miopia

25

Click here to load reader

Upload: weteka

Post on 15-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tinjauan pustaka Miopia

TRANSCRIPT

Page 1: Miopia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Miopia

Miopia merupakan suatu gangguan tajam penglihatan, di mana sinar-sinar

sejajar dengan garis pandang tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina.

Miopia merupakan salah satu gangguan refraksi yang memiliki prevalensi tinggi

di dunia. Kelainan refraksi jenis ini merupakan jenis kelainan mata yang

menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda dari jarak jauh dengan baik

(Linda J. dan Vorvick, 2012).

Miopia terjadi karena panjang bola mata anteroposterior terlalu besar atau

kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat (Ilyas, 2012). Selain itu miopia

terjadi karena kornea dan lensa yang terlalu melengkung dari panjang bola mata.

Miopia biasanya mulai terjadi pada masa kanak-kanak dan resiko terjadinya

miopia lebih tinggi pada anak yang kedua orang tuanya menderita miopia (Bailey,

2012).

2.1.1.1 Faktor risiko

Ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya miopia,

diantaranya:

a. Keturunan (Herediter)

Didapatkan bukti yang signifikan bahwa miopia dapat terjadi karena

adanya faktor herediter, jika kedua orang tua menderita miopia maka

kecenderungan anaknya 40% akan menderita miopia, dan anak yang salah

satu orang tuanya menderita miopia memiliki risiko 20-25% menderita

miopia, sedangkan anak yang kedua orang tuanya tidak menderita miopia

hanya memiliki risiko 10% menderita miopia (Rebekah, 2005).

Page 2: Miopia

b. Stres penglihatan

Selain faktor herediter, miopia sangat dipengaruhi terhadap bagaimana

cara seseorang menggunakan matanya. Seseorang yang menghabiskan

terlalu banyak waktu untuk membaca, menonton Televisi dan melakukan

pekerjaan dengan menggunakan penglihatan dekat cenderung mengalami

miopia (American Optometric Assosiation, 2013).

c. Aktivitas melihat dekat yang terlalu lama.

Anak yang melakukan aktivitas melihat dekat seperti membaca yang

terlalu lama >30 menit cenderung mengalami miopia dari pada anak yang

membaca <30 menit. Anak yang membaca dengan jarak <30cm cenderung

mengalami miopia 2,5 kali dari anak yang membaca dengan jarak >30cm

(Pan, Ramhamurty, dan Saw, 2011).

Singapore Cohort Study of the risk factors for myopia (SCORM)

menemukan bahwa anak-anak yang membaca > 2 buku per minggu 3 kali

lebih mungkin menderita miopia dibandingkan dengan yang membaca

<2 buku per minggu. Anak-anak yang membaca selama > 2 jam 1,5 kali

lebih mungkin untuk menderita miopia dibandingkan dengan yang

membaca <2 jam, namun hal ini tidak signifikan. Setiap buku yang dibaca

per minggu, dikaitkan dengan pemanjangan aksial bola mata dari 0,04mm.

Anak-anak yang membaca lebih dari dua buku per minggu memiliki

Panjang aksial 0,17mm lebih panjang dibandingkan dengan anak-anak

yang membaca dua buku atau lebih sedikit per minggu (Pan, Ramhamurty,

dan Saw, 2011).

d. Pada beberapa penelitian yang dilakukan di Cina, tinggi badan memiliki

pengaruh terhadap kejadian miopia, khususnya pada orang dewasa.

Penelitian lain melaporkan bahwa terdapat hubungan tinggi badan dengan

kelainan refraksi diantara anak laki-laki Cina, namun tidak ditemukannya

hubungan yang bermakna pada anak perempuan Cina. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan pada anak laki-laki yang berusia 17-19 tahun di

Page 3: Miopia

Israel menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

tinggi badan dengan kejadian miopia. Oleh sebab itu hubungan antara

tinggi badan dengan kejadian miopia belum dapat dipastikan.

Penelitian terakhir yang menunjukkan hubungan antara tinggi badan

dengan kejadian miopia dilakukan oleh Jung dkk dan menyimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara tinggi badan dengan kejadian

miopia (Jung, et al. 2012).

2.1.1.2 Klasifikasi

Menurut ciri anatomisnya miopia dibagi menjadi :

a. Miopia refraktif, dimana bertambahnya indeks bias media penglihatan

seperti yang terjadi pada katarak intumensen dimana lensa menjadi lebih

cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau

miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan

kornea dan lensa yang terlalu kuat.

b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan

kelengkungan kornea dan lensa yang normal. (Ilyas, 2012)

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil dari pada 1-3 dioptri.

b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.

c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

Menurut perjalanan penyakitnya miopia dikenal dalam bentuk :

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa

akibat bertambah panjangnya bola mata

c. Miopia maligna, miopia berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan

ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia pernisiosa =

miopia maligna = miopia degeneratif. Miopia degeneratif atau miopia

Page 4: Miopia

maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada

fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk

stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai

dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah

terjadi atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch

yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi

subretina.

Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada

mata, miopia dapat dibagi menjadi:

1. Miopia Simpleks : Terjadinya kelainan fundus ringan. Kelainan

fundus yang ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan

berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terjadi kelainan organik

dan dengan lensa koreksi yang sesuai bisa mencapai tajam

penglihatan normal. Berat kelainan refraksi yang terjadi biasanya

kurang dari -6D. Keadaan ini disebut juga dengan miopia fisiologi.

 

2. Miopia Patologis : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia

maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada

semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna

adalah adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada

pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah

dapat dibuat jika terdapat peningkatan tingkat keparahan miopia

dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat

pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D (Ilyas, 2012). 

Menurut David A.Goss miopia patologi adalah miopia tinggi yang

terkait dengan perubahan patologi terutama di segmen posterior

mata. Tingginya derajat miopia ini disebabkan peningkatan

panjang aksial bola mata.

Page 5: Miopia

Grosvenor mengklasifikasikan miopia berdasarkan umur menjadi :

1. Miopia kongenital, miopia yang terjadi sejak lahir dan menetap

pada masa kanak-kanak. 

2. Miopia onset anak-anak, miopia yang terjadi saat usia 6 tahun

sampai 10 tahun.

3. Miopia onset dewasa muda, yaitu miopia yang terjadi antara usia

20 dan 40 tahun.

4. Miopia onset dewasa, yaitu miopia yang terjadi diatas usia 40

tahun.  

Menurut American Optometric Association (2006), miopia secara

klinis dapat dibagi menjadi :

1. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata

yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa yang

terlalu kuat.

2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di

sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata

seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada.

Penyebab miopia ini adalah pupil yang membuka terlalu lebar

untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan

aberasi dan menambah kondisi miopia. 

3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan

terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada

otot-otot siliaris yang memegang lensa. Di Indonesia, disebut

dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini hanya

sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan.

Untuk kasus ini, tidak boleh terburu-buru memberikan lensa

koreksi. 

4. Miopia Degeneretif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif,

miopia maligna atau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia

Page 6: Miopia

derajat tinggi dan tajam penglihatannya di bawah normal meskipun

telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini bertambah buruk dari

waktu ke waktu. 

5. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat-

obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada

nukleus lensa dan sebagainya. 

2.1.1.3 Patofisiologi

Struktur refraktif mata yang paling penting dalam kemampuan refraktif

mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea yang melengkung, struktur

pertama yang dilewati oleh sinar sewaktu sinar tersebut memasuki mata

berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan

dalam densitas pada pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada

perbedaan dalam densitas antara lensa dan cairan disekitarnya. Kemampuan

refraktif kornea seseorang tidak pernah berubah. Sebaliknya, kemampuan

refraktif lensa dapat diubah-ubah dengan mengubah kelengkungannya sesuai

dengan kebutuhan untuk melihat dekat atau jauh (Sherwood, 2007).

Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi.

Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang selanjutnya dikendalikan

oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang

melekat pada lensa melalui ligamentum suspensorium. Pada mata normal, otot

siliaris melemas dan lensa menjadi gepeng untuk melihat jauh, tetapi saat

melihat dekat otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih

kuat (Sherwood, 2007).

Pada miopia, karena bola mata terlalu panjang atau lensa terlalu kuat,

maka sumber cahaya dekat dibawa ke fokus di retina tanpa akomodasi

(meskipun akomodasi dalam keadaan normal digunakan untuk melihat benda

dekat), sementara sumber cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak

kabur ( Sherwood, 2007).

Page 7: Miopia

Pada aktivitas melihat dekat seperti saat membaca, menonton TV, dan

bermain video game yang terlalu lama dapat menyebabkan miopia melalui efek

fisik langsung secara terus menerus, hal ini disebabkan oleh mata terlalu lama

berakomodasi pada saat melihat dekat sehingga otot siliaris akan terus

berkontraksi yang menyebabkan tonus otot siliaris menjadi tinggi dan lensa

menjadi cembung (Medicinesia, 2013). Namun berdasarkan teori terbaru

aktivitas melihat dekat yang lama menyebabkan terbentuknya bayangan buram

di retina (retinal blur) yang terjadi selama fokus dekat. Bayangan buram ini

memulai proses biokimia pada retina untuk menstimulasi perubahan biokimia

dan struktural pada sklera dan koroid yang menyebabkan pemanjangan axis

bola mata (Fredrick, 2002).

Hal yang menginisiasi pemanjangan axis bola mata merupakan peran

neuromodulator seperti dopamin, serotonin, dan neuropeptida. Pelepasan

neuromodulator akan menyebabkan perubahan struktur sklera yang dimodulasi

oleh pembentukan proteoglikan. Meningkatnya jumlah proteoglikan

menyebabkan peningkatan pertumbuhan panjang axis bola mata. Akibat dari

spasme otot siliaris, maka tidak diperlukan lagi akomodasi sewaktu melihat

dekat sehingga akan menurunkan pelepasan dari neuromodulator. Hal inilah

yang mengakibatkan pemanjangan axis bola mata (Troilo, Nickla dan

Wallman, 2000).

Penelitian yang dilakukan di Inggris oleh Sorbsy dkk, menemukan bahwa

selama masa kanak-kanak terjadi peningkatan panjang bola mata dan

penurunan kekuatan indeks bias mata (Benjamin, 2006).

Page 8: Miopia

Gambar 1. Mata normal, bayangan jatuh tepat di retina

Sumber : IVO (Institute of Vision and Optics) Myopia, 2012.

Gambar 2. Mata penderita miopia, bayangan jatuh di depan retina.

Sumber : IVO (Institute of Vision and Optics) Myopia, 2012

2.1.1.4 Prevalensi

Page 9: Miopia

Insiden miopia dalam populasi sering bervariasi sesuai dengan usia, ras,

jenis kelamin, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor lainnya. Di beberapa

daerah, seperti Cina, India dan Malaysia, memiliki prevalensi miopia sebesar

41% dari populasi orang dewasa. Sebuah penelitian terbaru di inggris yang

melibatkan mahasiswa tahun pertama menemukan bahwa 50% dari mahasiswa

inggris yang berkulit putih dan 53,4% mahasiswa British Asia menderita

miopia. Di Australia, prevalensi keseluruhan miopia telah diperkirakan 17%.

Dalam satu studi baru, kurang dari 8,4% anak-anak Australia antara usia 4 dan

12 ditemukan memiliki miopia lebih dari -0,5 dioptri. Prevalensi miopia telah

dilaporkan setinggi 70-90% di beberapa negara Asia, 30-40% di Eropa dan

Amerika Serikat, dan 10-20% di Afrika. Di Yunani, ditemukan 36,8% anak

yang berusia 15 sampai 18 tahun menderita miopia. (Medical News, 2012)

2.1.1.5 Tatalaksana

Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata

maupun lensa kontak sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman

penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0

memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi S-3.25 maka

sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar memberikan istirahat mata dengan

baik sesudah dikoreksi (Ilyas, 2012).

Pengobatan miopia dengan menggunakan lensa kontak dari kaca atau

plastik dapat diletakkan di permukaan kornea. Lensa ini dipertahankan di

tempatnya oleh lapisam tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak

dan permukaan depan mata.

Sifat khusus lensa kontak dapat menghilangkan hampir semua pembiasan

yang terjadi di permukaan anterior kornea. Karena air mata mempunyai indeks

bias yang hampir sama dengan kornea menyebabkan permukaan anterior

kornea tidak lagi berperan penting sebagai bagian dari sistem optik mata.

Dengan demikian permukaan luar lensa kontaklah yang lebih berperan penting.

Jadi, pembiasan oleh permukaan lensa kontak ini menggantikan pembiasan

Page 10: Miopia

yang biasanya dilakukan oleh kornea. Hal ini penting tetutama pada kelainan

refraksi mata yang disebabkan oleh abnormalitas bentuk kornea, misalnya

bentuk kornea yang aneh dan menonjol yang disebut keratokonus (Guyton,

2008).

Ilmuwan Universitas New South Wales, Australia, menemukan lensa

kontak khusus yang dapat digunakan untuk menyembuhkan miopia.

Lensa khusus tersebut diberi nama lensa kontak Orthokeratology dan hanya

dikenakan pada waktu malam hari. Desain lensa kontak Orthokeratologi

dikenal dengan nama ”reverse geometri / reverse zone” dimana fitting lensanya

adalah flat pada bagian tengahnya. Fitting ini bertujuan untuk menghasilkan

tekanan pada sentral kornea sehingga dapat membentuk kembali atau

meredistribusi lapisan kornea. Lensa kontak tersebut akan menghasilkan

perubahan pada kelengkungan kornea bagian anterior. Perubahan ini terjadi

karena adanya penipisan pada epitel sentral kornea dan penebalan pada storma

midpheriper. Ini akan menghasilkan pengurangan pada sagital kornea dan

terjadi pengurangan pada power miopia. Pada Orthokeratologi tidak terjadi

perubahan kelengkungan kornea posterior (Veronica, 2010).

Pengobatan miopia juga dapat menggunakan prosedur bedah yang

disebut dengan LASIK. LASIK merupakan prosedur bedah dengan

menggunakan sebuah laser untuk mengurangi ketebalan kornea, sehingga

cahaya jatuh tepat di retina (Vorvick et al, 2012).

2.1.1.6 Preventif

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan

terjadinya miopia seperti :

a. Saat membaca jarak buku minimal 30 sentimeter dari mata.

b. Hindari membaca atau menulis dalam kendaraan yang bergerak atau

sambil berbaring di tempat tidur.

Page 11: Miopia

c. Hindari bekerja terlalu lama di depan layar komputer dan gunakan

waktu 5 sampai 10 menit untuk beristirahat setelah 40 menit bekerja

di depan layar komputer.

d. Gunakan pencahayaan yang baik saat membaca jarak dekat.

Dianjurkan menggunakan lampu 40 sampai 60 watt lampu pijar di

sisi meja saat malam hari atau ketika berada diruangan yang gelap.

Lampu pijar mengeluarkan cahaya yang lembut dan memiliki

perkembangan warna yang baik untuk menjaga otot mata tetap rileks

dan mencegah kelelahan mata.

e. Nutrisi memiliki peranan penting untuk menjaga mata agar tetap

sehat. Rajinlah mengkonsumsi Vitamin A, C dan E dan perlu diingat

bahwa makanan seperti susu dan kuning telur, hati, sayuran berdaun

hijau dan wortel juga sehat untuk mata (Prmob, 2012).

2.1.2 Jarak melihat dekat.

2.1.2.1 Jarak sehat saat melihat dekat.

Saat menonton Televisi ada aturan-aturan yang harus ditaati agar tidak

menimbulkan efek yang tidak baik pada mata. Salah satunya adalah jarak

layar monitor Televisi ke mata harus mengikuti perhitungan standar yang

berlaku secara internasional. Rumus jarak layar Televisi ke mata penonton

adalah 5 kali diagonal layar.

Jika aturan jarak tersebut dilanggar maka kesehatan mata bisa terancam.

Terutama pada anak-anak, jarak menonton yang terlalu dekat dapat

menyebabkan terjadinya miopia.

Page 12: Miopia

Rumus menghitung jarak layar Televisi terhadap mata penonton :

berikut ini jarak aman menonton Televisi berdasarkan rumus tersebut dan

hanya terpaut dari ukuran layar televisi yang populer di Indonesia:

1. 14 inchi = 1,78 meter

2. 17 inchi = 2,16 meter

3. 20 inchi = 2,54 meter

4. 21 inchi = 2,67 meter

5. 29 inchi = 3,67 meter

6. 32 inchi = 4,07 meter

7. 50 inchi = 6,35 meter

Keterangan :

- Diagonal layar adalah jarak ujung layar kiri atas ke ujung layar kanan

bawah.

- Inchi (") adalah satuan jarak non standar internasional dimana 1 inch sama

dengan 0.0254 meter.

- Untuk ukuran layar Televisi yang lain bisa dihitung dengan mengalikan

diagonal layar dengan 5 lalu dikali lagi 0,0254 (Godam, 2009).

Besar ukuran layar Televisi (inchi) x 5

Page 13: Miopia

Jarak dan posisi saat membaca sangat erat kaitannya dengan kesehatan

mata. Apabila terbiasa melihat dari jarak dekat (kurang dari 30 cm) secara terus

menerus, maka otot mata akan terus berkontraksi dan bekerja terus menerus,

sehingga akan menyebabkan lensa mata semakin cembung, dan akan

menyebabkan terjadinya miopia, atau mata tidak dapat melihat objek yang

jauh. Menurut Julie, jarak aman (dihitung dari mata ke objek yang dilihat)

untuk membaca minimum 30 cm atau lebih.

Ketajaman penglihatan yang menurun, selain disebabkan karena posisi

membaca atau menonton Televisi yang terlalu dekat, dapat diakibatkan karena

pencahayaan yang kurang. Hal ini bisa saja karena memang lampu yang redup

atau karena posisi pada saat membaca, misalnya sambil berbaring. Kebiasaan

membaca sambil berbaring, akan mengakibatkan mata bekerja lebih keras,

karena cahaya akan terhalang oleh buku atau kepala, sehingga mata kurang

mendapat pencahayaan yang cukup. Maka, posisi yang baik pada saat

membaca adalah duduk (Nestle, 2012).

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Monitor CRT dan LCD

a) Chatode-ray tube (CRT)

Chatode-ray tube atau disingkat CRT merupakan perangkat yang

mengubah signal listrik menjadi signal optical melalui proses

penembakan electron (electron beam). CRT banyak dipakai

sebagai peralatan televisi, osiloskop, radar sistem dan lain

sebagainya. Pada monitor CRT radiasinya cukup besar dibanding

dengan monitor LCD sehingga cepat menimbulkan kelelahan mata.

b) Liquid Crystal Display (LCD)

Liquid Crystal Display adalah teknologi display yang

menggunakan sifat isotropic dari suatu bahan material organic

yang berbentuk liquid-crystal karena pengaruh medan listrik.

Page 14: Miopia

Setiap pixel dari suatu LCD terdiri dari lapisan liquid-crystal

yang diapit oleh 2 elektrode transparan (transparent electrodes)

yang terbuat dari Indium Tin Oxide (ITO) dan 2 filter polarisasi

(polarizing filter). Tanpa adanya liquid-crystal di lapisan tengah

makan 2 filter polarisasi akan saling menghalangi masuknya

cahaya sehingga tampak sebagai warna hitam. Dengan

mengalirkan listrik melalui kedua elektrode transparan akan

memberikan medan listrik pada liquid-crystal sehingga partikel

didalamnya akan mempolarisasi (memutar) gelombang cahaya

yang masuk dan dapat melalui filter polarisasi pada kedua lapisan

sehingga cahaya dapat menembus filter dan tampak warna yang

ada dilapisan akhir LCD. Pada monitor LCD radiasinya lebih kecil

dibanding dengan CRT sehingga tidak menyebabkan mata mudah

lelah dan lebih nyaman di mata (Bambang, 2011).

2.1.3 Durasi melihat jarak dekat

Waktu yang dihabiskan untuk menonton Televisi, membaca dan kegiatan

yang membutuhkan penglihatan jarak dekat sangat mempengaruhi kesehatan

mata. Saat membaca waktu yang dihabiskan sebaiknya tidak lebih dari satu

jam. Bila ingin lebih, harus diselingi istirahat minimal 15 menit sebelum

membaca kembali. Namun, waktu yang dihabiskan anak saat membaca sangat

bervariasi, bergantung 'jenis' matanya. Anak yang kemampuan otot-otot

fokusnya sangat kuat bisa membaca lebih dari 2 jam tanpa istirahat. Mereka

biasanya mampu membaca lebih lama tanpa ada tanda-tanda kelelahan mata

seperti pedih, atau mengedip-kedip mata. Disarankan setelah selesai membaca

pandangan dialihkan pada benda-benda berwarna hijau. Pengalihan ini

membantu lapisan dalam bola mata yang bertugas menangkap warna dan

cahaya hingga terbentuk zona rodopsin. Adanya zona ini akan mengaktifkan

pengikatan rodopsin (salah satu senyawa vitamin A) sekaligus membantu

metabolisme di retina (Melawai Optik, 2012).

Page 15: Miopia

2.1.4 Pencahayaan ruangan

Pencahayaan di ruangan adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi

benda-benda diruangan. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya alami dan

cahaya buatan. Selain itu pencahayaan yang memadai memberikan kesan

pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.

Permasalahan pencahayaan meliputi kemampuan manusia untuk melihat

sesuatu. Pada aktivitas membaca, menulis, dan pekerjaan yang menggunakan

penglihatan dekat akan menyebabkan semakin tinggi kerja mata, oleh sebab itu

cahaya yang dibutuhkan lebih besar. Kualitas cahaya yang baik apabila cahaya

mampu menampilkan warna asli objek. Pada saat menonton TV atau melihat

layar komputer tingkat cahaya layar sangat berbeda dari tingkat cahaya di

lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu perlu disesuaikan tingkat cahaya layar

TV atau komputer yang berguna untuk menjaga kesehatan mata.

Menurut Prabu (2009), Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai

dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai

dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan dapat dibedakan

menjadi 5 macam yaitu:

A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda

yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur

pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta

kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena

pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding

serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak

menyegarkan.

B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang

perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.

Page 16: Miopia

Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi.

Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki

effiesien pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan

antara 5-90%

C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang

perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dindng.

Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni

memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini

masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding

bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang

optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan

baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat

dikurangi.

E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding

bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar

seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian

dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan

bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya

total yang jatuh pada permukaan kerja.