laporan kasus miopi

21
BAB I PENDAHULUAN Mata seca ra opt ik dap at disamakan den gan seb uah kamera fot ogr afi bia sa. Mata mempu nyai susunan lensa, sistem difragma yang dapat berubah- ubah (pupil) dan reti na ya ng dap at dis ama kan den gan film. Sus una n lensa mat a ter dir i atas emp at  perbatasan refraksi : (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2)  permukaan antara permukaan anterior kornea dan humor aueous, (!) perbatasan antara humor aueous dan permukaan anterior lensa kristalina dan (") perbatasan antara permukaan posterior lensa dan #itrous humor. $ikenal beber apa titik di dalam bidang refraksi, seperti pung tum proksimu m me rupakan ti ti k terdekat di ma na seseo rang ma si h dapat me li hat dengan %el as. &ungtum remotum adalah titik ter%auh dimana seseorang masih dapat melihat dengan  %elas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau fa#eol a bila mata istirahat. &ada emetropia pungtu m remotum terletak di depan mata sedang pada mata hipermetropia titik semu dibelakang mata. 'asi l pembia san sinar pad a mat a dit ent uka n ole h med ia pen gli hat an ya ng terdiri atas kornea, iris, pupil, retina, cairan mata, lensa, benda kaca dan pan%angnya  bola mata. &ada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan  pan%angnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya  pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat %auh. eseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kel eng kun gan kor nea dan pan %angny a bola mat a. or nea mempun ya i day a  pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. ensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. &an%ang bola mata seseorang dapat berbeda-b eda. *ila terdap at kelai nan  pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan  pan%ang (lebih pan%ang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat terf oku s pad a mak ula . ea daa n ini disebu t sebaga i eme tropia ya ng dap at ber upa miopia, hipermetropia atau astigmat. 1

Upload: debby-seresthia

Post on 17-Oct-2015

534 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

lapsus

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata mempunyai susunan lensa, sistem difragma yang dapat berubah-ubah (pupil) dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi : (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) permukaan antara permukaan anterior kornea dan humor aqueous, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalina dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan vitrous humor.

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau faveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak di depan mata sedang pada mata hipermetropia titik semu dibelakang mata.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, iris, pupil, retina, cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai emetropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia atau astigmat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. EMETROPIA

Mata dinyatakan mempunyai refraksi emetropia atau normal, jika sinar-sinar yang sejajar dengan sumbu mata tersebut, oleh mata tersebut tanpa akomodasi dibias pada retina, sehingga tajam penglihatannya adalah maksimum. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar yang terletak pada badan siliar. Akibat akomodasi, daya bias lensa bertambah sehingga titik-titik yang letaknya lebih dekat pada mata dibias jatuh pada retina. Pungtum remotum adalah titik terjauh yang tanpa akomodasi dibias jatuh pada retina. Pungtum Proksimum adalah titik terdekat yang dengan akomodasi maksimum dibias jatuh pada retina.B. HIPERMETROPIA

Sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias di belakang retina (misalnya tajam penglihatan 6/12).

Dengan berakomodasi, titik pembiasan tersebut dapat digeser ke depan, sehingga jatuhnya pada retina (tajam penglihatan menjadi 6/6). Untuk mengetahui apakah pada tajam penglihatan 6/6 kita berhadapan dengan seorang emetropia atau hipermetropia, kita meletakkan lensa S + 0.50 di depan matanya. Pada mata yang emetropia, tajam penglihatan akan menjadi kabur, karena titik pembiasan akan bergeser ke depan retina. Pada mata yang hipermetropia, tajam penglihatan akan bertambah baik atau tetap sama.Penyebab Hipermetropia

Sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu pendek, dinamakan hipermetropia sumbu. Daya bias kornea/lensa/akuos humor terlalu lemah, dinamakan hipermetropia pembiasan.Gejala Hipermetropia

Oleh karena seorang dengan hipermetropia harus terus berakomodasi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik, maka padanya timbal keluhan-keluhan lelah, pusing, sakit kepala dan sebagainya. Keluhan-keluhan ini disebut astenopia akomodatif.

Oleh karena akomodasi juga disertai dengan konvergensi (Trias N III adalah akomodasi, konvergensi dan miosis) maka kemungkinan posisi kedua mata dalam keadaan strabismus konvergen (esotropia).

Jika derajat hipermetropia pada suatu mata lebih tinggi daripada mata lainnya, maka mungkin mata yang pertama tidak dipergunakan, sehingga tajam penglihatan makin lama makin berkurang (ambliopia).

Mata yang ambliopia sering menggulir ke temporal disebut strabismus divergen (eksotropia).Pengobatan

Kepada seorang dengan hipermetropia diberi lensa S+ yang terbesar (S + B) agar os tanpa akomodasi dapat melihat terbaik. Lensa S + B adalah derajat hipermetropia manifes.

Jika otot-otot untuk akomodasi dilumpuhkan dengan tetes mata sikloplegik, akan dibutuhkan lensa yang lebih besar (S + Bb) guna mencapai tajam penglihatan terbaik. Ini dinamakan derajat hipermetropia total. Selisih (b) dinamakan derajat hipermetropia laten.Kesimpulan

Kepada seorang dengan hipermetropia diberi lensa S + B sesuai dengan derajat hipermetropia manifesnya.C. MIOPIAMiopia berasal dari bahasa latin , mupia, nearsightedness. Miopia adalah mata dengan daya lensa positif lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina.

Klasifikasi

Borish and Duke-Elder membagi beberapa bentuk miopia menjadi :

a. Kurvatura miopia adalah banyaknya atau Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.

peningkatan lengkungan satu atau lebih dari permukaan refraksi dari mata, terutama kornea. Pada pasien dengan sindrom Cohen, miopia biasanya diakibatkan oleh tingginya tenaga kornea dan lentikular. Indeks miopia adalah variasi pada indeks refraksi dari satu atau lebih dari media okular.

b. Miopia aksial, miopia akibat penjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Miopia diukur dalam satuan dioptri menurut kekuatan dan tenaga optik dari lensa, dapat dibagi menurut derajat beratnya yaitu :

1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. Pasien dengan miopia sedang lebih cenderung terkena sindrom penyebaran pigmen atau glukoma pigmentasi.3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri. Pasien dengan miopia berat atau tinggi lebih cenderung mengalami pelepasan retina dan glukoma primer sudut terbuka. Pasien dengan miopia berat atau tinggi juga sering melihat floaters , bentuk seperti bayangan yang terlihat tunggal atau berkelompok pada lapang pandang. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti miopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut annular patch. Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer (degenerasi latis). Degenerasi latis adalah degenerasi vitreoretina herediter yang paling sering dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih bercabang-cabang dan bintik-bintik kuning keputihan. Perkiraan insiden sebesar 7% dari populasi umum. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina. Tanda utama penyakit adalah retina yang tipis yang ditandai oleh batas tegas dengan perlekatan erat vitreoretina di tepinya. Secara garis besar, 30% dari pasien yang menderita miopia adalah kelompok miopia berat atau tinggi.

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata

c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = miopia maligna = miopia degeneratif.

Miopia kadang-kadang dibagi berdasarkan usia terjadinya miopia, yaitu:

1. Kongenital miopia atau infantil miopia, muncul pada saat lahir dan menetap selama masa infant.

2. Miopia onset usia muda, terjadi sebelum usia 20 tahun

Miopia masa sekolah, biasanya terjadi pada masa anak-anak, ketika usia sekolah. Bentuk miopia ini diakibatkan penggunaan mata untuk bekerja secara dekat selama masa sekolah.

3. Miopia onset usia tua

Miopia onset usia dewasa awal, terjadi antara usia 20 dan 40 tahun. Miopia onset usia dewasa akhir, terjadi setelah usia 40 tahun.

Miopia juga dapat dibagi berdasarkan gambaran klinisnya, yaitu :

a. Miopia simple, lebih sering daripada tipe-tipe miopia lainnya dan di cirikan dengan mata yang terlalu panjang untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan kornea dan lensa kristal) atau optik terlalu kuat dibandingkan panjang aksisnya.b. Miopia nocturnal, night miopia atau twilight miopia, merupakan keadaan dimana mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area dengan cahaya kurang, namun penglihatan pada siang hari normal.

c. Pseudomiopia, terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasma otot siliar.

d. Miopia yang didapat, terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula darah, sklerosis nukleus atau kondisi anomali lainnya.

e. Nearwork Induced Transient Myopia (NITM)PatogenesisPenyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang, penjelasan etiologik harus bisa menjelaskan pemanjangan aksial tersebut. Sampai saat ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan secara baik pemanjangan ini. Pada pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan penyakit keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia tampaknya terjadi secara insedental.

Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia : kehilangan bentuk (juga dikenal dengan kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi jika kualitas gambar pada retina menurun, defokus optik terjadi jika sinar difokuskan di depan atau dibelakang retina. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya miopia adalah :

Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : kelemahan genetik terhadap faktor lingkungan dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara individu atau populasi. Namun jika terjadi perubahan lingkungan adanya televisi dan komputer- dapat mengubah insiden dari miopia. Sehingga dapat disimpulkan beberapa orang-dipengaruhi oleh genetik-memiliki resiko tinggi menjadi miopia jika dipengaruhi kondisi lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat. Faktor genetik : banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti tambahan yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti juga menemukan adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi miopia pada penelitian menggunakan orang kembar. Faktor genetik dapat bekerja melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan miopia, lemahnya atau hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang penting. Faktor genetik termasuk keturunan, peningkatan kelemahan terhadap pengaruh lingkungan dan fakta bahwa seseorang tidak menderita miopia pada situasi tertentu merupakan indikasi faktor keturunan berpengaruh pada setiap kasus. Faktor lingkungan : teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja tambahan secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat dan latihan mata dapat melonggarkan otot siliar dan memperbaiki kemampuan untuk melihat jauh.Epidemologi

Prevalensi secara global terhadap gangguan refraksi diperkirakan sebanyak 800 juta sampai 2.3 miliar. Insiden dari miopia dalam sampel populasi berbeda-beda dan dipengaruhi oleh usia, negara, jenis kelamin, ras, etnik, pekerjaan, lingkungan dan faktor lainnya. Pada daerah tertentu yaitu Cina, India dan Malaysia, lebih dari 41% populasi dewasa menderita miopia sampai 1 dioptri dan lebih dari 80% populasi dewasa menderita miopia sampai 0.5 dioptri. Penelitian terbaru di Inggris terhadap siswa yang baru lulus mendapatkan 50% orang Inggris kulit putih dan 53.4% siswa Asia-Inggris menderita miopia. Di Australia, prevalensi miopia secara keseluruhan (lebih dari 0.5 dioptri) diperkirakan sebesar 17%. Sedangkan prevalensi miopia di Amerika sebesar 20%. Perbedaan etnik dan ras juga mempengaruhi prevalensi dari miopia. Prevalensi miopia dilaporkan sebesar 70-90% pada beberapa Negara Asia, 30-40% di Eropa dan Amerika serta 10-20% di Afrika. Beberapa penelitian menunjukkan insiden miopia bertambah dengan meningkatkannya tingkat pendidikan dan adanya hubungan antara miopia dan IQ. Menurut Arthur Jensen, penderita miopia memiliki IQ 7-8 lebih tinggi dibandingkan bukan penderita miopia. Karakteristik personal lainnya seperti, penghargaan diri, pencapaian sekolah, waktu yang dihabiskan untuk membaca, kemampuan bahasa dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan olahraga berhubungan dengan munculnya miopia pada beberapa penelitian.Tanda dan Gejala Klinis

Gejala subjektif miopia antara lain: a.Kabur bila melihat jauh.b.Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.c.Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi).d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain:1. Miopia simpleks :

a)Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.b)Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :a)Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.b)Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada.1.Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.

2.Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.

3.Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.

4.Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer.

5.Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer. Streak retinoskopi dan Auto refraksi merupakan pemeriksaan penunjang lain yang dapat menunjang diagnosis dari miopia.

Diagnosis dan Diagnosis BandingDiagnosis miopia ditegakkan secara subyektif dan obyektif. Menegakkan diagnosis secara subyektif melalui gejala klinis pada miopia dan menggunakan cara trial and error. Diagnosis secara obyektif menggunakan pemeriksaan penunjang berupa funduskopi, streak retinoskopi dan autorefraksi. Diagnosis banding dari miopia adalah hipermetropi, astigmatisma, dan kelainan pada segmen belakang mata

Penanganan

a. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberikan S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.b. Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea. Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen. Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara lain: Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal dan lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi bingkai pada kaca mata.

c. Astringen tetes mata.d. Tablet yang mengandung billbery.e. Operasi :

1. LASIK : Laser Assisted Insitu Keratomileusis.Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan sinar laser. Definisi LASIK menurut catatan dari Gading Laser Sight Centre, Jakarta : LASIK adalah salah satu teknik tindakan bedah refraksi yang menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada miopia, hipermetropia, dan astigmatis. LASIK menurut Rico Hallen : LASIK adalah prosedur yang mengubah bentuk kornea secara permanen, mencakup hingga bagian depan mata dengan menggunakan excimer laser.Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a.Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak.b.Kelainan refraksi:

Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri.c.Usia minimal 18 tahun.d.Tidak sedang hamil atau menyusui.e.Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun.f.Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan.g.Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan ambliopia.h.Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens).

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:

a.Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b.Sedang hamil atau menyusui.

c.Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.

d.Riwayat penyakit glaukoma.

e.Penderita diabetes mellitus.

f.Mata kering

g.Penyakit : autoimun, kolagen.h.Pasien Monokular.i.Kelainan retina atau katarak.

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.Persiapan calon pasien LASIK:

a.Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi.b.Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan.c.Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize LASIK.d.Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi.

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien.Keuntungan dari operasi LASIK adalah :

Dapat menghilangkan ketergantungan pada pemakaian kacamata atau lensa kontak bagi penderita kelainan refraksi (miopi, astigmatisma dan hipermetropi). Operasi singkat. Tanpa rasa sakit. Tidak memerlukan rawat inap. Tidak perlu disuntik, tapi cukup menggunakan anastesi melalui tetes mata. Penyembuhan berjalan relatif cepat dan penglihatan pun cepat membaik. Memiliki tingkat keberhasilan hingga 90% (Prof Ion Constable dari Lions Eye Institute Australia). Sangat sedikit orang yang mengeluh kembali setelah melakukan operasi ini.Kekurangan operasi LASIK adalah :

Biaya operasi mahal, sekitar 15-20 juta untuk satu kali operasi. Pasien tetap sadar selama operasi berlangsung. Dapat terjadi kemungkinan kelebihan atau kekurangan refraksi. Setelah operasi mata mungkin saja terasa berpasir dan sensitif terhadap cahaya. Dua minggu setelah operasi tidak diizinkan untuk berenang atau melakukan aktifitas ekstrim yang bisa membuat mata iritasi. Bila operasi tidak berjalan sempurna pasien bisa saja kehilangan penglihatannya.2. Phakic + IOL : anterior chamber lens clip

3. CLE (Clear Lens Extraction) + IOL

4. Laser diode/Argon : jika ada hole/break pada ora serata retina

Prognosis

Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara lain dengan :

1. Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata.2. Pemberian tetes mata atropin.

3. Menurunkan tekanan dalam bola mata.

4. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.

5. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh dekat.Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.D. PRESBIOPIA

Jika pungtum Proksimum letaknya jauh dari jarak baca seseorang (lebih dari 35 cm), maka orang itu dinamakan presbiopia. Presbiopia umumnya timbul mulai umur kira-kira 40 tahun. Agar pungtum Proksimum letaknya lebih dekat daripada jarak baca, maka perlu diberi bantuan adisi S +. Untuk orang Indonesia dapat dipakai tabel berikut :

USIAADDISI

40 tahunAdd S + 1.00

45 tahunAdd S + 1.50

50 tahunAdd S + 2.00

55 tahunAdd S + 2.50

60 tahunAdd S + 3.00

Menentukan refraksi mata:Periksa mata satu persatu, misalnya OD dahulu kemudian OS, misalnya tajam penglihatan OD 6/20 dengan S - 1.00 visus 6/6, tajam penglihatan OS 6/30, dengan S - 1.50 visus 6/6, untuk baca (50 tahun) ODS add S + 2.00. Distansia pupil adalah jarak antara pupil OD dan pupil OS, caranya memeriksa adalah sewaktu kedua mata penderita melihat ke mata kanan pemeriksa, diukur jarak antara pupil kanan dan pupil kiri, misalnya 61 mm, maka jarak jauh ditambah 2 mm, menjadi 63 mm.

Resep kaca mata hasil pemeriksaan di atas adalah:R/ kaca mata bifokus

OD :S - 1.00OS : S - 1.50add. S + 2.00add S + 2.0063DP mm

61

E. ASTIGMAT

Jika tajam penglihatan dengan lensa sferis saja tidak tercapai tajam penglihatan 6/6, harus dipikirkan adanya suatu astigmat.

Dengan refraksi astigmat dimaksudkan, bahwa sinar sejajar dengan sumbu penglihatan tidak dibiaskan pada satu titik, melainkan pada banyak titik.

Titik-titik pembiasan mungkin letaknya :

- Tidak teratur (astigmat ireguler), Disebabkan karena permukaan kornea tidak teratur atau karena pada lapisan-lapisan kornea terdapat kekeruhan. Permukaan kornea yang tidak teratur dapat dilihat dengan cakram Placido, dimana lingkarannya dicerminkan sebagai lingkaran-lingkaran yang tidak teratur. Mungkin suatu lensa kontak dapat memperbaiki tajam penglihatannya, sedangkan terhadap turunnya tajam penglihatan oleh kekeruhan lapisan dalam kornea dapat dipertimbangkan keratoplasti.

- Teratur (astigmat reguler).

Di sini semua titik-titik pembiasan letaknya pada sumbu penglihatan.

Pada astigmat reguler didapatkan dua bidang utama, dengan daya pembiasan terkuat dan terlemah. Kedua bidang utama itu jalannya melalui dua meridian kornea. Meridian-meridian kornea dinyatakan dengan meridian derajat. Misalnya meridian 90 adalah meridian vertikal.

Biasanya daya pembiasan melalui bidang 90 adalah terkuat, sedangkan bidang 180 adalah terlemah. Ini dinamakan: astigmat yang lazim, (astigmat with the rule). Keadaan yang sebaliknya dinamakan astigmat against the rule.

Berhubungan dengan letaknya 2 titik pembiasan utama tersebut, astigmat dapat dibagai dalam :Astigmat myopicus composites (Compund myopic astigmatism)V = titik api bidang dengan daya pembiasan terkuat. H = titik api bidang dengan daya pembiasan terlemah.

Astigmat myopicus simplex (Simple myopic astigmatism)Astigmat hypermetropicus composites (Compound hyperopic astigmatism)Astigmat hypermetropicus simplex (Simple hyperopic astigmatism)Astigmat mixtus (Mixed astigmatism)

Pada astigmat, tajam penglihatan hampir selalu kurang dari 6/6. Untuk memperoleh tajam penglihatan terbaik, dipergunakan lensa silinder.Karena sebagian besar astigmat disebabkan oleh kornea, maka dengan mempergunakan keratometer, derajat astigmat dapat diketahui, sehingga setelah dipasang lensa silinder yang sesuai, hanya dibutuhkan tambahan lensa sferik saja, untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik.

Cara obyektif semua kelainan refraksi, termasuk astigmat dapat ditentukan dengan:

1. Skiaskopi

2. Retinoskopi garis (streak retinoscopy)

3. Refraktometri.

Untuk mereka yang hanya sekali-sekali melakukan pemeriksaan refraksi, sebaiknya menguasai cara subyektif yang paling sederhana saja, yaitu cara mencoba-coba. Usahakan mencapai tajam penglihatan terbaik dengan lensa sferik. Jika tajam penglihatannya belum mencapai 6/6, tambahkan lensa silinder (cari sumbunya dahulu, kemudian kekuatannya) sampai tercapai tajam penglihatan yang lebih baik, kalau mungkin 6/6.BAB IIILAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama: CHUmur: 12 tahunTanggal Lahir: 25 Desember 1999Jenis Kelamin: PerempuanStatus: Belum menikahPekerjaan: PelajarAlamat: Kupang Kidul Rt.10 Rw.08. Kelurahan Kupang Kec.

Ambarawa Kab. Semarang. Prop Jawa TengahTanggal Pemeriksaan: 30 September 20093.2. Anamnesis

Keluhan utama: kedua mata terasa kabur

a. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang mengeluh melihat jauh kabur walaupun setelah memakai kacamata. b. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit mata sebelumnya dan terkena benda asing pada mata disangkal. Riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi disangkal.c. Riwayat pengobatan

Pasien menggunakan kacamata dengan lensa sferis -0,75 pada mata kanan dan lensa sferis -0.75 pada mata kiri. 3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Khusus Mata

OD6/7

UCVA

OS6/30

OD 6/20

PH

OS6/10

OD 6/6

BCVA

OS6/6

Normal

Palpebra

Normal

Tenang

Konjungtiva

Tenang

Jernih

Kornea

Jernih

Normal

COA

Normal

Normal

Iris

Normal

Normal

Lensa

Normal

Normal

Pupil

Normal

3.4 Diagnosis Banding :Astigmatisma

Kelainan pada segmen belakang mata

3.5 Diagnosis : ODS Miopia3.6 Penatalaksanaan :Pengobatan pasien ini adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Pada mata kanan diberikan kacamata sferis -3.5 dan pada mata kiri diberikan kacamata sferis -2.5. Pada pasien ini juga diberikan tetes mata astringen dan tablet yang mengandung billbery.

3.7 Advise

Menjaga kesehatan badan dan mata Menghindari melakukan aktivitas berat seperti mengangkat beban berat maupun berolahraga berat. Bila membaca jangan terus-menerus dan usahakan dalam posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus terus dipakai. Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan belakang3.8 Prognosis

Dubius ad bonamBAB IV

PEMBAHASAN

Pasien perempuan berusia 23 tahun, datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak lebih kurang satu bulan yang lalu. Pasien sebelumnya sudah menggunakan kacamata sferis negatif sejak delapan tahun yang lalu. Pasien terakhir menggunakan kacamata sferis dengan kekuatan 3.0 pada mata kanan dan - 1.75 pada mata kiri. Ayah dan ibu pasien menggunakan kacamata sferis positif. Adik pasien mengunakan kacamata lensa sferis negatif. Pasien mengatakan sebelumnya mempunyai kebiasaan membaca sambil tidur-tiduran dan mengerjakan tugas di depan komputer dalam jangka waktu yang cukup lama.

Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus okulus dekstra 6/60 sedangkan visus okulus sinistra 6/30. Setelah menggunakan pinhole, visus mengalami kemajuan menjadi visus okulus dekstra 6/20 sedangkan visus okulus sinistra 6/10. Mata kanan dikoreksi dengan lensa sferis () 3,50 D, sedangkan mata kiri dikoreksi dengan lensa sferis () 2,50 D. Berdasarkan kepustakaan, miopia dapat dikoreksi dengan pemakaian lensa sferis negatif.Diagnosis miopia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan berupa penglihatan kabur terutama saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Penderita merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa akomodasi.Komplikasi terburuk dari miopa adalah terjadinya ablasio retina, dimana sumbu antero posterior bola mata yang terlalu panjang dapat menyebabkan terjadinya penipisan sklera (skleraektasi) sehingga dapat terjadi ablasi dari retina. Selain itu komplikasi lain yang dapat terjadi adalah terjadinya strabismus divergen.Pada miopia juga dapat terjadi perbedaan ukuran lensa negatif antara okuli dekstra dan sinistra dimana keadaan ini disebut anisometropia, dimana jika terdapat perbedaan > 3 D antara okuli dekstra dan sinistra jika terus berlanjut ini dapat menyebabkan anisokonia, dimana bayangan yang muncul akan tidak sama besar.Pasien ini diterapi dengan kacamata mengunakan lensa sferis negatif. Ukuran lensa yang digunakan adalah yang terkecil yang memberikan visus maksimal pada saat dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif yang terkecil yang memberikan visus maksimal agar penderita dapat melihat dengan baik tanpa melakukan akomodasi. Tablet billbery diberikan sebagai tambahan nutrisi mata.REFRAKSI

Pasien datang ke Poliklinik Mata

Anak :

Visus

Streak Retinoskopi

Dewasa :

Visus + PH + refraksi

Slit lamp

Autoref

Koreksi dengan kacamata

Pada periode sensitive ambliopia (7 9 th)

Dijumpai refraksi sebesar/lebih besar dari :

Miopia = - 2.00 EMBED Equation.3 - 3.00 D

Hypermetropia = + 4.00 - + 5.00D

Aniosometropia = + 1.00 - + 1.50 D

Astigmatismus = + 1.00 + 2.50 D

Koreksi kacamata tidak perlu :

Keluhan refraksi tidak tergolong faktor anbliogenik, kecuali hipermetropi < + 4.00, esoforia/esotropia (kacamata harus diberikan)

2.

Anomali refraksi :

Miopia

Hipermetropia

Astigmatisme

Kacamata

1

Px visus subyektif berada hasil autoref

Pasien dengan koreksi < 6/6 Lain untuk Px lebih lanjut

( Visus koreksi penuh 6/6

( Koreksi terbaik & ke subbag

PAGE 15

_1166505911.unknown