modalitas rasa

38
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi ini dengan judul “Laporan Praktikum Fisiologi Blok Stomatognasi II : Modalitas Rasa dalam Rongga Mulut“. Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi tentang indera pengecapan dan rasa yang ada di rongga mulut.. Saya menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih mengandung berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi semua pihak. Jember, 17 April 2015 Penulis 1

Upload: naayloviana

Post on 20-Dec-2015

302 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

laporan fisio stoma 2

TRANSCRIPT

Page 1: Modalitas Rasa

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum

Fisiologi ini dengan judul “Laporan Praktikum Fisiologi Blok Stomatognasi II :

Modalitas Rasa dalam Rongga Mulut“.

Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih

mendalami materi tentang indera pengecapan dan rasa yang ada di rongga mulut..

Saya menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih

mengandung berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran

yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi semua pihak.

Jember, 17 April 2015

Penulis

1

Page 2: Modalitas Rasa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 1

Daftar isi ........................................................................................................ 2

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 3

1.1 Dasar Teori...................................................................................... 3

BAB II. HASIL PERCOBAAN ................................................................... 9

2.1 Tabel Hasil Percobaan ......................................................................... 9

BAB III. PEMBAHASAN ........................................................................... 16

BAB IV. PENUTUP .................................................................................... 23

4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Modalitas Rasa

BAB I

DASAR TEORI

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan

kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi

dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor

pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel

sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Permukaan atas lidah penuh

dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam

bentuk, yaitu :

1.      Papilla bentuk benang (filiformis) disebut papilla peraba, tersebar di

seluruh permukaan lidah

2.      Papilla bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit atau berbentuk

huruf V (sirkumvalata) disebut papilla pengecap, terdapat di dekat

pangkal lidah atau di bagian tengah belakang yang peka terhadap rasa

pahit

3.      Papilla bentuk jamur (fungiformis) disebut papilla pengecap, terdapat

di tepi lidah bagian depan yang peka terhadap rasa manis, samping

depan peka terhadap rasa asin, dan samping belakang peka terhadap

rasa asam (Jalmo : 2007).

Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila bentuk dataran, di bagian

samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papilla berbentuk benang.

Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera

pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan

seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan

keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf

nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah

bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan

keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan

substansi nutrisi tertentu (Savitri : 1997).

3

Page 4: Modalitas Rasa

Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,

beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.

Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel

disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah

sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan

larut (Guyton : 1997).

Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat

manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan

jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari

substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain :

1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar

2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan,

kandungan air, dan udara dalam makanan (Suhartini : 2015).

Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds terdiri atas

sel-sel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai

dalam bentuk kelompok yang menyerupai tong. Prosesus yang menyerupai

rambut dari sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori pada

bagian superficial dari taste bud. Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar

sel-sel gustatory ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung

banyak sekali taste bud meskipun terdapat juga pada palatum, faring, dan laring.

Sensasi cita rasa di bawa ke arah dua per tiga bagian rostral lidah oleh cabang-

cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai cabang lingual dari saraf

trigeminus.  Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga (arah kaudal = posterior)

menerima cita rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarigeal). Pada

manusia, modalitas rasa yang spesifik ada empat, yaitu manis, asin, pahit, dan

asam. Sensasi yang lain merupakan campuran dari cita rasa dasar, atau kombinasi

berbagai cita rasa dengan indera penciuman (Frandson : 1992).

1. asin, terletak di ujung lidah;

Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya

berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga

membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.

2. manis, terletak di ujung lidah;

4

Page 5: Modalitas Rasa

Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja.

Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol,

alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam

sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan

yang sangat manis menjadi pahit.

3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;

Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir

sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu

asam makin kuat sensasi yang terbentuk.

4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.

Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi

substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua

golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a)

substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid,

seperti yang terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti

kina, kafein, striknin, dan nikotin (Suhartini : 2015).

5. umami, terletak di ujung lidah;

Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor

metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium

glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan

untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat

menstimulasi reseptor umami, MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang

dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga

diduga ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai

rasa glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia

varian reseptor glutamat metatropik (Ganong : 2003).

Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu

reseptor yang terutama terletak  pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup

kecapa pada lidah manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole

dan permukaan laringeal dari epiglotis. Kuncup kecap terbenam dari epitel

berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan

kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel

5

Page 6: Modalitas Rasa

reseptor. Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat

dikenali dengan mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan

mikrovili pada permukaannya. Walaupun fungsinya belom diketahui, mereka

dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang

dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe

sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor

dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf

sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar

untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira : 1995).

Pada manusia, indera rasa pengecap merupakan hal yang sangat berarti,

karena dengan indera rasa pengecap tersebut dapat merasakan nikmat dan

enaknya makanan serta minuman. Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat

kimia yang berikatan pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds) yang

kebanyakan terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Hanya zat kimia

dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam saliva yang dapat berikatan

dengan sel reseptor (Sherwood, 2001).

Pada hekekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot

intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot extrinsik

mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-

gerakan-kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah

mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. dan akhirnya

mendorongnya masuk faring. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara

pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta

pinggiran Iidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum

merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke

belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae,

sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar

mulut (Pearce, 2000).

Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah

mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf otak kedua belas). Daya

perasaannya dibagi menjadi “perasaan umum”, yang menyangkut taktil perasa

6

Page 7: Modalitas Rasa

seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya,

dan “rasa pengecap khusus”. Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian

anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat

saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak dalam khorda

timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial

ketujuh, yaitu nervus saraf fasialis. Saraf kranial kesembilan, saraf

glossofaringeal, membawa, baik impuls perasaan umum, maupun impuls perasaan

khusus dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian indera pengecapan lidah

dilayani oleh saraf kranial kez’ lima, ketujuh dan kesembilan, sementara gerakan-

gerakannya dipersarafi oleh saraf kranial kedua belas (Campbell, 2002).

Sensasi di Rongga Mulut

Sel reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang berespon terhadap bahan-

bahan dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor

pengecap (sekunder) dikumpulkan bersama pada tasted bud, terutama pada lidah

dan palatum. Bahan- bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori

pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor yang

menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.

Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang

bermielin kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar

sel basal epidermis. Dipihak lain reseptor hangat definitif belum ditemukan.

Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari ujung saraf bebas (Guyton :

1997).

Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior

lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervous facialis, dan serat-serat saraf

dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glosoparingeus.

Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus

bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana mereka bersinaps dengan neuron-

neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan

lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada

talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan

dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca

7

Page 8: Modalitas Rasa

sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi

digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita dan

wajah.

Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan

kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus solitarius.

Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum –insulaparietal

korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam

fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan bertindihan dengan

daerah lidah area somatik 1.

Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar

pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan

memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam

beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan

kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.

Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang

ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab

terhadap terjadinya sensasi ”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi ”panas

yang menyengat” (burning hot) (Guyton : 1997).

8

Page 9: Modalitas Rasa

BAB II

HASIL PENGAMATAN

2.2.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area

Wajah

Bentuk

Spesimen

Persepsi

Orang Coba

Ukuran

(mm)

Ukuran persepsi

(mm)Waktu (s)

Lonjong Lonjong 12 10 15

Kotak Kotak 7 5 14

Segitiga Segitiga 16 15 15

Lingkaran Lonjong 10 10 26

2.2.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Lokasi Jarak 1 mm Jarak 2 mm Jarak 3 mm

Anterior Lidah 2 2 2

Samping ka – ki Lidah 1 2 2

Posterior Lidah 1 2 2

Palatum 1 1 2

Mukosa Pipi 1 1 1

Gusi 1 2 2

Dahi 1 1 1

Hidung 1 1 1

Cuping Telinga 1 1 1

Bibir Atas 1 2 2

Bibir Bawah 2 2 2

Leher 1 1 1

Pipi kiri – kanan 1 1 2

Dagu 2 2 2

9

Page 10: Modalitas Rasa

2.2.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Lokasi Air Es Air 80°C

Anterior Lidah Dingin Panas

Samping ka – ki Lidah Tidak terasa Tidak terasa

Posterior Lidah Dingin Tidak terasa

Palatum Dingin Tidak terasa

Mukosa Pipi Dingin Tidak terasa

Gusi Sangat dingin Tidak terasa

Dahi Dingin Tidak terasa

Hidung Tidak terasa Tidak terasa

Cuping Telinga Dingin Tidak terasa

Bibir Atas Sangat dingin Panas

Bibir Bawah Dingin Panas

Leher Dingin Tidak terasa

Pipi kiri – kanan Sangat dingin Panas

Dagu Dingin Tidak terasa

2.2.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

Lokasi Garam Air Gula Cuka Kina Umami

1 Asin Manis Sekali Asam Sangat Pahit Gurih

2 Sangat Asin Manis Sangat Asam Pahit Sangat Gurih

3 Sangat Asin Manis Sangat Asam Pahit Sangat Gurih

4 Asin Manis Asam Sangat Pahit Gurih

5 Asin Manis Asam Pahit Gurih

6 Asin Manis Asam Pahit Gurih

7 Asin Manis Asam Sangat Pahit Gurih

8 Asin Manis Asam Sangat Pahit Gurih

2.2.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

1. Rangsangan Tekan

Lokasi Kedalaman (mm) Area Paling Sensitif

10

Page 11: Modalitas Rasa

1 1 √

2 2

3 3

4 2 √

5 5

6 6

7 7

8 8

2. Rangsangan Panas

Lokasi70° 80° 90°

Respon Waktu Respon Waktu Respon Waktu

1 Panas 3 s Panas 3 s Panas 2 s

2 Panas 5 s Panas 3 s Panas 2 s

3 Panas 4 s Panas 3 s Panas 3 s

4Sangat

panas2 s

Sangat

panas2 s

Sangat

panas1 s

5 Panas 4 s Panas 2 sSangat

panas2 s

6 Panas 3 s Panas 4 s Panas 2 s

7 Panas 4 s Panas 4 sSangat

panas2 s

8Sangat

Panas3 s

Sangat

panas2 s

Sangat

panas1 s

Urutan sensitivitas terhadap panas :

1. Area 4

2. Area 8

3. Area 5

4. Area 7

5. Area 1

6. Area 6

11

Page 12: Modalitas Rasa

7. Area 2

8. Area 3

3. Rangsangan Dingin

Lokasi 0° 5° 10°Waktu

Nyeri

1 Sangat dingin Dingin Dingin 10 s

2 Sangat dingin Dingin Segar 10 s

3 Sangat dingin Dingin Dingin 15 s

4 Nyeri Sangat dingin Dingin 7 s

5 Sangat dingin Dingin Segar 12 s

6 Sangat dingin Dingin Segar 10 s

7 Nyeri Dingin Segar 10 s

8 Sangat dingin Dingin Segar 11 s

Urutan sensitivitas terhadap dingin :

1. Area 4

2. Area 7

3. Area 1

4. Area 6

5. Area 2

6. Area 8

7. Area 5

8. Area 3

2.2.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

12

Page 13: Modalitas Rasa

1. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisal insisiv Dingin hingga sangat ngilu dan sedikit terasa pahit

Mesio bukal cups molar Dingin tapi tidak terlalu ngilu dan ada rasa pahit

2. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas

Lokasi Air Panas Suhu kamar Guttap Burnisher

Labial 1/3 incisa insisiv Panas Tanpa RasaPanas dan

nyeri

Panas tapi

tidak nyeri

Mesio bukal cups molar Hangat Tanpa Rasa Tanpa Rasa Tanpa rasa

3. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Tidak terasa

Mesio bukal cups molar Tidak terasa

4. Test Perkusi Gigi dan Palpasi

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Tidak ngilu tapi tekanannya terasa

Mesio bukal cups molar Tidak ngilu dan tekanan tidak terasa

Pertanyaan dan Jawaban

13

Page 14: Modalitas Rasa

1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan

bentuk benda?

Bagian lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap

pengenalan bentuk benda karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf

sensoris dan taste bud. Sedangkan bagian wajah yang sensitive terhadap

pengenalan bentuk benda yaitu bibir atas, hidung, pipi kanan, dan pipi kiri.

2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap mengenali jarak

antar dua titik? Jelaskan mengapa!

Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik adalah

ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive adalah

bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah menyebabkan lidah

sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena papilla fungiformis

banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada bibir, sensitive

dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal ini juga dapat

dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan

tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi akibat perubahan bentuk

jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih tebal atau

dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekanan lebih sensitive.

Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis.

3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan mengapa!

Dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu

baik suhu panas ataupun dingin adalah ujung lidah. Dikarenakan pada

bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak

mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan,

sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut.

Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis dibandingkan bagian

yang lain.

4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!

Bagian anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut saraf

sensori dan juga taste bud yang akan menstimulasi rangsangan nyeri ke

sistem saraf pusat serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan

14

Page 15: Modalitas Rasa

tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada

tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan

daerah paling sensitive terhadap nyeri.

5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

Ya, percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.

6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan

umami?

Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis

dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam.

Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.

7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

Test vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat

gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga

untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Tes

vitalitas gigi juga diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.

Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas

pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi

masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga berguna untuk

keperluan perawatan endodontik.

8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

Tes Palpasi

Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau fluktuasi /

pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan periapikaldan

mengetahui ada atau tidaknya limfadenopati

Tes Perkusi

Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal,

biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau sensasi ngilu. Bila positif

sakit, maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya.

BAB III

15

Page 16: Modalitas Rasa

PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut

Percobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan empat variasi bentuk

objek. Pada pengamatan pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut,

diletakkan objek di atas lidah orang coba dan didapatkan hasil orang coba berhasil

menebak ukuran dari objek benda mendekati ukuran aslinya namun untuk

bentuknya, orang coba salah mengenali bentuk sebanyak satu kali. Jadi, lidah

orang coba tersebut peka terhadap pengenalan benda. Dari hasil percobaan

didapatkan waktu bervariasi oleh orang coba dalam mengenali berbagai bentuk

benda. Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa

luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin

besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka

semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin

besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah

akan semakin kuat dan reseptor yang terangsang akan semakin banyak sehingga

intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.

Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan

bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim

sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan

akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk

benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini

yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi.

3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.

Berdasarkan percobaan maka hasil yang didapatkan adalah pada orang

coba didapatkan bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir

bawah, dagu, anterior lidah, posterior lidah, gusi, dan samping kanan kiri lidah.

Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan

tekan ini. Rangsangan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada

jaringan yang lebih dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil

16

Page 17: Modalitas Rasa

ujung saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah

dan leher memiliki reseptor yang lebih banyak dibandingkan daerah lainnya.

3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa terdapat daerah peka-

dingin yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah peka-panas di rongga

mulut dan area wajah. Organ indera suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang

berespon terhadap suhu mutlak, bukan terhadap gradien suhu di rongga mulut.

Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10° - 38° C dan reseptor panas berespon

terhadap suhu dari 30° - 45° C.

Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi

suhu didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung

saraf. Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan

sesuai dengan tingkat tingginya suhu.

Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon

lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor

dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai

daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per sentimeter

persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya

lebih sedikit.

Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas

adalah dengan menggunakan sonde yang telah di rendam dalam air es dan air

dengan suhu 80°C. Berdasarkan hasil percobaan daerah paling sensitif terhadap

rangsang dingin adalah gusi, pipi kanan kiri, dan bibir atas. Sedangkan area paling

sensitif terhadap rangsang panas adalah anterior lidah, pipi kanan kiri, bibir atas

dan bibir bawah. Sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dipengaruhi oleh

jumlah reseptor saraf dan ketebalan jaringan.

3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.

Pada percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan

apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah yang diberi rangsangan berupa rasa.

Sehingga didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis, hampir semua lidah

17

Page 18: Modalitas Rasa

dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif terhadap rasa

manis adalah bagian 1 atau anterior lidah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa

manis lebih dominan dirasakan pada bagian ujung lidah dan ½ dorsal anterior

lidah. Dan pada persepsi rasa asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin.

Rasa asin lebih dominan dirasakan pada daerah samping kanan dan kiri lidah.

Pada persepsi rasa pahit, semua bagian lidah dapat merasakan rasa pahit tetapi

rasa pahit lebih dominan pada bagian ½ dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa

asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa asam, cuka adalah yang paling

terasa pada lidah orang coba karena intensitas sensasi rasanya sebanding dengan

logaritma dari konsentrasi ion hidrogen yaitu semakin asam maka semakin kuat

sensasi yang terbentuk. Sedangkan bagian lidah yang paling sensitif terhadap apa

yang dirasakan adalah bagian ujung lidah, sebab di sana memiliki lebih banyak

taste bud (1-18) dibandingan di bagian lain.  Untuk persepsi rasa umami, semua

bagian lidah juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah bagian

anterior. Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan

dibeberapa bagian lidah.

3.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

3.5.1. Rangsangan tekanan

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya rasa nyeri pada

jaringan rongga mulut dan area wajah. Sonde ditekan pada beberapa daerah lidah

sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran seberapa dalam

sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai

menimbulkan rasa nyeri tersebut. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut

mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri. Seperti pada

anterior lidah dan kanan kiri lidah sudah terasa nyeri pada kedalaman 1 mm

sedangkan pada bagian dorsal lidah butuh kedalaman yang lebih hingga terasa

nyeri. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.

Semakin tebal lapisan epitelnya maka semakin dalam pula reseptor nyeri yang

dapat diterima. Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor

berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang

lebih dalam.

18

Page 19: Modalitas Rasa

3.5.2. Rangsangan panas

Reseptor rasa nyeri hanya dapat dirangsang oleh sensasi rasa panas

atau dingin yang ekstrim, karena reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung

jawab terhadap terjadinya sensasi ”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi

”panas yang menyengat” (burning hot).

Berdasarkan percobaan maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi

suhu, maka rangsangan nyeri juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45°C,

serabut nyeri mulai terangsang oleh panas dan rasa nyeri itu bertambah seiring

kenaikan suhu. Selain itu, semakin bertambahnya suhu maka waktu yang

dibutuhkan nyeri untuk terasa juga semakin singkat. Adapun tingkat perbedaan

dalam penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor pengecap yang

terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan

diketahui bahwa tingkat sensivitas terhadap nyeri akibat panas adalah pada ½

dorsal posterior lidah. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana bagian lidah yang

paling sensitif seharusnya adalah bagian anterior lidah karena memiliki reseptor

pengecap yang lebih banyak dan lapisan epitel yang lebih tipis. Kesalahan ini bisa

dikarenakan suhu yang tidak benar-benar panas sangat dilakukan uji coba.

3.5.3. Rangsangan dingin

Percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0°C, 5°C dan 10°C. Pada

percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam

menerima rangsang. Berdasarkan percobaan tersebut dapat pula diketahui bahwa

pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan menerima

rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0°C, daerah anterior lidah lebih cepat

merasakan dingin dibandingkan pada daerah posterior lidah. Hal tersebut

disebabkan oleh karena pada bagian anterior lidah terdapat serabut saraf sensori

dan taste bud dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lidah

lainnya. Selain itu, kecepatan respon nyeri yang lebih cepat dibandingkan dengan

suhu yang dingin tersebut diakibatkan oleh  perlakukan dengan air dingin,

cenderung rasa yang dirasakan lebih lambat karena termoreseptor lebih lambat

merespon. Termoreseptor akan  merespon suhu dingin yang tentunya akan

19

Page 20: Modalitas Rasa

mengeluarkan kalor yang dimilki lidah, sehingga suhu akan lebih turun dari yang

sebelumnya. Ini akan menyebabkan termoreseptor akan merespon lebih lambat

dari sebelumnya.

Pada suhu yang terlalu dingin 0°C yang terangsang tidak hanya rasa

dingin tapi juga serabut saraf rasa nyeri, sehingga orang coba juga merasakan

sedikit rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10°C maka rasa sakitnya akan

menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang.

3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.

3.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin

Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama

kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi

incisive pertama kanan rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3

incisal. Sedangkan pada gigi molar pertama dilakukan pada permukaan mesio

bukal cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa

dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih

cepat. Suhu dingin didapatkan dari cotton pellet yang diberi chlor-ethyl.

Pada percobaan mengenai vitalitas gigi dengan suhu dingin diperoleh

data bahwa pada bagian permukaan labial 1/3 incisal memberi respon ngilu yang

disertai rasa dingin dan sedikit rasa pahit pada orang coba. Sedangkan pada bagian

permukaan dari mesio bukal cusp tidak memberi respon ngilu namun tetap diikuti

rasa dingin dan pahit. Hal tersebut dapat terjadi karena ketebalan pemukaan kedua

bagian gigi tersebut tidak sama. Pada bagian 1/3 incisal lebih tipis permukaannya

sehingga dimungkinkan terjadi penghantaran respon dingin oleh saraf yang

terhubung oleh tubulus dentin sehingga menimbulkan persepsi ngilu pada bagian

tersebut. Selain itu, rasa ngilu tersebut juga bisa diakibatkan oleh terbukanya

lapisan dentin. Ketika lapisan dentin terbuka, rangsang termal akan mudah

terdeteksi, sehingga akan membuat gigi terasa linu ketika makan/ minum dengan

suhu yang dingin. Beberapa perawatan gigi ada juga yang menyebabkan gigi

sensitif. Di antaranya pemutihan gigi, pembersihan karang gigi / scaling,

perawatan kawat gigi, dan penambalan gigi. Penambalan  gigi harus dilakukan

dengan prosedur yang tepat, selain itu menjaga kebersihan mulut tetaplah penting.

20

Page 21: Modalitas Rasa

Gigi yang telah ditambal dan tidak dijaga kebersihannya memungkinkan

terjadinya karies sekunder. Karies sekunder ini merupakan karies kompleks yang

terbentuk setelah karies primer. Karies sekunder akan berakhibat terbukanya

lapisan dentin lebih dalam menuju pulpa, sehingga rangsang termal akan lebih

mudah masuk ke ujung saraf di pulpa, akhibatnya sensitifitas gigi akan

meningkat. Rangsangan dingin yang bisa dirasakan oleh gigi ini menunjukkan

gigi masih bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi

yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya

menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material pengetesnya diangkat.

3.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panas

Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua kali perlakuan,

yaitu menggunakan air dengan suhu kamar dan menggunakan air panas. Dari

percobaan dilakukan dengan cara menyemprotkan air panas pada seluruh

permukaan labial 1/3 incisal gigi insisiv yang ditest kemudian didapatkan hasil

bahwa orang coba merasakan panas sedangkan pada mesio bukal cusp molar

hanya dirasakan hangat, dan dari percobaan yang dilakukan dengan

menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba tidak merasakan panas. Hal ini

memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas meski

tidak terlalu sensitiv. Dan ketika dites menggunakan guttap terasa nyeri adanya

rasa nyeri ini disebabkan karena ekspansi isi pulpa. Sedangkan saat dites dengan

burnisher terasa hangat.

3.6.3 Tes vitalitas gigi dengan tekan

Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan

periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada

gigi yang dites yaitu permukaan labial 1/3 incisal insisiv dan bagian mesio bukal

cusp molar. Test tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang dilakukan

didapatkan orang coba tidak merasakan adanya tekanan pada gigi yang berarti

bahwa tidak terjadi adanya keradangan pada jaringan periodontal.

21

Page 22: Modalitas Rasa

3.6.4 Tes perkusi gigi dan palpasi

Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang

jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi merupakan indikator

paling baik yang dapat menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks.

Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses

inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan

adanya inflamasi periradikuler.

Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan pada gigi

insisive pertama rahang bawah dan molar pertama rahang bawah dengan

mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan

yang dilakukan didapatkan bahwa pada kedua gigi tidak dirasakan adanya rasa

sakit. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal normal.

22

Page 23: Modalitas Rasa

BAB IV

KESIMPULAN

Di dalam rongga mulut terdapat indera pengecap yang menjadi salah satu

organ penting pada manusia yang digunakan untuk memilih makanan sesuai

dengan keinginannya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga befungsi untuk

menghindarkan tubuh dari substansi beracun. Indera pengecap pada manusia

berupa lidah yang mempunyai sel reseptor pengecap pada taste bud.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda

dan banyaknya reseptor yang terangsang.

2. Rangsangan tekan terjadi karena adanya perubahan jaringan yang lebih

dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari

rangsangan tekan ini yaitu reseptor taktil ujung saraf bebas.

3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dibandingkan

dengan suhu panas karena jumlah reseptor dingin lebih banyak daripada

reseptor panas.

4. Terdapat lima persepsi rasa yaitu asin terletak pada ujung lidah, manis

terletak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian

samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum

mole, dan umami terletak pada bagian ujung lidah.

5. Tes vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi

sedangkan test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui

keadaan jaringan periodontal.

23

Page 24: Modalitas Rasa

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhartini. 2015. Modul Mastikasi dan Modalitas Rasa dalam Rongga

Mulut. Jember : FKG Universitas Jember

2. Campbell, N.A., J.B. Reece, & Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid

3. Jakarta : Erlangga

3. Frandson, Boron WF & Boulpeap EL. 1992. Medical physiology. Jakarta :

EGC

4. Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. ke-9.

Jakarta : EGC

5. Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung : Unila

6. Junqueira, L. Carlos, Jose Carneiro & Robert Kelley. 1995. Histologi

Dasar. Jakarta : EGC

7. Pearce, E.C. 2000. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :

Gramedia

8. Savitri, Diah Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Mulut. Jakarta : Majalah

Kedokteran Gigi

9. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Ed. ke-2. Jakarta : EGC

10. Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

24