terapi relaksasi otot progresif
DESCRIPTION
istirahat dan tidurTRANSCRIPT
A. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO).
Terapi komplementer bersifat pengobatan alami yang berbeda dengan
pengobatan kedokteran. Umumnya pengobatan kedokteran diutamakan untuk
menangani gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami menangani penyebab
serta memacu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri dari penyakit yang
diderita.
Terapi komplementer berbeda dengan terapi alternatif. Terapi
komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat
dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis. Sedangkan terapi
alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter
pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai
keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.
Beberapa terapi komplementer sebenarnya merupakan bagian dari suatu
sistem pengobatan yang lengkap. Misalnya akupuntur dam akupresur adalah
bagian dari sistem PCT (Pengobatan Cina Tradisional), dan yoga bisa dianggap
sebagai bagian dari ayurveda atau pengobatan India tradisional.
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.
Menurut Chris Brooker (2008), terapi komplementer bertujuan untuk
menyeimbangkan kembali atau menyelaraskan dimensi energi yang berbeda
dalam tubuh manusia dengan menstimulasi predisposisi bawaan tubuh ke arah
kesehatan dan kesejahteraan
Jenis – Jenis Terapi Komplementer yaitu:
1. Nutrisi (Nutritional Therapy);
2. Terapi herbal (Herbal Therapy);
3. Terapi psiko – somatik (Mind – Body Therapy);
4. Terapi spiritual berbasis doa (Spiritual Therapy Based On Prayer).
Terdapat sembilan jenis metode terapi komplementer yaitu yoga,
akupuntur, pijat refleksi, chiropractic, tanaman obat herbal, homeopati,
natuopati, terapi polaritas atau reiki, tekhnik – tekhnik relaksasi, hipnoterapi,
meditasi dan visualisasi.
B. Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif
Peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan
mengajarkan cara-cara yang dapat menstimulus dan memotivasi tidur. Salah
satu cara yang bisa dilakukan adalah relaksasi. Relaksasi merupakan suatu
bentuk teknik yang melibatkan pergerakan anggota badan dan bisa dilakukan
dimana saja (Potter & Perry, 2005). Metode relaksasi terdiri dari beberapa
macam diantaranya adalah relaksasi otot progresif (progressive muscle
relaxation), pernapasan diafragma, imagery training, biofeedback, dan hipnosis
(Miltenberger, 2004).
Terapi non farmakologis yang termurah sampai saat ini, tidak memerlukan
imajinasi, ketekunan atau sugesti, tidak ada efek samping, mudah untuk
dilakukan adalah relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif merupakan
salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel
dan sistematis dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya
kembali (Marks, 2011). Relaksasi ini diperkenalkan oleh Edmund Jacobson
pada tahun 1938 (Conrad dan Roth, 2007). Menurut Edmund Jacobson,
relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi
kecemasan.
Jenis-jenis dari relaksasi otot progresif (progresive muscle
relaxation/PMR) sendiri terdapat dua macam, yaitu:
1. Overt PMR (tense up and letting go)
Secara sadar menegangkan kelompok otot sekitar 5-10 detik dan
kemudian melepaskannya selama kurang lebih 30 detik. Seringkali
menggunakan 11 kelompok otot.
2. Covert PMR (letting go)
Jenis PMR yang hanya merilekskan kelompok otot tanpa
menegangkannya lebih dahulu. Dapat dipraktekkan sendiri, tanpa latihan
seperti jenis overt PMR dan seringkali dikombinasikan dengan autogenic
training.
Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai salah satu tehnik relaksasi otot
telah terbukti atau terdapat hasil yang memuaskan dalam program terapi
terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia,
kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia
ringan dan gagap (Asmadi, 2008). Kaitan antara tehnik relaksasi dan
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sangat erat, karena istirahat dan tidur
tergantung dari relaksasi otot (Hirnle, 2000).
C. Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi adalah proses melepaskan ketegangan dan mengembalikan
keseimbangan baik pikiran maupun tubuh. Teknik relaksasi sangat penting
dalam mengelola stres. Karena stres dikenal untuk berkontribusi bagi
perkembangan banyak penyakit, orang perlu penangkal pertempuran stres.
Bahkan, relaksasi mungkin menjadi salah satu faktor yang paling penting
dalam menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi
berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia,
dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat
permasalahan tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan
psikologis bila tidak diatasi.
Sedangkan menurut Townsend (1996), menjabarkan keuntungan dari
teknik ini adalah menurunkan ketegangan otot, kecemasan, insomnia, depresi,
kelelahan, iritabilitas, spasma otot, nyeri leher – punggung, tekanan darah
tinggi, fobi ringan, dan gagap ringan.
Selama relaksasi, denyut jantung dan pernapasan melambat. Tekanan
darah menurun, dan aliran darah ke otot-otot utama meningkat. Sakit kronis
dan ketegangan otot juga berkurang secara signifikan ketika berlatih teknik
relaksasi. Sistem tubuh termasuk peredaran darah, sistem kekebalan tubuh,
pencernaan, dan pernapasan juga berfungsi lebih baik.
Menurut Bernstein dan Borkovic (1973), keuntungan teknik relaksasi
progresif yaitu:
1. Bagi individu yang mengunakan latihan relaksasi progresif akan
memberikan kesempatan yang baik untuk latihan, dengan demikian akan
meningkatkan keterampilan dasar relaksasi;
2. Bagi individu yang mengalami ketegangan kronis akan menolong untuk
mengelolah melemahkan rangsangan sehari – hari;
3. Bagi individu yang menjadi tegang dalam situasi – situasi khusus.
D. Standart Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif
Berikut adalah langkah awal yang dilakukan adalah sebuah ruang (dapat
tertutup atau terbuka) yang memungkinkan udara bebas keluar masuk sangat
dianjurkan dalam latihan relaksasi. Kursi yang dapat fleksibel naik dan turun
(lihat gambar 1) lebih diutamakan daripada tempat tidur sehingga dapat
diletakkan di tempat-tempat yang diinginkan.
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot
otot yang dilatih:
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan
dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat (gambar 2), sambil
merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan,
klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada
tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke
belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit
(gambar 2).
3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah
otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3).
Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot
biceps akan menjadi tegang.
4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara
mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa
hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah
kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang
ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang
dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi
dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya
terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan
otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan
gerakan mata (gambar 5).
6. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
7. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
8. Gerakan kesembilan (gambar 7) dan gerakan kesepuluh (gambar 7)
ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun
belakang. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala
sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala
pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian
depan (lihat gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa
kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke
dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.
9. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan
ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,
kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak
seperti pada gambar 6. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik,
kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil
membiarkan otot-otot menjadi lemas.
10. Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk
melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik
nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien
dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang
lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan rileks.
11. Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketigabelas bertujuan untuk
melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-
kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang
dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-
gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.
12. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat gambar delapan)
sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci
lutut (lihat gambar delapan), sedemikian sehingga ketegangan pidah ke
otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan
posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap
gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
Hal-hal yang perlu juga diperhatikan dalam melakukan kegiatan relaksasi otot
progresif adalah :
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri.
b. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Jangan dengan berdiri.
d. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua
kali.
f. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks.
g. Terus menerus memberikan instruksi.
h. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat.
E. Evaluasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi progresif merupakan kombinasi latihan pernapasan yang
terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter &
Perry, 2006). Klien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh. Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur,
perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami
ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya,
dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut.
Relaksasi progresif sebagai salah satu relaksasi otot pada prinsipnya
adalah merelaksasikan 4 kelompok otot besar secara bertahap, yaitu 1)
kelompok otot tangan, lengan bawah, biseps, 2) kelompok otot kepala, muka,
tenggorokan dan bahu, 3) kelompok otot dada, lambung, otot punggung bawah,
4) kelompok otot paha, pantat, betis dan kaki. Sehingga relaksasi progresif
yang diberikan kepada klien dengan gangguan istirahat tidur mampu
meningkatkan relaksasi otot-otot besar, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kenyamanan pada klien, kebutuhan istirahat-tidur terpenuhi baik
secara kualitas maupun secara kuantitas (Kusyanti,2003).
Kemampuan untuk dapat relaks bergantung pada individu, selain itu tidak
ada satupun teknik yang efektif untuk semua orang pada setiap keadaan.
Teknik relaksasi dapat membantu mencegah atau meminimalkan gejala fisik
akibat stres ketika tubuh bekerja terlalu berlebihan, sehingga mengganggu
kebutuhan istirahat-tidur. Tujuan pokok teknik relaksasi adalah untuk menahan
terbentuknya respon stres terutama dalam system syaraf dan hormon. Dengan
teknik relaksasi dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang. Beberapa
teknik relaksasi selain menyebabkan efek yang menenangkan fisik juga dapat
menenangkan pikiran. Teknik relaksasi dapat membuat tidur menjadi lebih
baik. Relaksasi terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, terapi musik,
latihan fisik, pernapasan diafragma, relaksasi progresif, serta meditasi.
Relaksasi penting sebagai bahan untuk membangun penenang alamiah
didalam otak, untuk menolak kekhawatiran atau kemungkinan panik,
mencegah penyakit stres, meningkatkan kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi itu
baik untuk segala sesuatu dan tidak ada pengecualian. Relaksasi dapat
menurunkan hormone stres, meningkatkan sistem imunisasi, meningkatkan
toleransi terhadap sakit, meningkatkan penenang alamiah, memungkinkan
jaringan yang rusak memperbaiki diri, membantu tubuh menjadi awet muda.
Relaksasi progresif juga merupakan suatu teknik sistematik untuk mencapai
keadaan relaksasi mendalam, teknik ini dapat digunakan untuk menidurkan diri
sendiri, melawan suatu serangan panik yang mengancam, menginteruksi
penumpukan stres, mencegah gejala-gejala stres dan kekhawatiran (Hart,
2003).
Pemberian relaksasi progresif pada klien yang mengalami gangguan
istirahat tidur dapat menurunkan ketegangan fisiologis, meningkatkan relaksasi
otot, menurunkan kecemasan sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah.
Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi normal, frekuensi
pernapasan menjadi normal, dan mengurangi evaporasi sehingga klien menjadi
nyaman dan pikiran menjadi tenang, sebagai akibat dari penurunan aktivitas
RAS (Reticullar Activating System) dan peningkatan aktivitas batang otak.
Sehingga mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot,
serta tekanan darah tinggi.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam relaksasi, ada 3 hal yang
harus diperhatikan, yaitu : posisi yang nyaman, pikiran yang tenang,
lingkungan yang nyaman. Sehingga relaksasi progresif yang diberikan pada
klien yang mengalami gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan relaksasi
otot-otot besar yang memberikan kenyamanan pada klien sehingga klien
mendapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sesuai kualitas dan
kuantitas kebutuhannya. Terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur diduga sebagai akibat dari peningkatan aktivitas RAS (Reticular
Activating System), dopamine dan noreprineprine atau sebagai akibat dari
penurunan aktivitas sistem batang otak.
Oleh karena itu tehnik relaksasi progresif dapat dijadikan sebagai salah
satu alaternatif tindakan keperawatan mandiri bagi klien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur sehingga kebutuhan istirahat
tidur klien dapat terpenuhi baik secara kualitas dan atau kuantitas.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://books.google.co.id/books?
id=_ypEgYR8mDQC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Infertil. Diakses pada tanggal 28 November 2012 pukul 19.19 WIB.
Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Marks, I. Tracey. 2011. Master your Sleep, Proven Methode Simplied. USA:
Bascom Hills Publish Group.
http://books.google.co.id/books?
id=f0vZjy9yUnQC&hl=id&source=gbs_navlinks_s. Hipertensi. diakses
pada tanggal 27 November 2012 pukul 20.37 WIB.
http://www.psikologizone.com/relaksasi-otot-progresif/06511414 diakses pada
tanggal 27 November 2012 pukul 20.58 WIB.
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.psikologizone.com/langkah-langkah-relaksasi-otot-progresif/
06511533 diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 21.41 WIB.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik; Alih Bahasa, Ratna Komalasari (et al); Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Monica Ester dkk. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kusyanti, Eni. 2003. Ketrampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. Jakarta:
EGC.