kilang minyak

27

Upload: devi-nathania

Post on 26-Dec-2015

183 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kilang minyak yang ada di indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: kilang minyak
Page 2: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

KILANG MINYAK INDONESIA

Bidang Pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu

Barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan memproduksi

NBBM.

Ketujuh Kilang minyak tersebut terdiri dari :

Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan - Sumatera Utara (ditutup pada Januari 2007)

dan bergabung dengan Unit Pengolahan II Dumai pada tahun 2010.

Unit Pengolahan II di Dumai - Riau

Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang - Sumatera Selatan

Unit Pengolahan IV di Cilacap - Jawa Tengah

Unit Pengolahan V di Balikpapan - Kalimantan Timur

Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu - Jawa Barat

Unit Pengolahan VII di Sorong - Papua

A. UNIT PENGOLAHAN I PANGKALAN BRANDAN

Lokasi : Langkat, Sumatera Utara

Sejarah berdiri :

1885 - Produksi pertama minyak bumi dari perut bumi Pangkalan Brandan.

1892 - Kilang minyak Royal Dutch yang menjalankan usaha eksplotasi mulai

melakukan produksi massal.

Kapasitas : Sudah tidak beroperasi lagi (dahulu 5.000 barel/day)

Asal crude oil :Sumur minyak Telaga Tunggal di Desa Telaga Said

Unit Pengolahan :Termasuk Kilang Sederhana

Hasil produksi : gas elpiji sebanyak 280 ton per hari, kondensat 105 ton per hari, dan

beberapa jenis gas dan minyak.

1

Page 3: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

B. UNIT PENGOLAHAN II DI DUMAI - RIAU

Lokasi : Pantai Timur Sumatera tepatnya di kota Dumai

Sejarah berdiri : Dibangun tahun 1969

Kapasitas : 170.000 barrel/hari

Asal crude oil : Sumatra Light Crude (80-85%) dari Minas dan Duri Crude oil (15-20%),

Lirik, Pedada, dan Selat Panjang.

Kilang Pertamina RU II Dumai pertama kali dibangun pada tahun 1969 dan

diresmikan tanggal 8 September 1971 dengan nama Kilang Puteri Tujuh. Pembangunan

ini bekerjasama dengan Far East Sumitomo Japan dengan pelaksana teknis oleh

kontraktor asing yaitu Ishikawajima Hirima Heavy Equipment .Kilang tersebut (saat ini

dikenal dengan Kilang Existing) hanya terdiri dari Crude Distillation Unit (CDU) yang

mengolah minyak mentah jenis Sumateran Light Crude (LSC) dengan kapasitas 100.000

barrel per hari dan dihasilkan beberapa jenis produk bahan bakar motor, antara lain :

Naptha, Kerosine, Diesel Oil dan sisanya adalah produk bottom berupa 55% volume Low

Sulfur Wax Residue (LSWR) untuk di eksport ke Jepang dan Amerika Serikat.

Pada tanggal 2 April 1980 ditanda tangani perjanjian Universal Oil Product (UOP)

sebagai Licensor/Basic Design dan Technicos Reunicas Centunion (TRC) dari Spanyol

sebagai main kontraktor. Pada tanggal 27 April 1981 pembuatan detail engineering

desain dan pembuatan proyek dibatu oleh sub kontraktor dari Korea, yaitu Dealim

Hyundai dan Jaya Supplies serta sub kontraktor-sub kontraktor dalam negeri (saat ini

dikenal dengan New Plant / HDC ). Proyek ini selesai pada tanggal 16 Februari 1984 dan

diresmikan Presiden RI Soeharto.

2

Page 4: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Proyek baru ini antara lain membangun:

a. High Vacuum Distillation Unit (Unit 110)

b. Delayed Cooker Unit (Unit 140)

c. Coke Calcining Unit (Unit 170)

d. Distillate Hydrotreater Unit (Unit 220)

e. Naphta Hydrotreater (Unit 200)

f. Continuous Catalyst Regeneration (CCR) dan Platforming (PLF-2) Unit

g. Hydrocracker Unibon (Unit 211/212)

h. Hidrogent Plant (Unit 701/702)

i. Amine dan LPG Recovery Unit (Unit 410)

j. Sour Water Stripper Unit (Unit 480)

k. Fasilitas Penunjang Kilang (Utilities)

l. Fasilitas Penimbunan dan Dermaga Baru (Jetty)

Selain dua komplek besar Kilang di Dumai tersebut, terdapat satu Kilang lain yang

masih berada dalam kendali RU II Dumai, yaitu Kilang Sei- Pakning. Diagram alir produksi

dapat dilihat seperti diatas.

RU II Dumai saat ini telah berhasil mencapai kapasitas ± 170 MBSD dengan memproduksi

jenis BBM berupa :

LPG (Liquefied Petroleum Gas ) (C3-C4)

Bensin (Premium) (C6-C9)

Kerosene (Minyak Tanah) (C10-C15)

Avtur (Bahan Bakar Pesawat Gas) (C11-C15)

Solar (Diesel) (C16-C25)

Minyak Bakar (Fuel Oil) (diatas C25)

Green Coke (Carbon)

3

Page 5: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

C. UNIT PENGOLAHAN III DI PLAJU-SEI

GERONG PALEMBANG - SUMATERA SELATAN

Lokasi : Plaju, Sumatera Selatan.

Sejarah berdiri : Kilang Plaju mulai beroperasi pada 1904 dan dioperasikan oleh shell.

Kapasitas :133,7 ribu barrel/hari

Asal crude oil : Sumatera selatan

Kilang di Plaju dibangun pada tahun 1903 setelah ditemukannya sumur minyak bumi

di Telaga Tunggal pada tahun 1885. Unit di kilang Plaju secara umum terbagi menjadi

dua, yakni primary processing dan secondary processing.

4

Page 6: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Primary processing adalah proses pemisahan minyak dengan menggunakan prinsip

distilasi. Jenis distilasi yang digunakan di RU Plaju adalah distilasi atmosferik dan

distilasi vakum.

Secondary processing adalah kelanjutan dari proses pengolahan pertama yang

dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi spesifikasi produk dengan menggunakan

reaksi kimia. Unit-unit secondary processing yang terdapat di RU Plaju adalah RFCCU,

kombinasi molekul dan polypropylene. Proses yang terjadi di RFCCU adalah proses

perengkahan dengan menggunakan katalis serbuk silika alumina. Fraksi yang direngkah

adalah long residue, HVGO dan MVGO yang hasilnya adalah dry gas, polypropylene

mentah, LPG, cat. naphta , LCGO, HCGO, slurry dan coke. Proses kombinasi molekul

terdiri atas dua proses, yakni polimerisasi dan alkilasi. Polimerisasi dilakukan di unit

polimerisasi dengan umpan berupa treated BB dan keluaran berupa residual BB. Alkilasi

dilakukan di unit alkilasi dengan umpan berupa treated BB dan keluaran berupa LPG,

alkilat ringan dan alkilat berat. Proses yang terakhir adalah pertokimia yang terdapat

pada unit polypropylene. Umpan pada unit polypropylene adalah berupa raw propane

propylene dari RFCCU, yang kemudian direaksikan sehingga terbentuk produk

homopolymer prolypropylene pellet atau juga biasa disebut polypropylene Pertamina

(polytam).

Selain unit-unit di pengolahan primer dan sekunder, terdapat pula unit yang

melakukan proses treating dan blending. Proses treating dilakukan dengan tujuan

menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dari senyawa BBM seperti

sulfur dan merkaptan. Treating dilakukan di stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC dan unit

treating butylenes butane (BB). Sementara itu, proses blending memiliki tujuan untuk

memenuhi spesifikasi dari produk yang telah ditentukan dengan cara menambahkan zat

aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda. Contohnya adalah

pencampuran high octane mogas component (HOMC) dengan nafta untuk menghasilkan

produk premium dengan bilangan oktan yang sesuai dengan spesifikasi produk.

Diantara produk-produk yang telah disebutkan di atas, produk spesifik dari kilang Plaju

adalah polypropylene. Polypropylene atau bijih plastik memiliki kegunaan yang sangat

luas, diantaranya bisa dijadikan sebagai komponen otomofif, serat karpet dan baju, dan

pembungkus makanan densitas rendah. Proses pembentukan polypropylene dapat terjadi

dalam fase gas, larutan, atau slurry, dimana monomer propylene dipanaskan dan

5

Page 7: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

diberikan tekanan dalam sistem yang berkatalis. Polimerisasi propylene sendiri terjadi

pada suhu dan tekanan yang rendah, tetapi sudah menghasilkan produk yang tembus

pandang dan memiliki warna. Perbedaan katalis dan kondisi produksi dapat

mempengaruhi sifat-sifat polypropylene yang dihasilkan. Propylene yang merupakan

bahan utama proses ini sendiri didapatkan dari perengkahan nafta yang juga

menghasilkan etilen.

Unit Pengolahan :

CDU

Vacuum Distillation unit

Redistillation unit

Alkylation unit

Butane-Butylene Distiller

Polymerization Unit

Fluid Catalytic Cracking Unit

RFCC unit

Polypropilene unit

TA/PTA unit (sdh tidak operasi)

Feed:

• SPD

• TAP

• RAMBA/KUANG

• JENE

• LALANG

• SLC

• GERAGAI

• MIXED SPD/TAP

• MIXED CRUDE

• KLAMONO

• BULA

Produk :

• LPG

• MOGAS

6

Page 8: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

• AVIGAS

• KEROSENE

• AVTUR

• ADO

• DIESEL OIL

• FUEL OIL

• SLWR

• SOLVENT

• RAW PP

D. PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN IV CILACAP 

Sejarah berdiri

1974 : Pembangunan kilang I

1983 : Pembangunan kilang II

1988 : Pembangunan kilang paraxylene

Lokasi : Cilacap, Jawa Tengah

Kapasitas : 348.000 barrel/hari

Asal/jenis crude oil :

Kilang I = Arabian Light Crude (ALC)

Kilang II = campuran dengan komposisi 80 % Arjuna Crude dan 20 % Attaka

Crude

merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan yang memiliki kapasitas produksi

terbesar yakni 548.000 barrel/hari, dan terlengkap jenis produknya. Kilang ini bernilai

strategis karena memasok 44% kebutuhan BBM nasional atau 75% kebutuhan BBM di

Pulau Jawa. Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang

memproduksi aspal dan base oil.

Kilang Unit Pengolahan IV terdiri dari:

1. Fuel Oil Complex (FOC) I, dan Lube Oil Complex (LOC) I.

2. Fuel Oil Complex (FOC) II, dan Lube Oil Complex (LOC) II, serta Lube Oil Complex

III yang dibangun bersamaan dengan Debottlenecking (1998/1999).

3. Kilang Petrokimia Paraxylene.

7

Page 9: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Unit Pengolahan :

Kilang I

Tabel 1.1 Unit Pengolahan di Kilang 1 Cilacap

Fuel Oil Complex I Lube Oil Complex I

Unit proses Kapasitas

(ton/hari)

Unit proses Kapasitas

(ton/hari)

Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit 3.184

Naphtha Hydrotreater 2.275 Propane Deasphalting Unit 784

Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction Unit 991-1.580

Platformer 1.650 MEK Dewaxing Unit 226-337

Propane Manufacturing 43,5

Kerosine Merox Treater 1.940

Sour Water Stripper 743,469

N2Plant

N2 gas 100Nm3/jam

N2 cair 65Nm3/jam

CRP Unit 1615,2

Kiilang II

Tabel 1.2 Unit Pengolahan di Kilang 2 Cilacap

Fuel Oil Complex II Lube Oil Complex II

Unit proses Kapasitas

(ton/hari)

Unit proses Kapasitas

(ton/hari)

Crude Distiller 26.680 High Vacuum Unit 2.238

Naphtha Hydrotreater 2.441 Propane Deasphalting Unit 538

CCR Platformer 2.441 Furfural Extraction Unit 478-573

LPG Recovery 730 MEK Dewaxing Unit 226-337

AH Unibon 2.680

Visbreaker 8.387

Thermal Distillate HDT 1.800

Naphta Merox Treater 1.620

8

Page 10: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Kilang Paraxylene

Tabel 1.3 Unit Pengolahan di Kilang Paraxylene Cilacap

Unit Proses Kapasitas (ton/hari)

Naphta Hydrotreater 1.791

CCR Platformer 1.791

Sulfolane 1.100

Tatoray 1.730

Xylene Fractionator 4.985

Parex 4.440

Isomar 3.590

E. UNIT PENGOLAHAN V DI BALIKPAPAN - KALIMANTAN TIMUR

9

Page 11: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Lokasi : Balikapan, Kalimantan Timur

Sejarah berdiri : Didirkian oleh British Petroleum

Kapasitas :260,0 ribu barrel/hari

Asal crude oil : Kalimantan Timur (Bekapai/Handil, Badak/Waluyo), Domestik dan

import (cocktail crude)

Kilang Unit Pengolahan V Balikpapan terletak di Teluk Balikpapan yang menempati

areal seluas 2.5 Km2. Kilang UP V awalnya didisain untuk mengolah crude Handil dan

Bekapai, namun saat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude) baik lokal maupun

impor, antara lain : Sepinggan, Senipah, Bunyu, Nanhai, Forchados, Belida, Bacho, dll.

Produk-produk Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dihasilkan oleh Kilang Balikpapan

berupa : Motor Gasolin (Bensin/Premium), Kerosin (Minyak Tanah), Avtur, Solar,

Minyak Diesel, dan Fuel Oil. Sedangkan produk-produk non BBM berupa: Liquified

Petroleum Gas (LPG) dan Lilin (Wax).

10

Page 12: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Berikut daftar unit proses dan kapasitasnya:

CDU V : 61.85 MBCD

CDU IV : 210.96 MBCD

LPG RECOVERY : 5.85 MBCD

HVU – III : 26.69 MBCD

WAX PLANT : 6.17 MBCD

NHT : 28.14 MBCD

PLT : 20.0 MBCD

HVU – II : 79.6 MBCD

HCU A/B : 44.22 MBCD

Gambar 8. Kilang UP V Balikpapan

11

Page 13: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

F. UNIT PENGOLAHAN VI DI BALONGAN INDRAMAYU - JAWA BARAT

Lokasi :Jalan Raya Balongan km 9 indramayu, Jawa Barat, Indonesia

Sejarah berdiri

1971 diterbitkan UU No. 8 tahun 1971 yang mengukuhkan PN Pertamina

menjadi Pertamina

2001 diterbitkan UU Migas No 22 tahun 2001 yang akhirnya mengantar

Pertamina menjadi PT Pertamina (Persero)

Kapasitas :125,0 ribu barrel/hari

Asal crude oil : Duri, Minas dan Jatibarang (Jawa Barat)

PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang

Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya adalah

mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar

Minyak), Non BBM dan Petrokimia. RU VI Balongan mulai beroperasi sejak tahun

1994. Kilang ini berlokasi di Indramayu (Jawa Barat) sekitar ±200 km arah timur

Jakarta, dengan wilayah operasi di Balongan, Mundu dan Salam Darma.

Bahan baku yang diolah di Kilang RU VI Balongan adalah minyak mentah Duri dan

Minas yang berasal dari Propinsi Riau. Keberadaan RU VI Balongan sangat strategis

bagi bisnis Pertamina maupun bagi kepentingan nasional. Sebagai Kilang yang relatif

baru dan telah menerapkan teknologi terkini, Pertamina RU VI mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi. Dengan produk-produk unggulan seperti Premium, Pertamax,

Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene (Minyak Tanah), LPG, Propylene,

Pertamina RU VI mempunyai kontribusi yang besar dalam menghasilkan pendapatan

baik bagi PT Pertamina maupun bagi negara. Selain itu RU VI Balongan mempunyai

nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten, sebagian

Jawa Barat dan sekitarnya yang merupakan sentra bisnis dan pemerintahan Indonesia.

G. UP VII KASIM

Lokasi : Kasim, Sorong

Sejarah berdiri : Didirikan pada tahun 1995

Kapasitas : 10 ribu barrel/hari

Asal crude oil : Salawati , Irian (Walio Mix), Minyak mentah dan Light Slop

Unit Pengolahan :

CDU

Naptha Hydrotreater

12

Page 14: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Platforming Unit

CRU

Produk

• LIGHT NAPHTHA

• PREMIUM

• REFORMATE

• ADO

• RESIDUE

Kilang BBM Kasim dibangun diatas areal seluas kurang lebih 80 HA. dan terletak di

desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua bersebelahan dengan Kasim

Marine Terminal (KMT) Petro China, kurang lebih 90 km sebelah selatan kota Sorong.

Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli 1997 sampai saat ini.

Kilang BBM Kasim mengolah crude lokal produksi daerah kepala burung Papua.

Kilang BBM Kasim mempunyai kapasitas 10.000 barrel / hari, dirancang untuk

mengolah Crude(minyak mentah) Walio (60%) dan Salawati (40%).

13

Page 15: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

CRUDE OIL DI INDONESIA

Crude oil atau dalam Bahasa Indonesia disebut minyak mentah atau minyak bumi

merupakan cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang

berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Penyusun utama crude oil adalah

komponen hidrokarbon. Di samping ada juga unsur nonhidrokarbon lain dalam kadar yang

sedikit seperti sulfur, oksigen, nitrogen, dan juga logam dalam bentuk senyawa garam. Unsur

selain hidrokarbon tersebut disebut sebagai impurities. Impurities pada crude oil akan

dihilangkan dengan proses treating.

Pada bidang refining, diketahui ada empat jenis hidrokarbon, yaitu parafin, naften,

olefin, dan aromat. Dari keempat jenis hidrokarbon tersebut, hanya parafin, naften, dan

aromat yang terdapat pada crude oil. Senyawa hidrokarbon olefin (CnH2n) merupakan

senyawa yang terbentuk pada saat pemrosesan minyak bumi (refining). Karena sifatnya yang

tidak stabil, senyawa ini cenderung reaktif dan mudah berpolimerisasi dan membentuk gum.

Oleh karenanya, senyawa olefin tidak terdapat pada crude oil karena pada dasarnya, apa yang

terbentuk di alam (secara alamiah) dalam keadaan stabil.

Berikut ini gambaran komposisi unsur penyusun crude oil

C          :  83,00 – 87,00 % wt

H          :  10,00 – 14,00 % wt

S          :  0,05 – 6,00 % wt

O         :  0,05 – 1,50 % wt

N         :  0,10 – 2,00 % wt

Logam  :  10^(-5) – 10^(-2) % wt 

Klasifikasi Crude OilCrude oil diklasifikasikan guna mengetahui gambaran komponen hidrokarbon penyusunnya.

Klasifikasi berdasarkan SG 60/60

           Crude Oil                        SG 60/60

          Ringan          < 0,830

          Medium Ringan 0,830 – 0,850

          Medium Berat 0,850 – 0,865

14

Page 16: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

          Berat 0,865 – 0,905

          Sangat Berat   > 0,905 

Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan

Untuk mengklasifikasi crude oil berdasarkan sifat penguapan, crude oil harus

didistilasi hingga suhu 300 degC. Kemudian dihitung fraksi ringannya dengan rumus

sbb.

Klasifikasi crude oil berdasarkan sifat penguapannya adalah sbb.

         Crude Oil    Fraksi ringan, % volume

         Ringan         > 50

        Sedang      20 – 50

          Berat         < 20

Klasifikasi berdasarkan kadar sulfur

           Crude Oil       Kadar sulfur, % wt

         Ringan             < 0,1              (sweet crude)

          Sedang          0,1 – 2,0 

         Berat              > 2,0             (sour crude)

Klasifikasi berdasarkan fakor K UOP

Untuk mengklasifikasikan crude oil berdasarkan faktor K UOP, digunakan

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Melakukan pengujian distilasi ASTM D 86

2. Melakukan pengujian SG 60/60 oF 

3. Menghitung KUOP dengan rumus :     

15

Page 17: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut.

           K UOP                              Jenis Crude

            K  =  10,1 – 10,5     aromatik

            K  =  10,5 – 11,5      naftenik

            K  =  11,5 – 12,1      campuran

          K  =  12,1 – 12,5      parafinik   

Klasifikasi menurut US Bureau of Mines

Melakukan distilasi TBP dengan dua fraksi

  Fraksi I : fraksi kerosene 250 – 275oC pada tekanan atmosfer, sebagai fraksi ringan

 Fraksi II : fraksi minyak lumas 275 – 300oC pada tekanan 40 mm Hg, sebagai fraksi

berat  

Melakukan pengukuran SG 60/60 degF dan derajat API untuk fraksi I 

Melakukan pengukuran SG 60/60 degF dan derajat API untuk fraksi II

Hasilnya diklasifikasikan menurut data berikut ini.

        Klasifikasi                                       Fraksi Kunci I                         Fraksi Kunci II

                                                      SG 60/60 oF     oAPI         SG 60/60 oF        oAPI

1.      Parafinic – Parafinic                < 0,825           >= 40            < 0,876            >= 30

2.     Parafinic – Interm.                   < 0,825           >= 40       0,876 – 0,934     20 – 30

3.     Interm.* – Parafinic             0,825 – 0,860   33 – 40          < 0,876             >= 30

4.     Interm. – Interm.                 0,825 – 0,860   33 – 40     0,876 –0,934      20 – 30

5.     Interm. – Naphthenic          0,825 – 0,860  33 – 40          > 0,934             <= 20

6.     Naphthenic – Interm.               > 0,860         <= 33        0,876 – 0,934     20 – 30

7.     Naphthenic – Naphthenic        > 0,860         <=  33             > 0,934             <= 20

8.     Parafinic – Naphthenic            < 0,825         <=  40             > 0,934             <= 20

9.     Naphthenic – Parafinic            > 0,860         <=  33             < 0,876             >= 30

*Interm. = Intermediate

Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi

Melakukan pengujian SG 60/60 degF minyak bumi

Melakukan distilasi ASTMD 86

Menghitung titik didih rata – rata dari distilasi ASTMD 86

16

Page 18: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Menghitung Indeks Korelasi dengan rumusan : 

CI  = (473,7 G – 456,8) + (48.640 / T)

      dimana  

           G  = SG 60/60 degF

           T  = titik didih rata – rata, degK

Hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut.

       Correlation Index                     Klasifikasi

              CI  =  0             HC seri normal parafin 

               CI  = 100           HC benzena

              CI  =  0 – 15      HC dominan dalam fraksi:  parafinik

               CI  = 15 – 50     HC dominan dalam fraksi:  naftenik

                                        atau campuran parafinik, naftenik  

                                        dan aromatik 

                CI  > 50           HC dominan dalam fraksi: aromatik

Klasifikasi berdasarkan VGC (Viscosity Gravity Constant)

Melakukan pengujian SG 60/60 degF minyak bumi

Melakukan pengujian viscosity Saybolt 

Menghitung VGC dengan rumusan : 

dimana :  G  =  SG 60/60 oF

              V  =  viscosity pada 200 oF (99 oC), SSU 

Hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut.

             VGC                                     Klasifikasi

     0,800 – 0,840                     Hidrokarbon Parafinik

  0,840 – 0,876                     Hidrokarbon Naftenik

    0,876 – 1,000                     Hidrokarbon Aromatik

Secara garis besar, crude oil yang dimiliki Indonesia merupakan crude oil berjenis light.

Light crude oil biasanya mahal sehingga crude oil Indonesia banyak di ekspor keluar negeri.

Karakteristik umpan yang dipakai di kilang minyak Indonesia :

17

Page 19: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

Umpan Bersifat Asphaltene

Umpan jenis ini pada umumnya mengandung senyawa paraffin yang dominan di

dalamnya. Untuk fraksi ringan dan intermediate dari proses distilasi dengan

menggunakan umpan crude oil ini mayoritas mengandung naphtene dengan jumlah

yang besar. Untuk crude oil jenis ini, kandungan nitrogen dan oksigen ditemukan

dalam kadar yang cukup tinggi. Umpan minyak bumi asphaltene ini cocok untuk

produk akhir berupa gasoline, aspal, serta lubricating oil sebagai produk utamanya.

Residue yang dihasilkan mayoritas terdiri dari aspal.

Umpan Bersifat Parrafinic

Umpan jenis ini pada umumnya mengandung senyawa aspal dalam jumlah yang kecil.

Crude oil jenis ini sangat cocok digunakan untuk menghasilkan produk utama berupa

wax dan kerosin. Apabila crude oil jenis ini digunakan sebagai umpan dalam proses

pemurnian minyak bumi untuk menghasilkan produk berupa gasoline, maka gasoline

yang diperoleh akan memiliki angka oktan yang rendah. Oleh sebab itu umpan crude

oil jenis ini kurang cocok digunakan sebagai umpan pada proses pemurnian gasoline.

Umpan Bersifat Asphaltene-Parrafinic

Umpan jenis ini merupakan paduan antara umpan crude oil bersifat asphaltene dan

crude oil bersifat parrafinic. Umpan crude oil jenis ini lilin (wax) / parrafinic serta

aspal dalam jumlah yang cukup signifikan. Sehingga dengan begitu umpan crude oil

jenis ini bersifat lebih fleksibel ketimbang kedua jenis crude oil lainnya, karena crude

oil jenis ini dapat diproduksi menjadi berbagai macam produk turunan.

Apabila produk yang dihasilkan pada suatu Unit Pengolahan didominasi oleh produk

berupa BBM dan BBK, maka umpan crude oil yang digunakan adalah bersifat asphaltene.

Untuk Unit Pengolahan yang memiliki produk yang didominasi oleh golongan non-BBM,

maka dapat dikatakan umpan crude oil yang digunakan bersifat paraffinic. Sedangkan untuk

produk dari suatu Unit Pengolahan seimbang antara produk BBM dan BBK dengan produk

non-BBM, maka dapat dikatakan umpan crude oil yang digunakan adalah bersifat asphaltene-

paraffinic (bersifat campuran). Maka klasifikasi dari umpan crude oil yang digunakan untuk

setiap Unit Pengolahan PT. Pertamina (Persero):

1. Pertamina Unit Pengolahan II Dumai, Riau = crude oil asphaltene

2. Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatera Selatan = crude oil asphaltene-paraffinic

3. Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap = crude oil paraffinic

18

Page 20: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

4. Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur = crude oil asphaltene

5. Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat = crude oil asphaltene

6. Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat = crude oil asphaltene

19

Page 21: kilang minyak

TUGAS PMB 2014

DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2011. Kilang Minyak Indonesia.

http://kilangindonesia.blogspot.com/2010/05/teknologi-hydrocracker.html (diakses

pada tanggal 14 April 2014 pukul 20.00)

“Buku Pintar Migas Indonesia”, Bab IV, 2008. Manual Proses Dehydrotreating Kilang Minyak Pertamina UP II Dumai

Pertamina. 2014. Unit Pengolahan. Diakses dari

http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pengolahan/unit-pengolahan pada 13

April 2014 pukul 22.00

www.wikipedia.com

20