model i annual reporttahun 2015pusat inovasi pelayanan...

52
Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Latar Belakang Pijakan Kebijakan Konsep Pelayanan Publik Pelayanan Desa Saat Ini Permasalahan Pelayanan Desa Menuju Model Inovasi Pelayanan Desa Model Inovasi Pelayanan Desa Lembaga Administrasi Negara Gedung B Lt. 5 Jln. Veteran No. 10 Jakarta Telepon 021 – 3868201 ext. 143 - 145 Email: [email protected]; [email protected] Facebook: Pusat Inovasi Pelayanan Publik One Stop Services di Desa Lebo INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI

Upload: hacong

Post on 15-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

Latar Belakang

Pijakan Kebijakan

Konsep

Pelayanan Publik

Pelayanan Desa

Saat Ini

Permasalahan

Pelayanan Desa

Menuju Model

Inovasi Pelayanan

Desa

Model Inovasi

Pelayanan Desa

Lembaga Administrasi Negara

Gedung B Lt. 5

Jln. Veteran No. 10 Jakarta

Telepon 021 – 3868201

ext. 143 - 145

Email: [email protected];

[email protected]

Facebook:

Pusat Inovasi Pelayanan Publik

One Stop Services di Desa Lebo

INTEGRITAS

PROFESIONAL

INOVATIF

PEDULI

i Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Pengarah:

Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH, MA

Kania Damayanti, SE, MPP (Almh)

Dr. Basseng, M.Ed

Erfi Muthmainah, SS, MA

Reviewer:

Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH, MA

Erfi Muthmainah, SS, MA

Penulis:

Ria Veriani, SIP, MPA

Marsono, SE, MM

Anggota Tim:

Menik Noviati, SE, M.Si

Witra Apdhi Yohanitas, S.Kom

Harditya Bayu Kusuma, S.Sos., M.Si

Teguh Henry Prayitno, S.IAN

Isni Kartika Larasati, S.Pd

Gunanto, S.Sos

Sundari Rachmasari, SAP

Ramelan

ii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Prolog

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku,

Tempat ayah dan bunda dan handai taulanku.

Tak mudah kulupakan, tak mudah bercerai,

Selalu kurindukan, desaku yang permai……….

iii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

SAMBUTAN

Pemberlakuan Asean Community 2015 menjadi tantangan

nyata yang harus dihadapi oleh Indonesia. Sistem pasar tunggal dan

liberasi ekonomi kawasan pun harus segera disikapi dengan langkah

antisipatif. Tantangan yang sudah ada di depan mata itu harus segera

kita jawab agar bangsa Indonesia mampu menjadi pemain di tengah

pergulatan pasar bebas kawasan. Salah satu hal yang bisa dilakukan

untuk menjawab tantangan itu adalah melakukan reformasi sektor

publik (public sector reform) khususnya di bidang inovasi pelayanan

publik (public services innovation).

Inovasi pelayanan publik dipandang perlu dilakukan agar

kinerja pelayanan bisa optimal. Hal ini tentunya juga berlaku di tingkat

Desa melalui pelayanan dasar yang akan dilakukan di tingkat desa.

terlebih lagi dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa. Inisiasi Model Inovasi Pelayanan Desa menjadi sangat

penting dalam menuju kemandirian desa.

Lembaga Administrasi Negara melalui Pusat Inovasi

Pelayanan Publik Kedeputian Bidang Inovasi Administrasi Negara

memiliki posisi strategis sebagai lembaga think tank dalam

melakukan berbagai upaya untuk mengakselerasi perubahan dalam

inovasi pelayanan publik.

Akhirnya, kami berharap agar Kapita Selekta Model Inovasi

Pelayanan Desa dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada

masyarakat pada umumnya, serta kementerian/lembaga,

pemerintah daerah baik provinsi kabupaten dan kota pada

khususnya, terlebih lagi bagi pemerintah desa.

Deputi Bidang

Inovasi Administrasi Negara

Tri Widodo Wahyu Utomo

iv Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

KATA PENGANTAR

Isu strategis terkait Model Inovasi Pelayanan Desa menjadi isu

strategis yang penting untuk diperbincangkan, terlebih lagi dengan

lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa. Undang-

Undang ini menjadi stimulus tersendiri bagi desa untuk

mengembangkan otonomi desa berdasarkan kewenangan lokal

berskala desa dan kewenangan berdasarkan hak asal usul.

Kemandirian desa dari segala sisi mutlak diperlukan demi

membangun Indonesia dari Pinggiran.

Kemandirian desa ini menjadi pemantik bagi kepala desa

untuk melakukan pembenahan dalam pelayanan desa. Hal ini dapat

dilakukan dengan melakukan inovasi di dalam bidang pelayanan

desa.

Pusat Inovasi Pelayanan Publik berupaya memberikan

gambaran model inovasi pelayanan desa. Model ini diterapkan pada

pelayanan administratif dan non administratif di desa.

Harapan kami, semoga Kapita Selekta Model Inovasi

Pelayanan Desa dari Pusat Inovasi Pelayanan Publik dapat menjadi

khasanah baru bagi bangsa Indonesia khususnya di bidang Inovasi

Pelayanan Publik pemerintahan desa.

Plt. Kepala Pusat Inovasi Pelayanan Publik

B a s s e n g

v Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

UCAPAN TERIMA KASIH

Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara

menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terkira kepada

berbagai pihak yang membantu penyempurnaan penulisan kapita

Selekta ini.

1. Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia;

2. Bapak Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA, Kepala Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia periode 2012 – Juni

2015;

3. Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara atas bimbingan dan

arahan yang tiada henti;

4. Ibu Kania Damayanti (Almh) atas bimbingan di awal penulisan

paper Model Inovasi Pelayanan Desa;

5. Bapak Basseng sebagai Plt. Kapus (pada saat itu) atas bimbingan

dan arahannya;

6. Ibu Damayani Tyastianti sebagai Narasumber dari Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang

memperkaya khasanah tulisan mengenai standar pelayanan;

7. Ibu Lisbetty Tambunan sebagai Narasumber dari Kementerian

Dalam Negeri yang memperkaya khasanah tulisan mengenai

otonomi desa;

8. Bapak Ismail, Kepala Desa Sukamanah Kecamatan

Megamendung Kabupaten Bogor sebagai Narasumber yang

memperkaya tulisan mengenai best practices pelayanan desa;

9. Bapak Amir Hamzah sebagai Narasumber yang mewakili elemen

masyarakat;

10. Camat Kecamatan Sidoarjo atas data dan informasi yang

diberikan sebagai informasi pembanding dan memperkuat

informasi dari desa;

11. Kepala Desa Lambang Sari Kecamatan Tambun Utara Kabupaten

Bekasi; Kepala Desa Lebo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Sidoarjo; Kepala Desa Masangan Kecamatan Bangil Kabupaten

Pasuruan atas informasi dan data yang diberikan kepada tim

penulis;

vi Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

12. Lurah Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo;

Lurah Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang atas

data dan informasi yang diberikan sebagai informasi

pembanding, pelengkap menuju model inovasi pelayanan desa;

13. Informan sekunder lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

namun ada dalam setiap sumber di catatan kaki.

vii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Tim Penyusun i

Prolog ii

Sambutan iii

Kata Pengantar iv

Terima Kasih v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar viii

Latar Belakang 1

Pijakan Kebijakan 2

Konsep Pelayanan Publik 11

Pelayanan Desa Saat Ini 19

Permasalahan Pelayanan Desa 25

Menuju Model Inovasi Pelayanan Desa 28

Model Inovasi Pelayanan Desa 35

Penutup 40

Daftar Pustaka 41

viii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

DAFTAR GAMBAR

NO. NAMA GAMBAR HAL

Gambar 1 Kewenangan Lokal Berskala Desa 5 Gambar 2 Tahapan Pengembangan Standar

Pelayanan 14

Gambar 3 Tahapan Pengembangan Standar

Pelayanan Desa 14

Gambar 4 Siklus Penyusunan Standar Pelayanan 15 Gambar 5 Contoh Model Inovasi Standar Pelayanan

Desa 16

Gambar 6 Standar Operasional Prosedur Desa Lebo

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo 17

Gambar 7 Contoh Maklumat Pelayanan Desa 18 Gambar 8 Klasifikasi Desa 20 Gambar 9 Peta Sebaran Desa Per Provinsi 20

Gambar 10 Kondisi Desa-desa Nasional per Provinsi 21 Gambar 11 Peta Sebaran Kondisi Desa Berdasarkan

Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014 21

Gambar 12 SDM Kepala Desa/Lurah dari Tingkat

Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Umur 27

Gambar 13 Pola Hubungan Pelayanan Desa yang

diharapkan 34

Latar Belakang

esa merupakan entitas masyarakat dan merupakan

isu yang penting untuk digarap1. Hal ini disebabkan

peran desa dewasa ini yang semakin penting,

tuntutan yang tinggi dari warga desa kepada

pemerintah, amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa, serta amanah Nawacita. Hal ini juga terkait

dengan alasan masa depan pemerintahan desa.

Agenda Prioritas (Nawacita) ke-3 dari Pemerintahan

Joko Widodo – Jusuf Kalla yaitu Membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah – daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan. Pemerintahan Joko

Widodo berkeinginan untuk menciptakan 1000 desa inovatif

dengan membangun wilayah dari pinggiran.

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi mencanangkan Inovasi Desa berbasis Teknologi

Tepat Guna, misalnya penerapan teknologi surya di desa.

Inovasi yang ada selama ini lebih banyak muncul dari luar

desa. Inovasi seakan menjadi sesuatu yang dipaksakan,

tidak tumbuh menjadi program bottom up. Hal ini

disebabkan belum tersedianya Sumber Daya Manusia desa

yang kompeten dan sarana prasarana yang tidak

mendukung.

Inisiatif pemerintah untuk memperkenalkan program

sering kali mengalami kegagalan. Inovasi sering diartikan

perubahan berbasis Teknologi Informasi. sehingga perlu

adanya spirit bersama bahwa membangun Pemerintahan

Desa itu menjadi sesuatu yang penting.

Selama ini kita menjumpai tantangan bahwa belum

ada model inovasi pelayanan desa sehingga Pusat Inovasi

1 Tri Widodo Wahyu Utomo dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model

Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: 31

Agustus 2015.

D

Background

Penciptaan

1000 desa

inovatif dari

wilayah

pinggiran

2 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Pelayanan Publik merasa perlu membuat telaah

kajian model inovasi pelayanan desa.

Pijakan Kebijakan

ndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Esensi otonomi

daerah pada hakikatnya adalah mendekatkan

pelayanan publik kepada masyarakat, termasuk di

dalamnya pemerintahan desa.

Desa merupakan struktur organisasi

pemerintahan paling rendah di Indonesia. Desa

memegang peranan dasar bagi pelayanan publik

langsung kepada masyarakat. Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa menyebutkan bahwa desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia2. Pemerintahan Desa adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I

Pasal 1

U

Policy

Background

3 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia3.

Agar dapat menjalankan fungsi pemerintahan desa

sebagaimana mestinya, desa memiliki kewenangan desa.

Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa meliputi

kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,

dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Secara terperinci,

kewenangan Desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 20144

dan dijelaskan lebih lanjut di Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

20145 adalah sebagai berikut6:

1. Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul7: Sistem organisasi

masyarakat adat; Pembinaan kelembagaan masyarakat;

Pembinaan lembaga dan hukum adat; Pengelolaan tanah kas

desa; dan Pengembangan peran masyarakat desa

3 Ibid 4 Op.cit Pasal 19 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 6 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa terdapat

perubahan Pasal 34 ayat (3) bahwa selain kewenangan sebagaimana dimaksud

pada kewenangan (1) dan (2), menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri menetapkan jenis

kewenangan desa sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal. 7 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul

dan Kewenangan Lokal Berskala Desa pada Pasal 2 disebutkan bahwa ruang

lingkup kewenangan berdasarkan hak asal usul desa meliputi: a) sistem

organisasi perangkat desa, b) sistem organisasi masyarakat desa, c) pembinaan

kelembagaan masyarakat, d) pembinaan lembaga dan hukum adat, e)

pengelolaan tanah kas desa, f) pengelolaan tanah desa atau tanah hak milik desa

yang menggunakan sebutan setempat, g) pengelolaan tanah bengkok, h)

pengelolaan tanah pecatu, i) pengelolaan tanah titisara, dan j) pengembangan

peran masyarakat desa. Kemudian, Pasal 3 menyebutkan kewenangan

berdasarkan hak asal usul Desa adat meliputi: a) penataan sistem organisasi dan

kelembagaan masyarakat adat, b) pranata hukum adat, c) pemilikan hak

tradisional, d) pengelolaan tanah kas desa adat, e) pengelolaan tanah ulayat, f)

kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa adat, g) pengisian jabatan

kepala desa adat dan perangkat desa adat, dan h) masa jabatan kepala desa

adat.

4 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

2. Kewenangan lokal berskala desa8: Pengelolaan tambatan perahu;

Pengelolaan pasar desa; Pengelolaan tempat pemandian umum;

Pengelolaan jaringan irigasi; Pengelolaan lingkungan pemukiman

masyarakat desa; Pembinaan kesehatan masyarakat dan

pengelolaan pos pelayanan terpadu; Pengembangan dan

pembinaan sanggar seni dan belajar; Pengelolaan perpustakaan

desa dan taman bacaan; Pengelolaan embung desa; Pengelolaan

air minum berskala desa; dan Pembuatan jalan desa antar

pemukiman ke wilayah pertanian

3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud, Menteri dapat

menetapkan jenis kewenangan desa sesuai dengan situasi,

kondisi, dan kebutuhan lokal9: Tugas dari Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kewenangan lain

yang ditugaskan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota sesuai peraturan perUndang-

undangan.

Kewenangan lokal berskala desa berdasarkan Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 1 Tahun 2015 meliputi:

a. Bidang Pemerintahan Desa;

8 Permen Desa, PDT, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 Pasal 5 menyebutkan

Kriteria Kewenangan Loka Berskala Desa meliputi a) Kewenangan yang

mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat; b)

Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya di dalam

wilayah dan masyarakat desa yang mempunyai dampak internal desa; c)

Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari

masyarakat desa; d) Kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa

desa; e) Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dan pihak ketiga (individu, organisasi kemasyarakatan, lembaga

swadaya masyarakat, lembaga donor, dan perusahaan) yang telah diserahkan dan

dikelola oleh desa; dan f) Kewenangan lokal berskala desa yang telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah,

pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. 9 Di beberapa literatur disebutkan terdapat 2 (dua) kewenangan. Misalnya paparan

dari Ismail, Kepala Desa Sukamanah berjudul Ekspose Kepala Desa Sukamanah

Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor dan Damayani Tyastianti, Asisten

Deputi Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Publik III Kemenpan RB

berjudul Strategi Pengembangan Standar Pelayanan Desa dalam Diskusi Terbatas

“Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa” Pusat Inovasi

Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta: 31

Agustus 2015.

5 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

b. Pembangunan Desa;

c. Kemasyarakatan Desa; dan

d. Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Gambar 1

Kewenangan Lokal Berskala Desa

Kewenangan lokal berskala desa di bidang pemerintahan desa

meliputi:

a. Penetapan dan penegasan batas desa;

b. Pengembangan Sistem Administrasi dan Informasi Desa;

c. Pengembangan tata ruang dan peta sosial desa;

d. Pendataan dan pengklasifikasian tenaga kerja desa;

e. Pendataan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan

sektor non pertanian;

f. Pendataan penduduk menurut jumlah penduduk usia kerja,

angkatan kerja, pencari kerja, dan tingkat partisipasi angkatan

kerja;

g. Pendataan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja

menurut lapangan pekerjaan jenis pekerjaan dan status

pekerjaan;

h. Pendataan penduduk yang bekerja di luar negeri;

i. Penetapan organisasi pemerintah desa;

j. Pembentukkan Badan Permusyawaratan Desa;

Kewenangan Lokal Berskala

Desa

21 kewenangan Bidang

Pemerintahan Desa

4 Macam Kewenangan Bidang Pembangunan Desa:

Pelayanan Dasar Desa (8), sarpras desa (14),

pengembangan ekonomi lokal desa

(19), dan pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan desa

4 Kewenangan Bidang

Kemasyarakatan Desa

12 Kewenangan Bidang

Pemberdayaan Masyarakat

6 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

k. Penetapan perangkat desa;

l. Penetapan BUM Des;

m. Penetapan APB Des;

n. Penetapan peraturan Desa;

o. Penetapan kerja sama antar desa;

p. Pemberian ijin penggunaan gedung pertemuan atau balai desa;

q. Pendataan potensi desa;

r. Pemberian ijin hak pengelolaan atas tanah desa;

s. Penetapan desa dalam keadaan darurat seperti kejadian bencana,

konflik, rawan pangan, wabah penyakit, gangguan keamanan, dan

kejadian luar biasa lainnya dalam skala desa;

t. Pengelolaan arsip desa; dan

u. Penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat desa.

Kewenangan lokal berskala desa di bidang pembangunan desa

meliputi: a) Pelayanan dasar desa; b) Sarana dan Prasarana Desa; c)

Pengembangan ekonomi lokal desa; dan d) Pemanfaatan sumber

daya alam dan lingkungan desa.

Kewenangan lokal berskala desa di bidang pelayanan dasar

desa meliputi:

a. Pengembangan pos kesehatan desa dan Polindes;

b. Pengembangan tenaga kesehatan desa;

c. Pengelolaan dan Pembinaan Posyandu (melalui layanan gizi untuk

balita, pemeriksaan ibu hamil, pemberian makanan tambahan,

penyuluhan kesehatan, gerakan hidup bersih dan sehat,

penimbangan bayi, dan gerakan sehat untuk lanjut usia);

d. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional;

e. Pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat

adiktif di desa;

f. Pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini;

g. Pengadaan dan pengelolaan sanggar belajar, sanggar seni budaya,

dan perpustakaan desa; dan

h. Fasilitasi dan motivasi terhadap kelompok-kelompok belajar di

desa.

Kemudian kewenangan lokal berskala desa di bidang sarana

dan prasarana desa meliputi:

7 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

a. Pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai desa;

b. Pembangunan dan pemeliharaan jalan desa;

c. Pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani;

d. Pembangunan dan pemeliharaan embung desa;

e. Pembangunan energi baru dan terbarukan;

f. Pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah;

g. Pengelolaan pemakaman desa dan petilasan;

h. Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;

i. Pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala desa;

j. Pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;

k. Pembangunan dan pemeliharaan lapangan desa;

l. Pembangunan dan pemeliharaan taman desa;

m. Pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk

budidaya perikanan; dan

n. pengembangan sarana dan prasarana produksi di desa.

Selanjutnya, kewenangan lokal berskala desa di bidang

pengembangan ekonomi lokal desa meliputi:

a. Pembangunan dan pengelolaan pasar desa dan kios desa;

b. Pengembangan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik

desa;

c. Pengembangan usaha mikro berbasis desa;

d. Pendayagunaan keuangan mikro berbasis desa;

e. Pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan

ikan;

f. Pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan dan penetapan

cadangan pangan desa;

g. Penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan desa;

h. Pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit

pertanian dan perikanan secara terpadu;

i. Penetapan jenis pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan

perikanan;

j. Pengembangan benih lokal;

k. Pengembangan ternak secara kolektif;

l. Pembangunan dan pengelolaan energi mandiri;

m. Pendirian dan pengelolaan BUM Des;

n. Pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu;

o. Pengelolaan padang gembala;

8 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

p. Pengembangan wisata desa di luar rencana induk pengembangan

pariwisata kabupaten/kota;

q. Pengelolaan balai benih ikan;

r. Pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian

dan perikanan; dan

s. Pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu

pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

Kewenangan lokal berskala desa di bidang kemasyarakatan

desa meliputi:

a. Membina keamanan, ketertiban, dan ketenteraman wilayah dan

masyarakat desa;

b. Membina kerukunan warga masyarakat desa;

c. Memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan

mediasi di desa; dan

d. Melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat

desa.

Kewenangan lokal berskala desa di bidang pemberdayaan

masyarakat meliputi:

a. Pengembangan seni budaya lokal;

b. Pengorganisasian melalui pembentukkan dan fasilitasi lembaga

kemasyarakatan dan lembaga adat;

c. Fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat (melalui kelompok tani,

nelayan, seni budaya, dan lain-lain);

d. Pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin;

e. Fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan, masyarakat

miskin, perempuan, masyarakat adat, dan difabel;

f. Pengorganisasian melalui pembentukkan dan fasilitasi paralegal

untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat

desa;

g. Analisa kemiskinan secara partisipatif di di desa;

h. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih

dan sehat;

i. Pengorganisasian melalui pembentukkan dan fasilitasi kader

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;

j. Peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi desa;

k. Pendayagunaan teknologi tepat guna; dan

9 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

l. Peningkatan kapasitas masyarakat (melalui kader pemberdayaan

masyarakat desa, kelompok usaha ekonomi produktif, kelompok

perempuan, kelompok tani, kelompok masyarakat miskin,

kelompok nelayan, kelompok pengrajin, kelompok pemerhati dan

perlindungan anak, kelompok pemuda, dan kelompok lain sesuai

kondisi desa).

Kewenangan-kewenangan tersebut yang akan menjadi

kewenangan desa dan hal tersebut melekat pada tugas kepala desa.

Tugas kepala desa adalah menyelenggarakan pemerintahan desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan

desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa wewenang kepala desa terdiri dari: memimpin

penyelenggaraan desa, mengangkat dan

memberhentikan perangkat desa,

memegang kekuasaan pengelolaan

keuangan dan aset desa, menetapkan

peraturan desa, menetapkan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),

membina kehidupan masyarakat desa,

membina trantib masyarakat desa,

membina dan meningkatkan perekonomian

desa, mengembangkan sumber

pendapatan desa, mengusulkan dan

menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara, mengembangkan kehidupan sosial

budaya masyarakat desa, memanfaatkan

teknologi tepat guna, mengkoordinasikan

bangdes secara partisipatif, mewakili desa

di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk

mewakilinya sesuai peraturan per-Undang-undangan; dan wewenang

lain sesuai ketentuan per-Undang-Undangan10.

10 Ismail, Kepala Desa Sukamanah, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu

Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi

Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31

Agustus 2015.

Lebih khusus lagi dijelaskan, seorang kepala desa berhak: mengusulkan struktur

organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa; mengajukan rancangan dan

menetapkan Peraturan Desa; menerima penghasilan tetap setiap bulan,

Lahirnya Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 memberi

peluang lahirnya otonomi desa.

Desa dapat

menyelenggarakan

otonominya berdasarkan

kewenangan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala

desa.

10 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Pengaturan eksistensi desa melalui Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 mesti diakui memberi peluang bagi tumbuhnya otonomi

desa11. Otonomi desa ini bisa dijalankan dengan memperhatikan dua

kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala desa12. Kedua kewenangan ini yang

sepenuhnya dilakukan oleh desa. Dengan kewenangan tersebut,

diharapkan nantinya desa dapat mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri, bisa berinovasi untuk desanya sendiri dengan

berdasarkan adanya Peraturan Desa yang diterbitkan. Jika tidak ada

Peraturan Desa, maka tidak berlaku otonomi desa. Dana desa yang

dicairkan juga ditujukan untuk melaksanakan kedua kewenangan

dimaksud.

Lebih lanjut ditegaskan Basseng, bahwa inovasi yang dapat

dijalankan intinya ada di kewenangan berdasarkan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala desa13. Inovasi akan terlihat dari

tunjangan dan penerimaan lainnya yang sah serta mendapat jaminan kesehatan;

mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; serta

memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat

desa. Selanjutnya, kewajiban kepala desa: memegang teguh dan mengamalkan

Pancasila, melaksanakan UUD 1945, mempertahankan dan memelihara

keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika; meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa; memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;

menaati dan menegakkan peraturan per-UU; melaksanakan kehidupan demokrasi

dan berkeadilan gender; melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang

akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari

KKN; menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan;

menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; mengelola

keuangan dan aset desa; melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan desa; menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;

mengembangkan perekonomian masyarakat desa; membina dan melestarikan

nilai sosial budaya masyarakat desa; memberdayakan masyarakat dan lembaga

kemasyarakatan di desa; mengembangkan potensi SDA dan melestarikan

lingkungan hidup; dan memberikan informasi kepada masyarakat desa. 11 Amir Hamzah, Yayasan Layung Fajar Indonesia, “Peningkatan Pelayanan Kepada

Masyarakat Desa” disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model

Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli 2015 12 Lisbetty B. Tambunan, dari Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam

Negeri, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi

Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus 2015. 13 Basseng, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi

Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus 2015.

11 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Peraturan Desa nya, misalnya Peraturan Desa mengenai

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Perdes Wisata lokal

berskala desa. Harapannya ke depan, otonomi desa

terlihat dari seberapa besar sumber pendapatan desa yang

masuk. Pada dasarnya, inovasi desa terletak pada

bagaimana mendekatkan pelayanan kepada masyarakat

desa.

Konsep Pelayanan Publik

ungsi dasar dari pemerintahan adalah memberikan

pelayanan publik. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik menyatakan bahwa pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara

dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik. Pelayanan publik menjadi tanggung

jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pelayanan tersebut terdiri dari pelayanan administrasi

umum, pelayanan barang publik dan jasa publik14.

Merujuk pada Undang-undang Pelayanan Publik,

setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan oleh

pemerintah desa, meliputi: Menyusun dan menetapkan

standar pelayanan; Menyusun, menetapkan, dan

mempublikasikan maklumat pelayanan; Menempatkan

14 Hal tersebut senada dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 5 ayat 1 yang

menyebutkan bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi

pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup

tersebut meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat

tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,

jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,

pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

F

Pelayanan

Publik adalah

pelayanan

yang

ditujukan

untuk

masyarakat

baik secara

langsung

maupun tidak

langsung.

Public

Services

Concept

12 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

pelaksana yang kompeten; dan Menyediakan

sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

pelayanan publik yang mendukung terciptanya

iklim pelayanan yang memadai.

Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman

Standar Pelayanan Pasal 1 menyatakan bahwa

setiap penyelenggara pelayanan publik wajib

menetapkan dan menerapkan Standar

Pelayanan Publik untuk setiap jenis pelayanan.

Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan

penilaian kualitas pelayanan sebagai

kewajiban dan janji penyelenggara kepada

masyarakat dalam rangka pelayanan yang

berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan

terukur15.

Dalam penyusunan, penetapan, dan

penerapan Standar Pelayanan dilakukan

dengan memperhatikan prinsip:

1. Sederhana. Standar pelayanan yang mudah

dimengerti, mudah diikuti, mudah

dilaksanakan, mudah diukur, dengan

prosedur yang jelas dan biaya terjangkau

bagi masyarakat maupun penyelenggara.

2. Partisipatif. Penyusunan standar pelayanan

dengan melibatkan masyarakat dan pihak

terkait untuk membahas bersama dan

mendapatkan keselarasan atas dasar

komitmen atau hasil kesepakatan.

3. Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam

standar pelayanan harus dapat

15 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat (7)

dan Permenpan RB Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan

Bab II bagian Lampiran.

STANDAR

PELAYANAN DESA

AKUNTABEL

BERKELANJUT

AN

BERKEADILAN

TRANSPARANSI

PARTISIPATIF

13 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan kepada pihak yang

berkepentingan.

4. Berkelanjutan. Standar pelayanan harus terus-menerus dilakukan

perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi

pelayanan.

5. Transparansi. Standar pelayanan harus dapat dengan mudah

diakses oleh masyarakat.

6. Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan

yang diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang

berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan

kapabilitas fisik dan mental.

Komponen dalam standar pelayanan sebagaimana diatur

dalam Undang-undang Nomor 25

Tahun 2009 dibedakan

menjadi dua bagian yaitu:

1. Komponen standar

pelayanan yang terkait

dengan proses

penyampaian pelayanan

(service delivery)

meliputi: Persyaratan;

Sistem, mekanisme, dan

prosedur; Jangka waktu

pelayanan; Biaya/tarif; Produk

pelayanan; dan Penanganan

pengaduan, saran, dan masukan.

2. Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses

pengelolaan pelayanan di internal organisasi (manufacturing)

meliputi: Dasar hukum; Sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas;

Kompetensi pelaksana; Pengawasan internal; Jumlah pelaksana;

Jaminan pelayanan; Jaminan keamanan dan keselamatan

pelayanan; dan Evaluasi kinerja pelaksana.

Untuk model pemerintahan desa, tahapan pengembangan

standar pelayanannya adalah mengidentifikasi kewenangan terlebih

dahulu, kemudian ditentukan jenis kewenangannya.

Komponen dalam

Standar Pelayanan:

Service Delivery

Manufacturing

14 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Gambar 2

Tahapan Pengembangan Standar Pelayanan16

Berikut contoh identifikasi kewenangan desa untuk

mengembangkan standar pelayanan:

Gambar 3

Tahapan Pengembangan Standar Pelayanan Desa17 18

16 Damayani Tyastianti, “Strategi Pengembangan Standar Pelayanan Desa”

disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Desa

Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: 31 Agustus 2015. 17https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1011&bih=688&

q=kewenangan+desa&oq=kewenangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0.4.4.

0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve1HQ#imgrc=lZfvKBQ5pXfK8M%3A (sumber

gambar 1) 18https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1011&bih=688&

q=kewenangan+desa&oq=kewenangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0.4.4.

0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve1HQ#hl=id&tbm=isch&q=pelayanan+desa

&imgrc=mwBLmo9YBiFY4M%3A (sumber gambar 2)

IDENTIFIKASI KEWENANGAN

JENIS PELAYANAN

Kewenangan Desa

•Kewenangan berdasarkan hak asal usul: sistem organisasi perangkat desa, sistem organisasi masyarakat adat, pembinaan kelembagaan masyarakat, pembinaan lembaga dan hukum adat, pengelolaan tanah kas desa, pengelolaan tanah desa atau tanah hak milik desa yang menggunakan sebutan setempat, pengelolaan tanah bengkok, pengelolaan tanah pecatu, pengelolaan tanah titisara, dan pengembangan peran masyarakat desa

•Kewenangan lokal berskala desa: bidang pemerintahan desa, pembangunan desa, kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa

Jenis Pelayanan (menuju Otonomi Desa)

•Pengelolaan Tanah Desa

•Pemerintahan desa

•Pembangunan Desa

•Kemasyarakatan desa

•Pemberdayaan Masyarakat

•Pengelolaan Hukum Adat dan Masyarakat adat

15 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Adapun siklus penyusunan Standar Pelayanan dalam

pemerintahan desa dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 4

Siklus Penyusunan Standar Pelayanan19

Dalam model inovasi pelayanan desa, contoh standar

pelayanan desa antara lain sebagai berikut:

19 Ibid

Penyusunan Rancangan Standar Pelayanan

Pembahasan Rancangan Standar Pelayanan dengan Masyarakat

Penetapan Standar Pelayanan

Penetapan dan Penerapan Maklumat Pelayanan

Pemantauan dan Evaluasi

PER

BA

IKA

N B

ER

KELA

NJU

TAN

Musyaw

arah

Desa

16 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Gambar 5

Contoh Model Inovasi Standar Pelayanan Desa

Di desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo,

informasi mengenai standar pelayanan diwujudkan dalam bentuk

SOP Pelayanan Desa dan sudah ditempelkan di Ruang Pelayanan

Balai Desa. di Desa Lebo ini sistem pelayanan sudah menggunakan

one stop service (walaupun pelayanan masih bersifat administratif).

Penggunaan teknologi informasi juga belum memadai, sehingga

kebijakan penggunaan domain desa.id belum dilaksanakan oleh

Desa Lebo.

STANDAR PELAYANAN DESA XXX

Dasar Hukum

•Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

•Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa

•Peraturan Desa Nomor .... tentang Pelayanan Desa

Waktu Pelayan

an

•6 Hari Kerja

•08.00 - 15.00 WIB

Jenis Pelayan

an

•Pelayanan Kependudukan: Pembuatan KTP, KK, Surat Keterangan Pindah, Surat Domisili

Biaya•Gratis

SDM

•Kepala Desa

•Sekretaris Desa

•Kaur Pelayanan

•Kaur Pembangunan

Pengawasan

•Kotak Saran

•Pengawasan langsung dari masyarakat

•SMS hotline di 08122100xxxx

17 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Gambar 6

Standar Operasional Prosedur Desa Lebo

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo 20

Sebelum menerapkan Standar Pelayanan, penyelenggara

diwajibkan untuk menyusun dan menetapkan Maklumat Pelayanan.

Maklumat Pelayanan merupakan pernyataan kesanggupan dan

kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai

dengan Standar Pelayanan. Tujuan pengembangan dan penerapan

Maklumat Pelayanan pada unit pelayanan adalah untuk membuat

pelayanan publik menjadi lebih responsif (kesesuaian antara

pelayanan dengan kebutuhan masyarakat), transparan (semua aspek

pelayanan seperti waktu, biaya, dan cara pelayanan, dapat dengan

mudah diketahui oleh pengguna pelayanan) dan akuntabel (aspek

pelayanan dan konteks penyelenggaraannya dapat

dipertanggungjawabkan dan dinilai oleh pengguna layanan)21.

20 Hasil visitasi kunjungan lapangan di Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten

Sidoarjo pada tanggal 24 Agustus 2015 21 Agus Dwiyanto dalam Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Republik

Indonesia 2006. “Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Lebih lanjut

disampaikan bahwa isi Maklumat Pelayanan setidaknya menyangkut beberapa

hal sebagai berikut: 1) Nama Instansi yang memberikan pelayanan; 2) Alamat dan

Nomor telepon instansi yang dihubungi; 3) Hari dan Waktu Pelayanan; 4) Daftar

Pelayanan yang diberikan instansi; 5) Standar Pelayanan yang dapat diharapkan

oleh masyarakat; 6) Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat/pelanggan;

18 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Hal-hal yang perlu dimuat dalam Maklumat Pelayanan adalah22:

1. Pernyataan janji dan kesanggupan untuk melaksanakan

pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.

2. Pernyataan memberikan pelayanan sesuai dengan kewajiban dan

akan melakukan perbaikan secara terus-menerus.

3. Pernyataan kesediaan untuk menerima sanksi, dan/atau

memberikan kompensasi apabila pelayanan yang diberikan tidak

sesuai standar.

Maklumat Pelayanan yang telah disusun wajib dipublikasikan

secara luas, jelas, dan terbuka kepada masyarakat, melalui berbagai

media yang mudah diakses oleh masyarakat.

Gambar 7

Contoh Maklumat Pelayanan Desa

7) Hal-hal yang menjadi hak pelanggan; 8) Hal-hal yang menjadi kewajiban

pelanggan; 9) Janji pemenuhan standar pelayanan dan konsekuensi bila standar

pelayanan tidak terpenuhi. 22 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan

MAKLUMAT PELAYANAN

Kami siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang ditetapkan

Pemberian pelayanan dengan cara sederhana: mudah dilaksanakan dan biaya terjangkau

Merespon dengan cepat permintaan warga

Memiliki empati, rasa peduli, dan penuh perhatian terhadap warga

Menyiapkan petugas yang siap melayani

Kam

i ber

upay

a de

ngan

sun

gguh

-

sung

guh

untu

k:

19 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Dalam maklumat pelayanan ini terdapat kontrak pelayanan

(Citizens Charter) antara provider (yang memberikan layanan) dan

customer (yang dilayani). Citizens Charter ini memberikan informasi

janji pelayanan (ketepatan waktu, biaya, persyaratan, dll). Sehingga

diharapkan nantinya dengan adanya Citizens Charter ini akan ada

kepuasan utamanya bagi para customer (yang dilayani), dalam hal ini

kepada masyarakat desa.

Pelayanan Desa Saat Ini

ecara historis, desa merupakan cikal bakal terbentuknya

masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Desa

merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat-

istiadat, dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Desa

memiliki nilai kearifan lokal yang belum tentu dimiliki oleh masyarakat

perkotaan. Kearifan lokal masyarakat desa antar desa bisa berbeda

antara desa yang satu dengan desa lainnya. Kearifan lokal tersebut

antara lain gotong royong, kekeluargaan, peduli, jujur, saling

mengayomi, dan lain sebagainya. Kearifan lokal ini yang nantinya

dapat dijadikan modal besar untuk menjadi prasyarat model inovasi

pelayanan desa.

Jumlah desa di Indonesia saat ini mencapai 74.093 desa.

Berdasarkan peta persebaran desa di Indonesia, desa di Indonesia

terdiri dari23:

1. Desa Sangat Terbelakang: disadvantage village, akses terkait

public service rendah.

2. Desa yang Sedang Berkembang: desa yang mulai meninggalkan

keterbelakangan menuju desa mandiri.

3. Desa Mandiri: desa yang mampu mengelola sendiri, adanya

aktivitas ekonomi untuk menopang masyarakat desa.

23 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia: Perubahan

Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang Desa,

disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local

Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,

tanggal 8 September 2015

S

20 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Gambar berikut ini mendeskripsikan peta sebaran desa

menurut provinsi di Indonesia. Nampak bahwa jumlah desa di Pulau

Jawa lebih banyak dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia.

Gambar 9

Peta Sebaran Desa Per Provinsi24

Gambar tersebut mengindikasikan gambaran persebaran desa-

desa di Indonesia. Jumlah desa di Pulau Jawa lebih banyak

dibandingkan dengan desa-desa di tempat lain. Lebih kurang 22.000

jumlah desa di Pulau Jawa dengan luas Pulau Jawa yang lebih kecil

dibandingkan 4 (empat) pulau besar yang lain. Sehingga bisa

dibayangkan padatnya Pulau Jawa dibandingkan dengan pulau yang

lain.

24 Ibid

Desa Sangat Terbelakang

Desa yang Sedang

BerkembangDesa Mandiri

Gambar 8 Klasifikasi Desa

21 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Penyebaran dari skala nasional juga bisa terlihat dari

prosentase desa mandiri dan berkembang lebih banyak di Pulau Jawa

dan Bali (seperti gambar di bawah ini). Sedangkan desa tertinggal

lebih banyak di Provinsi Papua yaitu mencapai 91 % dari total desa di

Provinsi Papua.

Gambar 10: Kondisi Desa-desa Nasional per Provinsi25

Gambar 11: Peta Sebaran Kondisi Desa Berdasarkan Indeks

Pembangunan Desa Tahun 201426

25 Ibid 26 Ibid

22 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Desa sebagai struktur organisasi

pemerintahan paling rendah di Indonesia

memegang peranan dasar bagi pelayanan

publik langsung kepada masyarakat. Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

menyebutkan beberapa hal terkait dengan

pelayanan, diantaranya Pasal 4 butir f yang

menyatakan bahwa pengaturan desa

bertujuan meningkatkan pelayanan publik

bagi warga masyarakat desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan

umum; Pasal 7 ayat (3) butir c tentang

penataan desa dimaksudkan untuk

mempercepat proses pelayanan publik,

selanjutnya Pasal 67 ayat (2) butir e bahwa

desa berkewajiban memberikan dan

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

desa, juga Pasal 68 ayat (1) butir b bahwa

masyarakat desa berhak memperoleh

pelayanan yang sama dan adil.

Pelayanan desa terdiri dari pelayanan

yang bersifat administratif dan pelayanan non

administratif. Pelayanan yang bersifat

administratif terdiri dari: 1) Administrasi

Umum; 2) Administrasi Penduduk; 3)

Administrasi Keuangan; 4) Administrasi

Pembangunan; 5) Administrasi Badan

Permusyawaratan Desa (BPD); dan 6)

Administrasi lainnya27.

27 Tony Murdiyanto Hidayat, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis

Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa, Pusat Inovasi Pelayanan

Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus

2015.

Gambaran

Pelayanan

Administratif

Desa

PADMA adalah

Pelayanan

Administrasi

Terpadu Tingkat

Desa di

Kabupaten

Sragen.

23 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Jenis Pelayanan Administratif Desa

Pada bagian lain, pelayanan administratif di

desa terdiri dari Surat Pengantar KTP (baru dan

perpanjangan); Kartu Keluarga (baru atau

perubahan); Surat Keterangan Domisili; Domisili

Haji; Surat Pengantar Surat Keterangan Catatan

Kepolisian; Pengantar Surat Pindah/Datang;

Pengantar Surat Keterangan Tidak Mampu; Surat

Pengantar Nikah/Cerai; Pengantar Surat

Keterangan Kelahiran/Kematian; Surat Pengantar

Mutasi PBB; Surat Pengantar Keterangan Usaha;

Surat Pengantar Keterangan Waris; dll28.

Pelayanan non administratif dalam

pemerintahan desa terkait dalam pemberdayaan

masyarakat yang dibreakdrown ke dalam kegiatan

dan program, diantaranya29:

28 Hasil visitasi dan elaborasi dari berbagai sumber di Desa Lambang Sari

Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi; Desa Lebo Kecamatan Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo; Desa Masangan Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan,

Kelurahan Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo; dan Kelurahan

Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. 29 Ismail, Kepala Desa Sukamanah, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu

Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi

Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31

Agustus 2015.

1. Administrasi Umum

2. Administrasi Penduduk

3. Administrasi Keuangan

4. Administrasi Pembangunan

5. Administrasi Badan

Permusyawaratan Desa

6. Administrasi Lainnya

Gambaran

Pelayanan Non

Administratif

Desa

24 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

1. Bidang Pendidikan: adanya sekolah

PAUD, TPA

2. Kesehatan Masyarakat: Desa Siaga,

Posyandu, Jamban Bergulir, Sarana

Air Bersih

3. Ekonomi Masyarakat: adanya BUM

Des sarana air bersih, simpan pinjam perempuan (SPP), dan Pasar

Desa

4. Partisipasi Masyarakat, ada dua (2) program unggulan desa

Sukamanah yang bisa dijadikan model untuk desa yang lain yaitu:

a. Program Geser (Gerakan Sebungkus Rokok) yaitu suatu

program yang dilaksanakan dari menyisihkan uang senilai

sebungkus rokok untuk membiayai pembangunan solokan

pasar di Pasar Pasir senilai ± 40 juta rupiah;

b. Program Gemar Membangun yaitu program gotong royong yang

dilaksanakan masyarakat dalam membangun irigasi solokan

Ciberok sehingga terkumpul dana sebesar ± 90 juta rupiah

5. Lembaga Kemasyarakatan: Karang Taruna, Kelompok Tani

6. Keamanan dan Ketertiban: adanya Poskamdes dan Poskamling

7. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Jenis Pelayanan Non Administratif

Bidang Pendidikan

Bidang Kesehatan Masyarakat

Bidang Ekonomi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat

Lembaga Kemasyarakatan

Keamanan dan Ketertiban

Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga

Rapat Desa Cikawung

25 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Permasalahan Pelayanan Publik Di Desa

embangunan antar desa di Indonesia belum merata. Terbukti

masih adanya desa dalam status desa tertinggal, desa yang

sedang berkembang, sampai dengan desa mandiri. Gradasi

klasifikasi desa tersebut sangat terlihat. Beberapa hal yang

mendasarinya adalah karena masih adanya beberapa isu strategis

dalam pembangunan desa. Isu strategis tersebut diantaranya30:

1. Masih tingginya keterisolasian daerah perdesaan;

2. Keterbatasan ketersediaan pelayanan umum dan pelayanan dasar

minimum di perdesaan;

3. Masih rendahnya ketersediaan infrastruktur pendukung

produktivitas perdesaan;

4. Kemiskinan, pengangguran, dan kerentanan ekonomi masyarakat

desa;

5. Berkurangnya lahan usaha untuk kemandirian desa;

6. Kerentanan sumber daya alam dan lingkungan hidup perdesaan;

7. Belum optimalnya peran kelembagaan desa dalam perencanaan

dan pembangunan desa;

8. IPD mengklasifikasikan jumlah desa tertinggal sebanyak 19.944

desa (26,92 %), desa berkembang sebanyak 51.127 desa (69 %),

dan desa mandiri sebanyak 3.022 desa (4,08 %).

Isu strategis dimaksud tentunya juga berkontribusi terhadap

pemberian pelayanan desa, terutama pelayanan publik kepada

masyarakat desa, apalagi dengan cairnya dana desa yang jumlahnya

besar. Beberapa permasalahan pelayanan publik yang dihadapi oleh

pemerintahan desa antara lain31:

1. Sebagian besar bahkan hampir seluruh pelayanan publik di desa

berupa pemberian rekomendasi (pengantar) yang proses

30 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia: Perubahan

Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang Desa,

disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local

Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,

tanggal 8 September 2015 31 Dielaborasi dari berbagai sumber oleh Pusat Inovasi Pelayanan Publik. 2015.

P

26 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

penyelesaiannya berada pada tingkat kecamatan dan dinas

terkait. Hasil visitasi ke Desa Lambang Sari, Desa Masangan, dan

Desa Lebo menyebutkan bahwa tidak ada pelayanan publik yang

selesai di desa, sifatnya hanya sebagai pengantar. Misalnya

pengantar pembuatan KTP, KK, ijin usaha, surat keterangan

kelahiran, dan lain-lain.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap persyaratan

administratif dalam pengurusan kegiatan tertentu, misalnya dalam

pembuatan KTP. Padahal persyaratan tersebut sudah

terinformasikan di Ketua RT masing-masing atau bahkan

terpasang di Balai Desa, misal di Desa Masangan. Terkadang juga

masyarakat enggan untuk mengurus sendiri karena birokrasi yang

panjang dan bertele-tele, sehingga memakan waktu yang lama.

3. Masih banyaknya administrasi desa yang bersifat manual, belum

di-back up dengan teknologi informasi. Beberapa tempat masih

mengandalkan administrasi menggunakan buku atau tulisan di

papan sehingga belum terdokumentasikan dengan baik, misalnya

di Desa Lambang Sari dan Desa Masangan.

4. Sulitnya mengakomodir seluruh keinginan masyarakat. Program

pemberdayaan masyarakat dengan anggaran yang besar, maka

memunculkan banyaknya tarik ulur dalam penentuan program,

sehingga akan ada keinginan masyarakat yang tidak terakomodir.

5. Keterbatasan sarana dan prasarana desa. Keterbatasan ini yang

memunculkan minimnya sarana prasarana pelayanan publik yang

ditujukan untuk masyarakat desa.

6. Rendahnya kapasitas SDM kepala desa dan perangkat desa.

Kompetensi kepala desa menjadi ujung tombak maju atau

mundurnya sebuah desa. Permasalahan di sini adalah masih

jarangnya kepala desa yang kompeten32. Sebagai informasi awal,

gambaran mengenai kualitas SDM aparatur desa dari sisi tingkat

pendidikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

32 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,

disampaikan dalam Diskusi Terbatas “Pengelolaan Dana Desa” yang

diselenggarakan oleh Pusat Inovasi Tata Pemerintahan, Lembaga Administrasi

Negara Republik Indonesia, 9 Juli 2015

27 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Gambar 12

SDM Kepala Desa/Lurah dari Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,

dan Umur33

Data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,

dan Transmigrasi tersebut di atas memberikan informasi bahwa dari

sisi tingkat pendidikan, ada sebanyak 829 kepala desa/lurah yang

tidak pernah sekolah. Ini menjadi fakta yang tidak bisa terelakkan.

Kemungkinan besar kepala desa/lurah yang bersangkutan bisa

memimpin tetapi dari sisi kecakapan dalam administratif lain,

kemampuan menghasilkan ide-ide tentu akan berbeda dengan

kepala desa yang berpendidikan minimal SMP atau sederajat

sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 112 Tahun

2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.

Menjadi pekerjaan rumah bersama untuk Membangun

Indonesia dari Pinggiran bahwa penguatan kapasitas dan

kelembagaan di tingkat desa dalam peningkatan kualitas pelayanan

publik di desa. Tugas pendamping desa dalam pemanfaatan dana

desa utamanya bagi pelayanan desa juga dipentingkan agar

pelayanan di tingkat desa menjadi lebih optimal.

33 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia: Perubahan

Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang Desa,

disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local

Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,

tanggal 8 September 2015

28 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Menuju Model Inovasi Pelayanan Desa

ntuk mengembangkan Inovasi Pelayanan Desa, banyak hal

perlu dipertimbangkan. Misalnya dari segi kelembagaan,

apakah desa akan menjadi UPT pelayanan publik di daerah

atau tidak. Untuk itu, perlu banyak pembenahan diantaranya: 1)

Kebutuhan untuk mengeluarkan Peraturan Bupati tentang

pelimpahan wewenang kepala desa; 2) Penguatan Sumber Daya

Manusia, Anggaran, Sarana Prasarana Desa; 3) Mekanisme

Koordinasi hubungan kerja tentang pemberian layanan sendiri

tentang SKPD terkait; 4) Identifikasi pelayanan yang sudah ada di

desa yang akan diperkuat, bukan sekedar pengantar/rekomendasi34.

Selama ini kita menjumpai tantangan bahwa belum adanya model

inovasi pelayanan desa.

Tri Widodo menyampaikan bahwa ada wacana untuk

mengembangkan model inovasi pelayanan desa dalam bentuk desa

tematik. Dengan adanya desa tematik tersebut, pelayanan desa akan

terdorong dengan sendirinya. Misal Desa Wisata Pulesari yaitu desa

wisata dengan basis tanaman salak. Untuk perwujudan desa tematik

ini tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan karena

perlunya sinergitas antar stakeholders. Misalnya Dinas Pertanian

untuk mendorong salak sebagai media edukasi; Dinas Perdagangan,

Perindustrian, Koperasi dan UKM untuk membuat inovasi makanan

olahan dari salak misalnya dijadikan jus, keripik, selai, dan

sebagainya; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk

pengembangan food court, dan sebagainya.

Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Kedeputian Inovasi

Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia mencoba memberikan ide inovasi bagi pelayanan publik

pemerintahan desa agar mampu mengembangkan model inovasi

pelayanan desa yang diharapkan.

34 Tri Widodo Wahyu Utomo dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi

Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: 31 Agustus 2015.

U

29 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

1. Delivery pelayanan dengan one stop service.

Pelayanan terpadu satu pintu telah diamanatkan dalam

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Dalam Undang-Undang ini dikhususkan untuk pelayanan perijinan

dan non perijinan. Dalam hal pelayanan desa, kita berusaha

mengadopsi sistem pelayanan terpadu satu pintu.

PTSP bertujuan 1) memberikan perlindungan dan kepastian

hukum kepada masyarakat; 2) memperpendek proses pelayanan; 3)

Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah,

transparan, pasti, dan terjangkau; dan 4) Mendekatkan dan

memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat. PTSP

dilaksanakan dengan prinsip: keterpaduan, ekonomis, koordinasi,

pendelegasian atau pelimpahan wewenang, akuntabilitas, dan

aksesibilitas35.

2. Delivery informasi desa ke dalam domain nasional desa.id.

Gerakan Desa Membangun (GDM) merupakan gerakan kolektif

desa—pemerintah desa dan masyarakat desa—untuk memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam aktivitas tata kelola

sumberdaya dan pelayanan publik di desa. UU No 6 Tahun 2014 telah

memberikan kewenangan besar pada desa dalam bentuk wewenang

berdasar hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Untuk

melaksanakan kewenangannya, pemerintah desa wajib

memiliki Sistem Informasi Desa yang menjamin rencana dan

pelaksanaan pembangunan desa dapat dipantau oleh masyarakat

desa.

Program desa.id dibuat dengan program seramah mungkin

kepada pengguna pelayanan. Pelayanan ini dapat diakses melalui

telepon pintar (smartphone). Aplikasi desa.id ini memiliki beberapa

tujuan sebagai berikut:

a. Menyebarluaskan isu-isu pedesaan;

b. Mempromosikan potensi dan produk unggulan desa;

35 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal 2 dan 3.

30 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

c. Pemerintah desa mampu mengambil kebijakan

dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes) maupun

Surat Keputusan Kepala Desa (SK Kades) secara

tepat karena merujuk basis data sumber daya

yang akurat;

d. Menyelenggarakan pelayanan publik terutama

pelayanan administrasi secara prima;

e. Melaksanakan keterbukaan informasi publik (KIP);

f. Memantau rencana dan pelaksanaan

pembangunan desa melalui sistem informasi

desa;

g. Aplikasi/sistem yang mendukung pengelolaan

informasi dan penyelenggaraan pelayanan publik

yang berjalan dalam platform telepon pintar

(smartphone)

Beberapa desa di Indonesia telah

menggunakan media komunikasi untuk mendukung

komunikasi dan pertukaran informasi antar desa

dengan jarak geografis sangat jauh. Penyebarluasan

konten desa melalui web ini mampu mengangkat

peristiwa dan potensi desa ke ruang publik bahkan

menjadi diskursus baru dalam tata kelola desa,

seperti:

a. Desa Mandalamekar (mandalamekar.desa.id di

Tasikmalaya),

b. Desa Melung (melung.desa.id di Banyumas),

c. Desa Ciburial (ciburial.desa.id Bandung),

d. Desa Garawastu (garawastu.desa.id di

Majalengka),

e. Desa Panjalu (panjalu.desa.id di Ciamis),

f. Desa Harapan Jaya (harapanjaya.desa.id di

Indragiri Hilir),

g. Desa Hanura (hanura.desa.id di Pesawaran),

h. Desa Ciendeur (ciendeur.desa.id di Cianjur), dan

i. Gampong Cot Baroh (gampongcotbaroh.desa.id di

Pidie).

Desa

Mandalamekar

Desa Melung

Desa Ciburial

Desa Garawastu

Desa Harapan Jaya

DESA.ID

31 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Selain ditampilkan dalam desa.id tersebut, informasi

desa juga ditampilkan dalam lobi balai desa secara

elektronik. Harapan ke depan, sistem pelayanan publik akan

terkoneksi secara online di 3500 desa36.

Di sisi lain, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi telah meluncurkan website desa

online melalui situs indonesiamembangun.id pada bulan

Desember 2014. Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi

menyatakan bahwa di era modern yang serba memanfaatkan

kecanggihan teknologi seperti dewasa ini, potensi desa sudah

selayaknya dipublikasikan melalui website dengan jaringan

online di 5000 desa. Hal ini sejalan dengan agenda prioritas

pembangunan dalam konsep Nawa Cita Presiden Joko

Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yakni membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan Desa dalam kerangka Negara kesatuan. Dengan

tersedianya fasilitas sistem informasi Desa online, maka akan

terjadi sistem checks and balances dalam aspek tata kelola

Desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembangunan. Pemerintah desa wajib menginformasikan

perencanaan dan pelaksanaan Pembangunan, termasuk

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) kepada

masyarakat desa melalui layanan informasi umum dan

melaporkannya dalam Musyawarah Desa paling sedikit 1

(satu) tahun sekali37.

3. Peningkatan kualitas SDM Aparatur Desa

Peningkatan kualitas pelayanan publik tentu saja harus

diiringi dengan peningkatan kualitas SDM aparatur desa, baik

36 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia:

Perubahan Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang

Desa, disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan

Local Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia, tanggal 8 September 2015 37 Disarikan dari http://www.beritasatu.com/kesra/233582-dorong-egoverment-

desa-marwan-luncurkan-desa-online.html diakses tanggal 7 Oktober 2015 pukul

10.35 WIB.

Desa Cieundeur

Desa Hanura

Gampong Cot

Baroh

Pada saat ditelusuri

tanggal 22

Desember 2015 jam

11.05 a.m. Desa

Panjalu dengan

alamat

panjalu.desa.id

tidak dapat diakses.

DESA.ID

32 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

dari kepala desa maupun dari perangkat desanya. Hipotesis awalnya,

semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak program kreatif

dan inovatif yang mampu dihasilkan. Outcomenya semakin tinggi

kualitas pelayanan yang dihasilkan.

Peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintahan desa dapat

dilakukan melalui Bimbingan Teknis ataupun pendampingan.

Pendampingan desa sebagaimana yang diprogramkan Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun ini

masih dalam tahapan pendaftaran tenaga pendamping secara

online38. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 tentang

Pendampingan Desa, bahwa pendampingan desa adalah kegiatan

untuk melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat melalui

asistensi, pengorganisasian, pengarahan, dan fasilitasi desa.

Harapannya untuk masa yang akan datang, desa memiliki tenaga

yang ahli di bidang teknologi informasi, penganggaran, dan

administrasi lainnya. Tantangan ke depan semakin tinggi sehingga

membutuhkan kreativitas dan keaktifan untuk berinovasi dalam

mengembangkan dirinya sendiri.

Pusdiklat Kemendagri

Regional Yogyakarta pada

tahun 2015 membuat sebuah

model inovasi bidang diklat

yaitu mobile training dimana

tenaga pengajar dan

penyelenggara mendatangi

desa39. Diklat langsung

praktek di lapangan. Metode

ini bisa membantu

meningkatkan kualitas SDM

aparatur desa dengan cakupan

peserta yang lebih banyak.

38 http://pendamping.kemendesa.go.id/ 39 Suroyo, Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta, Proyek Perubahan

“Percepatan Pencapaian Cakupan Peserta Diklat Melalui Penyelenggaraan Diklat

Model Mobile Training di Pusdiklat Kementerian Dalam Negeri Regional

Yogyakarta” (hasil validasi).

33 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Mobile training ini diharapkan dapat menjangkau seluruh desa di

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Kearifan Lokal Masyarakat Desa

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk

warisan budaya Indonesia. Kearifan lokal

terbentuk sebagai proses interaksi antara

manusia dengan lingkungannya dalam rangka

memenuhi berbagai kebutuhannya. Proses-

proses terbentuknya kearifan lokal sangat

bergantung kepada potensi sumberdaya alam

dan lingkungan serta dipengaruhi oleh

pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat

setempat terhadap alam dan lingkungannya.

Kearifan lokal berbeda-beda di setiap

daerah dan di dalamnya terkandung berbagai

norma dan nilai religius tertentu. Namun pada

dasarnya proses kearifan lokal berjalan selaras dengan alam. Hal ini

sesuai dengan pendapat Edmund Woga bahwa secara substantif,

kearifan lokal berorientasi pada keseimbangan dan harmoni

manusia, alam, dan budaya; kelestarian dan keragaman alam dan

kultur; konservasi sumberdaya alam dan warisan budaya;

penghematan sumberdaya yang bernilai ekonomi; moralitas dan

spiritualitas40.

5. Dynamic database warga desa

Pengelolaan database warga desa dilakukan secara dinamis,

akurat, cepat, dan akuntabel. Misalnya data mengenai kelahiran

maupun kematian, dengan memasukkan NIK dapat terlacak dengan

baik. Hal ini merupakan persyaratan mendasar karena akan

berimplikasi pada alur pelayanan lain yang dibutuhkan oleh warga,

misalnya untuk pembuatan KTP, surat keterangan tidak mampu,

surat pengantar persyaratan pendirian usaha dan lain sebagainya.

40 https://fikafatiaqandhi.wordpress.com/2012/05/07/pentingnya-kearifan-lokal-

masyarakat-dalam-pengelolaan-sumberdaya-alam-dan-lingkungan-di-pedesaan/

34 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Pengarusutamaan e-government melalui pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi dalam pemberian pelayanan

publik ini menjadi kunci penentu keberhasilan pelayanan publik ke

depan. Sehingga

diharapkan dengan sistem

yang baik akan

memunculkan kinerja

organisasi pelayanan publik

yang lebih baik.

Prasyarat ini yang

nantinya akan menjadi

model inovasi pelayanan

desa sehingga di masa yang

akan datang akan

membentuk sebuah pola

hubungan dalam model inovasi pelayanan desa yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 13

Pola Hubungan Pelayanan Desa yang diharapkan

•Membawa kelengkapan administratif

Masyarakat Desa

•KTP

•Kartu Keluarga

•Akte Kelahiran

•Surat Keterangan Tidak Mampu

•Surat Keterangan Domisili

•Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah

•Surat Keterangan Kematian

•Ijin Keramaian

•Ijin HO

Kantor Desa (Pelayanan Selesai

di Desa)

35 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Model Inovasi Pelayanan Desa

odel inovasi pelayanan desa yang diharapkan untuk masa

yang akan datang adalah pelayanan yang cepat, efisien,

mudah, dan murah. Diharapkan kemandirian desa di masa

yang akan datang akan bisa melahirkan kemandirian

dalam pelayanan di desa tidak hanya sebatas pemberian pengantar,

meskipun ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Model inovasi

pelayanan desa yang diharapkan dalam paper ini adalah

mendekatkan pelayanan desa dari pelayanan desa yang hanya

bersifat pengantar menjadi pelayanan yang sifatnya langsung

diterima oleh warga masyarakat.

Tim Pusat Inovasi Pelayanan Publik berupaya mengidentifikasi

beberapa jenis pelayanan administratif yang nantinya bisa

diselesaikan di tingkat desa meliputi Pelayanan Pembuatan KTP, KK,

Akte Kelahiran, Surat Keterangan Tidak Mampu, Surat Keterangan

Domisili, Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah, Surat Keterangan

Kematian, Ijin Keramaian, dan Ijin HO. Ada beberapa hal yang dapat

dijadikan prasyarat menuju kemandirian desa dalam pelayanan

publik dapat dideskripsikan dalam beberapa jenis pelayanan sebagai

berikut:

1. Pelayanan Administratif

a. Pelayanan KTP dan Kartu Keluarga

Dalam pemberian

pelayanan KTP (baru atau

perpanjangan) dan Kartu

Keluarga (KK),

persyaratan yang harus

dipenuhi adalah surat

pengantar dari RT dan RW,

KTP lama, dan KK lama.

Sudah adanya data kependudukkan tersentral di server

Kementerian Dalam Negeri sangat memungkinkan jika akan

diberikan pelayanan KTP dan KK secara langsung di tingkat

desa. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah ketersediaan

M

36 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

jaringan internet dan SDM aparatur desa yang menguasai

teknologi informasi.

b. Pelayanan Akte Kelahiran

Pemberian pelayanan pembuatan

akte kelahiran dapat dilaksanakan di

tingkat desa. Persyaratan yang harus

dipenuhi adalah surat keterangan

lahir dari bidan/dokter/Rumah Sakit,

pengantar RT dan RW, serta adanya

saksi dari warga sekitar. Integrasi

dari sistem kependudukan ini yang

memungkinkan adanya data yang

menyeluruh sehingga pelayanan

pembuatan akte kelahiran di tingkat

desa menjadi dimungkinkan.

c. Pelayanan Pemberian Surat Keterangan Tidak Mampu

Pemberian surat keterangan tidak

mampu dapat dilaksanakan

dengan syarat adanya pengantar

dari RT dan RW. Surat ini bisa

menjadi rujukan untuk berobat ke

rumah sakit, pencarian beasiswa

pendidikan, dll. Integritas RT dan

RW diperlukan agar sistem ini bisa

berjalan dengan baik.

37 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

d. Pelayanan Pemberian Surat Keterangan Domisili

Pemberian pelayanan surat

keterangan domisili dapat

dilaksanakan dengan

prasyarat yaitu lamanya

berdomisili di tempat

tersebut, keterangan

pengantar dari RT dan RW

setempat.

e. Pelayanan Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah

Pernyataan Sudah/Belum Menikah ke depannya cukup sampai

dengan tingkat desa. Saksi dari keluarga, warga sekitar,

maupun RT dan RW menjadi kunci bagi pelayanan pemberian

Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah.

38 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

f. Pelayanan Surat Keterangan Kematian

Pemberian surat pernyataan

keterangan kematian dari desa

setelah mendapat visum kepastian

dari dokter, surat pengantar dari RT

dan RW serta menyertakan Kartu

Keluarga. Surat keterangan kematian

ini dapat digunakan sebagai bahan

pengantar untuk pengurusan Pensiun

bagi PNS, pengurusan klaim

asuransi, dan sebagai dasar

pembagian waris (jika diperlukan).

g. Ijin Keramaian

Selama ini, proses ijin keramaian sampai dengan tingkat

kecamatan dan polsek. Ke depannya jika skala keramaian

hanya lokal desa cukup ijin dari desa dengan persetujuan dari

kepolisian yang berada di tingkat desa. Namun, alasan

penyelenggaraan ijin harus jelas disertakan.

h. Ijin HO (Hinder Ordonantie atau Ijin Gangguan)

Pemberian ijin HO dapat diselesaikan pada tingkat desa untuk

kegiatan industri yang sifatnya kecil, dengan syarat ada

pengantar dari RT/RW, fotokopi surat tanah, NPWP, akte

pendirian, tanda pelunasan PBB, serta pernyataan tidak

berkeberatan dari tetangga. Persyaratan lain yang harus

dilakukan adalah tidak mencemari lingkungan sekitar kawasan

industri.

2. Pelayanan Non Administratif

Pelayanan desa yang bersifat non administratif lebih kepada

pelayanan desa yang bersifat pemberdayaan masyarakat.

Pelayanan pemberdayaan masyarakat ini meliputi beberapa

bidang yaitu bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, ekonomi

masyarakat, kemasyarakatan, serta bidang keamanan dan

ketertiban. Masing-masing bidang mengurusi berbagai pelayanan

tertentu.

39 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

a. Pelayanan Bidang Pendidikan

Pelayanan yang memungkinkan di bidang pendidikan

misalnya pendirian sekolah PAUD, TPA. Di Jepang, desa

mempunyai otonomi untuk mengatur sekolah dari tingkat SMP,

SD, TK, dan PAUD41. Di Indonesia, walaupun tidak setinggi di

Jepang, bisa mengadopsi untuk mengelola pendidikan sampai

dengan tingkat SD.

b. Pelayanan Bidang Kesehatan

Pelayanan bidang kesehatan masyarakat di desa dapat

berupa desa siaga, posyandu, jamban bergulir, penyediaan

sarana air bersih, dan bidan desa. Sistem kesehatan

masyarakat di Jepang terintegrasi dengan sangat baik dan lebih

mengutamakan aspek promotif dan preventif; Fungsi

kelembagaan pemerintah dan kelembagaan masyarakat

dimaksimalkan; Pendidikan Perilaku Hidup Sehat dimulai sejak

usia sekolah; Pembagian tugas dan fungsi terkait petugas

kesehatan sangat tegas dan jelas; dan Masyarakat Desa mudah

mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan medis yang

berkualitas42. Ke depan, Indonesia dapat mengadopsi sistem

kesehatan masyarakat seperti pola di Jepang tersebut.

c. Pelayanan Bidang Ekonomi Masyarakat

Penguatan pelayanan pada bidang ekonomi masyarakat

dapat dilakukan dengan pengadaan Badan Usaha Milik Desa,

koperasi simpan pinjam desa, dan pasar desa. Negara Brunei

Darussalam memperkuat kelembagaan ekonomi desa dengan

menciptakan semboyan one village one product. Jika Indonesia

bisa mengadopsi inovasi tersebut, maka kemajuan ekonomi

masyarakat dapat meningkat. Hal ini tentu saja mendukung

program Nasional 1000 Desa Inovasi dari Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

41 Hiroshi Inamaya dalam seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local

Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,

tanggal 8 September 2015 42 Drs. Haryamin, Apt, M.Kes dalam

http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/003/news/general/120704.

html

40 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

d. Pelayanan Bidang Kemasyarakatan, Keamanan dan Ketertiban

Inovasi pelayanan bidang kemasyarakatan, keamanan

dan ketetiban diantaranya lebih menggiatkan karang taruna,

arisan warga, program pertahanan sipil (Hansip), siskamling,

dan sebagainya. Apalagi jika ingin mengeluarkan ijin keramaian

tingkat desa, maka inovasi dalam bidang keamanan dan

ketetiban ini menjadi tulang punggung utama.

Penutup

esa dengan beberapa fenomena di dalamnya, sudah

saatnya mempunyai kewenangan dalam pemberian

pelayanan kepada masyarakat langsung. Apalagi dengan

adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa

dimana ada keleluasaan otonomi desa berdasarkan kewenangan hak

asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Otonomi desa ini yang

dapat memunculkan beberapa model pelayanan yang dapat diinisiasi

langsung oleh desa sehingga akan memunculkan kemandirian desa.

Pelayanan desa yang selama ini sebagian besar dan bahkan

seluruhnya hanya bersifat pengantar saja sehingga ke depan

diupayakan agar ditingkatkan kualitasnya. Hal ini dibarengi dengan

peningkatan kapasitas internal baik dari sisi SDM aparatur maupun

prasarana pendukungnya, misalnya dengan memperkaya content IT

dalam pelaksanaan pekerjaan di pemerintahan desa. Pada akhirnya,

kemandirian nasional yang dicita-citakan oleh negara dapat terwujud

dari pinggiran. Akhirnya, Membangun Indonesia dari pinggiran dapat

terwujud.

D

41 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto dalam Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia Republik Indonesia 2006. “Strategi Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik”.

Amir Hamzah, Yayasan Layung Fajar Indonesia, “Peningkatan

Pelayanan Kepada Masyarakat Desa” disampaikan dalam

Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik

Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli 2015

Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun

Indonesia: Perubahan Paradigmatik Perspektif Pembangunan

Dalam Undang-Undang Desa”, disampaikan dalam Seminar

Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local Administration

Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,

tanggal 8 September 2015

Basseng, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model

Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi

Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia tanggal 31 Agustus 2015.

Damayani Tyastianti, “Strategi Pengembangan Standar Pelayanan

Desa” disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model

Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik,

Jakarta: 31 Agustus 2015.

Hiroshi Inamaya dalam seminar Indonesia – Jepang: Indonesia –

Japan Local Administration Seminar, Lembaga Administrasi

Negara Republik Indonesia, tanggal 8 September 2015

Ismail, Kepala Desa Sukamanah, disampaikan dalam Diskusi

Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik

Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus

2015.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi, disampaikan dalam Diskusi Terbatas

“Pengelolaan Dana Desa” yang diselenggarakan oleh Pusat

Inovasi Tata Pemerintahan, Lembaga Administrasi Negara

Republik Indonesia, 9 Juli 2015

Lisbetty B. Tambunan, dari Dirjen Bina Pemerintahan Desa

Kementerian Dalam Negeri, disampaikan dalam Diskusi

Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik

Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga

42 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus

2015.

Suroyo, Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta, Proyek

Perubahan “Percepatan Pencapaian Cakupan Peserta Diklat

Melalui Penyelenggaraan Diklat Model Mobile Training di

Pusdiklat Kementerian Dalam Negeri Regional Yogyakarta”

(hasil validasi).

Tony Murdiyanto Hidayat, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu

Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa,

Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara

Republik Indonesia tanggal 31 Agustus 2015.

Tri Widodo Wahyu Utomo dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model

Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik,

Jakarta: 31 Agustus 2015.

Peraturan Perundangan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal

2 dan 3.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman

Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan

Lokal Berskala Desa

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang

Pedoman Standar Pelayanan

43 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Sumber Internet:

Drs. Haryamin, Apt, M.Kes dalam

http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/003/news

/general/120704.html

https://fikafatiaqandhi.wordpress.com/2012/05/07/pentingnya-

kearifan-lokal-masyarakat-dalam-pengelolaan-sumberdaya-

alam-dan-lingkungan-di-pedesaan/

Disarikan dari http://www.beritasatu.com/kesra/233582-dorong-

egoverment-desa-marwan-luncurkan-desa-online.html diakses

tanggal 7 Oktober 2015 pukul 10.35 WIB.

http://pendamping.kemendesa.go.id/

https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&sour

ce=hp&biw=1011&bih=688&q=kewenangan+desa&oq=kewe

nangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0

.4.4.0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve

1HQ#imgrc=lZfvKBQ5pXfK8M%3A

https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&sour

ce=hp&biw=1011&bih=688&q=kewenangan+desa&oq=kewe

nangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0

.4.4.0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve

1HQ#hl=id&tbm=isch&q=pelayanan+desa&imgrc=mwBLmo9Y

BiFY4M%3A

Kunjungan Langsung:

Hasil visitasi dan elaborasi dari berbagai sumber di Desa Lambang

Sari Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi; Desa Lebo

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo; Desa Masangan

Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, Kelurahan Sidokumpul

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo; dan Kelurahan

Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.