mi/adam dwi desa benderang dengan listrik...

1
PARA pemilik kapal yang ter- gabung dalam Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (In- donesia National Shipowners Association/INSA) sepakat untuk memangkas biaya pe- layaran demi meningkatkan daya saing. Hal itu diungkapkan Ketua Umum INSA Carmelita Har- toto dalam menanggapi strategi INSA menghadapi ASEAN Connectivity pada 2015 dalam acara 37th Annual General Meeting Federation of ASEAN Shipowners Association (FASA) di Jakarta, Jumat (9/12). Menurut Carmelita, meski sudah ada upaya dari para pemilik kapal, pemerintah belum memberikan dukung maksimal kepada pelayaran na- sional. Hal itu terlihat dari ine- siensi yang justru timbul dari lemahnya dukungan pemerin- tah terhadap infrastruktur. “Misalnya, daerah-daerah yang dipilih sebagai hub, apa- kah tidak ada extra cost. Lalu bagaimana caranya mengecil- kan cost tersebut. Berapa lama infrastruktur dibangun, ba- gaimana supaya tidak ada tran- shipment,” kata Carmelita. Sekjen INSA Paulis Djohan menambahkan, konektivitas nasional maupun ASEAN me- mang mampu mengurangi biaya angkut. Namun demiki- an, kerap kali penerapannya menjadi sulit karena kurang tegasnya pemerintah dan juga kurangnya koordinasi. Di kesempatan sama, Men- teri Perhubungan (Menhub) EE Mangindaan menuturkan, pemerintah siap memberikan dukungan kepada pelayaran nasional dalam menghadapi ASEAN Connectivity. Ben- tuknya antara lain berupa ke- mudahan perizinan, mem- perbesar galangan kapal, dan menegakkan asas cabotage. Dia menilai ASEAN Con- nectivity tidak melanggar asas cabotage . Sebab kapal-kapal negara ASEAN memang bisa masuk ke pelabuhan di Indo- nesia, tapi langsung keluar dan tidak melanjutkan perjalanan mereka ke pelabuhan lain di Indonesia. “Pemerintah tetap mem- bantu pengusaha di dalam negeri agar bisa menang. Kami sudah memperhitungkan agar pelayaran nasional tidak hanya menerima barang dari luar, tapi juga bisa mengirim keluar,” kata Menhub. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menjelas- kan, dalam rangka menghadapi ASEAN Connectivity, pelayaran nasional perlu membuat lang- kah konkret agar bisa bersaing. “Langkah konkret yang harus dilakukan pelayaran nasional menghadapi ASEAN Connec- tivity adalah mengurangi cost untuk menghindari inesiensi. Juga cari dukungan nansial, misalnya untuk kapal. Dana pemerintah hanya fasilitator.” (*/E-3) INDONESIA merupakan pro- dusen terbesar untuk beberapa komoditas, seperti timah, ke- lapa sawit, karet, dan kakao. Namun sayang, posisi Indo- nesia sebagai produsen tidak menjadikannya penentu harga bagi produk-produk tersebut. Penentu harga komoditas jus- tru pasar internasional. Oleh sebab itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisna- murthi menuturkan penting- nya instrumen untuk menjaga harga komoditas. “Kita ingin bisa kelola pasar kita, termasuk pasar internasional dengan ber- bagai instrumen, tentu bukan bermaksud untuk semena-me- na atau sewenang-wenang de- ngan konsumen dan membuat industri kesulitan,” ujar Bayu di Kementerian Perdagangan, Jakarta, akhir pekan lalu. Bayu menerangkan, instru- men ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan harga antara ketersediaan dan per- mintaan komoditas ( supply and demand). Dituturkannya, selama ini harga yang ditetap- kan oleh internasional masih uktuatif. “Kalau harga terlalu tinggi, tentu pabrik akan repot, konsumen juga. Jadi dicari ke- seimbangannya. Kalau terlalu jauh, terlalu rendah, saya kira itu tidak bijak,” jelasnya. Salah satu contoh instrumen pasar, lanjut Bayu, adalah se- perti yang diterapkan oleh aso- siasi pengusaha karet Indone- sia. Pengusaha karet mengelola sendiri pasokan karet dengan memperhatikan supply and demand serta perkembangan harga. “Sehingga mulai 2008 harga karet yang tadinya hanya US$1 (Rp9.000) per kilogram, bisa mencapai US$4 (Rp36 ribu), bahkan US$5,8 (Rp52.200). Ini bentuk pengelolaan produk perdagangan. Kita punya peran yang sangat dominan di dunia ini,” kata Bayu. Ia menambahkan konsor- sium tiga negara pemegang 70% perdagangan karet dunia, yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang tergabung dalam International Rubber Consortium sepakat menerap- kan instrumen tertentu dengan pola berbeda dalam mengon- trol harga komoditas karet. (AI/E-4) ANDREAS TIMOTHY M ASYARAKAT adat Banten Kidul Taman Na- sional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di wilayah selatan perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten kini bisa se- makin mandiri. Dalam enam bulan menda- tang, sekitar 500 keluarga Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, dan Desa Sinargalih, Kecamatan Cibeber, Lebak, Banten, dapat menikmati tambahan listrik 50 kilowatt (kw). Listrik itu dihasilkan pem- bangkit listrik tenaga mikro- hidro (PLTMH) yang dibangun PT Bank Mandiri Tbk bekerja sama dengan Yayasan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyat- an (Ibeka), sebagai realisasi program Mandiri Bersama Mandiri (MBM) yang bertajuk Listrik Desa Mandiri. “Program MBM merupakan realisasi komitmen Mandiri un- tuk meningkatkan peran aktif dalam memajukan perekono- mian masyarakat,” ujar Senior VP Special Asset Management Bank Mandiri Agus Sudiarto saat peletakan batu pertama di Kampung Cicemet, Desa Sinargalih, Sabtu (10/12). Peletakan batu pertama juga dilakukan oleh pemuka adat Abah Ugi dan pengurus Yayasan Ibeka Sapto Nugro- ho. Agus mengatakan, ke- beradaan PLTMH dengan memanfaatkan aliran Sungai Cisono tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat lokal untuk memberdayakan diri dan meningkatkan taraf kehidupan yang selama ini terhambat oleh minimnya pa- sokan listrik. Hal tersebut sejalan dengan program MBM yang menjadi salah satu pilar utama program kepedulian sosial perseroan. Listrik mandiri diharapkan meningkatkan produktivi- tas, kreativitas, kemandirian ekonomi perdesaan, dan mem- bangun daya saing yang ting- gi. Dengan demikian, prospek peningkatan kesejahteraan masyarakat desa pun kian benderang. “Jadi program ini bukan sekadar listrik masuk desa. Tapi, lebih dari itu, diharap- kan pasokan listrik yang nanti diterima bisa membantu dan mendorong masyarakat un- tuk mengembangkan potensi- potensi yang dimiliki, seperti di bidang ekonomi dan pari- wisata,” kata Agus. Terintegrasi Pembangunan PLTMH itu memakan biaya sebesar Rp2,392 miliar. Sebanyak Rp1,931 miliar merupakan hibah dari program tanggung jawab sosial (CSR) Bank Mandiri. Adapun sisanya, Rp461 juta, merupakan partisipasi masyarakat setempat berupa lahan proyek, material, dan tenaga. PLTMH tersebut di- harapkan sudah dapat berope- rasi dalam enam bulan setelah peletakan batu pertama. Proyek PLTMH Sukabumi dan Banten merupakan pem- bangunan terintegrasi yang meliputi pembangunan ben- dungan di Sungai Cisono dan kelengkapannya, pembangunan saluran pembawa, dan saluran pesat. Selain itu, yang utama ialah pembangunan pembang- kit serta jaringan distribusi hingga ke rumah-rumah. Ketua Yayasan Ibeka Tri Mumpuni sebelumnya menga- takan telah terbangun PLTMH Cicemet berkapasitas 120 kilo- watt di lokasi masyarakat adat Banten Kidul. Listriknya pun telah dinikmati oleh sebagian masyarakat adat. Ia berharap langkah Bank Mandiri dapat diikuti oleh per- usahaan lain sehingga dapat memperluas akses masyarakat terhadap ketersediaan tenaga listrik. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang ting- gal di perdesaan tidak terjang- kau oleh pelayanan listrik PLN. (E-1) [email protected] Swasta dan Pemerintah Harus Tekan Inefisiensi Pelayaran Pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran sungai setempat diharapkan dapat membantu masyarakat lokal meningkatkan taraf hidup. Indonesia, Negeri Penuh Peluang JACOBO BERMUDEZ KEPERCAYAAN glo- bal terhadap potensi ekonomi Indonesia yang begitu luas dan ke- mampuan belanja kelas menengahnya yang me- ningkat telah memicu masuknya gelombang dana ekuitas swasta belakangan ini, dengan investasi ditargetkan mencapai US$1,7 miliar. Perusahaan-Perusahaan ekuitas swasta dalam negeri, seperti Saratoga dan Ancora Capital Management, masing- masing menggalang US$300 juta dan US$400 juta pada 2011. Perusahaan baru di Ja- karta, Falcon House Partners, menggulirkan US$200 juta pada September. Sebulan kemudian, North- star Pacific Partners, yang didukung TPG Capital di Amerika Serikat, meng- umumkan telah menggalang US$820 juta hanya dalam waktu empat bulan. Seorang eksekutif Northstar mengatakan kepada Financial Times, gejolak pasar global akhir-akhir ini tidak meme- ngaruhi kepercayaan investor. Kejatuhan tajam pada nilai sa- ham perusahaan-perusahaan komoditas Indonesia justru menciptakan peluang. “Sektor energi kelihatannya sangat murah. Kami memi- liki kesempatan untuk ber- bicara dengan perusahaan- perusahaan yang selama ini tertutup,” katanya. “Bahkan dengan kejatuhan ekonomi global sekalipun, tetap ada peluang pertumbuhan dan margin lebih baik pada ko- moditas energi Indonesia.” Kepercayaan terhadap In- donesia kian meningkat ke- tika ekonom terkenal dari AS, Nouriel Roubini, memban- dingkan tinjauan Indonesia dengan China pada kunjung- annya di Tanah Air. “Indone- sia memiliki ekonomi lebih seimbang karena produksi tidak semata-mata bergan- tung pada pasar global, tetapi juga pasar domestik,” ujar Roubini dalam ceramahnya di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta. Roubini menyarankan pe- merintah mengembangkan in- frastruktur dan meningkatkan output industri (manufaktur), serta menambahkan bahwa Indonesia bisa menjadi ekonomi terbesar ke-10 dunia pada 2020. Adapun faktor utama ambisi perusahaan ekui- tas swasta ialah populasi muda negara berpenduduk 240 juta orang ini dan kelas menengahnya yang senan- tiasa meningkat–-didefinisi- kan dengan pendapatan ru- mah tangga yang melampaui US$3.000 per tahun–-menjadi 50 juta dari sebelumnya hanya 1,6 juta orang pada 2004. Menanjaknya investasi asing langsung juga men- jadi pertanda kemajuan lain. Akhir Oktober, BKPM meng- umumkan realisasi investasi domestik dan asing melonjak 15,3% menjadi Rp65,4 triliun (US$7,36 miliar) selama Juli– September. Dengan demikian, total investasi dalam sembilan bulan pertama tahun ini men- jadi Rp181 triliun (US$20,36 miliar). Bulan lalu, Presiden Yu- dhoyono menunjuk Kepala BKPM Gita Wirjawan untuk menggantikan Mari Pangestu sebagai menteri perdagangan. Iklim investasi yang berkem- bang dan kepercayaan per- usahaan ekuitas swasta meng- indikasikan kepala BKPM yang baru akan menempati posisinya di tengah keadaan yang menarik. (RO/E-2) E KONOMI NASIONAL SENIN, 12 DESEMBER 2011 14 Desa Benderang dengan Listrik Mandiri Instrumen untuk Harga Komoditas Diharapkan pasokan listrik bisa membantu dan mendorong masyarakat untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.” Agus Sudiarto Senior VP Special Asset Manage- ment Bank Mandiri LISTRIK DESA MANDIRI: (Dari kiri) Senior VP Bank Mandiri Agus Sudiarto, Ketua Kasepuhan Ciptagelar Banten Kidul Abah Ugi Sugriana Rakasiwi, Kepala Balai TNGHS (Taman Gunung Halimun Salak) Istanto, pengurus Ibeka Sapto Nugroho, dan Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Kementerian Kehutanan Sumarto, berbincang seusai peletakan batu pertama pembangunan pembangkit listrik mikrohidro berkapasitas 50 kw di Desa Sinargalih, Cibeber, Lebak, Banten, Sabtu (10/12). MI/PALCE AMALO BIAYA PELAYARAN: Sejumlah kapal bersandar di Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa waktu lalu. Pemilik kapal yang tergabung dalam Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia sepakat untuk memangkas biaya pelayaran demi meningkatkan daya saing. MI/ADAM DWI

Upload: lamkhanh

Post on 11-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MI/ADAM DWI Desa Benderang dengan Listrik Mandiriftp.unpad.ac.id/koran/mediaindonesia/2011-12-12/mediaindonesia... · masyarakat desa pun kian benderang. “Jadi program ini bukan

PARA pemilik kapal yang ter-gabung dalam Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (In-donesia National Shipowners Association/INSA) sepakat untuk memangkas biaya pe-layaran demi meningkatkan daya saing.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum INSA Carmelita Har-toto dalam menanggapi strategi INSA menghadapi ASEAN Connectivity pada 2015 dalam acara 37th Annual General Meeting Federation of ASEAN Shipowners Association (FASA) di Jakarta, Jumat (9/12).

Menurut Carmelita, meski sudah ada upaya dari para pemilik kapal, pemerintah belum memberikan dukung maksimal kepada pelayaran na-sional. Hal itu terlihat dari ine-fi siensi yang justru timbul dari lemahnya dukungan pemerin-tah terhadap infrastruktur.

“Misalnya, daerah-daerah yang dipilih sebagai hub, apa-kah tidak ada extra cost. Lalu bagaimana caranya mengecil-kan cost tersebut. Berapa lama infrastruktur dibangun, ba-gaimana supaya tidak ada tran-shipment,” kata Carmelita.

Sekjen INSA Paulis Djohan menambahkan, konektivitas nasional maupun ASEAN me-mang mampu mengurangi biaya angkut. Namun demiki-an, kerap kali penerapannya menjadi sulit karena kurang

tegasnya pemerintah dan juga kurangnya koordinasi.

Di kesempatan sama, Men-teri Perhubungan (Menhub) EE Mangindaan menuturkan, pemerintah siap memberikan dukungan kepada pelayaran nasional dalam menghadapi ASEAN Connectivity. Ben-tuknya antara lain berupa ke-mudahan perizinan, mem-perbesar galangan kapal, dan menegakkan asas cabotage.

Dia menilai ASEAN Con-nectivity tidak melanggar asas

cabotage. Sebab kapal-kapal negara ASEAN memang bisa masuk ke pelabuhan di Indo-nesia, tapi langsung keluar dan tidak melanjutkan perjalanan mereka ke pelabuhan lain di Indonesia.

“Pemerintah tetap mem-bantu pengusaha di dalam negeri agar bisa menang. Kami sudah memperhitungkan agar pelayaran nasional tidak hanya menerima barang dari luar, tapi juga bisa mengirim keluar,” kata Menhub.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menjelas-kan, dalam rangka menghadapi ASEAN Connectivity, pelayaran nasional perlu membuat lang-kah konkret agar bisa bersaing. “Langkah konkret yang harus dilakukan pelayaran nasional menghadapi ASEAN Connec-tivity adalah me ngurangi cost untuk menghindari inefi siensi. Juga cari dukungan fi nansial, misalnya untuk kapal. Dana pemerintah hanya fasilitator.” (*/E-3)

INDONESIA merupakan pro-dusen terbesar untuk beberapa komoditas, seperti timah, ke-lapa sawit, karet, dan kakao. Namun sayang, posisi Indo-nesia sebagai produsen tidak menjadikannya penentu harga bagi produk-produk tersebut. Penentu harga komoditas jus-tru pasar internasional.

Oleh sebab itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisna-murthi menuturkan penting-nya instrumen untuk menjaga harga komoditas. “Kita ingin bisa kelola pasar kita, termasuk pasar internasional dengan ber-bagai instrumen, tentu bukan bermaksud untuk semena-me-na atau sewenang-wenang de-ngan konsumen dan membuat industri kesulitan,” ujar Bayu di Kementerian Perdagangan, Jakarta, akhir pekan lalu.

Bayu menerangkan, instru-men ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan harga antara ketersediaan dan per-mintaan komoditas (supply and demand). Dituturkannya, selama ini harga yang ditetap-kan oleh internasional masih fl uktuatif. “Kalau harga terlalu tinggi, tentu pabrik akan repot, konsumen juga. Jadi dicari ke-seimbangannya. Kalau terlalu jauh, terlalu rendah, saya kira itu tidak bijak,” jelasnya.

Salah satu contoh instrumen pasar, lanjut Bayu, adalah se-perti yang diterapkan oleh aso-siasi pengusaha karet Indone-sia. Pengusaha karet menge lola sendiri pasokan karet de ngan memperhatikan supply and demand serta perkembang an harga.

“Sehingga mulai 2008 harga karet yang tadinya hanya US$1 (Rp9.000) per kilogram, bisa mencapai US$4 (Rp36 ribu), bahkan US$5,8 (Rp52.200). Ini bentuk pengelolaan produk perdagang an. Kita punya peran yang sangat dominan di dunia ini,” kata Bayu.

Ia menambahkan konsor-sium tiga negara pemegang 70% perdagangan karet dunia, yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang tergabung dalam International Rubber Consortium sepakat menerap-kan instrumen tertentu dengan pola berbeda dalam mengon-trol harga komoditas karet. (AI/E-4)

ANDREAS TIMOTHY

MA S YA R A K AT a d a t B a n t e n Kidul Taman Na-sional Gunung

Halimun Salak (TNGHS) di wilayah selatan perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten kini bisa se-makin mandiri.

Dalam enam bulan menda-tang, sekitar 500 keluarga Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, dan Desa Sinargalih, Kecamatan Cibeber, Lebak, Banten, dapat menikmati tambahan listrik 50 kilowatt (kw).

Listrik itu dihasilkan pem-bangkit listrik tenaga mikro-hidro (PLTMH) yang dibangun PT Bank Mandiri Tbk bekerja

sama dengan Yayasan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyat-an (Ibeka), sebagai realisasi program Mandiri Bersama Mandiri (MBM) yang bertajuk Listrik Desa Mandiri.

“Program MBM merupakan realisasi komitmen Mandiri un-tuk meningkatkan peran aktif dalam memajukan perekono-mian masyarakat,” ujar Senior VP Special Asset Management Bank Mandiri Agus Sudiarto saat peletakan batu pertama di Kampung Cicemet, Desa Sinargalih, Sabtu (10/12).

Peletakan batu pertama juga dilakukan oleh pemuka adat Abah Ugi dan peng urus Yayasan Ibeka Sapto Nugro-ho.

Agus mengatakan, ke-beradaan PLTMH dengan

memanfaatkan aliran Sungai Cisono tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat lokal untuk memberdayakan diri dan meningkatkan taraf kehidupan yang selama ini terhambat oleh minimnya pa-sokan listrik.

Hal tersebut sejalan dengan program MBM yang menjadi salah satu pilar utama program kepedulian sosial perseroan. Listrik mandiri diharapkan meningkatkan produktivi-tas, kreativitas, kemandirian ekonomi perdesaan, dan mem-bangun daya saing yang ting-gi. Dengan demikian, prospek peningkatan kesejahteraan masyarakat desa pun kian benderang.

“Jadi program ini bukan sekadar listrik masuk desa.

Tapi, lebih dari itu, diharap-kan pasokan listrik yang nanti diterima bisa membantu dan mendorong masyarakat un-tuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, seperti di bidang ekonomi dan pari-wisata,” kata Agus.

TerintegrasiPembangunan PLTMH itu

memakan biaya sebesar Rp2,392 miliar. Sebanyak Rp1,931 miliar merupakan hibah dari program tanggung jawab sosial (CSR) Bank Mandiri.

Adapun sisanya, Rp461 juta, merupakan partisipasi masyarakat setempat berupa lahan proyek, material, dan tenaga. PLTMH tersebut di-harapkan sudah dapat berope-rasi dalam enam bulan setelah peletakan batu pertama.

Proyek PLTMH Sukabumi dan Banten merupakan pem-bangunan terintegrasi yang meliputi pembangunan ben-dungan di Sungai Cisono dan kelengkapannya, pembangun an saluran pembawa, dan saluran pesat. Selain itu, yang utama

ialah pembangunan pembang-kit serta jaringan distribusi hingga ke rumah-rumah.

Ketua Yayasan Ibeka Tri Mumpuni sebelumnya menga-takan telah terbangun PLTMH Cicemet berkapasitas 120 kilo-watt di lokasi masyarakat adat Banten Kidul. Listriknya pun telah dinikmati oleh sebagian masyarakat adat.

Ia berharap langkah Bank Mandiri dapat diikuti oleh per-usahaan lain sehingga dapat memperluas akses masyarakat terhadap ketersediaan tenaga listrik. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang ting-gal di perdesaan tidak terjang-kau oleh pelayanan listrik PLN. (E-1)

[email protected]

Swasta dan Pemerintah Harus Tekan Inefi siensi Pelayaran

Pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran sungai setempat diharapkan dapat membantu masyarakat lokal meningkatkan taraf hidup.

Indonesia, Negeri Penuh Peluang

JACOBO BERMUDEZ

KEPERCAYAAN glo-bal terhadap potensi e k o n o m i I n d o n e s i a yang begitu luas dan ke-mampuan belanja kelas mene ngahnya yang me-ningkat telah memicu masuknya gelombang dana ekuitas swasta belakangan ini, dengan investasi ditargetkan mencapai US$1,7 miliar.

Perusahaan-Perusahaan ekuitas swasta dalam negeri, seperti Saratoga dan Ancora Capital Management, masing-masing menggalang US$300 juta dan US$400 juta pada 2011. Perusahaan baru di Ja-karta, Falcon House Partners, menggulirkan US$200 juta pada September.

Sebulan kemudian, North-star Pacific Partners, yang didukung TPG Capital di Amerika Serikat, meng-umumkan telah menggalang US$820 juta hanya dalam waktu empat bulan.

Seorang eksekutif Northstar mengatakan kepada Financial Times, gejolak pasar global akhir-akhir ini tidak meme-ngaruhi kepercayaan investor. Kejatuhan tajam pada nilai sa-ham perusahaan-perusahaan komoditas Indonesia justru menciptakan peluang.

“Sektor energi kelihatannya

sangat murah. Kami memi-liki kesempatan untuk ber-bicara dengan perusahaan-perusahaan yang selama ini tertutup,” katanya. “Bahkan de ngan kejatuhan ekonomi global sekalipun, tetap ada peluang pertumbuhan dan margin lebih baik pada ko-moditas energi Indonesia.”

Kepercayaan terhadap In-donesia kian meningkat ke-tika ekonom terkenal dari AS, Nouriel Roubini, memban-dingkan tinjauan Indonesia dengan China pada kunjung-annya di Tanah Air. “Indone-sia memiliki ekonomi lebih seimbang karena produksi tidak semata-mata bergan-tung pada pasar global, tetapi juga pasar domestik,” ujar Roubini dalam ceramahnya di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta.

Roubini menyarankan pe-merintah mengembangkan in-frastruktur dan meningkatkan output industri (manufaktur), serta menambahkan bahwa

Indonesia bisa menjadi ekonomi terbesar ke-10 dunia pada 2020.

Adapun faktor utama ambisi perusahaan ekui-tas swasta ialah populasi muda negara berpenduduk 240 juta orang ini dan kelas menengahnya yang senan-

tiasa meningkat–-didefinisi-kan dengan pendapatan ru-mah tangga yang melampaui US$3.000 per tahun–-menjadi 50 juta dari sebelumnya hanya 1,6 juta orang pada 2004.

Menanjaknya investasi asing langsung juga men-jadi pertanda kemajuan lain. Akhir Oktober, BKPM meng-umumkan realisasi investasi domestik dan asing melonjak 15,3% menjadi Rp65,4 triliun (US$7,36 miliar) selama Juli–September. Dengan demikian, total investasi dalam sembilan bulan pertama tahun ini men-jadi Rp181 triliun (US$20,36 miliar).

Bulan lalu, Presiden Yu-dhoyono menunjuk Kepala BKPM Gita Wirjawan untuk menggantikan Mari Pangestu sebagai menteri perdagangan. Iklim investasi yang berkem-bang dan kepercayaan per-usahaan ekuitas swasta meng-indikasikan kepala BKPM yang baru akan menempati posisinya di tengah keadaan yang menarik. (RO/E-2)

EKONOMI NASIONAL SENIN, 12 DESEMBER 201114

Desa Benderang dengan Listrik Mandiri

Instrumen untuk Harga

Komoditas

Diharapkan pasokan listrik

bisa membantu dan mendorong masyarakat untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.”Agus Sudiarto Senior VP Special Asset Manage-ment Bank Mandiri

LISTRIK DESA MANDIRI: (Dari kiri) Senior VP Bank Mandiri Agus Sudiarto, Ketua Kasepuhan Ciptagelar Banten Kidul Abah Ugi Sugriana Rakasiwi, Kepala Balai TNGHS (Taman Gunung Halimun Salak) Istanto, pengurus Ibeka Sapto Nugroho, dan Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Kementerian Kehutanan Sumarto, berbincang seusai peletakan batu pertama pembangunan pembangkit listrik mikrohidro berkapasitas 50 kw di Desa Sinargalih, Cibeber, Lebak, Banten, Sabtu (10/12).

MI/PALCE AMALO

BIAYA PELAYARAN: Sejumlah kapal bersandar di Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa waktu lalu. Pemilik kapal yang tergabung dalam Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia sepakat untuk memangkas biaya pelayaran demi meningkatkan daya saing.

MI/ADAM DWI