tugas kelompok pegadaian

25
AL-RAHN DALAM ISLAM Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Hukum dan Lembaga Keuangan Syariah Oleh : Mustofa Anwar Pengampu : Muji, MM KONSENTRASI HUKUM BISNIS DAN KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH PROGRAM PASCA SARJANA IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

Upload: mustofa-khoyalim

Post on 05-Jul-2015

276 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas kelompok pegadaian

AL-RAHNDALAM ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas KelompokMata Hukum dan Lembaga Keuangan Syariah

Oleh :Mustofa Anwar

Pengampu :Muji, MM

KONSENTRASI HUKUM BISNIS DAN KEUANGAN SYARIAHPROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

PROGRAM PASCA SARJANAIAIN RADEN INTAN

LAMPUNG1432 H/ 2011

A. Pendahuluan

Page 2: tugas kelompok pegadaian

Perkembangan ekonomi Islam akhir-akhir ini begitu pesat. Dalam tiga

dasawarsa ini mengalami kemajuan, baik dalam bentuk kajian akademis di

Perguruan Tinggi maupun secara praktik operasional. Dalam bentuk kajian,

ekonomi Islam telah di kembangkan di berbagai Universitas, baik di negara-

negara muslim juga negara barat.

Tidak hanya di dunia perbankan, geliat kebangkitan ekonomi Islam turut

merambah sektor non bank seperti pegadaian. Sejarah Pegadaian di Indonesia

dimulai pada saat Pemerintah Belanda (VOC) mendirikan BANK VAN

LEENING yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem

gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia pada tanggal 20 Agustus

1746. Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan

Negara (PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi

Perusahaan Jawatan (PERJAN) selanjutnya berdasarkan PP.No.10/1990 (yang

diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum.1

Tingginya kenaikan biaya kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari

kenaikan tarif listrik, kenaikan harga sembako, dan memasuki tahun ajaran baru,

serta kebutuhan menjelang dan setelah Lebaran. Membuat masyarakat yang

terdesak butuh uang biasanya enggan lari ke bank atau rentenir. Kalau meminjam

ke bank, pasti mereka menghadapi prosedur berbelit dari birokrasi perbankan.

Akibatnya, waktu yang dibutuhkan cukup lama. Padahal, mereka butuh uang

tunai segera.

1 Wikipedia Indonesia.com

Page 3: tugas kelompok pegadaian

Pegadaian merupakan satu-satunya jalan keluar dari masalah karena

prosedur untuk memperoleh pinjaman juga sangat mudah dengan proses yang

cepat. Tinggal datang ke kasir, serahkan barang, kemudian ditaksir, dan dana

tunai pun didapat. Semua proses itu hanya buruh waktu 15 menit.

Tradisi menggadaikan barang untuk ditukar dengan sejumlah uang sudah

menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia sejak lama. Tradisi ini sempat

menjadi ladang usaha bagi segelintir orang yang memanfaatkannya untuk

keuntungan pribadi. Kelompok rentenir yang membebankan bunga pinjaman

tinggi menjadi momok bagi masyarakat kelas bawah, yang pada akhirnya harus

kehilangan barang berharga yang mereka jaminkan kepada pemberi pinjaman.

Besarnya permintaan warga masyarakat terhadap jasa pegadaian

membuat lembaga-lembaga keuangan syari’ah juga melirik kepada sektor

pegadaian, sektor yang dapat dikatakan agak tertinggal dari sekian banyak

lembaga keuangan syari’ah lainya.2 Dalam ekonomi Islam gadai lebih dikenal

dengan istilah rahn, yang menurut etimologi berarti tetap, kekal dan jaminan,

akad rahn dalam hukum positif disebut dengan barang jaminan atau agunan. Al-

rahn merupakan sarana tolong menolong bagi umat manusia tanpa adanya

imbalan jasa.3

Prinsip tersebut bertolak belakang dengan gadai konvensional yang

menetapkan sewa modal dengan sistem bunga Oleh karenanya untuk memenuhi

kebutuhan akan gadai yang sesuai dengan prinsip Syariah, pemerintah

2 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syari’ah , sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.153 Nasrun Harun, ., Fiqh Muamalah , Gema Persada, Jakarta, h. 182

Page 4: tugas kelompok pegadaian

seharusnya mampu menyediakan fasilitas / pelayanan publik termasuk pegadaian

yang dapat memberikan kepuasan kepada umat tidak hanya sebatas kepuasaan

secara ekonomis, akan tetapi juga kepuasaan batin- spirituil.

Dari pemaparan diatas, dalam makalah ini Pemakalah akan mengulas

seputar pegadaian dalam perspektif Islam.

B. Pembahasan

1. Pengertian Pegadaian Syari’ah

Dalam Fikih Muamalah,  perjanjian gadai disebut “rahn”. Rahn

menurut bahasa berarti penahanan dan penetapan4

Adapun menurut istilah adalah perjanjian menahan sesuatu barang

sebagai tanggungan hutang.5 Dengan kata lain Ar-Rahn dapat diartikan

sebagai menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yangditerimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai

ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan

untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara

sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau

gadai.6

4 Wahbah Zuhaili, al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, juz 6 (Damaskus: Dar al-Fikr , 1984) hal 42075 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: CV.Masagung, 1988) hal 153.6 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (Bairut: Darul Kitab al-arabi, 1987), cetakan ke-8, vol. III, hal. 169

Page 5: tugas kelompok pegadaian

2. Landasan Syari’ah

a. Al-Qur’an

. . . Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, . . .” (al-Baqarah:283)

b. Al-Hadits

الل�ه� ل�ى ص� الل�ه ول� س� ر� ى ت�ر� اش� ال�ت� ق� ة� ع�ائش� ع�ن�ن� م ع�ا در� ن�ه� ه� ر� و� ا �ط�ع�ام ودي$ ي�ه� من� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه

. ديد* 7ح�

Artinya : “Dari Aisyah berkata: Rasulullah Saw membeli makanan dari

seorang Yahudi dan menggadaikannya dengan besi”. 

 Dan hadits dari Anas ra.

الن�بي- ل�ى إ ى م�ش� ن�ه�� أ ع�ن�ه� الل�ه� ي� ض ر� �ن�س* أ ع�ن�

ة* نخ� س� ال�ة* إه� و� عير* ش� ب�ز بخ� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه الل�ه� ل�ى ص�ل�ه� ع�ا در� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه الل�ه� ل�ى ص� الن�بي8 ه�ن� ر� د� ل�ق� و�

له �ه� أل ا �عير ش� ن�ه� م ذ� خ�أ� و� ودي$ ي�ه� ن�د� ع دين�ة بال�م�

8

Artinya : “Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw

dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw telah menaguhkan

baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau

mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”. 

7 Hadits riwayat Muslim, Lihat: Shahih Muslim, Juz 8, Bab Jaminan, hal 306.8 Hadits riwayat Muslim, Lihat: Shahih Bukhari, Juz 7, Bab Nabi Saw  berjual beli, hal 231.

Page 6: tugas kelompok pegadaian

3. Gadai dalam Fiqh Islam

a. Rukun dan Syarat Gadai

1) Aqid, yaitu yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima gadai (murtahin). Adapun sarat yang berakad, yaitu mampu membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gadai.

2) Barang yang diajadikan jaminan (borg) sarat pada benda yang dijadikan jaminan ialah keadaan barang itu tidak rusak sebelum janji uang harus dibayar. Rasul bersabda yang artinya :“Setiap barang yang boleh diperjual belikan boleh dijadikan borg gadai”

3) Akad ijab dan qabul seperti seseorang berkata “aku gadaikan mejaku ini dengan harga Rp.10.000, dan yang satu lagi menjawab “aku terima gadai mejamu seharga Rp.10.000, atau bisa pula dilakukan selain dngan kata-kata, seperti dengan surat, isyarat atau yang lainnya.

b. Pengambilan Manfaat Barang Gadai

Mengenai pemanfaatan terhadap barang Yang digadaikan,

sekalipun rahin mengijinkannya. Karena hal ini termasuk kepada uatang

yang dapat menarik manfaat, sehingga apabila dimanfaatkan termasuk

riba, Rasul bersabda “ Setiap utang yang menarik manfaat adalah riba”

(H.R. Harist bin Abi Usamah).

Menurut imam Ahmad, Ishaq, al laits dan al Hasan, jika barang

gadai berupa kendaraan yang dapat dipergunakan atau binatang yang

dapat diambil susunya maka penerima gadai dapat mengambil manfaat

dari kedua benda gadai tersebut disesuaikan dengan biaya pemeliharaan

yang dikeluarkan selama kendaraan atau binatang itu ada padanya. Rasul

bersabdayang artinya : “Binatang tunggangan boleh ditunggangi karena

pembiayaan apabila digadaikan, binatang boleh diambil susunya untuk

diminum karena pembiayaanya bila digadaikan bagi orang yang

memegang dan meminumnya wajib membrikan biaya.”

Pengambilan manfaat pada benda-benda gadai di atas ditekankan

kepada biaya atau tenaga untuk pemeliharaan, sehingga bagi yang

memegang barang-barang gadai seperti diatas punya kewajiban

tambahan.

Page 7: tugas kelompok pegadaian

c. Riba dalam Gadai

Perjanjian gadai pada dasarnya ialah perjanjian utang-piutang

hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Riba akan terjadi dalam gadai

apabila dalam akad gadai ditentukan bahwa rabin harus memberikan

tambahan kepada murtabin ketika membayar utangnya atau ketika akad

gadai di tentukan syarat-syarat, kemudian syarat tersebut dilaksanakan.

Bila rabin tidak mampu membayar utangnya hingga pada waktu

yang telah ditentukan, kemudian marbin menjual marbun dengan tidak

memberikan kelebihan harga marbun kepada rabin maka disini juga telah

berlaku riba.9

4. Aplikasi Gadai dalam Perbankan

Kontrak rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal berikut :

a. Sebagai Produk Pelengkap

Rahn dipakai sebagai produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan

(jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai’

al-murabahah. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi

akad tersebut.

b. Sebagai Produk Tersendiri

Di beberapa Negara Islam termasuk diantaranya adalah Malaysia, akad

rahn telah dipakai sebagai alternative dari pegadaian konvensional.

Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn, nasabah tidak dikenakan

bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan,

penjagaan serta penaksiran.

Perbedaan utama antara biaya rahn dengan bunga pegadaian adalah dari

sifat bunga yang bias berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya

rahn hanya sekali dan ditetapka di muka.10

5. Prospek Pegadaian Syari’ah9 Prof. Dr.H. Rachmat Ayaf’I, MA. Fiqh Muamalah, Pustaka Setia Bandung, 2001, hal. 109-111

10 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hal. 130

Page 8: tugas kelompok pegadaian

Prospek suatu peruasahaan secara relative dapat dilihat dari suatu

analisa yang disebut SWOT atau dengan meneliti kekuatan ( Strenght ),

kelemahan ( Weakness), peluang ( Opportunity ) dan ancamannya ( Threat )

sebagai berikut:

a. Kekuatan ( Strenght ) dari system gadai syariah

1. Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk

2. Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia

3. Pemberian pinjaman lunak al-Qardhul Hasan dan pinjaman

Mudharabah dengan system bagi hasil pada pegadaian syariah sangat

sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

a. Penyediaan pinjaman murah bebas bunga disebut al-qardhul

hasan adalah jenis pinjaman lunak yang diperlukan masyarakat

saat ini mengingat semakin tingginya tingkat bunga.

b. Penyediaan pinjaman Mudharabah mendorong terjalinnya

kebersamaan antara pegadaian dan nasabahnya dalam

menghadapi resiko usaha dan membagi keuntungan atau kerugian

secara adil.

c. Pada pinjaman mudharabah, pegadaian syariah dengan sendirinya

tidak akan membebani nasabahnya dengan biaya-biaya tetap yang

berada di luar jangkauannya. Nasabah hanya diwajibkan membagi

hasil usahanya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan

Page 9: tugas kelompok pegadaian

sebelumnya. Bagi hasil kecil kalau keuntungan usahanya kecil

dan sebaliknya.

d. Investasi yang dilakukan nasabah pinjaman mudharabah tidak

tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat bunga karena tidak

ada biaya uang ( biaya bunga pinjaman ) yang harus

diperhitungkan.

e. Pegadaian syariah bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara

langsung oleh gejolak moneter baik dalam negeri maupun

internasional karena kegiatan operional bank ini tidak

menggunakan perangkat bunga.

b. Kelemahan dari System Mudharabah ( Weakness )

1. Berprasangka baik kepada seluruh nasabahnya dan berasumsi bahwa

semua orang yang terlibat dalam perjanjian bagi hasil adalah jujur

dapat menjadi boomerang karena pegadaian syariah akan menjadi

sasaran empuk bagi mereka yang beri’tikad tidak baik. Contoh :

Pinjaman mudharabah yang diberikan dengan system bagi hasil akan

sangat bergantung kepada kejujuran dan i’tikad baik nasabahnya. Bisa

saja nasabah melaporkan keadaan usaha tidak sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Misalnya suatu usaha yang untung dilaporkan rugi

sehingga pegadaian tidak memperoleh bagian laba.

2. Memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit terutama dalam

menghitung biaya yang dibolehkan dan bagian laba nasabah yang

Page 10: tugas kelompok pegadaian

kecil-kecil. Dengan demikian kemungkinan salah hitung setiap saat

dapat terjadi sehingga diperlukan kecermatan yang lebih besar.

3. Karena membawa misi bagi hasil yang adil, maka pegadaian syari’ah

lebih banyak memerlukan tanaga-tenaga professional yang handal.

Kekeliruan dalam menilai kelayakan proyek yang akan dibiayai

dengan system bagi hasil mungkin akan membawa akibat yang lebih

berat darupada yang dihadapi dengan cara konvensional yang hasil

pendapatannya sudah tetap dari bunga ( interest ).

4. Karena pegadaian syari’ah belum dioperasikan di Indonesia, maka

kemungkinan disana sini masih diperlukan perangkat peraturan

pelaksana untuk pembinaan dan pengawasannya. Masalah adaptasi

system pembukuan dan akuntansi pegadaian syari’ah terhadap system

pembukuan dan akuntansi yang telah baku, termasuk hal-hal yang

perlu dibahas dan diperoleh kesepakatan bersama.

Dengan mengenali kelemahan-kelemahan ini maka ada kewajiban kita

semua untuk memikirkan bagaimana mengatasinya dan menemukan

penangkalnya.

c. Peluang ( Oppurtunity ) dari Pegadaian Syaria’ah

Bagaimana peluang dapat didirikannya pegadaian syariah dan

kemungkinannya untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia dapat

dilihat dari pelbagai pertimbangan yang membentuk peluang-peluang di

bawah ini :

1. Peluang karena pertimbangan kepercayaan Agama

Page 11: tugas kelompok pegadaian

a. Adalah merupakan hal yang nyata di dalam masyarakat Indonesia

khususnya yang muslim, masih banyak yang menganggap bahwa

menerima atau membayar bunga adalah termasuk menghidup dan

menyuburkan riba’. Karena riba’ dalam Islam jelas dilarang, maka

masih banyak mayarakat Islam yang tidak mau memanfaatkan

jasa pegadaian yang telah ada sekarang.

b. Meningkatnya kesadaran beragama yang merupakan hasil

pembangunan di sector agama memperbanyak jumlah perorangan,

yayasan-yayasan, pondok-pondok pesantren, sekolah-sekolah

agama, masjid-masjid, baitul mal, dan sebagainya yang belum

memanfaatkan jasa pegadaian konvensional.

c. Sistem pengenaan biaya uang / sewa modal dalam system

pegadaian yang berlaku sekarang dikhawatirkan mengandung

unsur-unsur yang tidak sejalan dengan syariat Islam, antara lain :

- Biaya ditetapkan di muka secara pasti ( fixed ), dianggap

mendahului takdir karena seolah-olah peminjaman uang

dipastikan akan memperoleh keuntungan sehingga mampu

membayar pokok pinjaman dan bunganya pada waktu yang

telah ditetapkan. ( lihat surah al-Luqman : 34 ).

- Biaya ditetapkan dalam prosentase (%) sehingga apabila

dipadukan dengan unsur ketidakpastian yang dihadapi manusia,

secara matematis dengan berjalannya waktu akan dapat

menjadikan hutang berlipat ganda ( lihat surah al-Imran : 130 ).

Page 12: tugas kelompok pegadaian

- Memperdagangkan / menyewakan barang yang sama dan sejenis

(misalnya rupiah dengan rupiah yang masih berlaku, dll)

dengan memperoleh keuntungan / kelebihan kualitas dan

kuantitas, hukumnya adalah riba’

- Membayar hutang dengan lebih baik (yaitu diberikan tambahan)

seperti yang dicontohkan dalam hadits, harus ada dasar

sukarela dan inisiatifnya harus datang dari orang yang

mempunyai hutang pada waktu jatuh tempo, bukan karena

ditetapkan dimuka dan dalam jumlah yang pasti (fixed)

Unsur–unsur di atas dikhawatirkan tidak sesuai dan sejalan dengan

syariat Islam yang ingin dihindari dalam pengelolaan Pegadaian

Syariah.

2. Adanya peluang ekonomi dari berkembangnya pegadaian syariah

a. Selama Pronas (dulu, Repelita) diperlukan pembiayaan

pembangunan yang seluruhnya diperkirakan akan mencapai

jumlah yang sangat besar. Dari jumlah tersebut diharapkan

sebagian besar dapat disediakan dari tabungan dalam negeri dan

dari dana luar negeri sebagai pelengkap saja. Dari tabungan dalam

negeri diharapkan dapat dibentuk melalui tabungan pemerintah

yang kemampuannya semakin kecil dibandingkan melalui

tabungan masyarakat yang melalaui sektor perbankan dan

lembaga keuangan lainnya.

Page 13: tugas kelompok pegadaian

b. Mengingat demikian besarnya peranan yang diharapkan dari

tabungan masyarakat melalaui sector perbankan maka perlu

dicarikan berbagai jalan dan peluang untuk mengerahkan dana

dari masyarakat. Pegadaian berfungsi mencairkan ( dishoarding )

simpanan-simpanan berupa perhiasan dan barang tidak produktif

yang kemudian diinvestasikan melalui mekanisme pinjaman

mudharabah.

c. Adanya pegadaian syariah yang telah disesuaikan agar tidak

menyimpang dari ketentuan yang berlaku akan memperkaya

khasanah lembaga keuangan di Indonesia.

d. Konsep pegadaian syariah yang lebih mengutamakan kegiatan

produksi dan perdagangan serta kebersamaan dalam hal investasi,

menghadapi resiko usaha dan membagi hasil usaha, akan

memberikan sumbangan yang besar kepada perekonomian

Indonesia khususnya dalam menggiatkan kegiatan investasi,

penyediaan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan.

Dari Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengingat

pegadaian syariah adalah sesuai dengan prinsip-prinsip syariat

Islam, maka perusahaan gadai dengan system ini akan mempunyai

segmentasi dan pangsa pasar yang baik sekali di Indonesia.

Dengan sedikit modifikasi dan penyesuaian dengan ketentuan

hukum yang berlaku, peluang untuk dapat dikembangkannya

pegadaian syariah cukup besar.

Page 14: tugas kelompok pegadaian

d. Ancaman ( Threat ) dari Pegadaian Syari’ah

Ancaman yang paling berbahaya ialah apabila keinginan akan

adanya pegadaian syari’ah itu di anggap berkaitan dengan fanatisme

agama. Akan ada pihak-pihak yang akan menghalangi berkembangnya

pegadaian syari’ah ini semeta – mata hanya karena tidak suka apabila

umat islam bangkit dari keterbelakangan ekonominya. Ancaman

berikutnya adalah dari mereka yang merasa terusik kenikmatannya

mengeruk kekayaan rakyat Indonesia yang sebagian terbesar beragama

Islam melalui system bunga yang sudah ada.11

C. KESIMPULAN

Dari pemapar diatas dapat Pemakalah simpulkan bahwa :

1. Pegadaian syariah mempunyai landasan hukum syariat yang kuat dalam

ajaran Islam. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah unsur-unsur

gadai, rukun dan sahnya akad, barang yang boleh digadaikan, hak dan

kewajiban masing-masing pihak, dan pemilikan barang gadai.

2. Barang gadaian syariah adalah merupakan pelengkap belaka dari konsep

hutang piutang antara individu atau perorangan. Konsep hutang piutang

sesuai dengan syariat adalah merupakan salah satu konsep ekonomi Islam

dimana bentuknya yang lebih tepat adalah al-qardhul hassan.

3. Hutang piutang dalam bentuk al-qardhul hassan dengan dukungan gadai

(rahn), dapat dipergunakan untuk keperluan sosial maupun komersial.

Peminjam mempunyai dua pilihan, yaitu : dapat memilih qardhul hassan atau

11 http://kumpulan-makalah-dlords.blogspot.com/2009/07/rahn-pegadaian-islam.html

Page 15: tugas kelompok pegadaian

menerima pemberi pinjaman atau penyandang dana (rabb al-mal) sebagai

mitra usaha dalam perjanjian mudharabah.

4. Untuk nasabah yang memilih pinjaman gadai dalam bentuk mudharabah

maka fungsi gadai disini adalah mencairkan atau memproduktifkan

(dishoarding) harta beku (hoarding) yang tidak produktif. Lembaga gadai

syariah perusahaan bertindak sebagai penyandang dana atau rabb almal,

sedang nasabahnya bisa bertindak sebagai rahin atau bisa juga bertindak

sebagai mudharib tergantung alternatif yang dipilih.

5. Prospek pegadaian syariah cukup pesat dan cerah, minat masyarakat semakin

hari semakin meningkat. Apalagi pegadaian syariah tidak menekankan pada

pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian

syariah tetap memperoleh keuntungan.

Page 16: tugas kelompok pegadaian

DAFTAR PUSTAKA

Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, Jakarta: CV.Masagung, 1988.

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2001.

Rachmat Ayaf’I, Prof. Dr.H. MA. Fiqh Muamalah, Pustaka Setia Bandung, 2001

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Bairut: Darul Kitab al-arabi, 1987, cetakan ke-8, vol.III

Wahbah Zuhaili, al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, juz 6, Damaskus: Dar al-Fikr , 1984.

http://kumpulan-makalah-dlords.blogspot.com/2009/07/rahn-pegadaian-islam.html