minyak astiri

33
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI INDUSTRI MINYAK ATSIRI Oleh : Melati Eka P. NIM A1H010089

Upload: melati-eka-purnamasari

Post on 16-May-2017

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Minyak Astiri

LAPORAN PRAKTIKUMSATUAN OPERASI INDUSTRI

MINYAK ATSIRI

Oleh :

Melati Eka P.NIM A1H010089

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2011

Page 2: Minyak Astiri

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Berbagai

jenis tanaman dapat ditemukan di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak

tanaman penghasil minyak atsiri, sehingga Indonesia merupakan salah satu negara

pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia. Akan tetapi, Indonesia masih

mengimpor minyak atsiri dari negara lain. Impor minyak atsiri yang masih tinggi

antara lain disebabkan teknologi pengolahan minyak atsiri di Indonesia belum

mampu mengikuti perkembangan teknologi di negara lain yang telah maju pesat.

Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan teknologi hulu dan bersifat

tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontinuitas pengadaan produk

dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diterapkan cara

– cara dan teknologi dalam mendapatkan mutu minyak atsiri yang berkualitas.

Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan bebrbagai macam

cara yaitu penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap dan

ekstrasi dengan lemak padat (enfleurasi). Penyulingan adalah suatu proses

pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai

titik didih yang berbeda, dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen

yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari campuran. Dalam industri

minyak atsiri dikenal tiga macam penyulinagn yaitu, penyulinagan dengan air,

penyulingan dengan air – uap, dan penyulingan dengan uap langsung.

Selain dengan penyulingan minyak atsiri dapat didapatkan dengan cara

adsorbsi oleh lemak padat ( enfleurasi ). Pada proses ini, adsorbsi minyak atsiri

oleh lemak dilakukan pada suhu dingin, sehingga tidak merusak minyak yang

disebabkan oleh panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen yang lebih

tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, namun prosesnya lebih lama dan

membutuhkan tenaga kerja yang trampil dan berpengalaman.

Page 3: Minyak Astiri

Minyak atsiri yang berasal dari rempah – rempah memiliki minyak dan resin

yang dinamakan oleoresin. Oleoresin diperoleh dari hasil ekstraksi dan pemekatan

komponen non volatile dari rempah – rempah. Oleoresin dapat dimanfaatkan

sebagi bahan baku penyedap untuk pemberi cita rasa dalam produk – produk

olahan seperti pada industri minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, kembang

gula dan roti.

Secara garis besar arti minyak atsiri mengandung 3 hal kunci, yaitu

merupakan senyawa organik, bersifat mudah menguap, dan berasal dari

tumbuhan. Tidak semua tumbuhan bisa menghasilkan minyak atsiri. Hanya

tumbuhan yang mempunyai sel glandula saja yang mampu menghasilkan minyak

atsiri. Famili tumbuhan Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Myristicaceae,

Astereaceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan Labiateae

dikenal sebagai kelompok tumbuhan penghasil minyak atsiri.

Minyak atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil)

biasanya terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan

berantai pendek. Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang,

daun, bunga, maupun biji tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang

merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat tidak larut dalam air dan tidak

dapat disabunkan. Beberapa contoh minyak atsiri yaitu minyak cengkeh dan

minyak nilam.

Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu

penyulingan dengan air (water destilation), penyulingan dengan air dan uap

(water and steam destilation) dan penyulingan dengan uap langsung ( steam

destilation).

B. Tujuan

Praktikum minyak atsiri bertujuan agar mahasiswa mengetahui proses

pembuatan minyak atsiri dan kandungan yang terdapat dalam minyak atsiri.

Page 4: Minyak Astiri

II. TINJAUAN PUSTAKA

Minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan menggunakan uap

(hidrodestilasi) yang bertujuan memisahkan minyak atsiri dari tanaman aromatik

dengan jalan memasukkannya ke dalam ketel penyuling kemudian ditambahkan

sejumlah air dan dididihkan, atau uap panas dialirkan ke dalam alat penyuling

tersebut. Campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak selanjutnya akan

mengalir menuju kondensor untuk dicairkan kembali dengan sistem pendinginan

dari luar. Kondensat yang keluar dari kondensor ditampung dalam tabung

pemisah (dekanter) agar terjadi pemisahan (dekantasi) antara minyak atsiri dan air

suling (Sastrohamidjojo, 2004).

Sebagian besar alat pemisah minyak dirancang menurut rancangan botol

Florentine yang bekerja berdasarkan perbedaan densitas antara minyak yang

ringan akan berada di atas dan air yang memiliki berat jenis lebih berat berada di

bawah. Minyak dan air kadang-kadang tidak segera terpisah di dalam alat ini

terutama jika perbedaan berat jenis relatif kecil, dan kecepatan aliran kondensat

yang besar sehingga air suling yang terbuang masih mengandung minyak

(Guenther, 2006).

Nilam (Pogostemon cablin, Benth) termasuk tanaman dari famili Labiatae.

Famili ini memiliki sekitar 200 genus, yang satu diantaranya adalah Pogostemon.

Genus ini diperkirakan memiliki sekitar 40 spesies, yang salah satunya adalah

Pogostemon cablin,Benth. Secara geografis, tanaman yang termasuk semak

dengan tinggi mencapai 1 meter ini tersebar luas di Asia Tenggara. Meskipun

kualitas nilam terbaik ada di Indonesia, tetapi asal nilam diduga dari Filipina.

Nilam dari Filipina tersebut lantas ditanam dan berkembang di berbagai negara,

diawali dari Singapura, kemudian berkembang di Indonesia (Pulau Sumatera),

Madagakar, hingga Brasil.

Minyak nilam dihasilkan melalui proses penyulingan, sebelum proses

penyulingan biasanya dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang

Page 5: Minyak Astiri

akan disuling. Perlakuan tersebut dapat dengan beberapa cara yaitu dengan

pengecilan ukuran, pengeringan atau pelayuan dan fermentasi (Ketaren, 1985).

Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman dikelilingi

oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau rambut gladular.

Apabila bahan dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya tergantung

dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat (Guenther, 1948).

Pengecilan ukuran bahan biasanya dilakukan dengan pemotongan atau

perajangan. Perlakuan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak

mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan mengurangi

sifat kamba bahan tersebut. Namun demikian bahan berupa bunga seperti melati

dan daun seperti kayu putih dapat langsung disuling tanpa pengecilan bahan

terlebih dahulu karena sifatnya bahannya lebih mudah pengeluaran minyak dari

jaringan (Ketaren, 1985).

Pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses destilasi. Proses destilasi

adalah suatu proses perobahan minyak yang terikat di dalam jaringan parenchym

cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap ke-mudian

didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam.

Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan menggunakan pipa pendingin

yang model belalai gajah atau model bak diam. Pemilihan sistem pipa pendingin

ini tergantung di lokasi mana alat akan ditempatkan. Pada daerah-daerah yang

airnya sulit atau permukaan air tanahnya rendah, maka model bak diam adalah

yang terbaik. Ketel alat suling yang banyak digunakan di tingkat petani adalah

dari drum bekas dan pipa pendinginnya dari besi yang dimasukkan kedalam bak

atau saluran air.

Perkembangan teknologi pengolahan minyak nilam di negara-negara maju

sudah demikian pesatnya, namun Indonesia belum mampu mengikuti

perkembangan tersebut. Pemacuan industri minyak nilam sangat diperlukan.

Desain peralatan yang memenuhi standar yang lebih baik akan meningkatkan

rendemen dan kualitas produk, meskipun harga peralatan relatif lebih mahal, akan

tetapi untuk jangka panjang akan lebih murah dan menguntungkan (Harfizal,

2002).

Page 6: Minyak Astiri

Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem

penyulingan, yaitu penyulingan air, penyulingan dengan uap dan air, serta

penyulingan uap. Cara penyulingan yang paling sederhana untuk memperoleh

minyak nilam adalah dengan penyulingan air dan uap atau dikukus. Cara ini biasa

dilakukan untuk skala kecil, sedangkan untuk skala industri menggunakan cara

penyulingan uap. Penyulingan terna daun nilam untuk mendapatkan minyak atsiri

dilakukan antara 6-8 jam (Hayani,2005).

Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli

alcohol (Walker 1968). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat

bahan pewangi pada industri parfum dan kosmetik. Selain itu, minyak nilam dapat

digunakan untuk mengendalikan hama (Yusron dan Wiratno, 2001).

Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia

aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong ke dalam keluarga tanaman

Myrtaceae pada ordo Myrtales. Sampai saat ini, sebagian besar kebutuhan

cengkeh dunia (80%) masih dipasok oleh Indonesia, disusul oleh Madagaskar dan

Tanzania (Anonim, 2004).

Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga

penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol,

yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh.

Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius).

Minyak cengkeh telah sejak lama digunakan untuk tujuan pengobatan dan

gigi dan telah diketahui dengan baik di negara-negara Barat sebagai bahan

anestesi gigi. Minyak cengkeh (di Indonesia) adalah produk alami yang tidak

mahal dan dapat diperoleh dengan mudah di Asia Tenggara. Minyak cengkeh di

Indonesia secara tradisional diproduksi melalui proses destilasi bunga, tangkai

bunga, dan daun-daun pohon cengkeh Euginia aromatica. Komponen yang paling

dominan (70-90%) dan merupakan bahan aktif adalah fenol eugenol (Tamaru et

al., 1998). Di Amerika Serikat eugenol, isoeugenol dan vanili dibuat dari minyak

cengkeh yang berasal dari gagang atau daun cengkeh karena lebih mudah

dilakukan (Guenther, 1990).

Page 7: Minyak Astiri

Penyulingan cengkeh dapat dilakukan dengan cara penyulingan air dan

penyulingan dengan uap. Menurut Guenther (1990), penyulingan dengan air dapat

menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 80-85% dan cukup

baik sebagai bahan baku parfum atau flavor sedangkan penyulingan dengan uap

dapat menghasilkan minyak cengkeh strong oil dengan kandungan eugenol yang

tinggi yaitu 91-95% volume. Lama penyulingan berkisar antara 8-24 jam

tergantung ukuran, sistem isolasi, vulume uap dari alat penyulingan, sifat alami

dan kondisi cengkeh dan sebagainya.

Kualitas minyak cengkeh dievaluasi berdasarkan kandungan fenolnya

terutama eugenol. Karena minyak cengkeh mengandung beberapa aseteugenol,

maka sering dilakukan penyabunan zat tersebut terlebih dahulu untuk

mendapatkan kandungan eugenol yang lebih tinggi. Kandungan fenol cengkeh

tergantung pada kondisi dan jenis bahan baku cengkeh dan metode penyulingan.

Pada waktu penyulingan minyak cengkeh terdapat dua fraksi yaitu fraksi

yang lebih ringan dari air dan fraksi yang lebih berat dari air. Dengan

menggabungkan kedua fraksi tersebut dihasilkan minyak cengkeh yang lengkap.

Hasil minyak dari penyulingan bunga cengkeh sekitar 17-18%, penyulingan dari

gagang cengkeh sekitar 6% dan dari daun sekitar 2-3% (Guenther, 1990).

Salah satu cara pemisahan atau pemurnian komponen minyak adalah dengan

destilasi fraksional. Destilasi fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan komponen

berdasarkan titik didih dan berat molekulnya (Vogel 1958). Sedangkan menurut

Guenther (1990), Fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan minyak atsiri

menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Sebaiknya minyak

atsiri tidak difrakasinasi pada tekanan atmosfir, tetapi dalam keadaan vakum

karena tekanan tinggi dan suhu tinggi dapat mengakibatkan dekomposisi dan

resinifikasi, sehingga destilat mempunyai bau dan sifat fisiko kimia yang berbeda

dengan minyak murni.

Page 8: Minyak Astiri

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah :

1. ketel suling (retor)

2. pendingin (condensor)

3. penampung hasil kondensasi (receiver)

4. ketel uap

b. Bahan

Bahan yang diperlukan dalam praktikum adalah :

1. daun nilam

2. daun cengkeh

3. air

B. Prosedur Kerja

Langkah – langkah yang dilakukan dalam praktikum adalah :

1. Mengamati seperangkat alat

penyulingan minyak atsiri.

2. Mengamati cara kerja alat penyulingan

minyak atsiri.

3. Menggambar seperangkat alat

penyulingan minyak atsiri.

4. Mencatat proses pembuatan minyak

atsiri.

Page 9: Minyak Astiri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Proses Pembuatan Minyak Atsiri

1. Daun nilam yang berumur 4-6 bulan dijemur

selama 1-2 hari.

2. Daun nilam yang sudah kering dipotong-

potong lalu dikukus/direbus dengan proses destilasi selama 10 jam.

3. Minyak nilam yang sudah jadi kemudian

dikemas.

4. Untuk minyak cengkeh proses pengukusan

dilakukan selama 24 jam.

b. Gambar Alat Destilasi

Page 10: Minyak Astiri

Gambar 1. Ketel suling (retor)

Gambar 2. Pendingin (kondensor)

Page 11: Minyak Astiri

Gambar 3. Hasil penyulingan minyak nilam

Gambar 4. Hasil penyulingan minyak daun cengkeh

B. Pembahasan

Page 12: Minyak Astiri

Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak yang terdapat di alam. Minyak

atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris, minyak terbang (essential oil,

volatile oil) yang dihasilkan dari bagian tanaman ( daun, bunga, buah/biji, batang,

kulit batang, dan akar). Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa

mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi

sesuai bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organic dan tidak

larut dalam air.

Minyak atsiri memiliki fungsi yang banyak, dalam tanaman minyak atsiri

dapat membantu proses penyerbukan (menarik beberrapa jenis serangga),

mencegah kerusakan tanaman oleh binatang, dan sebagai cadangan makanan

dalam tanaman. Dalam industry minyak atsiri dapat digunakan untuk kosmetik,

pewangi, flavouring agent, antiseptic, obat – obatan dan sebagainya.

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam

tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia

dengan air. Minyak tersebut disintesa dalam sel kelenjar (glandula sel) pada

jaringan tanaman dan terbentuk juga dalam pembuluh resin (misalnya : minyak

terpentin dari pohon pinus). Tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri

diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk family : Pinaceae,

Labiatae, Compositae, Lauraceae, Mirtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri

selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi

trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat dengan sintesis, misalnya vanilla.

Minyak atsiri atau minyak etheris atau volatile oil merupakan minyak yang

mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai

rasa getir (pungent taste), dan berbau wangi sesuai dengan bau tanaman

penghasilnya. Pada umumnya minyak jenis ini larut didalam pelarut-pelarut

organik dan tidak dapat larut di dalam air. Beberapa contoh minyak atsiri adalah

minyak nilam dan minyak cengkeh.

Pada praktikum satuan operasi industri, pengamatan dilakukan pada sebuah

industri pengolahan minyak atsiri berbahan dasar daun nilam dan daun cengkeh.

Minyak atsiri diperoleh dari proses destilasi/penyulingan. Alat-alat yang

diperlukan dalam penyulingan tergantung pada banyaknya bahan dan metode

Page 13: Minyak Astiri

penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan

dasar, yaitu ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil

kondensasi (receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian

tambahan yaitu ketel uap.

Ketel Suling (retor) berfungsi sebagai wadah air dan atau uap untuk

mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri.

Pendingin (kondensor) berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak

menjadi fase cair. Penampung hasil kondensasi (receiver) yang berupa alat

pemisah minyak (decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air

suling (condesed water), dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis

dari minyak atsiri. Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap.

Tahap-tahap pembuatan minyak atsiri berbahan dasar daun nilam adalah

sebagai berikut :

a. Daun nilam yang berumur 4-6 bulan dijemur selama 1-2 hari.

Proses pengeringan perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman

dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau

rambut gladular. Apabila daun nilam dibiarkankan utuh, kecepatan pengeluaran

minyak hanya tergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat.

Pelayuan dan pengeringan juga bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam

daun nilam sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan lebih singkat.

Selain itu juga untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi menjadi berbau

wangi.

b. Memotong-motong daun nilam yang telah kering.

Pengecilan ukuran daun nilam bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka

sebanyak mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan

mengurangi sifat kamba bahan tersebut.

c. Mengukus daun nilam kering yang sudah dipotong-potong ke dalam

ketel suling selama 10 jam.

Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan.

Proses penyulingan ini menggunakan bahan bakar dari tempurung kelapa. Ciri

khas cara ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas

Page 14: Minyak Astiri

dan daun nilam yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak

dengan air panas. Uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi

zat cair yaitu minyak nilam.

Gambar 5. Ketel suling (retor)

Penyulingan minyak nilam dilakukan dengan menggunakan pipa pendingin

model bak diam. Pemilihan sistem pipa pendingin ini tergantung di lokasi mana

alat akan ditempatkan. Pada daerah-daerah yang airnya sulit atau permukaan air

tanahnya rendah, maka model bak diam adalah yang terbaik.

Page 15: Minyak Astiri

Gambar 6. Pendingin (kondensor)

d. Menampung hasil kondensasi.

Penampung hasil kondensasi (receiver) berupa alat pemisah minyak

(decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condesed

water), dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis dari minyak atsiri.

Setelah terpisah dengan air sulingnya, minyak nilam berwarna kuning.

Gambar 7. Hasil penyulingan minyak nilam

e. Mengemas minyak nilam.

Page 16: Minyak Astiri

Minyak nilam yang dihasilkan disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam

drum bersih, kering, dan dalam keadaan baik. Drum penyimpanan minyak nilam

harus terbuat dari alumunium atau plat timah putih atau plat besi yang berlapis timah

putih, plat besi yang galvanis atau yang didalamnya dilapisi dengan lapisan yang

tahan minyak nilam.

f. Memasarkan minyak nilam.

Minyak nilam merupakan komoditas ekspor yang memberikan keuntungan

besar bagi pengusaha minyak ini.

Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup

banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak

daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan,

mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan

berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau

akibat penyimpanan.

Dalam perdagangan internasional, minyak cengkeh dibagi menjadi 3 bagian

berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak

tangkai  cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Pada

praktikum kali ini, minyak cengkeh yang diamati proses pengolahannya adalah

minyak daun cengkeh.

Alat-alat yang diperlukan pada pengolahan minyak daun cengkeh sama

dengan pengolahan minyak daun nilam. Ada tiga bagian alat yang merupakan

peralatan dasar, yaitu ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung

hasil kondensasi (receiver).

Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun

cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun cengkeh

bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada

musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim

penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku.

Page 17: Minyak Astiri

Tahap-tahap pembuatan minyak atsiri berbahan daun cengkeh adalah

sebagai berikut :

a. Daun kering

dimasukkan dalam ketel suling dan dikukus selama 24 jam.

b. Proses pemanasan

menggunakan bahan bakar berupa tempurung kelapa.

c. Uap air dan minyak

daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam kondensor.

Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada dalam kolam

pendingin, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Kondensasi

mengubah uap air dan uap minyak daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa

minyak daun cengkeh dan air yang ditampung dalam drum.

d. Hasil sulingan minyak

daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah

disediakan. Hasil proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air

dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada di bawah air

karena memiliki berat jenis yang lebih besar.

Gambar 8. Hasil penyulingan minyak daun cengkeh

e. Minyak daun cengkeh

siap dikemas dan dipasarkan.

Page 18: Minyak Astiri

Perkembangan industri parfum dalam negeri terus berkembang sehingga

permintaan akan minyak nilam cukup besar, dan ini akan terus berkembang sesuai

dengan kemajuan teknologi khususnya dalam bidang gaya hidup (style). Minyak

nilam merupakan minyak atsiri yang tergolong pada kelompok aroma akhir (end

note) dimana aromanya dapat bertahan lama. Minyak nilam terdiri dari komponen

bertitik didih tinggi seperti patchouli alkohol, patchoulen, kariofilen dan non

patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) .

Minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat yang baik jadi sangat

penting sebagai bahan pembuatan parfum. Zat pengikat adalah suatu senyawa

yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari

zat pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau

dihambat. Penambahan zat pengikat ini di dalam parfum bertujuan untuk

mengikat bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu

cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi minyak nilam yang

digunakan dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.

Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat

sintetik lainnya karena sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan

ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau

wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang

harmonis dalam suatu campuran parfum.

Fungsi minyak nilam dalam industri sabun dan kosmetik tidak berbeda

dengan pada industri parfum yaitu sebagai zat pengikat agar wewangian tidak

cepat hilang pada saat pemakaian. Banyaknya industri sabun dan kosmetik

menggunakan minyak nilam sebagai pengikat karena sampai saat ini minyak

nilam masih yang terbaik sebagai pengikat bahan. Disamping itu juga dapat

bermanfaat sebagai antiseptik untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.

Daun Tanaman nilam dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida. Daun

nilam digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain

(Thysanura) karena terdapat komponen minyak nilam seperti α pinen dan β pinen

yang tidak disukai serangga. Minyak nilam dapat digunakan sebagai pengendali

populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat

Page 19: Minyak Astiri

pertumbuhan serangga. Minyak nilam dapat digunakan untuk mengendalikan

hama, baik hama gudang maupun hama tanaman. Minyak nilam mampu

mematikan populasi Stegobium paniceum, yang merupakan hama ketumbar

selama penyimpanan. Minyak nilam bersifat menolak beberapa jenis serangga

seperti ngengat kain (Thysanura lepismatidae), Sitophilus zeamais (kumbang

jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering).

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika dan sabun serta

sebagai pestisida, minyak nilam juga berkhasiat sebagai antibiotik dan anti radang

karena dapat menghambat pertumbuahan jamur dan mikroba. Minyak ini dapat

digunakan untuk deodoran, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan

herpes. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan

gairah dan semangat. Biasanya digunakan untuk mengharumkan kamar tidur

untuk memberi efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti

insomia).

Dalam hal psikoemosional, minyak nilam termasuk dalam aroma terapi dan

sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai

efek sedatif (menenangkan) yang dapat digunakan untuk menanggulangi

gangguan depresi, kebingungan, stres, gelisah, tegang karena kelelahan, lesu dan

tidak bergairah serta meredakan kemarahan.

Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga

penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol,

yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh.

Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius). Minyak daun cengkeh

mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat,

pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan di industri

wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat.

Selain eugenol, minyak atsiri cengkeh juga mengandung senyawa asetil

eugenol, beta-caryophyllene, dan vanilin. Terdapat pula kandungan tanin, asam

galotanat, metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam

senyawa flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin), berbagai

senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol),

Page 20: Minyak Astiri

berbagai senyawa seskuiterpen, eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl

alcohol, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene.

Minyak atsiri cengkeh dimanfaatkan untuk mengobati rasa nyeri pada gigi.

Cengkeh memiliki sifat mampu meningkatkan produksi asam lambung,

menggiatkan gerakan peristaltik saluran pencernaan, juga dikatakan sebagai obat

cacing alami.

Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit

gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai

pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium

dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman.

Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang

diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak

wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai

kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients).

Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan

pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan

menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri

farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.

Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak

sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh

industri bahan pengawet dan bahan insektisida.

Page 21: Minyak Astiri

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan untuk praktikum kali ini adalah :

1. Proses pembuatan minyak atsiri mempunyai beberapa

tahapan proses yaitu pengeringan bahan, pemotongan bahan, penyulingan,

pemisahan minyak, pengemasan dan pemasaran.

2. Perbedaan proses pengolahan minyak atsiri daun nilam

dan daun cengkeh terletak pada lama penyulingan.

3. Minyak atsiri daun nilam mengandung senyawa patchouli

alkohol, patchoulen, kariofilen, non patchoulenol, α pinen, β pinen, dan aroma

terapi.

Page 22: Minyak Astiri

4. Minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol,

senyawa asetil eugenol, beta-caryophyllene, vanillin, tanin, asam galotanat,

metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam senyawa

flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin), berbagai

senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol),

berbagai senyawa seskuiterpen, eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol,

benzyl alcohol, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah :

1. Drum penyimpanan minyak nilam harus

terbuat dari aluminium atau plat timah putih atau plat besi yang berlapis timah

putih, plat besi yang galvanis atau yang didalamnya dilapisi dengan lapisan

yang tahan minyak nilam.

2. Jangan terjadi kontak minyak cengkeh

dengan besi karena warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna

ungu.

3. Pengeringan bahan sebaiknya jangan

dilakukan di bawah terik matahari karena produktivitasnya akan lebih tinggi

jika hanya diangin-anginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2003. Data hasil produksi perkebunan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dalam Sepuluh Tahun. Dinas Perkebunan Propinsi NAD : Banda Aceh.

Grieve, M. 2003. A Modern Herbal Patchouli. www. botanical.com (diakses tanggal 28 Desember 2011).

Guenther, E., 1948. The Essensial Oils. Vol.1.D. Van Nostrand Compay Inc : New York.

Guenther, E. 1955. The essential oil. Volume 5. Robert F. Krieger Publishing Co.

Inc. Huntington New York.

Page 23: Minyak Astiri

Hayani, E. 2005. Teknik Analisis Mutu Minyak Nilam. Buletin Teknik Pertanian : Bogor.

Hernani dan Risfaheri. 1989. Pengaruh Perlakuan Bahan sebelum Penyulingan terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Nilam. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri : Jakarta.

Kardinan, A. 2004. Nilam : Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetik. 2004. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka : Jakarta.

Rukmana, R. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya. Kanisius : Yogyakarta.

Rusli, S. 1991. Pemurnian/Peningkatan Mutu Minyak Nilam dan Daun Cengkeh Prosiding Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukit Tinggi, 4 – 8 - 1991. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Bogor.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Sumangat, D. dan Risfaheri. 1998. Standar dan Masalah Mutu Minyak Nilam Indonesia. Monograf Nilam . Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Bogor.

Tan Hong Sieng. 1962. Minyak Atsiri. Balai Penelitian Kimia PNPR Nupika Yasa Deperindag Kantor dan Penyuluhan Deperindag : Bogor.

Tasma, I.M. dan A. Hamid. 1989. Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Minyak Atsiri Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri : Bogor.

Walker, G.T. 1968. The Structure and Synthesis of Patchouly Alcohol. Manufacturing Chemist and Aerosol News.

Vogel, A.L. 1988. Elementary Practical Organic Chemistry. Longmans Green an Co : New York.

Yusron, M. dan Wiratno. 2001. Budidaya Tanaman Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Bogor.

Page 24: Minyak Astiri