terapi relaksasi otot progresif

19
A. Pengertian Terapi Komplementer Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO). Terapi komplementer bersifat pengobatan alami yang berbeda dengan pengobatan kedokteran. Umumnya pengobatan kedokteran diutamakan untuk menangani gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami menangani penyebab serta memacu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri dari penyakit yang diderita. Terapi komplementer berbeda dengan terapi alternatif. Terapi komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis. Sedangkan terapi alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis. Beberapa terapi komplementer sebenarnya merupakan bagian dari suatu sistem pengobatan yang lengkap.

Upload: pramudya-yopalika

Post on 13-Feb-2016

181 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

istirahat dan tidur

TRANSCRIPT

A. Pengertian Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau

sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.

Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal

dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan

komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO).

Terapi komplementer bersifat pengobatan alami yang berbeda dengan

pengobatan kedokteran. Umumnya pengobatan kedokteran diutamakan untuk

menangani gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami menangani penyebab

serta memacu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri dari penyakit yang

diderita.

Terapi komplementer berbeda dengan terapi alternatif. Terapi

komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat

dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis. Sedangkan terapi

alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter

pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai

keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.

Beberapa terapi komplementer sebenarnya merupakan bagian dari suatu

sistem pengobatan yang lengkap. Misalnya akupuntur dam akupresur adalah

bagian dari sistem PCT (Pengobatan Cina Tradisional), dan yoga bisa dianggap

sebagai bagian dari ayurveda atau pengobatan India tradisional.

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –

sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh

dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita

sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,

asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan

nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.

Menurut Chris Brooker (2008), terapi komplementer bertujuan untuk

menyeimbangkan kembali atau menyelaraskan dimensi energi yang berbeda

dalam tubuh manusia dengan menstimulasi predisposisi bawaan tubuh ke arah

kesehatan dan kesejahteraan

Jenis – Jenis Terapi Komplementer yaitu:

1. Nutrisi (Nutritional Therapy);

2. Terapi herbal (Herbal Therapy);

3. Terapi psiko – somatik (Mind – Body Therapy);

4. Terapi spiritual berbasis doa (Spiritual Therapy Based On Prayer).

Terdapat sembilan jenis metode terapi komplementer yaitu yoga,

akupuntur, pijat refleksi, chiropractic, tanaman obat herbal, homeopati,

natuopati, terapi polaritas atau reiki, tekhnik – tekhnik relaksasi, hipnoterapi,

meditasi dan visualisasi.

B. Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif

Peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan

mengajarkan cara-cara yang dapat menstimulus dan memotivasi tidur. Salah

satu cara yang bisa dilakukan adalah relaksasi. Relaksasi merupakan suatu

bentuk teknik yang melibatkan pergerakan anggota badan dan bisa dilakukan

dimana saja (Potter & Perry, 2005). Metode relaksasi terdiri dari beberapa

macam diantaranya adalah relaksasi otot progresif (progressive muscle

relaxation), pernapasan diafragma, imagery training, biofeedback, dan hipnosis

(Miltenberger, 2004).

Terapi non farmakologis yang termurah sampai saat ini, tidak memerlukan

imajinasi, ketekunan atau sugesti, tidak ada efek samping, mudah untuk

dilakukan adalah relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif merupakan

salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel

dan sistematis dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya

kembali (Marks, 2011). Relaksasi ini diperkenalkan oleh Edmund Jacobson

pada tahun 1938 (Conrad dan Roth, 2007). Menurut Edmund Jacobson,

relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi

kecemasan.

Jenis-jenis dari relaksasi otot progresif (progresive muscle

relaxation/PMR) sendiri terdapat dua macam, yaitu:

1. Overt PMR (tense up and letting go)

Secara sadar menegangkan kelompok otot sekitar 5-10 detik dan

kemudian melepaskannya selama kurang lebih 30 detik. Seringkali

menggunakan 11 kelompok otot.

2. Covert PMR (letting go)

Jenis PMR yang hanya merilekskan kelompok otot tanpa

menegangkannya lebih dahulu. Dapat dipraktekkan sendiri, tanpa latihan

seperti jenis overt PMR dan seringkali dikombinasikan dengan autogenic

training.

Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai salah satu tehnik relaksasi otot

telah terbukti atau terdapat hasil yang memuaskan dalam program terapi

terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia,

kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia

ringan dan gagap (Asmadi, 2008). Kaitan antara tehnik relaksasi dan

pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sangat erat, karena istirahat dan tidur

tergantung dari relaksasi otot (Hirnle, 2000).

C. Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi adalah proses melepaskan ketegangan dan mengembalikan

keseimbangan baik pikiran maupun tubuh. Teknik relaksasi sangat penting

dalam mengelola stres. Karena stres dikenal untuk berkontribusi bagi

perkembangan banyak penyakit, orang perlu penangkal pertempuran stres.

Bahkan, relaksasi mungkin menjadi salah satu faktor yang paling penting

dalam menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.

Manfaat dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi

berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia,

dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat

permasalahan tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan

psikologis bila tidak diatasi.

Sedangkan menurut Townsend (1996), menjabarkan keuntungan dari

teknik ini adalah menurunkan ketegangan otot, kecemasan, insomnia, depresi,

kelelahan, iritabilitas, spasma otot, nyeri leher – punggung, tekanan darah

tinggi, fobi ringan, dan gagap ringan.

Selama relaksasi, denyut jantung dan pernapasan melambat. Tekanan

darah menurun, dan aliran darah ke otot-otot utama meningkat. Sakit kronis

dan ketegangan otot juga berkurang secara signifikan ketika berlatih teknik

relaksasi. Sistem tubuh termasuk peredaran darah, sistem kekebalan tubuh,

pencernaan, dan pernapasan juga berfungsi lebih baik.

Menurut Bernstein dan Borkovic (1973), keuntungan teknik relaksasi

progresif yaitu:

1. Bagi individu yang mengunakan latihan relaksasi progresif akan

memberikan kesempatan yang baik untuk latihan, dengan demikian akan

meningkatkan keterampilan dasar relaksasi;

2. Bagi individu yang mengalami ketegangan kronis akan menolong untuk

mengelolah melemahkan rangsangan sehari – hari;

3. Bagi individu yang menjadi tegang dalam situasi – situasi khusus.

D. Standart Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif

Berikut adalah langkah awal yang dilakukan adalah sebuah ruang (dapat

tertutup atau terbuka) yang memungkinkan udara bebas keluar masuk sangat

dianjurkan dalam latihan relaksasi. Kursi yang dapat fleksibel naik dan turun

(lihat gambar 1) lebih diutamakan daripada tempat tidur sehingga dapat

diletakkan di tempat-tempat yang diinginkan.

Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot

otot yang dilatih:

1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan

dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat (gambar 2), sambil

merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan,

klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada

tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan

perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.

Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian

belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke

belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian

belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit

(gambar 2).

3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah

otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3).

Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi

kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot

biceps akan menjadi tegang.

4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk

mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara

mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa

hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah

kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang

ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang

dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi

dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya

terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan

otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat

dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan

gerakan mata (gambar 5).

6. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami

oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan

menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.

7. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar

mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan

ketegangan di sekitar mulut.

8. Gerakan kesembilan (gambar 7) dan gerakan kesepuluh (gambar 7)

ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun

belakang. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru

kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala

sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala

pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat

merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian

depan (lihat gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa

kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke

dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian

muka.

9. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan

ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,

kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak

seperti pada gambar 6. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik,

kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil

membiarkan otot-otot menjadi lemas.

10. Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk

melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik

nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.

Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di

bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien

dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang

lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan

antara kondisi tegang dan rileks.

11. Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketigabelas bertujuan untuk

melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-

kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang

dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali

seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-

gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.

12. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan

dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat gambar delapan)

sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci

lutut (lihat gambar delapan), sedemikian sehingga ketegangan pidah ke

otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan

posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap

gerakan dilakukan masing-masing dua kali.

Hal-hal yang perlu juga diperhatikan dalam melakukan kegiatan relaksasi otot

progresif adalah :

a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri

sendiri.

b. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.

c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Jangan dengan berdiri.

d. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.

e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua

kali.

f. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks.

g. Terus menerus memberikan instruksi.

h. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat.

E. Evaluasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi progresif merupakan kombinasi latihan pernapasan yang

terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter &

Perry, 2006). Klien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan

diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada

mengembang penuh. Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur,

perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami

ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya,

dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut.

Relaksasi progresif sebagai salah satu relaksasi otot pada prinsipnya

adalah merelaksasikan 4 kelompok otot besar secara bertahap, yaitu 1)

kelompok otot tangan, lengan bawah, biseps, 2) kelompok otot kepala, muka,

tenggorokan dan bahu, 3) kelompok otot dada, lambung, otot punggung bawah,

4) kelompok otot paha, pantat, betis dan kaki. Sehingga relaksasi progresif

yang diberikan kepada klien dengan gangguan istirahat tidur mampu

meningkatkan relaksasi otot-otot besar, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kenyamanan pada klien, kebutuhan istirahat-tidur terpenuhi baik

secara kualitas maupun secara kuantitas (Kusyanti,2003).

Kemampuan untuk dapat relaks bergantung pada individu, selain itu tidak

ada satupun teknik yang efektif untuk semua orang pada setiap keadaan.

Teknik relaksasi dapat membantu mencegah atau meminimalkan gejala fisik

akibat stres ketika tubuh bekerja terlalu berlebihan, sehingga mengganggu

kebutuhan istirahat-tidur. Tujuan pokok teknik relaksasi adalah untuk menahan

terbentuknya respon stres terutama dalam system syaraf dan hormon. Dengan

teknik relaksasi dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang. Beberapa

teknik relaksasi selain menyebabkan efek yang menenangkan fisik juga dapat

menenangkan pikiran. Teknik relaksasi dapat membuat tidur menjadi lebih

baik. Relaksasi terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, terapi musik,

latihan fisik, pernapasan diafragma, relaksasi progresif, serta meditasi.

Relaksasi penting sebagai bahan untuk membangun penenang alamiah

didalam otak, untuk menolak kekhawatiran atau kemungkinan panik,

mencegah penyakit stres, meningkatkan kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi itu

baik untuk segala sesuatu dan tidak ada pengecualian. Relaksasi dapat

menurunkan hormone stres, meningkatkan sistem imunisasi, meningkatkan

toleransi terhadap sakit, meningkatkan penenang alamiah, memungkinkan

jaringan yang rusak memperbaiki diri, membantu tubuh menjadi awet muda.

Relaksasi progresif juga merupakan suatu teknik sistematik untuk mencapai

keadaan relaksasi mendalam, teknik ini dapat digunakan untuk menidurkan diri

sendiri, melawan suatu serangan panik yang mengancam, menginteruksi

penumpukan stres, mencegah gejala-gejala stres dan kekhawatiran (Hart,

2003).

Pemberian relaksasi progresif pada klien yang mengalami gangguan

istirahat tidur dapat menurunkan ketegangan fisiologis, meningkatkan relaksasi

otot, menurunkan kecemasan sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah.

Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi normal, frekuensi

pernapasan menjadi normal, dan mengurangi evaporasi sehingga klien menjadi

nyaman dan pikiran menjadi tenang, sebagai akibat dari penurunan aktivitas

RAS (Reticullar Activating System) dan peningkatan aktivitas batang otak.

Sehingga mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot,

serta tekanan darah tinggi.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam relaksasi, ada 3 hal yang

harus diperhatikan, yaitu : posisi yang nyaman, pikiran yang tenang,

lingkungan yang nyaman. Sehingga relaksasi progresif yang diberikan pada

klien yang mengalami gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan relaksasi

otot-otot besar yang memberikan kenyamanan pada klien sehingga klien

mendapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sesuai kualitas dan

kuantitas kebutuhannya. Terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat

tidur diduga sebagai akibat dari peningkatan aktivitas RAS (Reticular

Activating System), dopamine dan noreprineprine atau sebagai akibat dari

penurunan aktivitas sistem batang otak.

Oleh karena itu tehnik relaksasi progresif dapat dijadikan sebagai salah

satu alaternatif tindakan keperawatan mandiri bagi klien yang mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur sehingga kebutuhan istirahat

tidur klien dapat terpenuhi baik secara kualitas dan atau kuantitas.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://books.google.co.id/books?

id=_ypEgYR8mDQC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Infertil. Diakses pada tanggal 28 November 2012 pukul 19.19 WIB.

Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik. (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Marks, I. Tracey. 2011. Master your Sleep, Proven Methode Simplied. USA:

Bascom Hills Publish Group.

http://books.google.co.id/books?

id=f0vZjy9yUnQC&hl=id&source=gbs_navlinks_s. Hipertensi. diakses

pada tanggal 27 November 2012 pukul 20.37 WIB.

http://www.psikologizone.com/relaksasi-otot-progresif/06511414 diakses pada

tanggal 27 November 2012 pukul 20.58 WIB.

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

http://www.psikologizone.com/langkah-langkah-relaksasi-otot-progresif/

06511533 diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 21.41 WIB.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

Dan Praktik; Alih Bahasa, Ratna Komalasari (et al); Editor Edisi Bahasa

Indonesia, Monica Ester dkk. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Kusyanti, Eni. 2003. Ketrampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. Jakarta:

EGC.