menteri pariwisata republik...

37
MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM. 170/KD.00/MENPAR/2019 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 8 ayat 1 huruf e Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah, perlu disusun standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba; b. bahwa standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh Badan Pelaksana Otorita Danau Toba dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pariwisata tentang Standar Pelayanan Minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

Upload: others

Post on 18-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM. 170/KD.00/MENPAR/2019

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 8 ayat 1

huruf e Peraturan Menteri Keuangan Nomor

180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah, perlu disusun

standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita

Danau Toba;

b. bahwa standar pelayanan minimum sebagaimana

dimaksud pada huruf a merupakan ukuran pelayanan

yang harus dipenuhi oleh Badan Pelaksana Otorita

Danau Toba dalam memberikan pelayanan umum

kepada masyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Keputusan Menteri Pariwisata tentang

Standar Pelayanan Minimum Badan Pelaksana Otorita

Danau Toba;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

-2 -

2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 48) sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 171);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20) sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 93

Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan

Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian

Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2017 Nomor 214);

5. Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang

Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau

Toba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 108);

6. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 13 Tahun 2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana

Otorita Danau Toba (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 215);

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1792);

-3 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

KESATU

KEDUA

KETIGA

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA TENTANG STANDAR

PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA

DANAU TOBA.

Menetapkan Standar Pelayanan Minimum Badan Pelaksana

Otorita Danau Toba sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESATU menjadi acuan bagi Badan Pelaksana

Otorita Danau Toba dalam memberikan pelayanan umum

kepada masyarakat.

Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 8 April 2019

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

ARIEF YAHYA

i dengan aslinyaAN PARIWISATA RIUmum, Kepegawaian, Hukum dan Organisasi,

^GE&RUKENDINIP. 19781010 200312 1 001

LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI PARIWISATAREPUBLIK INDONESIANOMOR KM. 170/KD.00/MENPAR/2019TENTANGSTANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

STANDAR

PELAYANAN

MINIMUM

Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

t

KATA PENGANTAR

Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (Otorita Danau Toba) dibentuk

melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 (Perpres 49/2016) tentang Badan Otorita

Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk melaksanakan pengembangan Kawasan

Pariwisata Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Sesuai mandat yang

tertuang pada Perpres 49/2016, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) selaku

Badan Pelaksana dari Otorita Danau Toba bermaksud untuk mengajukan proposal penetapan

Badan layanan Umum (BLU).

Sebagaimana dipersyaratkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 (PP

23/2005) tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Buku Pedoman Standar

pelayanan minimum (Buku Pedoman SPM) disusun sebagai salah satu pemenuhan

persyaratan administrasi untuk penetapan sebagai BLU. Standar pelayanan minimum (SPM)

merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar minimal yang merupakan

urusan wajib penyelenggara yang berhak diperoleh setiap pengguna jasa/pelanggan.

Selain sebagai pemenuhan persyaratan administrasi, kami berharap penyusunan dan

penerapan SPM dapat menjadi pedoman tolak ukur penyelenggaraan pelayanan dan acuan

penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji kami kepada pengguna

jasa/pelanggan dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan

terukur.

Jakarta, 08 Februari 2019

Arie Prasetyo

Direktur Utama

Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

DAFTAR TAB E L ...................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................................. 3

1.3 Dasar Hukum........................................................................................................3

1.4 Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan Standar pelayanan minimum. 4

1.5 Tahapan Penyusunan Standar pelayanan minimum..........................................5

1.5.1 Identifikasi layanan dasar BPODT..........................................................6

1.5.2 Koordinasi Penyusunan Rencana Pencapaian SPM ...........................6

1.5.3 Menemukenali Indikator SPM.................................................................7

1.5.4 Menentukan Tingkat Capaian SPM (Baseline)..................................... 7

1.5.5 Menentukan Target Capaian SPM..........................................................7

1.5.6 Tabel SPM............................................................................................... 7

1.5.7 Pengintegrasian Rencana Pencapaian SPM Dalam Perencanaan dan

Penganggaran......................................................................................... 7

1.5.8 Pengendalian dan Evaluasi Pencapaian SPM ..................................... 7

1.6 Sistematika Buku Pedoman Standar pelayanan minimum...............................8

BAB 2 STRUKTUR DAN MEKANISME PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM

.......................................................................................................................................9

2.1 Struktur Standar pelayanan minimum.................................................................9

2.2 Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum..................................... 12

2.2.1 Pelaksanaan.......................................................................................... 12

2.2.2 Pemantauan dan Evaluasi....................................................................12

2.2.3 Pelaporan................................................................................................13

BAB 3 STANDAR PELAYANAN MINIMUM BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU

TOBA.......................................................................................................................... 14

3.1 Pelaksana Otorita Danau Toba........................................................................14

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba.................. 15

DAFTAR GAMBARGambar 1.1 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas................................................................2

Gambar 1.2 Tahapan Penyusunan SPM................................................................................... 6

Gambar 2.1 Business Model Canvas BPODT.........................................................................11

1.1 Latar Belakang

Pemerintah telah menetapkan sasaran peningkatan peran pariwisata dalam ekonomi

Indonesia selama periode 2015-2019, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari 9 juta menjadi 20 juta;

2. Meningkatnya jumlah pergerakan wisatawan nusantara dari 250 juta menjadi 275 juta;

3. Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional dari 4% menjadi 8%;

4. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara dari IDR 120 triliun menjadi

IDR 240 triliun;

5. Meningkatnya peringkat Indonesia dalam Travel and Tourism Competitiveness Index

dari peringkat 70 menjadi peringkat 30; dan

6. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata dari 11 juta menjadi 13 juta

tenaga kerja.

Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, Pemerintah berupaya mendorong percepatan

pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas, yang mana salah satunya adalah Danau

Toba di Provinsi Sumatera Utara. Terkait pengembangan dan pengelolaann Kawasan

Pariwisata Danau Toba, Pemerintah membentuk unit pelaksana teknis di lingkup Kementerian

Pariwisata Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 (Perpres

49/2016) tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Sehubungan

dengan pengajuan proposal untuk menjadi satuan kerja (SATKER) yang menerapkan

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) melalui pengesahan dari Kementerian

Keuangan Republik Indonesia, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) selaku Badan

Pelaksana dari Otorita Danau Toba berkewajiban untuk menyusun Buku Pedoman Standar

pelayanan minimum (Buku Pedoman SPM) guna menjamin terwujudnya pelayanan yang

prima.

Gambar 1.1 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

Standar pelayanan minimum (SPM) merupakan tolak ukur pelayanan minimal yang harus

dipenuhi oleh BPODT. Proses penyusunan Buku Pedoman SPM ini tidak terlepas pada tugas

pokok dan fungsi dari BPODT sebagaimana diamanatkan oleh Perpres 49/2016 dan

turunannya. Selain itu, penyusunan Buku Pedoman SPM juga memperhatikan Undang-

undang Nomor 25 Tahun 2009 (UU 25/2009) tentang Pelayanan Publik.

UU 25/2009 mendefinisikan standar pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan

sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan

yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. SPM dibutuhkan oleh BPODT

sebagai pedoman dalam penyediaan layanan yang konsisten kepada para pemangku

kepentingan sebagai upaya menjaga keberlanjutan serta meningkatkan penyelenggaraan

layanan yang bermutu. Dari sudut pandang pemangku kepentingan, SPM dapat menjadi

jaminan pemenuhan layanan yang konsisten dari penyelenggara layanan, dalam hal ini

adalah BPODT.

Oleh karena itu, penyusunan Buku Pedoman SPM ini diharapkan menjadi pedoman dalam

penyediaan layanan oleh BPODT, jaminan atas hak penerima layanan dalam menerima

layanan berkualitas, alat pemantauan (monitoring) dan evaluasi untuk peningkatan kinerja

dan mencari solusi perbaikan berkelanjutan, dasar menentukan alokasi anggaran, jaminan

akuntabilitas dan transparansi, standarisasi penyelenggaraan layanan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan Buku Pedoman SPM ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman acuan

kepada BPODT dalam menerakan dan merencanakan pencapaian SPM sesuai dengan target

yang telah ditetapkan guna memberikan layanan yang berkualitas dan konsisten kepada

penerima layanan.

Tujuan penyusunan Buku Pedoman SPM ini adalah:

a. Memenuhi persyaratan administrasi pengajuan proposal penetapan BLU;

b. Memberikan jaminan kepastian kualitas kepada penerima layanan; dan

c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

1.3 Dasar Hukum

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan

oleh penyelenggara pelayanan publik.

Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji

penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,

terjangkau, dan terukur.

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan

memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum sebagaimana diubah pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012

Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-

BLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif. Persyaratan

administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan

seluruh dokumen berikut:

a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan

manfaat bagi masyarakat;

b. Pola tata kelola;

c. Rencana strategis bisnis;

d. Laporan keuangan pokok;

e. Standar pelayanan minimum; dan

f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan

Standar pelayanan minimum

Dalam penyusunan SPM ditetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM dan batas waktu

pencapaian SPM.

Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan

Pariwisata Danau Toba

Susunan organisasi Otorita Danau Toba terdiri atas Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana.

Badan Pelaksana menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan

Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada Satuan Kerja Instansi

Pemerintah

Standar pelayanan minimum merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh Satker

yang menerapkan PK BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka

penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus mempertimbangkan

kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan memperoleh

layanan. Standar pelayanan minimum berpedoman pada Standar pelayanan minimum

Kementerian Negara/Lembaga/industri sejenis dan/atau peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai Standar pelayanan minimum.

1.4 Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan Standar pelayanan minimum

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyusunan SPM adalah sebagai berikut:

a. SPM disusun sebagai alat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar dalam

rangka penyelenggaraan pelayanan;

b. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dan dapat

dipertanggungjawabkan;

c. SPM mempunyai batas waktu pencapaian;dan

d. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan

keuangan institusi BLU.

Pertimbangan yang diperhatikan dalam penyusunan SPM, antara lain:

a. Keberadaan sistem informasi, pelaporan, dan evaluasi yang menjamin pencapaian SPM

dapat dipantau dan dievaluasi oleh secara berkelanjutan;

b. Standar pelayanan tertinggi saat ini yaitu kegiatan pelayanan yang telah dicapai;

c. Keterkaitan antara SPM dalam suatu bidang dengan SPM dalam bidang lainnya;

d. Kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil; dan

e. Pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan yang telah terbukti dapat

menghasilkan mutu pelayanan yang ingin dicapai.

Prinsip-prinsip dan pertimbangan di dalam penyusunan SPM di atas menjadi panduan di

dalam penyusunan SPM, sehingga waktu indikator pencapaian SPM yang dimaklumatkan

adalah pada saat kondisi SPM dapat dicapai 100%, bukan pencapaian SPM secara bertahap.

1.5 Tahapan Penyusunan Standar pelayanan minimum

Penyusunan SPM dilakukan melalui beberapa tahapan untuk selanjutnya menjadi masukan

dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran. Adapun tahapan penyusunan

SPM adalah sebagai berikut:

5

Pengintegrasian Rencana

Pencapaian SPM dalam

Perencanaandan

Penganggaran

Pengendalian dan Evaluasi Pencapaian SPM

Gambar 1.2 Tahapan Penyusunan SPM

1.5.1 Identifikasi layanan dasar BPODT

Identifikasi layanan dasar merupakan proses penerjemahan dari tugas dan fungsi pokok

BPODT yang diuraikan lebih lanjut dalam Business Model Canvas.

1.5.2 Koordinasi Penyusunan Rencana Pencapaian SPM

Koordinasi dilakukan terhadap dua hal, yaitu:

i) Membangun pemahaman dan pengetahuan bersama antar Direktur/unit kerja

terkait kebutuhan dan proses penyusunan SPM;

ii) Mensinergikan rencana terkait penyusunan dan pencapaian SPM di masing-

masing Direktur/unit kerja dengan mengacu pada kebutuhan dan kemampuan

BPODT saat ini dan di masa mendatang.

1.5.3 Menemukenali Indikator SPM

Layanan dasar yang telah diidentifikasi selanjutnya diuraikan ke dalam indikator-indikator

yang menjadi acuan standar dari pelayanan yang akan diberikan. Menemukenali indikator

dilakukan dengan memastikan seluruh aktivitas yang berdampak pada kualitas layanan yang

diberikan telah dicakup.

1.5.4 Menentukan Tingkat Capaian SPM (Baseline)

Tingkat capaian SPM menggambarkan kondisi dan pencapaian pelayanan saat ini sebagai

tolok ukur awal (baseline) untuk menentukan target capaian SPM. Hal ini dilakukan untuk

menjaga target capaian yang wajar.

1.5.5 Menentukan Target Capaian SPM

Target capaian SPM merupakan rencana capaian indikator SPM pada batas waktu tertentu.

Penentuan target capaian SPM dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat capaian saat

ini, kemampuan pendanaan, potensi dan permasalahan yang dihadapi, serta peraturan

perundang-undangan dan kebijakan terkait.

1.5.6 Tabel SPM

Output dari kegiatan penyusunan SPM dituangkan ke dalam bentuk tabel guna efisiensi

penggunaan.

1.5.7 Pengintegrasian Rencana Pencapaian SPM Dalam Perencanaan dan

Penganggaran

SPM yang telah disusun diintegrasikan dalam kegiatan perencanaan dan pengganggaran

untuk memastikan bahwa rencana pencapaian SPM sesuai dengan rencana program dan

penganggaran sehingga SPM dapat tercapai sesuai target.

1.5.8 Pengendalian dan Evaluasi Pencapaian SPM

Proses pengendalian dan evaluasi dilakukan dalam setiap tahapan, mulai dari penyusunan,

pengintegrasian dalam perencanaan dan penganggaran, sampai dengan penerapan SPM

nantinya. Hasil dari pengendalian dan evaluasi menjadi dasar dalam menetapkan tindak

lanjut, seperti kebutuhan pembinaan, revisi, dan lainnya.

1.6 Sistematika Buku Pedoman Standar pelayanan minimum

Sistematika penyusunan Buku Pedoman SPM ini akan disampaikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Dasar Hukum

1.4. Prinsip dan Pertimbangan dalam Penyusunan Standar pelayanan

minimum

1.5. Tahapan Penyusunan Standar pelayanan minimum

1.6. Sistematika Buku Pedoman Standar pelayanan minimum

Bab II Struktur dan Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum

11.1. Struktur Standar pelayanan minimum

11.2. Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum

Bab III Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

BAB II

STRUKTUR DAN MEKANISME Ji

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN

MINIMUM

2.1 Struktur Standar pelayanan minimum

SPM Badan Pelaksana Otorita Danau Toba disusun berdasarkan tugas dan fungsi pokok dari

BPODT sesuai dengan Perpres 49 tahun 2016, yaitu:

1. melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan,

pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Koordinatif.

2. melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan

pengendalian di Zona Otorita

Dalam melaksanakan tugas di atas, BPODT menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan Rencana Induk di Kawasan Koordinatif Pariwisata Danau Toba;

2. penyusunan Rencana Detail Pengembangan dan Pembangunan di Zona Otorita;

3. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan,

pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Koordinatif;

4. penyusunan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan

pengendalian di Zona Otorita;

5. perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba;

6. penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan pusat dan daerah di Zona

Otorita;

7. penetapan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan

perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian

Kawasan Pariwisata Danau Toba; dan

8. pelaksanaan tugas lain terkait pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba yang

ditetapkan oleh Dewan Pengarah.

Pelaksanaan tugas dan fungsi BPODT terkait pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan

fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kaw

Koordinatif termasuk di dalamnya menjaga konservasi alam. Sebagaimana diketahui,

populasi enceng gondok yang terus meningkat di Danau Toba akibat pencemaran perlu

ditangani. Selain itu, pelestarian kawasan hutan di wilayah Danau Toba perlu dipantau dan

diatur agar tidak terjadi perubahan fungsi lahan yang berakibat kepada kerusakan alam yang

akan merusak kawasan pariwisata Danau Toba. Oleh karena itu, sinergi antara wisata, warga,

dan alam merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan secara terencana dan

dibudayakan.

Kemudian dalam hal pengelolaan Zona Otorita, BPODT harus dapat mengoptimalkan

nilai lvalue dari aset pemerintah yang dikelola sehingga dapat dipergunakan sebaik-baiknya

untuk memajukan pariwisata di Kawsaan Danau Toba. Optimalisasi aset dapat dilakukan

melalui organisasi yang menerapkan fungsi BLU. Fleksibilitas BPODT dengan menerapkan

BLU akan memudahkan investor dalam pengurusan investasi di Zona Otorita yang tentunya

akan berdampak kepada peningkatan nilai aset pemerintah.

Sebagaimana diuraikan lebih lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan menggunakan alat

Business Model Canvas. Berdasarkan hasil diskusi, disepakati bahwa layanan dasar BPODT

dapat dibagi menjadi:

1. Koordinasi, Sinkronisasi, dan fasilitasi dalam perencanaan, pengembangan,

pembangunan, dan pengendalian Kawasan Koordinatif;

2. Pengaturan, perencanaan, pengembangan, dan pembangunan zona otoritatif;

3. Kerjasama Operasional (KSO) dengan pihak ketiga, di luar kegiatan rutin sesuai tugas

pokok dan fungsi. Kerja Sama Operasional (KSO) berfungsi untuk mengoptimalkan

value dari aset pemerintah.;

4. Pelayanan terpadu satu pintu untuk perizinan dan non-perizinan;

5. Pengembangan SDM dan organisasi;

6. Pemasaran dan promosi pariwisata; dan

7. Pengelolaan dan pengendalian zona otoritatif.

10

Gambar 2.1 Business Model Canvas BPODT

Keenam layanan dasar tersebut di atas selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan SPM.

SPM ditampilkan dalam bentuk tabel guna kemudahan dalam penggunaannya. Adapun

struktur dari tabel SPM tersebut adalah sebagai berikut:

Kolom 1 : Nomor Urut

Berdasarkan layanan dasar;

Kolom 2 : Layanan Dasar

Sebagaimana tersebut di atas;

Kolom 3 : Indikator

Ditetapkan untuk masing-masing layanan dasar dengan memastikan

seluruh aktivitas yang berdampak pada kualitas layanan yang diberikan

telah dicakup;

Kolom 4 : Standar Minimal

-> Ditetapkan untuk setiap indikator dengan memperhatikan hak penerima

layanan dan kewajaran;

Kolom 5 : Target Pencapaian

Target waktu tercapainya/mulai tercapainya standar minimal yang

ditetapkan;

Kolom 6 : Penanggung Jawab

Ditetapkan sesuai tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Direktur

dalam struktur organisasi BPODT;

Kolom 7 : Keterangan

Informasi tambahan untuk memberikan kejelasan pada poin yang

dimaksud.

2.2 Mekanisme Penerapan Standar pelayanan minimum

2.2.1 Pelaksanaan

SPM yang disusun dan ditetapkan merupakan pedoman dalam penyediaan layanan yang

berkualitas dan konsisten serta acuan dalam perencanaan program pencapaian target dari

BPODT. Pelaksanaan SPM dilakukan oleh BPODT dengan pembagian peran sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Direktur.

2.2.2 Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh Dewan Pengarah Otorita Danau Toba atas

penerapan SPM dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan kepada penerima

layanan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dalam bentuk:

a. Rapat kerja;

b. Rapat koordinasi;

c. Peninjauan/kunjungan lapangan; dan

d. Permintaan laporan.

Sedangkan, pemantauan dan evaluasi harian dilakukan oleh Direktur Utama BPODT dan

dapat dilimpahkan kepada pejabat di bawahnya sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Selain itu, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat juga mengikutsertakan pihak lain

yang berkompeten.

Hasil pemantauan dan evaluasi dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan

kapasitas BPODT dalam pencapaian SPM serta bahan pertimbangan dalam pembinaan dan

pengawasan penerapan SPM, termasuk penentuan penghargaan dan sanksi (reward and

punishment).

2.2.3 Pelaporan

Direktur Utama BPODT menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan

pencapaian SPM kepada Dewan Pengarah Otorita Danau Toba sebagai dasar pembinaan

dan pengawasan teknis penerapan SPM serta pertimbangan perbaikan kedepannya.

BAB III

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU

TOBA

3.1 Standar pelayanan minimum

Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.1 Standar pelayanan minimum Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

1 Koordinasi, sinkronisasi dan fasilitasi dalam perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian Kawasan Koordinatif

Ketersediaan Rencana Induk di Kawasan Koordinatif

Tersedia dan dilakukan pemutakhiran setiap 5

tahun sekali

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Rencana Induk Kawasan Koordinatif disusun untuk jangka waktu 25 tahun dan dimutakhirkan setiap 5 tahun sekali.

Pengawasan implementasi Rencana Induk

Tersedianya laporan implementasi rencana induk setiap 6 (enam)

bulan sekali

2019-2023 Semua Direktur Setiap Direktur bertanggung jawab dalam mengawasi implementasi Rencana Induk sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

Terlaksananya kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian Kawasan Koordinatif

Terlaksananya rapat antar stakeholder

Kawasan Koordinatif Danau Toba minimal 2

(dua) kali dalam 1 (satu) tahun

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

dan

Direktur Destinasi Pariwisata

Direktur Industri Pariwisata dan Kelembaaaan Kepariwisataan : koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi dalam bidang industri pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan, termasuk di dalamnya investasi.

Direktur Destinasi Pariwisata : koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi dalam bidang yang berhubungan dengan destinasi pariwisata mencakup atraksi, akses, dan amenitas.

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

Ketersediaan perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan Koordinatif

Tersedia 2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan,

Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan: perumusan strategi operasional dalam bidang industri pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan, termasuk di dalamnya investasi.

Direktur Destinasi Pariwisata,

dan

Direktur Destinasi Pariwisata: perumusan strategi operasional dalam bidang yang berhubungan dengan destinasi pariwisata mencakup atraksi, akses, dan amenitas.

DirekturPemasaranPariwisata

Direktur Pemasaran Pariwisata: Perumusan strategi operasional dalam bidang pemasaran pariwisata mencakup branding, advertising, dan selling.

Pemantauan konservasi alam Kawasan Danau Toba

Tersedianya komitmen pemangku kepentingan

untuk pelestarian lingkungan

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Komitmen pemangku kepentingan atas kelestarian lingkungan dalam bentuk Surat Kesepakatan Bersama tentang Pelestarian Lingkungan.

Tersedianya laporan pemantauan

lingkungan minimal setiap 6 (enam) bulan

sekali.

Tim pemantauan lingkungan Kawasan Danau Toba akan dibentuk dan akan memantau^ aspek lingkungan, tata ruang, da^* mitigasi bencana.

16

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

2 Perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian di Zona Otoritatif

Ketersediaan dokumen perencanaan dan pengembangan Zona Otoritatif

Tersedia 2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

dan

Direktur Destinasi Pariwisata

Direktur Industri Pariwisata dan Kelembaaaan Kepariwisataan: Studi Awal Pasar, Konsep Masterplan, Studi Awal Kelayakan Ekonomi, Konsep Branding.

Direktur Destinasi Pariwisata: Studi Awal Daya Dukung Lahan dan Mitigasi Bencana, Studi Awal Infrastruktur, Perhitungan Awal Biaya Pengembangan, AMDAL

Implementasi rencana induk

Terimplementasi sesuai target waktu pada rencana induk

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Sesuai dengan target waktu pada rencana induk

Jaminan keamanan Tersedianya keamanan 24 jam;

tersedia crisis center

2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Koordinasi dan kerjasama dengan pihak ketiga

Jaminan keselamatan Dilakukannya sosialisasi K3 untuk

mencapai kondisi zero accident

2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Sesuai dengan target pencapaian ISO 45001 di 2019

Ketersediaan infrastruktur dan utilitas dasar:

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

Jalan Terbangun sesuai target rencana induk dengan kondisi jalan

mantap

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan K/L/D, BUMN/D, dan/atau badan usaha swasta di bidang jalan

Air bersih Terbangun sesuai target rencana induk dengan ketersediaan

layanan 24/7

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan K/L/D, BUMD, masyarakat dan/atau badan usaha swasta di bidang air bersih

Listrik Terbangun sesuai target rencana induk dengan ketersediaan

layanan 24/7

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan BUMN dan/atau badan usaha swasta di bidang penyediaan listrik

Informasi, Komunikasi dan Telekomunikasi

Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan

24/7

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan BUMN dan/atau badan usaha swasta di bidang telekomunikasi

Drainase Tersedia sesuai target rencana induk dengan kondisi saluran lancar

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan K/L/D dan/atau pihak ketiga lainnya

Air limbah Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan

24/7

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan K/L/D dan/atau pihak ketiga lainnya

Persampahan Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan K/L/D,BUMN/D, dan/atau badan u s a h ^ swasta di bidang persamoahar#

18

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

pengangkutan dan pengolahan sampah

secara reguler

Transportasi umum dalam Zona Otoritatif

Tersedia sesuai target rencana induk dengan ketersediaan layanan

24/7

2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Koordinasi dengan K/L/D, BUMN/D, dan/atau badan usaha swasta di bidang penyediaan transportasi umum

Ketersediaan ruang terbuka hijau

Min. 20% 2019-2023 Direktur Destinasi Pariwisata

Pengembangan desa penyangga

Pemberdayaan dan pengembangan

masyarakat Desa Sigapiton, Desa

Motung, dan Desa Pardamean Sibisa

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Koordinasi dengan Pemda Toba Samosir serta masyarakat

3 Kerjasama Operasional (KSO) dengan pihak ketiga

Ketersediaan informasi peluang kerjasama

Tersedia website; update sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan

2019 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Penyelenggaraan kegiatan promosi peluang kerjasama

Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

Penyelenggaraan kerjasama dengan pihak ketiga

Terimplementasi minimal 1 (satu)

kerjasama setiap tahun

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Keterlibatan investor dalam negeri dan asing

Sesuai peraturan perundang-undangan

2019 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Mengacu pada negative list BKPM dan peraturan perundang- undangan terkait lainnya

Keterlibatan masyarakat setempat

Mengutamakan keterlibatan

masyarakat setempat

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

4 Pelayanan terpadu satu pintu untuk perizinan dan nonperizinan

Ketersediaan informasi terkait kebutuhan, persyaratan, dan mekanisme perizinan dan nonperizinan yang mudah diakses

Tersedia website; update sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Ketersediaan SOP (Standard Operating Procedure) pelayanan terpadu satu pintu

Tersedia dan terimplementasi

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Durasi penerbitan izin Paling lama 7 hari kerja setelah dokumen

lengkap diterima

2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

Ketersediaan kantor pelayanan terpadu satu pintu yang mudah diakses

Tersedia, mudah diakses dan berfungsi

baik

2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Ketersediaan sistem pendaftaran online

Tersedia, mudah diakses dan berfungsi

baik

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

5 Pengembangan SDM dan organisasi

Peningkatan kapasitas soft skill dan hard skill untuk masyarakat setempat

Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Contoh progam: pengenalan geosite untuk masyarakat setempat; edukasi sadar wisata untuk masyarakat setempat, dsb.

Contoh bentuk kegiatan: seminar, lokakarya, kursus singkat, dsb.

Penyelenggaraan kerjasama dengan lembaga pendidikan untuk mendukung pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba

Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

2019-2023 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Contoh kerjasama: beasiswa, magang; penyerapan lulusan dsb.

Peningkatan kapasitas soft skill dan hard skill untuk pengelola

Min. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

2019-2023 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Contoh bentuk kegiatan: seminar, lokakarya, outbond, studi banding, dsb.

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

Ketersediaan SDM tersertifikasi (internal)

Sesuai dipersyaratkan dalam peraturan

perundang-undangan

2019 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

Ketersediaan SDMtersertifikasi(pendukung/eksternal)

Sesuai dipersyarakat dalam peraturan

perundang-undangan

2020 Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata

Pengelola tersertifikasi internasional

Memperoleh sertifikasi ISO

2020;2021 Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik

ISO 9001 (2020); ISO 14000 (2020); ISO 31000 (2021); ISO 45001 (2021)

6 Pemasaran dan promosi pariwisata

Penyusunan calendar of event pariwisata tahunan

Rutin setiap tahun 2019-2023 DirekturPemasaranPariwisata

Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata

Penyelenggaraan kegiatan promosi pariwisata (branding)

Dipublikasikan melalui media promosi dengan durasi akumulatif min. 2 bulan dalam 1 tahun, dan aktif berpartisipasi dalam event promosi min. 3 kali dalam 1

tahun

2019-2023 DirekturPemasaranPariwisata

Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata

Contoh media promosi: media cetak, billboard, iklan televisi, iklan radio, dukungan kegiatan/sponsorsft/p, dsb.

Ketersediaan marketing tools dan kits pariwisata

Tersedia untuk setiap kegiatan promosi dan

pemasaran

2019-2023 DirekturPemasaranPariwisata

Koordinasi dengan Kementerian Pariwisata

Layanan Dasar Indikator Standar Minimal TargetPencapaian

PenanggungJawab Keterangan

Fasilitasi kegiatan Min.4 (empat) kali 2019-2023 Direktur Koordinasi dengan Kementerianpenjualan wisata dalam 1 (satu) tahun Pemasaran Pariwisata(selling) Pariwisata

Kerjasama dengan travel agent, maskapai, asosiasi hotel, media, dsb.

3.2 Standar Operating Procedure (SOP) Atas Jasa Layanan

Jasa Layanan yang utama akan didetilkan Standar pelayanan minimum adalah atas

Pelaksanaan Kerja Sama Operasi (KSO) atau Kerja Sama Manajemen (KSM) seperti pada

tabel berikut ini.

Tabel 3.2 SOP Layanan Pelaksanaan KSO/KSM

No Komponen

Dasar

Hukum

Persyaratan

Pelayanan

Keterangan

a. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara;

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik;

e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum beserta perubahannya

(Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum);

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2012

tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

g. Peraturan Menteri Keuangan nomor 136/PMK.05/2016 tentang

Pengelolaan Aset Pada Badan Layanan Umum

a. Surat permohonan sekurang-kurangnya memuat:

Latar belakang;

Rencana peruntukan KSO atau KSM;

m. Jangka waktu;

iv. Usulan besaran penerimaan negara;

b. Permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilengkapi

dengan:

i. Data objek yang akan di KSO/KSM

24

Penyelesaia

n

a. Jangka waktu penyelesaian penerbitan rekomendasi dari

Direktur Utama ke Direktur terkait paling lama 5 (lima) hari

kerja

b. Jangka waktu penerbitan surat keputusan KSO/KSM oleh

Direktur Utama paling lama 5 (lima) hari kerja setelah

diterimanya hasil analisa dan rekomendasi KSO dari Direktur

terkait.

c. Jangka waktu penyelesaian perjanjian KSO/KSM paling lama

80 (delapan puluh) hari kerja setelah diterbitkannya surat

keputusan KSO/KSM

5. Biaya/Tarif Tarif layanan yang wajib disetorkan Mitra KSO/KSM adalah berupa

komntribusa tetap dan/atau pembagian keuntungan

6. Produk

Pelayanan

Perjanjian KSO/KSM dan Berita Acara Serah Terima (BAST)

7. Sarana,

Prasarana,

dan/atau

Fasilitas

Sarana, prasarana, dan atau fasilitas yang mendukung pelayanan

sesuai standar, seperti komputer, ruang tunggu, bangunan, dan lain-

lain

8. Kompetensi

Pelaksana

Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dengan memiliki

kompetensi sebagai berikut:

a. Menguasai bidang pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

b. Mempunyai kemampuan untuk melakukan analisa kelayakan

usaha

9. Pengawasan

Internal

Pengawasan internal dilakukan oleh semua komponen struktur

organisasi dengan dipantau oleh Satuan Pengawasn Internal (SPI)

10 Penanganan

pengaduan,

saran, dan

masukan

Mekanisme pengelolaan pengaduan sebagia berikut:

a. Pengguna jasa atau pihak yang dirugikan melakukan

pengaduan melalui media pengaduan yang disiapkan yaitu:

kotak pos, SMS, email, atau media lainnya.

26

b. Petugas yang ditunjuk memberikan respon pertama kepada

pelapor. Jika repon tidak bisa diberikan segera, Petugas

menginformasikan bahwa laporan akan dipelajari dan

ditindaklanjuti segera.

c. Petugas yang ditunjuk melakukan pendataan atas laporan

yang masuk untuk selanjutnya diteruskan kepada SPI

d. SPI melakukan verifikasi. Jika ditemukan kebenaran atau pun

tidak ditemukan kebenaran atas pengaduan, SPI melaporkan

kepada Direktur Utama yang disertai dengan usulan tindak

lanjut dan konsep surat tanggapan untuk diputuskan oleh

Direktur Utama.

e. Pengguna Jasa atau Pelapor dipastikan menerima surat

tanggapan dari BLU BPODT

11 Jumlah

Pelaksana

Minimal 1 (satu) orang atau disesuaikan dengan kondisi kantor

12 Jaminan

Pelayanan

Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan SOP dan norma waktu yang

ditetapkan

13 Jaminan

Keamanan

dan

Keselamata

n Pelayanan

Pelayanan satu pintu diterapkan untuk memberikan jaminan kondisi

aman dan selamat bagi Pengguna.

14 Evaluasi

Kinerja

Pelaksana

Evaluasi dilakukan secara langsung dengan konsep 360, yaitu

evaluasi oleh atasan, rekan sejawat, bawahan, dan pengguna.

B A B IV

KETENTUAN PENUTUP

Standar Pelayanan Minimum ini menjadi acuan bagi Badan Pelaksana Otorita Danau

Toba dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

ARIEF YAHYA

Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN PARIWISATA RI