terakhir

dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak

Kendaraan Bermotor dan dengan mengadakan penyesuaian mengenai urutan

bab, bagian, pasal, ayat, angka dan butir serta penyebutan-penyebutannya dan

ejaan-ejaannya, berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan

Gubernur ini.

jdih.baliprov.go.id

Kedua : Peraturan Gubernur ini dengan Lampirannya ditempatkan dalam Berita

Daerah Provinsi Bali.

Ketiga : Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan Pengundangan Peraturan

Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah provinsi Bali.

Ditetapkan di Denpasar

Pada tanggal 24 Oktober 2005

GUBERNUR BALI

DEWA BERATHA

Diundangkan di Denpasar

Pada 24 Oktober ber 2005

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI

I NYOMAN YASA]

BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2005 NOMOR 28

Lampiran : PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 24 OKTOBER 2005

NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PENYUSUNAN KEMBALI

NASKAH PERATUAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKA I BALI

NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG pajak kendaraan bermotor.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Bali.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Bali

3. Gubernur adalah Gubernur Bali

4. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Provinsi Bali

5. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya

yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralata teknis

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber

daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,

termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar.

6. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk

digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

jdih.baliprov.go.id

7. Pajak kendaraan Bermotor selanjutnya disebut pajak adalah pajak yang dipungut

atas kepemilikan kendaraan bermotor dan atau penguasaan kendaraan bermotor.

8. Jenis Kendaraan Bermotor adalah jenis kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud

didalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993.

9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPDadalah surat

yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran

pajak yang terutang menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.

10. Surat setoran Pajak, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan

oleh Wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang

terutang ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Gubernur.

11. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalh surat

Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.

12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB

adalah surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang,

jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi dan jumlah yang masih dibayarkan.

13. Surat Ketetapan Pajak daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat

SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak

yang ditetapkan.

14. Surat Ketetapan Pajak daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB

adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelbihan pembayaran pajak karena

jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya

terutang.

15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan

jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

16. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk

melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa dan/atau denda.

17. Isi sylinder adalah isi ruang yang berbentuk bulat torak pada mesin kendaraan

bermoto yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin.

18. Tahun Pembuatan Kendaraan bermotor adalah tahun perakitan kendaraan bermotor.

19. Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah NIlai Jual Kendaraan Bermotor yang

diperoleh berdasarkan Harga pasaran Umum atas suatu kendaraan bermotor

sebagaimana tercantum dalam tabel NIlai Jual kendaraan bermotor yang berlaku.

20. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputo perseroan terbatas, persroan

komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, dengan

nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan firma, kongsi, koperasi atau

organisasi yang sejenis, lembaga, dana pension, bentuk usaha dan bentuk badan

usaha lainnya.

21. Putusan Banding adalah putusan Pengadilan Pajak atas banding terhadap Surat

Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

22. Surat Keputusan Keberatan adalah surat Keputusan atas keberatan terhadap Surat

Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah

Lebih Bayar, SUrat Ketetapan Pajak daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau

pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.

jdih.baliprov.go.id

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK

Pasal 2

Dengan nama Pajak Kendaraan Bermotor dipungut pajak atas pemilik dan atau

penguasaan kendaraan bermotor.

Pasal 3

Obyek Pajak adalah pemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Pasal 4

Dikecualikan dari obyek pajak adalah :

a. Kendaraan Bermotor Pemerintahan Pusat, Pemerintah Daerah Pemerintah

Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa atau Pemerintah

Kelurahan;

b. Kendaraan Bermotor Kedutaan, Konsulat Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan

Lembaga-lembaga Internasional dengan azas timbale balik sebagaimana berlaku

untuk pajak Negara;

c. Kendaraan Bermotor Pabrikan atau Importir yang semata-mata tersedia dipamerkan

dan atau untuk dijual;

d. Kendaraan Bermotor Wisatawan Mancenagara yang berada diwilayah Provinsi Bali

untuk jangka waktu 60 hari berturut-turut;

e. Kendaraan Bermotor yang dipergunakan sebagai pemadan kebakaran;

f. Kendaraan Bermotor yang disegel atau yang disita oleh Negara/tersangkut perkara

pidana.

Pasal 5

(1) Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai

kendaraan bermotor.

(2) Wajib pajak adalah orang pribadi atau bada yang memiliki kendaraan Bermotor

(3) Yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak adalah :

a. untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli

warisnya;

b. untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.

BAB III

DASAR PENGENAAN, TARIF PAJAK DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK

Pasal 6

(1) Dasar pengenaan Pajak dihitung sebagai perkalian dari 2 (dua) unsure pokok yaitu :

a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ;

jdih.baliprov.go.id

b. Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan

pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

(2) Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap tahun

ditetapkan oleh Gubernur setelah dikonsultasikan dengan dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Bali dengan berpedoman pada dasar pengenaan Pajak yang

ditetapkan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 7

(1) Dalam hal Dasar Pengenaan Pajak belum tercantum dalam Keputusan Menteri

Dalam Negeri, Gubernur menetapkan dasar pengenaan pajak dengan Keputusan

Gubernur setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi Bali.

(2) Dasar Pengenaan Pajak dimaksud ayat (1), dilaporkan kepada Menteri Dalam

Negeri.

Pasal 8

Tarif Pajak ditetapkan sebesar :

a. 1,5% (satu setengah persen) untuk kendaran bermotor bukan umum;

b. 1,0% (satu persen) untuk kendaran bermotor umum;

c. 0,5% (setengah persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

Pasal 9

Besarnya Pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud

dalam Pasla 8 Peraturan daerah ini dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 atau Pasal 7 ayat (1) Peraturan Daerah ini.

BAB IV

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10

Pajak dipungut di Wilayah Daerah tempat kendaraan bermotor didaftarkan.

BAB V

MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN.

Pasal 11

(1) Masa Pajak adalah 12 dua belas) bulan beturut-turut terhitung mulai saat

pendaftaran kendaraan bermotor.

(2) Pajak yang karena suatu dan lain hal masa pajaknya tidak sampai 12 (dua belas)

bulan, maka dapat dilakukan restitusi.

(3) Bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima belas) hari dihitung satu bulan penuh.

jdih.baliprov.go.id

(3a) Tata Cara pelaksanaan restitusi ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 12

(1) Setiap wajib pajak mengisi SPTPD.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, harus diisi dengan jelas,

benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau orang yang diberi

kuasa olehnya.

(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, disampaikan ke Dinas

Pendapatan paling lama :

a. 14 (empat belas) hari sejak saat pemilikan untuk kendaraan bermotor baru,

mutasi di daerah;

b. Untuk kendaraan bukan baru sampai dengan tanggal berakhirnya masa pajak;

c. 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Fiskal Antar Daerah bagi kendaraan bermoor

yang pindah dari luar Daerah.

(4) Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam masa pajak baik

perubahan bentuk, fungsi, maupun penggantian mesin suatu kendaraan bermotor,

wajib dilaporkan dengan menggunakan SPTPD.

Pasal 13

(1) SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan Daerah ini

sekurang-kurangnya memuat :

a. nama dan alamat lengkap pemili;

b. Gandengan dan jumlah sumbu.

(2) Bentuk, isi, kualitas dan ukuran SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal

1, ditetapkan oleh Gubernur.

BAB VI

KETETAPAN PAJAK

Pasal 14

(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimanadimaksud pada pasal 12 ayat (1) Peraturan

Daerah ini pajak ditetapkan dengan menerbitkan SKPD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

(2) Bentuk, Isi kualitas dan ukuran SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal

ini ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 15

(1) Dalam jangka 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Gubernur dapat

menerbitkan :

a. SKPDKB dalam hal :

1) apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang

terutang tidak atau kurang dibayar ;

jdih.baliprov.go.id

2) apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Gubernur dalam jangka waktu

tertentu dan setelah ditegur secara tertulis;

3) apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang

dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum

terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c. SKPDN apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah

kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) pasal ini dikenakan sanksi administrasi

berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau

terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan

dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b pasal ini dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan

sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paal ini tidak dikenakan apabila

wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

(5) Jumlah pajak yang terutang SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

angka 3) psal ini dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua

puluh luma persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga

sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat

dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak

saat terutangnya pajak.

Pasal 16

(1) Gubernur dapat menerbitkan STPD apabila :

a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat

salah tulis dan atau salah hitung;

c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan huruf b pasal ini ditambah dengan sanksi administrasi berupa

bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan

sejak saat terutangnya pajak.

(3) SKPD yang tidak atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, ditagih mellaui

STPD.

(4) Bentuk, isi dan tata cara penyampaian STPD ditetapkan oleh Gubernur.

jdih.baliprov.go.id

BAB VII

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN

Pasal 17

(1) Pajak harus dilunasi sekaligus dimuka untuk masa 12 (dua belas) bulan.

(2) Pajak dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus

dibayar bertambah.

(3) Gubernur atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur

atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)

sebulan.

(4) Tata cara pembayaran angsuran atau penundaan ditetapkan oleh Gubernur

(5) Pembayaran dilakukan di Kas Daerah atau Dinas Pendapatan.

Pasal 18

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat

Keputusan Pembetulan, surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang

tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan

SUrat Paksa.

(2) Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Pasal 19

(1) Pemilik Kendaraan bermotor yang telah membayar lunas pajaknya diberi bukti

pelunasan pajak.

(2) Bentuk, isi kualits, ukuran tanda bukti pelunasan pajak ditetapkan leh Gubernur.

Pasal 19A

Apabila terjadi mutasi kendaran bermotor, wajib pajak yang bersangkutan harus dapat

menunjukkan bukti pelunasan Pajak Kendaraan Bermotor berupa Surat Keterangan

Fiskal ditempat yang baru.

BAB VIII

PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN

PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 20

(1) Gubernur karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat membetulkan

SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam penerbitanya

jdih.baliprov.go.id

terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan

peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

(2) Gubernur dapat :

a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan

kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan

perpajakan Daerah, dalam hal sanksi tersebut dikarenakan kekhilapan wajib

pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.

(3) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau

pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini diatur

dengan Keputusan presiden.

BAB IX

KEBERATAN DAN BANDING

Pasal 21

(1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang

ditunjuk atau suatu :

a. SKPD;

b. SKPDKB;

c. SKPDKBT;

d. SKPDLB;

e. SKPDN;

f. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakan Daerah yang berlaku.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-

alasan yang jelas.

(3) Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan,

wajib pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak

tanggal surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini kecuali apabila wajib

wajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena

diluar kekuasannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dan ayat (3) pasal ini tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak

dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan melaksanakan

penagihan pajak.

Pasal 22

(1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat

keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

jdih.baliprov.go.id

(2) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau

sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimakud pada ayat (1) pasal ini telah lewat dan

Gubernyr tidak memberi suatu keputusan keberatan yang diajukan tersebut

dianggap dikabulkan.

Pasal 23

(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding kepada Pengadilan Pajak

terhadap Keputusan mengenai keberatan yang ditetapkan oleh Gubernur.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam

bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan

sejak keputusa diterima dan dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan

pelaksanan penagihan pajak.

Pasal 24

APabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau

seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imabalan bunga

sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)

bulan.

BAB X

KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN

Pasal 25

Gubernur dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan pajak.

Pasal 26

Kendaraan bermotor yang digunakan sebagai ambulance dan mobil jenazah dapat

diberikan kernganan atau pembebasan pajak sepanjang tidak digunakan secara komersial.

Pasal 27

Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan pajak ditetapkan oleh

Gubernur.

jdih.baliprov.go.id

BAB XI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 28

(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak kepada Gubernur secara tertulis dengan menyebutkan sekruang-kurangnya;

a. Nama Wajib Pajak;

b. Masa Pajak;

c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak;

d. Alasan yang jelas

(2) Gubernur dalam jangka wkatu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimna dimaksud

pada ayat (1) pasal ini harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dilampaui

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB

harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib pajak mempunyai hutang pajak lainnya kelebihan pembayaran pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini diperhitungkan untuk melunasi

terlebih dahulu hutang pajak dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2

9dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah

Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 9dua)

bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Gubernur atau pejabat yang ditunjuk

memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan

pembayaran kelebihan pajak.

Pasal 29

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan hutang pajak lainnya,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (4) Peraturan Daerah ini, pembayaran

dilakukan dengan cara pemindahan bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku

sebagai bukti pembayaran.

BAB XII

KADALUARSA

Pasal 30

(1) Hak untuk emlakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu

5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak

melakukan tindak pidana dibidang perpajakan daerah.

(2) Kadaluarsa penagiha pajak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) pasal ini

tertangguh apabila :

jdih.baliprov.go.id

a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;

b.ada pengakuan hutang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak

langsung

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 31

(1) Wajib pajak karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan

tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar

sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak

yang terutang.

(2) Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi

dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak

benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak

yang terutang.

Pasal 32

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 31 tidak dituntut setelah melampaui jangka

waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak atau

berakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahun pajak.

BAB XIV

PENYIDIKAN

Pasal 33

(1) Pejabat Pegawai negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana

dibidang Perpajakan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah :

a. menerima, emncari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenan dengan tindakan pidana dibidang Pajak Daerah agar keterangan atau

laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau

badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan indak

pidana dibidang perpajakan daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen – dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;

jdih.baliprov.go.id

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap

bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana dibidang perpajakan daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau

tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas

orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perpajakan

daerah;

i. menghentikan penyidikan;

j. melakukan tindkan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum

melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai ketentan yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

PASAL 34

HAL-HAL YANG BELUM DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH INI,

SEPANJANG MENGENAI PELAKSANANNYA DIATUR LEBIH LANJUT OLEH

GUBERNUR.

Pasal 35

Dengan berlaknya Peraturan Daerah ini, maka dinyatakan tidak berlaku lagi;

a. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 13 Tahun 1991 tentang

Pajak Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah propinsi daerah Tingkat I Bali

Tahun 1992 Nomor 12 Seri A Nomor 1);

b. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1993 tentang

Perubahan Pertama Peraturan daerah Provinsi Daerah Tingkat Bali Nomor 13

Tahun 1991 tentang Pajak Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Provinsi Daerah

Tingkat I Bali Tahun 1993 Nomor 340 seri A Nomor 1);

c. Peraturan daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1994 tentang

perubahan kedua Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 13 Tahun

1991 tentang Pajak kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Provinsi Daerah

Tingkat I Bali Tahun 1994 Nomor 186 Seri A Nomor 1).

jdih.baliprov.go.id

Pasal 36

Peraturan Ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan Pengundangan Peraturan

Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah provinsi Bali.

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I BALI

NOMOR 2 TAHUN 1998

TENTANG

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

I. UMUM

Sesuai dengan semangat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah salah satu

sumbernya adalah Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah yang antara lain berupa

Pajak Kendaraan Bermotor, merupakan Sumber Pendapatan Daerah yang paling potensial

untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan Pembangunan daerah, dalam rangka

meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

Dengan telah diundangkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan

perubahan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, dimana hal – hal berkaitan dengan Pajak Daerah dijabarkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali

Nomor 2 tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor perlu disempurnakan dan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.

II. Pasal Demi Pasal

Pasal 1 Angka 1 : Cukup jelas

Angka 2 : Cukup jelas

Angka 3 : Cukup jelas

Angka 4 : Cukup jelas

Angka 5 : Cukup jelas

Angka 6 : Termasuk dalam pengertian kendaaan umum adalah kendaraan

bermotor yang disewakan kepada orang lain baik dalam maupun

tanpa pengemudi, selama jangka waktu tertentu.

Kendaraan Bermotor roda dua tidak termasuk dalam pengertian

kendaraan umum.

Mobil belajar untuk sekolah mengemudi termasuk juga dalam

pengertian kendaraan umum, karena dalam biaya belajar telah

jdih.baliprov.go.id

termasuk sewa untuk memakai kendaraan tersebut pada waktu

dipergunakan untuk belajar.

Angka 7 : Cukup jelas

Angka 8 : Cukup jelas

Angka 9 : Cukup jelas

Angka 10 : Cukup jelas

Angka 11 : Cukup jelas

Angka 12 : Cukup jelas

Angka 13 : Cukup jelas

Angka 14 : Cukup jelas

Angka 15 : Cukup jelas

Angka 16 : Cukup jelas

Angka 17 : Cukup jelas

Angka 18 : Cukup jelas

Angka 19 : Cukup jelas

Angka 20 : Cukup jelas

Angka 21 : Cukup jelas

Angka 22 : Cukup jelas

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 : Cukup jelas

Pasal 4 : Cukup jelas

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 6 : Cukup jelas

Pasal 7 : Cukup jelas

Pasal 8 : Cukup jelas

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal 10 : Cukup jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15 : Pasal ini mengatur tentang penerbitan surat ketetapan pajak atas pajak yang

dibayar sendiri. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepada wajib pajak

tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Pemberitahuan data fiscal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.

Ayat (1) : Ketentuan Ayat ini memberi kewenangan kepada Gubernur untuk

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang bayar

jdih.baliprov.go.id

Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil hanya terhadap

kasus-kasus tertentu seperti tersebut dalam ayat ini, dengan perkataan

lain hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau

berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan

atau kewajiban material.

Contoh :

1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak

daerah pada tahun pajak 1998. Setelah ditegur dalam jangka waktu

tertentu juga belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah,

maka dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun Gubernur

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar atas pajak

yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah pada tahun pajak 1998. Dalam jangka waktu paling lama 5

(lima) tahun ternyata dari hasil pemeriksaan Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang

yang kurang bayar tersebut, Gubernur dapat menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ditambah dengan sanksi

administrasi.

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh diatas yang telah

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam

jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang

ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang

menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, maka

Gubernur dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang

Bayar Tambahan.

4. Wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksanaan Gubernur ternyata

jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak

atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, maka Gubernyr

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Ninil.

Huruf a :

Angka 1) : Cukup jelas

Angka 2) : Cukup jelas

Angka 3) : Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara jabatan adalah

penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Gubernur atau

pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain

yang dimiliki oleh Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk.

Huruf b : Cukup jelas

Huruf c : Cukup jelas

Ayat (2) : Ayat ini mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang tidak

memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakan sanksi

administasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari

pajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan atas pajak yang tidak

atau terlambat dibayar. Sanksi administrasi berupa bunga

jdih.baliprov.go.id

dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan

diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang bayar.

Ayat (3) : Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu dengan

ditemukannya data baru dan atau data yang semula belum

terungkap yang bersal dari hasil pemeriksaan sehingga pajak

yang terutang bertambah, maka terhadap wajib pajak dikenakan

sanksi administrasi berupa kenaikan beruoa 100% (seratur

persen) dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi administrasi ini

tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkannya sebelum

diadakan pemeriksaan.

Ayat (4) : Cukup jelas

Ayat (5) : Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3, yaitu

wajib pajak tidak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

yang seharusnya dilakukannya, maka dikenakan sanksi

administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima

persen) dari pokok pajak yang terutang. Dalam kasus ini, aaka

Gubernur menetapkan pajak yang terutang secara jabatan

melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar.

Selain sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua

puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang juga

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga.

Pasal 16 : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 19A : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup jelas

Pasal 21 : Cukup jelas

Pasal 22 : Cukup jelas

Pasal 23 : Cukup jelas

Pasal 24 : Cukup jelas

Pasal 25 : Cukup jelas

Pasal 26 : Cukup jelas

Pasal 27 : Cukup jelas

Pasal 28 : Cukup jelas

Pasal 29 : Cukup jelas

Pasal 30 : Cukup jelas

Pasal 31 : Cukup jelas

Pasal 32 : Cukup jelas

jdih.baliprov.go.id

Pasal 33 : Cukup jelas

Pasal 34 : Cukup jelas

Pasal 35 : Cukup jelas

Pasal 36 : Cukup jelas

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I BALI

NOMOR 2 TAHUN 1998

TENTANG

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

I. UMUM

Sesuai dengan semangat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah salah satu

sumbernya adalah Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah yang antara lain berupa

Pajak Kendaraan Bermotor, merupakan Sumber Pendapatan Daerah yang paling potensial

untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan Pembangunan daerah, dalam rangka

meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

Dengan telah diundangkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan

perubahan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, dimana hal – hal berkaitan dengan Pajak Daerah dijabarkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali

Nomor 2 tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor perlu disempurnakan dan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.

II. Pasal Demi Pasal

Pasal 1 Angka 1 : Cukup jelas

Angka 2 : Cukup jelas

Angka 3 : Cukup jelas

Angka 4 : Cukup jelas

Angka 5 : Cukup jelas

Angka 6 : Termasuk dalam pengertian kendaaan umum adalah kendaraan

bermotor yang disewakan kepada orang lain baik dalam maupun

tanpa pengemudi, selama jangka waktu tertentu.

Kendaraan Bermotor roda dua tidak termasuk dalam pengertian

kendaraan umum.

Mobil belajar untuk sekolah mengemudi termasuk juga dalam

pengertian kendaraan umum, karena dalam biaya belajar telah

termasuk sewa untuk memakai kendaraan tersebut pada waktu

dipergunakan untuk belajar.

jdih.baliprov.go.id

Angka 7 : Cukup jelas

Angka 8 : Cukup jelas

Angka 9 : Cukup jelas

Angka 10 : Cukup jelas

Angka 11 : Cukup jelas

Angka 12 : Cukup jelas

Angka 13 : Cukup jelas

Angka 14 : Cukup jelas

Angka 15 : Cukup jelas

Angka 16 : Cukup jelas

Angka 17 : Cukup jelas

Angka 18 : Cukup jelas

Angka 19 : Cukup jelas

Angka 20 : Cukup jelas

Angka 21 : Cukup jelas

Angka 22 : Cukup jelas

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 : Cukup jelas

Pasal 4 : Cukup jelas

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 6 : Cukup jelas

Pasal 7 : Cukup jelas

Pasal 8 : Cukup jelas

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal 10 : Cukup jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15 : Pasal ini mengatur tentang penerbitan surat ketetapan pajak atas pajak yang

dibayar sendiri. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepada wajib pajak

tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Pemberitahuan data fiscal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.

Ayat (1) : Ketentuan Ayat ini memberi kewenangan kepada Gubernur untuk

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang bayar

Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil hanya terhadap

kasus-kasus tertentu seperti tersebut dalam ayat ini, dengan perkataan

jdih.baliprov.go.id

lain hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau

berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan

atau kewajiban material.

Contoh :

1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak daerah

pada tahun pajak 1998. Setelah ditegur dalam jangka waktu tertentu juga belum

menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, maka dalam jangka waktu

paling lama 5 (lima) tahun Gubernur menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

Kurang Bayar atas pajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah pada tahun pajak 1998. Dalam jangka waktu paling lama 5

(lima) tahun ternyata dari hasil pemeriksaan Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang

yang kurang bayar tersebut, Gubernur dapat menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ditambah dengan sanksi

administrasi.

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh diatas yang telah

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam

jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang

ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang

menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, maka

Gubernur dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang

Bayar Tambahan.

4. Wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksanaan Gubernur ternyata

jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak

atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, maka Gubernyr

dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Ninil.

Huruf a :

Angka 1) : Cukup jelas

Angka 2) : Cukup jelas

Angka 3) : Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara jabatan adalah

penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Gubernur atau

pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain

yang dimiliki oleh Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk.

Huruf b : Cukup jelas

Huruf c : Cukup jelas

Ayat (2) : Ayat ini mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang tidak

memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakan sanksi

administasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari

pajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan atas pajak yang tidak

atau terlambat dibayar. Sanksi administrasi berupa bunga

dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan

diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang bayar.

jdih.baliprov.go.id

Ayat (3) : Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu dengan

ditemukannya data baru dan atau data yang semula belum

terungkap yang bersal dari hasil pemeriksaan sehingga pajak

yang terutang bertambah, maka terhadap wajib pajak dikenakan

sanksi administrasi berupa kenaikan beruoa 100% (seratur

persen) dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi administrasi ini

tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkannya sebelum

diadakan pemeriksaan.

Ayat (4) : Cukup jelas

Ayat (5) : Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3, yaitu

wajib pajak tidak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

yang seharusnya dilakukannya, maka dikenakan sanksi

administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima

persen) dari pokok pajak yang terutang. Dalam kasus ini, aaka

Gubernur menetapkan pajak yang terutang secara jabatan

melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar.

Selain sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua

puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang juga

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga.

Pasal 16 : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 19A : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup jelas

Pasal 21 : Cukup jelas

Pasal 22 : Cukup jelas

Pasal 23 : Cukup jelas

Pasal 24 : Cukup jelas

Pasal 25 : Cukup jelas

Pasal 26 : Cukup jelas

Pasal 27 : Cukup jelas

Pasal 28 : Cukup jelas

Pasal 29 : Cukup jelas

Pasal 30 : Cukup jelas

Pasal 31 : Cukup jelas

Pasal 32 : Cukup jelas

Pasal 33 : Cukup jelas

Pasal 34 : Cukup jelas

jdih.baliprov.go.id

Pasal 35 : Cukup jelas

Pasal 36 : Cukup jelas