spm parkir

179

Click here to load reader

Upload: fajar-budiono

Post on 28-Dec-2015

243 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

PARKIR

TRANSCRIPT

Page 1: spm parkir

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT disampaikan karena berkat karunia-Nya jualah maka Laporan Akhir ini dapat diselesaikan.

Laporan Akhir ini kami sampaikan sebagai laporan ke empat dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran, pada Satuan Kerja Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan, Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan.

Laporan ini memuat antara lain : pendahuluan, pendekatan dan metodologi, kebijakan perparkiran, standar kebutuhan parkir, desain parkir di badan jalan, fasilitas parkir di luar milik jalan, perizinan pengawasan dan pemeliharaan parkir dan penutup.

Lampiran merupakan keluaran dari laporan ini berupa draft peraturan menteri tentang pedoman pelayanan perpakiran.

Demikian semoga dapat bermanfaat dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2009

PT. QORINA KONSULTAN INDONESIA

DIT. BSTP

Page 2: spm parkir

Bab

Pendahuluan

1.1. LATAR BELAKANG

Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan akan diawali dan diakhiri di

tempat parkir, baik itu berupa garasi mobil, pelataran parkir ataupun ruang

parkir gedung dan taman parkir

Dewasa ini pembangunan pusat kegiatan pada kota-kota sangat pesat

sehingga menimbulkan tarikan perjalanan yang tinggi dan tentunya

berdampak pada kebutuhan ruang parkir yang nyaman dan aman. Untuk

memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengguna fasilitas parkir

untuk umum, diperlukan suatu standar pelayanan Perpakiran yang dapat

dipergunakan oleh Pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap

penyediaan fasilitas parkir yang disediakan oleh masyarakat, swasta maupun

pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor: 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota: Lampiran I huruf G Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang

Perhubungan, angka 21: bahwa Pemerintah bertanggung jawab menyusun dan

menetapkan Pedoman Persyaratan Teknis, Tata Cara, Penentuan Lokasi,

Rancang Bangun dan Pengoperasian Fasilitas Parkir Untuk Umum.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat dalam hal ini Direktorat Bina Sistem Transportasi

Perkotaan (Dit.BSTP) mempunyai fungsi dalam penyiapan penyusunan

standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang lalu lintas

12

DIT. BSTP

Page 3: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendahuluan 1 - 2

perkotaan umumnya, khususnya dibidang Perpakiran.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka Direktorat Bina Sistem Transportasi

Perkotaan (Dit. BSTP) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melakukan

kegiatan PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PERPAKIRAN yang sangat

dibutuhkan untuk oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dibidang

lalu lintas jalan di perkotaan maupun instansi lain yang berkenaan dengan

masalah Perpakiran.

Adapun dasar hukum yang melandasi kegiatan ini adalah Undang-Undang

Nomor: 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan

Peraturan Pemerintah Nomor: 43 tahun 1994 tentang Prasarana Lalu Lintas.

1.2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

Kegiatan yang dilaksanakan dalam studi Penyusunan Standar Pelayanan

Perpakiran adalah sebagai berikut

a. Melakukan studi referensi dan pengumpulan bahan yang berkaitan

dengan Kebijakan Perpakiran yang digunakan di negara lain;

b. Melkukan evaluasi terhadap pedoman Perpakiran yang sudah ada (yang

dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan dan instansi lain);

c. Menyusun Kebijakan Perpakiran untuk parkir on street maupun off

street meliputi penyediaan dan pembatasan Perpakiran yang

terintegrasi dengan Kebijakan penyusunan dan manajemen sistem

transportasi;

d. Kegiatan penyediaan parkir yang terdiri dari persyaratan-persyaratan

teknis dasar (lokasi parkir, ukuran, gradien, daerah bebas manuver

kendaraan, tanjakan, ketinggian lantai parkir, ketersediaan fasilitas

pendukung (rambu, marka, papan tarif) dan lain-lain) dengan

mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan;

e. Melakukan simulasi manajemen pembatasan Perpakiran terhadap

kinerja transportasi secara keseluruhan seperti:

zoning system (berdasarkan area),

pembatasan waktu (berdasarkan jam sibuk),

ruang parkir (berdasarkan dimensi ruang parkir).

DIT. BSTP

Page 4: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendahuluan 1 - 3

f. Merencanakan implementasi Kebijakan Perpakiran pada kota Surakarta

- Jawa Tengah.

Selanjutnya agar kegiatan pada pekerjaan ini menjadi lebih terarah, maka

diadakan pembatasan kegiatan, yaitu :

a. Kegiatan memfokuskan pada kebijakan parkir yang terdiri dari kegiatan

penyediaan dan pembatasan Perpakiran.

b. Kegiatan lain dari studi ini adalah memperbaharui pedoman standar

Perpakiran di ruas jalan (on street parking) dan parkir di luar badan

jalan (off street parking) yang meliputi persyaratan-persyaratan teknis

dasar (lokasi parkir, ukuran, gradien, daerah bebas manuver

kendaraan, tanjakan, ketinggian lantai parkir, ketersediaan fasilitas

pendukung (rambu, marka, papan tarif) dan lain-lain) dengan

mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan.

c. Parkir di ruas badan jalan meliputi jenis jenis parkir di ruas badan jalan

yang diperbolehkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Parkir di luar badan jalan meliputi parkir umum yang berada di taman

parkir, gedung parkir dan tempat-tempat lain yang diperbolehkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

e. Merencanakan penerapan kebijakan implementasi pada studi kasus.

f. Pengoperasian fasilitas parkir untuk umum dalam hal ini memuat lembaga

pengelola, tata cara pengaturan, tatacara penentuan tarif parkir dan hal-

hal lain yang diperbolehkan berdasarkan perundang-undangan.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari kegiatan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

adalah sebagai berikut

1. Maksud kegiatan ini adalah sebagai berikut

Maksud dari pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran adalah

menyusun kebijakan Perpakiran yang dapat digunakan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota untuk menjalankan tugas dibidang

penyelenggaraan parkir untuk umum.

DIT. BSTP

Page 5: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendahuluan 1 - 4

2. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut

a. Menyusun Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran yang

terdiri dari kegiatan perencanaan (penyediaan parkir on street dan off

street) dan kegiatan manajemen Perpakiran (pembatasan parkir)

dengan rencana implementasi pada daerah contoh.

b. Melakukan studi literatur berkaitan dengan penyelenggaraan Perpakiran

yang ada dibeberapa negara lain yang relevan dengan kondisi di

Indonesia.

c. Melakukan evaluasi terhadap pedoman Perpakiran yang ada saat ini, baik

yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan maupun intansi lain.

1.4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN

Indikator keluaran dan keluaran kegiatan Penyusunan Standar Pelayanan

Perpakiran adalah sebagai berikut

1. Indikator Keluaran (Kualitatif)

Tersedianya Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran yang

terdiri dari kegiatan perencanaan (penyediaan parkir on street dan off

street) dan kegiatan manajemen Perpakiran (pembatasan parkir).

2. Keluaran (Kuantitatif)

Beberapa keluaran yang diharapkan dalam kajian ini adalah:

a. Terinventarisasikan kekurangan dari Pedoman Perpakiran yang ada saat

ini, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan maupun

instansi lain.

b. Terinventarisasikan permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan

yang berkaitan dengan penyelenggaraan Perpakiran yang belum

tertampung dalam Pedoman Perpakiran.

c. Terkumpulnya Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran

yang ada di beberapa negara yang secara teknis dan non teknis

memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia.

d. Tersedianya Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran

yang telah mempertimbangkan hal-hal sebagaimana huruf a, b dan c di

atas.

DIT. BSTP

Page 6: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 1

Bab

Pendekatan dan Metodologi

2.1. PENGERTIAN

Penyusunan standar pelayanan Perpakiran diperlukan agar dapat dipergunakan oleh

Pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap penyediaan fasilitas parkir yang

disediakan oleh masyarakat, swasta maupun pemerintah daerah. Diharapkan dengan

adanya standar pelayanan ini akan memberikan fasilitas parkir yang nyaman dan aman

kepada para pengguna fasilitas parkir.

Agar maksud dan tujuan tercapai serta menghasilkan keluaran yang diharapkan,

diperlukan suatu metodologi pendekatan dalam melaksanakan pekerjaan. Secara umum

metode pendekatan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah dengan

membagi pekerjaan menjadi empat tahapan utama, yaitu :

1. Tahap Pendahuluan

2. Tahap Pengumpulan Data

3. Tahap Analisis dan Usulan

4. Tahap Finalisasi

Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini

disajikan pada Gambar 2.1.

22

DIT. BSTP

Page 7: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 2

Gambar 2.1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Pengumpulan Data: Identifikasi, pengolahan dan Analisa Data:

Analisa Standar Pelayanan Parkir:

Draft Konsep Standar Pelayanan Perpakiran

Konsep Standar Pelayanan Perpakiran

2. Data Primer: a. volume lalu lintas b. demand dan supply parkir

on street dan off street c. tata guna lahan d. geometric jalan e. dimensi parkir

1. Data Sekunder: a. Peraturan parkir yang ada b. Referensi yang terkait c. Kebijakan Negara lain

1. Analisa permasalahan

1. Identifikasi permasalahan 2. Kebutuhan peraturan parkir 3. Kebijakan perparkiran on street

dan off street 4. Penentuan Benchmark

kebijakan parkir on street dan off

street.

1. Analisa dan

Penyusunan Standar Pelayanan Perparkiran

2. Diskusi dengan pemberi tugas

Draft Konsep Standar

Pelayanan Perparkiran

Konsep Standar

Pelayanan Perparkiran

Rencana Penerapan Kebijakan Perparkiran Pada Daerah Contoh

DIT. BSTP

Page 8: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 3

2.1. TAHAPAN KEGIATAN

2.1.1. Tahap pendahuluan

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam tahap pendahuluan merupakan kegiatan

yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pengumpulan

data yang menjadi dasar dalam melakukan pekerjaan selanjutnya

Mobilisasi Personil

Mobilisasi personil yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan seperti

tercantum dalam jadwal penugasan tenaga ahli.

Pemantapan Metodologi

Pemantapan metodologi dimaksudkan untuk mempertajam metodologi yang

disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja. serta dilengkapi dengan rencana kerja

yang lebih operasional.

Penyiapan Program Kerja

Setelah penajaman metodologi selanjutnya adalah melengkapi dengan rencana

kerja yang lebih operasional.

Pengumpulan Data Awal

Pengumpulan data awal yang dimaksud adalah melakukan pengumpulan informasi

yang relevan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan tahap

pengumpulan data yang sebenarnya baik data sekunder maupun data primer.

Perumusan Masalah

Berdasarkan data awal yang diperoleh dilakukan perumusan masalah yang

berkenaan dengan parkir baik itu yang menyangkut pedoman teknis maupun

kebijakan.

Penyiapan Survey

Meliputi kegiatan penyusunan daftar kebutuhan data, survey pendahuluan dan

rencana survey lapangan. Kegiatan survey pendahuluan diperlukan dalam rangka

mengetahui fakta-fakta di lapangan baik pada parkir on street maupun parkir off

DIT. BSTP

Page 9: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 4

street sebelum menentukan lokasi survey yang tepat dan menyusun rencana

survey.

Penyiapan Laporan Pendahuluan

Seluruh kegiatan di atas akan disusun ke dalam Laporan Pendahuluan

2.1.2. Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah :

Pedoman tentang parkir yang telah dikeluarkan oleh Departemen

Perhubungan atau instansi lain terkait serta studi referensi tentang parkir

dari negara lain.

Kebijakan-kebijakan mengenai parkir yang ada di Indonesia

Kebijakan-kebijakan parkir di negara lain yang relevan sebagai bahan

perbandingan

Disamping data sekunder yang bersifat umum berupa pedoman dan kebijakan,

diperlukan juga data sekunder yang berkitan dengan lokasi survey parkir yang

meliputi:

Lokasi-lokasi parkir di badan jalan (on-street) maupun di luar badan jalan

(off-street)

Data inventarisasi jaringan jalan

Kapasitas parkir

Tarif parkir

Tata guna lahan di sekitar lokasi parkir

Sistem kelembagaan perparkiran

Jumlah PAD dari sektor perparkiran

Data sekunder terkait peruntukan lahan (jumlah karyawan, luas gedung,

jumlah mahasiswa/pelajar, dan lain-lain)

Permasalahan perparkiran yang ada di lapangan

DIT. BSTP

Page 10: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 5

Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan berupa survey pada parkir di badan jalan (on

street parking) dan parkir di luar badan jalan (off street parking)

Tujuan survey ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pola permintaan

parkir. Informasi yang didapat biasanya diperlukan dalam perencanaan fasilitas

parkir, penentuan tarif parkir atau pengaturan parkir yang sudah ada.

Metode survey

Metode survey parkir yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Survey pada tempat parkir dengan titik akses terbatas

Biasanya tempat parkir yang demikian berada di luar badan jalan (off street

parking). Survey dilakukan dengan cara mencatat nomor kendaraan yang

masuk /keluar tempat parkir. Pencatatan dapat dilakukan dengan cara

manual, data logger atau tape recorder.

b. Survey pada tempat parkir dengan titik akses tidak terbatas

Survey biasanya dilakukan pada parkir di badan jalan. Wilayah survey yang

diamati dibagi dalam beberapa zona dan setiap zona diamati oleh seorang

enumerator. Enumerator tersebut berjalan berkeliling dan mencatat nomor

kendaraan yang sedang parkir. Hal ini dilakukan setiap interval waktu

tertentu, misalnya 15 menit, 30 menit atau 1 jam. Pencatatan dilakukan

secara manual (mencatat nomor kendaraan pada saat pertama kali terlihat

dan memberi tanda bila terlihat pada interval waktu berikutnya.

Jenis Survei

Jenis survey yang dilakukan untuk studi ini diantaranya meliputi:

1. Survei Parkir

Survei parkir dilakukan untuk menentukan karakteristik sistem parkir di suatu

tempat baik di badan jalan (on-street) maupun di luar badan jalan (off-street).

Beberapa informasi yang akan dihasilkan dari survey parkir ini adalah sebagai

berikut:

a. Durasi parkir

b. Akumulasi parkir

DIT. BSTP

Page 11: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 6

c. Parking turn-over dan occupancy rate

d. Indeks parkir

Formulir yang digunakan untuk survey parkir adalah seperti ditunjukkan pada

Gambar di bawah ini.

Survey di luar badan jalan dilakukan pada lokasi-lokasi yang mempunyai

peruntukan:

a. Pusat perdagangan

b. Pusat perkantoran

c. Pasar swalayan

d. Sekolah/perguruan tinggi

e. Tempat rekreasi

f. Hotel

g. Rumah sakit

2. Survei Volume Lalu Lintas

Tujuan utama dari survey volume lalu lintas adalah untuk mengumpulkan data

dasar yang berkaitan dengan volume dan karakteristik lalu lintas pada koridor

utama transportasi di wilayah yang akan distudi. Survey volume lalu lintas

dilakukan pada lokasi yang sama dengan survey parkir.

Jenis kendaraan yang akan disurvei meliputi:

a. Sepeda motor

b. Mobil penumpang

c. Angkutan Kota (Angkot)

d. Pick-Up

e. Bus sedang

f. Bus besar

g. Truk ¾

h. Truk Besar

i. Truk 3 sumbu

j. Truk gandeng, trailer

Formulir yang digunakan untuk survey volume lalu lintasr adalah seperti

ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

DIT. BSTP

Page 12: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 7

3. Survei Kecepatan Tempuh Kendaraan

Survey ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kecepatan tempuh

rata-rata kendaraan (travel speed) pada lokasi dimana dilakukan survey parkir.

Formulir yang digunakan untuk survey kecepatan tempuh kendaraan adalah

seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

4. Survei Geometrik Jalan

Survei geometric jalan dilakukan untuk mendapatkan data umum mengenai

kondisi jalan dan persimpangan yang terdapat di wilayah studi. Data survai ini

akan digunakan untuk melakukan analisis terhadap kapasitas sistem jaringan

jalan yang ada di lokasi studi.

Survai inventarisasi kondisi geometric jalan yang akan dilakukan meliputi

pencatatan terhadap:

Lebar perkerasan jalan yang ada (m)

Jenis dan kondisi perkerasan jalan

Jumlah lajur

Lebar bahu jalan (m)

Pemanfaatan bahu jalan

Lebar trotoar (m)

Lebar median (m)

DIT. BSTP

Page 13: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 8

Lokasi Survei :………………………………. Tanggal Survei : ……………………Ruas Jalan :…………………………………. Surveyor : …………………………..Arah dari …………… ke…………………..

Waktu Plat Nomor Kendaraan Jenis Kendaraan Masuk/Keluar Kondisi Cuaca

Jenis Kendaraan : Kondisi Cuaca :1. Mobil Penumpang 1. Cerah2. Taksi 2. Mendung3. Sepeda Motor 3. Hujan4. Lainnya

SURVEI PARKIR

Gambar 2.2. Formulir Survei Parkir

Hari : Jam Berangkat :

Tanggal : Jam Selesai :

No. & Rute : Cuaca :

Arah dari : Nama Surveyor :

Arah Ke :

Keterangan

Lalu-lintas: L = lancar, S = sedang, T = macet

Nomor

Kontrol

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

(Nama Simpang)

Waktu

Kumulatif

Jarak dari

(dalam detik)KeteranganTitik Awal

(x 100 m)

SURVAI WAKTU TEMPUH

Titik Kontrol

Gambar 2.3. Formulir Survei Waktu Tempuh Kendaraan

DIT. BSTP

Page 14: spm parkir

Pendekatan dan Metodologi 2 - 9

Gambar 2.4. Formulir Survei Lalu Lintas

DIT. BSTP

Page 15: spm parkir

Kompilasi dan Analisis Awal

Setelah data-data survey diperoleh maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan

kompilasi data dan analisis awal terhadap data yang diperoleh.

Penyusunan Laporan Sementara

Hasil pengumpulan data dan kompilasi data disampaikan dalam Laporan Sementara.

2.1.3. Tahap Analisis Dan Usulan

Tahap analisis dan usulan merupakan inti dari pekerjaan Penyusunan Standar Perpakiran

dimana di dalamya terdapat serangkaian kegiatan yang akan dilakukan, yaitu :

Identifikasi Permasalahan

Setelah data sekunder dan data primer diperoleh maka kegiatan selanjutnya adalah

melakukan identifikasi permasalahan yang ada.

Analisis Hasil Survai Lapangan

Hasil survey lapangan selanjutnya dilakukan analisis lebih dalam guna mendapatkan

parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan fasilitas parkir.

Evaluasi Terhadap Pedoman Yang Ada Di Indonesia

Setelah pedoman-pedoman parkir yang ada di Indonesia terinventarisir maka dilakukan

evaluasi terhadap substansi yang ada di dalamnya untuk mengetahui efektivitas

penerapan pedoman tersebut.

Kajian Terhadap Referensi Yang Ada di Negara Lain

Pada tahapan ini dilakukan kajian terhadap referensi berupa kebijakan tentang parkir di

negara lain yang relevan untuk dapat diterapkan di Indonesia.

Penyusunan Outline Standar Pelayanan Perpakiran dan rencana muatan

substansi / kebijakan Perpakiran

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil survey, evaluasi pedoman dan kajian referensi

dari negara lain, maka disusunlah outline Standar Pelayanan Perpakiran dan rencana

muatan substansi / kebijakan Perpakiran.

Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran

Apabila usulan outline di atas telah setujui maka kegiatan selanjutnya adalah menyusun

Konsep Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran.

DIT. BSTP

Page 16: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 11

Draft perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh

Setelah kebijakan tentang Perpakiran tersusun maka kegiatan selanjutnya adalah

menyusun draft perencanaan implementasi dari Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh

dalam hal ini yang menjadi tempat kegiatan percontohan adalah Kota Surakarta-Jawa

Tengah.

Penyusunan Konsep Laporan Akhir

Semua hasil yang diperoleh pada tahap analisis dan usulan akan disajikan dalam bentuk

Konsep Laporan Akhir pada akhir bulan ke-5.

2.1.4. Tahap Finalisasi

Tahap finalisasi penyelesaian yang meliputi kegiatan-kegiatan :

- Penyempurnaan Standar Pelayanan Perpakiran dan Kebijakan Perpakiran setelah

melalui diskusi dengan pemberi tugas

- Perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh (Kota

Surakarta - Jawa Tengah)

- Penyusunan Laporan Akhir

Dari pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran akan diperoleh :

1. Kebijakan Perpakiran

2. Standar Pelayanan Perpakiran

3. Perencanaan Implementasi Kebijakan Perpakiran pada Kota Surakarta – Jawa

Tengah

Dalam bentuk bagan konsultan menyusun metodologi pendekatan seperti disajikan pada

Gambar 2.1.

2.2. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

2.2.1. Satuan Ruang Parkir (SRP)

Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif yang digunakan untuk mengukur

kebutuhan ruang parkir bagi kendaraan sehingga merasa aman dan nyaman dengan

seefisien mungkin.

DIT. BSTP

Page 17: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 12

1. Dimensi Kendaraan Standar

Penentuan kendaraan standar perlu dilakukan karena hasil survei di lapangan

menunjukkan ketidakseragaman ukuran kendaraan. Dalam penelitian ini diambil

kendaraan standar yaitu kendaraan yang berasal dari Jepang. Dimensi kendaraan

dari Jepang tidak jauh beda dengan dimensi kendaraan yang digunakan NAASRA

maupun Bina Marga. Ditetapkan kendaraan penumpang standar dengan dimensi

4,70 x 1,70 m.

2. Ruang Bebas Kendaraan Parkir

Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan

kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan.

Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari

benturan dengan dinding atau dengan kendaraan yang lewat jalur gang (aisle).

Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal

sebesar 30 cm, dengan perincian 10 cm bagian depan dan 20 cm bagian belakang

kendaraan.

3. Lebar Bukaan Pintu

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, ukuran lebar bukaan pintu

merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas

parkir.

Satuan Ruang Parkir (SRP) yang ditempati oleh tiga jenis kendaraan yaitu mobil

penumpang, bus/truk, dan sepeda motor dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1. Satuan Ruang Parkir (SRP)

No. Nama Jenis Kendaraan SRP (m2)

1. a. Mobil penumpang golongan I

b. Mobil penumpang golongan II

c. Mobil penumpang golongan III

2,30 x 5,00

2,50 x 5,00

3,00 x 5,00

2. Bus / truk 3,4 x 12,5

3. Sepeda Motor 0,75 x 2,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996

2.2.3. Analisis kebutuhan parkir

Analisis kebutuhan parkir dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor yang

mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:

DIT. BSTP

Page 18: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 13

1. Pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan bermotor

2. Kecenderungan pertumbuhan kawasan bisnis atau komersil.

3. Kebijakan umum yang menyangkut penyediaan parkir, transit umum dan struktur

tarif parkir.

Bagan alir dalam melakukan analisa kebutuhan parkir disajikan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.5. Analisis dan Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran

Dalam melakukan analisa kebutuhan parkir dilakukan berbagai perhitungan dari data

yang diperoleh, yaitu:

a. Akumulasi Parkir

Informasi ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang

berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu. Informasi ini dapat

Persediaan parkir saat ini

Penggunaan

parkir saat ini

Kebijakan kendali di jalan

Tempat yang tersedia dan

kebijakan parkir

Perencanaan untuk

pengembangan parkir baru

Persediaan parkir yang diharapkan

Keseimbangan mendatang

(kemungkinan tidak mendapat parkir)

Perlunya parkir tambahan

dan kebijakan pendukung

Kebutuhan perjalanan perkotaan

Tingkat kedatangan pada durasi parkir

Kebutuhan parkir mendatang

Penyusunan Konsep Standar Pelayanan

Perpakiran

DIT. BSTP

Page 19: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 14

diperoleh dengan cara menjumlahkan kendaraan yang telah menggunakan lahan

parkir ditambah dengan kendaraan yang masuk serta dikurangi dengan kendaraan

yang keluar.

Akumulasi parkir kendaraan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Akumulasi = Ei – Ex + X

Ei = Entry = kendaraan yang masuk lokasi parkir

Ex = Exit = kendaraan yang keluar lokasi parkir

X = jumlah kendaraan yang telah parkir sebelum pengamatan

b. Durasi Parkir

Informasi ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui lama suatu kendaraan parkir.

Informasi ini diperoleh dengan cara mengamati waktu kendaraan masuk dan waktu

kendaraan tersebut keluar. Selisih dari waktu tersebut adalah durasi parkir.

Durasi parkir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Durasi = Extime – Entime

Extime = jumlah waktu kendaraan yang keluar dari lokasi parkir

Entime = jumlah waktu kendaraan yang masuk ke lokasi parkir

c. Volume Parkir

Jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir

tertentu dalam satuan waktu tertentu (biasanya per hari).

Volume parkir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Volume = Ei + X

Ei = Kendaraan yang masuk ke dalam lokasi parkir

X = Kendaraan yang sudah ada sebelum pengamatan

d. Tingkat pergantian (parking turn-over) dan tingkat penggunaan

(occupancy rate)

Tingkat pergantian diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah memanfaatkan

lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia.

Sedangkan tingkat penggunaan diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang

waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%.

DIT. BSTP

Page 20: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 15

Parking Turnover menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir, dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

Turnover = Volume Parkir . Ruang parkir yang tersedia

e. Indeks Parkir

Merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu

tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%.

Indeks parkir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Indeks parkir = Akumulasi parkir . x 100 % Luas ruas parkir yang tersedia

f. Kapasitas Parkir

Banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu

pelayanan.

g. Searching Time Kendaraan

Sct = Ei – Ti

Sct = searching time

Ei = waktu kendaraan masuk ruang parkir

Ti = waktu kendaraan masuk gate utama

h. Rata-Rata Durasi Parkir

D = di N

D = rata-rata durasi N = jumlah kendaraan yang parkir

di = durasi parkir kendaraan ke-i

i. Kebutuhan Ruang Parkir Dengan Rumus Pendekatan (Z)

Z = Y x D

T

Z = ruang parkir yang dibutuhkan

D = rata-rata durasi (jam)

DIT. BSTP

Page 21: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 16

Y = jumlah kendaraan yang parkir dalam suatu pengamatan

T = lama survei dilaksanakan (jam)

j. Kebutuhan Ruang Parkir Dengan Cara Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat

Pada Laporan Akhir Studi Kriteria Perancangan dan Kebutuhan Ruang Parkir Pada

Pusat-pusat Kegiatan (Ditjendat 1992), besarnya ruang parkir dapat dihitung dengan

rumus :

KRP = F1 x F2 x VPH

KRP = kebutuhan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan (SRP)

F1 = faktor akumulasi

F2 = faktor fluktuasi

VPH = volume parkir harian (pada suatu pengamatan)

Faktor akumulasi (F1) adalah nilai (faktor angka) yang diambil dari jumlah akumulasi

kendaraan dalam suatu pengamatan. Nilai faktor akumulasi di dapat dari nilai rata-

rata prosentase akumulasi maksimum.

Faktor fluktuasi (F2) adalah nilai (faktor angka) yang disediakan berupa range angka

yang dipengaruhi oleh perubahan (naik turunnya) kepadatan kendaraan yang

menempati suatu ruang parkir. Nilai faktor fluktuasi kendaraan bernilai antara 1.1

sampai 1.25 tergantung karakteristik pusat kegiatan kriteria pemakainya.

Karakteristik pusat kegiatan yang dimaksud adalah padat atau tidaknya pusat

kegiatan. Untuk pusat kegiatan yang padat (sibuk) atau pada saat hari yang padat

(sibuk) seperti hari libur, diambil nilai faktor fluktuasi maksimum sebesar 1,25. Nilai

faktor fluktuasi disesuaikan dengan perubahan (naik turunnya) kepadatan kendaraan

di pusat kegiatan tersebut.

2.3. PELAPORAN

Untuk melaksanakan pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran, ada

empat tahapan tahapan yang akan dilaksanakan oleh konsultan, yaitu Tahap

Pendahuluan, Tahap Pengumpulan Data dan Analisa, Tahap Analisis dan Usulan serta

Tahap Finalisasi. Dalam setiap tahapan, terdapat sejumlah rencana kerja yang lebih teknis

DIT. BSTP

Page 22: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 17

dan rinci yang akan dilaksanakan sebagai suatu proses yang satu dengan lainnya saling

terkait dan menerus hingga mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dalam

kegiatan ini. Keempat tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :

2.3.1 Laporan pendahuluan

Pada tahapan pendahuluan, rincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah

menyelesaikan serangkaian kegiatan dalam kurun waktu 3 minggu masa penugasan

seperti yang disampaikan berikut ini :

1. Mobilisasi Personil

2. Pemantapan Metodologi

3. Penyiapan Program Kerja

4. Pengumpulan Data Awal

5. Perumusan Masalah

6. Penyiapan Survey

7. Penyiapan Laporan Pendahuluan

Hasil Kegiatan dari 1 hingga 7 akan dirangkum dan disampaikan dalam Laporan

Pendahuluan.

2.3.2 Laporan Antara

Pada tahap pengumpulan data dan analisa, terdapat kegiatan yang akan dilaksanakan

dan diselesaikan dalam waktu 2 bulan setelah penyelesaian Laporan Pendahuluan.

Kegiatan-kegiatan tersebut adalah dikemukakan sebagai berikut :

1. Survey Pendahuluan

2. Pengumpulan Data Sekunder berupa inventarisasi pedoman parkir yang ada di

Indonesia serta studi referensi dari negara lain

3. Pengumpulan Data Primer berupa survey parkir on street / off street

4. Kompilasi dan Analisis Awal

5. Penyusunan Laporan Sementara

Hasil Kegiatan dari 1 hingga 4 di atas akan dirangkum dan disampaikan dalam Laporan

Antara pada akhir bulan ke 3 masa penugasan.

DIT. BSTP

Page 23: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 18

2.3.3 Konsep laporan akhir

Pada pekerjaan tahap analisis dan usulan, terdapat serangkaian kegiatan yang harus

diselesaikan dalam waktu 2 bulan setelah penyampaian Laporan Sementara. Kegiatan

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Permasalahan

2. Analisis Hasil Survai Lapangan

3. Evaluasi terhadap pedoman yang ada di Indonesia

4. Kajian terhadap referensi yang ada di negara lain

5. Penyusunan Outline Standar Pelayanan Perpakiran dan rencana muatan substansi /

kebijakan Perpakiran

6. Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran

7. Draft perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh (Kota

Surakarta-Jawa Tengah)

8. Penyusunan Konsep Laporan Akhir

Hasil kegiatan Tahap III ini akan merangkum seluruh kegiatan tersebut dan selanjutnya

disajikan dalam bentuk Konsep Laporan Akhir pada akhir bulan ke-5.

2.3.4 Laporan akhir

Pekerjaan Tahap Finalisasi akan diselesaikan selama 2 bulan. Kegiatan finalisasi meliputi

tahapan-tahapan seperti :

1. Penyempurnaan Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran dan rencana

implementasi kota contoh

2. Perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh (Kota Surakarta

- Jawa Tengah)

3. Penyusunan Laporan Akhir

Hasil kegiatan Tahap IV akan dirangkum setelah disempurnakan berdasarkan masukan

dari hasil pembahasan dan akan menghasilkan Laporan Akhir serta Pedoman Standar

Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran dan rencana implementasi pada kota

contoh.

DIT. BSTP

Page 24: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Pendekatan dan Metodologi 2 - 19

Gambar 2.1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 2.2. Formulir Survei Parkir

Gambar 2.3. Formulir Survei Waktu Tempuh Kendaraan

Gambar 2.4. Formulir Survei Lalu Lintas

Gambar 2.5. Analisis dan Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran

DIT. BSTP

Page 25: spm parkir

Bab

Kebijakan Perpakiran

3.1. KETENTUAN UMUM

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketentuan umum tentang

kebijakan perparkiran diambil berdasarkan pedoman parkir terdahulu dan

disesuaikan dengan ketentuan perundangan yang baru yaitu Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pengertian-pengertian yang telah disesuaikan adalah sebagai berikut:

(1) Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan

(2) Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada

pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan

tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan

kabel ; (sumber: UU 22/2009)

(3) Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor;

(4) Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan;

(5) Lajur adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka

jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang

berjalan, selain sepeda motor;

(6) Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk

beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya (sumber: UU 22/2009)

(7) Berhenti adalah keadaan kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan

tidak ditinggalkan pengemudinya (sumber: UU 22/2009)

32

DIT. BSTP

Page 26: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 2

(8) Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat

pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan

kegiatan pada suatu kurun waktu.

(9) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan (on street parking) adalah fasilitas

parkir yang menggunakan ruang milik jalan.

(10) Fasilitas parkir di luar ruang milik jalan (off street parking) adalah fasilitas

parkir kendaraan di luar ruang milik jalan yang dibuat khusus atau

penunjang kegiatan yang dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung

parkir.

(11) Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan

kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk

ruang bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa

penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang.

(12) Jalur sirkulasi adalah tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan

yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir.

(13) Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang

berdekatan.

(14) Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan

jalan sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu

masuk.

3.2. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN FASILITAS

PARKIR

Di dalam pedoman terdahulu disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan fasilitas

parkir adalah:

(1) memberikan tempat istirahat kendaraan;

(2) menunjang kelancaran arus lalu-lintas.

Sedangkan di dalam UU No. 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan

mengendalikan pergerakan lalu lintas dapat diselenggarakan manajemen

kebutuhan lalu lintas. Manajemen kebutuhan lalu lintas tersebut dapat

DIT. BSTP

Page 27: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 3

dilaksanakan dengan cara pembatasan ruang parkir pada kawasan tertentu

dengan batasan ruang parkir maksimal (maximum parking provision).

Berdasarkan kondisi tersebut maka pada draft Permenhub diusulkan tujuan

penyelenggaraan fasilitas parkir adalah:

(1) memberikan tempat istirahat kendaraan;

(2) menunjang kelancaran arus lalu lintas;

(3) meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas;

(4) mengendalikan pergerakan lalu lintas

Selain tujuan, di dalam draft pedoman perlu ditambahkan ruang lingkup

penyelenggaraan fasilitas parkir. Ruang lingkup penyelengaraan fasilitas parkir

adalah meliputi kegiatan-kegiatan: pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan fasilitas parkir.

Gambar 3.1. di bawah ini menunjukkan proses / tahapan dalam

penyelenggaraan fasilitas parkir baik di dalam maupun di luar ruang milik jalan.

DIT. BSTP

Page 28: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 4

Kebijakan Pengembangan

Sistem Perparkiran

Survei Lalu Lintas Survei Kebutuhan Ruang Parkir

Survei Ketersediaan Ruang Parkir

Survei Inventarisasi Jalan

Analisis Supply – Demand Parkir

Desain Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Desain Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Implementasi Penyelenggaraan Parkir

Pemeliharaan Fasilitas Parkir

PEMBANGUNAN

PENGOPERASIAN

PEMELIHARAAN

Evaluasi

Gambar 3.1. Alur Proses Penyelenggaraan Fasilitas Parkir

3.3. KEBIJAKAN UMUM SISTEM PERPAKIRAN

Kebijakan umum sistem perparkiran akan mengatur tentang hal-hal yang

berkaitan dengan:

a. Konsep penyediaan dan pembatasan parkir;

b. Sistem zonasi parkir;

c. Sistem pentarifan parkir.

DIT. BSTP

Page 29: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 5

Ketiga hal diatas dpat diaplikasikan baik untuk fasilitas parkir di dalam ruang

milik jalan (on-street parking) maupun fasilitas parkir di luar milik jalan (off-street

parking).

3.3.1. Konsep Penyediaan dan Pembatasan Parkir

A. Konsep Penyediaan Parkir

Dilihat dari sisi penyediaan fasilitas parkir, maka fasilitas parkir bisa

dikelompokkan menjadi fasilitas parkir umum dan khusus. Fasilitas parkir umum

meliputi parkir di dalam ruang milik jalan dan parkir di luar ruang milik jalan, baik

di taman parkir maupun di gedung parkir.

Penggunaan lokasi-lokasi parkir di dalam ruang milik jalan, dimana sesuai

dengan amanat Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan

Angkutan Jalan, hanya boleh di jalan kabupaten/kota dan jalan desa,

bertujuan agar parkir tidak menjadi penghambat di jalan nasional dan jalan

provinsi yang didesain dengan level of service (LoS) yang tinggi. Penggunaan

ruang milik jalan untuk fasilitas parkir juga harus didesain dan dikendalikan

sedemikian rupa agar tata cara parkir tidak menghambat lalu-lintas.

Parkir di luar ruang milik jalan, baik di taman parkir maupun di gedung

parkir, harus didesain dan dikendalikan agar penggunaan parkir dilakukan

secara optimal dan arus kendaraan keluar/masuk lokasi parkir tidak

menimbulkan kemacetan di jalan raya.

Penyediaan fasilitas parkir harus memenuhi syarat dalam penyediaan fasilitas

satu gedung sesuai dengan standar pembangunan fasilitas umum, dan selalu

memperhatikan hak pejalan kaki, desain yang memadai untuk penyandang

cacat, menjamin faktor keamanan dan aspek teknis lainnya.

Masalah penyediaan fasilitas parkir saat ini sudah tidak bisa lagi dilihat sebagai

masalah yang berdiri sendiri. Dimensi pengelolaan parkir merupakan bagian yang

tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan sistem transportasi secara komprehensif.

Disamping tujuan utama penyediaan fasilitas parkir adalah untuk tempat parkir

kendaraan karena pengendara melakukan aktivitas lain di sekitar lokasi parkir,

maka penyediaan parkir harus tetap bisa menjamin lalu-lintas berjalan dengan

lancar.

DIT. BSTP

Page 30: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 6

Konsep penyediaan parkir pada peraturan/pedoman yang terdahulu menganut

sistem pola penyediaan parkir minimum (minimum parking provision). Dengan

sistem ini maka terdapat jumlah kebutuhan minimum ruang parkir yang harus

disediakan oleh pengelola/pengembang untuk suatu pusat kegiatan tertentu.

Sistem pola penyediaan minimum juga diterapkan pada beberapa negara lain,

seperti: Singapura, Australia, USA.

Dengan pengelolaan yang baik, maka parkir bisa menjadi salah satu alat dalam

pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Pola penyediaan parkir yang

menganut pola penyediaan minimum (minimum parking provision), seiring

dengan meningkatnya kebutuhan ruang parkir dan prediksi akan terjadinya

permasalahan dalam penyediaan ruang parkir, maka secara bertahap perlu

dilakukan perubahan dalam pola penyediaan parkir, dimana pola penyediaan

parkir tidak lagi menganut pola penyediaan minimum (minimum provision), akan

tetapi berubah menjadi pola penyediaan maksimum (maximum provision).

Dengan pola penyediaan maksimum (maximum provision), maka jumlah ruang

parkir di suatu gedung akan menjadi sangat terbatas, sehingga pengguna

kendaraan pribadi akan selalu mempertimbangkan apakah perlu menggunakan

kendaraan pribadi atau tidak. Akan tetapi penerapan pola ini harus bisa

menjamin bahwa masyarakat tetap bisa mengakses lokasi-lokasi tersebut, antara

lain dengan angkutan umum yang sudah dikembangkan dengan baik.

Di dalam UU 22 Tahun 2009 juga dijelaskan bahwa pola penyediaan batasan

ruang parkir maksimal merupakan salah satu upaya dari manajemen kebutuhan

lalu lintas (transportation demand management).

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, dalam draft permenhub diusulkan pola

penyediaan parkir yang merupakan gabungan antara pola penyediaan parkir

minimum dan pola penyediaan parkir maksimum.

Pola penyediaan parkir minimum adalah jumlah satuan ruang parkir minimum

yang harus disediakan sesuai dengan peruntukan bangunan. Kebijakan

penerapan batasan parkir minimum adalah untuk menjamin tersedianya areal

yang cukup untuk parkir sehingga tidak ada kendaraan yang tumpah di jalan

raya akibat tidak mendapatkan ruang parkir.

Sedangkan pola penyediaan parkir maksimum adalah jumlah satuan ruang parkir

maksimum yang harus disediakan sesuai dengan peruntukan bangunan.

Kebijakan penerapan batasan parkir maksimum adalah untuk membatasi

DIT. BSTP

Page 31: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 7

pergerakan kendaraan pribadi menuju ruang parkir dan mendorong penggunaan

moda angkutan umum.

B. Konsep pembatasan parkir

Kecenderungan perkembangan kota-kota di dunia terkait dengan masalah parkir

adalah dengan melakukan pembatasan-pembatasan parkir. Masyarakat

dikondisikan untuk tidak terlalu sering menggunakan kendaraan pribadi, dan

secara bertahap beralih menggunakan angkutan umum. Pada sisi ini pemerintah

berkewajiban menyediakan fasilitas angkutan umum yang baik dan mempunyai

jangkauan yang luas, serta mempromosikan penggunaan angkutan umum dan

penggunaan angkutan tidak bermotor.

Pembatasan yang dilakukan antara lain adalah dengan:

Pembatasan jumlah ruang parkir di dalam ruang milik jalan (on street

parking) dan zona-zona tertentu;

Pembatasan parkir pada jam-jam tertentu;

Merencanakan fasilitas tempat parkir di luar daerah tersebut seperti park and

ride;

Pengaturan tarif parkir progresif;

Denda yang tinggi terhadap pelanggar parkir.

C. Retribusi kekurangan ruang parkir (deficiency charge)

Konsep deficiency charge mengacu pada konsep serupa yang diberlakukan di

Singapura dimana pengembang harus membayar retribusi kepada pemerintah

atas kekurangan jumlah ruang parkir yang seharusnya disediakan oleh

pengembang tersebut. Jumlah deficiency charge yang harus dibayarkan adalah

berkisar antara S$16,000.00 – S$32,000.00 setiap kekurangan satu ruang parkir.

Untuk kondisi di Indonesia konsep deficiency charge diusulkan pada lokasi

dengan pola penyediaan parkir minimum. Kondisi yang ada adalah sering

berubahnya tata ruang di dalam gedung sehingga berakibat berkurangnya

DIT. BSTP

Page 32: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 8

kapasitas atau daya tampung parkir pada gedung tersebut. Pada kondisi tersebut

pengelola gedung dapat dikenakan retribusi kekurangan ruang parkir.

Sehingga untuk kondisi di Indonesia retribusi kekurangan ruang parkir

(deficiency charge) atau kontribusi parkir dapat dikenakan kepada penyelenggara

parkir apabila penyediaan parkir minimum sudah terpenuhi dan pada saat

pengoperasian parkir terdapat perubahan peruntukan bangunan yang

mengakibatkan tidak terpenuhinya jumlah minimum kebutuhan ruang parkir.

Dana yang diperoleh dari retribusi kekurangan ruang parkir selanjutnya dapat

digunakan oleh pemerintah daerah untuk memberikan insentif bagi pengguna

jalan, dalam bentuk: penyediaan ruang parkir di lokasi lain dalam bentuk taman

parkir, subsidi angkutan umum dan sebagainya.

3.3.2. Sistem Zonasi Parkir

Sistem zona parkir diperlukan untuk menentukan kebutuhan ruang parkir yang

berbeda-beda tergantung dari karakteristik lalu lintas dan wilayahnya. Kebijakan

parkir saat ini dalam menentukan kebutuhan ruang parkir tidak membedakan

antara zona satu dengan zona lainnya.

Sistem ”zona” yang digunakan oleh kebijakan parkir saat ini berkaitan dengan

golongan untuk penetapan tarif parkir, yaitu:

1. Golongan A

a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir

b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5 kendaraan/SRP/hari)

c. Parkir dengan waktu yang lama

d. Daerah perumahan, parkir dapat tanpa pembayaran atau dengan tarif

yang rendah

e. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas rendah

2. Golongan B

a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir

b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/hari)

c. Daerah komersial atau pertokoan, tarif parkir dapat diberlakukan relatif

tinggi, untuk mengendalikan lalu lintas

d. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi

DIT. BSTP

Page 33: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 9

3. Golongan C

a. Kawasan parkir pada fasilitas parkir umum dengan maksud

pengendalian parkir

b. Keluar masuk kendaraan yang dikendalikan melalui karcis dengan waktu

tercatat, dapat diberlakukan tarif parkir secara progresif yang dapat

meningkat sesuai dengan lamanya parkir

c. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi

Sistem zonasi parkir telah diberlakukan pada negara-negara lain di dunia. Di

Singapura terdapat 3(tiga) zona parkir, yaitu: zona 1 meliputi pusat kota

(restricted zone) dan marina bay, zona 2 meliputi daerah diluar zona 1 yang

dekat dengan sistem angkutan umum massal (mass rapid transit/MRT) dan zona

3 meliputi daerah di luar zona 1 dan zona 2 di dalam wilayah negara Singapura.

Sistem zona parkir yang diusulkan berdasarkan hasil studi literatur dan ketentuan

perundangan yang berlaku adalah sebagai berikut:

Zona I – Kawasan Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Transport

Demand Management).

Didalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009 disebutkan bahwa manajemen

kebutuhan lalu lintas salah satunya dilakukan dengan cara pembatasan

ruang parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang parkir maksimal

(maximum parking provision).

Di dalam UU tersebut juga disebutkan kriteria lokasi diterapkannya

manajemen kebutuhan lalu lintas adalah:

Perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan kapasitas

jalan

Ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum, dan

Kualitas lingkungan

Zona II – Kawasan diluar zona I yang berada diwilayah pusat kota

(Central Business District).

Pada umumnya zona ini berada di pusat kegiatan kota yang terdiri dari

beberapa lahan peruntukan yang mempunyai jumlah bangkitan perjalanan

DIT. BSTP

Page 34: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 10

tinggi seperti pusat jasa dan perdagangan, pusat perkantoran, super blok

(lahan campuran), kawasan industri, fasilitas umum dengan aktifitas tinggi.

Zona III – Kawasan diluar zona I dan zona II di dalam suatu wilayah perkotaan.

Pada umumnya zona ini terdiri dari beberapa lahan peruntukan yang

mempunyai jumlah bangkitan perjalanan sedang dan rendah seperti lahan-

lahan pertokoan/ruko, kavling industri, lahan perkantoran, perumahan,

fasilitas umum dengan aktifitas sedang dan rendah.

Sistem zonasi parkir tersebut selanjutnya akan digunakan secara konsisten

berkaitan dengan penerapan kebijakan untuk:

a. Tarif parkir; b. Pola penyediaan parkir; c. Pembatasan dan/atau pelarangan parkir. Penerapan kebijakan pola penyediaan parkir yang terkait dengan sistem zonasi

parkir adalah sebagai berikut:

a. Pada Zona 1 diterapkan ketentuan pola penyediaan parkir maksimum (maximum parking provision);

b. Pada Zona 2 diterapkan ketentuan pola penyediaan parkir minimum (minimum parking provision);

c. Pada Zona 3 diterapkan ketentuan pola penyediaan parkir minimum (minimum parking provision).

3.3.3. Sistem Pentarifan Parkir

Pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir tahun 1996 disebutkan bahwa penetapan tarif parkir adalah salah satu cara untuk pengendalian lalu-lintas. Namun untuk beberapa kawasan tertentu tidak memerlukan pembayaran atau dengan tarif parkir yang rendah karena keberadaan parkir di jalan seperti di kawasan perumahan tidak memerlukan pengendalian lalu lintas.

Sementara itu pada lokasi dengan frekuensi parkir (parking turnover) tinggi sementara lahan untuk parkir didalam ruang milik jalan terbatas maka pemberlakukan parkir jangka pendek (short time parkir) dengan menggunakan meter parkir dapat diberlakukan.

Berkaitan dengan penetapan tarif parkir, di zona 1 dan zona 2 dapat diberlakukan tarif parkir yang lebih tinggi dibandingkan tarif parkir pada zona 3. Pendapatan dari selisih tarif parkir antara zona 1 dan zona 2 dengan zona 3 digunakan untuk peningkatan pelayanan transportasi di pusat kota.

Peningkatan pelayanan transportasi yang dapat dibiayai melalui selisih pendapatan parkir adalah:

a. Peningkatan pelayanan angkutan umum; b. Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan jalur sepeda;

DIT. BSTP

Page 35: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 11

c. Pengurangan dampak lingkungan. Pemanfaatan dana selisih pendapatan parkir diperoleh melalui proses earmarked

dari selisih pendapatan parkir.

Pada panduan tersebut di atas, penetapan kebijakan tarif parkir suatu kawasan

dikaitkan dengan jumlah kendaraan/SRP/hari. Namun kebijakan ini pun tidak

serta merta dapat digunakan sebagai instrumen pengendalian lalu lintas

kawasan. Salah satu contoh sederhana adalah bila ada dua ruas jalan yang

memiliki volume lalu lintas dan jumlah kapasitas/lajur yang hampir sama perarah

namun pengaturan parkir di ruang milik jalan dengan sudut yang berbeda akan

memberikan konsekuensi LoS ruas jalan yang berbeda pula. Sehingga jelas

bahwa sudut parkir yang lebih kecil akan mengakibatkan LoS yang lebih baik

(lalu lintas lebih lancar) dibandingkan dengan sudut parkir yang lebih besar. Oleh

karena itu, pengendalian lalu lintas dapat diwujudkan melalui penetapan besaran

tarif parkir, jumlah kendaraan/SRP/hari dan besaran LoS ruas jalan.

Permasalahan parkir kendaraan lainnya yang sangat mendasar adalah masalah

keamanan kendaraan (termasuk isinya) yang tidak terjamin maka dimasa datang

diperlukan panduan teknis yang dapat menjamin keamanan kendaraan yang

parkir sehingga tarif parkir yang dikenakan sudah termasuk biaya asuransi

keamanan (kerusakan dan kehilangan) kendaraan dan secara tersirat jaminan

asuransi parkir kendaraan ini harus tertera pada karcis parkir.

Dengan keanekaragaman fisik yang sangat berbeda maka perlu dibedakan besaran tarif parkir yaitu dengan mempertimbangkan faktor-faktor di bawah : (1) Jenis Kendaraan

Kendaraan ringan/kecil dikenakan beban tarif yang lebih murah bila dibandingkan dengan kendaraan yang lebih besar, karena kendaraan besar lebih banyak menggunakan ruang parkir dan lebih mengganggu terhadap kelancaran lalu lintas lainnya.

(2) Jumlah Jam Parkir

Kendaraan yang parkir lebih lama harus membayar parkir yang lebih mahal, karena menggunakan ruang parkir lebih lama dan lebih mengganggu terhadap kelancaran lalu lintas lainnya.

(3) Lokasi Parkir

Dalam satu kawasan yang sama, tarif parkir di luar ruang milik jalan (off street parking) lebih murah dari tarif parkir di dalam ruang milik jalan (on street parking), karena parkir di ruang milik jalan mengurangi kapasitas jalan sehingga dapat menurunkan LoS ruas jalan.

DIT. BSTP

Page 36: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 12

(4) Periode Parkir

Pada umumnya pada periode jam sibuk, setiap ruas jalan akan mengalami

pembebanan lalu lintas paling besar bila dibandingkan dengan periode

lainnya. Karena itu, dapat dipertimbangkan besaran tarif parkir pada periode

jam sibuk lebih mahal dari tarif parkir pada periode lainnya.

(5) Lahan Peruntukan

Pada umumnya, lahan untuk jasa dan perdagangan, perkantoran, fasilitas

umum, industri lebih potensial membangkitkan perjalanan dari pada lahan-

lahan permukiman, pertanian/perkebunan, lahan kosong dan lainnya. Karena

itu lalu lintas di lahan-lahan potensial umumnya memerlukan pengendalian

yang lebih serius sehingga tarif parkirpun harus lebih mahal dari tarif parkir

pada lahan lahan yang rendah bangkitan lalu lintasnya.

(6) Range Parameter Tarif Parkir

Skala kota/wilayah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berbeda

memerlukan kebijakan tarif parkir yang diskriminatif dimana kemampuan

masyarakat dan kondisi lalu lintas di metropolitan berbeda bila dibandingkan

dengan kondisi masyarakat dan lalu lintas di kota-kota yang lebih kecil. Oleh

karena itu perlu adanya range parameter tarif.

Besaran parameter tarif dapat ditentukan dari range bilangan minimum

hingga bilangan maksimum tergantung dari tingkat pengendaliaannya.

Dengan demikian bisa jadi bahwa pada kondisi yang hampir sama tarif parkir

di DKI. Jakarta lebih mahal bila dibandingkan dengan tarif parkir di kota-kota

kecil.

a. Range Parameter Tarif Parkir Periode Pendek (Short-Term Parking)

Range parameter tarif parkir periode pendek dikenakan pada lokasi-lokasi

parkir yang umum tersedia dimana penggunaan waktu parkir kendaraan

cukup terbatas. Untuk mendapatkan range parameter periode ini diambil

dari referensi besaran tarif parkir short term di DKI. Jakarta dan Surakarta

untuk sepeda motor, mobil penumpang / mobil barang, bus /truck sedang

dan bus /truck besar sebagaimana terlihat pada tabel-tabel berikut.

DIT. BSTP

Page 37: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 13

Tabel 3.1. Tarif Parkir Short-Term di DKI. Jakarta

No Jenis Kendaraan Tarif Perbandingan

Tarif thd Tarif Sp. Motor

1.

2.

3.

4.

Sepeda motor

Mobil penumpang / Mobil barang

Bus sedang / Truck sedang

Bus besar / Bus besar

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 4.000,-

Rp. 5.000,-

1

2

4

5

Tabel 3.2. Tarif Parkir Short-Term di Surakarta

Jenis Tempat

Jenis Kendaraan

Tarif Sekali Parkir

Perbandingan Tarif thd Tarif

Sp. Motor

a. Pelataran / Lingkungan

Sepeda Motor

Mobil penumpang/ Mobil barang

Bus Sedang/ Truck Sedang

Bus Besar/ Truck Besar

Rp. 500,-

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 3.000,-

1

2

4

6

b. Taman

Sepeda Motor

Mobil penumpang/ Mobil barang

Bus Sedang/ Truck Sedang

Bus Besar/ Truck Besar

Rp. 500,-

Rp. 1.000,-

Rp. 3.000,-

Rp. 5.000,-

1

2

6

10

c. Gedung

Sepeda Motor

Mobil penumpang/ Mobil barang

Bus Sedang/ Truck Sedang

Bus Besar/ Truck Besar

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 4.000,-

Rp. 5.000,-

1

2

4

5

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2009

Terlihat jelas bahwa perbandingan tarif parkir di taman / pelataran /

lingkungan untuk masing-masing jenis kendaraan di kedua kota berturut-

turut adalah sepeda motor, mobil penumpang / mobil barang, bus /truck

sedang dan bus /truck besar adalah 1 : 2 : 4 : (5-10), sedangkan

perbandingan tarif parkir untuk parkir gedung adalah 1 : 2 : 4 : 5.

b. Range Parameter Tarif Parkir Periode Panjang (Long-Term Parking)

Long Term Parking atau sering disebut Parkir Nginap di fasilitas umum

belum diatur dalam panduan teknis yang ada sehingga penetapan besaran

DIT. BSTP

Page 38: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 14

tarif nginap di beberapa fasilitas umum terjadi perbedaan yang sangat

signifikan.

Parkir nginap biasanya dibutuhkan untuk mereka yang akan melanjutkan

perjalanan jauh dengan menggunakan moda angkutan massal seperti bus

antar kota, kereta api, angkutan udara, ferry, dsb. Jumlah biaya yang

diperlukan untuk parkir nginap cukup besar namun masih lebih ekonomis

bila dibandingkan dengan penggunaan parkir short-term.

Beberapa contoh biaya parkir long-term (nginap) di bandara adalah :

Biaya parkir nginap di Terminal Satu Bandara Soekarno-Hatta adalah Rp.

20.000/6 jam kemudian Rp. 2.000/jam atau Rp. 56.000/hari ($ 5,6/day

1 $ = Rp. 10.000).

Biaya parkir nginap di Bandara Ngurah Rai untuk satu malam sebesar

Rp. 40.000 ($ 4/night 1 $ = Rp. 10.000).

Biaya parkir nginap di bandara utama di Amerika Serikat adalah sebagai

berikut :

Atlanta (ATL): $10/day

Boston (BOS): $18/day or $108/week (six or seven days)

Chicago (ORD): $9/day

Houston Intercontinental (IAH): $6/day

Los Angeles (LAX): $10/day

Miami (MIA): $15/day

Newark (EWR): $18/day for first day, $6 for each eight-hour period

thereafter

New York (JFK): $18/day for first day, $6 for each eight-hour period

thereafter

New York (LGA): $33/day for first 28 hours, $6 for each eight-hour

period thereafter

Philadelphia (PHL): $11/day

Portland, OR (PDX): $10/day, with seventh day free

San Francisco (SFO): $14/day

Seattle-Tacoma (SEA): $26/day or $130/week (six to seven days).

DIT. BSTP

Page 39: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 15

Untuk short-term parking di bandara USA tersebut di atas biaya parkir

lebih dari $30 hingga $50 per kendaraan/hari.

Jadi biaya long-term parking di bandara Indonesia masih lebih murah bila

dibandingkan dengan biaya long-term parking di bandara USA.

Karena sulit mendapatkan referensi data range tarif untuk parkir long-term

di beberapa fasilitas umum maka ditetapkan range tarif parkir long-term

sedemikian rupa sehingga tarif parkir long-term ini masih tetap lebih

ekonomis daripada tarif parkir short-term untuk tiap jenis kendaraan.

Pada umumnya tujuan perjalanan pengguna parkir long-term di fasilitas

umum adalah untuk bekerja di tempat lain. Diperkirakan periode waktu

nginap pengguna parkir adalah untuk kebutuhan waktu perjalanan pulang-

pergi dengan kendaraan lain selama ± 2 jam, waktu bekerja pengguna di

tempat tujuan selama ± 8 jam sehingga waktu normal yang perlu

disediakan bagi pengguna parkir adalah 10 jam kemudian kelebihan waktu

dikenakan tarif pakir progresif untuk setiap jam.

(7) Tarif Dasar Parkir

Selain range parameter, besaran tarif dasar parkir digunakan untuk

menentukan besaran tarif parkir setiap jenis kendaraan di masing-masing

zona. Besaran tarif dasar ini (disebut X) harus ditetapkan didalam

peraturan-peraturan yang ada baik itu berupa Peraturan Daerah,

Keputusan Wali Kota maupun peraturan-peraturan lainnya. Besaran tarif

dasar X ini bervariasi dan sangat tergantung dengan komponen-komponen

dibawah ini:

a. Sewa lahan atau ruang

Secara umum sewa lahan di pusat kota adalah lebih mahal bila

dibandingkan dengan sewa lahan di luar pusat kota. Alasan utama

adalah karena lokasi-lokasi di pusat kota mempunyai suatu tingkat

aksesibilitas yang tinggi untuk mencapai berbagai aktifitas terpusat di

dalam suatu daerah yang relatif kecil.

b. Fasilitas yang tersedia

DIT. BSTP

Page 40: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 16

Pada umumnya, semakin lengkap fasilitas parkir yang disediakan

semakin mahal tarif parkir yang dikenakan, karena biaya pengadaan

fasilitas yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi (marka dan rambu),

kualitas lokasi dan bangunan, penerangan, pengamanan yang baik

akan memerlukan investasi yang tinggi.

c. Pemeliharaan dan perbaikan

Di dalam menjalankan aktivitasnya, biaya pemeliharaan dan perbaikan

merupakan biaya operasional yang mempunyai manfaat baik untuk

jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Pihak pengelola parkir

berusaha mengoptimalkan kegiatan operasional yang akan dilakukan

dalam upaya menjaga kepuasan konsumen dan peningkatan

pendapatan operasional.

d. Gaji pekerja parkir

Untuk mendukung operasional parkir, diperlukan gaji bagi pekerja

parkir. Dengan gaji yang layak diharapkan dapat dijadikan motivasi

bagi pekerja untuk melayani konsumen dengan baik.

e. Subsidi

Pemberian subsidi biasanya diberlakukan untuk merangsang

pertumbuhan perekonomian daerah tertentu yang mempunyai

pertumbuhan relatif rendah. Subsidi ini biasanya diberikan untuk gaji

pekerja dan biaya operasional.

f. Asuransi

Praktek dan konstruksi hukum yang digunakan pengelola parkir

selama ini identik dengan konsep ‘sewa lahan’. Pengelola hanya

menyediakan lahan parkir semata dan bukan penitipan barang.

Risikonya bagi konsumen, jika menggunakan konsep sewa lahan,

pengelola parkir terlepas dari tuntutan ganti rugi yang dilakukan

konsumen, meski pun misalnya, kendaraan konsumen hilang.

Keadaannya akan berbeda manakala pengelola parkir menggunakan

konstruksi hukum ‘penitipan barang’. Pengelola parkir, selain harus

menyediakan lahan parkir, juga harus pula menjaga keamanan dan

keselamatan kendaraan konsumen selama parkir. Termasuk pun ikut

DIT. BSTP

Page 41: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 17

bertanggung jawab dalam hal terjadi atas hilangnya kendaraan dan

atau barang-barang yang berada di dalam kendaraan atau rusaknya

kendaraan selama berada di kawasan parkir. Konstruksi hukum titip

barang pada pelayanan jasa parkir merupakan corak yang sesuai

dengan misi dan mandat perlindungan konsumen.

Untuk mengatasi masalah ini terdapat beberapa alternatif yaitu :

Pertama, pelayanan jasa parkir harus mengakomodasi konstruksi

hukum titip barang, dan bukan sewa lahan semata. Oleh karena secara

nyata apabila terjadi ‘sesuatu’ kerugian selalu berada di pihak

konsumen jasa parkir. Secara logis, selain menyediakan lahan

pengelola parkir juga ikut menjaga keamanan dan keselamatan

kendaraan konsumen selama parkir. Bahkan jika terjadi kerusakan

atau kehilangan atas kendaraan yang dititip itu, pengelola parkit ikut

serta bertanggungjawab untuk memberi ganti kerugian pada

konsumennya.

Kedua, konsumenan konsep jasa asuransi parkir. Adanya jasa asuransi

parkir akan meringankan dan sangat membantu pengelola parkir dan

konsumen jasa parkir manakala terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

pada kendaraan yang di parkir. Namun perlu diingatkan, bentuk jasa

asuransi tersebut tidak bersifat all risk, tetapi cukup hanya total lost

only. Artinya, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalkan

kehilangan, maka dalam asuransi parkir ini, kerugian yang ditanggung

oleh pengelola parkir, hanya berupa kehilangan kendaraan saja dan

bukan semua dengan segala isi yang ada di dalam kendaraan itu.

Dari keanekaragaman tersebut di atas dapat dirumuskan besaran tarif

parkir di dalam ruang milik jalan dan di luar ruang milik jalan tiap zona

untuk masing-masing golongan kendaraan seperti terlihat dalam tabel

berikut :

Tabel 3.3. Penentuan Tarif pada Jam Sibuk di Dalam Ruang Milik Jalan Berdasarkan Zona dan Penggolongan Kendaraan

DIT. BSTP

Page 42: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 18

Nama Zona

Tarif Parkir Di dalam Ruang Milik Jalan (Rp)

Sepeda Sepeda Motor

Sedan, Jiip, pick up

Bus/ Truk Sedang

Bus/ Truk Besar

Zona I 1.2 X/j 2 X/j 4 X/j 6 X/j 8 X/j

Zona II 0.9 X/j 1.5 X/j 3 X/j 4.5 X/j 6 X/j

Zona III 0.6 X X 2 X 3 X 4 X

Tabel 3.4. Penentuan Tarif pada Jam Sibuk di Luar Ruang Milik Jalan

Berdasarkan Zona dan Penggolongan Kendaraan

Nama Zona

Tarif Parkir Di luar Ruang Milik Jalan (Rp)

Sepeda Sepeda Motor

Sedan, Jiip, pick up

Bus/ Truk Sedang

Bus/ Truk Besar

Zona I 2.4 X/j 4 X/j 8 X/j 12 X/j 16 X/j

Zona II 1.8 X/j 3 X/j 6 X/j 9 X/j 12 X/j

Zona III 1.2 X 2 X 4 X 6 X 8 X

Keterangan :

X : Tarif dasar parkir harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dsb.

Tarif Parkir harus sudah termasuk asuransi keamanan kendaraan.

Tarif Parkir pada Zona I dan Zona II diberlakukan tarif progresif

dimana tiap 1 (satu) jam kelebihan dikenakan tarif tambahan 100%

dari besarnya retribusi yang ditetapkan.

Secara umum perhitungan tarif parkir harus dibedakan berdasarkan zona dan

jenis kendaraan tersebut di atas, juga dapat diperhitungkan berdasarkan

pengembalian biaya investasi dan operasional sesuai ketetapan dalam range tarif

parkir; juga tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan material dan/atau

finansial. Namun tetap dijaga penetapan tarif parkir bertujuan sebagai

pengendali lalu-lintas melalui pengurangan pemakaian kendaraan pribadi

sehingga mengurangi kemacetan di jalan. Dengan penetapan tarif sedemikian

rupa, untuk besaran tarif tertentu diharapkan dapat mengurangi niat orang untuk

menggunakan kendaraan pribadi terutama yang menuju ke zona pengendalian

lalu lintas tinggi.

Untuk mewujudkan lalu lintas kawasan yang terkendali yaitu lalu lintas yang

aman, teratur dan efisien maka penerapan Traffic Demand Management/TDM

DIT. BSTP

Page 43: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 19

(berorientasi pada pembatasan kendaraan) perlu didukung dengan beberapa

instrumen pengendali parkir yang dioperasikan dengan tehnologi Intellegent

Transportation Systems/ITS, yang terdiri dari :

(1) Electronic Parking Meters/EPM (meter parkir elektronik), adalah meter yang

bekerja secara electronik, ditempatkan pada tempat yang tidak terlalu jauh

dari ruang parkir dan digunakan untuk beberapa ruang parkir sekaligus.

Untuk itu setelah membayar ke meter parkir akan dikeluarkan tanda bukti

pembayaran yang memuat waktu parkir.

Penggunaan meter parker elektronik harus dilakukan berdasarkan

Peraturan Daerah setempat untuk menetapkan jalan/kawasan dan luar

ruang milik jalan mana yang akan diterapkan meter parker elektronik,

didalam peraturan daerah juga harus dirumuskan besarnya denda terhadap

pelanggaran ketentuan parkir. Kunci keberhasilan penggunaan meter parkir

adalah penerapan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran

parkir.

(2) Data Collection System/DCS, adalah sistem pengumpulan data yang

dilakukan secara elektronik dimana pemrosesannya dilakukan dengan

menggunakan komputer sehingga seluruh aktivitas dari pengumpulan,

pengolahan hingga penyimpanan data dapat dilakukan secara cepat dan

akurat. Namun demikian sistem ini tidak pernah lepas dari kesalahan,

kecurangan dan penyelewengan, maka dari itu diperlukan adanya suatu

pengendalian sistem untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut.

(3) Variable Message Sign (VMS), adalah suatu aplikasi yang memberikan

informasi mengenai jumlah ruang parkir yang masih tersedia melalui

papan pengumuman elektronik yg telah dipasang di pintu akses parkir.

(4) Parking Smart Card, adalah sistem komunikasi online transportasi

kendaraan di area parkir. Fungsi Parking Smart Card ini adalah

mengetahui identitas pemilik smart card, data kendaraan yang akan parkir

dan digunakan sebagai alat pembayaran tarif parkir serta nama bank yang

mengeluarkan parking smart card tersebut. Parking smart card ini bisa

merupakan bagian dari smart card lainnya yang digunakan untuk

pembayaran road pricing, toll pricing dan lainnya.

DIT. BSTP

Page 44: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 20

(5) Barrier Gates/BG, adalah pintu portal yang diletakan setelah pos

pembayaran yang bekerja dengan sistem mekanis dengan menggunakan

gear box dan beban lengan ayun. Barries Gate terdiri dari :

a. Semi Automatic, proses bekerja buka-tutup barrier gate dengan

menggunakan tombol push button.

b. Autometic, proses bekerja / buka tutup barrier gate terhubung dengan

komputer dan dikendalikan oleh operator aplikasi parkir.

c. Full Automatic, proses bekerja /buka tutup barrier gate terhubung

dengan computer dan dikendalikan oleh operator dengan

menggunakan Access Control.

(6) CCTV Parking, adalah alat untuk memantau situasi arus kendaraan di area

parkir. CCTV ini terletak dibeberapa titik strategis, mulai dari ujung pintu

akses hingga lokasi parkir.

3.4. PENGENDALIAN PARKIR

Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan parkir.

Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir di dalam ruang milik jalan

ataupun parkir di luar ruang milik jalan yang diterapkan terutama di jalan-jalan

utama dan pusat-pusat kota. Kebijakan ini akan sangat efektif untuk

meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan.

Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan ruang parkir, yang ditandai

dari banyak pelanggaran terhadap parkir di tempat yang seharusnya tidak boleh

parkir, atau banyaknya parkir ganda. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu

diambil langkah-langkah untuk mengendalikannya.

Pengendalian utama yang perlu dilakukan adalah melalui suatu kombinasi atas

pembatasan-pembatasan ruang, waktu dan biaya.

Pembatasan lokasi/ruang parkir kendaraan, terutama dimaksudkan untuk

mengendalikan arus lalu lintas kendaraan pribadi ke suatu daerah tertentu atau

untuk membebaskan suatu daerah/koridor tertentu dari kendaraan yang parkir di

pinggir jalan karena alasan kelancaran lalu lintas.

Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu karena alasan kelancaran

lalu lintas, karena parkir dipinggir jalan dapat mengurangi kapasitas jalan,

DIT. BSTP

Page 45: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Kebijakan Perpakiran 3 - 21

misalnya pada suatu koridor pada jam sibuk pagi harus bebas parkir karena

ruang parkir tersebut digunakan untuk mengalirkan arus lalu lintas. Pembatasan

waktu parkir biasanya diwujudkan dengan penetapan tarif progresif menurut

lamanya waktu parkir.

DIT. BSTP

Page 46: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 1

Bab

Standar Kebutuhan Parkir

4.1. UMUM

Parkir merupakan salah satu komponen sistem tranportasi yang perlu diperhatikan.

Area parkir merupakan kebutuhan bagi pemilik kendaraan. Dengan demikian

perencanaan fasilitas parkir merupakan perencanaan dalam menyelenggarakan

fasilitas parkir kendaraan di badan jalan maupun diluar badan jalan. Untuk

merencanakan fasilitas parkir maka besarnya kebutuhan perlu diketahui.

Standar kebutuhan parkir meliputi penetapan jenis pusat kegiatan di lokasi parkir,

kebutuhan jumlah ruang parkir untuk setiap pusat kegiatan serta dimensi/ukuran

ruang parkir untuk setiap jenis kendaraan.

4.2. JENIS PERUNTUKAN PARKIR

Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu dengan lainnya sesuai

peruntukannya. Berdasarkan pedoman teknis terdahulu ada dua jenis peruntukan

kebutuhan parkir, yaitu:

1. Kegiatan parkir yang tetap

a) Pusat pedagangan

b) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan

c) Pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan

d) Pasar

f) Sekolah

g) Tempat rekreasi

h) Hotel dan tempat penginapan

i) Rumah sakit

4

2

DIT. BSTP

Page 47: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 2

2. Kegiatan parkir yang bersifat sementara

a) Bioskop

b) Tempat pertunjukan

c) Tempat pertandingan olahraga

d) Rumah ibadah.

Beberapa peruntukan di atas saat ini kodisinya sudah tidak tepat seperti bioskop

umumnya beroperasi secara menerus dan berlokasi di pusat perdagantan / mall

sehingga fungsinya tidak lagi bersifat sementara.

Standar di Singapura membagi jenis peruntukan parkir ke dalam beberapa

golongan, yaitu:

1. Residential (flat, non-flat, service apartment dan home-office)

2. Komersial (perkantoran, pertokoan dan department store, restoran, hotel)

3. Bioskop, teater dan tempat pertunjukan

4. Kawasan pergudangan

5. Kawasan pabrik

6. Institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, Universitas)

7. Institusi budaya dan sosial

8. Tempat ibadah

9. Fasilitas rekreasi

10. Institusi kesehatan

11. Dan lain-lain

Sedangkan standar Australia meyebutkan pusat peruntukan untuk kebutuhan parkir,

yaitu:

1. Residential

2. Retail

3. Industri

4. Rumah sakit

5. Pendidikan

6. Rekreasi

7. Hiburan

8. Komersial

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka jenis peruntukan lahan untuk kebutuhan

parkir yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

DIT. BSTP

Page 48: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 3

1. Residensial

a. Perumahan

b. Apartemen

2. Kawasan industri dan pergudangan

a. Pabrik/Gudang

b. Kantor (di dalam kawasan industri)

3. Kawasan komersial

a. Perkantoran

b. Pertokoan

c. Pusat perdagangan

d. Pasar swalayan

e. Pasar tradisional

4. Sekolah/perguruan tinggi

5. Tempat rekreasi

6. Hotel dan tempat penginapan

7. Rumah sakit

8. Bioskop

9. Tempat pertandingan olah raga

Untuk tiap jenis peruntukan lahan tersebut tidak perlu dibedakan antara kegiatan

parkir tetap dan kegiatan parkir yang bersifat sementara. Hal tersebut karena saat

ini sering tercampurnya beberapa tata guna lahan ke dalam satu peruntukan

kegiatan seperti bioskop, tempat pertunjukan dan pusat perdagangan.

4.3. UKURAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA PUSAT KEGIATAN.

Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu dengan yang

lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarip yang

diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan bermotor,

tingkat pendapatan masyarakat.

1. Pusat perdagangan

Parkir dipusat perdagangan digunakan oleh pekerja yang bekerja di pusat

perdagangan dan pengunjung. Pekerja umumnya parkir untuk jangka panjang

dan pengunjung umumnya jangka pendek. Penyediaan ruang parkir ditekankan

untuk pengunjung sehingga kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan

kebutuhan ruang parkir adalah luas areal kawasan perdagangan.

DIT. BSTP

Page 49: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 4

2. Pusat perkantoran

Parkir dipusat perkantoran mempunyai ciri parkir jangka panjang, oleh karena

itu penentuan ruang parkir berdasarkan jumlah karyawan yang bekerja di

kawasan perkantoran.

3. Pasar swalayan

Parkir di pasar swalayan digunakan oleh pekerja yang bekerja di pasar

swalayan dan pengunjung. Pekerja umumnya parkir untuk jangka panjang dan

pengunjung umumnya jangka pendek. Penyediaan ruang parkir ditekankan

untuk pengunjung sehingga kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan

kebutuhan ruang parkir adalah luas areal pasar swalayan.

4. Pasar

Parkir di pasar digunakan oleh pedagang atau pekerja yang bekerja di pasar

dan pengunjung. Pedagang atau pekerja umumnya parkir untuk jangka

panjang dan pengunjung umumnya jangka pendek. Penyediaan ruang parkir

ditekankan untuk pengunjung sehingga kriteria yang digunakan sebagai acuan

penentuan kebutuhan ruang parkir adalah luas areal pasar. Pengunjung pasar

pada umumnya golongan berpendapatan menengah kebawah.

5. Sekolah dan perguruan tinggi

Parkir sekolah dan perguruan tinggi digunakan oleh pekerja, guru, dosen dan

siswa atau mahasiswa. Pekerja, guru, dan dosen pada umumnya parkir untuk

jangka lama, sedangkan siswa atau mahasiswa umumnya jangka pendek bagi

mereka yang diantar jemput dan jangka panjang bagi mereka yang memakai

kendaraan sendiri. Jumlah ruang parkir ditentukan berdasarkan jumlah siswa

atau mahasiswa.

6. Tempat rekreasi

Kebutuhan parkir ditempat rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik tempat

tersebut. Umumnya pada hari sabtu dan minggu, serta hari libur lainnya

kebutuhan parkir meningkat dibandingkan hari kerja. Penentuan jumlah ruang

parkir berdasarkan luas areal tempat rekreasi.

DIT. BSTP

Page 50: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 5

7. Hotel dan tempat penginapan

Kebutuhan ruang parkir hotel dan penginapan tergantung pada jumlah kamar

dan pelayanan lain yang disediakan. Jenis pelayanan yang diberikan terdiri

berbagai macam perlu menyediakan ruang parkir yang lebih banyak dalam

rangka memberi pelayanan sesuai kebutuhan pengunjung. Banyak hotel yang

menyediakan berbagai fasilitas selain untuk keperluan menginap, diantaranya

adalah penyediaan ruang atau fasilitas untuk untuk seminar, rapat , dan pesta

perkawinan. Oleh karena itu penyediaan ruang parkir ditentukan berdasarkan

jumlah kamar dan luas ruangan yang disediakan untuk pelayanan jasa lainnya.

8. Rumah sakit

Kebutuhan ruang parkir untuk rumah sakit ditentukan oleh jumlah tempat tidur

pasien tanpa memperhatikan kelas rumah sakit. Hal ini karena setiap pasien

harus mendapat standar pelayanan kesehatan yang sama.

9. Bioskop dan tempat pertunjukan

Ruang parkir di bioskop dan gedung pertunjukkan sifatnya sementara dengan

durasi antara 1,5 sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu

kapasitas pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung

jumlah tempat duduk yang tersedia, yang menggambarkan jumlah pengunjung

gedung bioskop.

10. Gelanggang olah raga

Ruang parkir digelanggang olahraga sifatnya sementara dengan durasi antara

1,5 sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas

pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung jumlah

tempat duduk yang tersedia, yang menggambarkan jumlah pengunjung

gelanggang olah raga.

11. Rumah ibadah

Ruang parkir di rumah ibadah sifatnya sementara dengan durasi antara 1

sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas pintu

keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung jumlah tempat

duduk yang tersedia, yang menggambarkan jumlah pengunjung rumah ibadah.

DIT. BSTP

Page 51: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 6

Ukuran kebutuhan ruang parkir pada pusat kegiatan berdasarkan hasil studi

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.

di bawah ini. Nilai kebutuhan SRP berbeda beda sesuai dengan jenis peruntukan

kegiatan dan sesuai dengan luas area total tiap peruntukan kegiatan.

Tabel 4.1. Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan

No Peruntukan Lahan unit Hubdat

min max

I Parkir Tetap

1 pusat perdagangan luas area (100m2) 0.75 5.90

2 pusat perkantoran (administrasi) jml karyawan 0.05 0.24

3 pusat perkantoran (pelayanan umum) jml karyawan 0.06 0.29

4 pasar swalayan luas area (100m2) 1.05 4.50

5 pasar luas area (100m2) 2.30 4.00

6 sekolah/perguruan tinggi jumlah mahasiswa 0.02 0.02

7 tempat rekreasi luas area (100m2) 0.14 2.06

8 hotel dan tempat penginapan (tarif < 100

US$) jumlah kamar 0.28 1.03

hotel dan tempat penginapan (tarif 100 - 150

US$) jumlah kamar 0.81 3.00

hotel dan tempat penginapan (tarif 150 - 200 US$) jumlah kamar 1.34 3.00

hotel dan tempat penginapan (tarif 200 - 250

US$) jumlah kamar 2.38 3.00

9 rumah sakit jumlah tempat

tidur 0.23 1.94

II Parkir Sementara

1 bioskop

jumlah tempat

duduk 0.23 0.66

2 tempat pertandingan olah raga

jumlah tempat

duduk 0.05 0.06

Dari referensi atau benchmarking yang telah dilakukan, diperoleh juga data

kebutuhan ruang parkir yang diperlukan untuk setiap tata guna lahan. Tabel di

bawah ini menunjukkan daftar standar kebutuhan ruang parkir untuk setiap

peruntukan lahan di negara Australia dan Singapura.

DIT. BSTP

Page 52: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 7

Tabel 4.2. Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Standar Australia)

No Land Use units

Parking Rates

Lowest (15th

persentile)

Highest (85th

percentile)

1 Residential

Flat spaces/flat (1 bedroom) 0.25 1.00

(2 bedroom) 0.35 1.10

(3 bedroom) 0.50 1.30

2 Residential

Building spaces/bedroom 0.25 1.00

3 Retail

Shop spaces/100 m2 gross floor area 3.50 7.50

Market spaces/100 m2 gross floor area 3.50 7.50

4 Industry

General spaces/100 m2 floor area 0.80 1.00

Warehouse spaces/100 m2 floor area 0.10 1.50

5 Hospitals

Major Hosp spaces/bed 0.20 1.30

General Hosp spaces/bed 0.20 1.30

Consulting Rooms spaces per practitioner 3.00 5.00

6 Education

Primary Schools spaces to each employee 0.70 1.00

Secondary Schools spaces to each employee 0.80 1.20

University spaces per full time student 0.30 1.00

7 Recreation

Golf Course spaces per hole 2.00 4.00

Squash Court spaces per court 2.00 3.00

Tennis Court spaces per court 2.00 4.00

8 Entertainment

Cinema spaces per seat 0.10 0.40

Reception Rooms spaces per seat 0.10 0.30

Brothel spaces/100 m2 floor area 0.00 1.00

9 Commercial

Office spaces/100 m2 floor area 1.50 3.50

Bank spaces/100 m2 floor area 0.00 10.00

DIT. BSTP

Page 53: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 8

Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Standar Singapura)

No Land Use

Parking Rates (based on unit or gross floor ares/sq.m)

Zona 1 Zona 2 Zona 3 Loading/

Undolading

1 Residential

Flat, non flats, service 1 car space per 1 residential unit

appartments and home-office

2 Commercial

a. Offices

1/450 1/250 1/200 1/10,000

(up to 50,000sqm)

b. Shops and department store 1/400 1/200 1/150 1/4,000

c. Restaurants, nightclub

For 1st 150 sq.m 1/150

Exceeding 1st 150 sq.m 1/60 1/50

d. Hotels and residential clubs 1/250 1/200 1/8000

3 Cinema, theatre and concert hall 1/12 seat 1/10 seat

4 Warehouse/godown 1/800

5 Factory

a.1. Flatted Type 1/350 1/3000

a.2. Terrace Type

For 1st 800 sq.m 1/300

After 1st 800 sq.m 1/350 1/1500

a.3. Detached Type 1/600 1/1500

6 Education Institutions

a. Kindergarten 1/200

b. Primary Schools 1/3 classrooms

c. Secondary Schools 1/2 classrooms

d. Junior Colleges 1/30 daytime staff and student

e. Vocational Institutions 1/30 daytime staff and student

f. Polytechnics and Universities 1/20 staff and student

g. Library 1/200

7 Cultural and Sosial Welfare

a. Community Centres 1/200

b. Welfare house 1/200

8 Religious and Related Institutions 0.00 10.00

a. Churces, Mosques and Temples

For church 1/10 seats/persons

Others 1/50

b. Columbarium 1/500 niches

c. Funeral parlour and

crematorium 10 per funeral parlour

9 Recreational Facilities

a. Sports Complex

Administrative and related

uses 1/200

Snack/coffe bar 1/150

Multi purpose hall 1/300

DIT. BSTP

Page 54: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 9

No Land Use

Parking Rates (based on unit or gross floor ares/sq.m)

Zona 1 Zona 2 Zona 3 Loading/

Undolading

Indoor games rooms 1/150

Spectators gallery 1/10 seats

b. Tennis,squash, badminton, sepak takraw

1/court

c. Soccer/basket ball 4/field/court

d. Bowling Alley 1/lane

e. Swimming pool 1/40

f. Ice/roller skating rink 1/50

g. Golf range 1/tee

10 Health Institutions

a. Clinic/dispensary 1/150

b. Nursing Homes 1/8 beds

c. Hospitals

First 500 beds 1/4 beds

Beyond 500 beds 1/5 beds

11 Retirement Housing 1/200

12 Eating House within industrial estate

For 1st 150 sq.m 1/150

Exceeding 150 sq.m 1/50

13 Marina/Boat Sheds 1/2 boats

14 Electrical Sub-stations

For 1st 2000 m2 1/400

Exceeding 2000 m2 1/700

15 Fire Station

a. Offices 1/200

b. Squash/tennis courts 1/court

16 Convention/exhibition 1/50

17 Public Park 12.7/hectare

18 Nursery

For covered areas 1/200

For open areas 1/650

19 Foreign Worker dormitories 1/650

20 Tourist Attraction Developments 1/100 tourists per day

21 Off-course betting centre 1/10 seats

22 Petroleum 1/200

23 White sites

Non-residential uses 1/425 1/7000

24 Boarding houses and hostels

a. Administration areas nad

offices 1/200

b. Function rooms and exhibition

areas 1/50

c. Residential rooms 1/700

25 Showflat 1/50

Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Singapore, 2005

DIT. BSTP

Page 55: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 10

Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dan hasil benchmarking terhadap standar

yang berlaku di negara lain, maka diusulkan jumlah kebutuhan ruang parkir sebagai

suatu standar yang berlaku di Indonesia.

Beberapa hal yang perlu sebagai catatan dalam ukuran kebutuhan ruang parkir

adalah sebagai berikut:

Unit kebutuhan sesuai dengan sistem zona yang ada

Zona I menganut penyediaan ruang parkir maksimum sehingga kebutuhan

ruang parkir adalah berupa kebutuhan maksimum

Zona II dan zona III menganut penyediaan ruang parkir minimum sehingga

kebutuhan ruang parkir adalah berupa kebutuhan minimum

Ada ketentuan tambahan untuk kebutuhan ruang parkir angkutan barang

(loading/unloading)

Unit kebutuhan standar adalah untuk mobil penumpang

Kebutuhan SRP untuk sepeda motor dan sepeda harus disediakan sebagai

tambahan kebutuhan ruang untuk mobil penumpang

Kebutuhan ruang parkir untuk sepeda motor ditetapkan sebesar 50% dari

kebutuhan ruang parkir untuk mobil penumpang

Kebutuhan ruang parkir untuk sepeda ditetapkan sebesar 50% dari kebutuhan

ruang parkir untuk sepeda motor

Jumlah kebutuhan ruang parkir untuk orang cacat (disable person) ditetapkan

sebesar 1 % dari kebutuhan ruang parkir untuk mobil penumpang dengan

jumlah maksimum untuk setiap pusat kegiatan adalah sebesar 10 ruang parkir

(Referensi : Standar perparkiran di Australia).

Tabel di bawah ini menunjukkan rekomendasi kebutuhan ruang parkir untuk setiap

jenis peruntukan lahan.

DIT. BSTP

Page 56: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 11

Tabel 4.4. Rekomendasi Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan

No Land Use Keterangan Unit

Unit Kebutuhan Standar

Zona I (maximum provision)

Zona II (minimum provision)

Zona III (minimum provision)

Loading/ Unloading

1 Residential

a. Residential > 90 m2 Jumlah unit 1/2 1/2 1

b. Apartemen 70 - 90 m2 Jumlah unit 1/4 1/4 1/2

< 70 m2 Jumlah unit 1/10 1/10 1/5

2 Industrial/Warehousing

a. Pabrik / Gudang < 2000 m2 m2 - - 1/200 1/1500

2000 - 5000 m2 m2 - - 1/300 1/1500

b. Kantor (di dalam lokasi industri) m2 - - 1/100

3 Komersial

a. Perkantoran m2 1/150 1/150 1/100 1/10000

b. Pertokoan m2 1/100 1/100 1/60 1/4000

c. Pusat Perdagangan m2 1/133 1/133 1/75 1/4000

d. Pasar Swalayan m2 1/95 1/95 1/60 1/4000

DIT. BSTP

Page 57: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 12

No Land Use Keterangan Unit

Unit Kebutuhan Standar

Zona I (maximum provision)

Zona II (minimum provision)

Zona III (minimum provision)

Loading/ Unloading

e. Pasar Tradisional m2 1/43 1/43 1/30 1/4000

4 Sekolah / Perguruan Tinggi jml pelajar/mhs 1/75 1/75 1/50

5 Tempat Rekreasi m2 - - 1/100

6 Hotel dan Tempat Penginapan Bintang 4 dan 5 jml kamar tidur 1/5 1/5 1/3

Bintang 2 dan 3 jml kamar tidur 1/7 1/7 1/5

Bintang 1 ke bawah jml kamar tidur 1/10 1/7 1/5

7 Rumah Sakit jml kamar tidur 1/5 1/5 1/4

8 Bioskop jml tempat duduk 1/12 1/12 1/10

9 Tempat Pertandingan Olah Raga jml tempat duduk - - 1/20

DIT. BSTP

Page 58: spm parkir

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 13

Keterangan:

Kebutuhan ruang parkir tambahan untuk sepeda motor dan sepeda ditetapkan sebagai

berikut:

Kebutuhan ruang parkir sepeda motor = 50 % kebutuhan parkir mobil penumpang

Kebutuhan ruang parkir sepeda = 50 % kebutuhan parkir sepeda motor

a. Kebutuhan ruang parkir pada lokasi dengan peruntukan Mix-used

Jika suatu pengembangan mempunyai beberapa pusat kegiatan (mix-used) maka

kebutuhan jumlah ruang parkir merupakan penjumlahan dari kebutuhan ruang

parkir untuk setiap pusat kegiatan.

b. Kebutuhan ruang parkir untuk keperluan khusus, seperti: vip parking, valet parking, ladies parking dan parkir berlangganan

Pada zona 1 yang merupakan kawasan pengendali lalu lintas sebaiknya tidak

disediakan ruang parkir untuk keperluan khusus tersebut.

Ruang parkir untuk keperluan khusus, seperti: vip parking, ladies parking, valet

parking dan parkir berlangganan dapat disediakan pada zona 2 dan zona 3 sebagai

ruang parkir tambahan di luar kebutuhan jumlah ruang parkir minimum. Dalam hal

ini pengembang harus memenuhi terlebih dahulu kebutuahn ruang parkir minimum

yang wajib disediakan. Di luar ruang parkir tersebut dapat ditambahkan ruang

parkir untuk keperluan khusus.

c. Kegiatan parkir sepeda

Penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi alternatif harus didukung dengan

menyediakan tempat parkir sepeda. Semua tempat komersial harus menyediakan

tempat parkir sepeda berupa taman atau pelataran parkir yang disediakan dekat

jalan masuk gedung, dapat diamati, dan memberikan keamanan terhadap pencurian

dan kerusakan.

Jumlah ruang parkir sepeda yang harus disediakan semua tempat komersial

minimum 2 (dua) ruang parkir sepeda. Sedangkan tempat komersial yang

menyediakan ruang parkir mobil diluar badan jalan (off street) harus menyediakan 1

ruang parkir sepeda setiap 5 ruang parkir mobil yang harus disediakan.

DIT. BSTP

Page 59: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 14

4.4. PENENTUAN SATUAN RUANG PARKIR

Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi dan juga merupakan

suatu kebutuhan. Oleh karena itu perlu suatu penataan parkir yang baik, agar area

parkir dapat digunakan secara efisien dan tidak menimbulkan masalah bagi kegiatan

yang lain. Untuk melakukan penataan yang baik tentu saja merencanakan

kebutuhan ruang parkir terlebih dahulu.

Parkir menurut tempatnya dibagi 2 (dua) yakni, parkir di dalam ruang milik jalan

dan parkir diluar ruang milik jalan. Parkir di dalam ruang milik jalan relatif lebih

besar permasalahannya dibanding parkir di luar ruang milik jalan. Jika parkir di

dalam ruang milik jalan penataanya kurang baik akan menimbulkan kemacetan bagi

arus lalu lintas yang menggunakan jalan.

Satuan ruang parkir (SRP) digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir.

Berdasarkan pedoman dari Ditjen Perhubungan Darat, untuk menentukan satuan

ruang parkir, dipertimbangkan hal hal berikut ini:

a. Dimensi standar mobil penumpang

Dimensi kendaraan merupakan dasar menentukan dimensi ruang parkir yang

harus disediakan. Ruang parkir harus memiliki ketinggian, lebar, dan panjang

tertentu sehingga kendaraan dapat menempati ruang parkir yang disediakan

dengan mudah.

a = jarak gandar h = tinggi total

b = depan tergantung B = lebar total

c = belakang tergantung L = panjang total d = lebar jejak

Gambar 4.1. Dimensi Kendaraan Standar Untuk Mobil Penumpang

DIT. BSTP

Page 60: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 15

b. Ruang bebas kendaraan parkir

Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal

kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu

kendaraan terbuka, yang diukur dari ujung paling luar pintu ke badan

kendaraan parkir yang ada di sampingnya.

Ruang bebas diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan

dengan kendaraan yang parkir disampingnya pada saat penumpang turun atau

naik kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan

untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur

gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm untuk mobil

penumpang biasa dan 80 cm untuk mobil penumpang yang memerlukan

pergerakkan kursi roda, sedangkan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30

cm.

c. Lebar bukaan pintu kendaraan

Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan

yang memanfaatkan fasilitas parkir. Karakteristik pengguna kendaraan yang

memanfaatkan fasilitas parkir dapat dibagi menjadi tiga seperti diuraikan pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.5. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan

Jenis bukaan pintu Pengguna dan/atau peruntukan

fasilitas parkir Golongan

Pintu depan/ belakang terbuka tahap awal 55 cm

Karyawan/pekerja kantor

Tamu/pengunjung pusat perkantoran, perdagangan, pemerintahan, universitas

I

Pintu depan/belakang terbuka penuh 75 cm

Pengunjung tempat olah raga, pusat hiburan/ rekreasi, hotel, pusat perdagangan eceran/swalayan, rumah sakit, bioskop

II

Pintu depan terbuka penuh dan ditambah untuk pergerakkan kursi roda 80 cm

Orang penyandang cacat III

DIT. BSTP

Page 61: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 16

Berdasarkan Butir (a) dan (b), penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga

jenis kendaraan dan berdasarkan butir 3, penentuan SRP untuk mobil penumpang

diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada Tabel 3.6. dibawah ini.

Tabel 4.6. Penentuan Satuan Ruang Parkir Kendaraan

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m x m)

1. Mobil penumpang golongan I 2,30 x 5,00

2. Mobil penumpang golongan II 2,50 x 5,00

3. Mobil penumpang golongan III 3,00 x 5,00

4. Bus/Truk 3,40 x 12,50

5. Sepeda motor 0,75 x 2,25

6. Sepeda 0,60 x 1,80

Perhitungan besarnya satuan ruang parkir untuk setiap jenis kendaraan adalah

sebagai berikut:

1. Satuan ruang parkir mobil penumpang

Lebar satuan ruang parkir dihitung dengan persamaan:

Bp = B + O + R

Panjang satuan ruang parkir dihitung dengan persamaan:

Lp = L + a1 + a2

dimana:

Bp = lebar satuan ruang parkir.

B = lebar total kendaraan = 170 cm

O = lebar bukaan pintu

R = jarak bebas arah laterar

Lp = panjang satuan ruang parkir

P = panjang total kendaraan = 470 cm

DIT. BSTP

Page 62: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 17

a1 = jarak bebas arah longitudinal bagian depan = 10 cm

a2 = jarak bebas arah longitudinal bagian belakang = 20 cm

Gambar 4.2. Satuan Ruang Parkir Untuk Mobil Penumpang

Berdasarkan berbagai ketentuan diatas, maka dimensi satuan ruang parkir untuk

berbagai jenis golongan mobil penumpang adalah sebagai berikut :

1) Mobil penumpang golongan I

Bp = B + O + R = 170 + 55 + 5 = 230 cm

Lp = L + a1 + a2 = 470 + 10 + 20 = 500 cm

2) Mobil penumpang golongan II

Bp = B + O + R = 170 + 75 + 5 = 250 cm

Lp = L + a1 + a2 = 470 + 10 + 20 = 500 cm

3) Mobil penumpang golongan III

Bp = B + O + R = 170 + 80 + 50 = 300 cm

Lp = L + a1 + a2 = 470 + 30 = 500 cm

Dimensi kendaraan yang beredar saat ini dapat diperoleh dari dealer kendaraan

tersebut. Dimensi beberapa kendaraan yang beroperasi di Indonesia adalah sebagai

berikut:

DIT. BSTP

Page 63: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 18

1. Toyota Kijang Innova

Panjang = 4.580 m

Lebar = 1.770 m

Tinggi = 1.745 m

2. Toyota Vios

Panjang = 4.300 m

Lebar = 1.700 m

Tinggi = 1.460 m

Standar dimensi ruang parkir yang saat ini berlaku di singapura adalah sebagai

berikut:

1. Lebar = 2.400 m

2. Panjang untuk parkir sudut = 4.800 m

3. Panjang untuk parkir paralel = 5.400 m

4. Tinggi (min headway clearance) = 2.200 m

Gambar di bawah ini menunjukkan dimensi minimum dari satuan ruang parkir yang

berlaku di Singapura.

Gambar 4.3. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir di Singapura

DIT. BSTP

Page 64: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 19

Sedangkan dimensi ruang parkir jika terdapat halangan di sisi parkir adalah seperti

ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 4.4. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir di Singapura Jika Terdapat

Halangan Di Sekitarnya

Untuk parkir paralel, jika tidak memungkinkan untuk melakukan gerakan mundur,

maka dimensi yang diperlukan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah

ini.

Gambar 4.5. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir Paralel di Singapura Jika Tidak

Memungkinkan Untuk Melakukan Gerakan Mundur

DIT. BSTP

Page 65: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 20

Minimum headroom clearance sesuai standar Singapura untuk mobil penumpang

adalah setinggi 2.200 m seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 4.6. Dimensi Minimum Headroom Clearance di Singapura

2. Satuan ruang parkir untuk bus dan truk

Perhitungan satuan ruang parkir untuk bus dan truk kecil, sedang, dan besar

dilakukan dengan cara yang sama, sedangkan ketentuan ukuran kendaraan, bukaan

pintu dan jarak bebas adalah sebagai berikut:

B = lebar total kendaraan

= 170 cm untuk bus atau truk kecil

= 200 cm untuk bus atau truk sedang

= 250 cm untuk bus atau truk besar

O = lebar bukaan pintu = 80 cm

R = jarak bebas arah laterar

= 30 cm untuk bus atau truk kecil

= 40 cm untuk bus atau truk sedang

= 50 cm untuk bus atau truk besar

P = panjang total kendaraan

= 470 cm untuk bus atau truk kecil

DIT. BSTP

Page 66: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 21

= 800 cm untuk bus atau truk sedang

= 1200 cm untuk bus atau truk besar

a1 = jarak bebas arah longitudinal bagian depan

= 10 cm untuk bus atau truk kecil

= 20 cm untuk bus atau truk sedang

= 30 cm untuk bus atau truk besar

a2 = jarak bebas arah longitudinal bagian belakang = 20 cm

Berdasarkan berbagai ketentuan diatas, maka dimensi satuan ruang parkir untuk

bus dan truk adalah sebagai berikut:

1) Bus atau truk kecil

Bp = B + O + R = 170 + 80 + 30 = 280 cm

Lp = P + a1 + a2 = 470 + 10 + 20 = 500 cm

2) Bus atau truk sedang

Bp = B + O + R = 200 + 80 + 40 = 320 cm

Lp = P + a1 + a2 = 800 + 20 + 20 = 840 cm

3) Bus atau truk besar

Bp = B + O + R = 250 + 80 + 50 = 380 cm

Lp = P + a1 + a2 = 1200 + 30 + 20 = 1250 cm

Gambar 4.7. Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk (dalam centi meter)

DIT. BSTP

Page 67: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 22

Dimensi kendaraan bus/truk yang beredar saat ini dapat diperoleh dari dealer

kendaraan tersebut. Dimensi beberapa kendaraan yang beroperasi di Indonesia

adalah sebagai berikut:

1. Toyota Dyna 130 HT

Panjang = 6.026 m

Lebar = 1.945 m

Tinggi = 2.165 m

2. Hino FM 320 PD

Panjang = 8.480 m

Lebar = 2.465 m

Tinggi = 2.820 m

Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berkaitan dengan Kelas Jalan

terdapat kategori dimensi untuk kendaraan yaitu:

1. Jalan Kelas I, dimensi maksimum: lebar 2.500 mm, panjang 18.000 mm dan

tinggi 4.200 mm

2. Jalan Kelas II, dimensi maksimum: lebar 2.500 mm, panjang 12.000 mm dan

tinggi 4.200 mm

3. Jalan Kelas III, dimensi maksimum: lebar 2.100 mm, panjang 9.000 mm dan

tinggi 3.500 mm

4. Jalan Kelas Khusus, dimensi dapat melebihi: lebar 2.500 mm, panjang 18.000

mm dan tinggi 4.200 mm.

Berdasarkan pembagian kategori tersebut maka dimensi untuk kendaraan bus/truk

dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Bus/Truk dengan panjang maksimum 9.000 mm

2. Bus/Truk dengan panjang antara 9.000 mm dan 12.000 mm

3. Bus/truk dengan panjang lebih dari 12.000 mm

Dimensi minimum satuan ruang parkir untuk kendaraan bus/truk di Singapura

adalah seperti ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.

DIT. BSTP

Page 68: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 23

Tabel 4.7. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk

Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Singapore, 2005

3. Satuan ruang parkir untuk sepeda motor

Perhitungan satuan ruang parkir untuk sepeda motor dilakukan dengan cara yang

sama, sedangkan ketentuan ukuran kendaraan dan jarak bebas sebagai berikut:

B = lebar total sepeda motor = 70 cm

R = jarak bebas arah laterar = 5 cm

P = panjang total sepeda motor = 200 cm

a1 = jarak bebas arah longitudinal bagian depan = 5 cm

a2 = jarak bebas arah longitudinal bagian belakang = 20 cm

DIT. BSTP

Page 69: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 24

Berdasarkan berbagai ketentuan diatas, maka dimensi satuan ruang parkir untuk

sepeda motor adalah sebagai berikut:

Bp = B + R = 70 + 5 = 75 cm

Lp = L + a1 + a2 = 200 + 20 + 5 = 225 cm

Gambar 4.8. Satuan Ruang Parkir Untuk Sepeda Motor

Dimensi sepeda motor yang beredar saat ini dapat diperoleh dari dealer kendaraan

tersebut. Contoh dimensi sepeda motor yang beroperasi di Indonesia adalah

sebagai berikut (Honda Supra X):

Panjang = 1.889 m

Lebar = 0.702 m

Tinggi = 1.094 m

Dimensi minimum satuan ruang parkir untuk negara Singapura dalah sebagai

berikut:

Dimensi Minimum SRP untuk sepeda motor 0.800 x 2.400 m

Dimensi SRP Yang Diinginkan untuk sepeda motor 1.000 x 2.500 m

4. Satuan ruang parkir untuk sepeda

Perhitungan satuan ruang parkir untuk sepeda dilakukan dengan menggunakan

ukuran sepeda secara langsung, sehingga dimensi satuan ruang parkir sepeda

adalah sebagai berikut:

Bp = lebar total sepeda = 65 cm

Lp = panjang total kendaraan = 180 cm

DIT. BSTP

Page 70: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 25

Gambar 4.9. Satuan Ruang Parkir Untuk Sepeda

Berdasarkan evaluasi terhadap standar yang berlaku saat ini (Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Parkir tahun 1996), dimensi kendaraan standar yang beroperasi

saat ini dan benchmarking dengan negara lain, maka diusulkan dimensi satuan

ruang parkir (SRP) untuk tiap jenis kendaraan yang berlaku di Indonsia. Tabel dan

Gambar di bawah ini menunjukkan ukuran dimensi minimum satuan ruang parkir

baik untuk parkir sudut maupun parkir paralel.

Tabel 4.8. Dimensi Satuan Ruang Parkir (SRP) Tiap Jenis Kendaraan

No Jenis Kendaraan

Parkir Sudut Parkir Paralel Minimum

Headroom Clearance

(cm)

Lebar

(cm)

Panjan

g (cm)

Lebar

(cm)

Panjang

(cm)

1 Mobil Penumpang

a. Untuk Golongan I 240 480 240 540 220

b. Untuk Golongan II 300 480 300 540 220

2 Bus/Truk

a. Panjang kendaraan < 9 m 300 900 300 1100 420

b. Panjang kendaraan ≥ 9 m 330 1200 330 1400 420

c. Truk Gandeng 330 1400 330 1900 450

3 Sepeda Motor 75 200 - - -

4 Sepeda 60 180 - - -

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir tahun 1996

DIT. BSTP

Page 71: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 26

Keterangan :

Kendaraan Golongan I : kendaraan untuk orang biasa (bukan orang cacat)

Kendaraan Golongan II : kendaraan untuk orang cacat (disable person)

SRP Parkir Sudut

4,8 m

2,4

m

SRP Parkir Paralel

4,8 m

2,4 m

5,4

m

2,4 m

LANGIT-LANGIT/PENEDUH

2,2

mLANTAI PARKIR

Instalasi/Benda yang Menempel di Langit-langit/

Peneduh

SRP Parkir Sudut 90o

Tinggi Ruang Bebas

Gambar 4.10. SRP Kendaraan Golongan I untuk Parkir Sudut dan Parkir Paralel

SRP Parkir Sudut

4,8 m

3,0

m

SRP Parkir Paralel

5,4

m

3,0 m

LANGIT-LANGIT

2,2

m

LANTAI PARKIR

Instalasi/Benda yang Menempel di Langit-langit Ruang Parkkir

SRP Parkir Sudut 90o

Tinggi Ruang Bebas

4,8 m

3,0

m

Gambar 4.11. SRP Kendaraan Golongan II (orang cacat) untuk Parkir Sudut dan

Parkir Paralel

DIT. BSTP

Page 72: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 27

SRP Parkir Sudut

9 m

3 m

SRP Parkir Paralel

11 m

3 m

LANGIT-LANGIT/PENEDUH

4,2 m

LANTAI PARKIR

Instalasi/Benda yang Menempel di Langit-langit/

Peneduh

SRP Parkir Sudut 90o

Tinggi Ruang Bebas

9 m

3 m

Gambar 4.12. SRP Kendaraan Bus/Truk dengan Panjang kendaraan < 7.5 m untuk

Parkir Sudut dan Parkir Paralel

SRP Parkir Sudut

12 m

3,3

m

SRP Parkir Paralel

14 m

3,3 m

LANGIT-LANGIT/PENEDUH

4,2

m

LANTAI PARKIR

Instalasi/Benda yang Menempel di Langit-langit/

Peneduh

SRP Parkir Sudut 90o

Tinggi Ruang Bebas

12 m

3,3

m

Gambar 4.13. SRP Kendaraan Bus/Truk dengan Panjang kendaraan ≥ 7.5 m untuk

Parkir Sudut dan Parkir Paralel

DIT. BSTP

Page 73: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Standar Kebutuhan Parkir 4 - 28

SRP Parkir Sudut

14 m

3,3

m

SRP Parkir Paralel

19 m

3,3 m

LANGIT-LANGIT/PENEDUH

4,5

m

LANTAI PARKIR

Instalasi/Benda yang Menempel di Langit-langit/

Peneduh

SRP Parkir Sudut 90o

Tinggi Ruang Bebas

14 m

3,3

m

Gambar 4.14. SRP Kendaraan Truk Gandeng untuk Parkir Sudut dan Parkir Paralel

2 m

0,75

m

SRP Parkir Sudut 90o

Gambar 4.15. SRP Sepeda Motor

1,8 m

0,6

m

SRP Parkir Sudut 90o

Gambar 4.16. SRP Sepeda

DIT. BSTP

Page 74: spm parkir

Bab

Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik

Jalan

5.1. PERSYARATAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

Pada pedoman fasilitas parkir yang lama disebutkan bahwa parkir di badan jalan

bisa dilakukan pada jalan lokal primer, jalan lokal sekunder dan jalan kolektor.

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan telah

mengatur bahwa lokasi parkir tidak diperbolehkan pada jalan nasional dan jalan

provinsi dipergunakan sebagai lokasi parkir di dalam ruang milik jalan, sehingga

jalan yang bisa digunakan sebagai lokasi parkir di dalam ruang milik jalan

adalah:

1) Setiap jalan Kabupaten, jalan kota dan jalan desa yang ditunjukkan dengan rambu dan marka parkir.

2) Jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa sebagaimana dimaksud pada butir

(1) harus memenuhi persyaratan teknis, antara lain:

a. Memiliki sekurang-kurangnya 2 lajur per arah, sehingga minimal satu lajur di kiri bisa digunakan sebagai ruang parkir dan satu lajur di tengan sebagai ruang lalu-lintas.

b. Memiliki total lebar jalan sekurang-kurangnya 6 meter, sehingga minimal pada lajur di kiri bisa dipergunakan untuk pola parkir paralel (minimal 2,4 meter) dan lajur lalu-lintas yang juga berfungsi sebagai gang dan ruang manuver mempunyai lebar minimal 3,6 meter).

c. Dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu-lintas; d. Mudah dijangkau oleh pengguna jasa.

3) Fasilitas parkir untuk umum di dalam ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada butir (1) wajib diperuntukkan untuk parkir sepeda dan kendaraan bermotor.

Pemberlakukan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan yang berkaitan dengan tidak diperbolehkannya penggunaan jalan nasional dan jalan provinsi pada masa transisi akan banyak memunculkan masalah di berbagai kota, tertutama kota-kota yang selama ini lokasi pusat kegiatan ekonominya berada di sekitar jalan nasional dan jalan provinsi. Untuk memberikan kesempatan suatu kota menata lokasi parkir di dalam ruang milik jalan, maka diusulkan adanya ketentuan sebagai berikut:

52

DIT. BSTP

Page 75: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 2

1) Atas pertimbangan teknis tertentu Menteri Perhubungan dapat menentukan lokasi parkir di jalan nasional.

2) Atas pertimbangan teknis tertentu Gubernur dapat menentukan lokasi parkir di jalan provinsi setelah mendapat rekomendasi Menteri Perhubungan dapat menentukan lokasi parkir di jalan nasional.

3) Pertimbangan teknis yang dimaksud butir (1 dan (2) antara lain adalah:

a. Pada jalan yang sekurang-kurangnya memiliki 4 lajur per arah; b. Pada jalur lambat dengan lebar sekurang-kurangnya 6 meter per arah; c. Pada jalan yang masih mempunyai tingkat pelayanan minimum C setelah

dioperasikan parkir. d. Bersifat sementara berdasarkan evaluasi terhadap kinerja lalu-lintas yang

dilakukan oleh Menteri Perhubungan untuk jalan nasional dan Gubernur untuk jalan provinsi.

5.2. PENETAPAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

Penetapan lokasi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan dilakukan dengan memperhatikan:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah; b. keselamatan dan kelancaran lalu-lintas; c. kelestarian lingkungan; d. kemudahan bagi pengguna jasa.

Penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana butir (1) dilaksanakan oleh:

a. Walikota untuk penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kota;

b. Bupati untuk penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan Kabupaten dan jalan lingkungan;

c. Gubernur DKI Jakarta untuk penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kota dan jalan lingkungan yang ada di wilayah DKI Jakarta.

5.3. PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

Penyelenggaraan fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan dilakukan oleh:

a. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ditunjuk oleh Walikota untuk parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kota;

b. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ditunjuk oleh Bupati untuk parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kabupaten dan jalan lingkungan,

c. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ditunjuk oleh Gubernur DKI Jakarta untuk parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kota dan jalan lingkungan yang ada di wilayah DKI Jakarta.

Dalam struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), kegiatan perparkiran mencakup aspek sebagai berikut:

DIT. BSTP

Page 76: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 3

a. aspek administratif, yang mengurus hal-hal nonteknis perparkiran, seperti

personalia, keuangan, izin pengoperasian fasilitas parkir dan umum;

b. aspek teknis-operasional, yang mengurus hal-hal teknis perparkiran, seperti

perencanaan, pengoperasian, pengawasan terhadap pengoperasian dan

pemeliharaan fasilitas parkir.

Kegiatan teknis operasional UPTD adalah untuk mendukung keseimbangan

sistem transportasi melalui kegiatan rinci sebagai berikut:

a. menjamin berlanjutnya kehidupan perekonomian kawasan;

b. memperbaiki aksesibilitas menuju kawasan untuk semua pengguna;

c. memperbaiki kualitas udara dan lingkungan kawasan;

d. mempertahankan dampak lalu lintas kendaraan dalam batas yang dapat

diterima yaitu minimum tingkat pelayanan jalan (Level of Services) jalan

adalah C;

e. mendukung peningkatan penggunaan angkutan umum dan kemampuan

pejalan kaki terutama pada kawasan dengan kepadatan tinggi dan

multiguna;

f. mendukung penggunaan fasilitas parkir yang teratur, efisien, aman dan

mudah terjangkau bagi pengguna parkir yang akan menuju lokasi potensial

atau sebaliknya;

g. menyusun dan mensosialisasikan kerangka pengembangan fasilitas parkir

dalam kawasan;

h. melakukan kontrol/pengawasan terhadap pelaksanaan parkir di dalam ruang

milik jalan.

5.4. HAK DAN KEWAJIBAN PENGGUNA FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

5.4.1. Hak Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Dalam pedoman yang lama belum diatur secara jelas hak pengguna fasilitas

parkir. Dalam pedoman yang baru diusulkan hak pengguna fasilitas parkir

sebagai berikut:

1) Hak pengguna parkir di dalam ruang milik jalan, meliputi:

a. Mendapatkan tempat parkir yang sesuai standar teknis yang ditentukan;

DIT. BSTP

Page 77: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 4

b. Mendapat jaminan keselamatan dan keamanan.

2) Hak pengguna parkir mendapatkan tempat parkir yang sesuai dengan

standar teknis yang ditentukan sebagaimana butir (1a) meliputi:

a. mendapatkan tempat parkir di lokasi yang telah ditentukan;

b. mendapatkan tempat parkir dengan ruang parkir dan penerangan sesuai

ketentuan;

c. mendapatkan tempat parkir yang terbebas dari genangan air dan

sampah;

d. mendapatkan tempat parkir dan mudah untuk mencapai tempat tujuan.

3) Hak pengguna parkir mendapatkan jaminan keselamatan dan keamanan

sebagaimana butir (1b) , dengan cara:

a. meminta karcis parkir kepada petugas parkir sebagai jaminan

keselamatan dan keamanan kendaraan;

b. mendapatkan ganti rugi kepada penyelenggara parkir atas gangguan

keselamatan dan keamanan kendaraan dan isinya.

5.4.2. Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Dalam pedoman yang lama belum diatur secara jelas kewajiban pengguna

fasilitas parkir. Dalam pedoman yang baru diusulkan kewajiban pengguna fasilitas

parkir sebagai berikut:

1) Kewajiban pengguna parkir di dalam ruang milik jalan, meliputi:

a. Mematuhi aturan tentang tata cara berlalu lintas;

b. Mematuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh penyelenggara

parkir.

2) Kewajiban pengguna parkir dalam mematuhi aturan tentang tata cara berlalu

lintas sebagaimana butir (1a), dengan cara:

a. mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan;

b. turut menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak menghidupkan mesin

diwaktu kendaraan sedang parkir.

3) Kewajiban pengguna parkir dalam mematuhi ketentuan-ketentuan yang

dikeluarkan oleh penyelenggara parkir sebagaimana butir (1b), dengan cara:

DIT. BSTP

Page 78: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 5

c. membayar karcis parkir kepada petugas parkir sesuai dengan ketentuan,

termasuk membayar biaya premi asuransi kerusakan dan kehilangan

kendaraan beserta isinya;

d. memarkir kendaraan dengan tertib dan benar pada lokasi parkir yang

telah ditentukan;

e. melapor kepada penyelenggara parkir terhadap penyimpangan dan

pelanggaran yang dilakukan oleh juru parkir.

5.5. HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

5.5.1. Hak Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Hak Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan, antara lain:

a. dapat memungut biaya apabila memberikan pelayanan kepada pengguna

parkir;

b. memberikan peringatan dan/atau tindakan kepada pengguna parkir yang

tidak menaati ketentuan yang ditentukan.

Hak Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan dapat memungut biaya

apabila memberikan pelayanan kepada pengguna parkir, dilakukan dengan cara:

a. memungut biaya sesuai dengan zona parkir, jenis kendaraan, lamanya

parkir sesuai dengan ketentuan;

b. menetapkan besaran pungutan biaya sudah termasuk asuransi kerusakan

dan kehilangan kendaraan beserta isinya.

Hak Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan dalam memberikan

peringatan dan/atau tindakan kepada pengguna parkir yang tidak menaati

ketentuan dilakukan melalui:

a. teguran lisan, teguran tertulis, ganti rugi kerusakan peralatan/fasilitas

parkir hingga penahanan kendaraan sehingga dapat menimbulkan efek

jera bagi pengguna parkir;

b. sosialisasi ketentuan pakir bagi pengguna parkir minimal sekali dalam

setahun, meliputi sosialisasi biaya parkir, tata cara parkir yang benar, hak

dan kewajiban pengguna parkir dan kelestarian lingkungan.

DIT. BSTP

Page 79: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 6

5.5.2. Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan, meliputi:

a. Melengkapi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sekurang-kurangnya

berupa Rambu, Marka dan Papan informasi tarif;

b. Memastikan kendaraan keluar masuk satuan ruang parkir dengan aman

dan selamat;

c. Memenuhi persyaratan teknis dan standar pelayanan minimal yang

ditentukan.

Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan untuk melengkapi

fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sekurang-kurangnya berupa Rambu,

Marka dan Papan informasi tarif yang terdiri dari:

a. rambu-rambu parkir berupa rambu tempat parkir, rambu dilarang parkir,

rambu dilarang berhenti dan papan tambahan.

b. marka parkir berupa marka pembatas ruang parkir paralel dan parkir

sudut.

c. papan informasi tarif perlu yang memuat daftar tarif awal dan tarif tiap

jam untuk jenis kendaraan sepeda/sepeda motor, sedang-jip-pick up,

bus/truk sedang dan bus/truk besar.

Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan untuk memastikan

kendaraan keluar masuk satuan ruang parkir dengan aman dan selamat meliputi:

a. peningkatkan pelayanan kepada pengguna parkir dengan meminimalisir

kesemrawutan untuk menjamin kelancaran lalu lintas;

b. peningkatkan kewaspadaan terhadap gangguan keamanan kendaraan

dari usaha pencurian dan pengrusakan;

c. melakukan tindakan penertiban terhadap pelanggaran/penyimpangan

parkir yang dilakukan oleh pengguna parkir.

Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan untuk memenuhi

persyaratan teknis dan standar pelayanan minimal yang ditentukan antara lain

terhadap aspek-aspek berikut ini:

a. keamanan, yaitu dengan memberikan rasa aman terhadap usaha

pengrusakan dan pencurian kendaraan beserta isinya;

DIT. BSTP

Page 80: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 7

b. keselamatan, yaitu dengan memandu pengguna parkir untuk menuju

lokasi tujuan;

c. kenyamanan, yaitu dengan memberikan rasa nyaman bagi pengguna

parkir untuk menuju dan meninggalkan lokasi parkir;

d. keterjangkauan, yaitu lokasi parkir mudah dijangkau dan dekat dengan

tempat tujuan;

e. kesetaraan, yaitu menyediakan fasilitas parkir dan kemudahan bagi

penyandang cacat serta tidak menyediakan tempat parkir pesanan/privasi

pada jam sibuk;

f. keteraturan, yaitu menampung dan menempatkan kendaraan yang akan

parkir sesuai dengan tempat dan kapasitas yang ditentukan sehingga

meniadakan parkir berlapis/bertumpuk.

5.6. PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

5.6.1. Sudut Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Pada pedoman lama telah diatur beberapa variasi sudut parkir. Dalam

menentukan sudut parkir pada suatu badan jalan berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh fungsi jalan dan arah

gerak lalu lintas pada jalan yang bersangkutan. Sudut parkir yang akan

digunakan umumnya ditentukan oleh:

a) lebar jalan;

b) volume lalu lintas pada jalan bersangkutan;

c) karakteristik kecepatan;

d) dimensi kendaraan;

e) sifat peruntukkan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.

Pada pedoman lama parkir kendaraan bermotor di dalam ruang milik jalan

dilakukan secara sejajar dan dengan membentuk sudut 30° , sudut 45°, sudut

60° dan sudut 90°, dapat diterapkan pada jalan lokal primer, jalan lokal sekunder

dan jalan kolektor dengan minimal lebar jalan sebagaimana dalam Tabel 5.1 –

5.3.

DIT. BSTP

Page 81: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 8

L

W

D

M J

A

A : lebar ruang parkir (m)M : ruang manuver (m)W : lebar total jalan (m)

D : ruang parkir efektif (m)J : lebar pengurangan ruang manuver (m)L : lebar jalan efektif (m)

Garis Kerb

Gambar 5.1. Ruang Parkir Pada Badan Jalan

Tabel 5.1. Lebar Minimum Jalan Lokal Primer Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan

Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur

Sudut Parkir

(oono)

Lebar Ruang Parkir

A

(m)

Ruang Parkir Efektif

D

(m)

Ruang Manuver

M

(m)

D+M

(E)

(m)

D+M-J

(m)

Lebar jalan

efektif

L

(m)

Lebar Total Jalan

W

(m)

Lebar Jalan

Efektif

L

(m)

Lebar Total Jalan

W

(m)

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3 5,8 6 8,8

30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3 7,9 6 10,9

45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3 9,3 6 12,3

60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3 10,4 6 13,4

90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3 11,3 6 14,3

Keterangan: J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)

Tabel 5.2. Lebar Minimum Jalan Lokal Sekunder Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan

Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur

Sudut Parkir

(oono)

Lebar Ruang Parkir

A

(m)

Ruang Parkir Efektif

D

(m)

Ruang Manuver

M

(m)

D+M

(E)

(m)

D+M-J

(m)

Lebar jalan

efektif

L

(m)

Lebar Total Jalan

W

(m)

Lebar Jalan

Efektif

L

(m)

Lebar Total Jalan

W

(m)

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 2,5 5,3 5 7,8

30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 2,5 7,4 5 9,9

45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 2,5 8,8 5 11,3

60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 2,5 9,9 5 12,4

90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 2,5 10,8 5 13,3

Keterangan: J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)

DIT. BSTP

Page 82: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 9

Tabel 5.3. Lebar Minimum Jalan Kolektor Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan

Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur

Sudut Parkir

(oono)

Lebar Ruang Parkir

A

(m)

Ruang Parkir Efektif

D

(m)

Ruang Manuver

M

(m)

D+M

(E)

(m)

D+M-J

(m)

Lebar jalan

efektif

L

(m)

Lebar Total Jalan

W

(m)

Lebar Jalan

Efektif

L

(m)

Lebar Total Jalan

W

(m)

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3,5 6,3 7 9,8

30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3,5 8,4 7 11,9

45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3,5 9,8 7 13,3

60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3,5 10,9 7 14,4

90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3,5 11,8 7 15,3

Keterangan: J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)

Sumber: Pedoman Perencaanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, BSTP-Hubdat, 1998

5.6.2. Pola Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Pola parkir di dalam ruang milik jalan ditentukan pada bagian paling kiri jalan

menurut arah lalu lintas baik untuk arus satu arah maupun arus dua arah.

1. Pola Parkir Sejajar Pada Daerah Datar

Pola parkir kendaraan bermotor di dalam ruang milik jalan dilakukan secara

sejajar bisa dilihat pada Gambar 6.1.

6 m 6 m

6 m

6 m

Akhir Persimpangan

G

Gambar 5.2. Tata Cara Parkir Parallel Pada Daerah Datar

2. Pola Parkir Sejajar Pada Daerah Tanjakan

Kendaraan bermotor yang diparkir pada daerah tanjakan atau turunan, harus

memperhatikan faktor keselamatan, khususnya mengenai arah roda muka dari

DIT. BSTP

Page 83: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 10

kendaraan yang bersangkutan.

Kendaraan bermotor yang diparkir sejajar pada daerah tanjakan jalan searah

dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan diarahkan ke

kiri jalan.

TANJAKAN TANPA KERB

TANJAKAN DENGAN KERB

Arah Roda Ke Depan Kiri

Arah Roda Ke Depan Kanan

Gambar 5.3. Tata Cara Parkir Parallel Pada Daerah Tanjakan

3. Pola Parkir Sejajar Pada Daerah Turunan

Kendaraan bermotor yang diparkir sejajar pada daerah turunan jalan searah

dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan diarahkan ke

kiri jalan.

TURUNAN DENGAN KERB

Arah Roda Ke Depan Kiri

Gambar 5.4. Tata Cara Parkir Parallel Pada Daerah Turunan

4. Pola Parkir Menyudut di Daerah Datar

Pola parkir membentuk sudut dapat dilakukan dengan cara maju, dimana

kendaraan menghadap ke arah kerb, dan cara mundur, dimana kendaraan

menghadap ke arah jalan.

Pola parkir membentuk sudut dengan cara maju dan cara mundur ditentukan

DIT. BSTP

Page 84: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 11

oleh penyelenggara dengan mempertimbangan kemudahan dan keselamatan,

serta pertimbangan pencemaran udara akibat asap knalpot kendaraan.

Pola parkir membentuk sudut dengan cara mundur dilakukan dalam kegiatan

bongkar muat barang di bagasi belakang kendaraan.

12 m 9 m

E

B

D A

C

α

Gambar 5.5. Pola Parkir Menyudut dengan Cara Maju (Kepala ke Arah Kerb)

12 m 9 m

E

B

DA

C

αo

Gambar 5.6. Pola Parkir Menyudut dengan Cara Mundur (Kepala ke Arah Jalan)

12 m 9 m

E

B

D

90o

A

Gambar 5.7. Tata Cara Parkir Membentuk Sudut 90o.

DIT. BSTP

Page 85: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 12

Tabel 5.4. Ukuran Ruang Parkir dengan Beberapa Variasi Sudut

Sudut Parkir

Golongan Kendaraan

Lebar Ruang Parkir

Lebar Kaki

Ruang Parkir

Selisih Panjang Ruang Parkir

Ruang Parkir Efektif

Ruang Parkir Efektif Ditambah Ruang Maneuver

α GOL A B C D E

30o

I 2,30 4,60 3,45 4,70 7,60

II 2,50 5,00 4,30 4,85 7,75

III 3,00 6,00 5,35 5,00 7,90

45o

I 2,30 3,50 2,50 5,60 9,30

II 2,50 3,70 2,60 5,65 9,35

III 3,00 4,50 3,20 5,75 9,45

60o

I 2,30 2,90 1,45 5,95 10,55

II 2,50 3,00 1,50 5,95 10,55

III 3,00 3,70 1,85 6,00 10,60

90o

I 2,30 2,30 - 5,40 11,20

II 2,50 2,50 - 5,40 11,20

III 3,00 3,00 - 5,40 11,20

Sumber: Pedoman Perencaanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, BSTP-Hubdat, 1998

2. Pola Parkir Menyudut di Daerah Tanjakan

Kendaraan bermotor yang diparkir membentuk sudut pada daerah tanjakan jalan

searah dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan

diarahkan ke kanan jalan.

TANJAKAN DENGAN KERB

Arah Roda Ke Depan Kiri

Gambar 5.8. Tata Cara Parkir Sudut Ditanjakan

3. Pola Parkir Menyudut di Daerah Turunan

Kendaraan bermotor yang diparkir membentuk sudut pada daerah turunan jalan

searah dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan

diarahkan ke kanan jalan.

DIT. BSTP

Page 86: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 13

TURUNAN DENGAN KERB

Arah Roda Ke Depan Kiri

Gambar 5.9. Tata Cara Parkir Sudut Diturunan

Direkomendasikan metode perhitungan untuk menentukan minimum lebar jalan

masih bisa dipergunakan untuk penerapan pada lokasi jalan kabupaten, jalan

kota dan jalan lingkungan, dengan beberapa modifikasi dengan memasukkan

dimensi SRP yang baru, posisi parkir (1sisi atau 2 sisi) dan arus lalu-luntas (1

arah atau 2 arah).

Tabel 5.5. Lebar Minimum Lebar Badan Jalan yang Bisa Digunakan untuk Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan

No. Pola Parkir Sisi

Parkir Arus Lalu-

lintas

Lebar Lajur untuk Parkir

(meter)

Lebar Lajur Lalu-lintas/

Gang (meter)

Total Minimum

Lebar Jalan (meter)

1 Paralel 1 Sisi 1 Arah 2,4 3,6 6

2 Sisi 1 Arah 2,4 3,6 8,4

2 Sisi 2 Arah 2,4 6 10,8

2 Sudut 30o 1 Sisi 1 Arah 4,5 3,6 8,1

2 Sisi 1 Arah 4,5 4,2 13,2

2 Sisi 2 Arah 4,5 6,3 15,3

3 Sudut 45o 1 Sisi 1 Arah 5,1 4,2 9,3

2 Sisi 1 Arah 5,1 4,8 15

2 Sisi 2 Arah 5,1 6,3 16,5

4 Sudut 60o 1 Sisi 1 Arah 5,4 4,8 10,2

2 Sisi 1 Arah 5,4 4,8 15,6

2 Sisi 2 Arah 5,4 6,6 17,4

5 Sudut 90o 1 Sisi 1 Arah 4,8 6 10,8

2 Sisi 1 Arah 4,8 6 15,6

2 Sisi 2 Arah 4,8 6,6 16,2

Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2009

Gambar-gambar berikut ini menampilkan ilustrasi parkir dengan beberapa variasi

sudut parkir.

DIT. BSTP

Page 87: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 14

Parkir Paralel 1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

2400

5400

3600

Parkir Paralel 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

2400

5400

3600 2400

Parkir Paralel 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah

2400

5400

6000 2400

Gambar 5.10. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Paralel

Parkir Membentuk Sudut 30o 1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

3600

30o

Parkir Membentuk Sudut 30o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

4200

30o

30o

DIT. BSTP

Page 88: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 15

Parkir Membentuk Sudut 30o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah

6300

30o

30o

Gambar 5.11. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk Sudut 30o

Parkir Membentuk Sudut 45o 1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

4200

45o

Parkir Membentuk Sudut 45o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

4800

45o

45o

Parkir Membentuk Sudut 45o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah

6300

45o

45o

Gambar 5.12. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk Sudut 45o

DIT. BSTP

Page 89: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 16

Parkir Membentuk Sudut 60o 1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

4800

60o

Parkir Membentuk Sudut 60o 1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

4800

60o

Parkir Membentuk Sudut 60o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah

6600

60o

60o

Gambar 5.13. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk Sudut 60o

Parkir Membentuk Sudut 90o 1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

6000

Parkir Membentuk Sudut 90o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah

6000

Parkir Membentuk Sudut 90o 2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah

6600

Gambar 5.14. Lebar Lajur lalin (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk Sudut 90o

DIT. BSTP

Page 90: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 17

5.6.3. Lokasi Jalur Khusus Sepeda Terhadap Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Pada pedoman yang lama belum diatur posisi lajur khusus sepeda terhadap

fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan. Pada usulan pedoman yang baru

diusulkan untuk dimasukkan lokasi jalur khusus sepeda terhadap fasilitas parkir,

dengan posisi sebagai berikut:

1) Apabila di dalam ruang milik jalan terdapat jalur khusus sepeda, maka posisi

jalur khusus sepeda adalah di sisi kiri lokasi parkir kendaraan bermotor di

dalam ruang milik jalan.

2) Apabila di dalam ruang milik jalan yang dipergunakan sebagai fasilitas parkir

disediakan jalur sepeda, maka total lebar jalan sekurang-kurangnya adalah

7,5 meter satu arah.

3) Di antara fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan dan jalur khusus sepeda

harus dilengkapi dengan pembatas fisik yang menjamin bagian mobil tidak

masuk ke dalam jalur khusus sepeda.

1,5 m (satu arah)JALUR SEPEDA

Trotoar

Pembatas Fisik

Gambar 5.15. Lokasi Jalur Khusus Sepeda Satu Arah Terhadap Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan

2,4 m (dua arah)JALUR SEPEDA

Trotoar

Pembatas Fisik

Gambar 5.16. Lokasi Jalur Khusus Sepeda Dua Arah Terhadap Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan

DIT. BSTP

Page 91: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 18

5.6.4 Lokasi Parkir Khusus Sepeda Di Dalam Ruang Milik Jalan

Penempatan parkir khusus sepeda di dalam ruang milik jalan, harus berada pada

lokasi yang mudah diakses pengguna, aman, nyaman dan selamat.

Lokasi parkir khusus sepeda di dalam ruang milik jalan yang merupakan satu

kesatuan dengan lokasi parkir kendaraan bermotor di dalam ruang milik jalan,

maka penempatan parkir khusus sepeda adalah pada lokasi yang paling aman,

nyaman dan selamat dari manuver kendaraan bermotor untuk parkir.

Lokasi parkir khusus sepeda yang merupakan satu kesatuan dengan halte

angkutan umum, apabila memumungkinkan, bisa diletakkan di atas trotoar yang

berdekatan dengan halte angkutan umum.

JALUR SEPEDA

Trotoar

PARKIR SEPEDA

PARKIR SEPEDA

PARKIR SEPEDA

Gambar 5.17. Alternatif Lokasi Parkir Sepeda di Dalam Ruang Milik Jalan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan fasilitas parkir

untuk sepeda yaitu ( Victoria Transport Policy Institute, TDM Encyclopedia,

Bicycle Parking ) :

Visibility, Rak harus terlihat dengan jelas sehingga pengendara sepeda

dapat segera melihat ketika mereka tiba. Sebuah lokasi yang terlihat

dengan jelas akan menghambat pencurian dan vandalisme.

Keamanan, pencahayaan yang memadai dan pengawasan sangat penting

untuk keamanan pengguna sepeda. Parkir sepeda dan loker harus

ditambatkan ke rak untuk menghindari vandalisme dan pencurian.

Perlindungan terhadap cuaca berupa atap

DIT. BSTP

Page 92: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 19

Ruang bebas yang memadai diperlukan sekitar rak untuk memberikan

ruang gerak bagi pengendara sepeda, dan untuk mencegah konflik

dengan pejalan kaki atau mobil yang diparkir.

Berdasarkan kajian yang dilakukan di Uni Eropa (Transport Research Knowledge

Centre, Effects of cycle parking arrangements on bicycle use, www.transport-

research.info) menunjukkan bahwa penyediaan fasilitas parkir sepeda yang

diawasi akan mendorong penggunaan sepeda karena beberapa alasan:

Mengurangi jarak dan waktu berjalan kaki,

Mengurangi kekawatiran sepeda dicuri,

Meningkatkan aksesibilitas.

5.6.5. Rak untuk Fasilitas Parkir Sepeda

Pada fasilitas parkir sepeda di dalam ruang milik jalan, maka terdapat beberapa

pilihan rak sepeda sebagai tempat untuk parkir/penyimpanan sepeda, dan

sepedanya dikunci/dirantai ke rak yang disediakan. Rak harus dibuat sedemikian

sehingga sepeda tidak mudah dicuri, oleh karena itu biasanya sepedanya dikunci

atau dirantai ke rak. Ditempatkan pada lokasi khusus di lajur jalan yang

dikhusukan untuk parkir sepeda atau di trotoar yang cukup lebar yang

memungkinkan digunakan untuk parkir sepeda.

Rak sepeda dapat berupa rak tunggal atau rak yang disusun secara bersama.

Berkaitan dengan fungsinya sebagai tempat parkir sepeda, rak sepeda harus

mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. menyangga sepeda dengan rangkanya pada dua tempat sehingga sepeda

berdiri tegak.

b. mencegah roda sepeda dari kemiringan berlebihan.

c. memungkinkan rangka dan satu atau dua roda untuk dikunci.

d. menyangga sepeda tanpa rangka berbentuk diamond dengan sebuah pipa

horizontal diatas.

e. roda depan dan rangka sepeda yang mengarah kebawah dapat dikunci

pada rak sepeda atau roda belakang dan pipa rangka tempat duduk dapat

dikunci pada rak sepeda.

DIT. BSTP

Page 93: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 20

Berdasarkan kriteria diatas, rak sepeda berbentuk sisir (comb), panggangan roti

(toast), dan bentuk rak lainnya yang hanya menjepit roda, tanpa menyangga

rangka sepeda tidak direkomendasikan oleh Bicycle Parking Guidelines,

Association of Pedestrian and Bicycle Profesionals.

Rak sepeda harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga tahan terhadap

peralatan potong pada umumnya (hand tools), terutama yang dapat disimpan

dalam tas punggung (backpack), misalnya peralatan pemotong baut dan

pemotong pipa.

a. “U” terbalik b. huruf “A” c. Post dan Loop d. Sisir e. Gelombang f. Toast

Gambar 5.18. Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda

Bentuk rak yang umum digunakan bermacam-macam dengan desain yang hanya

bertujuan sepeda dapat diparkir pada rak tersebut. Beberapa desain umum rak

sepeda adalah sebagai berikut:

Rak dengan penjepit roda depan

Rak didesain hanya menjepit roda depan dengan rangka sepeda tidak

disangga. Penguncian hanya dapat dilakukan pada roda depan dengan

rak. Jenis rak tersebut biasanya digabung sehingga dapat digunakan

untuk parkir banyak sepeda.

Gambar 5.19. Rak Sepeda Dengan Penjepit Roda Depan.

DIT. BSTP

Page 94: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 21

Rak dengan sandaran samping, dimana rangka sepeda dikunci/dirantai pada rak.

Rak dengan sandaran samping dapat menyangga rangka sepeda

sehingga dapat berdiri lebih tegak. Rangka sepeda dapat dikunci pada rak

sehingga lebih aman terhadap tindakan pencurian. Sebuah rak dengan

sandaran samping pada umumnya digunakan secara terpisah dimana satu

atau dua tiangnya ditanam pada tanah atau dibaut pada konstruksi yang

dicor. Satu rak digunakan untuk du buah sepeda.

Gambar 5.20. Rak Sepeda Dengan Sandaran Samping Yang Menggunakan Bentuk

Dasar Huruf “U” Terbalik Dan Post And Loop.

5.6.4. Lokasi Larangan Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Beberapa lokasi larangan parkir masih mengacu kepada pedoman yang lama,

dengan penekanan bahwa larangan parkir secara menyeluruh pada setiap jalan

Nasional dan jalan Provinsi yang menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009

tidak dapat dipergunakan sebagai fasilitas parkir untuk umum di dalam ruang

milik jalan.

Sementara itu pada setiap jalan kota, jalan Kabupaten dan jalan lingkungan yang

tidak dapat dipergunakan sebagai tempat parkir untuk umum di dalam ruang

milik jalan, harus dinyatakan dengan rambu atau marka atau tanda-tanda lain,

kecuali tempat-tempat tertentu.

Tempat-tempat tertentu yaang dilarang parkir, yaitu :

a. sepanjang 6 m sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki

atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan;

b. sepanjang jalur khusus pejalan kaki;

DIT. BSTP

Page 95: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 22

c. sepanjang 25 m sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius

kurang dari 500 m;

d. sepanjang 50 m sebelum dan sesudah jembatan;

e. sepanjang 100 m sebelum dan sesudah perlintasan;

f. sepanjang 25 m sebelum dan sesudah persimpangan ;

g. sepanjang 6 m sebelum dan sesudah akses bangunan;

h. pada tempat-tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau alat

pemberi isyarat lalu lintas;

i. sepanjang 6 m sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran

Secara lebih jelas lokasi-lokasi larangan parkir bisa digambarkan sebagai berikut:

1. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki

atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan

6 m

6 m

Gambar 5.21. Larangan Parkir Dekat Penyeberangan Pejalan Kaki

2. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius

kurang dari 500 m

25 m

25 m

Radius Kurang dari 500 m

Gambar 5.22. Larangan Parkir Dekat Tikungan

3. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan

DIT. BSTP

Page 96: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 23

50 m

50 m

JEMBATAN

Gambar 5.23. Larangan Parkir Dekat Jembatan

4. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang

100 m

100 m

100 m

100 m

Gambar 5.24. Larangan Parkir Dekat Rel Kereta Api

5. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan

25 m

25 m

25 m

25 m

Gambar 5.25. Larangan Parkir Menjelang Persimpangan

6. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung

6 m6 m

GEDUNG

Gambar 5.26. Larangan Parkir Dekat Akses Bangunan

DIT. BSTP

Page 97: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 24

7. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau

sumber air sejenis

6 m6 m

HYDRANT

Gambar 5.27. Larangan Parkir Dekat Hydrant

8. Sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan bahaya

5.6.5. Tata Cara Perambuan

Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan harus dilengkapi dengan Rambu, Marka

dan Papan informasi tarif. Rambu-rambu parkir berupa rambu tempat parkir,

rambu dilarang parkir dan papan tambahan.

1. Rambu Tempat Parkir

P

PARALEL SATU BARIS

P

Rambu tempat parkir Rambu tempat parkir dengan papan

tambahan berisi informasi pola parkir pararel satu baris

SERONG

P

PKHUSUS

BUS

Rambu tempat parkir dengan papan

tambahan berisi informasi pola parkir membentuk sudut

Rambu tempat parkir dengan papan tambahan berisi informasi tempat parkir

khusus kendaraan tertentu

DIT. BSTP

Page 98: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 25

06.00 – 15.00

P

PPARKIR SEPEDA

Rambu tempat parkir dengan papan tambahan berisi informasi waktu

diperbolehkan parkir

Rambu tempat parkir dengan papan tambahan berisi informasi arah parkir

kendaraan tertentu

PKHUSUS

PENGEMUDI WANITA

PVALLET

PARKING

Rambu tempat parkir dengan papan tambahan berisi informasi parkir khusus

pengemudi wanita

Rambu tempat parkir dengan papan tambahan berisi informasi vallet parking

Gambar 5.28. Rambu Parkir

2. Ukuran Rambu Parkir

Gambar 5.29. Detail Rambu Petunjuk Park

Berikut ini tabel ukuran rambu petunjuk parkir :

Tabel 5.2. Ukuran Rambu Petunjuk Parkir

Ukuran (mm) A B C D E R

Sangat Kecil 400 500 60 350 75 37

Kecil 500 600 80 400 100 37

Sedang 600 750 100 500 125 47

Besar 750 900 120 600 150 56

DIT. BSTP

Page 99: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 26

3. Rambu Larangan Parkir

P

P06.00 – 15.00

Rambu larangan parkir Rambu larangan parkir dengan papan tambahan berisi informasi waktu

pelarangan parkir

SAMPAI RAMBU

BERIKUT

P

P15 M 15 M

Rambu larangan parkir dengan papan tambahan berisi informasi lokasi berlakunya

larangan parkir

Rambu larangan parkir dengan papan tambahan berisi informasi arah dan jarak

pelarangan parkir

Gambar 5.30. Rambu Larangan Parkir

4. Ukuran Rambu Larangan Parkir

P E A

D

C

B

Gambar 5.31. Detail Rambu Larangan Parkir

Berikut ini table ukuran rambu larangan parkir :

Tabel 5.8. Ukuran Rambu Larangan Parkir

Ukuran (mm) A B C D E F

Sangat Kecil 450 45 45 56 244 180

Kecil 600 60 60 75 325 240

Sedang 750 75 75 95 406 300

Besar 900 90 90 113 488 360

DIT. BSTP

Page 100: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 27

Marka parkir berupa marka pembatas ruang parkir paralel dan parkir sudut

1. Marka Tempat Parkir Sejajar

0,12 m

6 m

2,3 m

Gambar 5.32. Marka Tempat Parkir Sejajar

2. Marka Tempat Parkir Membentuk Sudut

0,12

Gambar 5.33. Marka Tempat Parkir Membentuk Sudut

3. Marka Simbol Parkir Penderita Cacat

Gambar 5.34. Marka Simbol Parkir Penderita Cacat

4. Marka Larangan Parkir

Warna Kuning

Tepi Jalan

Gambar 5.35. Marka Larangan Parkir

DIT. BSTP

Page 101: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 28

Papan informasi tarif perlu yang memuat daftar tarif awal dan tarif tiap jam

untuk jenis kendaraan sepeda/sepeda motor, mobil sedang-jip-pick up, bus/truk

sedang dan bus/truk besar.

1. Papan Informasi Ketersediaan Parkir (Elektronik/Otomatis)

PTaman Parkir P1

Taman Parkir P2

Parkir Basement B1

Parkir Basement B2

JUMLAH RUANG PARKIR TERSEDIA

45

124

0

67

Gambar 5.36. Contoh Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di Luar Ruang Milik Jalan (Elektronik/Otomatis)

PJl. Nangka

Jl. Durian

Jl. Anggrek

Jl. Mawar

JUMLAH RUANG PARKIR TERSEDIA

20

6

31

0

Gambar 5.37. Contoh Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di DalamRuang Milik Jalan (Elektronik/Otomatis)

2. Papan Informasi Ketersediaan Parkir (Sederhana/Manual)

P

RUANG PARKIR

TERSEDIA

Gambar 5.38. Contoh Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir (Sederhana/Manual)

DIT. BSTP

Page 102: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 29

P

PARKIR PENUH

Gambar 5.39. Contoh Papan Informasi Parkir Penuh (Sederhana/Manual)

3. Papan Informasi Tarif Parkir

P

Sepeda Motor

Mobil Penumpang/Barang

Bus/Truk Sedang

Bus/Truk Besar

TARIF PARKIR (Rp)

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 4.000,-

Rp. 6.000,-

Rp. 500,-

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 3.000,-

Tarif per Jam untuk 2 Jam

Pertama

Tarif per Jam untuk Jam Berikutnya

JENIS KENDARAAN

Gambar 5.40. Contoh Papan Informasi Tarif Parkir

5.6.6. Tata Cara Parkir

Pada pedoman yang baru diusulkan beberapa hal terkait dengan tata cara parkir,

antara lain dalam melaksanakan parkir, baik pengemudi maupun juru parkir

harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Batas parkir yang dinyatakan dengan marka parkir;

b. keamanan kendaraan, dengan mengunci pintu kendaraan dan memasang

rem parkir.

c. memarkir kendaraan di dalam batas ruang parkir yang disediakan.

Sesuai dengan jenis fasilitasnya, tata cara parkir tanpa pengendalian adalah

sebagai berikut :

a. dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi

kendaraan;

b. Juru parkir memberi karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan

meninggalkan ruang parkir;

c. Juru parkir harus menggenakan seragam dan identitas.

DIT. BSTP

Page 103: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 30

Untuk kelancaran lalu lintas dan menjaga pencemaran lingkungan di dalam ruang

milik jalan, tata cara parkir yang harus dilakukan petugas adalah :

a. pada waktu jam puncak, meminimalkan sudut parkir hingga paralel di

ruang milik jalan guna menjaga level of service jalan yang telah ditetapkan;

b. meniadakan parkir berlapis/bertumpuk untuk menghindari penutupan

kendaraan yang akan keluar/masuk dari/ke lokasi parkir;

c. memberikan panduan kepada kendaraan yang akan masuk/keluar dari/ke

lokasi parkir untuk mempelancar arus kendaraan lainnya;

d. juru parkir berkewajiban memberikan informasi sedini mungkin bahwa

sudah tidak tersedia lagi lokasi parkir;

e. juru parkir wajib membimbing pengemudi kendaraan yang akan menuju

atau yang akan meninggalkan tempat parkir;

f. juru parkir wajib membimbing pejalan kaki pada jalur pedestrian yang telah

disediakan sesuai lokasi tujuan;

g. bila ruang milik jalan digunakan untuk fasilitas parkir kendaraan dan jalur

sepeda atau jalur lainnya maka tata cara parkir kendaraan harus

memperhatikan kelancaran kendaraan lainnya yang tidak parkir dengan

meminimalkan sudut parkir kendaraan hingga paralel;

h. pada kawasan dengan pengendalian tinggi, penerapan efisiensi ruang pakir

sangat diperlukan sehingga tidak ada lagi pesanan/privasi ruang parkir;

i. tata cara parkir kendaraan harus mempertimbangkan dampak pencemaran

udara yang ditimbulkan oleh kendaraan yang parkir.

5.7. PENGAWASAN FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

Dengan mempertimbangkan status jalan yang boleh dijadikan lokasi parkir dan

tidak boleh dijadikan lokasi parkir, maka pengawasan penyelenggaraan parkir

juga dilakukan sesuai dengan kewenangan.

Pengawasan secara berkala terhadap penyelenggaraan fasilitas parkir untuk

umum di dalam ruang milik jalan, baik sebagai usaha khusus perparkiran

maupun usaha penunjang dilakukan oleh:

DIT. BSTP

Page 104: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 31

a. Menteri Perhubungan untuk fasilitas parkir untuk umum di dalam ruang

milik jalan yang berpengaruh terhadap lalu lintas jalan nasional.

b. Gubernur untuk fasilitas untuk umum yang berpengaruh pada jalan provinsi

dan khusus Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota untuk fasilitas parkir

untuk umum di dalam ruang milik jalan yang berada di wilayah Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.

c. Walikota untuk parkir untuk umum di dalam ruang milik jalan Kota.

d. Bupati untuk parkir untuk umum di dalam ruang milik jalan Kabupaten dan

Desa.

DIT. BSTP

Page 105: spm parkir

Bab

Fasilitas Parkir di Luar Ruang Milik Jalan

6.1. LOKASI FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN

Parkir di luar ruang badan jalan disediakan pada tempat-tempat yang tarikan

perjalanannya besar agar supaya kelancaran arus lalu lintas dan kelestarian

lingkungan tetap terjaga. Dengan demikian disain parkir di luar ruang milik jalan

harus sesuai kebutuhan ruang parkir.

Harga lahan yang semakin tinggi, terutama di perkotaan, menciptakan masalah

tersendiri, yakni munculnya gedung gedung yang tinggi, baik sebagai tempat

perbelanjaan, kantor dan lain sebagainya. Gedung gedung yang menjulang tinggi

menunjukkan ruang yang sangat besar dan memberikan dampak yang besar

pula terhadap arus lalu lintas, yang pada akhirnya menjadikan permintaan ruang

parkir menjadi tinggi.

Penanganan parkir menjadi sulit untuk menyelenggarakan perparkiran di tempat

yang sangat sibuk karena permintaan parkir dan harga lahan yang tinggi.

Gedung parkir yang bertingkat menjadi pilihan yang sangat efisien untuk

memenuhi kebutuhan parkir ditempat yang arus lalu lintasnya sangat tinggi.

Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan dapat berupa taman parkir

dan/atau gedung parkir. Yang dimaksud dengan di luar ruang milik jalan antara

lain pada kawasan-kawasan tertentu seperti pusat-pusat perbelanjaan, bisnis,

maupun perkantoran yang menyediakan fasilitas parkir untuk umum.

Dalam pedoman teknis yang ada saat ini, sebagai dasar untuk menetapkan lokasi

atau tempat parkir untuk umum di luar ruang milik jalan harus memperhatikan:

a. Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)

b. keselamatan dan kelancaran lalu lintas

6

52

DIT. BSTP

Page 106: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 2

c. kelestarian lingkungan

d. kemudahan bagi pengguna

e. tersedianya tata guna lahan

f. letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani

Keberadaan fasilitas parkir untuk umum berupa gedung parkir atau taman parkir

harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu-lintas, sehingga penetapan

lokasinya terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus

dirancang agar tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas.

Ketentuan dalam menetapkan lokasi atau tempat parkir diatas dapat

disederhanakan menjadi sebagai berikut:

a. Sesuai Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)

b. analisa dampak lalu lintas;

c. kemudahan dan keselamatan bagi pengguna jasa.

Beberapa kriteria pada pedoman teknis sebelumnya dihilangkan karena beberapa

alasan berikut ini:

Keselamatan dan kelancaran lalu lintas dihilangkan karena merupakan

bagian dari kriteria analisa dampak lalu-lintas (amdal lalu-lintas).

Kelestarian lingkungan dan ketersediaan tata guna lahan dihilangkan

karena merupakan bagian dari kesesuaian RUTRD.

kemudahan bagi pengguna dan letak antara jalan akses utama dan

daerah yang dilayani dihilangkan karena bagian dari kemudahan dan

keselamatan bagi pengguna jasa parkir.

Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan harus

berdasarkan RUTRD, hasil analisa dampak lalu lintas, kemudahan dan

keselamatan bagi pengguna jasa. Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum di

luar ruang milik jalan dilakukan oleh:

a. Walikota untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar ruang milik

jalan yang berada di wilayah administrasi kota

DIT. BSTP

Page 107: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 3

b. Bupati untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar ruang milik

jalan yang berada di wilayah administrasi Kabupaten

c. Gubernur DKI Jakarta untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar

ruang milik jalan yang berada di wilayah DKI Jakarta.

Dalam penyelenggaraan parkir diluar ruang milik jalan, pengguna jasa parkir

harus mendapatkan pelayanan sebaik mungkin dengan batasan standar

pelayanan minimal fasilitas parkir di luar ruang milik jalan sebagai berikut:

a. Pengguna parkir menerima tiket parkir yang berisi keterangan tanggal

parkir, lama parkir dan biaya parkir. Tiket parkir yang diberikan harus

baru, bukan tiket bekas yang telah terpakai.

b. Jaminan mendapatkan ruang parkir bila masuk taman atau gedung parkir.

c. Mendapatkan informasi tarif parkir yang berlaku

d. Jalur sirkulasi lancar dan tertib sesuai petunjuk arah jalan

6.2. PERIZINAN DAN PENGAWASAN FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN.

Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum baik sebagai usaha khusus

perparkiran maupun usaha penunjang harus dengan izin. Izin diberikan oleh

Pemerintah Daerah. Ketentuan ini dimaksudkan agar fasilitas parkir untuk umum

yang disediakan memenuhi persyaratan keselamatan dan menjamin kelancaran

lalu-lintas.

Beberapa negara menerapkan kebijakan pembatasan ruang parkir, terutama

didaerah pusat kota ataupun pusat kegiatan. Kebijakan ini biasanya dilakukan

pada parkir dipinggir jalan yang tujuan utamanya untuk melancarkan arus lalu

lintas, serta pembatasan ruang parkir diluar jalan yang dilakukan melalui IMB/Ijin

Mendirikan Bangunan.

Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum dapat memungut biaya terhadap

penggunaan fasilitas yang diusahakan. Besarnya biaya ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Penyelenggaraan fasilitas parkir umum, parkir khusus atau parkir insidental dapat

dilakukan oleh:

DIT. BSTP

Page 108: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 4

a. Pemerintah

b. Badan Hukum

c. Warga Negara Indonesia

Orang atau Badan Hukum yang akan menjalankan pengusahaan tempat parkir

tersebut, diharuskan mengajukan permohonan secara tertulis lebih dahulu

kepada Kepala Daerah. Tata cara dan syarat-syarat pengajuan permohonan dan

pemberian izin tersebut diatur oleh Kepala Daerah masing-masing.

Pemegang izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum diluar ruang milik

jalan harus melakukan sendiri pengusahaan tempat parkir dan dilarang

memindah tangankan dengan cara dan dalam bentuk apapun kepada pihak lain

kecuali dengan izin Kepala Daerah.

Pemberian ijin penyelenggaraan fasilitas parkir diberikan oleh:

a. Walikota untuk parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada

di wilayah administrasi Kota.

b. Bupati untuk parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada di

wilayah administrasi Kabupaten

c. Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota untuk fasilitas parkir untuk

umum di luar ruang milik jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

Untuk menjaga penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum diluar ruang milik

jalan sesuai ketentuan yang berlaku, penyelenggara parkir harus diawasi.

Pengawasan secara berkala terhadap penyelenggaraan fasilitas parkir untuk

umum baik sebagai usaha khusus perparkiran maupun usaha penunjang

dilakukan oleh:

a. Menteri Perhubungan untuk fasilitas parkir untuk umum yang

berpengaruh terhadap lalu lintas jalan nasional.

b. Gubernur untuk fasilitas untuk umum yang berpengaruh pada jalan

provinsi dan khusus Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota untuk

fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada di

wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

DIT. BSTP

Page 109: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 5

c. Walikota untuk fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang

berada di wilayah administrasi Kota.

d. Bupati untuk parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada di

wilayah administrasi Kabupaten

Sanksi Administratif penyelenggaraan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

diberikan apabila penyelenggarannya tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Sanksi

administrasi diberikan sehingga dilakukan pencabutan izin dengan prosedur

sebagai berikut:

a. Izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dapat dicabut bila

dalam penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum mengakibatkan

pencemaran lingkungan.

b. Pencabutan izin dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3

(tiga) kali berturut turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu)

bulan.

c. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud diatas tidak diindahkan,

dilanjutkan dengan pembekuan izin untuk jangka waktu 1 (satu) bulan.

d. Apabila pembekuan izin sebagaimana dimaksud diatas habis jangka

waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka izin dicabut.

6.3. HAK DAN KEWAJIBAN

Hak dan kewajiban pengguna fasilitas parkir umum diluar ruang milik jalan harus

diatur dengan jelas agar setiap konflik yang terjadi antara pengguna dan

penyelenggara parkir mempunyai dasar hukum yang jelas.

Usaha parkir adalah usaha untuk menyediakan tempat parkir serta menjaga atau

mengawasi kendaraan yang diparkir dengan memperoleh imbalan jasa berupa

uang. Pada pedoman teknis sebelumnya tidak diatur tentang hak dan kewajiban

penggunan parkir maupun penyelenggara parkir. Hak dan kewajiban tersebut

harus diatur agar tidak ada pihak yang dirugikan bila terjadi kerusakan dan

kehilangan kendaraan pada pengguna parkir, demikian juga bila terjadi

kerusakan fasilitas parkir yang disebabkan oleh pengguna parkir.

DIT. BSTP

Page 110: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 6

Beberapa kebijakan parkir yang diterapkan diberbagai negara antara lain,

kebijakan tarip parkir yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan waktu, semakin

dekat dengan pusat kegiatan/kota tarip lebih tinggi, demikian juga semakin lama

semakin tinggi. Kebijakan ini diarahkan untuk mengendalikan jumlah pemarkir

dipusat kota/pusat kegiatan dan mendorong penggunaan angkutan umum.

Kebijakan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar ketentuan dilarang

parkir dan dilarang berhenti serta pemarkir diluar tempat yang ditentukan untuk

itu. Bentuk penegakan hukum dapat dilakukan melalui penilangan ataupun

dengan gembok roda seperti yang dilakukan di Palembang.

6.3.1. Hak dan Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Pengguna jasa parkir mempunyai hak yang harus disediakan oleh penyelenggara

parkir yang harus menyediakan tempat parkir serta menjaga atau mengawasi

kendaraan yang diparkir. Hak pengguna jasa parkir merupakan dasar dalam

penetapan standar pelayanan minimal. Hak pengguna jasa parkir tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang

telah memasuki areal parkir, berhak untuk mendapatkan tanda bukti

parkir dan tempat parkir.

b. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berhak mendapat jaminan keamanan dan keselamatan.

c. Apabila pengguna parkir untuk umum di luar ruang milik jalan tidak

mendapatkan tempat parkir, maka pengguna parkir berhak tidak

membayar.

Disamping mempunyai hak, pengguna parkir harus memenuhi kewajibannya

untuk mendapatkan pelayanan sesuai ketentuan, dan dapat dikenai denda

apabila tidak melakukan kewajibannya. Kewajiban yang harus dilakukan

pengguna parkir adalah sebagai berikut:

a. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berkewajiban untuk memarkir kendaraan sesuai ruang parkir yang

DIT. BSTP

Page 111: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 7

diperuntukkanya, mematuhi peraturan dan membayar biaya parkir sesuai

tarif yang ditentukan.

b. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berkewajiban menunjukkan tiket parkir saat meninggalkan areal parkir.

c. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berkewajiban menunjukkan surat tanda kepemilikan kendaraan bila tidak

bisa menunjukkan tiket parkir.

6.3.2. Hak dan Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Hak dan kewajiban penyelenggara fasilitas parkir diluar ruang milik jalan harus

diatur dengan jelas agar penyelenggaraan parkir diluar ruang milik jalan tidak

merugikan penyelenggara maupun pengguna jasa parkir.

Hak penyelenggara parkir diberikan agar dapat memberikan pelayanan minimal

yang harus diberikan pada pengguna parkir dan mencegah timbulnya kerugian

dalam penyelenggaraan parkir. Hak penyelenggara parkir tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berhak memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan.

Pungutan biaya parkir harus tidak lebih tinggi dari tarif yang telah

ditetapkan Pemerintah Daerah.

b. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berhak melakukan pengawasan terhadap pengguna parkir untuk

kepentingan keamanan, ketertiban, dan keselamatan.

c. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berhak memberi denda pada pengguna parkir yang memarkir kendaraan

tidak sesuai peruntukkannya atau parkir ganda.

Pemberian denda bagi pengguna jasa parkir yang tidak sesuai peruntukkannya

atau parkir ganda saat ini tidak dilakukan oleh peyelenggara parkir. Pemberian

denda tersebut sangat penting supaya pengguna parkir selalu tertib dan disiplin

DIT. BSTP

Page 112: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 8

mematuhi peraturan yang berlaku di tempat parkir. Masih banyak ditemui saat ini

pelaku parkir ganda sehingga mengurangi jumlah ruang parkir yang disediakan,

akibatnya merugikan pengguna jasa parkir lainnya karena tidak tersedia ruang

parkir, dan merugikan penyelenggara parkir karena mengurangi pendapatannya.

Sumber: Survei Konsultan di Solo, 2009

Gambar 6.1. Parkir Ganda, merugikan pengguna dan penyelenggara parkir.

Dalam buku pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas parkir dan

pedoman teknis parkir sebelumnya belum diatur tentang penyelenggaraan parkir

khusus yang saat ini telah banyak diselenggarakan.

Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan berhak menyelenggarakan parkir khusus berupa:

a. parkir khusus pengemudi wanita ;

b. parkir valet ;

c. parkir menginap

Parkir khusus dapat diselenggarakan bila memenuhi persyaratan teknis dan

mendapatkan ijin dari pihak yang berwenang, yaitu pihak yang telah memberikan

ijin penyelenggaraan parkir umum.

Tempat parkir khusus untuk pengemudi wanita harus terletak paling dekat dengan pintu keluar/masuk gedung dan disediakan petugas yang berfungsi untuk menjaga keamanan dan juga menjaga agar hanya pengemudi wanita yang menggunakannya, karena tujuan utama dari parkir khusus untuk pengemudi wanita adalah memberi kemudahan melakukan parkir dan perlindungan keamanan yang lebih baik.

Penyelenggaraan fasilitas parkir khusus untuk pengemudi wanita harus tidak menambah biaya parkir karena tidak ada tambahan biaya operasional parkir. Tempat parkir khusus wanita harus diberi tanda yang jelas berupa lantai yang dicat warna pink dan atau gambar simbol wanita.

Dari data yang ada, kemampuan mengemudi wanita kurang bagus sehingga

DIT. BSTP

Page 113: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 9

banyak kecelakaan terjadi. Untuk itu satuan ruang parkir untuk pengemudi wanita dibuat lebih lebar dari standar yang ada untuk memudahkan memarkir.

Gambar 6.2. Parkir Khusus Wanita, diberi tanda gambar simbol wanita dan atau lantai dicat warna pink.

Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa parkir yang menginginkan pelayanan parkir yang melebihi standar pelayanan minimum (SPM) parkir, dapat diselenggarakan parkir valet. Jumlah ruang parkir khusus valet tidak termasuk dalam perhitungan penyediaan jumlah ruang parkir minimum yang harus disediakan oleh sebuah bangunan komersil.

Penyelenggara fasilitas parkir valet harus mengganti seluruh kerugian apabila terjadi kerusakan dan kehilangan kendaraan. Karena memberi pelayanan melebihi standar pelayanan minimum parkir, penyelenggaraan fasilitas parkir valet diberlakukan tarif mengikuti mekanisme pasar. Informasi tarif atau biaya parkir valet tersebut harus diketahui dengan jelas oleh pengguna jasa parkir sebelum memasuki areal parkir valet.

Karena berbagai alasan terutama untuk kemudahan bertransportasi, beberapa pengguna parkir menggunakan kendaraan pribadi dan memarkir kendaraan di bandara atau stasiun kereta api untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat terbang atau kereta api, sedangkan kendaraannya diparkir menginap di bandara atau stasiun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penyelenggara parkir dapat menyelenggarakan parkir khusus menginap. Jumlah ruang parkir khusus menginap yang disediakan penyelenggara parkir, tidak termasuk dalam perhitungan penyediaan jumlah ruang parkir minimum.

Penyelenggara fasilitas parkir harus mengganti seluruh kerugian apabila terjadi kerusakan dan kehilangan kendaraan. Penyelenggaraan fasilitas parkir khusus menginap diberlakukan tarif mengikuti tarif parkir umum, dan diperbolehkan menerapkan batas minimal jam parkir dengan ketentuan tidak melebihi 36 jam. Kendaraan yang parkir menginap harus terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.

Disamping mempunyai hak, penyelenggara parkir harus memenuhi kewajibannya. Kewajiban dari penyelenggara parkir tersebut adalah sebagai berikut:

a. penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berkewajiban menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu

lintas dalam kawasan fasilitas parkir untuk umum dan kelestarian

DIT. BSTP

Page 114: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 10

lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis dan standar pelayanan

minimal yang ditentukan.

b. penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan

berkewajiban memberi ganti rugi bila terjadi kehilangan kendaraan di

tempat parkir, dan;

c. melaporkan kepada pemberi izin apabila dilakukan perubahan

penanggung jawab.

d. menginformasikan tarif retribusi parkir dan nomor serta tanggal

Keputusan Kepala Daerah tentang pemberian izinnya.

e. melengkapi seragam dan tanda-tanda pengenal para petugas parkir.

f. memberikan tanda pungutan parkir berbentuk karcis yang dikeluarkan

dan atau disahkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

dengan menyebutkan biaya pungutan dan rician biayanya.

g. bagi pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan tidak

mengenakan pungutan biaya parkir harus menggunakan tanda/kartu

bebas parkir yang dikeluarkan dan atau disahkan oleh Kepala daerah.

h. harus mendidik dan melatih para petugas parkir untuk mengerti dan

menguasai benar semua peraturan-peraturan lalu lintas pada

umumnya dan peraturan perparkiran pada khususnya.

Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan dapat

dilakukan oleh pemerintah, badan usaha Indonesia atau warga negara Indonesia.

Penyelenggaraan parkir untuk umum di luar ruang milik jalan meliputi:

a. pembangunan

b. pengoperasian

d. pemeliharaan

6.4. PEMBANGUNAN FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN

Fasilitas parkir merupakan tempat yang ditentukan sebagai tempat

pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan

kegiatan pada suatu kurun waktu. Fasilitas parkir di luar badan jalan adalah

DIT. BSTP

Page 115: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 11

fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa taman parkir

dan/atau gedung parkir.

Fasilitas parkir untuk umum merupakan fasilitas parkir di luar badan jalan berupa

gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang

berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum. Pada

fasilitas parkir terdapat jalur gang dan jalur sirkulasi. Jalur gang adalah jalur

antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan. Sedangkan jalur sirkulasi

merupakan tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk

dan keluar dari fasilitas parkir.

Berbagai aspek yang harus diperhatikan terhadap disain gedung parkir sesuai

buku Pedoman Perencanaan Dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Dit.BSTP, 1998

adalah sebagai berikut:

1) konstruksi landasan

2) tenaga penggerak

3) teknik keluar dan masuk parkir

4) konstruksi bangunan

5) kemudahan untuk mencapai gedung

6) cara kerja sistem

7) sistem keselamatan kendaraan

8) sistem pemeliharaan tenaga penggerak

9) sistem pengendalian

Parkir sebagai bagian dari keseluruhan sistem transportasi merupakan salah satu

isu krusial saat ini.Fasilitas parkir harus memperhatikan fungsi operasional,

seperti dalam memberikan keamanan dan efisiensi penggunaan ruang. Oleh

karena itu merancang fasilitas parkir membutuhkan pendekatan desain terpadu

dari banyak profesional.

Menurut Shannon Sanders McDonald, dalam Whole Building Design Guide

mengenai Parking Facilities, di website National Institute of Building Science,

meskipun fasilitas parkir dapat berupa berbagai bentuk seperti berdiri sendiri

atau bagian dari struktur penggunaan campuran, parkir valet, dan parkir

otomatis di perkotaan, semua fasilitas parkir tersebut harus berusaha untuk

memenuhi kriteria dasar sebagai berikut:

DIT. BSTP

Page 116: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 12

Kebutuhan Fungsional

Fasilitas parkir harus memperhatikan kebutuhan ruang yang kompleks untuk

pengemudi dan mobil, diantaranya yaitu:

Ukuran, tinggi, dan radius putar mobil saat ini maupun masa lalu dan

kecenderungan masa depan, yang semuanya terkait geometri parkir.

Ada banyakdesain ramp yang berbeda beda sesuai tujuan utamanya, dan

memastikan bahwa penggunaannya sesuai desainnya.

Jalanan yang mengelilingi fasilitas parkir dan arus lalu lintasnya harus

dipertimbangkan ketika merencanakan pintu masuk dan keluar dan

memutuskan desain ramp.

Pintu masuk dan keluar yang sangat penting untuk kelancaran fungsi dari

fasilitas parkir, dengan memperhatikan jenis penggunaan pintu untuk

menentukan panjang ruang antrian dan penempatan pos pengambilan

dan pemeriksaan tiket, serta jumlah pintu masuk dan keluar.

Keperluan jenis peralatan, ruangan dan kantor juga ditentukan oleh

penggunaan fasilitas tersebut.

Terkait masalah zonasi diperlukan jumlah ruang tertentu untuk parkir

mobil. Desainer harus bekerja sesuai peraturan setempat untuk

memenuhi persyaratan ini.

Dalam penggunaan parkir campuran, parkir bersama menjadikan

pengguna dapat mempertahankan berbagai fasilitas parkir penuh hunian,

seperti penonton film / teater, malam menggunakan dan penghuni

perumahan menggunakan siang hari.Hal ini memberi keuntungan pada

pemilik fasilitas parkir dan menghilangkan sindrom fasilitas parkir kosong

di malam hari pada masyarakat.

Menyediakan ruang kerja yang tepat bagi staf, seperti kasir dan peralatan

pemantauan.

Memberikan suatu ruang untuk penyimpanan dan pemeliharaan.

Ventilasi adalah sebuah permasalahan yang harus diperhatikan. Ventilasi

alam merupakan metode yang baik namun diperlukan studi rinci di

DIT. BSTP

Page 117: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 13

beberapa daerah dan jenis desain fasilitas parkir untuk menentukan

efektivitasnya.

Integrasi Struktur

Integrasi struktur yang efisien sangat penting untuk memaksimalkan fungsi:

Fasilitas parkir biasanya struktur yang terbuka dan harus dirancang untuk

menahan semua aspek kondisi lingkungan.

Struktur ruang antar kolom dan pilar ideal yang memungkinkan

maksimalisasi jumlah ruang parkir dan aliran kendaraan bergantung pada

tempat dan struktur.

Beton yang dicor ditempat, beton pre-cast dan struktur baja dapat

digunakan untuk desain bangunan parkir.

Memperhatikan permasalahan konstruksi yang tipical seperti bencana

alam di lokasi konstruksi, dan solusi yang komplek dalam merancang

suatu struktur yang benar-benar tahan terhadap cuaca dan beban akibat

gerakan dari mobil.

Permukaan lantai dari fasilitas parkir harus tidak slip sehingga harus

dirancang fasilitas parkir yang sepenuhnya aman untuk digunakan oleh

kendaraan dan pejalan kaki.

Drainase dan kemiringan lantai sangat penting, karena genangan air

dapat membuat permasalahan perawatan dalam jangka panjang.

Melihat review desain sering dilakukan terhadap dokumen fasilitas parkir

sebelum proses konstruksi. Performa yang diharapkan, efektivitas biaya,

dan komisioning bangunan merupakan sarana yang berguna.

Keselamatan dan Keamanan

Keselamatan dan keamanan dari orang yang menggunakan fasilitas parkir sangat

penting, untuk itu diperlukan:

Perangkat keamanan seperti video, audio dan tombol darurat yang

memanggil ke dalam ruang penjagaan atau polisi setempat.

Telepon umum

DIT. BSTP

Page 118: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 14

Menghapus potensi tempat-tempat yang tersembunyi, seperti di bawah

tangga terbuka.

Akses bagi penyandang cacat dengan kendaraan dekat tangga dan lift

yang memiliki jalur langsung menuju jalur utama perjalanan diruang

fasilitas parkir.

Untuk menghindari karbon monoksida, didesain aliran udara yang

memadai melalui peralatan mekanis dan / atau ventilasi alami.

Permukaan lantai tidak licin.

Kebersihan fasilitas parkir

Desain untuk titik-titik persimpangan antara pergerakan manusia dan

mobil untuk memenuhi keselamatan pergerakan.

Keseimbangan antara pencahayaan siang hari, pencahayaan interior dan

eksterior, kontrol dapat dilakukan dalam banyak cara pada desain

eksterior muka bangunan saat menyediakan pencahayaan yang cukup.

Lampu penerangan harus tahan terhadap vandalism dan mudah untuk

perawatannya.

Menggunakan metode pencegahan kejahatan melalui desain lingkungan

sesuai dengan teknologi peralatan.

Tanda dan Wayfinding

Kode warna, penomoran, isyarat visual, dan bahkan mesin untuk

menandai tiket dengan lokasi yang pasti untuk menempatkan kendaraan

dan untuk memudahkan pengambilan

Menempatkan tanda marka di daerah di mana pengemudi dapat

membaca secara tepat dan cepat.

Pesannya jelas, sederhana, dan langsung.

Pengkodean lantai bermanfaat untuk memudahkan pencarian kendaraan

yang diparkir

Tanda marka harus menempatkan semua jalur akses pejalan kaki utama

di dalam tempat parkir sebagaimana di jalan-jalan utama dan bangunan .

DIT. BSTP

Page 119: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 15

Berdasarkan kajian kriteria dasar dalam penyediaan fasilitas parkir sebagaimana

diuraikan diatas, maka diusulkan pembangunan fasilitas parkir untuk umum di

luar ruang milik jalan harus memenuhi persyaratan teknis meliputi:

a. satuan ruang parkir

b. alinyemen

c. kemiringan

d. ketersediaan fasilitas pejalan kaki

e. ketersediaan fasilitas keamanan

f. fasilitas keselamatan

g. sistem informasi

h. rambu

6.4.1. Satuan Ruang Parkir

Persyaratan teknis satuan ruang parkir fasilitas parkir di luar ruang milik jalan

yang harus disediakan sesuai dengan:

a. zonasi dimana lokasi gedung berada;

b. luasan lantai gedung;

c. peruntukan gedung.

Satuan dimensi ruang parkir harus diberi tanda garis dengan jelas sebagai

petunjuk pengguna parkir supaya dapat memarkir kendaraan pada posisi yang

diperuntukkannya sehingga mencegah terjadinya parkir ganda.

Untuk mencegah terjadinya tabrakan dengan kendaraan lain atau pagar

pembatas yang berada dibelakangnya, tiap satuan ruang parkir harus dipasang

wheel stop.

Pemasangan wheel stop harus memperhatikan sudut parkir dan panjang

overhang kendaraan, sehingga tidak terjadi benturan atau tabrakan dengan

kendaraan atau pagar pembatas yang berada dibelakangnya.

Jarak antara penahan roda dengan dinding tergantung kepada sudut parkir dan

panjang anjuran belakang ataupun anjuran depan.

DIT. BSTP

Page 120: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 16

Tabel .6.1. Jarak Penahan Roda Terhadap Dinding Gedung Parkir

Sudut Parkir

Jarak Dinding Dengan Penahan Roda (cm)

Anjuran Depan Anjuran Belakang

30o 58 80

40o 64 97

50o 70 108

60o 74 117

70o 76 123

80o 76 124

90o 73 122

Dinding

Jarak Dinding Dengan

Penahan RodaAnjuran

Penahan Roda

Gambar 6.3. Jarak Penahan Roda Terhadap Dinding Gedung Parkir

Untuk mencegah kendaraan yang akan diparkir tidak membentur dinding gedung

parkir atau kendaraan lain yang sedang diparkir maka pada ruang parkir

disediakan penghambat roda yang dibuat dari bahan beton atau logam.

Panjang penahan roda untuk mencegah benturan kendaraan dengan dinding

gedung parkir adalah sepanjang dinding gedung parkir dan ramp. Berdasarkan

pedoman teknis yang ada, ukuran wheel stop hanya ditentukan tingginya saja,

yaitu setinggi 15 cm, sedangkan lebar dan panjangnya tidak ada ketentuan.

Pemasangan wheel stop atau penahan roda dapat menggunakan konstruksi

menerus dimana sebuah wheel stop menahan kedua roda, atau konstruksi

DIT. BSTP

Page 121: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 17

terpisah dimana sebuah wheel stop hanya menahan sebuah roda saja sehingga

diperlukan dua wheel stop untuk menahan pergerakan sebuah kendaraan yang

sedang parkir.

Di Australia, fasilitas parkir telah distandarkan yang tertuang dalam Australian

Standard, AS/NZ 2890.1: 2004 Parking Facilities Part 1 off street parking untuk

fasilitas parkir diluar ruang milik jalan. Pemasangan wheel stop dilakukan karena:

a. untuk mengontrol anjuran (overhang) kendaraan supaya tidak

mengurangi kenyamanan atau membahayakan pedestrian.

b. untuk mencegah tabrakan dengan bangunan dan penghalang akhir.

c. untuk mencegah tabrakan dengan kendaraan lain yang diparkir

didepan atau dibelakangnya.

Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com

Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com

Gambar 6.4. Wheel stop penahan pergerakan kendaraan di tempat parkir

Dari berbagai produk yang dijual secara komersil oleh industri yang mengacu

pada standar AS/NZ 2890.1: 2004 Parking Facilities Part 1 off street parking,

DIT. BSTP

Page 122: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 18

wheel stop terbuat dari bahan logam, karet, maupun beton cor dengan berbagai

ukuran. Gambar dibawah berikut ini menunjukkan konstruksi wheel stop yang

terbuat dari berbagai jenis bahan, yaitu beton, baja, dan karet, yang dibuat oleh

industri manufaktur dan dijual secara komersil.

wheel stop terbuat dari logam wheel stop terbuat dari beton

wheel stop terbuat dari karet

Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com

Gambar 6.5. Wheel stop terbuat dari logam, beton, dan karet

Wheel stop yang berbentuk konstruksi menerus untuk menahan kedua roda

sebuah kendaraan yang didesain sesuai standard Australia adalah sebagai

berikut:

standar AS/NZ 2890.1;2004 berukuran panjang 1650 mm x lebar 190

mm x lebar 90 mm

standar AS/NZ 2890.1;1993 berukuran panjang 2000 mm x lebar 190

mm x 90 mm.

DIT. BSTP

Page 123: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 19

Size: 200cm x 15cm x 10cm

Size: 1650x160x100mm

Gambar 6.6. Wheel stop berbentuk konstruksi menerus

Size:50cm x 10cm x 10.5cm Size: 55cm x 15cm x 10cm Size:50cm x 13cm x 10cm

Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com

Gambar 6.7. Wheel stop berbentuk konstruksi terpisah dengan panjang 50 cm.

Size: 60cm x 12cm x 10cm Size:60cm x 16cm x 10cm

Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com

Gambar 6.8. Wheel stop berbentuk konstruksi terpisah dengan panjang 60 cm.

Dari data-data diatas, sesuai standar Australia dapat disimpulkan bahwa tinggi

wheel stop tidak lebih dari 10 cm, dengan lebar 15-19 cm pada bagian bawah

dan lebar bagian atas lebih kecil tanpa ada ketentuan (hanya berdasar estetika).

Panjangnya 165 -200 cm untuk konstruksi menerus dan 50-60 cm untuk

konstruksi wheel stop terpisah.

DIT. BSTP

Page 124: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 20

Untuk itu standar disain wheel stop fasilitas parkir diusulkan dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. wheel stop konstruksi menerus

lebar 15 cm

tinggi 10 cm

panjang 165-200 cm

wheel stop dipasang tepat ditengah-tengah satuan ruang parkir.

b. wheel stop konstruksi terpisah

lebar 15 cm

tinggi 10 cm

panjang 50-60 cm

wheel stop dipasang tepat ditengah-tengah satuan ruang parkir

dengan jarak dari ujung-ujungnya tidak lebih dari 200 cm dan tidak

kurang dari 165 cm.

10 cm15 cm

200

cm

50 c

m50 c

m100

cm

Penahan Roda

Penahan Roda

Gambar 6.9. Dimensi Penahan Roda (Wheel Stop)

6.4.2. Alinyemen Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Untuk efisiensi pemakaian tempat parkir, parkir diluar ruang milik jalan harus

ditata alinyemennya atau kesejajarannya, sehingga membentuk berbagai pola

parkir. Berdasarkan buku pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas

parkir, yang diterbitkan Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

DIT. BSTP

Page 125: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 21

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, tahun 1998, untuk setiap jenis

kendaraan, pola parkir yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. pola parkir kendaraan penumpang dapat merupakan parkir kendaraan

satu sisi, parkir kendaraan dua sisi, parkir kendaraan berbentuk pulau.

b. pola parkir Bus/Truk dapat merupakan parkir kendaraan satu sisi, parkir

kendaraan dua sisi.

c. pola parkir sepeda motor dapat merupakan parkir kendaraan satu sisi,

parkir kendaraan dua sisi, parkir kendaraan berbentuk pulau.

A. Bentuk Pola Parkir Kendaraan Penumpang

a. Parkir kendaraan satu sisi

Parkir kendaraan satu sisi dilakukan karena ketersediaan ruang parkir

terbatas pada suatu tempat fasilitas parkir diluar ruang milik jalan, yang

dapat dilakukan dengan cara:

1) membentuk sudut 90o, bertujuan mempunyai daya tampung paling

banyak jika dibandingkan dengan membentuk sudut yang lebih kecil

daripada 90o, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi melakukan

manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir paling rendah.

Gambar 6.10. Parkir Kendaraan Satu Sisi Membentuk Sudut 90o

2) membentuk sudut 30o, 45o, 60o untuk mendapatkan daya tampung lebih

banyak dibandingkan parkir parallel, tetapi kemudahan dan kenyamanan

pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih

baik dibandingkan membentuk sudut 90o.

DIT. BSTP

Page 126: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 22

Gambar 6.11. Parkir Kendaraan Penumpang Satu Sisi Bentuk Sudut 30o, 45o,

60o.

b. parkir kendaraan dua sisi

Parkir kendaraan dua sisi dapat dilakukan apabila ketersediaan ruang

parkir cukup memadai pada suatu tempat fasilitas parkir diluar ruang

milik jalan, yang dapat dilakukan dengan cara:

1) membentuk sudut 90o bila bertujuan agar arah gerakan lalu-lintas

kendaraan dapat satu arah atau dua arah, disamping mempunyai

daya tampung paling banyak jika dibandingkan dengan membentuk

sudut yang lebih kecil daripada 90o, tetapi kemudahan dan

kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke

ruangan parkir paling rendah.

Gambar 6.12. Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi membentuk sudut 90o

2) membentuk sudut 30o, 45o, 60o bila menghendaki arah gerakan lalu-

lintas kendaraan satu arah, dan pengemudi dapat melakukan

manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih nyaman dan

mudah dibandingkan membentuk sudut 90o

DIT. BSTP

Page 127: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 23

Gambar 6.13. Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi Membentuk Sudut 30o, 45o, 60o.

c. parkir kendaraan berupa pulau.

Parkir kendaraan berupa pulau dapat dilakukan apabila ketersediaan

ruang parkir luas pada suatu tempat fasilitas parkir diluar ruang milik

jalan, yang dapat dilakukan dengan cara:

1) membentuk sudut 90o bila bertujuan agar arah gerakan lalu-lintas

kendaraan dapat satu arah atau dua arah, disamping mempunyai

daya tampung paling banyak jika dibandingkan dengan membentuk

sudut yang lebih kecil daripada 90o, tetapi kemudahan dan

kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke

ruangan parkir paling rendah

Gambar 6.14. Parkir Kendaraan Penumpang Berupa Pulau Bentuk Sudut 90o.

2) membentuk sudut 45o bila menghendaki arah gerakan lalu-lintas

kendaraan satu arah, dan pengemudi dapat melakukan manuver

masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih nyaman dan mudah

dibandingkan membentuk sudut 90o, yang dapat dilakukan dalam

bentuk :

DIT. BSTP

Page 128: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 24

(a) tulang ikan tipe A

(b) tulang ikan tipe B

(c) tulang ikan tipe C

Gambar 6.15. Parkir Kendaraan Penumpang Membentuk Tulang Ikan Tipe A

Gambar 6.16. Parkir Kendaraan Penumpang Membentuk Tulang Ikan Tipe B

Gambar 6.17. Parkir Kendaraan Penumpang Membentuk Tulang Ikan Tipe C

B. Bentuk pola parkir bus/truk

Posisi parkir bus/truk dapat dibuat menyudut 90o ataupun kurang tergantung

dari luas areal parkir. Dari segi efektifitas ruang, posisi 90o lebih

menguntungkan. Karena ukuran bus yang cukup besar sehingga manuver

DIT. BSTP

Page 129: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 25

masuk dan keluar ke ruangan parkir cukup sulit, maka arah gerakan lalu-lintas

kendaraan harus dalam satu arah. Parkir bus/truk dilakukan dalam bentuk:

a. Parkir bus/truk pada satu sisi

b. Parkir bus/truk pada dua sisi

Gambar 6.18. Parkir Bus/Truk Satu Sisi

Gambar 6.19. Parkir Bus/Truk Dua Sisi

4. Bentuk pola parkir sepeda motor

Dari segi efektifitas ruang, posisi parkir sepeda motor membentuk sudut 90o

lebih menguntungkan. Karena ukuran sepeda motor cukup kecil dan mudah

melakukan manuver, maka parkir sepeda motor hendaknya membentuk sudut

90o yang dapat berupa:

a. Parkir sepeda motor pada satu sisi, dilakuka bila ketersediaan ruang

parkir sempit.

b. Parkir sepeda motor pada dua sisi, diterapkan apabila ketersediaan ruang

cukup memadai dengan lebar ruas > 6 meter.

c. Parkir sepeda motor berbentuk pulau, diterapkan apabila ketersediaan

ruang cukup luas

DIT. BSTP

Page 130: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 26

Gambar 6.20. Parkir Sepeda Motor Satu Sisi

Gambar 6.21. Parkir Sepeda Motor Dua Sisi

h

w

b

b

h

Gambar 6.22. Parkir Pulau Untuk Sepeda Motor

Keterangan :

h = jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir

w = lebar terjauh satuan ruang parkir pulau

b = lebar jalur gang

Dalam mengatur pola parkir, lebar gang dan jalur sirkulasi harus ditentukan

untuk menjaga kelancaran lalu lintas dalam ruang parkir. Ketentuan lebar gang

dan jalur sirkulasi adalah sebagai berikut:

a. Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter.

DIT. BSTP

Page 131: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 27

b. Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan

dianggap sebagai jalur sirkulasi.

c. Lebar minimum jalur sirkulasi untuk jalan satu arah adalah 3,5 meter dan

untuk jalan dua arah adalah 6,5 meter.

Lebar jalur gang ditentukan oleh satuan ruang parkir, sudut parkir, jumlah jalur,

dan ketersediaan fasilitas pejalan kaki.

1. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang

Lebar gang pada parkir diluar badan jalan ditentukan oleh sudut parkir

dan jumlah arah lalu-lintas serta ketersediaan fasilitas pejalan kaki.

Tabel 6.2. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang

Fasilitas pejalan kaki

Sudut parkir <30o

Sudut parkir <45o

Sudut parkir <60o

Sudut parkir 90o

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

Tidak ada 3,0 6.0 3,0 6.0 5,1 6.0 6.0 8,0

Ada 3,5 6,5 3,5 6,5 5,1 6,5 6,5 8,0

Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.

2. Lebar Gang Parkir Bus/Truk

Lebar gang parkir bus/truk diluar badan jalan ditentukan oleh sudut parkir

dan jumlah arah lalu-lintas.

Tabel 6.3. Lebar Gang Parkir Bus/Truk

Ukuran Bus/Truk

Sudut parkir <30o

Sudut parkir <45o

Sudut parkir <60o

Sudut parkir 90o

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

< 9m 3,6 7,4 5,0 7,4 6,5 7,4 9,0 9,0

> 9m 4,5 7,4 5,5 7,5 7,0 7,4 11,0 11,0

Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.

DIT. BSTP

Page 132: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 28

3. Lebar Gang Parkir Sepeda Motor

Lebar gang parkir sepeda motor diluar badan jalan ditentukan oleh sudut

parkir dan jumlah arah lalu-lintas.

Tabel 6.4. Lebar Gang Parkir Sepeda Motor

Sudut parkir <30o

Sudut parkir <45o Sudut parkir <60o Sudut parkir 90o

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

3,0 6.0 3,0 6.0 4,6 6.0 6.0 6,6

Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.

Lebar gang parkir berdasarkan ketentuan yang ada tidak perlu dilakukan

perubahan karena nilainya dapat dikatakan tidak berbeda dari ketentuan pada

Negara lain, diantaranya adalah Kota Selwyn di Australia yang memberi

ketentuan lebar gang dan sudut parkir seperti dijelaskan pada table dibawah ini.

Tabel 6.5. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang Di Kota Selwyn, Australia

Tipe pengguna Sudut Parkir

Lebar ruang parkir

(meter)

Panjang ruang parkir

(meter)

Lebar gang (meter)

Long Term (Pengguna parkir

lama)

90o 2,4 5,4 6,2

60o 2,4 5,4 4,9

45o 2,4 5,4 3,9

30o 2,1 5,4 3,1

Medium Term (Pengguna parkir

lama)

90o 2,5 5,4 5,8

60o 2,5 5,4 4,6

45o 2,5 5,4 3,7

30o 2,3 5,4 3,0

Short Term (Pengguna parkir

lama)

90o 2,6 5,4 5,4

60o 2,6 5,4 4,3

45o 2,6 5,4 3,5

30o 2,5 5,4 2,9

Sumber: Selwyn District Plan, Township Volume I, 2008

DIT. BSTP

Page 133: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 29

Lebar gang pada tabel diatas berlaku untuk jalan satu arah. Gang untuk jalan

dua arah hanya diijinkan untuk parkir membentuk sudut 90o dengan lebar gang

minimum 5,5 meter.

Supaya kendaraan parkir sesuai pola yang ditentukan maka setiap ruang parkir

harus diberi garis marka parkir untuk memandu pengemudi dan juru parkir

mengetahui posisi parkir yang tepat, sehingga alinyemen kendaraan yang parkir

diluar ruang milik jalan dapat dilakukan dengan mudah.

6.4.3. Kemiringan Pada Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Pada fasilitas parkir diluar ruang milik jalan terdapat bagian bagian tempat parkir

yang kemiringannya harus dibatasi untuk kemudahan pengguna jasa parkir dan

kelancaran memarkir kendaraan, serta mencegah terjadinya kecelakaan

kendaraan.

Desain tata letak gedung parkir bermacam-macam yang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

a. Lantai datar dengan ramp berada diluar. Gedung parkir terdiri dari

beberapa lantai datar dengan jalur landai untuk naik dan turun lantai berada

diluar (external ramp). Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata

(datar) yang dihubungkan dengan ramp.

Gambar 6.23. Disain Gedung Parkir Dengan Ramp Berada Diluar

b. Lantai terpisah. Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai

banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk

dan ramp yang turun digunakan untuk kendaraan yang keluar.

Pada desain lantai terpisah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

DIT. BSTP

Page 134: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 30

jalan masuk dan keluar dibuat tersendiri (terpisah), sehingga

mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih pendek.

Gambar 6.24. Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah, Jalan Keluar dan Masuk Terpisah.

sirkulasi kedatangan (masuk) dan keberangkatan (keluar) menjadi

satu. Ramp berada pada pintu keluar; kendaraan yang masuk

melewati semua ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat

dimanfaatkan. Pengaturan gunting seperti itu memiliki kapasitas

dinamik yang rendah karena jarak pandang kendaraan yang datang

agak sempit.

Gambar 6.25. Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah, Sirkulasi Kedatangan (Masuk)

Dan Keberangkatan (Keluar) Menjadi Satu.

c. Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp. Kendaraan yang masuk dan

parkir pada gang sekaligus sebagai ramp berbentuk dua arah yang

dikelompokkan menjadi:

gang satu arah dengan jalan keluar yang lebar. Namun, bentuk

seperti itu tidak disarankan untuk kapasitas parkir lebih dari 500

kendaraan karena akan mengakibatkan alur tempat parkir menjadi

panjang.

DIT. BSTP

Page 135: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 31

Gambar 6.26. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Gang Satu Arah Dengan

Jalan Keluar Yang Lebar.

jalan keluar dimanfaatkan sebagai lokasi parkir, dengan jalan keluar

dan masuk dari ujung ke ujung

Gambar 6.27. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Jalan Keluar

Dimanfaatkan Sebagai Lokasi Parkir.

letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai ber-ramp

biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai dengan

lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau persegi,

dengan gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan membuka

dan menutup pintu kendaraan.

Gambar 6.28. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Letak Jalan Keluar Dan Masuk Bersamaan.

DIT. BSTP

Page 136: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 32

plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk menurun ke

dalam untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan jalan

satu arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti

polasi gedung parkir lantai datar.

Gambar 6.29. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Plat Lantai Horizontal dan Ujung-Ujungnya Dibentuk Menurun Ke Dalam Untuk Membentuk Sistem Ramp.

Untuk mencegah terjadinya benturan kendaraan saat parkir, kemiringan

permukaan lantai parkir harus tidak dapat mengakibatkan semua jenis kendaraan

bergerak atau berjalan karena beratnya sendiri dan muatannya. Pada umumnya

untuk parkir pada bidang miring, besarnya tanjakan bidang miring maksimum

4%.

Bidang miring yang paling mudah terlihat pada gedung parkir umumnya adalah

ramp untuk naik gedung yang dapat berupa ramp lurus maupun berbentuk

putaran (hellical). Ketentuan kemiringan ramp tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sudut Kemiringan Ramp

Berdasarkan buku pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas

parkir, yang diterbitkan Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, tahun 1998, telah

ditentukan untuk naik gedung parkir disediakan ramp lurus dengan

kemiringan tanjakan (α) maksimum adalah 15%.

Bila ramp naik gedung digunakan juga oleh pejalan kaki untuk naik dan

turun gedung, sudut kemiringan tanjakan pada ramp maksimum adalah

sebesar 10%.

Tetapi buku pedoman tersebut belum mengatur sudut ramp naik gedung,

bila ramp naik gedung berbentuk melingkar (helical).

DIT. BSTP

Page 137: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 33

Gambar 6.30. Sudut Kemiringan Ramp (α)

Berdasarkan Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport

Authority, Singapore, tahun 2005, bila ramp naik gedung berbentuk

melingkar (helical) maka sudut kemiringan maksimum adalah 12%

(1:8,3), dengan radius bagian dalam minimal 4,5 meter seperti dijelaskan

pada gambar dibawah berikut ini.

Clearway Ramp 1:8.3 (MAX)

Jala

n A

kses

Luru

s

Jalan Akses

Lurus

Clearway Accessway

Radius Bagian Dalam Minimum 4,5 m

Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport Authority, Singapore, tahun 2005

Gambar 6.31. Ramp naik gedung berbentuk melingkar (helical), sudut kemiringan maksimum adalah 12%.

2. Kemiringan Ramp Bila digunakan untuk Parkir

Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport Authority,

Singapore, juga telah mengatur ramp untuk naik gedung parkir

digunakan juga sebagai tempat parkir karena tersedia ruang yang

mencukupi, maka kemiringan ramp maksimal adalah 5%, tetapi

disarankan kemiringan ramp sebesar 4%.

α

DIT. BSTP

Page 138: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 34

Radius Bagian Dalam 4,5 meter

Gradien Maksimun Ramp 5%, Disarankan Hanya 4%

Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport Authority, Singapore, tahun 2005

Gambar 6.32. Syarat Kemiringan Ramp Bila digunakan untuk Parkir.

Akibat kemiringan ramp untuk naik gedung parkir dapat terjadi benturan antara

anjuran depan dan atau anjuran belakang dengan lantai parkir. Untuk mencegah

terjadinya benturan antara anjuran depan atau belakang kendaraan terhadap

lantai datar pada ujung ramp ataupun pada bagian diantara sumbu kendaraan

diberikan tanjakan peralihan atau transisi yang besar sudutnya adalah setengah

sudut tanjakan ramp dengan panjang sekitar 3-3,5 meter.

Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.

Gambar 6.33. Tanjakan Peralihan Untuk Menghindari Benturan Antara Anjuran Kendaraan Dengan Lantai Pada Awal Atau Akhir Ramp.

Ramp dapat berupa ramp satu arah atau dua arah(multi jalur). Untuk ramp dua

arah dapat dipisah dengan pemisah atau separator. Apabila ramp berbentuk

lurus, untuk ramp satu arah cukup disediakan lebar jalur sebesar 3,5 meter, dan

untuk ramp dua arah selebar 6,5 meter, dan bila dipisah dengan pemisah atau

separator maka lebar jalur setiap arah adalah 3,5 meter.

tanjakan peralihan

tanjakan ramp

3,5 m

tanjakan peralihan

3,5 m

α α = sudut tanjakan peralihan = ½ sudut tanjakan ramp

DIT. BSTP

Page 139: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 35

Lajur Tunggal

3,5 m

Lajur Ganda dengan separator

3,5 m 3.5 m

Lajur Ganda tanpa separator

6,5 m

Gambar 6.34. Lebar Ramp Lurus

Sedangkan untuk ramp berbentuk hellical, radius minimum bagian dalam ramp

adalah 4,5 meter, sedangkan lebar minimum jalurnya adalah 4,2 meter untuk

jalur tunggal dan jalur ganda yang dipisahkan separator. Lebar jalur ramp jalur

ganda yang tidak dipisahkan separator adalah 3,3 meter untuk jalur bagian luar

dan 3,6 meter untuk jalur bagian dalam.

Ramp berbentuk helical dapat berupa ramp satu arah atau dua arah (multi jalur).

Untuk ramp dua arah dapat dipisah dengan pemisah atau separator. Radius

minimum bagian dalam ramp yang berbentuk lingkaran helical adalah 4,5 meter,

sedangkan lebar minimum jalurnya adalah 4,2 meter untuk jalur tunggal dan

jalur ganda yang dipisahkan separator.

4200

Bag

ian

Dal

am

Radius Bagian Dalam Minimum 4,5 m

4200

Bag

ian

Dal

am

Radius Bagian Dalam Minimum 4,5 m

4200

Bag

ian

Luar LAJUR

TUNGGAL

LAJUR TUNGGAL

DIVIDER

Divider Fisik

Radius Bagian Dalam

4500 4200 4200Lajur Bagian Dalam

Lajur Bagian Luar

Gambar 6.35. Lebar Ramp Helical Jalur Tunggal dan Jalur Ganda Dengan Pembatas

DIT. BSTP

Page 140: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 36

Sedangkan lebar jalur ramp berbentuk lingkaran (hellical) berjalur ganda yang

tidak dipisahkan separator adalah 3,3 meter untuk jalur bagian luar dan 3,6

meter untuk jalur bagian dalam.

Tanpa Divider Fisik

Radius Bagian Dalam

4500 3600 3300Lajur Bagian Dalam

Lajur Bagian Luar

Gambar 6.36. Lebar Ramp Helical Jalur Ganda Tanpa Pembatas

6.4.4. Fasilitas Pejalan Kaki Pada Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Taman parkir dan gedung parkir harus menyediakan fasilitas pejalan kaki untuk

keselamatan pengguna jasa parkir dan kelancaran lalu lintas di tempat parkir.

Fasilitas pejalan kaki harus diberi tanda sehingga mudah diketahui oleh

pengguna jasa fasilitas parkir.

Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan didepan kendaraan atau dibelakang

kendaraan yang sedang diparkir.

6.4.5. Persyaratan Fasilitas Keamanan Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Penyelengara parkir harus memberikan jaminan keamanan kendaraan yang

diparkir. Untuk dapat menjamin keamanan kendaraan harus tersedia berbagai

fasilitas pendukung sebagai berikut:

a. pos pemeriksaan tiket parkir dan fasilitas pendukungnya untuk mencegah

tindak pencurian kendaraan.

b. pos penjagaan untuk petugas keamanan yang melakukan patroli secara

regular.

c. pagar pembatas tempat parkir untuk keamanan kendaraan terhadap

vandalisme yang berpotensi merusak kendaraan.

DIT. BSTP

Page 141: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 37

Lebar jalan masuk dan keluar tempat parkir harus memiliki lebar minimal 3

meter. Panjang jalan keluar dan masuk tempat parkir yang berfungsi sebagai

ruang antrian kendaraan harus mampu menampung kendaraan sehingga tidak

menyebabkan kemacetan di jalan raya dan jalur sirkulasi tempat parkir, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 20 SRP, panjang jalan keluar dan

masuk tempat parkir minimum adalah 5,5 meter.

b. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 21 s.d 50 SRP, panjang jalan

keluar dan masuk tempat parkir minimum adalah 10,5 meter.

c. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 51 s.d 100 SRP, panjang jalan

keluar dan masuk tempat parkir minimum adalah 15,5 meter.

d. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 101 s.d 150 SRP, panjang jalan

keluar dan masuk tempat parkir minimum adalah 20,5 meter.

e. Untuk jumlah ruang parkir lebih dari 151 SRP, panjang jalan keluar dan

masuk tempat parkir minimum adalah 25,5 meter.

Panjang jalan masuk tempat parkir diukur dari bahu jalan raya dimana jalan

masuk tempat parkir berada.

6.4.6. Persyaratan Fasilitas Keselamatan Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Untuk memberikan perlindungan keselamatan pada pengguna jasa parkir dan

kendaraannya, maka harus tersedia berbagai fasilitas penunjang keselamatan

yaitu:

a. Taman parkir dan gedung parkir harus tersedia peralatan pemadam

kendaraan.

b. Taman parkir dan gedung parkir harus mempunyai penerangan yang

cukup untuk mencegah tindak kejahatan dan kecelakaan kendaraan.

c. Taman parkir dan gedung parkir harus tersedia rambu petunjuk arah lalu

lintas untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

DIT. BSTP

Page 142: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 38

d. Taman parkir dan gedung parkir harus tersedia tanda fasilitas pejalan kaki

yang mudah dilihat oleh pengemudi dari dalam mobil.

Penerangan tempat parkir harus dinyalakan dengan sensor cahaya sehingga

lampu menyala secara otomatis sesuai kondisi lingkungan. Pencahayaan lampu

penerangan harus memungkinkan seseorang mampu membaca secara normal.

Untuk keselamatan juga harus disediakan fasilitas pemadam kebakaran sehingga

apabila terjadi kebakaran dapat segera dipadamkan dan mencegah terjadinya

kebakaran yang lebih besar.

Fasilitas pemadam kebakaran harus tersedia di setiap lantai parkir dan diberi

tanda yang jelas sehingga dapat dicari dengan mudah apabila diperlukan. Untuk

pengoperasian peralatan pemadam kebakaran harus telah ditentukan petugas

pelaksananya.

6.4.7. Persyaratan Fasilitas Informasi Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Penyelenggara parkir harus memberikan informasi secara jelas mengenai

ketersediaan ruang parkir dan biaya yang harus dibayar oleh pengguna parkir.

Fasilitas parkir di luar ruang milik jalan harus tersedia papan informasi yang

memberikan keterangan tentang tarif parkir dan ketersediaan ruang parkir. Papan

informasi tarif parkir harus menginformasikan :

a. tarif parkir satu jam pertama

b. tarif parkir setiap jam berikutnya.

Sedangkan papan informasi ketersediaan ruang parkir harus menginformasikan

setidaknya informasi jumlah ruang parkir yang tersedia. Papan informasi tarif

parkir dan ketersediaan ruang parkir dapat menggunakan sistem informasi

otomatis dan manual.

PTaman Parkir P1

Taman Parkir P2

Parkir Basement B1

Parkir Basement B2

JUMLAH RUANG PARKIR TERSEDIA

45

124

0

67

Gambar 6.37. Contoh Gambar Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di Luar

Ruang Milik Jalan (Elektronik/Otomatis)

DIT. BSTP

Page 143: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 39

PJl. Nangka

Jl. Durian

Jl. Anggrek

Jl. Mawar

JUMLAH RUANG PARKIR TERSEDIA

20

6

31

0

Gambar 6.38. Contoh Gambar Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan (Elektronik/Otomatis)

P

RUANG PARKIR

TERSEDIA

Gambar 6.39. Contoh Gambar Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir (Sederhana/Manual)

P

PARKIR PENUH

Gambar 6.40. Contoh Gambar Papan Informasi Parkir Penuh (Sederhana / Manual )

P

Sepeda Motor

Mobil Penumpang/Barang

Bus/Truk Sedang

Bus/Truk Besar

TARIF PARKIR (Rp)

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 4.000,-

Rp. 6.000,-

Rp. 500,-

Rp. 1.000,-

Rp. 2.000,-

Rp. 3.000,-

Tarif per Jam untuk 2 Jam

Pertama

Tarif per Jam untuk Jam Berikutnya

JENIS KENDARAAN

Gambar 6.41. Contoh Gambar Papan Informasi Tarif Parkir

6.5. PEMBANGUNAN FASILTAS PARKIR BERTINGKAT MANUAL DAN OTOMATIS

Pada wilayah yang terbatas ketersediaan lahannya dapat diterapkan parkir

bertingkat yang dikendalikan secara manual dan otomatis. Kendaraan yang

DIT. BSTP

Page 144: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 40

masuk atau keluar dikendalikan oleh komputer, menggunakan kartu magnetik

untuk merekam waktu kedatangan dan tempat kendaraan diparkirkan. Waktu

untuk mengambil kendaraan maksimal 120 detik.

Penyediaan parkir otomatis dilakukan dengan tujuan:

a) pemecahan masalah penyediaan ruang parkir berteknologi tinggi.

b) memaksimalkan penggunaan ruang karena dapat dihemat ruangan untuk

ramp masuk/keluar, tangga untuk naik turun pejalan kaki, dan lintasan

kendaraan.

c) menyediakan tempat parkir tertutup untuk meningkatkan keamanan

kendaraan dari pencurian, terlindung dari hujan, matahari, dan lain

sebagainya.

d) meningkatkan kualitas lingkungan karena kebutuhan lahan lebih sedikit

sehingga taman dan tempat bermain dapat diperluas.

Disamping berbagai manfaat diatas, parkir otomatis mempunyai beberapa

kelemahan yaitu tidak sesuai untuk diterapkan ditempat dimana terjadi

penggunaan secara bersama-sama seperti di gedung bioskop dan gedung

pertunjukkan.

Terdapat berbagai desain tempat parkir bertingkat yang dioperasikan secara

manual maupun otomatis. Tempat parkir bertingkat yang dioperasikan secara

manual biasanya digunakan untuk perumahan dan perkantoran dengan

kebutuhan ruang parkir yang tidak banyak.

Gambar 6.42. Fasilitas Parkir Bertingkat Manual

Pada saat ini telah banyak dikembangkan berbagai desain fasilitas parkir

bertingkat yang dioperasikan secara otomatis, yang pada dasarnya dapat

dikelompokkan menjadi parkir vertikal dan horisontal.

DIT. BSTP

Page 145: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 41

A. Parkir vertikal

Parkir vertikal dapat dikelompokan terdiri dari sistem sirkulasi vertikal dan

pengangkatan vertikal (vertical lifting). Sistem sirkulasi vertikal menggunakan

konveyor yang memutar ruang parkir dengan bentuk memanjang keatas

sehingga sesuai untuk diterapkan bila ketersediaan terbatas. Karena sirkulasi

dilakukan dengan memutar semua kendaraan yang diparkir, kapasitas

penyediaan ruang parkir pada sistem ini memiliki keterbatasan terhadap

kemampuan konveyor mengangkat beban.

Gambar 6.43. Fasilitas Parkir Bertingkat Vertikal Dengan Sistem Rotari

Vertikal parkir dengan sistem pengangkatan vertikal menggunakan elevator

untuk menaik turunkan kendaraan. Kendaraan ditempatkan pada lantai dengan

gedung berbentuk persegi atau bundar. Karena yang diangkat hanya sebuah

kendaraan maka kapasitas parkir dapat besar dengan meninggikan gedung parkir

dan memperdalam bagian gedung yang berada didalam tanah.

Gambar 6.44. Fasilitas Parkir Bertingkat Dengan Sistem Vertical Lifting Pada Gedung Berbentuk Bundar

DIT. BSTP

Page 146: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 42

Gambar 6.45. Fasilitas Parkir Bertingkat Dengan Sistem Vertical Lifting Pada Gedung Berbentuk persegi.

B. Parkir horisontal

Parkir horisontal dapat dikelompok menjadi dua yaitu gerakan horisontal

menggunakan konveyor dan sistem sliding (geser). Pada sistem menggunakan

konveyor pada umumnya berkapasitas lebih kecil dibanding sistem sliding.

Sistem menggunakan konveyor pada dasarnya mirip sistem rotari pada parkir

vertikal, hanya bentuknya memanjang kesamping sehingga gerakan

horisontalnya lebih panjang. Parkir horisontal jenis ini diterapkan bila ada

batasan ketinggian gedung.

Gambar 6.46. Parkir Horisontal menggunakan konveyor untuk gerakan horisontal.

Parkir horisontal dengan sistem geser (sliding) prinsip kerjanya adalah, kecuali

lantai teratas, setiap lantai terdapat sebuah ruang parkir kosong dan rel

pengarah depan-belakang. Setiap ruang parkir terdapat pallet yang bergerak

horisontal pada rel pengarah. Pallet pada lantai teratas bergerak naik naik turun,

sedangkan pallet pada lantai terbawah bergerak horisontal kekiri dan kekanan.

Sedangkan palet pada lantai dua dan dibawah lantai teratas dapat bergerak naik

turun dan bergerak horisontal kekiri-kanan.

DIT. BSTP

Page 147: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 43

Sebagai gambaran sistem kerja pada fasilitas parkir bertingkat dua lantai,

terdapat dua lantai parkir yaitu atas dan bawah. Mobil dapat masuk dan keluar

dari ruang parkir lantai bawah secara langsung dengan gerakan mengangkat dan

menggesernya (sliding). Saat ruang parkir bagian bawah kosong, ruang parkir

lantai diatasnya akan turun kebawah, kemudian mobil dapat keluar meninggalkan

ruang parkir. Sistem parkir ini digolongkan pada sistem semi otomatis (Semi-

Automatic Car Parking System/ SACPS).

Waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan kendaraan dari tempat parkir sangat

singkat, maksimum waktu yang diperlukan adalah 90 detik (1,5 menit).

Untuk keamanan, sistem dilengkapi pengunci mekanik sehingga bila terjadi

kegagalan sistem hidrolik, kendaraan yang berada diatas tidak jatuh menimpa

kendaraan yang dibawah.

Gambar 6.47. Parkir Horizontal 2 Lantai Dengan Sistem Geser

Gambar 6.48. Parkir Horizontal 4 Lantai Dengan Sistem Geser

Perkembangan teknologi parkir saat ini, sistem geser (sliding) telah diterapkan

pada lantai yang luas pada gedung bertingkat tinggi dan dikendalikan secara

otomatis. Gerakan horisontal dapat dilakukan pada empat arah yaitu depan,

belakang, kiri dan kanan, sehingga pada setiap lantai dapat disediakan elevator

untuk memasukkan dan mengeluarkan kendaraan dari tempat parkir.

DIT. BSTP

Page 148: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 44

Lokasi ruang parkir setiap kendaraan harus tercatat dengan jelas sehingga

diperlukan komputer karena jumlah kendaraan yang diparkir jumlahnya banyak.

Komputer tersebut juga diperlukan untuk mengendalikan sistem memasukan dan

mengeluarkan kendaraan dari ruang parkir. Oleh karena itu parkir dengan

teknologi ini disebut parkir otomatis (Fully-Automatic Car Parking System/

FACPS).

Gambar 6.49. Parkir Horizontal Otomatis Dengan Sistem Geser

6.6. PEMBANGUNAN FASILITAS PARKIR SEPEDA DI LUAR RUANG MILIK JALAN.

Parkir sepeda adalah tempat untuk memarkirkan sepeda yang biasanya

dilengkapi dengan perangkat untuk mengunci atau merantai sepeda pada rak

sepeda. Fasilitas untuk mengunci atau merantai sepeda pada rak sepeda

diperlukan mengingat tingginya angka pencurian sepeda. Rak sepeda biasanya

ditempatkan diperkantoran, tempat perbelanjaan, pemukiman, sekolah termasuk

untuk kegiatan parkir dan menumpang/park &ride angkutan umum.

Beberapa gedung di Jakarta telah memberikan fasilitas parkir untuk

penggunanya antara lain: Pondok Indah Mall (area khusus di parkir motor),

Jakarta Selatan, Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Plaza

Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Grand Indonesia (area parkir motor

di basement), Jakarta Pusat, EX Plaza, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat,

Menara BII, (area khusus di samping gedung) Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat

dan masih banyak lagi.

DIT. BSTP

Page 149: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 45

Kurang amannya tempat parkir sepeda menyebabkan banyak orang tidak

menggunakan sepedanya. Meninggalkan sepeda tanpa pengawasan, meskipun

dalam waktu sebentar, akan beresiko mengalami kerusakan atau dicuri. Sulitnya

mencari tempat parkir sepeda atau lokasinya yang tidak nyaman merupakan

pengalaman buruk banyak orang.

6.6.1 Lokasi fasilitas parkir sepeda

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan fasilitas parkir

untuk sepeda yaitu ( Victoria Transport Policy Institute, TDM Encyclopedia,

Bicycle Parking ) :

Visibility, Rak harus terlihat dengan jelas sehingga pengendara sepeda

dapat segera melihat ketika mereka tiba. Sebuah lokasi yang terlihat

dengan jelas akan menghambat pencurian dan vandalisme.

Keamanan, pencahayaan yang memadai dan pengawasan sangat

penting untuk keamanan pengguna sepeda. Parkir sepeda dan loker

harus ditambatkan ke rak untuk menghindari vandalisme dan pencurian.

Perlindungan terhadap cuaca berupa atap

Ruang bebas yang memadai diperlukan sekitar rak untuk memberikan

ruang gerak bagi pengendara sepeda, dan untuk mencegah konflik

dengan pejalan kaki atau mobil yang diparkir.

Sebisa mungkin tempat parkir sepeda harus dekat dengan lokasi ruang

bilas (washrooms) dan fasilitas ruang ganti baju.

Gambar 6.50. Lokasi Tempat Parkir Sepeda Harus Terlihat Jelas, Mudah, dan Aman,

DIT. BSTP

Page 150: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 46

Gambar 6.51. Tempat Parkir Sepeda Harus Terang Dengan Ruang Bebas Yang

Memadai Untuk Ruang Gerak Pengendara Sepeda, Dan Mencegah Konflik Dengan Pejalan Kaki

Berdasarkan kajian yang dilakukan di Uni Eropa (Transport Research Knowledge

Centre, Effects of cycle parking arrangements on bicycle use, www.transport-

research.info) menunjukkan bahwa penyediaan fasilitas parkir sepeda yang

diawasi akan mendorong penggunaan sepeda karena beberapa alasan:

Mengurangi jarak dan waktu berjalan kaki,

Mengurangi kekawatiran sepeda dicuri,

Meningkatkan aksesibilitas.

Penempatan fasilitas parkir diluar ruang milik jalan untuk sepeda harus dilakukan

pada beberapa tempat strategis yaitu di:

1. Tempat perbelanjaan,

2. Sekolah,

3. Perkantoran digedung atau dipelataran parkir sepeda,

4. Apartemen/rumah susun,

5. Pusat kebugaran/olah raga,

6. Stasiun, terminal angkutan umum sebagai bagian dari kegiatan parkir dan

berjalan dengan angkutan umum (park & ride)

6.6.2. Rak untuk fasilitas parkir sepeda

Rak sepeda adalah tempat untuk parkir/penyimpanan sepeda di kawasan

perkantoran, pertokoan, sekolah, kampus, dan sepedanya dikunci/dirantai ke rak

yang disediakan. Rak harus dibuat sedemikian sehingga sepeda tidak mudah

dicuri, oleh karena itu biasanya sepedanya dikunci atau dirantai ke rak.

DIT. BSTP

Page 151: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 47

Ditempatkan pada dinding bangunan, trotoar ataupun bangunan khusus untuk

penitipan sepeda.

Rak sepeda dapat berupa rak tunggal atau rak yang disusun secara bersama.

Berkaitan dengan fungsinya sebagai tempat parkir sepeda, rak sepeda harus

mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. menyangga sepeda dengan rangkanya pada dua tempat sehingga sepeda

berdiri tegak.

b. mencegah roda sepeda dari kemiringan berlebihan.

c. memungkinkan rangka dan satu atau dua roda untuk dikunci.

d. menyangga sepeda tanpa rangka berbentuk diamond dengan sebuah pipa

horizontal diatas.

e. roda depan dan rangka sepeda yang mengarah kebawah dapat dikunci

pada rak sepeda atau roda belakang dan pipa rangka tempat duduk dapat

dikunci pada rak sepeda.

Berdasarkan kriteria diatas, rak sepeda berbentuk sisir (comb), panggangan roti

(toast), dan bentuk rak lainnya yang hanya menjepit roda, tanpa menyangga

rangka sepeda tidak direkomendasikan oleh Bicycle Parking Guidelines,

Association of Pedestrian and Bicycle Profesionals.

Rak sepeda harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga tahan terhadap

peralatan potong pada umumnya (hand tools), terutama yang dapat disimpan

dalam tas punggung (backpack), misalnya peralatan pemotong baut dan

pemotong pipa.

a. “U” terbalik b. huruf “A” c. Post dan Loop d. Sisir e. Gelombang f. Toast

Gambar 6.52. Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda

A. Desain rak umum

Bentuk rak yang umum digunakan bermacam-macam dengan desain yang hanya

bertujuan sepeda dapat diparkir pada rak tersebut. Beberapa desain umum rak

sepeda adalah sebagai berikut:

DIT. BSTP

Page 152: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 48

Rak dengan penjepit roda depan

Rak didesain hanya menjepit roda depan dengan rangka sepeda tidak

disangga. Penguncian hanya dapat dilakukan pada roda depan dengan

rak. Jenis rak tersebut biasanya digabung sehingga dapat digunakan

untuk parkir banyak sepeda.

Gambar 6.53. Rak Sepeda Dengan Penjepit Roda Depan.

Rak dengan sandaran samping, dimana rangka sepeda dikunci/dirantai pada rak.

Rak dengan sandaran samping dapat menyangga rangka sepeda

sehingga dapat berdiri lebih tegak. Rangka sepeda dapat dikunci pada rak

sehingga lebih aman terhadap tindakan pencurian. Sebuah rak dengan

sandaran samping pada umumnya digunakan secara terpisah dimana satu

atau dua tiangnya ditanam pada tanah atau dibaut pada konstruksi yang

dicor. Satu rak digunakan untuk du buah sepeda.

Gambar 6.54. Rak Sepeda Dengan Sandaran Samping Yang Menggunakan Bentuk

Dasar Huruf “U” Terbalik Dan Post And Loop.

Rak gantung, merupakan rak dimana sepeda digantung sehingga bisa

menghemat ruang

Konstruksi rak gantung dapat dipasang pada dinding dan langit-langit

bangunan. Roda depan sepeda digantungkan sehingga posisi sepeda

DIT. BSTP

Page 153: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 49

menjadi tegak dengan roda depan dibagian atas dan roda belakang di

bagian bawah.

Tinggi gantungan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan panjang sepeda

yang berbeda-beda dan kemudahan untuk menggantungnya.

Gambar 6.55. Rak Gantung Untuk Parkir Sepeda.

Rak bertingkat manual dan otomatis, dimana sepeda diatur

sedemikian sehingga dapat disusun beberapa tingkat. Sistem ini banyak

ditemukan di Jepang.

Rak bertingkat yang dioperasikan secara manual memerlukan tenaga

manusia untuk menempatkan sepeda pada rak dengan ketinggian sekitar

170 cm. Rak didesain menjepit roda depan dan belakang sehingga

sepeda dapat berdiri tegak dan dinaikkan keatas.

Gambar 6.56. Rak Sepeda Bertingkat Manual.

DIT. BSTP

Page 154: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 50

Tempat parkir khusus untuk sepeda dengan rak bertingkat dan

dioperasikan secara otomatis yang ada di stasiun kereta api di Kasai,

Tokyo bisa menampung 9.400 sepeda dan dibangun di dalam tanah

dengan kedalaman 15 meter.

Semuanya dilakukan dengan robot, dengan cukup meletakkan sepeda di

depan pintu kemudian sebuah lift/ elevator akan terbuka untuk

mengambil sepeda dan langsung meletakkannya di "gudang bawah

tanah" tersebut.

Untuk mengambilnya kembali, hanya butuh waktu 23 detik bagi si robot

untuk mengidentifikasi, mengambil dan menyerahkannya kembali kepada

si pemilik.

a. pintu parkir b. Sepeda diangkut robot menuju ruang parkir

c. Sepeda ditempatkan pada ruang parkir d. Untuk perawatan & perbaikan terdapat

manhole

Sumber: Giant Subterranean Bicycle Parking Lot

Gambar 6.57. Rak Parkir Sepeda Otomatis Di Stasiun Kasai, Tokyo Japan.

B. Disain khusus rak sepeda

Untuk meningkatkan aestetika kota dimana rak sepeda dibuat digunakan

berbagai bentuk yang menarik yang asimetris bisa berbentuk:

Ditambahkan logo perusahaan

Profil orang

Profil binatang

DIT. BSTP

Page 155: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 51

Profil bunga

Atau profil lainnya seperti sepeda itu sendiri

6.6.3 Fasilitas ruang bilas dan ganti baju

Guna terlaksananya pembangunan jalur sepeda di DKI Jakarta, Gubernur DKI

Jakarta meminta seluruh gedung bertingkat di ibu kota segera membuat parkiran

sepeda dan toilet khusus untuk ganti baju serta mandi.

Seluruh gedung yang akan dibangun telah diminta untuk memasukkan parkir

sepeda dalam desainnya. Dalam desain pembangunan gedung baru di Jakarta

Selatan sudah mewajibkan menempatkan parkir sepeda dalam pembangunannya

sehingga para pengguna sepeda akan merasa nyaman.

Hal tersebut dilakukan karena pekerja dengan menggunakan sepeda sudah

cukup banyak. Sehingga untuk memberikan kenyamanan maka pihaknya

mewajibkan pengelola gedung untuk membuat parkiran khusus sepeda.

Para pekerja yang menggunakan sepeda atau pejalan kaki sering pada saat

sampai tempat tujuan dalam kondisi berkeringat dan kotor (debu dan lumpur).

Penyediaan ruang bilas dan ganti pakaian sangat membantu mereka yang berarti

mendukung untuk terus menggunakan sepeda. Fasilitas tersebut juga

menguntungkan para pekerja yang berlatih saat istirahat atau terkadang

kebutuhan membersihkan diri dan ganti pakaian untuk keperluan lainnya.

Terkait dengan jumlah fasilitas yang harus disediakan, kota Vancouver

mensyaratkan jumlah toilet, wastafel dan ruang ganti yang dilengkapi shower

terhadap bangunan baru berdasarkan jumlah ruang parkir sepeda yang harus

disediakan.

DIT. BSTP

Page 156: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 52

Tabel 6.6. Persyaratan Jumlah Fasilitas Ruang Bilas dan Ganti Pakaian di Kota Vancouver

Jumlah Ruang Parkir Sepeda Yang Harus Disediakan

Jumlah Minimum Yang Harus Disediakan Untuk Setiap Jenis

Kelamin

Toilet Wastafel Ruang Ganti

dilengkapi Showers

0-3 0 0 0

4-29 1 1 1

30-64 2 1 2

65-94 3 2 3

95-129 4 2 4

130-159 5 3 5

160-194 6 3 6

Lebih dari 194 6 ditambah satu untuk setiap

penambahan 30 ruang parkir sepeda atau kelipatannya

3 ditambah satu untuk setiap

penambahan 30 ruang parkir sepeda atau kelipatannya

6 ditambah satu untuk setiap penambahan 30 ruang parkir sepeda atau kelipatannya

Sumber : Bicycle Parking, Storage and Changing Facilities, Victoria Transport Policy Institute, 1250 Rudlin

Street, Victoria, BC, V8V 3R7, CANADA, www.vtpi.org

6.6.4 Rambu tanda parkir sepeda

Rambu yang menunjukkan lokasi parkir diluar ruang milik jalan sangat

membantu pemakai sepeda untuk menemukan tempat parkir sepeda yang tidak

terlihat langsung saat memasuki gedung. Untuk itu tanda parkir sepeda harus

diletakkan pada pintu masuk utama gedung.

Rambu petunjuk tempat parkir sepeda harus terbuat dari bahan yang berkualitas

tinggi sehingga tidak mudah rusak karena perubahan cuaca. Petunjuk lokasi

parkir harus mudah dimengerti, oleh karena itu pemilihan lokasi parkir sepeda

sangat penting. Lokasi parkir sepeda yang tidak tepat selain menyulitkan

pengguna juga akan menimbulkan niat jahat.

DIT. BSTP

Page 157: spm parkir

Bab

Perijinan, Pengawasan dan Pemeliharaan

Parkir

7.1. PERIZINAN PARKIR

7.1.1 Pengorganisasian Parkir

Beberapa item pengorganisasian untuk kebutuhan operasional fasilitas parkir

yang ada di dalam panduan teknik tahun 1996 dan usulan penyempurnaan yang

diperlukan adalah sebagai berikut :

(1) Pengorganisasian pengoperasian fasilitas parkir masih tetap dipertahankan

seperti yang tersebut dalam Panduan Teknis Penyelenggaraan Fasilitas

Parkir tahun 1996. Dalam panduan tersebut dikatakan bahwa untuk

menyelenggarakan fasilitas parkir dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Perparkiran pada Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Daerah

Tingkat II.

(2) Dalam panduan, UPTD mempunyai kegiatan meliputi administrasi dan teknis

operasional.

(3) Kegiatan administratif UPTD perlu disempurnakan yaitu selain mengurus hal-

hal nonteknis perparkiran, seperti personalia, keuangan dan umum maka

kegiatannya diperluas yaitu mengeluarkan izin operasional fasilitas

parkir.

(4) Perizinan pembangunan fasilitas parkir untuk parkir gedung dan parkir

taman merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB). Sedangkan penggunaan ruang milik jalan untuk parkir

kendaraan (on the road parking ) harus mendapatkan izin dari UPTD dengan

mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku.

76

52

DIT. BSTP

Page 158: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 2

(5) Kegiatan teknis operasional UPTD meliputi hal-hal teknis perparkiran, seperti

perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan. Namun kegiatan teknis

operasional UPTD ini perlu ditingkatkan dengan menambah kegiatan

dibidang pengawasan terhadap pengoperasian dan pemeliharaan

fasilitas parkir . Dengan kegiatan teknis operasional tersebut maka UPTD

diharapkan dapat mendukung keseimbangan sistem transportasi melalui

kegiatan rinci sebagai berikut :

a. Menjamin berlanjutnya kehidupan perekonomian kawasan.

b. Memperbaiki aksesibilitas menuju kawasan untuk semua pengguna.

c. Memperbaiki kualitas udara dan lingkungan kawasan.

d. Mempertahankan dampak lalu lintas kendaraan dalam batas yang dapat

diterima yaitu minimum LoS = C.

e. Mendukung peningkatan penggunaan angkutan umum dan kemampuan

pejalan kaki terutama pada kawasan dengan kepadatan tinggi dan

multiguna.

f. Mendukung penggunaan fasilitas parkir yang teratur, efisien dan mudah

terjangkau bagi pengguna parkir yang akan menuju lokasi potensial atau

sebaliknya.

g. Menyusun dan mensosialisasikan kerangka pengembangan fasilitas parkir

dalam kawasan.

h. Melakukan kontrol/pengawasan terhadap pelaksanaan pakir di luar ruang

milik jalan dan di ruang milik jalan.

Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa diperlukan kemampuan UPTD untuk

menyusun program manajemen parkir yang merupakan bagian dari program

TDM. Disisi lain manajemen parkir diharapkan juga dapat memperbaiki

ekonomi, lingkungan dan kesehatan sosial suatu kawasan.

7.1.2 Perijinan Penyelenggaraan Parkir

Seperti disebutkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan pasal 43 tentang Fasilitas Parkir disebutkan bahwa:

DIT. BSTP

Page 159: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 3

1) Penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar

Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.

2) Penyelenggaraan fasilitas parkir di luar Ruang Milik Jalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara

Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:

a. Usaha khusus perparkiran; atau

b. Penunjang usaha pokok.

Sehingga berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka uUntuk

menyelenggarakan parkir, badan dan/atau perorangan wajib memiliki ijin

penyelenggaraan parkir. Ijin penyelenggaraan parkir tersebut dilakukan baik

terhadap parkir di dalam ruang milik jalan maupun parkir di luar ruang milik

jalan.

1. Perijinan Penyelenggaraan Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Ijin penyelenggaraan parkir di dalam Ruang Milik Jalan dapat dikelompokkan

emnjadi 2 (dua), yaitu:

a. Ijin penyelenggaraan parkir melalui tender/lelang

b. Ijin penyelenggaraan parkir melalui penunjukan

Ijin penyelenggaraan parkir tersebut berlaku selama 1 (satu) tahun dan dalam

hal dan keadaan tertentu dapat diperpanjang.

Proses untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir adalah sebagai berikut:

a. Badan/atau perorangan untuk mendapatkan ijin pengelolaan parkir, harus

mengajukan permohonan dengan melampirkan bukti pemenuhan

persyaratan untuk memperoleh ijin pengelolaan parkir;

b. Pemerintah Daerah menetapkan persyaratan bagi badan dan/atau

perorangan untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir:

DIT. BSTP

Page 160: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 4

c. Pemohon ijin pengelolaan parkir yang telah mempunyai ijin penyelenggaraan

parkir, dapat memungut biaya parkir terhadap penggunaan lokasi parkir

yang diusahakannya sesuai tarif yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

Setelah memperoleh ijin, pemegang ijin penyelenggaraan parkir wajib mentaati

ketentuan sebagai berikut:

a. Memenuhi ketentuan mengenai kewajiban sebagai wajib retribusi;

b. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas di kawasan

lokasi parkir yang diusahakannya;

c. Melaporkan kepada Pemerintah daerah apabila dilakukan perubahan

penanggung jawab.

Dalam melakukan usahanya, penyelenggara parkir mempunyai hak sebagai

berikut:

a. Mengelola tempat lahan parkir yang ditentukan;

b. Memperoleh hasil pungutan retribusi sebesar 15% (lima belas persen) dari

potensi pendapatan parkir. Potensi pendapatan parkir didasarkan pada hasil

survei yang dilakukan pemerintah daerah, pengelola parkir, petugas parkir

dan akademisi.

c. Mendapat perlindungan keamanan dari Pemerintah Daerah terhadap

kegiatan pengelolaan parkir ilegal/tidak resmi.

Adapun proporsi pendapatan parkir pada lokasi di dalam Ruang Milik Jalan

umumnya dibagi untuk beberapa pihak sebagai berikut:

a. 50% (lima puluh persen) untuk Pemerintah Derah;

b. 15% (lima belas persen) untuk penyelenggara parkir;

c. 20% (dua puluh persen) untuk petugas parkir;

d. 15% (lima belas persen) untuk jaminan sosial petugas parkir.

2. Perijinan Penyelenggaraan Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Proses untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir di luar Milik Jalan adalah

sebagai berikut:

DIT. BSTP

Page 161: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 5

1. Badan/atau perorangan untuk mendapatkan ijin pengelolaan parkir, harus

mengajukan permohonan dengan melampirkan bukti pemenuhan

persyaratan untuk memperoleh ijin pengelolaan parkir;

2. Pemerintah Daerah menetapkan persyaratan bagi badan dan/atau

perorangan untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir;

3. Selain persyaratan administrasi, terdapat persyaratan jumlah Satuan Ruang

Parkir (SRP) minimum atau maksimum yang harus disediakan oleh

penyelenggara parkir;

4. Pemohon ijin pengelolaan parkir yang telah mempunyai ijin penyelenggaraan

parkir, dapat memungut biaya parkir terhadap penggunaan lokasi parkir

yang diusahakannya sesuai tarif yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

Ijin penyelenggaraan parkir berlaku selama 2 (dua) tahun dan dalam hal dan

keadaan tertentu dapat diperpanjang.

Jika pada parkir di dalam Ruang Milik Jalan, pendapatan parkir dibagi sesuai

dengan proporsi dari perolehan seperti dijelaskan sebelumnya, maka terhadap

penyelenggaraan parkir di luar ruang milik jalan, pengguna jasa parkir dikenakan

pajak parkir.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah maka pajak parkir merupakan salah satu dari pajak daerah.

Tarif pajak ditetapkan maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif biaya

parkir di luar ruang milik jalan.

Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang seharusnya

dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Sehingga besarnya pajak yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan penerimaan

penyelenggaraan parkir.

7.2. PENGAWASAN PARKIR

7.2.1 Filosofi Pengawasan

Sebagai salah satu bagian yang penting dari manajemen lalu lintas khususnya

yang menyangkut parkir adalah pengawasan. Pengawasan merupakan suatu hal

DIT. BSTP

Page 162: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 6

yang harus dilaksanakan secara tegas dan dilakukan secara terus menerus,

sebab kalau tindakan terhadap pelanggar tidak dilakukan, pelanggaran akan

diulangi oleh masyarakat karena merasa tidak mendapatkan hukuman terhadap

pelanggaran yang mereka lakukan.

Philosophi dari pengawasan adalah seseorang itu cenderung untuk mematuhi

aturan kalau merasa diawasi oleh petugas dan sebaliknya kalau merasa tidak

diawasi ataupun tidak diambil tindakan terhadap pelanggaran, masyarakat

cenderung untuk melakukan pelanggaran. Oleh karena itu salah satu kunci

keberhasilan dalam manajemen lalu lintas adalah pelaksanaan pengawasan yang

terus menerus dan tegas dalam mengambil tindakan terhadap pelanggar parkir.

Parkir liar adalah merupakan suatu penyebab utama terjadinya kemacetan,

kesemarawutan dan bahkan kecelakaan, baik bagii kendaraan itu sendiri

maupun bagi pejalan kaki. Hal ini juga akan menimbulkan masalah khusus

apabila terjadi suatu keadaan darurat, seperti adanya kendaraan pemadam

kebakaran, ambulans atau kendaraan khusus lainnya. Pengendalian dan

penindakan umumnya adalah merupakan suatu masalah setempat dan harus

ditata administrasinya oleh Pemerintah Daerah (Walikota/Bupati) setempat

melalui beberpa jenis organisasi pengelola parkir perkotaan.

Sebagaimana telah disebutkan pada subbab pengorganisasian, kegiatan teknis

operasional UPTD termasuk dalam bidang pengawasan perparkiran. Lebih lanjut

kegiatan pengawasan perparkiran yang diperlukan meliputi:

(1) Periode pengawasan dilakukan minimal sekali dalam setahun terhadap

seluruh operasional parkir di ruang milik jalan dan luar ruang milik jalan

parkir.

(2) Berkewajiban melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan SDM

operator parkir (juru parkir) melalui pelatihan yang diselenggarakan sekali

dalam waktu tiga hingga lima tahun.

(3) Melakukan tindakan penertiban terhadap pelanggaran/penyimpangan parkir

yang dilakukan oleh operatornya yaitu berupa teguran lisan, teguran tertulis,

penghentian/penggantian operator parkir hingga penutupan operasional

parkir.

DIT. BSTP

Page 163: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 7

7.2.2 Obyek Pengawasan

Sasaran pelaksanaan pengawasan parkir adalah terhadap pelanggaran parkir

yang meliputi:

a. Parkir di tempat dimana parkir dilatang ataupun dilarang berhenti,

b. Parkir di atas trotoar,

c. Parkir ganda,

d. Mesin hidup pada saat parkir dipelataran parkir ataupun di gedung parkir,

e. Parkir ditempatkan khusus untuk kendaraan tertentu,misalnya parkir di tempat parkir bagi penderita cacat,

f. Lampu hidup pada waktu kendaraan parkir.

7.2.3 Tindakan Korektif

Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat

pelayanan yang telah ditentukan. Metoda pelaksanaan tindakan korektif

dilakukan dengan beberapa cara, baik tindakan fisik maupun dengan melakukan

penilangan ataupun melalui penyuluhan.

Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang terhadap

kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang

tidak diinginkan.

Ada beberapa tindakan fisik yang efisien yang dapat dilakukan terhadap

pelanggar parkir, yaitu:

a. Derek

Salah satu cara yang efektif yang dapat dilakukan terhadap pelanggar parkir

adalah dengan penderekan kendaraan yang salah parkir. Penderekan

terhadap kendaraan pelanggar parkir sangat efektif karena pelanggar selain

harus membayar biaya derek yang cukup mahal, pelanggar juga harus

mengambil kendaraannya di pool kendaraan yang diderek serta beresiko

dapat merusak cat kendaraan.

Penderekan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu diderek roda depan

bila rem tangan di pasang pada roda depan ataupun roda depan tidak pada

posisi lurus ataupun diderek roda belakang, bila rem tangan bekerja pada

DIT. BSTP

Page 164: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 8

roda belakang.

b. Kunci Roda (Wheel Clamp)

Kunci roda telah banyak digunakan di negara-negara maju untuk

menurunkan pelanggaran parkir. Kunci roda efektif karena pelanggar harus

menghubungi petugas pengendali kemudian membayar denda baru

kemudian membawa petugas ke lokasi pelanggaran untuk membuka kunci

roda. Contoh bentuk kunci roda

seperti ditunjukkan pada Gambar

berikut :

Gambar 7.1. Contoh Bentuk Wheel Clamp

7.2.3 Pengawasan Petugas

Petugas pengawasan jalan dapat melakukan pengawasan terhadap tempat-

tempat dimana parkir dilarang ataupun berhenti dilarang, petugas penyidik yang

menemukan pelanggaran diwajibkan untuk berhenti dan menilang pelanggar,

apabila melakukan pelanggaran terhadap ketentuan parkir yang diberlakukan di

tempat yang bersangkutan.

Di dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa:

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang

melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan Parkir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.

250.000,00 (dua rauts lima puluh ribu rupiah).

Sedangkan pasal 106 ayat (4) berbunyi:

DIT. BSTP

Page 165: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 9

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mematuhi ketentuan:

a. Rambu perintah atau rambu larangan;

b. Marka Jalan;

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

d. Gerakan Lalu Lintas;

e. Berhenti dan Parkir;

f. Peringatan dengan bunyi dan sinar;

g. Kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.

7.2.4 Wewenang Pengawasan Parkir

Pengawasan teknis meliputi kegiatan pemantauan dan penilaian atas

penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum merupakan kewenangan dari

Kementrian Perhubungan.

Sedangkan kewenangan terhadap pelanggaran kegiatan parkir atau berhenti

ditempat yang dilarang adalah merupakan kewenangan dari Kepolisian.

7.3. PEMELIHARAAN PARKIR

7.3.1. Pelataran Parkir

Untuk menjamin agar pelataran tetap dalam kondisi baik, pemeliharaan dilakukan

dengan cara:

1. Sekurang-kurangnya setiap pagi hari pelataran parkir dibersihkan agar bebas

dari sampah dan air yang tergenang;

2. Pelataran parkir yang sudah berlubang-lubang atau rusak ditambal atau

diperbaiki;

3. Secara rutin pada saat tertentu, pelapisan (overlay) pada perkerasan

pelataran parkir perlu dilakukan.

Untuk memelihara pelataran parkir itu, perlu diketahui hal-hal berikut:

1. Pada fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan, penambalan atau pelapisan

DIT. BSTP

Page 166: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 10

(overlay) dilakukan sesuai dengan pemeliharaan badan jalan oleh instansi

pembina jalan.

2. Pada fasilitas parkir di luar ruang milik jalan, pengelola parkir wajib

menyiapkan fasilitas/peralatan pemeliharaan perkerasan pelataran parkir.

7.3.2. Marka dan Rambu Jalan

Karena berfungsi sebagai pemandu dan penunjuk bagi pengemudi pada saat

parkir, marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap dapat terlihat jelas.

1. Marka Jalan

a. Secara berkala marka jalan dicat kembali agar terlihat jelas oleh pengemudi

b. Bersamaan dengan pembersihan pelataran parkir, bagian marka jalan harus dibersihakn secara khusus.

2. Rambu Jalan

a. Rambu jalan harus diganti apabila sudah tidak terlihat jelas tulisannya atau sudah rusak

b. Secara rutin daun rambu jalan harus dibersihkan agar tidak tertutup oleh kotoran.

7.3.3. Fasilitas Penunjang Parkir

Failitas penunjang parkir yang memerlukan pemeliharaan adalah:

1. Pos petugas,

2. Lampu penerangan

3. Pintu keluar dan masuk,

4. Alat pencatat waktu elektronis dan

5. Pintu elektronis pada fasilitas parkir dengan pintu masuk otomatis.

Pada beberapa lokasi parkir ditemukan beberapa kasus berupa rendahnya

kualitas pelataran parkir, marka dan rambu jalan serta fasilitas penunjangnya

diantaranya :

a. Keberadaan tinggi polisi tidur dan struktur pengaman parkir (wheel stop)

yang terlalu tinggi sering menimbulkan kerusakan kendaraan.

DIT. BSTP

Page 167: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 11

Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada :

Diperlukan perbaikan ketinggian whell stop dan polisi tidur yang

dapat menimbulkan kerusakan kendaraan.

b. Rendahnya kualitas struktur tembok pengaman pada parkir gedung dapat

menyebabkan mobil terjatuh dari gedung parkir.

Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada:

Diperlukan perbaikan struktur tembok penahan sehingga dapat

mencegah terjatuhnya kendaraan dari gedung parkir.

c. Tidak tersedia atau rendahnya kualitas struktur pelindung sehingga sering

terjadi benturan/sentuhan antara tiang/dinding gedung parkir dengan

kendaraan yang sedang bermanuver di gedung parkir.

Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada :

Diperlukan adanya struktur pelindung yang kuat seperti kerb stones

dan untuk menghindari benturan antara tiang/dinding gedung parkir

dengan kendaraan yang sedang bermanuver di gedung parkir.

d. Tidak ada atau tidak terpeliharanya tanaman-tanaman pelindung yang ada

pada pelataran parkir dan yang ada di pinggiran ruang milik jalan.

Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada :

Diperlukan penanaman dan pemeliharaan tanaman-tanaman

pelindung yang ada pada pelataran parkir dan yang ada di pinggiran

ruang milik jalan.

DIT. BSTP

Page 168: spm parkir

Bab

P e n u t u p

8.1. KESIMPULAN

Penyusunan Standar Pelayanan Perparkiran telah dilakukan dengan

mempertimbangkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas

dan Angkutan Jalan dan peraturan perundangan lainnya yang terkait, pedoman

fasilitas perparkiran yang lama, literatur dan pedoman serupa di negara lain dan

hasil survey lapangan.

Hasil kajian akademik kemudian dirumuskan menjadi rancangan awal Peraturan

Menteri Perhubungan tentang PEDOMAN PENYELENGGARAAN FASILITAS

PARKIR yang memuat hal-hal sebagai berikut:

BAB 1 KETENTUAN UMUM

BAB 2 TUJUAN

BAB 3 KEBIJAKAN SISTEM PERPARKIRAN

Bagian 1 Konsep Penyediaan dan Pembatasan Parkir

Bagian 2 Zonasi Parkir

Bagian 3 Tarif Parkir

Paragraf 1 Tarif Parkir

Paragraf 2 Dana Selisih Pendapatan Parkir

Paragraf 3 Tarif Dasar Parkir

BAB 4 STANDAR KEBUTUHAN PARKIR

Bagian 1 Jenis Pusat Kegiatan

Bagian 2 Kebutuhan Ruang Parkir Untuk Setiap Pusat Kegiatan

Bagian 3 Dimensi Satuan Ruang Parkir

86

52

DIT. BSTP

Page 169: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

P e n u t u p 8 - 2

BAB 5 FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN

Bagian 1 Persyaratan Lokasi Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Bagian 2 Penetapan Lokasi Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Bagian 3 Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Bagian 4 Hak dan Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang

Milik Jalan

Paragraf 1 Hak Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang

Milik Jalan

Paragraf 2 Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam

Ruang Milik Jalan

Bagian 5 Hak dan Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang

Milik Jalan

Paragraf 1 Hak Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang

Milik Jalan

Paragraf 2 Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam

Ruang Milik Jalan

Bagian 6 Persyaratan Teknis Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Paragraf 1 Sudut Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Paragraf 2 Pola Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Paragraf 3 Lokasi Jalur Khusus Sepeda Terhadap Fasilitas

Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Paragraf 4 Lokasi Parkir Khusus Sepeda Di Dalam Ruang

Milik Jalan

Paragraf 5 Lokasi Larangan Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Paragraf 6 Tata Cara Perambuan

Bagian 7 Tata Cara Parkir

Bagian 8 Pengawasan Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

BAB 6 FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN

Bagian 1 Persyaratan Lokasi Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 2 Penetapan Lokasi Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 3 Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik

Jalan

Bagian 4 Perizinan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 5 Pengawasan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 6 Sanksi Administratif Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 7 Hak dan Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang

Milik Jalan

Paragraf 1 Hak Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik

Jalan

Paragraf 2 Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang

DIT. BSTP

Page 170: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

P e n u t u p 8 - 3

Milik Jalan

Bagian 8 Hak dan Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar Ruang

Milik Jalan

Paragraf 1 Hak Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar Ruang

Milik Jalan

Paragraf 2 Hak Penyelenggaraan Parkir Khusus Fasilitas Parkir

Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 3 Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar

Ruang Milik Jalan

Bagian 9 Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 10 Pembangunan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 11 Persyaratan Teknis Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 1 Persyaratan Satuan Ruang Parkir Pada Fasilitas

Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 2 Persyaratan Alinyemen Fasilitas Parkir Di Luar

Ruang Milik Jalan

Paragraf 3 Persyaratan Kemiringan Pada Fasilitas Parkir Di

Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 4 Persyaratan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Fasilitas

Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 5 Persyaratan Fasilitas Keamanan Pada Fasilitas

Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 6 Persyaratan Fasilitas Keselamatan Pada Fasilitas

Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 7 Persyaratan Fasilitas Informasi Pada Fasilitas Parkir

Di Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 12 Pembangunan Fasilitas Parkir Bertingkat Manual dan Otomatis Di

Luar Ruang Milik Jalan

Bagian 13 Pembangunan Fasilitas Parkir Sepeda Di Luar Ruang Milik Jalan

Paragraf 8 Lokasi Rak Untuk Parkir Sepeda

Paragraf 9 Persyaratan Rak Untuk Parkir Sepeda

Paragraf 10 Persyaratan Fasilitas Ruang Bilas dan Ganti Baju

Bagian 14 Pembatasan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

BAB 7 PERIJINAN PENYELENGGARAAN PARKIR

Bagian 1 Perijian Penyelenggaraan Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan

Bagian 2 Perijian Penyelenggaraan Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

BAB 8 PENGAWASAN PARKIR

Bagian 1 Pengawas Parkir

Bagian 2 Obyek Pengawasan Parkir

DIT. BSTP

Page 171: spm parkir

Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran

P e n u t u p 8 - 4

Bagian 3 Cara Pengawasan Parkir

BAB 9 PEMELIHARAAN

Bagian 1 Pemeliharan Pelataran Parkir

Bagian 2 Pemeliharaan Marka dan Rambu Jalan

Bagian 3 Pemeliharaan Fasilitas Penunjang Parkir

8.2. REKOMENDASI

Naskah akademik dan rancangan awal Peraturan Menteri Perhubungan tentang

PEDOMAN PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR bisa dijadikan acuan dalam

melaksanakan pembahasan-pembahasan selanjutnya untuk mendapatkan

masukan yang lebih komprehensif dari stakeholder yang terkait.

DIT. BSTP

Page 172: spm parkir

LLaappoorraann AAkkhhiirr

D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Satker Pengembangan La lu L intas dan Angkutan Perkotaan G e d u n g K a r y a L t - X J l . M e r d e k a B a r a t N o . 8 J a k a r t a

PPEENNYYUUSSUUNNAANN

SSTTAANNDDAARR PPEELLAAYYAANNAANN

PPEERRPPAAKKIIRRAANN

Desember 2009

PT. QORINA KONSULTAN INDONESIA Jl. Letjen Suprapto No. 32 Jakarta Pusat Jl. Tebet Barat Raya Rusun Harum Blok C No.12 - 13 Jakarta Selatan – Telp/Fax (021) 83783622

DIT. BSTP

Page 173: spm parkir

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 - 1 1.2 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN 1 - 2 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1 - 3 1.4 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN 1 - 4 BAB 2 PENDEKATAN DAN METODOLOGI 2.1 PENGERTIAN 2 - 1 2.2 TAHAPAN KEGIATAN 2 – 3

2.2.1 Tahap Pendahuluan 2 - 3 2.2.2 Tahap Pengumpulan Data 2 - 4 2.2.3 Tahap Analisis dan Usulan 2 - 10 2.2.4 Tahap Finalisasi 2 - 11

2.3 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 2 – 11 2.3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) 2 - 11 2.3.2 Analisis Kebutuhan Parkir 2 - 12

2.4 PELAPORAN 2 - 16 2.4.1 Laporan Pendahuluan 2 - 17 2.4.2 Laporan Antara 2 - 17 2.4.3 Konsep Laporan Akhir 2 - 18 2.4.4 Laporan Akhir 2 - 18

BAB 3 KEBIJAKAN PERPARKIRAN 3.1 KETENTUAN UMUM 3 - 1 3.2 TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN FAS.PARKIR 3 - 2 3.3 KEBIJAKAN UMUM SISTEM PERPAKIRAN 3 - 4

3.3.1 Konsep Penyediaan dan Pembatasan Parkir 3 - 5 3.3.2 Sistem Zonasi Parkir 3 – 8 3.3.3 Sistem Pentarifan Parkir 3 – 10

3.4 PENGENDALIAN PARKIR 3 - 20 BAB 4 STANDAR KEBUTUHAN PARKIR 4.1 UMUM 4 - 1 4.2 JENIS PERUNTUKAN PARKIR 4 - 1 4.3 UKURAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA PUSAT KEGIATAN 4 - 3 4.4 PENENTUAN SATUAN RUANG PARKIR 4 - 14 BAB 5 DISAIN PARKIR DI BADAN JALAN 5.1 PERSYARATAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN 5 - 1 5.2 PENETAPAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN 5 - 2

DIT. BSTP

Page 174: spm parkir

ii

5.3 PENYELENGGARAAN FAS. PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JLN 5 - 2 5.4 HAK DAN KEWAJIBAN PENGGUNA FAS.PARKIR DI DALAMRUMIJA 5 - 3

5.4.1 Hak Pengguna Fas.Parkir Dalam Rumija 5 - 3 5.4.2 Kewajiban Pengguna Fas Parkir di Dalam Rumija 5 – 4

5.5 HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA FAS.PARKIR DI DALAM RUMIJA 5 - 5 5.5.1 Hak Penyelenggara Fas.Parkir Dalam Rumija 5 - 5 5.5.2 Kewajiban Penyelenggara Fas Parkir di Dalam Rumija 5 – 6

5.6 PERSYARATAN TEKNIS FAS.PARKIR DI DALAM RUMIJA 5 - 7 5.6.1 Sudut Parkir di Dalam Rumija 5 – 7 5.6.2 Pola Parkir Di Dalam Rumija 5 – 9 5.6.3 Lokasi Jalur Khusus Sepeda Terhadap Fas. Di Rumija 5 – 17 5.6.4 Lokasi Parkir Khusus Sepeda Di Rumija 5 – 18 5.6.5 Rak Untuk Fasilitas Parkir Sepeda 5 – 19 5.6.6 Lokasi Larangan Parkir di Dalam Rumija 5 – 21 5.6.7 Tata Cara Perambuan 5 – 24 5.6.8 Tata Cara Parkir 5 – 29

5.7 PENGAWASAN FAS. PARKIR DI DALAM RUMIJA 5 - 30

BAB 6 FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN 6.1 LOKASI FAS. PARKIR DI LUAR RUMIJA 6 - 1 6.2 PERIZINAN DAN PENGAWASAN FAS.PARKIR DI LUAR RUMIJA 6 - 1 6.3 HAK DAN KEWAJIBAN 6 – 1

6.3.1 Hak dan Kewajiban Pengguna Fas. Di Luar Rumija 6 – 6 6.3.2 hak dan Kewajiban Penyelenggara Fas. Di Luar Rumija 6 – 7

6.4 PEMBANGUNAN FAS. PARKIR DI LUAR RUMIJA 6 – 10 6.4.1 Satuan Ruang Parkir 6 – 15 6.4.2 Alinyemen Fas. Parkir di Luar Rumija 6 – 20 6.4.3 Kemiringan Pada Fas. Parkir di Luar Rumija 6 – 29 6.4.4 Fasilitas Pejalan kaki di Luar Rumija 6 – 36 6.4.5 Persyaratan Fas. Keamanan Parkir di Luar Rumija 6 – 36 6.4.6 Persyaratan Fas. Keselamatan Parkir di Luar Rumija 6 – 37 6.4.7 Persyaratan Fas. Informasi Parkir di Luar Rumija 6 – 38

6.5 PEMBANGUNAN FAS. PARKIR BERTINGKAT MANUAL DAN OTO 6 – 39 6.6 PEMBANGUNAN FAS. PARKIR SEPEDA DI LUAR RUMIJA 6 – 44

6.6.1 Lokasi Fasilitas Parkir Sepeda 6 – 45 6.6.2 Rak Untuk Fasilitas Parkir Sepeda 6 – 46 6.6.6 Fasilitas Ruang Bilas dan Ganti Baju 6 – 51 6.6.4 Rambu Tanda Parkir Sepeda 6 – 52

BAB 7 PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PEMELIHARAAN PARKIR 7.1 PERIZINAN PARKIR 7 – 1

7.1.1 Pengorganisasian Parkir 7 – 1 7.1.2 Perizinan Penyelenggaraan Parkir 7 – 2

7.2 PENGAWASAN PARKIR 7 – 5 7.2.1 Filosofi Pengawasan 7 – 5 7.2.2 Objek Pengawasan 7 - 7 7.2.3 Tindakan Korektif 7 – 7 7.2.4 Pengawasan Petugas 7 – 8

DIT. BSTP

Page 175: spm parkir

iii

7.2.5 Wewenang Pengawasan parkir 7 – 9 7.3 PEMELIHARAAN PARKIR 7 – 9

7.3.1 Pelataran Parkir 7 – 9 7.3.2 Marka dan Rambu Jalan 7 – 10 7.3.3 Fasilitas Penunjang Parkir 7 – 10

BAB 8 P E N U T U P 8.1 KESIMPULAN 8 – 1 8.1 REKOMENDASI 8 – 4

DIT. BSTP

Page 176: spm parkir

iv

DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Satuan Ruang Parkir (SRP) 2 - 12 Tabel 3. 1 Tarif Parkir Short Term di DKi Jakarta 3 - 13 Tabel 3. 2 Tarif Parkir Short Term di Surakarta 3 – 13 Tabel 3. 3 Petentuan Tarif Jam Sibuk di Dalam Rumija 3 – 18 Tabel 3. 4 Petentuan Tarif Jam Sibuk di Luar Rumija 3 – 18 Tabel 4. 1 Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan 4 - 6 Tabel 4. 2 Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Australia) 4 – 7 Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Singapore) 4 – 8 Tabel 4. 4 Rekomendasi Kebutuhan Ruang Parkir setiap Tempat 4 - 11 Tabel 4. 5 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan 4 - 15 Tabel 4. 6 Penentuan Satuan Ruang Parkir Kendaraan 4 - 16 Tabel 4. 7 Dimensi Minimum SRP untuk Bus / Truk 4 - 23 Tabel 4. 8 Dimensi SRP Tiap Jenis Kendaraan 4 - 25 Tabel 5.1. Lebar Min Jalan Lokal Primer Satu Arah 5 - 8 Tabel 5.2. Lebar Min Jalan Lokal Sekunder Satu Arah 5 - 8 Tabel 5.3. Lebar Min Jalan Koletkor Satu Arah 5 - 9 Tabel 5.4. Ukuran Ruang Parkir dengan Beberapa Varian Sudut 5 - 12 Tabel 5.5. Lebar Min Lebar Badan Jalan di Dalam Rumija 5 - 13 Tabel 6.1. Jarak Penahan Roda Terhadap Dinding Gedung Parkir 6 - 16 Tabel 6.2. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang 6 - 27 Tabel 6.3. Lebar Gang Parkir Bus/truk 6 – 27 Tabel 6.4. Lebar Gang Parkir Sepeda motor 6 – 28 Tabel 6.5 Lebar Gang Mobil penumpang di Australia 6 – 28 Tabel 6.6 Persyaratan Jumlah Fas. Ruang Bilas dan Ganti Pakaian 6 – 52

DIT. BSTP

Page 177: spm parkir

v

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 2 – 2 Gambar 2. 2 Formulir Survei Parkir 2 – 8 Gambar 2. 3 Formulir Survei Waktu Tempuh 2 – 8 Gambar 2. 4 Formulir Survei Lalin 2 – 9 Gambar 2. 5 Analisis dan Penyusunan Konsep Standar Perpakiran 2 – 13 Gambar 3. 1 Alur Proses Penyelenggaraan Fasilitas Parkir 3 – 4 Gambar 4. 1 Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang 4 - 14 Gambar 4. 2 SRP untuk Mobil Penumpang 4 - 17 Gambar 4. 3 Dimensi Minimum SRP di Singapore 4 - 18 Gambar 4. 4 Dimensi Minimum SRP di Singapore jika ada Halangan 4 - 19 Gambar 4. 5 Dimensi Min. SRP Paralel di S’pore jika tidak Bisa Mundur 4 - 19 Gambar 4. 6 Dimensi Minimum Headroom Clearance di S’pore 4 - 20 Gambar 4. 7 SRP untuk Bus/Truk 4 - 21 Gambar 4. 8 SRP Untuk Sepeda Motor 4 - 24 Gambar 4. 9 SRP untuk Sepeda 4 - 25 Gambar 4. 10 SRP Kend. Gol I untuk Parkir Sudut dan Paralel 4 - 26 Gambar 4. 11 SRP Kend. Gol II untuk Parkir Sudut dan Paralel 4 - 26 Gambar 4. 12 SRP Kend. Bus/truk < 7,5 m Parkir Sudut dan Paralel 4 - 27 Gambar 4. 13 SRP Kend. Bus/truk > 7,5 m Parkir Sudut dan Paralel 4 - 27 Gambar 4. 14 SRP Kend. Truk Gandeng Parkir Sudut dan Paralel 4 - 28 Gambar 4. 15 SRP Sepeda Motor 4 - 28 Gambar 4. 16 SRP Sepeda 4 - 28 Gambar 5.1 Pola Parkir Satu Sisi Tegak Lurus 5 - 8 Gambar 5.2 Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Datar 5 - 9 Gambar 5.3 Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Tanjakan 5 - 10 Gambar 5.4 Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Turunan 5 - 10 Gambar 5.5 Pola Parkir Menyudut dengan Cara Maju 5 - 11 Gambar 5.6 Pola Parkir Menyudut dengan Cara Mundur 5 - 11 Gambar 5.7 Tata Cara Parkir Membentuk Sudut 90º 5 - 11 Gambar 5.8 Tata Cara Parkir Sudut ditanjakan 5 - 12 Gambar 5.9 Tata Cara Parkir Sudut diturunan 5 - 13 Gambar 5.10 Lebar Lajur Lalin (gang) dengan Pola Paralel 5 - 14 Gambar 5.11 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 30º 5 - 15 Gambar 5.12 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 45º 5 - 15 Gambar 5.13 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 60º 5 - 16 Gambar 5.14 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 90º 5 - 16 Gambar 5.15 Lokasi Jalur Khusus Sepeda satu Arah 5 - 17 Gambar 5.16 Lokasi Jalur Khusus Sepeda Dua Arah 5 - 17 Gambar 5.17 Alternatif Lokasi Parkir Sepeda Dalam Rumija 5 - 18

DIT. BSTP

Page 178: spm parkir

vi

Gambar 5.18 Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda 5 - 20 Gambar 5.19 Rak Sepeda Dengan Penjepit Roda Depan 5 - 20 Gambar 5.20 Rak Sepeda Dengan Sandaran Samping 5 - 21 Gambar 5.21 Larangan Parkir Dekat Penyeberang Jalan 5 - 22 Gambar 5.22 Larangan Parkir Dekat Tikungan 5 - 22 Gambar 5.23 Larangan Parkir Dekat Jembatan 5 - 23 Gambar 5.24 Larangan Parkir Dekat Rel KA 5 - 23 Gambar 5.25 Larangan Parkir Menjelang Persimpangan 5 - 23 Gambar 5.26 Larangan Parkir Dekat Akses Bangunan 5 - 23 Gambar 5.27 Larangan Parkir Dekat Hydrant Kebakaran 5 - 24 Gambar 5.28 Rambu Parkir 5 - 25 Gambar 5.29 Detail Rambu Parkir 5 - 25 Gambar 5.30 Rambu Larangan Parkir 5 – 26 Gambar 5.31 Detail Rambu Larangan Parkir 5 – 26 Gambar 5.32 Marka Tempat Parkir Sejajar 5 – 27 Gambar 5.33 Marka Tempat Parkir Membentu Sudut 5 – 27 Gambar 5.34 Marka Simbol Parkir Penderita Cacat 5 – 27 Gambar 5.35 Marka Larangan Parkir 5 – 27 Gambar 5.36 Contoh Papan Informasi Ruang Parkir Luar Rumija 5 – 28 Gambar 5.37 Contoh Papan Informasi Ruang Parkir Dalam Rumija 5 – 28 Gambar 5.38 Contoh Papan Informasi Ketersedian parkir 5 – 28 Gambar 5.39 Contoh Papan Informasi Ruang Parkir Penuh 5 – 29 Gambar 5.40 Contoh Papan Informasi Tarif Parkir 5 – 29 Gambar 6.1 Parkir Ganda 6 - 8 Gambar 6.2 Parkir Khusus Wanita 6 - 9 Gambar 6.3 Jarak Penahan Roda Terhadap Dinding 6 - 16 Gambar 6.4 Wheel Stop ditemapt Parkir 6 – 17 Gambar 6.5 Wheel Stop Terbuat dari Logam 6 – 18 Gambar 6.5 Wheel Stop Bentuk Konstruksi 6 – 19 Gambar 6.6 Wheel Stop Bentuk Konst. Terpisah 6 – 19 Gambar 6.7 Dimensi Penahan Roda 6 – 20 Gambar 6.8 Parkir Kendaraan Satu Sisi Sudut 90 6 – 21 Gambar 6.9 Parkir Kendaraan Penumpang Satu Sisi 6 – 22 Gambar 6.10 Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi 6 – 22 Gambar 6.11 Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi Dengan Sudut 6 – 23 Gambar 6.12 Parkir Kendaraan Berupa Pulau 6 – 23 Gambar 6.13 Parkir Kendaraan Penumpang Tipe A 6 – 24 Gambar 6.14 Parkir Kendaraan Penumpang Tipe B 6 – 24 Gambar 6.15 Parkir Kendaraan Penumpang Tipe C 6 – 24 Gambar 6.16 Parkir Bus/Truk Satu Sisi 6 – 25 Gambar 6.17 Parkir Bus/Truk Dua Sisi 6 – 25 Gambar 6.18 Parkir Sepeda Motor satu Sisi 6 – 26 Gambar 6.19 Parkir Sepeda Motor dua Sisi 6 – 26 Gambar 6.20 Parkir Pulau sepeda Motor 6 – 26 Gambar 6.23 Disain Gedung Parkir dengan Ramp diluar 6 – 29 Gambar 6.24 Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah 6 – 30 Gambar 6.25 Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah Sirkulasi 6 – 30

DIT. BSTP

Page 179: spm parkir

vii

Gambar 6.26 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, gang Satu arah Dengan Jalan keluar Yang Lebar 6 – 31

Gambar 6.27 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, Jalan keluar Yang Lebar Dimanfaatkan Sebagai lokasi Parkir 6 – 31 Gambar 6.28 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, Jalan keluar Dan jalan Masuk Bersamaan 6 – 31 Gambar 6.29 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, Plat lantai Horizontal dan Ujung dibentuk Menurun Membentuk Sistem Ramp 6 – 32 Gambar 6.30 Sudut Kemiringan Ramp 6 – 33 Gambar 6.31 Ramp Naik Gedung Melingkar 6 – 33 Gambar 6.32 Syarat Kemiringan Ramp Untuk Parkir 6 – 34 Gambar 6.33 Tanjakan Peralihan Awal dan Akhir Ramp 6 – 34 Gambar 6.34 Lebar Ramp Lurus 6 – 35 Gambar 6.35 Lebar Ramp Helical jalr Tunggal dan Ganda 6 – 35 Gambar 6.36 Lebar Ramp Helical Jalur Ganda Tanpa Pembatas 6 – 36 Gambar 6.37 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir 6 – 38 Gambar 6.38 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir di Rumija 6 – 39 Gambar 6.39 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir tersedia 6 – 39 Gambar 6.40 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir Penuh 6 – 39 Gambar 6.41 Contoh Gambar Papan Informasi Tarif Parkir 6 – 39 Gambar 6.42 Fasiltas Parkir Bertingkat manual 6 – 40 Gambar 6.43 Fasiltas Parkir Bertingkat Vertikal Rotari 6 – 41 Gambar 6.44 Fasiltas Parkir Bertingkat sistem Vertical Lifting 6 – 41 Gambar 6.45 Fasiltas Parkir Bertingkat sistem Vertical Lifting 6 – 42 Gambar 6.46 Parkir Horizontal Dengan Konveyor belt 6 – 42 Gambar 6.47 Parkir Horizontal 2 Lantai sistem Geser 6 – 43 Gambar 6.48 Parkir Horizontal 4 Lantai dengan Sistem Geser 6 – 43 Gambar 6.49 Parkir Horizontal Otomatis Sistem Geser 6 – 44 Gambar 6.50 Lokasi Tempat parkir Sepeda 6 – 45 Gambar 6.51 Tempat Parkir Sepeda 6 – 46 Gambar 6.52 Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda 6 – 47 Gambar 6.53 Rak sepeda Penjepit 6 – 48 Gambar 6.54 Rak sepeda dengan Sandaran 6 – 48 Gambar 6.55 Rak Sepeda Gantung 6 – 49 Gambar 6.56 Rak Sepeda Bertingkat manual 6 – 49 Gambar 6.57 Rak Parkir Sepeda Otomatis di Tokyo 6 – 50 Gambar 7.1 Contoh Bentuk Wheel Clamp 7 – 8

DIT. BSTP