kilang minyak
DESCRIPTION
kilang minyak yang ada di indonesiaTRANSCRIPT
TUGAS PMB 2014
KILANG MINYAK INDONESIA
Bidang Pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu
Barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan memproduksi
NBBM.
Ketujuh Kilang minyak tersebut terdiri dari :
Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan - Sumatera Utara (ditutup pada Januari 2007)
dan bergabung dengan Unit Pengolahan II Dumai pada tahun 2010.
Unit Pengolahan II di Dumai - Riau
Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang - Sumatera Selatan
Unit Pengolahan IV di Cilacap - Jawa Tengah
Unit Pengolahan V di Balikpapan - Kalimantan Timur
Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu - Jawa Barat
Unit Pengolahan VII di Sorong - Papua
A. UNIT PENGOLAHAN I PANGKALAN BRANDAN
Lokasi : Langkat, Sumatera Utara
Sejarah berdiri :
1885 - Produksi pertama minyak bumi dari perut bumi Pangkalan Brandan.
1892 - Kilang minyak Royal Dutch yang menjalankan usaha eksplotasi mulai
melakukan produksi massal.
Kapasitas : Sudah tidak beroperasi lagi (dahulu 5.000 barel/day)
Asal crude oil :Sumur minyak Telaga Tunggal di Desa Telaga Said
Unit Pengolahan :Termasuk Kilang Sederhana
Hasil produksi : gas elpiji sebanyak 280 ton per hari, kondensat 105 ton per hari, dan
beberapa jenis gas dan minyak.
1
TUGAS PMB 2014
B. UNIT PENGOLAHAN II DI DUMAI - RIAU
Lokasi : Pantai Timur Sumatera tepatnya di kota Dumai
Sejarah berdiri : Dibangun tahun 1969
Kapasitas : 170.000 barrel/hari
Asal crude oil : Sumatra Light Crude (80-85%) dari Minas dan Duri Crude oil (15-20%),
Lirik, Pedada, dan Selat Panjang.
Kilang Pertamina RU II Dumai pertama kali dibangun pada tahun 1969 dan
diresmikan tanggal 8 September 1971 dengan nama Kilang Puteri Tujuh. Pembangunan
ini bekerjasama dengan Far East Sumitomo Japan dengan pelaksana teknis oleh
kontraktor asing yaitu Ishikawajima Hirima Heavy Equipment .Kilang tersebut (saat ini
dikenal dengan Kilang Existing) hanya terdiri dari Crude Distillation Unit (CDU) yang
mengolah minyak mentah jenis Sumateran Light Crude (LSC) dengan kapasitas 100.000
barrel per hari dan dihasilkan beberapa jenis produk bahan bakar motor, antara lain :
Naptha, Kerosine, Diesel Oil dan sisanya adalah produk bottom berupa 55% volume Low
Sulfur Wax Residue (LSWR) untuk di eksport ke Jepang dan Amerika Serikat.
Pada tanggal 2 April 1980 ditanda tangani perjanjian Universal Oil Product (UOP)
sebagai Licensor/Basic Design dan Technicos Reunicas Centunion (TRC) dari Spanyol
sebagai main kontraktor. Pada tanggal 27 April 1981 pembuatan detail engineering
desain dan pembuatan proyek dibatu oleh sub kontraktor dari Korea, yaitu Dealim
Hyundai dan Jaya Supplies serta sub kontraktor-sub kontraktor dalam negeri (saat ini
dikenal dengan New Plant / HDC ). Proyek ini selesai pada tanggal 16 Februari 1984 dan
diresmikan Presiden RI Soeharto.
2
TUGAS PMB 2014
Proyek baru ini antara lain membangun:
a. High Vacuum Distillation Unit (Unit 110)
b. Delayed Cooker Unit (Unit 140)
c. Coke Calcining Unit (Unit 170)
d. Distillate Hydrotreater Unit (Unit 220)
e. Naphta Hydrotreater (Unit 200)
f. Continuous Catalyst Regeneration (CCR) dan Platforming (PLF-2) Unit
g. Hydrocracker Unibon (Unit 211/212)
h. Hidrogent Plant (Unit 701/702)
i. Amine dan LPG Recovery Unit (Unit 410)
j. Sour Water Stripper Unit (Unit 480)
k. Fasilitas Penunjang Kilang (Utilities)
l. Fasilitas Penimbunan dan Dermaga Baru (Jetty)
Selain dua komplek besar Kilang di Dumai tersebut, terdapat satu Kilang lain yang
masih berada dalam kendali RU II Dumai, yaitu Kilang Sei- Pakning. Diagram alir produksi
dapat dilihat seperti diatas.
RU II Dumai saat ini telah berhasil mencapai kapasitas ± 170 MBSD dengan memproduksi
jenis BBM berupa :
LPG (Liquefied Petroleum Gas ) (C3-C4)
Bensin (Premium) (C6-C9)
Kerosene (Minyak Tanah) (C10-C15)
Avtur (Bahan Bakar Pesawat Gas) (C11-C15)
Solar (Diesel) (C16-C25)
Minyak Bakar (Fuel Oil) (diatas C25)
Green Coke (Carbon)
3
TUGAS PMB 2014
C. UNIT PENGOLAHAN III DI PLAJU-SEI
GERONG PALEMBANG - SUMATERA SELATAN
Lokasi : Plaju, Sumatera Selatan.
Sejarah berdiri : Kilang Plaju mulai beroperasi pada 1904 dan dioperasikan oleh shell.
Kapasitas :133,7 ribu barrel/hari
Asal crude oil : Sumatera selatan
Kilang di Plaju dibangun pada tahun 1903 setelah ditemukannya sumur minyak bumi
di Telaga Tunggal pada tahun 1885. Unit di kilang Plaju secara umum terbagi menjadi
dua, yakni primary processing dan secondary processing.
4
TUGAS PMB 2014
Primary processing adalah proses pemisahan minyak dengan menggunakan prinsip
distilasi. Jenis distilasi yang digunakan di RU Plaju adalah distilasi atmosferik dan
distilasi vakum.
Secondary processing adalah kelanjutan dari proses pengolahan pertama yang
dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi spesifikasi produk dengan menggunakan
reaksi kimia. Unit-unit secondary processing yang terdapat di RU Plaju adalah RFCCU,
kombinasi molekul dan polypropylene. Proses yang terjadi di RFCCU adalah proses
perengkahan dengan menggunakan katalis serbuk silika alumina. Fraksi yang direngkah
adalah long residue, HVGO dan MVGO yang hasilnya adalah dry gas, polypropylene
mentah, LPG, cat. naphta , LCGO, HCGO, slurry dan coke. Proses kombinasi molekul
terdiri atas dua proses, yakni polimerisasi dan alkilasi. Polimerisasi dilakukan di unit
polimerisasi dengan umpan berupa treated BB dan keluaran berupa residual BB. Alkilasi
dilakukan di unit alkilasi dengan umpan berupa treated BB dan keluaran berupa LPG,
alkilat ringan dan alkilat berat. Proses yang terakhir adalah pertokimia yang terdapat
pada unit polypropylene. Umpan pada unit polypropylene adalah berupa raw propane
propylene dari RFCCU, yang kemudian direaksikan sehingga terbentuk produk
homopolymer prolypropylene pellet atau juga biasa disebut polypropylene Pertamina
(polytam).
Selain unit-unit di pengolahan primer dan sekunder, terdapat pula unit yang
melakukan proses treating dan blending. Proses treating dilakukan dengan tujuan
menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dari senyawa BBM seperti
sulfur dan merkaptan. Treating dilakukan di stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC dan unit
treating butylenes butane (BB). Sementara itu, proses blending memiliki tujuan untuk
memenuhi spesifikasi dari produk yang telah ditentukan dengan cara menambahkan zat
aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda. Contohnya adalah
pencampuran high octane mogas component (HOMC) dengan nafta untuk menghasilkan
produk premium dengan bilangan oktan yang sesuai dengan spesifikasi produk.
Diantara produk-produk yang telah disebutkan di atas, produk spesifik dari kilang Plaju
adalah polypropylene. Polypropylene atau bijih plastik memiliki kegunaan yang sangat
luas, diantaranya bisa dijadikan sebagai komponen otomofif, serat karpet dan baju, dan
pembungkus makanan densitas rendah. Proses pembentukan polypropylene dapat terjadi
dalam fase gas, larutan, atau slurry, dimana monomer propylene dipanaskan dan
5
TUGAS PMB 2014
diberikan tekanan dalam sistem yang berkatalis. Polimerisasi propylene sendiri terjadi
pada suhu dan tekanan yang rendah, tetapi sudah menghasilkan produk yang tembus
pandang dan memiliki warna. Perbedaan katalis dan kondisi produksi dapat
mempengaruhi sifat-sifat polypropylene yang dihasilkan. Propylene yang merupakan
bahan utama proses ini sendiri didapatkan dari perengkahan nafta yang juga
menghasilkan etilen.
Unit Pengolahan :
CDU
Vacuum Distillation unit
Redistillation unit
Alkylation unit
Butane-Butylene Distiller
Polymerization Unit
Fluid Catalytic Cracking Unit
RFCC unit
Polypropilene unit
TA/PTA unit (sdh tidak operasi)
Feed:
• SPD
• TAP
• RAMBA/KUANG
• JENE
• LALANG
• SLC
• GERAGAI
• MIXED SPD/TAP
• MIXED CRUDE
• KLAMONO
• BULA
Produk :
• LPG
• MOGAS
6
TUGAS PMB 2014
• AVIGAS
• KEROSENE
• AVTUR
• ADO
• DIESEL OIL
• FUEL OIL
• SLWR
• SOLVENT
• RAW PP
D. PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN IV CILACAP
Sejarah berdiri
1974 : Pembangunan kilang I
1983 : Pembangunan kilang II
1988 : Pembangunan kilang paraxylene
Lokasi : Cilacap, Jawa Tengah
Kapasitas : 348.000 barrel/hari
Asal/jenis crude oil :
Kilang I = Arabian Light Crude (ALC)
Kilang II = campuran dengan komposisi 80 % Arjuna Crude dan 20 % Attaka
Crude
merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan yang memiliki kapasitas produksi
terbesar yakni 548.000 barrel/hari, dan terlengkap jenis produknya. Kilang ini bernilai
strategis karena memasok 44% kebutuhan BBM nasional atau 75% kebutuhan BBM di
Pulau Jawa. Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang
memproduksi aspal dan base oil.
Kilang Unit Pengolahan IV terdiri dari:
1. Fuel Oil Complex (FOC) I, dan Lube Oil Complex (LOC) I.
2. Fuel Oil Complex (FOC) II, dan Lube Oil Complex (LOC) II, serta Lube Oil Complex
III yang dibangun bersamaan dengan Debottlenecking (1998/1999).
3. Kilang Petrokimia Paraxylene.
7
TUGAS PMB 2014
Unit Pengolahan :
Kilang I
Tabel 1.1 Unit Pengolahan di Kilang 1 Cilacap
Fuel Oil Complex I Lube Oil Complex I
Unit proses Kapasitas
(ton/hari)
Unit proses Kapasitas
(ton/hari)
Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit 3.184
Naphtha Hydrotreater 2.275 Propane Deasphalting Unit 784
Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction Unit 991-1.580
Platformer 1.650 MEK Dewaxing Unit 226-337
Propane Manufacturing 43,5
Kerosine Merox Treater 1.940
Sour Water Stripper 743,469
N2Plant
N2 gas 100Nm3/jam
N2 cair 65Nm3/jam
CRP Unit 1615,2
Kiilang II
Tabel 1.2 Unit Pengolahan di Kilang 2 Cilacap
Fuel Oil Complex II Lube Oil Complex II
Unit proses Kapasitas
(ton/hari)
Unit proses Kapasitas
(ton/hari)
Crude Distiller 26.680 High Vacuum Unit 2.238
Naphtha Hydrotreater 2.441 Propane Deasphalting Unit 538
CCR Platformer 2.441 Furfural Extraction Unit 478-573
LPG Recovery 730 MEK Dewaxing Unit 226-337
AH Unibon 2.680
Visbreaker 8.387
Thermal Distillate HDT 1.800
Naphta Merox Treater 1.620
8
TUGAS PMB 2014
Kilang Paraxylene
Tabel 1.3 Unit Pengolahan di Kilang Paraxylene Cilacap
Unit Proses Kapasitas (ton/hari)
Naphta Hydrotreater 1.791
CCR Platformer 1.791
Sulfolane 1.100
Tatoray 1.730
Xylene Fractionator 4.985
Parex 4.440
Isomar 3.590
E. UNIT PENGOLAHAN V DI BALIKPAPAN - KALIMANTAN TIMUR
9
TUGAS PMB 2014
Lokasi : Balikapan, Kalimantan Timur
Sejarah berdiri : Didirkian oleh British Petroleum
Kapasitas :260,0 ribu barrel/hari
Asal crude oil : Kalimantan Timur (Bekapai/Handil, Badak/Waluyo), Domestik dan
import (cocktail crude)
Kilang Unit Pengolahan V Balikpapan terletak di Teluk Balikpapan yang menempati
areal seluas 2.5 Km2. Kilang UP V awalnya didisain untuk mengolah crude Handil dan
Bekapai, namun saat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude) baik lokal maupun
impor, antara lain : Sepinggan, Senipah, Bunyu, Nanhai, Forchados, Belida, Bacho, dll.
Produk-produk Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dihasilkan oleh Kilang Balikpapan
berupa : Motor Gasolin (Bensin/Premium), Kerosin (Minyak Tanah), Avtur, Solar,
Minyak Diesel, dan Fuel Oil. Sedangkan produk-produk non BBM berupa: Liquified
Petroleum Gas (LPG) dan Lilin (Wax).
10
TUGAS PMB 2014
Berikut daftar unit proses dan kapasitasnya:
CDU V : 61.85 MBCD
CDU IV : 210.96 MBCD
LPG RECOVERY : 5.85 MBCD
HVU – III : 26.69 MBCD
WAX PLANT : 6.17 MBCD
NHT : 28.14 MBCD
PLT : 20.0 MBCD
HVU – II : 79.6 MBCD
HCU A/B : 44.22 MBCD
Gambar 8. Kilang UP V Balikpapan
11
TUGAS PMB 2014
F. UNIT PENGOLAHAN VI DI BALONGAN INDRAMAYU - JAWA BARAT
Lokasi :Jalan Raya Balongan km 9 indramayu, Jawa Barat, Indonesia
Sejarah berdiri
1971 diterbitkan UU No. 8 tahun 1971 yang mengukuhkan PN Pertamina
menjadi Pertamina
2001 diterbitkan UU Migas No 22 tahun 2001 yang akhirnya mengantar
Pertamina menjadi PT Pertamina (Persero)
Kapasitas :125,0 ribu barrel/hari
Asal crude oil : Duri, Minas dan Jatibarang (Jawa Barat)
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang
Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya adalah
mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar
Minyak), Non BBM dan Petrokimia. RU VI Balongan mulai beroperasi sejak tahun
1994. Kilang ini berlokasi di Indramayu (Jawa Barat) sekitar ±200 km arah timur
Jakarta, dengan wilayah operasi di Balongan, Mundu dan Salam Darma.
Bahan baku yang diolah di Kilang RU VI Balongan adalah minyak mentah Duri dan
Minas yang berasal dari Propinsi Riau. Keberadaan RU VI Balongan sangat strategis
bagi bisnis Pertamina maupun bagi kepentingan nasional. Sebagai Kilang yang relatif
baru dan telah menerapkan teknologi terkini, Pertamina RU VI mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Dengan produk-produk unggulan seperti Premium, Pertamax,
Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene (Minyak Tanah), LPG, Propylene,
Pertamina RU VI mempunyai kontribusi yang besar dalam menghasilkan pendapatan
baik bagi PT Pertamina maupun bagi negara. Selain itu RU VI Balongan mempunyai
nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten, sebagian
Jawa Barat dan sekitarnya yang merupakan sentra bisnis dan pemerintahan Indonesia.
G. UP VII KASIM
Lokasi : Kasim, Sorong
Sejarah berdiri : Didirikan pada tahun 1995
Kapasitas : 10 ribu barrel/hari
Asal crude oil : Salawati , Irian (Walio Mix), Minyak mentah dan Light Slop
Unit Pengolahan :
CDU
Naptha Hydrotreater
12
TUGAS PMB 2014
Platforming Unit
CRU
Produk
• LIGHT NAPHTHA
• PREMIUM
• REFORMATE
• ADO
• RESIDUE
Kilang BBM Kasim dibangun diatas areal seluas kurang lebih 80 HA. dan terletak di
desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua bersebelahan dengan Kasim
Marine Terminal (KMT) Petro China, kurang lebih 90 km sebelah selatan kota Sorong.
Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli 1997 sampai saat ini.
Kilang BBM Kasim mengolah crude lokal produksi daerah kepala burung Papua.
Kilang BBM Kasim mempunyai kapasitas 10.000 barrel / hari, dirancang untuk
mengolah Crude(minyak mentah) Walio (60%) dan Salawati (40%).
13
TUGAS PMB 2014
CRUDE OIL DI INDONESIA
Crude oil atau dalam Bahasa Indonesia disebut minyak mentah atau minyak bumi
merupakan cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Penyusun utama crude oil adalah
komponen hidrokarbon. Di samping ada juga unsur nonhidrokarbon lain dalam kadar yang
sedikit seperti sulfur, oksigen, nitrogen, dan juga logam dalam bentuk senyawa garam. Unsur
selain hidrokarbon tersebut disebut sebagai impurities. Impurities pada crude oil akan
dihilangkan dengan proses treating.
Pada bidang refining, diketahui ada empat jenis hidrokarbon, yaitu parafin, naften,
olefin, dan aromat. Dari keempat jenis hidrokarbon tersebut, hanya parafin, naften, dan
aromat yang terdapat pada crude oil. Senyawa hidrokarbon olefin (CnH2n) merupakan
senyawa yang terbentuk pada saat pemrosesan minyak bumi (refining). Karena sifatnya yang
tidak stabil, senyawa ini cenderung reaktif dan mudah berpolimerisasi dan membentuk gum.
Oleh karenanya, senyawa olefin tidak terdapat pada crude oil karena pada dasarnya, apa yang
terbentuk di alam (secara alamiah) dalam keadaan stabil.
Berikut ini gambaran komposisi unsur penyusun crude oil
C : 83,00 – 87,00 % wt
H : 10,00 – 14,00 % wt
S : 0,05 – 6,00 % wt
O : 0,05 – 1,50 % wt
N : 0,10 – 2,00 % wt
Logam : 10^(-5) – 10^(-2) % wt
Klasifikasi Crude OilCrude oil diklasifikasikan guna mengetahui gambaran komponen hidrokarbon penyusunnya.
Klasifikasi berdasarkan SG 60/60
Crude Oil SG 60/60
Ringan < 0,830
Medium Ringan 0,830 – 0,850
Medium Berat 0,850 – 0,865
14
TUGAS PMB 2014
Berat 0,865 – 0,905
Sangat Berat > 0,905
Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan
Untuk mengklasifikasi crude oil berdasarkan sifat penguapan, crude oil harus
didistilasi hingga suhu 300 degC. Kemudian dihitung fraksi ringannya dengan rumus
sbb.
Klasifikasi crude oil berdasarkan sifat penguapannya adalah sbb.
Crude Oil Fraksi ringan, % volume
Ringan > 50
Sedang 20 – 50
Berat < 20
Klasifikasi berdasarkan kadar sulfur
Crude Oil Kadar sulfur, % wt
Ringan < 0,1 (sweet crude)
Sedang 0,1 – 2,0
Berat > 2,0 (sour crude)
Klasifikasi berdasarkan fakor K UOP
Untuk mengklasifikasikan crude oil berdasarkan faktor K UOP, digunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan pengujian distilasi ASTM D 86
2. Melakukan pengujian SG 60/60 oF
3. Menghitung KUOP dengan rumus :
15
TUGAS PMB 2014
hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut.
K UOP Jenis Crude
K = 10,1 – 10,5 aromatik
K = 10,5 – 11,5 naftenik
K = 11,5 – 12,1 campuran
K = 12,1 – 12,5 parafinik
Klasifikasi menurut US Bureau of Mines
Melakukan distilasi TBP dengan dua fraksi
Fraksi I : fraksi kerosene 250 – 275oC pada tekanan atmosfer, sebagai fraksi ringan
Fraksi II : fraksi minyak lumas 275 – 300oC pada tekanan 40 mm Hg, sebagai fraksi
berat
Melakukan pengukuran SG 60/60 degF dan derajat API untuk fraksi I
Melakukan pengukuran SG 60/60 degF dan derajat API untuk fraksi II
Hasilnya diklasifikasikan menurut data berikut ini.
Klasifikasi Fraksi Kunci I Fraksi Kunci II
SG 60/60 oF oAPI SG 60/60 oF oAPI
1. Parafinic – Parafinic < 0,825 >= 40 < 0,876 >= 30
2. Parafinic – Interm. < 0,825 >= 40 0,876 – 0,934 20 – 30
3. Interm.* – Parafinic 0,825 – 0,860 33 – 40 < 0,876 >= 30
4. Interm. – Interm. 0,825 – 0,860 33 – 40 0,876 –0,934 20 – 30
5. Interm. – Naphthenic 0,825 – 0,860 33 – 40 > 0,934 <= 20
6. Naphthenic – Interm. > 0,860 <= 33 0,876 – 0,934 20 – 30
7. Naphthenic – Naphthenic > 0,860 <= 33 > 0,934 <= 20
8. Parafinic – Naphthenic < 0,825 <= 40 > 0,934 <= 20
9. Naphthenic – Parafinic > 0,860 <= 33 < 0,876 >= 30
*Interm. = Intermediate
Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi
Melakukan pengujian SG 60/60 degF minyak bumi
Melakukan distilasi ASTMD 86
Menghitung titik didih rata – rata dari distilasi ASTMD 86
16
TUGAS PMB 2014
Menghitung Indeks Korelasi dengan rumusan :
CI = (473,7 G – 456,8) + (48.640 / T)
dimana
G = SG 60/60 degF
T = titik didih rata – rata, degK
Hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut.
Correlation Index Klasifikasi
CI = 0 HC seri normal parafin
CI = 100 HC benzena
CI = 0 – 15 HC dominan dalam fraksi: parafinik
CI = 15 – 50 HC dominan dalam fraksi: naftenik
atau campuran parafinik, naftenik
dan aromatik
CI > 50 HC dominan dalam fraksi: aromatik
Klasifikasi berdasarkan VGC (Viscosity Gravity Constant)
Melakukan pengujian SG 60/60 degF minyak bumi
Melakukan pengujian viscosity Saybolt
Menghitung VGC dengan rumusan :
dimana : G = SG 60/60 oF
V = viscosity pada 200 oF (99 oC), SSU
Hasil pengujian diklasifikasikan sebagai berikut.
VGC Klasifikasi
0,800 – 0,840 Hidrokarbon Parafinik
0,840 – 0,876 Hidrokarbon Naftenik
0,876 – 1,000 Hidrokarbon Aromatik
Secara garis besar, crude oil yang dimiliki Indonesia merupakan crude oil berjenis light.
Light crude oil biasanya mahal sehingga crude oil Indonesia banyak di ekspor keluar negeri.
Karakteristik umpan yang dipakai di kilang minyak Indonesia :
17
TUGAS PMB 2014
Umpan Bersifat Asphaltene
Umpan jenis ini pada umumnya mengandung senyawa paraffin yang dominan di
dalamnya. Untuk fraksi ringan dan intermediate dari proses distilasi dengan
menggunakan umpan crude oil ini mayoritas mengandung naphtene dengan jumlah
yang besar. Untuk crude oil jenis ini, kandungan nitrogen dan oksigen ditemukan
dalam kadar yang cukup tinggi. Umpan minyak bumi asphaltene ini cocok untuk
produk akhir berupa gasoline, aspal, serta lubricating oil sebagai produk utamanya.
Residue yang dihasilkan mayoritas terdiri dari aspal.
Umpan Bersifat Parrafinic
Umpan jenis ini pada umumnya mengandung senyawa aspal dalam jumlah yang kecil.
Crude oil jenis ini sangat cocok digunakan untuk menghasilkan produk utama berupa
wax dan kerosin. Apabila crude oil jenis ini digunakan sebagai umpan dalam proses
pemurnian minyak bumi untuk menghasilkan produk berupa gasoline, maka gasoline
yang diperoleh akan memiliki angka oktan yang rendah. Oleh sebab itu umpan crude
oil jenis ini kurang cocok digunakan sebagai umpan pada proses pemurnian gasoline.
Umpan Bersifat Asphaltene-Parrafinic
Umpan jenis ini merupakan paduan antara umpan crude oil bersifat asphaltene dan
crude oil bersifat parrafinic. Umpan crude oil jenis ini lilin (wax) / parrafinic serta
aspal dalam jumlah yang cukup signifikan. Sehingga dengan begitu umpan crude oil
jenis ini bersifat lebih fleksibel ketimbang kedua jenis crude oil lainnya, karena crude
oil jenis ini dapat diproduksi menjadi berbagai macam produk turunan.
Apabila produk yang dihasilkan pada suatu Unit Pengolahan didominasi oleh produk
berupa BBM dan BBK, maka umpan crude oil yang digunakan adalah bersifat asphaltene.
Untuk Unit Pengolahan yang memiliki produk yang didominasi oleh golongan non-BBM,
maka dapat dikatakan umpan crude oil yang digunakan bersifat paraffinic. Sedangkan untuk
produk dari suatu Unit Pengolahan seimbang antara produk BBM dan BBK dengan produk
non-BBM, maka dapat dikatakan umpan crude oil yang digunakan adalah bersifat asphaltene-
paraffinic (bersifat campuran). Maka klasifikasi dari umpan crude oil yang digunakan untuk
setiap Unit Pengolahan PT. Pertamina (Persero):
1. Pertamina Unit Pengolahan II Dumai, Riau = crude oil asphaltene
2. Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatera Selatan = crude oil asphaltene-paraffinic
3. Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap = crude oil paraffinic
18
TUGAS PMB 2014
4. Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur = crude oil asphaltene
5. Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat = crude oil asphaltene
6. Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat = crude oil asphaltene
19
TUGAS PMB 2014
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2011. Kilang Minyak Indonesia.
http://kilangindonesia.blogspot.com/2010/05/teknologi-hydrocracker.html (diakses
pada tanggal 14 April 2014 pukul 20.00)
“Buku Pintar Migas Indonesia”, Bab IV, 2008. Manual Proses Dehydrotreating Kilang Minyak Pertamina UP II Dumai
Pertamina. 2014. Unit Pengolahan. Diakses dari
http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pengolahan/unit-pengolahan pada 13
April 2014 pukul 22.00
www.wikipedia.com
20