model dokumentasi

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan keperawatan/kebidanan merupakan pelayanan profesional dari pelayanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan dan kebidanan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas. Dokumentasi keperawatan dan kebidanan tidak hanya merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan bidan secara sah; oleh karena itu, perawat/bidan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional. Ada berbagai macam model dalam pendokumentasian asuhan yang dapat dibuat oleh perawat maupun bidan, baik itu dengan naratif secara tradisional sampai dengan menggunakan alat modern yaitu komputer. B. TUJUAN 1. Mengetahui defenisi dari dokumentasi 2. Untuk mengklasifikasi model-model dalam dokumentasi C. MANFAAT 1. Mampu mengtahui definisi dari dokumentasi 2. Mampu mengklasifikasi model-model dalam dokumentasi 1

Upload: yadi-firmansyah

Post on 12-Aug-2015

399 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Dokumentasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan/kebidanan merupakan pelayanan profesional dari pelayanan

kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan

pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan dan kebidanan memegang peranan

penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit dan

puskesmas.

Dokumentasi keperawatan dan kebidanan tidak hanya merupakan dokumen sah tapi juga

instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan bidan secara sah; oleh karena itu,

perawat/bidan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional.

Ada berbagai macam model dalam pendokumentasian asuhan yang dapat dibuat oleh

perawat maupun bidan, baik itu dengan naratif secara tradisional sampai dengan

menggunakan alat modern yaitu komputer.

B. TUJUAN

1. Mengetahui defenisi dari dokumentasi

2. Untuk mengklasifikasi model-model dalam dokumentasi

C. MANFAAT

1. Mampu mengtahui definisi dari dokumentasi

2. Mampu mengklasifikasi model-model dalam dokumentasi

1

Page 2: Model Dokumentasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Potter (2005) mendefenisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak atau

tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang.

Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat

terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses

asuhan kebidanan)

B. MODEL-MODEL DOKUMENTASI

1. POR (PROBLEM ORIENTED RECORD)

Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

masalah klien, dapat menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan

pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim.

Pendekatan ini pertama kali dikenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari Amerika

Serikat. Dalam format aslinya pendekatan berorientasi masalah ini dibuat untuk

memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegrasi,

dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar

masalah.

a. Pengertian

Model ini memusatkan data tentang klien dan didokumentasikan dan disusun

menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua

data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga

kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien.

2

Page 3: Model Dokumentasi

b. Komponen

Model dokementasi ini terdiri dari empat komponen yaitu :

1) Data Dasar

a) Data dasar berisi kumpulan dari data atau semua informasi baik subyektif

maupun obyektif yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk

Rumah Sakit atau pertama kali diperiksa

b) Data dasar mencakup :

i. Pengkajian keperawatan

ii. Riwayat penyakit/ kesehatan

iii. Pemeriksaan fisik

iv. Pengkajian ahli gizi

v. Data penunjang ( hasil laboratorium)

c) Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana

mengidentifikasi masalah dan mengembangkan daftar masalah klien

2) Daftar Masalah

Daftar masalah merupakan suatu daftar inventaris masalah yang sudah

dinomori menurut prioritas. Untuk memudahkan mencapainya daftar masalah

ini berada didepan dari catatan medik. Daftar masalah ini bisa mencerminkan

keadaan pasien, masalah-masalah ini diberi nomor sehingga akan

memudahkan bila perlu dirujuk ke masalah tertentu dalam catatan klinik

tersebut. Bila masalah sudah teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal

kapan masalah tersebut teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan

masalah tersebut teratasi dan petugas yang mengidentifikasi masalah tersebut

untuk pertama kalinya. Dengan demikian daftar masalah ini berfungsi sebagai

indeks maupun gambaran dari klien tersebut.

a) Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data

dasar, kemudian disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi

masalah.

b) Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu

dengan klien atau orang yang diberi tanggung jawab.

3

Page 4: Model Dokumentasi

c) Daftar masalah dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis,

sosiokultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.

d) Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi

tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang

menemukan masalah tersebut.

3) Daftar Awal Rencana

Rencana asuhan merupakan hasil yang diharapkan tindak lanjut

dikembangkan untuk masalah yang terindentifikasi. Rencana asuhan harus

mencakup instruksi untuk memperoleh data tambahan, untuk intervensi

terapeutik dan penyuluhan untuk pasien. Setiap masalah yang ada

dimaksudkan kebutuhan akan asuhan, dilaksanakan oleh siapa, frekuensi

pelaksanaan dan hasil yang diharapkan, tujuan jangka pendek dan jangka

panjang. Batas waktu ditentukan untuk evaluasi respon pasien terhadap

intervensi maupun kemajuan terhadap pencapaian tujuan.

a) Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter

menulis instruksinya, sedang perawat atau bidan menulis instruksi menulis

instruksi rencana asuhan

b) Perencanaan awal terdiri dari 3 ( tiga ) bagian :

i. Diagnostik

Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu

dilakukan terlebih dahulu. Menetapkan prioritas untuk mencegah

duplikasi tindakan dan memindahkan pemenuhan kebutuhan klien.

Koordinasi pemeriksaan untuk menegakkan diagnostik sangat

penting.

ii. Usulan Terapi

Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah.

Termasuk pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan, diit,

penanganan secara khusus, observasi yqng harus dilakukan. Jika

masalah awal diagnosa kebidanan, bidan dapat menyusun urutan

usulan tindakan asuhan kebidanan.

4

Page 5: Model Dokumentasi

iii. Pendidikan klien

Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka

panjang. Team kesehatan mengidentifikasi jenis informasi atau

keterampilan yang diperlukan oleh klien untuk beradaptasi

terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan

4) Catatan Perkembangan (Proses Note )

Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam sistem

pendekatan berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format

khusus untuk mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan judul

masalah yang sudah terdaftar. Catatan ini menyediakan suatu rekaman

kemajuan pasien dalam mengatasi masalah khusus, perencanaan dan evaluasi.

Catatan perkembangan biasanya ditampilkan dalam tiga bentuk, yaitu flow

sheet berisi hasil observasi dan tindakan tertentu, catatan perawat/

keterpaduan memberi tempat untuk evaluasi kondisi pasien dan kemajuan

dalam mencapai tujuan, catatan pulang dan ringkasan asuhan dan

memudahkan follow up waktu pasien pulang.

a) Catatan perkembangan berisikan catatan tentang perkembangan tiap–tiap

masalah yang telah dilakukan tindakan, dan disusun oleh semua anggota

yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar

yang sama.

b) Beberapa acuan catatan perkembangan dapat digunakan antara lain :

i. SOAP : Subyektif data, Obyektif Data, Assesment, Plan

ii. SOAPIER : SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi.

iii. PIE : Problem, Intervensi Evaluasi

5

Page 6: Model Dokumentasi

c. Keuntungan dan Kerugian dalam Penggunaan POR

1) Keuntungan

a) Pencatatan sistem ini berfokus atau lebih menekankan pada masalah klien

dan proses penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi.

b) Pencatatan tentang kontinuitas atau kesinambungan dari asuhan

kebidanan.

c) Evaluasi masalah dan pemecahan masalah didokumentasikan dengan jelas,

susunan data mencerminkan masalah khusus. Data disusun berdasarkan

masalah yang spesifik. Keduanya ini memperlihatkan penggunaan logika

untuk pengkajian dan proses yang digunakan dalam pengobatan pasien.

d) Daftar masalah, setiap judul dan nomor merupakan “checklist“ untuk

diagnosa kebidanan dan untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut

membantu mengingatkan bidan untuk masalah-masalah yang meminta

perhatian khusus .

e) Daftar masalah bertindak sebagai daftar isi dan mempermudah pencarian

data dalam proses asuhan.

f) Masalah yang membutuhkan intervensi (yang teridentifikasi dalam data

dasar) dibicarakan dalam rencana asuhan.

2) Kerugian

a) Penekanan pada hanya berdasarkan masalah, penyakit, ketidakmampuan

dan ketidakstabilan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan

dan tindakan yang negatif.

b) Sistem ini sulit digunakan apabila daftar tidak dimulai atau tidak secara

terus menerus diperbaharui dan konsensus mengenai masalah belum

disetujui, atau tidak ada batas waktu untuk evaluasi dan strategi untuk

follow up belum disepakati atau terpelihara.

c) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah dilakukan tindakan

atau timbulnya masalah yang baru.

d) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar

masalah.

6

Page 7: Model Dokumentasi

e) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering

adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat.

f) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet

untuk pencatatan tidak tersedia.

g) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan.

h) Tidak ada kepastian mengenai perubahan pencatatan distatus pasien,

kejadian yang tidak diharapkan misalnya pasien jatuh, ketidakpuasan

mungkin tidak lengkap pencatatannya. Dalam praktek catatan serupa

mungkin tidak tertulis, bila tidak hubungannya dengan catatan

sebelumnya.

i) Kadang-kadang membingungkan kapan pencatatan dan tanggung jawab

untuk follow up.

2. SOR (SOURCE ORIENTED RECORD)

a. Pengertian

Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi

pada sumber informasi. Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang

atau sumber yang mengelola pencatatan. Dokumentasi dibuat dengan cara setiap

anggota tim kesehatan membuat catatan sendiri dari hasil observasi. Kemudian,

semua hasil dokumentasi dikumpulkan jadi satu. Sehingga masing-masing

anggota tim kesehatan melaksanakan kegiatan sendiri tanpa tergantung anggota

tim kesehatan yang lain. Misalnya, kumpulan dokumentasi yang bersumber dari

dokter, bidan, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain. Dokter menggunakan

lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan

penyakit. Bidan menggunakan catatan kebidanan, begitu pula disiplin lain

mempunyai catatan masing-masing.

7

Page 8: Model Dokumentasi

b. Komponen

Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen yaitu

1) Lembar penerimaan berisi biodata

2) Lembar order dokter

3) Lembar riwayat medik atau penyakit.

4) Catatan bidan

5) Catatan dan laporan khusus

6) Keuntungan dan Kerugian Penggunaan SOR

c. Keuntungan

1) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi

2) Memudahkan perawat untuk cesara bebas bagaimana informasi akan dicatat.

3) Format Dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian,

perubahan intervensi dan respon klien atau hasil.

d. Kerugian

1) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak

berdasarkan urutan waktu.

2) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumhya, tanpa

harus mengulang pada awal.

3) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas. Memerlukan pengkajian data dari

beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien.

4) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan

masalah dan tindakan kepada klien.

5) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak.

6) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa.

7) Perkembangan klien sulit di monitor.

8

Page 9: Model Dokumentasi

3. CBE (CHARTING BY EXCEPTION )

Dimulai sejak tahun 1983 di St Luke Medikal Center In Milkwankee.

a. Pengertian

Charting by exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara

naratif dari hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau

standar.

b. Komponen

CBE mengintegrasikan tiga komponen kunci yaitu :

1) Flowsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan

indikator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter dan bidan,

grafik, catatan pendidiikan dan pencatatan pemulangan pasien

2) Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan , sehingga

mengurangi pencatatan tentansg hal rutin secara berulang kali. Oleh karena itu

standar harus cukup spesifik dan menguraikan praktik keperawatan yang

sebenarnya serta harus dilakukan oleh perawat di bangsal , walaupun ada juga

standar khusus yang disusun sesuai unit masing- masing.

3) Formulir dokumentasi yang diletakkan ditempat tidur pasien

c. Format CBE meliputi :

1) Data dasar (riwayat dan pemriksaan fisik)

2) Intervensi flow sheet

3) Grafik record

4) Catatan bimbingan pasien

5) Catatan pasien pulang

6) Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)

7) Daftar diagnose

8) Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar

9) Profil perawatan pasien dengan sistem kardeks

9

Page 10: Model Dokumentasi

d. Keuntungan dan Kerugian metode pendokumentasian CBE

1) Keuntungan

a) Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi.

b) Data yang tidak normal nampak jelas.

c) Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami.

d) Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu informasi

lain.

e) Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu

dituliskan.

f) Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi.

g) Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya.

h) Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien.

i) Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.

j) Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen.

2) Kerugian

a) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada checklist.

b) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.

c) Pencatatan rutin sering diabaikan.

d) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan.

e) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.

f) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya

suatu kejadian.

4. KARDEKS

a. Pengertian

Model dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun 1983

oleh staf perawat di St. Luke’s Hospitalndi MIdwaukee, Wisconsin. Model ini

dianggap dapat mengatasi masalah pendokumentasian dengan membuat catatan

tentang pasien manjadi lebih nyata, menghemat waktu dan mengakomodir adanya

informasi terbaru. Model ini dinilai lebih efektif dan efisien untuk mengurangi

adanya duplikasi dan pengulangan dalam memasukan data. Merupakan metode

pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya.

10

Page 11: Model Dokumentasi

Model dokumentasi CBE mempunyai beberapa elemen inti, yaitu: lembar alur,

dokumentasi berdasarkan referensi standar praktik, protocol, dan instruksi

incidental, data dasar keperawatan, rencana perawatan berdasarkan diagnosis dan

catatan perkembangan SOAP. Bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi

tambahan mengenai model dokumentasi CBE< dirujuk ke Burke and Murphy

(1988, cit. Iyer and Champ, 2005).

b. Teknik Tradisional dengan Sistem Kardeks

Teknik pendokumentasian sistem Kardex merupakan sistem pendokumentasian

pelayanan kesehatan tradisional yang dipergunakan di berbagai sumber mengenai

informasi pasien dan disusun dalam suatu buku.

Informasi yang terdapat dalam Kardex, antara lain:

1) Data pasien, meliputi : nama, alamat, status perkawinan, tanggal lahir,

pekerjaan, agama dan kepercayaan.

2) Diagnosis kebidanan : daftar prioritas masalah.

3) Pengobatan sekarang : perawatan dan pengobatan, diit, infus, konsultasi.

4) Tes diagnostik :.tanggal dan hasilnya.

5) Kegiatan/aktivitas pasien sehari-hari yang diperbolehkan. Model dokumentasi

dengan sistem Kardex ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

kadang-kadang data tidak diisi dengan lengkap, tidak cukup tempat atau ruang

dalam memasukkan data yang diperlukan, kadang-kadang data yang

dimasukkan tidak up to date dan telah dibaca oleh bidan sebelum mereka

memberikan pelayanan/ asuhan.

5. Sistem Komputerisasi

Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah sistem komputer yang

berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang

diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian clan pendidikan. Secara

umum dokumentasi dengan sistem komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan,

antara lain: meningkatkan pelayanan pada pasien, meningkatkan pengembangan

protokol, meningkatkan penatalaksanaan data dan komunikasi dan meningkatkan

proses edukasi dan konseling pada pasien.

11

Page 12: Model Dokumentasi

Keuntungan dokumentasi dengan sistem komputerisasi secara spesifik, antara lain :

akurasi lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki

komunikasi antar bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan untuk

belajar, meneiiti dan jaminan kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas. Beberapa

kelemahan dokumentasi dengan sistem komputerisasi, adalah : malfunction,

impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosakata terbatas, penyimpanan

bahan cetakan dart biaya yang harus disediakan cukup besar untuk pengadaan

beberapa unit komputer.

Hambatan pengenalan sistem komputerisasi

Keperawatan dan kebidanan Bering menjadi unit terakhir yang membeli dan

menggunakan software. Beberapa hambatan urttuk mengembangkan dan

menggunakan sistem komputerisasi dalam pelayanan kebidanan/keperawatan antara

lain:

1) Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi

kebidanan/keperawatan akan memberikan hash. nyata.

2) Bidan / perawat kurang memiliki kemampuan mengoperasikan sistem

komputerisasi. Sernua anggota tim kesehatan harus dilibatkan dalam memilih,

mengintegrasikan dan menggunakan teknologi manajemen informasi.

3) Unit pelayanan informasi komputer kadang merasa terancam untuk berbagi

informasi dengan unit lain dan khawatir kekuatannya akan hilang bila melibatkan

orang lain dalam proses pengambilan keputusan. Perlunya menjalin hubungan

kerjasama antara bidan/perawat dengan unit pelayanan informasi komputer. 

4) Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa di antaranya dirancang

untuk perawat/bidan ahli komputer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.

5) Banyak software yang dirancang untuk fungsi tunggal seperti ketenagaan dan

penjadwalan, rencana perawatan atau klasifikasi pasien. Sistem informasi

keperawatan/kebidanan bisa saja tidak berhubungan dengan sistem informasi

rumah sakit atau program lain di luar fasilitas, akibatnya akan menghalangi

terjadinya pertukaran data di dalam dan di luar orgaiusasi data.

12

Page 13: Model Dokumentasi

6) Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan / kebidanan menghambat

perkembangan dan penggunaan sistem, informasi komputer. Variasi dalam

menyebutkan diagnosis, intervensi dan hasil dapat menimbulkan kebingungan.

7) Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, bahwa teknologi

tersebut akan menggantikan bidan/ perawat, bahwa komputer akan langsung

mengarahkan dan mendikte asuhan dan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar

(Bowles, 1997 cit. Iyer and Champ, 2005).

8) Komputerisasi sangat mahal. Hardware, software, pendidikan staf dan komputer

tambahan menunjang kontribusi staf untuk mengembangkan sistem

komputerisasi.

Keuntungan dan kerugian dokumentasi terkomputerisasi 

Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah sebagai

berikut:

1) Catatan dapat dibaca. Hasil cetakan komputer dapat dibaca dengan mudah,

sehingga menghilangkan risiko menebak arti tulisan tangan. Bidan tidak perlu lagi

menanyakan, "Bisakah Anda membaca instruksi itu?"

2) Catatan yang siap tersedia. Catatan medis pasien harus selalu siap untuk

digunakan dan waktu yang digunakan untuk mencarinaya harus sesingkat

mungkin. Catatan elektronik dapat digunakan atau ditinjau kembali oleh sejumlah

orang sesuai dengan jumlah komputer yang tersedia.

3) Produktivitas bidan/perazuat membaik. Penelitian menunjukkan bahwa perwat

menghabiskan waktunva sampai 50% untuk mendokumentasikan dan

mengkomunikasikan informasi pasien (Bowles, 1997 cit. Iyer and Chalnp, 2005).

Dengan sistem komputerisasi, tenaga kesehatan termasuk bidan akan mengurangi

jumlah waktunya untuk mengerjakan pekerjaan tertulis, sehingga lebih banyak

waktu untuk merawat pasien. Penelitian lain menyebutkan bahwa, setelah

menggunakan sistem komputerisasi perawat menggunakan 40% waktunya untuk

berkomunikasi dengan pasien dan 43% untuk membantu higiene pasien. Sistem

inivrmasi komputer dapat menyimpan entri data secara lebih cepat menggunakan

keystroke, menu atau barcode scanner dibanding pencatatan manual.

13

Page 14: Model Dokumentasi

4) Mengurangi kerusakan cafatan. Kerusakan catatan modik lebih. sulit terjadi jika

menggunakan sistem kampu*eris.ai. Program software harus berisi cara untuk

memperbaiki entri data yang salah. Proses ini sering diselesaikan dengan cara

yang sama seperti pada pencatatan manual dengan memberikan tanda kurung

pada data yang salah, menambah informasi yang benar clan memberikan alasan

terhadap perubahan data, seperti "catatan salah." Catatan waktu pada program

software menunjukkan waktu yang tepat saat data dimasukkan, sehingga tidak

mungkin untuk menggantinya. Lebih jauh lagi, program software umumnya

mempunyai waktu yang terjadwal untuk menyimpan data, sehingga tidak

memungkinkan seseorang untuk menghilangkan data yang masuk setelah data

tersebut disimpan.

5) Menunjang penggunaan proses asuhan kebidnnan/keperawatan. Sistem

komputerisasi memudahkan pengkajian data pasien. 

6) Mengurangi dokumentasi yang berlebihan. Dokumentasi terkomputerisasi

mendukung penggunaan yang ekonomis sejak pemasukkan data dengan

mengurangi/menghilangkan catatan yang berlebihan.

7) Saran, pengingat dan peringatan Minis. Penetapan prioritas clan pengambilan

keputusan dapat dipermudah dengan adanya peringatan, saran dan pengingat

klinis dalam program komputer.

8) Catatan keperawatan/kebidanan lebih terorganisasi. Software dapat dirancang

agar dokumentasi dapat diurutkan dan dicetak sedemikian rupa yang tidak

mungkin dilakukan oleh pencatatan manual. Sebagai contoh, bidan dapat meminta

semua daftar data yang menggambarkan kondisi pasien atau mencetak semua

catatan penyuluhan.

9) Laporan tercetak secara otomatis. Sistem komputerisasi harus menghasilkan

laporan dan lembar alur yang menghilangkan rutinitas menyalin informasi untuk

keperluan tertentu.

10) Dokumentasi sesuai standar profesi.

11) Peningkatan rekrutmen dan retensi fenaga. Komputer cenderung meningkatkan

kepuasan dan semangat kerja, merupakan keuntungan signifikan mencegah keluar

masuknya pegawai.

14

Page 15: Model Dokumentasi

12) Peningkatan pengetahuan tentang hasil.

13) Ketersediaan data.

14) Pencegahan kesalahan pemberian obat.

15) Mempermudah penetapan biaya. Dengan sistem dokumentasi komputer,

kemampuan menetapkan biaya berdasarkan asuhan yang aktual mengalami

perbaikan.

16) Mencetak instruksi pemulangan.

15

Page 16: Model Dokumentasi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan ahwa dokumentasi menurut Potter

(2005) mendefenisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak atau tertulis

yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.

Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat

terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses

asuhan kebidanan).

Dengan model-model meliputi POR (PROBLEM ORIENTED RECORD), SOR

(SOURCE ORIENTED RECORD), CBE (CHARTING BY EXCEPTION ), KARDEKS

dan Sistem Komputerisasi

16