open recruitment pengisian jabatan struktural :...
TRANSCRIPT
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 51
OPEN RECRUITMENT PENGISIAN JABATAN STRUKTURAL :
PENGALAMAN DKI JAKARTA DAN KOTA SAMARINDA
Samiaji Peneliti Muda Pusat Inovasi Pelayanan Publik
email : [email protected]
LATAR BELAKANG
Istilah lelang jabatan semakin populer di kalangan masyarakat,
terutama sejak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mewacanakan lelang
jabatan camat dan lurah di wilayahnya. Sebenarnya, lelang jabatan yang
dilaksanakan Jokowi bukan hasil „karangan‟ Jokowi namun semata-mata
hanya menjalankan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi (Menpan dan RB). SE Menpan dan RB No. 16 Tahun 2012
lahir dengan tujuan untuk menghasilkan pejabat-pejabat (struktural) yang
memiliki kompetensi. Hal yang baru dari peraturan tersebut adalah adanya
transparansi proses seleksi dimana untuk pengisian jabatan structural
harus dilakukan dengan mekanisme seleksi terbuka.
Dalam prakteknya, pengangkatan PNS kedalam jabatan structural
selama ini masih diwarnai praktek-praktek KKN sehingga untuk
mendapatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat belum dapat
diwujudkan. Prinsip-prinsip profesionalisme, keterbukaan, tidak
diskriminatif, keselarasan gender dan berbasis kompetensi dalam proses
seleksi belum dapat diwujudkan. Meskipun demikian sebenarnya di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri
Bunga Rampai Administrasi Publik
52 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Sipil Dalam Jabatan Struktural bahwa pengangkatan PNS dalam jabatan
struktural harus mempertimbangkan aspek kompetensi dan kinerja.
Oleh karena itu untuk memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam PP No. 13 tahun 2002 dan sejalan dengan semangat dan tuntutan
program percepatan reformasi birokasi maka diperlukan adanya upaya
penataan sumber daya aparatur, dimana salah satunya adalah dalam hal
penempatan seseorang dalam jabatan.
Penempatan seseorang dalam jabatan yang selama ini dilakukan
adalah dengan mekanisme BAPERJAKAT. Dengan mekanisme seperti ini
menutup akses bagi PNS yang memiliki kompetensi dan berkinerja baik.
Oleh karena itu dalam rangka mendapatkan seorang pejabat yang
kompeten, professional dan sesuai dengan syarat jabatan, maka dilakukan
dengan mekanisme seleksi terbuka (open bidding, open recruitment).
Mekanisme seleksi terbuka ini dimaksudkan untuk menjamin kualitas PNS
yang akan menduduki suatu jabatan.
Dari sisi manajemen kepegawaian, seleksi terbuka diharapkan akan
mampu menempatkan seorang birokrat sesuai dengan kemampuan dan
keahliannya masing-masing. Dengan seleksi terbuka ini akan diketahui
seorang birokrat lebih tepat ditempatkan di bagian administrasi/staf
(supporting staff) ataukah yang bersangkutan memiliki kemampuan
leadership yang memadai sehingga tepat untuk dijadikan pimpinan
(leader/manajer). Tidak hanya itu, melalui seleksi terbuka juga akan
diperoleh pemimpin yang tepat dan mumpuni di bidangnya. Pada gilirannya,
akan tercapai adanya kesesuaian kemampuan dengan jabatan seseorang
sehingga akan terpilih pejabat yang professional dan dalam jangka panjang
akan tercipta birokrasi yang andal.
Namun demikian dinamaka yang terjadi dalam praktek
penyelenggaraan seleksi terbuka untuk pengisian jabatan structural
diwarnai oleh berbagai isu menarik. Sebut saja penolakan sejumlah warga
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 53
Kecamatan Lenteng Agung Jakarta Selatan terhadap terpilihnya seorang
Camat Wanita, dimana penolakan tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan
keyakinan. Belum lagi isu terkait dengan “job seeker”, isu politisasi birokrasi
dan lain sebagainya.
KONSEP DAN KEBIJAKAN OPEN RECRUITMENT
1. Konsep Open Recruitment
Open recruitment atau open bidding atau ada yang menyebut dengan
lelang jabatan sebenarnya bukan hal baru dalam perspekif administrasi
publik. Dalam konsep New Public Management (NPM), metode ini sudah
dikenalkan dan dipraktekkan di negara-negara Barat, seperti Singapura
dan New Zealand. Tujuannya adalah untuk memilih aparatur yang memiliki
kapasitas, kompetensi dan integritas yang memadai untuk mengisi
posisi/jabatan tertentu sehingga dapat menjalankan tugas yang lebih
efektif dan efisien Open recruitment merupakan salah satu cara untuk
memperkecil potensi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) karena
rekrutmen jabatan dilakukan secara transparan, menggunakan indikator
tertentu dan dilakukan oleh pihak yang netral dan kompeten melakukan
seleksi.
Sebetulnya konsep open recruitment atau lelang jabatan ini tidak
jauh berbeda dengan fit and proper test. Namun demikian, gebrakan ini
cukup menyita perhatian publik, bahkan menjadi topik aktual beberapa
media massa beberapa bulan terakhir ini. Isu ini semakin menarik karena
banyak orang yang kurang memahami istilah lelang jabatan. Ada persepsi
bahwa lelang jabatan sama seperti lelang atau tender dalam proses
pengadaan barang dan jasa. Bahkan ada pula yang menduga bahwa,
lelang jabatan akan membuka celah munculnya KKN seperti halnya dalam
praktek lelang pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintahan.
Padahal sejatinya lelang jabatan justru bisa memperkecil potensi KKN
Bunga Rampai Administrasi Publik
54 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
karena dilakukan secara transparan, menggunakan indikator tertentu dan
dilakukan oleh assesment centre.
Salah satu tujuan dari open recruitment ini adalah untuk mengikis
image negatif PNS yang selama ini melekat dimasyarakat, yaitu PNS malas
dan berkinerja rendah yang diakibatkan budaya birokrasi yang masih
primordial dan cenderung feodal, budaya dilayani bukan melayani sehingga
membuat PNS berorientasi kekuasaan. ditambah lagi dengan euphoria
reformasi, dimana kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, hal ini
secara tidak langsung akan membuat PNS yang ada di daerah menjadi
terkotak-kotak. PNS yang pada saat Pilkada menjadi tim sukses tentu akan
berharap apabila calon kepala daerah sukses tentu akan imbal jasa seperti
posisi dalam jabatan structural di pemerintahan. Namun ketika persyaratan
untuk menduduki jabatan ditentukan dengan jelas prosesnya, terbuka,
melalui proses kompetisi terbuka tentunya dapat menghindarkan dari
praktek politisasi birokrasi dan apabila ini dapat lakukan dengan sungguh-
sungguh, maka insentif bagi PNS untuk terlibat dalam politik praktis dalam
rangka memenangkan calon kepala daerah bisa kita hindarkan1.Disamping
itu apabila pola open recruitment dilakukan dengan benar, maka akan
dapat mendorong mobilitas PNS antar tingkat pemerintahan dan antar
sector.
Kebijakan open recruitment atau dikenal juga dengan seleksi terbuka
merupakan kebijakan yang diharapkan dapat mencari sosok pejabat yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan oleh suatu jabatan. Dengan
demikian, hasil dari seleksi terbuka adalah terpilihnya pejabat-pejabat yang
berkompeten, memiliki integritas dan yang terpenting adalah bahwa mereka
1 Agus Dwiyanto, disampaikan pada pembukaan Diskusi Terbatas tentang Open
Recruitment Pengisian Jabatan Struktural di Daerah yang diselenggarakan oleh
Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah pada tanggal 21 Agustus 2013
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 55
yang terpilih adalah figure-figur yang memang layak untuk menduduki
jabatan tersebut.
Kebijakan ini muncul karena banyaknya fenomena yang terjadi,
terutama di daerah, dalam pengangkatan seseorang kedalam suatu jabatan
“belum” mempertimbangkan kompetensi yang bersangkutan. Bahkan yang
terjadi adalah pengangkatan seseorang kedalam suatu jabatan tertentu
disebabkan karena seseorang menjadi tim sukses pada saat Pemilukada.
Pengangkatan seseorang kedalam suatu jabatan adalah dalam
rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai
pemegang saham, karena rakyat sebagai pembayar pajak memiliki hak
untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari pemangku jabatan,
sebagaimana dikemukakan oleh Dwiyanto2 bahwa jabatan itu sebenarnya
adalah bagian dari akuntabilitas. yang namanya tax payers, yang membayar
pajak itu mempunyai hak untuk dilayani oleh orang yang paling kompeten,
oleh orang yang terbaik.
2. Kebijakan Open Recruitment
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural
merupakan salah satu dari manajemen PNS sebagai aparatur negara yang
diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil Dalam Jahatan Struktural. Oleh karena itu tanpa kegiatan
pelaksanaan lelang jabatan, kegiatan pengangkatan PNS dalam jabatan
struktural sudah cukup baik jika dilakukan sesuai dengan peraturan diatas.
Fokusnya tinggal bagaimana pelaksanaannya saja yang diperbaiki agar
tidak menyimpang dari peraturan tersebut.
2 ibid, hlm 140
Bunga Rampai Administrasi Publik
56 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Proses open recruitment atau lelang jabatan sebetulnya memiliki
dasar hukum yang sangat kuat. Didalam Undang Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah sudah diatur mengenai wewenang
kepala daerah untuk menentukan struktur Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) dan pengisian jabatannya. Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974
Tentang Pokok Pokok Kepegawaian juga sudah mengatur tentang
persyaratan pengisian jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada
pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan. berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang
pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.
Bebagai persoalan dalam pengangkatan seseorang kedalam jabatan
structural yang selama ini terjadi adalah banyaknya pejabat yang diangkat
untuk menduduki suatu jabatan tidak sesuai dengan persyaratan jabatan,
tetapi lebih disebabkan oleh adanya hubungan emosional antara pejabat
yang memiliki wewenang dibidang kepegawaian dengan orang tersebut,
sehingga substansi pengangkatan jabatan tersebut tidak menjadi
pertimbangan. Banyak kasus yang terjadi di daerah, dimana pengangkatan
kedalam jabatan structural hanya disebabkan oleh hubungan emosional
semata. Misalnya saja, seorang guru diangkat kedalam berbagai jabatan
seperti kepala dinas, kabag humas atau camat hanya disebabkan yang
bersangkutan menjadi tim sukses Kepala Daerah pada saat Pemilukada.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana akan memberikan
pelayanan kepada masyarakat bila yang menjadi pimpinan adalah bukan
dari orang-orang yang kompeten, tidak memahami persoalan-persoalan
yang ada di masyarakat. Menyikapi permasalahan-permasalahan seperti ini,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 57
merespon dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomo 16 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Struktural Yang Lowong Secara
Terbuka.
DINAMIKA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OPEN RECRUITMENT
Didalam bagian ini akan dikemukakan dinamika implementasi dari
kebijakan ini, yang menyangkut pengalaman empiris dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Samarinda dalam implementasi
open recruitment.
1. Pengalaman Empiris Provinsi DKI Jakarta
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab terdahulu bahwa open
recruitment atau open bidding atau di DKI Jakarta dikenal dengan sebutan
lelang jabatan merupakan langkah yang ditempuh pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk mengangkat calon lurah dan camat dengan mekanisme
seleksi terbuka atau lelang jabatan, dimana setiap warga Jakarta
berkesempatan untuk turut serta dalam proses tersebut.
Proses seleksi terbuka ini membuat regenerasi pegawai berlangsung
lebih cepat dan transparan. Melalui sistem lama, seorang lurah bisa
menghabiskan waktu hingga 12 tahun sebelum bisa menjadi camat 3 .
Setiap jenjang karier bisa memakan waktu empat tahun sebelum mendapat
promosi. Selain itu, proses lelang jabatan ini juga memberi kesempatan bagi
PNS di luar bidang pemerintahan untuk menjadi camat dan lurah.
Sebelumnya, dalam pola karier tertutup, hanya PNS di bidang pamong atau
pemerintahan yang bisa menempati kedua posisi itu. "Bisa dibilang ini
lompat galah untuk karier PNS, karena dulu sangat kecil kemungkinan PNS
3 I Made Karmayoga, Pengalaman empiris Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan
lelang jabatan, disampaikan dalam Diskusi tentang Open Recruitment Pengisian
Jabatan Struktural di Daerah yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian Kinerja Otonomi
Daerah-LAN pada tanggal 21 Agustus 2013
Bunga Rampai Administrasi Publik
58 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
dari bidang lain menjadi camat atau lurah4," Padahal, banyak juga PNS yang
mampu menjadi lurah atau camat meski bukan berlatar belakang karier
pemerintahan. Bisa dari bidang kebersihan atau kesehatan. Terbukti, ada
dokter dan PNS berlatar pendidikan kesehatan masyarakat yang kini
menjadi camat dan lurah.
Pelaksanaan lelang jabatan di DKI Jakarta dilakukan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut :
a. Pegawai melakukan registrasi melalui website
b. Peserta mendownload dan mengirim berkas kelengkapan
c. Panitia memeriksa kelengkapan dan kesesuaian berkas lamaran
d. Pengumuman hasil seleksi administrasi
e. Pelaksanaan tes tertulis (kompetensi bidang)
f. Pengumuman Skor tes kompetensi bidang
g. Pelaksanaan tes online kompetensi manajerial dan wawancara
h. rekapitulasi hasil tes manajerial dan kompetensi
i. Pengumuman hasil seleksi final (3 calon terbaik)
j. Baperjab dan Persetujuan Gubernur
k. Pengumuman Hasil Baperjab
l. Pelantikan
Ada beberapa kriteria yang menjadi tolok ukur hasil seleksi terbuka
bagi jabatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta, yaitu 1) sangat memenuhi
syarat (SMS), 2) memenuhi syarat (MS), 3) cukup memenuhi syarat (CMS),
4) masih memenuhi syarat (MMS) dan 5) belum memenuhi syarat.
Pada awalnya pemerintah DKI Jakarta hanya menginginkan penilaian
cukup dengan 3 (tiga) kriteria saja yaitu sangat memenuhi syarat,
memenuhi syarat dan cukup memenuhi syarat. Akan tetapi karena terbentur
aturan, yaitu di PP 100 yang menyatakan bahwa tidak bisa melakukan
4 ibid, hlm 143
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 59
demosi, maka ditambahkan satu kriteria lagi yaitu masih memenuhi syarat.
Hal ini untuk mengakomodir pejabat-pejabat yang sedang menjabat dan ikut
mendaftar lelang jabatan ini5. Menurut I Made Karmayoga, Kepala BKD
Provinsi DKI Jakarta bahwa jika penambahan kriteria kelulusan ini adalah
salah satu bentuk kompromi dalam rangka mengakomodir pejabat yang
masih menduduki jabatan karena kalau tidak diakomodir maka sebanyak
35% jabatan lurah dan camat akan hilang.
Lelang jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
adalah untuk Jabatan Lurah dan Camat untuk seluruh wilayah DKI Jakarta
dan diikuti tidak saja oleh Lurah dan Camat yang masih aktif menjabat,
akan tetapi juga diikuti oleh PNS yang non definitive atau yang bukan
menjabat sebagai Camat dan Lurah.
Definisi untuk kriteria bagi Camat definitive yang mengikuti seleksi
Camat, yaitu :
Sangat Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
memiliki semua kompetensi yang
dipersyaratkan jabatan Camat dan siap untuk
dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi
Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan
untuk Camat dengan masih memerlukan
persiapan dan pendidikan/latihan tambahan
bila akan di promosikan
Cukup Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini yang bersangkutan cukup
komptensi untuk menjadi Camat dengan
masih adanya 3 atau 4 kompetensi yang perlu
dikembangkan sehingga yang bersangkutan
memungkinkan untuk dirotasi pada jabatan
yang sama padatempat berbeda sesuai
kompetensi yang dimiliki
Masih Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
memiliki 5 kompetensi yang perlu
dikembangkan sehingga lebih sesuai untuk
5 ibid, hlm 143
Bunga Rampai Administrasi Publik
60 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
ditempatkan pada jabatan lain dengan eselon
yang sama
Belum Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
belum memenuhi persyaratan Camat dan
memerlukan banyak pelatihan
pengembangan kompetensi
Sedangkan definisi untuk non Camat yang mengikuti seleksi, yaitu :
Sangat Memenuhi Syarat Sesuai untuk memangku jabatan Camat dan
atau jabatan lebih tinggi dengan tantangan-
tantangan tugas yang tinggi sesuai
kompetensi yang dimiliki
Memenuhi Syarat Sesuai untuk memangku jabatan Camat
karena telah memenuhi syarat kompetensi
pada jabatan tersebut
Cukup Memenuhi Syarat Dapat memangku jabatan Camat pada
tempat/ daerah tertentu yang sesuai dengan
kompetensi yang bersangkutan
Masih Memenuhi Syarat Dapat menduduki jabatan yang setera dengan
eselon Camat tetapi bukan sebagai Camat
Belum Memenuhi Syarat Belum memenuhi syarat untuk menduduki
jabatan Camat
Hasil seleksi untuk kandidat Camat dari hasil penilaian dan
serangkaian test yang dilakukan dapat dilihat pada table berikut :
No. Hasil Jumlah Persentase
1. SMS 8 2,84%
2. MS 25 8,87%
3. CMS 12 4,26%
4, MMS 68 24,11%
5, BMS 169 59,93%
Total 282 100%
Untuk hasil seleksi terbuka terhadap Camat definitive sebagaimana
table berikut :
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 61
No. Hasil Pejabat Definitif Persentase
1. SMS 3 7,50%
2. MS 5 12,50%
3. CMS 4 10%
4, MMS 15 37,50%
5, BMS 13 32,50%
Total 40 100%
Untuk hasil seleksi terbuka terhadap Camat non definitive
sebagaimana table berikut :
No. Hasil Non Definitif Persentase
1. SMS 5 2,07%
2. MS 20 8,26%
3. CMS 8 3,31%
4, MMS 53 21,90%
5, BMS 156 64,46%
Total 242 100%
Definisi untuk kriteria bagi Lurah definitive yang mengikuti seleksi
Lurah, yaitu :
Sangat Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
memiliki semua kompetensi yang
dipersyaratkan jabatan Lurah dan siap untuk
dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi
Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan
untuk Lurah dengan masih memerlukan
persiapan dan pendidikan/latihan tambahan
bila akan di promosikan
Cukup Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini yang bersangkutan cukup
komptensi untuk menjadi Lurah dengan
masih adanya 3 atau 4 kompetensi yang perlu
dikembangkan sehingga yang bersangkutan
memungkinkan untuk dirotasi pada jabatan
yang sama padatempat berbeda sesuai
kompetensi yang dimiliki
Masih Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
memiliki 5 kompetensi yang perlu
dikembangkan sehingga lebih sesuai untuk
Bunga Rampai Administrasi Publik
62 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
ditempatkan pada jabatan lain dengan eselon
yang sama
Belum Memenuhi Syarat Dengan kriteria ini berarti yang bersangkutan
belum memenuhi persyaratan Lurah dan
memerlukan banyak pelatihan
pengembangan kompetensi
Sedangkan definisi untuk non Lurah yang mengikuti seleksi, yaitu :
Sangat Memenuhi Syarat Sesuai untuk memangku jabatan Lurah dan
atau jabatan lebih tinggi dengan tantangan-
tantangan tugas yang tinggi sesuai
kompetensi yang dimiliki
Memenuhi Syarat Sesuai untuk memangku jabatan Lurah
karena telah memenuhi syarat kompetensi
pada jabatan tersebut
Cukup Memenuhi Syarat Dapat memangku jabatan Lurah pada
tempat/ daerah tertentu yang sesuai dengan
kompetensi yang bersangkutan
Masih Memenuhi Syarat Dapat menduduki jabatan yang setera dengan
eselon Camat tetapi bukan sebagai Lurah
Belum Memenuhi Syarat Belum memenuhi syarat untuk menduduki
jabatan Lurah
Hasil seleksi untuk kandidat Lurah dari hasil penilaian dan
serangkaian test yang dilakukan dapat dilihat pada table berikut :
No. Hasil Jumlah Persentase
1. SMS 92 13,73%
2. MS 106 15,82%
3. CMS 122 18,21%
4, MMS 39 5,82%
5, BMS 311 46,42%
Total 670 100%
Untuk hasil seleksi terbuka terhadap Lurah definitive sebagaimana
table berikut :
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 63
No. Hasil Pejabat Definitif Persentase
1. SMS 63 29,44%
2. MS 50 23,36%
3. CMS 40 18,69%
4, MMS 12 5,61%
5, BMS 49 22,90%
Total 214 100%
Untuk hasil seleksi terbuka terhadap Lurah non definitive
sebagaimana table berikut :
No. Hasil Non Definitif Persentase
1. SMS 29 6,36%
2. MS 56 12,28%
3. CMS 82 17,98%
4, MMS 27 5,92%
5, BMS 262 57,46%
Total 456 100%
Dari hasil seleksi terhadap Camat dan Lurah selanjutnya akan
ditindaklanjuti, apakah itu promosi ataukah dalam bentuk yang lain. Adapun
tindaklanjut hasil seleksi untuk pelamar Camat, baik Camat definitive
maupun Camat non definitif yang berhasil lolos uji seleksi terbuka adalah
sebagai berikut :
no. Kriteria Jml
Definitif Tindaklanjut keterangan
1. SMS 3 Prioritas untuk di
promosikan vertical/
horizontal
menunggu
formasi jabatan
2. MS 5 Tetap pada jabatan
semula
3. CMS 4 Mutasi pada jabatan
camat dengan grade
lebih rendah
Perlu pembinaan dan
evaluasi lebih lanjut
oleh Walikota/Bupati
batas waktu 6 bulan
4. MMS 15 Mutasi pada jabatan
camat tidak pada
Perlu pembinaan dan
evaluasi lebih lanjut
Bunga Rampai Administrasi Publik
64 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
wilayah utama oleh Walikota/bupati,
batas waktu 6 bulan
5. BMS 13 Masuk daftar tunggu,
jika ada formasi
jabatan dibahas pada
sidang Baperjab
sesuai kebutuhan
dengan
pernyataan
tertulis
ditugaskan di
Walikota/ Bupati
no. Kriteria Jml Non
Definitif Tindaklanjut keterangan
1. SMS 5 Prioritas untuk di
promosikan vertical/ horizontal
menunggu formasi
jabatan
2. MS 20 Tetap pada jabatan
semula atau dapat di
promosikan sebagai
Camat
3. CMS 8 kembali ke jabatan
semula
4. MMS 53 kembali ke jabatan
semula dengan
evaluasi
5. BMS 156 tidak memiliki
kompetensi sebagai
Camat
Sedangkan tindaklanjut hasil seleksi untuk pelamar Lurah, baik Lurah
definitive maupun Lurah non definitif yang berhasil lolos uji seleksi terbuka
adalah sebagai berikut :
no. Kriteria Jml
Definitif Tindaklanjut keterangan
1. SMS 63 Prioritas untuk di
promosikan vertical/ horizontal
menunggu formasi
jabatan
2. MS 50 Tetap pada jabatan
semula
mendapat prioritas
kedua untuk promosi
3. CMS 40 Mutasi pada jabatan
Lurah dengan grade
Perlu pembinaan dan
evaluasi lebih lanjut
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 65
lebih rendah oleh Walikota/Bupati
batas waktu 6 bulan
4. MMS 12 Mutasi pada jabatan
Lurah tapi pada
wilayah utama
Perlu pembinaan dan
evaluasi lebih lanjut
oleh Walikota/bupati,
batas waktu 6 bulan
5. BMS 49 Masuk daftar tunggu,
jika ada formasi
jabatan dibahas pada
sidang Baperjab
sesuai kebutuhan
dengan pernyataan
tertulis
bertanggung jawab
dari Walikota/
Bupati
ditugaskan di
Walikota/ Bupati
no. Kriteria Jml Non
Definitif Tindaklanjut keterangan
1. SMS 29 Prioritas untuk di
promosikan vertical/ horizontal
menunggu formasi
jabatan
2. MS 56 Tetap pada jabatan
semula atau dapat di
promosikan sebagai
Camat
mendapat prioritas
kedua untuk promosi
3. CMS 82 kembali ke jabatan
semula
4. MMS 27 kembali ke jabatan
semula dengan
evaluasi
5. BMS 262 tidak menduduki
jabatan kepamongan
Lurah
2. Pengalaman Empiris Kota Samarinda
Sebagaimana yang dilakukan oleh Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah
Kota Samarinda juga telah melakukan proses open recruitment untuk
jabatan structural di lingkungan Pemerintah Kota Samarinda. Menurut
Walikota Samarinda sebagaimana dikutip oleh Kepala BKD Kota Samarinda
Bunga Rampai Administrasi Publik
66 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
dinyatakan bahwa “seleksi kompetensi ini merupakan sebuah tuntutan
pelayanan public yang lebih berkualitas, terbuka, murah, cepat dan terjamin
dari celah KKN” 6 . Pernyataan tersebut merupakan komitment Kepala
Daerah Kota Samarinda dalam mendukung program reformasi birokrasi,
dimana salah satunya adalah dengan melakukan seleksi terbuka terhadap
calon pejabat yang akan menduduki kursi kepemimpinan di lingkungan
pemerintah Kota Samarinda. Dengan berpedoman pada SE MENPAN&RB
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Tatacara Pengisian Jabatan Struktural yang
Lowong secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, Pemerintah
Kota Samarinda menjadikan edaran tersebut sebagai dasar untuk lepas dari
tekanan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penempatan calon pejabat
structural terutama dalam posisi yang strategis.
Sebagaimana disampaikan oleh Kepala BKD Kota Samarinda bahwa
tujuan akhir dari open recruitment di lingkungan Pemerintah Kota
Samarinda adalah agar dapat dihasilkan calon-calon pejabat yang
professional, berkinerja tinggi, memiliki kompetensi sesuai uraian dan syarat
jabatan serta memiliki integritas.
Berbeda dengan DKI Jakarta yang Pemerintah Kota Samarinda
melakukan rekruitmen terbuka untuk mengisi jabatan yang lowong. Sejak
tahun 2010, Pemerintah Kota Samarinda telah melakukan pengisian
jabatan structural dengan menggunakan uji kelayakan (fit and proper test)
dengan metode psikotest dan wawancara. Perbedaan dengan metode
terbuka atau lelang jabatan hanya pada proses penentuan peserta uji
kelayakan, dimana peserta uji kelayakan sebelum adanya SE MENPAN dan
6 Indra Hadi, Pengalaman Empiris Kota Samarinda dalam pelaksanaan open
recruitment pejabat structural dilingkungan Pemerintah Kota samarinda,
disampaikan pada Diskusi Terbatas tentang Open Recruitment Pengisian Jabatan
Struktural di Daerah yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Kinerja Otonomi
Daerah pada tanggal 21 Agustus 2013.
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 67
RB Nomor 16 Tahun 2012 diseleksi secara terbatas, tidak dipublikasi
secara luas.
Sejak Januari 2013 hingga saat ini, Pemerintah Kota Samarinda telah
melaksanakan kegiatan lelang jabatan sebanyak 2 kali, yaitu tahap pertama
dilaksanakan pada tanggal 12-14 Februari 2013, dimana pada tahap ini
dilelang sebanyak 16 jabatan yang terdiri dari 1 jabatan eselon II, 4 jabatan
eselon II dan 11 jabatan eselon IV. Pada tahap pertama ini, lelang jabatan
diikuti oleh 125 orang pelamar. Sementara untuk tahap kedua lelang
jabatan dilaksanakan pada 7-8 Juni 2013, dimana jabatan lowong yang
dilelang adalah 6 jabatan terdiri dari 4 jabatan eselon II dan 2 jabatan
eselon IV, diikuti oleh sebanyak 37 orang pelamar.
Secara umum, metode lelang jabatan di Kota Samarinda mengacu
kepada SE MENPAN&RB Nomor 16 Tahun 2012, dan untuk menjaga
integritas dan independensi proses lelang jabatan tersebut dibagi dalam
dua tahap, yaitu tahap seleksi administrasi dilakukan oleh Badan
Kepegawaian Kota Samarinda dan seleksi kompetensi dilaksanakan
sepenuhnya oleh PKP2A III LAN Samarinda.
Sebagai sebuah metode yang relatif baru dalam manajemen
kepegawaian tentunya metode lelang jabatan ini akan memiliki dampak.
Menurut Kepala BKD Kota Samarinda, paling tidak ada dua dampak dari
pelaksanaan lelang jabatan ini, yaitu :
a. civil affect dari hasil lelang jabatan, dimana terjadi pemenang lelang
jabatan yang memiliki pangkat/golongan yang lebih rendah dari pejabat
structural setingkat dibawahnya atau dengan staf bawahannya;
b. change management menuntut perubahan mindset dan perilaku yang
tidak dapat dilakukan secara instan.
Yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan open recruitment, bahwa
kedepan Pemerintah Kota Samarinda akan mengadopsi konsep talent
management, dimana pada calon pejabat secara bertahap dan hasil seleksi
Bunga Rampai Administrasi Publik
68 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
akan dimasukkan kedalam talent poll. Untuk tahun 2013 ini BKD Kota
Samarinda akan melakukan assessment centre untuk seluruh pejabat
eselon III/a untuk kemudian dilakukan pemeringkatan dan data disimpan
dalam database talent pool, sehingga apabila ada kekosongan jabatan
untuk eselon II/b, maka untuk mengisi kekosongan tersebut akan diambil
dari database talent pool, dengan begitu pemerintah daerah tidak perlu lagi
melakukan serangkaian test untuk menempatkan seseorang kepada
jabatan yang lowong karena pemerintah daerah telah memiliki database
pejabat-pejabat yang memenuhi kriteria untuk menduduki suatu jabatan.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Setiap kebijakan tentu akan memiliki implikasi terhadap sebuah
system. begitu pula halnya dengan kebijakan pengangkatan jabatan
structural dengan mekanisme seleksi terbuka, baik implikasi yang bersifat
positif maupun negatif. Sisi positif dari kebijakan ini diharapkan membawa
dampak sebagai berikut;
1. mengurangi mismatch antara kompetensi dan jabatan. dengan seleksi
terbuka yang dilaksanakan sungguh-sungguh maka akan terpilih sosok
pejabat yang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang memadai
sesuai dengan persyaratan jabatan.
2. mengurangi praktek politisasi birokrasi. banyak terjadi di daerah ketika
terjadi pergantian kepala daerah sering pula dibarengi dengan
pergantian para pejabat-pejabat strukturalnya. Namun ketika
persyaratan untuk menduduki jabatan ditentukan dengan jelas dan
prosesnya dilakukan dengan terbuka, melalui proses kompetisi maka
insentif bagi PNS untuk terlibat dalam politik praktis dalam rangka
memenangkan calon kepala daerah bisa kita hindarkan.
3. dengan adanya open recruitment atau seleksi terbuka, maka
persaingan positif akan terbuka. Dengan adanya persaingan mendorong
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 69
semangat bagi peningkatan kualitas, kinerja dan disiplin PNS. Selama
ini PNS yang duduk dalam jabatan tertentu masih banyak yang
belum teruji kualitasnya. Disamping itu budaya birokrasi kita masih
mengindikasikan adanya keterkaitan emosional dan ekonomis tertentu
dalam mendudukkan seseorang dalam jabatan. Keterkaitan emosional
seperti adanya kedekatan secara kekerabatan, maupun kedekatan
secara organisasi. Keterkaitan secara ekonomis terkait dengan
jual beli jabatan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan
politik tertentu.
4. bagi pejabat Pembina kepegawaian dan pejabat eselon I, II yang
berwewenang dalam member mandat bagi PNS dalam jabatan
tertentu, seleksi terbuka dapat bermanfaat untuk menghindarkan diri
dari intervensi berbagai fihak yang berusaha menempatkan
“orangnya” dalam jabatan strategis di lingkungan masing-masing.
Jabatan politik dan kepartaian saat ini memiliki bargaining position
untuk mempengaruhi keputusan pejabat public, karena memang atasan
pejabat public secara structural adalah pejabat politik (menteri,
gubernur dan seterusnya)
5. memperkuat sistem managemen karir berdasarkan merit sistem dimana
terbuka peluang yang sama bagi setiap PNS untuk meningkatkan karir
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Selama ini terkesan proses
rekrutmen PNS dalam jabatan yang dilakukan oleh Baperjakat berjalan
kurang objektif dan transparan sehingga PNS malas untuk meraih
prestasi tertentu. Ada kesan kemampuan adalah nomor dua, nomor
satunya adalah kedekatan dengan pejabat dan factor nasib.
Sementara itu, implikasi negatif dari kebijakan ini adalah :
1. bahwa tidak bisa dihindari adanya seseorang yang terpilih dalam proses
open recruitment memiliki pangkat/golongan yang lebih rendah dari
pejabat dibawahnya atau dengan staf bawahannya. Jika ini terjadi maka
Bunga Rampai Administrasi Publik
70 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
akan menambah permasalahan baru khususnya di bidang manajemen
kepegawaian.
2. tidak dapat dihindari munculnya “job seeker”. Fenomena ini harus
menjadi pemikiran dari pengambil kebijakan. Yang perlu dilakukan
adalah bagaimana mendefinisikan job seeker tersebut. Jika job seeker
didefinisikan sebagai seseorang (PNS) yang mengikuti proses ini dimana-
mana ini tentu menjadi persoalan, tetapi apabila job seeker di definisikan
sebagai sekelompok orang (PNS) yang memiliki aspirasi karir tentu
bukan sesuatu yang negatif, justru hal ini dapat dijadikan insentif
3. perlu diwaspadai munculnya resistensi terhadap pejabat baru bila yang
terpilih adalah orang yang berasal dari luar organisasi. Selama ini ada
kesan orang susah untuk menerima kedatangan orang lain di lingkungan
kerjanya, apalagi dengan tujuan melakukan perubahan,
PENUTUP
Dari dinamika diskusi yang berkembang, maka dapat diberikan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Kebijakan open recruitmen adalah kebijakan yang sangat tidak populer
terutama bagi “mereka” yang sudah merasa nyaman menduduki suatu
jabatan. Oleh karena itu perlu adanya regulasi guna pengaturan lebih
lanjut tentang open recruitment, sehingga tidak akan terjadi gugatan
oleh pihak-pihak tertentu dikemudian hari
2. Bahwa open recruitment atau lelang jabatan tentu saja akan menarik
perhatian orang, namun kadang ada pula orang-orang yang memiliki
kompetensi yang enggan untuk mengikuti proses tersebut. ada baiknya
bagi mereka yang enggan mengikuti atau mendaftar perlu adanya
mekanisme agar pimpinan yang bersangkutan dapat mengikutsertakan
dalam proses tersebut.
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 71
3. bahwa open recruitment atau lelang jabatan adalah suatu proses yang
transparan untuk memilih calon-calon pejabat yang kompeten, namun
perlu diwaspadai adanya “job seeker”. Oleh karena itu keberadaan
database pejabat-pejabat yang telah mengikuti proses seleksi ini sangat
diperlukan, sehingga kedepannya, apabila kebutuhan untuk melakukan
seleksi terbuka, maka panitia seleksi hanya perlu membuka database
yang ada dan bila masih tersedia pejabat-pejabat yang memenuhi kriteria
maka yang bersangkutan tidak perlu mengikuti proses pendaftaran untuk
mengikuti kembali seleksi tersebut. Hal ini pun sebagai upaya efisiensi
waktu dan anggaran.
4. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengangkatan seseorang kedalam jabatan
tertentu apalagi jabatan yang ada diluar unit instansi yang bersangkutan
sudah tentu akan mendapatkan resistensi dari orang-orang yang ada
diunit tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan yang tegas
agar seseorang yang akan ditunjuk untuk menduduki suatu jabatan
tertentu diluar unit kerjanya
5. Perlu pengaturan yang tegas terhadap netralitas PNS (birokrasi), hal ini
untuk menjaga agar PNS (terutama di daerah) tidak “terkotak-kotak”
terutama pada saat Pilkada, karena selama ini fenomena yang ada
adalah pengangkatan seseorang dalam jabatan structural sering
dikaitkan dengan imbal jasa karena keterlibatannya sebagai tim sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus, Pengantar diskusi terbatas tentang open recruitment
pengisian jabatan struktural di daerah yang dilaksanakan oleh Pusat
Kajian Kinerja Otonomi Daerah-LAN pada tanggal 21 Agustus 2013.
Hadi, Indra, HA, pengalaman empiris Kota Samarinda, 2013, materi diskusi
terbatas tentang open recruitment pengisian jabatan structural
Bunga Rampai Administrasi Publik
72 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
didaerah yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian Kinerja Otonomi
Daerah-LAN pada tanggal 21 Agustus 2013.
Karmayoga, I Made, Paparan diskusi open recruitment pengisian jabatan
structural di daerah, yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian Kinerja
Otonomi Daerah, Jakarta, 21 Agustus 2013.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengisian
Jabatan Struktural yang lowong secara terbuka