miopi

10
Miopi (Melihat Dekat) Tujuan Mahasiswa mengetahui dan memahami jenis pemeriksaan visus, anomali refraksi, dan koreksi anomali refraksi Pendahuluan Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik- bintik peka sinar primitif pada permukaan golongan invertebrata. Dalam bungkus pelindungnya, mata memiliki lapisan reseptor sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak. Struktur- struktur utama pada mata terdiri dari lapisan pelindung luar bola mata, yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat khoroid, lapisan yang mengadung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata. ( Ilmu Kesehatan Mata UGM : 1-6 ) Adapun mekanisme penglihatan secara singkat yaitu Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot-otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Bila cahaya sampai keretina, maka sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang merupakan sel-sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal- sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. ( Guyton & hall : 2007 ). Visus adalah perbandingan jarak seseorang tehadap huruf optotip snellen yang masih bisa ia lihat jelas dengan jarak seharusnya yang bisa dilihat mata normal. Baik buruknya visus ditentukan oleh alat optik, sel-sel reseptor cahaya di retina lintasan visual dan pusat penglihatan serta pusat kesadaran. Faktanya mata kita bisa melihat sesuatu pada jarak tertentu, misalnya jari bisa

Upload: muhammad-hadi-arwani

Post on 20-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Miopi

Miopi (Melihat Dekat)

Tujuan

Mahasiswa mengetahui dan memahami jenis pemeriksaan visus, anomali refraksi, dan koreksi anomali refraksi

PendahuluanMata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar primitif pada permukaan golongan invertebrata. Dalam bungkus pelindungnya, mata memiliki lapisan reseptor sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak. Struktur-struktur utama pada mata terdiri dari lapisan pelindung luar bola mata, yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat khoroid, lapisan yang mengadung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata. ( Ilmu Kesehatan Mata UGM : 1-6 ) Adapun mekanisme penglihatan secara singkat yaitu Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot-otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Bila cahaya sampai keretina, maka sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang merupakan sel-sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal-sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. ( Guyton & hall : 2007 ).

Visus adalah perbandingan jarak seseorang tehadap huruf optotip snellen yang masih bisa ia lihat jelas dengan jarak seharusnya yang bisa dilihat mata normal. Baik buruknya visus ditentukan oleh alat optik, sel-sel reseptor cahaya di retina lintasan visual dan pusat penglihatan serta pusat kesadaran. Faktanya mata kita bisa melihat sesuatu pada jarak tertentu, misalnya jari bisa diihat jelas pada jarak 60 m, lambaian tangan hingga 300 m, dan cahaya jauh tak terhingga. Alat untuk menguji penglihatan disebut optotip snellen yang diciptakan oleh prof. Hermann Snellen dari belanda. Kartu ini berupa huruf atau angka yang disusun berdasarkan daya pisah konus di retina. Dua titik yang terpisah dapat dibedakan oleh mata dengan syarat 2 konus diselingi 1 konus harus terangsang. Pada miopi, bayangan dari benda yang jauh jatuh di depan retina. Hal ini bisa disebabkan oleh bola mata yang lebih panjang, yang disebut miopi aksial. Tambahan 1 mm panjang bola mata menyebabkan mata lebih miopi sebesar 3 dioptri. Selain itu, miopi juga bisa disebabkan oleh elemen refraktif yang terlalu refraktif, yang disebut miopi kurvatura atau miopi refraktif. Tingkat 4. Keparahan miopi bisa diketahui dengan menghitung titik jauh. Titik jauh adalah titik di mana bayangan difokuskan lebih tajam di retina. Orang yang titik jauhnya 0,25 meter membutuhkan lensa -4 dioptri untuk memperbaiki penglihatannya.2

Pada miopi, resep kaca mata yang diberikan adalah lensa negative yang paling tidak berat.

Page 2: Miopi

3. Alat dan Bahan

a. Optotip Snellen b. Lensa sferis Negatif dengan beberapa dioptric. Lensa Sferis Positif dengan beberapa dioptrid. Lensa Sferis Silindrise. Kacamata khusus pemeriksaan

4. Cara Kerja

Naracoba berdiri berjarak 6 m dari optotip Snellen

Mata kiri ditutup, kemudian dengan panduan penguji, naracoba membaca huruf-huruf pada optotip Snellen dengan mata kanan. Pembacaan huruf dimulai dari deretan huruf yang

terbesar sampai yang maasih bisa dibaca

Ulangi percobaan tersebut pada mata kiri

Apabila visus naracoba < 6/6, ada kemungkinan mata naracoba bukan emetrop (miopi/hipermetropi)

Untuk membedakan antara hipermetropi dengan miopi naracoba diberi koreksi lensa negatif/ lensa positif

Page 3: Miopi

Naracoba diberi koreksi lensa positif apabila tidak mengubah nilai visus, kemungkinan miopi. Untuk mengubah nilai itu dipakai lensa sferis negatif sampai ditemukan visus 6/6

Apabila masih tidak mencapai visus 6/6 dari kedua koreksi di atas, maka kemungkinan naracoba menderita astigmatisme. Maka naracoba dikoreksi dengan lensa prisma

5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

I. Visus II. Dengan Koreksi

Kanan 13.3/200 S -3,5

Kiri 16,67/ 160 S -3,5

5.2 Pembahasan

Pada percobaan ini, digunakan probandus yang merupakan seorang wanita dengan usia 20 tahun. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan visus dari probandus tersebut. Probandus berdiri di depan snellen chart sejauh jarak 6 m. Hal ini dikarenakan pada jarak 6 meter lensa probandus tidak berakomodaasi untuk melihat angka-angka pada snellen chart. Berkas cahaya dari Snellen Chart jatuh ke mata dalam posisi sejajar. Probandus melihat dengan menggunakan satu mata, dan mata lainnya ditutup dengan kaca mata khusus.

Setelah dilakukan pemeriksaan visus didapatkan bahwa visus mata kanan probandus yaitu 13,3/200. Hal ini menunjukkan bahwa pada orang normal benda pada jarak 200 feet=60 meter dapat terlihat, sedangkan probandus memerlukan jarak 13,3 feet=4 meter.

Kemudian dilakukan percobaan pada mata kiri probandus didapatkan visus mata kiri yaitu 16,67/160. Hal ini menunjukkan bahwa pada orang normal benda pada jarak 160 feet=48 meter dapat terlihat, sedangkan probandus memerlukan jarak 16,67 feet= 5 meter.

Setelah diketahui bahwa probandus memiliki masalah pada ketajaman penglihatan, percobaan selanjutnya adalah untuk mengetahui jenis kelainan refraksi pada probandus tersebut. Mata hipermetropi adalah mata berpenglihatan jauh/rabun dekat, dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis (+). Sebaliknya mata miopi adalah mata berpenglihatan dekat/rabun jauh, dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis (-)

Probandus diminta menggunakan lensa sferis (+)/lensa cembung. Tampak bahwa penglihatan probandus semakin kabur. Pada saat menggunakan lensa sferis (-). Tampak bahwa penglihatan probandus makin jelas. Hal ini mengindikasikan bahwa probandus mengalami miopi.

Page 4: Miopi

Miopi yang dialami dikarenakan panjang bola mata yang terlalu memanjang/ lensa mata yang terlalu mencembung. Hal ini mengakibatkan bayangan yang terbentuk pada mata jatuh di depan retina.

Pengkoreksian dilakukan pada mata kanan dengan menggunakan lensa cekung. Lensa cekung yang dicoba pertama kali dengan menggunakan kekuatan -0,5 D. Sampai lensa sferis dengan kekuatan -3,5 D, probandus dapat melihat Snellen Chart dengan visus 6/6. Hal ini menunujukkan bahwa pengkoreksian dilakukan dengan menggunakan lensa sferis – 3,5 D.

Pengkoreksian juga dilakukan pada mata kiri. Dan didapatkan bahwa mata probandus dapat melihat snellen chart dengan visus 6/6 dengan menggunakan lensa sferis -3,5 D. Pemeriksaan selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu untuk menilai ada tidaknya aastigmatisme, untuk pengoreksian visus lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC and hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran, ed.11, jakarta : EGC,2007Tortora GJ, grabowski SR. Principles of anatomy and phisiology. Ed.john wiley & son inc.203Hartono & Suhardjo, ILMU KESEHATAN MATA, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada : 2007sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. 2001

Page 5: Miopi

Buta Warna

1. Pendahuluan

Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel batang dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna. Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. KLASIFIKASI BUTA WARNA Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.1. Anomalous trichromacyAnomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght (green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.2. DichromacyDichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan buta warna merah – hijau.b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.3. MonochromacyMonochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen

Page 6: Miopi

kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesiBentuk buta warna dikenal juga :1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam

penglihatan normal, tidak nistagmus.

Metode cepat untuk menentukan suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik yang disebut kartu ishihara.kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.

2. Tujuan

Memahami buta warna organik dan fungsional.

3. Alat yang diperlukan

1. Buku pseudoisokromatik Ishihara 2. Plastik mika warna merah dan hijau

4. Tata Kerja 4.1 BUTA WARNA ORGANIK 1. Instruksikan OP untuk mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku pseudoisokromatik Ishihara. 2. Catat hasil pemeriksaan saudara.

4.2 BUTA WARNA FUNGSIONAL 1. Instruksikan OP untuk melihat melalui plastic mika warna merah atau hijau selama minimal 10 menit ke arah suatu bidang yang terang (awan putih). 2. Segera setelah itu, periksa keadaan buta warna yang terjadi dengan menggunakan buku pseudoisokromatik Ishihara. 3. Catat hasil pemeriksaan saudara.

5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa tes pada buta warna organik memiliki hasil (-), probandus dapat membedakan warna dengan baik. Dan pada tes buta warna fungsional, tidak terjadi kelainan penglihatan warna pada probandus.

5.2 Pembahasan

Percobaan buta warna ini dilakukan pada probandus wanita, dengan usia 20 tahun. Pada percobaan ini dilakukan 2 tes, yaitu percobaan buta warna organik tanpa perlakuan. Probandus hanya melihat buku ichihara dan membedakan warna pada tes ini. Pada tes kedua, yaitu percobaan buta warna fungsional, probandus disuruh melihat warna merah selama 10 menit, dan setelahnya probandus diminta membedakan warna pada buku ichihara.

Page 7: Miopi

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang dapat terjadi kongenital ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu. Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta warna yang diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan. Buta warna total merupakan keadaan yang jarang. Pada protanomali terdapat kekurangan kerentanan merah sehingga diperlukan lebih banyak merah untuk bergabung dengan kuning baku. Sedang yang disebut sebagai protanopia adalah kurangnya sensitifnya pigmen merah kerucut. Pada deutranomali diperlukan lebih banyak hijau untuk menjadi kuning baku. Sedang deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau kerucut. Tritanomali terdapat kekurangan pada warna biru, pada keadaan ini akan sukar membedakan warna biru terhadap kuning. Akromatopsia atau monokromat berarti ketidakmampuan mem-bedakan warna dasar atau warna antara. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat, sel kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya mempunyai tajam penglihatan 6 / 30. Buta warna fungsional merupakan sensasi melihat bayangan, atau warna, atau cahaya, saat tak ada cahaya sebenarnya. Hal ini biasanya disebabkan oleh kelelahan dari sel kerucut merespon warna. Salah satu kejadian yang menarik adalah negative afterimages. Jika kita melihat warna merah dalam waktu 30 detik atau lebih, sel kerucut akan kelelahan. Ketika diganti melihat kertas putih, maka mata kita tidak melihat warna merah, jadi yang terlihat adalah warna komplementernya yaitu hijau. Begitu juga sebaliknya, dan antara warna biru-kuning. Hal ini juga berhubungan dengan adaptasi sel kerucut terhadap pajanan yang diberikan.

Pada percobaan ini didapatkan hasil negatif pada percobaan buta warna organik, dan pada percobaan buta warna fungsional seharunsnya probandus tidak dapat melihat warna merah, dan hanya dapat melihat warna hijau. Namun, probandus masih dapat membedakan warna dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC and hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran, ed.11, jakarta : EGC,2007Tortora GJ, grabowski SR. Principles of anatomy and phisiology. Ed.john wiley & son inc.203Hartono & Suhardjo, ILMU KESEHATAN MATA, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada : 2007sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. 2001

Silverthorn DU, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. The Eye and Vision. Dalam: Human Physiology An Integrated Approach. Edisi 2. San Fransisco: Benjamin Cummings; 2001. Hal 309-14.