pegadaian syariah : teori dan aplikasinya pada perum pegadaian di indonesia

28
TUGAS AKHIR MATA KULIAH EKONOMI SYARIAH PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA Oleh Dessy Natalia H34063102 Dosen Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin Ma’turidi

Upload: dessy-natalia

Post on 14-Jun-2015

16.651 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH EKONOMI SYARIAH

PEGADAIAN SYARIAH TEORI DAN APLIKASINYA PADA

PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Oleh

Dessy Natalia H34063102

Dosen

Prof Dr KH Didin Hafidhuddin Marsquoturidi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Adanya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan para pelaku

ekonomi baik pemerintah maupun masyarakat baik perseorangan maupun badan

hukum memerlukan dana yang besar Seiring dengan kegiatan ekonomi tersebut

kebutuhaan akan pendanaan pun akan semakin meningkat Kebutuhan pendanaan

tersebut sebagian besar dapat dipenuhi melalui kegiatan pinjam meminjam

Kegiatan pinjam meminjam ini dilakukan oleh perseorangan atau badan

hokum dengan suatu lembaga baik lembaga informal maupun formal Indonesia yang

sebagian masyarakatnya masih berada di garis kemiskinan cenderung memilih

melakukan kegiatan pinjam meminjam kepada lembaga informal seperti misalnya

rentenir Kecenderungan ini dilakukan karena mudahnya persyaratan yang harus

dipenuhi mudah diakses dan dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat

Namun di balik kemudahan tersebut rentenir atau sejenisnya menekan masyarakat

dengan tingginya bunga

Jika masyarakat mau melihat keadaan lembaga formal yang dapat

dipergunakan untuk melakukan pinjam meminjam mungkin masyarakat akan

cenderung memilih lembaga formal tersebut untuk memenuhi kebutuhan dananya

Lembaga formal tersebut dibagi menjadi dua yaitu lembaga bank dan lembaga

nonbank Saat ini masih terdapat kesan pada masyarakat bahwa mrminjam ke bank

adalah suatu hal yang lebih membanggakan dibandingkan dengan lembaga formal

lain padahal dalam prosesnya memerlukan waktu yang relatif lama dengan

persyaratan yang cukup rumit Padahal pemerintah telah memfasilitasi masyarakat

dengan suatu perusahaan umum (perum) yang melakukan kegiatan pegadaian yaitu

Perum Pegadaian yang menawarkan akses yang lebih mudah proses yang jauh lebih

singkat dan persyaratan yang relatif sederhana dan mempermudah masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan dana

Namun ternyata tidak hanya sampai di situ fasilitas yang diberikan oleh

pemerintah Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah penganut agama

Islam maka Perum Pegadaian meluncurkan sebuah produk gadai yang berbasiskan

prinsip-prinsip syariah sehingga masyarakat mendapat beberapa keuntungan yaitu

cepat praktis dan menentramkan Cepat karena hanya membutuhkan waktu 15 menit

untuk prosesnya praktis karena persyaratannya mudah jangka waktu fleksibel dan

terdapat kemudahan lain serta menentramkan karena sumber dana berasal dari

sumber yang sesuai dengan syariah begitu pun dengan proses gadai yang

diberlakukan Produk yang dimaksud di atas adalah produk Gadai Syariah

Namun pertanyaan yang kini muncul adalah sejauh mana kesinambungan

antara teori dan prinsip-prinsip syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang

diterapkan oleh Perum Pegadaian Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu

dianalisis dengan cara membandingkan antara teori dan aplikasi di dunia ril

12 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah

1 Mengetahui teori dan prinsip syariah dari gadai syariah

2 Mengetahui bagaimana aplikasi gadai syariah yang diterapkan oleh Perum

Pegadaian

3 Mengetahui sejauh mana kesinambungan antara teori dan prinsip-prinsip

syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang diterapkan oleh Perum

Pegadaian

13 Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi berbagai

pihak

1 Perusahaan sebagai masukan untuk mengembangkan atau memperbaiki

usahanya

2 Masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mengenai alternatif sumber

pendanaan syariah

3 Peneliti sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Gadai (Rahn) dalam Islam

211 Pengertian Gadai

Dalam istilah bahasa Arab gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

dinamai al-habsu (Pasaribu 1996) Secara etimologis pengertian rahn adalah tetap

dan lama sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang tersebut

(Syafei 1987) Sedangkan menurut Sabiq (1987) rahn adalah menjadikan barang

yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syararsquo sebagai jaminan hutang

hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni

adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi

dari harganya apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang

berpiutang Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab

mendefinisikan rahn sebagai menjadikan benda yang bersifat harta benda itu bila

utang tidak dibayar (Sudarsono 2003)

Sedangkan menurut UU Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang

diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak yang

diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas

dirinya dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk

mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang

berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan biaya-biaya mana harus

didahulukan

212 Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum gadai menurut Islam adalah Al-Qurrsquoan sunnah dan ijtihad Ayat

Al-Qurrsquoan yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah QS Al-Baqarah

ayat 282 dan 283 yang berbunyi ldquoHai orang-orang yang beriman apabila kamu

bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklahh kamu

menuliskannyardquo dan ldquoJika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh

seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang) Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka

hendaklah yang dipercaya itu menunaikkan amanatnya (hutangnya)helliprdquo

Terdapat beberapa hadits Nabi yang menggambarkan bahwa Nabi melakukan

proses gadai salah satunya adalah hadits HR Bukhari dan Muslim yang isinya

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda Rasulullah membeli makan dari seorang

Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi Sedangkan menurut ijtihad terdapat

perbedaan yaitu Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu

tidak bepergian namun Adh-Dhahak dan penganut madzhab Az-Zahiri berpendapat

bahwa rahn tidak disyariatkan kecuali pada waktu bepergian

213 Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai serta Hak dan Kewajiban

Penerima dan Pemberi Gadai

Di dalam bukunya Fiqh Islam (1988) Mohammad Anwar menyebutkan rukun

dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut

1 Ijab qabul (sighot)

2 Orang yang bertransaksi (Aqid) terdiri dari rahin (pemberi gadai) dan

murthahin (penerima gadai)

3 Adanya barang yang digadaikan (Marhun)

4 Utang (Marhun bih)

Sedangkan syarat sah perjanjian gadai adalah

1 Shigat

2 Orang yang berakal

3 Barang yang dijadikan pinjaman

4 Utang (marhun bih)

Hak penerima gadai adalah sebagai berikut

1 Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo

murtahin berhak untuk menjual marhun

2 Untuk menjaga keselamatan marhun pemegang gadai berhak mendapatkan

penggantian biaya yang dikeluarkan

3 Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin selama pinjaman

belum dilunasi

Kewajiban dari penerima gadai adalah

1 Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari

kelalaian maka marhun harus bertanggung jawab

2 Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi

3 Sebelum diadakan pelelangan marhun harus ada pemberitahuan kepada rahin

Hak dari pemberi gadai adalah

1 Setelah pelunasan pinjaman rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan

kepada murtahin

2 Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian

murtahin rahin menuntut ganti rugi ataas marhun

3 Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya rahin berhak

menerima sisa hasil penjualan marhun

4 Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin maka rahin

berhak untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban dari pemberi gadai adalah

1 Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam

kurun waktu yang telah ditentukan

2 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi

pinjamannya maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

214 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a) Qard al- Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif oleh karena itu nasabah (rahin)

akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (marhun) kepada

pegadaian (murtahin)

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 2: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Adanya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan para pelaku

ekonomi baik pemerintah maupun masyarakat baik perseorangan maupun badan

hukum memerlukan dana yang besar Seiring dengan kegiatan ekonomi tersebut

kebutuhaan akan pendanaan pun akan semakin meningkat Kebutuhan pendanaan

tersebut sebagian besar dapat dipenuhi melalui kegiatan pinjam meminjam

Kegiatan pinjam meminjam ini dilakukan oleh perseorangan atau badan

hokum dengan suatu lembaga baik lembaga informal maupun formal Indonesia yang

sebagian masyarakatnya masih berada di garis kemiskinan cenderung memilih

melakukan kegiatan pinjam meminjam kepada lembaga informal seperti misalnya

rentenir Kecenderungan ini dilakukan karena mudahnya persyaratan yang harus

dipenuhi mudah diakses dan dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat

Namun di balik kemudahan tersebut rentenir atau sejenisnya menekan masyarakat

dengan tingginya bunga

Jika masyarakat mau melihat keadaan lembaga formal yang dapat

dipergunakan untuk melakukan pinjam meminjam mungkin masyarakat akan

cenderung memilih lembaga formal tersebut untuk memenuhi kebutuhan dananya

Lembaga formal tersebut dibagi menjadi dua yaitu lembaga bank dan lembaga

nonbank Saat ini masih terdapat kesan pada masyarakat bahwa mrminjam ke bank

adalah suatu hal yang lebih membanggakan dibandingkan dengan lembaga formal

lain padahal dalam prosesnya memerlukan waktu yang relatif lama dengan

persyaratan yang cukup rumit Padahal pemerintah telah memfasilitasi masyarakat

dengan suatu perusahaan umum (perum) yang melakukan kegiatan pegadaian yaitu

Perum Pegadaian yang menawarkan akses yang lebih mudah proses yang jauh lebih

singkat dan persyaratan yang relatif sederhana dan mempermudah masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan dana

Namun ternyata tidak hanya sampai di situ fasilitas yang diberikan oleh

pemerintah Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah penganut agama

Islam maka Perum Pegadaian meluncurkan sebuah produk gadai yang berbasiskan

prinsip-prinsip syariah sehingga masyarakat mendapat beberapa keuntungan yaitu

cepat praktis dan menentramkan Cepat karena hanya membutuhkan waktu 15 menit

untuk prosesnya praktis karena persyaratannya mudah jangka waktu fleksibel dan

terdapat kemudahan lain serta menentramkan karena sumber dana berasal dari

sumber yang sesuai dengan syariah begitu pun dengan proses gadai yang

diberlakukan Produk yang dimaksud di atas adalah produk Gadai Syariah

Namun pertanyaan yang kini muncul adalah sejauh mana kesinambungan

antara teori dan prinsip-prinsip syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang

diterapkan oleh Perum Pegadaian Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu

dianalisis dengan cara membandingkan antara teori dan aplikasi di dunia ril

12 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah

1 Mengetahui teori dan prinsip syariah dari gadai syariah

2 Mengetahui bagaimana aplikasi gadai syariah yang diterapkan oleh Perum

Pegadaian

3 Mengetahui sejauh mana kesinambungan antara teori dan prinsip-prinsip

syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang diterapkan oleh Perum

Pegadaian

13 Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi berbagai

pihak

1 Perusahaan sebagai masukan untuk mengembangkan atau memperbaiki

usahanya

2 Masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mengenai alternatif sumber

pendanaan syariah

3 Peneliti sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Gadai (Rahn) dalam Islam

211 Pengertian Gadai

Dalam istilah bahasa Arab gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

dinamai al-habsu (Pasaribu 1996) Secara etimologis pengertian rahn adalah tetap

dan lama sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang tersebut

(Syafei 1987) Sedangkan menurut Sabiq (1987) rahn adalah menjadikan barang

yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syararsquo sebagai jaminan hutang

hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni

adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi

dari harganya apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang

berpiutang Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab

mendefinisikan rahn sebagai menjadikan benda yang bersifat harta benda itu bila

utang tidak dibayar (Sudarsono 2003)

Sedangkan menurut UU Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang

diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak yang

diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas

dirinya dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk

mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang

berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan biaya-biaya mana harus

didahulukan

212 Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum gadai menurut Islam adalah Al-Qurrsquoan sunnah dan ijtihad Ayat

Al-Qurrsquoan yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah QS Al-Baqarah

ayat 282 dan 283 yang berbunyi ldquoHai orang-orang yang beriman apabila kamu

bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklahh kamu

menuliskannyardquo dan ldquoJika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh

seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang) Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka

hendaklah yang dipercaya itu menunaikkan amanatnya (hutangnya)helliprdquo

Terdapat beberapa hadits Nabi yang menggambarkan bahwa Nabi melakukan

proses gadai salah satunya adalah hadits HR Bukhari dan Muslim yang isinya

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda Rasulullah membeli makan dari seorang

Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi Sedangkan menurut ijtihad terdapat

perbedaan yaitu Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu

tidak bepergian namun Adh-Dhahak dan penganut madzhab Az-Zahiri berpendapat

bahwa rahn tidak disyariatkan kecuali pada waktu bepergian

213 Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai serta Hak dan Kewajiban

Penerima dan Pemberi Gadai

Di dalam bukunya Fiqh Islam (1988) Mohammad Anwar menyebutkan rukun

dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut

1 Ijab qabul (sighot)

2 Orang yang bertransaksi (Aqid) terdiri dari rahin (pemberi gadai) dan

murthahin (penerima gadai)

3 Adanya barang yang digadaikan (Marhun)

4 Utang (Marhun bih)

Sedangkan syarat sah perjanjian gadai adalah

1 Shigat

2 Orang yang berakal

3 Barang yang dijadikan pinjaman

4 Utang (marhun bih)

Hak penerima gadai adalah sebagai berikut

1 Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo

murtahin berhak untuk menjual marhun

2 Untuk menjaga keselamatan marhun pemegang gadai berhak mendapatkan

penggantian biaya yang dikeluarkan

3 Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin selama pinjaman

belum dilunasi

Kewajiban dari penerima gadai adalah

1 Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari

kelalaian maka marhun harus bertanggung jawab

2 Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi

3 Sebelum diadakan pelelangan marhun harus ada pemberitahuan kepada rahin

Hak dari pemberi gadai adalah

1 Setelah pelunasan pinjaman rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan

kepada murtahin

2 Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian

murtahin rahin menuntut ganti rugi ataas marhun

3 Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya rahin berhak

menerima sisa hasil penjualan marhun

4 Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin maka rahin

berhak untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban dari pemberi gadai adalah

1 Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam

kurun waktu yang telah ditentukan

2 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi

pinjamannya maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

214 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a) Qard al- Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif oleh karena itu nasabah (rahin)

akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (marhun) kepada

pegadaian (murtahin)

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 3: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Islam maka Perum Pegadaian meluncurkan sebuah produk gadai yang berbasiskan

prinsip-prinsip syariah sehingga masyarakat mendapat beberapa keuntungan yaitu

cepat praktis dan menentramkan Cepat karena hanya membutuhkan waktu 15 menit

untuk prosesnya praktis karena persyaratannya mudah jangka waktu fleksibel dan

terdapat kemudahan lain serta menentramkan karena sumber dana berasal dari

sumber yang sesuai dengan syariah begitu pun dengan proses gadai yang

diberlakukan Produk yang dimaksud di atas adalah produk Gadai Syariah

Namun pertanyaan yang kini muncul adalah sejauh mana kesinambungan

antara teori dan prinsip-prinsip syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang

diterapkan oleh Perum Pegadaian Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu

dianalisis dengan cara membandingkan antara teori dan aplikasi di dunia ril

12 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah

1 Mengetahui teori dan prinsip syariah dari gadai syariah

2 Mengetahui bagaimana aplikasi gadai syariah yang diterapkan oleh Perum

Pegadaian

3 Mengetahui sejauh mana kesinambungan antara teori dan prinsip-prinsip

syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang diterapkan oleh Perum

Pegadaian

13 Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi berbagai

pihak

1 Perusahaan sebagai masukan untuk mengembangkan atau memperbaiki

usahanya

2 Masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mengenai alternatif sumber

pendanaan syariah

3 Peneliti sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Gadai (Rahn) dalam Islam

211 Pengertian Gadai

Dalam istilah bahasa Arab gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

dinamai al-habsu (Pasaribu 1996) Secara etimologis pengertian rahn adalah tetap

dan lama sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang tersebut

(Syafei 1987) Sedangkan menurut Sabiq (1987) rahn adalah menjadikan barang

yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syararsquo sebagai jaminan hutang

hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni

adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi

dari harganya apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang

berpiutang Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab

mendefinisikan rahn sebagai menjadikan benda yang bersifat harta benda itu bila

utang tidak dibayar (Sudarsono 2003)

Sedangkan menurut UU Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang

diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak yang

diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas

dirinya dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk

mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang

berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan biaya-biaya mana harus

didahulukan

212 Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum gadai menurut Islam adalah Al-Qurrsquoan sunnah dan ijtihad Ayat

Al-Qurrsquoan yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah QS Al-Baqarah

ayat 282 dan 283 yang berbunyi ldquoHai orang-orang yang beriman apabila kamu

bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklahh kamu

menuliskannyardquo dan ldquoJika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh

seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang) Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka

hendaklah yang dipercaya itu menunaikkan amanatnya (hutangnya)helliprdquo

Terdapat beberapa hadits Nabi yang menggambarkan bahwa Nabi melakukan

proses gadai salah satunya adalah hadits HR Bukhari dan Muslim yang isinya

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda Rasulullah membeli makan dari seorang

Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi Sedangkan menurut ijtihad terdapat

perbedaan yaitu Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu

tidak bepergian namun Adh-Dhahak dan penganut madzhab Az-Zahiri berpendapat

bahwa rahn tidak disyariatkan kecuali pada waktu bepergian

213 Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai serta Hak dan Kewajiban

Penerima dan Pemberi Gadai

Di dalam bukunya Fiqh Islam (1988) Mohammad Anwar menyebutkan rukun

dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut

1 Ijab qabul (sighot)

2 Orang yang bertransaksi (Aqid) terdiri dari rahin (pemberi gadai) dan

murthahin (penerima gadai)

3 Adanya barang yang digadaikan (Marhun)

4 Utang (Marhun bih)

Sedangkan syarat sah perjanjian gadai adalah

1 Shigat

2 Orang yang berakal

3 Barang yang dijadikan pinjaman

4 Utang (marhun bih)

Hak penerima gadai adalah sebagai berikut

1 Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo

murtahin berhak untuk menjual marhun

2 Untuk menjaga keselamatan marhun pemegang gadai berhak mendapatkan

penggantian biaya yang dikeluarkan

3 Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin selama pinjaman

belum dilunasi

Kewajiban dari penerima gadai adalah

1 Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari

kelalaian maka marhun harus bertanggung jawab

2 Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi

3 Sebelum diadakan pelelangan marhun harus ada pemberitahuan kepada rahin

Hak dari pemberi gadai adalah

1 Setelah pelunasan pinjaman rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan

kepada murtahin

2 Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian

murtahin rahin menuntut ganti rugi ataas marhun

3 Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya rahin berhak

menerima sisa hasil penjualan marhun

4 Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin maka rahin

berhak untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban dari pemberi gadai adalah

1 Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam

kurun waktu yang telah ditentukan

2 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi

pinjamannya maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

214 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a) Qard al- Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif oleh karena itu nasabah (rahin)

akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (marhun) kepada

pegadaian (murtahin)

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 4: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Gadai (Rahn) dalam Islam

211 Pengertian Gadai

Dalam istilah bahasa Arab gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

dinamai al-habsu (Pasaribu 1996) Secara etimologis pengertian rahn adalah tetap

dan lama sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang tersebut

(Syafei 1987) Sedangkan menurut Sabiq (1987) rahn adalah menjadikan barang

yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syararsquo sebagai jaminan hutang

hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni

adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi

dari harganya apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang

berpiutang Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab

mendefinisikan rahn sebagai menjadikan benda yang bersifat harta benda itu bila

utang tidak dibayar (Sudarsono 2003)

Sedangkan menurut UU Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang

diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak yang

diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas

dirinya dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk

mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang

berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan biaya-biaya mana harus

didahulukan

212 Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum gadai menurut Islam adalah Al-Qurrsquoan sunnah dan ijtihad Ayat

Al-Qurrsquoan yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah QS Al-Baqarah

ayat 282 dan 283 yang berbunyi ldquoHai orang-orang yang beriman apabila kamu

bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklahh kamu

menuliskannyardquo dan ldquoJika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh

seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang) Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka

hendaklah yang dipercaya itu menunaikkan amanatnya (hutangnya)helliprdquo

Terdapat beberapa hadits Nabi yang menggambarkan bahwa Nabi melakukan

proses gadai salah satunya adalah hadits HR Bukhari dan Muslim yang isinya

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda Rasulullah membeli makan dari seorang

Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi Sedangkan menurut ijtihad terdapat

perbedaan yaitu Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu

tidak bepergian namun Adh-Dhahak dan penganut madzhab Az-Zahiri berpendapat

bahwa rahn tidak disyariatkan kecuali pada waktu bepergian

213 Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai serta Hak dan Kewajiban

Penerima dan Pemberi Gadai

Di dalam bukunya Fiqh Islam (1988) Mohammad Anwar menyebutkan rukun

dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut

1 Ijab qabul (sighot)

2 Orang yang bertransaksi (Aqid) terdiri dari rahin (pemberi gadai) dan

murthahin (penerima gadai)

3 Adanya barang yang digadaikan (Marhun)

4 Utang (Marhun bih)

Sedangkan syarat sah perjanjian gadai adalah

1 Shigat

2 Orang yang berakal

3 Barang yang dijadikan pinjaman

4 Utang (marhun bih)

Hak penerima gadai adalah sebagai berikut

1 Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo

murtahin berhak untuk menjual marhun

2 Untuk menjaga keselamatan marhun pemegang gadai berhak mendapatkan

penggantian biaya yang dikeluarkan

3 Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin selama pinjaman

belum dilunasi

Kewajiban dari penerima gadai adalah

1 Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari

kelalaian maka marhun harus bertanggung jawab

2 Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi

3 Sebelum diadakan pelelangan marhun harus ada pemberitahuan kepada rahin

Hak dari pemberi gadai adalah

1 Setelah pelunasan pinjaman rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan

kepada murtahin

2 Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian

murtahin rahin menuntut ganti rugi ataas marhun

3 Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya rahin berhak

menerima sisa hasil penjualan marhun

4 Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin maka rahin

berhak untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban dari pemberi gadai adalah

1 Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam

kurun waktu yang telah ditentukan

2 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi

pinjamannya maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

214 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a) Qard al- Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif oleh karena itu nasabah (rahin)

akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (marhun) kepada

pegadaian (murtahin)

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 5: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

menuliskannyardquo dan ldquoJika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh

seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang) Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka

hendaklah yang dipercaya itu menunaikkan amanatnya (hutangnya)helliprdquo

Terdapat beberapa hadits Nabi yang menggambarkan bahwa Nabi melakukan

proses gadai salah satunya adalah hadits HR Bukhari dan Muslim yang isinya

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda Rasulullah membeli makan dari seorang

Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi Sedangkan menurut ijtihad terdapat

perbedaan yaitu Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu

tidak bepergian namun Adh-Dhahak dan penganut madzhab Az-Zahiri berpendapat

bahwa rahn tidak disyariatkan kecuali pada waktu bepergian

213 Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai serta Hak dan Kewajiban

Penerima dan Pemberi Gadai

Di dalam bukunya Fiqh Islam (1988) Mohammad Anwar menyebutkan rukun

dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut

1 Ijab qabul (sighot)

2 Orang yang bertransaksi (Aqid) terdiri dari rahin (pemberi gadai) dan

murthahin (penerima gadai)

3 Adanya barang yang digadaikan (Marhun)

4 Utang (Marhun bih)

Sedangkan syarat sah perjanjian gadai adalah

1 Shigat

2 Orang yang berakal

3 Barang yang dijadikan pinjaman

4 Utang (marhun bih)

Hak penerima gadai adalah sebagai berikut

1 Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo

murtahin berhak untuk menjual marhun

2 Untuk menjaga keselamatan marhun pemegang gadai berhak mendapatkan

penggantian biaya yang dikeluarkan

3 Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin selama pinjaman

belum dilunasi

Kewajiban dari penerima gadai adalah

1 Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari

kelalaian maka marhun harus bertanggung jawab

2 Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi

3 Sebelum diadakan pelelangan marhun harus ada pemberitahuan kepada rahin

Hak dari pemberi gadai adalah

1 Setelah pelunasan pinjaman rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan

kepada murtahin

2 Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian

murtahin rahin menuntut ganti rugi ataas marhun

3 Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya rahin berhak

menerima sisa hasil penjualan marhun

4 Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin maka rahin

berhak untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban dari pemberi gadai adalah

1 Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam

kurun waktu yang telah ditentukan

2 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi

pinjamannya maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

214 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a) Qard al- Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif oleh karena itu nasabah (rahin)

akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (marhun) kepada

pegadaian (murtahin)

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 6: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

2 Untuk menjaga keselamatan marhun pemegang gadai berhak mendapatkan

penggantian biaya yang dikeluarkan

3 Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin selama pinjaman

belum dilunasi

Kewajiban dari penerima gadai adalah

1 Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari

kelalaian maka marhun harus bertanggung jawab

2 Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi

3 Sebelum diadakan pelelangan marhun harus ada pemberitahuan kepada rahin

Hak dari pemberi gadai adalah

1 Setelah pelunasan pinjaman rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan

kepada murtahin

2 Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian

murtahin rahin menuntut ganti rugi ataas marhun

3 Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya rahin berhak

menerima sisa hasil penjualan marhun

4 Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin maka rahin

berhak untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban dari pemberi gadai adalah

1 Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam

kurun waktu yang telah ditentukan

2 Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi

pinjamannya maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

214 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a) Qard al- Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif oleh karena itu nasabah (rahin)

akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (marhun) kepada

pegadaian (murtahin)

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 7: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Ketentuannya

- Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti emas barang

elektronik dan lain sebagainya

- Karena bersifat sosial maka tidak ada pembagian hasil Pegadaian hanya

diperkenankan untuk mengenakan biaya administrsi kepada rahin

b) Mudharabah

Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau

untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif

Ketentuannya

- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak

seperti emas elektronik kendaraan bermotor tanah rumah dan lain-lain

- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun

c) Barsquoi Muqayyadah

Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif Seperti

pembelian alat kantor atau modal kerja Dalam hal ini murtahin juga dapat

menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh

rahin Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin

d) Ijarah

Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentubentuknya adalah murtahin

menyewakan tempat penyimpanan barang

215 Pemanfaatan Barang Gadaian dan Berakhirnya Akad Rahn

Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang

digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus

menjamin barang tersebut selamat dan utuh

Dari Abu Hurairah ra bahsawanya Rasulullah saw berkata ldquoBarang yang

digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya Baginya

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 8: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biayardquo (HR

Syafirsquoi dan Daruqutni) Sedangkan sebagian ulama lainnya selain mazhab Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak boleh mempergunakan barang

rahn

Akad rahn berakhir bila telah terjadi hal-hal seperti disebutkan di bawah ini

1 Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya

2 Rahin membayar hutangnya

3 Pembebasan hutang dengan cara apapun meskipun dengan pemindahan oleh

murtahin

4 Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin

5 Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin

6 Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan hibah atau shadaqah

baik dari pihak rahin maupun murtahin

216 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak dapat

mengembalikan pinjamannya Sebelum dilakukan pelelangan harus ada

pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan Ketentuan dari pelelangan

ini adalah

1 Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli

2 Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas

3 Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan biaya pinjaman empat

bulan sisanya dikembalikan ke nasabah

4 Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul

maal

217 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahn dan gadai yaitu hak gadai berlaku

atas pinjaman uang adanya anggaran (barang jaminan) sebagai jaminan hutang tidak

boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan biaya barang yang digadaikan

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 9: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

ditanggung oleh pemberi gadai dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis

barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah

1 Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan gadai dilakukan

dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan

menarik bunga

2 Hak rahn berlaku pada seluruh harta (benda bergerak dan benda tidak

bergerak)

3 Rahn menurut hukum Islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga

sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga

(Perum Pegadaian)

22 Pegadaian Syariah di Indonesia

Lembaga yang menyelenggarakan pegadaian syariah di Indonesia adalah

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Adapun sejarah dari Perum Pegadaian adalah

sebagai berikut Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia kantor Jawatan

Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar Kebumen karena situasi perang yang kian

memanas Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah

lagi ke Magelang Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia Dalam masa

ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status yaitu sebagai Perusahaan Negara

(PN) sejak 1 Januari 1961 kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No71969

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Pemerintah No101990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

No1032000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang

Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal

kebangkitan Pegadaian satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi

yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan

usaha Perum Pegadaian sampai sekarang Banyak pihak berpendapat bahwa

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 10: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga

Bank telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa

terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu Berkat Rahmat Allah SWT dan

setelah melalui kajian panjang akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit

Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang

menangani kegiatan usaha syariah

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya Makasar Semarang Surakarta

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003 Masih di tahun yang

sama pula 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah

Untuk menjadi lembaga keuangan yang terbaik di mata masyarakat maka

Perum Pegadaian terus meluncurkan produk-produk jasa keuangan termasuk salah

satunya adalah pegadaian pola syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Pegadaian

syariah ini mulai dioperasikan di Indonesia mulai Januari 2003 Secara umum

perkembangan pegadaian syariah cukup baik Perkembangan Pegadaian Syariah

sampai akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan mencapai 1 6 triliun Rupiah dengan

nasabah 600 ribu orang Jumlah kantor cabang Pegadaian Syariah ini berjumlah 120

unit yang berarti masih 4 dari jumlah Pegadaian Konvensional yang ada di

Indonesia (Harian Republika dalam Wakhyudin 2009)

Pegadaian Syariah sebagai lembaga yang dimiliki pemerintah tentunya

memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan bank Menurut Endang

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 11: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

(1993) dan Muhammad (1997) kelebihan-kelebihan Pegadaian Syariah dibandingkan

dengan bank adalah

1 Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen dalam

memenuhinya

2 Prosedur yang sangat sederhana sehingga memungkinkan konsumen

memperoleh dana dalam waktu 15 menit saja

3 Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan angsuran ringan tidak

ditentukan jumlahnya dan dapat diangsur sesuai kemampuan dengan jangka

waktu 120 hari

4 Cukup dipungut biaya administrasi dan biaya ijarah

5 Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan tujuan penggunaan uang tersebut

sehingga konsumen dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan apa

saja

6 Dapat dilunasi sewaktu-waktu maupun diperpanjang dengan membayar biaya

administrasi dan biaya ijarahnya

7 MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai operasionalisasi Pegadaian Syariah

Sedangkan kekurangan dari Pegadaian Syariah dibandingkan dengan bank

adalah sebagai berikut

1 Harus ada jaminan barang bergerak yang mempunyai nilai

2 Barang bergerak yang dijadikan jaminan harus diserahkan kepada Perum

Pegadaian sehingga konsumen tidak dapat memanfaatkan barang tersebut

selama berada di Perum Pegadaian

3 Jumlah kredit gadai masih terbatas untuk jenis emas dan berlian pada kota-

kota besar padahal di kota besar angka kemiskinan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di kota kecil

4 Belum semua masyarakat memahami mengenai sistem dari gadai syariah

5 Belum memiliki visi misi karena masih menyatu dengan perusahaan

induknya

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 12: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

II PEMBAHASAN

31 Implementasi Gadai Syariah di Perum Pegadaian

Gadai syariah di Perum Pegadaian Syariah diimplementasikan dengan adanya

fasilitas rahn yaitu produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan ijarah (biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan) Prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan pada

produk gadai syariah di Perum Pegadaian adalah tidak memungut bunga dalam

berbagai bentuk karena riba menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan

atas jasa dan atau bagi hasil

Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai Syariah untuk

solusi pendanaan yang Cepat Praktis dan Menentramkan Cepat karena hanya 15

menit kebutuhan dana akan terpenuhi Praktis karena tidak perlu membuka rekening

ataupun prosedur lain yang memberatkan Konsumen cukup membawa barang-barang

berharga milik pribadi saat itu juga konsumen akan mendapatkan dana yang

dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu

Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana pinjaman tersebut

maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan

pemeliharaan serta biaya administrasi Sedangkan menentramkan karena sumber

dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah proses gadai

berlandaskan prinsip syariah serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan

nuansa Islami sehingga lebih syari dan menetramkan

Dalam prinsip syariah pengoperasian gadai syariah menggunakan metode

mudharabah atau prinsip bagi hasil Namun pada aplikasinya Perum pegadaian

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) karena nasabah dalam

mempergunakan dana mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk

konsumsi membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja sehingga metode

mudharabah tidak feasible untuk diterapkan pada Perum Pegadaian

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 13: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional nomor 25DSN-MUIIII2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan

bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk

rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut

a Ketentuan Umum

1 Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang)

sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi

2 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin Pada prinsipnya marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya

pemeliharaan perawatannya

3 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin namun dapat dilakukan juga oleh murtahin sedangkan biaya dan

pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin

4 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman

5 Penjualan marhun

a Apabila jatuh tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera

melunasi utangnya

b Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya maka marhun dijual

paksadieksekusi

c Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan

d Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban rahin

b Ketentuan Penutup

1 Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 14: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian

hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana

mestinya

Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya adapun

mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut

melalui akad rahn nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian

menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian Akibat

yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi

nilai investasi tempat penyimpanan biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa

kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak Pegadaian

Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya

sebagai penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi

1 Akad Akad tidak mengandung syarat fasikbathil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas

2 Marhun Bih ( Pinjaman) Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan

kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut

Serta pinjaman itu jelas dan tertentu

3 Marhun (barang yang dirahnkan) Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang

dengan pinjaman memiliki nilai jelas ukurannya milik sah penuh dari rahin

tidak terkait dengan hak orang lain dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya

4 Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta

jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur

5 Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi biaya

penyimpanan biaya keamanan dan biaya pengelolaan serta administrasi

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 15: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya

cukup menyerahkan harta geraknya ( emas berlian kendaraan dan lain-lain) untuk

dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal Kemudian staf Penaksir akan

menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai

patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang

pinjaman yang dapat diberikan Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai

intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian Maksimum

uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90 dari nilai taksiran barang

Setelah melalui tahapan ini Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad

dengan kesepakatan

1 Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum

empat bulan

2 Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90- (sembilan puluh rupiah)

dari kelipatan taksiran Rp 10000- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat

melunasi pinjaman

3 Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat

pencairan uang pinjaman

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk melakukan penebusan

barangpelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan

mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang

sudah berjalan ditambah bea administrasi atau hanya membayar jasa simpannya saja

terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman

uangnya

Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa

simpan maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara

dijual selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman jasa simpan dan pajak

merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah Nasabah diberi kesempatan

selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan dan jika dalam satu tahun

ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut Pegadaian Syariah akan

menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 16: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Selain aspek operasionalnya saja pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi

nasabah harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba

Dalam hal ini seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian

disalurkan kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan Pegadaian telah melakukan

kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya ke depan Pegadaian juga akan

melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up

modal kerja

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik

transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional yaitu

1 Di Pegadaian konvensional tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang

disebut sebagai sewa modal dihitung dari nilai pinjaman

2 Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum

konvensional keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir sehingga

Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau

dengan kata lain melakukan praktik fidusia Berbeda dengan Pegadaian syariah

yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan

penarikan bea jasa simpan

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 17: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

IV PENUTUP

41 Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai

teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan

membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan

pada Perum Pegadaian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi

gadai syariah yang diterapkan secara umum telah sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Namun ada beberapa hal seperti prinsip mudharabah yang belum dapat

dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut

belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian sehingga kita tidak dapat

memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan

untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak

42 Saran

Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu agama yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia dan juga dirasa lebih menguntungkan adanya

fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena

kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari

Perum Pegadaian Oleh karena itu dibutuhkan publikasi promosi dan pengenalan

kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum

Pegadaian ini Diharapkan ke depannya operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh terutama

pada akad utama gadai syariah yaitu akad mudharabah

mdashWallahu Arsquolam bi ash showabmdash

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 18: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

V DAFTAR PUSTAKA

Anshori Abdul Ghofur 2006 Gadai Syariah di Indonesia Yogyakarta Gadjah

Mada University Press

Gadai Syariah Konsep dan Operasionalnya di Indonesia

httponeindoskripsicomskripsi-tugas-kuliah-makalahekonomi-islamgadai-

syariah-konsep-dan-operasionalnya-di-indonesia [9 Januari 2010]

Pegadaian httpidwikipediaorgwikiPegadaian [9 Januari 2010]

Pegadaian Syariah httpwwwpegadaiancoidpkcaphpuid [9 Januari 2010]

Perum Pegadaian httpwwwpegadaiancoid [9 Januari 2010]

Rahmawati Rafika 2009 Makalah Pegadaian Syariah

httphendrakholidnetblog200905makalah-pegadaian-syariah [9 Januari

2010]

Rais Sasli dan Wakhyudin 2007 Pengembangan Pegadaian Syariah di Indonesia

dengan Analisis SWOT httpdocsgooglecomviewera=vampq=cache772_-

YNKECUJimagesnuris2007multiplymultiplycontentcomattachment [9

Januari 2010]

Lampiran

Page 19: PEGADAIAN SYARIAH : TEORI DAN APLIKASINYA PADA PERUM PEGADAIAN DI INDONESIA

Lampiran