interupsi pengantar -...

1
2 | Politik & HAM KAMIS, 29 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA H ARI itu, ratusan orang berkerumun di lobi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum dan HAM), yang biasanya sepi. Macam-macam model pakaian yang dikenakan, mulai dari kemeja katun biasa, batik, hingga jas resmi. Sebagian dari mereka sudah biasa wira-wiri di media massa, baik cetak maupun elektronik. Mereka tampak saling bertegur sapa, bersalaman, hingga berpelukan. Ucapan “Sukses ya!” kerap meluncur dari bibir mereka, kepada rekan sejawat yang dikenalnya. Saat jam membentuk sudut 90 derajat, terdengar suara pembawa acara yang meminta mereka masuk ke ruangan. Sebagian memang sudah duduk di dalam ruangan, mempersiapkan buku bertuliskan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di sampulnya. Ada juga yang sibuk mengatur posisi komputer jinjing. Berusaha mencari posisi terbaik dalam mengetik. Semua dilakukan demi meraih kursi pimpinan KPK yang ditinggalkan Antasari Azhar, tersangka kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen Iskandar, pada 2009. Walaupun hanya untuk mencari satu orang pengganti saja, antusiasme 134 orang kandidat untuk mengikuti tahap penulisan makalah, begitu luar biasa. Semuanya dilakukan untuk menuju KPK1. Salah satunya adalah advokat dari Makassar. Taufan Pawe. Ia mengaku tidak berkeberatan harus membawa buku-buku referensi hingga satu tas besar. Meskipun buku-buku itu tidak dipakai semua, Taufan tampak optimis dirinya lolos dari tahap penulisan makalah itu. “Kalau saya menulis tangan dengan pertimbangan esiensi waktu. Lumayan capek juga,” ujar Taufan ketika ditemui Media Indonesia, seusai menjalani tes selama empat jam. Semangat Taufan berbeda dengan Partahi Sihombing yang memilih mundur dari tahapan seleksi. Dikenal sebagai pengacara Nunun, Partahi meninggalkan ruangan penulisan makalah 2,5 jam kemudian. Rendahnya gaji Ketua KPK yang hanya Rp40 juta, menjadi alasannya. Saat itu, para peserta memang diminta menulis makalah sejumlah 8 hingga 10 halaman menyangkut lima elemen, yakni mengenai perkembangan korupsi di Indonesia, hubungan korupsi dengan pembangunan, kerangka dasar hukum dan kebijakan nasional, konsepsi peserta dalam pemberantasan korupsi, kesimpulan dan catatan penutup. “Bobotnya beda-beda,” papar Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan KPK Patrialis Akbar, yang juga Menteri Hukum dan HAM. Peserta calon pimpinan KPK lain yang hadir saat itu adalah Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas, dan mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jimly Asshidiqqie. Jimly baru datang 20 menit setelah acara dibuka. Menurut Patrialis, Pansel KPK akan memberikan penilaian tersendiri atas ketepatan waktu peserta. Selain Jimly, tampak pula Ketua KY Busyro Muqoddas, pengacara Bambang Widjojanto, Henry Yosodiningrat, Roy BB Janis, yang hadir tepat waktu. (Setyawati/P-4) HARUS ada jaminan bagi warga yang melaporkan suatu tindakan kejahatan (whistle blower) tidak dijadikan tersangka karena pencemaran nama baik. “Undang-undangnya harus diubah. Mesti ada kebijakan yang mengatur, whistle blower tidak hanya mendapat perlin- dungan khusus, tetapi juga re- ward (penghargaan),” ujar prak- tisi hukum Todung Mulya Lubis dalam legal roundtable yang dise- lenggarakan oleh Metro TV, tadi malam. Menurutnya, perubahan itu penting untuk menjamin proses tawar-menawar antara saksi dan penegak hukum bisa diakui se- cara hukum. Tawar-menawar yang dimak- sud, lanjut Todung, adalah ja- minan saksi tidak dijadikan ter- sangka atas laporan yang dia ungkapkan. “Reward itu wajar, aturannya harus dimuat dalam UU agar tidak terjadi black market atau tawar-menawar di bawah meja,” papar Todung. Sekjen Transparency Interna- tional Indonesia (TII) Teten Mas- duki menambahkan, besarnya potensi seorang wisthle blower menjadi tersangka membuat orang menjadi kurang tergugah untuk mengungkapkan pelang- garan pidana. Apalagi, sambungnya, para wisthle blower biasanya adalah salah satu pelaku yang terlibat dalam kasus. “Prinsipnya kan menggunakan pencuri kecil untuk membongkar dan me- nangkap maling besar. Tetapi saat ini tidak ada jaminan, kalau membongkar tidak akan kena tuntut. Seharusnya aturan itu ada,” kata Teten. Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Abdul Haris Semendawai mengamini pendapat tersebut. Seorang saksi, kata dia, seharusnya tidak menjadi tersangka atas pengung- kapan kasus yang ia paparkan. “Seorang saksi seharusnya tidak bisa ditingkatkan statusnya menjadi tersangka. Mana mung- kin dia mau memberi keterangan lalu menjerat diri sendiri. Dia bisa dijadikan tersangka bukan atas keterangan dirinya, tetapi dari pihak lain,” tutur Se- mendawai. Sebagai lembaga baru, ia meng- akui LPSK masih kesulitan untuk mengimplementasikan tugas. Salah satunya dalam kasus yang melibatkan mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komjen Susno Duadji yang meminta per- lindungan kepada LPSK. Lembaga yang dipimpinnya tidak bisa memberi perlindungan karena Susno dijebloskan ke penjara. Hal ini penting menda- pat perhatian jika revisi undang- undang LPSK dilakukan. “Susno Duadji sebenarnya bisa mendapat perlindungan. Kami ingin menempatkannya di safe house, tapi kepolisian melaku- kan penahanan terhadap yang bersangkutan. Dilindungi bukan berarti proses hukumnya ber- henti,” katanya. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengingatkan agar LPSK benar-benar melin- dungi orang yang jujur dan tidak dimanfaatkan oleh orang dengan motif pribadi. “Harus benar-benar orang yang mengungkapkan kejujuran. Jangan sampai digunakan untuk kepentingan, misalnya, kepen- tingan pribadi serta politik. Ka- lau ternyata berbohong, bisa dikenai sanksi pidana,” tegas- nya. (NJ/P-1) P UTUSAN Mahkamah Konstitusi (MK) da- lam sengketa pemi- lihan umum kepala daerah (pemilu kada) Kabu- paten Kotawa-ringin Barat, Kalimantan Tengah, justru semakin membuat ketidak- pastian. “Memang ada potensi pu- tusan MK bisa menimbulkan ketidakpastian, terutama terkait masalah pemilu kada. Apalagi, bila putusan tidak sesuai dengan fakta,” jelas pakar hukum tata negara Universitas Khoirun, Margarito Kamis, di Jakarta, kemarin. Ketidakpastian itu terlihat dari sikap Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang terkesan saling lempar bola dalam menyikapi sengketa pemi- lu kada Kotawaringin Barat. Seperti diketahui, KPU Kota- waringin Barat menetapkan pa- sangan Sugianto Sabran-Eko Soemarno sebagai calon kepala daerah terpilih. Keputusan itu digugat pasangan Ujang Iskan- dar-Bambang Purwanto ke MK. MK kemudian mendiskuali- fikasi pasangan Sugianto-Eko dan memerintahkan KPU Kota- waringin Barat menetapkan Ujang-Bambang sebagai calon terpilih. Akan tetapi, KPU Kotawar- ingin Barat tidak dapat melak- sanakan suatu putusan yang melanggar undang-undang (UU). Pasalnya, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menegaskan kewe- nangan KPU untuk menetapkan kepala daerah terpilih, bukan menetapkan pasangan tertentu sebagai kepala daerah terpilih. Mendagri Gamawan Fauzi menegaskan pelantikan pa- sangan bupati dan wakil bupati terpilih masih menunggu kepu- tusan KPU pusat. Padahal, masa tugas bupati dan wakil bupati setempat berakhir pada 3 Agus- tus. “Saya sudah koordinasikan dengan KPU pusat. Yang ter- akhir, tentu akan merujuk pada pendapat KPU pusat,” katanya. Gamawan mengaku dilematik dalam mengambil keputusan. “UU sudah menyatakan putusan MK nal dan mengikat, kalau daerah tidak melanjutkan, ya kita lihat bagaimana sikap KPU pusat,” katanya. Akan tetapi, KPU masih menunggu hasil rapat koordi- nasi dengan jajaran Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, untuk memublikasikan kepu- tusan dalam sengketa itu. “Sudah diputuskan, kalau tidak salah sekitar minggu lalu. Tapi kami tidak mau diekspos dulu karena khawatir dengan kondisi di daerah,” ujar Ketua KPU Abdul Haz Anshary. Menurutnya, keputusan KPU dikhawatirkan memengaruhi kondisi keamanan di daerah itu. “Biar kondisi di daerah kondusif dulu,” lanjutnya. Ia mengaku tidak mengetahui kondisi di daerah. Karena itu, rapat koordinasi bisa menjadi upaya preventif dari hal yang tidak diinginkan. Rencananya rapat koordinasi dengan peserta dari Kementeri- an Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mendagri, Kapolri, dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) itu digelar pada 27 Juli. “Memang rencananya ke- marin, tapi tidak jadi. Ditunda sampai kapan, saya juga belum tahu karena belum ada un- dangan dari KPU,” kata anggota Bawaslu Bambang Eka Cahyo Widodo. Keterangan palsu Secara terpisah, Mabes Polri meminta keterangan dari dua saksi pemberian kesaksian palsu dalam persidangan MK. Kedua saksi pelapor yang menjalani pemeriksaan itu adalah warga Kotawaringin Barat, Nga- dio dan Nasir. “Substansi perta- nyaan menyangkut keterangan palsu dan dari mana saksi menda- patkan barang bukti terkait kete- rangan palsu itu. Saksi mengakui bahwa keterangan palsu diketa- hui dari persidangan di MK,” terang penasihat hukum pelapor Yudho Aryo Pandu Wibowo. (Dvd/Ant/P-1) [email protected] Putusan MK Munculkan Ketidakpastian KPU dan pemerintah terkesan saling lempar tanggung jawab dalam penetapan kepala daerah terpilih Kotawaringin Barat. Menuju Kursi KPK-1 Pendapat Wajar Seorang Presiden PENDAPAT Presiden Yudhoyono merupakan sesuatu yang wajar. Masalah benar atau tidaknya pendapat tersebut, itu soal lain. Suherman Saatnya Pakai Nuklir INDONESIA adalah salah satu negara besar yang tidak mungkin akan bisa mengimbangi laju permintaan akan listrik, kalau kon- disinya masih seperti ini. Saya kira sudah saatnya kita pakai energi tenaga nuklir yang ramah dan bertenaga besar. Ipik Pencurian Listrik masih Marak INDONESIA belum bisa bebas dari pemadaman listrik bergilir karena masih banyak praktik pencurian listrik. Yury Jurex Quincy Rakyat Tetap Terbebani BAGUSLAH. Kalau memang begitu, yang baik bilanglah baik, yang belum baik bilanglah belum baik. Yang jelas, listrik padam atau enggak padam, tetap aja masyarakat dibebani oleh kebijakan yang ada. Marsito Sirait PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono mendeklarasikan program Indonesia bebas pe- madaman listrik bergilir di Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, pada waktu yang sama di se- jumlah daerah masih terjadi mati listrik. Dalam deklarasi bebas biar- pet yang dilakukan di Lapangan Bumi Gora, Nusa Tenggara Ba- rat, Presiden juga menyampai- kan, terhitung 30 Juni 2010, di seluruh daerah, yang terakhir di Pulau Lombok, NTB, telah bebas pemadaman bergilir. Itu lima bulan lebih cepat daripada target bebas biarpet pemerin- tah, yakni November 2010. Berbagai tanggapan di- sampaikan pembaca melalui Mediaindonesia.com, face- book Harian Umum Media Indonesia , dan interupsi@ mediaindonesia.com. Berikut petikannya. PENGANTAR INTERUPSI Selengkapnya di mediaindonesia.com Deklarasi Bebas Biarpet Harus Dikawal Harus Dikawal LANJUTKAN, Pak Presiden. Tapi tolong dikawal kebijakannya agar deklarasi tidak hanya jadi omong kosong. Suriadi Dadhi Rangkul Pihak Swasta YANG perlu ditindaklanjuti adalah untuk mengupayakan merang- kul pihak swasta untuk bersama-sama mencarikan solusi agar biaya pemakaian listrik di masyarakat menjadi murah. Travalgarr Emres PERLINDUNGAN SAKSI: Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar (kiri) bersama praktisi hukum Todung Mulya Lubis (kedua dari kiri) dan presenter Fessy Alwi berdiskusi dengan tema Perlindungan terhadap sang whistle blower yang diselenggarakan Metro TV, di Jakarta, tadi malam. MI/ROMMY PUJIANTO Perlu Jaminan untuk Whistle Blower MI/SUSANTO Maria Jeanindya Margarito Kamis Pakar Hukum Tata Negara Universitas Khoirun MI/PANCA SYURKANI MI/RAMDANI MEMBUAT MAKALAH: Para calon Ketua KPK mengikuti seleksi membuat makalah di Gedung Kementerian Hukum dan HAM, di Jakarta, kemarin. Setiap peserta diberikan waktu selama empat jam untuk menyelesaikan makalah yang diikuti 131 calon dari 144 yang terdaftar.

Upload: phamquynh

Post on 28-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERUPSI PENGANTAR - ftp.unpad.ac.idftp.unpad.ac.id/koran/mediaindonesia/2010-07-29/mediaindonesia... · ruangan penulisan makalah 2,5 jam kemudian. Rendahnya gaji Ketua KPK yang

2 | Politik & HAM KAMIS, 29 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA

HARI itu, ratusan orang berkerumun di lobi

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum dan HAM), yang biasanya sepi. Macam-macam model pakaian yang dikenakan, mulai dari kemeja katun biasa, batik, hingga jas resmi.

Sebagian dari mereka sudah biasa wira-wiri di media massa, baik cetak maupun elektronik. Mereka tampak saling bertegur sapa, bersalaman, hingga berpelukan. Ucapan “Sukses ya!” kerap meluncur dari bibir mereka, kepada rekan sejawat yang dikenalnya.

Saat jam membentuk sudut 90 derajat, terdengar suara pembawa acara yang meminta mereka masuk ke ruangan. Sebagian memang sudah duduk di dalam ruangan, mempersiapkan buku bertuliskan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di sampulnya. Ada juga yang sibuk mengatur posisi komputer jinjing. Berusaha mencari posisi terbaik dalam mengetik.

Semua dilakukan demi meraih kursi pimpinan KPK yang ditinggalkan Antasari Azhar, tersangka kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen Iskandar, pada 2009.

Walaupun hanya untuk mencari satu orang pengganti saja, antusiasme 134 orang kandidat untuk mengikuti tahap penulisan makalah, begitu luar biasa. Semuanya dilakukan untuk menuju KPK1.

Salah satunya adalah advokat dari Makassar. Taufan Pawe. Ia mengaku tidak berkeberatan harus membawa buku-buku referensi hingga satu tas besar. Meskipun buku-buku

itu tidak dipakai semua, Taufan tampak optimis dirinya lolos dari tahap penulisan makalah itu.

“Kalau saya menulis tangan dengan pertimbangan efi siensi waktu. Lumayan capek juga,” ujar Taufan ketika ditemui Media Indonesia, seusai menjalani tes selama empat jam.

Semangat Taufan berbeda dengan Partahi Sihombing yang memilih mundur dari tahapan seleksi. Dikenal sebagai pengacara Nunun, Partahi meninggalkan ruangan penulisan makalah 2,5 jam kemudian. Rendahnya gaji Ketua KPK yang hanya Rp40 juta, menjadi alasannya.

Saat itu, para peserta memang diminta menulis makalah sejumlah 8 hingga 10 halaman menyangkut lima elemen, yakni mengenai perkembangan

korupsi di Indonesia, hubungan korupsi dengan pembangunan, kerangka dasar hukum dan kebijakan nasional, konsepsi peserta

dalam pemberantasan korupsi, kesimpulan dan catatan penutup.

“Bobotnya beda-beda,” papar Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan KPK Patrialis Akbar, yang juga Menteri Hukum dan HAM.

Peserta calon pimpinan KPK lain yang hadir saat itu adalah Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas, dan mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jimly Asshidiqqie. Jimly baru datang 20 menit setelah acara dibuka.

Menurut Patrialis, Pansel KPK akan memberikan penilaian tersendiri atas ketepatan waktu peserta. Selain Jimly, tampak pula Ketua KY Busyro Muqoddas, pengacara Bambang Widjojanto, Henry Yosodiningrat, Roy BB Janis, yang hadir tepat waktu. (Setyawati/P-4)

HARUS ada jaminan bagi warga yang melaporkan suatu tindakan kejahatan (whistle blower) tidak dijadikan tersangka karena pencemaran nama baik.

“Undang-undangnya harus diubah. Mesti ada kebijakan yang mengatur, whistle blower tidak hanya mendapat perlin-dungan khusus, tetapi juga re-ward (penghargaan),” ujar prak-tisi hukum Todung Mulya Lubis dalam legal roundtable yang dise-lenggarakan oleh Metro TV, tadi malam.

Menurutnya, perubahan itu penting untuk menjamin proses tawar-menawar antara saksi dan penegak hukum bisa diakui se-cara hukum.

Tawar-menawar yang dimak-sud, lanjut Todung, adalah ja-minan saksi tidak dijadikan ter-sangka atas laporan yang dia ungkapkan. “Reward itu wajar,

aturannya harus dimuat dalam UU agar tidak terjadi black market atau tawar-menawar di bawah meja,” papar Todung.

Sekjen Transparency Interna-tional Indonesia (TII) Teten Mas-duki menambahkan, besarnya potensi seorang wisthle blower menjadi tersangka membuat orang menjadi kurang tergugah untuk mengungkapkan pelang-garan pidana.

Apalagi, sambungnya, para wisthle blower biasanya adalah salah satu pelaku yang terlibat dalam kasus. “Prinsipnya kan menggunakan pencuri kecil untuk membongkar dan me-nangkap maling besar. Tetapi saat ini tidak ada jaminan, kalau membongkar tidak akan kena tuntut. Seharusnya aturan itu ada,” kata Teten.

Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Abdul

Haris Semendawai mengamini pendapat tersebut. Seorang saksi, kata dia, seharusnya tidak menjadi tersangka atas pengung-kapan kasus yang ia paparkan.

“Seorang saksi seharusnya tidak bisa ditingkatkan statusnya menjadi tersangka. Mana mung-kin dia mau memberi keterangan lalu menjerat diri sendiri. Dia bisa dijadikan tersangka bukan atas keterangan dirinya, tetapi dari pihak lain,” tutur Se-mendawai.

Sebagai lembaga baru, ia meng-akui LPSK masih kesulitan untuk mengimplementasikan tugas. Salah satunya dalam kasus yang melibatkan mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komjen Susno Duadji yang meminta per-lindungan kepada LPSK.

Lembaga yang dipimpinnya tidak bisa memberi perlindungan karena Susno dijebloskan ke

penjara. Hal ini penting menda-pat perhatian jika revisi undang-undang LPSK dilakukan.

“Susno Duadji sebenarnya bisa mendapat perlindungan. Kami ingin menempatkannya di safe house, tapi kepolisian melaku-kan penahanan terhadap yang bersangkutan. Dilindungi bukan berarti proses hukumnya ber-henti,” katanya.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengingatkan agar LPSK benar-benar melin-dungi orang yang jujur dan tidak dimanfaatkan oleh orang dengan motif pribadi.

“Harus benar-benar orang yang mengungkapkan kejujuran. Jangan sampai digunakan untuk kepentingan, misalnya, kepen-tingan pribadi serta politik. Ka-lau ternyata berbohong, bisa dikenai sanksi pidana,” tegas-nya. (NJ/P-1)

PUTUSAN Mahkamah Konstitusi (MK) da-lam sengketa pemi-lihan umum kepala

daerah (pemilu kada) Kabu-paten Kotawa-ringin Barat, Kalimantan Tengah, justru semakin membuat ketidak-pastian.

“Memang ada potensi pu-tusan MK bisa menimbulkan ketidakpastian, terutama terkait masalah pemilu kada. Apalagi, bila putusan tidak sesuai dengan fakta,” jelas pakar hukum tata negara Universitas Khoirun, Margarito Kamis, di Jakarta, kemarin.

Ketidakpastian itu terlihat dari sikap Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang terkesan saling lempar bola dalam menyikapi sengketa pemi-lu kada Kotawaringin Barat.

Seperti diketahui, KPU Kota-waringin Barat menetapkan pa-sangan Sugianto Sabran-Eko Soemarno sebagai calon kepala daerah terpilih. Keputusan itu digugat pasangan Ujang Iskan-dar-Bambang Purwanto ke MK.

MK kemudian mendiskuali-fikasi pasangan Sugianto-Eko dan memerintahkan KPU Kota-waringin Barat menetapkan Ujang-Bambang sebagai calon terpilih.

Akan tetapi, KPU Kotawar-ingin Barat tidak dapat melak-sanakan suatu putusan yang melanggar undang-undang (UU). Pasalnya, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah menegaskan kewe-nangan KPU untuk menetapkan kepala daerah terpilih, bukan menetapkan pasangan tertentu sebagai kepala daerah terpilih.

Mendagri Gamawan Fauzi menegaskan pelantikan pa-sangan bupati dan wakil bupati terpilih masih menunggu kepu-tusan KPU pusat. Padahal, masa tugas bupati dan wakil bupati setempat berakhir pada 3 Agus-

tus. “Saya sudah koordinasikan dengan KPU pusat. Yang ter-akhir, tentu akan merujuk pada pendapat KPU pusat,” katanya.

Gamawan mengaku dilematik dalam mengambil keputusan. “UU sudah menyatakan putusan MK fi nal dan mengikat, kalau daerah tidak melanjutkan, ya kita lihat bagaimana sikap KPU pusat,” katanya.

Akan tetapi, KPU masih menunggu hasil rapat koordi-nasi dengan jajaran Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, untuk memublikasikan kepu-tusan dalam sengketa itu.

“Sudah diputuskan, kalau tidak salah sekitar minggu lalu. Tapi kami tidak mau diekspos dulu karena khawatir dengan

kondisi di daerah,” ujar Ketua KPU Abdul Hafi z Anshary.

Menurutnya, keputusan KPU dikhawatirkan memengaruhi kondisi keamanan di daerah itu. “Biar kondisi di daerah kondusif dulu,” lanjutnya.

Ia mengaku tidak mengetahui kondisi di daerah. Karena itu, rapat koordinasi bisa menjadi upaya preventif dari hal yang tidak diinginkan.

Rencananya rapat koordinasi dengan peserta dari Kementeri-an Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mendagri, Kapolri, dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) itu digelar pada 27 Juli.

“Memang rencananya ke-marin, tapi tidak jadi. Ditunda sampai kapan, saya juga belum tahu karena belum ada un-dangan dari KPU,” kata anggota Bawaslu Bambang Eka Cahyo Widodo.

Keterangan palsuSecara terpisah, Mabes Polri

meminta keterangan dari dua saksi pemberian kesaksian palsu dalam persidangan MK.

Kedua saksi pelapor yang menjalani pemeriksaan itu adalah warga Kotawaringin Barat, Nga-dio dan Nasir. “Substansi perta-nyaan menyangkut keterangan palsu dan dari mana saksi menda-patkan barang bukti terkait kete-rangan palsu itu. Saksi mengakui bahwa keterangan palsu diketa-hui dari persidangan di MK,” terang penasihat hukum pelapor Yudho Aryo Pandu Wibowo. (Dvd/Ant/P-1)

[email protected]

Putusan MK Munculkan

KetidakpastianKPU dan pemerintah terkesan saling lempar tanggung

jawab dalam penetapan kepala daerah terpilih Kotawaringin Barat.

Menuju Kursi KPK-1

Pendapat Wajar Seorang Presiden

PENDAPAT Presiden Yudhoyono merupakan sesuatu yang wajar. Masalah benar atau tidaknya pendapat tersebut, itu soal lain.

Suherman

Saatnya Pakai NuklirINDONESIA adalah salah satu negara besar yang tidak mungkin akan bisa mengimbangi laju permintaan akan listrik, kalau kon-disinya masih seperti ini. Saya kira sudah saatnya kita pakai energi tenaga nuklir yang ramah dan bertenaga besar.

Ipik

Pencurian Listrik masih MarakINDONESIA belum bisa bebas dari pemadaman listrik bergilir karena masih banyak praktik pencurian listrik.

Yury Jurex Quincy

Rakyat Tetap TerbebaniBAGUSLAH. Kalau memang begitu, yang baik bilanglah baik, yang belum baik bilanglah belum baik. Yang jelas, listrik padam atau enggak padam, tetap aja masyarakat dibebani oleh kebijakan yang ada.

Marsito Sirait

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono mendeklarasikan program Indonesia bebas pe-madaman listrik bergilir di Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, pada waktu yang sama di se-jumlah daerah masih terjadi mati listrik.

Dalam deklarasi bebas biar-pet yang dilakukan di Lapangan Bumi Gora, Nusa Tenggara Ba-rat, Presiden juga menyampai-kan, terhitung 30 Juni 2010, di seluruh daerah, yang terakhir di Pulau Lombok, NTB, telah bebas pemadaman bergilir. Itu lima bulan lebih cepat daripada target bebas biarpet pemerin-tah, yakni November 2010.

Berbagai tanggapan di-sampaikan pembaca melalui Mediaindonesia.com, face-book Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Berikut petikannya.

PENGANTARINTERUPSI

Selengkapnya di mediaindonesia.com

Deklarasi Bebas BiarpetHarus Dikawal

Harus DikawalLANJUTKAN, Pak Presiden. Tapi tolong dikawal kebijakannya agar deklarasi tidak hanya jadi omong kosong.

Suriadi Dadhi

Rangkul Pihak Swasta YANG perlu ditindaklanjuti adalah untuk mengupayakan merang-kul pihak swasta untuk bersama-sama mencarikan solusi agar biaya pemakaian listrik di masyarakat menjadi murah.

Travalgarr Emfi res

PERLINDUNGAN SAKSI: Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar (kiri) bersama praktisi hukum Todung Mulya Lubis (kedua dari kiri) dan presenter Fessy Alwi berdiskusi dengan tema Perlindungan terhadap sang whistle blower yang diselenggarakan Metro TV, di Jakarta, tadi malam.

MI/ROMMY PUJIANTO

Perlu Jaminan untuk Whistle Blower

MI/SUSANTO

Maria Jeanindya

Margarito KamisPakar Hukum Tata Negara Universitas Khoirun

MI/PANCA SYURKANI

MI/RAMDANI

MEMBUAT MAKALAH: Para calon Ketua KPK mengikuti seleksi membuat makalah di Gedung Kementerian Hukum dan HAM, di Jakarta, kemarin. Setiap peserta diberikan waktu selama empat jam untuk menyelesaikan makalah yang diikuti 131 calon dari 144 yang terdaftar.