minat masyarakat terhadap jual-beli emas di...
TRANSCRIPT
MINAT MASYARAKAT TERHADAP JUAL-BELI EMAS DI
PEGADAIAN SYARIAH
(Studi Penelitian Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh :
DILA LARANTIKA
NIM: 206046103821
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 23 September 2010
Dila Larantika
MINAT MASYARAKAT TERHADAP JUAL-BELI EMAS DI PEGADAIAN
SYARIAH
(Studi Penelitian Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh:
DILA LARANTIKA
NIM: 206046103821
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Muhammad Taufiki,M.Ag Hotnidah Nasution,S.Ag.,MA
NIP. 196511191998031002 NIP. 19706301997032002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Minat Masyarakat Terhadap Jual-Beli Emas di Pegadaian
Syariah (Studi Penelitian Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere). Telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010
. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (SESy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA (.………………..)
NIP. 195510151979031002
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag ( ………………. )
NIP. 106404121994031004
Pembimbing I : Dr. H. Muhammad Taufiki,M.Ag ( ………………. )
NIP. 196511191998031002
Pembimbing II : Hotnidah Nasution,S.Ag.,MA (..……………… )
NIP. 19706301997032002
Penguji I : Dr. Hendra Kholid, MA (.………………. )
Penguji II : Drs. H. Martono, MM (………………. )
NIDN. 0428035301
ABSTRAK
Emas tersedia dalam berbagai macam bentuk, mulai dari lantakan atau
batangan, koin emas dan emas perhiasan. Disebut emas batangan karena emas ini
berbentuk seperti batangan pipih atau batubata, dimana kadar emasnya adalah 22 atau
24 karat, atau apabila dalam persentase adalah 95% dan 99%. Jenis emas ini adalah
yang terbaik untuk investasi karena dimana pun dan kapan pun ingin menjualnya,
nilainya akan sama. Nilai ini mengikuti standar internasional yang berlaku nilainya
pada hari penjualan lagi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat
terhadap jual-beli emas MULIA di Pegadaian Syariah cabang Cinere. Penelitian ini
menggunakan metode analisa statistik deskriptif dan data penelitian ini didapat dari
data wawancara dengan pimpinan cabang dan kuisioner serta menggunakan data
sekunder dari literatur kepustakaan, buku-buku dan sumber lainnya yang relevan
dengan skripsi ini.
Sebesar 74% dari 50 responden pada Pegadaian Syariah cabang Cinere
tertarik dengan produk penjualan emas logam mulia, hal ini juga terlihat dari jumlah
nasabah dan penjualan emas yang meningkat dari tahun ke tahun sejak produk
tersebut diluncurkan hingga sekarang.
MOTTO
Jika engkau diwaktu sore maka janganlah engkau menunggu pagi
Jika engkau diwaktu pagi maka janganlah engkau menunggu sore
Beramallah diwaktu sehatmu sebelum kamu sakit
Beramallah diwaktu hidupmu sebelum kamu mati
( HR. Imam Bukhari )
Terlepas sudah dinamika hidupku di kampus tercinta UIN Syarif
Hidayatullah dengan segala duka dan bahagianya. Duka saat kehilangan
papah yang aku sayangi disaat perjalanan menyusun skripsi, dan bahagia
sejak menjalani komitmen pernikahan bersama “papa” Oky tercinta sampai
akhirnya mendapat anugerah buah cinta yang sedang kami rindukan….
Terimakasih kampusku…..Duka dan bahagiamu kembali menyadarkan
hidupku bahwa Allah Yang Maha Kuasa memberikan cobaan dan
kebahagiaan kepada manusia sebagai proses menuju kematangan hidup.
Karya kecil ini bukanlah akhir pencapaian tujuan hidupku melainkan
hanya sebagai awal jejak langkahku menuju masa depan yang cerah dan
penuh kebahagiaan..
Ku persembahkan kepada
• Keluarga besarku tercinta
• Suamiku “papa” Oky Danang Sukoco ST
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Minat Masyarakat Terhadap Jual-Beli Emas di Pegadaian Syariah
(Studi kasus Pada Pegadaian Syariah Cabang cinere)”. Penulis menyadari bahwa
dalam mewujudkan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini hanya do’a dan ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat, Bapak
Dr. Djawahir Hejazziey., SH., MA selaku Koordinator Teknis Program Non
Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag selaku Sekretaris Koordinator
Teknis Program Non Reguler.
3. Dr. H. Muhammad Taufiki,M.Ag, selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Hotnidah Nasution,S.Ag.,MA, selaku dosen pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
hingga selesainya penulisan skripsi ini.
viii
4. Bapak Nawiri,SE selaku Kepala Kantor Pegadaian Syariah cabang Cinere dan
para Staf, atas segala bantuannya kepada penulis dalam proses penyelesaian
penelitian di Pegadaian Syariah cabang Cinere.
5. Para Dosen, Staf dan Civitas Akademika, atas segala bantuannya kepada
penulis langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Keluarga besarku tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat serta
doa yang tulus kepada penulis.
7. Suamiku tercinta, “papa” Oky Danang Sukoco ST yang senantiasa
mendampingi saat penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan SBC (PS B NR) yang telah memberi saran dan
dukungan kepada penulis, semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang
berguna bagi bangsa dan Negara kelak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, oleh karenanya
dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa menantikan saran dan kritik
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga
skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mereka yang
memerlukannya. Amien.
Jakarta, 23 September 2010
DILA LARANTIKA
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
D. Review Studi Terdahulu 6
E. Metodologi Penelitian 8
F. Teknik Penulisan 11
G. Sistematika Penulisan 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Minat 13
1. Pengertian Minat 13
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat
Beli Masyarakat 13
B. Jual Beli 14
1. Definisi Jual Beli 14
2. Rukun dan syarat Jual Beli 15
3. Jual Beli Bathil dan fasid 20
4. Pembagian macam-macam Jual-Beli 20
x
C. Tentang Pegadaian Syariah 22
1. Pengertian Gadai 22
2. Sejarah Pegadaian Syariah 23
3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah 25
4. Mekanisme Pegadaian Syariah 28
5. Manfaat Gadai Syariah 33
BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
A. Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah 41
B. Sasaran dan strategi Perum Pegadaian 42
C. Produk Dan Jasa Pegadaian Syariah cabang Cinere 43
D. Struktur Organisasi 45
E. Sekilas Tentang Produk MULIA (Murabahah Logam
Mulia untuk Investasi Abadi) 46
F. Mekanisme dan Prosedur produk MULIA 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden 49
B. Pengetahuan Nasabah terhadap Pegadaian Syariah 52
C. Sikap dan perilaku nasabah dalam berinvestasi 55
D. Minat nasabah terhadap produk MULIA pada
Pegadaian Syariah cabang Cinere 61
E. Analisis 65
xi
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 68
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem ekonomi Islam merupakan suatu rahmat yang tak ternilai bagi umat
manusia. Apabila sistem tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan sesuai dengan
ajarannya, maka sistem ini akan menjadi sarana yang sangat berguna, adil, dan
rasional bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Namun demikian, demi suksesnya
pengoperasian sistem ini, maka mutlak diperlukan landasan ajaran dan ideologi
Islam. Pengoperasian sistem ini mempunyai hubungan yang erat dengan ajaran
agama, ideologi dan budaya Islam sehingga tidak boleh terpisahkan dari landasan
agama. Banyak sekali keuntungan yang akan dipetik masyarakat apabila mau
mengadopsi sistem ini secara keseluruhan dalam konteks yang lebih luas.
Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun
bukanlah tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana mencapai tujuan
yang lebih tinggi. Hal ini dikemukakan oleh Imam Ghazali bahwa pencarian nafkah
kehidupan dunia (kegiatan perekonomian) merupakan sarana menuju kehidupan
1
2
akhirat. Maka dunia ini sesungguhnya adalah ladang akhirat sekaligus juga sebagai
wacana yang mencapaikan kesana.1
Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak
terkecuali pegadaian. Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang
disebut dengan pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah
memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena
riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau
bagI hasil. Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam
pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharobah
(bagi hasil). Karena nasabah dalam mempergunakan marhumbih (UP) mempunyai
tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau
tambahan modal kerja, penggunaan metode Mudharobah belum tepat pemakaiannya.
Oleh karenanya, pegadaian menggunakan metode Fee Based Income (FBI).
Dalam perkembangannya Perum Pegadaian telah banyak berjasa dan ikut
andil yang besar dalam membina kesejahteraan masyarakat, disamping itu peranan
pegadaian juga sangat diperlukan dalam rangka mendorong kegiatan pembangunan,
ini sesuai dengan peraturan pemerintah No.10 tahun 1983 tentang sifat utama Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), bahwa Perusahaan Umum (Perum) disyaratkan
berusaha dibidang penyediaan jasa bagi masyarakat, selain itu didalamnya juga
mengandung misi pembangunan nasional yang artinya pembangunan manusia 1 Muhammad Al-Bakir. Adab Mencari Nafkah. (Bandung: Kharisma.2001).hlm.10.
3
seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia yang nantinya akan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual
berdasarkan pencasila
Kehadiran pegadaian Syariah sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia
saat ini, karena prinsip dan operasionalnya berdasarkan syariah Islam yang tentunya
terlepas dari unsur Magrib (Maysir, Ghoror dan Riba). Hal itu juga diperkuat dengan
keluarnya fatwa MUI yang baru-baru ini tentang pengharaman bunga pada bank
karena termasuk riba, serta didukung oleh penduduk Indonesia yang mayoritas
beragama Islam yang tentunya sangat menghendaki diterapkannya prinsip-prinsip
syariat Islam dalam berbagai transaksi atau muamalat untuk memenuhi segala
kebutuhannya.
Seperti kita ketahui, emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia. Emas juga mempuyai manfaat emosial untuk dinikmati
keindahannya. Sudah Ada kesepakatan budaya secara global bahwa emas adalah
logam mulia dengan nilai estetis yang tinggi. Nilai keindahannya berpadu dengan
harganya yang menarik sehingga jadilah emas sebagai sarana untuk mengekspresi
diri, emas telah menjadi simbol status di berbagai sub-kultur di Indonesia.
Ada salah satu produk investasi yang ditawarkan oleh pegadaian syariah, yaitu
MULIA (Murabahah Emas Logam Mulia Investasi Abadi), sejak 2008. Yaitu
pegadaian memfasilitasi jual beli emas batangan. Bisa dengan cara cash ataupun
credit/dicicil dengan maksimal 36 bulan.Logam Mulia atau emas mempunyai
berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis
4
yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman
secara riil.2
Sebuah penelitian tidak terlepas dari permasalahan sehingga perlu kiranya
masalah tersebut untuk diteliti, dianalisis dan dipecahkan.Dari latar belakang yang
telah dipaparkan, maka diperlukan suatu kajian mendalam untuk mengetahui
bagaimana minat masyarakat terhadap pembelian emas pada pegadaian syariah. Maka
penulis mencoba mencari data emas yang terjual di Cinere dan mencari informasi dari
beberapa orang nasabah untuk menelitinya dalam sebuah skripsi yang berjudul:
“Minat Masyarakat Terhadap Jual Beli Emas Pada Pegadaian Syariah. (studi
penelitian pada Pegadaian Syariah cabang Cinere”.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah yang akan penulis rumuskan dalam beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Seberapa besar minat nasabah terhadap jual beli emas di pegadaian syariah?
b. Apakah pengetahuan nasabah tentang produk MULIA dapat mempengaruhi
nasabah tersebut untuk membeli emas dipegadaian syariah?
2www.pegadaiansyariah.co.id. Diakses tanggal 4 maret 2010.
5
2. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas, maka penulis
memfokuskan dan membatasi masalah pada bagaimana minat nasabah, khususnya
nasabah pegadaian Cinere terhadap pembelian emas pada pegadaian syariah serta
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah terhadap jual beli emas pada
pegadaian syariah tersebut, serta ketentuan apa yang dijadikan standar penjualan
emas dalam Pegadaian Syariah.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penulisan skripsi dengan tema diatas antara lain:
1. Untuk mengetahui minat masyarakat terhadap penjualan emas di pegadaian
syariah
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi masyarakat tersebut
dalam pembelian emas di pegadaian syariah tersebut.
3. Untuk mengetahui ketentuan apa yang dijadikan standar penjualan emas dalam
pegadaian syariah.
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Akademisi
Sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan mengenai produk
pegadaian syariah yang dipelajari dalam perkuliahan dan dapat di terapkan pada
perusahaan yang diteliti oleh penulis, Bagi pihak lain
6
Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
jual beli emas di pegadaian syariah dan dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut. Dan
semoga bermanfaat untuk memperkaya khasanah kepustakaan khususnya pada
bidang yang penulis teliti
2. Bagi Praktisi
Sebagai inovasi produk bagi lembaga Pegadaian Syariah untuk
meningkatkan pangsa pasar dan sebagai sarana pemberdayaan manusia dalam
pembangunan negara dimasa mendatang.
3. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat mengetahui tentang produk investasi emas
MULIA di Pegadaian Syariah dan tertarik untuk membeli produk tersebut.
D. REVIEW STUDI TERDAHULU
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan
kajian-kajian tedahulu. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai
fenomene yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis angkat, antara lain:
1. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelelangan Gadai Emas Pada Pegadaian
Syariah cabang Dewi Sartika Cawang – Raden Enen Rosana Manggung
(FSH/Muamalat – Perbankan Syariah, 2006)
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan Gadai syariah dalam Kajian Hukum
Islam. Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif yang menjelaskan tentang
7
pelaksanaan, Gadai Syariah (Rahn) di perusahaan Umum (Perum) pegadaian
Syariah cab. Dewi Sartika serta macam-macam barang jaminan di pegadaian
tersebut
2. Penjaminan Barang Gadai dalam Perspektif Islam dan Aplikasinya pada
Bank Syariah – Livia (FSH/ Muamalat – Perbankan Syariah, 2005)
Skripsi ini membahas tentang penjaminan barang pegadaian yang diterapkan oleh
Bank BNI syariah serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam
aplikasi Bank BNI Syariah
3. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Jaminan di Pegadaian
Syariah (Studi pada Pegadaian Syariah cabang Pondok Aren Tangerang-
Banten) – Elis Nuryani (FSH/Muamalat Perbankan Syariah, 2006).
Skripsi ini membahas tentang praktek jaminan pada pegadaian Syariah serta
tinjauan hukum Islam terhadap jaminan di pegadaian syariah. Skripsi ini juga
membahas tentang persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan hukum
Positif tentang praktek jaminan dipegadaian syariah.
Dari beberapa review studi terdahulu yang penulis amati, dapat ditarik
perbandingan bahwa skripsi tersebut diatas berbeda dengan yang penulis angkat
karena skripsi yang penulis angkat lebih menitik beratkan kepada minat nasabah
terhadap jual beli emas di pegadaian syariah serta faktor-faktor yang mempengaruhi
nasabah tersebut dalam pembelian emas pada pegadaian syariah.
8
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan sumber data
a. Data Primer
1) Observasi, dengan mengamati langsung ke tempat penelitian, yaitu
Pegadaian Syariah cabang Cinere
2) Wawancara, mewawancarai beberapa orang terkait dengan tema yang
penulis bahas.
3) Kuisioner, disebut pula angket atau self administrated quisioner adalah
teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar
pertanyaan kepada responden untuk diisi.3
b. Data Sekunder
1) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian,
dan data ini penulis peroleh dari pegadaian yang terkait.
2) Penelitian kepustakaan (library research) dari buku, artikel, karya
ilmiah ataupun dari internet yang berkaitan dengan materi skripsi ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses atau cara pengambilan data yang di
gunakan dalam penyusunan skripsi. Teknik pengumpulan data yang di gunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
3 Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. (Yogyakarta: UGM Press.2004).Cet.ke-2.Hlm.63
9
a. Metode angket (Questionary).
Metode angket ini di lakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada responden dengan menggunakan jalan mengedarkan formulir pertanyaan
untuk mendapatkan jawaban yang mendukung pertanyaan.
Tujuan pokok kuisioner adalah untuk (a) memperoleh informasi yang relevan
dengan tujuan survey, dan (b) memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas
setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam
kuisioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang
langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian tersebut.4
b. Dokumentasi (Documentary).
Merupakan penelitian dengan cara mengumpulkan catatan-catatan atau arsip-
arsip yang ada di Pegadaian yang bersangkutan, yaitu Pegadaian Syariah cabang
Cinere.
c. Wawancara (Interview).
Adalah metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara
bertanya secara langsung kepada pimpinan atau responden. Wawancara merupakan
sarana penunjang dari angket, karena wawancara merupakan salah satu bagian dari
survey yang dilakukan. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data primer serta
menggali informasi-informasi lain yang tidak dapat diperoleh melalui angket.
3. Populasi dan sampel
4 Singarimbun,Masri,Dkk. Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ES.1989). cet.kedelapan, Februari 2006.Hlm.175
10
a. Populasi
Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah
Pegadaian Syariah cabang Cinere.
b. Sampel
Sampel adalah penarikan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh
populasi.
Sebagai respondennya adalah para nasabah Pegadaian cabang cinere, dan
bentuk pengambilanya menggunakan accidental sampling (pengambilan sampel
secara kebetulan) yaitu anggota sampel yang diambil tidak direncanakan terlebih
dahulu tapi didapatkan atau dijumpai secara tiba-tiba dan jumlah sampel yang akan
diteliti sebanyak 50 responden.5
4. Teknik analisa data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara,angket, dan kepustakaan
diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data, yaitu
menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah data yang ada
diklasifikasikan lalu diadakan analisis data. Dalam hal ini data yang dikumpulkan
penulis adalah kualitatif, kemudian diolah menjadi data kuantitatif. Maka teknik yang
digunakan adalah metode analisa statistic deskriptif yang akan disajikan dalam
bentuk uraian dan tabel.
5 Sukandarrumi,MetodologiPenelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,(Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2004).hlm.63.
11
Data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan
jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa
disebut editing. Kemudian dat tersebut ditabulasi, yakni disusun kedalam bentuk tabel
dengan menggunakan statistik presentase sebagai berikut:
P = F / N x 100% P = F / N x 100%
Keterangan:
P = Besarnya persentase
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N = Jumlah responden6
F. TEKNIK PENULISAN
Tehnik penulisan skripsi ini sesuai dengan buku pedoman penulisan skripsi
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2007
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti materi yang akan dibahas,
maka penulis paparkan garis besar isi tiap-tiap bab dibawah ini:
BAB I Pendahuluan, menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka,
kerangka teori dan kerangka konsep serta sistematika penulisan. 6 Anas sarjona,Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta:PT.Grafindo Persada,1997). cet. Ke-8 hlm.40.
12
BAB II Landasan Teori, bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang
digunakan dalam pembahasan permasalahan seputar pegadaian syariah
serta jual beli dan minatnya yang mencakup definisi, dasar hukum,
akad-akad dan operasinya dan juga menjelaskan tentang emas serta
kegunaannya.
BAB III Deskripsi objek penelitian, dalam bab ini akan dipaparkan tentang
objek yang diteliti, sejarah perkembangan lembaga tersebut, profil,
visi misi, struktur organisasi dan manajemennya, serta produk dan jasa
gold counter yang dikeluarkan manajemen.
BAB IV Analisis pembahasan, bab ini mengupas tentang seberapa besar minat
nasabah terhadap jual beli emas dipegadaian syariah cabang Cinere.
Selain itu juga akan dibahas mengenai pemahaman nasabah tersebut
tentang konsep jual beli emas di pegadaian syariah.
BAB V Penutup, bab terakhir merupakan kesimpulan serta saran yang dapat
diambil dari hasil penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan terutama pihak perusahaan dalam mengukur
kemampuan dirinya memasarkan produk pegadaian dengan konsep
syariah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat
1. Pengertian Minat
minat merupakan perangkat mental yang menggerakkan individu dalam
memilih sesuatu. Timbulnya minat terhadap suatu objek ini ditandai dengan adanya
rasa senang atau tertarik. Jadi boleh dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu
maka seseorang tersebut akan merasa senang atau tertarik terhadap objek yang
diminati tersebut.1
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Masyarakat
Minat beli dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara
lain:
1. Faktor psikis yang merupakan faktor pendorong dari dalam diri konsumen,
yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap
2. Selain itu faktor sosial yang merupakan proses dimana perilaku seseorang
dipengaruhi oleh keluarga, status sosial dan kelompok acuan, kemudian
pemberdayaan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan juga
distribusi
1 Kutipan skripsi “Survei Minat siswa Terhadap Pelajaran pendidikan Jasmani pada SD Negeri Temanggal Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2007” oleh: Wahyudati
13
14
Perilaku konsumen pasca pembelian sangat penting bagi perusahaan. Perilaku
konsumen dapat mempengaruhi ucapan-ucapan mereka kepada pihak lain tentang
produk perusahaan. Bagi semua perusahaan baik yang menjual produk maupun jasa,
perilaku konsumen pasca pembelian akan mempengaruhi minat konsumen untuk
membeli lagi produk atau jasa perusahaan tersebut. Ada kemungkinan konsumen
tidak akan membeli produk atau jasa perusahaan lagi setelah merasakan
ketidaksesuaian kualitas produk atau jasa yang didapatkan dengan keinginan atau apa
yang digambarkan sebelumnya.2
B. Jual Beli
1. Definisi Jual Beli
Secara bahasa al-bai’ (menjual) berarti “mempertukarkan sesuatu dengan
sesuatu”. Ia merupakan sebuah nama yang mencakup pengertian terhadap
kebalikannya yakni al-Syira (membeli). Demikianlah al-bai’ sering diterjemahkan
dengan jual-beli.
Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta. Sedangkan,
secara terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain dengan fasilitas dan
kenikmatan3
2 http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-dan-perilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm. Diakses tanggal 24 september 2010. 3 http://warnetdipo.blogspot.com/2009/01/pengertian-jual-beli.htm. Diakses tanggal 13 juli 2010.
15
Pengertian al-bai’ secara istilah, para fuqaha menyampaikan definisi berbeda-
beda antara lain, sebagai berikut:
a. Menurut Fuqaha Hanafiyah:
Al-bai’ adalah: “Menukarkan harta dengan harta melalui tata cara tertentu, atau
mempertukarkan sesuatu yang disenangi dengan sesuatu yang lain melalui tata
cara tertentu yang dapat dipahami sebagai al-bai’,seperti melalui ijab dan ta’athi
(saling menyerahkan)”.
b. Kemudian Imam Nawawi dalam al-Majmu’ menyampaikan definisi sebagai
berikut:
Al-bai’ adalah: “Mempertukarkan harta dengan harta untuk tujuan pe-milikan”.
c. Sedangkan Ibnu Qudamah menyampaikan definisi sebagai berikut:
Al-bai’ adalah: “Mempertukarkan harta dengan harta dengan tujuan pemilikan
dan penyerahan milik”
Dari definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jual beli adalah
suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.4
4 Widjaja Gunawan,kartini,Muljadi.Jual Beli, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004),Cet.2, hlm.7
16
2. Rukun dan syarat Jual Beli
Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab qabul), orang-orang yang berakad
(penjual dan pembeli) dan ma’kud alaih (objek akad).5
Rukun jual-beli menurut fuqaha Hanafiyah adalah ijab dan qabul yang menunjuk
kepada saling menukarkan, atau dalam bentuk lain yang dapat menggantikannya.
Sedangkan menurut jumhur fuqaha rukun jual beli ada empat: pihak penjual, pihak
pembeli, shighat jual beli dan objek jual-beli6
a. Syarat Jual-Beli Menurut Mazhab Hanafiyah
Menurut ulama Hanfiyah terdapat empat macam syarat yang harus terpenuhi
dalam jual beli, antara lain:
(1) Syarat in’aqad,
(2) Syarat Shihhah,
(3) Syarat Nafadz
(4) Syarat Luzum.
5 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007), hlm.70 6 Gufron A.Mas’adi A, Fiqh Muamalah Konstektual, .(Jakarta: PT.Grafindo Persada,2002)Ed.1.,Cet.1,hlm.121
17
Adapun Syarat in ‘Aqad terdiri dari:
1. Yang berkenaan dengan ‘aqid: harus cakap bertindak hukum.
2. Yang berkenaan dengan akadnya sendiri: (a) adanya persesuaian antara ijab
dan qabul, (b) Berlangsung dalam majlis akad.
3. Yang berkenaan dengan objek jual-beli: (a) barangnya ada, (b) berupa mal
mutaqawwin, (c) Milik sendiri, dan (d) dapat diserahterimakan ketika akad
Kemudian Syarat Shihah
Syarat shihah yang bersifat umum adalah: bahwasanya jual-beli tersebut tidak
mengandung salah satu dari enam unsur yang merusaknya,yakni: jihalah
(ketidakjelasan), ikrah (paksaan), tauqit (pembatasan waktu), gharar (tipu-daya),
dhatar (aniaya) dan persyaratan yang merugikan pihak lain.
Adapun syarat shihah yang bersifat khusus adalah: (a) penyerahan dalam hal
jual beli benda bergerak, (b) kejelasan mengenai harga pokok dalam hal al-bai’ al-
murabahah,(c) terpenuhi sejumlah kriteria dalam hal bai’ ul salam, (d) tidak
mengandung unsur riba dalam jual beli harta ribawi.
Untuk Syarat Nafadz
Syarat Nafadz ada dua: (a) adanya unsure milkiyah atau wilayah,(b) Bendanya
yang diperjual belikan tidak mengandung hak orang lain.
18
Sedangkan Syarat Luzum
Yakni tidak adanya hak khiyar yang memberikan pilihan kepada masing-
masing pihak antara membatalkan atau meneruskan jual beli.
b. Syarat Jual-Beli Menurut Mazhab Malikiyah7
Fuqaha Malikiyah merumuskan tiga macam syarat jual-beli: berkaitan dengan
aqid, berkaitan dengan sighat dan syarat yang berkaitan dengan objek jual-beli.
Syarat yang berkaitan dengan aqid: (a) mumayyiz,(b) cakap hukum,(c)
berakal sehat, (d) pemilik barang.
Syarat yang berkaitan dengan sighat: (a) dilaksanakan dalam satu majlis, (b)
antara ijab dan qabul tidak terputus.
Syarat yang berkaitan dengan objeknya: (a) tidak dilarang oleh syara’, (b)
suci, (c) bermanfaat, (d)diketahui oleh ‘aqid, (e) dapat diserahterimakan
c. Syarat jual-beli Menurut mazhab Syafi’iyah8
Syarat yang berkaitan dengan ‘Aqid: (a) al-rusyd, yakni baligh, berakal, dan
cakap hukum, (b) tidak dipaksa,(c) Islam,dalam hal jual beli Mushaf dan kitab
hadis,(d) tidak kafir harbi dalam hal jual beli peralatan perang.
7 Ibid hlm.123 8 Ibid,hlm.124
19
Fuqaha Syafi’iyah mengelompokkan persyaratan yang berkaitan dengan ijab-
qabul dan yang berkaitan dengan objek jual-beli.
Pertama adalah syarat yang berkaitan dengan ijab-qabul atau shighat akad:
1. Berupa percakapan dua pihak
2. Pihak pertama menyatakan barang dan harganya
3. Qabul dinyatakan oleh pihak kedua
4. Antara ijab dan qabul tidak terputus dengan percakapan lain
5. Kalimat qabul tidak berubah dengan qabul yang baru
6. Terdapat kesesuaian antara ijab dan qabul
7. Shighat akad tidak digantungkan dengan sesuatu yang lain
8. Tidak dibatasi dalam periode waktu tertentu
Kedua adalah syarat yang berkaitan dengan objek jual-beli:
1. Harus suci
2. Dapat diserahterimakan
3. Dapat dimanfaatkan secara syara’
4. Hak milik sendiri atau milik orang lain dengan kuasa atasnya
20
5. Berupa materi dan sifat-sifatnya dapat dinyatakan secara jelas.
d. Syarat Jual-Beli menurut Mazhab Hanabilah9
Fuqaha Hanabilah merumuskan dua kategori persyaratan: yang berkaitan
dengan’aqid (para pihak) dan yang berkaitan dengan shighat dan yang berkaitan
dengan jual-beli.
a. Syarat yang berkaitan dengan para pihak:
1. Baligh dan berakal sehat kecuali dalam jual-beli barang-barang yang ringan
2. Ada kerelaan
b. Adapun Syarat yang berkaitan dengan shighat:
1. Berlangsung dalam satu majlis
2. Antara ijab dan Kabul tidak terputus
3. Akadnya tidak dibatasi dengan periode waktu tertentu
c. Kemudian Syarat yang berkaitan dengan objek:
1. Berupa mal (harta)
2. Harta tersebut milik para pihak
3. Dapat diserahterimakan
9 Ibid,hlm 125
21
4. Dinyatakan secara jelas oleh para pihak
5. Harga dinyatakan secara jelas
6. Tidak ada halangan syara.
3. Jual Beli Bathil dan fasid
Apakah suatu akad jual beli secara syara’ sah atau tidak sah tergantung pada
pemenuhan syarat dan rukunnya. Dari sudut pandangan ini jumhur fuqaha membagi
hukum jual beli menjadi dua: (1) shahih, (2) ghairu shahih. Jual beli yang memenuhi
syarat dan rukunnya adalah shahih, sedangkan jual beli yang tidak memenuhi syarat
dan rukunnya adalah ghairu shahih.
Fuqaha Hanafiyah membedakan akad jual-beli menjadi tiga: (1) shahih, (2)
bathil, (3) fasid. Demikianlah mereka membedakan ghairu shahih menjadi dua, yakni
bathil dan fasid. Menurut fuqaha Hanafiyah jual beli yang bathil adalah jual beli yang
tidak memenuhi rukun dan tidak diperkenankan oleh syara’. Jual beli bathil ini sama
sekali tidak menimbulkan akibat hukum peralihan hak milik dan tidak menimbulkan
hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sedangkan jual beli fasid menurut mereka
adalah jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun terdapat
sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya.
22
4. Pembagian macam-macam Jual-Beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual
beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum,
dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli10
Dari aspek objeknya jual-beli dibedakan menjadi empat macam:11
a. Bai’ al-Muqayadhah, atau bai’ al-ain bil’ain, yakni jual-beli barang dengan
barang yang lazim disebut jual beli barter, seperti menjual hewan dengan
gandum
b. Bai’ al-Muthlaq, atau bai’al-‘ain bil-dain, yakni jual beli barang dengan
barang lain secara tangguh atau menjual barang dengan tsaman secara mutlaq,
seperti dirham, rupiah, atau dolar.
c. Bai’ al-sharf atau bai’ al-dain bil dain, yakni menjual belikan tsaman (alat
pembayaran) dengan tsaman lainnya, seperti dinar, dirham, dolar, atau alat-
alat pembayaran lainnya yang berlaku secara umum.
d. Bai’al-salam, atau bai’ al-dain bil-‘ain. Dalam hal ini barang yang diakadkan
bukan berfungsi sebagai mabi’ melainkan berupa dain (tanggungan)
sedangkan uang yang dibayarkan sebagai tsaman, bisa jadi berupa ‘ain dan
10 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007), hlm.75 11 Gufron ,A.Mas’adi .Fiqh Muamalah Konstektual, .(Jakarta: PT.Grafindo Persada,2002)Ed.1.,Cet.1,hlm.141
23
bisa jadi berupa dain namun harus diserahkan sebelum keduanya
berpisah.oleh karena itu tsaman dalam akad salam berlaku sebagai ‘ain.
C. Tentang Pegadaian Syariah
1. Pengertian Gadai
Gadai menurut kamus istilah fiqih adalah suatu akad (perjanjian) utang
piutang (uang) dengan jaminan suatu barang sebagai penguat (jaminan) kepercayaan
utang piutang tersebut. Nilai barang yang digadaikan lebih rendah dari yang
semestinya, sehingga apabila hutamg itu tidak terbayar, maka barangnya bisa
dijadikan sebagai tebusannya12
Gadai dalam bahasa arab disebut Ar-rahn. Secara etimologi, Ar-rahn adalah
tetap dan lestari, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: Penahanan. Seperti juga
dikatakan Ni’matun Rahinah, artinya: karunia yang tetap dan lestari.
Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan.Akad al-rahn
dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan/agunan.13
Ulama mandefinisikannya dengan: Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai
jaminan hutang yang bersifat mengikat. Adapun yang dijadikan barang agunan bukan
saja bersifat materi, tetapi juga yang bersifat manfaat. Benda yang dijadikan barang
12 M.Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafi’ah AM. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1994) Cet.1 13 AH Azharudin Lathief,fiqh muamalat, UIN Jakarta press,Jakarta 2005, hlm.154
24
jaminan (agunan) tidak harus diserahkan secara aktual, tetapi boleh juga
penyerahannya secara hukum.
Ada beberapa definisi Al-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh sebagai
berikut:
Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: menjadikan sesuatu
(barang)sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai
pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian.
Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan:
menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar
utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utang itu.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan
jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat yang
sebagaimana dikemukakan ulama malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila
dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu,
hak pemberi piutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang
berutang tidak mampu melunasi utangnya.
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad Al-Rahn dibolehkan dalam Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan sunah rasul. Dalam surat Al-Baqarah, 2:283 Mereka
sepakat menyatakan bahwa al-rahn boleh dilakukan dalam perjalanan ataupun tidak,
asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh
25
pemberi piutang. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang terkandung
didalamnya dalam rangka hubungan antar sesama manusia.
2. Sejarah Pegadaian Syariah
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal
kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP/10 menegaskan misi
yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak
berubah hingga terbitnya PP/103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan
usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa
operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang
Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan
bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah
SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian
unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang
menangani kegiatan usaha syariah.14
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam.
Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang
Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi
di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit
14 ulgs.tripod.com “Artikel Ari Agung Nugraha” diakses tanggal 13 juli 2010
26
bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai
konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit
Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003.
Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta,
dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang
sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian
Syariah.15
3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep
pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran
dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah :
a. Al-Quran Surat Al Baqarah : 283
⌧ ⌧ ⌦
⌧ ☺
☺
☺ ⌦
☺ ☺
15 Ibid
27
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
b. Hadist
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a.berkata:
األعمش عن إبراهيم عن األسود عن عائشة رضي اهللا عنها أن نعإشترى من يهود طعاما إلى أجل ورهنه : النبي صلى اهللا عليه وسلم
)رواه البخارى(درعه ”Dari A’masy, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Aisyah RA.Bahwa nabi Muhammad SAW membeli makanan dari orang yahudi dengan cara ditangguhkan pembayarannya kemudian Nabi menggadaikan baju besinya.16
Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa agama Islam tidak membeda-bedakan
antara orang muslim dan orang non-muslimdalam bidang muamalah, maka seorang
muslim tetap wajib membayar utangnya sekalipun kepada non-muslim.17
16 Al-Imam Al-Hafidh Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut,Maktabah Ashriyah,1997),jilid 2,hlm.643. 17 Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah.(PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta 2007).
28
Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ketentuan Umum :18
1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)
sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun
tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak
mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan marhun, yaitu:
a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera
melunasi utangnya.
18 Ibid, hlm. 187
29
b. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual
paksa/dieksekusi.
c. Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi
kewajiban rahin.
b. Ketentuan Penutup19
1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai
mana mestinya.
4. Mekanisme Pegadaian Syariah
Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian
konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional , Pegadaian Syariah juga
19 Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.191
30
menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk
memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan
bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat
diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja).
Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah
uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.20 Di samping
beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari teknik transaksi; dan
pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri yang implementasinya sangat
berbeda dengan Pegadaian konvensional. Lebih jauh tentang aspek tersebut, akan
dipaparkan dalam uraian berikut:21
a. Teknik Transaksi
Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah
yaitu:22
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas utang nasabah.
20 Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.185 21 ulgs.tripod.com “Artikel Ari Agung Nugraha” diakses tanggal 13 juli 2010 22 Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.191
31
2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk
menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah
melakukan akad.
Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat
yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan
dari uang pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang
hanya sebagai ‘lipstick’ yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan
barangnya di Pegadaian.
Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi:
1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin
mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.
2. Marhun Bih (Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan
kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut.
Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu.
3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang
dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh dari rahin,
tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun
manfaatnya.
32
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta
jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.
5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,biaya
penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi.
Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya
cukup menyerahkan harta geraknya (emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk
dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan
menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai
patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang
pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai
intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Maksimum
uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang.23
Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian syariah dan nasabah melakukan akad
dengan kesepakatan:24
1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama
maksimum empat bulan .
23 ulgs.tripod.com “Artikel Ari Agung Nugraha” diakses tanggal 13 juli 2010 24 Ibid.
33
2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp.90,- (sembilan puluh
rupiah) dari kelipatan taksiran Rp.10.000,- per 10 hari yang dibayar
bersamaan pada saat melunasi pinjaman.
3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada
saat pencairan uang pinjaman.
Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk:25
1. melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka
waktu empat bulan,
2. mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan
yang sudah berjalan ditambah bea administrasi,
3. atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh
tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya.
Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa
simpan, maka Pegadaian Syariah melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara
dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak
merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan
selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun
ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan
menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.
25 Ibid.
34
b. Pendanaan
Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja,
pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang
benar-benar terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini seluruh kegiatan pegadaian
syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari
modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pegadaaian telah melakukan kerjasama dengan lembaga
keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.26
Dari uraian diatas dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik
transaksi pegadaian syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu
1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang
disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman
2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian: hutang piutang
dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum
konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir,
sehingga pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang
26 Ibid
35
jaminan atau dengan kata lain melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan
pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan
untuk membenarkan penarikan bea jasa simpan.
5. Manfaat Gadai
Para ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa barang yang dijadikan barang
jaminan tidak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa menghasilkan sama sekali, karena
tindakan itu termasuk tindakan yang menyia-nyiakan harta yang dilarang Rasulullah
saw. Akan tetapi, bolehkah pihak pemegang barang jaminan memanfaatkan barang
jaminan itu, sekalipun mendapat izin dari pemilik barang jaminan? Dalam hal ini
terjadi perbedaan pemdapat para ulama.27
a. Pendapat Ulama Syafi’iyah
على , صاحب الحق فى منفعة المرهون الراهن هو: الشافعية قالواأن المرهون يكون تحت يد المرتهن وال ترفع يده عند اإلنتفاع
فترد العين المرهونة للراهن مدة اإلنتفاع إن لم يكن, بالمرهونثم إذا لم يأتمن على إعادة . إشتثمارها وهي تحت يد المرتهن
.المرهون إليه يشهد عليهArtinya: “Manfaat yang diperoleh dari barang gadaian atau mengambil manfaat
dengan barang gadaian, semuanya hak yang menggadaikan, walaupun barang gadaian itu dibawah tangan yang menerima gadai. Maka ketika diambil manfaat dari barang itu, dikembalikan dahulu kepada yang
27Harun, Nasrun. Fiqh Muamalah.(Gaya Media Pratama ,Jakarta 2007).Hm.256.
36
menggadaikan, terkecuali kalau mungkin dihasilkan manfaatnya dibawah tangan yang menerima gadai. Jika yang menerima gadai tidak percaya akan dikembalikan lagi barang itu kepadanya, hendaklah diadakan saksi ketika dikembalikan sebentar itu.”28
Ulama Syafi’iyah berpendapat, sekalipun pemilik barang itu mengizinkannya,
pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan barang jaminan itu. Karena
apabila barang jaminan itu dimanfaatkan, maka hasil pemanfaatan itu merupakan riba
yang dilarang syara’, sekalipun diizinkan dan di ridai pemilik barang. Bahkan
menurut mereka, rida dan izin dalam hal ini lebih cenderung dalam keadaan terpaksa,
karena khawatir tidak akan mendapatkan uang yang akan dipinjam itu.29
a. Pendapat Ulama Mazhab Imam Malik
Ulama Mazhab Imam Malik berpendapat bahwa penerima gadai tidak boleh
menerima gadai, jika gadai itu terjadi disebabkan oleh qardh (hutang piutang).
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fiqh al Mu’amalat ‘ala Madzhab Imam Malik:
وال يجوز شرط منفعة فى قرض ألنه يؤدى إلى سلف جر نفعا وهو غير جائز
28 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al Fiqh ‘Ala Mazahib Al Arabaah, (Beirut: Daar al Ihya al Turats al Arabi, 1991), Jilid 3,hlm.187 29 Harun, Nasrun. Fiqh Muamalah.(Gaya Media Pratama ,Jakarta 2007).Hlm.257.
37
Artinya: “Tidak boleh mensyaratkan pengambilan manfaat pada gadai qardh (hutang), karena akan menyebabkan pinjaman yang menarik manfaat, dan perbuatan seperti itu tidak boleh (dilarang)”.30
Mereka juga berpendapat bahwa penerima gadai boleh memanfaatkan barang
gadai dengan syarat-syarat tertentu, mereka mengemukakan tiga syarat, yaitu:
1) Bahwa pinjaman itu dibayarkan tidak atas sifat qardh, tetapi untuk urusan dagang
Contohnya: Seorang menjual sebidang tanah kepada seseorang dengan harga yang
akan dibayar dalam batas waktu tertentu dan menerima suatu tanggungan untuk
harga tanah tersebut, (ini dianggap sebagai suatu pinjaman).
2) Bahwa faedah atau kegunaan itu dijadikan syarat sewaktu pinjaman dilakukan
dengan pemegang gadai.
3) Waktu atau kegunaan yang demikian telah ditetapkan dengan jelas.31
b. Pendapat Ulama Mazhab Imam Ahmad bin Hanbal
30 Hasan Kamil Al Mathluwi, Fiqh al Muamalat ‘ala Mazhab al Imam Malik, (Kairo: al-Majli al-A’la li asy-Syu’un al-Islamiyah,tth). Hlm.157 31 Teungku Muhammad Hasbi As Siddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,1997) Cet.Ke-1, hlm.371
38
Ulama Mazhab Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan:
المرهون إما يكون حيوانا يرآب أو يكون غير حيوان فإن آان ولبنه بغير إذن الراهن محلوبا أو مرآوبا فللمرتهن أن ينتفع برآوبه
.وعليه أن يتجرى العدل فى ذلك, نظير اإلنفاق عليه
Artinya: “barang gadaian dapat berupa hewan yang dapat ditunggangi atau dapat diperah susunya atau bukan berupa hewan, apabila barang berupa hewan tunggangan atau perahan maka penerima gadai boleh memanfaatkan dengan menunggang atau memerah susunya tanpa seizing dari pemiliknya (pemberi gadai) berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan penerima gadai. Dan penerima gadai harus memanfaatkan barang gadaian dengan adil (sesuai dengan biaya yang dikeluarkan)”.32
Ulama Mazhab Hanbali juga membolehkan penerima gadai untuk
memanfaatkan hewan yang tidak ditunggangi dan dan tidak diperah susunya dengan
seizing pemberi gadai, tanpa adanya penggantian dengan ketentuan akad gadai bukan
qardh. Tetapi jika akad tersebut berdasarkan qardh, maka penerima gadai dilarang
memanfaatkan barang itu walaupun seizin pemberi gadai.
c. Pendapat Ulama Mazhab Imam Abu Hanifah
Ulama Mazhab Hanafi mengatakan:
32 Al-Imam Al-Hafidh Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, shahih Bukhari, (Beirut, Makhtabah Ashiriyah,1997), jilid 2, hlm. 757.
39
راهن أن ينتفع بالمرهون بأي وجه من الوجوه إال بإذن ال يجوز لل .المرتهن
Artinya: “Tidak boleh bagi pemberi gadai untuk memanfaatkan barang gadaian dengan cara bagaimanapun kecuali atas seizing penerima gadai”.
Adapun Ulama Hanafiyah mengatakan apabila barang jaminan itu hewan
ternak, maka pihak pemberi piutang (pemegang barang jaminan) boleh
memanfaatkan hewan itu apabila mendapat izin dari pemilik barang.33
Dari pendapat para ulama fiqh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perbedaan pendapat yang terjadi disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap
hadist Nabi saw.
Nasrun Harun menyatakan pendapatnya pada bukunya yang berjudul Fiqh
Muamalah. Beliau menyatakan bahwa Ar-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh
klasik hanya bersifat pribadi. Artinya, utang piutang itu hanya terjadi antara seorang
yang memerlukan dengan seorang yang memiliki kelebihan harta. Di zaman
sekarang, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi, ar-rahn tidak saja
berlaku antar pribadi, melainkan juga antara pribadi dengan lembaga-lembaga
keuangan, seperti bank. Untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan, pihak
33 Harun, Nasrun. Fiqh Muamalah.(Gaya Media Pratama ,Jakarta 2007).Hlm.258
40
bank juga menuntut barang jaminan yang boleh dipegang bank sebagai jaminan atas
kredit itu. Barang jaminan ini, dalam istilah bank disebut dengan Personal
Guarantee.Personal Guarantee ini sejalan dengan al-Marhun yang berlaku dalam
akad Ar-Rahn. Yang dibicarakan para ulama klasik. Perbedaannya hanya terletak
pada pembayaran hutang yang ditentukan oleh bank. Kredit di bank, biasanya harus
dibayar sekaligus dengan bunga uang yang ditentukan oleh bank. Oleh sebab itu,
jumlah uang yang harus dibayar orang yang berutang akan lebih besar dari uang yang
dipinjam dari bank. Dengan demikian, Mustafa az-Zarqa, persoalan utang (bunga
bank) yang berlaku di bank yang mewajibkan adanya personal guarantee, terkait
dengan penambahan utang. Persoalan ini, oleh ulama fiqh, dibahas dalam persoalan
riba, yaitu apakah bunga sebagai tambahan utang di bank itu termasuk riba atau tidak.
BAB III
DESKRIPSI DAN OBYEK PENELITIAN
A. Kegiatan Usaha Perum Pegadaian
Sesuai dengan PP/103 tahun 2000 pasal 8, Perum Pegadaian melakukan
kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai
serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan
fidusia, layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia dan batu adi, toko emas, industri
emas dan usaha lainnya. Sejalan dengan kegiatannya, Pegadaian mengemban misi
untuk:1
a. turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke
bawah
b. menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak
wajar lainnya.
Kegiatan usaha Pegadaian dijalankan oleh lebih dari 730 Kantor Cabang
PERUM Pegadaian yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor Cabang tersebut
dikoordinasi oleh 14 Kantor Wilayah yang membawahi 26 sampai 75 kantor Cabang.
Perum Pegadaian secara Nasional berada di bawah kepemimpinan Direksi
1 Rodoni,Ahmad.Investasi Syariah.(Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2009),hlm.191
41
42
B. Sasaran dan Strategi Perum Pegadaian
Sasaran Perum Pegadaian2
1. Pertumbuhan Omzet Kredit sebesar 60%
2. Pertumbuhan jumlah nasabah minimal sebesar 15%
3. Pertumbuhan jumlah outlet sebanyak 1500 unit
4. Kinerja keuangan SEHAT, dengan laporan keuangan Wajar tanpa
pengecualian serta rating perusahaan minimal AA
5. Pertumbuhan laba sebelum pajak minimal meningkat 40%
Strategi Perum Pegadaian3
1. Akselerasi pertumbuhan kredit melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pasar
2. Mengambangkan produk baru dan meningkatkan kualitas/feature produk
sesuai kebutuhan pasar
3. Membangun strategi pemasaran yang efektif dan terintegrasi untuk seluruh
produk atau layanan
4. Membangun layanan prima melalui program “Pegadaian Kerabat Menggapai
Cita “ dan revitalisasi budaya perusahaan INTAN
2 www.pegadaian.co.id. Diakses tanggal 4 Maret 2010 3 Ibid
43
5. Mengelola potensi sumber daya yang efektif dan produktif serta berkualitas
6. Membangun dan mengembangkan Teknologi Informasi serta modernisasi
sarana dan prasarana
7. Melakukan Aliansi strategis dengan BUMN dan atau lembaga lainnya
8. Melaksanakan Pemerseroan.
C. Produk dan Jasa Pegadaian Syariah4
1. MULIA (Murabahah Emas Logam Mulia Investasi Abadi).
Yaitu pegadaian memfasilitasi jual beli emas batangan, bisa dengan cara
cash maupun kredit/dicicil dengan maksimal 36 bulan.
2. AR-RAHN
Yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsi-prinsip Syariah,
dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan Ijaroh (biaya
jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan). Pegadaian Syariah
menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah, untuk solusi pendanaan
yang Cepat, Praktis, dan Menentramkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan agunan berupa emas perhiasan, berlian, elektronik dan
kendaraan bermotor.
4 Ibid
44
3. ARRUM (AR-RAHN untuk Usaha Mikro Kecil)
Yaitu pembiayaan untuk usaha mikro kecil. dan pengembaliannya secara
angsuran dengan menggunakan jaminan BPKB motor/mobil.
4. KUCICA (KIRIMAN UANG CARA INSTAN, CEPAT, DAN AMAN)
Yaitu suatu produk pengiriman uang dalam dan luar negeri yang
bekerjasama dengan Western Union.
5. JASA TAKSIRAN
Yaitu Pemberian pelayanan kepada masyarakatyang ingin mengetahui
seberapa besar nilai sesungguhnya dari barang yang dimiliki seperti emas,
berlian, batu permata dan lainnya. Biaya dikenakan 1% dari harga taksiran.
45
D. Struktur Organisasi
DIVISI LITBANG & PEMASARAN
DIREKTUR KEUANGAN
Budiyanto
KANTOR WILAYAH SEKRETARIS PERUSAHAAN
KEPALA SPI
DIVISI SDM
DIVISI DIKLAT
DIVISI LOGISTIK
DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI
DIVISI MANAJEMEN RESIKO
DIVISI TRESURI
DIVISI AKUNTANSI
DIVISI USAHA LAIN
DIVISI SYARIAH
DIVISI USAHA GADAI
DIREKTUR UMUM DAN SDM
Sumanto Hadi
DIREKTUR PENGEMBANGAN USAHA
Wasis Djuhar
DIREKTUR OPERASI
Moch.Edy Prayitno
DIREKTUR UTAMA
Chandra Purnama
DEWAN PENGAWAS
Bambang Prajitno,Raksaka mahi,Ketut Sethyon, Djoko Hendratto dan Wiranto
KANTOR CABANG GADAI
KANTOR CABANG SYARIAH
46
E. Tentang Produk MULIA ( Murabahah Logam Mulia untuk
Investasi Abadi )
Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis
investasi yang nilainya stabil, likuid dan aman secara riil.
Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) adalah penjualan
logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan agunan dengan
jangka waktu fleksibel
Akad Murabahah Logam Mulia untuk investasi abadi adalah persetujuan atau
kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dan nasabah atas sejumlah
pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan biaya-biaya yang disepakati.
Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia:5
1. Jembatan mewujudkan niat mulia untuk:
- Menabung Logam Mulia untuk ibadah Haji
- Mempersiapkan pendidikan anak dimasa mendatang
- Memiliki tempat tinggal dan kendaraan
2. Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio asset
3. Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana yang
mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan usaha, atau
menyehatkan cashflow keuangan bisnis dan lain-lain.
5 Brosur Pegadaian Syariah tentang produk MULIA
47
4. Tersedia pilihan logam Mulia dengan berat 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram,
100 gram dan 1 kilo gram.
F. Mekanisme dan Prosedur produk MULIA
Persyaratan MULIA
1. Menyerahkan foto copy KTP/Identitas resmi lainnya
2. Mengisi formulir aplikasi MULIA
3. Menyerahkan uang muka
4. Menandatangani Akad Mulia6
Simulasi Pembelian MULIA
Nasabah membeli 1 (satu) keping Logam Mulia (LM) seberat 25 gram dengan kadar
99.99% (asumsi harga 25 gram = Rp.7.813.500.), maka:
• Pembelian Tunai:
Harga + Margin + Administrasi
= Rp.7.813.500 +( 7.813.500 x 3% ) + Rp.50.000
= Rp.7.813.500 + Rp.234.405 + Rp.50.000
= Rp.8.097.905
6 Brosur Pegadaian Syariah tentang produk MULIA
48
• Pembelian Angsuran 6 Bulan:
Harga + % Margin + Administrasi
= 7.813.500 + ( 6% x 7.813.500 )
= 7.813.500 + Rp. 468.810 = Rp.8.282.310
Uang Muka 25% = Rp. 2.070.578
Administrasi = Rp. 50.000
______________+
Pembayaran Awal = Rp.2.120.578
Sisa = Rp. 8.282.310 – Rp. 2.070.578
= Rp. 6.211.732
Angsuran /Bulan = Rp.6.211.732 : 6
= Rp. 1.035.289/Bulan.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Tabel 4.1 Deskripsi Persentase jawaban Responden tentang jenis
kelamin
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Pria 17 34,0 34,0 34,0 Wanita 33 66,0 66,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi atau jumlah responden
dengan jenis kelamin pria sebanyak 17 responden dengan persentase sebesar 34,0%.
Sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin wanita sebanyak 33 responden
dengan persentase sebesar 66,0%.
Tabel 4.2 Deskripsi Presentase jawaban responden tentang agama yang
dianut
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Islam 50 100,0 100,0 100,0
49
50
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi atau jumlah responden
seluruhnya, yaitu sebanyak 50 nasabah beragama Islam dengan persentase sebesar
100%
Tabel 4.3 Deskripsi persentase jawaban responden tentang usia nasabah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <25 tahun 5 10,0 10,0 10,0 26-35 tahun 25 50,0 50,0 60,0 36-50 tahun 18 36,0 36,0 96,0 >51 tahun 2 4,0 4,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi dan persentase terbesar
responden yang berusia 26 – 35 tahun sebanyak 25 responden dengan persentase
sebesar 50%, usia 36 -50 tahun sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar
18%,usia <25 tahun sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 10%,dan usia
>51 tahun sebanyak 2 responden dengan persentase sebesar 2%.
Tabel 4.4 Deskripsi persentase jawaban responden tentang pendidikan
terakhir nasabah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid SMU 22 44,0 44,0 44,0 DIPLOMA 4 8,0 8,0 52,0 SARJANA/S1 22 44,0 44,0 96,0 MAGISTER/S2 2 4,0 4,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
51
Berdasarkan pendidikan terakhir responden, persentase terbesar adalah
pendidikan SMU dan Sarjana/S1,yaitu sebanyak 22 responden dengan persentase
sebesar 44%, lulusan Diploma sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 8%,
dan lulusan Magister/S2 sebanyak 2 responden dengan persentase sebesar 4%.
Tabel 4.5 Deskripsi persentase jawaban responden tentang pekerjaan
nasabah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Pegawai Negeri Sipil
( PNS ) 4 8,0 8,0 8,0
Pelajar/Mahasiswa 5 10,0 10,0 18,0 Ibu Rumah Tangga 7 14,0 14,0 32,0 Pegawai Swasta 25 50,0 50,0 82,0 Wiraswasta 5 10,0 10,0 92,0 Dosen/guru 1 2,0 2,0 94,0 Pedagang 1 2,0 2,0 96,0 pensiun 2 4,0 4,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari tabel diatas terlihat bahwa setengahnya responden adalah mereka yang
penkerjaannya sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 25 responden dengan
persentase sebesar 50%,Ibu Rumah Tangga sebanyak 7 responden dengan presentase
sebesar 14%, Pelajar/Mahasiswa sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar
10%,Responden yang berwiraswasta juga berjumlah 5 responden atau 10%, untuk
responden dengan pekerjaan sebagai Dosen/Guru, masing-masing berjumlah 1
responden dengan persentase sebesar 2%, dan yang lainnya sebagai pensiunan
sebanyak 2 responden dengan persentase sebesar 4%.
52
Tabel 4.6 Deskripsi persentase jawaban responden tentang penghasilan
nasabah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <Rp.2.000.000 21 42,0 42,0 42,0 Rp.2.000.000 -
Rp.3.000.000 19 38,0 38,0 80,0
Rp.3.000.000m - Rp.4.000.000 6 12,0 12,0 92,0
Rp.4.000.000 - Rp.6.000.000 4 8,0 8,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari tabel diatas terlihat bahwa penghasilan terbesar adalah <Rp.2.000.000
yaitu sebanyak 21 responden dengan persentase sebesar 42%, penghasilan
Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000 sebanyak 19 responden dengan persentase sebesar
38%, yang berpenghasilan Rp.3.000.000 – Rp.4.000.000 sebanyak 6 responden
dengan persentase sebesar 12%, dan yang berpenghasilan Rp.4.000.000 –
Rp.6.000.000 sebanyak 4 responden dengan persentase 8%.
B. Pengetahuan Nasabah Terhadap Pegadaian Syariah
Tabel 4.7 Deskripsi persentase jawaban responden tentang berapa lama
menjadi nasabah pegadaian syariah cabang Cinere
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Dibawah 1 tahun 32 64,0 64,0 64,0 1 - 2 tahun 18 36,0 36,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
53
Dari data diatas terlihat bahwa jumlah terbesar adalah responden yang
menjadi nasabah dibawah 1 tahun yaitu sebanyak 32 responden dengan presentase
sebesar 64%, sisanya sebanyak 18 responden dengan presentase sebesar 36% telah
menjadi nasabah selama 1-2 tahun.
Tabel 4.8 Deskripsi persentase jawaban responden tentang intensitas
bertransaksi di pegadaian syariah cabang Cinere
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid sekali sebulan 22 44,0 44,0 44,0 Tidak Menentu 28 56,0 56,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa intensitas responden bertransaksi di pegadaian
syariah, lebih dari setengah responden yaitu 56% atau sebanyak 28 responden
bertransaksi dipegadaian syariah secara tidak menentu, sisanya sebanyak 22
responden dengan persentase sebesar 44% memiliki intensitas bertransaksi sekali
dalam sebulan.
Tabel 4.9 Deskripsi persentase jawaban responden tentang bagaimana
pelayanan pegadaian syariah cabang Cinere.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat memuaskan 1 2,0 2,0 2,0 Memuaskan 49 98,0 98,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
54
Dari data diatas terlihat bahwa hampir semuanya responden merasa pelayanan
pegadaian syariah adalah memuaskan,yaitu sebanyak 49 responden atau 98% dan 1
responden mengatakan sangat memuaskan dengan persentase sebesar 2%.
Tabel 4.10 Deskripsi presentase jawaban responden tentang bagaimana
bertransaksi di pegadaian syariah.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat mudah 1 2,0 2,0 2,0 Mudah 49 98,0 98,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa hampir semuanya responden merasa
bertransaksi di pegadaian syariah adalah mudah,yaitu sebanyak 49 responden atau
98% dan 1 responden mengatakan sangat mudah dengan persentase sebesar 2%.
Tabel 4.11 Deskripsi persentase jawaban responden tentang ketertarikan
nasabah terhadap produk yang ditawarkan pegadaian syariah.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat menarik 12 24,0 24,0 24,0 Menarik 38 76,0 76,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa 38 responden dengan persentase sebesar 76%
mengatakan produk pegadaian syariah menarik, sisanya 12 responden dengan
persentase sebesar 24% mengatakan produk pegadaian syariah sangat menarik.
55
C. Sikap dan perilaku nasabah dalam berinvestasi
1. Jawaban responden tentang seberapa PENTING tindakan berikut
dilakukan:
Tabel 4.12 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk barang elektronik/kendaraan.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Penting 21 42,0 42,0 42,0 Tidak Penting 29 58,0 58,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari tabel diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak
29 responden atau 58% responden merasa tidak penting berinvestasi dalam bentuk
elektronik/kendaraan, dan sebanyak 21 responden dengan persentase 42%
mengatakan penting berinvestasi dalam bentuk elektronik/kendaraan.
Tabel 4.13 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk tanah/Rumah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Sangat
penting 12 24,0 24,0 24,0
Penting 36 72,0 72,0 96,0 Tidak
Penting 2 4,0 4,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
56
Dari data diatas terlihat bahwa 36 responden dengan persentase sebesar 72%
mengatakan penting berinvestasi dalam bentuk tanah, sebanyak 12 responden atau
24% mengatakan sangat penting, dan 2 responden atau sebesar 4% responden
mengatakan tidak penting.
Tabel 4.14 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk saham.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Penting 9 18,0 18,0 18,0 Tidak
penting 41 82,0 82,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa 41 responden dengan persentase sebesar 82%
mengatakan tidak penting berinvestasi dalam bentuk saham, dan 9 responden atau
sebesar 18% responden mengatakan penting.
Tabel 4.15 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk perhiasan.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat
penting 3 6,0 6,0 6,0
Penting 40 80,0 80,0 86,0 Tidak
Penting 7 14,0 14,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa persentase terbesar responden adalah 80% atau
sebanyak 40 responden mengatakan bahwa berinvestasi dalam bentuk perhiasan
57
adalah penting, sebanyak 7 responden dengan persentase 14% mengatakan tidak
penting, dan sisanya sebanyak 3 responden dengan persentase sebesar 6%
mengatakan sangat penting.
Tabel 4.16 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk logam MULIA.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat
penting 4 8,0 8,0 8,0
Penting 28 56,0 56,0 64,0 Tidak
penting 18 36,0 36,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak
28 responden dengan persentase sebesar 56% mengatakan berinvestasi dalam bentuk
logam MULIA adalah penting, sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar
36% mengatakan tidak penting, sisanya sebanyak 4 responden dengan persentase
sebesar 8% mengatakan sangat penting.
58
2. Jawaban responden tentang bentuk investasi yang pernah dilakukan:
Tabel 4.17 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk barang elektronik/kendaraan.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak
pernah 25 50,0 50,0 50,0
sekali 24 48,0 48,0 98,0 Dua kali 1 2,0 2,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas dapat dilihat bahwa 25 responden dengan persentase sebesar
50% tidak pernah berinvestasi dalam bentuk elektronik atau kendaraan, sebanyak 24
responden dengan persentase sebesar 48% pernah berinvestasi elektronik /kendaraan
sebanyak satu kali, sisanya adalah sebanyak 1 responden atau 2% melakukan
investasi dalam bentuk elektronik /kendaraan sebanyak 2 kali.
Tabel 4.18 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk barang tanah/Rumah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah 21 42,0 42,0 42,0 sekali 29 58,0 58,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk tanah/rumah adalah sebagai berikut: sebanyak 29 responden dengan
59
persentase 58% menyatakan pernah sebanyak sekali, dan 21 responden dengan
persentase 42% menyatakan tidak pernah.
Tabel 4.19 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk saham
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah 46 92,0 92,0 92,0 Sekali 4 8,0 8,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk saham adalah sebagai berikut: sebanyak 46 responden dengan
persentase 92% menyatakan tidak pernah, dan 4 responden dengan persentase 8%
menyatakan pernah sebanyak sekali.
Tabel 4.20 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk perhiasan
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah 13 26,0 26,0 26,0 Sekali 14 28,0 28,0 54,0 Dua kali 3 6,0 6,0 60,0 Tiga kali 20 40,0 40,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk saham adalah sebagai berikut: sebanyak 20 responden dengan
60
persentase 40% menyatakan pernah sebanyak tiga kali,14 responden dengan
persentase 28% menyatakan pernah sebanyak sekali, 13 responden dengan persentase
sebesar 26% menyatakan tidak pernah, dan sisanya sebanyak 3 responden dengan
persentase sebesar 6% menyatakan pernah sebanyak dua kali.
Tabel 4.21 Deskripsi persentase jawaban responden tentang investasi
dalam bentuk logam MULIA
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Pernah 37 74,0 74,0 74,0
Sekali 13 26,0 26,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak
37 responden dengan persentase sebesar 74% menyatakan tidak pernah berinvestasi
logam mulia, sisanya sebanyak 13 responden dengan persentase sebesar 26% pernah
sekali.
61
D. Minat Nasabah Terhadap produk MULIA pada Pegadaian
Syariah cabang Cinere
Tabel 4.22 Deskripsi persentase jawaban responden tentang apakah emas
merupakan alternative investasi yang aman.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Sangat aman 15 30,0 30,0 30,0 Aman 35 70,0 70,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas, terlihat bahwa sebanyak 35 responden dengan persentase
sebesar 70% mengatakan aman, sisanya sebanyak 15 responden dengan persentase
sebesar 30% mengatakan sangat aman.
Tabel 4.23 Deskripsi persentase jawaban responden tentang apakah
sudah pernah membeli logam MULIA di pegadaian syariah
Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak
37 responden dengan persentase sebesar 74% menyatakan belum pernah membeli
logam MULIA dipegadaian syariah, sisanya yang pernah membeli logam MULIA
adalah sebanyak 13 responden dengan persentase sebesar 74%.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
Pernah 13 26,0 26,0 26,0
Belum Pernah 37 74,0 74,0 100,0 Total
50 100,0 100,0
62
Tabel 4.24 Deskripsi persentase jawaban responden tentang berapa kali
membeli logam MULIA di Pegadaian Syariah untuk yang pernah membeli
logam MULIA.
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 37 74,0 74,0 74,0 Sekali 11 24,0 24,0 98,0 Dua kali 2 2,0 2,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa yang pernah membeli logam MULIA sebanyak
sekali yaitu berjumlah 11 responden dengan presentase sebesar 24%, dan 2 responden
dengan presentase sebesar 2% pernah membeli logam MULIA sebnyak dua kali,
sisanya 74% adalah nasabah yang tidak pernah membeli logam MULIA.
Tabel 4.25 Deskripsi persentase jawaban responden tentang beban
angsuran yang harus dibayar oleh pengguna produk MULIA
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 37 74,0 74,0 74,0 Sesuai 13 26,0 26,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas seluruh responden yang pernah membeli produk MULIA
yaitu sebanyak 13 responden dengan persentase sebesar 26% menyatakan angsuran
yang dibebankan sesuai.
63
Tabel 4.26 Deskripsi persentase jawaban responden tentang alasan
nasabah memilih produk MULIA
Item Frequency Percent Valid
Percent Cumulative Percent Valid 37 74,0 74,0 74,0 Karena produk MULIA
merupakan produk investasi yang aman dan sesuai syariah
9 18,0 18,0 92,0
Karena terjamin kualitas emasnya 4 8,0 8,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa alasan yang menyatakan bahwa “produk
MULIA merupakan produk investasi yang aman dan sesuai syariah” dinyatakan oleh
9 responden dengan persentase sebesar 18%, dan yang menyatakan bahwa “produk
MULIA terjamin kualitas emasnya” dinyatakan oleh 4 responden dengan persentase
sebesar 8%.
Tabel 4.27 Deskripsi persentase jawaban responden tentang ketertarikan
terhadap produk MULIA
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat menarik 9 18,0 18,0 18,0 Menarik 37 74,0 74,0 92,0 Tidak menarik 4 8,0 8,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
64
Dari data diatas terlihat bahwa hampir seluruh responden yaitu sebanyak 37
responden dengan persentase sebesar 74% merasa produk MULIA menarik, sebanyak
9 responden dengan persentase sebesar 18% merasa sangat menarik, sisanya 4
responden dengan persentase sebesar 8% tidak tertarik dengan produk MULIA.
Tabel 4.28 Deskripsi persentase jawaban responden tentang perlu
tidaknya sosialisasi lebih lanjut untuk investasi logam MULIA di Pegadaian
Syariah
Item Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat perlu 19 38,0 38,0 38,0 Perlu 29 58,0 58,0 96,0 Tidak perlu 2 4,0 4,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden, yaitu sebanyak
29 responden dengan persentase sebesar 58% mengatakan perlu untuk sosialisasi
MULIA lebih lanjut, sebanyak 19 responden dengan persentase sebesar 38%
mengatakan sangat perlu, dan sisanya sebanyak 2 responden dengan persentase
sebesar 4% mengatakan tidak perlu.
65
E. Analisis
Dari data-data yang ada, maka penulis akan menganalisa tentang minat
masyarakat mengenai jual-beli emas di Pegadaian Syariah. Dalam hal ini adalah
Pegadaian Syariah cabang Cinere, yaitu sebagai berikut:
Seperti kita ketahui Emas merupakan salah satu pilihan investasi bagi banyak
orang. Lebih baik daripada menyimpan uang di Bank, maka investasi emas atau
logam mulia merupakan investasi jangka Panjang. Ada yang mengatakan beli atau
timbun Emas sekarang, dan tukarkan ke properti di masa depan. Ini dikarenakan nilai
emas yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, menjadikan investasi ini
menjadi primadona bagi kebanyakan orang.
Masyarakat telah banyak menggunakan emas, mereka menganggap bahwa
investasi dalam bentuk emas adalah penting dan juga sangat bermanfaat untuk
kepentingan dimasa depan nanti, baik yang direncanakan maupun yang di luar
rencana mereka. Emas yang banyak digunakan masyarakat dalam hal ini adalah emas
dalam bentuk perhiasan, yang segaligus dapat mereka gunakan sebagai aksesoris
selain untuk investasi mereka. Jarang dari mereka berinvestasi emas dalam bentuk
logam MULIA. Alasannya adalah banyak masyarakat yang tidak mengerti tentang
logam mulia dan tidak mengerti kelebihannya dibandingkan dengan emas yang sudah
dubah dalam bentuk perhiasan
Sebanyak 49 responden dengan persentase sebesar 98% menganggap mudah
bertransaksi dipegadaian syariah, serta 38 responden dengan persentase 76% tertarik
66
dengan produk-produk yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah tersebut.Tetapi
kadang nasabah kurang mengetahui dengan jelas tentang produk-produk Pegadaian
Syariah, khususnya produk yang termasuk baru diluncurkan oleh Pegadaian Syariah,
ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi lebih lanjut yang dilakukan oleh
Pegadaian Syariah.
Mengenai minat nasabah sendiri tentang investasi dalam bentuk emas,
menganggap emas merupakan investasi yang aman. Investasi emas ini termasuk yang
sering dilakukan oleh nasabah di Pegadaian Syariah.
Untuk minat nasabah Pegadaian Syariah cabang Cinere tentang produk
MULIA, masih termasuk sebagian kecil nasabah yang pernah membeli logam mulia
tersebut, alasan mereka memilih produk MULIA di Pegadaian Syariah diantaranya:
1. Karena produk MULIA merupakan produk investasi yang aman dan sesuai
syariah
2. Karena terjamin kualitas emasnya.
Mengenai ketertarikan nasabah terhadap produk MULIA diPegadaian
Syariah, banyak nasabah yang merasa tertarik dengan investasi dalam bentuk logam
mulia ini, dilihat dari jumlah persentase responden yaitu sebesar 74% menyatakan
tertarik dengan produk MULIA, tetapi masih banyak yang belum mempraktekannya.
Diantara mereka yang pernah membeli produk MULIA ini adalah mereka yang
berpenghasilan rata-rata diatas Rp.3.000.000, dan berpendidikan cukup tinggi, seperti
sarjana/S1. Terlihat bahwa masyarakat masih mengganggap investasi logam mulia ini
67
diperuntukan bagi masyarakat menengah keatas, padahal Pegadaian Syariah sendiri
menawarkan cicilan/angsuran pembayaran untuk membeli logam mulia ini.
Nasabah banyak beranggapan bahwa perlunya sosialisasi lebih lanjut untuk
pembelian logam mulia di Pegadaian Syariah, agar nasabah lebih banyak yang
tertarik dan membeli logam mulia diPegadaian Syariah. Sosialisasi diPegadaian
Syariah sendiri sudah tersedia brosur-brosur dan spanduk yang terpasang dikawasan
Pegadaian Syariah tersebut, masyarakat luar ( selain masyarakat yang pernah menjadi
nasabah Pegadaian Syariah) banyak yang belum mengetahui tentang produk MULIA
tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari data 50 responden, terhitung sebanyak 37 responden dengan persentase
sebesar 74% menyatakan tertarik dengan produk MULIA, namun masih
banyak yang tidak pernah atau belum mencoba berinvestasi logam mulia
yang juga menawarkan angsuran pembeliannya di Pegadaian Syariah cabang
Cinere. Disini sudah terlihat bahwa emas merupakan bentuk yang paling
menarik untuk berinvestasi jangka panjang.
2. Pengetahuan nasabah tentang produk MULIA dapat mempengaruhi nasabah
tersebut untuk membeli emas MULIA di Pegadaian Syariah cabang Cinere.
Terlihat sebanyak 38 responden dengan persentase sebesar 76% menyatakan
tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh pegadaian syariah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi nasabah untuk membeli produk MULIA antara
lain: karena logam mulia merupakan investasi yang aman dan sesuai syariah
serta terjamin kualitas emasnya. Pegadaian Syariah sendiri menawarkan
beban angsuran yang sesuai kepada pengguna produk MULIA.
68
69
B. Saran
1. Sebaiknya pihak Pegadaian Syariah harus lebih banyak lagi melakukan
sosialisasi tentang investasi dalam bentuk logam mulia, dengan terjun
langsung kemasyarakat umum yang belum menjadi nasabah Pegadaian
Syariah.
2. Mulia dapat memberikan nilai lebih bagi masyarakat. Produk Mulia yang
berupa penjualan logam mulia kepada masyarakat secara tunai dan agunan
dengan jangka waktu fleksibel memberikan layanan investasi bagi
masyarakat ini harus ditingkatkan sehingga lebih memasyarakat.
3. Evaluasi yang perlu dilakukan untuk mendengarkan masukan oleh nasabah
baik berupa saran maupun kritik yang membangun sebagai upaya menjaga
dan mempererat kekerabatan silaturahmi antara Pegadaian Syariah dan para
nasabahnya. Hal ini akan berkesan positif dan dapat menjadi bagian dari
sosialisasi pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk.
4. Perlu adanya peningkatan strategi pemasaran produk MULIA di Pegadaian
Syariah, karena produk MULIA memiliki prospek yang baik. Hal ini terlihat
dari peningkatan jumlah nasabah dan jumlah penjualan emas nya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al Fiqh ‘Ala Mazahib Al Arabaah, (Beirut: Daar al Ihya al Turats al Arabi, 1991), Jilid 3
Adurrahman,Shadiq,Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer,Penerbit
Pustaka Progressif cet.Pertama, Jakarta, 2004 Al-Bakir, Muhammad. Adab Mencari Nafkah, Penerbit Kharisma. Bandung, 2001
Al-Imam Al-Hafidh Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut,Maktabah Ashriyah,1997,jilid 2
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Penerbit Kencana. Jakarta, 2005.
Firdaus NH, Dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, Penerbit Renaisan, Jakarta, 2005
Gufron A.Mas’adi A.Fiqh Muamalah Konstektual, Penerbit PT.Raja Grafindo
Persada.Jakarta,2002.Ed.1.,Cet.1 Gunawan Widjaja, kartini, Muljadi.Jual Beli, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta,2004. Cet.ke-2. Hasan Kamil Al Mathluwi, Fiqh al Muamalat ‘ala Mazhab al Imam Malik, Kairo: al-
Majli al-A’la li asy-Syu’un al-Islamiyah,tth Haroen, Nasrun,Fiqh Muamalah, Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007
http://tabunganemas.com/emas. Diakses tanggal 15 Agustus 2010
http://warnetdipo.blogspot.com/2009/01/pengertian-jual-beli.htm. Diakses tanggal 24 september 2010.
http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-
dan-perilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm. Diakses tanggal 24 september 2010.
Lathief , AH Azharudin,fiqh muamalat, Penerbit UIN Jakarta press,Jakarta 2005
Khon,Majid,dkk,Ulumul Hadist,Penerbit Pusat study Wanita (PSW) UIN Jakarta 2005
M.Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafi’ah AM. Kamus Istilah Fiqh, Penerbit
PT.Pustaka Firdaus, Jakarta 1994. Cet.1 Nazir, Moh. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999.
Pandia Frianto, Dkk, Lembaga Keuangan, Penerbit Rineka cipta, Jakarta, 2005
Rodoni,Ahmad. Investasi Syariah, Penerbit Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009.cet.Pertama
Sarjona,Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Penerbit PT.Grafindo Persada,
Jakarta,1997 cet. Kedelapan Singarimbun, Masri Dkk, Metode Penelitian Survei. Penerbit LP3ES.1989.cet.ke
delapan, Jakarta, Februari 2006. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah.Penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. PenerbitUGM Press. Yogyakarta, 2004.
Teungku Muhammad Hasbi As Siddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Semarang:
PT.Pustaka Rizki Putra,1997) Cet.Ke-1 ulgs.tripod.com. “Artikel Ari agung Nugraha”.Diakses tanggal 13 Juli 2010.
Wahyudati, “Survei Minat siswa Terhadap Pelajaran pendidikan Jasmani pada SD Negeri Temanggal Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2007”
Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Pegadaian Syariah Cabang Cinere.
Jakarta: 26 Juli 2010. www.hargalogammulia.com.Diakses tanggal 15 Agustus 2010.
www.pegadaian.co.id. Diakses tanggal 4 Maret 2010
www.perencanakeuangan.com.Diakses tanggal 13 Juli 2010.