mklklkj
DESCRIPTION
ok;lTRANSCRIPT
1. Apa penyebab dan mekanisme lemah pada kasus ini?
2. Apa penyebab dan mekanisme palpitation pada kasus ini??
3. Apa kaitan lemah, nauseous dan palpitation pada kasus ini??
4. Mengapa terjadinya nauseous pada kasus ini dan mekanismenya?
Kurangnya eritrosit maupun hemoglobin akan berdampak pada kurangnya asupan
oksigen dalam gastrointestinal. Hal ini dapat menyebabkan penimbunan asam laktat
pada otot-otot polos sehingga gaster, intestinal, colon, menjadi kelelahan, dan
manifestasinya adalah berupa disritmia dan kontraksinya tidak teratur. Selain
kekurangan oksigen keadaan kekurangan besi juga dapat menyebabkan disritmia dan
gangguan kontraksi otot karena penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom, dan
gliserofosfat oksidase yang akan menyebabkan glikolisis terganggu sehingga adanya
penumpukan asam laktat. Keadaan ini akan menyebabkan mual dan rasa penuh pada
perut.
5. Bagaimana patofisiologi prolonged and excessive menstruation?
6. Bagaimana etiologi menstruation yang panjang dan berlebihan?
7. Apa ada hubungan antara gejala dengan menstruation yang berpanjangan?
8. Berapa jumlah darah normal yang keluar pada saat menstruation?
Selama menstruasi normal, kira-kira 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan serosa
dikeluarkan. Cairan menstruasi normalnya tidak membentuk bekuan, karena
fibrinolisin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium.
9. Bagaimana metabolisme Fe pada kasus ini?
10. Bagaimana proses eritropoises ?
Hematopoiesis dimulai dari sel stem hematopoietik pluripoten, yang merupakan asal
dari semua sel dalam darah sirkulasi. Sewaktu sel-sel darah ini bereproduksi, ada
sebagian kecil dari sel ini yang bertahan persis seperti sel-sel pluripoten dan disimpan
di sumsum tulang, sebagian besar sel-sel yang di reproduksi berdiferensiasi
membentuk suatu jalur khusus pembelahan sel dan disebut commited stem cells. Sel
pluripoten akan terus berdiferensiasi yang salah satunya akan membentuk CFU-E ,
yaitu unit pembentuk koloni eritrosit, yang akan membentuk proeritoblas (sel pertama
sebagai rangakaian eritrosit). Proeritoblas akan terus membelah menjadi basofil
eritroblas dimana pada tahp ini sudah terkumpul sedikit Hb, lalu menjadi eritoblas
polikromatofil kemudian menjadi eritroblas ortokromatomatik dimana Hb terkumpul
semakin banyak. Sampai pada tahap retikulosit sel sudah dipenuhi dengan Hb sampai
konsentrasi 34%, nukelus memadat menjadi kecil, dan akhirnya diasbsopsi atau
didorong keluar dari sel. Pada fase ini, sel-sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke
dalam kapiler secara diapedesis (terperas melalui pori-pori membrane kapiler). Di
dalam plasma, sel mengalami pematangan dan akhirnya menjadi eritrosit dengan Hb
di dalamnya. Sintesis Hb dimulai dari suksinil Ko-A yang beriktan dengan molekul
glisin menjadi pirol. Kemudian 4 pirol bergabung membentuk protoporfirin IX yang
kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Setiap molekul
heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yaitu globin membentuk rantai
hemoglobin. Lalu 4 rantai hemoglobin (alfa, beta, gama, delta) berikatan longgar satu
sama lain untuk membentuk molekul hemoglobin. Tipe rantai tersebut menentukan
afinitas ikatan Hb terhadap O2 (Guyton and Hall, 2007).
11. Bagaimana dampak tidak memakai sarung tangan(gloves) pada kasus ini?
12. Intepretasi hasil physical examination
13. Bagaimana mekanisme abnormal pada kasus ini
a) Pale
Kepucatan pada anemia terjadi karena berkurangnya volume darah dan Hb dan
vasokonstriksi untuk meningkatkan pengiriman O2 ke organ vital
b) Fatique
Anemi memiliki kadar Hb yang rendah. Hb memiliki fungsi mengangkut O2
ke seluruh tubuh. Semua organ agar dapat bekerja membutuhkan O2 agar
dapat menghasilkan energi, termasuk otak. Jika tidak mendapat energi, maka
akan cepat mengalami lelah
c) Heart rate
Organ membutuhkan O2, sedangkan darah yang mengalir sedikit, maka
pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi dan jantung akan memompa
lebih kencang agar darah tersebut bisa cepat sampai ke organ untuk
mengantarkan O2. Dengan begitu aliran darah akan menjadi cepat sehingga
menimbulkan palpitasi yang mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat.
d) Cheilitis (+)
e) Koilonychias(+)
f) Papil atrophy
14. Intepretasi hasil laboratory
15. Bagaimana mekanisme abnormal pada hasil laboratory
a) Hb Pada anemia defisiensi besi, besi yang dibutuhkan untuk sintesis heme
tidak tersedia sehingga heme yang terbentuk hanya sedikit dan pada akhirnya
jumlah hemoglobin yang dibentuk juga berkurang
b) Ht hematokrit menurun akibat RBC yang menurun
c) RBC perdarahan kronis akibat infeksi telur cacing tambah ditambah
menstruasi yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar RBC
d) MCV enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan besi
untuk menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi besi tidak
tersedia sehingga pembelahan sel tetap berlanjut selama beberapa siklus
tambahan namun menghasilkan sel yang lebih kecil (mikrositik). Hal ini ditandai
dengan menurunnya MCV (mean corpuscular volume) < 80 fl.
e) MCH dan MCHC Dengan berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit pun
mengalami hipokromia (pucat). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCV dan
MCHC (mean corpuscular Hemoglobin Concentration) < 32%
f) Hookworm’s egg
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan
giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang
menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita
mengalami kekurangan darah (anemia)
16. Bagaimana cara pemeriksaan lab
a) Hb
b) Ht
c) WBC
d) RBC
e) Trombosit
f) Diff. count
g) MCH
h) MCV
i) MCHC
j) FOB
k) Hookworm’s egg(dengan gambaran)
17. Bagaimana siklus hidup hookworm (secara umum)
Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan
dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva
diluar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus
kulit. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya
tiba di paru-paru lalu di batukan dan di telan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi
lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen, Cacing dewasa hidup di rongga
usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan
9.000-10.000 butir telur sehari. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut,
telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut
menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh
menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8
minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40mikron,
berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel,
larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform
panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran
darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk
ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke
dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform
menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
18. Hubungan gejala dengan infeksi hookworm
LI
1. Hook worm
2. Anemia
3. Pemeriksaan darah
4. Pemeriksaan feses
A. Indikasi dilakukan pemeriksaan feses
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya darah dalam tinja
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Adanya ikterus
e. Adanya gangguan pencernaan
f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
B. Macam pemeriksaan
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna,
bau, darah, lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal
dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,boleh juga sampel
tinja di ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa
dipakai tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja 24 jam untuk pemeriksaan
tertentu
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan
mungkin sekali unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini harus
dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi,berhati-hatilah saat
bekerja.
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan
feses :
1. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan
simpan di almari es
3. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum
pemeriksaan
4. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya
bagian yang bercampur darah atai lender
5. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai
pemeriksaan tinja sewaktu.
6. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
8. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau
sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi
tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus
bermulut lebar
9. Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka
hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara
makroskopis dengan sampel feses.
1. Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur
jumlah tinja meningkat.
2. Pemeriksaan Warna
a. Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih
tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna
tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat
disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
b. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c. Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen
dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja
tersebut disebut akholis.Keadaan tersebut mungkin didapat pada
defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan
makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga
setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan
yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau
tomat.
e. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian
proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi
dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan
seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat
disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan
mungkin juga oleh melena.
3. Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau
busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak
dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan
oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada
keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah
dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
4. Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat
dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi
tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat
besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
5. Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada
dinding usus.
a. Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur
baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
b. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja
tanpa tinja.
c. Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan
spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
d. Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan
serta peradangan rektal anal.
e. Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan
adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif,
intestinal tbc.
f. Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous
adenoma colon.
6. Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.
Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur
dengan tinja.
a. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan
bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut
melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
b. Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat
di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada
hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber
perdarahan semakin hitam warnanya.
7. Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada
penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal
abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah
dalam jumlah yang banyak.
8. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing
lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
9. Pemeriksaan adanya sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang
dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan
sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic
dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur
dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna
nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh
Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral
terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga
b. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,
leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua
pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa
dan telur cacing.
1. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit.
2. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,
Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
3. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan
didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan
pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran
pencenaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah
1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
4. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau
anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur.
Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
5. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari
bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak.
Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
peradangan dinding usus bagian distal.
6. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal
tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam
atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah
banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal
Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin.
Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan
seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran
pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
7. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya
sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya
menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
8. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
9. Jamur
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan
larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur,
sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa
dilakukan dengan menggunakan lugol. Untuk membedakan antara
Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada
kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat
ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari
Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat
dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus,
AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka
panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala
kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur
seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus
diatasi. Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau
pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik,
sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk
dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
c. Kimia
1. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
makroskopik atau mikroskopik.Adanya darah dalam tinja selalau
abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml /
hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh
kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan
adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes
berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari
eritrosit (Hb)
a. Metode benzidine basa
1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-
kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat
sampai menjadi dingin kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa
sebanyak sepucuk pisau.
4. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai
benzidine itu
5. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
6. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
Positif ( +) hijau
Positif (2+) biru bercampur hijau
Positif (3+) biru
Positif (4+) biru tua
b. Metode Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti
benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka
dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti
diterangkan diatas.
c. Cara Guajac
Prosedur Kerja :
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan
tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk
guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.
3. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi
emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai
lapisan terpisah.
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas
kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain
adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri,
Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil
negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium
dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
2. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan
berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes
menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah
dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan
volume tinja
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah
menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
3. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang
lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat
menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang
diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes
tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di
laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
4. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena
bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan
kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral,
mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode
pemeriksaan Fouchet
5. Eritropoiesis
6. Metabolism Fe.
Pembagian kerja
1. Muhammad Randi Akbar-1,13,7,18,11(LI-1)
2. Ghea Duandiza-2,14,8,1,13(LI-2)
3. Rahmatul Ikbal-3,15,9,2,12(LI-3)
4. Atia Julika-4,16,10,3,14(LI-4)
5. M. Albie-5,17,11,4,15(LI-5)
6. Pierre Ramandha K-6,18,12,5,16(LI-6)
7. Marini Syuryati-7,1,13,6,7(LI-1)
8. Intan Permatasari-8,2,14,7,15(LI-2)
9. Muhammad Mukhlis-9,3,15,8,17(LI-3)
10. Nyimas Irin Silvani-10,4,15,8,17(LI-4)
11. Jaskeran Kaur -11,5,16,9,18(LI-5)
12. Prabashini Ramani-12,6,17,10,16(LI-6)
Jawaban dalam bentuk SOFT COPY dan sudah fix, font times new roman 12, spasi 1,5. 2012
petang jam 5.00……jawabannya diberi yang sudah diedit …. Terima kasih