meningkatkan kualitas kerjasama tim pada karyawan …

134
i MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN BAGIAN PENJUALAN MELALUI PELATIHAN “WE ARE EXCELLENT TEAM” TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Psikologi Profesi Program Magister Psikologi Profesi Konsentrasi Psikologi Industri dan Organisasi Diajukan oleh Hani Muliani Safitri, S. Psi 14915049 PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2019

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

i

MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN BAGIAN PENJUALAN MELALUI PELATIHAN

“WE ARE EXCELLENT TEAM”

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Magister Psikologi Profesi

Program Magister Psikologi Profesi

Konsentrasi Psikologi Industri dan Organisasi

Diajukan oleh

Hani Muliani Safitri, S. Psi

14915049

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019

Page 2: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

ii

23 Januari 2020

Page 3: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

iii

Page 4: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

iv

HALAMAN MOTTO

“Seorang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan,

satu dengan yang lainnya saling mengokohkan”.

(HR. Bukhari & Muslim)

“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk”.

(Tan Malaka)

Page 5: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji serta syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala dan shalawat yang

senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tesis

ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua penulis, Ibu Anik Sutiani dan Bapak (Alm) M.

Jamaluddin Halik. Terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan

untuk kelancaran dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Adik serta seluruh anggota keluarga besar yang mendukung

perjuangan penulis dalam menapaki jalan meraih cita-cita.

3. Segenap dosen dan pengelola Mappro UII yang turut memberi

dukungan, semangat dan bimbingan yang tak kenal pamrih.

4. Sahabat dan seluruh rekan kuliah Mappro UII yang juga selalu

memberi dorongan semangat dan bantuan hingga terselesaikannya

tugas akhir ini.

Page 6: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

vi

PRAKATA

Alhamdulillaahirobbil'aalamiin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu

wata’ala atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang telah memberikan petunjuk

dalam segala hal. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulallah

Shallallahu ‘alaihi wasallam. Atas izin Allah Subhanahu wata’ala, penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

magister psikologi dan sebutan psikolog.

Keberhasilan persiapan serta pelaksanaan penelitian, hingga tersusunnya

laporan ini tentu tidak terlepas dari bantuan serta masukan berbagai pihak, oleh

karena itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Fuad Nashori, S. Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog. selaku Dekan

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

sekaligus dewan penguji II, Terimakasih atas ilmu dan masukan yang

diberikan kepada penulis.

2. Bapak Dr.rer.nat. Arief Fahmi, S. Psi,. M. A., Psikolog. Ketua Program Studi

Psikologi Profesi (S2) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas

Islam Indonesia serta sebagai dewan penguji seminar proposal dan seminar

hasil yang telah memberikan banyak ilmu, saran, dan semangat kepada

penulis.

3. Bapak Drs. Sumedi P. Nugraha, Ph.D., Psikolog selaku dewan penguji

seminar proposal dan seminar hasil yang telah memberikan banyak saran

perbaikan dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

4. Bapak Dr. Sus Budiharto, M.Si., Psikolog selaku pembimbing utama yang

memberikan dukungan, perhatian, arahan, dan dengan ikhlas dan sabar

Page 7: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

vii

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis untuk

menyelesaikan karya tulis ini.

5. Ibu Nur Pratiwi Novianti, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping.

Terimakasih atas segala saran, ilmu, nasihat, serta waktunya yang diberikan

kepada penulis.

6. Ibu Annisa Miranty Nurendra, S.Psi., M.Psi, Psikolog selaku dosen

pembimbing akademik Bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Terimakasih

atas ilmu, bimbingan dan dukungan semangat yang diberikannya kepada

penulis, selama penulis menempuh pendidikan.

7. Bapak Dimas Arya Dwi Permana, Pimpinan Divisi Perusahaan Distribusi area

Bogor beserta staf nya yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian ini, serta terimakasih kepada seluruh karyawan yang telah

bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

8. Segenap Dosen, Staf Pengajar, TU dan Perpustakaan atas kontribusinya

dalam pengembangan penelitian ini.

9. Sahabat dan semua orang terkasih yang selalu bersedia membantu dan

memberikan doa serta dukungannya tanpa henti.

10. Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Psikologi Industri dan

Organisasi yang sama-sama saling membantu, mendorong, dan mendukung

untuk meraih cita-cita yang sama sebagai Psikolog.

11. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala

bantuan, dukungan demi terselesaikannya karya ilmiah ini.

Page 8: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

viii

Semoga seluruh yang dilakukannya menjadi amal shalih dan Allah SWT

memberikan balasan yang jauh lebih baik serta memudahkan dalam segala

urusan di kemudian hari.

Yogyakarta, Desember 2019

Hani Muliani Safitri, S.Psi

Page 9: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

ix

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………….……………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….. ii

HALAMAN PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ……….…………….…………... iii

HALAMAN MOTTO ……………………………………...……………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..…………………. v

PRAKATA …………………………..…………………………………………….. vi

DAFTAR ISI ……………………...…...………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. xi

DAFTAR GAMBAR …………………………….………...……………………….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………..………..…………………….. xiii

INTISARI …………………………..…………………………………………….. xiv

ABSTRACT …………………………..…………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………..…… 1

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………..…………… 6

C. Keaslian Penelitian …………………………………….……………….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Kerjasama Tim …………………………………….………….. 8

1. Pengertian Kualitas Kerjasama Tim ………………….…………… 8

2. Aspek Kualitas Kerjasama Tim ………………………...………….. 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kerjasama Tim …… 13

B. Pelatihan Membangun Tim ………………………………………...…. 15

1. Pengertian Membangun Tim …………………………….……….. 15

2. Pengertian Pelatihan …………………………………...….……… 16

3. Pelatihan Membangun Tim …………………………………….…. 16

4. Tujuan Pelatihan Membangun Tim ………………………………. 17

5. Tahapan Pelatihan Membangun Tim …………………………….. 20

C. Kerangka Pemikiran Peningkatan Kualitas Kerjasama Tim dengan

Pelatihan “We are Excellent Team” pada Karyawan Bagian

Penjualan …………...…………………………...………………..

24

Page 10: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

x

D. Hipotesis ………………………………..…..……..…………………….. 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian …………...………………..………….. 29

B. Definisi Operasional …………...……….……………...……………….. 29

C. Partisipan …………...…………………………...……………..……….. 31

D. Desain Penelitian …………...………………………....……………….. 32

E. Metode Pengumpulan Data …………...……………………...……….. 33

F. Prosedur Penelitian …………...…………………………....………….. 36

G. Teknik Analisis Data …………...…………………………...………….. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan …………...………...……………….. 42

1. Orientasi Kancah Penelitian …………...………………………….. 42

2. Persiapan Penelitian …………...…………………………...……… 43

a. Perkenalan & Pengajuan Ijin Penelitian …………...………… 43

b. Identifikasi Masalah …………...…………………………...….. 43

c. Persiapan Alat Ukur …………...………………...………….. 43

d. Modul …………...…………………………...………………….. 44

e. Persiapan Pelatihan …………...………………………...…….. 46

f. Memberi Informed Consent …………...……………….…….. 47

B. Pelaksanaan Penelitian …………...…………...……...……………….. 47

1. Pelaksanaan Prates …………...……….…………………...……… 47

2. Pelaksanaan Pelatihan “We are Excellent Team” …………...….. 50

3. Pelaksanaan Pascates …………...…..…………………………….. 54

4. Pelaksanaan Tindak Lanjut …………...…………………………... 55

C. Analisis Data …………...………………..…………...…………………. 56

D. Pembahasan …………...…………………………...……………….….. 60

E. Evaluasi …………...…………………………...…………………….….. 66

F. Keterbatasan Penelitian …………...…………………………...……… 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………...……………………………......……………….. 70

B. Saran …………...…………………………….………...……………….. 70

DAFTAR PUSTAKA …………...………………………………...……………….. 75

Page 11: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blueprint Kuesioner Kualitas Kerjasama Tim …………......……… 36

Tabel 2. Rancangan Pelatihan Membangun Tim …………...……...………. 45

Tabel 3. Demografi Partisipan ……............................................................ 48

Tabel 4. Distribusi Skor Prates Kuesioner Kualitas Kerjasama Tim ………. 49

Tabel 5. Distribusi Skor Pascates Kuesioner Kualitas Kerjasama Tim …… 54

Tabel 6. Distribusi Skor Tindak Lanjut Kuesioner Kualitas Kerjasama Tim 55

Tabel 7. Kategorisasi Prates, Pascates, Tindak Lanjut …..……................ 57

Tabel 8. Hasil Uji Friedman …………................………………….……….. 58

Tabel 9. Hasil Uji Wilcoxon ………….................................................. 59

Page 12: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. One group pretest posttest design …………......….…..……... 32

Gambar 2. Bagan Rata-rata Nilai Kualitas Kerjasama Tim…………………. 58

Gambar 3. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Materi …………...………..….. 66

Gambar 4. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Penyelenggaraan ………….... 67

Gambar 5. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Sarana …………...…………... 68

Gambar 6. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Kemampuan Trainer ….....….. 68

Page 13: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Kualitas Kerjasama Tim

Lampiran 2. Tabulasi Data Subjek Penelitian

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik Friedman

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Wilcoxon

Lampiran 5. Modul Pelatihan “We are Excellent Team”

Lampiran 6. Dokumentasi

Page 14: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

xiv

MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN

BAGIAN PENJUALAN MELALUI PELATIHAN “WE ARE EXCELLENT TEAM”

Hani Muliani Safitri, Sus Budiharto, Nur Pratiwi Noviati

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

[email protected]

INTISARI

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas kerjasama tim melalui pelatihan

“We Are Excellent Team” pada karyawan bagian penjualan di perusahaan distribusi

wilayah Bogor. Pelatihan yang dilaksanakan merupakan pelatihan membangun tim (team

building). Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen kuasi dengan desain one

group pretest posttest dan partisipan berjumlah 10 orang karyawan bagian penjualan.

Kuesioner utama dalam penelitian ini adalah kuesioner kualitas kerjasama tim yang

berisikan enam aspek teori kualitas kerjasama tim dari teori Hoegl dan Guemenden

(2001). Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah

uji non parametrik Friedman dan Wilcoxon. Hasil uji kuantitatif menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan signifikan pada skor kualitas kerjasama tim pada partisipan penelitian

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan “We are Excellent Team”, sehingga secara

teoritis memperkuat asumsi bahwa pemberian pelatihan membangun tim (team building)

dapat meningkatkan kualitas kerjasama tim.

Kata kunci : kualitas kerjasama tim, pelatihan membangun tim, kuasi eksperimen

Page 15: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

xv

IMPROVING THE TEAMWORK QUALITY AMONG EMPLOYEES IN SALE DIVISION THROUGH THE “WE ARE EXCELLENT TEAM” TRAINING

Hani Muliani Safitri, Sus Budiharto, Nur Pratiwi Noviati

Faculty of Psychology and Socio-Cultural Science, Universitas Islam Indonesia

[email protected]

ABSTRACT

This research is to improve the quality of teamwork through the training of "We Are

Excellent Team" among the sales employees in the distribution companies in Bogor area.

The training carried out is a team building training. This research used a quasi-experimental approach with the one group pretest posttest design and it involved 10

sales employees. The main questionnaire in this study was a teamwork quality questionnaire containing six aspects of the teamwork quality theory from the theories of

Hoegl and Guemenden (2001). Data analysis used to test the hypotheses in this study

included the non-parametric Friedman test and Wilcoxon test. Quantitative test results showed some significant differences in the score of teamwork quality in the experimental

group before and after the "We are Excellent Team" training. Thus, it theoretically can strengthen the assumption that team building training can improve the teamwork quality.

Keywords: teamwork quality, team building training, Quasi-experiment

Page 16: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Selain keterlibatan karyawan secara personal pada pekerjaannya, organisasi

juga membutuhkan tim kerja guna mempercepat terwujudnya tujuan organisasi

tersebut. Pengelola organisasi yang memiliki keinginan untuk terus

mengembangkan organisasinya tentu membutuhkan kemampuan untuk

menghadapi segala macam perubahan. Kemampuan ini tidak mungkin dicapai

hanya dengan mengandalkan keahlian personal, melainkan juga perlu

diorientasikan lebih pada kinerja tim. Riggio (2008) menyatakan bahwa

keberadaan tim kerja dianggap mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas

kinerja. Penelitian yang juga dilakukan oleh Sriyono dan Lestari (2013)

membuktikan bahwa kerjasama tim berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas. Hal ini mampu dicapai karena melalui standar kerja tim, karyawan

merasa memilki beban bersama-sama sehingga beban pekerjaan terasa lebih

ringan dibandingkan bekerja individu. Kerjasama tim membuat karyawan mampu

menyelesaikan masalah bersama, saling berbagi ide dan masukan mengenai

proses dan metode kerja yang dirasa efektif, sehingga mampu meningkatkan

produktivitas untuk mencapai tujuan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Sheng, Tian, dan Chen (2010) juga menemukan bahwa kerjasama tim yang

berkualitas dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik bagi organisasi,

diantaranya adalah peningkatan produktivitas kerja, perbaikan kualitas layanan,

meningkatnya kepuasan karyawan terhadap pekerjaan, rendahnya absensi, dan

Page 17: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

2

mengurangi intensitas karyawan keluar dari perusahaan. Berdasarkan hasil

penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara teoritis

kerjasama tim yang berkualitas mampu memberikan dampak yang signifikan

untuk mencapai tujuan organisasi.

Salah satu tim kerja karyawan penjualan, yaitu Divisi Y saat ini sedang

mengalami permasalahan terkait kualitas kerjasama tim. Kantor Divisi Y

merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pendistibusian

produk yang berlokasi di wilayah Bogor. Proses distribusi yang efektif dan tepat

sasaran merupakan penggerak penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Hal ini ditujukan agar target omset perusahaan tercapai dan bertumbuh dengan

optimal. Secara umum, divisi ini bertanggungjawab pada proses pendistribusian

produk kebutuhan rumah tangga sebuah merek kepada mitra kerja di wilayah

Bogor dan sekitarnya. Tercapainya target omset penjualan produk sesuai

ketetapan perusahaan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh karyawan

penjualan divisi ini. Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, maka Divisi Y

membuat program kerja bersama, diantaranya adalah (1) melakukan penjualan

produk dengan menetapkan standar omset penjualan pada karyawan, dan (2)

memperkenalkan produk kepada konsumen. Upaya Divisi Y untuk mencapai

target omset perusahaan dilakukan dengan cara membagi rata nilai target omset

penjualan ke masing-masing karyawan. Selain melakukan penjualan produk,

semua karyawan dalam divisi ini juga berperan dalam memperkenalkan produk

secara aktif kepada konsumen. Proses memperkenalkan produk tidak hanya

dilakukan dengan cara bertatap muka dengan konsumen, melainkan juga

dilakukan melalui upaya pembagian brosur dan pengiklanan di media sosial.

Page 18: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

3

Program-program ini tentu akan memberi hasil maksimal jika didukung dengan

adanya kerjasama tim yang berkualitas pada Divisi Y sehingga target pencapaian

omset penjualan mampu dicapai bersama.

Hasil wawancara kepada Supervisor Divisi Y menunjukkan adanya

permasalahan kualitas kerjasama tim dalam divisi ini. Secara umum,

permasalahan terletak pada aspek komunikasi dan dukungan diantara anggota

tim penjualan. Kurangnya kemampuan berbagi informasi antar karyawan terkait

kendala pekerjaan yang dihadapi di lapangan menyebabkan beberapa anggota

tim tidak mampu mencapai target kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

Masalah ini menjadi semakin berkembang karena keengganan anggota tim untuk

menceritakan kesulitan kerja yang dialaminya. Kondisi tersebut menyebabkan

rekan lain dalam satu tim tidak mengetahui permasalahan tersebut dan

cenderung bersikap acuh terhadap rekannya. Hal ini mengakibatkan kurang

meratanya pencapaian omset penjualan pada masing-masing karyawan

penjualan, sehingga berdampak pada kurang optimalnya pencapaian target

omset penjualan Divisi Y secara keseluruhan. Permasalahan lain yang dihadapi

adalah kurangnya dukungan diantara anggota tim penjualan. Berdasarkan hasil

wawancara kepada Supervisor Divisi Y, permasalahan ini terjadi akibat

persaingan antar anggota dalam mencapai target penjualan per-individu. Kondisi

ini menyebabkan kurangnya kesadaran antar karyawan untuk saling membantu

dalam mencapai target tim kerja, sehingga memberi dampak pada perilaku

saling melempar tanggungjawab antar anggota penjualan. Secara tidak

langsung, iklim kompetisi yang terjadi antar karyawan kurang optimalnya

pencapaian target omset penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Page 19: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

4

Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas kerjasama tim penjualan Divisi Y masih

belum terjalin secara optimal. Permasalahan yang terjadi tidak hanya

menimbulkan keluhan dari karyawan, tetapi juga menyebabkan komplain dari

mitra kerja pada pelayanan yang diberikan oleh Divisi Y.

Divisi Y telah melakukan upaya untuk menangani permasalahan

permasalahan tersebut dengan menjalankan sesi pengarahan setiap pagi dan

sore hari. Sesi pengarahan di pagi hari berisi diskusi dan pemantapan kerja yang

perlu dilakukan oleh semua karyawan penjualan, serta menetapkan target kerja

yang perlu dicapai oleh setiap karyawan penjualan di hari tersebut. Sementara

sesi pengarahan di sore hari berisi diskusi antar anggota tim terkait

pekerjaannya, diantaranya adalah apakah target kerja tiap karyawan di hari

tersebut telah terpenuhi atau belum; kendala apa yang ditemui oleh karyawan

penjualan ketika menghadapi konsumen; sejauh mana target pencapaian omset

penjualan tiap karyawan telah dicapai; serta solusi yang bisa dilakukan sebagai

upaya menyelesaikan masalah atau kendala yang dialami dalam bekerja. Namun,

upaya ini dianggap belum mampu menyelesaikan permasalahan kerjasama tim

dalam Divisi Y. Menurut Bernthal dan Wellins (2003), kualitas kerjasama tim

yang rendah salah satunya dipengaruhi oleh minimnya kemampuan anggota

organisasi dalam membangun tim. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

menurut karyawan hanya 41% pemimpin yang memiliki keterampilan

membangun tim yang kuat. Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa

pentingnya peran kerjasama tim dalam mencapai tujuan organisasi seringkali

tidak diikuti oleh kemampuan membangun tim oleh anggota organisasi, sehingga

kualitas kerjasama tim yang baik menjadi sulit untuk dicapai.

Page 20: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

5

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas

kerjasama tim adalah dengan memberikan pelatihan. Menurut Siagian (dalam

Lubis, 2008), pelatihan adalah proses belajar mengajar dengan menggunakan

teknik dan metode tertentu secara konseptual, yang dimaksudkan untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok

orang. Secara spesifik, pelatihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan

keterampilan membangun tim disebut pelatihan membangun tim (team

building). Menurut Noe (2005) membangun tim atau team building merupakan

metode pelatihan yang didesain untuk meningkatkan efektivitas tim atau

kelompok. Melalui pelatihan membangun tim, karakteristik dan hubungan

interpersonal antar anggota tim dapat ditingkatkan (Tannebaum, Beard & Salas,

1992 dalam Damayani, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa masalah

kerjasama tim yang terjadi antar karyawan penjualan Divisi Y disebabkan oleh

minimnya kemampuan karyawan dalam membangun tim. Hal ini mengakibatkan

kualitas kerjasama tim dalam divisi ini menjadi kurang optimal, sehingga tujuan

yang ditetapkan cenderung sulit diperoleh secara maksimal. Peneliti

merekomendasikan pelaksanaan pelatihan membangun tim (team building)

sebagai upaya tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan tersebut. Fokus

utama dalam pelatihan ini adalah meningkatkan kualitas kerjasama tim pada

Divisi Y. Pelatihan membangun tim (team building) pada penelitian ini ditujukan

untuk meningkatkan kemampuan saling berbagi ide, pengalaman, permasalahan

pekerjaan antar karyawan penjualan, serta mendorong terciptanya hubungan

interpersonal yang lebih baik di lingkungan kerja Divisi Y secara keseluruhan.

Page 21: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

6

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kerjasama tim

melalui pelatihan membangun tim “We Are Excellent Team” pada karyawan

bagian penjualan di perusahaan distribusi “X” di Bogor.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis dan

secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoritis

dengan melengkapi penelitian terdahulu dan penelitian berikutnya terkait

dengan kualitas kerjasama tim dan pelatihan membangun tim (team

building) dari sudut pandang dunia kerja.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan

kontribusi secara praktis bagi karyawan secara personal, dan pengelola

perusahaan dalam praktek pengembangan sumber daya manusia.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait intervensi pelatihan membangun tim ini mengacu pada

penelitian sebelumnya. Judul penelitian sebelumnya yang menjadi acuan adalah

Intervensi Team Building Training Untuk Meningkatkan Kepercayaan Terhadap

Rekan Kerja Dan Kualitas Kerjasama tim Di PT. S. Penelitian ini dilakukan oleh

Page 22: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

7

Aji Cahyadi tahun 2012. Subjek penelitian ini berjumlah 66 orang karyawan di

PT. S. Penelitian ini merupakan action research yang menggunakan pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Alat ukur yang digunakan untuk mengkur kualitas

kerjasama tim adalah adaptasi dari TWQ (Hoegl & Geumenden, 2001). Peneliti

juga menguji tingkat kepercayaan terhadap rekan kerja menggunakan Kuisioner

Kepercayaan terhadap Rekan Kerja dari McAlliste (1995). Hasil uji kuantitatif

dalam penelitian ini membuktikan bahwa kepercayaan terhadap rekan kerja

mempengaruhi kualitas kerjasama tim. Intervensi pelatihan membangun tim

diberikan karena rendahnya kepercayaan terhadap rekan kerja membawa

dampak pada rendahnya kualitas kerjasama tim di PT. S. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa intervensi berupa pelatihan membangun tim mampu

meningkatkan kualitas kerjasama tim, tetapi belum mampu meningkatkan

kepercayaan terhadap rekan kerja.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel

penelitian, perusahaan dan modul pelatihan. Pada penelitian ini, kualitas

kerjasama tim menjadi variabel tergantung. Alat ukur kualitas kerjasama tim

yang digunakan merupakan adaptasi dari penelitian Cahyadi (2012) yang

mengacu pada kuisioner Teamwork Quality (TWQ) oleh Hoegl dan Geumenden

(2001). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap

perkembangan keilmuan Psikologi Industri dan Organisasi maupun subjek

penelitian.

Page 23: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Kerjasama Tim

1. Pengertian Kualitas Kerjasama Tim

Tim didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang terdiri dari tiga orang

atau lebih yang melekat dalam sebuah organisasi di mana para anggotanya

merasa menjadi bagian satu dengan yang lain dan berkolaborasi untuk mencapai

sebuah tujuan (Hoegl & Geumenden, 2005). Tim berbeda dengan kelompok

karena sebuah tim mempunyai struktur, tujuan dan ketergantungan antar

anggota (Forsyth, 2010). Sebuah tim akan berfokus dalam mencapai tujuan dan

tetap mementingkan relasi antar anggotanya. Interaksi di antara para anggota

dalam tim dibangun melalui hubungan komunikasi dan koordinasi (Hu, Horng &

Sun, 2009).

Kerjasama tim merupakan proses kerja secara berkelompok yang

didalamnya terdapat unsur kepemimpinan yang partisipatif, pembagian

tanggungjawab, kesamaan tujuan, komunikasi yang intensif, berfokus pada

tugas dan masa depan, kreatif serta mampu merespon perubahan dengan cepat

untuk mencapai tujuan organisasi (Bucholz, 2000). Sementara Parker (2008)

menyatakan bahwa kerjasama tim adalah proses psikologis, perilaku dan mental

dari anggota tim dalam berkolaborasi satu dengan yang lain dalam melaksanakan

tugas dan upaya mencapai tujuan.

Page 24: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

9

Keberhasilan kerjasama tim hanya mampu dicapai jika anggota di dalam

kelompok tersebut mampu melenyapkan kompetisi dan berkonsentrasi pada

perbedaan pandangan dan keahlian untuk mengatasi masalah/tantangan dengan

cepat (Marpaung, 2014). Lebih lanjut, Hoegl dan Gemuenden (2005)

menjelaskan bahwa sebuah tim memiliki kerjasama tim yang berkualitas jika

mereka memiliki tujuan bersama serta sesama anggota tim mengembangkan

hubungan yang efektif dan bermutu untuk mencapai tujuan. Kerjasama tim yang

berkualitas dapat terwujud dalam individu-individu yang bekerja bersama dalam

lingkungan yang kooperatif untuk mencapai tujuan bersama melalui berbagi

pengetahuan dan keterampilan.

Hoegl dan Geumenden (2005) merumuskan bahwa kualitas kerjasama tim

merupakan proses kerjasama yang dilakukan dalam sebuah tim yang merupakan

bentuk dasar perilaku sosial anggota tim berupa aktivitas, interaksi dan perasaan

yang dapat diukur. Aktivitas itu sendiri merupakan tindakan yang dapat diamati

dari seorang individu dan dapat diukur dengan kuantitas, misalnya jumlah produk

yang dihasilkan dari seorang pegawai tanpa cacat, eksekusi yang dilakukan

dengan tepat dan tindakan yang efektif. Interaksi berkaitan dengan hubungan

antar anggota tim dalam beraktivitas, hal ini dapat diukur dengan melihat

frekuensi dan intensitas interaksi yang dilakukan. Selain itu, perasaan berkaitan

dengan emosi, motivasi atau sikap dan tidak dapat secara langsung diamati tapi

dipengaruhi oleh interaksi dan aktivitas yang dilakukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas kerjasama

tim adalah kolaborasi antar anggota tim kerja yang saling mengembangkan

hubungan efektif sebagai upaya bersama untuk mencapai tujuan tertentu.

Page 25: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

10

2. Aspek Kualitas Kerjasama tim

Kualitas kerjasama tim menurut Hoegl dan Gemuenden (2005)

diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu aspek yang berkaitan dengan tugas

(komunikasi, koordinasi dan keseimbangan terhadap kontribusi anggota) dan

aspek interaksi sosial (dukungan, usaha dan kohesifitas tim). Aspek-aspek

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi

Komponen dasar dari kualitas kerjasama tim adalah komunikasi di

antara anggota tim. Komunikasi memungkinkan terjadinya pertukaran

informasi diantara anggota tim. Kualitas komunikasi di antara anggota tim

dapat dilihat dari frekuensi, formalisasi, struktur dan keterbukaan dari

pertukaran informasi. Frekuensi mengacu kepada seberapa intensif

anggota tim dalam berkomunikasi, formalisasi berkaitan dengan seberapa

spontan anggota tim dalam menyampaikan pendapatnya, struktur

berkaitan dengan cara komunikasi diantara para anggota (langsung atau

terdapat mediator) dan keterbukaan dari pertukaran informasi berkaitan

dengan seberapa banyak pihak-pihak yang dapat mengakses informasi.

b. Koordinasi

Koordinasi berarti bahwa tim harus membuat sebuah jenjang

tanggung jawab dari pekerjaan secara jelas di antara anggota tim

sehingga tidak terdapat jarak dan tumpang tindih wewenang dan

tanggung jawab terhadap pekerjaan. Koordinasi mengurangi kesenjangan

dan tumpang tindih tugas dalam tim. Koordinasi menyelaraskan dan

menyelaraskan kontribusi setiap anggota tim (Brannick, Prince & Salas,

Page 26: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

11

1995). Untuk membuat koordinasi lebih efisien dan efektif, para anggota

perlu menyepakati tugas-tugas yang ditentukan, struktur kerja, jadwal,

anggaran dan pengiriman. Dengan demikian, setiap anggota tim memiliki

sub-tujuan yang cukup jelas. Tingkat pemahaman bersama mengenai

kontribusi antara masing-masing anggota tim menentukan kualitas kerja

tim (Hoegl & Gemuenden, 2005). Koordinasi didukung oleh komunikasi

yang baik karena komunikasi eksplisit dapat segera menjaga koordinasi

dalam aktivitas tim, seperti bertukar informasi terkait tugas dan

mengembangkan solusi tim untuk masalah (Kozlowski & Ilgen, 2006).

c. Keseimbangan Kontribusi Anggota

Hal penting bagi sebuah tim yang berkualitas adalah semua

anggota tim dapat memberikan kontribusi terhadap tugas yang berkaitan

dengan pengetahuan dan pengalaman terhadap tim. Selain itu, terdapat

juga penghargaan terhadap pengetahuan dan pengalaman spesifik dari

masing-masing anggota tim. Keseimbangan kontribusi anggota membawa

pengalaman anggota tim pada potensi penuh mereka. Dominasi dalam

diskusi atau proses pengambilan keputusan harus dibatasi untuk

memungkinkan semua anggota tim untuk memiliki kontribusi yang

seimbang dan berbagi pandangan dan ide mereka. Penting untuk

menciptakan suasana di mana semua anggota merasa bebas untuk

membawa keahlian yang relevan dengan tugas mereka ke diskusi dan

proses pengambilan keputusan. Penelitian telah menunjukkan bahwa

keseimbangan kontribusi anggota berhubungan dengan kinerja tugas dan

kepuasan anggota tim (Hoegl & Gemuenden, 2005).

Page 27: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

12

d. Dukungan

Dukungan di antara anggota tim merupakan komponen yang

penting dalam kualitas Kerjasama tim. Kolaborasi anggota tim dan

bekerjasama lebih diutamakan daripada kompetisi dalam sebuah

kerjasama tim yang berkualitas. Penelitian menunjukkan bahwa tim yang

sangat kooperatif lebih konstruktif dalam mendiskusikan pandangan yang

berlawanan dan bahwa perilaku ini mengarah pada kinerja tim dan

inovasi tim (Tjosvold, 1988). Perilaku kooperatif membantu anggota

kelompok mengenali bagaimana mencapai tujuan dan memahami bahwa

mereka bekerja untuk kepentingan bersama. Orang percaya bahwa

mereka bisa sukses bersama. Akibatnya, mereka berbagi informasi yang

akurat, mengidentifikasi masalah secara terbuka, mendiskusikan

pandangan yang berlawanan dengan jelas, mengembangkan dan memilih

solusi alternatif berkualitas tinggi yang akan diterapkan oleh semua

anggota (Zhang, dkk 2007). Perilaku kompetitif menghalangi refleksi tim

dengan mengurangi diskusi terbuka tentang pandangan yang

berlawanan. Dalam situasi persaingan, fokus seseorang pada pencapaian

sasaran yang berhasil membuat orang lain cenderung untuk mencapai

tujuan mereka. Ketika orang lain produktif, mereka cenderung tidak

berhasil sendiri. Situasi kooperatif berkorelasi positif dengan pencapaian

sasaran individu, sementara situasi kompetitif berkorelasi negatif dengan

pencapaian tujuan individu (Tjosvold, Yu, & Hui, 2004). Rasa saling

hormat yang besar antara anggota tim mengembangkan ide dan

Page 28: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

13

kontribusi anggota tim lain, yang sangat penting untuk aspek kualitas

kerjasama tim dalam kerja tim (Hoegl & Gemuenden, 2005).

e. Usaha

Usaha diperlukan oleh anggota tim untuk mencapai harapan

bersama. Pembagian beban kerja di antara anggota tim dan

memprioritaskan tugas tim untuk diselesaikan merupakan indikator

adanya usaha dari anggota tim. Upaya anggota tim mengacu pada

bagaimana anggota tim berbagi dan memprioritaskan beban kerja tugas

tim. Upaya tingkat tinggi dari semua anggota tim ditunjukkan oleh

suasana mendukung yang tinggi ketika mengerjakan tugas yang

diprioritaskan. Anggota tim didorong untuk menyelesaikan tugas tim

sebagai prioritas utama, sehingga anggota tim menyumbangkan banyak

upaya untuk proyek tersebut. Mereka saling membantu dan bekerja sama

untuk meminimalkan konflik dalam interaksi sosial yang positif.

f. Kohesivitas

Kohesivitas tim mengacu kepada tingkat di mana anggota tim

berusaha untuk tetap berada dalam tim. Terdapat tiga kekuatan yang

mendorong terjadinya kohesivitas; (1) Daya tarik pribadi anggota tim, (2)

Komitmen pada tugas tim, dan (2) Kebanggaan-semangat kelompok.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Griffin, dkk (2001) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas kerjasama tim diantaranya adalah:

Page 29: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

14

a. Kepercayaan terhadap rekan kerja

Kualitas kerjasama tim yang baik dalam organisasi akan tercapai jika

diantara pegawai dapat menumbuhkan rasa percaya terhadap rekan kerja.

Rasa percaya di antara sesama rekan kerja akan memudahkan komunikasi

dan koordinasi sehingga proses penyelesaian pekerjaan menjadi lebih

mudah.

b. Pengayaan pekerjaan (Job Enrichment) kepada anggota tim dalam

mencapai tujuan kelompok

Pengayaan pekerjaan penting untuk dilakukan kepada anggota tim

supaya mereka memahami dan merasakan pekerjaan yang dilakukan oleh

rekan kerja yang lain. Hal ini akan memudahkan mereka memahami

kesulitan yang dirasakan oleh rekan kerja dalam mencapai tujuan kelompok.

c. Kebebasan anggota tim untuk lebih otonom

Hal ini akan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk

menunjukan kemampuan mereka secara optimal dan kebebasan berkreasi

sehingga memudahkan mereka mengambil keputusan ketika menghadapi

masalah dalam pekerjaan.

d. Kepercayaan mengenai peran dan tanggung jawab anggota tim

Anggota tim perlu diberikan kepercayaan mengenai tugas dan

tanggung jawab supaya mereka tidak saling melempar kesalahan kepada

rekan kerja yang lain ketika terjadi permasalahan dalam pekerja.

Page 30: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

15

e. Umpan balik di antara sesama anggota tim

Umpan balik perlu diberikan kepada sesama anggota tim supaya

mereka mengetahui kesalahan yang perlu diperbaiki dalam melaksanakan

pekerjaan sehingga dapat dipecahkan bersama.

B. Pelatihan Membangun Tim (Team Building)

1. Pengertian Membangun Tim (Team Building)

Menurut Kreitner dan Kinicki (2008) membangun tim adalah sebuah

proses pembelajaran dengan pendekatan eksperimental yang bertujuan untuk

meningkatkan fungsi internal kelompok seperti kerjasama di antara sesama

anggota tim, meningkatkan kualitas komunikasi dan mengurangi konflik

disfungsional. Proses dalam membangun tim mendorong anggota tim untuk

memeriksa lebih dalam lagi bagaimana mereka bekerja sama selama ini,

menemukan kesenjangan dan kelemahan dalam tim kerja, memberikan

gambaran mengenai cara bekerja sama yang ideal dan membangun rencana

tindakan untuk mengimplementasikan cara bekerja yang efektif (Newstorm dan

Scannell, 1998).

Lebih lanjut, Noe (2010) menyatakan bahwa membangun tim (team

building) merupakan metode pelatihan yang didesain untuk meningkatkan

efektivitas tim atau kelompok. Teknik-teknik kelompok berfokus pada membantu

tim dalam meningkatkan berbagai keterampilannya untuk menciptakan kerja tim

yang efektif. Seluruh teknik dalam membangun tim melibatkan pengujian

terhadap berbagai perasaan, persepsi, dan keyakinan tentang fungsi tim;

pembahasan; serta pengembangan rencana untuk menerapkan hal-hal yang

Page 31: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

16

telah dipelajari pada pelatihan dengan kinerja tim di lingkungan kerja. Melalui

pelatihan membangun tim (team building), karakteristik dan hubungan

interpersonal antar anggota tim dapat ditingkatkan (Tannebaum, Beard & Salas,

1992 dalam Damayani, 2011).

2. Pengertian Pelatihan

Menurut Rivai (2005) pelatihan adalah proses secara sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan

berkatian dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan

pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai

untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam

melaksanakan pekerjaanya.

Siagian dalam Lubis (2008) mendefinisikan pelatihan adalah proses

belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan metode tertentu secara

konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan dimaksudkan untuk meningkatkan

keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang.

Selanjutnya, Gomes (2003) menyatakan bahwa pelatihan adalah setiap usaha

untuk memperbaiki performasi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang

sedang menjadi tanggungjawabnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pelatihan

merupakan salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan keahlian dan

kemampuan tertentu pada karyawan agar mereka dapat bekerja dengan baik.

3. Pelatihan Membangun Tim

Pelatihan membangun tim merupakan proses mengajarkan pengetahuan,

keterampilan, atau perilaku yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas

Page 32: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

17

kerjasama tim melalui sesi pengajaran yang menggunakan pendekatan

eksperimental.

4. Tujuan Pelatihan Membangun Tim

Pada prinsipnya membangun tim ditujukan untuk memperbaiki kinerja

kelompok (Madded, 2003), namun ada beberapa kondisi yang perlu

dipertimbangkan dalam pelaksanaan pelatihan membangun tim, antara lain:

1. Kondisi kelompok yang memerlukan peningkatan moralitas dan hasil kerja

tim.

2. Pimpinan yang jarang berfikir dan bertindak sebagai bagian dari sebuah

kelompok.

3. Terjadi kurang pengertian antar sesama anggota kelompok, tidak ada

arahan dan semangat kerja yang timbul dalam suatu kelompok, sehingga

kelompok kehilangan arah kerja.

4. Dalam kelompok baru di mana terdapat beberapa individu yang menonjol

tapi tidak dapat bekerja bersama dalam kelompok.

5. Kurangnya rasa percaya diri antar sesama anggota tim, tidak dapat

dicapai kesepakatan terhadap tujuan bersama tim dan adanya

ketidaktahuan akan kemungkinan peluang yang dapat dilakukan oleh

anggota tim.

Kegiatan membangun tim yang dilakukan secara benar dan

berkesinambungan akan memberikan hasil perubahan yang lebih baik dari

keadaan sebelumnya. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelakasanaan

pelatihan membangun tim, diantaranya sebagai berikut :

Page 33: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

18

A. Bagi pimpinan tim/kelompok:

1. Pimpinan tim akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif.

2. Pimpinan tim mampu menyesuaikan gaya kepimimpinannya, dengan lebih

memperhatikan kepentingan dan tanggung jawab kelompok dibandingkan

kepentingan pribadi.

3. Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim terhadap

kebutuhan anggota tim dan bagian-bagian dalam tim.

4. Pimpinan menjadi lebih mampu untuk berkomunikasi secara langsung

kepada anggota tim sehingga terjadi hubungan pengertian yang lebih baik

antara pimpinan dan anggota tim.

5. Pimpinan tim memiliki inisiatif untuk lebih memahami prakasa

anggotanya.

6. Pimpinan mempunyai komitmen yang lebih tinggi terhadap sasaran kerja

dan memiliki harapan yang lebih besar.

B. Bagi individu anggota tim /kelompok

1. Sebagian besar individu memiliki pendekatan yang lebih persuasif,

toleransi menjadi lebih tinggi dan memiliki kepercayaan untuk mengajukan

argumentasi tanpa terikat oleh hirarki.

2. Komunikasi dan dialog antar sesama anggota kelompok menjadi lebih

bebas dan terbuka, yang selama ini menjadi salah satu hambatan utama

dalam perkembangan kelompok.

3. Terdapat ruang yang lebih terbuka untuk mengakui beberapa kelemahan-

kelemahan pribadi.

Page 34: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

19

4. Banyak masalah antar pribadi sesama anggota tim/kelompok yang selama

ini mengganjal dapat dipecahkan dengan lebih mudah karena keterbukaan

semua anggota tim.

C. Bagi pelaksanaan kerja tim/kelompok

1. Pertemuan tim/kelompok menjadi lebih terstruktur dan efektif.

2. Hasil yang diperoleh lebih dapat diterima dan terdistribusi dengan baik

kepada sesama anggota tim.

3. Terjadi perbaikan kerja dalam mencapai sasaran, peningkatan

kemampuan dalam mengevaluasi individu dan kelompok dengan cara yang

lebih profesional.

4. Tingkat komunikasi dalam dan antar kelompok menjadi lebih

komprehensif dan efektif, walaupun dalam kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan.

5. Komitmen yang lebih kuat terhadap sasaran-sasaran baru.

6. Terciptanya otonomi yang lebih besar pada tingkat manajer.

7. Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja sama dengan kolega dan

bekerja sama dalam mencapai tujuan.

Meringkas tujuan pelatihan yang telah dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pelatihan membangun tim pada dasarnya dilaksanakan untuk

memperbaiki kinerja kelompok dengan mengupayakan tindakan lanjut berupa

meningkatkan kemampuan komunikasi dan dialog antar sesama anggota

kelompok menjadi lebih bebas dan terbuka sehingga terjadi perbaikan kerja

dalam mencapai sasaran dalam pekerjaannya.

Page 35: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

20

5. Tahapan Pelatihan Membangun Tim

Tahapan pelatihan dalam penelitian ini dimulai dari melakukan identifikasi

terhadap kebutuhan pelatihan (need assessment), menetapkan tujuan dan

sasaran pelatihan, menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukur yang akan

digunakan, menentukan metode pelatihan, mengadakan percobaan dan revisi,

sampai proses implementasi dan evaluasi terhadap pelatihan yang dilaksanakan

(Mangkunegara, 2005). Adapun rincian penjelasan dari masing-masing tahap,

adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi kebutuhan pelatihan (need assessment)

Pada tahap ini peneliti mencari informasi kebutuhan pelatihan

dengan melakukan wawancara kepada manajemen perusahaan terkait

permasalahan tim kerja yang terjadi. Hasil wawancara tersebut menjadi

dasar pertimbangan pelaksanaan pelatihan sehingga mampu meningkatkan

kualitas kerjasama tim karyawan.

b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan

Pelaksanaan pelatihan harus didasarkan dengan kesesuaian tujuan

penelitian dan memiliki sasaran yang jelas. Tujuan dan sasaran juga harus

dapat diukur sehingga bisa dihubungkan dengan hasil pencapaian peserta

setelah menyelesaikan program pelatihan.

c. Menetapkan kriteria keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam pelatihan bisa ditetapkan melalui alat

ukur yang digunakan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 36: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

21

d. Menentukan metode pelatihan

Menurut Dessler (2008) metode pelatihan diantaranya adalah sebagai

berikut (1)on the Job Training, terdiri atas cara formal dan informal,

(2)vestibule, (3)demonstrarion and example, (4)simulation,

(5)apprenticeship, (6)classroom methods. Salah satu metode pelatihan

dalam penelitian ini adalah simulation yang berarti situasi atau kejadian yang

ditampilkan dalam pelatihan dibuat mungkin dengan situasi yang

sebenarnya merupakan tiruan saja.

e. Implementasi dan evaluasi

Implementasi merupakan aksi dari program pelatihan yang

sebelumnya telah dirancang oleh peneliti untuk kemudian dilaksanakan.

Evaluasi difungsikan untuk mengetahui respon dan hasil dari program

pelatihan. Evaluasi pelatihan bisa diperoleh melalui observasi tim peneliti

selama proses pelatihan diberikan, feedback dari pelatih, evaluasi tingkat

pembelajaran, melakukan tindak lanjut untuk mengetahui perubahan

perilaku. Evaluasi biasanya berisi umpan balik yang dapat membantu

perbaikan pelatihan selanjutnya.

Menurut Kirkpatrick (1994) evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk

melakukan perbandingan kemampuan sebelum dan sesudah mengikuti

pelatihan, tetapi juga untuk menentukan efektivitas dari program pelatihan.

Adapun evaluasi yang bisa dilakukan yaitu:

1) Level I : Reaksi (Reaction Level)

Pada level ini bisa diketahui dengan memberikan kuesioner

kepada peserta di akhir sesi pelatihan yang ditujukan untuk menilai

Page 37: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

22

reaksi berupa perasaan, pemikiran, dan harapan mengenai

pelaksanaan pelatihan, narasumber, maupun lingkungan pelatihan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Riggio (2008) bahwa reaksi

biasanya diukur melalui survei berbentuk rating. Pada pelatihan ini,

evaluasi pada level reaksi ditujukan untuk menguji kesesuaian materi

pelatihan dengan kondisi peseta. Evalusi ini merupakan bentuk

masukan bagi fasilitator dan juga dalam penyelenggaraan pelatihan.

2) Level II : Pembelajaran (Learning Level)

Level ini mengukur proses belajar selama pelatihan yang berupa

pengalihan pengetahuan (transfer of learning). Bentuk evaluasi

dilakukan dengan memberikan tes kepada peserta yang berisikan

pertanyaan tentang materi pelatihan. Penilaian ditujukan untuk

mengukur jumlah pembelajaran yang diperoleh, diantaranya meliputi

tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta dari sebelum

maupun sesudah pelatihan. Peneliti akan memberikan kuesioner

yang sama antara prates dan pascates. Perbandingan skor dari

kuesioner sebelum dan sesudah pelatihan dapat mengindikasikan

perubahan yang terjadi. Apabila skor kuesioner pascates lebih tinggi

daripada prates maka dapat mengindikasikan adanya keberhasilan

pelatihan. Pada pelatihan ini, evaluasi pada level pembelajaran

ditujukan untuk menguji pengetahuan dan pemahaman peserta

terkait proses membangun tim untuk meningkatkan kualitas

kerjasama tim dalam bekerja.

Page 38: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

23

3) Level III : Perilaku (Behaviour Level)

Evaluasi pada level ini memerlukan waktu untuk mengetahui

terjadinya perubahan perilaku. Evaluasi ini ditujukan untuk

memeriksa indikasi perubahan perilaku pada peserta pelatihan pada

pelaksanaan pekerjaan. Penilaian perilaku perlu dilakukan sebelum

pelatihan dan sekiranya tidak terjadi perubahan perilaku setelah

pelatihan maka dapat diartikan bahwa tidak ada hasil akhir yang

nyata dari pelatihan. Pada pelatihan ini, evaluasi pada level perilaku

ditujukan untuk menguji apakah perilaku-perilaku yang menunjukkan

terjadinya perubahan dan perbaikan pada kemampuan

berkomunikasi dan daya saling mendukung antar karyawan pada

Divisi Y telah dicapai setelah pelatihan.

4) Level IV : Hasil (Result Level)

Level ini ditujukan untuk mengukur dampak atau hasil akhir dari

pelatihan yang dapat dihubungkan dengan peningkatan efektivitas

organisasi. Jika ingin melaksanakan evaluasi ini dibutuhkan

pengalokasian waktu yang cenderung lebih lama. Bila terdapat data

mengenai target yang akan dicapai sebelum pelatihan maka dapat

dibandingkan dengan pencapaian dalam evaluasi level ini. Pada

pelatihan ini, evaluasi level hasil tidak dilakukan.

Peneliti akan melakukan evalusi hingga tahap perilaku. Peningkatan

kualitas kerjasama tim akan diukur kembali dengan melakukan wawancara

kepada pimpinan Divisi Y. Wawancara pada pimpinan Divisi Y ditujukan untuk

mengetahui perubahan perilaku dan perkembangan yang terjadi pada karyawan

Page 39: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

24

penjualan dalam divisi tersebut setelah diberikan pelatihan. Wawancara tindak

lanjut juga dilakukan untuk mengetahui munculnya perilaku-perilaku yang

menunjukkan terjadinya perubahan dan perbaikan pada kemampuan

berkomunikasi dan daya saling mendukung antar karyawan pada Divisi Y setelah

pelatihan. Wawancara tindak lanjut ditujukan sebagai alat ukur keberhasilan

pelatihan membangun tim pada Divisi Y di Perusahaan Distribusi.menghadapi

perubahan kondisi yang muncul dalam pekerjaannya.

C. Kerangka Pemikiran Peningkatkan Kualitas Kerjasama Tim dengan

Pelatihan “We are Excellent Team” pada Karyawan Bagian

Penjualan

Selain keterlibatan karyawan secara personal pada pekerjaannya, organisasi

juga membutuhkan tim kerja guna mempercepat terjuwujudnya tujuan.

Organisasi yang memiliki keinginan untuk terus berkembang dan mampu

bertahan jangka panjang tentu membutuhkan kemampuan untuk menghadapi

segala macam perubahan. Kemampuan ini tidak mungkin dicapai hanya dengan

mengandalkan keahlian personal, melainkan perlu diorientasikan lebih pada

kinerja tim. Tim didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang terdiri dari tiga

orang atau lebih yang melekat dalam sebuah organisasi di mana para

anggotanya merasa menjadi bagian satu dengan yang lain dan berkolaborasi

untuk mencapai sebuah tujuan (Hoegl & Geumenden, 2005). Kolaborasi inilah

yang dinyatakan sebagai kerjasama tim. Kerjasama tim adalah proses psikologis,

perilaku dan mental dari anggota tim dalam berkolaborasi satu dengan yang lain

Page 40: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

25

dalam melaksanakan tugas dan upaya mencapai tujuan (Parker, 2008). Secara

teoritis, kerjasama tim yang berkualitas mampu membawa dampak yang

signifikan pada pencapaian tujuan organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh

Sheng, Tian, & Chen (2010) menemukan bahwa kerjasama tim yang berkualitas

dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik bagi organisasi, diantaranya adalah

peningkatan produktivitas kerja, perbaikan kualitas layanan, meningkatnya

kepuasan karyawan terhadap pekerjaan, rendahnya absensi, dan mengurangi

intensitas karyawan keluar dari perusahaan.

Menurut Hoegl dan Geumenden (2005) terdapat beberapa aspek yang

mempengaruhi kualitas kerjasama tim, diantaranya adalah komunikasi dan

dukungan. Komunikasi menjadi komponen dasar yang perlu diperhatikan oleh

anggota tim karena sebuah kelompok kerja yang dikatakan memiliki kerjasama

tim yang solid salah satunya dipengaruhi oleh terjalinnya komunikasi yang baik

(Ivanvech, dkk., 2000). Komunikasi merupakan suatu sarana yang digunakan

untuk menyampaikan suatu informasi antara satu orang dengan orang lain yang

mana menjadi suatu bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Kualitas

komunikasi diantara anggota tim dapat dilihat dari frekuensi, formalisasi, struktur

dan keterbukaan dari pertukaran informasi. Frekuensi mengacu kepada seberapa

intensif anggota tim dalam berkomunikasi, formalisasi berkaitan dengan

seberapa spontan anggota tim dalam menyampaikan pendapatnya, struktur

berkaitan dengan cara komunikasi diantara para anggota (langsung atau

terdapat mediator) dan keterbukaan dari pertukaran informasi berkaitan dengan

seberapa banyak pihak-pihak yang dapat mengakses informasi.

Page 41: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

26

Aspek kedua yang menjadi tolak ukur kualitas kerjasama tim adalah

dukungan. Hubungan Interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana

terdapat sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat

berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap supportif merupakan

sikap yang mengurangi sikap defensif. Sikap defensif mengakibatkan komunikasi

interpersonal menjadi tidak efektif, karena orang yang defensif akan lebih banyak

melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi

daripada memahami komunikasi. Sikap ini muncul bila individu tidak dapat

menerima, tidak jujur dan tidak empatik. Sikap defensif juga dapat terjadi karena

faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah) atau

faktor-faktor situasional yang berupa perilaku komunikasi orang lain.

Berdasarkan hasil asesmen, salah satu divisi kerja di sebuah Perusahaan

Distribusi diindikasikan memiliki kualitas kerjasama tim yang belum optimal.

Kurangnya kemampuan berbagi informasi antar karyawan terkait kendala

pekerjaan yang dihadapi di lapangan menyebabkan beberapa anggota tim tidak

mampu mencapai target kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Masalah ini

menjadi semakin berkembang karena keengganan anggota tersebut untuk

menceritakan kesulitan kerja yang dialaminya. Kondisi tersebut menyebabkan

rekan lain dalam satu tim tidak mengetahui permasalahan tersebut dan

cenderung bersikap acuh terhadap rekannya. Hal ini menunjukkan bahwa

komunikasi antar anggota tim kurang terjalin dengan baik. Keterbukaan dalam

komunikasi merujuk pada dua aspek tentang komunikasi interpersonal. Aspek

pertama, bahwa individu harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi

dengan kita pada masalah-masalah umum. Dengan demikian, orang lain akan

Page 42: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

27

mengetahui pendapat, pikiran, dan gagasan yang dimilikinya sehingga

komunikasi akan mudah dilakukan. Aspek kedua, adalah kemauan individu untuk

memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang

tentang segala sesuatu yang dikatakannya.

Ketika angggota tim mampu membuka diri, seperti menyampaikan suatu

gagasan, ide dan informasi yang juga dibutuhkan karyawan lain secara jelas

maka tidak mudah terjadi kesalahpahaman penyampaian informasi selanjutnya.

Bambacas dan Patrickson (2008) beranggapan bahwa keterampilan komunikasi

interpersonal merupakan hal penting dikarenakan dapat menimbulkan

kerjasama, mengurangi konflik yang pada giliranya, meningkatkan komitmen,

mengurangi kecenderungan untuk meninggalkan organisasi. Kerjasama tim akan

tercipta apabila terdapat saling percaya antar anggota organisasi atau

perusahaan dan kepercayaan akan tumbuh melalui pelaksanaan komunikasi yang

baik (Setiyanti, 2012).

Permasalahan lain yang dihadapi adalah kurangnya dukungan diantara

anggota tim. Konsep dukungan yang dicirikan dalam kerjasama tim yang

berkualitas adalah diutamakannya kolaborasi dibandingkan kompetisi.

Berdasarkan hasil wawancara, permasalahan dukungan antar karyawan di

perusahaan ini terjadi akibat persaingan antar anggota dalam mencapai target

penjualan per-individu. Kondisi ini menyebabkan kurangnya kesadaran antar

karyawan untuk saling membantu dalam mencapai target tim kerja, sehingga

memberi dampak pada minimnya sikap mendukung dan munculnya perilaku

saling melempar tanggungjawab antar anggota. Perilaku kompetitif

menyebabkan peran saling mendukung antar anggota kurang terjalin sehingga

Page 43: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

28

pencapaian target penjualan tidak merata antar anggota dan member dampak

pada capaian tujuan bersama yang kurang maksimal. Hal ini juga dinyatakan

oleh Tjosvold, Yu, & Hui, (2004) bahwa situasi kooperatif berkorelasi positif

dengan pencapaian tujuan individu, sementara situasi kompetitif berkorelasi

negatif dengan pencapaian tujuan individu. Penelitian menunjukkan bahwa tim

yang sangat kooperatif lebih aktif mendiskusikan pandangan yang berlawanan

sehingga perilaku ini mengarahkan pada kinerja tim dan inovasi tim (Tjosvold,

1988).

Upaya untuk meningkatkan kualitas kerjasama tim dapat dilakukan dengan

memberikan intervensi yang melibatkan anggota tim kerja. Berdasarkan uraian di

atas, intervensi berupa pelatihan membangun tim (team building) diberikan

sebagai langkah untuk membantu meningkatkan kualitas kerjasama tim pada

karyawan penjualan Divisi Y di perusahaan distribusi. Pelatihan membangun tim

dianggap mampu meningkatkan kualitas kerjasama tim karena merupakan

sebuah proses pembelajaran dengan pendekatan eksperimental yang bertujuan

untuk meningkatkan fungsi internal kelompok seperti kerjasama di antara

sesama anggota tim, meningkatkan kualitas komunikasi dan mengurangi konflik

disfungsional (Kreitner & Kinicki, 2008).

D. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian dan pemahaman terhadap permasalahan

peneletian diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah ada

peningkatan skor kualitas kerjasama tim setelah mengikuti pelatihan “We Are

Excellent Team” pada karyawan penjualan.

Page 44: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji tentang dua variabel, yaitu:

1. Variabel tergantung : Kualitas Kerjasama Tim

2. Variabel bebas : Pelatihan Membangun Tim (Team Building)

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dari kedua variabel yaitu motivasi kerja dan pelatihan

etos kerja akan diuraikan sebagai berikut.

1. Kualitas Kerjasama Tim

Kualitas kerjasama tim merupakan kolaborasi antar anggota tim kerja

yang saling mengembangkan hubungan efektif sebagai upaya bersama untuk

mencapai tujuan tertentu. Kerjasama tim yang berkualitas ditandai oleh rasa

memiliki tujuan bersama serta kemampuan saling mengembangkan hubungan

yang efektif antar anggota tim untuk mencapai tujuan. Kualitas kerjasama tim

yang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada teori Hoegl dan Geumenden

(2005), dan peneliti memfokuskan penelitian ini pada aspek komunikasi dan

dukungan yang didasarkan pada hasil asesmen dan urgensitas dalam

meningkatkan kualitas kerjasama tim pada karyawan bagian penjualan. Kualitas

kerjasama tim akan diukur dengan skala likert yang berkisar dari rentang skor

satu sampai tujuh pada setiap aitem. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa

kerjasama tim yang terjalin memiliki kualitas yang sangat baik dan semakin

Page 45: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

30

rendah skor menunjukkan bahwa kerjasama tim yang memiliki kualitas yang

kurang baik.

2. Pelatihan Membangun Tim

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan membangun tim

(team building). Pelatihan membangun tim diberikan sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas kerjasama tim dengan membangun konsep tim kerja yang

efektif pada diri karyawan. Pelatihan ini dirancang khusus untuk meningkatkan

pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan karyawan yang berkaitan dengan

membangun tim sebagai upaya meningkatkan kualitas kerjasama. Pada pelatihan

ini karyawan akan diperkenalkan dengan konsep kerjasama dalam tim dan cara

meningkatkan kualitas kerjasama untuk mencapai tujuan. Pelatihan membangun

tim diharapkan mampu menggerakkan karyawan untuk mengembangkan

kerjasama yang berkualitas, memiliki kemampuan untuk membangun kerjasama

tim yang solid untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengetahuan dan

pengalaman yang dibagikan dalam pelatihan ini diharapkan mampu

meningkatkan wawasan, cara pandangan, dan keyakinan karyawan terhadap

pentingnya memiliki kerjasama tim yang berkualitas, sehingga tercipta perilaku

kerja yang lebih baik, lebih sehat dan bermanfaat, serta menjadikan karyawan

lebih mampu menghadapi situasi pekerjaan yang penuh tantangan. Adapun

susunan modul pelatihan membangun tim mengacu pada rumusan aspek

kualitas kerjasama tim dari Hoegl dan Geumenden (2005) yang oleh peneliti

kemudian dispesifikkan membahas pada dua hal utama, yakni komunikasi dan

dukungan.

Page 46: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

31

C. Partisipan

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposif,

di mana peneliti menghubungi pihak perusahaan yang menjadi tempat

pengambilan sampel penelitian untuk mendelegasikan karyawan yang bersedia

mengikuti proses pelatihan selama kurang lebih 4 jam dengan ciri partisipan

diantaranya kurang mampu menyampaikan pendapat, ide dan gagasan secara

terbuka kepada orang lain; memiliki pengetahuan yang minim terkait cara

berkomunikasi dalam tim kerja; kurang mampu membangun hubungan

interpersonal dengan rekan kerja; cenderung bersikap acuh pada masalah tim

kerja; serta merupakan kelompok karyawan bagian penjualan yang tidak mampu

mencapai target omset minimal dua kali berturut-turut. Peneliti menggunakan

teknik purposive sampling di mana pengambilan sampel sumber data didasarkan

atas pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Alasan menggunakan teknik

Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang

sesuai dengan fenomena yang diteliti sehingga peneliti memilih teknik ini dalam

penelitian.

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 karyawan bagian penjualan

produk kebutuhan rumah tangga. Adapun rangkaian pengambilan sampel

penelitian dimulai dari pengisian kuesioner kualitas kerjasama tim sebagai data

prates, pemberian pelatihan “We are Excellent Team”, pelaksanaan pascates,

serta proses tindak lanjut.

Page 47: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

32

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen kuasi. Desain

penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest design di mana

terdapat prates sebelum diberi perlakuan dan pascates setelah diberi perlakuan

(Sugiyono, 2001). Senada dengan pernyataan tersebut, Arikunto (2002)

menyatakan bahwa one group pretest posttest design adalah penelitian yang

dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen

dengan satu kelompok subjek. Sugiyono (2001) menyatakan bahwa desain ini

merupakan desain yang tepat dan akurat untuk digunakan membandingkan hasil

dari sebuah perlakuan yang diberikan dalam sebuah penelitian, sehingga

penggunaan desain penelitian ini dianggap peneliti sesuai dengan tujuan

penelitian yakni mengetahui ada atau tidaknya peningkatan skor kualitas

kerjasama tim pada karyawan penjualan setelah mengikuti pelatihan “We

Are Excellent Team”.

Rancangan penelitian one group pretest posttest design (Sugiyono, 2008)

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. One group pretest posttest design

Keterangan :

O1 : Pengukuran pertama (prates)

X : Perlakuan (pelatihan “We are Excellent Team”)

O2 : Pengukuran kedua (pascates)

O3 : Pengukuran ketiga (tindak lanjut)

O1 X O2 O3

Page 48: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

33

Berdasarkan desain penelitian tersebut, peneliti membagikan kuesioner

kualitas kerjasama tim pada partisipan penelitian satu minggu sebelum pelatihan

“We Are Excellent Team” dilakukan. Hal ini ditujukan untuk mengukur kualitas

kerjasama tim karyawan pada kondisi awal sebelum diberi perlakukan, yakni

pada tanggal 12 - 13 Oktober 2019. Sumber data sekunder prates lainnya adalah

pengisian lembar evaluasi pembelajaran yang berisi tes pengetahuan untuk

mengetahui pemahaman partisipan mengenai kualitas kerjasama tim dan

membangun tim. Data sekunder ini dibagikan tepat pada saat pelaksanaan

perlakuan yakni sebelum pelatihan “We Are Excellent Team” dimulai. Pada akhir

sesi pelatihan, partisipan kembali diminta untuk mengisi lembar evaluasi

pengetahuan menggunakan alat ukur yang sama. Selanjutnya, partisipan diminta

untuk mengisi kuesioner kualitas kerjasama tim kembali setelah dua minggu

pelatihan. Kegiatan ini dilaksanakan guna melihat perubahan kualitas kerjasama

tim pada karyawan setelah mengikuti pelatihan “We Are Excellent Team” dan

disusul dengan proses tindak lanjut.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode, antara lain yaitu:

1. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah jenis wawancara

dalam kategori in-dept interview di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2012). Tujuan

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

Page 49: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

34

terbuka, di mana pihak yang di ajak diminta pendapat dan ide-idenya dan

peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang di kemukakan oleh

informan.

Proses wawancara diawali dengan membuat kesepakatan terlebih dahulu

dengan informan penelitian mengenai waktu untuk dapat melakukan wawancara.

Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan diberikan. Wawancara

sebelum pelatihan ditujukan untuk mendapatkan inforrnasi awal tentang

permasalahan atau isu yang terjadi sehingga peneliti mendapatkan inti pokok

permasalahan yang sebenarnya. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara

kepada pimpinan perusahaan untuk mengetahui kondisi permasalahan yang

lebih lengkap selama proses kerja.

Setelah pelatihan dilakukan, peneliti melakukan wawancara tindak lanjut

kepada atasan langsung dari karyawan yang bersangkutan untuk memperoleh

informasi yang mendukung hasil kuesioner penelitian tentang kualitas kerjasama

tim, setelah diberikan perlakuan berupa pelatihan “We are Excellent Team”. Hasil

wawancara tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan latar belakang

masalah penelitian dan pembahasannya untuk memudahkan peneliti menarik

kesimpulan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

2. Observasi

Metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif di mana

dalam proses mengobservasi peneliti terlibat langsung dengan kegiatan yang

dilakukan oleh subjek penelitian (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini, observasi

dilakukan kepada peserta selama proses pelatihan “We are Excellent Team”

berlangsung. Aspek yang diamati antara lain dituangkan kedalam lembar

Page 50: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

35

evaluasi reaksi yang terdiri dari pengamatan terhadap kedisiplinan dan keaktifan

peserta pelatihan serta perhatian peserta selama pelatihan. Alat pencatatan

menggunakan behavioral checklist yaitu metode dalam observasi yang mampu

memberikan keterangan mengenai perilaku yang muncul atau tidak, dengan

menandakan tanda cek (√) jika perilaku yang diamati muncul pada partisipan

(Herdiansyah, 2009).

3. Kuesioner

Kuesioner utama dalam penelitian ini adalah kuesioner kualitas kerjasama

tim yang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas kerjasama tim karyawan

selama bekerja. Kuesioner diberikan satu minggu sebelum dan dua minggu

sesudah kegiatan pelatihan dilaksanakan. Kuesioner ini berisikan enam aspek

teori kualitas kerjasama tim dari teori Hoegl dan Guemenden (2001) yaitu

komunikasi, koordinasi, keseimbangan kontribusi antar anggota, dukungan,

usaha, dan kohesivitas. Kuesioner terdiri dari 29 butir item pernyataan, dengan

model pilihan jawaban menggunakan skala Likert yang bergerak dari angka satu

sampai tujuh. Skor 1 menunjukkan jawaban sangat tidak setuju (STS),

sementara skor 7 menunjukkan jawaban sangat setuju (SS). Skor 1 merupakan

tanda skor terendah yang bisa menunjukkan motivasi semakin rendah,

sementara skor 7 merupakan skor tertinggi yang menunjukkan tingkat motivasi

tinggi. Adapun rincian sebaran item pada kuesioner kualitas kerjasama tim yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Page 51: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

36

Tabel 1. Blueprint Kuesioner Kualitas kerjasama tim Aspek Aitem

Komunikasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Koordinasi 8, 9, 10, 11

Keseimbangan Kontribusi Anggota 12, 13

Dukungan 14, 15, 16, 17, 18, 19

Usaha 20, 21, 22

Kohesivitas Tim 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29

JUMLAH AITEM TOTAL 29

4. Kuesioner lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner evaluasi

pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman

karyawan terhadap kualitas kerjasama tim yang dipaparkan dalam pelatihan

“We are Excellent Team”. Kuesioner tersebut dijadikan sebagai prates dan

pascates pada hari pelaksanaan pelatihan. Pengukuran ini difungsikan

sebagai langkah evaluasi pembelajaran dari sesi pelatihan yang sudah

diselenggarakan.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui dampak dari pelatihan “We are

Excellent Team” dalam meningkatkan kualitas kerjasama tim pada karyawan.

Penelitian ini menggunakan tiga tahapan yang disusun secara umum untuk dapat

melakukan penelitian eksperimen, berikut adalah tahapan yang akan dilakukan :

1. Persiapan Penelitian

a. Perkenalan dan Perijinan dengan Perusahaan

Peneliti memulai perkenalan dengan pihak manajemen perusahaan

melalui sebuah wawancara via telepon untuk menjelaskan tentang tujuan

dan alur penelitian yang akan dilangsungkan. Setelah perkenalan dilakukan

dan memperoleh ijin penelitian, peneliti kemudian menyerahkan surat

Page 52: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

37

permohonan izin penelitian kepada pihak manajemen perusahaan.

b. Studi Lapangan

Tahap ini merupakan tahap pencarian data awal yang dilakukan dengan

proses wawancara kepada pimpinan dan beberapa karyawan pada posisi

jabatan bagian penjualan untuk mengumpulkan informasi permasalahan

yang terjadi di tempat kerja.

c. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala Kualitas Kerjasama Tim

(TWQ) milik Hoegl dan Geumenden yang kemudian diadaptasi langsung oleh

Cahyadi (2012). Sementara untuk kuisioner membangun tim juga secara

langsung disusun oleh peneliti yang difungsikan untuk mengetahui hasil

pembelajaran dari subjek atas pelatihan yang telah diberikan.

d. Penyusunan Modul Pelatihan

Modul intervensi pelatihan membangun tim merupakan rancangan

peneliti. Modul disusun berdasarkan kebutuhan peserta yang disesuaikan

dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan oleh peneliti terkait

kerjasama tim. Setiap sesi pelatihan disesuaikan dengan karakter responden

dan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti pada pelatihan yang diberikan.

e. Professional Judgement

Professional judgement ditujukan agar peneliti mengetahui bahwa modul

pelatihan yang akan disajikan sudah selaras dengan tujuan penelitian.

Proses professional judgement dilakukan oleh psikolog, sebagai seorang

yang ahli dan memiliki kemampuan dalam bidang pelatihan yang sama.

Page 53: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

38

f. Menetapkan Partisipan Penelitiaan

Partisipan penelitian ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan

sesuai dengan kriteria yang diajukan sebelumnya oleh peneliti. Setiap

partisipan adalah karyawan bagian penjualan yang dianggap memiliki salah

satu atau lebih dari satu ciri partisipan yang sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan dalam penelitian.

g. Menentukan Trainer

Kualifikasi trainer yang ditentukan oleh peneliti antara lain profesional,

berpengalaman mengisi acara pelatihan di lingkungan perusahaan, sudah

memahami tentang materi kualitas kerjasama tim, dan mampu menguasai

modul pelatihan membangun tim yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Informed consent diberikan kepada peserta yang ditentukan sebelumnya

oleh pihak perusahaan sesuai dengan kriteria subjek penelitian.

b. Pemberian prates yang berisi materi kualitas kerjasama tim dan

membangun tim untuk mengukur sejauh mana partisipan mengetahui dan

memahami cara meningkatkan kualitas kerjasama tim.

c. Pelatihan membangun tim diberikan kepada kelompok eksperimen

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kerjasama tim. Pelatihan

membangun tim ini mengacu pada enam aspek kualitas kerjasama tim dari

Hoegl dan Geumenden (2005). Adapun rancangan kegiatan pelatihan yang

terlampir dalam modul digambarkan dalam tabel berikut:

Page 54: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

39

Tabel 2. Rancangan pelatihan membangun tim “We Are Excellent Team” SESI SASARAN MATERI DURASI

I Pembukaan

• Peserta, trainer dan fasilitator saling mengenal dan membangun rapport

• Peserta mengetahui tujuan pelatihan dan aturan selama pelatihan

• Peserta membentuk dan memberi identitas tim

• Pembukaan • Perkenalan • Overview pelatihan • Kontrak belajar • Pre-test • Pembentukan kelompok • Membuat yel-yel tim !

30 menit

II Membangun tim I (Definisi umum

kerjasama, manfaatnya,

tahapan perkembangan

tim)

• Peserta memahami konsep kerjasama

• Peserta menyadari arti penting memiliki kerjasama dalam tim

• Peserta mengetahui dan memahami hal-hal penting untuk membangun kerjasama yang berkualitas

• Peserta mampu mengevaluasi perkembangan timnya saat ini

• Mengisi lembar “Kami Adalah Tim”

• Definisi kerjasama • Manfaat kerjasama • Pembahasan tahapan

perkembangan tim • Bermain ”Sarung Ajaib”

40 menit

Membangun tim II

(Pengantar

Komunikasi Interpersonal, Keterbukaan,

Sikap mendukung)

• Peserta mengetahui dan memahami konsep komunikasi interpersonal

• Peserta mengetahui dan memahami konsep sikap terbuka dalam komunikasi interpersonal

• Peserta mengetahui dan memahami konsep sikap mendukung dalam komunikasi interpersonal

• Simulasi “komunikasi interpersonal”

• Pembahasan terkait

definisi dan pentingnya komunikasi interpersonal dalam kerjasama tim

• Pembahasan terkait pentingnya bersikap terbuka dalam berkomunikasi

• Pembahasan terkait pentingnya sikap mendukung dalam komunikasi

60 menit

Membangun tim III

“Mengembangkan Dukungan dalam

Kerjasama Tim”

• Peserta mengetahui dan memahami konsep dukungan untuk membentuk kerjasama tim yang berkualitas

• Peserta memahami cara untuk saling mendukung dalam bekerja tim

• Energizer “Coba Tebak” • Pembahasan terkait

konsep dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas

kerjasama tim • Bermain “Membangun

Istana Megah” • Lembar kerja “Catatan

untuk Kamii”

65 menit

V Penutupan

Mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan yang bisa diterima oleh peserta

• Debrief • Post-test • Mengisi lembar evaluasi • Penutupan

20-25 menit

Page 55: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

40

d. Pascates (evaluasi reaksi dan evaluasi pembelajaran). Pengukuran pasca

pelatihan ditujukan untuk mengetahui efektivitas pelatihan dengan

memperhatikan hasil belajar dari subjek dan hasil evaluasi dapat dijadikan

sebagai bahan evaluasi untuk proses pelatihan selanjutnya.

e. Tindak lanjut

Pelaksanaan tindak lanjut dilakukan dua kali setelah pelatihan diberikan.

Tindak lanjut pertama dan kedua dilakukan dengan memberikan skala

kualitas kerjasama tim pada peserta pelatihan. Tindak lanjut pertama

dilakukan tujuh hari setelah pelatihan dilakukan, sementara tindak lanjut

kedua dilakukan setelah tiga minggu pelatihan. Pelaksanaan tindak lanjut

ditujukan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada partisipan

dalam kelompok eksperimen terkait kerjasama tim setelah diberikan

pelatihan “We are Excellent Team”.

3. Analisis Data

Proses ini merupakan proses olah data yang ditujukan untuk menyusun

laporan penelitian secara utuh guna mengetahui dampak dari intervensi yang

telah dilaksanakan pada subjek penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

bantuan dari program SPSS 24.0 for windows. Penelitian ini menggunakan uji

non parametrik dengan teknik analisis Friedman dan Wilcoxon. Uji non

parametrik digunakan dalam penelitian ini karena asumsi distribusi normal tidak

terpenuhi akibat jumlah partisipan dalam penelitian yang cenderung sedikit dan

Page 56: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

41

terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan uji parametrik.

Adapun rincian teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Uji Friedman

Uji Friedman dilakukan untuk mengetahui perbedaan lebih dari dua

kelompok sampel yang saling berhubungan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga

kelompok sampel yang saling berhubungan, yakni prates, pascates, dan tindak

lanjut. Uji Friedman digunakan untuk mengetahui perbedaan skor kualitas

kerjasama tim pada ketiga pengukuran yang saling berhubungan tersebut.

2. Uji Wilcoxon

Uji Wilcoxon ditujukan untuk mengukur signifikansi perbedaan antara dua

kelompok data berpasangan tetapi berdistribusi tidak normal. Dalam penelitian

ini, dua kelompok data berpasangan yang dimaksud adalah data sebelum dan

sesudah pelatihan. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui perbedaan skor

kualitas kerjasama tim pada kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan “We are Excellent Team”.

Page 57: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap karyawan penjualan pada salah satu

perusahaan distribusi di Bogor yang telah beroperasi sejak tahun 2005.

Perusahaan ini telah menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan produksi,

seperti produk makanan, kebutuhan rumah tangga harian dan berbagai barang

lainnya. Perusahaan ini bergerak dengan melakukan penjualan dan penyaluran

barang-barang hingga sampai ke berbagai toko yang menjadi mitra perusahaan.

Kesuksesan proses penjualan dan penyaluran berbagai produk yang menjadi

komoditi dalam perusahaan menjadi tanggungjawab karyawan penjualan pada

masing-masing divisi dalam perusahaan ini. Tercapainya target omset penjualan

dan meningkatnya jumlah penjualan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh

perusahaan. Hal ini menjadikan karyawan penjualan sebagai pemegang peran

penting yang bekerja langsung menuju konsumen guna mencapai tujuan yang

dikehendaki oleh perusahaan. Guna mencapai hal tersebut, kemampuan bekerja

sebagai tim yang berkualitas dianggap mampu mendorong tiap karyawan

penjualan dalam mencapai target omset dengan lebih mudah dan konsisten,

sehingga dalam penelitian fokus intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan

kualitas kerjasama tim pada Divisi Y di Perusahaan Distribusi.

Page 58: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

43

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan sebelum proses pengambilan data

antara lain meliputi perkenalan dan pengajuan ijin penelitian, identifikasi

masalah, penyusunan alat ukur, mempersiapkan modul, hingga persiapan

pelatihan dan memastikan kesediaan dari partisipan. Adapun persiapan tersebut

akan dijelaskan lebih lanjut melalui rincian sebagai berikut.

a. Perkenalan dan Pengajuan Ijin Penelitian

Penelitian ini diawali dengan memulai perkenalan dengan pihak

manajemen perusahaan melalui sebuah wawancara via telepon untuk

menjelaskan tentang tujuan dan alur penelitian yang akan dilangsungkan.

Setelah perkenalan dilakukan dan memperoleh ijin penelitian, peneliti

kemudian menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada pihak

manajemen perusahaan.

b. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini peneliti melakukan asesmen awal guna mencari

informasi mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan kerja

karyawan bagian penjualan. Asesmen dilakukan melalui wawancara

kepada atasan dan pimpinan divisi di perusahaan ini. Selain itu, peneliti

juga melakukan komunikasi tindak lanjut dengan salah satu atasan untuk

mengetahui informasi mengenai kualitas kerjasama tim yang terbentuk

setelah pelatihan diberikan.

c. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner kualitas kerjasama tim. Kuesioner ini merupakan kuesioner

Page 59: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

44

adaptasi dari penelitian Cahyadi (2012) yang didasarkan atas teori Hoegl

dan Geumenden (2001). Kuesioner kualitas kerjasama tim yang disajikan

berisikan aspek-aspek yang dianggap menggambarkan kerjasama tim

yang berkualitas yang terdiri dari unsur komunikasi, koordinasi,

keseimbangan kontribusi anggota, dukungan, usaha, dan kohesivitas.

Kuesioner ini telah diuji validitas dan reabilitasnya. Koefisien reliabilitas

yang terdapat pada kuesioner ini sebesar 0,936 dengan tingkat korelasi

item memiliki skor total pada rentang nilai -0,90 hingga 0,768.

Berdasarkan pada kajian Kaplan dan Sacuzzo (1997), koefisien reliabilitas

yang berkisar antara 0,70 dan 0,80 dinyatakan cukup baik untuk

digunakan pada sebuah penelitian, sehingga peneliti menggunakan

kuisioner ini untuk mengukur kualitas kerjasama tim.

Selain kuesioner tersebut, peneliti juga mempersiapkan kuesioner

untuk mengukur pemahaman kerjasama tim yang berkualitas saat

pelaksanaan pelatihan. Pernyataan-pernyataan di dalam kuesioner

disusun oleh peneliti dengan mengacu pada pembahasan kualitas

kerjasama tim dari Hoegl dan Geumenden (2001). Kuesioner ini

difungsikan sebagai bentuk evaluasi pembelajaran dari proses pelatihan

yang diberikan, dengan menampilkan 10 item pernyataan dan pilihan

jawaban benar atau salah.

d. Modul

Modul pelatihan dalam penelitian ini merupakan modul yang

dirancang dan disusun sendiri oleh peneliti. Isi materi dalam modul

pelatihan disesuaikan dengan temuan permasalahan kualitas kerjasama

Page 60: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

45

tim yang terjadi pada karyawan bagian penjualan disebuah perusahaan

distribusi, yakni komunikasi dan dukungan antar karyawan penjualan.

Ditinjau dari hasil temuan tersebut, kedua permasalahan yang disebutkan

diatas merupakan aspek yang terdapat pada kualitas kerjasama tim dari

teori Hoegl dan Geumenden (2001). Setelah melakukan penyesuaian

antara permasalahan dengan sasaran pelatihan, peneliti kemudian

merancang dan menyusun modul secara sistematis. Peneliti memilih

materi yang mudah untuk dipahami dan diaplikasikan kembali oleh para

karyawan sehari-hari dengan menambahkan permainan dan lembar kerja

berkelompok, serta melakukan simulasi (role play) terkait komunikasi

interpersonal antar rekan kerja. Peneliti juga melakukan penyesuaian

pada energizer yang diberikan kepada partisipan dengan penugasan

membuat yel-yel kelompok pelatihan agar energi peserta dapat

terbangun sesuai harapan. Penggunaan waktu pelaksanaan setiap sesi

disesuaikan dengan sasaran dan jumlah waktu yang diberikan oleh pihak

perusahaan. Pelatihan ini menggunakan berbagai metode antara lain,

ceramah, diskusi, lembar kerja, permainan, dan simulasi (role play).

Setelah penyusunan modul selesai dilakukan, peneliti mengajukan modul

kepada dua orang dosen berlatar belakang psikolog untuk membantu

melakukan proses professional judgement. Selanjutnya, peneliti

melakukan validasi modul kepada salah seorang atasan agar pihak

perusahaan memiliki pemahaman yang sama tentang konsep pelatihan

yang menjadi isi modul dan akan diberikan kepada karyawan.

Page 61: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

46

e. Persiapan Pelatihan

Persiapan pelatihan dimulai dengan melakukan koordinasi dengan

trainer yang ditunjuk sebagai pengajar. Koordinasi tersebut membahas

tujuan dan sasaran pelatihan, serta isi modul yang akan disampaikan

pada kegiatan pelatihan. Koordinasi dilakukan secara rutin agar pelatih

memiliki pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga

mampu menyampaikan isi modul sesuai harapan peneliti. Trainer dalam

penelitian ini telah memenuhi sebagian kualifikasi yang ditetapkan,

seperti memiliki pengalaman mengisi pelatihan khususnya bidang

psikologi, dan memahami tentang konsep kerjasama tim yang

berkualitas. Trainer merupakan praktisi psikologi yang pernah

memberikan materi pelatihan terkait komunikasi interpersonal dan

membangun tim, sehingga hal ini mendukung untuk lebih mudah

melakukan transfer ilmu kepada peserta perlatihan. Meskipun trainer

telah menguasai materi pelatihan yang akan diberikan, trainer tetap

berupaya melakukan penyesuaian kembali karena poin-poin penting yang

perlu ditekankan sebagai pokok permasalahan dalam pelatihan ini dibuat

berdasarkan kondisi aktual peserta. Selama pelatihan berlangsung,

trainer didampingi oleh dua orang observer yang merupakan mahasiswi

Magister Psikologi Profesi bidang Psikologi Industri dan Organisasi yang

berkompeten untuk menjadi observer dalam pelatihan. Selain itu,

persiapan juga ditempuh dengan menentukan lokasi pelaksanaan

pelatihan yang dianggap mampu memenuhi kenyamanan seluruh pengisi

kegiatan, yakni di ruang pelatihan rumah kolaborasi Kota Bogor. Lokasi

Page 62: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

47

ini dipilih atas pertimbangan ruangan telah memiliki fasilitas pendukung

untuk mengadakan kegiatan pelatihan, seperti kapasitas ruang yang luas

dan mampu menampung sesuai jumlah peserta, memadai untuk

melakukan aktivitas permainan dalam sesi pelatihan, serta tersedia

peralatan yang menunjang proses pelatihan antara lain proyektor,

pengeras suara, papan tulis, dan meja kursi untuk peserta.

f. Memberi Informed Consent

Partisipan pelatihan merupakan karyawan penjualan pada divisi kerja

yang menurut penilaian dan pengamatan atasan memiliki kerjasama tim

yang kurang maksimal. Partisipan yang dijadikan sebagai kelompok

eksperimen dalam penelitian ini berjumlah 10 orang karyawan yang

berasal dari bagian penjualan produk kebutuhan ruumah tangga. Tujuan

dari memberikan informed consent adalah untuk mengetahui kesediaan

partisipan dalam mengikuti seluruh proses penelitian yang akan

dilakukan. Selain itu, peneliti juga menyampaikan bahwa kerahasiaan dari

partisipan penelitian pasti akan terjaga karena hal itu telah diatur dalam

kode etik psikologi dan peneliti pun menjalankannya.

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Prates

Prates dilaksanakan satu minggu sebelum pelatihan dilaksanakan.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 – 13 Oktober 2019, di mana

kuesioner kualitas kerjasama tim disebarkan kepada karyawan penjualan

kebutuhan rumah tangga yang ditetapkan sebagai partisipan pelatihan. Adapun

Page 63: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

48

gambaran umum partisipan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Demografi Partisipan

Klasifikasi Jumlah Persentase

Usia

≤ 25 tahun 2 20%

26 – 35 tahun 6 60%

36 – 45 tahun 2 20%

46 – 55 tahun 0 0% JUMLAH 10 100%

Lama

Bekerja

½ – 1 tahun 3 30,0%

1 - 2 tahun 3 30,0%

2 - 5 tahun 3 30,0%

> 7 tahun 1 10,0%

JUMLAH 10 100%

Tingkat Pendidikan

SMA/SMK/MA 5 50,0%

D1 2 20,0%

D3 3 30,0%

S1 0 0,0%

S2 0 0,0%

JUMLAH 10 100%

Tabel ini menampilkan karakteristik responden yang menjadi partisipan

penelitian. Profil responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dijabarkan

berdasarkan tiga kategori yaitu usia, lama bekerja dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas partisipan merupakan

karyawan berusia 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 60%. Selanjutnya berdasarkan

lama kerja karyawan cenderung terbagi secara merata, yakni telah bekerja

selama 6 bulan sampai 5 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas

partisipan merupakan karyawan dengan tingkat pendidikan SMA/SMK/MA

sebanyak 50%.

Kuesioner kualitas kerjasama tim yang disebarkan sebagai prates

berjumlah 10 kuesioner dan seluruhnya berhasil kembali kepada peneliti.

Page 64: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

49

Pembagian kuesioner prates disesuaikan dengan jumlah partisipan dalam

penelitian ini, yakni 10 orang karyawan bagian penjualan. Berikut kategorisasi

hasil prates kualitas kerjasama tim dari setiap partisipan.

Tabel 4. Distribusi Skor Prates Kuesioner Kualitas Kerjasama Tim per-Subjek

Skor Kategori Kelompok Eksperimen

% Partisipan Kategori

X > 165

137 ≤ X ≤ 165

X < 137

Tinggi

Sedang

Rendah

50%

50%

0%

AR Sedang

MS Tinggi

LS Tinggi

RE Tinggi

C Sedang

AN Sedang

MK Tinggi

HE Sedang

IE Tinggi

SL Sedang

Jumlah 100% 10

Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, hasil prates kualitas kerjasama tim

pada kelompok eksperimen menunjukkan hasil berimbang antara kategori

sedang dan tinggi yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (50,0%). Hal ini dapat

diasumsikan bahwa partisipan beranggapan kerjasama tim yang terjalin didalam

bidang kerjanya sudah memiliki kualitas yang cukup baik jika ditinjau secara

kuantitatif. Atasan dari kelompok partisipan menyatakan bahwa kondisi ini masih

perlu ditingkatkan agar setiap karyawan memiliki kemampuan yang setara dalam

menjalin kerjasama tim, sehingga kualitas kerjasama yang terjalin diharapkan

semakin baik dari sebelumnya.

Page 65: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

50

2. Pelaksanaan Pelatihan “We are Excellent Team”

Pelatihan “We are Excellent Team” dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober

2019 di ruang pelatihan rumah kolaborasi Kota Bogor. Sesuai kesepakatan

dengan pihak manajemen, pelatihan dimulai pada pukul 13.00 WIB untuk

menunggu karyawan bagian penjualan yang menjadi partisipan menyelesaikan

pekerjaannya terlebih dahulu. Kegiatan pelatihan “We are Excellent Team”

diawali dengan perkenalan tim peneliti kepada peserta, kemudian dilanjutkan

dengan memperkenalkan trainer dan doa bersama sebelum memulai kegiatan

pelatihan. Masuk pada sesi pembukaan, trainer memulai pelatihan dengan

menyampaikan kontrak belajar hingga disepakati bersama para peserta, dan

dilanjutkan dengan pengisian lembar prates evaluasi pembelajaran. Selanjutnya,

trainer memberikan gambaran umum mengenai kegiatan dalam pelatihan yang

akan dijalankan. Trainer kemudia mengajak peserta untuk membentuk kelompok

dan meminta peserta membuat yel-yel kelompok sebagai identitas timnya,

kemudian memperagakannya. Tujuan dari pembuatan yel-yel tersebut selain

untuk mencairkan suasana antar peserta yang baru pertama kali mengikuti

kegiatan pelatihan, juga ditujukan untuk meningkatkan kekompakan peserta

melalui pembentukan identitas kelompoknya. Berdasarkan hasil observasi,

peserta dapat menikmati kegiatan tersebut dengan tertawa bersama sebelum

memulai kegiatan belajar. Setelah masing-masing kelompok menunjukkan yel-yel

kelompoknya, trainer memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan

hal-hal yang dianggap kurang jelas sebelum memulai materi.

Mengawali sesi “Membangun tim I”, masing-masing kelompok diberi lembar

kerja “Kami Adalah Tim”. Trainer lalu meminta tiap kelompok mendiskusikan

Page 66: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

51

nama tim mereka, nama setiap anggota, tujuan yang ingin dicapai bersama

dalam pelatihan, dan strategi mencapainya. Masing-masing peserta dalam tiap

kelompok saling memberi respon dan pendapatnya saat proses pengerjaan

lembar tersebut. Lembar kerja tersebut lalu dikumpulkan oleh peneliti dan

ditempelkan di papan tulis terdekat pada masing-masing kelompok. Selanjutnya,

trainer meminta setiap kelompok memberi presentasi singkat terkait identitas

kelompoknya masing-masing. Kegiatan berlanjut dengan bermain “Sarung Ajaib”.

Peserta diberikan arahan dan petunjuk permainan terlebih dahulu oleh trainer,

kemudian mulai bermain. Masing-masing kelompok berupaya menjadi pemenang

dalam permainan ini, sehingga suasana pelatihan menjadi penuh semangat.

Setelah permainan berakhir, trainer mengajak peserta untuk melakukan debrief

dilanjutkan dengan pemberian umpan balik. Trainer lalu menyampaikan materi

pertama yang terkait dengan kerjasama tim secara umum dan pentingnya

membangun kerjasama tim yang berkualitas. Sesi ini diakhiri dengan mengajak

peserta melakukan review terhadap lembar kerja “Kami adalah Tim” yang

telah diisi masing-masing kelompok, dan memberi umpan balik yang

dihubungkan dengan materi kerjasama tim.

Pukul 14.30 WIB sesi selanjutnya sudah dapat dilaksanakan. Sesi ini

merupakan sesi “Membangun tim 2” yang fokus pembahasannya adalah terkait

cara membangun komunikasi interpersonal. Sesi ini diawali dengan melakukan

simulasi yang menceritakan tentang cara karyawan berkomunikasi dalam situasi

kerja. Masing-masing kelompok diberi kasus yang sama namun memiliki peran

yang berbeda. Peran masing-masing peserta dituliskan di kertas kecil dan

dimainkan bersama kelompoknya. Pada kegiatan simulasi ini, setiap peserta

Page 67: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

52

saling mengamati peran yang dimainkan oleh kelompok lainnya. Setelah masing-

masing kelompok bermain peran, trainer dan peserta mendiskusikan tentang

komunikasi interpersonal yang dilakukan pada saat simulasi. Trainer dan peserta

terlibat aktif dalam tanya jawab yang diantaranya membahas mengenai

Kesulitan apa yang dirasakan pada proses berkomunikasi dalam tim saat simulasi

dilakukan, hal-hal apa saja yang menghambat proses berkomunikasi dalam tim

tersebut, dan bagaimana cara peserta mengatasi kendala dan kesulitan untuk

membangun komunikasi. Trainer kemudian memberikan umpan balik dan

penguatan kepada peserta terkait pentingnya memiliki komunikasi yang

berkualitas dalam tim, selanjutnya menyampaikan materi tentang komunikasi

interpersonal, keterbukaan dan sikap mendukung dalam komunikasi.

Sesi ketiga dimulai dengan bermain “Membangun Istana Megah”. Permainan

ini ditujukan agar peserta mengetahui bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk

membuat kerjasama tim menjadi berkualitas. Trainer memberikan instruksi dan

petunjuk permainan terlebih dahulu pada peserta, kemudian memulai permainan.

Pada permainan ini, masing-masing kelompok berupaya membangun sebuah

bangungan yang indah dan kokoh, serta menyelesaikannya dengan cepat.

Setelah permainan selesai, trainer melakukan debrief bersama peserta dan

melanjutkan pemberian materi tentang konsep dukungan yang dibutuhkan untuk

meningkatkan kerjasama tim. Sesi ini diakhiri dengan membagikan lembar

“Catatan untuk Kami” kepada tiap kelompok. Semua peserta ditiap kelompok

diminta menuliskan satu hal yang akan dilakukan untuk meningkatkan

dukungannya dalam mencapai target kerja timnya sehari-hari. Lembar kerja

tersebut dibawa dan ditempelkan di ruang kerja peserta sebagai bentuk komitmen

Page 68: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

53

diri mereka dalam upaya meningkatkan kualitas kerjasama timnya. Peserta

ditantang untuk merealisasikan sikap positif yang perlu dilakukan dalam waktu 30

hari agar setelah pelatihan selesai dilaksanakan, peserta mampu menjadi

karyawan yang memiliki kemampuan bekerjasama dalam tim yang berkualitas.

Selama proses pelatihan dimulai hingga sesi ketiga berakhir, trainer memberi

catatan-catatan tertentu pada tiap kelompok sesuai dengan dinamika yang terjadi

selama proses permainan berlangsung. Pada setiap sesinya, trainer cukup

berhasil membangun interaksi sehingga peserta ikut aktif mengutarakan

pendapat serta mendiskusikan hal-hal apa saja yang penting untuk dimiliki dan

dilakukan untuk mencapai kualitas kerjasama tim yang optimal. Trainer selalu

memberikan penguatan positif bagi peserta yang berhubungan dengan kerjasama

tim dan dikaitkan dengan kondisi kerja sehari-hari ditiap akhir sesi pelatihan.

Memasuki sesi penutupan yang menjadi sesi paling akhir dari rangkaian

pelatihan, peserta diajak untuk mengulas materi yang telah disampaikan dan

diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian, acara dilanjutkan

dengan mengisikan lembar evaluasi reaksi dan pembelajaran untuk mengetahui

hasil yang diperoleh peserta dari kegiatan pelatihan ini. Trainer dan tim peneliti

memberikan apresiasinya atas kesediaan serta kerjasama peserta dalam

mendukung pelaksanaan pelatihan ini. Penguatan untuk memiliki kerjasama tim

yang berkualitas kembali diberikan dengan memberi semangat dan membagikan

sebuah ID Card berisi kata-kata positif terkait kerjasama tim kepada setiap

peserta.

Page 69: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

54

3. Pelaksanaan Pascates

Pengambilan data pascates kelompok eksperiman dilakukan satu minggu

setelah pelatihan dilakukan. Data pascates diambil pada tanggal 27 November

2019 dan diterima kembali oleh peneliti pada tanggal 6 November 2019. Berikut

kategorisasi hasil pascates dari kuesioner kualitas kerjasama tim yang akan

ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Skor Pascates Kuesioner Kualias Kerjasama Tim per-Subjek

Skor Kategori Kelompok Eksperimen

% Partisipan Kategori

X > 165

137 ≤ X ≤ 165

X < 137

Tinggi

Sedang

Rendah

80%

20%

0%

AR Tinggi

MS Tinggi

LS Tinggi

RE Tinggi

C Sedang

AN Tinggi

MK Tinggi

HE Sedang

IE Tinggi

SL Tinggi

Jumlah 100% 10

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hasil pascates kualitas

kerjasama tim dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa delapan orang

partisipan berada pada kategori tinggi (80%), sementara dua orang lainnya

berada pada kategori sedang (20%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan skor kualitas kerjasama tim pada karyawan bagian penjualan

setelah diberikan pelatihan “We Are Excellent Team” .

Page 70: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

55

4. Pelaksanaan Tindak Lanjut

Pengambilan data tindak lanjut dilakukan tiga minggu setelah pelatihan

yaitu pada tanggal 8 – 9 November 2019. Pengambilan data tindak lanjut

dilaksanakan dengan membagikan kembali kuesioner kualitas kerjasama tim dan

melakukan proses wawancara kepada atasan karyawan bagian penjualan

sebagai pemegang jabatan yang dianggap paling mengetahui tentang

perkembangan perilaku dari partisipan kelompok eksperimen. Berikut

kategorisasi hasil tindak lanjut dari kuesioner kualitas kerjasama tim yang akan

ditampilkan pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Skor Tindak Lanjut Kuesioner Kualias Kerjasama Tim per- Subjek

Skor Kategori Kelompok Eksperimen

% Partisipan Kategori

X > 165

137 ≤ X ≤ 165 X < 137

Tinggi

Sedang Rendah

90%

10% 0%

AR Tinggi

MS Tinggi

LS Tinggi

RE Tinggi

C Sedang

AN Tinggi

MK Tinggi

HE Tinggi

IE Tinggi

SL Tinggi

Jumlah 100% 10

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hasil tindak lanjut kualitas

kerjasama tim dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sembilan orang

partisipan berada pada kategori tinggi (90%), sementara seorang lainnya berada

Page 71: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

56

pada kategori sedang (10%). Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

skor kualitas kerjasama tim pada karyawan bagian penjualan hingga peneliti

proses tindak lanjut dilaksanakan.

C. Analisis Data

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada peningkatan skor

kualitas kerjasama tim yang signifikan setelah dilaksanakan pelatihan “We Are

Excellent Team” pada karyawan penjualan di perusahaan distribusi “X”.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Friedman terlebih dahulu untuk melihat

perbedaan antara skor prates, pascates, dan tindak lanjut pada kelompok

eksperimen. Selain uji tersebut, peneliti juga melakukan analisis data dengan uji

Wilcoxon untuk membandingkan skor kualitas kerjasama tim antara sebelum dan

sesudah pelatihan “We Are Excellent Team” diberikan kepada kelompok

eksperimen.

Sebelum menampilkan hasil uji hipotesis, peneliti akan memaparkan hasil

kategorisasi prates, pascates hingga tindak lanjut partisipan. Kategorisasi ini

ditujukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi pada partisipan penelitian

antara sebelum dan sesudah diberikan pelatihan “We Are Excellent Team”.

Berikut merupakan hasil kategorisasi skor kualitas kerja sama pada kelompok

eksperimen yakni:

Page 72: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

57

Tabel 7. Kategorisasi Prates, Pascates, dan Tindak Lanjut Kualitas Kerjasama Tim Skor Kategori N %

Prates

X > 165 Tinggi 5 50,00 137 ≤ X ≤ 165 Sedang 5 50,00

X < 137 Rendah 0 0,00 JUMLAH 10 100%

Pascates X > 165 Tinggi 8 80,00

137 ≤ X ≤ 165 Sedang 2 20,00

X < 137 Rendah 0 0,00 JUMLAH 10 100%

Tindak lanjut X > 165 Tinggi 9 90,00

137 ≤ X ≤ 165 Sedang 1 10,00

X < 137 Rendah 0 0,00 JUMLAH 10 100%

Berdasarkan tabel 7 yang berisi kategorisasi pada tiga tahap penelitian

menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen, skor kualitas kerjasama tim

mengalami peningkatan signifikan sejak prates hingga tindak lanjut dilakukan.

Hal ini dapat diartikan bahwa setelah pelatihan “We Are Excellent Team”

diberikan, partisipan cenderung mempersepsikan bahwa kerjasama tim yang

terjalin di dalam tim kerjanya memiliki kualitas yang lebih baik daripada sebelum

diberi pelatihan.

Berikut adalah perbandingan rata-rata nilai skor kualitas kerja sama

karyawan bagian penjualan pada kelompok eksperimen ditinjau dari prates,

pascates, dan tindak lanjut yang dapat dilihat pada bagan berikut:

Page 73: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

58

Gambar 2. Bagan Rata-rata Nilai Kualitas Kerjasama Tim

Berdasarkan hasil pada Gambar 2 di atas, dapat diketahui bahwa

kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata prates sebesar 163,1. Nilai tersebut

kemudian mengalami peningkatan pada pascates sebesar 179,6. Setelah

dilakukan pengukuran ketiga kali, nilai tindak lanjut memiliki peningkatan dengan

rata-rata sebesar 176,4. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan bagian penjualan

yang diberi pelatihan “We Are Excellent Team” mengalami peningkatan skor

kualitas kerjasama tim yang konsisten menetap, yakni pada pada kategori

sedang hingga tinggi (137 ≤ X ≤ 165, X > 165).

Peneliti kemudian melakukan uji Friedman untuk melihat perbedaan skor

kualitas kerjasama tim pada kelompok eksperimen pada saat prates, pascates,

dan tindak lanjut. Pemaparannya sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Friedman

Kelompok Tahap Rerata Rank

Chi Square

p Keterangan

Eksperimen prates 1,10

18,000 0,000 Signifikan pascates 2,00 tindak lanjut 2,90

163.1

173.6176.4

Eksperimen

Rata-rata Nilai Kualitas Kerja Sama Karyawan

Pra-tes Pasca-tes Follow up

Page 74: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

59

Tabel 8 menunjukkan bahwa berdasarkan uji Friedman terdapat

perbedaan skor kualitas kerjasama tim pada partisipan saat pengukuran prates,

pascates, dan tindak lanjut. Hasil uji beda ini memiliki signifikansi kelompok

sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis dalam

penelitian ini diterima. Selanjutnya, peneliti melakukan uji Wilcoxon untuk

mengetahui perbedaan skor kualitas kerjasama tim pada kelompok eksperimen

antara sebelum dan sesudah diberikan pelatihan “We are Excellent Team”.

Pemaparannya sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Wilcoxon

Variabel Tahap Rerata Z p Keterangan

Kualitas

Kerjasama Tim

prates 163,1 -2,670 0,008 Signifikan

pascates 173,6

pascates 173,6 -2,687 0,007 Signifikan

tindak lanjut 176,4

Pada hasil uji Wilcoxon di atas, diketahui bahwa terdapat perbedaan

signifikan pada skor kualitas kerjasama tim antara sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan “We are Excellent Team”. Hasil menunjukkan bahwa nilai

rerata pascates lebih tinggi dari nilai prates, dan nilai rerata tindak lanjut lebih

tinggi dari nilai pascates. Ditinjau dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa pelatihan “We are

Excellent Team” mampu meningkatkan skor kualitas kerjasama tim pada

karyawan penjualan diterima oleh hasil penelitian empiris.

Page 75: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

60

D. Pembahasan

Pelatihan “We are Excellent Team” telah diberikan kepada partisipan

penelitian yang berjumlah 10 orang karyawan. Partisipan dalam penelitian ini

merupakan karyawan penjualan dari produk kebutuhan harian rumah tangga di

sebuah perusahaan distribusi wilayah Bogor. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah pelatihan “We are Excellent Team” mampu meningkatkan

skor kualitas kerjasama tim pada karyawan bagian penjualan.

Penelitian ini semula menggunakan desain eksperimen the untreated

control group design with pretest and posttest yang merupakan bagian dari

rancangan eksperimen dua kelompok atau between subject design (Shadish,

Cook & Campbel, 2002). Dalam desain eksperimen ini, peneliti membagi

partisipan penelitian menjadi dua kelompok subjek, yakni kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok subjek terdiri dari 10 orang

karyawan bagian penjualan. Kelompok kontrol merupakan karyawan penjualan

dari divisi penjualan yang berbeda tetapi berada pada perusahaan yang sama.

Seiring berjalannya proses penelitian, desain eksperimen mengalami

penyesuaian menjadi one group pretest posttest design di mana pengukuran

dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen

dengan satu kelompok subjek. Penyesuaian ini dilakukan karena hasil analisis uji

beda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan

perbedaan signifikan pada skor kualitas kerjasama tim ketika prates dilakukan, di

mana kelompok eksperimen memiliki nilai rerata yang lebih tinggi daripada

kelompok kontrol. Setelah melakukan penyesuaian pada desain eksperimen,

peneliti kemudian merundingkan hasil tersebut bersama pihak manajemen

Page 76: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

61

perusahaan untuk menentukan kelompok karyawan bagian penjualan yang

bersedia mengikuti pelatihan “We are Excellent Team”. Penelitian kemudian

dilanjutkan dengan kesepakatan bahwa kelompok eksperimen tetap berasal dari

karyawan bagian penjualan produk kebutuhan rumah tangga. Kelompok subjek

ini dipilih atas dasar pertimbangan ditemukannya perbedaan antara analisis

permasalahan dari hasil wawancara kepada atasan dengan hasil kuesioner

kualitas kerjasama tim yang dibagikan pada saat prates, di mana hasil

wawancara menunjukkan kurangnya kerjasama tim pada kelompok eksperimen

dalam bekerja sehari-hari, sementara hasil kuesioner kualitas kerjasama tim

menunjukkan bahwa karyawan menilai kerjasama yang terjadi antar rekan dalam

tim kerjanya sudah cukup baik. Perbedaan ini diasumsikan oleh peneliti bahwa

pada dasarnya karyawan penjualan pada kelompok eksperimen mampu menjalin

kerjasama tim dengan cukup baik, namun pada kenyataannya belum mampu

mengaplikasikannya secara optimal dalam pekerjaan sehari-hari sehingga

kualitas kerjasama tim didalamnya masih perlu ditingkatkan lagi.

Asumsi dalam penelitian ini adalah partisipan yang diberikan pelatihan

“We are Excellent Team” mampu meningkatkan kualitas kerjasama tim yang

dimiliki untuk bekerja sehari-hari. Karyawan penjualan yang menjadi partisipan

pelatihan juga diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang

didapatkan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas kerjasama tim pada

kelompok kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelatihan

“We are Excellent Team” mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan

dalam membangun kerjasama tim yang berkualitas ditinjau dari aspek

komunikasi dan dukungan pada tim kerja. Harapan dari pelatihan ini adalah

Page 77: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

62

dengan semakin terampilnya karyawan dalam berkomunikasi dan memberikan

dukungan pada kelompok maka akan semakin berkualitas kerjasama tim yang

terjalin antar rekan kerja sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Sheng, Tian

dan Chen (2010) menyatakan bahwa secara teoritis, kerjasama tim yang

berkualitas mampu membawa dampak yang signifikan pada pencapaian tujuan

organisasi, diantaranya adalah peningkatan produktivitas kerja, perbaikan

kualitas layanan, meningkatnya kepuasan karyawan terhadap pekerjaan,

rendahnya absensi, dan mengurangi intensitas karyawan keluar dari perusahaan.

Pada proses tanya jawab diawal pelatihan, partisipan menyatakan bahwa

kesulitan yang dihadapi ketika bekerja dalam tim adalah kurangnya kemampuan

berbagi informasi antar karyawan terkait pekerjaan yang dihadapi di lapangan.

Hal inilah yang dianggap menyebabkan komunikasi interpersonal antar rekan

kerja cenderung pasif sehingga membawa dampak pada kemampuan untuk

saling mendukung antar karyawan penjualan. Kondisi ini diakui menjadi

penyebab beberapa karyawan bagian penjualan tidak mampu mencapai target

kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan “We are Excellent Team”

selain mampu meningkatkan skor kualitas kerjasama tim, juga dapat

meningkatkan kemampuan karyawan dalam menyampaikan keluhan, pendapat,

ide dan solusi masalah pekerjaan dibandingkan dengan sebelum pelatihan

diberikan. Peningkatan tersebut cenderung konstan dan menetap hingga

dilakukannya tindak lanjut. Peningkatan kemampuan tersebut dapat terjadi

dikarenakan partisipan pelatihan diberi kesempatan untuk mengamati, meniru,

berlatih dan diberikan feedback berkaitan dengan cara membangun komunikasi

Page 78: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

63

interpersonal yang baik dalam bekerja. Menurut Bandura (1986) seseorang yang

diberikan model (contoh) akan cenderung memproduksi perilaku yang sama dan

memiliki motivasi untuk mengulang perilaku tersebut.

Pada dasarnya, karyawan merupakan makhluk sosial yang di dalam

melakukan pekerjaannya membutuhkan interaksi dengan orang lain, baik rekan

kerja maupun atasan mereka. Rekan kerja juga merupakan bagian dari

perwujudan salah satu teori motivasi menurut Alderfer yaitu kebutuhan akan

hubungan (relatedness Needs), di mana penekanan ada pada pentingnya

hubungan antarindividu (interpersonal relationship) dan bermasyarakat (social

relationship) (George & Jones, 2002). Salah satu aspek penting yang

mempengaruhi kualitas kerjasama tim yang baik dalam organisasi adalah

komunikasi. Komunikasi menjadi komponen dasar yang perlu diperhatikan oleh

anggota tim karena sebuah kelompok kerja yang dikatakan memiliki kerjasama

tim yang solid salah satunya dipengaruhi oleh terjalinnya komunikasi yang baik

(Ivanvech, dkk., 2000).

Secara teoritis, terjalinnya komunikasi interpersonal yang optimal

dipengaruhi oleh adanya kepercayaan antar rekan kerja (Griffin, 2001). Kualitas

kerjasama akan tercapai jika diantara pegawai dapat menumbuhkan rasa

percaya terhadap rekan kerja. Rasa percaya di antara sesama rekan kerja akan

memudahkan komunikasi dan koordinasi sehingga proses penyelesaian

pekerjaan menjadi lebih mudah. Kepercayaan merupakan harapan yang

diberikan dari satu pihak kepada pihak lainnya tanpa harus memonitor secara

langsung. Penelitian yang dilakukan oleh Sopiah (2008) telah

mengidentifikasikan lima dimensi yang mendasari konsep kepercayaan yaitu (1)

Page 79: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

64

integritas diantaranya kejujuran dan bersikap sebenarnya (thruthfulness), (2)

kemampuan yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan teknis antarpribadi,

(3) konsistensi dalam menangani permasalahan/situasi, (4) kesetiaan, yaitu

kesediaan melindungi rekan kerja, dan (5) keterbukaan dengan kesediaan

berbagi gagasan dan informasi secara bebas.

Ditinjau dari lima dimensi kepercayaan di atas, kurangnya kemampuan

berbagi informasi antar karyawan pada kelompok eksperimen terkait pekerjaan

terjadi akibat kurangnya rasa percaya antar rekan kerja. Persaingan antar rekan

kerja untuk memperoleh omset penjualan per individu dianggap mempengaruhi

keterbukaan karyawan dalam berbagi informasi. Selain itu, kondisi demografi

karyawan bagian penjualan pada kelompok eksperimen yang cenderung lebih

beragam jika dilihat dari masa kerjanya juga diasumsikan mempengaruhi rasa

percaya antar rekan kerja didalamnya. Kepercayaan ini terkait dengan

pengetahuan dan pengalaman kerja masing-masing anggotanya. Kurangnya rasa

percaya pada kemampuan dan keterampilan antar rekan kerja secara tidak

langsung mempengaruhi proses interaksi yang terjadi, sehingga berdampak pada

kualitas kerjasama tim yang kurang optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian

Cahyadi (2012) yang menemukan bahwa kepercayaan terhadap rekan kerja

yang dilandasi oleh penilaian terhadap kompetensi, pengetahuan, dan

kemampuan rekan kerja lain memberikan pengaruh paling besar terhadap

kualitas kerjasama tim.

Selanjutnya, dalam penelitian ini konsep dukungan yang dicirikan dalam

kerjasama tim yang berkualitas adalah diutamakannya kolaborasi dibandingkan

kompetisi. Pada karyawan bagian penjualan, persaingan antar anggota dalam

Page 80: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

65

mencapai target penjualan per individu menyebabkan kurangnya kesadaran

antar karyawan untuk saling membantu dalam mencapai target tim kerja,

sehingga memberi dampak pada minimnya sikap mendukung dan munculnya

perilaku saling melempar tanggungjawab antar anggota. Pada pelatihan “We Are

Excellent Team”, konsep ini dipaparkan kedalam bentuk permainan yang

didalamnya mengutamakan kolaborasi antar tim partisipan dan diinternalisasikan

kedalam bentuk lembar kerja tim yang berisi kesediaan partisipan memberikan

dukungannya pada kinerja tim sehari-hari. Internalisasi nilai dukungan yang

dituliskan oleh setiap partisipan dilakukan guna menumbuhkan komitmen setiap

karyawan untuk saling memberi dukungan dalam pekerjaan.

Berdasarkan hasil tindak lanjut penelitian yang dilakukan melalui

wawancara kepada atasan, pelatihan “We Are Excellent Team” memberikan

dampak positif untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada aspek

komunikasi dan dukungan karyawan bagian penjualan yang menjadi partisipan.

Pada aspek komunikasi, karyawan yang diberi pelatihan lebih mampu

menyampaikan keluhan, pendapat, ide dan solusi masalah pekerjaan.

Keterbukaan antar karyawan dalam membagikan informasi pekerjaan menjadi

lebih aktif ketika melaksanakan briefing harian. Karyawan senior dengan masa

kerja yang lebih dari dua tahun terlibat cukup aktif dalam memberi solusi dan

masukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada rekan lainnya. Iklim saling

mendukung antar karyawan pun dirasa cukup terbangun dengan baik setelah

adanya keterbukaan informasi antar rekan kerja didalam tim kerja tersebut. Hal

ini berarti bahwa pelatihan “We are Ecellent Team” diasumsikan tidak hanya

mampu meningkatkan skor kualitas kerjasama tim, melainkan juga memberikan

Page 81: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

66

konstribusi terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan daya dukung

antar karyawan bagian penjualan.

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai

program pelatihan yang telah dilaksanakan. Evaluasi reaksi dalam pelatihan ini

digunakan sebagai data pendukung penelitian yang berisi peninjauan kembali

keseluruhan proses pelatihan. Evaluasi ini mencakup penilaian terhadap materi,

proses penyelenggaraan, sarana, dan kemampuan trainer. Adapun rincian

masing-masing aspek penilaian adalah sebagai berikut.

1) Aspek Materi

Gambar 3. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Materi

Berdasarkan diagram evaluasi reaksi pada aspek materi diketahui bahwa

mayoritas peserta pelatihan menilai materi yang disajikan memiliki

sistematika yang sangat baik dan sesuai dengan tujuan pelatihan. Materi

yang disampaikan dalam pelatihan juga dinilai jelas dan mudah dipahami

dengan baik oleh peserta. Kejelasan isi materi dan penyampaian yang mudah

dipahami membuat peserta mampu menyerap materi dengan baik, sehingga

60%

20%

60%40%

50%40%

80%

40%60%

50%

JELAS &MUDAH

DIPAHAMI

MENAMBAHPENGETAHUAN

MANFAATUNTUK

PEKERJAAN

SISTEMATIKAPENYAJIAN

MATERI

KESEUAIANDENGANTUJUAN

Aspek Materi

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Page 82: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

67

secara keseluruhan peserta menilai pelatihan yang diberikan mampu

menambah pengetahuan dan memberi manfaat bagi peserta untuk

pekerjaannya sehari-hari. Hasil ini juga diperkuat dengan feedback tertulis

yang diberikan oleh peserta kepada tim peneliti yang menyatakan bahwa

pengetahuan dan wawasan peserta terkait kerjasama tim yang berkualitas

menjadi bertambah setelah mengikuti pelatihan “We Are Excellent Team”.

2) Aspek Penyelenggaraan

Gambar 4. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Penyelenggaraan

Berdasarkan diagram evaluasi reaksi aspek penyelenggaraan diketahui

bahwa 80% peserta menilai pelatihan yang dilaksanakan sudah memiliki

persiapan yang baik. Pengelolaan waktu dan koordinasi antar tim peneliti

selama proses pelatihan juga dinilai baik oleh para peserta. Selain itu, peserta

menilai bahwa tim peneliti telah memberikan respon yang baik dalam

memenuhi kebutuhan peserta pelatihan. Secara keseluruhan, peserta menilai

bahwa pelatihan “We Are Excellent Team” telah diselenggarakan dengan baik

oleh tim peneliti.

10% 10%

80%70%

60%50%

20% 20%

40% 40%

PERSIAPANPELATIHAN

PENGELOLAANWAKTU

CEPAT TANGGAP KOORDINASI

Aspek Penyelenggaraan

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Page 83: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

68

3) Aspek Sarana

Gambar 5. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Sarana

Berdasarkan diagram evaluasi reaksi aspek sarana diketahui bahwa

sarana yang disediakan seperti ruang pelatihan, setting meja dan kursi

peserta selama kegiatan berlangsung dinilai baik dan sesuai dengan proses

pelaksanaan pelatihan. Sebagian besar peserta menilai media serta training

kit yang digunakan untuk mendukung pelatihan telah tersedia dengan baik,

sehingga kebutuhan peserta selama proses pelatihan dapat terpenuhi.

4) Aspek Kemampuan Trainer

Gambar 6. Diagram Evaluasi Reaksi Aspek Kemampuan Trainer

30%

10%

80%

50%60%

70%

20% 20%30% 30%

KESESUAIANSARANA & PROSES

MEDIA PELATIHAN TRAINING KIT KONSUMSI

Aspek Sarana

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

60%

50% 50% 50%

40%

50% 50% 50%

PENGUASAANMATERI

PENYAJIANMATERI

BAHASA MUDAHDIPAHAMI

INTERAKSI PADAPESERTA

Aspek Kemampuan Trainer

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Page 84: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

69

Berdasarkan diagram evaluasi reaksi yang menilai tentang kemampuan

trainer diketahui bahwa sebagian besar peserta menyatakan trainer menguasi

materi pelatihan dengan baik. Penguasaan materi yang baik oleh trainer

membantunya untuk menjelaskan materi dengan mudah kepada peserta. Trainer

juga dinilai mampu membangun interaksi dengan sangat baik oleh peserta

selama proses belajar berlangsung, sehingga dengan peserta mampu menyerap

pengetahuan yang disajikan selama proses pelatihan.

F. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki berbagai keterbatasan yang disebabkan

adanya hal-hal diluar perencanaan penelitian. Penyesuaian kembali pada desain

eksperimen, tidak adanya observasi peneliti terkait perilaku yang menunjukkan

kerjasama tim dalam kelompok subjek sebelum dan sesudah perlakuan

diberikan, serta keterbatasan waktu pelatihan merupakan kendala yang

menyebabkan penelitian ini memiliki keterbatasan. Idealnya waktu pelatihan

perlu dijadwalkan lebih dari 4 jam pembelajaran, dengan penyampaian materi

yang lebih bervariasi dan penggunaan berbagai metode pembelajaran yang lebih

partisipatif sesuai dengan kondisi kerja partisipan. Kondisi partisipan yang

mengikuti pelatihan setelah menyelesaikan pekerjaannya menyebabkan

partisipan cenderung lebih pasif ketika mengikuti materi pelatihan. Hal ini cukup

mampu teratasi karena metode pembelajaran yang diberikan selama pelatihan

lebih banyak diarahkan pada aktifitas kelompok yang terdiri dari permainan,

simulasi dan pengisian lembar kerja berkelompok, sehingga sebagian besar

partisipan tetap mampu melibatkan diri secara aktif hingga akhir sesi pelatihan.

Page 85: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pelatihan “We are Excellent Team” mampu

meningkatkan skor kualitas kerjasama tim pada karyawan penjualan di

perusahaan distribusi. Pelatihan ini juga mampu memberikan konstribusi

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan daya dukung antar karyawan

yang menjadi partisipan. Secara teoritis penelitian ini memperkuat asumsi bahwa

pemberian pelatihan membangun tim (team building) dapat meningkatkan

kualitas kerjasama tim dari sudut pandang dunia kerja. Bertambahnya wawasan

dan keterampilan terkait kerjasama tim yang berkualitas secara tidak langsung

merupakan langkah membangun tim kerja yang kuat sebagai bagian penting

dalam mencapai tujuan organisasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran yang dapat peneliti

ajukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya, antara

lain :

A. Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Penyesuaian kembali pada desain eksperimen dalam penelitian ini terjadi

karena hasil analisis prates antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol berbeda secara signifikan sebelum perlakuan diberikan. Hal ini

terjadi akibat kurangnya ketelitian peneliti dalam mengontrol pelaksanaan

Page 86: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

71

penelitian. Untuk dapat mengatasi kondisi seperti ini, peneliti selanjutnya

diharapkan mampu memberikan kontrol yang lebih ketat pada pelaksanaan

penelitian dengan mengupayakan hal-hal berikut, yakni :

a. Melakukan asesmen secara mendalam terkait kondisi aktual subjek yang

menjadi sampel penelitian guna memastikan bahwa permasalahan yang

terjadi pada subjek benar-benar relevan dengan penelitian. Salah satu

metode asesmen yang dapat digunakan untuk mengetahui secara

mendalam terkait kerjasama tim pada sampel penelitian adalah

melaksanakan FGD (Focus Discussion Group). Penggunaan metode

asesmen ini juga ditujukan untuk memastikan bahwa setiap subjek berada

dalam kondisi yang benar-benar setara.

b. Menganalisis hasil prates minimal satu minggu sebelum diberikan

perlakuan.

c. Menentukanan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah analisis

hasil prates selesai dilakukan.

2. Wawancara tindak lanjut kepada atasan partisipan yang ditujukan untuk

mengetahui adanya perbaikan atau peningkatan perilaku karyawan terkait

kerjasama tim yang berkualitas dalam penelitian ini masih perlu diperkuat

dengan metode pengukuran yang lain, seperti observasi perilaku sebelum

dan sesudah intervensi dilaksanakan.

3. Tidak adanya observasi oleh peneliti terkait perilaku yang menunjukkan

kerjasama tim pada sampel penelitian sebelum dan sesudah diberikan

intervensi menyebabkan perilaku positif yang muncul setelah dilakukan

intervensi masih perlu diuji validitasnya secara mendalam. Untuk dapat

Page 87: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

72

memperkuat hasil penelitian maka peneliti selanjutnya dapat

mengupayakan hal-hal berikut, yakni :

a. Meningkatkan validitas internal dengan mempersiapkan instrumen berupa

observasional checklist yang berisi indikator-indikator perilaku yang

menunjukkan kerjasama tim yang berkualitas. Instrumen jenis ini dianggap

valid dan akurat untuk digunakan sebagai evaluasi level III, yakni evaluasi

perilaku.

b. Peneliti dapat melakukan observasi secara langsung pada sampel

penelitian sebelum dan sesudah intervensi diberikan menggunakan

instrumen observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Apabila peneliti tidak dapat melakukan observasi sebelum dan sesudah

intervensi secara langsung akibat keterbatasan tertentu, peneliti dapat

bekerjasama dengan atasan/pimpinan partisipan untuk melakukan

pengamatan terhadap perilaku karyawan dan mengisi instrumen observasi

yang telah dipersiapkan sebelumnya.

d. Untuk mengontrol bias pada proses pengisian instrumen observasi yang

dilakukan oleh atasan/pimpinan partisipan, peneliti dapat mempersiapkan

surat pernyataan kesedian mengisi instrumen dengan sebenar-benarnya

sesuai kondisi aktual kepada atasan/pimpinan yang bersangkutan.

4. Idealnya pelaksanaan pelatihan membangun tim dilakukan lebih dari 1 hari

pembelajaran sehingga penyampaian materi menjadi lebih bervariasi dan

pelatihan yang diberikan benar-benar memiliki dampak positif jangka

panjang bagi karyawan maupun perusahaan.

Page 88: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

73

5. Pada penelitian ini ditemukan asumsi bahwa kepercayaan antar rekan kerja

memoderasi salah satu aspek kualitas kerjasama tim, yakni aspek

komunikasi. Peneliti selanjutnya dapat dapat mengembangkan penelitian

lebih lanjut dengan menambahkan variabel lain, seperti kepercayaan antar

rekan kerja.

6. Intervensi yang diberikan kepada karyawan dilakukan hanya dalam waktu

yang singkat, sehingga proses internalisasi untuk mempertahankan

pengetahuan dan keterampilan dasar terkait meningkatkan kualitas

kerjasama tim masih perlu terus dilakukan. Peneliti selanjutnya dapat

melakukan upaya pengembangan pelatihan membangun tim dengan

melaksanakan outbond dan berbagai pelatihan lain yang berfokus pada

aktivitas-aktivitas berkelompok.

B. Untuk Perusahaan

Adapun saran praktis yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

pengembangan lebih lanjut pada organisasinya, yakni :

1) Pihak manajemen perusahaan hendaknya melakukan tindak lanjut dari

kegiatan pelatihan “We Are Excellent Team”. Pihak perusahaan dapat

mengembangkan program lain seperti gathering dan outbond bagi

karyawan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kerjasama tim.

Dukungan yang diberikan oleh pihak manajemen dalam menindaklanjuti

pelatihan ini ditujukan untuk mempertahankan dan mengembangkan

perilaku positif lainnya yang dianggap mampu meningkatkan kualitas

kerjasama tim dari waktu ke waktu.

Page 89: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

74

2) Apabila perusahaan memiliki keterbatasan tertentu dalam melaksanakan

program pengembangan berupa pelatihan dan program berkelompok

lainnya, pihak manajemen perusahaan dapat melaksanakan program

pengembangan per individu seperti coaching dan mentoring. Kelebihan dari

program-program tersebut adalah minim biaya, pimpinan dan karyawan

dapat menjalankan program tersebut secara mandiri/tanpa bantuan

konsultan, waktu pelaksanaan yang lebih fleksibel karena dilaksanakan

sesuai kebutuhan karyawan dan perusahaan.

75

Page 90: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

75

DAFTAR PUSTAKA

Bambacas, M., & Patrickson, M. (2008). Interpersonal communication skill that

enhance organizational commitment. Journal of Communcation

Mangement, 12(1), pp. 51-72

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action, a social cognitive

theory. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall

Cahyadi, A. (2012). Intervensi team building training untuk meningkatkan

kepercayaan terhadap rekan rerja dan kualitas teamwork di PT. S. Tesis.

Universitas Indonesia: Depok

Damayanie, D. (2011). Pengaruh peningkatan kualitas team member exchange

(TMX) terhadap iklim kelompok pada karyawan dept.TI PT.X melalui

pelatihan team building. Tesis. Universitas Indonesia: Depok

Dessler, G. (2008). Manajemen sumber daya manusia edisi kesepuluh.

Indonesia: PT. Macanan Jaya Cemerlang

George, J. M., & G.R, Jones. (2002). Understanding and managing organizational

behavior. New Jersey: Prentice Hall

Gomes, F. C. (2003). Manajemen sumberdaya manusia. Yogyakarta: Penerbit

Andi

Forsyth, D. R. (2010). Group dynamic (5th ed). Belmont: Wadsworth Cengage

Learning

Griffin, M. A., Patterson, M. B., & West, M. A. (2001). Job satisfaction and

teamwork:the role of supervisor support. Journal of Organizational

Behavior , 537-550; ProQuest

Hadi, S. (2004). Metodologi research. Yogyakarta: Penerbit Andi

Page 91: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

76

Hoegl, M., & Geumenden, H.G. (2005). Teamwork quality and the success of

innovative projects: a theoretical concept and empirical evidence. Journal

of Organization Science , Vol.12, No.4, pp.435-449; ProQuest

Hu, M.M., Horng, J.S., & Sun, Y.H.C. (2009). “Hospitality teams: knowledge

sharing and service innovation performance”, Tourism Management.

Diunduh melalui www.elsevier.com/locate/tourman pada 10 Oktober 2019

Kozlowski, S. J. W. J., & Ilgen, D. R. (2006). Enhancing the effectiveness work

groups and teams. Psychological Science in the Public Interest, vol. 7, pp.

77-174

Kirkpatrick, D. (1998). Evaluation training programs: the four levels. San

Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc

Kumar, R. (1999). Research methodology: a step-by-step guide for beginners.

Malaysia: Sage Publication Ltd

Kaplan, R.M., & Saccuzzo, D.P. (1997). Psychological testing: principles, applications, and issues (4th ed). California: Brooks/Cole Publishing

Company

Kreitner, R., & Kinicki, A. (2008). Organizational behavior (8th ed). New York:

The McGraw-Hill Companies

Loyd, N. L. (2005). The impact of a teamwork environment on job satisfaction: A

study of college and university student affairs administrators. Disertasi.

Diakses dari ProQuest database

Myers, A., & Hansen, C.H. (2002). Experimental psychology fifth edition. Pacific

Grove, CA: Wedsworth Thomson Learning

Noe, R. A. (2005). Employee training and development (3th ed). New York:

McGraw Hill

Noe, R. A. (2010). Employee training and development (5th ed). New York: McGraw Hillof task persistence and intensity. Learning and Individual Differences 37, 249-254.

Page 92: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

77

Parker, G. M. (2008). Team players and teamwork :nNew strategies for

developing. Fransisco: John Wiley and Sons, Inc

Poerwandari, K. (2005). Penelitian kualitatif untuk penelitan perilaku manusia.

Depok: Perfecta, LPSP 3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Riggio, R. E. (2008). Introduction to industrial/organizational psychology (5th

ed). New Jersey: Pearson Prentice Hall

Rivai, V. (2005). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Shadish, W.R., Cook, T.D., & Campbell, D.T. (2002). Experimental and quasi-

experimental designed for generalized causal inference. New York :

Houghton Mifflin Company

Setiyanti, S. W. (2012). Membangun kerjasama tim (kelompok). Jurnal

STIE Semarang., Vol 4, 59-65

Sheng, C.W., Tian, Y.F., & Chen, M.C. (2010). Relationship among

teamwork bahavior, trust, perceived team support, and team

commitment. Social Behavior and Personality , 127; ProQuest

Sopiah. (2008). Perilaku organisasional. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D cetakan ke-

17. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

PT. Alfabet.

Tjosvold, D. (1988). Cooperative and competitive dynamics within and between organizational units. SAGE Sosial Science Collection. Diunduh pada 17 November 2019

Page 93: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

LAMPIRAN

Page 94: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

KUISIONER KUALITAS KERJASAMA TIM

No. Pernyataan

Rating

Sangat Tidak Setuju Sangat

Setuju

1. Di dalam tim kerja saya, komunikasi antar karyawan

berlangsung secara rutin. 1 2 3 4 5 6 7

2. Setiap karyawan dalam tim kerja saya selalu berkomunikasi secara spontan, baik dalam briefing pekerjaan maupun percakapan sehari-hari.

1 2 3 4 5 6 7

3. Komunikasi antar karyawan di dalam tim kerja saya dilakukan secara langsung dan akrab.

1 2 3 4 5 6 7

4.

Informasi yang berkaitan dengan pekerjaan

dikomunikasikan secara terbuka antar karyawan dalam tim kerja saya.

1 2 3 4 5 6 7

5. Karyawan dalam tim kerja saya merasa senang ketika mendapat informasi pekerjaan yang tepat

waktu dari rekan kerja dalam tim.

1 2 3 4 5 6 7

6. Karyawan dalam tim kerja saya merasa senang dengan ketepatan informasi yang diterima dari

rekan kerja dalam tim.

1 2 3 4 5 6 7

7. Karyawan dalam tim kerja saya merasa senang karena mendapat manfaat informasi yang diperoleh

dari rekan kerja dalam tim.

1 2 3 4 5 6 7

8. Pembagian kerja dalam tim saya ditata dengan rapi dan dikerjakan secara sistematis.

1 2 3 4 5 6 7

9. Pembagian pekerjaan dalam tim kerja saya memiliki

tujuan yang jelas dan komprehensif 1 2 3 4 5 6 7

10. Tujuan pembagian pekerjaan diterima oleh setiap

karyawan dalam tim kerja saya. 1 2 3 4 5 6 7

11. Pembagian pekerjaan dalam tim kerja saya dilakukan dengan adil.

1 2 3 4 5 6 7

12.

Setiap karyawan dalam tim kerja saya mengenali

potensi, kelebihan atau kekurangannya masing-masing secara spesifik.

1 2 3 4 5 6 7

13.

Karyawan dalam tim kerja saya ikut berperan

terhadap pencapian tujuan tim berdasarkan potensi masing-masing karyawan didalamnya.

1 2 3 4 5 6 7

14. Karyawan dalam tim kerja saya saling menolong dan mendukung satu sama lain sebaik yang mereka

bisa.

1 2 3 4 5 6 7

15. Bila terjadi konflik dalam tim kerja saya, karyawan mampu mengatasinya dengan cepat dan mudah.

1 2 3 4 5 6 7

16. Diskusi dan perdebatan dalam tim kerja saya

dilakukan dengan cara yang bersifat membina. 1 2 3 4 5 6 7

17. Saran dan kontribusi yang diberikan oleh masing-

masing karyawan dalam tim kerja saya dihargai.

1 2 3 4 5 6 7

Page 95: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

No. Pernyataan Rating Sangat Tidak Setuju Sangat

Setuju

18.

Dalam tim kerja saya, saran dan kontribusi setiap

karyawan didiskusikan dan dikembangkan lebih lanjut.

1 2 3 4 5 6 7

19.

Karyawan dalam tim kerja saya mampu mencapai

kesepakatan bersama untuk mengatasi rumor dan permasalahan penting dalam pekerjaan.

1 2 3 4 5 6 7

20. Setiap karyawan dalam tim kerja saya bertanggungjawab penuh terhadap pekerjaan.

1 2 3 4 5 6 7

21. Setiap karyawan dalam tim kerja saya menjadikan

pekerjaannya sebagai prioritas utama.

1 2 3 4 5 6 7

22. Karyawan dalam tim kerja saya memberikan usaha yang lebih pada pekerjaannya.

1 2 3 4 5 6 7

23. Setiap karyawan dalam tim kerja saya merasa penting untuk menjadi bagian dari pekerjaan.

1 2 3 4 5 6 7

24. Pekerjaan dianggap sebagai suatu hal yang biasa

oleh karyawan dalam tim kerja saya.

1 2 3 4 5 6 7

25. Karyawan dalam tim kerja saya melibatkan diri secara penuh dalam pekerjaan.

1 2 3 4 5 6 7

26. Bagi karyawan dalam tim kerja saya, pekerjaan yang sedang dikerjakan adalah hal yang penting.

1 2 3 4 5 6 7

27. Semua karyawan dalam tim kerja saya saling terkait

satu dengan yang lain.

1 2 3 4 5 6 7

28. Tidak mudah terjadi konflik pribadi di dalam tim kerja saya.

1 2 3 4 5 6 7

29. Karyawan dalam tim kerja saya saling mendukung satu sama lain.

1 2 3 4 5 6 7

Page 96: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

TABULASI DATA PARTISIPAN PENELITIAN

Page 97: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

HASIL UJI STATISTIK

KUALITAS KERJASAMA TIM

a. Uji Friedman

Page 98: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

b. Uji Wilcoxon

Page 99: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

MODUL PELATIHAN

“We are Excellent Team”

Oleh :

HANI MULIANI SAFITRI

Page 100: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

1

Pengantar

Secara umum perusahaan pasti menginginkan sumber daya manusia yang

(1) Berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan, (2) Menyelesaikan tugas dan

tanggungjawab secara efektif, (3) Mampu memberikan hasil kerja maksimal, (4) Mampu

bekerja dalam tim, (5) Mampu bekerja dengan kreatif dan penuh inovasi, (6) Mampu

memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen, dan (7) Memiliki loyalitas pada pekerjaan

dan perusahaan. Untuk dapat memenuhi keinginan tersebut, maka perusahaan sebagai

wadah berkumpulnya pekerja perlu melakukan upaya kolaboratif yang ditujukan untuk

memudahkan pencapaiannya. Salah satu upaya strategis yang dapat dilakukan adalah

dengan membentuk sebuah tim. Tim didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang

terdiri dari tiga orang atau lebih yang melekat dalam sebuah organisasi dimana para

anggotanya merasa menjadi bagian satu dengan yang lain dan berkolaborasi untuk

mencapai sebuah tujuan (Hoegl & Geumenden, 2005).

Lebih lanjut, tim yang dikatakan memiliki kerjasama tim yang berkualitas

dicirikan dengan memiliki tujuan bersama, mampu saling mengembangkan hubungan

yang efektif dan bermutu untuk mencapai tujuan (Hoegl dan Gemuenden, 2005).

Kerjasama tim yang berkualitas dapat terwujud dalam individu-individu yang bekerja

bersama dalam lingkungan yang kooperatif untuk mencapai tujuan bersama melalui

berbagi pengetahuan dan keterampilan. Dibutuhkan suatu upaya untuk dapat

mengembangkan sebuah tim agar mampu menjalin kerjasama yang berkualitas.

Rendahnya kualitas kerjasama tim pada sebuah tim kerja tidak hanya berdampak pada

kualitas kinerja, tetapi juga mempengaruhi hubungan interpersonal anggotanya.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerjasama tim

pada tim kerja adalah dengan melaksanakan pelatihan membangun tim (team building).

Membangun tim merupakan metode pelatihan yang didesain untuk meningkatkan

efektivitas tim atau kelompok (Noe, 2010). Melalui pelatihan membangun tim,

karakteristik dan hubungan interpersonal antar anggota tim dapat ditingkatkan

(Tannebaum, Beard, dan Salas, 1992 dalam Damayani, 2011).

Pelatihan ini dirancang khusus untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman,

serta kemampuan karyawan yang berkaitan dengan membangun tim sebagai upaya

meningkatkan kualitas kerjasama. Pada pelatihan ini karyawan akan diperkenalkan

dengan konsep kerjasama dalam tim dan cara meningkatkan kualitas kerjasama untuk

mencapai tujuan. Pelatihan membangun tim diharapkan mampu menggerakkan

Page 101: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

karyawan untuk mengembangkan kerjasama yang berkualitas, memiliki kemampuan

untuk membangun kerjasama tim yang solid untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pengetahuan dan pengalaman yang dibagikan dalam pelatihan ini diharapkan mampu

meningkatkan wawasan, cara pandangan, dan keyakinan karyawan terhadap pentingnya

memiliki kerjasama tim yang berkualitas, sehingga tercipta perilaku kerja yang lebih baik,

lebih sehat dan bermanfaat, serta menjadikan karyawan lebih mampu menghadapi

situasi pekerjaan yang penuh tantangan.

Page 102: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

PELATIHAN TEAM BUILDING

Latar Belakang Pelatihan membangun tim diberikan untuk membantu meningkatkan

kualitas kerjasama tim pada karyawan penjualan PT. X

Tujuan Umum Membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan mengenai konsep

membangun tim guna meningkatkan kualitas kerjasama tim

Tujuan Khusus Menanamkan konsep membangun tim untuk menciptakan kerjasama

tim yang berkualitas, sehingga tercipta perilaku kerja yang lebih

baik, lebih sehat dan bermanfaat, serta menjadikan karyawan lebih

mampu menghadapi situasi pekerjaan yang penuh tantangan

Waktu 3,5 jam

Tempat Indoor

Metode • Diskusi

• Ceramah (presentasi)

• Energizer

• Simulasi (roleplay)

• Permainan

• Mengisi lembar kerja

Perlengkapan • Alat tulis

• Kartu identitas peserta

• Laptop

• Mic

• Speaker

• Lembar pra tes

• Lembar “Kami Adalah Tim”

• Lembar “Catatan untuk Kami”

• Lembar evaluasi reaksi

• Lembar evaluasi pembelajaran

Peserta Karyawan penjualan PT. X

Page 103: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

JADWAL PELATIHAN

Waktu Sesi Sasaran Materi Metode Alat Durasi Evaluasi Outcome 08.30

– 09.00

Pembukaan • Peserta, trainer dan fasilitator saling mengenal dan membangun rapport

• Peserta mengetahui tujuan pelatihan dan aturan selama pelatihan

• Peserta membentuk dan memberi identitas tim

• Pembukaan • Perkenalan • Memberi

gambaran pelatihan

• Kontrak belajar • Pra tes • Pembentukan

kelompok • Membuat yel-

yel tim !

• Ceramah • Diskusi • Ice

breaking

• Mic • Speaker • Laptop • Alat tulis

• Kartu identitas peserta

• Lembar pra tes

30 menit Observasi • Peserta mengenal trainer dan fasilitator dan terjalin hubungan baik selama pelatihan

• Peserta memahami tujuan pelatihan dan sepakat dengan kontrak belajar yang diberikan

• Peserta memiliki identitas tim dan antusias mengikuti proses pelatihan

• Hasil pre-test 09.00

09.40

Membangun Tim I “Pengantar

Kerjasama Tim” (Definisi umum

kerjasama, manfaatnya,

tahapan perkembangan kerjasama tim)

• Peserta memahami konsep kerjasama

• Peserta menyadari arti penting memiliki kerjasama dalam tim

• Peserta mengetahui dan memahami hal-hal penting untuk membangun kerjasama yang berkualitas

• Peserta mampu mengevaluasi tingkat kerjasama timnya saat ini

• Mengisi lembar “Kami Adalah Tim”

• Bermain ”Sarung Ajaib”

• Definisi kerjasama

• Manfaat kerjasama

• Pembahasan tahapan perkembangan tim

• Mengisi lembar kerja

• Permainan • Ceramah • Diskusi

• Mic • Speaker • Laptop • Alat tulis • Lembar “Kami

Adalah Tim” • Sarung

40 menit Observasi • Peserta mampu memahami konsep kerjasama dan menyadari perlunya memiliki kerjasama dalam tim

• Peserta memahami cara membangun kerjasama tim yang berkualitas

• Peserta menyadari dan memahami kelebihan dan kelemahan tim

Page 104: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Waktu Sesi Sasaran Materi Metode Alat Durasi Evaluasi Outcome 09.40

– 10.40

Membangun Tim II “Membangun Komunikasi

Interpersonal” (Pengantar Komunikasi

Interpersonal, Keterbukaan, Sikap

mendukung)

• Peserta mengetahui dan memahami konsep komunikasi interpersonal

• Peserta mengetahui dan memahami konsep sikap terbuka dalam komunikasi interpersonal

• Peserta mengetahui dan memahami konsep sikap mendukung dalam komunikasi interpersonal

• Pembahasan terkait definisi dan pentingnya komunikasi interpersonal dalam kerjasama tim

• Pembahasan terkait pentingnya bersikap terbuka dalam berkomunikasi

• Pembahasan terkait pentingnya sikap mendukung dalam komunikasi

• Simulasi (roleplay)

• Ceramah • Diskusi

• Mic • Speaker • Laptop

60 menit Observasi • Peserta mengetahui dan memahami peran komunikasi interpersonal untuk menunjang kerjasama tim

• Peserta memiliki kesadaran bahwa sikap terbuka dan saling mendukung perlu ditanamkan untuk mencapai kerjasama tim yang berkualitas

• Peserta memahami cara membangun komunikasi interpersonal

10.40 –

11.45

Membangun Tim III

“Mengembangkan Dukungan dalam Kerjasama Tim”

• Peserta mengetahui dan memahami konsep dukungan untuk membentuk kerjasama tim yang berkualitas

• Peserta memahami cara untuk saling mendukung dalam bekerja tim

• Penyemangat “Coba Tebak”

• Pembahasan konsep dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kerjasama tim

• Bermain

“BangunIstana” • Lembar kerja

“Catatan Untuk Kami”

• Permainan • Ceramah • Diskusi

• Mic • Speaker • Laptop • Lembar kerja

65 menit Observasi • Peserta mengetahui Peserta mengetahui bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk membuat kerjasama tim menjadi berkualitas

• Peserta memahami cara memberi dukungan untuk meningkatkan kerjasama tim yang berkualitas

Page 105: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Waktu Sesi Sasaran Materi Metode Alat Durasi Evaluasi Outcome 11.45

– 12.15

Penutupan Mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan yang bisa diterima oleh peserta

• Debrief • Pasca tes • Mengisi lembar

evaluasi • Penutupan

• Diskusi • Mengisi

lembar kerja

• Mic • Speaker • Laptop • Alat tulis • Lembar pasca

tes • Lembar

evaluasi reaksi

20-25 menit

• Pasca tes • Evaluasi

reaksi

• Hasil evaluasi pembelajaran

• Hasil evaluasi reaksi

Page 106: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Sesi I

Pembukaan

Sasaran 1. Peserta, trainer dan fasilitator saling mengenal dan memunculkan

kedekatan.

2. Peserta mengetahui tujuan pelatihan dan aturan selama pelatihan

supaya tercipta suasana yang kondusif.

3. Peserta membentuk kelompok dan membuat yel-yel untuk

kelompoknya masing-masing.

Waktu 08.30 – 09.00 (30 menit)

Perlengkapan Alat tulis, laptop, speaker, mic, name tag

Agenda

Materi alokasi waktu

Pembukaan dan perkenalan 3 menit

Overview pelatihan 5 menit

Kontrak belajar 2 menit

Pengisian lembar pra tes 10 menit

Membentuk kelompok 5 menit

Membuat yel-yel kelompok 5 menit

Indikator Pencapaian

a. Peserta mengenal trainer dan fasilitator, serta terjalin hubungan

baik selama pelatihan.

b. Peserta memahami tujuan pelaksanaan pelatihan.

c. Peserta sepakat dengan kontrak belajar yang diberikan.

d. Lembar pra tes terselesaikan semua oleh peserta.

e. Peserta siap mengikuti proses pelatihan dengan antusias.

f. Peserta mampu membangun suasana tim yang menyenangkan.

Prosedur 1. Fasilitator membuka acara pelatihan dan mengarahkan untuk

doa, kemudian memperkenal diri dan trainer.

2. Trainer bisa mulai menyapa peserta dan memastikan peserta

dalam kondisi siap mengikuti aktivitas pelatihan.

3. Trainer menyampaikan sekilas tujuan acara pelatihan.

4. Trainer membahas tentang kontrak belajar.

✓ Trainer membantu membuat kontrak belajar yang

disepakati bersama yang akan ditampilkan dalam ruang

training.

5. Fasilitator membagikan lembar pra tes pada peserta dan trainer

meminta peserta untuk mengisi lembar pra tes tersebut.

Page 107: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

✓ Fasilitator akan mengumpulkan kembali lembar pra tes

yang telah selesai diisi.

6. Trainer mengajak peserta untuk membentuk kelompok.

✓ Fasilitator menghitung jumlah peserta pelatihan

✓ Trainer meminta peserta berdiri dan membagi peserta

kedalam dua kelompok dengan cara berhitung

✓ Trainer mengarahkan peserta bergabung bersama

kelompoknya sesuai nomer urut hitungan

✓ Trainer meminta Fasilitator mendampingi kelompok

7. Kemudian, trainer mengajak peserta membuat yel-yek kelompok

sebagai identitas tim bagi peserta.

✓ Peserta diminta mendiskuskan yel-yel seperti apa yang

akan dijadikan identitas tim mereka”.

✓ Setiap kelompok harus memperagakan yel-yel yang

dimiliki dalam pelatihan.

8. Trainer memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan

hal-hal yang dianggap kurang jelas sebelum memulai materi.

Page 108: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Sesi II

Membangun Tim I

(Definisi umum kerjasama, Manfaat, Tahapan Perkembangan Kerjasama Tim)

Sasaran 1. Peserta memahami konsep kerjasama

2. Peserta menyadari arti penting memiliki kerjasama dalam tim

3. Peserta mengetahui dan memahami hal-hal penting untuk

membangun kerjasama yang berkualitas

4. Peserta mampu mengevaluasi tingkat kerjasama timnya saat ini

Waktu 09.01 – 09.40 ( 40 menit)

Perlengkapan Laptop, mic, speaker, alat tulis, lembar “Kami adalah Tim”

Agenda Materi alokasi waktu

Mengisi lembar “Kami adalah Tim” 5 menit

Bermain “Sarung Ajaib” 5 menit

Debrief 20 menit

Pemaparan definisi dan konsep kerjasama 5 menit

Manfaat memiliki kerjasama yang berkualitas 3 menit

Pemaparan tahapan perkembangan kerjasama

tim 2 menit

Indikator Pencapaian

a. Peserta mampu memahami konsep kerjasama dan menyadari

perlunya memiliki kerjasama dalam tim

b. Peserta memahami cara membangun kerjasama tim yang

berkualitas

c. Peserta menyadari dan memahami kelebihan dan kelemahan tim

Prosedur 1. Fasilitator membagikan lembar “Kami Adalah Tim” pada masing-

masing kelompok dan trainer membimbing proses pengisian

lembar tersebut.

✓ Tiap kelompok diminta mendiskusikan nama tim mereka,

nama setiap anggota, tujuan yang ingin dicapai bersama

dalam pelatihan, dan strategi mencapainya.

✓ Setelah selesai lembar dikumpulkan kembali dan

ditempelkan diarea paling dekat dengan kelompok.

✓ Trainer meminta setiap kelompok memberi presentasi

singkat terkait identitas kelompoknya masing-masing.

2. Trainer kemudian menyampaikan bahwa review terkait lembar

tersebut akan dilakukan bersama diakhir sesi pertama.

3. Trainer mengajak peserta bermain “Sarung Ajaib”

Page 109: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

# Permainan 1 : SARUNG AJAIB

Alokasi Waktu : 5 Menit

1. Peralatan yang dibutuhkan : Sarung

2. Cara Bermain :

a. Masing-masing kelompok diminta berbaris

membentuk lingkaran dengan cara

bergandengan tangan

b. Kelompok diberikan sebuah sarung yang

dimasukan dalam tangan peserta yang

bergandengan

c. Peserta diminta untuk memindahkan sarung

tersebut dari peserta yang merupakan tempat

awal sarung diletakan terus ke sebelah kiri

hingga sarung kembali ke tempat semula

d. Peserta berkompetisi antara kelompok untuk

secepat mungkin memutar sarung tersebut

3. Aturan Permainan :

a. Peserta tidak boleh menyentuh/memindahkan

sarung tersebut dengan jari-jari tangan

b. Pegangan tangan tidak boleh terlepas

c. Jika kedua hal tersebut dilanggar sarung akan

dikembalikan lagi ke awal dan peserta memulai

memindahkannya dari posisi tersebut

d. Kelompok yang kalah akan diberi hukuman ringan

dari trainer dan kelompok pemenang

4. Trainer menentukan kelompok pemenang dan memberi

hukuman pada kelompok yang kalah.

5. Trainer meminta peserta kembali ke posisi semula dan

melakukan debrief bersama peserta.

6. Trainer dapat melakukan tanya jawab pada peserta ditiap

kelompok dan memberi umpan balik berdasarkan poin-poin

debrief dibawah ini :

a. Kesulitan apa yang dirasa menjadi kendala untuk

menyelesaikan permainan ?

b. Bagaimana cara mereka mengatasi kendala tersebut ?

Page 110: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

c. Apa saja kelemahan yang dianggap menghambat

kerjasama tim selama menyelesaikan permainan ?

d. Bagaimana cara mereka membangun kerjasama tim

dalam waktu singkat ?

e. Apa nilai penting yang dapat dipahami oleh peserta

dari games yang dilakukan ?

Games ini mengajarkan kepada peserta bahwa untuk

dapat menyelesaikan target bersama pada sebuah

pekerjaan, dibutuhkan kerjasama tim. Cara anggota

berkomunikasi satu sama lain, serta dukungan antar

anggota tim dalam menyelesaikan tuntutan pekerjaan

akan menentukan apakah target bersama akan

tercapai dengan mudah atau tidak. Semakin jelas

komunikasi yang terjadi, dan semakin kuat daya

dukung antar anggota tim akan memberikan

pengaruh pada pencapaian target bersama tersebut.

7. Setelah umpan balik diberikan, trainer menyampaikan materi

kerjasama tim secara umum.

8. Trainer menyampaikan hal-hal penting untuk membangun

kerjasama tim yang berkualitas.

9. Trainer menyampaikan materi tahapan perkembangan tim.

10. Trainer mengajak peserta melakukan review terhadap

lembar “Kami adalah Tim” yang telah diisi masing-masing

kelompok, dan memberi umpan balik yang dihubungkan dengan

materi kerjasama tim, diantaranya :

a. Dari penjelasan tahapan perkembangan tim, pada level

berapa tim mereka saat ini berada ?

b. Apakah tujuan yang diinginkan oleh masing-masing

kelompok mampu dicapai dengan mudah jika kerjasama tim

mereka berada pada level tersebut ?

11. Trainer memberi penguatan kembali terkait pentingnya

kerjasama tim dalam bekerja kepada peserta.

12. Trainer dapat melakukan review dan menanyakan kepada

peserta mengenai sekilas materi yang telah disampaikan.

Page 111: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Materi

➢ Kerjasama secara umum

Tujuan yang dibentuk dan ingin dicapai oleh organisai tidak akan terwujud

kalau tiap individu didalamnya bekerja sendiri-sendiri. Dapat dibayangkan apa yang

akan terjadi apabila mereka bergerak dengan ego masing-masing, mementingkan diri

sendiri, dan tidak mau mendengar pendapat orang lain, apalagi tidak selaras dengan

arah organisasi. Individu di dalam suatu organisasi tidak akan mampu menghadapi

ujian/tantangan, atau bahkan mencapai suatu kesuksesan jika mereka tidak mampu

menjadi tim yang solid. Oleh karena itu tim yang baik mutlak diperlukan bagi suatu

organisasi untuk menapaki podium juara.

Kerjasama atau kerjasama tim merupakan proses kerja secara berkelompok

yang didalamnya terdapat unsur kepemimpinan yang partisipatif, pembagian

tanggungjawab, kesamaan tujuan, komunikasi yang intensif, berfokus pada tugas

dan masa depan, kreatif serta mampu merespon perubahan dengan cepat untuk

mencapai tujuan organisasi (Bucholz, 2000). Kerjasama merupakan sarana yang

sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi

inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain itu, ketrampilan dan pengetahuan

yang beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai

tambah yang membuat kerjasama tim lebih menguntungkan jika dibandingkan

seorang individu yang brilian sekalipun.

➢ Hal-hal penting untuk membangun kerjasama tim yang berkualitas

Berikut merupakan hal-hal penting yang perlu dimiliki oleh sebuah tim untuk

dapat meningkatkan kualitas kerjasamanya, yakni :

1. Komunikasi terbuka di antara anggota tim

Komponen dasar dari Kualitas Kerjasama tim adalah komunikasi di antara

anggota tim. Komunikasi memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara

anggota tim. Kualitas komunikasi di antara anggota tim dapat dilihat dari frekuensi,

formalisasi, struktur dan keterbukaan dari pertukaran informasi. Frekuensi

mengacu kepada seberapa intensif anggota tim dalam berkomunikasi, formalisasi

berkaitan dengan seberapa spontan anggota tim dalam menyampaikan

pendapatnya, struktur berkaitan dengan cara komunikasi diantara para anggota

(langsung atau terdapat mediator) dan keterbukaan dari pertukaran informasi

berkaitan dengan seberapa banyak pihak-pihak yang dapat mengakses informasi.

Page 112: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

2. Kontribusi anggota tim yang merata dan seimbang

Hal penting bagi sebuah tim yang berkualitas adalah semua anggota tim dapat

memberikan kontribusi terhadap tugas yang berkaitan dengan pengetahuan dan

pengalaman terhadap tim. Keseimbangan kontribusi anggota membawa

pengalaman anggota tim pada potensi penuh mereka. Dominasi dalam diskusi atau

proses pengambilan keputusan harus dibatasi untuk memungkinkan semua

anggota tim untuk memiliki kontribusi yang seimbang dan berbagi pandangan dan

ide mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa keseimbangan kontribusi

anggota berhubungan dengan kinerja tugas dan kepuasan anggota tim (Hoegl &

Gemuenden, 2005).

3. Koordinasi mengenai pembagian tugas dan tanggungjawab yang jelas

Koordinasi berarti bahwa tim harus membuat sebuah jenjang tanggung jawab

dari pekerjaan secara jelas di antara anggota tim sehingga tidak terdapat jarak dan

tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Koordinasi

mengurangi kesenjangan dan tumpang tindih tugas dalam tim. Koordinasi

menyelaraskan dan menyelaraskan kontribusi setiap anggota tim (Brannick, Prince

& Salas, 1995). Untuk membuat koordinasi lebih efisien dan efektif, para anggota

perlu menyepakati tugas-tugas yang ditentukan, struktur kerja, jadwal, anggaran

dan pengiriman. Dengan demikian, setiap anggota tim memiliki sub-tujuan yang

cukup jelas. Tingkat pemahaman bersama mengenai kontribusi antara masing-

masing anggota tim menentukan kualitas kerja tim (Hoegl & Gemuenden, 2005).

Koordinasi didukung oleh komunikasi yang baik karena komunikasi eksplisit dapat

segera menjaga koordinasi dalam aktivitas tim.

4. Adanya rasa saling mendukung diantara anggota tim

Dukungan di antara anggota tim merupakan komponen yang penting dalam

Kualitas Kerjasama tim. Kolaborasi anggota tim dan bekerjasama lebih diutamakan

daripada kompetisi dalam sebuah Kerjasama tim yang berkualitas. Penelitian

menunjukkan bahwa tim yang sangat kooperatif lebih konstruktif dalam

mendiskusikan pandangan yang berlawanan dan bahwa perilaku ini mengarah

pada kinerja tim dan inovasi tim (Tjosvold, Andrews, & Jones, 1983).

5. Usaha yang terus menerus dalam mencapai tujuan

Usaha diperlukan oleh anggota tim untuk mencapai harapan bersama.

Pembagian beban kerja di antara anggota tim dan memprioritaskan tugas tim

untuk diselesaikan merupakan indikator adanya usaha dari anggota tim. Usaha

Page 113: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

untuk mencapai tujuan bersama dari semua anggota tim ditunjukkan oleh suasana

mendukung yang tinggi ketika mengerjakan tugas yang diprioritaskan.

6. Kohesifitas dan loyalitas aggota tim

Kohesivitas tim mengacu kepada tingkat di mana anggota tim berusaha untuk

tetap berada dalam tim. Terdapat tiga kekuatan yang mendorong terjadinya

kohesivitas; (1) Daya tarik pribadi anggota tim, (2) Komitmen pada tugas tim, dan

(2) Kebanggaan-semangat kelompok.

➢ Manfaat kerjasama tim yang berkualitas

1. Meningkatnya pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan

2. Meningkatnya kepuasan kerja karyawan

3. Meningkatnya kualitas produk dan pelayanan

4. Menurunnya biaya-biaya produksi

5. Meningkatnya kemauan belajar organisasi

6. Berkembangnya kreativitas dan inovasi

➢ Trainer menyampaikan materi tahapan perkembangan tim

Tahap perkembangan kerjasama tim menurut Griffin (2004) terdiri dari empat,

tahapan tersebut yakni :

1. Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk

bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang

membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik sangat

jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada

anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih

pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).

2. Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di

dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan

kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti

pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi

pertentangan karena masalah-masalah pribadi, semua bersikeras dengan

pendapat masing-masing. Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena

masing-masing orang tidak mau lagi menjadi pendengar.

3. Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-individu dan

sub-kelompok yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja

bersama dan berjuang untuk menghindari tim tersebut dari kehancuran

Page 114: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

(bubar). Karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai

merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada

seluruh anggota tim.

4. Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi dimana

tim sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat

bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan

terlihat dari prestasi yang ditunjukkan.

➢ Referensi

Hoegl, M., & Geumenden, H.G. (2005). Kerjasama tim quality and the success of

innovative projects: A theoretical concept and empirical evidence. Journal of Organization Science , Vol.12, No.4, pp.435-449; ProQuest.

Griffin, R. W. (2004). Manajemen, Jilid 2 Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 115: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Sesi III

Membangun Tim II

Membangun Komunikasi Interpersonal (Pengantar, Keterbukaan, Sikap mendukung)

Sasaran 1. Peserta mengetahui dan memahami konsep komunikasi

interpersonal

2. Peserta mengetahui dan memahami konsep sikap terbuka dalam

komunikasi interpersonal

3. Peserta mengetahui dan memahami konsep sikap mendukung

dalam komunikasi interpersonal

Waktu 09.41 – 10.40 (60 menit)

Perlengkapan Laptop, mic, speaker

Agenda Materi alokasi waktu

Simulasi “Komunikasi adalah Kunci” 20 menit

Debrief 20 menit

“Definisi dan Pentingnya Komunikasi Interpersonal”

5 menit

“Keterbukaan Dalam Berkomunikasi” 5 menit

“Sikap Mendukung Dalam Komunikasi” 5 menit

Review Materi 5 menit

Indikator Pencapaian

a. Peserta mengetahui dan memahami peran komunikasi

interpersonal untuk menunjang kerjasama tim

b. Peserta memiliki kesadaran bahwa sikap terbuka dan saling

mendukung perlu ditanamkan untuk mencapai kerjasama tim

yang berkualitas

c. Peserta memahami cara membangun komunikasi interpersonal

Prosedur 1. Trainer mengajak kelompok peserta melakukan simulasi dalam

situasi kerja.

✓ Situasi kerja secara umum menceritakan tentang

seorang karyawan yang menghadapi komplain

konsumen dan menyelesaikan permasalahan tersebut

bersama tim

✓ Kelompok 1 akan berperan sebagai tim kerja yang

memiliki sikap terbuka dan saling mendukung

✓ Kelompok 2 akan berperan sebagai tim kerja yang

kurang memiliki sikap terbuka dan saling mendukung

✓ Masing-masing anggota tim akan diberi peran khusus

yang akan dibagikan secara acak

Page 116: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Materi

➢ Definisi dan Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Komunikasi yang paling sering digunakan manusia dalam kehidupan

sehari-hari adalah komunikasi interpersonal. Larasati (Wiryanto, 2004),

menyatakan 73% komunikasi yang digunakan oleh manusia adalah

komunikasi interpersonal. Stewart dan Angelo (1998) mendefinisikan

komunikasi interpersonal sebagai saling berhubung, sebuah proses yang

dibangun bersama atau sebagai lawan untuk sesuatu yang dilakukan

seseorang untuk orang lain. Sedangkan Hardjana & Agus (2003)

✓ Peran masing-masing anggota kelompok akan

dituliskan di kertas kecil dan dimainkan bersama

kelompoknya

2. Trainer dan peserta mendiskusikan tentang komunikasi

interpersonal yang dilakukan pada saat simulasi.

✓ Trainer bisa melakukan tanya jawab kepada setiap

peserta, diantaranya :

a. Apa yang mendorong peserta berperilaku

sebagaimana yang ia tampilkan saat simulasi ?

b. Kesulitan apa yang dirasakan pada proses

berkomunikasi dalam tim saat simulasi dilakukan ?

c. Hal-hal apa saja yang menghambat proses

berkomunikasi dalam tim tersebut ?

d. Bagaimana cara mereka mengatasi kendala dan

kesulitan untuk membangun komunikasi yang lebih

baik lagi dalam tim ?

✓ Trainer memberikan umpan balik dan penguatan

kepada peserta terkait pentingnya memiliki komunikasi

yang berkualitas dalam tim.

e. Trainer menyampaikan materi tentang komunikasi interpersonal,

keterbukaan dan sikap mendukung dalam komunikasi

interpersonal.

f. Trainer melakukan review dan menanyakan kepada peserta

mengenai materi yang telah disampaikan.

Page 117: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

menambahkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan interaksi tatap

muka antara dua orang atau lebih dimana pengirim pesan dapat

menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima

dan menanggapi secara langsung. Komunikasi jenis ini dianggap paling

efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena

sifatnya yang dialogis berupa percakapan dan bersifat langsung. Komunikator

mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi

dilancarkan. Komunikan mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau

negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberikan kesempatan

kepada komunikan untuk bertanya.

Sebuah kelompok kerja yang dikatakan memiliki kerjasama tim yang

solid salah satunya dipengaruhi oleh terjalinnya komunikasi yang baik

(Ivanvech, dkk., 2000). Kerjasama tim akan tercipta apabila terdapat saling

percaya antar anggota organisasi atau perusahaan dan kepercayaan akan

tumbuh melalui pelaksanaan komunikasi yang baik (Setiyanti, 2012).

➢ Keterbukaan Dalam Berkomunikasi

Komunikasi interpersonal yang efektif salah satunya harus mengandung

unsur keterbukaan, yaitu kemampuan komunikator harus terbuka kepada

orang yang diajak berinteraksi, adanya kesediaan membuka diri untuk saling

memberikan informasi (DeVito, 2007). Sifat keterbukaan menunjuk paling

tidak dua aspek tentang komunikasi interpersonal.

Aspek pertama, bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang

berinteraksi dengan kita. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menceritakan

semua latar belakang kehidupan kita. Namun yang penting ada kemauan

untuk membuka diri pada masalah- masalah umum. Dengan demikian, orang

lain akan mengetahui pendapat, pikiran, dan gagasan kita, sehingga

komunikasi akan mudah dilakukan.

Aspek kedua, adalah kemauan kita untuk memberikan tanggapan

terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu

yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, kita ingin orang lain

memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu

yang kita katakan.

Page 118: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

➢ Sikap Mendukung Dalam Komunikasi

Hubungan Interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat

berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap supportif

merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif. Sikap ini muncul bila

individu tidak dapat menerima, tidak jujur dan tidak empatik. Sikap defensif

mengakibatkan komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif, karena orang

yang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang

ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada memahami komunikasi.

Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,

kecemasan, harga diri yang rendah) atau faktor-faktor situasional yang

berupa perilaku komunikasi orang lain.

➢ Referensi

Putrie, R. Annike. (2019). Pengaruh Pelatihan Komunikasi Interpersonal

Untuk Meningkatkan Kerjasama Tim Karyawan Produksi Di Pt.X

Yogyakarta. Tesis. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.

Page 119: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

E N E R G I Z E R

Waktu 10.40 – 10.45 (5 menit)

Prosedur Instruksi

1. Trainer memberitahukan, sebelum memulai sesi selanjutnya

akan ada permainan kecil.

2. Trainer menyampaikan aturan permainan.

3. Rumus permainan ini adalah :

Ini = kambing

Yang ini = kucing

Kalo yang ini = tikus

4. Setelah itu trainer boleh memberikan contoh dengan

menunjuk benda apapun disekitarnya sembari berkata “ini

apa”, “kalo yang ini”, “yang ini”

5. Peserta harus menjawab sesuai kunci jawaban

6. Trainer boleh mengecoh peserta dengan menunjuk sembaran

benda

7. Jika semua peserta sudah paham dengan instruksi dan contoh

yang diberikan, trainer dapat memulai permainan ini.

8. Permainan ditujukan untuk membangun fokus sebelum

memulai kegiatan kembali dan menjaga semangat peserta

sebelum memulai sesi selanjutnya.

Page 120: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Sesi IV

Membangun Tim III

(Mengembangkan Dukungan dalam Kerjasama Tim) Sasaran 1. Peserta mengetahui dan memahami konsep dukungan untuk

membentuk kerjasama tim yang berkualitas

2. Peserta memahami cara untuk saling mendukung dalam bekerja

tim

Waktu 10.46 – 11.45 (60 menit)

Perlengkapan Laptop, mic, speaker, alat tulis, sedotan, lembar “Catatan untuk Kami”

Agenda Materi Alokasi waktu

Bermain “Membangun Istana Megah”

15 menit

Debrief 25 menit

“Konsep dukungan untuk meningkatkan kualitas

kerjasama tim” 10 menit

Mengisi Lembar kerja “Catatan untuk Kami”

10 menit

Indikator Pencapaian

a. Peserta mengetahui bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk

membuat kerjasama tim menjadi berkualitas

b. Peserta memahami cara memberi dukungan untuk meningkatkan

kerjasama tim yang berkualitas

Prosedur 1. Trainer mengajak peserta untuk bermain “Membangun Istana

Megah”

# Permainan 2 : Membangun Istana Megah

Alokasi Waktu : 25 Menit

1. Peralatan yang dibutuhkan : 3 bungkus sedotan

2. Cara Bermain :

a. Fasilitator mempersiapkan 3 bungkus sedotan di

atas meja.

b. Berbekal sedotan yang ada, setiap kelompok

diminta membuat sebuah istana yang indah dan

kokoh.

3. Aturan Permainan :

a. Batasan waktu permainan adalah 25 menit.

b. Tidak boleh menggunakan alat bantu yang lain.

c. Tiap kelompok diijinkan untuk saling bertukar

sedotan untuk membuat bangunannya lebih

Page 121: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

indah.

d. Kelompok yang memiliki konstruksi bangunan

yang indah dan kokoh, serta mampu

menyelesaikan bangunan lebih cepat akan diberi

hadiah oleh tim peneliti.

2. Trainer menentukan kelompok pemenang.

✓ Pemenangnya adalah kelompok yang dapat membuat

istana paling bagus, paling kokoh dan mampu

membangun dalam waktu lebih singkat. Uji konstruksi

dapat dilakukan untuk melihat kekokohan dengan cara

memberikan 2x tiupan angin dari trainer.

3. Trainer meminta peserta kembali ke posisi semula dan

melakukan debrief bersama peserta.

4. Trainer dapat melakukan tanya jawab pada peserta ditiap

kelompok dan memberi umpan balik berdasarkan poin-poin

debrief dibawah ini :

i. Untuk kelompok pemenang, trainer dapat menanyakan

hal-hal berikut, diantaranya :

a. Bagaimana rasanya berada dalam tim yang mampu

menjadi pemenang ?

b. Apa saja kekuatan dalam tim yang dianggap

mampu membuat mereka menjadi pemenang ?

c. Hal apa saja yang masih dapat ditingkatkan untuk

membuat hasil kerja tim menjadi lebih maksimal

dan cepat dicapai ?

d. Bagaimana cara mereka melatih diri untuk dapat

saling member dukungannya dalam pekerjaan

sehari-hari ?

ii. Untuk kelompok yang kalah, trainer dapat menanyakan

hal-hal berikut, diantaranya :

a. Bagaimana perasaan mereka ketika menyaksikan

tim lain mampu memenangkan permainan ?

b. Apa saja kelemahan dalam tim yang dianggap

menjadi hambatan untuk memenangkan

permainan?

Page 122: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

c. Hal-hal apa saja yang perlu mereka ciptakan

bersama untuk membuat tim mampu memperoleh

kemenangan serupa ?

d. Bagaimana cara mereka melatih diri untuk dapat

saling menguatkan tim yang dimiliki dalam pekerjan

sehari-hari ?

iii. Apa nilai penting yang dapat dipahami oleh peserta dari

permainan yang dilakukan ?

Permainan ini mengajarkan kepada peserta bahwa

selain berkompetisi, mencapai target/tujuan tertentu

juga membutuhkan sebuah kolaborasi dan sikap

kooperatif dari tiap anggota tim, bahkan antar tim.

Kemampuan untuk berkolaborasi dan sikap kooperatif

merupakan bentuk dukungan setiap anggota pada tim

kerja yang dimilikinya. Bentuk dukungan seperti ini

membawa anggota tim mencapai target kerja bersama

secara maksimal dan efektif. Disisi lain, hal ini juga

membantu tiap anggota tim untuk mampu

menyelesaikan pekerjaan dan permasalahannya dengan

lebih mudah, sehingga target kerja individu maupun tim

kerja mampu dicapai bersama.

5. Setelah debrief selesai dilakukan, trainer dapat memberikan

penguatan terkait pentingnya memiliki kemampuan berkolaborasi

dan bersikap kooperatif dalam bekerja tim.

6. Trainer kemudian menyampaikan materi tentang konsep

dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kerjasama tim

✓ Ciri-ciri dukungan yang terdapat pada kerjasama yang

berkualitas

7. Selanjutnya, trainer membagikan lembar “Catatan untuk Kami”

kepada kelompok peserta.

✓ Katakan kepada peserta bahwa mereka akan menulis

surat untuk tim mereka sendiri terkait dukungannya pada

pekerjaan sehari-hari.

✓ Semua peserta ditiap kelompok diminta menuliskan 1 hal

Page 123: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Materi

➢ Ciri-ciri dukungan yang terdapat pada kerjasama yang berkualitas

Perilaku kompetitif menghalangi peran saling mendukung antar anggota,

sehingga mengakibatkan pencapaian tujuan bersama menjadi kurang

maksimal. Ciri pertama dari dukungan yang mampu meningkatkan kualitas

kerjasama tim adalah diutamakannya kolaborasi daripada kompetisi. Ciri

selanjutnya adalah dengan adanya perilaku kooperatif antar anggota tim.

Perilaku kooperatif membantu anggota kelompok mengenali bagaimana

mencapai tujuan dan memahami bahwa mereka bekerja untuk kepentingan

bersama. Orang percaya bahwa mereka bisa sukses bersama. Akibatnya,

mereka berbagi informasi yang akurat, mengidentifikasi masalah secara

terbuka, mendiskusikan pandangan yang berlawanan dengan jelas,

mengembangkan dan memilih solusi alternatif berkualitas tinggi yang akan

diterapkan oleh semua anggota (Zhang, dkk 2007). Hal ini juga dinyatakan

oleh Tjosvold, Yu, & Hui, (2004) bahwa situasi kooperatif berkorelasi positif

dengan pencapaian sasaran individu, sementara situasi kompetitif

berkorelasi negatif dengan pencapaian tujuan individu. Penelitian

menunjukkan bahwa tim yang sangat kooperatif lebih konstruktif dalam

mendiskusikan pandangan yang berlawanan dan bahwa perilaku ini

yang akan dilakukan untuk meningkatkan dukungannya

dalam mencapai target kerja timnya sehari-hari.

✓ Setelah menuliskan bentuk dukungannya, masing-masing

peserta memberikan tandatangannya di lembar kerja.

✓ Setelah semua selesai mengisi, lembar “Catatan untuk

Kami” disimpan oleh kelompok.

✓ Lembar kerja tersebut dapat ditempelkan di ruang kerja

atau meja peserta.

8. Trainer mendikusikan dan memberi umpan balik terhadap

lembar “Catatan untuk Kami” yang telah diisi peserta.

9. Trainer melakukan review dan menanyakan kepada peserta

mengenai materi yang telah disampaikan.

Page 124: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

mengarah pada kinerja tim dan inovasi tim (Tjosvold, Andrews, & Jones,

1983).

➢ Referensi

Hoegl, M., & Geumenden, H.G. (2005). Kerjasama tim quality and the

success of innovative projects: A theoretical concept and empirical

evidence. Journal of Organization Science , Vol.12, No.4, pp.435-449;

ProQuest.

Page 125: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

Sesi V

Penutupan

Sasaran Mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan yang bisa diterima

oleh peserta.

Waktu 11.45 – 12.15 (20-25 menit)

Perlengkapan Alat tulis, speaker, mic, lembar evaluasi reaksi, lembar evaluasi

pembelajaran

Agenda Materi alokasi waktu

Debrief 10 menit

Pengisian lembar pasca tes 5 menit

Pengisian lembar evaluasi 5 menit

Penutupan 5 menit

Indikator

Pencapaian a. Peserta mampu mengambil hikmah dari setiap sesi pelatihan.

b. Peserta memperoleh nilai tambah yang positif dan ditunjukkan

melalui lembar pasca tes.

Prosedur 1. Trainer memberikan ringkasan umum dengan menanyakan pada

peserta mengenai inti keseluruhan materi.

✓ Memastikan peserta bisa mengikuti dan memahami yang

disampaikan atau tidak.

2. Fasilitator membagikan lembar evaluasi.

✓ Trainer meminta peserta untuk mengisi lembar post-test

atau lembar evaluasi pembelajaran.

✓ Trainer meminta peserta mengisi lembar evaluasi reaksi.

✓ Fasilitator mengumpulkan kembali lembar evaluasi.

3. Trainer memberikan kata-kata motivasi supaya peserta mampu

mengaplikasikan ilmu yang didapat dari pelatihan untuk

kepentingan pekerjaan atau organisasi.

4. Ucapan terima kasih, permohonan maaf atas kekurangan, doa,

dan penutupan acara.

Page 126: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

LEMBAR EVALUASI REAKSI

Nama :

Jabatan :

Berikan penilaian Anda tentang pelatihan ini dengan memberi tanda centang ( √ )

1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Memuaskan

No. URAIAN RESPON

1 2 3 4 5

Materi

1. Jelas dan mudah dimengerti

2. Menambah pengetahuan dan wawasan

3. Manfaat untuk pekerjaan di organisasi

4. Sesuai dengan tujuan pelatihan

5. Sistematika penyajian materi

Catatan:

Penyelenggaraan

1. Persiapan pelaksanaan pelatihan

2. Pengaturan waktu penyajian materi

3. Cepat tanggap dalam pelayanan

4. Koordinasi dengan fasilitator

Catatan:

Sarana

1. Kesesuaian sarana dan proses pelatihan

2. Konsumsi

3. Media pelatihan (audio - visual)

4. Training kit (alat tulis dan note book)

Catatan:

Kemampuan Trainer

1. Penguasaan materi

2. Penguasaan teknik penyajian materi

3. Penggunaan bahasa mudah dipahami

4. Pengelolaan proses belajar mengajar (interaksi)

Catatan:

Saran untuk pelatihan:

Page 127: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

LEMBAR EVALUASI PEMBELAJARAN

Nama :

Jabatan :

Petunjuk

Silakan beri tanda silang (X) pada salah satu kolom jawaban yang paling benar menurut

Anda.

No.

PERNYATAAN TANGGAPAN

1. Hal paling penting yang diperlukan ketika mengerjakan tugas

bersama adalah kerjasama tim B S

2.

Keterampilan dan pengetahuan yang beranekaragam dalam tim

merupakan nilai tambah yang membuat kerjasama lebih

menguntungkan

B S

3. Kerjasama tim yang solid salah satunya dipengaruhi oleh terjalinnya

komunikasi yang baik B S

4. Keterbukaan pada komunikasi adalah ciri kerjasama tim yang

berkualitas B S

5. Komunikasi yang terbuka dan empatik dapat berlangsung pada

situasi kerja yang saling mendukung B S

6. Sikap defensif/mempertahankan diri mengakibatkan komunikasi

interpersonal menjadi tidak efektif B S

7. Kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum merupakan ciri keterbukaan komunikasi

B S

8. Kolaborasi antar karyawan merupakan bentuk dukungan yang dapat

meningkatkan kualitas kerjasama tim B S

9. Perilaku kooperatif membantu anggota kelompok mengenali

bagaimana mencapai tujuan bersama B S

10. Situasi kerja yang kooperatif memberi dampak positif t pencapaian

sasaran individu B S

PRA DAN PASCA TES

Page 128: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

LEMBAR EVALUASI PEMBELAJARAN

Nama :

Jabatan :

Petunjuk

Silakan beri tanda silang (X) pada salah satu kolom jawaban yang paling benar menurut Anda.

No. PERNYATAAN TANGGAPAN

1. Membangun tim adalah sebuah proses yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi

internal kelompok, seperti kerjasama tim B S

2. Melalui pelatihan membangun tim, hubungan interpersonal antar karyawan dapat

ditingkatkan B S

3. Kemampuan membangun komunikasi secara jelas dan terbuka antar karyawan

merupakan bagian dari proses membangun tim B S

4. Proses membangun tim membutuhkan kolaborasi antar karyawan B S

5. Kualitas kerjasama tim dapat ditingkatkan dengan mengikuti program pelatihan

membangun tim (team building) B S

PRA DAN PASCA TES

Page 129: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

LEMBAR OBSERVASI PESERTA

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

No. Hal yang Diamati 1 2 3 4 5

1. Keaktifan

Peserta mencatat materi pelatihan

Peserta mengajukan pertanyaan

Peserta memberikan contoh pengalaman

Peserta mengajukan ide/pendapat

Peserta menyela pembicaraan teman/fasilitator

2. Perhatian

Peserta mendengarkan dan

memperhatikan trainer saat

menyampaikan materi

Peserta melakukan sesuatu yang tidak

ada hubungannya dengan proses

pelatihan

3. Kedisiplinan

Peserta datang tepat waktu

Peserta mengangkat tangan sebelum

bertanya

Peserta meminta izin pada trainer ketika

ingin keluar

4. Pemahaman

Peserta mengerjakan semua lembar kerja

sesuai dengan instruksi

Peserta mengumpulkan lembar kerja

sesuai waktu yang ditentukan

Peserta terlibat saat kegiatan simulasi (roleplay)

Peserta terlibat saat permainan

Catatan:

Keterangan: 1 = Kurang Sekali, 2 = Kurang, 3 = Cukup, 4 = Baik, 5 = Sangat Baik

Page 130: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

(Foto 1. Ruang Kerja Karyawan)

(Foto 2. Gudang Penyimpanan

Produk)

Page 131: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

(Foto 1. Persiapan Pelatihan)

(Foto 2. Trainer Menyampaikan Kontrak Belajar Kepada Peserta)

Page 132: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

(Foto 3. Peserta Mengisi Lembar Pra-tes Pembelajaran)

(Foto 4. Peserta Mengisi Lembar “Kami adalah Tim”)

Page 133: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

(Foto 5. Fasilitator Menyampaikan Instruksi untuk Simulasi)

(Foto 6. Peserta Bermain“Membangun Istana)

Page 134: MENINGKATKAN KUALITAS KERJASAMA TIM PADA KARYAWAN …

(Foto 7 dan 8. Lembar “Catatan untuk Kami” yang diisi oleh peserta)