mikroekonomi islam › wp-content › uploads › 2020 › 06 › i-lib...mikroekonomi islam dalam...
TRANSCRIPT
Mikroekonomi Islam
Dalam islam, seorang individu yang rasional
seharusnya memilih lebih banyak barang yang
dapat menghasilkan maslahah Ketika terjadi
kenaikan income dengan kendala tertentu
(constraint).
Ilustrasi Grafik
Pendekatan utilitarian hanya menjelaskan
bagaimana seorang individu berusaha mencoba
memaksimumkan preferensi ditengah
keterbatasan. Pertanyaan mendalam harus
diajukan seperti :
1. Bagaimana sebuah preferensi individu
terbentuk?
2. Tidak dapat membedakan motivasi seseorang
untuk lebih banyak memilih x atau y
Self-sacrifice yang berbasis moral juga rasional →
social interest
- Orang tua menunda membeli kebutuhan
pribadi untuk kebutuhan anak
- Membantu tetangga yang terkena
musibah menggunakan uang tabungan
Rasionaitas yang dibentuk melompat dari self
sacrifice (social) menjadi God’s interest. Contoh :
puasa, haji, sedekah
Kenapa individu menjadi baik?
Mengapa preferensi kebaikan seseorang berbeda
dari yang lain?
Filosof Moral mencoba untuk mendefinisikan apa
yang dianggap baik adalah Apa yang membuat
seseorang menjadi lebih baik (better off) tanpa
membuat seseorang lain worse off. Sedangkan
buruk adalah : Apa yang membuat seorang
individu menjadi better off dengan membuat
orang lain worse off.
Dua faktor penting kenapa seseorang memilih
untuk preferensi terhadap suatu kebaikan. 2 jenis :
1. Grip to society
Disebabkan desakan
dari lingkungan
untuk memenuhi
aturan tertentu.
Ada dua pihak , I dan II Misalkan I bergerak
dulu, up atau down. II punya 4 pilihan :
- Kiri tanpa syarat
- Kiri ketika I up, kanan ketika I down
- Kanan ketika I up, kiri ketika I down
- Kanan tanpa syarat
2. Self-consiousness
Preferensi individu
terhadap sesuatu
kebaikan sangat
bergantung pada
apakah sesuatu yang dianggap baik oleh
individu tersebut dapat diterima dengan
akal moral. Ketika semua berprilaku self
conscious → outcome sama
Maslahah yang dihasilkan menjadi tidak maksimal
Faktor mempengaruhi pembenutukan preferensi
1. Worldview islam :
Kesadaran akan keberadaan tuhan
(makrifatullah).
Di dalam Islam mengenal siapa
sesungguhnya manusia itu dan untuk apa
dia diciptakan dapat membentuk
pemehaman manusia tetang hakikat
kehidupan. Keberadaan manusia sebagai
khalifah dan abdi Tuhan di dunia yang
dijelaskan oleh setiap rosul yang diutus
Tuhan dapat memberikan pencerahan
kepada manusia tentang hakikat
kehidupanya di dunia.
Pemahaman manusia akan hakikatnya
tersebut itulah yang dapat menjadi faktor
kunci pembentukan preferesi dirinya akan
baik dan buruk. Sehingga kita mengetahui
kenapa X lebih disukai ketimbang Y (X≥Y)
atau (X ≈ Y)
penerapan Hukum sharia membuat
individu baik yang suka dan tidak suka akan
hukum syariah akan mematuhi hukum
syariah. (grip to society)
Individu yang tercerahkan menjadi elemen
penting, tetapi sharia memastikan
berlakunya god’s interest → output yang
dihasilakan adalah Taqwa
2. Institusi keluarga
Norma (sesuatu yang dianggap baik) yang
berlaku di keluarga sangat berhubugan
erat dengan pembentukan preferensi
individu. Contoh; Latar belakang
pendidikan sebuah keluarga dapat
mempengaruhi keputsan-keputusan yang
diambil oleh seorang individu. Seperti
keputusan untuk mengkonsumsi,
menabung atau berinvestasi.
Kesimpulan dari studi Alesina dan Giuliano
(2010) menunjukkan bahwa:
“The family is a key socio economic unit in
society…”
3. Lingkungan
Selain institusi keluarga, faktor lingkungan
sangat mempengaruhi proses
pembentukan preferensi. Kepatuhan
masyarakat akan norma Islam dapat
secara langsung maupun tidak langsung
membentuk preferensi individu untuk
mematuhi norma tersebut. contoh; Di
dalam masyarakat Islam memberikan
pinjaman dengan bunga merupakan suatu
hal yang dianggap sangat buruk. Sehingga
setiap aktivitas yang berkaitan dengan
riba dianggap sebagai sebuah aib dalam
masyarakat Islam.
Dalam ekonomi konvensional, perusahaan atau
produsen selalu diasumsikan memaksimumkan
keuntungan (profit sebagai motif tunggal)
Ada hubungan kuat antara profit max dengan
prospensity to monopolize
Konsep pareto optimality → berimplikasi
pengabaian masalah distribusi pendapatan
Kriteria pareto tidak dapat diterapkan untuk
setiap rencana meningkatkan output diatas max
profit yang akan menguntungkan orang kaya
diatas beban orang miskin
Konsep Given Demand Hypotesis → produsen akan
dan harus selalu merespon permintaan pasar
Namun dalam perekonomian dengan distribusi
pendapatan tidak rata (mayoritas miskin),
kebutuhan riil masyarakat tidak tercermin dalam
permintaan pasar. Permintaan pasar tidak
mencerminkan yang sesungguhnya. Contoh :
luxury goods yang terjangkau the rich ditekan
produksinya, justru basic needs tidak dioptimalkan.
Dalam islam, profit bukanlah motiv tunggal.
Terdapat multidimensi atau huquq sebagai
motivasi. Keuntungan hanya salah satu motivasi
yaitu self-interest. Yang lebih utama,
memproduksi yang mengandung maslahah (social
interest) → kebutuhan riil masyarakat tercermin
dalam permintaan pasar.
Prinsip produksi dalam Islam :
1. Kegiatan produksi dilandasi nilai2 islam. Sesuai
maqashid syari’ah → maslahah
2. Prioritas harus sesuai urutan. Dharuriyah,
hajjiyah, tahsiniyah
3. Kegiatan produksi memperhatikan keadilan,
aspek sosial, kemasyarakatan, memenuhi
kewajiban ZISWAF (huquq)
4. Mengelola SDA secara optimal, tidak boros,
berlebihan, dan merusak lingkungan
Maslahah (prod) = F (Profit, Berkah, Rahmat, Pahala)
Maslahah sebagai pengganda profit
Mp = a {f(𝜋)} Mp = maslahah production
= a {R(q)-C(q)} a = variable maslahah
Cost function approach
Profit
π= R-C
Maslahah
Revenue
Cost (C)
Cost
Eksplisit Cost E(C)
Implisit Cost I(C)
C= E(C)+I(C)
Necessity vs Luxury
Production of necessity: menunjukkan bahwa
berdasarkan islamic framework → more necessity
goods will be produced at a lower price which gives
higher benefits to the society without the firm
having to deviate from its profit-maximizing
decision. Contohnya, produsen akan memproduksi
lebih banyak gandum dari pada level harga yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi
pesawat terbang atau perhiasan (luxury goods).
Revenue Approach
Profit max vs maslahah max
Profit max → MR = MC
Maslahah max =
- necessity good (MR^ = Mc) → Q^
- luxury good (MR = MC^) → Qv
Besarnya maslahah production → Mp = α 𝜋
Manakah yang lebih baik (untung) memproduksi
Ubi kayu atau bir dengan kondisi pasar seperti
berikut?
Ubi kayu Bir
Harga = 1.000 Harga = 10.000
Cost rata2 = 500 Cost rata2 = 5000
Modal yang dimiliki adalah 100.000
a. komparasi profit
Ubi kayu Bir
Q = Modal/Cost = 200 Q = 100.000/5000 = 20
Profit= 200(1000-500) Profit= 20 (10000-5000)
= 100.000 = 100.000
b. Komparasi MP
Ubi kayu Bir
Maslahah = +0.3 (given) maslahah = -1.3 (given)
Maslahah = (1+0.3)100.000 Maslahah = (1-1.3)100.000
= 130.000 = -30.000
c. Ilustration
Dengan menggunakan kerangka pasar competitive,
total output pada barang necessity lebih besar
dihasilkan oleh islamic firm bila dibandingkan dengan
conventional firm.
Maslahah Revenue
Explisit
Revenue
Implisit
Revenue
Profit
Cost
Revenue
Mp= f(R) - f(C) va b
α = a+(-b)
Teori Penawaran
Besarnya jumlah yang di produksi (penawaran)
oleh produsen islamic man bergantung pada
besarnya maslahah yang diberikan oleh barang
tersebut yang dicerminkan pada tingkat harga
yang disesuaikan terhadap maslahah/mudharat
Kurva penawaran adalah kurva MC diatas AC.
Perubahan maslahah akan menggeser MC yang
kemudian menggeser kurva penawaran
Necessary Goods
Luxury Goods