model problem based learning
TRANSCRIPT
Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model PBL
PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Rusman, 2010:229). Menurut Arends
(2008) Esensi PBL berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan
bermakna kepada siswa, yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan.
Barrows (2000) mengemukakan bahwa PBL adalah pendekatan untuk mengajar dan
mengorganisasikan siswa untuk belajar. Ini diartikan sebagai proses pendidikan yang
menyediakan pembelajar aktivitas pembelajaran yang mempunyai nilai dalam kehidupan
nyata. Tujuannya adalah memberikan tantangan sebagai stimulus dan fokus untuk
mengorganisasikan apa yang telah dipelajari untuk kemudian diingat kembali dan
diaplikasikan pada pekerjaan di masa depan (Choo Ong & Borich, 2006).
Pengertian lain diungkapkan Yeung, et al (2003) bahwa PBL adalah cara belajar yang
mendorong siswa memahami materi lebih dalam dari pada cakupan dangkal, dan juga
mengorientasi siswa pada masalah tidak hanya belajar mendapatkan pengetahuan dasar
sementara tetapi juga mendapatkan pengalaman bagaimana menggunakan pengetahuan
mereka untuk memecahkan masalah dunia nyata (Bilgin, Senocak, & Sosbilir, 2009: 154).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan PBL merupakan model
pembelajaran inovatif yang melatih siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dan
berlatih memikirkan permasalahan yang relevan dengan kehidupan nyata.
b. Ciri-ciri Model PBL
Menurut Arends (1997: 157-158) PBL melibatkan presentasi situasi-situasi autentik
dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi oleh peserta didik. Model
PBL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Permasalahan autentik
PBL mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi
peserta didik. Peserta didik menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak
dapat diberi jawaban-jawaban sederhana.
2) Fokus interdisipliner
PBL menggunakan pendekatan interdisipliner. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
3) Investigasi autentik
Peserta didik diharuskan melakukan investigasi autentik yaitu berusaha menemukan
solusi riil. Peserta didik diharuskan menganalisis dan menetapkan masalahnya,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
Metode penelitian yang digunakan bergantung pada sifat masalah penelitian.
4) Produk
PBL menuntut peserta didik mengkonstruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk
bisa berupa paper yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5) Kolaborasi
Kolaborasi peserta didik dalam PBL mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
Karakteristik PBL menurut Trianto (2011) adalah sebagai berikut: (1) permasalahan
menjadi starting point dalam belajar; (2) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan
yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; (3) permasalahan membutuhkan perspektif
ganda (multiple perspective); (4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar
dan bidang baru dalam belajar; (5) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; (6)
pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL; (7) belajar adalah kolaboratif,
komunikasi, dan kooperatif; (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan
masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan; (9) keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar; dan (10) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan
proses belajar.
c. Tahap Pelaksanaan Model PBL
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah
dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui
kegiatan kelompok :
a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru
meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui
diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi
mana yang dilakukan.
e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Tahap pelaksanaan model pembelajaran PBL dijelaskan dalam Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Sintaks Model Pembelajaran PBL
Fase Deskripsi
Fase 1: Meriview dan menyajikan masalah
Guru mereview pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan
member siswa masalah spesifik dan konkret
untuk dipecahkan
Menarik perhatian siswa dan menarik mereka
ke dalam pelajaran
Secara informal menilai pengetahuan awal
Memberikan fokus konkret untuk pelajaran
Fase 2: Menyusun strategi
Siswa menyusun strategi untuk memecahkan
masalah dan guru memberi mereka umpan
balik soal strategi
Memastikan sebisa mungkin bahwa siswa
menggunakan pendekatan guna memecahkan
masalah
Fase 3: Menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi mereka
saat guru secara cermat memonitor upaya
mereka dan memberikan umpan balik
Memberi siswa pengalaman untuk
memecahkan masalah
Fase 4: Membahasa dan Mengevaluasi Hasil
Guru membimbing diskusi tentang upaya
siswa dan hasil yang mereka dapatkan
Memberi siswa umpan balik tentang upaya
mereka
(Sumber: Eggen, Paul & Don Kauchak, 2012)
d. Kelebihan dan Kekurangan Model PBL
Kelebihan model ini menurut Trianto (2011) adalah: (1) realistik dengan kehidupan
siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inquiry siswa; (4)
retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan Problem Solving. Menurut Yazdani
(2002) kelebihan PBL adalah:
1) Menekankan pada makna bukan fakta
Menggunakan forum diskusi, pemonitoran, dan penelitian kolaboratif, siswa dapat
terlibat dalam pembelajaran bermakna.
2) Meningkatkan pengarahan diri
Ketika siswa berupaya keras mencari solusi atas masalah kelas mereka, mereka
cenderung menganggap tanggung jawab untuk pembelajaran mereka meningkat.
3) Pemahaman lebih tinggi dan pengembangan keterampilan
Siswa dapat berlatih pengetahuan dan keterampilan dalam konteks fungsional, sehingga
diharapkan mereka akan lebih baik dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan itu
dalam bekerja kelak.
4) Keterampilan-keterampilan interpersonal dan kerja tim
Metode ini mengutamakan interaksi antar mahasiswa dan keterampilan-keterampilan
interpersonal.
5) Sikap memotivasi diri
Siswa berpikir pembelajaran berdasarkan masalah lebih menarik, merangsang,
menyenangkan, dan PBL menawarkan cara belajar yang lebih fleksibel dan mengasuh.
6) Hubungan tutor siswa
Peningkatan kontak antar siswa dapat bermanfaat bagi pertumbuhan kognitif mahasiswa
7) Tingkat pembelajaran
Siswa menjadi lebih baik dalam keterampilan-keterampilan belajar, pemecahan masalah,
teknik-teknik evaluasi diri, pengumpulan data, ilmu perilaku, dan hubungan mereka
dengan masalah sosial-emosional.
(Nur, 2011)
Kelebihan model PBL juga diungkapkan oleh Choo Ong & Borich (2006) yaitu sebagai
berikut:
1) PBL meningkatkan motivasi belajar
Siswa dilibatkan melalui permasalahan yang menimbulkan ketertarikan. Siswa menjadi
semakin terlibat melakukan penyelidikan mendalam mengenai permasalahan, belajar
mengenai isu yang baru dan melakukan penyelidikan mengenai solusi yang
memungkinkan. Hal ini membuat pembelajaran menjadi relevan dengan dunia nyata.
Ketika pembelajaran relevan, pembelajar menjadi semakin terbiasa dengan ide baru dan
konsep baru, kemudian menjadi lebih termotivasi untuk belajar.
2) Mengembangkan pembelajaran dalam konteks
Siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik ketika mereka dapat mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah mereka miliki dan pengetahuan yang
berhubungan, mengkonstruksi dan menguatkan konsep selama berproses. PBL
melibatkan siswa dalam masalah yang nyata memungkinkan siswa menemukan makna
dalam pembelajaran.
3) Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
Melalui sebuah skenario permasalahan yang kurang terstruktur pembelajar dihadapkan
dengan permasalahan yang tidak mudah diketahui jawabannya. Pembelajar harus
mengumpulkan informasi, mengecek validitas dan kredibilitas informasi dan
menemukan bukti yang dapat mendukung sebuah solusi. Hal ini memerlukan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ketika siswa berusaha mengumpulkan informasi,
menganalisis data, dan menguji hipotesis, dia sedang belajar bagaimana belajar (learning
how to learn).
PBL memang bukan dirancang untuk memberikan materi sebanyak-banyaknya. PBL
lebih menekankan pada kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan keterampilan,
serta melatih siswa untuk bekerja dalam kelompok. Lebih jauh menurut Sudjana (2011)
manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah.
Tugas guru adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-
tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di
sekitarnya.
Seperti model pembelajaran yang lain PBL juga memiliki beberapa kekurangan
(Trianto, 2011:97) yaitu: (1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;
(2) sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4)
konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses
penyelidikan. Yazdani (2002) mengungkapkan beberapa tantangan dalam pelaksanaan model
PBL, antara lain: perubahan dari pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat
pada siswa, guru ditantang untuk memikirkan ulang peran mereka dalam proses pembelajaran
sambil mempertahankan laju penyerapan yang tinggi dari siswa, guru mungkin perlu
merestrukturisasi rancangan pembelajaran untuk menyediakan masalah-masalah kehidupan
nyata, guru harus siap menghadapi suatu pergeseran dalam hubungan guru-siswa dan
menerima peran yang lebih luas, siswa mungkin mengalami peningkatan stres karena
dihadapkan dengan lingkungan pembelajaran yang baru (Nur, 2011).
e. Implikasi PBL dalam Pembelajaran Sains
Dalam implikasinya pada pembelajaran sains model PBL ini dimulai dengan adanya
masalah yang diharus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut
dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh guru. Siswa akan memusatkan
pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode
ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan
masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian
siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu,
penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat
baik kepada siswa.
Dalam implikasinya guru :
1. Mengorientasikan siswa pada masalah
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah