pengembangan kapasitas teknologi informasi bidang data...
TRANSCRIPT
1
Pengembangan Kapasitas Teknologi Informasi
Bidang Data/Informasi (Infostruktur)
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Percepatan Reformasi Birokrasi
A. A. Sri Astiti
Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur
Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara
Jl. Veteran 10, Jakarta 10110, Indonesia E-Mail [email protected]
A. Pendahuluan
Berdasarkan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan
strategi nasional pengembangan e-government menginstruksikan kepada seluruh
pemimpin pemerintahan baik pusat dan daerah untuk menyusun rencana tindak
pengembangan e-government dan pelaksanaannya melalui koordinasi dengan
kementerian komunikasi dan informasi. Pada tahun 2002, Kementerian KOMINFO telah
menyusun kerangka konseptual Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). SISFONAS ini
dapat digunakan sebagai kerangka berpijak secara konseptual dalam pengembangan
sistem informasi yang terintegrasi secara nasional. Dalam kerangka SISFONAS tersebut
disebutkan bahwa keberhasilan penerapan e-government diperlukan persyaratan yaitu
dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana
tersebut meliputi penyediaan infrastruktur e-government baik yang bersifat teknis dan
non teknis, yang terdiri dari penyiapan aspek kepemimpinan, SDM, regulasi,
infrastruktur jaringan, infostruktur dan infrastruktur aplikasi.
Disisi lain, berbagai permasalahan yang ada sehingga menghambat dalam
penyiapan sarana dan prasarana pelaksanaan e-government pada instansi pemerintah
pusat dan daerah, antara lain:
Tingkat komitmen yang rendah pada level pimpinan instansi pemerintah. Hal ini
disebabkan oleh presepsi yang berbeda tentang pemanfaatan e-government itu
sendiri, misalnya masih memiliki anggapan bahwa sudah merasa cukup dengan
kinerja yang ada sehingga timbul resistensi terhadap perubahan kultur dan tata
kerja, pengimplementasian e-government memelukan biaya dan resiko yang
tinggi sehingga pengimplemantasian Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK)
dianggap kurang perlu, dan lain sebagainya.
Tingkat pengetahuan SDM dalam pengembangan e-government yang terbatas.
Hal ini juga menjadi permasalahan tersendiri sehingga menjadi organizational
2
burden dalam pengembangan e-government dan memerlukan waktu dalam
penyiapan SDM TIK yang handal.
Belum adanya regulasi yang standar dan baku pada setiap instansi pemerintah
dalam pengembangan e-government dimasing-masing instansi pemerintah. Hal
ini tentunya akan menghambat dalam pengembangan e-government dimasing-
masing instansi pemerintah.
Belum tersusunnya standar baku dalam pengembangan infrasturktur informasi
pemerintahan yang melibatkan lintas instansi, sehingga belum adanya
interoperabilitas data antar instansi terkait.
Pengembangan aplikasi masih dilakukan sendiri-sendiri tanpa koordinasi
dengan instansi lain sehingga sulit diintegrasikan dengan aplikasi lain. Hal ini
menyebabkan timbulnya pulau-pulau informasi (information island) sehingga
informasi yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan dan terkotak-kotak yang
tentunya menghambat dalam proses pengambilan keputusan.
Dari berbagai permasalahan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah
percepatan pengembangan e-government, antara lain melalui reformasi kerangka
pengaturan, percepatan investasi, komunikasi antar pemangku kepentingan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan (capacity building) di bidang Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK). Dengan beberapa langkah percepatan atau rencana tindak
dalam pengembangan e-government tersebut diharapkan akan mempercepat proses
reformasi birokrasi yang bermuara pada perbaikan sistem tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance). Pada bab ini memfokuskan pada pemaparan tentang apa
dan bagaimana pengembangan kapasitas Teknologi Informasi bidang Data/Informasi
pada instansi pemerintah pusat dan daerah. Beberapa pokok bahasan antara lain:
Konsep Penyiapan data/informasi bagi instansi pemerintah pusat dan daerah, model
dasar sistem data/informasi pemerintah pusat dan daerah, dan trend teknologi
database. Tujuan dari beberapa pemaparan tersebut adalah untuk meningkatan
kapasitas pengetahuan baik individu dan kelembagaan dalam menyiapkan
infrastruktur data/informasi dan pengembangan teknologi database pada instansi
pusat dan daerah.
B. Konsep Penyiapan Sistem Data/Informasi bagi Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah
Dalam era globalisasi dan informasi, informasi merupakan tulang punggung
organisasi. Dengan kata lain informasi memiliki peranan yang penting dan strategis
dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Organisasi dikatakan informatif
apabila bisa menyediakan pelayanan informasi kepada publik secara cepat, tepat, dan
akurat (up-to-date). Informasi tersebut dapat dihasilkan melalui pengelolan sistem
informasi yang baik. Sebelum lebih jauh memaparkan bagimana konsep penyiapan
sistem data/informasi bagi instansi pemerintah pusat dan daerah, maka perlu
3
memahami dahulu mengenai peran sistem data dan informasi bagi pemerintah. Data
dan informasi memiliki hubungan keterkaitan yang erat, karena data merupakan
bentuk dasar dari sebuah informasi. Sedangkan informasi merupakan elemen yang
dihasilkan dari suatu bentuk pengolahan data. Gordon B. Davis (1985) mendefiniskan
data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas dan transaksi yang tidak
mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai. Data
dapat berupa: teks, simbol, gambar, audio dan video. Sedangkan informasi adalah data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya, dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Dengan
adanya perkembangan teknologi komputer, pengelolaan informasi saat ini sudah
banyak yang menggunakan komputer. Beberapa manfaat penggunaan sistem informasi
berbasis komputer, antara lain: menghasilkan informasi yang lebih cepat, mengurangi
birokrasi dan memiliki kemampuan proses yang sangat cepat serta menghasilkan
informasi dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Berikut adalah gambar model dasar
sistem informasi berbasis komputer dimana data diolah dengan menggunakan database
komputer untuk menghasilkan informasi yang diinginkan.
Gambar 1. Model Dasar Sistem Informasi berbasis Komputer
Menurut Turban, McLean (2004) sistem informasi merupakan suatu proses
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi
untuk tujuan spesifik. Secara umum sistem pengolahan informasi berbasis komputer
dirancang untuk mendukung fungsi operasi, manajemen dan keputusan sebuah
organisasi.
Lalu, bagaimana peran sistem data/informasi pada instansi pemerintah? Pada
instansi pemerintah baik pusat dan daerah, sistem informasi memiliki peran yang
penting dan strategis antara lain:
Menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pemerintah,
masyarakat dan investor secara cepat, tepat dan up to date.
Mempercepat dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan.
Sistem pengorganisasian, Integrasi data dan informasi dapat mengurangi dan
menghindari redudansi/duplikasi data.
Meningkatkan kecepatan dan keakuratan penyusunan laporan manajerial.
Meningkatkan kualitas dan kecepatan layanan (service excellence).
4
Disisi lain terdapat beberapa permasalahan Pemerintah dalam penyediaan
sistem informasi bagi stake holder-nya, antara lain:
Pengembangan sistem data/informasi masih dilakukan sendiri-sendiri sehingga
memunculkan pulau-pulau informasi yang sulit diintegrasikan karena masing-
masing pulau informasi mememiliki struktur data, bisnis proses dan teknologi
penerapan yang berbeda-beda.
Belum adanya standarisasi dalam interoperabilitas basis data sehingga
menyebabkan data tidak terigrasi, redudansi/duplikasi data, dan Informasi yang
dibutuhkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Belum adanya standarisasi berbagi data (data sharing) antar pemerintah dan
stakeholder lainnya sehingga menyebabkan ketidak-efisienan dalam proses
pengambilan keputusan.
Belum adanya pusat pengelola data di tingkat nasional dan daerah
(national/local data warehouse center).
Belum adanya standarisasi dalam pengamanan data (database security).
Dari berbagai permasalahan yang ada pada sistem data/informasi Pemerintah,
maka perlu disusun beberapa strategi untuk penyiapan dan pengembangan
infrastruktur informasi tersebut antara lain:
Pengaturan Koordinasi antar sektor dan antar tingkatan pemerintah dalam
menetapkan standarisasi infrastruktur data/informasi.
Pengaturan Domain Data yaitu pengaturan hak dan kewenangan instansi untuk
menangani suatu data dan bagaimana instansi lain dapat memanfaatkan data
tersebut.
Penyusunan standarisasi interoperabilitas data antar instansi pemerintah pusat
dan daerah.
Penyusunan standarisasi data sharing antar instansi pemerintah pusat dan
daerah.
Pembentukan Pusat Pengelola Data dan Informasi di tingkat nasional dan daerah
(national/local data warehouse center) sebagai pusat gudang data bersama yang
menganalisa dan mengolah data serta mendiseminasikan informasi, beserta
penyusunan mekanisme dan prosedur kerja untuk menjamin ketersediaan data
(data availability).
Penyusunan prosedur dan standarisasi pengamanan data (database security)
untuk menjamin kemanan data agar tidak mudah disalahgunakan dan
dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan, serangan virus dan
trojan.
5
C. Model Dasar Sistem Data/Informasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Dalam rangka menyusun model dasar sistem data/informasi pemerintah pusat
dan daerah maka perlu diidentifikasi siapa pengguna sistem data/informasi tersebut,
dan penetapan jenis-jenis data dan informasi (common database) yang dibutuhkan oleh
user. User atau pengguna data/informasi sistem data/informasi pemerintah antara lain:
pemerintah pusat & daerah, masyarakat/publik dan sektor dunia usaha/bisnis.
Sedangkan jenis-jenis data dan informasi dari sistem informasi pemerintahan yang
dibutuhkan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha meliputi, antara lain:
Statistik produksi dalam negeri, konsumsi dalam negeri, ekspor dan impor.
Data sumber daya cadangan.
Informasi kebijakan, meliputi:
o Peraturan dan Kebijakan.
o Dasar Hukum & Sanksi Hukum.
o Rencana Strategis.
Informasi Kerjasama International di berbagai sektor.
Informasi Pelayanan Publik, meliputi:
o Kependudukan.
o Perpajakan dan retribusi.
o Pendaftaran dan Ijin.
o Bisnis dan Investasi.
Informasi Keuangan, meliputi:
o Anggaran (APBN & APBD)
o Kas dan Perbendaharaan.
o Akuntasi instansi/daerah.
o Penerimaan Negara (PNBP, Pinjaman LN dan Hibah).
Informasi Perencanaan & Pembangunan Nasional, meliputi:
o Perencanaan Pembangunan Daerah.
o Perencanaan Proyek.
o Pengelolaan dan Pemantauan Proyek.
o Evaluasi dan Informasi pembangunan.
Informasi Kepegawaian/Aparatur Negara, meliputi:
o Rekrutmen PNS.
o Absensi dan Penggajian.
o Penilaian Kinerja PNS.
o Pendidikan dan Pelatihan.
Informasi Aset Pemerintah, meliputi:
o Pengelolaan Barang Pemerintah Pusat dan Daerah.
o Katalog Barang Pemerintah Pusat Daerah.
o Pengelolaan Pendapatan Pemerintah Pusat Daerah.
6
o Pengelolaan Perusahaan Negara dan Daerah.
Informasi Sosial Kemasyarakatan, meliputi:
o Kesehatan Masyarakat.
o Pendidikan.
o Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.
o Penanganan Bencana.
o Kesejahteraan Sosial.
o Pemberdayaan Masyarakat & Penanggulangan Kemiskinan.
o Pengelolaan Zakat.
o Koperasi, peridustrian dan Perdagangan.
Informasi Kewilayahan, meliputi:
o Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.
o Potensi Daerah.
o Kehutanan.
o Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan.
o Perikanan dan Kelautan.
o Pertambangan dan Energi.
o Pariwisata.
Informasi Sarana dan Prasarana, meliputi:
o Transportasi.
o Jalan dan Jembatan.
o Pelabuhan dan Terminal.
o Sarana Umum.
Secara umum gambaran mengenai konsep dasar sistem data/informasi
pemerintah pusat dan daerah dapat digambarkan pada gambar 2 berikut:
Gambar 2. Konsep Model Dasar Sistem Data/Informasi Pemerintah Pusat dan
Daerah
7
D. Trend Teknologi Database
Sistem informasi pemerintahan adalah sistem yang menghasilkan informasi
keseluruhan tugas dan fungsi operasi dan administrasi penyelenggaraan pemerintah.
Sistem ini tidak terlepas dari desain yang baik antara sistem aplikasi (front end) dan
sistem pengelolaan database (back end). Pada sub bab ini dipaparkan mengenai trend
perkembangan teknologi database. Tujuannya adalah memberikan wawasan mengenai
informasi terkini terutama dalam perkembangan teknologi database sehingga dapat
meningkatkan kapasitas pengetahuan (knowledge capacity) dalam pengembangan
teknologi database bagi instansi pemerintah pusat dan daerah. Tidak dipungkiri,
database merupakan komponen terpenting dalam pembangunan sistem informasi
pemerintahan karena database menjadi tempat untuk menyimpan dan
mengorganisasikan seluruh data yang ada dalam sistem sehingga dapat menghasilkan
informasi-informasi yang bermanfaat bagi penerimanya. Database merupakan
himpunan kelompok data yang saling berkaitan. Data tersebut diorganisasikan
sedemikian rupa untuk menghindari duplikasi data dan menghasilkan informasi yang
cepat, tepat dan akurat. Sistem database terus dikembangkan oleh para ahli agar dapat
diperoleh cara pengorganisasian data yang efisien dan efektif. Teknologi database
mengalami perkembangan sejalan dengan penelitian-penelitian para ahli. Ada beberapa
teknologi database seperti: Flat File database, Hierarchical database, Network database,
Relational database, Object Oriented database dan Multimedia database, Web
datatabase dan Data warehouse. Berikut ini paparan mengenai trend teknologi
database tersebut.
1. Flat File Database
Database flat file sama seperti file data pada spreadsheet (misal MS Excel),
berupa satu file berisi baris-baris dengan jumlah kolom tetap yang disimpan
berurutan dalam file. Jenis database ini populer penggunaannya pada tahun
1960 - 1980an. Sekarang ini sudah jarang digunakan karena dengan
berkembangnya teknologi database lain yang lebih efisien dan efektif.
Kelemahan dari database flat file antara lain:
Timbulnya data rangkap (redundancy data) dan Ketidakkonsistensi data
(Inconsistency data).
Hal ini disebabkan karena file-file tersebut disusun oleh orang yang berbeda,
sehingga sejumlah informasi dimungkinkan memiliki duplikasi data.
Kerangkapan data seperti ini dapat menyebabkan pemborosan tempat
penyimpanan dan bertambahnya biaya akses. Disamping itu dapat terjadi
inkonsistensi data. Misalnya, apabila terjadi perubahan sedangkan
perubahan hanya diperbaiki pada file master dan tidak diperbaiki pada file
transaksi lainnya.
Kesukaran dalam Mengakses Data.
8
Hal ini disebabkan karena sejumlah file disimpan pada media dan komputer
yang berbeda sehingga bila membutuhkan data dengan segera diperlukan
waktu untuk pencarian.
Data terisolir (Isolation Data).
Hal ini disebabkan karena data tersebar dalam berbagai file, dan file-file
tersebut disimpan dalam format yang berbeda, sehingga akan menyebabkan
data terisolasi.
Masalah Pengamanan (Security Problem).
Masalah pengamanan file menjadi masalah tersendiri karena file disimpan
ditempat berbeda dan memiliki hak askes yang berbeda.
2. Hierarchical Database
Hierarchical database populer penggunaannya mulai tahun 1970 - 1990an.
Dalam model ini, data direpresentasikan sebagai record dan link, dan record di
oranisasikan sebagai struktur Tree (pohon). Model ini memiliki kelemahan yaitu
:
Model ini memungkinkan terjadinya redudansi data yang banyak pada
record derajat berikutnya. Contoh: data pegawai yang mengambil diklat,
record diklat harus ditulis ulang ketika diambil oleh pegawai yang berbeda.
Fleksibilitas model ini dalam menambah dan menyisipkan record baru
sangat rendah dan kompleks sehingga pemograman menjadi sangat
kompleks, meskipun sebenarnya proses pengorganisasian data pada model
ini efisien.
3. Network Database
Network database mulai populer penggunaannya pada tahun 1970 - 1990an.
Data dalam model ini direpresentasikan dengan sekumpulan record, dan relasi
antara data direpresentasikan oleh record dan link. Link dipandang sebagai
pointer. Record-record diorganisasikan sebagai graf/ring. Contoh : model
relational direpresentasikan dalam model network. Model ini memiliki
kekurangan-kekurangan, antara lain:
Model ini tidak memungkinkan terjadinya relasi banyak-ke-banyak (many-
to-many).
Seperti model hierarchical, fleksibilitas dalam menambah dan menyisipkan
record baru sangat rendah dan kompleks sehingga pemograman menjadi
sangat kompleks, meskipun model ini menjanjikan efisiensi dalam proses
pengorganisasian data dan menjamin tidak terjadinya redudansi.
4. Relational Database
9
Relational database berisi kumpulan tabel, dimana setiap tabel mempunyai
nama dan struktur yang unik. Dalam setiap tabel, masing-masing record data
diorganisasikan dalam struktur yang sama dan memiliki field kunci yang akan
menjadi penghubung antar tabel yang ada dan berkait satu sama lain. Pada
model ini, data terorganisir dengan baik dan rapi sehingga dapat dengan mudah
dimanipulasi untuk menghasilkan suatu informasi. Relational database mulai
populer penggunaannya pada tahun 1980 sampai dengan sekarang. Model ini
masih dipakai sampai dengan sekarang karena model ini memberikan kelebihan
tersendiri dibandingkan dengan model-model sebelumnya, antara lain:
Kemudahan dalam pembentukan struktur data masing-masing file.
Kompleksitas untuk mengaitkan antar tabel tidak terjadi karena hubungan
antar tabel ditentukan oleh field kunci (primary key) yang telah ditetapkan
sebagai penghubung file.
Pemograman menjadi sederhana, sedangkan tingkat fleksibilitas dalam
mengorganisasikan data sangat tinggi.
Kelebihan lainnya adalah independensi data dimana jika ada perubahan atau
manipulasi data pada tabel master tidak berpengaruh pada tabel transaksi.
Akses data lebih efisien sehingga performa akses data menjadi lebih cepat.
Jaminan terhadap integritas dan keamanan data.
Administrasi data menjadi lebih mudah.
Berkurangnya waktu yang diperlukan dalam pengembangan aplikasi.
5. Object Oriented dan Multimedia Database
Teknologi pengelolaan database terus berkembang seiring dengan
perkembangan pemodelan data dan teknik pemograman. Object Oriented
Database (OOD) mulai dikembangkan pada tahun 1990 dan digunakan sampai
dengan sekarang. OOD merupakan tanggapan terhadap perkembangan teknik
pemograman berorientasi objek yang menekankan pada objek, atribut dan
metode. OOD dikembangkan untuk menjawab permasalahan pada model
relational database, antara lain: relational database tidak mampu menangani
kebutuhan data yang kompleks dan aplikasi relational database lebih banyak
membutuhkan kinerja yang tinggi. Dalam beberapa hal, teknik OOD ini sangat
berbeda dengan sistem database yang dikenal sebelumnya. Namun kini juga
mulai dikembangkan perpaduan antara OOD ini dengan model Relational
Database. Sementara itu, perkembangan teknologi multimedia telah
memungkinkan pemasukan data berupa gambar, grafik, audio, animasi dan
video. Tampaknya kebutuhan untuk pengolahan database berbasis multimedia
ini dapat teratasi dengan adanya OOD.
10
6. Web Database
Pada sistem Web yang statis, halaman Web hanya berfungsi untuk menyajikan
informasi-informasi kepada user/pengguna. Sementara itu, penambahan
fasilitas seperti video atau audio dapat membuat halaman Web tampak seperti
dinamis. Sedangkan, untuk membuat Web yang bersifat interaktif, diperlukan
fasilitas yang dapat menerima respon dari pengguna. Pembangunan Web yang
interaktif dapat diupayakan dengan mengintegrasikan halaman web dan
Database Management Systems (DBMS). Untuk melakukannya, ada beberapa
persyaratan dasar (Oetomo,2002) yang harus dipenuhi, antara lain:
1) Database tidak terikat oleh Web browser dan Web server tertentu dalam
penyajiannya.
2) Adanya jaminan keamanan dalam melakukan akses data.
3) Pendekatan terhadap arsitektur sistem terbuka, artinya harus dapat
mendukung interoperabilitas, seperti Web server yang berbeda, Distributed
Common Object Model/Common Objec Model (DCOM/COM), Corba/Inter-
ORB Protocol (IIOP) dan Java.
4) Overhead aplikasi yang minimal.
Disamping persyaratan dasar tersebut, ada dua macam pilihan arsitektur
Web-DBMS, yaitu:
1) Arsitektur tradisional “Two Tiers”
Pada Arsitektur tradisional “Two Tiers”, Client berlaku sebagai tier-1 yang
bertanggung jawab terhadap presentasi data kepada para pengguna,
sedangkan server berlaku sebagai tier-2 yang bertanggung jawab untuk
menyuplai layanan data kepada Client. Arsitektur “Two Tier” dikenal juga
sebagai arsitektur Client-Server. Berikut gambaran model arsitektur “Two
Tier”.
Gambar 3. Arsitektur Two Tiers
2) Arsitektur “Three Tiers”
Arsitektur “Three Tiers” merupakan perbaikan dari Arsitektur “Two Tiers”.
Pada Arsitektur “Three Tiers”, client berlaku sebagai tier-1 yang bertanggung
jawab terhadap presentasi data kepada para pengguna. Application server
11
berlaku sebagai tier-2 yang mengerjakan pemrosesan data dengan logika
atau prosedur yang telah ditentukan, sedangkan Database Server berlaku
sebagai tier-3 yang bertanggung jawab untuk menyuplai layanan data
kepada Application Server. Proses kerja model arsitektur ini dimulai ketika
Client meminta (request) informasi ke Application Server, lalu Aplication
Server mengolah permintaan Client dengan mengambil atau menyimpan
data dari/ke Database Server; Database Server mengembalikan informasi ke
Application Server; Application Server mengembalikan informasi ke Client.
Arsitektur “Three Tiers” ini dikembangkan karena keterbatasan pada
arsitektur “Two Tiers”, yaitu jika ada perubahan fungsi suatu komponen
pada satu sisi akan mempengaruhi kedua sisi yaitu Client dan Server. Hal ini
tidak terjadi pada sistem “Three Tiers”. Arsitektur “Three Tiers” digunakan
ketika diperlukan suatu rancangan Client-Server yang efektif, dimana dapat
meningkatkan kinerja, fleksibilitas, kemudahan perawatan, kemampuan
untuk digunakan ulang, dan skalabilitas. Berikut gambaran model arsitektur
“Three Tiers”.
Gambar 4. Arsitektur Three Tiers
Model Web-DBMS ini masih dalam pengembangan, yang tentu saja masih
mengandung beberapa kelemahan, seperti sistem keamanan database yang
efektif, biaya overhead, keterbatasan fungsi dari bahasa pemograman yang
digunakan dan unjuk kerja dari aplikasi yang telah dihasilkan. Namun demikian,
model ini telah memberikan harapan untuk menciptakan halaman Web yang
interaktif.
7. Data Warehouse
Data warehouse adalah suatu konsep dan kombinasi teknologi yang
memfasilitasi organisasi untuk mengelola dan memelihara data historis yang
diperoleh dari sistem atau aplikasi operasional. Data warehouse mengumpulkan
data historis yang kemudian dapat disajikan sebagai bahan komprehensif bagi
manajemen untuk dapat mengambil keputusan, analisis kebutuhan organiasi,
12
hingga peramalan kondisi organisasi berdasar data. Dengan data warehouse,
seorang manajer dapat melihat trend yang terjadi untuk untuk meningkatkan
kualitas dalam pengambilan keputusan dan terhindar dari resiko yang tidak
diinginkan.
Konsep dan teknologi Data warehouse tidak dapat diterapkan dalam satu
langkah, berikut beberapa tahapan penerapan data warehouse tanpa
mengganggu sistem atau aplikasi yang sudah ada (Ferdiana, 2008).
1) Melakukan penyalinan dan konversi data dari aplikasi atau sistem yang
sudah ada menjadi satu jenis basis data. Langkah ini dikenal dengan Offline
Operasional Database.
2) Melakukan penyalinan dan konversi data secara regular dalam jangka waktu
yang telah
ditentukan dari aplikasi atau sistem yang sudah ada menjadi satu jenis basis
data. Mekanisme ini dilakukan dalam interval waktu tertentu dengan
dukungan otomatisasi yang dimiliki oleh aplikasi teknologi data warehouse.
Langkah ini dikenal dengan Offline Data warehouse.
3) Melakukan penyalinan dan konversi data secara “real time” atau dengan kata
lain otomatisasi dilakukan setiap kali terjadi perubahan pada data dari
aplikasi atau sistem yang sudah ada. Langkah ini dikenal dengan Real Time
Data Warehouse.
4) Melakukan penyalinan dan konversi data secara “real time” atau dengan kata
lain otomatisasi dilakukan setiap kali terjadi perubahan pada data dari
aplikasi atau sistem yang sudah ada. Setiap terjadi perubahan data baik pada
data warehouse maupun pada data operasional aplikasi keduanya saling
mensinkronisasi. Langkah ini dikenal dengan Integrated Data Warehouse.
Beberapa kelebihan dengan penggunaan teknologi data warehouse ini, antara
lain:
a) Data warehouse menghadirkan solusi satu pintu pengaksesan data.
Pengguna tidak harus mengakses data dari sistem yang terpisah, data dapat
diakses melalui satu akses sistem yang sama.
b) Data warehouse menghadirkan manajemen data yang lebih terintegrasi dan
memiliki skalabilitas tinggi dari sisi ketersediaan data suatu organisasi.
c) Data warehouse memberikan solusi analisis historis suatu data, analisis
histori suatu data dapat membantu organisasi untuk melihat trend data yang
membantu organisasi dalam memberi keputusan organiasional yang
bergantung pada data.
d) Data warehouse memberikan solusi pengambilan keputusan yang
melibatkan banyak sistem dan aplikasi tanpa mengganggu proses yang
terjadi pada operasional sistem yang bersangkutan.
13
e) Data warehouse menghadirkan konsistensi data yang membantu bagi
manajemen untuk melakukan peramalan “forecasting” kondisi organisasional
berdasar pada data historis yang konsisten.
Data warehouse dapat menjadi salah satu solusi organisasional dengan
skala menengah untuk mengatur dan mengelola data historis perusahaan
menjadi asset yang berperan dalam pengambilan keputusan, pembuatan
pelaporan, hingga analisis ke depan.
Dalam pembangunan sistem database, seorang analis sistem juga harus
dapat menentukan model arsitektur sistem database mana yang akan digunakan.
Arsitektur sistem database dapat dikategorikan menjadi tiga menurut
penempatannya, yaitu:
1. Sistem Database Tunggal
Pada arsitektur ini, database dan aplikasi diletakkan pada komputer yang sama
dan tidak berada dalam lingkungan jaringan, sehingga database hanya dapat
diakses oleh aplikasi tunggal (stand alone). Sistem ini biasanya digunakan pada
organisasi berskala kecil. Gambar berikut mengilustrasikan sistem database
tunggal.
Gambar 5. Sistem Database Tunggal
2. Sistem Database Terpusat
Pada arsitektur ini, lokasi database secara fisik berada pada komputer pusat
dalam suatu lingkungan jaringan. Meskipun input dan akses data dilakukan dari
terminal yang terhubung ke komputer tersebut dan pemrosesan pengolahan
data hanya berlangsung di komputer pusat. Dengan sistem ini, komputer pusat
menjadi titik kritis dari proses pengolahan database. Bila komputer pusat
terganggu, maka secara keseluruhan sistem informasi tersebut akan terganggu.
Gambar berikut mengilustrasikan sistem database terpusat.
14
Gambar 6. Sistem Database Terpusat
3. Sistem Database Terdistribusi
Pada arsitektur ini, salinan database, baik sebagian maupun secara keseluruhan,
terdistribusi di beberapa lokasi. Pada model ini, titik kritis pada sistem terpusat
dapat dihindari. Namun pada sistem ini, tantangan terbesar yang dihadapi
adalah proses pengintegrasian untuk menjaga konsistensi data yang tersebar di
beberapa lokasi. Berikut gambaran mengenail sistem database terdistribusi.
Gambar 7. Sistem Database Terdistribusi
Lebih lanjut, beberapa komponen sistem database yang diperlukan dalam
pengembangan sistem database, yaitu:
Repositori - pusat penyimpanan data.
Database Management System (DBMS) - perangkat lunak untuk mengelola database.
Database - pusat penyimpanan data.
Program Aplikasi - perangkat lunak pengguna data.
15
User Interface - fasilitas interaksi antara pengguna dan data secara tekstual atau
grafis.
CASE Tools - Computer - Aided Software Engineering.
Administrator Data - personil yang bertanggung-jawab memelihara database.
Developer Sistem - personil yang bertanggung-jawab merancang program aplikasi
beserta struktur datanya dalam database.
End User - orang yang menggunakan aplikasi dan database.
E. Penutup
Dalam rangka penyiapan infrastruktur informasi diperlukan strategi percepatan
pengembangan infrastruktur informasi instansi pemerintah pusat dan daerah, antara
lain: pengaturan koordinasi antar sektor dan antar tingkatan pemerintah dalam
penetapan standarisasi infrastruktur data/informasi, pengaturan domain data,
penyusunan standarisasi interoperabilitas data, Penyusunan standarisasi data sharing,
pembentukan Pusat Pengelola Data dan Informasi di tingkat nasional dan daerah
(national/local data warehouse center), penyusunan mekanisme dan prosedur kerja
Pusat Pengelola Data dan Informasi Nasional dan Lokal, serta penyusunan prosedur
dan standarisasi pengamanan data (database security). Penerapan strategi tersebut
tidak akan berhasil jika tidak disertai kesungguhan niat, komitmen dan koordinasi
dengan instansi pemerintah terkait.
Disisi lain, beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyiapan
infrastruktur informasi antara lain pemilihan teknologi database yang tepat, dan
penentuan model arsitektur sistem database mana yang akan digunakan. Pada bab ini
juga dipaparkan mengenai model dasar sistem data/informasi pemerintah pusat dan
daerah, trend teknologi database dan model arsitektur sistem database. Akhir kata,
semoga tulisan ini memberikan sedikit kontributif “wawasan” dalam pengembangan
kapasitas teknologi informasi bidang infrastuktur data/informasi bagi instansi
pemerintah pusat dan daerah serta masukan kontributif atas kekurangan pada artikel
ini akan menjadi nilai tambah bagi pengembangan infrastruktur informasi pemerintah
lebih lanjut.
F. Dartar Referensi
[1] Kementerian Komunikasi dan Informatika, Instruksi Presiden no.3 tahun 2003 tentang
kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-Government, 2003.
[2] Kementerian Komunikasi dan Informatika, Buku Putih Sistem Informasi Nasional
(SISFONAS), 2002.
[3] Davis Gordon B., Olson Margrethe H., Management Information Systems: Conceptual
Foundations, Structures and Development, McGraw-Hill Inc., 1985.
16
[4] Long, Larry & Nancy, Computers: Information Technology in Perspective, Pearson
Prentice Hall, 2005.
[5] Oetomo, Budi S. D., Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2002.
[6] Turban, McLean, Wetherbe: Information Technology for Management: Transforming
Organization in the Digital Economy, John Wiley & Sons Inc., 2004.
[7] Ferdiana, Ridi, Strategi Pengolahan Aset Data menggunakan Konsep Data Warehouse
dalam Cara Pandang Organisasional, http://micresearch.net/, tanggal akses 1
Desember 2008.