metode_gravimetri_dalam_alat_hvas_sebaga.pdf
TRANSCRIPT
PAPER
Metode Gravimetri dalam Alat High Volume Air Sampler (HVAS)
Sebagai Cara Kuantitatif Mengukur Kualitas Debu dalam Udara
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Analisis
Fildzah Alfita Qosthalani
1306444415
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkah dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper
ini dengan tepat waktu.
Paper ini berjudul "Metode Gravimetri dalam Alat High Volume Air
Sampler Sebagai Cara Kuantitatif Mengukur Kualitas Debu dalam Udara" yang
ditujukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kimia Analisis yang diajarkan
oleh Bapak Drs. Erzi Rizal Azwa dan Ibu Dita Arifa Nurani, M.Sc. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada paper ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun berkaitan
dengan penulisan serta isi paper ini.
Terima kasih kepada berbagai sumber yang telah membuat tulisan
bermafaat sebagai referensi penulis. Semoga paper ini juga dapat bermanfaat bagi
khalayak umum yang sedang membutuhkan referensi terkait masalah yang
bersangkutan.
Depok, 29 Mei 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
Bab III Simpulan
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman industri modern ini, sumber polusi semakin banyak
ditemukan. Tidak hanya pada lingkungan yang padat kendaraan seperti
Jakarta, tetapi juga pada wilayah industri yang sedikit banyak memberikan
dampak negatif pada kesehatan lingkungan. Hal ini membuat lingkungan
kehilangan kontrol dan mengalami pencemaran udara akibat kadar udara
yang tidak seimbang. Udara atmosfer yang dianggap seimbang
sesungguhnya terdiri dari 78% nitrogen; 20% oksigen; 0,93% argon;
0,03% karbon monoksida dan sisanya terdiri dari helium, neon, metan, dan
hidrogen.
Debu seringkali menjadi indikator pencemaran udara yang
digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mengetahui
secara kuantitatif banyaknya partikel debu yang membahayakan tersebut,
debu yang dijadikan parameter disebut Particulat Matter 10 (PM10) yang
memiliki ukuran ≦10 mikron.
Saat ini beberapa wilayah seperti di kota Riau telah di pasang alat
ukur untuk mengetahui tingkat bahaya debu PM10 di sekitar. Pengukuran
kadar PM10 dilakukan dengan metode gravimetri dengan alat High
Volume Air Sampler. Prinsip kerjanya adalah dengan menentukan
konsentrasi debu yang ada di udara dengan pompa isap lalu di filter
kemudian dilakukan perhitungan matematis untuk mendapatkan kadar
debu di udara.
B. Rumus Masalah
Apakah hasil dari pengukuran PM10 dengan metode gravimetri
dapat digunakan sebagai parameter pencemaran udara yang akurat?
4
C. Tujuan
Mengenalkan alat high volume air sampler untuk mengukur
kualitas pencemaran udara
Mengetahui klasifikasi pencemar udara yang dapat diukur dengan
high volume air sampler
Menjelaskan cara kerja high volume air sampler sebagai alat ukur
konsentrasi debu pada wilayah yang diuji
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Partikel Debu Pencemar Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.
Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk
bentuk uap H2O dan Karbon Dioksida (CO2). Jumlah uap air yang
terdapat di udara bervariasi dari cuaca dan suhu.
Menurut Mukono (1997) Pencemaran udara adalah bertambahnya
bahan atau substrat fisik atau kimia kedalam lingkungan udara normal
yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia
(atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada
manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran udara
dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya
bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999, Pencemaran udara diartikan masuk atau dimasukannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke udara dan atau
berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya. Beberapa komponen pencemar udara yang paling banyak
berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen
berikut ini :
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen Oksida ( NOx)
3. Belerang Oksida (SOx)
4. Hidrokarbon (HC)
5. Partikel (Fardiaz, 1992)
Jika dikaitkan dengan bahan pencemar udara, debu sering
dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
6
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja. Debu adalah zat padat yang berukuran
0,1 – 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang
dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan
tersuspensi diudara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog.
Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik (Slamet,2000)
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai
partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM)
dengan ukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah
partikel halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar
minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10. Particulat Matter
10 (PM10) adalah partikel debu yang berukuran ≤ 10 mikron.
Secara fisik debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar
yaitu dust udara aerosol. Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat (soll)
dan cair (liquid). Debu yang terdiri dari partikel-partikel padat dapat
dibedakan menjadi 3 macam:
1. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik
sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup
ke dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan
bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru.
2. Fumes
Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi
atau kondensasi, pemanasan berbagai logam, misalnya menghasilkan uap
logam yang kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal
fumes misalnya, logam (Cadmium) dan Timbal (Plumbum)
3. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik
yang tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron. Sedangkan
partikel cair disebut dengan mist atau fog (awan) yang dihasilkan melalui
proses kondensasi atau aromizing, contoh sederhana hair spray atau obat
nyamuk semprot.
7
B. Mengenal High Volume Air Sampler dengan Metode Gravimetri
High Volume Air Sampler (HVAS) adalah peralatan yang
digunakan untuk pengumpulan kandungan partikel melalui filtrasi,
sejumlah besar volum udara di atmosfer dengan memakai pompa vakum
kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter dan alat control laju alir.
Prinsip kerja dari high volume air sampler dengan metode
gravimetri adalah menentukan konsentrasi debu yang ada di udara dengan
menggunakan pompa isap. Udara yang terhidap disaring denga filter,
sehingga debu yang ada di udara akan menempel pada filter tersebut.
Berdasarkan jumlah udara yang terhisap dan berat debu yang menempel
pada filter, akan diketahui konsentrasi debu yang ada di udara.
Pengukuran konsentrasi partikel yang melayang di udara
menggunakan metode gravimetri dengan metode berikut :
Pemilihan Filter
Secara umum, pemilihan filter bergantung terhadap pengujian. Hal
yang penting untuk diperhatikan adalah penentuan seleksi dan pemakaian
karakteristik. Adapun beberapa macam filter yang umum digunakan
adalah sebagai berikut:
1. filter serat kaca
2. filter fiber silika
3. filter selulosa
filter serat kaca dapat dipilih untuk contoh uji dengan kelembaban
tinggi. Filter serat kaca dipilih karena dapat mengumpulkan partikel
dengan kisaran diameter 0,1µm – 100 µm. adapun efisiensi pengumpulan
berkisar 99,95 % untuk ukuran partikel 0,3 µm.
Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di udara dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan keterangan:
8
[C] = konsentrasi Total Suspended Paticulate (TSP) di udara
ambient (µg/m3)
Mt = berat filter setelah pengambilan sampel udara (µg)
M0 = berat filter bersih atau sebelum pengambilan sampel
udara (µg)
T = lama pencuplikan atau pengambilan sampel (jam)
V = laju pencuplikan atau pengambilan udara (m3/jam)
Kemudian konsentrasi yang diperoleh dari persamaan tersebut
dikonversi ke persamaan model konversi Canter untuk mendapatkan
konsentrasi yang setara dengan konsentrasi partikulat di udara dengan
waktu pencuplikan atau pengukuran selama 24 jam. Berikut adalah
persamaan konversi Canter:
Dengan keterangan sebagai berikut:
C1 = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu pengambilan
sampel selama 24 jam (µg/m3)
C2 = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran dengan lama
pengambilan sampel selama t2 jam. Dalam hal ini, C2 = [C]. (µg/m3)
t1 = 24 jam
t2 = lama pengambilan sampel (jam)
p = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan 0,2
Dalam percobaan alat high volume air sampler yang pernah diuji
oleh sekelompok mahasiswa teknik lingkungan Universitas Indonesia pada
laporan praktikumnya “Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan
Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) Dengan Metode
Gravimetri”, didapatkan bahwa :
1. Konsentrasi total partikel tersuspensi pada Lab. Beton dan
Material berdasarkan pengukuran salama 1 jam adalah sebesar
9
41,88 µg/m3, ekuivalen dengan nilai 29,41 µg/m3 pada
pengukuran 8 jam
2. Berdasarkan standar baku mutu udara ambient dalam ruangan
yang diatur di dalam Peraturan Gurbenur Provinsi DKI Jakarta
No.52 Tahun 2006 tentang pedoman pengedalian pencemaran
udara dalam ruangan, konsentrasi TSP di ruangan lab beton
masih memenuhi standar baku mutu udara ambient yang
berlaku, sehingga masih cukup aman untuk orang yang
melakukan kegiatan di dalamnya.
10
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
Metode gravimetri yang diterapkan pada alat high volume air
sampler untuk mengukur kualitas debu dalam suatu daerah adalah dengan
menghisap udara sekitar dengan cara filtrasi lalu jumlah partikel yang
terakumulasi dalam filter dianalisa kandungannya dengan gravimetrik.
Hasil analisis yang diperoleh kemudian dapat dijadikan sebagai tolak ukur
tingkat pencemaran udara dalam lingkungan tersebut.
B. Saran
Dalam membuktikan bahwa udara suatu wilayah tidak tercemar,
cukup tercemar, atau sangat tercemar, metode gravimetri merupakan cara
yang akurat untuk memutuskannya. Pada umumnya, tidak ada kekurangan
dalam metode gravimetri alat HVAS tersebut, namun metode ini dapat
dibilang manual dan memerlukan keakuratan yang tinggi. Sehingga perlu
ada improvisasi suatu alat yang dapat dengan otomatis menganalisis kadar
debu dalam suatu wilayah yang diteliti.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewi Aprianti, Hermawati W., Osha Ombasta, dan Zahra Mediawaty. Laporan
Praktikum : Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan peralatan High
Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri. 2010. Universitas
Indonesia : Depok.
2. Teguh Prayudi dan Joko Priyatno Susanto. Kualitas Debu dalam Udara Sebagai
Dampak Industri Pengecoran Logam Ceper. 2010. Jurnal Teknologi Lingkungan
3. Fanji Avrianto. Skripsi : Analisis kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan
Keluhan Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang
Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010. 2011.
Universitas Sumatera Utara : Medan.
4. U.S. Environmental Protection Agency. Compendium of Methods for the
Determination of Inorganic Compounds in Ambient Air. 1999. United State of
America : Cincinnati