metode partisipatif - m. adita p. - magdalena tp

15

Click here to load reader

Upload: maditaputra

Post on 15-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Pengembangan Masyarakat

TRANSCRIPT

METODE-METODE PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Resume Pengembangan Masyarakat)

Oleh M. Adita Putra 1314071035 Magdalena Tyas Pratiwi1314071036

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

1. Pengantar

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaran pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah adalah bagaimana membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban misinya untuk mewujudkan raison deetre pemerintahan yaitu mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahannya (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman. Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah yaitu : 1. Perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. 2. Pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Community Developmentsangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis. Selain dengan amanat yang diemban dalam UU No. 22/1999, perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.

2. Alternatif Metode Partisipatif untuk Pengembangan Masyarakat

Habermas (1990), membedakan tiga jenis ilmu dan pengetahuan berdasarkan kepentingan atau fungsinya, yaitu : 1. Empiris analitis adalah membangun hubungan-hubungan kausal yang mendasar dalam kepentingan untuk mengontrol alam dengan kepentingan teknis menghasilkan informasi yang akan menambah penguasaan teknis manusia. 2. Historis hermeneutis adalah kebutuhan manusia dalam melakukan komunikasi yang penuh pengertian yang ditujukan untuk kepentingan praktis dan menghasilkan interpretasi yang memungkinkan suatu orientasi bagi tindakan praktis manusia ke dalam kehidupan bersama.3. Sosial kritis ditujukan untuk kepentingan emansipatoris yang menghasilkan analisis yang membebaskan kesadaran manusia dari kungkungan dominasi kekuasaan dan struktural.

PAP sebagai alternatif metode dalam pengembangan masyarakat yang memposisikan penguatan modal sosial sebagai tujuan utama hendaknya ditempatkan ke dalam paradigma historis-hermeneutis dan dalam beberapa kasus dapat mengarah kepada sosial-kritis. Model penelitian aksi partisipatif (PAP) mulai banyak digunakan oleh akademisi dan LSM di beberapa negara. Isu utama yang dikaji melalui metode ini sebagian besar ditujukan untuk isu-isu organisasi petani miskin dan masyarakat, pendidikan orang dewasa (andragogi) serta pemberdayaan masyarakat miskin. Siklus PAP yang diawali dengan siklus sosial alamiah masyarakat secara otomatis akan menggerakkan tubuh masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Grunig (dalam Cutlip et al, 2000) bahwa terdapat tiga faktor yang menggerakan masyarakat untuk berubah dari status laten menjadi berstatus aktif. Ketiga faktor itu adalah:1. Pengenalan masalah menggambarkan taraf ketika orang sadar bahwa ada sesuatu yang hilang atau keliru dalam sebuah situasi, dan dengan demikian tahu bahwa mereka membutuhkan informasi.2. Pengenalan akan hambatan menggambarkan taraf ketika orang melihat diri mereka dibatasi oleh faktor eksternal versus melihat bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan situasi itu. Jika orang berpendapat bahwa mereka dapat melakukan perubahan atau memberi efek pada situasi masalah itu, mereka akan mencari informasi untuk membuat rencana bertindak.3. Tingkat keterlibatan menggambarkan taraf ketika orang melihat diri mereka terlibat dan dipengaruhi oleh sebuah situasi. Dengan kata lain, semakin mereka melihat diri mereka terhubungkan dengan suatu situasi, semakin mungkin mereka mengomunikasikannya.

Mengacu pendapat Grunig tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam sebuah proses sosial. Partisipatif sebagai kata kunci dalam PAP, merupakan prinsip utama dalam seluruh aktivitas membangunan masyarakat dan diharapkan dapat menggerakkan masyarakat mulai dari awal proses pembangunan sosial.

Pengalaman empiris implementasi PAP di beberapa lokasi menggambarkan bahwa partisipasi masyarakat semakin meningkat untuk senantiasa melakukan proses perbaikan kondisi mereka, baik melalui mekanisme institusional maupun membangun trust, nilai-nilai baru serta networking yang merupakan bagian dari modal sosial. Implementasi PAP dalam pembangunan masyarakat yang dapat diamati adalah pada penguatan kelembagaan masyarakat desa hutan dalam implementasi program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Pemalang dan Randublatung. Masih jarangnya publikasi penerapan PAP di Indonesia baik karena minimnya penggunaan PAP atau hanya karena masalah teknis publikasi membuat korelasi positif penerapan PAP terhadap penguatan modal sosial masih lemah dalam tataran empiris (Cutlip et al, 2000).

3. Enviromental Scanning (ES)

Menurut Hunger dan Wheelen (2000:53-54) :Environtmental scanning is monitoring, evaluating and disseminating of information from the external and internal environment to key people within the corporation. A corporation uses this tool to avoid strategic surprise and to ensure its long term health.

Fahey dan Narayanan berpendapat bahwa environmental scanningyang efektif seharusnya dapat membantu pembuat keputusan mengetahui perubahan potensial yang terjadi di lingkungan eksternal mereka.Environmental scanningmenyediakan penyelidikan strategik yang berguna dalam pemilihan keputusan strategi. Konsekuensi dari aktivitasini adalah bertambahnya pemahaman akan dampak dari perubahan terhadap organisasi, membantu meramalkan, dan membawa harapan perubahan yang baik dalam pembuatan keputusan.Dari berbagai literatur yang ada, pada umumnya sebuah organisasi melakukanenvironmental scanning dengan tujuan untuk : 1. Memahami perubahan kekuatan lingkungan, sehingga mereka mampu menempatkan diri dalam persaingan masa mendatang. 2. Menghindari keterkejutan, identifikasi peluang dan ancaman, mencapai keunggulan kompetitif dan mengembangkan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk meningkatkan kesadaran para manajer tentang kemampuan potensial yang berpengaruh penting pada lingkungan industrinya dan mengidentifikasi ada tidaknya peluang dan ancaman di sekitar lingkungan. 4. Untuk menghindari keterkejutan strategi dan menjamin kesehatan jangka panjang perusahaan. Proses analisis lingkungan external harus dilakukan dengan dasar yang berkelanjutan. Proses ini meliputi empat kegiatan, yaitu : 1. Scanning : mengidentifikasi tanda-tanda awal perubahan lingkungan dantrend. 2. Monitoring : menemukan arti melalui observasi secara terus-menerus terhadap perubahan lingkungan dan trend. 3. Forecasting : membuat proyeksi perkiraan hasil berdasarkan perubahan dan trend yang dimonitor. 4. Assessing : menentukan waktu dan arti penting perubahan lingkungan dantrend terhadap strategi dan manajemen perusahaan.

4. Logical Framework Approach (LFA)

Metode ini telah diadopsi oleh banyak LSM dan lembaga donor dunia. Metode LFA dikembangkan oleh Leon J. Rosenberg ketika dikontrak USAID pada tahun 1969. Practical Concepts, Inc. Sebuah perusahaan yang didirikan Rosenberg kemudian meluaskan penggunaan metode ini di 35 negara (Levis, 1996) .LFA secara meluas telah digunakan oleh beberapa lembaga donor bilateral maupun multilateral seperti GTZ, SIDA, NORAD, DFID, UNDP dan EC. Pada 1990an, metode ini yang seringkali disyaratkan agar digunakan pada proposal-proposal program, akan tetapi beberapa tahun belakangan sudah lebih menjadi sebagai suatu pilihan. Sangat penting untuk membedakan dua istilah ini Logical Framework Approach (LFA) dan Log Frame (LF). Kedua istilah ini terkadang membingungkan. LFA adalah metode desain proposal proyek, sedangkan LF adalah dokumen.

Beberapa keunggulan Logical Framework Approach yaitu : 1. Mewadahi pernyataan dari semua komponen kunci dari suatu program. Ini sangat membantu khususnya saat ada pergantian staff dalam program tersebut. 2. Dapat menjelaskan dan merunut secara logis bagaimana kemungkinan program itu bisa dimplementasikan. 3. Membantu untuk mengenali skala prioritas capaian program, serta memastikan jika input dan output program tidak saling membingungkan antara satu dengan yang lain, dan mengidentifikasi capaian-capaian diluar target yang sebelumnya tidak diketahui. 4. Menyediakan suatu dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi dengan mengidentifikasi indikator-indikator kesuksesan, dan maksud dari suatu perhitungan atau penaksiran (angka). 5. Menjelaskan hubungan-hubungan yang mendasari penilaian terhadap efisiensi dan efektivitas program. 6. Mengidentifikasi faktor utama terkait kesuksesan dari sebuah program. 7. Mendorong pendekatan multidispliner untuk persiapan dan pengawasan dari suatu program. 5. Participatory Impact Monitoring (PIM)

PIM merupakan alat analisis baru untuk mengelola suatu program, yang didesain untuk proyek-proyek dalam bentuk kelompok atau organisasi yang mandiri, termasuk organisasi masyarakat. Peran pendamping dalam metode PIM adalah memfasilitasi terwujudnya PIM dalam proyek pengembangan masyarakat/pengembangan komunitas. Prinsip pendekatan Participatory Impact Monitoring harus ada kepercayaan dan keinginan timbal balik untuk mengelola proyek dengan metode PIM Anggota masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan PIM berkeinginan untuk menerima perubahan. Pendamping harus tegas dalam dukungan metodologi, dan diskusi harus dilakukan oleh kelompok masyarakat itu sendiri (Sediono, 2006).

6. Focus Group Discussion (FGD)

Wawancara kelompok dari sejumlah individu dengan status sosial relatif sama, yang memfokuskan interaksi dalam kelompok berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh pendamping yang berperan sebagai moderator dalam kelompok diskusi tersebut. Pendekatan FGD Partisipan atau peserta FGD dalam suatu diskusi tidak lebih dari sepuluh orang dengan status sosial atau tingkat jabatan formal yang relatif sama. Pemilihan partisipan atau peserta menjadi sangat selektif dan tergantung dengan topik yang akan didiskusikan dan keberhasilan pelaksanaan pengembangan masyarakat sangat tergantung pada peranan pendamping sebagai moderator FGD. Focus Group Discussiontelah digunakan dalam diskusi dari berbagai aspek media, mulai dari opera sabun tayangan televisi program untuk anak sampai isu politik. Dalam aplikasinya, peneliti menggunakan perangkat eksploratori untuk menghasilkan ide dan bahan-bahan untuk pengumpulan data pada skala yang lebih besar dengan menggunakan kuisioner. Bagaimana pun, penggunaan metodeFocus Group Discussionini kemungkinan sangat berguna dalam mencapai tujuan studi yaitu untuk mengoleksi data yang banyak yang dapat dianalisis dari perspektif interpretative (Sediono, 2006).

7. Zielobjective Oriented Project Planning (ZOPP)

Perencanaan partisipatif melalui metode ZOPP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa. Ada empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa yaitu : 1. Kajian permasalahan, dimaksudkan untuk menyidik masalah masalah yang terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek pembangunan. 2. Kajian tujuan, untuk meneliti tujuan-tujuanyang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah masalah tersebut. 3. Kajian alternatif (pilihan-pilihan), untuk menetapkan pendekatan proyek yang paling member harapan untuk berhasil. 4. Kajian peran,untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat, dan sebagainya) yang terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji kepentingan dan potensi.

Melalui penggunaan alat kajian itu maka metode ZOPP bertujuan untuk mengembangkan rancangan proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis. Metode ZOPP, dalam penerapannya dapat dikenali dari ciri-ciri utamanya. Dibawah ini tertera ciri-ciri utama metode ZOPP yaitu : 1. Adanya kerja kelompok, bahwa perencanaan dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan proyek (mencirikan keterbukaan). 2. Adanya peragaan, pada setiap tahap dalam perencanaan direkam secara serentak dan lengkap serta dipaparkan agar semua pihak selalu mengetahui perkembangan perencanaan secara jelas (mencirikan keterbukaan). 3. Adanya kepemanduan, yakni kerjasama dalam penyusunan perencanaan diperlancar oleh orang atau sekelompok orang yang tidak terkait dengan proyek, tetapi membantu untuk mencapai mufakat (mencirikan kepemanduan).

Metode ZOPP sangat mengandalkan pengetahuan, gagasan dan pengalaman yang dikontribusikan oleh peserta. Beberapa prinsip dasar yang penting dari metode ini yaitu : 1. Kerjasama semua para pihak akan lebih lancer dan produktif jika semua yang terlihat telah menyetujui tujuan bersama dan mengemukakannya secara jelas. 2. Dalam kerjasama pembangunan, pemecahan atau penghapusan masalah harus diatasi dari akarnya-penyebabnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis masalah serta sebab akibatnya. Dari situ dapat dilakukan dirumuskan tujuan yang lebih realistis. 3. Masalah dan penyebabnya tidak berada dalam isolasi, tetapi terkait dengan orang, kelompok dan organisasi. Oleh sebab itu, kita hanya bias berbicara tentang masalah jika kita meiliki pemahaman dan gambaran yang komprehensif tentang kepentingan dari kelompok, individu dan institusi yang terlibat (Levis, 1996) .

DAFTAR PUSTAKA

Cutlip, S.M., Center, A.H., Broom, G.M., 2000. Effective Public Relations,Eighth Edition. New York : Prentice Hall International, Inc.Habermas, J., 1990. Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi. Jakarta : LP3ES.Levis, Ieta Rafael.1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan.Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti.Sediono M.P. Tjondronegoro. 2006. Pengembangan Partisipasi Warga. Bogor : Institut Pertanian Bogor.